Laporan Fisio Stm

30
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum Fisiologi Pemeriksaan Sendi Temporomandibula”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 1 Fakulas Kedokteran Gigi Universitas Jember . Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Drg.Rditya Nugroho, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua. 1

description

fisio

Transcript of Laporan Fisio Stm

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul Laporan Praktikum Fisiologi Pemeriksaan Sendi Temporomandibula. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 1 Fakulas Kedokteran Gigi Universitas Jember .Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :1. Drg.Rditya Nugroho, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu pengembangan ilmu yang telah didapatkan.2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 14 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1Daftar isi2BAB 1. PENDAHULUAN3BAB 2. HASIL PENGAMATAN11BAB 3. PEMBAHASAN16BAB 4. KESIMPULAN19Daftar Pustaka20

BAB IPENDAHULUAN

0. Landasan TeoriSendi Tempora Mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal (Ganong, 1983). Diskus artikularis/meniskus sendi yang merupakan jaringan ikat fibrosa padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah.

0. Anatomi Sistem TemporomandibulaSendi Temporomandibula secara anatomi terdiri atas :1. Komponen artikulasi yang terdiri dari kondilus mandibula, fosa mandibula atau fosa glenoidale yang terdiri dari fosa artikulare dan eminensia artikulare, serta diskusartikulare.1. Kapsula artiulare dan ligament serta membrane synovial.1. Ligamen tambahan (Sphenomandibula dan Stylomandibula).Otot-otot yang terlibat dalam gerakan membuka dan menutup mulut:1. M.Masetter1. M.Pterygoideus Lateralis (externus)1. M.Pterygoideus Medialis (internus)1. M.Temporalis1.1.2. Pergerakan Sendi TempoomandibulaDua Gerakan dasar dari mandibula ,yaitu : Gerakan memutar atau rotasi, yaitu suatu perputran mandibula pada sumbu transversal melewati pusat dari kondilus. Gerakan translasi atau meluncur, merupakan suatu perpindahan dari keseluruhan mandibula dalam hubungan anteroposterior dan atau mediolateral.

1. Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput andibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres.

Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini. Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigigeligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.

1.1.3. Kelainan sendi temporomandibulaKelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fungsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi.STM yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi. kelainan strukturalKelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur persendiana akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetika juga masalah fungsionalCacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan.Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikularKelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran. Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan edema atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah STM , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis. Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada STM, penyakit-penyakit tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing STM Gangguan FungsionalGangguan fungsional adalah masalah-masalah STM yang timbul akibat fungsi yang menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni batas toleransi tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat melakukan pergeseran mmandibula tanpa menimbulakan keluhan otot ditandai dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi neuromuskular. Istilah keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik. Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi yang menimbulkan kontak prematur, respon yang timbul berfariasi akibat biologis yang umumnya merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut contoh dari perubahan adaptif adalah ausnya permukaan oklusal gigi, timbulnya perubahan membran periodontal, resorbsi alveolar setempat. Periode oklusi ini akan jalan terus menerus sampai batas toleransi fisiologis otoy-otot atau jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama adatasi ini akan berlangsung berbeda antara individu yang satu dengan yang lain, dan dipengaruhi oleh keadaan patologi. Setelah batas psikologis ini terlampaui respon jaringan mengalami perubahann yang bersifat lebih patologis. Keluhan dirasakan pada otot-otot pergerakan mandibula, atau dapat pula pada sendi temporo mandibula.

BAB IIHASIL PENGAMATAN

2.1 Tabel Hasil Pengamatan2.1.1Pemeriksaan Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/....)

Laki - lakiNormal

PerempuanNormal

2.1.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/....)

Laki - lakiNormal

PerempuanNormal

2.1.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

Jenis kelamin orang coba(A) Jarak maksimal (mm)(B) Waktu maksimal (menit)

Laki - laki722 menit 28 detik

Perempuan592 menit 37 detk

Jenis kelamin orang cobaGerakan mandibulaPerubahan kondil

Laki - laki(C) Antero-inferiorA : Maju , P : Mundur

PerempuanA : Maju , P : Mundur

Laki - laki(D) LateralKanan : Kondil kiri menonjolKiri : Kondil kanan menonjol

PerempuanKanan : Kondil kiri menonjolKiri : Kondil kanan menonjol

Laki - laki(E) Koordinasi gerakanSaat membuka kondil maju, saat menutup kondil mundur (Simetris)

PerempuanSaat membuka kemudian menutup mulut, kondil sebelah kanan bergerak ke belakang terlebih dahulu kemudian diikuti kondil sebelah kiri (Asimetris)

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutJenis kelamin orang cobaLamanya membuka mulut secara maksimalWaktu sampai timbul kelelahan (menit)

Laki - lakiWaktu maksimal2 menit 27 detik

Perempuan1 menit 10 detik

ISTIRAHAT 10 menit

Laki - laki dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pemijatan)6 menit 6 detik

Perempuan2 menit 16 detik

ISTIRAHAT 10 menit

Laki - laki dari waktu maksimal (0.5 dari Xmenit + pajanan sinar infra merah)

6 menit 49menit

Perempuan1 menit 13 detik

2.1.2 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Jenis kelamin orang cobaPosisi kepalaJarak kondil tragus (mm) dan apa yang dirasakan

PerempuanTegak lurus18

PerempuanMenunduk13

PerempuanMenengadah27

Laki - lakiTerlentang18

Laki - lakiKesamping8

Laki - lakiIstirahat10

2.2 Pertanyaan dan Jawaban1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi? Jawab : Bunyi sendi disebabkan karena adanya peubahan struktur dan fungsi dari komponen sendi temporo mandibular. Bunyi juga dapat terjadi apabila terjadi dislokasi diskus artikularis.2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping? Jawab : . Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi tersebut dapat berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak yang tajam dan keras. Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau atau gerakan rahang yang biasanya asimetri. Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya perubahan degenerasi. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kelainan sendi temporo-mandibula jangka panjang3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut? Jawab : Membuka mulut : diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenesia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior. Menutup mulut : kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Saat proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondilus ke posterior.4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula? Jawab : Gerakan inkoordinasi mandibula dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, penyakit atau trauma pada TMJ dan mandibula atau disebabkan oleh terjadinya kontraksi antara otot-otot mandibula untuk melawan resistensi selama gerakan pembukaan, menutup, dan gerakan mandibula ke lateral, posterios dan anterior. 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya!Jawab : Seseorang yang mempunyai kebiasaan tidur dalam posisi tengkurap dengan leher yang menikung 90 ke salah satu sisi. Dengan demikian posisi pleksus brakhialis berada di atas kostaklavikular. Posisi seperti ini sangat buruk bagi otot-otot di daerah leher dan dapat menyebabkan torticollis (kontraksi otot leher) akut pada otot sternokleidomastoid. Sehingga menyebabkan kelainan pada sendi mandibula. Selain itu kebiasaan tidur dengan satu sisi ke samping kanan/kiri maupun kebiasaan tidur dengan menggertakan gigi (bruxism) dapat meningkatkan keausan pada lapisan tulang rawan dari sendi rahang, sehingga memicu terjadinya Temporo Mandibular Disorder (TMD).6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jawab : Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi normalnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah bila terus menerus dilakukan gerakan membuka mulut secara maksimal. 7. Apa pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Jawab : Pemijatan pada STM ini berfungsi untuk memulihkan kembali kerja dari STM tersebut sehingga dapat mengatasi kelelahan . Efek pijat pada syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan aktivitas otot, pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut. Karena setelah dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. 8. Apa pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Jawab : Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan, akan mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen dari darah mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah menjadi berkurang.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Padapercobaan ini dilakukan pemeriksaan gerakan STM secara palpasi, pada dua orang coba berjenis kelamin perempuan . Palpasi dilakukan dengan jarak 0.5-1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Pada orang coba pertama dan kedua sama sama diketahui bahwa gerakan STM kondili tidak simetris namun pada saat membuka dan menutup mulut tidak terjadi hambatan maupun rasa nyeri. . Tidak simetrinya pergerakan kondili ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti trauma, kebiasaan buruk dsb.3.2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Pemeriksaan secara auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksa meletakkan stetoskop pada daerah STM orang cobayang berjenis kelamin perempuan, kemudian mengidentifikasi apakakah ada bunyi yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan diketahui bahwa terdapat bunyi popping pada kedua orang coba. Popping terjadi akibat gangguan saat kondili temporal eminence. Akibat dari spasme atau tida terkoordinasinya pterygoidea superior.3.3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula Gerakan Membuka Mulut Maksimal Pemeriksaan ini diakukan pada dua orang coba berjenis kelamin perempuan cara membuka mulut semaksimal mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba pertama adalah 45 mm dengan waktu maksimal 1 menit 13 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba laki-laki adalah 45 mm dengan waktu maksimal 1 menit37 detik. Gerakan Membuka dan Menutup MulutPemeriksaan ini dilakukan pada orang coba berjenis kelamin perempuan. Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada kedua kondil orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh, selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C) antero-posterior dan (D) lateral.Pada pergerakan ini kondili kiri lebih menonjol dan terasa sakit. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masing-masing arah pergerakan mandibula pada orang coba adalah asimetris karena saat membuka dan menutup mulut, bergerak belakang terlebih dahulu kemudian diikuti kondil sebelah kanan. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Pemeriksaan ini dilakukan oleh orang coba berjenis kelamin perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah pada orang coba timbul dengan tenggang waktu 3 menit 7 detik. Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Setelah orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul setelah 3 menit 34 detik. Orang coba diistirahatkan kembali selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Setelah orang coba pertama diinstruksikan untuk membuka mulut, dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 4 menit 3 detik. Sehingga didapatkan hasil bahwa peminyajan dan penyinaran dengan infrared dapat memperlambat timbulnya kelelahan otot krena dapat memperlancar aliran darah sehingga otot mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen dengan baik4. Gerakan STM pada Beberapa Posisi KepalaPada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini, orang coba yang berjenis kelin perempuan didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur jarak kedunya. Jarak yang didapatkan adalah 20 mm. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan serupa dengan posisi kepala yang berbeda-beda. Jarak antara puncak kondil dan tragus pada posisi kepala menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat masing masing adalah 8 mm, 17 mm, 21 mm, 21 mm, dan 23 mm.

BAB IVKESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Sendi Temporo Mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal.2. Dua Gerakan dasar dari mandibula ,yaitu gerakan memutar atau rotasi danGerakan translasi atau meluncur.3. Kelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fungsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi).4. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.5. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi).

DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC. Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG Unpad.Kasim,Alwin & Moh.Gazali. Jurnal Dislokasi Mandibula ke Arah AnteriorMardjono Daroewati. Biomekanika Sendi Temporomandibula serta Disfungsi dan Perawatannya. Journal of The Indonesian Oral Surgeon Association 2001 : 95-102.Ogus H.D, Toller P. A. 1990. Gangguan Sendi Temporomandibula. Alih bahasa. Yuwono Lilian. Jakarta : Hipokrates.

1