CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS -...

174
CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS in Kuantan Singingi District, Dharmasraya District and Tebo District 2014 "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan"

Transcript of CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS -...

Page 1: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS in Kuantan Singingi District, Dharmasraya District and Tebo District

2014

"memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan pemenuhan kebutuhan

generasi masa depan"

Page 2: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

1

With the technical support of:

Preliminary Technical Report

CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS IN KUANTAN

SINGINGI DISTRICT, DHARMASRAYA DISTRICT AND

TEBO DISTRICT

PEMETAAN, PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN CARBON DI TIGA (3) KABUPATEN

PRIORITAS KORIDOR RIMBA

(Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tebo)

In cooperation with:

2013

WWF INDONESIA

Kab. Tebo Kab. Kuantan Singingi Kab. Dharmasraya Kementerian Kehutanan

Page 3: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

2

Author

Ida Bagus Ketut Wedastra

With Contibutions from:

Thomas Barano1, Arif Budiman1, Gema Sakti Adzan1, Hultera1, Heri1, M. Yudi Agusrin1, Samsul

Qomar1, Warkasa1, Jonotoro2, Sigit Wijanarko3, Rahayu Subekti4, Chandra5

1 WWF Indonesia 2 BBKSDA Prov. Riau 3 Universitas Lancang Kuning 4 ICRAF 5 Masyarakat

Page 4: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

3

ABSTRACT

Perubahan iklim global telah dirasakan oleh manusia di berbagai belahan dunia. Perubahan

disebabkan oleh kenaikan temperature atmosfer bumi, yang memicu dampak lingkungan global.

Dampak tersebut antara lain kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh melelehnya salju di

kutub, dan ketidakpastian musim hujan dan kemarau. (IPCC, 2007). Kenaikan suhu bumi ini menjadi

ancaman bagi kehidupan manusia dalam bentuk bencana cuaca yang ekstrim, kekeringan, banjir,

tenggelamnya pulau-pulau, kelaparan, kesehatan, dan lain-lain.

Upaya masyarakat dunia dalam mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) mendapat

sambutan baik dari pemerintah Indonesia. Negara Indonesia memberikan komitmennya dalam

pencegahan perubahan iklim dunia, melalui pernyataan Presiden Republik Indonesia, yaitu: untuk

penanggulangan perubahan iklim antara lain melalui komitmen untuk penurunan emisi gas rumah

kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan sampai dengan 41 persen dengan dukungan

internasional pada tahun 2020. Upaya tersebut ditindaklanjuti dalam rencana, kegiatan dan program

ditingkat nasional maupun daerah.

Kajian ini bertujuan untuk mengukur, mengidentifikasi dan memetakan stok karbon dan distribusi

dalam lansekap tiga kabupaten prioritas; analisis kajian penilaian jasa ekosistem alam untuk prediksi

status stok karbon berdasarkan penggunaan lahan yang ada atau yang akan

direncanakan;menyediakan informasi /data stok dan distribusi karbon bagi kabupaten prioritas untuk

mendukung perencanaan pembangunan yang berkelanjutan berbasis rendah karbon.

Di Indonesia, perkembangan karbon telah mendapatkan kekuatan hukum yang cukup perhatian yang

cukup besar, seperti: Undang-Undang, Peraturan presiden, peraturan menteri, dan standar nasional

untuk Pembentukan lembaga/badan, petunjuk teknis, implementasi area (demonstration activities) dan

kebijakan penanaman modal serta standarisasi nasional terkait dengan karbon.

Page 5: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

4

PREFACE

Bumi merupakan bagian besar dari kehidupan yang dihuni oleh milyaran mahluk hidup

termasuk manusia, hewan, tumbuhan dan zat renik yang tak kasat mata, sehingga bumi

merupakan tempat hidup bersama yang apabila bumi rusak semua kehidupan akan terganggu.

Perubahan iklim saat ini menjadi fenomena yang terjadi di bumi, bumi menjadi lebih panas

akibat tidak stabilnya kondisi diatmosfernya, sehingga meningkatkan suhu udara yang

disebabkan oleh material-material karbon dioksida yang meningkat, sehingga mengakibatkan

mencairnya es di kutub, badai tropis, badai salju, banjir dan longsor yang diakibatkan curah

hujan yang tinggi serta berbagai perubahan kondisi iklim lainnya.

Untuk mencegah kerusakan yang semakin besar, maka diperlukan langkah kecil yang dapat

mengurangi laju kerusakan tersebut. Langkah kecil tersebut adalah melakukan

inventarisasi/pemetaan, pengukuran dan perhitungan karbon di wilayah lingkungan

administratifnya.

Pada kajian ini mencoba untuk melakukan pemetaan, pengukuran dan perhitungan cadangan

karbon tersimpan, serta dengan bantuan perangkat InVEST dapat memberikan informasi

cadangan karbon tersimpan sehingga membantu dalam pendekatan perencanaan

pembangunan wilayah di masing-masing kabupaten.

Langkah kecil ini juga merupakan bentuk dukungan daerah ke pemerintah Indonesia yang

telah menyatakan kepada dunia untuk berperan aktif menurunkan emisi gas rumah kaca dan

langkah kecil ini tidak menghambat pertumbuhan ekonomi tetapi menjadikan ekonomi dan

lingkungan yang berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Semoga kajian ini menjadi inspirasi pemerintah dan masyarakat dalam menentukan

kehidupan dimasa yang akan datang.

Salam,

Penulis

Page 6: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

5

Page 7: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

6

Daftar Isi

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 6

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... 9

DAFTAR TABEL...................................................................................................................... 12

BAB I. MENGUKUR KARBON DI TINGKAT LANSKAP ................................................... 16

I.1. PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 16

I.2. TUJUAN ............................................................................................................................................ 17

I.3. MANFAAT ........................................................................................................................................ 17

BAB II. PERKEMBANGAN KARBON DI INDONESIA ....................................................... 19

II.1. REGULASI DAN PERUNDANGAN ................................................................................................ 19

II.1.1. REGULASI ............................................................................................................................ 19

II.1.2. KESEPAKATAN REGIONAL ................................................................................................... 20

II.1.3. KEBUTUHAN PASAR ............................................................................................................ 21

II.1.4. PERTIMBANGAN LAINNYA .................................................................................................. 22

II.2. KARBON LANSKAP .................................................................................................................... 22

II.2.1. BIOMASA/KARBON .............................................................................................................. 22

II.2.2. CARA PENGUKURAN DAN PENDUGAAN BIOMASSA ............................................................ 25

II.3. PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG .................................................. 30

II.3.1. PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) ........................................................................... 30

II.3.2. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM/GIS) .................... 31

II.3.3. PENUTUPAN LAHAN ATAU PENGGUNAAN LAHAN ............................................................... 32

II.4. IMPLEMENTASI KARBON ........................................................................................................... 33

II.5. KARBON MASA DEPAN ............................................................................................................. 37

BAB III. KORIDOR RIMBA ................................................................................................. 39

III.1. PENETAPAN KORIDOR RIMBA ................................................................................................. 39

III.2. TIGA (3) KABUPATEN PRIORITAS .............................................................................................. 42

III.2.1. KABUPATEN KUANTAN SINGIGI......................................................................................... 42

III.2.2. KABUPATEN DHARMASRAYA ............................................................................................ 44

III.2.3. KABUPATEN TEBO .............................................................................................................. 45

BAB IV. METODOLOGI ...................................................................................................... 48

IV.1. LOKASI ...................................................................................................................................... 48

IV.2. ALAT DAN BAHAN ..................................................................................................................... 48

IV.3. ANALISIS DESKRIPTIF KAJIAN KARBON INDONESIA ................................................................. 49

IV.4. PELATIHAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN KARBON............................................................... 49

Page 8: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

7

IV.5. INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT .................................................................................. 50

IV.5.1. KOREKSI GEOMETRIK ........................................................................................................ 50

IV.5.2. KONVERSI NILAI DIGITAL MENJADI RADIAN .................................................................... 51

IV.5.3. KONVERSI NILAI DIGITAL MENJADI REFLEKTAN .............................................................. 51

IV.5.4. PENGGABUNGAN/PENAJAMAN CITRA ............................................................................... 52

IV.5.5. KLASIFIKASI CITRA ............................................................................................................ 52

IV.5.6. UJI KETELITIAN/VALIDASI ................................................................................................. 52

IV.6. ANALYSIS INVEST KARBON ..................................................................................................... 54

IV.7. SURVEY LAPANGAN .................................................................................................................. 55

IV.7.1. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN ........................................................................................ 56

IV.7.2. PENGAMATAN, PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN CONTOH ............................................. 58

IV.8. PENGHITUNGAN CADANGAN KARBON .......................................................................... 61

IV.9. PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN SECARA LANSKAP .......................................... 63

IV.10. ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN ................................................................ 63

IV.11. PENGHITUNGAN NILAI KETIDAKPASTIAN (UNCERTAINTIES) ................................... 64

IV.12. SKENARIO PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN

PENDEKATAN EKONOMI RENDAH KARBON .............................................................................. 64

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 67

V.1. PERKEMBANGAN KARBON DI INDONESIA .................................................................... 67

V.2. PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT ........ 67

V.3. PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DI 3 KABUPATEN PRIORITAS ......................... 75

V.3.1. SUMBER DATA .................................................................................................................... 75

V.3.2. KLASIFIKASI CITRA ............................................................................................................. 77

V.3.3. UJI HASIL KLASIFIKASI ....................................................................................................... 87

V.4. PEMODELAN INVEST TENTANG KARBON ...................................................................... 87

V.5. PENGECEKAN LAPANGAN .................................................................................................. 92

V.5.1. KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH DAERAH .................................................................... 93

V.5.2. PENGUKURAN KARBON ....................................................................................................... 95

V.5.3. VERIFIKASI PENUTUPAN LAHAN ....................................................................................... 123

V.6. CADANGAN KARBON PER KABUPATEN PRIORITAS .................................................. 125

V.6.1. KABUPATEN DHARMASRAYA ............................................................................................ 125

V.6.2. KABUPATEN KUANTAN SINGINGI ..................................................................................... 128

V.6.3. KABUPATEN TEBO ............................................................................................................. 132

V.7. SKENARIO PENUTUPAN LAHAN, KARBON DAN PERENCANAAN RUANG

KABUPATEN ...................................................................................................................................... 135

V.7.1. KABUPATEN DHARMASRAYA ............................................................................................ 135

V.7.2. KABUPATEN KUANTAN SINGINGI ..................................................................................... 141

V.7.3. KABUPATEN TEBO ............................................................................................................. 145

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................153

Page 9: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

8

VI.1. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 153

VI.2. SARAN ................................................................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................155

Page 10: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

9

Daftar Gambar

Gambar 1. Stock karbon pada berbagai tipe penutupan lahan dan jalur aliran karbon ............ 25

Gambar 2. Proses sub sistem dalam SIG .................................................................................. 32

Gambar 3. Koridor RIMBA ..................................................................................................... 41

Gambar 4. Kabupaten di dalam Kawasan Ekosistem RIMBA ................................................. 42

Gambar 5. Peta Lokasi Kegiatan Pengukuran Karbon ............................................................. 48

Gambar 6. Peta Lokasi Kegiatan Pengukuran Karbon ............................................................. 49

Gambar 7. Tools InVEST untuk pendugaan karbon dan penilaian ekonomi karbon ............... 55

Gambar 8. Sketsa satuan contoh pengukuran karbon (garis bantu 4 petak) pada

topografi datar ..................................................................................................... 58

Gambar 9. Sketsa satuan contoh pengukuran karbon (garis bantu 6 petak) pada

topografi curam ................................................................................................... 58

Gambar 10. Diagram alir Pendekatan Skenario Pembangunan berkelanjutan rendah

Karbon ................................................................................................................. 66

Gambar 11. Pembukaan Pelatihan Pemetaan dan Pengukuran Karbon ................................... 69

Gambar 12. Mozaik Citra Satelit SPOT2/4 .............................................................................. 76

Gambar 13. Mozaik Citra Satelit Landsat 8 OLI...................................................................... 77

Gambar 14. Peta Tutupan Lahan di 3 (tiga) Kabupaten dalam Koridor RIMBA .................... 78

Gambar 15. Grafik Luasan Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 ........................... 79

Gambar 16. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten Tebo .................... 80

Gambar 17. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Kuantan Singingi

dalam RIMBA tahun 2008 - 2013 ....................................................................... 82

Gambar 18. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten

Dharmasraya ........................................................................................................ 82

Gambar 19. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Dharmasraya

dalam RIMBA tahun 2008 - 2013 ....................................................................... 84

Gambar 20. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten Tebo .................... 84

Gambar 21. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Tebo dalam

RIMBA tahun 2008 – 2013 ................................................................................. 86

Gambar 22. Tampilan muka InVEST carbon ........................................................................... 88

Gambar 23. Hasil Perhitungan cadangan karbon dan valuasi ekonomi pada penutupan

lahan Tahun 2008 dengan mempergunakan InVEST Analysis. ......................... 89

Page 11: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

10

Gambar 24. Hasil Perhitungan cadangan karbon dan valuasi ekonomi pada penutupan

lahan Tahun 2008 dengan mempergunakan InVEST Analysis. ......................... 91

Gambar 25. Hasil Penggunaan 2 metode penentuan lokasi Pengukuran cadangan

karbon .................................................................................................................. 95

Gambar 26. Peta Lokasi Survey Lapangan Pengukuran Karbon di 3 (tiga) Kabupaten

dalam Koridor RIMBA ....................................................................................... 97

Gambar 27. Foto kondisi PSP Bukit Selasih ............................................................................ 98

Gambar 28. Topografi PSP Bukit Selasih ................................................................................ 98

Gambar 29. Foto Kondisi Lokasi NPSP Lubuk Karak ........................................................... 101

Gambar 30. Kondisi topografi di NPSP Lubuk Karak ........................................................... 101

Gambar 31. Foto Lokasi NPSP Kampung Surau ................................................................... 103

Gambar 32. Kondisi topografi di NPSP Kampung Surau ...................................................... 104

Gambar 33. Anakan alami tumbuhan Kruing yang dapat tumbuh pada NPSP Kampung

Surau .................................................................................................................. 105

Gambar 34. Foto kondisi lokasi NPSP Timpeh ...................................................................... 106

Gambar 35. Kondisi topografi di NPSP Timpeh .................................................................... 106

Gambar 36. Foto kondisi PSP Petai ....................................................................................... 108

Gambar 37. Kondisi topografi di PSP Petai ........................................................................... 108

Gambar 38. Foto Kondisi NPSP Sentajo1 .............................................................................. 110

Gambar 39. Kondisi topografi NPSP Sentajo -1 .................................................................... 110

Gambar 40. Foto Kondisi NPSP Sentajo-2 ............................................................................ 112

Gambar 41. Kondisi topograsi di NPSP Sentajo-2 ................................................................. 113

Gambar 42. Foto Kondisi hutan di NPSP Guruh Gemurai/bukit Batabuh. ............................ 115

Gambar 43. Kondisi topografi di lokasi NPSP Guruh Gemurai/Bukit Batabuh .................... 115

Gambar 44. Foto Kondisi hutan di NPSP Sungai Cengar ...................................................... 117

Gambar 45. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Cengar .............................................. 117

Gambar 46. Foto Lokasi PSP Pemayungan ............................................................................ 119

Gambar 47. Kondisi topografi di lokasi PSP Pemayungan .................................................... 119

Gambar 48. Kondisi topografi di lokasi NPSP Dusun Simambu ........................................... 121

Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang .............................................. 121

Gambar 50. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Abang ............................................... 122

Gambar 51. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................... 126

Page 12: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

11

Gambar 52. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan

2013 di Kabupaten Dharmasraya ...................................................................... 127

Gambar 53. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten

Kuantan Singingi ............................................................................................... 129

Gambar 54. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan

2013 di Kabupaten Kuantan Singingi ............................................................... 130

Gambar 55. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten

Tebo ................................................................................................................... 132

Gambar 56. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan

2013 di Kabupaten Tebo ................................................................................... 133

Gambar 57. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................... 136

Gambar 58. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan

Potensi Cadangan Karbon tahun 2013 .............................................................. 138

Gambar 59. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan

Potensi Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon tahun 2013 ................................. 139

Gambar 60. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten Kuantan

Singingi ............................................................................................................. 141

Gambar 61. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan

Potensi Cadangan Karbon tahun 2013 .............................................................. 143

Gambar 62. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan

Potensi Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon tahun 2013 ................................. 144

Gambar 63. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten Tebo ................ 146

Gambar 64. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Tebo dengan Potensi Cadangan

Karbon tahun 2013 ............................................................................................ 148

Gambar 65. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan

Potensi Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon tahun 2013 ................................. 149

Gambar 66. Cadangan karbon tiga kabupaten dalam koridor rimbaError! Bookmark not defined.

Page 13: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

12

Tabel 1. Perundangan dan peraturan karbon di Indonesia. ................................................................ 19

Tabel 2. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan ........................................................ 23

Tabel 3. Karbon Tersimpan pada Masing-masing Tipe Penutupan Lahan di Indonesia .................... 24

Tabel 4. Model-model alometrik biomassa untuk menduga biomass pohon diatas permukaan

tanah ..................................................................................................................................... 27

Tabel 5. Daftar Persamaan Alometrik Pendugaan Cadangan Karbon di atas permukaan tanah

yang digunakan Dibeberapa Tipe ekosistem hutan di Indonesia. ........................................ 28

Tabel 6. Rasio biomasa bawah permukaan dengan biomasa atas permukaan atau root shoot

rasio ...................................................................................................................................... 29

Tabel 7. Karakteristik Landsat 8 ........................................................................................................ 31

Tabel 8. Klasifikasi penutupan lahan SNI 7645 ................................................................................. 34

Tabel 9. Indikator Pemilihan Lokasi Survei Lapangan dan Faktor Prioritas ..................................... 56

Tabel 10. Perbandingan Ukuran Plot Sampel ...................................................................................... 57

Tabel 11. Agenda Pelatihan ................................................................................................................. 68

Tabel 12. Citra Satelit Landsat 8 dan Tahun Perekaman ..................................................................... 76

Tabel 13. Citra Satelit SPOT 2/4 dan Tahun Perekamannya ............................................................... 76

Tabel 14. Klasifikasi Penutupan Lahan ................................................................................................ 77

Tabel 15. Luas Penutupan Lahan di tiga Kabupaten pada Tahun 2008 dan Tahun 2013 .................... 79

Tabel 16. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Dharmasraya dalam RIMBA tahun 2008 –

2013 ...................................................................................................................................... 83

Tabel 17. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Tebo dalam RIMBA tahun 2008 – 2013 .................. 85

Tabel 18. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Kuantan Singingi dalam RIMBA tahun 2008 –

2013 ...................................................................................................................................... 81

Tabel 19. Uji Ketelitian Hasil Klasifikasi ............................................................................................ 87

Tabel 20. Perkiraan cadangan karbon per penutupan lahan ................................................................. 88

Tabel 21. Karbon Total Per Penutupan Lahan Tahun 2008 ................................................................. 90

Tabel 22. Valuasi Ekonomi dari Karbon pada Penutupan Lahan Tahun 2008 .................................... 90

Tabel 23. Karbon Total Per Penutupan Lahan Tahun 2013 ................................................................. 91

Tabel 24. Valuasi Ekonomi dari Karbon pada Penutupan Lahan Tahun 2013 .................................... 92

Tabel 25. Jumlah titik Survey di 3 Kabupaten ..................................................................................... 95

Tabel 26. Lokasi Pengukuran Cadangan Karbon ................................................................................. 96

Tabel 27. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di PSP Bukit Selasih ............................ 100

Tabel 28. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di NPSP Lubuk Karak ......................... 102

Daftar Tabel

Page 14: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

13

Tabel 29. Identifikasi Jenis Pohon di NPSP Sentajo-1....................................................................... 111

Tabel 30. Identifikasi Jenis Pohon di plot NPSP Sentajo – 2 ............................................................. 113

Tabel 31. Identifikasi Jenis Pohon ..................................................................................................... 115

Tabel 32. Total cadangan karbon pool per plot contoh untuk penutupan lahan Hutan. ..................... 123

Tabel 33. Uji Kesesuaian Klasifikasi ................................................................................................. 123

Tabel 34. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Dharmasraya ....................... 126

Tabel 35. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Dharmasraya ....................... 126

Tabel 36. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................................... 128

Tabel 37. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................................... 128

Tabel 38. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Kuantan Singingi ................ 129

Tabel 39. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Kuantan Singingi ................ 129

Tabel 40. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten

Kuantan Singingi ................................................................................................................ 130

Tabel 41. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten

Kuantan Singingi ................................................................................................................ 131

Tabel 42. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Tebo .................................... 132

Tabel 43. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Tebo .................................... 133

Tabel 44. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten

Tebo.................................................................................................................................... 134

Tabel 45. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten

Tebo.................................................................................................................................... 134

Tabel 46. Estimasi Karbon tersimpan per kabupaten ......................................................................... 134

Tabel 47. Luas penutupan Lahan tahun 2008 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................................... 137

Tabel 48. Luas Penutupan Lahan tahun 2013 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten

Dharmasraya ...................................................................................................................... 137

Page 15: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

14

MRV = Measuring, Reporting and Verification

REL = Reference Emission Level

REDD = Reductions Emission from Deforestation and Degradation

Baseline = Emisi gas rumah kaca yang akan terjadi tanpa adanya intervensi kebijakan

atau kegiatan

Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah

= badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di

Kabupaten dan mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi

penataan ruang di daerah.

Carbon Stock = Jumlah karbon dalam suatu pool

Deforestasi/Deforestation = Konversi hutan menjadi bukan hutan secara permanen

Gas Rumah Kaca (GRK)

/Greenhouse gases

(GHGs)

= Gas-gas di atmosfer yang bertanggung jawab sebagai penyebab pemanasan

global dan perubahan iklim. Gas-gas rumah kaca yang utama adalah karbon

dioksid (CO2), metan (CH4) dan Nitrogen oksida (N2O). Gas-gas rumah

kaca yang kurang umum (tetapi sangat kuat) adalah hydrofluorocarbons

(HFCs), perfluorocarbons (PFCts) dan sulphur hexafluoride (SF6).

Intergovernmental Panel

on Climate Change

(IPCC)

= Organisasi Meteorologi Dunia dan Program Lingkungan PBB (UNEP)

dibentuk pada tahun 1998

Land use, land-use

change, and forestry

(LULUCF)

= Sektor inventarisasi gas rumah kaca yang meliputi emisi dan pemindahan

gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas pemanfaatan lahan secara

langsung oleh manusia, perubahan lahan dan kehutanan.

Pembangunan

Berkelanjutan

= Pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan

kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Penginderaan

Jauh/Remote Sensing

= Sebuah metode untuk mengukur deforestasi dan/atau degradasi hutan

dengan menggunakan alat perekam yang tidak berhubungan secara fisik

dengan hutan, seperti satelit atau foto udara.

Penyerapan Karbon = Proses memindahkan karbon dari atmosfir dan menyimpannya dalam

reservoir.

Pool karbon = Suatu sistem yang mempunyai mekanisme untuk mengakumulasi atau

melepas karbon. Contoh pool karbon adalah biomasa hutan, produk-produk

kayu, tanah dan atmosfer.

REDD, atau reducing

emissions from

deforestation and forest

degradation

(Pengurangan emisi dari

deforestasi dan degradasi

hutan)

= Sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK dengan cara memberikan

kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan pencegahan deforestasi

dan degradasi hutan.

REDD+ = Kerangka kerja REDD yang lebih luas dengan memasukkan konservasi

hutan, pengelolaan hutan lestari atau peningkatan cadangan karbon agar

partisipasi untuk menerapkan REDD semakin luas serta untuk memberikan

penghargaan kepada negara-negara yang sudah berupaya melindungi

hutannya.

Glossary

Page 16: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

15

Serap karbon/Carbon

sink

= Media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk

bahan organik, vegetasi hutan, laut dan tanah.

Serapan (Sink) = Proses, aktivitas atau mekanisme yang menghilangkan gas rumah kaca,

aerosol atau cikal bakal gas rumah kaca dari atmosfer. Hutan dan vegetasi

lainnya dianggap sebagai sinks karena memindahkan karbon dioksida

melalui fotosintesa.

UNFCCC (United

Nations Framework

Convention on Climate

Change)

= Konvensi Kerangka PPB tentang Perubahan Iklim, diadopsi pada tahun

1992 dan mulai berlaku sejak tahun 1994. Konvensi ini merupakan salah

satu hasil dari Konvensi Rio de Janeiro tahun 1992

Voluntary Carbon

Standard

= Skema sertifikasi untuk kredit emisi yang tidak diatur di dalam Protokol

Kyoto

Page 17: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

16

BAB I. Mengukur Karbon di Tingkat Lanskap

I.1. Pendahuluan

Perubahan iklim global telah dirasakan oleh manusia di berbagai belahan dunia. Perubahan

disebabkan oleh kenaikan temperature atmosfer bumi, yang memicu dampak lingkungan

global.

Dampak tersebut antara lain kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh melelehnya

salju di kutub, dan ketidakpastian musim hujan dan kemarau. (IPCC, 2007). Kenaikan suhu

bumi ini menjadi ancaman bagi kehidupan manusia dalam bentuk bencana cuaca yang

ekstrim, kekeringan, banjir, tenggelamnya pulau-pulau, kelaparan, kesehatan, dan lain-lain.

Perdebatan penyebab kenaikan temperature bumi masih terus berlangsung. Sebagian ahli

masih ada yang mempercayai bahwa kenaikan dan penurunan bumi adalah gejala alam.

Namun para ahli yang tergabung di dalam panel expert IPCC mempercayai bahwa kenaikan

tersebut disebabkan oleh kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK), yaitu karbon

dioksida (CO2), Methana (CH4), Nitru oxide (NOx) dan Sulphur Oxida (Sox), yang

dikeluarkan karena aktivitas manusia. Sumber GRK berasal dari berbagai aktivitas

pembakaran bahan bakar fossil dari sector industry, rumah tangga, dan transportasi, serta

emisi dari sector pertanian dan kehutanan. Negara maju penyumbang emisi GRK terbesar dari

sektor industry, sedangkan untuk Negara berkembang di belahan tropika, sumber emisi GRK

banyak disebabkan oleh aktivitas pertanian dan kehutanan (deforestasi). Hilangnya hutan

merupakan salah satu faktor yang berkontribusi secara signifikan dalam perubahan iklim. Di

sisi lain, kemungkinan memperluas penyimpanan karbon di hutan diidentifikasi sebagai cara

yang lebih berpotensi dalam mitigasi perubahan iklim (FAO, 2001; deFries et al., 2000).

Upaya masyarakat dunia dalam mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK)

mendapat sambutan baik dari pemerintah Indonesia. Negara Indonesia memberikan

komitmennya dalam pencegahan perubahan iklim dunia, melalui pernyataan Presiden

Republik Indonesia, yaitu: untuk penanggulangan perubahan iklim antara lain melalui

komitmen untuk penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan

sampai dengan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020.

Upaya pemerintah Indonesia tersebut perlu ditindaklanjuti sebagai bagian dari rencana,

kegiatan dan program ditingkat nasional maupun daerah. Oleh karena itu diperlukan kekuatan

hukum yang mengikat agar dapat terlaksananya tujuan penurunan emisi tersebut, selain

perangkat hukum diperlukan juga ketersediaan sumber daya manusia dan ketersediaan

Page 18: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

17

informasi. Ketersediaan informasi ini diperlukan koordinasi yang kuat untuk membuat

informasi tersebut menjadi satu kesatuan data. Saat ini ketersediaan informasi tersebut masih

berada dalam masing-masing sektor. Penggunaan teknologi maju juga menjadi salah satu

penunjang untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan (accountable),

terukur (measurable), memiliki nilai ilmiah dan keterbukaan (accessible).

Penggunaan teknologi tinggi seperti teknologi penginderaan jauh/satelit terkini telah

menunjukkan bahwa pengurangan deforestasi dapat digambarkan dengan nyata, permanen,

dan pengurangan emisi dapat di-verifikasi dengan pengukuran yang dapat dipercaya dan

monitoring dan perhitungan kebocoran dengan tepat. Hambatan utama untuk keberhasilan

mekanisme penurunan efek gas rumah kaca (GRK) yang memanfaatkan kekuatan pasar

karbon untuk melestarikan lokasi keanekaragaman hayati yang luas, meningkatkan mata

pencaharian lokal di negara-negara berkembang, dan membantu mengurangi perubahan iklim

tidak lagi secara teknis, melainkan politik dan finansial. Kondisi tersebut mengakibatkan

kurangnya ketersediaan informasi mengenai kondisi biofisik lingkungan yang berdampak

pada proses penanggulangan/mitigasi bencana. Ketersediaan informasi mengenai kondisi

penutupan lahan serta cadangan karbon yang tersimpan, menjadi acuan untuk perhitungan

carbon untuk rencana aksi daerah untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait dengan

pengurangan emisi.

I.2. Tujuan

• Mengukur, mengidentifikasi dan memetaan stok karbon dan distribusi dalam lanskap

tiga kabupaten prioritas.

• Melakukan analisis kajian penilaian jasa ekosistem alam untuk memprediksi status stok

karbon berdasarkan kondisi penggunaan lahan/tutupan lahan saat ini atau yang akan

datang.

• Menyediakan informasi/data stok dan distribusi karbon bagi kabupaten untuk

mendukung pemerintah kabupaten dalam pengkajian lingkungan hidup strategis dan

rencana tata ruang kabupaten serta rencana aksi daerah untuk penurunan gas rumah kaca

melalui pendekatan analisis InVEST.

I.3. Manfaat

Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai karbon terkait

dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, informasi mengenai cadangan dan

perubahan cadangan karbon tersimpan dan sebagai level referensi berdasarkan histori data

yang tersedia. Data dan informasi ini dapat menjadi informasi yang dalam perencanaan

Page 19: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

18

penataan ruang atau yang berkaitan dengan keruangan dan menjadi data daerah seperti

rencana aksi daerah terhadap penurunan emisi karbon.

Page 20: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

19

BAB II. Perkembangan Karbon di Indonesia

II.1. Regulasi dan Perundangan

II.1.1. Regulasi

Menjawab kebutuhan akan suatu peraturan perundang-undangan mengenai karbon baik secara

nasional maupun internasional, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan beberapa

peraturan atau perundangan terkait dengan karbon atau perubahan Iklim. Tabel 1.

Mendeskripsikan peraturan dan peraturan yang telah di publikasi.

Tabel 1. Perundangan dan peraturan karbon di Indonesia.

REGULASI TANGGAL TENTANG

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 6 tahun 1994

1994 Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja

Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai

Perubahan Iklim (UNFCC)

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 17 tahun 2004

2004 Pengesahan Kyoto Protocol to the United

Nations Framework Convention on Climate

Change (Protokol Kyoto atas Konvensi

Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-

Bangsa tentang Perubahan Iklim)

Peraturan Menteri Kehutanan

P.68/Menhut-II/2008

2008 Penyelenggaraan Demonstration Activities

(DA) Pengurangan Emisi dari Deforestasi

dan Degradasi Hutan dan pembentukan

Kelompok Kerja Perubahan Iklim lingkup

Departemen Kehutanan

Peraturan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 46 tahun 2008

2008 Dewan Nasional Perubahan Iklim

Peraturan Menteri Kehutanan

P.30/Menhut-II/2009

2009 Tata Cara Pengurangan Emisi dari

Deforestasi dan Degradasi Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan

P.36/Menhut-II/2009

2009 Tata Cara Perijinan Usaha Pemanfaatan

Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon

pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung

Surat Keputusan Menteri Kehutanan

SK.624/Menhut-II/2010

2010 Surat keputusan ini tentang Pembentukan

Komite Pengarah dan Kelompok Kerja

Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan

Keputusan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 19 tahun 2010

2010 Satuan Tugas Persiapan Pembentukan

Kelembagaan REDD+

Peraturan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 61 Tahun 2011

2011 Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas

Rumah Kaca

Page 21: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

20

REGULASI TANGGAL TENTANG

Keputusan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 25 Tahun 2011

2011 Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan

Reducing Emissions From Deforestation

And Forest Degradation (REDD+)

Peraturan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 71 Tahun 2011

2011 Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah

Kaca Nasional

Peraturan Menteri Kehutanan

P.20/Menhut-II/2012

2012 Penyelenggaraan Karbon Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan

P.25/Menhut-II/2012

2012 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penugasan

Sebagian Urusan Pemerintah Bidang

Kehutanan Tahun 2012 Kepada Bupati

Berau, Bupati Malinau dan Bupati Kapuas

Hulu Dalam Rangka Demonstrasi Activities

REDD

Peraturan Presiden Republik

Indonesia

Nomor 16 Tahun 2012

2012 Rencana Umum Penanaman Modal

Peraturan Menteri Kehutanan

P.28/Menhut-II/2013

2013 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penugasan

Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang

Kehutanan Tahun 2013 Kepada Bupati

Berau, Bupati Malinau dan Bupati Kapuas

Hulu Dalam Rangka Demonstration

Activities REDD

SNI 7724: 2011 2011 Pengukuran dan Penghitungan Cadangan

Karbon untuk Penaksiran Cadangan Karbon

Hutan.

SNI 7725: 2011 2011 Penyusunan Alometrik untuk Mendukung

Penaksiran Cadangan Karbon Hutan

berdasarkan Pengukuran Lapangan

SNI 7645: 2010 2010 Klasifikasi Penutup Lahan

SNI 7848:2013 2013 Penyelenggaraan demonstration activity

(DA) REDD+

Pemerintah Republik Indonesia sangat memperhatikan perubahan iklim dan berperan aktif

dalam upaya mencegah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dengan

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 6 tahun 1994. Pembentukan lembaga/badan, petunjuk

teknis, implementasi area (demonstration activities) dan kebijakan penanaman modal serta

standarisasi nasional terkait dengan karbon.

II.1.2. Kesepakatan Regional

Implementasi Permenhut No. 30/Menhut-II/2009 tentang tata laksana pelaksanaan REDD,

implementasi REDD+ di Indonesia menggunakan pendekatan nasional dan implementasi di

sub nasional sehingga diperlukan standar nasional menyangkut metodologi pengukuran dan

Page 22: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

21

penghitungan karbon untuk menjaga konsistensi dan comparability hasil. Untuk

menindaklanjuti standar nasional tersebut maka Badan Standarisasi Nasional (BSN)

mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 7724:2011 tentang Pengukuran dan

Penghitungan Cadangan Karbon untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan dan SNI Nomor

7725:2011 tentang Penyusunan Alometrik untuk Mendukung Penaksiran Cadangan Karbon

Hutan berdasarkan Pengukuran Lapangan. SNI 7724 ini memberikan panduan untuk

pengukuran lapangan dan penghitungan cadangan karbon pada lima pool karbon untuk

mendukung monitoring perubahan cadangan karbon dengan tingkat kerincian (tier) 3

sedangkan SNI 7725 menyediakan panduan untuk menyusun persamaan alometrik yang

diperlukan dalam penggunaan standar untuk pengukuran karbon di lapangan guna menduga

cadangan karbon hutan, apabila belum tersedia persamaan alometrik yang sesuai dengan

kondisi biogeografis yang bersangkutan. Dan SNI Nomor 7645:2010 tentang Klasifikasi

Penutup Lahan. SNI ini telah dilakukan penyesuaian dengan kategorisasi penutupan lahan dan

perubahan penutupan lahan menurut IPCC serta SNI 7846:2013 tentang Penyelenggaraan

demonstration activity (DA) REDD+.

II.1.3. Kebutuhan Pasar

Adanya tuntutan pasar terhadap tranparansi dan kredibilitas, comparability, dan consistency

hasil kegiatan REDD+. Pemerintah Indonesia menanggapi kebutuhan ini kemudian

mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman

Modal dan Peraturan Menteri Kehutanan P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perijinan

Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan

Hutan Lindung.

Berdasarkan peraturan tersebut, maka peluang investasi di bidang lingkungan semakin

mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia dengan memberikan Arah kebijakan

Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) seperti: bersinergi

dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program

pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, dan

limbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati, Pengembangan sektor-

sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta pemanfaatan potensi sumber

energi baru dan terbarukan, Pengembangan ekonomi hijau (green economy), Pemberian

fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada penanaman modal

yang mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk pencegahan

Page 23: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

22

pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong perdagangan karbon

(carbon trade)6.

II.1.4. Pertimbangan Lainnya

Keinginan Kementerian Kehutanan dan BSN untuk mengangkat isu tersebut ke tingkat

internasional terutama terkait dengan implementasi aktifitas percontohan (demonstration

activities). Keputusan Conference of Parties (COP) United Nation of Framework Convention

on Climate Change (UNFCCC) terkait pelaksanaan Demonstration Activities (DA) REDD+

dimulai pada COP-13 di Bali tahun 2007 yang mengamanatkan kepada Negara pihak untuk

meng-explore kegiatan, mengidentifikasi opsi dan meningkatkan upaya, termasuk kegiatan

Demonstration Activities (DA). Saat ini sejumlah Demonstration Activities (DA) REDD+

telah dibangun di beberapa provinsi dan kabupaten di Indonesia dengan skala, pendekatan,

dan ruang lingkup kegiatan yang beragam. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan sinergi

antara inisiatif-inisiatif di tingkat sub-nasional serta menjaga konsistensi dengan upaya-upaya

di tingkat nasional dalam rangka mempersiapkan implementasi REDD+ secara penuh (full

implementation) di Indonesia. Kegiatan ini diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan

P.28/Menhut-II/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penugasan Sebagian Urusan

Pemerintahan Bidang Kehutanan Tahun 2013 Kepada Bupati Berau, Bupati Malinau dan

Bupati Kapuas Hulu Dalam Rangka Demonstration Activities REDD dan SNI 7848:2013

tentang penyelenggaraan demonstration activity (DA) REDD+.

II.2. Karbon Lanskap

II.2.1. Biomasa/Karbon

Biomassa berasal dari kata bio yang artinya hidup dan masa yang artinya berat, sehingga

biomassa dapat diartikan sebagai bobot bahan hidup. Biomasa tumbuhan adalah jumlah berat

kering dari seluruh bagian tumbuhan yang hidup dan untuk memudahkannya kadang-kadang

dibagi menjadi biomassa di atas permukaan tanah (daun, bunga, buah, ranting, cabang dan

batang) dan biomassa di bawah permukaan tanah (akar). Biomassa hutan adalah jumlah total

bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh

organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas

(ton/ha) (Anwar et al., 1984).

Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon

dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997 dalam Indriyanto

6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012

Page 24: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

23

2006). Di permukaan bumi terdapat kurang lebih 90% biomassa yang terdapat dalam hutan

dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar, serasah, hewan, dan jasad renik. Biomassa

tersebut merupakan hasil dari fotosintesis yang berupa selulosa, lignin, gula bersama dengan

lemak, pati, protein, dammar, fenol, dan berbagai senyawa lainnya. Pendugaan biomassa

hutan dibutuhkan untuk mengetahui perubahan cadangan karbon dan untuk tujuan lain.

Pendugaan biomassa di atas permukaan tanah sangat penting untuk mengkaji cadangan

karbon dan efek dari deforestasi serta penyimpanan karbon dalam keseimbangan karbon

secara global (Ketterings et al. 2001). Karbon tiap tahun biasanya dipindahkan dari atmosfer

ke dalam ekosistem muda, seperti hutan tanaman atau hutan baru setelah penebangan,

kebakaran atau gangguan lainnya (Hairiah et al. 2001). Sehingga jangka panjang

penyimpanan karbon di dalam hutan akan sangat tergantung pada pengelolaan hutannya

sendiri termasuk cara mengatasi gangguan yang mungkin terjadi

(Murdiyarso et al. 1999). Selain itu menurut (Hairiah et al. 2001), potensi penyerapan karbon

oleh ekosistem tergantung pada tipe dan kondisi ekosistemnya yaitu komposisi jenis, struktur,

dan sebaran umur (khusus untuk hutan).

Beberapa penelitian telah mendapat nilai biomassa dari beberapa tipe penutupan lahan di

Indonesia, Tabel 2 menunjukan nilai karbon tersimpan dari tipe penggunaan lahan;

Tabel 2. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan

Tipe Penutupan Lahan Karbon Tersimpan

/BBA (Ton C/Ha) Sumber

Hutan alam dipterokarpa 204,92 – 264,70 Dharmawan dan

Siregar (2009);

Samsoedin et al.

(2009)

Hutan lindung 211,86 Noor’an (2007)

Hutan sekunder bekas kebakaran

hutan

7,5 – 55,3 Hiratsuka et al.

(2006)

Hutan mangrove sekunder 54,1 – 182,5 Dharmawan dan

Siregar(2009),

Dharmawan dan

Siregar (2008)

Hutan sekunder bekas tebangan 171,8 – 249,1 Dharmawan et

al. (2010)

Rahayu et al.

(2006)

Hutan alam primer dataran

rendah

230,10 - 264,70

Samsoedin et al.

(2009)

Hutan alam primer dataran tinggi 103,16 Dharmawan (2010)

Hutan sekunder dataran tinggi 113,20 Dharmawan (2010)

Hutan sekunder dataran tinggi 39,48 Dharmawan (2010

Hutan gambut 200 Agus (2007)

Hutan alam gambut bekas Bekas tebangan (126,01) Rochmayanto

Page 25: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

24

Tipe Penutupan Lahan Karbon Tersimpan

/BBA (Ton C/Ha) Sumber

tebangan dan sekunder Sekunder (83,49) (2009)

Hutan tanaman Acacia mangium 91,2 Gintings (1997)

Hutan Tanaman Acacia

crassicarpa

Metode konversi biomassa:

rata-rata potensi serapan karbon

menurut kelas umur (1-8 thn)

dari bagian akar, batang, cabang

dan daun: 64,14 ton/ha

Adiriono (2009)

Hutan tanaman Acacia mangium Cadangan karbon pada berat

kering biomassa adalah 50%,

dan jumlah karbon diperkirakan

sekitar 3.02 C/

ha/tahun.

Heriansyah, 2003

Savana/padang rumput

Jambi

Indonesia

6,0

10,0

Prasetyo (2000) dan

Peace (2007) dalam

Muzahid (2008)

Semak belukar 15.0 Prasetyo (2000)

dalam Muzahid

(2008)

Kebun campuran 77.18 (rata-rata) Yuli (2003)

Karet dan coklat 113,85 Sorel (2007)

Kelapa sawit Min: 19.2; max:68.84 Purba, K.D. (2013)

Sumber: Pulitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kemenhut, 2010 (modifikasi)

Tabel 3. Karbon Tersimpan pada Masing-masing Tipe Penutupan Lahan di Indonesia

Tipe Penutupan Lahan Karbon

Tersimpan Tipe Penutupan Lahan

Hutan Lahan Kering Primer 195.4 Ditjenplan Kemenhut,

Desember 20127

Hutan Lahan Kering Sekunder 169.7

Hutan Mangrove Primer 170

Hutan Rawa Primer 196

Hutan Tanaman 64

Semak Belukar 30

Perkebunan 63

Permukiman 5

Tanah Terbuka 2.5

Rumput 4.5

Hutan Mangrove Sekunder 120

Hutan Rawa Sekunder 155

Belukar Rawa 30

Pertanian Lahan Kering 10

Pertanian Lahan Kering Campur 30

Sawah 2

7 http://www.sekretariat-rangrk.org/english/home/9-uncategorised/173-baulahan

Page 26: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

25

Tipe Penutupan Lahan Karbon

Tersimpan Tipe Penutupan Lahan

Tambak 0

Bandara/Pelabuhan 0

Transmigrasi 10

Pertambangan 0

Rawa 0

Cairns et al. (1997) mengemukakan bahwa biomassa di bawah permukaan tanah umumnya

berupa akar yang memiliki sumbangan lebih dari 40% total biomassa. Terdapat hubungan

antara biomassa di bawah tanah (B) suatu pohon dengan diameter akar (D) dengan persamaan

B = ∑ aDb (Hairiah et al. 2001).

Biomassa di bawah tanah dapat dihitung dengan biomassa di atas tanah dibagi dengan rasio

tajuk – akar. Nilai rasio tajuk akar tergantung dari kondisi lahan, untuk lahan hutan tropik

basah (upland) normal bernilai 4, sedangkan untuk daerah selalu basah (wet sites) bernilai

lebih dari 10, dan pada lahan yang memiliki kesuburan sangat rendah bernilai 1. Menurut Mac

Dicken (1997), estimasi kadar biomassa di bawah tanah suatu pohon tidak kurang dari 15%

dari biomassa di atas tanah.

Gambar 1. Stock karbon pada berbagai tipe penutupan lahan dan jalur aliran karbon

II.2.2. Cara Pengukuran dan Pendugaan Biomassa

Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), pendugaan biomassa di atas permukaan tanah bisa

diukur dengan menggunakan metode langsung (destructive) dan metode tidak langsung (non-

destructive). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi yang

Page 27: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

26

berdiameter ≥ 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa vegetasi yang memiliki diameter <

5 cm (vegetasi tumbuhan bawah) menggunakan metode secara langsung.

Pendugaan biomasa dalam metode tidak langsung mempergunakan beberapa persamaan

matematis atau allometrik sehingga dapat menduga biomasa vegetasi. Persamaan alometrik

merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas yang diduga oleh satu atau lebih peubah

bebas. Contohnya adalah hubungan antara volume pohon, biomassa atau masa karbon dengan

diameter dan tinggi pohon. Dalam hubungan ini volume pohon, biomassa atau masa karbon

merupakan peubah tak bebas yang besar nilainya diduga oleh diameter dan tinggi pohon yang

disebut sebagai peubah bebas. Hubungan alometrik biasanya dinyatakan dalam suatu model

alometrik. Persamaan tersebut biasanya menggunakan diameter pohon yang diukur setinggi

dada atau diukur 1,30 m dari permukaan tanah sebagai dasar.

Penyusunan model persamaan penaksiran biomassa dengan menggunakan teknik regresi

dimaksudkan untuk mencari hubungan antar biomassa dengan peubah penaksiran yang

diperoleh pada pengukuran biomassa sejumlah pohon.

Menurut Krisnawati, 2013, bahwa perhitungan karbon diatas permukaan dilakukan melalui

beberapa pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan-1 digunakan apabila model alometrik biomasa pohon yang dikembangkan

untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga di lokasi tertentu (species or

ecosystem and site specific model) tersedia.

2. Pendekatan-2 digunakan apabila model alometrik biomassa pohon yang

dikembangkan untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga di lokasi

tertentu (species or ecosystem and site-specific model) tidak/belum tersedia, tetapi

model alometrik biomassa pohon untuk jenis atau tipe ekosistem tersebut sudah

tersedia atau dikembangkan di lokasi lain.

3. Pendekatan-3 digunakan apabila model alometrik biomassa pohon yang

dikembangkan untuk suatu jenis atau tipe ekosistem tertentu tidak/belum tersedia

(baik di lokasi tersebut maupun di lokasi lain) tetapi model alometrik volume pohon

yang spesifik untuk jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga sudah dikembangkan

di lokasi tersebut.

4. Pendekatan-4 digunakan apabila model alometrik volume pohon yang dikembangkan

untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga di lokasi tertentu (species or

ecosystem and site-specific model) tidak/belum tersedia, tetapi model alometrik

volume pohon untuk jenis atau tipe ekosistem tersebut sudah tersedia atau

dikembangkan di lokasi lain.

Page 28: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

27

5. Pendekatan-5 digunakan apabila model alometrik biomassa maupun model alometrik

volume pohon yang dikembangkan untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan

diduga tidak/belum tersedia, tetapi tersedia data tinggi (selain diameter) dari hasil

pengukuran atau inventarisasi pohon dalam tegakan.

6. Pendekatan-6 digunakan apabila kondisi berikut: (a) tidak tersedia model alometrik

biomassa pohon untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga, tetapi (b)

tersedia model alometrik volume atau data tinggi (selain diameter) yang dapat

digunakan sebagai perangkat untuk mendapatkan nilai dugaan volume sesuai dengan

jenis pohon dan tipe ekosistem yang akan diduga tersebut; dan (c) tersedia data wood

density, tetapi (d) tidak tersedia data BEF pohon.

7. Pendekatan-7 digunakan apabila terdapat kondisi berikut: (a) tidak tersedia model

alometrik biomassa pohon untuk suatu jenis atau tipe ekosistem yang akan diduga,

tetapi (b) tersedia model alometrik volume atau data tinggi (selain diameter) yang

dapat digunakan sebagai perangkat untuk mendapatkan nilai dugaan volume sesuai

dengan jenis pohon dan tipe ekosistem yang akan diduga tersebut; dan (c) tidak

tersedia nilai wood density, baik untuk spesifik jenis atau kelompok jenis (genus,

family) yang akan diduga.

8. Pendekatan-8 digunakan apabila terdapat kondisi berikut: (a) tidak tersedia model

alometrik biomassa maupun model alometrik volume pohon yang spesifik untuk jenis

pohon atau tipe ekosistem yang akan diduga, (b) tidak tersedia data tinggi (selain

diameter) yang memungkinkan untuk menduga volume pohon menggunakan

pendekatan rumus geometrik, dan (c) tidak tersedia data wood density (baik untuk

spesifik jenis atau kelompok jenis (genus, family)).

Tabel 4. Model-model alometrik biomassa untuk menduga biomass pohon diatas permukaan tanah

Tipe

Ekosistem

Jenis

Pohon Lokasi

Model

Alometrik

Jumlah

Pohon

Contoh

DBH

(cm) R2 Sumber

HUTAN ALAM Hutan

Lahan

Kering

Campuran Kalteng InBBA=

-3.408+2.708ln(Dpkl) 40 1.1–115 0.98

Anggraeni

(2011)

Hutan

Lahan

Kering

Campuran Kaltim InBBA=

-1.201+2.196ln(D) 122 6-200 0.96

Basuki et al.

(2009)

Hutan Lahan

Kering

sekunder

Campuran Jambi InBBA=

-2.75+2.591 ln (D) 29 7.6-48.1 0.95

Ketterings et

al. (2001)

Hutan Lahan

Kering

sekunder

Campuran Jambi BBA=

0.11ρD2+0.62 29 7.6–48.1 Tad

Ketterings et

al. (2001)

Hutan Lahan

Kering

sekunder

Campuran Kaltim BBA=

0.19999D2.14 63 2–24. 0.93

Adinugroho

(2009)

Hutan Lahan

Kering Campuran Jambi

BBA=

0.0639D2.3903 21 10.3–48 0.97

Thojib et al

(2002)

Page 29: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

28

Tipe

Ekosistem

Jenis

Pohon Lokasi

Model

Alometrik

Jumlah

Pohon

Contoh

DBH

(cm) R2 Sumber

sekunder

Hutan

Kerangas Campuran Kalbar

InBBA= -

1.861+2.528lnD 12

2.55–

30.3 0.99 Onrizal (2004)

Hutan Rawa

Gambut Campuran Kalteng BBA=0.107 D2.486

Tidak

ada data 2-35 0.90

Jaya et al

(2007)

Hutan Rawa

Gambut

sekunder

(terbakar)

Campuran Sumsel BBA=0.153D2.40 20 2-30.2 0.98 Widyasari

(2010)

Hutan Rawa

Gambut

sekunder

(terbakar)

Campuran Sumsel BBA=0.206D2.451 30 5.3-64 0.96 Novita (2010)

Hutan

Tanaman

Akasia

auriculiform

is

DIY BBA=0.078(D2H)0.902 10 Tidak

ada data 0.96

BPKH Wil. XI

& MFP II

(2009)

Hutan

Tanaman

Akasia

crassicarpa Sumsel BBA=0.027(D2H)2.891 10 6-28 0.96 Rahmat (2007)

Hutan

Tanaman

Akasia

mangium JABAR BBA=0.199(D2H)2.148 22 1.4-18.9 0.99 Rahmat (2007)

Hutan

Tanaman

Akasia

mangium SUmsel BBA=0.070(D2H)2.58 30

8.69-

28.3 0.97

Wicaksono

(2004)

Sumber: (Krinawati H., et al., 2012 – Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi) (modifikasi)

Metode root to shoot ratio (RSR) atau rasio perbandingan antara biomasa akar (biomasa

bawah permukaan) dengan biomasa atas permukaan (BAP). IPCC (2003) juga telah

melampirkan tabel RSR global untuk pendugaan biomasa bawah permukaan (BBP) (Tabel 5).

Berikut adalah beberapa persamaan yang digunakan secara lanskap untuk pendugaan karbon

diatas permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah secara global:

Tabel 5. Daftar Persamaan Alometrik Pendugaan Cadangan Karbon di atas permukaan tanah yang

digunakan Dibeberapa Tipe ekosistem hutan di Indonesia.

Persamaan Allometrik Referensi Ket

AGBest = π*exp(-1.499+2.148ln(D) + 0.207(ln(D))2 – 0.0281(ln(D))3) Chave et al

2005

Hutan,

lembab

AGBest = 0.118 * D2.53 Brown,

1997

Hutan,

lembab

AGBest = ρ x 0.11 x D2.62 Kattering,

2001

Pohon

bercabang

BBP = Exp (-1,0587 + 0.8836 * LN(BAP)

Cairns, et

al, 1997

dalam

Manuri,S.

et al, 2011

Biomassa

Bawah

Permukaan

(BBP)

Page 30: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

29

Tabel 6. Rasio biomasa bawah permukaan dengan biomasa atas permukaan atau root shoot rasio

Ecological zone Above ground

biomass

R (tonne root d.m.

(tonne shoot d.m.)-1) References

Tropical rainforest 0.37 Frittkau and Klinge, 1973

Tropical moist

deciduous forest

ABG < 125 tonnes/Ha 0.20 (0.09 – 0.25) Mokany et al., 2006

AGB > 125 tonnes/Ha 0.24 ( 0.22 – 0.33) Mokany et al., 2006

Tropical dry forest ABG < 20 tonnes/Ha 0.56 (0.28 – 0.68) Mokany et al., 2006

AGB > 20 tonnes/Ha 0.28 (0.27 – 0.28) Mokany et al., 2006

Tropical scrubland 0.40 Poupon, 1980 Sumber: (IPCC, 2006 dalam Manure S. et al,2011)

Pendugaan biomasa akar, secara teknis sangat sulit dilakukan. Karena itu penelitian mengenai

model penduga cadangan biomasa akar pun sangat terbatas. Beberapa penelitian juga telah

dilakukan untuk membangun persamaan alometrik akar di wilayah tropis:

Persamaan Alometrik dapat digunakan untuk mengestimasi stok biomassa pada vegetasi

dengan jenis yang sama. persamaan allometrik digunakan untuk mengekstrapolasi cuplikan

data ke area yang lebih luas. Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan yang membedakan

persamaan-persamaan alometrik antara lain :

1. perbedaan struktur pohon

2. perbedaan ukuran pohon dengan kelas diameter pohon yang dikembangkan dalam

persamaan alometriknya.

Untuk mendukung MRV perhitungan emisi termasuk REDD+ harus didasarkan kepada data

perubahan tutupan hutan dari hasil penginderaan jauh (remote sensing), penggunaan faktor

emisi dan faktor serapan lokal serta tersedianya data kegiatan seperti perubahan luas berbagai

penutupan lahan, luas sub kategori hutan, luas hutan tanaman, dari hasil kegiatan misalnya

gerhan, HTI, HTR, HR, serta angka kerusakan hutan seperti logging, kebakaran, dan data

lainnya.

Data cadangan karbon dan perubahannya didasarkan kepada IPCC-GL 2006, yang

memperhitungkan 5 sumber karbon (carbon pools). Metode pengukuran karbon di lapangan

dengan menempatkan plot-plot contoh telah dikembangkan (McDicken 1997, IPCC GL,

2006; Kurniatun dan Rahayu, 2007; GOFC-Gold, 2009). Lima sumber karbon yaitu:

1. Biomass di atas tanah (above ground biomass)

2. Biomass di bawah tanah (below ground biomass),

3. Pohon yang mati (dead wood),

4. Seresah (litter),

5. Tanah (soil)

Page 31: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

30

Bentuk dan ukuran petak contoh pengukuran karbon memiliki variasi yang beragam, bentuk

plot contoh dapat berbentuk lingkaran maupun persegi. Berdasarkan Hairiah, dkk. (ICRAF,

2011) pengukuran cadangan karbon di hutan alami, semak belukar dan agroforestry dengan

tingkat kerapatan pohon tinggi. Pohon yang diukur adalah pohon dengan diameter 5 cm

hingga 30 cm (atau lingkar/lilit pohon 15 cm – 95 cm). Pada kondisi ini plot menggunakan

ukuran 40 m x 5 m.

Plot ukuran 100 m x 20 m dibuat jika dalam plot tersebut terdapat pohon dengan diameter

lebih besar dari 30 cm (lingkar/lilit 95 cm). pengukuran dilakukan hanya pada pohon besar

saja dengan diameter lebih dari 30 cm. Bila kondisi tidak memungkinkan untuk membuat plot

tersebut karena terhambat oleh faktor alami seperti jurang, sungai, batu besar maka potongan

plot bisa dipindahkan ke tempat lain di dekatnya.

Plot ukuran 40 m x 40 m: plot ini khusus untuk pengukuran cadangan karbon pada lahan

perkebunan atau agroforestry dengan jarak tanam pohon yang lebar (6 m x 6 m).

II.3. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG

II.3.1. Penginderaan Jauh (remote sensing)

Penginderaan jauh berasal dari kata remote sensing memiliki pengertian bahwa penginderaan

jauh merupakan suatu ilmu dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi dari suatu

objek di permukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung

dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979). Jadi penginderaan jauh merupakan

ilmu dan teknologi untuk mengindera/menganalisis permukaan bumi dari jarak yang jauh,

dimana perekaman dilakukan di udara atau di angkasa dengan menggunakan alat (sensor),

yang ditempatkan pada sebuah wahana (kendaraan).

Teknologi Penginderaan Jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan

diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth

Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun

1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral

Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang

kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan

seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6, 7 dan terakhir adalah Landsat 8 yang diorbitkan

pada tanggal 11 Februari 2013, Data Landsat 8 telah diproses hingga pada level L1T

(terkoreksi topografi) dan membawa dua sensor yaitu sensor Onboard Operational Land

Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah.

Page 32: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

31

Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan

11) pada TIRS. Karakteristik satelit Landsat 8 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Landsat 8

Proses: Terkoreksi Topografi Level 1 T

Ukuran Piksel: OLI multispectral bands 1-7,9: 30-meters

OLI panchromatic band 8: 15-meters

TIRS bands 10-11: collected at 100 meters but resampled

to 30 meters to match OLI multispectral bands

Karakteristik Data: GeoTIFF data format

Cubic Convolution (CC) resampling

North Up (MAP) orientation

Universal Transverse Mercator (UTM) map projection (Polar

Stereographic for Antarctica)

World Geodetic System (WGS) 84 datum

12 meter circular error, 90% confidence global accuracy for OLI

41 meter circular error, 90% confidence global accuracy for

TIRS

16-bit pixel values

Format Data: .tar.gz compressed file via HTTP Download

Ukuran File: Approximately 1 GB (compressed), approximately 2 GB

(uncompressed)

Bands Spectral Band Wavelength Resolution

Band 1 - Coastal / Aerosol 0.433 - 0.453 µm 30 m

Band 2 - Blue 0.450 - 0.515 µm 30 m

Band 3 - Green 0.525 - 0.600 µm 30 m

Band 4 - Red 0.630 - 0.680 µm 30 m

Band 5 - Near Infrared 0.845 - 0.885 µm 30 m

Band 6 - Short Wavelength Infrared 1.560 - 1.660 µm 30 m

Band 7 - Short Wavelength Infrared 2.100 - 2.300 µm 30 m

Band 8 - Panchromatic 0.500 - 0.680 µm 15 m

Band 9 - Cirrus 1.360 - 1.390 µm 30 m

Band 10 - Long Wavelength Infrared

Band 11 - Long Wavelength Infrared

10.30 - 11.30 µm

11.50 - 12.50 µm

100 m

100 m

II.3.2. Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS)

Menurut Burrough (1986), SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk

memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang

mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan

perencanaan. Sedangkan menurut Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer

yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data,

manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta

keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

Page 33: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

32

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di

bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah

pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan

lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi

SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi,kondisi, tren, pola dan pemodelan.

Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.

Gambar 2. Proses sub sistem dalam SIG

II.3.3. Penutupan lahan atau Penggunaan lahan

Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta

benda-benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan

(Arsyad, 2000). Penggunaan lahan adalah segala macam kegiatan penggunaan lahan baik

secara alami atau kegiatan manusia pada sebidang tanah (Vink, 1975). Sedangkan penutupan

lahan dibedakan atas vegetasi dan non-vegetasi.

Pengunaan lahan adalah penggunaan lahan utama atau penggunaan utama dan kedua (apabila

penggunaan berganda) dari sebidang lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan

sebagainya, sehingga lebih meningkatkan pemanfaatan oleh masyarakat (Sitorus, 2004).

Perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi seperti hutan menjadi

pemukiman dapat merubah albedo dan jumlah sinar matahari yang dapat diserap oleh

permukaan tanaman, selain itu juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim secara

global (Hairiah et al, 2001).

Berdasarkan SNI 7645 tahun 2010 tentang klasifikasi penutupan lahan dijelaskan bahwa

klasifikasi penutupan lahan di Indonesia pada peta tematik penutupan lahan skala

Tabel

Laporan

Page 34: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

33

1:1.000.000, 1:250.000 dan 1:50.000 atau 1:25.000. mengakomodasi keberagaman kelas

penutupan lahan yang pendetailan kelasnya bervariasi antar-shareholders atau multi sektor.

Para produsen dapat membuat dan mendetailkan kelas-kelas penutupan lahan tertentu untuk

menunjang tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Dan SNI tersebut mengacu pada Land

Cover Classification System United Nation – Food and Agriculture Organization (LCCS-

UNFAO) dan ISO 19144-1 Geographic information Classification Systems – Part 1:

Classification system structure dan dikembangkan sesuai dengan fenomena yang ada di

Indonesia. Klasifikasi penutupan lahan untuk skala 1:50.000/ 1:25.000 disajikan pada Tabel 8.

II.4. Implementasi Karbon

Implementasi karbon di Indonesia tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan

P.28/Menhut-II/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penugasan Sebagian Urusan

Pemerintahan Bidang Kehutanan Tahun 2013 Kepada Bupati Berau, Bupati Malinau dan

Bupati Kapuas Hulu Dalam Rangka Demonstration Activities REDD.

Petunjuk teknis tersebut terdiri dari beberapa aktifitas seperti; pemberian pedoman, fasilitasi,

pelatihan, bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi. Pelaksanaan pengembangan DA

REDD+ merupakan kegiatan yang cukup sulit, dikarenakan REDD+ merupakan sebuah

skema baru dan dalam pelaksanaannya nanti kemungkinan dihadapkan pada berbagai

tantangan seperti jumlah pihak yang terlibat, status kawasan hutan yang belum ditetapkan,

ketidakpastian status hukum dalam konteks hak-hak karbon, serta kompleksitas dan rigiditas

metodologi. Apabila semua tantangan ini dapat diatasi dan program dinyatakan sukses, tentu

hal ini akan menjadi keberhasilan/prestasi tersendiri.

Pelaksanaan DA REDD+ di tingkat lapangan dilaksanakan di 3 Kabupaten, yaitu Malinau dan

Berau di Kalimantan Timur, dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat dengan target akhir dari

Program adalah, minimal, rata-rata potensi pengurangan emisi di areal DA harus mencapai

300.000 – 400.000 ton CO 2 selama keseluruhan jangka waktu 7 tahun.8

8 Peraturan Menteri Kehutanan P.28/Menhut-II/2013

Page 35: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

34

Tabel 8. Klasifikasi penutupan lahan berdasarkan SNI 7645

No. Tipe Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000 Skala 1:250.000 Skala 1:50.000/1:25.000

1. Daerah Bervegetasi Daerah Pertanian Sawah Sawah Sawah irigasi

Sawah Tadah hujan

Sawah lebak

Sawah Pasang Surut Sawah pasang surut

Polder

Ladang, tegal atau Huma Ladang Ladang

Perkebunan Perkebunan Perkebunan (cengkeh, coklat, karet,

kelapa, kelapa sawit, kopi, vanili, tebu,

tembakau)

Perkebunan Campur Perkebunan Campur

Tanaman Campuran Tanaman Campuran

Daerah Bukan Pertanian Hutan Lahan Kering Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Primer (Hutan

bamboo, hutan campuran, hutan jati,

hutan pinus, hutan akasia, hutan kayu

putih, hutan jati putih, hutan sengon,

hutan sungkai, hutan mahoni, hutan

karet, hutan jelutung)

Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Lahan Kering Sekunder (Hutan

bambu, hutan campuran, hutan jati, hutan

pinus, hutan akasia, hutan kayu putih,

hutan jati putih, hutan sengon, hutan

sungkai, hutan mahoni, hutan karet,

hutan jelutung)

Hutan Lahan Basah Hutan Lahan Basah Primer Hutan Lahan Basah Primer (Bakau,

Campuran, nipah, sagu)

Hutan Lahan Basah Sekunder Hutan Lahan Basah Sekunder (Bakau,

Campuran, nipah, sagu)

Page 36: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

35

No. Tipe Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000 Skala 1:250.000 Skala 1:50.000/1:25.000

Semak dan Belukar Semak dan Belukar Semak

Belukar

Padang Rumput, Alang-alang

dan Sabana

Padang Rumput, Alang-alang dan

Sabana

Padang Rumput

Sabana

Padang alang-alang

Rumput Rawa Rumput Rawa Rumput Rawa

2. Daerah Tidak

Bervegetasi

Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahar dan Lava Lahan Kaldera

Lahar dan Lava

Hamparan Pasir Pantai Hamparan Pasir Pantai

Beting Pantai Beting Pantai

Gumuk Pasir Gumuk Pasir

Gosong sungai

Permukiman dan Lahan

bukan pertanian yang

berkaitan

Lahan Terbangun Permukiman Permukiman

Bangunan Industri Bangunan Industri

Jaringan Jalan (Primer, Kolektor, lokal,

setapak)

Permukiman

Jaringan Jalan Jaringan Jalan (Arteri, Kolektor,

Lokal)

Jaringan Jalan Kereta Api Kereta Api

Lori

Jaringan listrik tegangan tinggi

Bandara Bandar udara Bandar udara

Pelabuhan Laut Pelabuhan Laut Pelabuhan Laut

Page 37: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

36

No. Tipe Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000 Skala 1:250.000 Skala 1:50.000/1:25.000

Lahan Tidak terbangun Pertambangan Pertambangan

Tempat penimbunan sampah Tempat penimbunan sampah

Perairan Danau atau Waduk Danau atau Waduk Danau

Waduk

Saluran irigasi

Rawa Rawa Rawa

Sungai Sungai Sungai

Anjir Pelayaran Anjir Pelayaran Anjir Pelayaran

Terumbu Karang Terumbu Karang Terumbu Karang

Tambak Tambak ikan

Tambak garam

Gosong Pantai/dangkalan Gosong Pantai/dangkalan

Page 38: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

37

II.5. Karbon Masa Depan

Beberapa kerjasama antar negara telah dilakukan terkait pengelolaan, pemanfaatan dan

pengendalian karbon di Indonesia, berikut adalah beberapa program kerjasama antar negara

yang bertujuan untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim dimasa depan.

Program Forest and Climate Change (ForClime) merupakan program kerjasama antara

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman, sebagai bentuk rasa kepedulian dan

tanggung jawab yang sangat tinggi kedua negara dalam merespon fenomena perubahan

iklim, dimana dalam konteks ini sebagai upaya penanganan yang serius mengurangi

emisi CO 2 dari degradasi dan deforestasi hutan. Setelah melalui proses yang cukup

panjang, perumusan rancangan Program ForClime modul kerjasama finansial (ForClime

FC) dapat terselesaikan dan saat ini memasuki tahap pelaksanaan program, dengan target

yang cukup ambisius, yaitu membangun setidaknya satu DA REDD+ di tiga kabupaten,

yaitu Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, serta Kabupaten Malinau dan

Kabupaten Berau di Kalimantan Timur.

Pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat untuk melaksanakan kerjasama Joint Crediting

Mechanism (JCM) yang merupakan skema perdagangan karbon secara bilateral.

Dokumen kesepakatan telah ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Hatta Rajasa, di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2013. Secara terpisah,

Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida, telah menandatangani dokumen tersebut

pada tanggal 7 Agustus 2013 di Tokyo.9

Mekanisme JCM adalah kerjasama bilateral yang mengedepankan investasi berwawasan

lingkungan untuk mendukung pembangunan rendah karbon. Sebagai negara maju, Jepang

berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya (GRK) sampai dengan level

25% di bawah tahun 1990 pada tahun 2020. Target tersebut akan dicapai melalui kegiatan

pengurangan emisi di dalam negeri dan melalui proyek pengurangan emisi yang dibiayai

oleh pemerintah dan sektor swasta Jepang namun dilakukan di luar negeri, khususnya di

negara-negara berkembang, melalui mekanisme JCM. Mekanisme ini akan menjadi

insentif bagi perusahaan-perusahaan Jepang untuk meningkatkan investasi dalam

kegiatan rendah karbon di Indonesia. Pemerintah Jepang diuntungkan karena sebagian

dari hasil penurunan emisi GRK di proyek-proyek investasi di Indonesia akan dapat

diklaim sebagai penurunan emisi negaranya. Indonesia juga mendapatkan manfaat yang

besar, baik manfaat ekonomi maupun lingkungan, dari kerjasama JCM tersebut.

9 http://www.ekon.go.id/berita/view/indonesia--jepang-sepakati.197.html#.UoGtjeKsdM0

Page 39: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

38

Bagi Indonesia, JCM menjadi salah satu langkah penting dan nyata untuk mewujudkan

komitmen yang telah dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun

2009 yaitu pengurangan emisi GRK nasional sebesar 26% dengan upaya sendiri, dan

hingga 41% dengan bantuan internasional, pada tahun 2020, dihitung dari tingkat emisi

jika Indonesia tidak melakukan upaya pengurangan emisi.

Page 40: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

39

BAB III. Koridor RIMBA

III.1. Penetapan Koridor RIMBA

Tata ruang adalah wujud struktur dan pola ruang tersebut. Dalam hal ini, struktur ruang berarti

susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana serta sarana pendukung

kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang secara hierarkis punya hubungan fungsional.

Sedangkan pola ruang berarti pembagian peruntukan ruang dalam suatu wilayah, meliputi

penyediaan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya.

Penataan ruang adalah sistem untuk mengejawantahkan struktur dan pola ruang (tata ruang).

Yakni, sistem proses perencanaan dan pemanfaatan ruang, serta pengendalian atas

pemanfaatan ruang tersebut.

Pengaruh manusia terhadap kelestarian atau kerusakan ekosistem, utamanya, terkait dengan

kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumber daya alam. Maka wajar kiranya bahwa semakin padat

penduduk di suatu wilayah, akan semakin besar pula kegiatan pemanfaatan yang terjadi di

wilayah itu. Pada konteks inilah nampaknya penting untuk menentukan suatu tata ruang yang

tidak saja mengakomodasi kegiatan pelestarian, tetapi juga kegiatan pemanfaatan Misalnya,

dengan menentukan ekosistem-ekosistem alami yang berfungsi melindungi tata air, iklim,

pengendali banjir dan erosi, atau sebagai habitat tumbuhan dan satwa tertentu menjadi pola

ruang kawasan lindung. Juga menentukan ekosistem-ekosistem yang telah mengalami

adaptasi dengan adat masyarakat setempat, yang secara tradisional merupakan situs-situs

penting, menjadi pola ruang (kawasan lindung) cagar budaya. Selanjutnya, menentukan

kawasan-kawasan ekosistem yang digunakan untuk pembangunan, baik intensitasnya rendah,

sedang, atau tinggi, menjadi pola ruang kawasan budi daya. Yang terakhir ini disebut juga

ekosistem buatan, karena secara umum telah mengalami perubahan bentang lahan dan fungsi-

fungsi alami menjadi sistem yang diolah dan dikendalikan manusia guna berbagai tujuan

pemanfaatan lahan.10

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan alokasi lahan semakin

terbatas. Alokasi lahan sebagai area penunjang kehidupan serta area sebagai pemenuh

kebutuhan kehidupan. Area penunjang kehidupan mencakup kebutuhan akan air dan udara

yang memiliki kualitas yang baik, kebutuhan tersebut merupakan sumber daya alam yang

sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini, sumber daya tersebut semakin berkurang

akibat dari pemenuhan kebutuhan kehidupan atau ekonomi sedangkan penunjang kehidupan

10 Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera

Page 41: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

40

atau ekologi. Kondisi sepuluh tahun sebelumnya keberadaan ekologi atau ekosistem alam

mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya sehingga diperlukan suatu perundangan atau

peraturan yang dapat mengatur pemanfaatan sumber daya alam sehingga dapat berkelanjutan.

Untuk Pulau Sumatera, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan suatu Peraturan

Presiden Nomor 13 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera. RTR

Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN) serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah

Pulau Sumatera.

Tujuan dari Penataan Ruang Pulau Sumatera adalah mewujudkan pusat pengembangan

ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang berkelanjutan; swasembada pangan

dan lumbung pangan nasional; Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk

ketenagalistrikan; pusat industri yang berdaya saing; pusat pariwisata berdaya saing

internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (Meeting, Incentive,

Convention and Exhibition/MICE); kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan

tetap paling sedikit 40 % (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan

kondisi ekosistemnya; kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan

tropis basah; kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi

bencana, pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau

Sumatera.11

Peraturan Presiden ini memberikan kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang

memiliki keanekaragaman hayati hujan tropis basah meliputi; pelestarian dan pengembangan

keanekaragaman hayati hutan tropis basah yang bernilai konservasi tinggi dan pengembangan

koridor ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi. Strategi untuk pengembangan koridor

ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi meliputi:

Menetapkan koridor ekosistem antar kawasan suaka alam dan pelestarian alam

Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya pada koridor ekosistem antar

kawasan berfungsi konservasi.

Membatasi pengembangan kawasan permukiman pada koridor ekosistem antar

kawasan berfungsi konservasi.

Mengembangkan prasarana yang ramah lingkungan pada koridor ekosistem antar

kawasan berfungsi konservasi.

11 Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012

Page 42: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

41

Sedangkan strategi untuk mempertahankan, pelestarian dan peningkatan fungsi koridor

ekosistem pada kawasan lindung lainnya, di bagi ke dalam beberapa koridor, yaitu:

Koridor Aceh-Sumatera Utara yang menghubungkan TN Gunung Leuser-Tahura Bukit

Barisan Sebagai koridor satwa badak, gajah, orang utan, harimau dan burung.

Koridor RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) yang menghubungkan suaka margasatwa

bukit Rimbang- bukit Baling, cagar alam batang pangean I-Cagar alam batang pangean

II, TN Kerinci Seblat, SM Bukit Tiga puluh, Taman Nasional Berbak, CA Maninjau

Utara, CA Bukit Bungkuk, CA Cempaka, TWA Sungai Bengkal dan Tahura Thaha

Saifuddin sebagai koridor satwa gajah, harimau dan burung. (Gambar 2).

Koridor Jambi-Bengkulu-Sumatera Selatan yang menghubungkan Taman Nasional

Kerinci Seblat dan Cagar Alam Bukit Kaba sebagai koridor satwa burung, gajah, dan

harimau;

Koridor Jambi-Sumatera Selatan yang menghubungkan Taman Nasional Berbak-Taman

Nasional Sembilang sebagai koridor satwa burung dan harimau.

Koridor Bengkulu-Sumatera Selatan-Lampung yang menghubungkan Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan-Suaka Margasatwa Gunung Raya sebagai koridor satwa harimau,

badak, dan burung.

Gambar 3. Koridor RIMBA

Berdasarkan delineasi koridor RIMBA pada masing-masing Provinsi Riau, Provinsi Jambi

dan Provinsi Sumatera Barat terdapat 19 Kabupaten/Kota di dalam kawasan koridor

ekosistem RIMBA (Gambar 3).

Page 43: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

42

Berdasarkan pertemuan Convention on Biological Biodiversity (CBD) di Nagoya Tahun 2010

meluncurkan RIMBA sebagai Kawasan Demostrasi Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Pulau

Sumatera, dan berdasarkan kesepakatan antara Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan

memfokuskan kegiatan di 3 (tiga) Kabupaten Prioritas, yaitu; Kabupaten Kuantan Singingi

(Provinsi Riau), Kabupaten Tebo (Provinsi Jambi) dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi

Sumatera Barat). (Gambar 4).

Gambar 4. Kabupaten di dalam Kawasan Ekosistem RIMBA

III.2. Tiga (3) Kabupaten Prioritas

III.2.1. Kabupaten Kuantan Singigi

Kabupaten Kuantan Singingi berada di bagian Selatan Propinsi Riau, pada 00 Lintang Utara -

10 Lintang Selatan dan 10102’ – 101055’ Bujur Timur. Kabupaten ini berada di area seluas

7656,03 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Di Utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan.

2. Di Selatan berbatasan dengan Jambi.

3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Sumatera Barat.

4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu.

Page 44: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

43

Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari 12 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 199 desa, dengan

Taluk Kuantan sebagai Ibukota Kabupaten. Selain Taluk Kuantan, kota penting lainnya

adalah Lubuk Jambi, Muara Lembu, Benai, Baserah, Cerenti,

Lubuk Ambacang, Kampung Baru, Kota Baru, dan Inuman.

Kabupaten Kuantan Singingi beriklim tropis. Musim hujan

berlangsung dari bulan September – Februari, dan curah

hujan tertinggi pada bulan Desember.

Musim kemarau pada bulan Maret – Agustus. Kabupaten

Kuantan Singingi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi

kira kira 400 m di atas permukaan laut. Dataran tinggi di

daerah ini cenderung berangin dan berbukit dengan

kecenderungan 5 – 300. Dataran tinggi berbukit mencapai

ketinggian 400-800 m di atas permukaan laut dan merupakan bagian dari jajaran Bukit

Barisan. Total populasi penduduk adalah 221.676 jiwa dengan kepadatan 28 orang per km2.

Kebanyakan masyarakatnya adalah berasal dari suku Melayu dengan dialek yang hampir

sama dengan dialek Minangkabau – etnis yang hidup di daerah Sumatra Barat. Mata

pencarian utama penduduk di daerah ini sebagian besar (75%) adalah bertani, sementara yang

lainnya bekerja pada bidang jasa, perdagangan, dan pegawai negeri.

Sektor agrikultur masih memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan bagi

masyarakat Kuantan Singingi. Lahan untuk padi seluas 10.237 ha pada tahun 2001, dengan

hasil produksi 41.312,16 ton. Sebagai tambahan, Kabupaten Kuantan Singingi juga

memproduksi berbagai komoditas seperti jeruk, rambutan, mangga, duku, durian, nangka,

papaya, pisang, cabai, terung, timun, kol dan tomat. Ada beberapa hasil penting yang ada di

daerah Kuantan Singingi, seperti karet, kelapa, minyak sawit, coklat, dan berbagai tanaman

lainnya.

Beberapa hewan ternak yang dipelihara antara lain: Sapi: 17.368 ekor, Kerbau: 17.132 ekor,

Ayam: 200.061 ekor, Bebek: 27.442 ekor.

Sumber potensial di sektor kehutanan antara lain:12

• Produksi hutan terbatas: 316.700 ha.

• Hutan konversi: 450.00 ha.

• Hutan lindung: 28.000 ha.

• Hutan margasatwa: 136.000 ha.

12 http://www.kemenegpdt.go.id/profildaerah/19/kabupaten-kuantan-singingi

Page 45: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

44

Kabupaten Kuantan Singingi memiliki potensial yang besar di sektor pertambangan dan

energi, yang termasuk kepada komoditas batu gamping, suntan, batu bara, gas alam, pasir

sungai, emas, dan kaolin.

Beberapa bidang industri yang memiliki potensi ekonomi yaitu:

• Industri minyak sawit.

• Industri lempengan karet.

• Industri perabotan.

• Industri pengolahan makanan tradisional.

• Industri rumah tangga.

Beberapa Bidang yang Potensial untuk Investasi

1. Pembangkit listrik dengan kapasitas kecil.

2. Pengembangan kesuburan tanaman.

3. Pengolahan air bersih.

4. Pengembangan infrastruktur transportasi.

III.2.2. Kabupaten Dharmasraya

Secara geografis Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat,

dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang, dan datar dengan variasi

ketinggian dari 100 m - 1.500 m di atas permukaan

laut. Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten

Dharmasraya berjenis Podzolik Merah Kuning

(PMK), dengan penggunaan lahan yang

didominasi untuk peruntukan hutan hujan tropik

seluas 133.186 Ha (44,98 %) dan lahan perkebunan

seluas 118.803 Ha (40,12 %) sedangkan untuk

penggunaan lain sebesar (14.90 %). Suhu udara di

kabupaten ini berkisar antara 21 °C – 33 °C dengan

rata-rata hari hujan 14.35 hari per bulan dan rata-rata

curah hujan 265,36 mm per bulan.13

Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya berdasarkan sensus tahun 2010 sebanyak 191.422

jiwa dengan rasio jenis kelamin 107. Sedangkan jumlah angkatan kerja 80.911 orang dengan

13 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Dharmasraya

Page 46: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

45

jumlah pengangguran 5.360 orang. [8] Konsentrasi penduduk terbesar tinggal di Kecamatan

Koto Baru dan Sungai Rumbai. Sepertiga penduduk kabupaten ini merupakan transmigran

dari berbagai daerah di Pulau Jawa, yang semula dipindahkan untuk memanfaatkan ladang

tidur yang terhampar luas di kabupaten ini sekaligus membuka lapangan kerja baru. Proses

transmigrasi ini terjadi antara tahun 1976 hingga 2002, dan pusat transmigrasi berada di

Kecamatan Sitiung. Meski hampir 32% penduduknya berasal dari etnis Jawa, namun

hubungan dengan etnis Minangkabau tetap berjalan baik, dan nyaris tidak ada konflik antar

Kelompok.

Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit atau buah

pasir menurut istilah setempat. Di samping itu, kabupaten ini juga merupakan produsen

berbagai jenis tanaman keras lainnya, seperti kulit manis, karet, kelapa, gambir, kopi, coklat,

cengkih, dan pinang. Lahan perkebunan di sana lebih didominasi karet dan sawit. Penghasil

kelapa sawit paling banyak di kabupaten ini adalah Kecamatan Sungai Rumbai. Selain itu

terdapat potensi tambang yang hingga detik ini belum tergarap, yakni batu bara, batu kapur,

pasir kuarsa, emas, lempung kuarsit, dan sebagainya. Kabupaten ini masih baru dan masih

dalam tahap mengembangkan diri dengan membuka peluang investasi seluas-luasnya.

Ditunjang dengan posisi strategisnya di Sumatera (dilintasi Jalur Lintas Tengah Sumatera

sepanjang 100 km), maka Dharmasraya cepat menjadi kawasan yang maju dan tumbuh

sebagai wilayah perdagangan dan jasa.

III.2.3. Kabupaten Tebo

Pada tanggal 12 Oktober 1999 diresmikan menjadi Kabupaten Tebo dengan empat kecamatan

dan dua kecamatan pembantu yang terdiri dari lima kelurahan

dan 82 desa.

Sebagai bumi Kajang Lako, Kabupaten Tebo memiliki logo

"SEENTAK GALAH SERENGKUH DAYUNG"

dengan lambang daerah merupakan aspirasi masyarakat

yang disampaikan melalui musyawarah tokoh masyarakat

Tua Tengganai, Lembaga Adat serta Pemerintah Daerah

Kabupaten Tebo, dan ditetapkan melalui Keputusan

Bupati No. 16 tahun 2000 sebelum ditetapkan dalam

Peraturan Daerah.

Page 47: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

46

Kabupaten Tebo terletak diantara 0o52’32’’ s/d 1o54'50" Lintang Selatan dan diantara

101°48'57" s/d 102°49'17” Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis, dimana 84, 96%

daerahnya berada pada ketinggian< 99 m dari permukaan laut.

Batas Wilayah Kabupaten Tebo yaitu:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin

• Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Bungo

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.

Adapun sungai yang terletak di Kabupaten Tebo adalah: Sungai Batang Hari, Batang Tebo,

Batang Lansisip, Batang Jujuhan, Batang Sumay, dan Batang Tabir.

Luas Wilayah Kabupaten Tebo adalah 646.100 Ha (6.461 Km2). Dilihat dari jenis persebaran

tanah, 63,90 % (412.852 Ha) merupakan jenis tanah Podsolik Merah Kuning; 32,07 %

(207.198 Ha) merupakan jenis tanah latosol, dan sisanya berupa tanah alluvial dan organosol.

Sekitar 45,76% (295.515 Ha) luas wilayah di Kabupaten Tebo adalah perkebunan karet,

45,09% (21.121 Ha) adalah hutan lebat, 2,45% (15.825 Ha) adalah perkebunan kelapa sawit,

dan hanya 0.67% dari luas wilayah di Kabupaten Tebo (4.319 Ha) digunakan untuk

pemukiman penduduk.

Jumlah penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2009 sebanyak 282.826 jiwa, atau meningkat 5,6

persen dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 142.873 jiwa, dan jumlah

penduduk perempuan sebanyak 139.953 dengan rasio jenis kelamin 102,09. Dilihat dari

kepadatan penduduk tahun 2009 menurut kecamatan:

• Kecamatan Tebo Ilir 62 jiwa/km2

• Kecamatan Muara Tabir 20 jiwa/km2

• Kecamatan Tebo Tengah 44 jiwa/km2

• Kecamatan Sumay 13 jiwa/km2

• Kecamatan Tengah Ilir 32 jiwa/km2

• Kecamatan Rimbo Bujang148 jiwa/km2

• Kecamatan Rimbo Ulu 97 jiwa/km2

• Kecamatan Rimbo Ilir 115 jiwa/km2

• Kecamatan Tebo Ulu 103 jiwa/km2

• Kecamatan VII Koto 30 jiwa/km2

• Kecamatan Serai Serumpun 17 jiwa/km2

• Kecamatan VII Koto Ilir 20 jiwa/km2

Page 48: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

47

Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Tebo pada tahun 2009 adalah 44 orang/km2,

dimana kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Rimbo Bujang sebesar 148

orang/km2. Sedangkan kepadatan penduduk terkecil berada di Kecamatan Sumay (13

orang/km2) disusul Kecamatan Serai Serumpun (17 orang/km2) karena sebagian besar

wilayahnya adalah perkebunan dan hutan.

Page 49: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

48

BAB IV. METODOLOGI

IV.1. Lokasi

Lokasi kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yang berada di koridor RIMBA yang terdiri dari

Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat; Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi

Riau dan Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. (Gambar 5).

Gambar 5. Peta Lokasi Kegiatan Pengukuran Karbon

IV.2. Alat dan Bahan

Dalam pengolahan citra satelit Landsat 8, data yang digunakan adalah citra satelit LANDSAT

8 OLI yang diperoleh dari Badan Survey dan Geology Amerika Serikat (United States

Geological Survey/USGS) dan software pengolahan citra satelit menggunakan software

ENVI, IDRISI dan ArcGIS 10.

Dalam pengukuran, pengolahan data karbon, data yang digunakan adalah Peta Kerja, GPS,

clinometer, kompas, phi band, densiometer, soil tester, meteran 25m, tali plastik 100m, Patok

1.5 m, triplek ukuran 30x20 cm, kayu setinggi dbh (1.3 m), tali pita, spidol permanen,

kantong plastik sample (5 kg dan 30 kg), blok kuadran 0.5m x 0.5m, sekop, timbangan digital

Page 50: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

49

(1 kg), ayakkan berpori-pori 2mm, kantong kertas semen, blok besi, ring sample, haga/

speigel-releskop dan alat tulis (Gambar 6.)

Gambar 6. Peta Lokasi Kegiatan Pengukuran Karbon

IV.3. Analisis Deskriptif Kajian Karbon Indonesia

Perkembangan inisiasi atau kontribusi Indonesia terhadap perubahan iklim yang menjadi

kesepakatan global. Bentuk dari inisiasi atau kontribusi pemerintah Indonesia

diimplemtasikan dengan membentuk perundang-undangan dan dikaji mempergunakan metode

kajian deskriptif untuk dapat melihat peran/kelembagaan, aturan teknis dan implementasinya.

IV.4. Pelatihan Pengukuran dan Pemetaan Karbon

Pengembangan kapasitas dalam pemahaman mengenai emisi karbon dan efek gas rumah kaca.

Pelatihan ini sebagai bentuk kepedulian bersama dalam menjaga alam dan lingkungan serta

mendorong pembangunan berkelanjutan di tiga (3) Kabupaten Prioritas di kawasan RIMBA

(Kabupaten Kuantan Singigi, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tebo. Tujuan dari

dilakukannya pelatihan ini adalah memberikan pemahaman, pemetaan, pengukuran dan

Kebijakan terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca bagi persiapan rencana aksi daerah

Page 51: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

50

di Kabupaten Kuantan Singigi, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tebo dan manfaat

yang dapat diperoleh dari pelatihan ini adalah:

- Memberikan Pemahaman mengenai emisi gas rumah kaca.

- Memberikan Pemahaman Kebijakan Pemerintah terkait dengan emisi gas rumah Kaca

(Penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dan 41 persen, mendukung

program OBIT (one billion Indonesian trees) atau penanaman satu miliar pohon setiap

tahun, serta program Pembangunan Berkelanjutan yang Pro Poor, Pro Job, Pro

Growth, dan Pro Environment).

- Pemahaman pemetaan karbon serta penggunaan tool invest dengan memanfaatkan

Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh.

- Pengukuran dan Perhitungan Karbon untuk persiapan rencana aksi daerah

Metode pelatihan yang akan diberikan adalah:

1. Metode Presentasi (Materi dan Hasil)

2. Metode Praktek Analisis Desktop untuk Karbon (GIS, Invest dan Penginderaan Jauh)

3. Metode Praktek Lapangan Pengukuran Lapangan.

4. Metode Analisis Perhitungan Karbon.

IV.5. Interpretasi Citra Satelit Landsat

IV.5.1. Koreksi Geometrik

Geometrik merupakan posisi geografis yang berhubungan dengan distribusi keruangan

(spatial distribution). Geometrik memuat informasi data yang mengacu bumi (geo-referenced

data), baik posisi (sistem koordinat lintang dan bujur) maupun informasi yang terkandung di

dalamnya. Koreksi geometrik merupakan upaya memperbaiki citra dari pengaruh

kelengkungan bumi dan gerakan muka bumi dengan cara menyesuaikannya dengan koordinat

bumi, sehingga sesuai dengan koordinat peta dunia.

Proses ini memerlukan ikatan yang disebut titik kontrol medan (ground control point/GCP).

GCP tersebut dapat diperoleh dari peta, citra yang telah terkoreksi atau tabel koordinat

penjuru. GCP kemudian disusun menjadi matriks transformasi untuk rektifikasi citra. Titik-

titik yang dijadikan kontrol pada citra harus jelas dan mudah dikenali. Titik-titik kontrol

dalam studi berada di sekitar aliran tubuh air/sungai/danau, jalan raya, sudut-sudut bangunan,

dan tanah kosong yang terlihat jelas pada citra dan peta referensi.

Akurasi koreksi geometri ditunjukan dengan nilai RMS-error ( root mean square-error) yang

menunjukkan tingkat ketepatan pengambilan titik terhadap peta rupabumi yang digunakan.

Page 52: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

51

Semakin kecil nilai RMS – error ketepatan titik GCP semakin tinggi. Untuk menguji

keakuratan citra hasil koreksi geometrik, maka dihitung besar penyimpangan terhadap peta

referensi. Citra hasil koreksi geometrik dapat diterima apabila penyimpangan posisi tidak

melebihi satu pixel. Pada kajian ini data yang digunakan sebagai referensi adalah data jalan

yang bersumber dari peta rencanan tata ruang wilayah kabupaten atau provinsi.

IV.5.2. Konversi Nilai Digital menjadi Radian

Sensor Landsat 8 - OLI dan TIRS dikonversi menjadi nilai spektral radian dengan

menggunakan faktor peubah yang disediakan pada metadatanya. Konversi nilai digital

menjadi Radian mempergunakan formula, sebagai berikut:

Lλ = Spectral Radiance (Watts/( m2 * srad * μm))

ML = Metadata Band-specific multiplicative rescaling, dimana x adalah band

(RADIANCE_MULT_BAND_x)

AL = Metadata Band-specific additive rescaling factor, dimana x adalah band

(RADIANCE_ADD_BAND_x)

Qcal = Quantized and calibrated standard product pixel values (DN)

IV.5.3. Konversi Nilai Digital menjadi Reflektan

Sensor Landsat 8 - OLI dan TIRS dikonversi menjadi nilai spektral reflektan dengan

menggunakan faktor peubah yang disediakan pada metadatanya. Konversi nilai digital

menjadi Radian mempergunakan formula, sebagai berikut:

o ρλ‘ = Nilai reflektan tanpa koreksi terhadap sudut matahari

o Mρ = Band-specific multiplicative rescaling factor, dimana x adalah Band

(REFLECTANCE_MULT_BAND_x,)

o Aρ = Band-specific additive rescaling factor from the metadata, dimana x adalah Band

(REFLECTANCE_ADD_BAND_x,)

o Qcal = Quantized dan calibrated standard product pixel values (DN)

Konversi Nilai Reflektans terhadap sudut matahari

ρλ = ρλ

'

=

ρλ'

cos(θSZ

) sin(θSE

)

o Ρλ’ = reflectance

Lλ = M

LQcal

+ AL

ρλ

'

= Mρ

Qcal

+ Aρ

Page 53: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

52

o θSE = Local sun elevation angle. The scene center sun elevation angle in degrees

(SUN_ELEVATION).

o θSZ = Local solar zenith angle; θSZ = 90° - θSE

IV.5.4. Penggabungan/Penajaman Citra

Penggabungan/Penajaman citra dilakukan untuk mendapatkan tingkat kecerahan dari object

permukaan bumi dengan mengkombinasikan beberapa Band/kanal citra menjadi citra

komposit warna merah, hijau dan biru (Red, Green, and Blue/RGB). Komposit citra yang

digunakan adalah 432, 654, 543, 753, dan 562. Penajaman juga dilakukan dengan

menggunakan persamaan Indeks Vegetasi yaitu Enhance Vegetation Index (EVI) dan

Normalize Differential Vegetation Index (NDVI), serta persamaan Brovey untuk melihat

perbedaan tutupan lahan.

IV.5.5. Klasifikasi citra

Klasifikasi citra dilakukan untuk memisahkan nilai spektral yang terdapat pada Satuan piksel

citra. Satuan nilai piksel tersebut dikelaskan menjadi beberapa kelas penutupan lahan.

Metode pengklasifikasian citra satelit mempergunakan metode kombinasi antara klasifikasi

citra tidak terbimbing dan klasifikasi citra terbimbing. Klasifikasi citra tidak terbimbing

dilakukan dengan membagi nilai piksel dari citra satelit menjadi beberapa kelas penutupan

lahan dan kemudian dilakukan proses klasifikasi citra terbimbing dengan mempergunakan

citra terklasifikasi tidak terbimbing sebagai referensi piksel untuk proses pengambilan contoh

area. Klasifikasi terbimbing mempergunakan metode Maximum likelihood yang

mengasumsikan bahwa statistik kelas pada setiap band terdistribusi secara normal. Kelas

piksel ditentukan berdasarkan tingkat probabilitas tertinggi.

IV.5.6. Uji Ketelitian/validasi

Uji ketelitian sangat penting dalam setiap hasil penelitian dari setiap jenis data penginderaan

jauh. Tingkat ketelitian data sangat mempengaruhi besarnya kepercayaan pengguna terhadap

setiap jenis data penginderaan jauh. Uji ketelitian analisis untuk identifikasi penutupan lahan

dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) Akurasi pengambilan sampel area (area sampling

accuracy) dan (2) Akurasi Pengambilan sampel titik/data survey lapangan (point sampling

accuracy)

a. Uji ketelitian Klasifikasi Berdasarkan Area Contoh

Evaluasi ketelitian citra hasil klasifikasi dapat dilakukan dengan Matrik Kekeliruan

(confusion matrix). Matrix ini didapat dengan cara membandingkan antara jumlah pixel hasil

Page 54: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

53

klasifikasi citra dengan jumlah pixel dalam training area pada proses klasifikasi yang

mempresentasikan data ground truth dari kelas yang sama sebagai test pixels.

Evaluasi ketelitian pemetaan meliputi jumlah piksel sampel yang diklasifikasikan dengan

benar atau salah, pemberian nama kelas secara benar, persentase banyaknya piksel dalam

masing-masing kelas serta persentase kesalahan total.

Akurasi yang dapat dihitung adalah tingkat akurasi dari pengambilan contoh area (user’s

accuracy), akurasi dari proses klasifikasi yang dilakukan (producer’s accuracy) dan akurasi

piksel yang sesuai dengan hasil klasifikasi (overall accuracy). Secara matematis jenis-jenis

akurasi di atas dapat dinyatakan dalam:

Pengambilan area contoh di citra

Total Baris Producer

Accuracy Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D

Hasil

Klasifikasi

Citra

Kelas A X11 X12 X13 X14 X1+ X11/X1+

Kelas B X21 X22 X23 X24 X2+ X22/X2+

Kelas C X31 X32 X33 X34 X3+ X33/X3+

Kelas D X41 X42 X43 X44 X4+ X44/X4+

Total kolom X+1 X+2 X+3 X+4 N

User Accuracy X11/X+1 X12/X+2 X13/X+3 X14/X+4

𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑖𝑖 − ∑ 𝑋𝑖+𝑋+𝑖

𝛾𝑖

𝛾𝑖

𝑁2 − ∑ 𝑋𝑖+𝑋+𝑖 𝑥 100%

𝑈𝑠𝑒𝑟′𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑋𝑖𝑖

𝑋+𝑖 𝑥 100%

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟′𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑋𝑖𝑖

𝑋𝑖+ 𝑥 100%

𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = ∑ 𝑋𝑖𝑖

𝛾𝑖

𝑁 𝑥 100%

b. Uji ketelitian Klasifikasi Berdasarkan Titik Contoh

Uji ketelitian/kebenaran analisis dan klasifikasi dalam penggunaan/penutupan lahan

digunakan pendekatan ’point sampling accuracy’ berdasarkan matrik kekeliruan (confusion

matrix) untuk menguji kebenaran hasil deteksi dan klasifikasi pada citra dan kondisi

dilapangan. Uji ketelitian analisis dalam deteksi tutupan lahan antara hasil analisis dan kondisi

dilapangan digunakan pendekatan ’area sampling accuracy’ berdasarkan stratified random

sampling. Point sampling accuracy Uji ketelitian ini mengikuti metode seperti yang telah

Page 55: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

54

disarankan oleh Sutanto, (1994) dengan tahapan: (i) melakukan pengcekan lapangan pada

beberapa titik sampel yang dipilih dari setiap kelas penggunaan/penutupan lahan. Setiap jenis

penggunaan/penutupan lahan diambil beberapa sampel area didasarkan atas homogenitas

kenampakannya dan diuji kebenarannya di lapangan, (ii) menilai kecocokan hasil analisis

citra penginderaan jauh dengan kondisi sebenarnya di lapangan, dan (iii) membuat matrik

perhitungan setiap kesalahan (confusion matrix) pada setiap jenis penggunaan/penutupan

lahan dari hasil analisis data digital citra satelit, sehingga diketahui tingkat kesesuaiannya.

Kesesuaian analisis dibuat dalam beberapa kelas X yang dihitung dengan rumus (Sutanto,

1994):

𝑴𝑨 = 𝑿𝒄𝒓 𝑷𝒊𝒙𝒆𝒍

𝑿𝒄𝒓 + 𝑿𝒐 + 𝑿𝒄𝒐

MA : kesesuaian analisis/klasifikasi

Xcr : Jumlah pixel/site kelas yang benar

Xo : Jumlah pixel/site kelas X yang masuk ke kelas lain (omission)

Xco : jumlah pixel/site kelas X tambahan dari kelas lain (commission)

Rumus untuk Kesesuaian hasil klasifikasi (KK) adalah:

𝑲𝑲 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒊𝒌𝒔𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒊𝒙𝒆𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

IV.6. Analysis InVEST Karbon

Dalam kegiatan pemodelan estimasi karbon tersimpan dan penyerapan karbon, InVEST

mengacu pada Model TIER 1 di mana peta tutupan lahan atau penggunaan lahan digunakan

sebagai unit analisis dan masukan data utama. Beberapa parameter yang dijadikan masukan

dalam pemodelan tersebut antara lain adalah: kadar biomassa dalam empat pool karbon

(biomassa di atas permukaan tanah, biomassa di bawah permukaan tanah, tanah, dan

cadangan bahan organik), dan beberapa parameter yang bersifat optional seperti data sosio-

ekonomi (carbon value, discount rate, etc.), peta sebaran hutan produksi dengan data jumlah

dan frekuensi produksi kayu, dan juga peta skenario perubahan penggunaan lahan di masa

mendatang (Gambar 7).

Page 56: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

55

Gambar 7. Tools InVEST untuk pendugaan karbon dan penilaian ekonomi karbon

IV.7. Survey Lapangan

Ketersediaan informasi mengenai kondisi penutupan lahan serta cadangan karbon yang

tersimpan, menjadi acuan untuk perhitungan carbon untuk rencana aksi daerah untuk

mendukung kebijakan pemerintah terkait dengan pengurangan emisi. Untuk mendapatkan

informasi tersebut diperlukan pengukuran langsung dilapangan, sehingga diperoleh informasi

yang lebih mendekati kondisi sebenarnya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dugaan cadangan dan

perubahan karbon tersimpan pada Kawasan Hutan di Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten

Kuantan Singingi dan Kabupaten Tebo dan diharapkan juga bermanfaat memberikan

informasi mengenai cadangan dan perubahan cadangan karbon tersimpan dan sebagai level

referensi berdasarkan histori data yang tersedia. Data dan informasi ini dapat menjadi

informasi yang dalam perencanaan penataan ruang atau yang berkaitan dengan keruangan dan

menjadi data daerah seperti rencana aksi daerah terhadap penurunan emisi karbon.

Page 57: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

56

IV.7.1. Perencanaan dan Persiapan

a. Pengenalan Lokasi Survey

Pengenalan lokasi survey pada citra dengan syarat mudah dikenal dan diidentifikasi di

lapangan sebagai lokasi pengukuran posisi pada citra penginderaan jauh satelit dan

interpretasi citra penginderaan jauh. Lokasi suatu titik umumnya ditentukan oleh garis lintang

(latitude) dan bujur (longitude) atau dalam format UTM (East/West) untuk posisi dua

dimensi. Hasil klasifikasi citra merupakan informasi awal yang diperoleh sebagai acuan untuk

merencanakan lokasi titik survey yang akan dituju.

Persiapan peralatan pengukuran.

Pemilihan Lokasi Survey (Plot contoh) dan

Perencanaan rute (Peta Lapangan)

b. Penentuan lokasi plot contoh/sampel

Penentuan lokasi plot contoh (sampling plot) dilakukan pada penutupan lahan hutan, hal

tersebut didasarkan pada masih beragamnya jenis-jenis vegetasi yang ada di hutan. Sedangkan

penutupan lahan yang lainnya tidak dilakukan pembuatan plot ukur/contoh.

Pemilihan lokasi plot contoh mempergunakan data-data pendukung lainnya selain data

penutupan lahan, seperti data geologi, data curah hujan dan jenis tanah. Data-data tersebut

ditumpangsusunkan (overlay) untuk mendapatkan suatu area dengan informasi yang tersebut

diatas. Metode penentuan plot survey mempergunakan penentuan sampel acak sederhana

(simple random sampling), kemudian dilakukan pemilihan kembali dengan menggunakan

metode penentuan lokasi sampel bertujuan (purposive sampling). Penggunaan purposive

sampling bertujuan untuk memilih keterwakilan sebaran hutan di lokasi tujuan dan juga

menyesuaikan dengan waktu dan biaya yang tersedia dengan tujuan yang ingin dicapai.

Di dalam pemilihan lokasi survey perlu adanya beberapa pertimbangan yang diperhatikan,

sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, Tabel x. menyajian indikator

pemilihan lokasi survey beserta faktor prioritasnya.

Tabel 9. Indikator Pemilihan Lokasi Survei Lapangan dan Faktor Prioritas

Pertimbangan Indikator Faktor Prioritas Kondisi Hutan Baik Hutan Alam dengan Tutupan kanopi min 60 %

dan dominasi diameter pohon > 10cm.

Aspek Finansial Luas Lahan Min 100 Ha

Aksesibilitas Bisa diakses lewat Jalan darat atau sungai

Waktu 1 Plot = maks 3 Hari

Morfologi Bentuk lahan Datar - berbukit

Fungsi Kawasan Kawasan Hutan HPT, HL, CA, SM, TN, Hutan Adat

Page 58: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

57

Pertimbangan Indikator Faktor Prioritas Hak atas Tanah Konsesi Tidak ada konsesi aktif yang diketahui

Keterwakilan Sebaran lanskap

hutan

Setiap lanskap hutan terwakili

Fokus Area Lokasi Kajian Koridor RIMBA

Keamanan Aman Tidak ada konflik sosial

c. Ukuran Plot Contoh/Sampel

Penggunaan data penginderaan jauh untuk informasi penutupan dan penggunaan lahan

menjadi referensi dalam pengukuran karbon tingkat lahan atau bentang lahan, sehingga perlu

adanya penyesuaian antara resolusi spasial citra yang digunakan dengan ukuran plot

pengambilan sampel, sehingga ukuran plot untuk cadangan karbon di hutan alami dengan

tingkat kerapatan pohon tinggi menggunakan plot 60m x 60m (4 piksel citra/plot) dengan

pengambilan data informasi diameter pohon lebih dari 10cm, dan kondisi area plot terdapat

pohon dengan diameter lebih dari 70 cm mempergunakan plot berukuran 120 m x 60 m.

Integrasi ini dilakukan dengan asumsi bahwa interpolasi hasil pengukuran karbon tingkat

lahan ke tingkat landscape dengan mempergunakan data interpretasi citra, memiliki ukuran

yang disesuaikan antara pengambilan sampel lapangan dengan resolusi spasial data

penginderaan jauh. Tabel 10. menyajikan ukuran plot Integrasi resolusi spasial data

penginderaan jauh dengan referensi yang dipergunakan.

Tabel 10. Perbandingan Ukuran Plot Sampel

Kondisi Integrasi dengan Resolusi

spasial data penginderaan Jauh

Hutan Alami Dengan Tingkat Kerapatan Pohon

Tinggi

60 m x 60 m

Area Terdapat Pohon Dengan Diameter Lebih

Besar Dari 70 Cm

120 m x 60 m

Tumbuhan Bawah atau Seresah 0.5 m x 0.5 m

Metode sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah metode petak. Gambar 8. Dan

Gambar 9. Menunjukan sketsa contoh pengambilan satuan contoh dengan penggunaan garis

bantu yang berbeda berdasarkan topografi lapangan di masing-masing petak ukur (plot).

Page 59: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

58

Gambar 8. Sketsa satuan contoh pengukuran karbon (garis bantu 4 petak) pada topografi datar

Gambar 9. Sketsa satuan contoh pengukuran karbon (garis bantu 6 petak) pada topografi curam

IV.7.2. Pengamatan, Pengukuran dan pengambilan contoh

a. Penutupan Lahan

Hasil Perencanaan dan Persiapan dilanjutkan dengan pelaksanaan pengamatan di lokasi yang

telah dipersiapkan. Pengamatan titik survey yang dimulai dengan titik survey atau

pengamatan yang jaraknya lebih dekat dengan posisi awal. Pengambilan titik-titik di

sepanjang perjalanan menuju titik survey dilakukan pada kondisi penutupan lahan mengalami

perbedaan. Tujuan dari pengambilan titik-titik koordinat serta tipe penutupan lahan diantara

titik survey dilakukan untuk membantu memberikan informasi lebih pada hasil pengamatan

dan perbaikkan citra hasil interpretasi penutupan lahannya.

b. Pengukuran Biomass pohon

Penentuan biomassa pohon dilakukan dengan mempergunakan metode pengukuran biomasa

pohon tanpa menyebabkan kerusakan pada pohon (nondestructive sampling).

120 m 60 m 30 m

60

m 3

0 m

UTARA

TIM

UR

/BA

RA

T

Garis Bantu di

lokasi plot contoh

120 m 60 m 30 m

60

m 1

0 m

UTARA

TIM

UR

/BA

RA

T

Garis Bantu di

lokasi plot contoh

per 10 m

Page 60: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

59

Berdasarkan SNI 7724 – 2011 tentang Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon.

Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan, melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Identifikasi nama jenis pohon

2. Pengukuran diameter setinggi dada (dbh) atau sekitar 1.3m

3. Penggunaan format lembar survey (tally sheet) untuk mencatat data jenis pohon dan

diameter.

4. Penghitungan biomassa pohon.

c. Pengukuran Biomassa serasah

Tahapan pengukuran biomassa serasah dilakukan sebagai berikut:

1. kumpulkan serasah dalam plot pengukuran;

2. timbang berat total serasah;

3. ambil sebanyak kira-kira 300 gram untuk ditimbang berat contoh;

4. lakukan pengeringan dengan menggunakan oven terhadap contoh serasah pada kisaran

suhu 70°C sampai dengan 85°C hingga mencapai berat konstan;

5. Bila biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang

semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.

6. timbang berat kering serasah;

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝑲 (𝒈) =𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑲𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒖𝒃 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 (𝒈)

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒔𝒂𝒉 𝑺𝒖𝒃 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 (𝒈)𝒙 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒔𝒂𝒉 (𝒈)

Dimana BK = Berat Kering

d. Pengukuran biomassa pohon mati dan kayu mati (necromass)

- Pohon Mati

Tahapan pengukuran biomassa pohon mati dengan metode geometrik dilakukan

sebagai berikut:

1. Ukur diameter setinggi dada;

2. Ukur tinggi total pohon mati;

3. Hitung volume pohon mati dengan persamaan;

𝑽𝒑𝒎 = 𝟏

𝟒𝝅(𝒅𝒃𝒉/𝟏𝟎𝟎)𝟐 𝒙 𝒕 𝒙 𝒇

Dimana: Vpm = Volume pohon mati (m3)

dbh = diameter setinggi dada (1.3m) (cm)

t = tinggi total pohon mati (m)

f = faktor bentuk (0.6)

4. Hitung berat jenis kayu pohon mati

Page 61: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

60

5. Hitung bahan organik (biomass) pohon mati

B pm = V pm x BJ pm

Keterangan:

Bpm = bahan organik pohon mati (kg)

Vpm = volume pohon mati (m3)

BJpm = berat jenis kayu pohon mati (kg/m3)

- Kayu Mati

Pengukuran biomassa kayu mati berdasarkan volume melalui tahapan sebagai berikut:

1. Ukur diameter (pangkal dan ujung)

2. Ukur panjang total kayu mati

3. Hitung volume kayu mati (dapat menggunakan rumus Brereton)

𝑽𝒌𝒎 = 𝟎. 𝟐𝟓𝝅(𝒅𝒑 + 𝒅𝒖

𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎)𝟐 𝒙 𝒑

Keterangan:

V km = volume kayu mati (m3)

Dp = diameter pangkal kayu mati (cm)

Du = diameter ujung kayu mati (cm)

P = panjang kayu mati (m)

π = 22/7 atau 3,14

4. Hitung berat jenis kayu mati. Penentuan berat jenis kayu mati di lapangan

dapat dilakukan dengan metode pengamatan empiris tingkat pelapukan kayu

mati

5. Hitung biomassa kayu mati.

Bkm = Vkm x BJkm

Keterangan:

Bkm = biomassa kayu mati (kg)

Vkm = volume kayu mati (m3)

BJkm = berat jenis kayu mati (kg/m3).

Pengukuran biomassa kayu mati berdasarkan penimbangan langsung dilakukan

sebagai berikut:

1. Kumpulkan semua kayu mati pada plot pengukuran;

2. Timbang berat total dari kayu mati;

3. Ambil contoh dan timbang minimal 300 gram;

Page 62: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

61

4. Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven terhadap contoh kayu mati

pada kisaran suhu 70 °C sampai dengan 85 °C hingga mencapai berat

konstan;

5. Timbang berat kering contoh kayu mati.

e. Pengukuran biomassa di bawah permukaan tanah

Pengukuran biomassa di bawah permukaan tanah dihitung menggunakan Persamaan

Alometrik sebagai berikut:

BBP = Exp (-1,0587 + 0.8836 * LN(BAP))

(Cairns, et al, 1997 dalam Manuri,S. et al, 2011 )

Keterangan:

Bbp = biomassa di bawah permukaan tanah (kg)

Bap = nilai biomassa atas permukaan (above ground biomass)(kg)

IV.8. PENGHITUNGAN CADANGAN KARBON

a. Penghitungan biomasa atas permukaan berdasarkan persamaan alometrik

Persamaan alometrik menggunakan persamaan alometrik spesifik yang telah tersedia dalam

Chave et al. (2005) untuk kondisi hutan beriklim lembab atau dengan curah hujan (2000mm –

4000mm). Berikut adalah beberapa persamaan yang digunakan:

AGBest = π*exp(-1.499+2.148ln(D) + 0.207(ln(D))2 – 0.0281(ln(D))3)

(Chave et al., 2005),

Dan beberapa persamaan juga digunakan sebagai pembanding dari nilai karbon, persamaan

tersebut adalah:

AGBest = 0.118 * D2.53 (Brown, 1997)

AGBest = ρ x 0.11 x D2.62 (Kattering, 2001)

Dimana:

π = berat jenis kayu

ρ = berat jenis kayu

D = Diameter Pohon

b. Penghitungan biomasa bawah permukaan

penghitungan biomasa bawah permukaan menggunakan persamaan dibawah ini, yaitu:

Page 63: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

62

BBP = Exp (-1,0587 + 0.8836 * LN(BAP)

Keterangan:

Bbp = biomasa bawah permukaan (kg)

Bap = nilai biomasa atas permukaan (above ground biomass)(kg)

c. Penghitungan Karbon

Penghitungan karbon dari biomassa menggunakan rumus sebagai berikut:

Cb = B x % C organik

Keterangan:

Cb = cadangan karbon dari biomassa (kg)

B = total biomassa (kg)

%C organik = nilai persentase cadangan karbon, sebesar 0,47 atau menggunakan nilai

persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium.

d. Penghitungan cadangan karbon per hektar pada tiap plot

Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomassa dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut:

𝑪𝒉𝒂 = 𝑪𝒑

𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙

𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎

𝒍𝒑𝒍𝒐𝒕

Keterangan:

Cha = cadangan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap

plot (ton/ha)

Cp = cadangan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg)

l plot = luas plot pada masing-masing pool (m2)

e. Penghitungan cadangan karbon total dalam plot

Penghitungan cadangan karbon dalam plot pengukuran menggunakan persamaan sebagai

berikut:

Cplot = (Cbap + Cbbp + Cserasah + Ckm + Cpm + Ctanah)

Keterangan:

Cplot = total cadangan karbon pada plot (ton/ha)

Cbap = total cadangan karbon biomassa atas permukaan per hektar pada plot (ton/ha)

Cbbp = total cadangan karbon biomassa bawah permukaan per hektar pada plot (ton/ha)

Page 64: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

63

Cserasah = total cadangan karbon biomassa serasah per hektar pada plot (ton/ha)

Ckm = total cadangan karbon kayu mati per hektar pada plot (ton/ha)

Cpm = total cadangan karbon pohon mati per hektar pada plot (ton/ha)

Ctanah = total cadangan karbon tanah per hektar pada plot (ton/ha).

IV.9. PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN SECARA LANSKAP

Pengukuran karbon pada biomass hidup (living biomass) pada skala lanskap dilakukan

dengan melakukan up-scaling pengukuran pada level plot dan berdasarkan referensi cadangan

karbon dari masing-masing penutupan lahan. Teknik yang dilakukan adalah dengan perkalian

tiap luas tutupan lahan dengan cadangan karbon pada masing-masing penutupan lahan.

Penghitungan cadangan karbon dalam suatu tutupan lahan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

𝑪𝒍𝒄 = (𝜮 𝑪𝒑𝒍𝒐𝒕

𝒏𝒑𝒍𝒐𝒕) 𝒙 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒕𝒊𝒑𝒆 𝒕𝒖𝒕𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏

Keterangan:

Clc = total cadangan karbon dalam Lanskap (ton)

nplot = jumlah plot dalam Lanskap;

Cplot = total cadangan karbon per hektar pada plot dalam tipe tutupan lahan;

Luas tipe tutupan lahan dinyatakan dalam hektar (ha).

IV.10. ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Citra hasil klasifikasi ditampilkan berdasarkan waktu perekaman citra untuk menghasilkan

tampilan areal perubahan penutupan lahan selama periode tahun 2008 - 2013. Analisis

perubahan penutupan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penutupan lahan tahun

2008 dan 2013 dengan cara mengoverlay ke peta tersebut sehingga akan terlihat penutupan

apa saja yang berubah selama kurun waktu tersebut. Perubahan yang terjadi selama kurun

waktu tersebut selanjutnya dibuat dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam

melihat perubahan penutupan lahan yang terjadi. Data mengenai perubahan penutupan lahan

dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝜟𝑳𝑪 = 𝑲𝟐 − 𝑲𝟏

𝑲𝟏 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

ΔLC = Perubahan Penutupan lahan

K1 = Luas Penutupan Lahan Tahun ke 1 (Ha)

Page 65: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

64

K2 = Luas Penutupan Lahan Tahun ke 2 (Ha)

IV.11. PENGHITUNGAN NILAI KETIDAKPASTIAN (UNCERTAINTIES)

Menurut Manuri (2011) kesalahan dalam perhitungan pendugaan cadangan karbon dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

Kesalahan pengukuran, yaitu: berdampak pada kesalahan secara sistematik akibat alat;

dan secara random akibat kesalahan oleh pengukur.

Kesalahan model ekspansi biomasa atau persamaan alometrik.

Kesalahan sampling, yaitu: terjadi pada tingkatkan jumlah dan luas plot.

Kesalahan koreksi citra, yaitu: pada standarisasi citra yang digunakan.

Kesalahan klasifikasi, yaitu: menerapkan plot acak untuk ground thruthing serta

jumlah plot lebih banyak.

Data entry dan kalkulasi.

Scale up, yaitu kesalahan acak yang disebabkan perhitungan emisi dari data aktifitas

dan faktor emisi.

IPCC GPG (2003) menyarankan penghitungan nilai uncertainty dengan rumus berikut:

% 𝐔 =

𝟏𝟐 (𝐂𝐈 𝟗𝟓%)

ȳ 𝐱 𝟏𝟎𝟎%

Dimana:

% U = Nilai Uncertainty (%)

CI 95% = Lebar selang Kepercayaan (95%)

ȳ = Rata-rata cadangan biomasa atau karbon

IV.12. SKENARIO PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DENGAN PENDEKATAN EKONOMI RENDAH KARBON

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,

dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan

kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987).

Secara garis besar, pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi yaitu, dimensi

ekologis, dimensi sosial-ekonomi-budaya, dimensi sosial politik dan dimensi hukum-

kelembagaan (Kota, 2012).

Dari sisi dimensi ekologis, secara prinsip agar dapat terjaminnya pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) diperlukan :

Page 66: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

65

1. Keharmonisan spasial (spatial suitability)

2. Kapasitas asimilasi

3. Pemanfaatan berkelanjutan

Syarat keharmonisan spasial adalah suatu wilayah pembangunan seperti kota dan kabupaten

diharapkan tidak seluruhnya diperuntukan bagi zona pemanfaatan tapi harus pula dialokasikan

sebagiannya untuk kawasan konservasi maupun preservasi. Keberadaan kawasan konservasi

dan preservasi dalam suatu wilayah pembangunan sangat vital dalam memelihara berbagai

proses penunjang kehidupan seperti membersihkan atau mengolah limbah secara alami, siklus

unsur hara dan hidrologi serta sumber keanekaragaman hayati.

Dari dimensi sosial ekonomi, pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa

sehingga total permintaannya (demand) terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan

tidak melampaui kemampuan suplainya. Kualitas dan jumlah permintaan tersebut ditentukan

oleh jumlah penduduk dan standar kualitas kehidupan masyarakatnya. Secara sosial-ekonomi,

konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa manfaat yang diperoleh dari

kegiatan pembangunan suatu daerah harus diprioritaskan untuk kesejahteraan penduduk.

Pada kajian ini hanya membahas dua dimensi, yaitu: dimensi Ekologis dan dimensi ekonomi,

sosial dan budaya. Dimensi ekologi dan dimensi ekonomi, sosial dan budaya merupakan

dimensi yang bagian lebih besar mendapatkan dampak dari kebijakan yang telah dibuat,

sehingga dimensi ini dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk pembangunan berkelanjutan.

Parameter yang dipergunakan dalam dimensi ekologis adalah perubahan penggunaan atau

pemanfaatan lahan serta cadangan karbon dan rencana tata ruang wilayah, sedangkan pada

dimensi ekonomi, sosial dan budaya mempergunakan parameter pendekatan perdagangan

karbon dan valuasi ekonomi dari karbon. Diagram alir skenario perencanaan pembangunan

berkelanjutan disajikan pada Gambar 10.

Page 67: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

66

Gambar 10. Diagram alir Pendekatan Skenario Pembangunan berkelanjutan rendah Karbon

Penutupan Lahan 2008

Penutupan Lahan 2013

Valuasi ekonomi Cadangan Karbon

Sebaran dan Cadangan Karbon

Rencana Tata Ruang Wilayah

Skenario Perencanaan

Pembangunan

Berkelanjutan

Perubahan

Penutupan Lahan

2008 - 2013

Page 68: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

67

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. PERKEMBANGAN KARBON DI INDONESIA

Perkembangan mitigasi terhadap gas rumah kaca (GRK) di Indonesia semakin mendapatkan

perhatian yang lebih besar dari waktu ke waktu. Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan

aturan-aturan yang mengatur pengelolahan pemanfaatan lahan dan penggunaan alat-alat

produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Perundang-undangan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dari tahun 1994

hingga 2013 terhitung sudah 19 peraturan terkait dengan Penanganan efek gas rumah kaca,

yang terdiri dari 2 undang-undang, 4 peraturan Presiden, 2 Keputusan Presiden, 2 Peraturan

Menteri dan 4 Standar nasional Indonesia

V.2. PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DAN

MASYARAKAT

Pelatihan pengembangan kapasitas mengenai pemahaman emisi karbon disampaikan kepada

pemerintah daerah Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kabupaten

Tebo serta pemerintah daerah Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi

(Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Bappeda). dengan jumlah peserta sekitar 28

peserta pelaksanaan kegiatan bertempat di Hotel Sakato Jaya, Jl. Lintas Sumatera Km , Pulau

Punjung, Kabupaten Dharmasraya, pada tanggal 26-30 Agustus 2013 dan

pemateri/narasumber berasal dari ICRAF dan WWF Indonesia. Daftar hadir peserta terlampir

pada lampiran 5.

Materi pelatihan yang diberikan meliputi:

Pemahaman IPCC Guideline, Metode Pengukuran Karbon, MRV dan RL untuk

Pembangunan Berkelanjutan, Metode Pengambilan Sampel above ground, Metode

Pengambilan Sampel below ground, Praktek Pengambilan Sampel AGB dan BGB, Diskusi

Perhitungan Carbon, Pengenalan Global Position System (GPS), Penginderaan Jauh Satelit,

Sistem Informasi Geografis, Persiapan Perangkat Lunak Penginderaan Jauh dan GIS,

Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Pembuatan Dataset, Koreksi Geometrik, Koreksi

radiometrik, Konversi DN ke Reflektan), Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Komposit

warna Asli, Komposit warna Semu, Interpretasi Citra terbimbing), Pengolahan Data Satelit

Landsat 8 (Uji Ketelitian Hasil Klasifikasi, Editing Hasil Klasifikasi, Statistik), Analisis

InVEST Carbon dengan ArcGIS, Pembuatan Lokasi Survey Lapangan, Input Data Lokasi

Page 69: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

68

Survey ke GPS, Layout Peta, Integrasi Hasil Pengukuran Carbon dengan Interpretasi Citra

dan Diskusi dan Presentasi Peserta.

Agenda pelatihan pemetaan dan pengukuran karbon di tiga kabupaten prioritas disajikan pada

tabel 11.

Tabel 11. Agenda Pelatihan

Hari/Tanggal/Jam Agenda Pembicara

Senin,

26 Agustus 2013

08.00 – 08.30 Registrasi Peserta

08.30 – 09.00 Pembukaan:

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Pemerintah Kabupaten Dharmasraya

Pembawa Acara

09.00 – 09.30 Rehat Teh/Kopi

09.30 – 10.30 IPCC Guideline Yudi Agusrin/Arief

Budiman

10.30 – 12.00 Metode Pengukuran Karbon ICRAF/ Yayuk Subekti

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.00 MRV dan RL untuk Pembangunan

Berkelanjutan

Yudi Agusrin/Arief

Budiman

14.00 – 15.00 Metode Pengambilan Sampel above ground ICRAF/ Yayuk Subekti

15.00 – 15.30 Rehat Teh/Kopi

15.30 – 16.30 Metode Pengambilan Sampel below ground ICRAF/ Yayuk Subekti

Selasa,

27 Agustus 2013

08.00 – 09.00 Persiapan Survey Lapangan

09.00 – 10.00 Menuju Lokasi

10.00 – 12.00 Praktek Pengambilan Sampel AGB dan BGB ICRAF/ Yayuk Subekti

12.00 – 13.00 ISHOMA Di Lokasi Survey

13.00 – 15.00 Praktek Pengambilan Sampel AGB dan BGB ICRAF/ Yayuk Subekti

15.00 – 15.30 Rehat Teh/Kopi

15.30 – 16.30 Diskusi Perhitungan Carbon ICRAF/ Yayuk Subekti

Rabu,

28 Agustus 2013

08.00 – 09.30 Pengenalan Global Position System (GPS) Hultera

09.30 – 10.30 Penginderaan Jauh Satelit IB Wedastra

10.30 – 12.00 Sistem Informasi Geografis Kokok Yulianto/IB

Wedastra

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.00 Persiapan Perangkat Lunak Penginderaan

Jauh dan GIS

Hultera/Kokok/Weda

14.00 – 15.00 Pengolahan Data Satelit Landsat 8

(Pembuatan Dataset, Koreksi Geometrik,

Koreksi radiometrik, Konversi DN ke

Reflektan)

IB Wedastra

15.00 – 15.30 Rehat Teh/Kopi

15.30 – 16.30 Pengolahan Data Satelit Landsat 8

(Komposit warna Asli, Komposit warna

Semu, Interpretasi Citra terbimbing)

IB Wedastra

Page 70: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

69

Hari/Tanggal/Jam Agenda Pembicara

Kamis,

29 Agustus 2013

08.00 – 10.30 Pengolahan Data Satelit Landsat 8

(Uji Ketelitian Hasil Klasifikasi, Editing

Hasil Klasifikasi, Statistik)

IB Wedastra

10.30 – 12.00 Analisis InVEST Carbon dengan ArcGIS IB Wedastra

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 14.00 Pembuatan Lokasi Survey Lapangan Hultera/Kokok

14.00 – 15.00 Input Data Lokasi Survey ke GPS Hultera/Kokok

15.00 – 15.30 Rehat Teh/Kopi

15.30 – 16.30 Layout Peta Hultera/Kokok

Jumat,

30 Agustus 2013

08.00 – 10.00 Integrasi Hasil Pengukuran Carbon dengan

Interpretasi Citra

IB Wedastra

10.00 – 11.00 Diskusi dan Presentasi Peserta Peserta

11.00 – 11.30 Penutupan Pelatihan Pemda Kab. Dharmas

Raya

1. Pembukaan Pelatihan

Pembukaan pelatihan pemetaan dan pengukuran karbon dibuka oleh kepala BAPPEDA

Kabupaten Dharmasraya, Bapak Hairudin dan WWF Indonesia yang diwakili oleh M. Yudi

Agusrin. (Gambar 11).

Gambar 11. Pembukaan Pelatihan Pemetaan dan Pengukuran Karbon

Kepala BAPPEDA Kabupaten Dharmasraya menyampaikan kata sambutan kepada para

peserta Pelatihan.

Page 71: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

70

Gas rumah kaca merupakan fenomena alam yang saat ini sedang menjadi topik pembicaraan

saat ini. Sehingga setiap orang perlu memahami apa itu karbon?, apa itu gas rumah kaca dan

bagaimana pemetaan, pengukuran dan perhitungannya. Hal ini suatu inisiatif yang baik yang

di inisiasi oleh WWF untuk memberikan suatu pelatihan kepada staf di SKPD Kab.

Dharmasraya. Semoga dalam pelatihan ini dapat dipahami dan dimengerti, sehingga

dikemudian hari dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan di Kabupaten

Dharmasraya. Bagi peserta perlu fokus dan konsentrasinya agar ilmu yang diberikan oleh para

pemateri dan di pahami dan dimanfaatkan untuk bidangnya masing-masing. Dan bagi peserta

yang hadir dari provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera barat, Kabupaten

Kuantan Singingi, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya diucapkan selamat datang,

semoga dapat menyelesaikan seluruh materi yang disampaikan dalam pelatihan ini.

2. Pemaparan Materi

Pada hari pertama, hari Senin tanggal 26 Agustus 2013 dipaparkan materi mengenai

Pemahaman IPCC Guideline, Metode Pengukuran Karbon, MRV dan RL untuk

Pembangunan Berkelanjutan, Metode Pengambilan Sampel above ground, Metode

Pengambilan Sampel below ground, Praktek Pengambilan Sampel AGB dan BGB. Pada sesi

ini peserta diharapkan dapat mengetahui perkembangan karbon dan beberapa Tehnik

pengambilan contoh sampel. Berikut adalah beberapa foto aktifitasnya:

Pengenalan Peserta

Pemaparan Pemahaman IPCC Guideline MRV dan RL

untuk Pembangunan Berkelanjutan

Page 72: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

71

Pemaparan Metode Pengukuran Karbon, Metode

Pengambilan Sampel above ground, Metode

Pengambilan Sampel below ground

Diskusi Peserta

Pada hari kedua, hari Selasa tanggal 27 Agustus 2013 dipaparkan materi mengenai Praktek

Pengambilan Sampel AGB dan BGB, Diskusi Perhitungan Carbon. Berikut adalah beberapa

foto aktifitasnya:

Persiapan Praktek Lapangan

Arahan Persiapan Pengambilan Sampel

Persiapan Plot Sampel

Pengambilan Serasah dan tumbuhan bawah

Page 73: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

72

Pengukuran Diameter Pohon

Pengukuran Kayu Mati

Pembacaan Posisi Koordinat Plot Sampel

Pencatatan Hasil Pengukuran Data Lapangan

Kebersamaan di Lapangan

Pada hari Ketiga, hari Rabu tanggal 28 Agustus 2013 dipaparkan materi mengenai

Pengenalan Global Position System (GPS), Penginderaan Jauh Satelit, Sistem Informasi

Geografis, Persiapan Perangkat Lunak Penginderaan Jauh dan GIS, Pengolahan Data

Satelit Landsat 8 (Pembuatan Dataset, Koreksi Geometrik, Koreksi radiometrik, Konversi DN

ke Reflektan). Berikut adalah beberapa foto aktifitasnya:

Page 74: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

73

Diskusi Perhitungan Carbon

Pengenalan Global Position System (GPS)

Penginderaan Jauh Satelit

Sistem Informasi Geografis

Persiapan Perangkat Lunak Penginderaan Jauh dan GIS

Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Pembuatan

Dataset, Koreksi Geometrik, Koreksi radiometrik,

Konversi DN ke Reflektan)

Pada hari Ke-empat, hari Kamis tanggal 29 Agustus 2013 dipaparkan materi mengenai

Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Komposit warna Asli, Komposit warna Semu,

Interpretasi Citra terbimbing), Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Uji Ketelitian Hasil

Klasifikasi, Editing Hasil Klasifikasi, Statistik), Analisis InVEST Carbon dengan ArcGIS,

Pembuatan Lokasi Survey Lapangan, Input Data Lokasi Survey ke GPS, Layout Peta, Berikut

adalah beberapa foto aktifitasnya:

Page 75: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

74

Pengolahan Data Satelit Landsat 8

(Komposit warna Asli, Komposit warna Semu,

Interpretasi Citra terbimbing)

Pengolahan Data Satelit Landsat 8 (Uji Ketelitian

Hasil Klasifikasi, Editing Hasil Klasifikasi, Statistik)

Analisis InVEST Carbon dengan ArcGIS

Pembuatan Lokasi Survey Lapangan, Input Data

Lokasi Survey ke GPS, Layout Peta

Pada hari Ke-Lima, hari Kamis tanggal 30 Agustus 2013 dipaparkan materi mengenai

Integrasi Hasil Pengukuran Carbon dengan Interpretasi Citra dan Diskusi dan Presentasi

Peserta. Berikut adalah beberapa foto aktifitasnya:

Integrasi Hasil Pengukuran Carbon dengan

Interpretasi Citra

Diskusi dan Presentasi Peserta

Page 76: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

75

Penutupan dan Penyerahan sertifikat pelatihan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Kab. Dharmasraya

Foto Bersama Peserta Pelatihan

Pelatihan ini telah selesai dilaksanakan dengan Harapan bahwa pada implementasi kegiatan

pengukuran dan perhitungan karbon dapat menambah lagi pemahaman dan pengalaman

dilapangan.

V.3. PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DI 3 KABUPATEN PRIORITAS

V.3.1. Sumber Data

Pemantauan penutupan lahan menggunakan Citra Landsat 8 OLI dan SPOT 2/4 dengan

resolusi spasial 20-30 meter sehingga diasumsikan cocok untuk melakukan pemantauan

sumber daya hutan pada skala kabupaten. Dengan resolusi spasial 20-30 meter cukup

memudahkan penafsir dalam mengidentifikasi obyek-obyek yang ada diatas citra. Sementara

itu citra resolusi sedang umumnya mampu untuk menjangkau wilayah yang relative luas

karena cakupan sapuan citra satelitnya yang cukup luas (64-185 km).

Page 77: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

76

Tabel 12. Citra Satelit Landsat 8 dan Tahun Perekaman

Jenis Citra Tanggal Perekaman Penggunaan Band Sumber

LC81260602013169LGN00 18 Juni 2013 1,2,3,4,5,6,7 USGS – NASA

LC81260612013169LGN00 18 Juni 2013 1,2,3,4,5,6,7 USGS – NASA

LC81270602013176LGN00 25 Juni 2013 1,2,3,4,5,6,7 USGS – NASA

LC81270612013144LGN00 24 Mei 2013 1,2,3,4,5,6,7 USGS – NASA

Tabel 13. Citra Satelit SPOT 2/4 dan Tahun Perekamannya

Jenis Citra Tanggal

Perekaman

Penggunaan

Band Sumber

SPOT2_22703510905070335452X0 07 Mei 2009 XS1, XS2, XS3 Planet Action

SPOT2_22703520905070335542X0 07 Mei 2009 XS1, XS2, XS3 Planet Action

SPOT2_22713510811270335091X0 27 November 2008 XS1, XS2, XS3 Planet Action

SPOT2_22713520811270335171X0 27 November 2008 XS1, XS2, XS3 Planet Action

SPOT2_22733520809210325311X0 21 September 2008 XS1, XS2, XS3 Planet Action

SPOT4_42733530809190344261I0 19 September 2008 XS1, XS2, XS3, XS4 Planet Action

SPOT4_20070419SP4272353S0G2AXI 19 April 2007 XS1, XS2, XS3, XS4 LAPAN

SPOT4_20070922SP4272351S0G2AXI 22 September 2007 XS1, XS2, XS3, XS4 LAPAN

SPOT4_20070922SP4272352S0G2AXI 22 September 2007 XS1, XS2, XS3, XS4 LAPAN

SPOT2_20070929SP2274353S0G2AXS 29 September 2007 XS1, XS2, XS3 LAPAN

SPOT4_42703500805170349111I0 17 Mei 2008 XS1, XS2, XS3, XS4 WWF – US

Gambar 12. Mozaik Citra Satelit SPOT2/4

Page 78: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

77

Gambar 13. Mozaik Citra Satelit Landsat 8 OLI

V.3.2. Klasifikasi Citra

Pemetaan penutupan lahan menggunakan sistem klasifikasi SNI 7645: 2010 dengan 13 kelas

penutupan lahan. Penafsiran citra dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing dengan

teknik klasifikasi menggunakan metode maximum likelihood.

Tabel 14. Klasifikasi Penutupan Lahan

No Penutupan Lahan

1. Hutan Lahan Kering

2. Akasia

3. Belukar

4. Semak

5. Pertanian lahan kering

6. Sawah

7. Perkebunan Karet

8. Perkebunan Sawit

9. Perkebunan Coklat

10. Area Pembangunan

11. Lahan Terbuka

12. Rawa

13. Perairan

14. Awan

15. Bayangan Awan

Proses Harmonisasi citra hasil klasifikasi penutupan lahan di 3 (tiga) kabupaten dalam

Koridor RIMBA dilakukan untuk membuat sama nama klasifikasi dan jumlah kelas yang

dipergunakan. Berdasarkan hasil Diskusi dengan beberapa nara sumber (ICRAF dan WWF

Page 79: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

78

Indonesia) dihasilkan harmonisasi penutupan lahan dengan 15 kelas hasil klasifikasi dengan

rincian sebagai berikut:

No Penutupan Lahan

1 Hutan Lahan Kering

2 Akasia

3 Semak Belukar

4 Kebun Campur

5 Pertanian lahan kering

6 Sawah

7 Perkebunan Karet

8 Perkebunan Sawit

9 Perkebunan Coklat dan Pinang

10 Area Pembangunan

11 Lahan Terbuka

12 Rawa

13 Perairan

14 Permukiman

15 Ladang

Hasil klasifikasi citra satelit tahun 2008 dan tahun 2013 disajikan pada Gambar 13.

Gambar 14. Peta Tutupan Lahan di 3 (tiga) Kabupaten dalam Koridor RIMBA

Luasan Penutupan/penggunaan lahan untuk tiga kabupaten secara keseluruhan disajikan pada

Tabel 15.

Page 80: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

79

Tabel 15. Luas Penutupan Lahan di tiga Kabupaten pada Tahun 2008 dan Tahun 2013

Penutupan Lahan Tahun 2008

(Ha) %

2013

(Ha) %

Akasia 30,926.43 2.2% 76,232.07 5.3%

Area Pembangunan 11,682.36 0.8% 13,977.27 1.0%

Hutan Lahan Kering 421,821.54 29.5% 226,616.04 15.8%

Kebun Campur 100,431.36 7.0% 18,744.03 1.3%

Ladang 9,345.78 0.7% 190.71 0.0%

Lahan Terbuka 124,334.91 8.7% 81,287.19 5.7%

Pemukiman 47.34 0.0% 47.34 0.0%

Perairan 13,202.19 0.9% 12,562.29 0.9%

Perkebunan Coklat dan Pinang 2,741.49 0.2% 2,759.85 0.2%

Perkebunan Karet 254,032.65 17.7% 235,612.26 16.5%

Perkebunan Sawit 361,578.33 25.3% 555,662.97 38.8%

Pertanian lahan kering 353.70 0.0% 84,655.26 5.9%

Rawa 2,598.66 0.2% 2,130.39 0.1%

Sawah 3,932.55 0.3% 7,606.80 0.5%

Semak Belukar 94,538.88 6.6% 113,483.70 7.9%

Grand Total 1,431,568.17 100.0% 1,431,568.17 100.0%

Gambar 15. Grafik Luasan Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013

Hasil interpretasi citra satelit diperoleh informasi luasan dari penutupan lahan dari tahun 2008

dan tahun 2013. Pada tahun 2008 menunjukan bahwa luasan penutupan lahan masih

didominasi oleh Hutan Lahan Kering (29.5 %), Perkebunan Sawit (25.3%), Perkebunan Karet

(17.7%), Lahan Terbuka (8.7%), Kebun Campur (7.0%) dan Semak Belukar (6.6%). Pada

-

100,000.00

200,000.00

300,000.00

400,000.00

500,000.00

600,000.00

2008(Ha)

2013(Ha)

Page 81: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

80

Hasil klasifikasi terdapat kelas Area Pembangunan, area pembangunan adalah suatu area telah

mengalami proses pembangunan seperti, jalan, perumahan untuk pekerja perkebunan, dan

lain-lain.

Pada tahun 2013, luasan penutupan lahan didominasi oleh Perkebunan Sawit (38.8%),

Perkebunan Karet (16.5%), Hutan Lahan Kering (15.8%), Semak belukar (7.9%), Pertanian

Lahan kering (5.9%), Lahan terbuka (5.7%) dan Akasia (5.3%).

Gambar 14 menunjukan perubahan luasan dari masing-masing penutupan lahan dari tahun

2008 dan tahun 2013, beberapa penutupan lahan yang mengalami perubahan cukup besar

adalah peningkatan luas Akasia sebesar 3.1%, Penurunan Luas hutan Lahan kering sebesar

13.7%, Penurunan luas Perkebunan Karet sebesar 1.2% dan Peningkatan luas Perkebunan

sawit sebesar 13.5%. Perubahan tersebut menunjukan bahwa grafik perluasan area

perkebunan sawit masih tinggi dan juga terjadi potensi penurunan luasan Hutan Lahan

Kering.

V.3.2.1. Klasifikasi penggunaan atau penutupan lahan per kabupaten

1. Kabupaten Kuantan Singingi

Berdasarkan hasil klasifikasi penutupan lahan diperoleh luasan dari masing-masing kabupaten

adalah: Penutupan lahan di Kabupaten Kuantan Singingi di dominasi oleh Hutan Lahan

Kering, Perkebunan sawit dan Kebun Campur di tahun 2008 dan pada tahun 2013 didominasi

penutupan lahan: perkebunan sawit, Hutan Lahan Kering dan Akasia.

Gambar 16. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten Tebo

Page 82: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

81

Dominasi penutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Kuantan Singingi mengalami

perubahan, dari tahun 2008 hingga 2013. hal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi

fenomena baik dari sisi sosial, ekonomi atau budaya, perubahan pola pemanfaatan dari alami

menjadi pola pemanfaatan budidaya/perkebunan dan luas perkebunan sawit di Kabupaten

Kuantan Singingi hampir mencapai 50% dari luas Kabupaten.

Tabel 16. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Kuantan Singingi dalam RIMBA tahun 2008 – 2013

Penutupan Lahan 2008

(Ha) %

2013

(Ha) %

Akasia 30,905.82 5.907% 59,631.57 11.40%

Area Pembangunan 5,662.44 1.08% 6,748.47 1.29%

Hutan Lahan Kering 150,259.14 28.72% 85,512.96 16.35%

Kebun Campur 35,737.83 6.83% 7,391.70 1.41%

Ladang 7,499.34 1.43% 189.72 0.04%

Lahan Terbuka 32,326.47 6.18% 25,945.74 4.96%

Pemukiman 6.84 0.001% 6.84 0.001%

Perairan 3,801.06 0.73% 4,571.28 0.87%

Perkebunan Coklat dan Pinang 2,741.49 0.524% 2,759.85 0.53%

Perkebunan Karet 33,308.55 6.37% 40,561.65 7.75%

Perkebunan Sawit 182,472.12 34.88% 222,223.14 42.48%

Pertanian lahan kering 73.80 0.01% 23,272.02 4.45%

Rawa 1,480.59 0.28% 2,110.77 0.40%

Sawah 2,894.31 0.55% 2,804.49 0.54%

Semak Belukar 33,997.95 6.50% 39,437.55 7.54%

Grand Total 523,167.75 100.00% 523,167.75 100.000%

Berdasarkan data statistiknya, Kabupaten Kuantan Singingi mengalami penurunan luas hutan

lahan kering sebesar 12.37% (↓) atau sebesar 2.47% per tahunnya sama dengan ±12.943 Ha

per tahun, HTI/Akasia mengalami peningkatan luas sebesar 5.49% (↑) atau sama dengan

1.10% per tahun atau sama dengan 5.747 Ha per tahun, perkebunan karet mengalami

peningkatan sebesar 1.38% (↑) atau sama dengan 0.28% pertahun atau sama dengan ±1.444

Ha per tahunnya, Perkebunan sawit mengalami peningkatan sebesar 7.60% (↑) atau sama

dengan 1.52% per tahun atau sama dengan ±7.952 Ha per tahunnya.

Pada grafik perubahan penutupan/penggunaan lahan dari tahun 2008 hingga tahun 2013

terlihat bahwa penutupan lahan didominasi oleh Akasia, hutan lahan kering dan perkebunan

sawit.

Page 83: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

82

Gambar 17. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Kuantan Singingi dalam RIMBA tahun

2008 - 2013

2. Kabupaten Dharmasraya

Kondisi penutupan/penggunaan lahan pada tahun 2008 di Kabupaten Dharmasraya

didominasi oleh 1. Hutan lahan kering, 2. Perkebunan sawit dan 3. Pekerbunan karet,

sedangkan pada tahun 2013 didominasi oleh 1. perkebunan sawit, 2. Hutan lahan kering, dan

3. Perkebunan karet. Jika diperhatikan pada perubahan dominasi penutupan lahan di

Kabupaten Dharmasraya, maka trens perubahan penutupan lahannya menjadi perkebunan.

Gambar 18. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten Dharmasraya

-

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

2008(Ha)

2013(Ha)

Page 84: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

83

Berdasarkan data statistik yang diperoleh menunjukan bahwa Kondisi penutupan lahan di

kabupaten Dharmasraya dari tahun 2008-2013 mengalami perubahan yang cukup besar

terutama pada kondisi penutupan lahan hutan lahan kering yang mengalami penurunan luasan

dari 29.71% menjadi 17.61% sehingga terjadi penurunan luasan hutan lahan kering sebesar

2.42% pertahunnya atau sebesar ±7.300 Ha per tahunnya. Perkebunan sawit mengalami

peningkatan luasan sebesar 13.57% atau 2.71% per tahun atau sebesar ±8.190 Ha per

tahunnya sedangkan pada perkebunan karet sebesar 1.62% atau 0.32% per tahun atau ± 977

Ha per tahun.

Tabel 17. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Dharmasraya dalam RIMBA tahun 2008 – 2013

Penutupan Lahan 2008

(Ha) %

2013

(Ha) %

Akasia 13.05 0.004% 7,872.30 2.61%

Area Pembangunan 1783.71 0.59% 2,288.88 0.76%

Hutan Lahan Kering 89,663.31 29.71% 53,153.28 17.61%

Kebun Campur 35,516.52 11.77% 3,099.15 1.03%

Ladang 1,659.69 0.55% 0.27 0.00%

Lahan Terbuka 22,435.11 7.43% 13,584.78 4.50%

Pemukiman 4.68 0.002% 4.68 0.00%

Perairan 2,460.42 0.82% 1,636.20 0.54%

Perkebunan Coklat dan Pinang - 0.0% - 0.00%

Perkebunan Karet 36,454.32 12.08% 41,346.99 13.70%

Perkebunan Sawit 89,294.13 29.59% 130,245.75 43.16%

Pertanian lahan kering 39.87 0.01% 12,929.22 4.28%

Rawa 816.12 0.27% 11.70 0.00%

Sawah 897.12 0.30% 3,651.57 1.21%

Semak Belukar 20,750.67 6.88% 31,963.95 10.59%

Grand Total 301,788.72 100.0% 301,788.72 100.0%

Pada grafik menunjukkan bahwa hutan lahan kering, kebun campur, perkebunan karet dan

perkebunan sawit mendominasi penutupan/penggunaan lahan di kabupaten Dharmasraya. Dan

dalam grafik tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luasan perkebunan sawit

mendekati 50% dari luas wilayah kabupaten.

Page 85: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

84

Gambar 19. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Dharmasraya dalam RIMBA tahun 2008 -

2013

3. Kabupaten Tebo

Kondisi penutupan/penggunaan lahan pada tahun 2008 di Kabupaten Tebo didominasi oleh 1.

Perkebunan Karet, 2. Hutan Lahan Kering dan 3. Pekerbunan sawit,

Gambar 20. Penutupan Lahan Tahun 2008 dan Tahun 2013 di Kabupaten Tebo

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

Aka

sia

Are

a P

emb

angu

nan

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Ke

bu

n C

amp

ur

Lad

ang

Lah

an T

erb

uka

Pe

mu

kim

an

Pe

rair

an

Pe

rke

bu

nan

Co

klat

dan

Pe

rke

bu

nan

Kar

et

Pe

rke

bu

nan

Saw

it

Pe

rtan

ian

lah

an k

eri

ng

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak B

elu

kar

2008(Ha)

2013(Ha)

Page 86: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

85

sedangkan pada tahun 2013 didominasi oleh 1. perkebunan sawit, 2. Perkebunan karet, dan 3.

Hutan lahan kering. Kondisi penutupan/penggunaan lahan pada tahun 2013 mengalami

fenomena yang cukup menarik dimana terjadi perubahan arah ekonomi dari perkebunan karet

menjadi perkebunan sawit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perubahan luas perkebunan sawit

dan perubahan luas dari perkebunan karet. Pada tahun 2008, luas perkebunan sawit sebesar

14.81% dan pada tahun 2013 menjadi 33.50%, sedangkan perkebunan karet mengalami

penurunan luasan dari tahun 2008 seluas 30.38% menjadi 25.34%

Tabel 18. Luas Penutupan Lahan di Kabupaten Tebo dalam RIMBA tahun 2008 – 2013

Penutupan Lahan 2008

(Ha) %

2013

(Ha) %

Akasia 7.56 0.001% 8,728.2 1.44%

Area Pembangunan 4,236.21 0.70% 4,939.92 0.81%

Hutan Lahan Kering 181,899.09 29.99% 87,949.8 14.50%

Kebun Campur 29,177.01 4.81% 8,253.18 1.36%

Ladang 186.75 0.03% 0.72 0.0001%

Lahan Terbuka 69,573.33 11.47% 41,756.67 6.88%

Pemukiman 35.82 0.006% 35.82 0.006%

Perairan 6,940.71 1.14% 6,354.81 1.05%

Perkebunan Coklat dan Pinang - 0.000% 0 0.000%

Perkebunan Karet 184,269.78 30.38% 153,703.62 25.34%

Perkebunan Sawit 89,812.08 14.81% 203,194.08 33.50%

Pertanian lahan kering 240.03 0.04% 48,454.02 7.99%

Rawa 301.95 0.05% 7.92 0.001%

Sawah 141.12 0.02% 1,150.74 0.19%

Semak Belukar 39,790.26 6.56% 4,2082.2 6.94%

Grand Total 606,611.70 100.00% 606,611.7 100.000%

Berdasarkan data statistik yang diperoleh menunjukan bahwa Kondisi penutupan lahan di

kabupaten Tebo dari tahun 2008-2013 mengalami perubahan yang cukup besar terutama pada

kondisi penutupan lahan hutan lahan kering yang mengalami penurunan luasan dari 29.99%

menjadi 14.50% sehingga terjadi penurunan luasan hutan lahan kering sebesar 15.49% atau

sama dengan 3.10% pertahunnya atau sebesar ±18.792 Ha per tahunnya. Perkebunan sawit

mengalami peningkatan luasan sebesar 18.69% atau 3.74% per tahun atau sebesar ±22.675 Ha

per tahunnya sedangkan pada perkebunan karet mengalami penurunan sebesar 5.04% atau

1.01% per tahun atau ± 6.115 Ha per tahun.

Page 87: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

86

Gambar 21. Grafik trend perubahan penutupan lahan di Kabupaten Tebo dalam RIMBA tahun 2008 – 2013

Faktor utama yang mendorong perubahan lahan dari tahun 2008 hingga 2013 adalah konversi

lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis data Perekonomian pada

kelapa sawit masih menjadi unggulan untuk untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

Dalam lima tahun terakhir harga sawit mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari

tahun 2008 ke tahun 2013, tabel 19 menunjukkan perkembangan harga sawit yang tercatat di

Provinsi Riau.

Tabel 19. Daftar Harga rata-rata tandan buah segar (TBS) kelapa sawit umur > 9 tahun (Rp/kg)

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012

Riau 1.353,47 1.182,85 1.366,81 1.504,94 1.392,89 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau

Berdasarkan fluktuasi harga rata-rata tandan buah segar (TBS) selama lima tahun (2008 –

2013) menunjukkan bahwa harga TBS masih di atas rata-rata harga pasar.

-

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

Aka

sia

Are

a P

emb

angu

nan

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Ke

bu

n C

amp

ur

Lad

ang

Lah

an T

erb

uka

Pe

mu

kim

an

Pe

rair

an

Pe

rke

bu

nan

Co

klat

dan

Pe

rke

bu

nan

Kar

et

Pe

rke

bu

nan

Saw

it

Pe

rtan

ian

lah

an k

eri

ng

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak B

elu

kar

2008(Ha)

2013(Ha)

Page 88: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

87

V.3.3. Uji Hasil Klasifikasi

Hasil Uji ketelitian hasil klasifikasi menggunakan metode matrik kekeliruan disajikan pada

Tabel 19. Berdasarkan teknis pengolahan citra secara sistematik, Landsat 8 telah memiliki

proses koreksi atmosfer yang lebih baik dibandingkan dengan SPOT2/4. Sehingga proses uji

hasil klasifikasi pengambilan sample untuk proses klasifikasi citra menghasilkan kualitas

yang lebih baik.

Tabel 20. Uji Ketelitian Hasil Klasifikasi

Citra Satelit

Landsat 8 Overall Accuracy Kappa Statistic

1. LC81260602013169LGN00 95.84% 0.955

2. LC81260612013169LGN00 91.26% 0.899

3. LC81270602013176LGN00 81.68% 0.790

4. LC81270612013144LGN00 96.69% 0.962

Citra Satelit

SPOT 2/4 Overall Accuracy Kappa Coefficient

1. Rimba_22703510905070335452X0 0.874896711 0.8628

2. Rimba_22703520905070335542X0 0.725869894 0.6849

3. Rimba_22713510811270335091X0 0.762474227 0.7384

4. Rimba_22713520811270335171X0 0.701978 0.6603

5. Rimba_22733520809210325311X0 0.684624202 0.6075

6. Rimba_42733530809190344261I0 0.689962961 0.6627

7. Rimba_lpn_20070419SP4272353S0G2AXI 0.838895 0.823

8. Rimba_lpn_20070922SP4272351S0G2AXI 0.883796 0.8631

9. Rimba_lpn_20070922SP4272352S0G2AXI 0.871138 0.7889

10. Rimba_lpn_20070929SP2274353S0G2AXS 0.871138 0.7889

11. Rimba_lpn_20070929SP2274353S0G2AXS 0.86456 0.8247

12. Rimba_us_42703500805170349111I0 0.73547268 0.7096

Hasil dari uji klasifikasi menunjukkan bahwa tingkat akurasi terendah (< 70%) pada

pengolahan citra satelit SPOT 2/4. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi atmosfer yang

kurang baik atau kondisi atmosfer memiliki kabut atau awan tipis (haze) sehingga

berpengaruh terhadap pembagian kelas hasil pengambilan area contoh.

V.4. PEMODELAN INVEST TENTANG KARBON

Model ini menghitung tegakan Karbon dan jumlah karbon yang diserap dari waktu ke waktu

menggunakan empat dasar karbon "pools": biomassa di atas permukaan tanah , biomassa di

bawah permukaan tanah , tanah , dan bahan organik mati . Hal ini juga menghitung jumlah

karbon yang tersimpan dalam produk kayu yang dipanen dan nilai saham ini dan karbon yang

dilepaskan.

Untuk setiap jenis Penutupan lahan, model membutuhkan minimal perkiraan jumlah karbon di

masing-masing empat pool dasar yang dijelaskan di atas (di atas tanah, di bawah tanah, tanah,

Page 89: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

88

dan bahan organik mati). Model merupakan pendugaan yang dilakukan berdasarkan pada

studi literatur, dan model ini dapat menghasilkan peta dasar penyimpanan karbon.

Tabel 21. Perkiraan cadangan karbon per penutupan lahan

LULC LULC_NAME C_total

1 Akasia 64

2 Area Pembangunan 5

3 Hutan Lahan Kering 185.55

4 Kebun Campur 30

5 Ladang 10

6 Lahan Terbuka 2.5

7 Permukiman 1

8 Perairan 0

9 Perkebunan Coklat dan Pinang 113.85

10 Perkebunan Karet 113.85

11 Perkebunan Sawit 68.82

12 Pertanian lahan kering 10

13 Rawa 0

14 Sawah 2

15 Semak Belukar 30

Pada Gambar 22 menunjukkan bahwa di dalam pemodelan tersebut dapat menduga valuasi

ekonominya berdasarkan nilai harga dan perkembangan harga pasar global.

Gambar 22. Tampilan muka InVEST carbon

Page 90: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

89

a. Analisis INVEST Carbon stok terhadap Penutupan Lahan Tahun 2008

Gambar 22. menyajikan peta sebaran penyerapan karbon secara lanskap hasil dari pendugaan

penyerapan carbon menggunakan InVEST tools sebagai pengolah datanya. Valuasi nilai

ekonomi dari karbon dapat juga dihasilkan dengan memberikan masukan (input) data harga

kabon (dollar/ton). Berdasarkan informasi http://www.eesi.org/fact-sheet-carbon-pricing-

around-world-17-oct-2012 (sebagai salah satu referensi harga), harga karbon dunia berkisar

antara: 2.5 – 15 dollar/ton.

Hasil dari analisis pendugaan cadangan karbon mempergunakan InVEST di peroleh nilai 0.18

Ton/Piksel hingga 16.65 Ton/Piksel sehingga apabila dikonversi kedalam nilai ton/Ha maka

nilai yang dihasilkan adalah 1.8 ton/Ha – 166.5 ton/Ha..

Perhitungan nilai ekonomis dari cadangan karbon tersimpan berdasarkan atas perkiraan nilai

harga jual rata-rata ($ 5 per ton), perkiraan nilai perubahan harga jual 5% dan perkiraan rerata

potongan harga pasar karbon sebesar 5%. Hasil analisis valuasi ekonomi dari potensi karbon

yang dihasilkan adalah sebesar $ 1 - $ 100 / Piksel, dan apabila di hitung per satuan landskap

maka akan di peroleh nilai harga yang disajikan pada tabel 24.

Gambar 23. Hasil Perhitungan cadangan karbon dan valuasi ekonomi pada penutupan lahan Tahun 2008

dengan mempergunakan InVEST Analysis.

Cadangan karbon pada tahun 2008, berdasarkan penutupan/penggunaan lahan diperoleh Total

karbon (C) (TonHa) terbesar pada penutupan lahan Hutan Lahan kering sebesar 78.04 juta ton

karbon, Perkebunan Karet sebesar 28.71 juta ton karbon dan perkebunan sawit sebesar 24.59

Page 91: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

90

juta ton karbon. Besarnya nilai karbon tersebut diakumulasikan dalam perkiraan valuasi

ekonominya berdasarkan rata-rata harga pasar dunia sebesar $3 dan dengan annual rate of

price change sebesar $2 dan discount market sebesar $3, maka diperoleh nilai valuasi

ekonomi di tiga kabupaten prioritas sebesar $390,184,924.50 untuk Hutan Lahan Kering.

Perkembangan pasar karbon saat ini hanya membiayai nilai cadangan karbon dari penutupan

lahan hutan lahan kering.

Tabel 22. Karbon Total Per Penutupan Lahan Tahun 2008

PENUTUPAN LAHAN 2008 C_tot/Ha Ha Total_C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 30,926.43 1,979,291.52

Area Pembangunan 5.00 11,682.36 58,411.80

Hutan Lahan Kering 185.00 421,821.54 78,036,984.90

Kebun Campur 30.00 100,431.36 3,012,940.80

Ladang 10.00 9,345.78 93,457.80

Lahan Terbuka 2.00 124,334.91 248,669.82

Pemukiman 1.00 47.34 47.34

Perairan 0 13,202.19 0

Perkebunan Coklat dan Pinang 113.00 2,741.49 309,788.37

Perkebunan Karet 113.00 254,032.65 28,705,689.45

Perkebunan Sawit 68.00 361,578.33 24,587,326.44

Pertanian lahan kering 10.00 353.70 3,537.00

Rawa 0 2,598.66 0

Sawah 2.00 3,932.55 7,865.10

Semak Belukar 30.00 94,538.88 2,836,166.40

Grand Total 633.00 1,431,568.17 139,880,176.74

Tabel 23. Valuasi Ekonomi dari Karbon pada Penutupan Lahan Tahun 2008

PENUTUPAN LAHAN 2008 Valuestorage/Ha

($) Ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 30,926.43 9,896,457.60

Area Pembangunan 25.00 11,682.36 292,059.00

Hutan Lahan Kering 925.00 421,821.54 390,184,924.50

Kebun Campur 150.00 100,431.36 15,064,704.00

Ladang 50.00 9,345.78 467,289.00

Lahan Terbuka 10.00 124,334.91 1,243,349.10

Pemukiman 5.00 47.34 236.70

Perairan - 13,202.19 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 565.00 2,741.49 1,548,941.85

Perkebunan Karet 565.00 254,032.65 143,528,447.25

Perkebunan Sawit 340.00 361,578.33 122,936,632.20

Pertanian lahan kering 50.00 353.70 17,685.00

Rawa - 2,598.66 -

Sawah 10.00 3,932.55 39,325.50

Semak Belukar 150.00 94,538.88 14,180,832.00

Total 3,165.00 1,431,568.17 699,400,883.70

Page 92: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

91

b. Analisis INVEST Carbon stok terhadap Penutupan Lahan Tahun 2013

Pada tahun 2013 diperoleh cadangan karbon total sebesar 16.65 ton/piksel, nilai tersebut

diperoleh berdasarkan pada referensi rata-rata cadangan karbon (dephut, 201214) untuk hutan

lahan kering.

Gambar 24. Hasil Perhitungan cadangan karbon dan valuasi ekonomi pada penutupan lahan Tahun

2008 dengan mempergunakan InVEST Analysis.

Hasil analisis InVEST diperoleh jumlah karbon total pada tahun 2013 sebesar 41.923.715 juta Ton,

dengan nilai pendugaan valuasi ekonomi sebesar $ 209,619,837.00, hal ini dapat menunjukkan bahwa

besar potensi nilai hutan lahan kering dari penilaian cadangan karbonnya, sehingga sangat diperlukan

suatu strategi yang sesuai dengan kondisi wilayahnya.

Tabel 24. Karbon Total Per Penutupan Lahan Tahun 2013

PENUTUPAN LAHAN 2013 C_tot/Ha Ha Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 76,232.07 4,878,852.48

Area Pembangunan 5.00 13,977.27 69,886.35

Hutan Lahan Kering 185.00 226,616.04 41,923,715.60

Kebun Campur 30.00 18,744.03 562,320.90

Ladang 10.00 190.71 1,906.89

Lahan Terbuka 2.00 81,287.19 162,574.38

Pemukiman 1.00 47.34 47.34

Perairan - 12,562.29 -

14 http://www.sekretariat-rangrk.org/english/home/9-uncategorised/173-baulahan

Page 93: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

92

Perkebunan Coklat dan Pinang 113.00 2,759.85 311,863.05

Perkebunan Karet 113.00 235,612.26 26,624,185.38

Perkebunan Sawit 68.00 555,662.97 37,784,464.56

Pertanian lahan kering 10.00 84,655.26 846,458.54

Rawa - 2,130.39 -

Sawah 2.00 7,606.80 15,213.60

Semak Belukar 30.00 113,483.70 3,404,511.00

TOTAL 633.00 1,431,568.17 116,586,000.07

Tabel 25. Valuasi Ekonomi dari Karbon pada Penutupan Lahan Tahun 2013

PENUTUPAN LAHAN 2013 Valuestorage/Ha

($) Ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 76,232.07 24,394,262.40

Area Pembangunan 25.00 13,977.27 349,431.75

Hutan Lahan Kering 925.00 226,616.04 209,619,837.00

Kebun Campur 150.00 18,744.03 2,811,604.50

Ladang 50.00 190.71 9,535.50

Lahan Terbuka 10.00 81,287.19 812,871.90

Pemukiman 5.00 47.34 236.70

Perairan - 12,562.29 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 565.00 2,759.85 1,559,312.18

Perkebunan Karet 565.00 235,612.26 133,120,665.11

Perkebunan Sawit 340.00 555,662.97 188,924,792.40

Pertanian lahan kering 50.00 84,655.26 4,232,763.00

Rawa - 2,130.39 -

Sawah 10.00 7,606.80 76,068.00

Semak Belukar 150.00 113,483.70 17,022,555.00

Total 3,165.00 1,431,568.17 582,933,935.44

Hasil Analisis InVEST juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan cadangan karbon total

dari tahun 2008 hingga tahun 2013 sebesar 36,113,269.30 Ton per lima tahun atau sama

dengan 7,222,653.86 Ton/tahun dan nilai valuasi ekonomi karbon pada hutan lahan kering

juga mengalami penurunan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu: pada tahun 2008 sebesar

$390,184,924.50 dan pada tahun 2013 sebesar $209,619,837.00 sehingga terjadi penurunan

nilai karbon sebesar $ 180,565,087.50 selama lima tahun atau sama dengan $ 36,113,017.50

per tahun.

V.5. PENGECEKAN LAPANGAN

Kunjungan lapang diperlukan untuk mengetahui kondisi dilapangan sehingga dapat

memberikan informasi yang mendekati dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Persiapan

lapangan memerlukan beberapa tahap sehingga dalam proses pengecekan lapangan berjalan

Page 94: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

93

dengan baik, salah satu yang harus dilakukan adalah berkoordinasi dengan pemerintah daerah

dan masyarakat di lokasi, koordinasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi lokasi pengecekkan lapangan, informasi kondisi masyarakat, informasi pengenai

penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan di lokasi pengecekan.

V.5.1. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Koordinasi dengan Pemerintah daerah merupakan hal yang sangat perlu dilakukan, agar

pemerintah daerah juga dapat mengetahui kegiatan yang berada di daerahnya, terkait dengan

kegiatan pemetaan, pengukuran dan penilaian cadangan karbon dan analisis InVEST.

Pada pertemuan tersebut, pemerintah kabupaten dan masyarakat mendukung kegiatan yang

dilaksanakan. Bentuk dari dukungan tersebut, beberapa dinas mengikutsertakan staf-nya

untuk dapat memahami mengikuti kegiatan hingga akhir kegiatan. Staf pemerintah daerah

yang mengikuti kegiatan terdiri dari staf wanita yang aktif dibidang lingkungan.

Foto dibawah ini adalah gambaran dari kegiatan koordinasi dengan pemerintah daerah Kab.

Dharmasraya, Kab. Kuantan Singingi, dan Kab. Tebo.

Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab. Dharmasraya

BLH, Dinas Kehutanan, Bappeda

Penjelasan Kegiatan

Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab. Kuantan Singingi

Koordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup

Koordinasi dengan Bappeda

Page 95: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

94

Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab. Tebo

Koordinasi dengan Bappeda

Diskusi lokasi Survey

Koordinasi dengan Masyarakat adat dan Pemerintah Desa

Page 96: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

95

V.5.2. Pengukuran Karbon

Pengukuran cadangan karbon di lakukan di 3 (tiga) Kabupaten di Karidor RIMBA, kabupaten

tersebut adalah kabupaten Dharmasraya di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Tebo di

Provinsi Jambi dan Kabupaten Kuantan Singingi di Provinsi Riau.

V.5.2.1. Penentuan Titik Lokasi Plot

Lokasi pengukuran karbon dilakukan pada penutupan lahan berhutan alam yang masih

terdapat di ketiga kabupaten tersebut. Berdasarkan dari metode yang digunakan adalah

metode sampel acak sederhana (simple random sampling) dan metode dengan tujuan tertentu

(purposive sampling), maka untuk mendapatkan informasi lokasi menggunakan simple

random sampling digunakan data sebaran hutan, data geologi dan data curah hujan. Hasil dari

metode simple random sampling tersebut disajikan pada Gambar 24.

c. Simple Random Sampling

d. Purposive sampling

Gambar 25. Hasil Penggunaan 2 metode penentuan lokasi Pengukuran cadangan karbon

Hasil metode purposive sampling memberikan penyebaran titik survey pada penutupan lahan

hutan. Jumlah titik tujuan survey tersebut disajikan pada Tabel 25.

Tabel 26. Jumlah titik Survey di 3 Kabupaten

Kabupaten Jumlah Titik Ketinggian dpl (m)

Kabupaten Dharmasraya 45 6 – 232 m

Kabupaten Kuantan Singingi 42 107 – 209 m

Kabupaten Tebo 34 140 – 209 m

Apabila melihat jumlah titik survey yang akan dikunjungi (Tabel 27), ketersedian waktu dan

biaya yang tersedia, maka diperlukan informasi sebagai indikator pemilihan lokasi survey.

Page 97: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

96

Hal pertama yang perlu dikaji adalah ketersediaan anggaran dan waktu lama pengerjaan untuk

1 plot contoh. Berdasarkan ketersediaan anggaran yang tersedia waktu yang tersedia adalah

selama 2 minggu per kabupaten sehingga jumlah titik yang dimungkinkan berdasarkan lama

pengerjaan dalam 1 plot contoh adalah maksimum 3 hari, maka jumlah plot yang dapat

dikerjakan adalah 4-5 plot per kabupaten. Sehingga total keseluruhan plot adalah 12–15 plot.

Pemilihan lokasi dari 12–15 plot contoh tersebut didasarkan kembali pada kondisi hutan yaitu

sebaran dan kerapatan hutan serta kondisi tegakan pohon yang ada dilokasi survey. Pada

aspek finansial dengan indikator luas area plot contoh minimum 100 Ha, dapat dijangkau dan

dapat dikerjakan untuk pengukuran. Pada aspek Morfologi, bentuk lahan yang akan di plot

tidak memiliki kecuraman/kelerengan yang terjal atau sulit untul melakukan pengukuran

carbon. Dan aspek keamanan, faktor keamanan menjadi penting agar tidak menimbulkan

konflik secara fisik baik dengan satwa maupun dengan manusia (adat – tempat keramat,

perambah hutan, atau penebang liar). Sehingga dari faktor-faktor tersebut diperoleh titik

survey yang akan dilakukan analisis cadangan karbonnya (Gambar 26).

Tabel 27. Lokasi Pengukuran Cadangan Karbon Id PLOT CONTOH LOKASI X Y

1 PSP Pemayungan KAB. TEBO 102.3178° BT 0.99° LS

2 Non-PSP Dusunsimambu KAB. TEBO 102.4147° BT 1.13° LS

3 Non-PSP Sungaikarang KAB. TEBO 102.1983° BT 1.01° LS

4 Non-PSP Sungaiabang KAB. TEBO 102.0489° BT 0.93° LS

5 PSP Petai - Rimbang KAB. KUANTAN

SINGINGI 101.1904° BT 0.32° LS

6 Non-PSP Sentajo1 KAB. KUANTAN

SINGINGI 101.5733° BT 0.48° LS

7 Non-PSP Sentajo2 KAB. KUANTAN

SINGINGI 101.5727° BT 0.48° LS

8 Non-PSP Bk.

Batabuh/guruh Gemurai

KAB. KUANTAN

SINGINGI 101.4178° BT 0.67° LS

9 Non-PSP S. Cengar KAB. KUANTAN

SINGINGI 101.5037° BT 0.74° LS

10 Non-PSP Timpeh KAB. DHARMASRAYA 101.5952° BT 0.87° LS

11 Non-PSP Kp. Surau KAB. DHARMASRAYA 101.5149° BT 0.88° LS

12 PSP Bkt Selasih KAB. DHARMASRAYA 101.5376° BT 0.94° LS

13 Non-PSP Lubuk Karak KAB. DHARMASRAYA 101.2266° BT 0.94° LS

Page 98: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

97

Gambar 26. Peta Lokasi Survey Lapangan Pengukuran Karbon di 3 (tiga) Kabupaten dalam Koridor RIMBA

V.5.2.2. Pengukuran dan Pengambilan Contoh

V.5.2.2.1. PSP Bukit Selasih

PSP (permanent sampling plot) Bukit Selasih berada pada Kabupaten Dharmasraya berada

pada posisi 101.5376° BT; 0.94° LS. Kondisi lapangan Bukit Selasih dapat dilihat pada

Gambar 27 dibawah ini.

Page 99: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

98

Gambar 27. Foto kondisi PSP Bukit Selasih

Bukit Selasih dipilih sebagai permanen plot dikarenakan kondisi tutupan hutannya masih

dalam kondisi yang bagus dan masyarakat adat menjaga hutan tersebut sebagai hutan

masyarakat adat, sehingga lokasi Bukit selasih relatif terjaga dalam jangka waktu yang lama.

Kondisi topografi Bukit Selasih memiliki kelerengan yang curam, sehingga cukup sulit untuk

menjangkau lokasi plot untuk melakukan pengukuran dan pengumpulan sampel data, Gambar

22 adalah topografi Bukit selasih secara bidang datar.

Gambar 28. Topografi PSP Bukit Selasih

Pada lokasi PSP diberikan tanda/Patok permanen yang bertujuan untuk

monitoring/pengukuran ulang pada lokasi yang sama atau sebagai petunjuk lokasi plot

permanen. Pemasangan batas plot dengan menggunakan tali pembatas sepanjang 60 m x 60 m

sebagai pembatas luar dari plot. Penggunaan garis bantu 6 petak yang dibuat sejajar dengan

ketinggian dapat mempermudah pengambilan data, sehingga surveyor tidak berjalan turun

naik topografi tetapi mengikuti alur dari garis bantu 6 petak/alur.

Topografi PSP Bukit Selasih

1101009080706050403020100

150

145

140

135

(m)

(m)

Page 100: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

99

Berikut adalah beberapa foto kegiatan pemasangan Patok permanen, pengukuran diameter

pohon (diameter > 10 cm), pemasangan plat nomor pohon, pengambilan serasah dan

kayu/pohon mati.

Pemasangan Patok permanen

Pengukuran kerapatan tajuk menggunakan

Densiometer

Pemberian tanda DBH dan Plat nomor Pohon

Pengambilan contoh Serasah dan ranting

Pengukuran Pohon Mati

Pencatatan data hasil identifikasi jenis pohon dan

pengukuran lainnya

Hasil dari identifikasi Jenis Pohon (Tabel 29) diperoleh 146 pohon dengan 78 jenis pohon

dengan diameter pohon lebih dari 10 cm.

Page 101: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

100

Tabel 28. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di PSP Bukit Selasih

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Actinodaphne glabra 1 41 Macaranga kingii 2

2 Aglaia macrostigma 2 42 Mallotus cf penangensis 3

3 Aglaia malaccensis 1 43 Mesua racemosa 1

4 Alseodaphne nigrensis 1 44 Mezzetia cf leptopoda 3

5 Alstonia scholaris 1 45 Monocarpia marginalis 10

6 Antidesma sp 1 46 Myristica gigantea 2

7 Aporosa frutescens 1 47 Nephelium cuspidatum 16

8 Aporosa nitida 1 48 Nephelium sp 1

9 Artocarpus maingayi 2 49 Nephelium subfalcatum 1

10 Artocarpus nitidus 1 50 Ochanostachys amentacea 2

11 Baringtonia reticulata 2 51 Osmelia maingayi 1

12 Blumeodendron tokbrai 3 52 Parashorea lucida 2

13 Buchanania sessifolia 2 53 Parinari sp 2

14 Callophyllum soulatrii 1 54 Pimeleodendron griffitianum 1

15 Carallia cf eugenioidea 1 55 Polyalthia cinnamomea 1

16 Castanopsis rhamnifolia 1 56 Polyalthia rumphii 2

17 Castanopsis sp 1 57 Polyalthia sumatrana 1

18 Cinnamomum cuspidatum 3 58 Polyalthia xanthopetala 1

19 Dehaasia cuneata 1 59 Pometia pinnata 2

20 Diospyros elliptifolia 1 60 Porterandia anysophylla 1

21 Diospyros pilosanthera 1 61 Ryparosa javanica 1

22 Dysoxylum acutangulum 4 62 Ryparosa kunstlerii 2

23 Endospermum diadenum 2 63 Sapium baccatum 7

24 Ficus sp 1 64 Shorea gibbosa 1

25 Ficus variegata 1 65 Shorea guiso 1

26 Flacourtia sp 1 66 Sizygium iahii 1

27 Garcinia cuspidata 1 67 Sizygium pseudosubtilis 1

28 Garcinia penangiana 1 68 Sp 1 1

29 Garcinia sumatrana 1 69 Sp 2 1

30 Girroniera hirta 1 70 Streblus elongatus 1

31 Grewia sumatrana 1 71 Strombosia javanica 3

32 Heritiera borneensis 2 72 Syzygium napiforme 1

33 Horsfeldia brachiata 1 73 Syzygium garcinifolium 1

34 Hydnocarpus castanea 3 74 Syzygium longiflora 1

35 Hydnocarpus woodii 1 75 Syzygium pseudosubtilis 4

36 Koompassia malaccensis 1 76 Tabernaena montana sp 1

37 Lithocarpus cyclophorus 5 77 Vatica pallida 2

38 Lithocarpus urceolaris 1 78 Xylopia malayana 1

39 Litsea odorata 2

40 Macaranga gigantea 1 Total 146

Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa beberapa jenis pohon yang telah diidentifikasi telah

masuk dalam categori IUCN (International Union for The Conservation of nature and Nature

Resources) dan CITES (Convension on International Trade in Endangered Species) sebanyak

Page 102: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

101

8 Jenis pohon sebanyak 11 pohon, yaitu: Aglaia macrostigma, Aglaia malaccensis, Alstonia

scholaris, Callophyllum soulatrii, Parashorea lucida, Koompassia malaccensis, Shorea

guiso, Vatica pallida.

V.5.2.2.2. NPSP Lubuk Karak

Non-PSP (non-permanent sampling plot) Lubuk Karak berada pada kabupaten Dharmasraya

berada pada posisi 101.2266° BT - 0.94° LS. Kondisi lapangan NPSP Lubuk Karak dapat

dilihat pada Gambar 28 dibawah ini.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan lokasi plot contoh ini merupakan hutan sekunder

yang telah mengalami penebangan oleh masyarakat sekitar. Kondisi topografi NPSP Lubuk

karak memiliki kelerengan yang agak curam, dengan kondisi tanah yang lembab basah,

Gambar 29 adalah topografi NPSP Lubuk Karak secara bidang datar.

Gambar 29. Foto Kondisi Lokasi NPSP Lubuk Karak

Gambar 30. Kondisi topografi di NPSP Lubuk Karak

(m)

(m)

Page 103: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

102

Dan hasil dari pengukuran dan identifikasi jenis pohon (Tabel 29) diperoleh jumlah pohon

yang teridentifikasi sebanyak 172 pohon dan 89 jenis pohon dengan diameter pohon lebih dari

10 cm.

Tabel 29. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di NPSP Lubuk Karak

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Actinodaphne glabra 2 46 Litsea paludosa 1

2 Actinodaphne macrophylla 1 47 Litsea sp 2

3 Aglaia glabriflora 1 48 Macaranga gigantea 1

4 Alseodaphne nigrensis 1 49 Macaranga gigantea 4

5 Alseodaphne sp 1 50 Macaranga kingii 1

6 Anthocephalus cadamba 1 51 Macaranga triloba 5

7 Aporosa nitida 2 52 Mangifera sp 3

8 Archidendron ellipticum 1 53 Monocarpia marginalis 1

9 Arenga pinnata 1 54 Nephelium cuspidatum 5

10 Artocarpus elasticus 1 55 Nephelium sp 1

11 Artocarpus elasticus 4 56 Ochanostachys amentacea 4

12 Artocarpus integra 1 57 Osmelia maingayi 1

13 Baccaurea pyriformis 1 58 Palaquium hexandrum 1

14 Baccaurea reticulata 1 59 Parashorea lucida 9

15 Baringtonia reticulata 1 60 Parinari sp 1

16 Bhesa paniculata 1 61 Parkia sp 1

17 Blumeodendron tokbrai 1 62 Pentace curtisii 11

18 Buchanania sessifolia 1 63 Polyalthia rumphii 2

19 Buchanania sessifolia 2 64 Pometia pinnata 1

20 Camnosperma auriculata 1 65 Pternandra rostata 3

21 Canarium apertum 1 66 Pygeum sp 2

22 Carallia sp 3 67 Santiria conferta 2

23 Castanopsis sp 1 68 Santiria rubiginosa var rubiginosa 1

24 Chisocheton macrophyllus 1 69 Sapium baccatum 1

25 Chisocheton sp 1 70 Scapium macropodum 1

26 Cyathocalyx carinatus 2 71 Scorodocarpus borneensis 1

27 Dehaasia cuneata 1 72 Shorea acuminata 5

28 Dialium platysephalum 1 73 Shorea bracteolata 1

29 Diospyros elliptifolia 2 74 Shorea gibbosa 8

30 Diospyros pilosanthera 1 75 Shorea parvifolia Dyer ssp parvifolia 4

31 Diospyros pilosanthera var oblonga 2 76 Sindhora leiocarpa 2

32 Diospyros rumphii 1 77 Sindhora wallichii 1

33 Durio cf malaccensis 1 78 Sp 1 1

34 Dysoxylum acutangulum 1 79 Sterculia cordata 1

35 Elaeocarpus nitidus 1 80 Sterculia macrophylla 1

36 Endospermum diadenum 2 81 Streblus elongatus 6

37 Ficus retusa 2 82 Strombosia javanica 2

38 Ficus variegata 1 83 Swintonia floribunda 1

39 Gluta aptera 2 84 Swintonia floribunda 3

40 Grewia sumatrana 1 85 Syzygium napiforme 2

Page 104: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

103

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

41 Heritiera simplicifolia 1 86 Syzygium garcinifolium 1

42 Hydnocarpus castanea 3 87 Syzygium rugosa 1

43 Knema latericia 2 88 Trema orientalis 1

44 Kokoona ochraceae 3 89 Vernonea arborea 1

45 Litsea odorata 1

Grand Total 172

Pada NPSP Lubuk karak diperoleh 172 Pohon dengan 89 Jenis Pohon, dan yang masuk ke

dalam IUCN/CITES sebanyak 3 Jenis Pohon dengan jumlah pohon sebanyak 15 Pohon, yaitu:

Parashorea lucida, Shorea acuminate dan Shorea bracteolate.

V.5.2.2.3. NPSP Kp. Surau

NPSP (Non-permanent sampling plot) Kampung Surau berada pada kabupaten Dharmasraya

berada pada posisi 101.5149° BT - 0.88° LS. Kondisi lapangan Kampung surau dapat dilihat

pada Gambar 31 dibawah ini.

Gambar 31. Foto Lokasi NPSP Kampung Surau

Lokasi plot contoh NPSP Kampung surau berdampingan dengan kebun kelapa sawit

masyarakat, menurut kepala jorong/kepala desa hutan ini dijaga oleh masyarakat adat,

sehingga setiap bentuk pengambilan hasil hutan ini harus mendapatkan persetujuan dari tetua

adat.

Bentuk lahan atau topografi lokasi plot contoh NPSP Kampung Surau memiliki topografi

yang berbukit hingga curam, gambar dibawah ini adalah gambaran kondisi topografi di plot

contoh.

Page 105: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

104

Gambar 32. Kondisi topografi di NPSP Kampung Surau

Hasil dari pengukuran dan identifikasi jenis pohon (Tabel 30) diperoleh 160 pohon dengan 84

jenis pohon.

Tabel 30. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di NPSP Kampung Surau.

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Actinodaphne macrophylla 1 43 Hydnocarpus woodii Merr 2

2 Aglaia macrostygma 1 44 Knema cinerea 1

3 Aglaia rubescens 1 45 Koompassia malaccensis 3

4 Alseodaphne nigrensis 1 46 Lithocarpus ewyckii 1

5 Alseodaphne sp 1 47 Lithocarpus lucidus 1

6 Aporosa nitida 1 48 Litsea firma 1

7 Archidendron bubalinum 2 49 Litsea odorata 1

8 Artocarpus elasticus 1 50 Litsea paludosa 1

9 Artocarpus nitidus 1 51 Macaranga gigantea 5

10 Atuna sp 1 52 Macaranga triloba 4

11 Baccaurea pyriformis 2 53 Malicope sp 1

12 Baccaurea reticulata 2 54 Mangifera sp 1

13 Baringtonia reticulata 4 55 Melicope sp 1

14 Blumeodendron tokbrai 1 56 Mesua nuda 1

15 Bouea oppositifolia 1 57 Mezzetia cf leptopoda 1

16 Buchanania sessifolia 1 58 Monocarpia marginalis 1

17 Carallia sp 1 59 Nephelium cuspidatum 15

18 Castanopsis argentea 2 60 Nephelium sp 5

19 Castanopsis javanica 4 61 Ochanostachys amentacea 10

20 Chisocheton macrophyllus 1 62 Palaquium hexandrum 1

21 Cinnamomum cuspidatum 1 63 Parashorea lucida 2

22 Cyathocalyx carinatus 3 64 Parinari sp 4

23 Dacryodes incurvata 1 65 Polyalthia rumphii 1

24 Dacryodes macrocarpa 2 66 Polyalthia sumatrana 3

25 Dehaasia cuneata 1 67 Polyalthia xanthopetala 1

26 Dialium platysephalum 1 68 Pouteria malaccensis 1

27 Diospyros elliptifolia 1 69 Pternandra rostata 3

28 Diospyros pilosanthera 1 70 Pterospermum javanicum 1

29 Diospyros rumphii 1 71 Pygeum sp 2

(m)

(m)

Page 106: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

105

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

30 Diplospora kunstleri 1 72 Quercus argentata 3

31 Diplospora kunstlerii 2 73 Sandoricum beccarianum 1

32 Dipterocarpus gracilis 2 74 Santiria apiculata 2

33 Durio malaccensis 1 75 Santiria conferta 2

34 Dysoxylum acutangulum 2 76 Santiria oblongifolia 3

35 Endospermum diadenum 1 77 Santiria rubiginosa var

rubiginosa 1

36 Ficus sp 3 78 Shorea gibbosa 4

37 Girroniera nervosa 1 79 Shorea macroptera ssp

macroptera 1

38 Glochidion sp 1 80 Strombosia javanica 2

39 Grewia antidesmaefolia 1 81 Syzygium garcinifolium 1

40 Grewia sumatrana 1 82 Syzygium kiahii 2

41 Hydnocarpus castanea Hk.f 1 83 Syzygium palembanicum 2

42 Hydnocarpus woodii 1 84 Vernonea arborea 1

Grand Total 160

Berdasarkan hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon diperoleh 84 jenis pohon dan

jumlah pohon sebanyak 160 pohon. Untuk kategori UICN/CITES terdapat 6 Jenis dengan

jumlah pohon 11 pohon, yaitu : Aglaia macrostygma, Koompassia malaccensis, Mesua nuda,

Parashorea lucida, Dipterocarpus gracilis, Syzygium kiahii. Selain itu, NPSP Kampung surau

juga mempunyai potensi pohon kruing yang merupakan pohon dengan nilai ekonomis tinggi,

hal tersebut dapat di lihat secara visual pada tumbuhan semai yang terdapat di NPSP

Kampung surau (Gambar 33)

Gambar 33. Anakan alami tumbuhan Kruing yang dapat tumbuh pada NPSP Kampung Surau

V.5.2.2.4. NPSP Timpeh

NPSP (Non-permanent sampling plot) Timpeh berada pada kabupaten Dharmasraya berada

pada posisi 101.5952° BT - 0.87° LS. Kondisi lapangan Kampung surau dapat dilihat pada

Gambar 34 dibawah ini.

Page 107: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

106

Gambar 34. Foto kondisi lokasi NPSP Timpeh

NPSP Timpeh merupakan lokasi hutan sekunder yang telah mengalami gangguan akibat

aktifitas manusia. Sehingga pohon telah mengalami penebangan. Kondisi topografi plot

contoh ini berbukit dan sebagian curam (Gambar 35).

Gambar 35. Kondisi topografi di NPSP Timpeh

Hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon pada NPSP Timpeh (Tabel 31) diperoleh 122

pohon dan 68 jenis pohon.

Tabel 31. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di NPSP Timpeh

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Actinodaphne macrophylla 1 35 Ixonanthes reticulata 1

2 Aglaia glabriflora 2 36 Knema latericia 1

3 Aglaia macrostigma 1 37 Lansium sp 1

4 Aglaia malaccensis 2 38 Litsea costalis 1

5 Alseodaphne nigrensis 2 39 Litsea odorata 1

6 Aporosa frutescens 1 40 Macaranga gigantea 1

7 Aquilaria microcarpa 1 41 Macaranga kingiii 1

(m)

(m)

Page 108: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

107

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

8 Artocarpus elasticus 4 42 Macaranga triloba 1

9 Artocarpus integra 1 43 Madhuca montleyana 2

10 Artocarpus maingayi 1 44 Melicope sp 1

11 Artocarpus nitidus 2 45 Mesua racemosa 1

12 Atuna sp 1 46 Monocarpia marginalis 2

13 Baccaurea reticulata 1 47 Myristica gigantea 1

14 Baccaurea sumatrana 3 48 Nephelium cuspidatum 8

15 Blumeodendron tokbrai 1 49 Nephelium sp 1

16 Buchanania sessifolia 2 50 Ochanostachys amentacea 7

17 Callophyllum soulatrii 1 51 Oncosperma sp 2

18 Castanopsis javanica 1 52 Parashorea lucida 1

19 Cleistanthus myrianthus 2 53 Parinari sp 5

20 Dacryodes incurvata 3 54 Pimeleodendron griffitianum 9

21 Dacryodes macrocarpa 1 55 Polyalthia xanthopetala 1

22 Dialium platysephalum 3 56 Porterandia anisophylla 1

23 Diplospora kunstleri 1 57 Pternandra rostata 1

24 Dysoxylum acutangulum 2 58 Ryparosa kunstlerii 2

25 Endospermum diadenum 1 59 Santiria rubiginosa var rubiginosa 1

26 Eudia glabra 1 60 Scapium macropodum 6

27 Ficus sp 1 61 Shorea acuminata 2

28 Garcinia lanceolata 1 62 Strombosia javanica 2

29 Garcinia parvifolia 1 63 Styrax benzoin 1

30 Garcinia sumatrana 1 64 Swintonia floribunda var floribunda 1

31 Girroniera nervosa 1 65 Syzygium dyerianum 1

32 Gonystylus macrophyllus 1 66 Syzygium garcinifolium 1

33 Grewia sumatrana 2 67 Syzygium palembanicum 1

34 Irvingia malayana 1 68 Vernonea arborea 2

Grand Total 122

Berdasarkann hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon di plot NPSP Timpeh diperoleh

68 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 122 pohon dengan potensi pohon yang masuk

daftar IUCN/CITES adalah sebanyak 7 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 9 Pohon,

yaitu: Aglaia macrostigma, Aglaia malaccensis, Aquilaria microcarpa, Callophyllum soulatrii, Parashorea

lucida, Shorea acuminate, dan Syzygium dyerianum.

V.5.2.2.5. PSP Petai

PSP (permanent sampling plot) Petai berada pada kabupaten Kuantan Singingi berada pada

posisi 101.1904° BT; 0.32° LS. Kondisi lapangan Petai dapat dilihat pada Gambar 35

dibawah ini.

Page 109: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

108

Gambar 36. Foto kondisi PSP Petai

Kondisi hutan di PSP Petai merupakan hutan Sekunder dengan kondisi penutupan tajuk yang

rapat, hutan ini berada di dalam Cagar Alam bukit Rimbang Baling. Akan tetapi kondisi nya

telah mengalami gangguan dari aktifitas manusia (Perambahan hutan, Pembukaan lahan dan

Tambang).

Kondisi topografi plot contoh PSP adalah datar, dan dapat di akses dengan mudah

dikarenakan posisinya berdampingan dengan pos pemantau harimau WWF Indonesi. Gambar

di bawah ini adalah kondisi topografinya:

Gambar 37. Kondisi topografi di PSP Petai

Hasil pengukuran dan identifikasi jenis Pohon (Tabel. 32) diperoleh 178 pohon dan 98 jenis

pohon.

Tabel 32. Inventarisasi Jenis Pohon dalam Plot 60m x 60m di PSP Petai

No Jenis Pohon Jumlah No Jenis Pohon Jumlah

1 Aquilaria malaccensis 1 50 Macaranga triloba 5

2 Artocarpus elasticus 9 51 Macarangga gigantea 1

3 Artocarpus kemando 1 52 Macarangga triloba 1

4 Artocarpus nitidus 3 53 Madhuca motleyana 2

(m)

(m)

Page 110: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

109

No Jenis Pohon Jumlah No Jenis Pohon Jumlah

5 Baringtonia 1 54 Medang Kuning 1

6 Bocaorea reticulata 1 55 Mynistica gigantea 2

7 Bouea 1 56 Myristica gigantea 4

8 Cananga odorata 1 57 Myristica iner 1

9 Cerbera 2 58 Myristica sp. 1

10 Cinamomum einerum 1 59 Neesia malayana 3

11 Dilennia alba 1 60 Nephelium cuspidatum 2

12 Dilennia excellsa 1 61 Nephelium incrasatum 2

13 Diospyros philosanthera 1 62 Nephelium meurroto 1

14 Docryodes 1 63 Nephelium sp. 1

15 Docryodes incurvata 1 64 Nephellium incrasatum 1

16 Ebenaceae 1 65 Nesia malayana 2

17 Elaeocarpus glaber Blume 1 66 Pentace floribunda 1

18 Elaeocarpus griffithii 2 67 Peronema 6

19 Garcinia bancana 2 68 Peronema canescens 2

20 Gironiera 1 69 Pimeleodendron griffitianum Hook.f 2

21 Gironniera subaequalis Planch 1 70 Polyanthia rumpii 1

22 Girroniera hirta 1 71 Pometia 1

23 Girroniera nervosa 6 72 Pometia pinnata 2

24 Gluta elegans 1 73 Pometia sp. 3

25 Gymnacranthera sp. 2 74 Pterospermum 3

26 Hopea Mengerawan 1 75 Pterospermum javanicum 2

27 Hopea merawan 1 76 Quercus 1

28 Hortieldia 1 77 Querqus sp. 1

29 Hortieldia brachiata 1 78 Ryparosa kunstleri 1

30 Irvingia malayana 1 79 Sandoricum beccarianum 1

31 Ixonantes tcosandra 1 80 Santiria apiculata 1

32 Ixora 6 81 Santiria rubiginosa 1

33 Kepayang 1 82 Santiria tomentosa 1

34 Knema latericia 1 83 Santria apiculata 1

35 Knema laurina 3 84 Scorpium morcodum 1

36 Knema orientalis 1 85 Shorea hypocra 3

37 Knema sp. 1 86 Shorea hypoleuca 1

38 Kompasia 1 87 Shorea parvi 1

39 Lithocarpus ewickii Korth 4 88 Shorea parvifolia 1

40 Lithocarpus lucidus 1 89 Shorea pauciflora 3

41 Lithocarpus sp. 1 90 Sonti rubiginosa 1

42 Lithocarpus wrayi King 2 91 Sterculia 1

43 Litsea costalis 4 92 Sterculia macrophyla 1

44 Litsea grandis 1 93 Strombosis javanica 1

45 Litsea pallidosa 1 94 Syzigium garcinifolium 1

46 Litsea robusta 2 95 Syzigium palembanicum 1

47 Litsea sp. 2 96 Syzigium rugosa 5

48 Macaranga gigantea 3 97 Syzygium khiahii 1

49 Macaranga hypoleuca 9 98 Syzygium spp. 1

Grand Total 178

Page 111: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

110

Berdasarkann hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon di plot PSP Petai diperoleh 98

Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 178 pohon dengan potensi pohon yang masuk daftar

IUCN/CITES adalah sebanyak 3 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 5 Pohon, yaitu:

Hopea Mengerawan, Shorea hypocra dan Syzygium khiahii.

V.5.2.2.6. NPSP Sentajo – 1

NPSP (non-permanent sampling plot) Sentajo 1 berada pada kabupaten Kuantan Singingi

berada pada posisi 101.5733° BT - 0.48° LS. Kondisi lapangan NPSP Sentajo-1 dapat dilihat

pada Gambar 38 dibawah ini.

Gambar 38. Foto Kondisi NPSP Sentajo1

NPSP Sentajo-1 ini merupakan hutan dataran renah yang tersisa setelah hutan dataran rendah

di Taman Nasional Teso Nilo, keberadaan hutan sentajo-1 ini di lindung oleh kearifan lokal

masyarakat Sentajo dan juga pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. Hutan ini masih dalam

kondisi yang sangat baik. Topografi dari NPSP Sentajo-1 ini mempunyai bentuk lahan dataran

(Gambar 39).

Gambar 39. Kondisi topografi NPSP Sentajo -1

(m)

(m)

Page 112: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

111

Pengukuran dan identifikasi pohon dilakukan dalam ukuran plot 60m x 60m hasil identifikasi

tersebut disajikan pada tabel dibawah ini;

Tabel 33. Identifikasi Jenis Pohon di NPSP Sentajo-1

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Aglaia tomentosa 1 49 Litsea paludosa Kosterm 2

2 Aporosa sp 2 50 Litsea robusta Bl 1

3 Archydendron buballinum 3 51 Macaranga triloba 6

4 Artocarpus DM 1 52 Mesua nuda Kosterm 1

5 Artocarpus elasticus Reinw 3 53 Monocarpia marginalis Scheff 1

6 Artocarpus integra Merr 3 54 Myristica gigantea King 3

7 Artocarpus nitidus Miq 2 55 Myristica iners 3

8 Baccaurea pyriformis Gage 4 56 Nephelium cuspidatum Blume 8

9 Baccaurea reticulata Hook 4 57 Nephelium incufata 3

10 Baccaurea sumatrana Mull.Arg 4 58 Nephelium incurfata 1

11 Baringtonia reticulata Miq 3 59 Nephelium maingayi Hyern 4

12 Bouea oppositifolia Roxb 2 60 Ochanostachys amentacea Mast 4

13 Caleria artoporpurea 1 61 Palaquium hexandrum Engl 1

14 Callophyllum inophyloide 1 62 Palaquium samaram 2

15 Callophyllum pulcherimum Wall 4 63 Parashorea aptera Slooten 3

16 Callophyllum soulatrii Burm 1 64 Pentace triptera 3

17 Canarium apertum Lam 1 65 Pimeleodendron griffitianum Hook.f 13

18 Carallia sp 1 66 Polyalthia sumatrana Merr 2

19 Cotylelobium melanoxylon Slooten 2 67 Polyalthia xanthopetala Merr 2

20 Cratoxylum formosum Dyer 1 68 polyalthua xantopetala 1

21 Dacryodes incurvata Lam 12 69 Pternandra rostata Nayar 1

22 Dialium platysephalum Baker 5 70 Randia anisophylla Wall 1

23 Durio cf malaccensis Planch 7 71 Ryparosa 4

24 Dysoxylum acutangulum Miq 3 72 Ryparosa sp. 1

25 Endiandra 6 73 Santiria apiculata var ruba 1

26 Flacourtia rukam 1 74 Santiria laevigata 2

27 Ganua spp. 1 75 Santiria oblongifolia Blume 4

28 Garcinia parvifolia Planch 1 76 Santiria rubiginosa 2

29 Garcinia sp 1 77 Santiria rubiginosa var nana 8

30 Garcinia sumatrana Hk.f 1 78 Santiria tomentosa Blume 1

31 Girroniera nervosa Planch 3 79 Scapium macropodum Miq 1

32 Glochidion sp 1 80 Shore macrantha 1

33 Glutha aptera 1 81 Shorea acuminata Dyer 3

34 Gonystylus afinis 1 82 Shorea bracteolata 1

35 Gonystylus brunnescens Airy Shaw 1 83 Shorea johorensis Foxw 2

36 Gonystylus macrophyllus Miq 2 84 shorea macrantha 2

37 Horsfeldia brachiata King 1 85 Shorea macroptera Dyer ssp

macroptera 2

38 Hydnocarpus castanea Hk.f 3 86 Shorea ovalis 3

39 Hydnocarpus kastania 1 87 Sindora leocarpa 1

40 Hydnocarpus woodii Merr 1 88 Sindora walicii 1

41 Ixonanthes reticulata Jack 3 89 Strombosia javanica 10

Page 113: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

112

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

42 Knema orientalis 1 90 Syzygium dyerianum King 1

43 Koompassia malaccensis Maingay 6 91 Syzygium garcinifolium King 1

44 Lithocarpus ewyckii Korth 1 92 Syzygium kiahii Hend 5

45 Lithocarpus lucidus Roxb 1 93 Syzygium napiforme 4

46 Lithocarpus wrayii 1 94 Syzygium palembanicum Miq 1

47 Litsea costalis Kosterm 2 95 Syzygium polyanthum Wight 1

48 Litsea grandis 1 96 Syzygium rugosa Korth 1

Grand Total 243

Berdasarkan hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon di plot NPSP Sentajo-1 diperoleh

96 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 243 pohon dengan potensi pohon yang masuk

daftar IUCN/CITES adalah sebanyak 12 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 26 Pohon,

yaitu: Aglaia tomentosa, Callophyllum soulatrii Burm, Gonystylus macrophyllus Miq,

Koompassia malaccensis Maingay, Mesua nuda Kosterm, Shore macrantha, Shorea

acuminata Dyer, Shorea bracteolate, Shorea johorensis Foxw, Shorea macrantha, Syzygium

dyerianum King dan Syzygium kiahii Hend

Dan terdapat 5 pohon dengan diameter lebih dari 70 cm, sehingga dilakukan pengambilan plot

kembali pada sisi kira dari plot contoh NPSP Sentajo-1.

V.5.2.2.7. NPSP Sentajo-2

NPSP (non-permanent sampling plot) Sentajo 1 berada pada kabupaten Kuantan Singingi

berada pada posisi 101.5727° BT - 0.48° LS. Kondisi lapangan NPSP Sentajo-2 dapat dilihat

pada Gambar 40 dibawah ini.

Gambar 40. Foto Kondisi NPSP Sentajo-2

NPSP Sentajo-2 memiliki karakteristik bentuk lahan dan kondisi hutan yang sama dengan

NPSP Sentajo-1, akan tetapi karena NPSP Sentajo-1 terdapat diameter lebih dari 70 cm

Page 114: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

113

sehingga pengukuran dan identifikasi jenis pohon dilakukan berdampingan dengan plot

sebelumnya yaitu NPSP Sentajo-1. Topografi dari NPSP Sentajo-2 ini mempunyai bentuk

lahan dataran (Gambar 41).

Gambar 41. Kondisi topograsi di NPSP Sentajo-2

Pengukuran dan identifikasi pohon dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan

kembali pada blok hutan yang sama, hasil identifikasi tersebut disajikan pada tabel dibawah

ini;

Tabel 34. Identifikasi Jenis Pohon di plot NPSP Sentajo – 2

no Row Labels Jumlah. no Row Labels Jumlah

1 Archidendron ellipticum BL 1 37 Mezetia sp. 1

2 Artocarpus DM 1 38 Myristica iners 1

3 Artocarpus elasticus Reinw 1 39 Neesia malayana 2

4 Artocarpus integra Merr 5 40 Nephelium cuspidatum Blume 4

5 Artocarpus nitidus Miq 5 41 nephelium incurfata 2

6 Artocarpus rigidus Miq 1 42 Nephelium maingayi Hyern 4

7 Baccaurea sumatrana

Mull.Arg

1 43 Nephelium sp 2

8 Baringtonia reticulata 1 44 Ochanostachys amentacea

Mast

3

9 Baringtonia reticulata Miq 1 45 Palaquium samaram 2

10 Caleria artoporpurea 1 46 Parashorea aptera Slooten 1

11 Callophyllum javanicum 1 47 Pentace triptera 3

12 Callophyllum pulcherimum

Wall

4 48 Pimeleodendron griffitianum

Hook.f

11

13 Cananga odorata 1 49 Polyalthia rumphii BL 1

14 Coleostegia griffithii Benth 2 50 Polyalthia sumatrana Merr 2

15 Cratoxylum formosum Dyer 1 51 Polyalthia xanthopetala Merr 1

16 Dacryodes incurvata Lam 6 52 Ryparosa 1

17 Dialium platysephalum

Baker

5 53 Santiria apiculata var ruba 2

18 Diospyros pilosanthera var

oblonga

1 54 Santiria oblongifolia Blume 4

19 Durio cf malaccensis Planch 6 55 santiria rubiginosa 1

20 Dysoxylum acutangulum 2 56 Santiria rubiginosa var nana 6

(m)

(m)

Page 115: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

114

no Row Labels Jumlah. no Row Labels Jumlah

Miq

21 Garcinia sumatrana Hk.f 1 57 Sarcotheca diversifolia Miq 1

22 Girroniera nervosa Planch 2 58 Scorodocarpus borneensis

Becc

3

23 Gonystyllus brunescen 1 59 Shorea acuminata Dyer 2

24 Gonystyllus macrophyllus 2 60 Shorea bractheolata 2

25 Horsfeldia brachiata 1 61 Shorea falcifera 2

26 Hydnocarpus castanea Hk.f 11 62 Shorea foxworthyi 1

27 Ixonanthes icosandra Jack 3 63 Shorea johorensis Foxw 4

28 Ixonanthes reticulata Jack 5 64 Shorea macroptera Dyer ssp

macroptera

4

29 Knema oriantalis 2 65 Shorea materialis 1

30 Koompassia malaccensis

Maingay

2 66 Shorea parvifolia 1

31 Lansium sp 6 67 shorea parvifolia ssp

parvifolia

1

32 Lithocarpus ewickii 1 68 Strombosia javanica 6

33 Litsea artocarpifolia Gamb 2 69 Syzygium dyerianum King 2

34 Litsea costalis Kosterm 5 70 Syzygium kiahii Hend 3

35 Litsea paludosa Kosterm 4 71 syzygium napiforme 1

36 Macaranga triloba 1 72 Syzygium polyanthum Wight 1

73 Syzygium rugosa Korth 2

Grand Total 187

Berdasarkann hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon di plot NPSP Sentajo-2 diperoleh

73 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 187 pohon dengan potensi pohon yang masuk

daftar IUCN/CITES adalah sebanyak 10 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 21 Pohon,

yaitu: Gonystyllus macrophyllus, Koompassia malaccensis Maingay, Shorea acuminata Dyer, Shorea

bractheolata, Shorea falcifera, Shorea foxworthyi, Shorea johorensis Foxw dan Shorea materialis.

V.5.2.2.8. NPSP Guruh Gemurai

NPSP (non-permanent sampling plot) Guruh gemurai/bukit Batabuh berada pada kabupaten

Kuantan Singingi berada pada posisi 101.4178° BT - 0.67° LS. Kondisi lapangan NPSP

Guruh gemurai dapat dilihat pada Gambar 40 dibawah ini.

Page 116: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

115

Gambar 42. Foto Kondisi hutan di NPSP Guruh Gemurai/bukit Batabuh.

Guruh Gemurai merupakan kawasan wisata alam yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi

dengan luas kurang dari 100 Ha. Hutan ini dijaga oleh masyarakat sekitar di karenakan hutan

ini memiliki pohon yang besar dan dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Dan hutan ini

juga menjadi pelindung bagi wisatawan yang berada di dekat air terjun dari panasnya sinar

matahari.

Kondisi topografi dari NPSP Guruh Gemurai ini disajikan pada gambar dibawah ini:

Gambar 43. Kondisi topografi di lokasi NPSP Guruh Gemurai/Bukit Batabuh

Sedangkan hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon yang berada didalam plot contoh

NPSP Gurauh Gemurai disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 35. Identifikasi Jenis Pohon di NPSP Guruh gemurai/Bukit Batabuh

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Archidendron elipticum 3 47 Mangifera spp. 1

2 artcarpus integra 1 48 mezetia 1

3 Artocarpus elasticus Reinw 4 49 Monocarpia marginalis Scheff 4

4 Artocarpus integra Merr 5 50 Myristica gigantea King 7

5 artocarpus kemando 1 51 myristica iners 1

6 Artocarpus rigidus Miq 2 52 Nephelium cuspidatum Blume 4

(m)

(m)

Page 117: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

116

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

7 Baccaurea pyriformis Gage 2 53 Nephelium incurfata 4

8 Baccaurea reticulata Hook 3 54 Nephelium maingayi Hyern 3

9 Baccaurea sumatrana Mull.Arg 3 55 Nephelium sp 2

10 Baringtonia reticulata Miq 3 56 Ochanostachys amentacea Mast 12

11 Bouea oppositifolia Roxb 6 57 Palaquium burckii 1

12 Callophyllum hossei 1 58 Palaquium hexandrum Engl 4

13 callophyllum incrasatum 1 59 Palaquium obovatum Engl 1

14 Callophyllum pulcherimum Wall 1 60 Palaquium samaram 1

15 Callophyllum soulatrii Burm 2 61 Parashorea aptera Slooten 3

16 Canarium apertum Lam 4 62 Pentace triptera 1

17 caralia artoporpurea 3 63 Pimeleodendron griffitianum

Hook.f 17

18 Coleostegia griffithii Benth 1 64 Polyalthia rumphii BL 4

19 Cratoxylum formosum Dyer 2 65 Polyalthia sumatrana Merr 1

20 Cyathocalyx carinatus 1 66 Polyalthia xanthopetala Merr 1

21 Dacryodes incurvata Lam 4 67 Pouteria malaccensis Baehni 1

22 Dehaasia cuneata BL 4 68 Rhodamnia cinerea 1

23 Dialium platysephalum Baker 6 69 ryparosa 1

24 Dillenia reticulata 1 70 Sandoricum beccarianum Bailon 3

25 Diospyros rumphii 1 71 Santiria apiculata var ruba 4

26 Durio cf malaccensis Planch 6 72 santiria rubiginosa 6

27 Dysoxylum acutangulum Miq 1 73 Santiria rubiginosa var nana 1

28 Garcinia parvifolia Planch 1 74 Sarcotheca diversifolia Miq 2

29 girroniera hirta 1 75 Scapium macropodum Miq 1

30 Girroniera nervosa Planch 4 76 Scorodocarpus borneensis Becc 1

31 Glutha pubescen 3 77 Shorea acuminata Dyer 2

32 Gonystyllus brunescen 1 78 Shorea leprosula Miq 1

33 Heritieria spp. 1 79 Shorea macroptera Dyer ssp

macroptera 2

34 Horsfeldia brachiata King 6 80 shorea parvifolia 1

35 Irvingia malayana Oliv 1 81 shorea parvifolia ssp parvifolia 1

36 Kayea spp. 1 82 Sindora leocarpa 2

37 Knema latericia Elmer 7 83 Sterculia macrophylla Vent 4

38 Koompassia malaccensis

Maingay 9 84 Strebolus elongatus 2

39 Lithocarpus cyclophorus Endl 4 85 strombosia javanica 10

40 Lithocarpus ewyckii Korth 5 86 Swintonia floribunda var

floribunda 1

41 Lithocarpus lucidus Roxb 4 87 Syzygium dyerianum King 4

42 lithocarpus sp 1 88 Syzygium fastigatum Blume 1

43 lithocarpus wrayii 2 89 Syzygium kiahii Hend 1

44 Litsea costalis Kosterm 4 90 syzygium lineata 2

45 Litsea lanceolata 1 91 Syzygium polyanthum Wight 5

46 Litsea paludosa Kosterm 3 92 Terminalia spp. 1

Grand Total 265

Berdasarkan hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon di plot NPSP Guruh Gemurai

diperoleh 92 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 265 pohon dengan potensi pohon yang

Page 118: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

117

masuk daftar IUCN/CITES adalah sebanyak 6 Jenis Pohon dan jumlah pohon sebanyak 19

Pohon, yaitu: Callophyllum soulatrii Burm, Koompassia malaccensis Maingay, Shorea

acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq, Syzygium dyerianum King, dan Syzygium kiahii

Hend.

V.5.2.2.9. NPSP Sungai Cengar

NPSP (non-permanent sampling plot) Sungai Cengar berada pada kabupaten Kuantan

Singingi berada pada posisi 101. 5037° BT - 0. 74° LS. Kondisi lapangan NPSP Guruh

gemurai dapat dilihat pada Gambar 44 dibawah ini.

Gambar 44. Foto Kondisi hutan di NPSP Sungai Cengar

Sungai cengar merupakan kawasan hutan produksi dengan kondisi hutan yang masih cukup

baik, dan lokasi Sungai Cengar ini terancam akan terambah oleh masyarakat untuk dijadikan

lahan perkebunan sawit atau karet.

Topografi lokasi plot memiliki kondisi lahan yang datar hingga berbukit dengan ketinggian

lokasi dari permukaan laut setinggi 160 – 170 m dpl. Gambar 44 menyajikan pola topografi

lokasi plot.

Gambar 45. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Cengar

Inventarisasi dan pengukuran jenis pohon pada lokasi plot disajikan pada Tabel 36 dalam

ukuran plot sebesar 60 x 60 m.

Page 119: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

118

Tabel 36. Identifikasi Jenis Pohon di plot NPSP Sungai Cengar

No Jenis Pohon Jumlah

1 Anisoptera costata 7

2 Artocarpus integra 2

3 Calophyllum soulattri 2

4 Dialium maingayi 7

5 Diospyros macrophylla 4

6 Dyera costulata 1

7 Garcinia mallacensis 1

8 Gluta aptera 6

9 Irvingia malayana 4

10 Knema sp 1

11 Koompassia malaccensis 2

12 Litsea firma 12

13 Mangifera quadrifida Jack 1

14 Nephelium maingayi 5

15 Ochanostachys amentacea 8

16 Palaquium microphyllum 26

17 Pongamia pinnata 2

18 Quercus sp 5

19 Santalum album 1

20 Santiria tomentosa 6

21 Scaphium macropodum 10

22 Shorea acuminatissima (meranti Kuning) 3

23 Shorea johorensis (Meranti Merah terang) 7

24 Shorea kunstleri (Balau Merah) 3

25 Shorea lamellate (Meranti Putih) 4

26 Sindhora wallichii 10

27 Sloetia elongata 8

28 Syzygium kiahii 6

29 Syzygum lineata 27

Grand Total 181

Hasil identifikasi dang pengukuran jenis pohon di plot NPSP Sebrang Cengar diperoleh 29

jenis pohon dengan jumlah pohon sebanyak 181 pohon, pada lokasi ini pohon yang ada lebih

seragam dibandingkan dengan lokasi plot lainnya. NPSP Sebrang Cengar juga teridentifikasi

memiliki jenis pohon yang masuk ke dalam daftar IUCN/CITES sebanyak 8 Jenis Pohon yang

terdiri dari: Anisoptera costata, Koompassia malaccensis, Ochanostachys amentacea, Santalum

album, Shorea acuminatissima (meranti Kuning), Shorea johorensis (Meranti Merah terang), Shorea

kunstleri (Balau Merah), Shorea lamellate (Meranti Putih) dengan total pohon sebanyak 35 pohon .

hal ini menunjukkan bahwa lokasi NPSP Sebrang Cengar merupakan lokasi yang sesuai dengan pohon

bernilai ekonomis.

Page 120: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

119

V.5.2.2.10. PSP Pemayungan

PSP (permanent sampling plot) Pemayungan berada pada kabupaten Tebo berada pada posisi

101. 3178° BT - 0. 99° LS. Kondisi lapangan PSP Pemayungan dapat dilihat pada Gambar 45

dibawah ini.

Gambar 46. Foto Lokasi PSP Pemayungan

Lokasi plot contoh di Pemayungan merupakan sebagian dari kawasan hutan yang masih

dijaga oleh masyarakat setempat dan kondisinya masih relatif baik, Desa Pemayunga masih

secara proaktif melakukan pengawasan pada lokasi ini sehingga dipilih untuk menjadi Plot

Permanen pengukuran karbon di Kabupaten Tebo.

Kodisi topografi dari lokasi plot (Gambar 47) datar hingga berbukit dengan tutupan kanopi

hutan relatif rapat

Gambar 47. Kondisi topografi di lokasi PSP Pemayungan

Hasil identifikasi dan pengukuran jenis pohon yang ada di PSP Pemayungan disajikan pada

Tabel 37.

Tabel 37. Identifikasi Jenis Pohon di PSP Pemayungan

Page 121: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

120

No. Jenis Pohon Jumlah No. Jenis Pohon Jumlah

1 Actinodaphne glabra 1 40 Litsea firma 1

2 Actinodaphne macrophylla 3 41 Litsea grandis 1

3 Aglaia glabriflora 2 42 Litsea odorata 1

4 Aglaia malaccensis 1 43 Litsea robusta 1

5 Aglaia rubescens 1 44 Litsea sp 1

6 Aglaia sp 1 45 Macaranga triloba 1

7 Alseodaphne nigrensis 2 46 Mangifera sp 1

8 Alseodaphne sp 1 47 Melicope sp 1

9 Aporosa frutescens 1 48 Monocarpia marginalis 1

10 Archidendron bubalinum 1 49 Myristica gigantea 1

11 Baccaurea reticulata 1 50 Nauclea officinalis 3

12 Bhesa paniculata 2 51 Nephelium cuspidatum 9

13 Blumeodendron sp 4 52 Nephelium cuspidatum ssp eriopetalum 1

14 Cananga odorata 9 53 Nephelium laurimum 5

15 Carallia sp 1 54 Nephelium uncrinatum 4

16 Chisocheton sp 1 55 Ochanostachys amentacea 1

17 Cleistanthus myrianthus 2 56 Parinari sp 2

18 Cryptocarya sp 1 57 Pellacalyx axillaris 1

19 Cryptocarya teysmanniana 1 58 Pellacalyx axillaris 1

20 Cyathocalyx carinatus 3 59 Pertusadina eurhyncha 1

21 Dacryodes incurvata 1 60 Polyalthia sumatrana 2

22 Dillenia albifrost 1 61 Polyalthia xanthopetala 1

23 Dillenia indica 5 62 Pometia pinnata 5

24 Dillenia obovata 1 63 Pternandra rostata 1

25 Diospyros rumphii 1 64 Pterospermum diversifolium 2

26 Diplospora kunstleri 1 65 Pterospermum javanicum 7

27 Durio zibethinus 1 66 Quercus sp 1

28 Endospermum diadenum 1 67 Santiria rubiginosa var nana 1

29 Eudia glabra 1 68 Santiria tomentosa 1

30 Garcinia cuspidata 2 69 Shorea acuminata 2

31 Girroniera nervosa 6 70 Shorea leprosula 1

32 Knema cinerea var sumatrana 1 71 Shorea parvifolia Dyer ssp parvifolia 2

33 Knema hookeriana 1 72 Sp 1 1

34 Knema latericia 1 73 Sterculia macrophylla 2

35 Knema sp 1 74 Strombosia javanica 1

36 Lansium sp 2 75 Syzygium napiforme 1

37 Lithocarpus cyclophorus 1 76 Syzygium dyerianum 1

38 Lithocarpus ewyckii 2 77 Syzygium fastigatum 1

39 Litsea costalis 2 Grand Total 142

Berdasarkan hasil pengukuran dan identifikasi jenis pohon diperoleh 77 jenis pohon dan

jumlah pohon sebanyak 142 pohon. Untuk kategori IUCN/CITES terdapat 3 Jenis dengan

jumlah pohon 4 pohon, yaitu : Aglaia malaccensis, Shorea acuminata, dan Syzygium

dyerianum.

Page 122: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

121

V.5.2.2.11. NPSP Dusun Simambu

NPSP (non-permanent sampling plot) Dusun Simambu berada pada kabupaten KTebo berada

pada posisi 101. 4147° BT - 0. 13° LS. Kondisi lapangan NPSP Dusun Simambu dapat dilihat

pada Gambar 44 dibawah ini.

Gambar 48. Kondisi topografi di lokasi NPSP Dusun Simambu

V.5.2.2.12. NPSP Sungai Karang

NPSP (non-permanent sampling plot) Sungai Karang berada pada kabupaten Tebo berada

pada posisi 101. 1983° BT - 1.01° LS. Kondisi lapangan NPSP Sungai Karang dapat dilihat

pada Gambar 44 dibawah ini.

Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang

Page 123: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

122

V.5.2.2.13. NPSP Sungai Abang

NPSP (non-permanent sampling plot) Sungai Abang berada pada kabupaten Tebo berada pada

posisi 101. 0489° BT - 0.93° LS. Kondisi lapangan NPSP Sungai Karang dapat dilihat pada

Gambar 44 dibawah ini.

Gambar 50. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Abang

V.5.2.3. Perhitungan cadangan Karbon

Hasil perhitungan total cadangan karbon pool untuk keseluruhan plot disajikan pada Tabel 38.

Hasil total karbon total terendah berada pada plot PSP Petai (Kab. Kuansing), NPSP Sungai

karang (Kab. Tebo), sedangkan nilai tertinggi berada di plot NPSP Guruh Gemurai/Bukit

Batabuh dan NPSP Sungai Cengar.

Ditingkat Kabupaten, Kabupaten Dharmasraya memiliki cadangan karbon yang terendah

sebesar 112.21 dan tertinggi berada pada Kabupaten Kuantan Singingi. Secara keseluruhan

pada bentang lahan 3 kabupaten di rimba memiliki cadangan karbon sebesar 153.77 Ton/Ha

dalam ukuran plot 60 m x 60 m.

Page 124: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

123

Tabel 38. Total cadangan karbon pool per plot contoh untuk penutupan lahan Hutan.

V.5.3. Verifikasi Penutupan Lahan

Verifikasi penutupan lahan dilakukan dengan mempergunakan informasi dari lapangan,

informasi yang diambil merupakan informasi penutupan lahan. Informasi penutupan lahan

tersebut dihubungkan dengan data posisi koordinat yang diperoleh dari alat penentu posisi

(GPS/global position system). Berikut adalah hasil dari pengambilan titik dilapangan dan

dipergunakan untuk memverifikasi informasi yang dipetak dan informasi dilapangan.

Verifikasi dilakukan pada penutupan lahan hasil interpretasi citra yang memiliki

ketidakpastian penutupan lahan antara penutupan lahan kebun campur dengan sawit muda,

sawit muda dengan semak belukar, sawah dengan perairan/rawa, pemukiman dengan lahan

terbuka dan lain sebagainya. Sehingga verifikasi di lakukan dengan fokus pada lokasi-lokasi

tersebut.

Tabel 39. Uji Kesesuaian Klasifikasi

Ak

asia

Are

a

Pem

ban

gu

nan

Hu

tan

Lah

an

Ker

ing

Keb

un

Cam

pu

r

Lah

an

Ter

bu

ka

Per

aira

n

Co

kla

t d

an

Pin

ang

Kar

et

Saw

it

Per

tan

ian

lah

an k

erin

g

Sem

ak

Bel

uk

ar

Saw

ah

Gra

nd

To

tal

Akasia 10 1 11

Belukar 2 2

campur 1 1

Coklat,

Kelapa,

Pinang 1 1

hutan 8 1 2 1 12

Hutan

Sekunder 4 4

Hutan

semak 2 2

No Kabupaten Plot X Y Cabg Cbgb Cserasah Cnecromasa Ctanah Cplot Cave/kab

1 PSP Pemayungan 102.32 -0.99 122.98 24.37 0.21 0.22 0.00 147.78

2 Non-PSP Dusuns imambu 102.41 -1.13 128.93 19.99 0.27 0.64 0.00 149.83

3 Non-PSP Sungaikarang 102.20 -1.01 74.60 11.95 0.29 0.44 0.00 87.28

4 Non-PSP Sungaiabang 102.05 -0.93 90.88 18.65 0.14 0.96 0.00 110.63

5 PSP Petai - Rimbang 101.19 -0.32 67.03 14.25 0.25 0.30 0.00 81.83

6 Non-PSP Sentajo1 101.57 -0.48 166.72 31.88 0.27 0.59 0.00 199.46

7 Non-PSP Sentajo2 101.57 -0.48 135.70 26.58 1.52 0.38 0.00 164.18

8 Non-PSP Bk. Batabuh 101.42 -0.67 332.81 58.73 0.26 1.34 0.00 393.13

9 Non-PSP S. Cengar 101.50 -0.74 180.56 34.21 0.24 1.04 0.00 216.05

10 Non-PSP Timpeh 101.60 -0.87 97.18 14.78 0.29 0.71 0.00 112.96 112.21

11 Non-PSP Kp. Surau 101.51 -0.88 92.11 14.91 0.30 0.20 0.00 107.52

12 PSP Bkt Selas ih 101.54 -0.94 91.76 14.08 0.34 1.40 0.00 107.59

13 Non-PSP Lubuk Karak 101.23 -0.94 103.85 16.23 0.34 0.37 0.00 120.79

153.77

KABUPATEN

TEBO

KABUPATEN

KUANTAN

SINGINGI

KABUPATEN

DHARMASRAYA

RATA-RATA CADANGAN KARBON TOTAL

123.88

210.93

Page 125: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

124

Karet 1 1 2 14 3 21

karet

campur

semak 1 1

Karet,

Belukar 7 1 8

Karet/sawit

muda 1 1

Kebun

Campur 1 1 1 2 5

Kebun

Campur/Pe

mukiman 1 15 16

kelapa

coklat 5 5

lahan

terbuka 5 5

Pabrik 1 1

Pemukiman 3 2 1 6

pemukiman/

karet 2 2

pemukiman/

sawit 1 1

sawah 1 9 10

sawit 1 18 1 1 21

sawit muda 1 1

sawit muda/

belukar 23 1 24

sawit/karet 1 1

sawit/

semak 1 1

sawit+

semak 1 1

Semak

Belukar 1 1

semak

belukar/

sawit muda 1 1

tambang 5 15 20

Grand Total 11 12 12 16 24 1 6 24 52 3 16 177

Jumlah yang sesuai = 167

Jumlah Total = 177

Kesesuaian Klasifikasi = 94.4 %

Hasil analisis menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh dari analsis klasifikasi citra

satelit dan hasil survey lapangan menunjukan kesesuaian informasi penutupan lahan hasil

interpretasi citra dengan informasi penutupan lahan hasil survey lapangan pada penutupan

lahan yang memiliki ketidakpastian informasi dapat diminimalisi.

Page 126: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

125

Kesesuaian Klasifikasi sebesar 94.4 % merupakan nilai kesesuaian klasifikasi pada area yang

memiliki kekeliruan dalam proses klasifikasi sebagai contoh antara semak dengan sawit

muda, antara sawah dengan perairan, antara semak dengan ladang, dan lain-lain, sehingga

nilai kesesuaian klasifikasi ini meningkatkan nilai kesesuaian hasil klasifikasi.

V.6. CADANGAN KARBON PER KABUPATEN PRIORITAS

hasil pengukuran lapangan dan hasil analisis menghasilkan cadangan karbon pada plot PSP

Petai sebesar 81.83 Ton/ha, NPSP Sentajo-1 sebesar 199.46 Ton/Ha, NPSP Sentajo-2 sebesar

164.18 Tonn/Ha, NPSP Bukit Batabuh sebesar 393.13 Ton/Ha dan NPSP Sungai Cengar

sebesar 216.05 Ton /Ha. (Tabel 28)

Total karbon per plot contoh yang besar menunjukkan bahwa kondisi hutan di Kabupaten

Kuansing masih memiliki kondisi hutan yang relatif bagus dan apabila dirata-ratakan maka

total cadangan karbon perplot di Kabupaten Kuantan Singingi adalah 210.93 Ton/Ha.

Cadangan karbon pada plot PSP Bukit Selasih sebesar 107.59 Ton/ha, NPSP Lubuk Karak

sebesar 120.79 Ton/Ha, NPSP Kp. Surau sebesar 107.52 Tonn/Ha, NPSP Timpeh sebesar

112.96 Ton/Ha dan rata-rata cadangan karbon Kabupaten Dharmas raya sebesar 112.21.

cadangan karbon pada plot PSP Pemayongan sebesar 147.78 Ton/ha, NPSP Simambu sebesar

149.83 Ton/Ha, NPSP Sungai Karang sebesar 87.28 Ton/Ha, NPSP Sungai Abang sebesar

110.63 Ton/Ha dan rata-rata cadangan karbon Kabupaten Tebo sebesar 123.88.

V.6.1. Kabupaten Dharmasraya

a. Cadangan Karbon

Page 127: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

126

Gambar 51. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Dharmasraya

Tabel 40. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Dharmasraya

PENUTUPAN LAHAN 2008 C_tot/Ha Ha Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 13.05 835.20

Area Pembangunan 5.00 1,783.71 8,916.57

Hutan Lahan Kering 112.00 89,663.31 10,042,191.09

Kebun Campur 30.00 35,516.52 1,065,495.60

Ladang 10.00 1,659.69 16,595.06

Lahan Terbuka 2.00 22,435.11 44,870.22

Pemukiman 1.00 4.68 4.68

Perairan - 2,460.42 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 113.00 36,454.32 4,119,338.16

Perkebunan Sawit 68.00 89,294.13 6,071,901.62

Pertanian lahan kering 10.00 39.87 398.66

Rawa - 816.12 -

Sawah 2.00 897.12 1,794.24

Semak Belukar 30.00 20,750.67 622,520.10

TOTAL 446.99 301,788.72 21,994,861.20

Tabel 41. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Dharmasraya

Page 128: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

127

PENUTUPAN LAHAN 2013 C_tot/Ha Ha Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 7,872.30 503,827.20

Area Pembangunan 5.00 2,288.88 11,441.86

Hutan Lahan Kering 112.00 53,153.28 5,953,108.30

Kebun Campur 30.00 3,099.15 92,974.50

Ladang 10.00 0.27 2.70

Lahan Terbuka 2.00 13,584.78 27,169.56

Pemukiman 1.00 4.68 4.68

Perairan - 1,636.20 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 113.00 41,346.99 4,672,209.87

Perkebunan Sawit 68.00 130,245.75 8,856,566.28

Pertanian lahan kering 10.00 12,929.22 129,277.83

Rawa - 11.70 -

Sawah 2.00 3,651.57 7,303.14

Semak Belukar 30.00 31,963.95 958,918.50

TOTAL 446.99 301,788.72 21,212,804.42

b. Valuasi Ekonomi

Gambar 52. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten

Dharmasraya

Page 129: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

128

Tabel 42. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten

Dharmasraya

PENUTUPAN LAHAN

2008

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 13.05 4,176.00

Area Pembangunan 25.00 1,783.71 44,592.75

Hutan Lahan Kering 560.00 89,663.31 50,211,453.60

Kebun Campur 150.00 35,516.52 5,327,478.00

Ladang 50.00 1,659.69 82,984.50

Lahan Terbuka 10.00 22,435.11 224,351.10

Pemukiman 5.00 4.68 23.40

Perairan - 2,460.42 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 565.00 36,454.32 20,596,650.30

Perkebunan Sawit 340.00 89,294.13 30,359,904.98

Pertanian lahan kering 50.00 39.87 1,993.50

Rawa - 816.12 -

Sawah 10.00 897.12 8,971.20

Semak Belukar 150.00 20,750.67 3,112,600.50

Total 2,235.00 301,788.72 109,975,179.83

Tabel 43. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten

Dharmasraya

PENUTUPAN LAHAN

2013

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 7,872.30 2,519,136.00

Area Pembangunan 25.00 2,288.88 57,222.00

Hutan Lahan Kering 560.00 53,153.28 29,765,836.80

Kebun Campur 150.00 3,099.15 464,872.50

Ladang 50.00 0.27 13.50

Lahan Terbuka 10.00 13,584.78 135,847.80

Pemukiman 5.00 4.68 23.40

Perairan - 1,636.20 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 565.00 41,346.99 23,361,003.41

Perkebunan Sawit 340.00 130,245.75 44,283,410.28

Pertanian lahan kering 50.00 12,929.22 646,461.00

Rawa - 11.70 -

Sawah 10.00 3,651.57 36,515.70

Semak Belukar 150.00 31,963.95 4,794,592.50

Total 2,235.00 301,788.72 106,064,934.89

V.6.2. Kabupaten Kuantan Singingi

a. Cadangan Karbon

Page 130: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

129

Gambar 53. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Kuantan

Singingi

Tabel 44. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Kuantan Singingi

PENUTUPAN LAHAN

2008 C_tot/Ha Ha

Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 30,905.82 1,977,972.48

Area Pembangunan 5.00 5,662.44 28,305.91

Hutan Lahan Kering 210.00 150,259.14 31,554,252.45

Kebun Campur 30.00 35,737.83 1,072,134.90

Ladang 10.00 7,499.34 74,985.07

Lahan Terbuka 2.00 32,326.47 64,652.94

Pemukiman 1.00 6.84 6.84

Perairan - 3,801.06 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 113.00 2,741.49 309,788.37

Perkebunan Karet 113.00 33,308.55 3,763,866.15

Perkebunan Sawit 68.00 182,472.12 12,407,901.41

Pertanian lahan kering 10.00 73.80 737.92

Rawa - 1,480.59 -

Sawah 2.00 2,894.31 5,788.62

Semak Belukar 30.00 33,997.95 1,019,938.50

TOTAL 657.99 523,167.75 52,280,331.55

Tabel 45. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Kuantan Singingi

PENUTUPAN LAHAN

2013 C_tot/Ha Ha

Jumlah C_tot

(Ton)

Page 131: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

130

Akasia 64.00 59,631.57 3,816,420.48

Area Pembangunan 5.00 6,748.47 33,734.85

Hutan Lahan Kering 210.00 85,512.96 17,957,626.59

Kebun Campur 30.00 7,391.70 221,751.00

Ladang 10.00 189.72 1,896.99

Lahan Terbuka 2.00 25,945.74 51,891.48

Pemukiman 1.00 6.84 6.84

Perairan - 4,571.28 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 113.00 2,759.85 311,863.05

Perkebunan Karet 113.00 40,561.65 4,583,466.45

Perkebunan Sawit 68.00 222,223.14 15,110,926.61

Pertanian lahan kering 10.00 23,272.02 232,694.34

Rawa - 2,110.77 -

Sawah 2.00 2,804.49 5,608.98

Semak Belukar 30.00 39,437.55 1,183,126.50

TOTAL 657.99 523,167.75 43,511,014.15

b. Valuasi Ekonomi

Gambar 54. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Kuantan

Singingi

Tabel 46. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Kuantan

Singingi

Page 132: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

131

PENUTUPAN LAHAN

2008

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 30,905.82 9,889,862.40

Area Pembangunan 25.00 5,662.44 141,561.00

Hutan Lahan Kering 1,050.00 150,259.14 157,772,097.00

Kebun Campur 150.00 35,737.83 5,360,674.50

Ladang 50.00 7,499.34 374,967.00

Lahan Terbuka 10.00 32,326.47 323,264.70

Pemukiman 5.00 6.84 34.20

Perairan - 3,801.06 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 565.00 2,741.49 1,548,938.80

Perkebunan Karet 565.00 33,308.55 18,819,293.74

Perkebunan Sawit 340.00 182,472.12 62,040,318.05

Pertanian lahan kering 50.00 73.80 3,690.00

Rawa - 1,480.59 -

Sawah 10.00 2,894.31 28,943.10

Semak Belukar 150.00 33,997.95 5,099,692.50

Total 3,290.00 523,167.75 261,403,337.00

Tabel 47. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Kuantan

Singingi

PENUTUPAN LAHAN

2013

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 59,631.57 19,082,102.40

Area Pembangunan 25.00 6,748.47 168,711.75

Hutan Lahan Kering 1,050.00 85,512.96 89,788,608.00

Kebun Campur 150.00 7,391.70 1,108,755.00

Ladang 50.00 189.72 9,486.00

Lahan Terbuka 10.00 25,945.74 259,457.40

Pemukiman 5.00 6.84 34.20

Perairan - 4,571.28 -

Perkebunan Coklat dan Pinang 565.00 2,759.85 1,559,312.18

Perkebunan Karet 565.00 40,561.65 22,917,287.18

Perkebunan Sawit 338.89 222,223.14 75,308,953.00

Pertanian lahan kering 50.00 23,272.02 1,163,601.00

Rawa - 2,110.77 -

Sawah 10.00 2,804.49 28,044.90

Semak Belukar 150.00 39,437.55 5,915,632.50

Total 3,288.89 523,167.75 217,309,985.52

Page 133: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

132

V.6.3. Kabupaten Tebo

a. Cadangan Karbon

Gambar 55. Peta Pendugaan Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Tebo

Tabel 48. Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Tebo

PENUTUPAN LAHAN

2008 C_tot/Ha Ha

Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 7.56 483.84

Area Pembangunan 5.00 4,236.21 21,176.34

Hutan Lahan Kering 123.00 181,899.09 22,373,385.96

Kebun Campur 30.00 29,177.01 875,310.30

Ladang 10.00 186.75 1,867.29

Lahan Terbuka 2.00 69,573.33 139,146.66

Pemukiman 1.00 35.82 35.82

Perairan - 6,940.71 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 113.00 184,269.78 20,822,485.14

Perkebunan Sawit 68.00 89,812.08 6,107,121.65

Pertanian lahan kering 10.00 240.03 2,400.03

Rawa - 301.95 -

Sawah 2.00 141.12 282.24

Semak Belukar 30.00 39,790.26 1,193,707.80

TOTAL 457.99 606,611.70 51,537,403.08

Page 134: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

133

Tabel 49. Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Tebo

PENUTUPAN LAHAN

2013 C_tot/Ha Ha

Jumlah C_tot

(Ton)

Akasia 64.00 8,728.20 558,604.80

Area Pembangunan 5.00 4,939.92 24,694.11

Hutan Lahan Kering 123.00 87,949.80 10,817,727.68

Kebun Campur 30.00 8,253.18 247,595.40

Ladang 10.00 0.72 7.20

Lahan Terbuka 2.00 41,756.67 83,513.34

Pemukiman 1.00 35.82 35.82

Perairan - 6,354.81 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 113.00 153,703.62 17,368,509.06

Perkebunan Sawit 68.00 203,194.08 13,816,971.67

Pertanian lahan kering 10.00 48,454.02 484,486.36

Rawa - 7.92 -

Sawah 2.00 1,150.74 2,301.48

Semak Belukar 30.00 42,082.20 1,262,466.00

TOTAL 457.99 606,611.70 44,666,912.92

b. Valuasi Ekonomi

Gambar 56. Peta Pendugaan Valuasi Ekonomi Cadangan Karbon Tahun 2008 dan 2013 di Kabupaten Tebo

Page 135: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

134

Tabel 50. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2008 di Kabupaten Tebo

PENUTUPAN LAHAN

2008

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 7.56 2,419.20

Area Pembangunan 25.00 4,236.21 105,905.25

Hutan Lahan Kering 615.00 181,899.09 111,867,738.24

Kebun Campur 150.00 29,177.01 4,376,551.50

Ladang 50.00 186.75 9,337.50

Lahan Terbuka 10.00 69,573.33 695,733.30

Pemukiman 5.00 35.82 179.10

Perairan - 6,940.71 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 565.00 184,269.78 104,112,220.96

Perkebunan Sawit 340.00 89,812.08 30,536,007.41

Pertanian lahan kering 50.00 240.03 12,001.50

Rawa - 301.95 -

Sawah 10.00 141.12 1,411.20

Semak Belukar 150.00 39,790.26 5,968,539.00

Total 2,290.00 606,611.70 257,688,044.15

Tabel 51. Valuasi ekonomi dari Karbon total per penutupan lahan tahun 2013 di Kabupaten Tebo

PENUTUPAN LAHAN

2013

Valuestorage/ha

($) ha

Total Valuestorage

($)

Akasia 320.00 8,728.20 2,793,024.00

Area Pembangunan 25.00 4,939.92 123,498.00

Hutan Lahan Kering 615.00 87,949.80 54,089,029.28

Kebun Campur 150.00 8,253.18 1,237,977.00

Ladang 50.00 0.72 36.00

Lahan Terbuka 10.00 41,756.67 417,566.70

Pemukiman 5.00 35.82 179.10

Perairan - 6,354.81 -

Perkebunan Coklat dan Pinang - - -

Perkebunan Karet 565.00 153,703.62 86,842,374.52

Perkebunan Sawit 340.00 203,194.08 69,085,761.43

Pertanian lahan kering 50.00 48,454.02 2,422,701.00

Rawa - 7.92 -

Sawah 10.00 1,150.74 11,507.40

Semak Belukar 150.00 42,082.20 6,312,330.00

Total 2,290.00 606,611.70 223,335,984.43

Tabel 52. Estimasi Karbon tersimpan per kabupaten

No. Kabupaten Estimasi Karbon Tersimpan (ton)

Sekuestrasi Karbon (ton) Th. 2008 Th. 2013

1. Dharmasraya 19,673,100 17,408,600 -2,264,470

2. Tebo 41,895,000 29,980,400 -11,914,700

3. Kuantan Singingi 49,683,800 38,972,800 -10,711,000

Total 111,251,900 86,361,800 -24,890,170

Page 136: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

135

Tabel 53. Estimasi Valuasi Ekonomi Karbon per kabupaten

No. Kabupaten Valuasi Ekonomi ($) Kehilangan

Valuasi Ekonomi ($) Th. 2008 Th. 2013

1 Dharmasraya 109,975,179.83 106,064,934.89 -3,910,244.94

2 Tebo 257,688,044.15 223,335,984.43 -34,352,059.72

3 Kuantan Singingi 261,403,337.00 217,309,985.52 -44,093,351.48

Total 629,066,560.98 546,710,904.84 -82,355,656.14

V.7. SKENARIO PENUTUPAN LAHAN, KARBON DAN PERENCANAAN

RUANG KABUPATEN

V.7.1. Kabupaten Dharmasraya

Perencanaan ruang Kabupaten Dharmasraya telah diputuskan dengan Peraturan Daerah

Nomor 10 Tahun 2012 (tanggal 19 Oktober 2012) tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten

Dharmasraya tahun 2011 – 2031. Ruang Kabupaten Dharmasraya merupakan satu kesatuan

ruang dengan cakupan luas sebesar 302.599 Hektar atau 3.025,99 Km 2 yang terdiri atas 11

Kecamatan yang meliputi komponen ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya.15

Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat,

kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam,

kawasan lindung geologi dan kawasan lndung lainnya. Kawasan budidaya terdiri atas

kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan

pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan

peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan

kawasan peruntukan pengembangan baru.

Pada dasarnya ruang mempunyai sifat hubungan komplementer dengan kegiatan manusia,

baik kehidupan sehari-hari maupun kegiatan-kegiatan usaha. Semua kegiatan manusia

membutuhkan ruang dan terkait dengan pengembangan wilayah melalui lokasi dan besaran

kegiatan tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa suatu ruang tertentu pada dasarnya dapat

dimanfaatkan untuk menampung berbagai kegiatan, demikian juga suatu kegiatan tertentu

dapat berlokasi pada beberapa alternatif ruang.

1. RTRW Kabupaten Dharmasraya dan Penutupan Lahan

Kebutuhan manusia akan ruang tersebut memerlukan lahan dalam berkegiatan, sehingga akan

merubah penutupan lahan yang ada, Perubahan penutupan lahan tersebut dapat dipantau

15 Perda Kabupaten Dharmasraya No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011 - 2013

Page 137: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

136

dengan mempergunakan data citra satelit secara berkala. Gambar 48. menunjukan hubungan

pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya dan penutupan lahan di Kabupaten Dharmasraya.

Keserasian pola ruang kabupaten secara kewilayahan perlu dilakukan sehingga didapatkan

Harmonisasi antara kabupaten yang berdampingan memiliki kesamaan peruntukan lahan,

sebagai contoh peruntukan lahan di perbatasan antara dua kabupaten harus memiliki

kesamaan peruntukan seperti hutan lindung di perbatasan kabupaten a dan hutan lindung di

perbatasan kabupaten b, sehingga kabupaten a dan b memiliki pengelolaan bersama kawasan

hutan lindung.

Gambar 57. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten Dharmasraya

Pada Tabel 54 dan Tabel 55, hasil perhitungan menyajikan bahwa pada peruntukan Kawasan

lindung dalam pola ruang RTRW telah terdapat berbagai penutupan lahan lainnya di tahun

2008 yang tidak berfungsi sebagai kawasan lindung seperti: Akasia, area pembangunan,

kebun campur, ladang, lahan terbuka, perkebunan karet, perkebunan sawit pertanian lahan

kering, dan sawah. Pada penutupan lahan di pola ruang (RTRW) dari tahun 2008 hingga

tahun 2013 terjadi penurunan luas hutan lahan kering pada kawasan lindung sebesar ±5.181

Ha dan pada kawasan budidaya sebesar ± 31.310 Ha; dan peningkatan Luas Akasia di

kawasan lindung sebesar ± 1.042 Ha dan pada kawasan budidaya sebesar ± 6.810 Ha;

Peningkatan perkebunan karet di kawasan lindung sebesar ± 262 Ha dan di kawasan budidaya

sebesar ± 4.629 Ha, untuk Perkebunan Sawit di kawasan lindung meningkat sebesar ± 9.295

dan pada kawasan budidaya sebesar ±31.647 Ha dan Pertanian Lahan Kering di kawasan

lindung meningkat sebesar ± 2.012 Ha dan di kawasan budidaya meningkat sebesar ± 10.875

Ha.

Page 138: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

137

Tabel 54. Luas penutupan Lahan tahun 2008 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya

POLA RUANG

KAB.

DHARMASRAYA

PENUTUPAN LAHAN TAHUN 2008

Grand Total A

kas

ia

Are

a

Pem

ban

gun

an

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Keb

un C

ampu

r

Lad

ang

Lah

an T

erbuk

a

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

un

an

Kar

et

Per

keb

un

an

Saw

it

Per

tania

n

lah

an k

erin

g

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak B

eluk

ar

Kawasan Lindung 4.05 110.70 20,802.51 6,562.26 1,190.07 4,265.19 2.07 1,316.70 4,778.37 18,214.74 8.55 162.45 45.81 3,343.50 60,806.97

Kawasan Budidaya 9.00 1,673.01 68,816.70 28,951.29 469.17 18,164.52 2.61 1,142.01 31,672.71 71,055.09 31.32 653.67 851.31 17,404.56 240,896.97

Total 301,703.94

Tabel 55. Luas Penutupan Lahan tahun 2013 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya

POLA RUANG

KAB.

DHARMASRAYA

PENUTUPAN LAHAN TAHUN 2013

Grand Total

Akas

ia

Are

a

Pem

ban

gunan

Huta

n

Lah

an K

erin

g

Keb

un C

ampur

Lad

ang

Lah

an T

erb

uka

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

unan

Kar

et

Per

keb

unan

Saw

it

Per

tania

n

lahan

ker

ing

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak B

elukar

Kawasan Lindung 1,046.34 243.72 15,621.39 529.65 0.27 1,728.18 2.07 1,153.53 5,041.17 27,510.57 2,020.68 1.35 85.14 5,822.91 60,806.97

Kawasan Budidaya 6,819.75 2,044.98 37,506.69 2,569.23 - 11,853.36 2.61 481.23 36,301.95 102,702.42 10,906.38 10.35 3,566.43 26,131.59 240,896.97

Total 301,703.94

2. RTRW Kabupaten Dharmasraya dan Cadangan Karbon

Perubahan penutupan lahan yang terjadi pada penutupan lahan yang mengalami perubahan

luasan berdampak pada cadangan karbon yang tersimpan sehingga mengakibatkan

peningkatan emisi karbon yang terjadi. Pada Gambar 58 dan Tabel 56 - 57, menunjukan

bahwa pada perencanaan ruang untuk kawasan budidaya memiliki potensi Carbon sebesar

17,560,730.64 (80%) dari total Carbon pada tahun 2008, sedangkan pada kawasan lindung

memiliki cadangan Carbon sebesar 4,426,990.21 (20%). Pada tahun 2013 pada kawasan

budidaya memiliki cadangan karbon pada kawasan budidaya sebesar 16,734,083.50 (78.9%)

dan kawasan lindung sebesar 4,472,515.58 (21.1%). Sehingga terdapat kehilangan karbon

atau emisi yang terjadi pada kawasan budidaya sebesar 1.1% dan kawasan lindung mengalami

peningkatan cadangan karbon sebesar 1.1%. peningkatan cadangan karbon diakibatkan

adanya peningkatan pada cadangan karbon sedang sebesar 592,216.67 ton, hal ini dapat

menjadi potensi cadangan karbon dapat lebih meningkat.

Page 139: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

138

Gambar 58. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan Potensi Cadangan Karbon

tahun 2013

Tabel 56. Pola ruang Kabupaten Dharmasraya terhadap cadangan karbon tahun 2008

POLA RUANG KAB. DHARMASRAYA

2008 Total 2008

Carbon Rendah

Carbon Sedang

Carbon Tinggi

Kawasan Budidaya 51,401.81 6,222,918.67 11,286,410.17 17,560,730.64

Kawasan Lindung 21,162.32 1,536,014.08 2,869,813.82 4,426,990.21

Grand Total 72,564.12 7,758,932.75 14,156,223.98 21,987,720.85

Tabel 57. Pola ruang Kabupaten Dharmasraya terhadap cadangan karbon tahun 2013

POLA RUANG KAB. DHARMASRAYA

2013 Total 2013

Carbon Rendah

Carbon Sedang

Carbon Tinggi

Kawasan Budidaya 150,116.50 8,281,139.05 8,302,827.96 16,734,083.50

Kawasan Lindung 25,054.29 2,128,230.75 2,319,230.53 4,472,515.58

Grand Total 175,170.79 10,409,369.80 10,622,058.49 21,206,599.08

3. RTRW Kabupaten Dharmasraya dan Potensi Valuasi Ekonomi

Potensi valuasi ekonomi dari karbon (Tabel 58) pada kawasan budidaya di tahun 2008 sebesar

$87,804,328.21 (79.9%) sedangkan pada kawasan lindung sebesar $ 22,135,149.55 (20.1%),

pada tahun 2013, potensi valuasi ekonomi dari karbon sebesar $83,671,113.95 (78.9%),

sedangkan pada kawasan lindung sebesar $22,362,793.93 (20.1%). Sehingga terdapat

Page 140: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

139

kehilangan potensi valuasi ekonomi dari tahun 2008-2013 di kawasan budidaya sebesar 1 %

dan pada kawasan lindung terjadi peningkatan sebesar 1%.

Gambar 59. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan Potensi Valuasi Ekonomi

Cadangan Karbon tahun 2013

Tabel 58. Pola ruang Kabupaten Dharmasraya terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2008

POLA RUANG KAB.

DHARMASRAYA

2008

Total

2008 Valuasi Ekonomi

Rendah

Valuasi Ekonomi

Sedang

Valuasi Ekonomi

Tinggi

Kawasan Budidaya 257,021.10 31,114,909.15 56,432,397.96 87,804,328.21

Kawasan Lindung 105,818.85 7,680,151.36 14,349,179.34 22,135,149.55

Grand Total 362,839.95 38,795,060.51 70,781,577.30 109,939,477.76

Tabel 59. Pola ruang Kabupaten Dharmasraya terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2013

POLA RUANG KAB. DHARMASRAYA

2013 Total 2013

Valuasi Ekonomi

karbon Rendah

Valuasi Ekonomi

karbon Sedang

Valuasi Ekonomi

Karbon Tinggi

Kawasan Budidaya 750,654.45 41,406,151.69 41,514,307.81 83,671,113.95

Kawasan Lindung 125,284.05 10,641,276.03 11,596,233.85 22,362,793.93

Grand Total 875,938.50 52,047,427.72 53,110,541.66 106,033,907.88

4. Skenario Pembangunan Rendah Karbon Kabupaten Dharmasraya

Penentuan skenario pembangunan harus melibatkan para pemangku keputusan ditingkat kabupaten,

sehingga diperoleh kesepakatan dan kesepahaman mengenai arah pembangunan di wilayahnya. Pada

kajian ini, skenario pembangunan ekonomi rendah karbon dilakukan dengan pendekatan fungsi

Page 141: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

140

kawasan, cadangan karbon dan potensi valuasi ekonomi cadangan karbon berdasarkan pendugaan nilai

karbon pada skema perdagangan karbon di tingkat global.

Skenario pertama adalah penurunan emisi di kawasan budidaya dan skenario ke dua adalah penurunan

emisi di kawasan lindung. Skenario pertama dilakukan dengan pendekatan cadangan karbon dan

valuasi ekonomi pada kawasan budidaya, kawasan dengan tingkat karbon tinggi harus dipertahankan

dan tetap dijaga dengan beberapa pendekatan, yaitu: melindungi dan meningkatkan manfaat

biodiversity dan jasa lingkungan serta menerapkan manajemen yang lebih baik, bagi kawasan

budidaya dengan tingkat karbon rendah dan sedang, diupayakan dengan pengelolaan lahan yang baik

dan ramah lingkungan atau pengelolaan tanpa api. Dengan penerapan pendekatan skenario tersebut

diharapkan akan mempertahankan karbon dan potensi valuasi ekonomi.

Skenario ke dua adalah mempertahankan dan meningkatkan cadangan karbon di kawasan lindung

dengan beberapa pendekatan pengelolaan partisipatif bersama masyarakat terhadap tempat penting

masyarakat, pelestarian biodiversity dan peningkatan manfaat jasa ekosistem, rehabilitasi, restorasi

dan reboisasi lahan di kawasan lindung dan pengayaan bibit lokal/endemik.

Tabel 60. Skenario dan Potensi valuasi ekonomi dari jasa karbon di Kabupaten Dharmasraya

RTRW Skenario Potensi Valuasi

Ekonomi jasa karbon

Kawasan Budidaya 1. melindungi dan meningkatkan manfaat

biodiversity dan jasa lingkungan,

sehingga tingkat karbon tinggi dapat

dipertahankan.

2. penerapkan manajemen yang lebih baik,

bagi kawasan budidaya dengan tingkat

karbon rendah dan sedang.

3. pengelolaan lahan yang baik dan ramah

lingkungan atau pengelolaan tanpa api

pada semua tingkat karbon.

4. Akses perekonomian global dengan

kualitas yang telah tersertifikasi.

$ 98,589,204.10

Kawasan Lindung 1. Pelestarian Biodiversity dan jasa

lingkungan di seluruh tingkat Karbon

2. Rehabilitasi dan reboisasi lahan pada

tingkat karbon rendah dan sedang.

3. Peningkatan pengelolaan partisipatif

kawasan lindung bersama dengan

masyarakat.

4. Pengayaan bibit lokal/species endemik

oleh masyarak untuk kegiatan

restorasi/reboisasi kawasan hutan dengan

tingkat karbon rendah

$ 25,115,739.42

Page 142: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

141

V.7.2. Kabupaten Kuantan Singingi

Rencana tata ruang wilayah kabupaten Kuantan singingi saat ini masih dalam proses

persetujuan dewan perwakilan rakyat daerah untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah.

Sehingga dalam kajian ini dipergunakan data draf RTRW Kabupaten Kuantan Singingi yang

diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

Berdasarkan dokumen draft rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kuantan Singingi tersebut

diperoleh bahwa kawasan lindung sebesar 23% dan Kawasan budidaya sebesar 77% dari luas

kabupaten Kuantan Singingi sebesar 523,100.52 Ha.

1. RTRW Kabupaten Kuantan Singingi dan Penutupan Lahan

Kawasan lindung dalam pola ruang RTRW Kabupaten Kuantan Singingi telah terdapat

berbagai penutupan lahan lainnya di tahun 2008 yang berada didalam kawasan lindung

seperti: Akasia, area pembangunan, kebun campur, ladang, lahan terbuka, perkebunan karet,

perkebunan sawit pertanian lahan kering, dan sawah. Pada penutupan lahan di pola ruang

(RTRW) dari tahun 2008 hingga tahun 2013 terjadi penurunan luas hutan lahan kering pada

kawasan lindung sebesar ±14,315 Ha dan pada kawasan budidaya sebesar ± 50,420 Ha; dan

peningkatan Luas Akasia di kawasan budidaya sebesar ± 28,725 Ha; Peningkatan perkebunan

karet di kawasan lindung sebesar ± 704 Ha dan di kawasan budidaya sebesar ± 6.457 Ha,

untuk Perkebunan Sawit di kawasan lindung meningkat sebesar ± 5.281Ha dan pada kawasan

budidaya sebesar ±34.466 Ha dan Pertanian Lahan Kering di kawasan lindung meningkat

sebesar ± 4.688 Ha dan di kawasan budidaya meningkat sebesar ± 18.507 Ha (Tabel 61 – 62).

Gambar 60. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten Kuantan Singingi

Page 143: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

142

Berdasarkan analisis perubahan hutan lahan kering mengalami penurunan luas dari tahun

2008 sebesar 28.7% menjadi 16.3% hutan lahan kering tersisa pada tahun 2013, jika tidak ada

upaya penyelamatan hutan, maka akan lebih banyak lagi ekosistem yang akan hilang.

Tabel 61. Luas penutupan Lahan tahun 2008 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Kuantan

Singingi

POLA RUANG

PENUTUPAN LAHAN

2008

Grand

Total

Ak

asia

Are

a

Pem

ban

gun

an

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Keb

un

Cam

pur

Lad

ang

Lah

an

Ter

buk

a

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

un

an

Cok

lat

dan

Pin

ang

Per

keb

un

an

Kar

et

Per

keb

un

an

Saw

it

Per

tania

n l

ahan

ker

ing

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak

Bel

uk

ar

Kawasan Lindung 1,049.76 97.20 91,065.42 661.68 296.10 1,078.65 0.36 52.20 150.66 2,398.14 16,825.68 1.62 15.39 15.75 8,051.22 121,759.83

Kawasan Budidaya 29,851.20 5,563.89 59,160.06 35,075.61 7,202.97 31,237.02 6.48 3,747.69 2,590.83 30,909.87 165,633.66 72.18 1,465.20 2,878.56 25,945.47 401,340.69

Total 523,100.52

Tabel 62. Luas penutupan Lahan tahun 2013 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Kuantan

Singingi

POLA RUANG KABUPATEN

KUANTAN

SINGINGI

PENUTUPAN LAHAN

2013

Grand

Total

Ak

asia

Are

a

Pem

ban

gun

an

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Keb

un

Cam

pur

Lad

ang

Lah

an

Ter

buk

a

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

un

an

Cok

lat

dan

Pin

ang

Per

keb

un

an

Kar

et

Per

keb

un

an

Saw

it

Per

tania

n

lah

an k

erin

g

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak B

eluk

ar

Kawasan Lindung 1,044.0 119.4 76,750.3 859.2 1.4 4,884.8 0.4 142.7 150.8 3,102.8 22,107.5 4,689.7 0.5 10.3 7,896.0 121,759.8

Kawasan Budidaya 58,576.9 6,626.9 8,739.5 6,532.2 188.3 21,053.5 6.5 4,427.8 2,609.0 37,457.7 200,100.2 18,579.5 2,110.2 2,794.2 31,538.3 401,340.7

Total 523,100.5

2. RTRW Kabupaten Kuantan Singingi dan Cadangan Karbon

Perubahan penutupan lahan yang terjadi pada penutupan lahan yang mengalami perubahan

luasan berdampak pada cadangan karbon yang tersimpan sehingga mengakibatkan

peningkatan emisi karbon yang terjadi. Pada Gambar 61 dan Tabel 63 - 64, menunjukan

bahwa pada perencanaan ruang untuk kawasan budidaya memiliki potensi cadangan Carbon

sebesar 31,381,934.33 ton (60%) dari total Carbon pada tahun 2008, sedangkan pada

kawasan lindung memiliki cadangan Carbon sebesar 20,890,002.52 ton (40%). Pada tahun

2013 pada kawasan budidaya memiliki cadangan karbon pada kawasan budidaya sebesar

25,128,925.58 ton (57.8%) dan kawasan lindung sebesar 18,375,183.37 ton (42.2%). Total

cadangan karbon di Kabupaten Kuantan Singingi mengalami penurunan dari tahun 2008

hingga tahun 2013 sebesar 8,767,827.91 ton

Page 144: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

143

Gambar 61. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan Potensi Cadangan Karbon tahun

2013

Tabel 63. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap cadangan karbon tahun 2008

POLA RUANG KAB. KUANSING

2008 Total

C Tot Rendah C Tot Sedang C Tot Tinggi

Kawasan Lindung 5,651.92 1,472,699.18 19,411,651.42 20,890,002.52

Kawasan Budidaya 168,794.32 15,004,014.04 16,209,125.97 31,381,934.33

Total 174,446.25 16,476,713.23 35,620,777.38 52,271,936.86

Tabel 64. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap cadangan karbon tahun 2013

POLA RUANG KAB. KUANSING

2013 Total

C Tot Rendah C Tot Sedang C Tot Tinggi

Kawasan Lindung 73,790.47 1,647,912.88 16,653,480.02 18,375,183.37

Kawasan Budidaya 1,874,635.24 15,977,459.10 7,276,831.23 25,128,925.58

Total 1,948,425.71 17,625,371.98 23,930,311.26 43,504,108.95

3. RTRW Kabupaten Kuantan Singingi dan Potensi Valuasi Ekonomi

Potensi valuasi ekonomi dari karbon (Tabel 65) pada kawasan budidaya di tahun 2008 sebesar

$156,910,770.59 (60%) sedangkan pada kawasan lindung sebesar $ 104,450,592.67 (40%)

dari total potensi valuasi ekonomi karbon sebesar $261,361,363.26, pada tahun 2013 (Tabel

Page 145: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

144

66.), potensi valuasi ekonomi dari karbon dikawasan budidaya sebesar $125,423,551.18

(57.7%), sedangkan pada kawasan lindung sebesar $91,851,925.28 (42.3%) dari total potensi

valuasi ekonomi karbon sebesar $217,275,476.47. total potensi valuasi ekonomi karbon

mengalami penurunan sebesar $44,085,886.79 dalam jangka waktu lima tahun.

Gambar 62. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan Potensi Valuasi Ekonomi

Cadangan Karbon tahun 2013

Tabel 65. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2008

POLA RUANG

KAB. KUANSING

2008

Total Valuasi Ekonomi

Rendah

Valuasi Ekonomi

Sedang

Valuasi Ekonomi

Tinggi

Kawasan Lindung 28,261.80 7,363,570.70 97,058,760.17 104,450,592.67

Kawasan Budidaya 844,042.95 75,020,806.36 81,045,921.28 156,910,770.59

Total 872,304.75 82,384,377.07 178,104,681.45 261,361,363.26

Tabel 66. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2013

POLA RUANG

KAB. KUANSING

2013

Total Valuasi Ekonomi

Rendah

Valuasi Ekonomi

Sedang

Valuasi Ekonomi

Tinggi

Kawasan Lindung 286,496.55 9,139,349.50 82,426,079.23 91,851,925.28

Kawasan Budidaya 1,342,571.40 92,266,893.70 31,814,086.08 125,423,551.18

Total 1,629,067.95 101,406,243.20 114,240,165.32 217,275,476.47

Page 146: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

145

4. Skenario Pembangunan Rendah Karbon Kabupaten Kuantan Singingi

Cadangan Karbon tersimpan di Kabupaten Kuantan Singingi memiliki cadangan yang cukup besar,

sehingga diperlukan pendekatan yang hati-hati terhadap faktor sosial ekonomi dan budaya dan harus

melibatkan para pemangku keputusan ditingkat kabupaten dan masyarakat dalam skenario

perencanaan pembangunannya dan diperoleh kesepakatan dan kesepahaman mengenai arah

pembangunan di wilayahnya. Pada kajian ini, skenario pembangunan ekonomi rendah karbon

dilakukan dengan pendekatan fungsi kawasan, cadangan karbon dan potensi valuasi ekonomi

cadangan karbon berdasarkan pendugaan nilai karbon pada skema perdagangan karbon di tingkat

global dan Sosial budaya masyarakat.

Skenario pertama adalah penurunan emisi di kawasan budidaya dan skenario ke dua adalah penurunan

emisi di kawasan lindung. Skenario pertama dilakukan dengan pendekatan cadangan karbon dan

valuasi ekonomi pada kawasan budidaya, kawasan dengan tingkat karbon tinggi harus dipertahankan

dan tetap dijaga dengan beberapa pendekatan, yaitu: melibatkan peran serta masyarakat adat terhadap

kawasan lindung setempat/lokal, melindungi dan meningkatkan manfaat biodiversity dan jasa

lingkungan serta menerapkan manajemen yang lebih baik, bagi kawasan budidaya dengan tingkat

karbon rendah dan sedang, diupayakan dengan pengelolaan lahan yang baik dan ramah lingkungan

atau pengelolaan tanpa api.

Skenario ke dua adalah mempertahankan dan meningkatkan cadangan karbon di kawasan lindung

dengan beberapa pendekatan yaitu: pelibatan masyarakat adat dalam mempertahankan budaya

menjaga kelestarian alam,

Tabel 67. Skenario dan Potensi valuasi ekonomi dari jasa karbon di Kabupaten Kuantan Singingi

RTRW Skenario Potensi Valuasi

Ekonomi jasa karbon

Kawasan Budidaya 1. melindungi dan meningkatkan manfaat

biodiversity dan jasa lingkungan,

sehingga tingkat karbon tinggi dapat

dipertahankan.

2. penerapkan manajemen yang lebih baik,

bagi kawasan budidaya dengan tingkat

karbon rendah dan sedang.

3. pengelolaan lahan yang baik dan ramah

lingkungan atau pengelolaan tanpa api

pada semua tingkat karbon.

4. Akses perekonomian lokal ke

perekonomia global dengan kualitas yang

telah tersertifikasi.

$ 174,655,386.38

Kawasan Lindung 1. Mempertahankan budaya lokal dalam

menjaga kawasan lindungnya

2. Pelestarian Biodiversity dan jasa

lingkungan di seluruh tingkat Karbon

3. Rehabilitasi dan reboisasi lahan pada

tingkat karbon rendah dan sedang.

4. Peningkatan pengelolaan manfaat jasa

$ 106,484,606.22

Page 147: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

146

ekosistem secara partisipatif pada

kawasan lindung bersama dengan

masyarakat

5. Pengayaan bibit lokal/species endemik

oleh masyarak untuk kegiatan

restorasi/reboisasi kawasan hutan dengan

tingkat karbon rendah

V.7.3. Kabupaten Tebo

1. RTRW Kabupaten Tebo dan Penutupan Lahan

Hutan lahan kering di kawasan lindung tahun 2008 memiliki luasan sebesar 80 % dari luas

kawasan lindung dan terdapat perkebunan sawit sebesar 2.33% serta perkebunan karet sebesar

4.29%, lahan terbuka sebesar 3.04%, semak belukar sebesar 1.95% dan area pemabangunan

sebesar 0.33%. Pada tahun 2013, kondisi hutan lahan kering memiliki luasan sekitar 69% dan

31% adalah non hutan. Sehingga terjadi penurunan luasan hutan lahan kering di kawasan

lindung sebesar 11% dalam jangka waktu lima tahun.

Gambar 63. Hubungan Pola Ruang dengan Penutupan lahan di Kabupaten Tebo

Page 148: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

147

Pada kawasan budidaya terdapat hutan lahan kering di tahun 2008 sebesar 25% dan non hutan

sebesar 75% sedangkan pada tahun 2013, kondisi hutan lahan kering sebesar 9% dan non

hutan sebesar 91%. Kehilangan luasan hutan lahan kering dari tahun 2008 hingga 2013

sebesar 16% dalam jangka waktu lima tahun.

Tabel 68. Luas penutupan Lahan tahun 2008 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Tebo

POLA RUANG

KAB. TEBO

PENUTUPAN LAHAN TAHUN 2008

Grand

Total

Ak

asia

Are

a

Pem

ban

gun

an

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Keb

un

Cam

pur

Lad

ang

Lah

an

Ter

buk

a

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

un

an

Kar

et

Per

keb

un

an

Saw

it

Per

tania

n

lah

an k

erin

g

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak

Bel

uk

ar

Kawasan Lindung 2.07 180.63 44,298.90 508.77 - 1,684.53 6.03 3,867.39 2,376.81 1,288.35 24.48 19.71 17.55 1,080.72 55,355.94

Kawasan Budidaya 5.40 4,055.40 137,561.85 28,665.99 186.75 67,885.38 29.70 3,067.02 181,875.15 88,501.95 215.37 282.24 123.57 38,708.37 551,164.14

Total 606,520.08

Tabel 69. Luas penutupan Lahan tahun 2013 terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten Tebo

POLA RUANG

KAB. TEBO

PENUTUPAN LAHAN TAHUN 2013

Grand

Total

Ak

asia

Are

a

Pem

ban

gun

an

Hu

tan

Lah

an K

erin

g

Keb

un

Cam

pur

Lad

ang

Lah

an

Ter

buk

a

Pem

ukim

an

Per

aira

n

Per

keb

un

an

Kar

et

Per

keb

un

an

Saw

it

Per

tania

n

lah

an k

erin

g

Raw

a

Saw

ah

Sem

ak

Bel

uk

ar

Kawasan Lindung 50.49 442.98 38,221.20 430.56 - 1,639.08 6.03 3,845.52 2,219.04 3,470.40 1,797.21 0.18 55.35 3,177.90 55,355.94

Kawasan Budidaya 8,677.62 4,496.58 49,705.74 7,820.64 0.72 40,112.28 29.70 2,503.17 151,471.89 199,691.73 46,652.85 7.74 1,095.30 38,898.18 551,164.14

Total 606,520.08

2. RTRW Kabupaten Tebo dan Cadangan Karbon

Perubahan penutupan lahan yang terjadi pada penutupan lahan yang mengalami perubahan

luasan khusus nya pada hutan lahan berdampak pada cadangan karbon yang tersimpan

sehingga mengakibatkan peningkatan emisi karbon yang terjadi. Pada Gambar 64 dan Tabel

69 - 70, menunjukan bahwa pada perencanaan ruang untuk kawasan budidaya memiliki

potensi cadangan Carbon sebesar 45,671,798.17 ton (88.6%) dari total Carbon pada tahun

2008, sedangkan pada kawasan lindung memiliki cadangan Carbon sebesar 5,857,276.47 ton

(11.4%) dari luas cadangan karbon pada kawasan lindung sebesar 51.529.074,63 ton. Pada

tahun 2013 pada kawasan budidaya memiliki cadangan karbon pada kawasan budidaya

sebesar 39,337,229.03 ton (88.1%) dan kawasan lindung sebesar 5,322,964.56 ton (11.9%)

dari total cadangan karbon sebesar 44,660,193.59 ton. Total cadangan karbon di Kabupaten

Kuantan Singingi mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga tahun 2013 sebesar

6,868,881.04 ton

Page 149: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

148

Gambar 64. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Tebo dengan Potensi Cadangan Karbon tahun 2013

Tabel 70. Pola ruang Kabupaten Tebo terhadap cadangan karbon tahun 2008

POLA RUANG

KAB. TEBO

2008 Grand Total

C Tot Rendah C Tot Sedang C Tot Tinggi

Kawasan Lindung 4,557.91 135,423.55 5,717,295.01 5,857,276.47

Kawasan Budidaya 160,340.85 8,039,610.66 37,471,846.65 45,671,798.17

Grand Total 164,898.76 8,175,034.21 43,189,141.66 51,529,074.63

Tabel 71. Pola ruang Kabupaten Tebo terhadap cadangan karbon tahun 2013

POLA RUANG

KAB. TEBO

2013 Grand Total

C Tot Rendah C Tot Sedang C Tot Tinggi

Kawasan Lindung 23,579.40 347,468.50 4,951,916.65 5,322,964.56

Kawasan Budidaya 571,406.63 15,535,748.04 23,230,074.36 39,337,229.03

Grand Total 594,986.03 15,883,216.54 28,181,991.01 44,660,193.59

3. RTRW Kabupaten Tebo dan Potensi Valuasi Ekonomi

Potensi valuasi ekonomi dari karbon di Kabupaten Tebo (Tabel 72) pada kawasan budidaya di tahun

2008 sebesar $228,359,818.23 (88.6%) sedangkan pada kawasan lindung sebesar

Page 150: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

149

$29,286,583.46 (11.4%) dari total potensi valuasi ekonomi karbon sebesar $257,646,401.69,

pada tahun 2013 (Tabel 73.), potensi valuasi ekonomi dari karbon dikawasan budidaya

sebesar $196,687,369.44 (88.1%), sedangkan pada kawasan lindung sebesar $26,615,018.06

(11.9%) dari total potensi valuasi ekonomi karbon sebesar $223,302,387.50. total potensi

valuasi ekonomi karbon mengalami penurunan sebesar $34,344,014.19 dalam jangka waktu

lima tahun.

Gambar 65. Peta Hubungan Pola Ruang RTRW Kab. Kuantan Singingi dengan Potensi Valuasi

Ekonomi Cadangan Karbon tahun 2013

Tabel 72. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2008

POLA RUANG

2008

Total Valuasi Ekonomi

Rendah

Valuasi Ekonomi

Sedang

Valuasi Ekonomi

Tinggi

Kawasan Lindung 22,790.70 677,123.47 28,586,669.29 29,286,583.46

Kawasan Budidaya 801,729.00 40,198,446.66 187,359,642.57 228,359,818.23

Grand Total 824,519.70 40,875,570.13 215,946,311.86 257,646,401.69

Page 151: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

150

Tabel 73. Pola ruang Kabupaten Kuantan Singingi terhadap Valuasi Ekonomi karbon tahun 2008

POLA RUANG

2013

Total Valuasi Ekonomi

Rendah

Valuasi Ekonomi

Sedang

Valuasi Ekonomi

Tinggi

Kawasan Lindung 117,909.45 1,737,357.94 24,759,750.67 26,615,018.06

Kawasan Budidaya 2,857,317.30 77,679,627.72 116,150,424.42 196,687,369.44

Grand Total 2,975,226.75 79,416,985.66 140,910,175.09 223,302,387.50

4. Skenario Pembangunan Rendah Karbon Kabupaten Tebo

Cadangan Karbon tersimpan di Kabupaten Tebo memiliki cadangan yang hampir sama besar dengan

Kabupaten Kuansing, sehingga pendekatan yang dilakukan juga sama dengan pendekatan yang

dilakukan di Kabupaten Kuanstan Singingi.

Pelibatan para pemangku keputusan ditingkat kabupaten dan masyarakat dalam perencanaan skenario

perencanaan pembangunannya dan diperoleh kesepakatan dan kesepahaman mengenai arah

pembangunan di wilayahnya. Pada kajian ini, skenario pembangunan ekonomi rendah karbon

dilakukan dengan pendekatan fungsi kawasan, cadangan karbon dan potensi valuasi ekonomi

cadangan karbon berdasarkan pendugaan nilai karbon pada skema perdagangan karbon di tingkat

global dan Sosial budaya masyarakat.

Skenario pertama adalah penurunan emisi di kawasan budidaya dan skenario ke dua adalah penurunan

emisi di kawasan lindung. Skenario pertama dilakukan dengan pendekatan cadangan karbon dan

valuasi ekonomi pada kawasan budidaya, kawasan dengan tingkat karbon tinggi harus dipertahankan

dan tetap dijaga dengan beberapa pendekatan, yaitu: melibatkan peran serta masyarakat adat terhadap

kawasan lindung setempat/lokal, melindungi dan meningkatkan manfaat biodiversity dan jasa

lingkungan serta menerapkan manajemen yang lebih baik, bagi kawasan budidaya dengan tingkat

karbon rendah dan sedang, diupayakan dengan pengelolaan lahan yang baik dan ramah lingkungan

atau pengelolaan tanpa api.

Skenario ke dua adalah mempertahankan dan meningkatkan cadangan karbon di kawasan lindung

dengan beberapa pendekatan yaitu: pelibatan masyarakat adat dalam mempertahankan budaya

menjaga kelestarian alam,

Tabel 74. Skenario dan Potensi valuasi ekonomi dari jasa karbon di Kabupaten Kuantan Singingi

RTRW Skenario Potensi Valuasi

Ekonomi jasa karbon

Kawasan Budidaya 1. melindungi dan meningkatkan manfaat

biodiversity dan jasa lingkungan,

sehingga tingkat karbon tinggi dapat

dipertahankan.

2. penerapkan manajemen yang lebih baik,

bagi kawasan budidaya dengan tingkat

karbon rendah dan sedang.

3. pengelolaan lahan yang baik dan ramah

$ 267,896,587.59

Page 152: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

151

lingkungan atau pengelolaan tanpa api

pada semua tingkat karbon.

4. Akses perekonomian lokal ke

perekonomia global dengan kualitas yang

telah tersertifikasi.

Kawasan Lindung 1. Mempertahankan budaya lokal dalam

menjaga kawasan lindungnya

2. Pelestarian Biodiversity dan jasa

lingkungan di seluruh tingkat Karbon

3. Rehabilitasi dan reboisasi lahan pada

tingkat karbon rendah dan sedang.

4. Peningkatan pengelolaan manfaat jasa

ekosistem secara partisipatif pada

kawasan lindung bersama dengan

masyarakat

5. Pengayaan bibit lokal/species endemik

oleh masyarak untuk kegiatan

restorasi/reboisasi kawasan hutan dengan

tingkat karbon rendah

$ 30,441,936.68

Page 153: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

152

Potensi karbon total dan valuasi ekonomi dari setiap kabupaten memberikan nilai yang sangat

besar, yaitu $ 233,129,366.10 untuk Kabupaten Dharmasraya, $ 396,471,629.70 untuk

Kabupaten Kuantan Singingi dan $ 394,776,296.10 untuk Kabupaten Tebo.

Luas

(Ha)

Karbon Total

(Ton)

Value Total

($)

Persentase

terhadap Luas

($/Ha)

Kabupaten Tebo 606,613.85 39,477,629.61 394,776,296.10 650.79

Kabupaten Dharmasraya 301,785.08 23,312,936.61 233,129,366.10 772.50

Kabupaten Kuantan Singingi 523,169.58 39,647,162.97 396,471,629.70 757.83

Akan tetapi apabila dibandingkan dengan luas wilayah kabupaten, maka diperoleh besaran

untuk Kabupaten Tebo sebesar $ 650.79/Ha, Kabupaten Dharmasraya sebesar $ 772.50/Ha

dan Kabupaten Kuantan Singingi sebesar $ 757.83/Ha.

Sehingga berdasarkan hasil analisis menggunakan InVEST dapat di prediksikan bahwa

potensi ekonomi dari cadangan karbon sangat besar/tinggi. Sehingga perlu adanya

pengembangan atau suatu kajian yang lebih mendalam/detail untuk dapat mengetahui secara

pasti besarnya potensi karbon pada masing-masing wilayah Kabupaten.

Page 154: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

153

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN

kegiatan pemetaan, pengukuran dan perhitungan cadangan karbon dan InVEST Analisis di

tiga kabupaten dalam Koridor RIMBA memberikan pemahaman, peningkatan kapasitas

pemerintah daerah dan informasi cadangan karbon serta pendugaan valuasi ekonominya

sehingga dapat dijadikan bahan untuk perencanaan wilayah di masing-masing kabupaten.

Pembahasan perundang-undangan mengenai gas rumah kaca yang ada atau telah ditetapkan di

Indonesia perlu disebarluaskan atau disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat

mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan lebih menjaga lingkungannya.

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh sangat membantu dalam memberikan informasi

penutupan lahan sehingga dapat menghitung cadangan karbon dalam skala lanskap yang

merupakan juga batas administrasi dari 3 kabupaten itu sendiri.

Survey lapangan sangat perlu dilakukan untuk dapat memberikan validasi yang diinginkan.

Peta survey lapangan berbentuk cetak atau soft copy pada perangakat sangat dibutuhkan

untuk dapat menentukan perencanaan perjalanan survey lapangan yang lebih terarah.

Identifikasi jenis pohon/vegetasi sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi cadangan

karbon yang lebih akurat per tipe vegetasi/pohon.

InVEST dapat dimanfaatkan sebagai model pengukuran karbon secara bentang alam/lanskap

dan dapat dipergunakan untuk membuat perencanaan karbon ke depan berdasarkan

pendugaan valuasi ekonominya.

Informasi cadangan karbon dan valuasi ekonomi di tiga kabupaten prioritas ini menjadi

pendekatan, referensi awal atau skenario atau langkah-langkah perencanaan dalam upaya

penerapan konsep ekonomi rendah karbon (low carbon economy) ke dalam penataan ruang,

baik didalam perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi sehingga aspek keberlanjutan serta

kebijakan ekonomi hijau (green economy), dan kebijakan pengurangan emisi karbon dapat

tercapai dan terimplementasikan.

VI.2. SARAN

Berbagai keterbatasan didalam pelaksanaan kegiatan pemetaan, pengukuran dan perhitungan

cadangan karbon/biomasa di tiga kabupaten prioritas dan penggunaan InVEST untuk analisi

carbon, seperti waktu, biaya dan tenaga, maka diperlukan beberapa peningkatan kualitas

Page 155: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

154

informasi didalam kegiatan yang serupa di masa depan. Beberapa saran yang dapat

disampaikan adalah:

Penggunaan data citra satelit dengan resolusi yang lebih tinggi maksimum 5 m dapat

memberikan informasi yang lebih mendekati dengan kondisi aslinya.

Persiapan survey yang baik dapat membantu kinerja didalam pengumpulan data stok

karbonnya. Termasuk penggunaan GPS yang mudah dilapangan.

Peningkatan kapasitas dari pemerintah daerah dan masyarakat mengenai penggunaan

InVEST sebagai model perencanaan wilayah berbasis jasa ekosistem.

Informasi cadangan karbon ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan

pengukuran karbon pada lokasi yang berbeda, sehingga diharapkan Penyebaran titik

sample lebih merata.

Masukan dari beberapa pemangku pengambil keputusan menjadi masukan yang sangat

bermanfaat dalam penerapan skenario/langkah-langkah perencanaan wilayah bagi

kabupaten.

Page 156: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

155

Daftar Pustaka

Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N, Whitten AJ. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dokter-Kota, 2012, http://dokter-kota.blogspot.com/2012/09/pembangunan-berkelanjutan-

sustainable.html (Di akses pada hari Senin, 11 November 2013)

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi

& Geomatika). Penerbit Informatika, Bandung.

Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R.R., Rahayu, S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon: dari

Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua. Bogor, World

Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of Brawijaya (UB),

Malang, Indonesia.

Krisnawati, H., W.C. Adinugroho dan R. Imanuddin. 2012. Monograf: Model-model

Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan

di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia.

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Manuri, S., C.A.S. Putra dan A.D. Saputra. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon

Hutan. Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation – GIZ.

Palembang.

Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim, 2007, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan

Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, Cet. I, Bumi Aksara, Jakarta.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1):

Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta.

ISBN 979-666-308-2. Hal. 7.

Page 157: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

156

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2011 tentang RAN GRK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 61 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA AKSI NASIONAL

PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa posisi geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari

perubahan iklim sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan melalui

mitigasi perubahan iklim;

b. bahwa dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan Bali Action Plan pada

The Conferences of Parties (COP) ke-13 United Nations Frameworks

Convention on Climate Change (UNFCCC) dan hasil COP-15 di

Copenhagen dan COP-16 di Cancun serta memenuhi komitmen Pemerintah

Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg untuk menurunkan emisi gas

rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika

mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya

rencana aksi (bussines as usual/BAU), maka perlu disusun langkah-langkah

untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca;

Page 158: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

157

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan

huruf b perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi

Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations

Framework Convention on Climate Change (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3557);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol

Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang

Perubahan Iklim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4403);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059);

Page 159: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

158

9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 23);

10. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 –2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL

PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

4. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut

RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang

secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan

target pembangunan nasional.

5. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAD-

GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara

langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target

pembangunan daerah.

6. Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut GRK adalah gas yang terkandung dalam

atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali

radiasi inframerah.

7. Emisi GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka

waktu tertentu.

8. Tingkat emisi GRK adalah besarnya emisi GRK tahunan.

9. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung

oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara

global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada

kurun waktu yang dapat dibandingkan.

10. Mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat

perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan

penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.

11. Kegiatan inti adalah kegiatan yang berdampak langsung pada penurunan emisi GRK dan

penyerapan GRK.

Page 160: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

159

12. Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang tidak berdampak langsung pada penurunan

emisi GRK tapi mendukung pelaksanaan kegiatan inti.

Pasal 2

(1) RAN-GRK terdiri dari kegiatan inti dan kegiatan pendukung. (2) Kegiatan RAN-GRK

meliputi bidang:

a. Pertanian;

b. Kehutanan dan lahan gambut;

c. Energi dan transportasi;

d. Industri;

e. Pengelolaan limbah;

f. Kegiatan pendukung lain.

(2) RAN-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran

I dan Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perpres ini.

Pasal 3

RAN-GRK merupakan pedoman bagi:

a. Kementerian/lembaga untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring

dan evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK.

b. Pemerintah daerah dalam penyusunan RAD-GRK.

Pasal 4

RAN-GRK menjadi acuan bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam melakukan perencanaan

dan pelaksanaan penurunan emisi GRK.

Pasal 5

(1) Menteri/pimpinan lembaga melaksanakan RAN-GRK sesuai tugas dan fungsi masing-

masing.

(2) Pelaksanaan dan pemantauan RAN-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

(3) Pelaksanaan RAN-GRK pada masing-masing kementerian/ lembaga diatur lebih lanjut

oleh menteri/pimpinan lembaga, sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-

masing.

Pasal 6

Page 161: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

160

(1) Untuk menurunkan emisi GRK di masing-masing wilayah provinsi, Gubernur harus

menyusun RAD-GRK.

(2) Penyusunan RAD-GRK berpedoman pada:

a. RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; dan

b. Prioritas pembangunan daerah.

(3) Penyusunan RAD-GRK diselesaikan dan ditetapkan dengan peraturan gubernur paling

lambat 12 (dua belas) bulan sejak ditetapkan Peraturan Presiden ini.

(4) RAD-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 7

Penyusunan RAD-GRK difasilitasi oleh Menteri Dalam Negeri bersama dengan Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Lingkungan Hidup.

Pasal 8

Pedoman penyusunan RAD-GRK ditetapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala BAPPENAS selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkan Peraturan

Presiden ini.

Pasal 9

(1) RAN-GRK dapat dikaji ulang secara berkala sesuai dengan kebutuhan nasional dan

perkembangan dinamika internasional.

(2) Kaji ulang RAN-GRK dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan dikoordinasikan oleh

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS.

(3) Hasil kaji ulang RAN-GRK dilaporkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala BAPPENAS kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan

tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

(4) Hasil kaji ulang dapat dijadikan dasar penyesuaian RAN-GRK.

Pasal 10

(1) Menteri/pimpinan lembaga melaporkan pelaksanaan kegiatan RAN-GRK sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan

tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Lingkungan

Hidup secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

Page 162: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

161

(2) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melaporkan pelaksanaan RAN-GRK yang

terintegrasi kepada Presiden paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu

apabila diperlukan.

Pasal 11

Pendanaan RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersumber dari APBN, APBD

dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 20 September 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

ttd.

Retno Pudji Budi Astuti

Page 163: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

162

Lampiran 2. Referensi Biomass dan Cadangan Carbon.

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

Dry Lowland Forest

rather closed canopy

mixed dipterocarps-dense

stocking, flat to undulating

Sarawak Brown (1997) 355,0 367

183,5

mixed dipterocarps-medium

stocking, flat to mountainous

Sarawak Brown (1997) 305,0

old-growth dipterocarp Philippines Brown (1997) 445,0

closed-broadleaf tropical forest Indonesia Lasco (2002) 508,0

natural forest Indonesia Hairiah et al. (2001) 508,0

medium humus podzol Sarawak Bruenig (1977) 452,0

shallow humus podzol Sarawak Bruenig (1977) 350,0

evergreen needleleaf forest Asia Michel et al. (2005) 367,0

evergreen broadleaf forest Asia Michel et al. (2005) 233,5

deciduous needleleaf forest Asia Michel et al. (2005) 189,0

deciduous broadleaf forest Asia Michel et al. (2005) 200,0

mixed forest Asia Michel et al. (2005) 222,5

tropical forest Malaysia Brown and Gaston (1996) 230,0

primary forest Central

Kalimantan,

Barito Ulu

Brearly et al. (2004)

358,0

primary forest East Kalimantan Prakoso (2006) 155,5

lowland forest Indonesia Garzuglia et al (2003) 240,0

lowland evergreen rainforest Malaysia, Pasoh MacKinnon et al. (1996) 664,0

lowland evergreen rainforest Malaysia, Pasoh MacKinnon et al. (1996) 475,0

lowland evergreen rainforest

broad ridge crest

Sarawak, Mula MacKinnon et al. (1996) 650,0

lowland evergreen rainforest

valley alluvium

Sarawak, Mula MacKinnon et al. (1996) 250,0

mixed dipterocarp Borneo MacKinnon et al. (1996) 650,0

Page 164: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

163

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

limestone Borneo MacKinnon et al. (1996) 380,0

Asia tropical forest undistrubed Asia Brown et al. (1993) 438,0

tropical rainforest Asia insullar Asia IPCC (2006) 350,0

Hutan alam diterokapa Kalteng & Kaltim Dharmawan & Siregar,

2009; Samsoedin et al.,

2009

204,92 -

264,70

Hutan primer Nunukan, Kaltim Rahayu et al., 2006

230,1

Hutan alam primer dataran rendah Malinau, Kaltim Samsoedin et al., 2009

230.10 -

264,70

Hutan alam primer dataran tinggi Sukabumi, Jabar Dharmawan, 2010

103,16

Dry Lowland Forest

medium open canopy

forest fallow Malaysia,

Peninsular

Brown et al. (1997) 140,0 264

132

logged dipterocarp Philippines Brown et al. (1997) 335,0

commercial logging Indonesia Hairiah et al. (2001) 300,0

logged forest Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 310,4

old secondary forest Central

Kalimantan,

Barito Ulu

Brearly et al. (2004)

264,0

secondary forest East Kalimantan Prakoso (2006) 89,0

Asia tropical forest distrubed Asia Brown et al. (1993) 248,0

Hutan sekunder dataran tinggi Sukabumi, Jabar Dharmawan, 2010

39,48 - 113,20

Hutan sekunder bekas tebangan Kaltim Dharmawan et al., 2010;

Rahayu et al., 2006 171,8 - 249,1

Dry Lowland Forest

very open canopy

burnt primary forest East Kalimantan Prakoso (2006) 73,0 73

36,5

Forest on Sandstone

rock rather closed

canopy

Hutan kerangas West Kalimantan Onrizal, 2004

338.4

169,2

lowland evergreen rainforest Sarawak, Mula MacKinnon et al. (1996) 470,0

Page 165: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

164

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

heath forest

kerangas Borneo MacKinnon et al. (1996) 470,0

Forest on Sandstone

rock medium open

canopy

118,4

Forest on Sandstone

rock very open canopy

33,8

Limestone Forest rather

closed canopy

lowland evergreen rainforest over

limestone

Sarawak, Mula MacKinnon et al. (1996) 380,0

limestone Borneo MacKinnon et al. (1996) 380,0

Limestone Forest

medium open canopy

Limestone Forest very

open canopy

Peat Swamp Forest

rather closed canopy

mixed swamp forest Central

Kalimantan

Waldes and Page (2001) 312,0 281

140,5

low pole forest Central

Kalimantan

Waldes and Page (2001) 249

tall interior forest Central

Kalimantan

Waldes and Page (2001) 643

shallow peat bog Sarawak Bruenig (1977) 246

Hutan gambut Indonesia Agus (2007)

200,0

Peat Swamp Forest

medium open canopy

234

117,0

Hutan gambut bekas tebangan Pelawan, Riau Rochmayanto, 2009

126,01

Hutan gambut sekunder Pelawan, Riau Rochmayanto, 2009

83,49

Peat Swamp Forest very

open canopy

62

31,0

Swamp Forest rather

closed canopy

freshwater swamp Malaysia,

Peninsular

Brown (1997) 220,0 220

110,0

swamp forest Indonesia Garzuglia et al (2003) 211,0

Page 166: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

165

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

alluvial Borneo MacKinnon et al. (1996) 250,0

Swamp Forest medium

open canopy

disturbed freshwater swamp Malaysia,

Peninsular

Brown (1997) 285,0 173

86,5

logged freshwater swamp Malaysia,

Peninsular

Brown (1997) 185,0

logged freshwater swamp forest Malaysia Brown et al. (1989) 161,7

disturbed freshwater swamp

forest

Malaysia Brown et al. (1989) 99,2

Swamp Forest very open

canopy

44

22,0

Mangrove Forest rather

closed canopy

mangrove forest Indonesia Garzuglia et al (2003) 187 187

93.5

Mangrove Forest

medium open canopy

140

70

Hutan mangrove sekunder Purwakarta, Jabar Dharmawan & Siregar,

2008 & 2009 54,1 - 182,5

Mangrove Forest very

open canopy / Young

Mangrove

37

18.5

Accacia Plantation /

Young Accacia

Plantation

broadleaf plantation Asia IPCC (2006)

220 207

Carbon

100,6

ton/ha

nilai

tengah

dari

sumber

yang

ada

Acacia decurrens Willd (12 years) Indonesia Suharlan et al. (1993) 194 104

Hutan tanaman Acacia mangium

(umur 6 th)

Benakat, Sumsel Gintings, 1997

91,2

Coconut Plantation coconut plantation Malaysia Henson (2005) 80 80

40

Page 167: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

166

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

Rubber Plantation

48,5

Rubber Plantation, broadleaf

plantation

Asia IPCC (2006) 220 220

Small Holder Rubber

178

89,0

Paraserianthes

Plantation

Paraserianthes falcataria (12

years)

Indonesia Suharlan et al. (1993) 242 242

Hutan tanaman Paraserianthes

falcataria (umur 8-18 th)

Jawa Gintings, 1997; Siregar &

Dharmawan, 2006 112,8 - 122,7 117.7

Oil Palm Plantation /

Young Oil Palm

Plantation

oil palm plantation South East Asia IPCC (2006)

136 109 54.5 72,7

nilai

tengah

54,5 -

91,0

Perkebunan Sawit (umur 20 th) Nunukan, Kaltim Tomich et al., 1998 dalam

Asyisanti, 2004 91,0

Mahogany Plantation Hutan tanaman Swietenia

macrophylla (Mahoni)

Benakat, Sumsel Gintings, 1997

64,1 - 166,6 131

nilai

tengah

64,1 -

198,0

Perkebunan Mahoni Indonesia, ? Hairiah et al, 2010

198,0

Hutan tanaman

Peronema canescens

(Sungkai)

Hutan tanaman Peronema

canescens (umur 10 - 25 th)

Sumatra Gintings, 1997

35,7 - 71,8 71.8

nilai

tengah

35,7 -

71,8

Hutan tanaman Schima

wallichi (Puspa)

Hutan tanaman Schima wallichi

(umur 25 th)

Tanjungan,

Lampung

Gintings, 1997

74,4 74.4

Hutan tanaman Aleurites

mollucana (Kemiri)

Hutan tanaman Aleurites

mollucana (umur 15-25 th)

Sumatra Siregar & Dharmawan,

2008; Gintings, 1997

69,1 - 177,2 123.2

nilai

tengah

69,1 -

177,2

Hutan tanaman Pinus

merkusii

Hutan tanaman Pinus merkusii

(umur14-24 th)

Jawa Gintings, 1997

74,6 - 217,5 116.3

nilai

tengah

15,04 -

Page 168: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

167

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

217,5

Perkebunan Pinus (umur 30 th) Indonesia Hairiah et al, 2010

183,0

Hutan tanaman Tusam/Pinus

(umur 5-20 th)

Indonesia Heriyanto et al, 2010

15,04 - 161,04

Perkebunan Damar Hutan tanaman Agathis

loranthifolia (umur 40 th)

Jawa Tengah Siregar & Dharmawan,

2007

123,40 156.7

nilai

tengah

123,4 -

190

Perkebunan Damar (umur 40 th) Indonesia Hairiah et al, 2010

190,0

Perkebunan Cengkeh Perkebunan Cengkeh (umur 35

th)

Indonesia Hairiah et al, 2010

142,0 142

Hutan rakyat pohon Jati Aminudin, 2008

68,73 68.73

Hutan rakyat pohon

Afrika

Hutan rakyat pohon Afrika (umur

0,5-7,5 th)

Asyisanti, 2004

15,56 - 194,97 105.3

nilai

tengah

15,56 -

194,97

Agroforestri tegakan

murni

Rusolono, 2006

15,4 - 80,2 47.8

nilai

tengah

15,4 -

80,2

Agroforestri kebun

campuran

Rusolono, 2006

10,4 - 73,8 42.1

nilai

tengah

10,4 -

73,8

Forest Re-growth

(Belukar)

37

18.5

Forest Re-growth on

Swamp

37

18.5

Shrubs (Semak/Belukar

Muda)

37

18.5

Semak belukar Nunukan, Kaltim Lusiana, 2005

19,4

Page 169: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

168

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

Semak belukar Jambi Prasetyo, 2000

15,0

Shrubs on Swamp

37

18.5

Grassland

37

18.5

Swamp

Grasses/Fernland

37

18.5

Forest Re-growth

(Belukar) / Forest Re-

growth on Swampy /

Grassland / Hutan Kota /

Mixed Garden /

Overgrowing Clear cut-

Shrubs / Shrubs

(Semak/Belukar Muda) /

Shrubs on Swampy

Imperate cylindrica Indonesia de Groot et al. (2005)

5 30

15

Grassland Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 12

Grassland tropics Murdiyasso and Wasrin

(1995) 30

Grassland Asia Michel et al. (2005) 13

Woodland Asia Michel et al. (2005) 100

Wooded grassland Asia Michel et al. (2005) 33

Closed shrubland Asia Michel et al. (2005) 72

Open shrubland Asia Michel et al. (2005) 16

Savannah tropics Murdiyasso and Wasrin

(1995) 80

Savannah tropics Murdiyasso and Wasrin

(1995) 200

Bush/shrub Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 30

Savana/Padang rumput Jambi Prasetyo, 2000

6,0

Page 170: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

169

land cover classes Class description Region Literature Source

Biomass

Specifications

[t/ha]

Biomass used

for Calculations

[t/ha]

Carbon

Specification

s [t/ha]

Carbon

used for

Calculation

s [t/ha]

Note

Savana/Padang rumput Indonesia Peace, 2007

10,0

Imperata Nunukan, Kaltim Rahayu et al.

4,2

Swamp Grasses /

Fernland

44

22

Mixed Agriculture /

Paddy Field

Cropland Asia Michel et al. (2005) 51,0 56

28

Cultivated lands and secondary

vegetation

Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 71,0

Upland rice/bush fallow rotation Indonesia Hairiah et al. (2001) 148,0

Cash crops plantation Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 56,0

Paddy field Sumatra, Pasir

Mayang

Prasetyo et al. (2000) 15,0

Padi Nunukan, Kaltim Rahayu et al.

4,8

Page 171: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

170

Lampiran 3. Foto-foto Aktifitas Pengumpulan Data Karbon di Kabupaten Kuantan Singingi

Page 172: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

171

Page 173: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

172

Page 174: CARBON MAPPING AND InVEST ANALYSIS - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=01_Laporan_Awal_Pengukuran_Karbon_3_K... · Gambar 49. Kondisi topografi di lokasi NPSP Sungai Karang.....

Pemetaan, Pengukuran Dan Perhitungan Carbon dan InVest Analisis Di Tiga (3) Kabupaten Prioritas Koridor Rimba

173