Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

29
KODE KEGIATAN : F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

description

Laporan dokter internship PKM Sugihmukti Kab Bandung 2013

Transcript of Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 1/29

KODE KEGIATAN : F.2

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 2/29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakekatnya menyelenggarakan upaya

kesehatan agar mempunyai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan

nasional. Pembangunan kesehatan masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan

lingkungan itu sendiri. Salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan yang dinamis

serta membangkitkan dan memupuk swadaya masyarakat dalam upaya penyehatan lingkungan.

Salah satu langkah meningkatkan kesehatan lingkungan adalah dengan membangun sarana yang

diperlukan dan peningkatan pemanfaatan serta pemeliharaan sarana yang ada.

Pembangunan kesehatan lingkungan pada hakekatnya dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok, antara lain :

1. Penyehatan air 

2. Pembuangan kotoran

3. Penyehatan makanan minuman

4. Penyehatan tempat – tempat umum

5. Penyehatan pembuangan sampah

Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa penyehatan lingkungan sangat penting dalam

rangka menciptakan kesadaran masyarakat agar senantiasa dapat melaksanakan cara hidup yang

sehat bagi dirinya dan masyarakat.

2

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 3/29

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari serta sebagai tempat

 berlindung dari panas dan hujan. Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan

rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruh

alam luar. Lingkungan rumah yang tidak diperhatikan dapat menimbulkan beberapa risiko

penyakit, memudahkan terjadinya penularan, dan penyebaran penyakit, seperti diare, cacingan, ISPA,

TBC, demam berdarah, malaria, demam typhoid, leptospirosis, dan penyakit lainnya. Agar penghuni

rumah terhindar dari risiko penyakit-penyakit tersebut, maka diperlukan kondisi kualitas

lingkungan rumah yang sehat. 

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi

 perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan

 perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah. Perilaku Hidup Bersih Sehat

(PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

 bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku,

sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri maupun dalam

tatanan rumah tangga dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

Lingkungan hidup yang sehat sangat penting untuk mempunyai generasi yang sehat dan

 bangsa yang kuat. Generasi yang sehat hanya tercapai apabila pertumbuhannya dipelihara,

 berdasarkan syarat-syarat kesehatan.

3

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 4/29

BAB II

PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT DAN KASUS

2.1 Identitas Lokasi

• Alamat Rumah : Desa Sugihmukti

• Jumlah Penghuni : 3 orang

2.2 Identifikasi Rumah

Gambaran umum dari hasil kegiatan inspeksi rumah tinggal tersebut yaitu terletak di

daerah pesawahan. Rumah tersebut kira-kira luasnya 5 meter x 4 meter, yang terdiri dari 3 orang

 penghuni rumah. Rumah tersebut mempunyai kamar tidur sebanyak 1 ruangan, dapur, kamar 

mandi dan sumber air (sumur). Kegiatan mandi, mencuci baju, mencuci piring, buang air kecil

dilakukan dikamar mandi milik pribadi. Buang air besar dilakukan diruangan terbuka yaitu di

tengah-tengah sawah yang tidak ada penutupnya. Air untuk kebutuhan minum dan memasak 

diperoleh dari air sumur.

Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki pencahayaan,

 penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga. Berdasarkan kriteria

 psikologis, keadaan rumah tidak cukup  privacy, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga

dan penghuni rumah kurang terasa nyaman.

Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi belum memenuhi

kriteria rumah sehat.

4

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 5/29

BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Perencanaan dan pemilihan intervensi pada masalah sanitasi lingkungan dapat dilakukan

dengan inspeksi sanitasi tempat tinggal. Inspeksi sanitasi tempat tinggal dilakukan secara berkala

oleh petugas sanitasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi tempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti. Hasil dari inspeksi sanitasi tempat tinggal selanjutnya

akan ditindaklanjuti sesuai permasalahan yang ada.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu:

A. Penyuluhan Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang

dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari

gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak 

memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit.

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

• Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang

gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

• Memenuhi kriteria psikologis antara lain  privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

•Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan

 penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor 

 penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

5

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 6/29

 pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan

dan penghawaan yang cukup.

• Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,

konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung

membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Secara umum rumah tempat tinggal dapat meliputi kriteria sebagai berikut:

1. Bangunan Rumah Tinggal

Dalam bangunan rumah tinggal meliputi :

a. Langit-langit rumah yang bersih dan tidak rawan kecelakaan.

 b. Dinding permanen (tembok / pasangan batubata yang diplester) atau papan yang

kedap air.

c. Lantai dapat menggunakan ubin / keramik/ papan (rumah panggung).

d. Adanya jendela kamar tidur.

e. Adanya jendela ruang keluarga.

f. Adanya ventilasi permanen yang luas ( luas ventilasi >10% luas lantai).

g. Adanya lubang asap dapur.

h. Pencahayaan (ruang keluarga) yang terang dan tidak silau sehingga dapat

dipergunakan untuk membaca dengan normal.

6

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 7/29

2. Sumber air

Air sangat penting untuk kehidupan, kebutuhan air sangat mutlak, 73% dari bagian tubuh

tanpa jaringan lemak adalah air. 

Jenis air yang dikaitkan dengan sumber atau asalnya, dibedakan menjadi:

- Air hujan, embun, yaitu air diperoleh dari udara atau angkasa karena terjadinya proses

 prespitasi dari awan, atmosfir yang mengandung air.

- Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air mengalir, misalnya

danau, sungai, laut air sumber dangkal.

- Air tanah, yaitu air permukaan yang meresap dalam tanah sehingga telah mengalami

 penyaringan oleh tanah, batu-batuan, maupun pasir. Air tanah dapat juga menjadi air 

 permukaan.

Syarat air minum ditentukan oleh:

- Syarat fisik 

Jika air itu tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, jernih dengan suhu

sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman.

- Syarat kimia

Tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya

CO2, H2S, NH4 dan lain–lain.

- Syarat bakteriologis

Tidak mengandung bakteri E.Coli yang melampaui batas yang ditentukan.

Untuk menghindari pengotoran sumur yang harus diperhatikan adalah:

- Jarak sumur dengan cubluk (lubang kakus), lubang galian sampah, lubang air limbah

(cesspool, seepage pit ), serta sumber-sumber pengotoran yang lain. Jaraknya

7

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 8/29

tergantung kemiringan tanah, keadaan tanah, yang umumnya minimum 10 m, dan jika

letaknya di daerah miring, diusahakan letak sumber air tidak di bawah sumber 

 pengotoran.

- Dibuat pada tempat yang mengandung air tanah.

- Jangan dibuat pada tanah yang rendah yang kemungkinan dapat terendam jika terjadi

 banjir.

3. Tempat Pembuangan kotoran manusia

Syarat pembuangan kotoran manusia:

- Tidak mengotori tanah permukaan

- Tidak mengotori air permukaan

- Tidak mengotori air tanah

- Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur 

atau berkembang biak 

- Jamban harus tertutup atau terlindung

- Pembuatannya mudah dan murah

Bangunan kasus terdiri dari:

- rumah jamban

rumah jamban dapat dibuat dari tembok, papan, bambu, atau bahan lain yang mudah

didapat.

- lantai jamban

lantai jamban tidak licin

- slap (tempat berpijak)

8

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 9/29

- closet adalah tempat pembuangan tinja

-  pit/sumur 

-  bidang resapan

- air harus cukup banyak sepanjang tahun

- air harus mengalir (jangan menumpuk)

- rumah kakus dibuat di hilir 

- dipelihara ikan

Syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat jamban:

- Ruangan cukup leluasa untuk bergerak 

- Cahaya dalam ruangan cukup terang

- Lubang pertukaran hawanya cukup

- Lantai tidak licin

Sistem Pembuangan Excreta :

a. Excreta disposal without water carriage system

1.  Pit privy/latrine (Jamban Cemplung)

Lubang dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Dinding

diperkuat dengan batu-bata atau tembok, hanya dapat dibuat di tanah atau dengan

air tanah yang dalam.

2. Open defecation (Tidak memakai jamban) tidak dianjurkan.

9

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 10/29

Gambar 3.1. Defekasi Terbuka

3. Shallow pit terdapat pada daerah yang rendah dengan metode sederhana.

Gambar 3.2 Shallow Pit 

4. Simple pit latrine dengan menggali satu lubang, dibangun bangunan kakus, tinja

disimpan dalam tempat yang tidak mengganggu.

Gambar 3.3 Simple Pit Latrine

10

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 11/29

5.  Borehole latrine. Bangunannya harus cukup cahaya dan harus ada ventilasi.

Seperti cubluk, hanya ukurannya kecil, karena untuk sementara. Jika penuh dapat

meluap, sehingga mengotori air permukaan.

Gambar 3.4 Borehole Latrine

6.  Bucket latrine

Gambar 3.5. Bucket Latrine

7. Overhung latrine. Biaya pembuatannya relatif murah dan biasa dipakai oleh

masyarakat. Feses dapat mengotori air permukaan

Gambar 3.6 Overhung Latrine

11

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 12/29

8. Ventilated pit latrine

Gambar 3.7 Ventilated Pit Latrine

9. Single or double pit 

Gambar 3.8 Single or Double Pit 

10. Composting latrine yang mana feses menjadi kompos, ditimbun ditanah secara

alami

Gambar 3.9 Composting Latrine

11. Angsatrine. Closetnya berbentuk leher angsa sehingga selalu terisi air. Fungsinya

sebagai sumbat sehingga bau busuk tidak keluar  

12

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 13/29

b. Excreta disposal with water carriage system

Dapat membuang selain tinja juga limbah lain

1. disposal by dilution

2. cesspool 

3. seepage pit 

4. aqua-privy

Gambar 3.10. Aqua-Privy

5.  septic tank  adalah cara pembuangan yang dianjurkan pada kesehatan dunia.

Merupakan kelanjutan 1 sistem.

Kelemahannya yaitu relatif mahal dan memerlukan tempat.

Empat bagian septic tank, yaitu:

- Ruang pembusukan

- Ruang lumpur ( sludge)

- Ruang dosis (dosing chamber )

- Bidang resapan.

13

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 14/29

Gambar 3.11 Septic Tank 

Pemanfaatan dan Pemeliharaan Jamban

- Jamban Leher Angsa

Selesai buang air besar harus disiram sampai jamban bersih betul

- Jamban Cemplung

Selesai buang air besar lubang harus ditutup agar tidak berbau dan tidak dimasuki lalat atau

kecoa.

4. Kandang ternak ( kalau ada )14

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 15/29

5. Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari

rumah tangga atau hasil proses industri. Jarak yang baik untuk pedoman ialah sekitar 2 km

dari perumahan penduduk, ±15 km dari laut, ±200 m dari sumber air. 

Ada 2 jenis sampah :

- Garbage adalah sisa pengolahan atau sisa makanan yang dapat membusuk.

-  Rubbish adalah yang tidak membusuk misalnya : gelas, kaca, plastik yang tidak 

mudah terbakar dan kayu yang mudah terbakar.

Agar sampah tidak membahayakan manusia, maka perlu pengaturan yaitu:

- Penyimpanan

- Pengumpulan

- Pembuangan

Pembuangan dapat dilakukan dengan cara :

 Individual incineration

Sampah dikumpulkan di lubang sampah kemudian dibakar di pekarangan masing

 – masing.

Sanitary land fill 

Sampah dibuang di tempat yang rendah, kemudian diuruk supaya tidak dikorek 

oleh binatang.

 Land fill 

Sampah dibuang di tempat rendah, biasanya di luar kota dan sebaiknya jenis

rubbish. 

15

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 16/29

B. Pembangunan Fisik 

Pembangunan fisik yang dapat dilakukan dari inspeksi sanitasi tempat tinggal yaitu

dengan memperbaiki sarana yang tidak memenuhi kriteria dan membangun sarana yang tidak 

ada.

16

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 17/29

BAB IV

PELAKSANAAN

Pelaksanaan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang dapat dilakukan di Puskesmas

Sugihmukti adalah dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi sanitasi

lingkungan tempat tinggal warga dan penyuluhan mengenai hal-hal yang ditemukan di lapangan,

kemudian hasil kunjungan rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan akan ditindaklanjuti

dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai kriteria rumah sehat dan PHBS.

Dalam kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara :

a. Melakukan Penyuluhan Perseorangan

Penyuluhan dilakukan pada saat kunjungan rumah.

 b. Melakukan Penyuluhan Kelompok (dirumahnya memiliki > 1 satu kepala keluarga)

Penyuluhan dilakukan terhadap sekelompok orang.

Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi, hasilnya tidak 

memenuhi kriteria rumah sehat.

Berikut adalah gambaran kegiatan dari hasil inspeksi rumah tinggal :

1. Bangunan Rumah Tinggal

• Bangunan rumah tampak luar

Gambaran umum dari hasil kegiatan inspeksi rumah tinggal tersebut yaitu terletak 

di daerah pesawahan. Rumah tersebut kira-kira luasnya 5 meter x 4 meter, yang terdiri

dari 3 orang penghuni rumah. Rumah tersebut mempunyai kamar tidur sebanyak 1

ruangan, dapur, kamar mandi dan sumber air (sumur). Kegiatan mandi, mencuci baju,

17

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 18/29

mencuci piring, buang air kecil dilakukan dikamar mandi milik pribadi. Buang air besar 

dilakukan diruangan terbuka yaitu di tengah-tengah sawah yang tidak ada penutupnya

 baik dinding maupun atap. Air untuk kebutuhan minum dan memasak diperoleh dari air 

sumur.

Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki

 pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga.

Berdasarkan kriteria psikologis, keadaan rumah tidak cukup  privacy, komunikasi yang

sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah kurang terasa nyaman.

Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi belum

memenuhi kriteria rumah sehat.

Gambar 4.1 Bangunan rumah tampak luar

18

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 19/29

• Bangunan rumah tampak dalam

Rumah tersebut tidak memiliki penataan yang baik, memiliki pembagian ruang,

serta tidak memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Sanitasi keadaan di dalam

rumah kurang higienis.

Gambar 4.2 Bangunan rumah tampak dalam

• Langit-langit rumah

Langit-langit rumah bagian luar dan dalam terbuat dari anyaman bambu, kotor,

sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan.

19

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 20/29

Gambar 4.3 Langit-langit rumah

• Dinding rumah

Dinding rumah tersebut terbuat bukan dari tembok tetapi dari kayu dan anyaman

 bambu, sehingga konstruksi bangunan tersebut berpotensi mudah terjadi kecelakaan yaitu

mudah roboh dan mudah terbakar.

Gambar 4.4 Dinding rumah

20

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 21/29

• Lantai rumah

Lantai rumah bagian luar dan bagian dalam diplester, bangunan lantai tersebut

sangat berpotensi bahaya yaitu apabila terjadi hujan, maka lantai tersebut akan licin dan

mudah amblas.

Gambar 4.5 Lantai rumah

• Jendela ruang keluarga

Jendela ruang keluarga rumah tersebut kurang sinar matahari pagi yang masuk ke

dalam rumah, penghawaan yang kurang sehingga dapat memenuhi persyaratan

 pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah.

21

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 22/29

Gambar 4.6 Jendela ruang keluarga

• Kamar tidur

Ruangan kamar tidur berukuran 2 meter x 2 meter. Dalam kamar tidur tersebut

terdapat 1 ranjang dengan 1 kasur, tidak terdapat lemari sehingga pakaian ditumpuk di

atas kasur, tidak terdapat jendela di kamar tidur sehingga udara yang terasa sangat

 pengap, pintu kamar tidur hanya dibatasi dengan kain, pencahayaannya sangat kurang.

Kondisi ruangan tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit, tidak adanya

22

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 23/29

 privasi antar anggota keluarga, dapat terjadinya kecelakaan dikarenakan pencahayaan

yang kurang.

 

Gambar 4.7 Kamar tidur

• Ventilasi rumah tinggal

Ventilasi yang terdapat pada rumah tersebut tidak memenuhi kriteria, karena

ventilasi tersebut kurang dari 10% dari luas lantai rumah tersebut. Kondisi ini sangat

 berpotensi penularan penyakit antar penghuni rumah.

23

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 24/29

Gambar 4.8 Ventilasi rumah tinggal

• Dapur

Rumah tersebut memiliki dapur yang berukuran kurang lebih 2 meter x 2 meter.

Kondisi dapur tersebut kotor. Piring dan gelas tidak disimpan di rak piring dan hanya

ditumpuk diatas rak kayu, tidak terdapat meja makan. Terdapat lubang asap dapur yang

luas ventilasi dapur < 10% dari luas lantai sehingga asap ketika masak bisa masuk ke

dalam rumah. Kondisi dapur tersebut dapat berpotensi terjadinya pencemaran makanan

dan minuman sehingga dapat menimbulkan penyakit.

24

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 25/29

Gambar 4.9 Dapur

• Pencahayaan 

Sumber pencahayaan pada rumah tersebut mengandalkan cahaya dari sebuah

 jendela yang tertutup. Saat malam hari pencahayaan berasal dari lampu. Jumlah lampu

dalam ruang keluarga hanya 1 buah, dengan pencahayaan kira-kira 15 watt, sehingga

sumber pencahayaan ruang keluarga tersebut kurang terang sehingga sulit untuk dapat

dipergunakan untuk membaca dengan normal dan juga dapat berpotensi terjadinya

kecelakaan.

• Sumber air

Sumber air yang digunakan keluarga tersebut berasal dari sumur.

25

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 26/29

Gambar 4.10 Sumber Air

• Tempat pembuangan kotoran

Tempat pembuangan kotoran dilakukan diruangan terbuka yaitu ditengah-tengah

sawah yang tidak ada penutupnya baik dinding maupun atap, tidak memiliki  septic tank ,

sehingga kotoran langsung mengalir ke sungai. Sumber air berasal dari air irigasi yang

mengairi sawah tersebut.

26

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 27/29

Gambar 4.11 Tempat pembuangan kotoran

• Kandang ternak 

Rumah tersebut tidak memiliki hewan ternak.

• Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga

Rumah tersebut tidak mempunyai tempat sampah permanen, sehingga sampah

yang berasal dari rumah tersebut dibuang ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman

 bambu dan ditaruh di pekarangan rumah. Saluran air tempat pembuangan limbah cair 

rumah tangga dialirkan melalui selokan ke pekarangan rumah, sehingga terdapat

genangan air.

27

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 28/29

Gambar 4.12 Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga

28

7/16/2019 Laporan f2 Upaya Kesehatan Lingkungan

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-f2-upaya-kesehatan-lingkungan 29/29

BAB V

MONITORING DAN EVALUAS

5.1 Monitoring

Monitoring yang dilakukan yaitu dengan melakukan inspeksi sanitasi tempat tinggal

secara berkala 6 bulan sampai 1 tahun sekali sekali.

5.2 Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat perubahan dari hasil penyuluhan yang

telah diberikan mengenai kriteria rumah sehat sehingga memenuhi kebutuhan fisiologis antara

lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, memenuhi penyediaan air bersih,

 pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, sehingga potensi untuk timbulnya penularan

 penyakit antar penghuni rumah akan berkurang, dan terhindar dari terjadinya kecelakaan yang

timbul karena keadaaan luar maupun dalam rumah.

29