Laporan dit
Transcript of Laporan dit
PRAKTIKUM : I
JUDUL PRAKTIKUM : PENGENALAN ALAT-ALAT ILMU TANAH
HARI/TANGGAL : SENIN, 29 OKTOBER 2012
TEMPAT/LOKASI : LABORATORIUM TANAH
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengenal peralatan di bidang ilmu tanah.
2. Mengetahui bagian dan fungsinya dari masing-masing peralatan tersebut.
MACAM ALAT-ALAT
1. Bor Tanah, yang terbagi ke dalam 3 tipe yaitu :
TIPE FUNGSI GAMBAR
a. Belgi Untuk mengambil contoh tanah terganggu
(Disturbed Soil Sample).
b. Spiral Untuk mengecek kedalaman solum tanah
(Horizon A dan B).
c. Bor Gambut Untuk mengambil contoh tanah
gambut/organik.
Terdiri dari 3 bagian yaitu tangkai pemutar yang diputar searah jarum jam, batang dan mata bor.
2. Ring Sample/Corre Sample, fungsinya yaitu :
a. Untuk mengambil contoh tanah utuh (Undisturbed Soil Sample).
b. Menganalais Bulk Density tanah, permeabilitas, dan ruang pori-pori total (distribusi pori-
pori).
c. Mengukur tegangan air (UF).
d. Mangukur kandungan air dalam prosentase volume.
Ring sample ini memakai tutup diatas dan dibawah, ujungnya runcing pada salah satu mulut,
terbuat dari baja. Gambarnya yaitu :
3. Musell Soil Color Charts, fungsinya yaitu :
Mengidentifikasi warna tanah yang terdiri dari 3 spektrum warna yang dominan (HUE, VALUE
dan CHROMA). Semakin tinggi nilai value maka akan semakin terang tanah tersebut, semakin
tinggi nilai chroma maka akan semakin murni dari tanah tersebut. Gambarnya yaitu :
4. Soil Tester atau PH Tester, fungsinya yaitu :
Mengukur pH (Power of Hydrogen) dan kelembaban (RH = Relatif Humidity) dari suatu tanah.
Penggunaannya apabila ditekan maka menunjukan kelembaban dan apabila dilepas menunjukan
pH tanah yang kadar airnya harus 70%. Gambarnya yaitu :
5. Penetrometer, fungsinya untuk :
Mengukur kekerasan tanah, ukurannya dalam kg/cm2 atau ton/feet
2. Penggunaannya ditekan pada
tanah dan dilakukan pada profil tanah. Gambarnya yaitu :
6. Saringan Tanah, fungsinya untuk :
Menyaring tanah yang akan dianalisis. Terdiri dari 2 macam yaitu yang kotaknya 0,2 mm dan 0,5
cm. Gambarnya yaitu :
7. PH – Meter, fungsinya untuk :
Mengukur pH tanah. Terdiri dari bagian CPV, kabel dan elektroda gelas. Gambarnya yaitu :
8. Speetrophetometer, fungsinya untuk :
Mengukur Fospor dan Nitrogen. Gambarnya yaitu :
9. Tingbangan Electrik, fungsinya untuk :
Menimbang atau mengukur zat-zat kimia yang konsentrasinya rendah seperti IBA. Kepekaannya
sampai 1/10.000 gram. Gambarnya yaitu :
10. Timbangan Analitik (Dial – 0 – gram), fungsinya untuk :
Menimbang zat-zat kimia yang lebih berat (lebih dari 10gram). Gambarnya yaitu:
11. Exicator atau Desicator, fungsinys untuk :
Mendinginkan bahan yang sudah dioven kemudian mau ditimbang. Ini terbuat dari kaca dan
dibawah saringannya terdapat silica gel yaitu pengawet untuk menyerap air. Gambarnya yaitu :
12. Alat pengocok tanah, fungsinya untuk :
Mengocok atau mencampurkan tanah yang mau dianalisis. Gambarnya yaitu :
13. Oven, fungsinya untuk :
Melembabkan tanah atau mengeringkan tanaman. Gambarnya yaitu :
KESIMPULAN
Alat-Alat yang disebutkan diatas merupakan alat-alat yang digunakan untuk pelaksaan
praktikum mata kuliah dasar ilmu tanah. Walaupun alat-alat tersebut hanya sebagian saja tetapi
pelaksanaan praktikum dapat terlaksana dengan baik, karena alat-alat tersebut mempunyai fungsi
masing-masing. Dengan masing-masing fungsi tersebut materi yang dipelajari dalam praktikum dapat
dibantu dengan ala-alat yang tersedia.
PRAKTIKUM : II
JUDUL PRAKTIKUM : PENGAMBILAN CONTOH TANAH
HARI/TANGGAL : SENIN, 26 NOFEMBER 2012
TEMPAT/LOKASI : LAHAN PRAKTEK
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa untuk mengerti dan terampil dalam mengambil contoh tanah di lapangan.
PENDAHULUAN
Sifat fisik dan kimia tanah pada suatu tempat itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor-faktor pembentuknya, seperti iklim, bahan induk, organisme, topografi
(relief), dan waktu. Oleh karena itu, apabila akan mempelajari keadaan tanah di suatu tempat harus
dilakukan pengambilan contoh tanahnya untuk dianalisis yang betul-betul mewakili tempat tersebut.
Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi terhadap tingkat kebenaran hasil analisis di
laboratorium. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis
yang akan dilakukan merupakan persyaratan penting yang perlu diperhatikan.
Berdasarkan kebutuhan untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium pada
dasarnya ada 2 macam, yaitu pengambilan contoh tanah terganggu/komposit/biasa (disturbed soil
sample) dan pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample).
Contoh tanah terganggu/komposit/biasa adalah contoh tanah yang strukturnya telah
berubah/hancur dan contoh tanah ini diambil dari beberapa titik contoh tanah individu kemudian
dihancurkan sampai merata dan diambil ± 1 kg tanah. Contoh tanah ini digunakan untuk keperluan
analisis sifat kimia tanah, kadar air (%), berat, tekstur, dan konsistensi.
Contoh tanah utuh adalah contoh tanah yang struktur tanahnya belum berubah sesuai dengan
bentuk aslinya. Contoh tanah ini digunakan untuk keperluan berbagai analisis sifat fisik tanah, seperti:
bobot isi tanah (bulk density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan nilai pH, penentuan
distribusi pori tanah, kadar air (%), volume.
ALAT-ALAT
1. Ring sample/core sample
2. Bor tanah
3. Cangkul
4. Sekop
5. Pisau belati
6. Cutter
7. Kantong plastik
8. Kertas label
9. Karet pengikat
PROSEDUR/CARA KERJA
A. Pengambilan contoh tanah terganggu/komposit/biasa (disturbed soil sample)
1. Sebelum mengambil contoh tanah, sebaiknya dibuat sketsa/gambar mengenai tempat
yang akan diambil contoh tanahnya. Bila pada tempat tersebut terlihat adanya perbedaan
mengenai topografi, warna tanah, terasering/sengkedan, vegetasi, perlakuan
pemupukan/pengapuran, dan perbedaan laon, maka tempat tersebut dapat dibagi-bagi lagi
menjadi beberapa bagian yang masing-masing bagian menjadi relatif homogen sifat
tanahnya.
2. Kemudian dari tiap-tiap bagian yang relatif homogen tersebut diambil 5-20 contoh tanah
individul (tergantung luas lahan yang akan diambil contoh tanahnya) dengan bor tanah
sampai kedalaman 0-30 cm (untuk tanaman semusim) dan kalau untuk tanaman
tahunan/tanaman keras tiap contoh tanah individual diambil dari kedalaman 0-30 cm dan
30-60 cm (arah pengambilan contoh tanah individual tipe zigzag). Dari tiap-tiap contoh
tanah individual tersebut kemudian dicampurkan sampai merata dan diambil contoh tanah
terganggu/komposit sebanyak ± 1 kg, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi
label.
Cara pengambilan contoh tanah individual :
a. Bersihkan rerumputan di permukaan tanah pada tempat yang akan diambil contoh
tanahnya.
b. Tancapkan bor tanah dengan tegak lurus permukaan tanah. Kemudian diputar searah
jarum jam sambil ditekan dan dimasukkan sampai kedalaman yang dikehendaki,
misalnya untuk tanaman semusim kedalamannya 0-30 cm.
c. Setelah itu cabutlah bor tanah (jangan diputar balik) sampai mata bor berada di
permukaan tanah. Kemudian tanah yang berada pada mata bor dikeluarkan dan simpan
pada tempat yang telah dibersihkan dari rerumputan dan kotoran lainnya.
d. Ulangi seperti poin b dan c pada tempat lain dengan arah titik-titik bor zigzag. Jumlah
pengambilan contoh tanah individual tergantung pada luasan lahan yang akan diambil
contoh tanahnya, apabila luasannya sempit, cukup 5 contoh tanah individual saja.
e. Tanah dari tiap-tiap contoh tanah individual ini kemudian disatukan dan
dicampuradukkan sampai merata. Setelah itu baru diambil contoh tanah
terganggu/komposit/biasa ± 1 kg dan dimasukan ke dalam kantong plastik yang telah
disediakan.
f. Contoh tanah tersebut kemudian diberi kertas label yang diisi data nomor/kode contoh
tanah, nama lokasi/tempat contoh tanah itu diambil, ketinggian temapt (dpl), keadaan
cuaca saat pengambilan contoh tanah, tanggal/bulan/tahun pengambilan contoh tanah,
vegetasi yang tumbuhnya dominan atau bekas diusahakan tanaman apa, dan siapa yang
mengambilnya.
g. Jangan mengambil contoh-contoh tanah individual dari temapt-tempat khusus, seperti
sekitar perumahan, jalan, pematang, selokan/parit, legokan-legokan, tanah bekas
pembakaran, dan tanah bekas gundukan bahan organik/pupuk kandang.
B. Pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample)
1. Ambil 2 buah ring sample. Kemudian ring sample 1 dan tutupnya ditimbang beratnya dan
dicatat serta diberi kode=R, sedangkan ring sample 2 sebagai alat bantu untuk menekan
ring sample 1.
2. Contoh tanah utuh diambil dari tiap bagian lahan yang relatif homogen. Pertaman-tama
permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan kotoran lainnya.
3. Ring sample 1 tanpa penutup diletakkan pada permukaan tanah tersebut dengan bagian
yang runcingnya di bawah, kemudian buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan
ring sample dengan garis tengah 2x lebih besar.
4. Lingkaran yang dibuat di luar ring sample tadi kemudian digali sehingga terbentuk
lubang lingkaran sedalam ± 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sample dapat dengan
mudah ditekan dan masuk ke dalam tanah.
5. Tekan ring sample 1 tadi sampai tiga per empat bagiannya masuk ke dalam tanah.
Penekanan dan masuknya ring sample diusahakan harus tegak lurus permukaan tanah.
6. Kemudian letakkan ring sample 2 tepat di atas ring sample 1. Selanjutnya tekan lagi
sampai bagian bawah ring sample 2 masuk ke dalam tanah dan penekanan dihentikan.
7. Setelah itu kedua ring sample tersebut digali dan dipotong di bawah ring sample 1 dengan
pisau belati.
8. Bersihkan bagian luar ring sample dengan pisau belati, kemudian tanah yang keluar dari
bagian bawah ring sample 1 dipotong dengan cutter dan permukaannya harus merata.
Selanjutnya tutup lagi dengan tutup plastik. Setelah itu pisahkan/potong kedua ring
sample tersebut dengan cutter dan tutup lagi permukaan bagian atas ring sample 1 (ring
sample 1 yang dipakai sebagai contoh tanah utuh).
9. Kemudian berilah kertas label dan data-data seperti pada percobaan contoh tanah
terganggu (disturbed soil sample).
HASIL
Data yang didapat :
1. Berat ring sample + tutupnya = 193,66 gram
2. Diameter ring sample = 1,5 cm
3. Jari – jari ring sample = 7,5 cm
4. Tinggi ring sample = 4 cm
5. Berat ring sample + tutup + tanah dari lapangan = 425 gram
6. Berat contoh tanah terganggu/komposit/biasa = …… gram
PEMBAHASAN
Praktikum pengambilan contoh tanah ini dilakukan pada siang hari sekitar pk. 10.00 WIB,
bertempat di kebun percobaan Faperta UNWIM. Cuaca cukup cerah dan terik. Pengambilan contoh
tanah terganggu/komposit/biasa (disturbed soil sample) dilakukan pada 3 tempat yang berbeda.
Kelompok kami mendapat tempat di sekitar area tanaman kastuba (Euphorbia pulcherima). Kami
menggunakan cara pengambilan contoh tanah terganggu secara zigzag dengan jarak antar titik sekitar
1-1,5 m. Bor ditancapkan dan diputar sampai kedalaman ± 30cm, kemudian diangkat dan contoh
tanah dikumpulkan pada kantong plastik. Setelah terkumpul contoh tanah terganggu dari kelima titik
pengeboran, kami kumpulkan dan aduk menjadi satu. Kemudian diambilah sekitar ± 1 kg contoh
tanah terganggu tersebut.
Untuk pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), lokasinya juga sama, dekat
tanaman kastuba. Tapi kami mencari area yang sedikit tidak begitu banyak rerumputannya. Sesuai
dengan prosedur, kami membuat lubang sedalam ± 30 cm. Kemudian ring sample 1 ditekan sampai
tiga per empat bagiannya masuk ke dalam tanah. Ring sample 2 diletakkan di atas ring sample 1,
selanjutnya ditekan lagi sampai bagian bawah ring sample 2 masuk ke dalam tanah. Setelah itu kedua
ring sample digali dan dipisahkan. Ring sample 1 diberi tutup plastik. Kemudian ditimbang berat ring
sample, tutup, dan tanah didalamnya, didapatlah angka 425 gram.
KESIMPULAN
Jadi kalau kita akan mempelajari keadaan tanah di suatu tempat harus dilakukan pengambilan
contoh tanahnya untuk dianalisis yang betul-betul mewakili sifat fisiknya yaitu warna, tekstur,
struktur, konsistensi, draienase dan pori-pori tanah, maupun sifat kimia seperti pH, KTK tanah dll.
Pengambilan contoh tanah sangat penting karena jenis tanah di setiap daerah berbeda yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membedakan pembentukannya, contoh:
o Iklim
o Bahan induk
o Organisme
o Topografi
o Waktu
PRAKTIKUM : III
JUDUL PRAKTIKUM : PENENTUAN KADAR AIR TANAH DI
LABORATORIUM
HARI/TANGGAL : SENIN, 3 DESEMBER 2012
TEMPAT/LOKASI : LABORATORIUM TANAH
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa untuk mengerti dan terampil dalam mengukur kadar air tanah di
laboratorium.
PENDAHULUAN
Air tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, karena air dapat berfungsi sebagai unsur
hara tanaman yaitu dalam proses fotosintiesis, sebagai pelarut unsur hara dan sebagai bagian dari sel-
sel tanaman.
Air di dalam tanah dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu air adhesi/air higroskopik, air
kohesi/air kapiler dan air gravitasi. Air adhesi/air higroskopik adalah air yang diserap sangat kuat oleh
tanah yaitu berupa selaput tipis (film) yang menyelimuti partikel tanah (merupakan air yang tidak
tersedia bagi tanaman). Air kohesi/air kapiler adalah air yang tertahan diantara pori-pori mikro (pori-
pori tersedia), karena pengaruh gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat daripada gaya gravitasi
(merupakan air yang tersedia bagi tanaman). Air gravitasi adalah air yang berada pada pori-pori
makro dan tidak dapat diatahan oleh massa tanah, akhirnya meresap ke bawah karena pengaruh gaya
gravitasi (tidak tersedia bagi tanaman)
Penentuan kadar air tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Cara “gravimetric water content”, yaitu perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering
mutlak, dan
b. Cara “volumetric water content”, yaitu perbandingan volume air tanah terhadap volume tanah.
Dalam praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar air tanah total dengan mempergunakan
oven pada temperatur 1050C.
ALAT dan BAHAN
1. Timbangan analitik
2. Oven
3. Exicator
4. Pinggan aluminium atau botol timbang 20 mL
5. Contoh tanah
PROSEDUR/CARA KERJA
1. Mula-mula pinggan aluminium/botol timbang dioven dengan suhu 1050C selama 30 menit.
Kemudian didinginkan selama 10 menit di dalam exicator. Setelah dingin timbang alat
tersebut dan catat beratnya (berat pinggan aluminium/botol timbang = W).
2. Selanjutnya masukkan 10 gram contoh tanah ke dalam pinggan aluminium/botol timbang
tersebut (berat pinggan aluminium/botol timbang + tanah sebelum dioven = W1).
3. Kemudian pinggan aluminium/botol timbang + tanah dipanaskan dalam oven dengan suhu
1050C selama ± 24 jam, setiap 3 jam sekali dilakukan penimbangan (sebelum penimbangan
pinggan aluminium/botol timbang + tanah yang telah dipanaskan didinginkan terlebih dahulu
di dalam exicator ± selama 10 menit). Setelah ditimbang catat beratnya dan selanjutnya
dipanaskan lagi di dalam oven.
4. Perlakuan pemanasan, pendinginan, dan penimbangan dilakukan berulang-ulang seperti pada
nomor 3 di atas, sampai didapat berat tanah kering yang konstan atau disebut juga Berat
Tanah Kering Mutlak (berat pinggang aluminium/botol timbang + tanah sesudah dioven =
W2).
CARA PENGHITUNGAN
1. Gravimetric Water Content
o Berat kadar air = W1 – W2
o Berat Tanah Kering Mutlak (BTKM) = W2 – W
o Kadar Air (%) Berat = x 100%
2. Volumetric Water Content
o Kadar Air (%) Volume = BI x Kadar Air (%) Berat
HASIL dan PEMBAHASAN
1. Gravimetric Water Content
o W = 7,04 gram
o W1 = 17,04 gram
o W2 = 15,21 gram
o Berat kadar air = W1 – W2 = 17,04-15,21 = 1.83 gram
o Berat Tanah Kering Mutlak (BTKM) = W2 – W = 15,21 – 7,04 = 8,17 gram
o Kadar Air (%) Berat = x 100% = x 100% = 22,39%
2. Volumetric Water Content
o Kadar Air (%) Volume = BI x Kadar Air (%) Berat = 1,067 x 22,39% = 23,89%
KESIMPULAN
Dengan mengetahui kadar tanah dari hasil penelitian diasumsikan bahwa air yang tersedia
pada areal tertentu dapat diketahui sehinga nantinya dapat diidentifikasi tanaman/komoditi apa yang
cocok dan sesuai dengan keaadan air tersebut yang juga masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
PRAKTIKUM : IV
JUDUL PRAKTIKUM : PENENTUAN NILAI BOBOT ISI (Bulk Density),
BOBOT JENIS BUTIR (Particle Density), dan %
PORI - PORI
HARI/TANGGAL : SENIN, 3 DESEMBER 2012
TEMPAT/LOKASI : LABORATORIUM TANAH
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa untuk mengerti dan bisa menghitung bobot isi tanah (Bulk Density), bobot
jenis butir tanah (Particle Density) dan % pori-pori total tanah.
PENDAHULUAN
Bobot isi adalah salah satu sifat tanah yang menggambarkan tentang kepadatan suatu tanah.
Makin padat suatu tanah makin tinggi nilai bobot isinya yang berarti makin sulit meneruskan air atau
ditembus akar tanaman. Bobot isi (BI) tanah atau biasa juga disebut “bulk density/apparent density”
adalah perbandingan antara berat suatu masa tanah dalam keadaan kering mutlak dengan volume total
(volume total = isi bagian partikel-partikel tanah dan isi ruang pori-pori tanah). Contoh tanah tersebut
harus diambil dalam keadaan tidak terganggu/utuh (undisturbed soil sample) artinya tanah tersebut
harus diambil dengan alat ring sample/core sample. Satuan bobot isi tanah dinyatakan dalam g/cm3.
Tanah-tanah mineral nilainya berkisar antara 0,70 – 1,6 g/cm3. Bobot isi tanah penting untuk
diketahui, karena dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan pupuk dan air per hektarnya yang
didasarkan pada berat tanah per hektar.
Bobot jenis butir (particle density) adalah perbandingan antara berat suatu masa tanah dalam
keadaan kering mutlak dengan volume bagian padat tanah (volume bagian padat tanah = isi bagian
partikel-partikel tanah saja tidak termasuk ruang pori-porinya). Satuan bobot jenis butir tanah
dinyatakan dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral nilainya berkisar antara 2,60 – 2,70 g/cm
3.
Dengan mengetahui besarnya nilai bobot isi (bulk density) dan bobot jenis butir (particle
density) maka dihitung banyaknya (%) pori-pori total tanah.
ALAT-ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan yang dipakai yaitu : Timbangan analitik, Oven, Exicator, Cawan aluminium
dan Contoh tanah.
PROSEDUR/CARA KERJA
1. Pengambilan dan penimbangan berat contoh tanah utuh telah dilakukan pada praktikum III-B.
2. Penentuan kadar air tanah dalam % berat (A) telah dilakukan pada praktikum III.
CARA PERHITUNGAN
o Diameter ring sample = d cm
o Jari-jari ring sample = x d cm = r cm
o Tinggi ring sample = t cm
o π = 3,14
o Berat ring sample + tutupnya = R gram
o Berat ring sample + tutupnya + tanah dari lapangan = R1 gram
o Berat tanah dalam volume ring sample dari lapangan = R1 – R gram
o Kadar air tanah dalam % berat = A%
o Berat Tanah Kering Mutlak (BTKM) = x R1 – R gram
o Volume atau isi ring sample = π x (r)2 x t cm
o Bobot isi tanah (bulk density) (BI) = g/cm3
o Untuk menghitung % pori-pori total tanah digunakan nilai rata-rata bobot jenis
butir/kepadatan partikel/particle density tanah (BJB) sebesar 2,65 g/cm3 (nilai real density).
o % pori-pori total = ( 1 - ) x 100%
HASIL dan PEMBAHASAN
o Tinggi ring sample = 7,5 cm
o Jari-jari ring sample = 3,75 cm
o Tinggi ring sample = 3,9 cm
o π = 3,14
o R = 200 gram
o R1 = 425 gram
o R1 – R = 225 gram
o A% = 22,39%
o BTKM = x 225 = 184,83 gram
o Volume ring sample = 3,14 x (3,75 cm)2 x 3,9 cm = 172, 209 cm
3
o % pori-pori total = ( 1 - ) x 100% = ( 1 - ) x 100% = 59,8%
KESIMPULAN
Dari perhitungan dengan mengandalkan data-data praktikum yang ada, kami dapat
mengetahui cara perhitungan bobot isi tanah (bulk density), bobot jenis butir (particle density), dan %
pori-pori tanah. Berdasarkan data yang didapat, hasil perhitungan menunjukkan bahwa tanah yang
kami dapatkan dalam praktikum sebelumnya memiliki nilai % pori-pori tanah yang cukup besar.
PRAKTIKUM : V
J U D U L : PENENTUAN TEKSTUR TANAH DI LAHAN
HARI/TANGGAL : SENIN, 7 01 JANUARI 2013
TEMPAT/LOKASI : KEBUN PERCOBAAN FAPERTA UNWIM
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa agar mengerti dan bisa menentukan kelas tekstur tanah dengan perasaan
di lapangan.
PENDAHULUAN
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi
pasir (2 mm – 0,050 mm), debu (0,050 mm – 0,002 mm), dan liat (<0,002 mm) dalam suatu massa
tanah.
Pembagian kelas tekstur tanah berdasarkan pada gambar segitiga tekstur menurut sistem
United States Departement of Agriculture (USDA) terbagi menjadi 12 kelas tekstur tanah, yaitu :
1. Pasir (sand)
2. Pasir berlempung (loamy sand)
3. Lempung berpasir (sandy loam)
4. Lempung (loam)
5. Lempung berdebu (silty loam)
6. Debu (silt)
7. Lempung berliat (clay loam)
8. Lempung liat berpasir (sandy clay loam)
9. Lempung liat berdebu (silty clay loam)
10. Liat berpasir (sandy clay)
11. Liat berdebu (silty clay)
12. Liat (clay)
Penentuan kelas tekstur tanah pada dasarnya ada 2 cara, yaitu penentuan kelas tekstur di
laboratorium dan penentuan kelas tekstur di lapangan. Penentuan kelas tekstur tanah di laboratorium
adalah penetapan tekstur secara kuantitatif, yaitu dengan cara mengukur persentase kandungan pasir,
debu, dan liat yang dilakukan dengan metode pipet atau metode hidrometer bouyoucos, selanjutnya
dicocokkan pada gambar segitiga tekstur menurut USDA. Penentuan kelas tekstur tanah di lapangan
adalah penetapan kelas tekstur secara kualitatif yang berdasarkan perasaan, yaitu dengan cara
memirid tanah yang telah sedikit dibasahi diantara ibu jari dan telunjuk.
Walaupun hasil penentuan kelas tekstur tanah di lapangan tidak seteliti hasil penentuan kelas
tekstur di laboratorium, akan tetapi cukup dapat membantu untuk mengetahui kelas tekstur tanah atau
paling tidak dapat mendekati yang sebenarnya. Apabila dilakukan oleh yang telah berpengalaman
dalam survey tanah, biasanya dapat menentukan dengan tepat dan dapat memberikan hasil yang
relatif sama dengan hasil di laboratorium.
ALAT-ALAT dan BAHAN
1. Bor tanah
2. Pisau belati
3. Roll meter
4. Botol semprot plastik berisi air
5. Serbet/lap tangan
6. Lapisan-lapisan contoh tanah sedalam 120 cm.
PROSEDUR/CARA KERJA
1. Bersihkan permukaan tanah dari rerumputan dan kotoran lain
2. Kemudian tancapkan bor tanah secara vertikal, tekan dan putar searah jarum jam sampai mata
bor masuk dan penuh dengan contoh tanah (± sedalam 20 cm). Selanjutnya dicabut (jangan
diputar balik) dan hasil contoh tanah yang terbawa oleh mata bor tersebut dikeluarkan dengan
menggunakan pisau belati dan disimpan secara berjajar di atas permukaan tanah yang telah
dibersihkan.
3. Mata bor setelah bersih dari tanah lanjutkan pemboran lagi pada lubang yang sama sampai
mata bor terisi penuh dengan contoh tanah (apabila diputar terasa berat) kemudian cabut dan
contoh tanah dari mata bor disimpan berjajar menyambung hasil contoh tanah pemboran
pertama.
4. Pemboran dilanjutkan sampai kedalaman ± 120 cm atau sampai mencapai batas bahan induk
tanah (yang kedalaman solum tanahnya < 120 cm) dan dilakukan berulang-ulang seperti pada
cara kerja no.3, sehingga contoh tanah yang disimpan secara berjajar mencapai panjang 120
cm atau sampai bahan induk tanah.
5. Setelah selesai pemboran, kemudian pada sebelah sisi contoh tanah yang berjajar tadi
disimpan roll meter dengan ukuran 120 cm atau sampai batas bahan induk tanah.
6. Selanjutnya amati dan tentukan batas lapisan/horizonnya yaitu pertama dengan melihat
perbedaan warna tanah, apabila warna tanah sama mungkin teksturnya berbeda atau sifat-sifat
fisik tanah yang lainnya.
7. Setelah selesai menentukan batas lapisan/horizon tanah, kemudian catat berapa cm batas tiap-
tiap lapisan/horizonnya dan amati kelas teksturnya secara kualitatif (dengan perasaan).
8. Cara pengamatan kelas tekstur tanah secara kualitatif/perasaan di lapangan adalah mula-mula
letakkan sedikit tanah pada jari-jari tangan, basahi sedikit demi sedikit sampai dicapai
keadaan plastisitas maksimun. Keadaan ini akan menunjukkan saat yang tepat dalam
pendugaan kelas tekstur tanah. Kemudian tanah tersebut dipirid diantara ibu jari dan telunjuk
dan dirasakan adanya kekasaran (untuk menunjukan keadaan jumlah pasir di dalam tanah),
kelicinan (untuk menunjukan keadaan jumlah debu di dalam tanah, apabila terasa licin seperti
memirid sabun berarti jumlah debunya yang banyak), kelengketan dan plastisitas serta
kemengkilatan tanah (untuk menunjukan keadaan jumlah liat di dalam tanah, apabila terasa
lengket, mudah dibentuk bola atau gulungan panjang serta mengkilat berarti kandungan
liatnya banyak).
9. Setelah merasakan tingkat kekasaran, kelicinan, kelengketan dan plastisitas serta
kemengkilatan, maka bandingkan hasil pengamatan dengan perasaan tadi dengan penentuan
kelas tekstur tanah menurut perasaan di lapangan pada Tabel 1., kemudian tentukan kelas
teksturnya yang cocok.
Tabel 1. Penentuan Kelas Tekstur Tanah Menurut Perasaan di Lapangan
No. Kode Tekstur Kode Rasa dan Sifat Tanah
1. Pasir (sand) s Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat dan tidak dapat
dibentuk bola.
2. Pasir berlempung
(loamy sand)
ls Rasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dapat
dibentuk bola yang mudah sekali hancur.
3. Lempung berpasir
(sandy loam)
sl Rasa kasar agak jelas, agak melekat, dapat dibentuk
bola tapi mudah hancur.
4. Lempung (loam) l Rasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat
gulungan dengan permukaan mengkilat.
5. Lempung berdebu (silt
loam)
sil Rasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
6. Debu (silt) si Rasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola
teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat.
7. Lempung berliat (clay
loam)
cl Rasa agak licin, agak mengkilat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dapat dibentuk gulungan yang agak
mudah hancur.
8. Lempung liat berpasir
(sandy clay loam)
scl Rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dapat
dibentuk gulungan mudah hancur.
9. Lempung liat berdebu
(silty clay loam)
sicl Rasa halus agak licin, melekat, dapat dibentuk bola
teguh dan gulungan mengkilat.
10. Liat berpasir (sandy
clay)
sc Rasa halus, berat tapi terasa sedikit kasar, melekat,
dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung.
11. Liat berdebu (silty clay) sic Rasa halus, berat, agak licin, sangat melekat, dapat
dibentuk bola teguh dan mudah digulung.
12. Liat (clay) c Rasa berat, halus, sangat melekat, dapat dibentuk bola
dengan baik dan mudah digulung.
HASIL
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Kelas Tekstur Tanah
Nomor
Lapisan
Kedalaman Lapisan
(Horizon) Tanah (cm)
Kode Tekstur
Tanah
Nama Kelas Tekstur Tanah
I 0 – 13 cm sl Lempung berpasir (sandy loam)
II 13 – 19 cm l Lempung (loam)
III 19 – 54 cm sil Lempung berdebu (silty loam)
IV 54 – 75 cm sil Lempung liat berdebu (silty clay loam)
V 75 – 101 cm sicl Lempung liat berdebu (silty clay loam)
VI 101 – 120 cm sicl Lempung liat berdebu (silty clay loam)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktek di lapangan, jenis tanah di daerah sekitar kebun
percobaan Faperta UNWIM memiliki tekstur tanah yang berlempung, atau memiliki kandungan
lempung yang cukup banyak. Seperti terlihat pada tabel, kelas tekstur tanah yang didapat memiliki
unsur lempung. Semakin dalam lapisan tanah (horizon) semakin mengkilat warna permukaan
tanahnya.
KESIMPULAN
Setelah pengamatan dilaksanakan serta data hasil pengamatan diperoleh ternyata masing-
masing lapisan tanah mempunyai tekstur tanah yang berbeda-beda sehingga dengan mengetahui
tekstur tanah kita dapat mengetahui pula perbandingan fraksi pasir, liat dan debu.
PRAKTIKUM : VI
J U D U L : PENENTUAN WARNA TANAH DI LAPANGAN
HARI/TANGGAL : SENIN, 7 JANUARI 2013
TEMPAT/LOKASI : KEBUN PERCOBAAN FAPERTA UNWIM
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa agar mengerti dan bisa menentukan warna tanah di lapangan.
PENDAHULUAN
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dapat dilihat dan dapat
menunjukan terutama sifat fisiknya. Kadang-kadang dengan mengetahui warna tanah kita dapat
menduga sifat-sifat yang diteliti, misalnya warna tanah gelap menunjukkan kandungan bahan organik
tanah cukup tinggi sampai sangat tinggi yang berarti juga tingkat kesuburan tanahnya lebih baik,
sedangkan warna merah menunjukkan bahwa tanah tersebut sudah mengalami pelapukan yang lebih
lanjut.
Warna tanah dapat ditentukan dengan cara membandingkan warna contoh tanah dengan
warna baku yang terdapat pada buku “Munsell Soil Color Chart”. Penentuan warna tanah ini meliputi
penetapan warna dasar tanah (matriks), warna bidang struktur dan selaput liat, warna karatan dan
konkresi, warna plintit dan humus.
Warna tanah dinyatakan dalam tiga satuan/criteria, yaitu kilap (hue), nilai (value), dan kroma
(chroma), menurut nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut. Hue adalah warna yang
berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, value yaitu sangat berhubungan dengan
kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain (gelap/terangnya warna), chroma kadang-kadang
disebut juga dengan kejernihan, yaitu kemurnian relative dari spektrum warna.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan warna tanah di lapangan:
1. Sebelum pengamatan perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab atau
kering.
2. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada tempat yang teduh jangan langsung kena sinar matahari.
3. Contoh tanah tidak boleh mengkilat akibat gesekan dengan benda lain.
4. Contoh tanah ditaruh di bawah lubang spektrum warna pada buku Munsell dengan jari tangan.
5. Menghindari pengamatan sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 16.00.
6. Peneliti seharusnya tidak buta warna.
ALAT-ALAT dan BAHAN
1. Bor tanah
2. Pisau belati
3. Roll meter
4. Botol semprot plastik berisi air
5. Serbet/lap tangan
6. Lapisan-lapisan contoh tanah sedalam 120 cm
PROSEDUR/CARA KERJA
1. Prosedur kerja mula-mula seperti pada Praktikum V dari no.1 – 7, selanjutnya tiap-tiap
lapisan tentukan warna tanahnya.
2. Dari segumpal tanah dam bentuk aslinya diambil sebesar ibu jari (± 2 cm2).
3. Kemudian warna tanah tersebut dibandingkan/dicocokkan dengan warna-warna yang terdapat
dalam lembaran buku Munsell Soil Color Chart tadi.
4. Catat satuan/kode yang terdapat dalam buku tersebut yaitu mengenai kilap (hue), contoh 5
YR, nilai (value) contoh 5, dan kroma (chroma) contoh /6.
5. Dari contoh penulisan kode tersebut dicatat secara lengkap yaitu 5 YR yang berarti
yellowish red (merah kekuning-kuningan).
HASIL
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Warna Tanah
Nomor
Lapisan
Kedalaman Lapisan (Horizon) Tanah
(cm)
Kode Warna
Tanah
Nama Warna Tanah
I 0 – 13 cm 2,5 YR Black
II 13 – 19 cm 10 YR Very Dark Brown
III 19 – 54 cm 5 YR Dark Reddish Brown
IV 54 – 75 cm 5 YR Black
V 75 – 101 cm 5 YR Dark Reddish Brown
VI 101 – 120 cm 5 YR Black
PEMBAHASAN
Pengambilan contoh tanah untuk penentuan warna tanah di lapangan ini dilakukan sekitar Pk.
13.00. Cuaca cukup cerah sehingga cocok sekali untuk diadakannya pengambilan contoh tanah.
Menurut data yang didapat perbedaan warna tanah di lapangan memiliki kemiripan. Warna tanah yag
didapat pada lapisan I adalah tanah hitam (black), pada lapisan II tanah coklat gelap (very dark
brown), dan pada lapisan III dan IV ternyata perbedaannya sangat sedikit, memiliki warna coklat
merah kehitaman (dark reddish brown). Dengan kita mengetahui bagaimana cara menentukan warna
tanah di lapangan akan memudahkan kita memilih jenis tanaman dan tumbuhan yang dapat
dibudidayakan di tanah tersebut.
KESIMPULAN
Setelah pengamatan dilaksanakan serta data hasil pengamatan diperoleh ternyata masing-
masing lapisan tanah mempunyai warna tanah yang berbeda-beda sehingga dengan mengetahui warna
tanah kita dapat mengetahui sifat-sifat tanah. Dari sifat-sifat tersebut kita dapat mengertahui berapa
besar bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut.
PRAKTIKUM : VII
J U D U L : PENENTUAN KONSISTENSI TANAH
HARI/TANGGAL : SENIN, 7 JANUARI 2013
TEMPAT/LOKASI : KEBUN PERCOBAAN FAPERTA UNWIM
DOSEN : SUPARMAN, Ir., MP.
TUJUAN
Melatih mahasiswa agar mengerti dan bisa menentukan konsistensi tanah di lapangan.
PENDAHULUAN
Konsistensi tanah adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap pengaruh-pengaruh luar
yang akan mengubah keadaannya. Pengaruh-pengaruh luar tersebut adalah seperti tarikan, dorongan,
tekanan, rabaan, dan gaya gravitasi. Dengan kata lain konsistensi tanah merupakan manifestasi dari
gaya-gaya fisik kohesi dan adhesi yang bekerja dalam tanah pada berbagai keadaan kadar air tanah.
Konsistensi tanah peranannya penting pada pengolahan tanah. Pengolahan tanah pada
keadaan basah atau sangat basah atau sangat kering akan mengakibatkan rusaknya struktur tanah.
Dalam keadaan basah akan terbentuk lumpur dan setelah kering akan menjadi padat., sedangkan
dalam keadaan sangat kering akan hancur menjadi debu. Kedua keadaan ekstrim ini mengakibatkan
tanah menjadi padat, sehingga sukar menyerap air dan sukar ditembus akar tanaman. Biasanya
pengolahan tanah pada keadaan kandungan air tanah sekitar kapasitas lapang akan memberikan hasil
yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, konsistensi tanah itu bermacam-macam tergantung
pada tekstur, kadar bahan organik, koloid (liat humus), dan terutama kelembaban tanah. Pada
dasarnya pengamatan konsistensi tanah di lapangan ditentukan dalam tiga keadaan air tanah, yaitu:
Konsistensi basah, Konsistensi lembab, Konsistensi kering.
ALAT-ALAT dan BAHAN
1. Bor tanah
2. Pisau belati
3. Roll meter
4. Botol semprot plastik berisi air
5. Serbet/lap tangan
6. Lapisan-lapisan contoh tanah sedalam 120 cm
PROSEDUR/CARA KERJA
Prosedur kerja mula-mula seperti pada Praktikum V dari nomor 1-7,selanjutnya tiap-tiap
lapisan tentukan konsistensi tanahnya sesuaikan dengan keadaan air tanah pada saat itu. Sebagai
panduan untuk menentukan konsistensi tanah di lapangan bisa diikuti penjelasan berikut ini :
1. Apabila kadar air tanah dalam keadaan basah, konsistensinya ditentukan dalam
keadaan basah (Wet Consistency)
Keadaan basah diartikan sebagai keadaan air tanah lebih besar dari kapasitas lapang.
Konsistensi tanah dalam keadaan basah ditentukan berdasarkan sifat melekat dan
plastisitasnya.
a. Sifat melekat/kelekatannya/derajat adhesi tanah ditentukan dengan cara memijit contoh
tanah basah di antara ibu jari dan telunjuk, kemudian ibu jari dan telunjuk direnggangkan
dan nyatakan sifat melekatnya seperti diuaraikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penentuan Sifat Melekat
Kode Sifat Melekat Penjelasan
so Tidak lekat (non sticky) Bila kedua jari direnggangkan, contoh tanah terlepas dan
jatuh.
ss Agak lekat (slightly sticky) Bila kedua jari dilepaskan, sebagian kecil contoh tanah
tinggal melekat pada kedua jari.
s Lekat (sticky) Bila kedua jari direnggangkan, contoh tanah tinggal
melekat dan terasa lengket (gaya adhesi)
vs Sangat lekat (very sticky) Bila kedua jari direnggangkan, contoh tanah melekat
sekali dan tenaga renggang sangat besar.
b. Sifat plastisitas/kenyal/derajat kohesi tanah, merupakan sifat mudah dibentuk menurut
keinginan kita tanpa retak atau patah. Misal contoh tanah basah disimpan di antara ibu
jari dan telunjuk, kemudian buat dalam bentuk pita, atau bulatan. Selanjutnya tentukan
sifat plastisitasnya seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Penentuan Sifat Plastisitas
Kode Sifat Plastisitas Penjelasan
po Tidak plastis (non plastic) Contoh tanah tidak dapat dibentuk bulatan atau pita.
sp Agak plastis (slightly
plastic)
Contoh tanah dapat dibuat bulatan atau pita, tetapi mudah
sekali merubah bentuknya.
p Plastis (plastic) Contoh tanah dapat dibuat bulatan atau pita, tekanan yang
sedang dapat merubah bentuknya.
vp Sangat plastis (very plastic) Contoh tanah dapat dibentuk bulatan atau pita, tetapi
susah dirubah bentuknya.
2. Apabila kadar air tanah dalam keadaan lembab, konsistensinya ditentukan dalam
keadaan lembab (moisture consistency)
Penentuan konsistensi lembab dilakukan pada tanah yang kandungan airnya antara kapasitas
lapang dan titik layu permanen (kering). Caranya yaitu dengan meremas/memberikan tekanan
pada segumpal contoh tanah lembab dengan jari-jari dan telapak tangan, kemudian tentukan
konsistensinya seperti pada tabel 6.
Tabel 6. Penentuan konsistensi dalam keadaan lembab
Kode Konsistensi Lembab Penjelasan
l Lepas (loose) Butir-butir tanah terlepas satu dengan yang lainnya, tidak
terikat, tidak melekat bila ditekan.
vfr Sangat gembur (very
friable)
Remasan dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila
digenggam mudah bergumpal, melekat bila ditekan.
fr Gembur (friable) Bila diremas massa tanah dapat bercerai, bila digenggam
bergumpal, dan melekat bila ditekan.
fi Teguh (firm) Massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan
tekanan besar.
vfi Sangat teguh (very firm) Massa tanah tahan terhadap remasan dan tidak mudah
berubah bentuk.
efi Sangat teguh sekali
(extremely firm)
Massa tanah sangat tahan sekali terhadap remasan, bila
digenggam bentuk tidak berubah.
3. Apabila kadar air tanah dalam keadaan kering, konsistensinya ditentukan dalam
keadaan kering (dry consistency)
Penentuan konsistensi kering dilakukan pada tanah yang kandungan airnya lebih kecil dari
titik layu permanen. Caranya yaitu dengan meremas/memberikan tekanan pada segumpal
contoh tanah kering dengan jari-jari dan telapak tangan atau mematahkannya dengan tangan,
kemudian tentukan konsistensinya seperti diuraikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Penentuan konsistensi dalam keadaan kering
Kode Konsistensi Kering Penjelasan
L Lepas (loose) Tanpa kohesi, artinya butir-butir tanah terlepas satu
dengan yang lainnya tidak terikat.
S Lunak (soft) Dengan tekanan sedikit tanah mudah pecah menjadi
butir-butir, kohesi kecil.
Sh Agak keras (slightly hard) Sedikit tahan terhadap tekanan dengan mudah dapat
dihancurkan dengan telunjuk dan ibu jari.
H Keras (hard) Tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan
dengan tangan (tidak dengan jari)
Vh Sangat keras (very hard) Daya tahan sangat besar, dapat dipatahkan dengan susah
payah menggunakan tangan (tidak bisa dipeahkan dengan
telunjuk dan ibu jari).
Eh Ekstrem keras (extremely
hard)
Tahan sekali terhadap tekanan dan tidak dapat
dipecahkan dengan tangan.
HASIL
Tabel 8. Data hasil pengamatan konsistensi tanah
Nomor
Lapisan
Kedalaman Lapisan
(Horiszon) Tanah (cm)
Kode Konsistensi Dalam
Keadaan
( Lembabh )
Nama Konsistensi
Tanah Dalam Keadaan
( Lembab )
I 0 – 13 cm VFr Sangat Gembur
II 13 – 19 cm Fr Gembur
III 19 – 54 cm Fr Gembur
IV 54 – 75 cm Fr Gembur
V 75 – 101 cm Fr Gembur
VI 101 – 120 cm Fr Gembur
PEMBAHASAN
Pada saat kami ke lapangan, cuaca cukup cerah, namun masih menyisakan tanda bekas hujan.
Sehingga keadaan tanah cukup lembab. Kami melakukan penggalian kemudian mambandingkan
hasilnya dengan Tabel 6. Karena kondisi tanah dalam keadaan lembab. Kedalaman lapisan (horizon)
tanah yang kami gali terbagi menjadi 4 bagian dengan warna yang berbeda. Saat kami coba
meremas/memberikan tekanan pada segumpal tanah, ternyata tanah cukup melekat saat ditekan,
namun hancur saat diremas. Begitu pun dengan lapisan tanah lainnya.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, ternyata di kebun percobaan Faperta UNWIM ini
jenis konsistensi tanahnya berada pada keadaan lembab (moisture consistency). Dan sebagian besar
konsistensi tanahnya adalah tanah gembur. Kami melakukan penggalian hingga kedalaman sekitar ±
128 cm.
LAPORAN AKHIR
Dasar Ilmu Tanah
Oleh :
TAUFIK HIDAYAH RD
4122.1.11.11.0005
AGROTEKNOLOGI S-1
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2012