Laporan Emulsifikasi

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara kedua zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar, sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar, namun melalui suatu proses emulsifikasi keduanya dapat disatukan. Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut. Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum

description

Emulsifikasi

Transcript of Laporan Emulsifikasi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara kedua zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar, sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar, namun melalui suatu proses emulsifikasi keduanya dapat disatukan.Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut.Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

Emulsi adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain, dimana partikel terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama berbentuk cairan. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.

Sistem emulsi banyak dijumpai penggunaannnya dalam farmasi dan banyak digunakan baik untuk pemakaian secara oral maupun untuk penggunaan luar. Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur.

Emulgator merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi ke dalam fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern disebut pula fase dispers atau fase discontinue.

Praktikum kali ini akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80 dengan berbagai konsentrasi serta untuk menentukan pada nilai HLB berapa emulsi yang terbentuk dari minyak zaitun dapat menjadi emulsi yang stabil. B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum emulsifikasi kali ini antara lain adalah :1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi.2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Emulsi

1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IIIEmulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IVEmulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.3. Menurut AnselEmulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya atau surfaktan yang cocok.

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Anonim, 1995). Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya tidak dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan).Dalam batas emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau kontinyu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995).Komponen utama emulsi berupa fase dispers (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 : Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).B. Komponen Emulsi Komponen dari emul Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen Dasar : adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :

a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu : yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.

b. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar : yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

2. Emulgator : adalah bagian berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

3. Komponen Tambahan : bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant. Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.

C. Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.

D. Tujuan Pemakaian Emulsi Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah :1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe M/A. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut memiliki rasa enak dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar mudah diabsorbsi, lebih efektif kerjanya, seperti meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi.

2. Dipergunakan sebagai obat luar. Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar biasa dibuat dalam bentuk M/A atau A/M, tergantung pada faktor-faktor, seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut, dan keadaan permukaan kulit. Pada kulit yang tidak luka, emulsi A/M biasanya dapat dipakai lebih merata karena kulit dilapisi oleh lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Emulsi A/M lebih lembut di kulit, karena mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya bila diinginkan preparat yang mudah hilang bila terkena air, dapat digunakan emulsi M/A.E. Teori Terjadinya EmulsiUntuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)

Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :

a. Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.

b. Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.

3. Teori Interparsial Film

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :

a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.

b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.

c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)

Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini, yaitu :

a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.

b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.

c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)1. Emulgator alam : yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

a. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan

1) Gom arab. Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :

a) Kerja gom sebagai koloid pelindung

b) Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).

c) Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.

d) Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.

e) Minyak lemak : PGA kali berat minyak.

f) Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.

g) Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.

h) Balsam-balsam.

i) Oleum lecoris aseli

2) Tragacanth

3) Agar-agar

4) Chondrus

5) Emulgator lain : Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.

b. Emulgator alam dari hewan

1) Kuning telur

2) Adeps lanae

c. Emulgator alam dari tanah mineral

1) Veegum / Magnesium Aluminium Silikat

2) Bentonit

2. Emulgator buatan

a. Sabun

b. Tween 20; 40; 60; 80

c. Span 20; 40; 80

G. Cara Pembuatan Emulsi

Adapun cara pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan :

1. Dengan Mortir dan stamper

Sering digunakan membuat emulsi minyak lemak dalam ukuran kecil

2. Botol

Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan dilakukan terputus-putus utk memberi kesempatan emulgator untuk bekerja

3. Dengan Mixer

Partikel fase dispersi dihaluskan dengann memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi.4. Dengan Homogenizer

Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel akan mempunyai ukuran yang sama

H. Cara Membedakan Tipe Emulsi

1. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat diencerkan dengan minyak2. Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan III

3. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase internal dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tidak tersebar dalam emulsimis : air susu setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara creaming bersifat refelsibel.

4. Konduktifitas

5. Elektroda dicelup didalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian sebaliknya.

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:1. Tegangan antarmuka rendah2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka3. Tolakkan listrik double layer4. Relatifitas phase pendispersi kecil5. Viskositas tinggi.J. Metode Pembuatan EmulsiDalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode , yaitu :

1. Metode Gom Basah ( Metode Inggris )Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki.Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air.2. Metode Gom KeringMetode ini juga disebut metode 4:2:1 ( 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ), Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi .

3. Metode HLBDalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB ( Hydrophiel-Lyphopiel Balance ). ( Farmasetika , 186-187 ).

K. Peristiwa Ketidakstabilan Emulsi

1. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan semata. Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok kelompok globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming dalah suatu peristiwa terjadinya lapisan lapisan dengan konsenterasi yang berbeda beda di dalam emulsi. Lapisan dengan konsenterasi paling dekat akan berada di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot jenis fase terdispersi. Pada kedua peristiwa tersebut, emulsi masih dapat diperbaiki melalui pengocokan karena lapisan mono molekulernya masih eksis.

2. Koalesen dan Demulsifikasi

Peristiwa ini terjadi tidak semata mata disebabkan karena energi bebas permukaan, tetapi disebabkan pula oleh ketidaksempurnaan pelapisan globul. Koalesen adalah peristiwa terjadinya penggabungan globul globul menjadi lebih besar. Sedangkan Demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan oleh terjadinya proses lanjut dari koalesen. Kedua fase akhirnya terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Untuk kedua peristiwa semacam ini, emulsi tidak dapat diperbaiki melalui pengocokan.BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, botol semprot, cawan porselen, beaker glass, gelas ukur 100 ml, mixer, tabung sedimentasi, penangas air, stop watch, pipet tetes, tissue dan timbangan analitik. Sementara itu, bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak zaitun, tween 80, span 80 dan aquadest.

B. Prosedur

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Timbang minyak zaitun serta aquadest sesuai perhitungan masing masing formula.

3. Timbang emulgator (tween 80 dan span 80) dalam cawan porselen sesuai perhitungan untuk membuat emulsi dengan HLB butuh 10 hingga HLB butuh 14 dengan masing masing konsentrasi emulgator pada tiap HLB butuh yaitu 3% dan 4%.4. Campurkan tween 80 dengan beberapa ml air pada cawan porselen, panaskan di penangas air bila perlu, aduk hingga homogen (fase air).5. Campurkan span 80 dengan 20 g minyak zaitun, aduk hingga homogen (fase minyak).

6. Campurkan fase air dan fase minyak pada wadah, nyalakan mixer, kemudian tambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit hingga terbentuk emulsi yang berwujud seperti susu. Aduk selama 5 menit.7. Masukkan emulsi yang telah terbentuk ke dalam tabung sedimentasi. Catat tinggi emulsi awal (Ho).8. Cara yang sama dilakukan untuk HLB 10 hingga HLB 14.9. Lakukan pengamatan selama 3 hariBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Tabel Pengamatan Emulsifikasi Minyak Zaitun dengan

Berbagai Macam Nilai HLB dan Konsentrasi

NoHLBKadarHari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

H0HvHv/H0H0HvHv/H0H0HvHv/H0

1103%16,614,90,9016,613,60,8216,612,30,74

24%16,313,30,8216,312,80,7816,912,70,75

3113%17,514,50,8317,514,30,8217,514,20,81

44%1511,30,7515,010,60,7115,010,00,67

5123%17,216,80,9817,216,20,9417,215,30,89

64%16,612,80,7716,612,50,7516,612,30,74

7133%1714,80,8717,013,70,8117,012,80,75

84%17,114,50,8517,1140,8217,113,50,79

9143%17,3130,7517,312,70,7317,312,40,72

104%16,915,50,9216,913,50,8016,911,40,67

B. Pembahasan

Emulsi merupakan sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain,biasanya minyak dan air dimana cairan yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya diperlukan emulgator. Emulgator merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.

Dalam praktikum ini, mencoba membandingkan mengenai nilai HLB (Hidrofil Lipofil Balance) Tween 80 dan Span 80 terhadap stabilitas emulsi minyak zaitun, dengan berbagai macam nilai HLB yang berbeda, yaitu 10, 11, 12, 13,dan 14 dengan konsentrasi 3% dan 4%. Dilakukan pengamatan terhadap volume fase memisah pada penyimpanan suhu kamar selama 3 hari.Nilai HLB butuh didapatkan dari perhitungan tinggi sedimen (Hv) dibagi tinggi mula-mula (Ho). Jika didapatkan hasil atau rasio mendekati satu, maka nilai HLB yang didapat merupakan nilai HLB yang dibutuhkan zat tersebut agar terbentuk suatu sediaan emulsi yang stabil dan kemungkinan terjadinya creaming (ketidakstabilan emulsi) atau pemisahan pada emulsi rendah.Berdasarkan hasil praktikum, nilai rasio yang mendekati satu, yaitu pada nlai HLB 12 dengan konsentrasi emulgator sebesar 3%. Nilai rasio yang didapat yaitu, pada hari ke-1 = 0,98: hari ke-2 = 0,94: dan hari ke-3 = 0,89. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai HLB butuh terbaik untuk minyak zaitun adalah 12 dengan konsentrasi emulgator sebesar 3%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, nilai rasio yang mendekati satu, yaitu pada nlai HLB 12 dengan konsentrasi 3%. Nilai rasio yang didapat yaitu, pada hari ke-1 = 0,98: hari ke-2 = 0,94: dan hari ke-3 = 0,89. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai HLB butuh untuk minyak zaitun adalah 12 dengan konsentrasi 3%.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan penentuan HLB butuh minyak zaitun dengan jarak HLB sempit agar diketahui dengan benar seberapa besar HLB butuh minyak zaitun.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.http://medicafarma.blogspot.com/2008/10/emulsif.htmlhttp://sistemkoloid11.blogspot.com/2006/04/koloid-emulsi.htmlhttp://blogkita.info/emulsi/http://www.perfspot.com/blogs/blog.asp?BlogId=145981http://dprayetno.wordpress.com/emulsi-shampo-lotion-clensing-cream/LAMPIRANA. Perhitungan Bahan Emulgator pada Emulsi Minyak Zaitun

1. Formula 1

HLB 10

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 3% x 100 g = 3 g

( a x 15 ) + [( 3 a ) x 4,3]= ( 3 x 10 )

15a 4,3a + 12,9= 30

10,7 a= 17,1

a= 1,5981 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 1,5981 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 3 1,5981 ) = 1,4019 g

2. Formula 2

HLB 10

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 4% x 100 g = 4 g

( a x 15 ) + [( 4 a ) x 4,3]= ( 4 x 10 )

15a 4,3a + 17,2= 40

10,7 a= 22,8

a= 2,1308 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,1308 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 4 2,1308 ) = 1,8692 g

3. Formula 3

HLB 11

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 3% x 100 g = 3 g

( a x 15 ) + [( 3 a ) x 4,3]= ( 3 x 11 )

15a 4,3a + 12,9= 33

10,7 a= 20,1

a= 1,8785 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 1,8785 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 3 1,8785 ) = 1,1215 g

4. Formula 4

HLB 11

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 4% x 100 g = 4 g

( a x 15 ) + [( 4 a ) x 4,3]= ( 4 x 11 )

15a 4,3a + 17,2= 44

10,7 a= 26,8

a= 2,5046 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,5046 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 4 2,5046 ) = 1,4954 g

5. Formula 5

HLB 12

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 3% x 100 g = 3 g

( a x 15 ) + [( 3 a ) x 4,3]= ( 3 x 12 )

15a 4,3a + 12,9= 36

10,7 a= 23,1

a= 2,1589 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,1589 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 3 2,1589 ) = 0,8411 g

6. Formula 6HLB 12

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 4% x 100 g = 4 g

( a x 15 ) + [( 4 a ) x 4,3]= ( 4 x 12 )

15a 4,3a + 17,2= 48

10,7 a= 30,8

a= 2,8785 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,8785 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 4 2,8785 ) = 1,1215 g

7. Formula 7

HLB 13

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 3% x 100 g = 3 g

( a x 15 ) + [( 3 a ) x 4,3]= ( 3 x 13 )

15a 4,3a + 12,9= 39

10,7 a= 26,1

a= 2,4392 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,4392 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 3 2,4392 ) = 0,5608 g

8. Formula 8

HLB 13

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 4% x 100 g = 4 g

( a x 15 ) + [( 4 a ) x 4,3]= ( 4 x 13 )

15a 4,3a + 17,2= 52

10,7 a= 34,8

a= 3,2523 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 3,2523 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 4 3,2523 ) = 0,7477 g

9. Formula 9

HLB 14

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 3% x 100 g = 3 g

( a x 15 ) + [( 3 a ) x 4,3]= ( 3 x 14 )

15a 4,3a + 12,9= 42

10,7 a= 29,1

a= 2,7196 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 2,7196 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 3 2,7196 ) = 0,2804 g

10. Formula 10

HLB 14

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 4% x 100 g = 4 g

( a x 15 ) + [( 4 a ) x 4,3]= ( 4 x 14 )

15a 4,3a + 17,2= 56

10,7 a= 38,8

a= 3,6262 g

Jumlah Tween 80 yang dibutuhkan = 3,6262 g

Jumlah Span 80 yang dibutuhkan= ( 4 3,6262 ) = 0,3738 g

Emulsifikasi

Disusun Oleh :

Noviasrini Kemala Ningrum

Rianika Dewi

Yusnia Gulfa Maharani

Kelas IV - A

Kelompok 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

TAHUN 2010 EMBED Excel.Chart.8 \s

EMBED Excel.Chart.8 \s

_1339518300.xlsChart1

0.90.820.74

0.830.820.81

0.980.940.89

0.870.810.75

0.750.730.72

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Nilai Hv/H0

Grafik Pengamatan Nilai Hv/H0Pada Konsentrasi Emulgator 3%

Sheet1

Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

HLB 100.90.820.74

HLB 110.830.820.81

HLB 120.980.940.89

HLB 130.870.810.75

HLB 140.750.730.72

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1339518309.xlsChart1

0.90.820.74

0.830.820.81

0.980.940.89

0.870.810.75

0.750.730.72

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Nilai Hv/H0

Grafik Pengamatan Nilai Hv/H0Pada Konsentrasi Emulgator 4%

Sheet1

Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

HLB 100.90.820.74

HLB 110.830.820.81

HLB 120.980.940.89

HLB 130.870.810.75

HLB 140.750.730.72

To resize chart data range, drag lower right corner of range.