Lukas Deni Setiawan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi ...
Laporan Ektan Deni
-
Upload
deni-darmawan -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
description
Transcript of Laporan Ektan Deni
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang dibudidayakan
berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta pengamatan
terhadap faktor-faktor lingkungan.
2. Mengetahui keragaman dan distribusi agroekosistem pada wilayah pantai
dengan berbagai keunikan system budidaya pertanian.
3. Mengetahui keragaman spesies yang ada di suatu ekosistem dan
menghubungkan antar spesies dalam bentuk hubungan rantai makanan.
B. Landasan Teori
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor
lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mengatakan bahwa ekologi
adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan,
binatang dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana
kehidupannya dan mengapa mereka ada disitu.
Agroekosistem adalah pertanian yg bersifat hubungan timbal balik antara
sekelompok manusia (masyarakat) dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya
guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia (masyarakat) itu.
Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro. Sistem adalah suatu
kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-
mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi. Ekologi adalah
ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya.
Sedangkan ekosistem adalah sistem yang terdiri dari komponen biotic dan abiotik
yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi). Pengertian
Agro adalah Pertanian dapat berarti sebagai kegiatan produksi/industri biologis
yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak. Pengertian lain dapat
meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak.
Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara
langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak.
Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenitas, yaitu karakteristik
unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan gambaran struktur
dari komunitas (Sitompul, 1996).
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species
richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam
hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. (Campbell,
2004)
Komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil dibandingkan
dengan komunitas yang memiliki keanekaaragaman jenis rendah.
Untuk mempelajari suatu wilayah yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan
elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis – gasris topografi, misalnya dari
tepi laut kepedalaman memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng
pegunungan.
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari / diselidiki.
Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan
perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan vegetasi yang ada
disuatu lahan secara cepat.
1. Line Transect (transek garis)
Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang
berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali terdapat/ dijumpai
2. Belt transek (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang.
Lebar jalur ditentukan oleh sifat – sifat vegetasinya untuk menunjukan bagan
yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1 – 10 m. Transek 1 m
dugunakan jika semak dan tunas dibawah diikukan, tetapi bila hanya pohon –
pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek
tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya ( Shukla et al.
1985).
Teknik Penelusuran Lokasi yang dilakukan pada praktikum Mata Kuliah
Ekologi Tanaman digunakan untuk mengkaji hubungan antara persebaran jenis
tanaman dengan faktor lingkungan seperti ketinggian tempat, suhu dan
kelembaban, intensitas cahaya, warna tanah, curah hujan, dan serta jarak dari satu
vegetasi ke vegetasi lain. Selain hubungan antar jenis tanaman dan
lingkungannya, juga terdapat hubungan antar organisme yang nantinya akan
menjadi rantai makanan. Kumpulan dari rantai makanan nantinya akan menjadi
sebuah jaring, yang sering disebut dengan jaring-jaring makanan.
Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang
berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer. Produsen adalah
penghasil makanan untuk makhluk hidup sedangkan konsumen adalah pemakan
produsen. Produsen terdiri dari organisme-organisme berklorofil (autotrof) yang
mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui fotosintesis).
Zat-zat organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme heterotrof
(manusia dan hewan) yang berperan sebagai konsumen.
Dalam ekosistem rantai makanan jarang berlangsung dalam urutan linier,
tetapi membentuk jaring-jaring makanan (food web). Peran dekomposer ditempati
oleh organisme yang bersifat saprofit, yaitu bakteri pengurai dan jamur saproba.
Keberadaan dekomposer sangat penting dalam ekosistem. Oleh dekomposer,
hewan atau tumbuhan yang mati akan diuraikan dan dikembalikan ke tanah
menjadi unsur hara (zat anorganik) yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan.
METODE PRAKTIKUM
A. Analisis Vegetasi
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu kertas plano, kertas karton, kamera,
luxmeter, altimeter, termohigrometer, pH meter, buku catatan,
spidol/krayon, penggaris dan alat tulis.
2. Prosedur Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Setelah sampai di lokasi praktikum, berjalanlah mengitari lahan
pertanian pada lintasan tertentu dan vegetasi yang ada di lahan
pertanian tersebut diamati dan difoto.
3) Ketinggian tempat, suhu dan kelembaban, intensitas matahari dan pH
diukur dengan menggunakan alat yaitu altimeter, termohigrometer,
luxmeter dan pH meter. Kemudian dicatat hasilnya.
4) Digambar transek analisis vegetasi di kertas manila dan diwarnai
sampai bagus.
5) Foto tanaman asli di tempel pada transek tersebut.
B. Jaring Pangan
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah kamera, penggaris, kertas plano,
spidol atau pensil warna, buku catatan dan alat tulis.
2. Prosedur Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Setelah sampai di lokasi praktikum, berjalanlah mengelilingi lokasi
praktikum dan diamati jaring pangan yang ada di lahan pertanian
tersebut, kemudian hewan dan tanaman yang terlibat dalam jaring
pangan tersebut difoto.
3) Dibuat gambar jaring pangan di kertas manila dan diwarna sampai
bagus.
4) Foto hewan dan tanaman di tempel pada gambar jaring pangan
tersebut.
C. Wawancara dengan Petani
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu kamera, buku catatan, kertas hvs
dan alat tulis.
2. Prosedur Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan
2) Dicatat pertanyaan yang akan ditanyakan.
3) Setelah sampai di lokasi praktikum, dilakukan wawancara dengan
petani jika ada di lahan praktikum.
4) Dicatat hasil wawancra tersebut.
5) Foto bersama dengan petani.
6) Hasil wawancara ditulis dalam kertas hvs.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Terlampir
B. Pembahasan
Kegiatan budidaya pertanian yang dilakukan oleh masyarakat akan sangat
tergantung pada keadaan alam. Menurut Syafei (1994), ada dua faktor yang
menentukan hasil produksi yaitu faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor
yang termasuk dalam faktor lingkungan yaitu kondisi topografi atau kemiringan
tempat, sehingga tempat yang mempunyai topografi yang berbeda tentu usaha
budidaya yang dilakukan juga berbeda, perbedaan tersebut yaitu dalam cara
budidaya, jenis tanaman yang diusahakan, pola usaha tani, dan cara pengelolaan
sumber daya alam.
Adanya teknik pemetaan yang dikenal dengan transek akan memudahkan
untuk melakukan pendataan atau pemetaan terhadap berbagai sebaran vegetasi
yang berdasarkan atas perbedaan topogarafi. Teknik ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya, yaitu dengan cara
berjalan menelusuri suatu wilayah mengikuti lintasan tertentu yang selanjutnya
hasil pengamatan dituangkan dalam gambar irisan muka bumi tersebut.
Dalam praktikum ekologi tanaman kali ini dilaksanakan pada hari sabtu, 3
Mei 2014 di Kecamatan Pangandaran yang termasuk dalam Kabupaten Ciamis.
Variable pengamatan lingkungan yang diamati sendiri yaitu jenis tanaman,
ketinggian tempat, suhu dan kelembaban, intesitas cahaya matahari, warna tanah,
tipe tanaman, tipe tanaman, distribusi tanaman, system tanaman, system irigasi,
jarak tanaman, warna tanah, dan informasi tambahan. Dari hasil pengamatan
transek yang telah dilakukan rombongan 4, jenis tanaman yang ada di lahan
tersebut yaitu padi, sereh, katuk, alpukat, temulawak, kunyit, kacang panjang,
rambutan, kelor, pandan, nangka, lengkuas, kelapa gading, kedondong, rumput
gajah, bengkuang, talas, cabai, ganyong, singkong, manga, jagung, kelapa, ubi
jalar, kacang tanah, albasia, nanas, papaya, jarak, mahoni dan sirih. ketinggian
tempat di lahan tersebut 0-5 m dpl, suhu udara berkisar 320 C, kelembaban udara
70 %, intensitas cahaya matahari 466 lux, warna tanah cokelat kehitaman dan tipe
tanah lempung berpasir. Sistem tanam di lahan tersebut termasuk multiple
cropping dengan tanaman utama ubi jalar. Distribusi tanaman yang paling banyak
adalah tanaman ubi jalar. Sistem irigasi menggunakan tadah hujan yaitu dengan
mengandalkan air hujan.
Berdasarkan hasil pengamatan transek kelompok 6, jenis tanaman yang
dibudidayakan di agroekosistem pantai Pangandaran yaitu pohon albasia, pohon
kelapa, pohon mahoni, jagung, pisang, kacang tanah, singkong, ubi jalar, nanas,
papaya, talas, jarak, dan sirih. Seluruh tanaman tersebut merupakan tanaman yang
memang hidup di dataran rendah, sehingga sangat cocok di tanam di daerah pantai
seperti di daerah pangandaran.
Dari pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini, diperoleh suhu udara
dan kelembaban sebesar 32o C dan 70 %. Ketinggian tempat sekitar 0-5 m dpl.
Suhu udara cukup tinggi karena cuaca cerah, sehingga kelembaban sedang. Suhu
dan kelembaban merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan produksi
tanaman.
Secara umum, ketinggian tempat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman karena ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara.
Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu
udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin
tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian
suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Perbedaan regional dalam
topografi, geografi dan cuaca menyebabkan terjadinya perbedaan dalam tanaman,
pola tanam, metode bercocok tanam dan situasi sosio-ekonomi. Pola tanam dari
beberapa tanaman yang ditanam terus menerus serta keadaan iklim yang cocok
akan meningkatkan dan kompleksnya serangan hama, penyakit dan gulma.
Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar
yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu
tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan
penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman
apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah. Ketinggian tempat dari
permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman
berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan
dengan yang ditanam pada dataran tinggi.
Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan
intensitas cahaya penuh. Namun demikian intensitas cahaya yang sampai pada
permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan salah satu sebab
potensi produksi tanaman aktual belum diketahui.
Tanah yang ada di lokasi transek kelompok 6 berwarna cokelat kehitaman,
tipe tanah ini termasuk lempung berpasir. Menurut Sudiharjo menyebutkan bahwa
tanah daerah pantai selatan termasuk kelas tidak sesuai untuk komoditas tanaman
pangan dan sayuran. Namun dari hasil pengamatan yang dilakukan, tanah banyak
digunakan untuk budidaya tanaman sayuran seperti caisim, timun dan cabai.
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar.
Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik, dan mempunyai derajat
keasaman tanah (pH ) 5,5-7,5. Oleh sebab itu maka banyak petani didaerah
tersebut yang membudidayakan tanaman tersebut disamping syarat tumbuh yang
sangat cocok, perawatan yang mudah dan biaya yang ekonomis, harga jual dari
ubi jalar sendiri cukup bersaing dipasaran.
Tanaman yang memiliki distribusi paling rendah adalah pohon albasia.
Pohon albasia yang ditemukan hanya hanya berjumlah 1. Tanaman albasia atau
yang lebih akrab kita sebut sengon, yang ditemukan pada lahan tersebut
merupakan tanaman pelindung. Tanaman albasia termasuk tanaman perkebuan.
Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Tanaman albasia
dapat tumbuh pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung
berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat
trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan
zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata
lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua
disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh
hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut
konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging
(carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi
disebut konsumen puncak.