Bismillah Dit Tugas Pak Suci

111
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : ANDRY PANDAPOTAN PURBA A 14105512 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

description

ilmu tanah, dasar-dasar ilmu tanah

Transcript of Bismillah Dit Tugas Pak Suci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN

PEPAYA CALIFORNIA (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh :

ANDRY PANDAPOTAN PURBA

A 14105512

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN

PEPAYA CALIFORNIA (Kasus: Desa Cimande dan Desa Lemahduhur,

Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh :

ANDRY PANDAPOTAN PURBA

A 14105512

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

RINGKASAN

ANDRY PANDAPOTAN PURBA. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran

Pemasaran Pepaya California (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat). (Dibawah bimbingan

ANDRIYONO KILAT ADHI)

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae dan

merupakan komoditi hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari petani untuk dikembangkan adalah

pepaya California. Pepaya California merupakan varietas pepaya baru yang kini

digemari para petani karena menjanjikan keuntungan. Adanya permintaan dari

supermarket yang berkelanjutan terhadap pepaya California, dapat menjadi daya

tarik tersendiri bagi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya

California tersebut. Adanya luas lahan yang tidak seragam yang dimiliki setiap

petani, akan menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan juga berbeda. Tinggi

rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para petani

untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya California tersebut, juga sangat

berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi yang dihasilkannya. Besarnya

tingkat penggunaan input (seperti pupuk, bibit dan tenaga kerja) akan berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh masing-masing petani. Selain itu,

penetapan harga jual pepaya California yang dilakukan oleh para petani akan

mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan yang diperoleh.

Efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran, dipengaruhi oleh lembaga-

lembaga pemasaran yang terkait di dalamnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat dalam memasarkan pepaya dari petani hingga konsumen akhir adalah:

produsen atau yang disebut sebagai petani, supplier dan pedagang pengecer. Dari

permasalahan tersebut, maka dilakukan analisis pendapatan usahatani pepaya

California untuk melihat berapa tingkat pendapatan usahatani pepaya California

tersebut dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Selain itu, perlu juga

dilakukan analisis saluran pemasaran, untuk mengetahui bagaimana bentuk

saluran pemasaran California yang ada di lokasi penelitian.

Penelitian dilakukan di desa Cimande dan desa Lemahduhur, kecamatan

Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan merupakan data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung

dengan petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS dan sumber lain yang

relevan.

Produksi rata-rata pepaya California yang dihasilkan oleh petani

responden adalah sebanyak 65.296 kg dengan luas lahan rata-rata 0,94 hektar

(ha). Harga jual rata-rata pepaya California adalah Rp. 1.930 per kg, sehingga

rata-rata penerimaan yang diperoleh petani responden selama satu tahun adalah

sebesar Rp. 126.021.280. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden

adalah Rp. 31.125.475 per tahun, sehingga pendapatan atas biaya tunai adalah

sebesar Rp 94.895.805 per tahun. Sedangkan pendapatan atas total biaya untuk

luas lahan rata-rata 0,94 hektar dengan rata-rata produksi 65.296 kg dan jumlah

total biaya Rp 35.061.375 adalah sebesar Rp 90.959.905. Nilai R/C atas biaya

total yang diperoleh adalah sebesar 3.59 dan nilai R/C atas biaya tunai adalah

sebesar 4.05.

Pendapatan usahatani pepaya California juga dikelompokkan berdasarkan

skala usaha, yaitu: skala usaha kecil (luas lahan < 1 hektar), skala usaha

menengah (luas lahan 1 sampai < 2 hektar) dan skala usaha besar (luas lahan ≥ 2

hektar). Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani skala kecil adalah 0,35 hektar,

petani skala menengah 1,15 hektar, sedangkan luas lahan rata-rata petani skala

besar adalah 2,5 hektar. Dari hasil analisis R/C yang dilakukan, diketahui bahwa

petani responden skala menengah memiliki nilai R/C yang lebih besar yaitu untuk

R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan untuk R/C atas total biaya sebesar 4,86.

Perhitungan pendapatan responden berdasarkan luas lahan tersebut juga

dikonversikan ke dalam luasan satu hektar dengan tujuan untuk melihat faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani tersebut untuk

luasan per hektar. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keefisienan

petani responden tersebut dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California.

Hasil analisis menunjukkan nilai R/C atas biaya tunai dan nilai R/C atas total

biaya yang diterima oleh petani skala menengah juga lebih besar dibandingkan

petani skala besar dan petani skala kecil (untuk luasan 1 ha). Petani skala

menengah memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan nilai R/C atas

total biaya sebesar 4,86. Petani skala besar memperoleh nilai R/C atas biaya tunai

sebesar 3,58 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 3,15. Sedangkan petani skala

kecil memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3,55 dan nilai R/C atas total

biaya sebesar 2,95. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kegiatan usahatani

pepaya California untuk luas lahan satu hektar yang dilakukan oleh petani skala

menengah lebih efisien dibandingkan petani skala lain. Untuk luasan tersebut,

jumlah tanaman yang lebih efisien untuk diusahakan adalah sebanyak 1.587

pohon dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m.

Berdasarkan keseluruhan nilai R/C yang diperoleh petani responden (nilai

R/C > 1), maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani pepaya California

sangatlah menjanjikan keuntungan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan petani responden di desa Cimande dan desa Lemahduhur adalah: luas

lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan

pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan tenaga kerja luar

keluarga (TKLK).

Dari 10 orang petani responden, terdapat dua pola saluran pemasaran

pepaya California. Pola saluran pemasaran yang paling banyak digunakan adalah

pola saluran pemasaran I (90 persen). Sedangkan petani yang memilih pola

saluran pemasaran II sebesar 10 persen, dimana petani tersebut langsung

memasarkan produknya ke pabrik. Besarnya bagian yang diterima oleh petani

(farmer’s share) pada pola saluran pemasaran I adalah Rp 1900 (25,33 persen)

dari harga jual pedagang pengecer. Sedangkan pada pola saluran II, petani

memperoleh farmer’s share sebesar Rp 2200 (100 persen) dari harga beli

konsumen akhir. Untuk analisis rasio keuntungan dan biaya, petani pada pola

saluran II memperoleh keuntungan terbesar yaitu 8,73. Artinya adalah petani

tersebut memperoleh keuntungan sebesar 8,73 untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan. Sedangkan rasio antara keuntungan dan biaya yang diperoleh petani

pola saluran II adalah sebesar 4,39 untuk setiap rupiah yang dikeluarkan.

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN

PEPAYA CALIFORNIA (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

ANDRY PANDAPOTAN PURBA

A 14105512

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya

California (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Nama : Andry Pandapotan Purba

NRP : A14105512

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi

NIP. 131 410 931

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : 10 Mei 2008

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG

BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN

PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA (KASUS: DESA CIMANDE DAN

DESA LEMAHDUHUR, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN

BOGOR, JAWA BARAT BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA

ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

ANDRY PANDAPOTAN PURBA

(A14105512)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidempuan, Propinsi Sumatera Utara pada

tanggal 16 Maret 1984, merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dari

pasangan bapak B. Purba dan ibu N. Br. Hutagalung.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD swasta Xaverius

Padangsidempuan tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) swasta Kesuma Indah Padangsidempuan dan

lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah

Umum (SMU) Negeri 2 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program

Diploma III Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

dan lulus pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Program

Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak, sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Papa dan mama saya tercinta yang selalu memberikan dukungan dalam segala

hal, terutama dalam doa dan nasehatnya. Khusus untuk Ibunda tercinta yang

selama masa hidupnya selalu mendoakan, memperhatikan dan memberikan

kasih sayangnya kepadaku. Buat kakakku tersayang kak Anna, dan juga adik-

adikku Ferry, Gunawan, Nancy dan Nanda yang selalu memberikan motivasi,

semangat dan juga doa. Juga buat kakak iparku keluarga besar K. Sinaga dan

keluarga besar T. Bancin beserta keponakan-keponakanku Derlina, Almando,

Agnesia dan Devi atas doa, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan

kepada saya.

2. Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran, arahan dan dorongan kepada saya dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS atas kesediaannya sebagai dosen evaluator

pada saat kolokium.

4. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediannya sebagai dosen penguji utama.

5. Bapak Arif Karyadi Uswandi, SP atas kesediaannya sebagai dosen penguji

Komisi Pendidikan.

6. Thomson Berutu, Amd atas kesediaannya sebagai pembahas dalam seminar.

7. Pak Jajat, pak Mamat, pak Aji Uwen dan semua petani responden di desa

Cimande dan desa Lemahduhur yang telah memberikan waktu, kesempatan

dan informasi yang saya butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman seperjuanganku Ebrinedy Haloho atas kekompakan dan kerjasamanya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Budi, Binharto, Dedy, David, Erick, Ilham, Juan dan Majus yang telah

membantu saya dalam melakukan penelitian.

10. Semua teman-teman di wisma Borobudur atas bantuan yang telah diberikan.

11. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

saya dalam hal apapun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang membacanya

dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan tuntunan dalam pelaksanaan

penelitian selanjutnya.

Bogor, Mei 2008

Penulis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul analisis pendapatan usahatani dan

saluran pemasaran pepaya California (kasus: desa Cimande dan desa

Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi ini

menganalisis tentang pendapatan usahatani pepaya California yang ada di desa

Cimande dan desa Lemahduhur, serta menganalisis sistem pemasarannya.

Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini,

penulis mencoba memberikan gambaran dalam mencari alternatif untuk

mengambil keputusan dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California

melalui pendekatan teori usahatani dan pemasaran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik

dalam penyajian materi maupun ide-ide pokok yang penulis sampaikan. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan

selanjutnya pada masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi

ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembacanya.

.

Bogor, Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah .........................................................................5

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................8

1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................9

II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................10

2.1. Tinjauan Umum Komoditi Pepaya ..................................................10

2.2. Syarat Tumbuh ...............................................................................12

2.3. Budidaya Pepaya California ............................................................13

2.3.1. Persiapan Bibit ......................................................................13

2.3.2. Persemaian ............................................................................13

2.3.3. Penanaman ............................................................................14

2.3.4. Pemeliharaan .........................................................................14

2.3.5. Panen dan Pasca Panen .........................................................14

2.4. Studi Penelitian Terdahulu ..............................................................15

III. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...........................................................19

3.1.1. Pendapatan dan Biaya Usahatani............................................19

3.1.2. Konsep Pemasaran.................................................................20

3.1.3. Lembaga dan Fungsi-Fungsi Pemasaran.................................22

3.1.4. Analisis Saluran dan Efisiensi Pemasaran .............................24

3.1.4.1. Farmer’s Share .........................................................27

3.1.4.2. Margin Pemasaran .....................................................27

3.1.4.3. Rasio Keuntungan dan Biaya .....................................29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................29

IV. METODE PENELITIAN.......................................................................32

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................32

4.2. Jenis dan Sumber Data.....................................................................32

4.3. Metode Pengambilan Responden ....................................................33

4.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................34

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................35

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani ..............................................35

4.5.2. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran .............................36

4.5.3. Analisis Efisiensi Pemasaran..................................................36

4.5.3.1. Analisis Farmer’s Share.............................................37

4.5.3.2. Marjin Pemasaran ......................................................37

4.5.3.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya .......................39

4.6. Defenisi Operasional ......................................................................40

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................41

5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Penelitian .........................................41

5.2. Keadaan Penduduk ..........................................................................42

5.3. Karakteristik Responden Petani Pepaya California...........................44

5.3.1. Status Kepemilikan Usaha .....................................................44

5.3.2. Tingkat Pendidikan dan Umur Petani Responden...................45

5.3.3. Tingkat Penggunaan Input, Jumlah Penerimaan dan

Pola Saluran Pemasaran .......................................................46

5.4. Teknik Budidaya Pepaya California.................................................47

5.4.1. Persiapan Bibit.......................................................................47

5.4.2. Persemaian.............................................................................48

5.4.2.1. Pengisian Media Tanam Ke Polibag ...........................48

5.4.2.2. Penyemaian................................................................48

5.4.3. Penanaman.............................................................................49

5.4.3.1. Pembuatan Lobang Tanam dan Penanaman ................49

5.4.4. Pemeliharaan .........................................................................49

5.4.4.1. Penyiraman, Penyulaman dan Penyiangan ..................49

5.4.4.2. Pemupukan, Pembumbunan, dan Pengendalian

Hama dan Penyakit.....................................................50

5.4.5. Panen dan Pasca Panen ..........................................................51

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................53

6.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California............................53

6.1.1. Penerimaan Usahatani............................................................54

6.1.2. Biaya Usahatani .....................................................................54

6.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California Berdasarkan

Skala Usaha.....................................................................................59

6.3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran .......................................64

6.3.1. Fungsi Pemasaran ..................................................................65

6.3.2. Efisiensi Pemasaran ...............................................................69

6.3.2.1. Farmer’s Share ..........................................................69

6.3.2.2. Marjin Pemasaran.......................................................69

6.3.3. Analisis Efisiensi Pemasaran..................................................72

VII. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................73

7.1. Kesimpulan .....................................................................................73

7.2. Saran ...............................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................76

LAMPIRAN....................................................................................................78

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Buah dan Daun Pepaya...........................................................2

2. Perkembangan dan Peningkatan Produktivitas, Luas Panen

dan Produksi Pepaya Indonesia Tahun 2000 – 2005 .................................3

3. Konsumsi Buah Pepaya Per Kapita di Indonesia Tahun 2002-2005 ......... 3

4. Perkembangan Ekspor dan Impor Buah Pepaya di Indonesia

Tahun 2002 - 2005 ..................................................................................4

5. Jumlah Penduduk di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur Tahun 2007

Menurut Mata Pencaharian...................................................................... 43

6. Jumlah Responden Petani Pepaya California Berdasarkan Skala Usaha

dan Status Kepemilikan Usaha di Desa Cimande

dan Desa Lemahduhur............................................................................. 44

7. Jumlah Responden Pepaya California Berdasarkan Umur dan Tingkat

Pendidikan Umur di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur ..................... 45

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran,

Jumlah Produksi dan Tingkat Penerimaan ............................................... 46

9. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pola

Saluran Pemasaran .................................................................................. 47

10. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Untuk Luas Lahan

0,94 Hektar Tahun 2007-2008 (1 Tahun)................................................. 55

11. Rata-rata Nilai Penyusutan Peralatan Usahatani Pepaya California

Per Tahun................................................................................................ 57

12. Perbandingan Pendapatan Petani Responden Berdasarkan Skala

Usaha Untuk Luasan Lahan 1 Hektar Dalam Waktu Satu Tahun ............. 60

13. Fungsi Pemasaran Pada Lembaga Pemasaran Pepaya California

di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur ................................................ 66

14. Analisis Marjin Pemasaran Pepaya California di Desa Cimande

dan Desa Lemahduhur............................................................................. 70

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Buah dan Pohon Pepaya California .......................................................5

2. Konsep-konsep Inti Pemasaran .............................................................21

3. Hubungan Antara Margin Tataniaga, Nilai Margin Tataniaga

serta Marketing Cost and Charge ..........................................................28

4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .........................................31

5. Saluran Pemasaran Pepaya California di Lokasi Penelitian ....................65

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Wilayah Kecamatan Caringin ...........................................................78

2. Masing-masing Umur Tanaman, Luas Lahan, Jarak Tanam,

Jumlah Tanaman dan Jumlah Produksi Pepaya California,

Serta Pendapatan Yang Dihasilkan Petani Responden Dalam

Waktu Satu Tahun di Daerah Penelitian ..................................................79

3. Potensi Sumberdaya Tiap-tiap Desa di Kecamatan Caringin,

Kabupatan Bogor, Jawa Barat ................................................................. 80

4. Penjabaran Tentang Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Masing-masing

Petani Responden.................................................................................... 81

5. Pendapatan Petani Responden Berdasarkan Skala Usaha (Luas Lahan)

Dalam Waktu Satu Tahun ....................................................................... 86

6. Perincian Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Petani Berdasarkan

Skala Usaha Per Hektar Dalam Waktu Satu Tahun.................................. 88

7. Kuisioner Penelitian ............................................................................... 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim

tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan,

terutama buah-buahan tropika. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi

pertanian yang penting dan terus ditingkatkan produksinya baik untuk memenuhi

konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan terhadap buah-buahan

yang semakin tinggi juga dapat membuka peluang bagi peningkatan agribisnis

buah sehingga diharapkan dapat bersaing dengan negara-negara lainnya terutama

dalam mengatasi perdagangan bebas saat ini. Peningkatan kualitas buah

merupakan salah satu upaya dalam mengatasi persaingan tersebut disamping

peningkatan produksi dan efisiensi usaha.

Salah satu jenis tanaman buah-buahan yang sangat digemari oleh

masyarakat adalah pepaya. Pepaya (Carica papaya L.) adalah tumbuhan yang

berasal dari Meksiko bagian Selatan dan bagian Utara dari Amerika Selatan dan

kini telah tersebar luas di seluruh dunia. Pepaya merupakan tanaman buah berupa

herba dari famili Caricaceae dan merupakan komoditi hortikultura yang

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat

karena cita rasanya yang enak, kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh manusia. Buah pepaya mengandung enzim papain yang sangat aktif

dan memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan protein, karbohidrat

dan lemak. Bagian tanaman pepaya lainnya juga dapat dimanfaatkan, antara lain

2

sebagai obat tradisional, pakan ternak dan kosmetik. Pepaya juga dapat diolah

menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman yang diminati pasar luar negeri

seperti olahan puri, pasta pepaya, manisan kering, manisan basah, saus pepaya dan

juice pepaya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan

tepung.1 Komposisi buah dan daun pepaya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi buah dan daun pepaya Unsur Komposisi Buah Masak Buah Mentah Daun

Energi (Kal) 46 26 79

Air (gr) 86,7 92,3 75,4

Protein (gr) 0,5 2,1 8

Lemak (gr) - 0,1 2

Karbohidrat (gr) 12,2 4,9 11,9

Vitamin A (IU) 365 50 18.250

Vitamin B (mg) 0,04 0,02 0,15

Vitamin C (mg) 78 19 140

Kalsium (mg) 23 50 353

Besi (mg) 1,7 0,4 0,8

Fosfor (mg) 12 16 63

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI, 1979

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan gizi tertinggi yang

terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, yaitu 365 IU pada buah masak, 50

IU pada buah mentah, dan 18.250 IU pada daun. Hal ini dapat menunjukkan

bahwa buah pepaya sangat penting dikonsumsi oleh manusia.

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah

tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya sehingga jumlah

pasokan pepaya juga harus ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu

dilakukan pengembangan budidaya pepaya dan peningkatan produktivitas dengan

cara efisiensi produksi dan perluasan skala usaha. Perkembangan dan peningkatan

produktivitas, luas panen dan produksi pepaya Indonesia disajikan pada Tabel 2.

1 Agribisnis Budidaya Pepaya dan Papain. http://www.cianjur.go.id. 20 Oktober 2007.

3

Tabel 2. Perkembangan dan peningkatan produktivitas, luas panen dan produksi pepaya Indonesia Tahun 2000-2005

Produktivitas Luas Panen Produksi Tahun

(Ton/Ha) Peningkatan (%)

(Ha) Peningkatan

%) Ton

Peningkatan (%)

2000 48,30 - 8.886 - 429.207 -

2001 48,79 1,02 10.259 15,45 500.571 16,63

2002 58,87 20,65 10.280 0,20 605.194 20,90

2003 67,35 14,40 9.306 -9,47 626.745 3,56

2004 80,21 19,09 9.134 -1,85 732.611 16,89

2005 69,64 -13,17 7.879 -13,74 548.657 -25,11

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2006)

Tabel 2 menunjukkan produksi pepaya dari tahun 2000 hingga tahun 2004

mengalami peningkatan, walaupun kenyataannya jumlah luas panen pada tahun

2003 hingga tahun 2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah produksi

pepaya di Indonesia menurun hingga 25,11 persen, dimana pada tahun 2005 luas

panen juga menurun hingga mencapai 13,74. persen dari tahun 2004. Hal ini

mungkin disebabkan oleh adanya petani yang menjual lahannya kepada pihak-

pihak tertentu untuk dijadikan sebagai pemukiman penduduk ataupun sebagai

bisnis.

Peluang pengembangan pepaya di Indonesia tidak lepas dari tingkat

konsumsi masyarakat akan buah pepaya tersebut. Konsumsi buah pepaya di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Buah Pepaya Per kapita di Indonesia Tahun 2002-2005

Tahun Jumlah (kg) Persentase (%)

2002 2,24 -

2003 2,44 8,93

2004 2,34 -4,10

2005 2,29 -2,14

Sumber: Data Susenas, 2007

Tabel 3 dapat dilihat bahwa konsumsi buah pepaya per kapita di Indonesia

pada Tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 8,93 persen dari tahun 2002.

4

Namun pada tahun-tahun berikutnya konsumsi pepaya mengalami penurunan.

Bahkan pada tahun 2005, konsumsi pepaya di Indonesia hanya sebesar 2,29 kg

per kapita per tahun. Hal ini seiring dengan penurunan jumlah produksi dan luas

panen yang terbesar pada tahun tersebut. Selain itu, menurunnya jumlah dan nilai

ekspor maupun impor dapat menyebabkan jumlah konsumsi buah pepaya tersebut

menjadi menurun (Tabel 4).

Buah pepaya telah menjadi komoditi perdagangan Internasional saat ini

dan menjadi produk ekspor beberapa negara produsen di kawasan Asia seperti

Malaysia, Thailand, Philipina dan Indonesia. Pada kenyataannya buah pepaya

belum menjadi produk ekspor unggulan Indonesia yang dapat diandalkan karena

produksinya masih terbatas dan bahkan belum mencukupi kebutuhan dalam

negeri.

Tabel 4. Perkembangan ekspor dan impor buah pepaya di Indonesia Tahun 2002- 2005

Ekspor Impor

Barat Bersih Nilai Berat Bersih Nilai Tahun

(Kg) % (US$) % (Kg) % (US$) %

2002 3.287 - 6.643 - - - - -

2003 187.972 5.618,65 231.350 3.382,61 298.834 - 79.573 -

2004 524.686 179,13 1.301.371 462,51 1.789.880 498,95 520.892 554,61

2005 60.485 -88,47 112.597 -91,35 141.421 -92,10 45.568 -91,25

Sumber: Badan Pusat Statistik (2006)

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat peningkatan ekspor pepaya

tertinggi terjadi tahun 2003 sebesar 5.618,65 persen, sedangkan pada tahun 2005

terjadi penurunan sebesar 88,47 persen. Peningkatan ekspor pepaya tersebut dapat

disebabkan oleh adanya perbaikan varietas bibit pepaya yang disesuaikan dengan

selera konsumen. Selain itu, nilai tukar luar negeri yang relatif lebih tinggi dapat

mendorong pengusaha untuk melakukan ekspor pada tahun tersebut. Semakin

meningkatnya permintaan buah pepaya dalam negeri, menyebabkan Indonesia

5

harus mengimpor dari luar agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Peningkatan impor pepaya tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 498,95

persen, hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan nilai impor pada tahun

tersebut yaitu sebesar 554,61 persen dari nilai impor pada tahun 2003.

1.2. Perumusan Masalah

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae dan

merupakan komoditi hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari petani untuk dikembangkan adalah

pepaya California.

Gambar 1. Buah dan Pohon Pepaya California

6

Gambar 1 dapat dilihat bahwa pepaya California memiliki ukuran yang

relatif kecil. Daging buahnya yang merah dan rasanya yang manis menjadikan

buah ini memiliki keunggulan tersendiri. Berat buah pepaya California berkisar

antara 0,5 hingga 2,0 kg per buahnya, dan tinggi pohonnya dapat mencapai 0,7

hingga 2 meter di atas permukaan tanah.

Pepaya California merupakan varietas pepaya baru yang kini sangat

digemari para petani karena menjanjikan keuntungan. Tempat penanaman pepaya

California diantaranya terletak di desa Cimande dan desa Lemahduhur, kecamatan

Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pepaya California adalah varietas pepaya

baru yang memiliki keunggulan buah tersendiri, rasanya lebih manis, lebih tahan

lama, dan bisa dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya varietas lain. Pepaya

California banyak diminati karena ukurannya tidak terlalu besar, kulitnya lebih

halus dan mengkilat. Pohon pepaya California sudah bisa dipanen setelah berumur

sembilan bulan, dan pohonnya dapat berbuah hingga umur empat tahun. Dalam

satu bulan, pohon pepaya California tersebut bisa dipanen sampai delapan kali.

Adanya permintaan dari supermarket yang berkelanjutan terhadap pepaya

California, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani untuk melakukan

kegiatan usahatani pepaya California tersebut. Bahkan, adanya petani responden

yang mengalihkan usahanya untuk mencoba melakukan usahatani pepaya

California dapat memberikan gambaran bahwa usahatani tersebut sangat digemari

para petani tersebut.. Hal ini disebabkan oleh usahatani tersebut dapat

memberikan keuntungan yang cukup tinggi.

Jumlah produksi pepaya California yang dihasilkan petani sangat

dipengaruhi oleh luas lahan yang dimilikinya. Adanya luas lahan yang tidak

7

seragam yang dimiliki setiap petani, akan menyebabkan jumlah produksi yang

dihasilkan juga berbeda. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki oleh para petani tersebut untuk melakukan kegiatan usahatani

pepaya California tersebut, juga sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah

produksi yang dihasilkannya. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat

penerimaan yang diperoleh petani tersebut.

Karakteristik pepaya yang cepat mengalami kematangan dan kerusakan

buah, menyebabkan petani tersebut memerlukan pemasaran yang cepat, karena

jika penanganannya tidak cepat dapat menimbulkan biaya penyusutan berupa

penurunan harga karena kondisi pepaya yang tidak segar lagi. Jauhnya daerah

pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya risiko yaitu: (1) apabila

petani tersebut langsung menjual produknya ke konsumen akhir akan memerlukan

biaya transportasi yang tinggi, (2) apabila petani menjual hasil produksinya di

daerahnya, maka petani tersebut akan menerima harga jual yang terlalu rendah.

Efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran, dipengaruhi oleh lembaga-

lembaga pemasaran yang terkait di dalamnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat dalam memasarkan pepaya dari petani responden hingga konsumen akhir

adalah: produsen atau yang disebut sebagai petani responden, supplier dan

pedagang pengecer. Lembaga pemasaran yang berfungsi sebagai penghubung

akan membentuk pola saluran pemasaran pepaya California tersebut.

Diantara lembaga pemasaran yang ada, posisi petani adalah yang paling

rendah. Rendahnya posisi tersebut disebabkan oleh kebutuhan rumah tangga yang

mendesak sementara daya beli relatif rendah. Selain itu, kurang tersedianya sarana

transportasi dan informasi mengenai harga pasar menyebabkan petani mengalami

8

kesulitan dalam menetapkan harga jualnya sehingga terjadi perbedaan harga

cukup besar antara harga yang diterima petani dan harga yang diterima pengecer.

Harga jual di tingkat petani responden yang berkisar antara Rp 1900 hingga Rp

2200 per kg, cukup jauh bedanya dengan harga jual pedagang pengecer sebesar

Rp 7500. Hal ini menyebabkan bagian yang diterima petani menjadi rendah,

sehingga perumusan masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa tingkat pendapatan usahatani pepaya California di daerah penelitian

dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana bentuk saluran pemasaran pepaya California dari petani/produsen

sampai ke konsumen akhir di daerah penelitian?

3. Apakah sistem pemasaran, saluran pemasaran mulai dari produsen kepada

konsumen akhir pada setiap lembaga sudah efisien?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini

diharapkan bertujuan untuk:

1. Menganalisis pendapatan usahatani pepaya California di daerah penelitian dan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengetahui bentuk saluran pemasaran pepaya California yang terjadi di

daerah penelitian.

3. Menganalisis efisiensi pemasaran pepaya California dengan pendekatan

fungsi-fungsi pemasaran, lembaga pemasaran, saluran pemasaran, analisis

farmer’s share, analisis marjin pemasaran dan analisis keuntungan dan biaya.

9

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak dalam

mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan budidaya pepaya

California.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang ingin mengetahui saluran

pemasaran pepaya California di desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor.

3. Sebagai bahan informasi bagi pelaku pasar dalam memilih saluran

pemasaran serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan

dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan pemasaran pepaya

California.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Komoditi Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama

dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious

(berumah tunggal sekaligus berumah dua). Pepaya adalah jenis tanaman herba,

batangnya berongga biasanya tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10

meter. Daunnya merupakan daun tunggal dan berukuran besar, tangkai daun

berukuran panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis yaitu: bunga

jantan, bunga betina dan bunga sempurna. Bentuk buah beragam dari yang

bentuknya bulat sampai lonjong. Sentra produksi pepaya antara lain Jawa Timur,

Jawa Barat, Jawa tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, NTB (Kalie,

2007).

Buah pepaya memiliki banyak varietas, pengelompokan tanaman pepaya

ke dalam beberapa varietas didasarkan pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur

buahnya. Jenis pepaya yang banyak dikenal orang di Indonesia, yaitu: 1 Pepaya

semangka, memiliki daging buah berwarna merah semangka, rasanya manis. 2)

Pepaya burung, warna daging buah kuning, harum baunya dan rasanya manis-

asam. Varietas yang mulai dikembangkan saat ini adalah pepaya Meksiko.

Pepaya Meksiko sering disebut pepaya varietas Solo atau pepaya tunggal karena

memiliki ukuran buah yang kecil-kecil dan hanya cukup untuk satu orang.

Ukuran buahnya kecil dan bentuknya mirip buah alpukat, bulat berleher. Daging

buahnya berwarna kuning dan rasanya manis. Berat per buahnya sekitar 0,5 kg.

Jenis pepaya ini tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.

11

Menurut Gita (2005), bahwa buah pepaya yang dibudidayakan petani dan

dinikmati oleh konsumen terdiri dari jenis pepaya eksotik dan jenis pepaya lokal.

Jenis pepaya eksotik terdiri dari jenis pepaya California, pepaya Hawai (Solo,

Honolulu, Pontianaka, Medan, Taiwan, Jumbo) yang mempunyai ukuran relatif

kecil- sedang (0,5-1,5 kg), sedangkan untuk jenis pepaya lokal yang terdiri dari

pepaya Malang, pepaya Bangkok, Bogor, Pepaya Paris, pepaya Jinggo

mempunyai ukuran relatif besar (>2 kg). Pepaya lokal merupakan pepaya yang

sudah lama dibudidayakan petani dan konsumen sudah umum mengkonsumsinya.

Pepaya bangkok memiliki karakteristik antara lain buah buah berbentuk panjang

besar dan lancip pada bagian ujung, permukaan buahnya tidak rata dan kulit

luarnya relatif tipis, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras dan memiliki

rasa manis Selanjutnya Gita menambahkan bahwa pepaya eksotik merupakan

jenis pepaya yang memiliki beberapa perbedaan dibandingkan jenis pepaya lokal

antara lain: jarang dibudidayakan, bentuknya unik dengan ukuran buah kecil-

sedang, kulit buah halus, warna daging buah jingga-merah segar, rasa manis dan

tekstur buah lembut. Secara umum pepaya eksotik belum terlalu dikenal

konsumen sehingga konsumen memperoleh informasi dari toko buah yang

dikunjunginya.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB )

mengatakan bahwa seiring meningkatnya permintaan pepaya, tentu akan

meningkatkan jumlah pasokan. Melihat kondisi pasokan pepaya yang masih

sangat kurang pada saat ini, maka perlu ada terobosan dalam pengembangan

pepaya di tanah air. Upaya itu salah satunya melalui perbaikan varietas bibit

pepaya yang disesuaikan dengan selera konsumen. Saat ini, masih banyak pepaya

12

ukuran besar di pasaran yang tidak dapat habis sekali makan. Inilah yang tidak

disukai konsumen karena biasanya jika tersisa, tingkat kesegaran pepaya akan

menurun. Selain itu, cara penyajian yang harus dikupas dulu kulitnya sebelum

dimakan membuat konsumen ragu akan kebersihan proses pengupasannya.

Karena itu Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB sudah berhasil

melakukan inovasi menemukan buah pepaya yang berukuran kecil dan bisa

dimakan sekali saji. Jenis ini diberi nama IPB 1 (Arum), IPB-2, IPB 3, IPB 5, dan

IPB 7, serta yang terakhir IPB 9. Jenis Pepaya IPB-1 mempunyai karakteristik

kecil dengan bobot 0,5 kg, memiliki tekstur yang lembut, rasanya manis, harum

dan genjah (mudah berbuah), sedangkan untuk pepaya IPB-2 memilki

karakteristik fisik buah lebih besar dari IPB-1, dagingnya berwarna merah jingga

serta kulitnya hijau. Kedua varietas ini sudah dapat dinikmati masyarakat luas,

terutama masyarakat sekitar Bogor.

2.2. Syarat Tumbuh

Tanaman pepaya merupakan tanaman buah-buahan tropika yang beriklim

basah, tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000

mm/tahun. Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga, agar tanaman pepaya

tumbuh dengan baik maka angin tidak boleh terlalu kencang. Suhu udara optimum

untuk pertumbuhan pepaya berkisar antara 22-26oC dengan kelembaban udara

sekitar 40%. Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah yang subur,

gembur, banyak mengandung humus dan memiliki daya menahan air yang tinggi.

Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.

Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan

tanaman ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar

13

hingga tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, maka tamanan akan kurus,

daun, bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada

50–150 cm dari permukaan tanah. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai

ketinggian 700 m–1000 m di atas permukaan laut.

2.3. Budidaya Pepaya California

Menurut Sari (2005), kegiatan budidaya pepaya California meliputi:

persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

2.3.1. Persiapan Bibit

Persiapan bibit untuk budidaya pepaya California diambil dari pohon

induk yang sudah berumur dua tahun dan masak di pohon atau buahnya sudah

cukup tua dengan kriteria rasa buah manis, berkulit halus, bebas hama dan

penyakit dan dipilih dari buah yang bentuknya lonjong. Biji diambil dari bagian

buah yang di tengah, kemudian dicuci dan dibersihkan lapisan kulit bijinya.

Setelah itu, biji direndam dalam toples yang berisi air selama satu malam dan

dijemur di bawah sinar matahari selama dua hari untuk kemudian siap untuk

digunakan.

2.3.2. Persemaian

Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polibeg, dimana

media tanamnya adalah tanah yang cukup gembur dan dicampur dengan pupuk

kompos. Setelah itu, dilakukan penyemaian dengan memasukkan satu biji benih

(bibit) pepaya ke dalam polibeg yang sudah berisi tanah dengan kedalaman 0,5

hingga 1 cm.

14

2.3.3. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, lahan perlu dibersihkan terlebih dahulu,

kemudian dilanjutkan dengan membuat lubang tanam. Penanaman dilakukan

setelah bibit siap tanam dan telah berumur 45 hari setelah semai. Bibit yang siap

dipindahkan harus sudah mempunyai ketinggian tanaman berkisar antara 12

hingga 15 cm dan tidak menunjukkan gejala terserang hama dan penyakit.

2.3.4. Pemeliharaan

Pada proses pemeliharaan perlu dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu:

penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pembumbunan dan

pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan ini harus lebih teliti

dilakukan agar jumlah dan kualitas produksi buah pepaya California yang

dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pasar.

2.3.5. Panen dan Pasca Panen

Pemanenan pepaya California yang paling ideal adalah pada pagi hari dan

dapat dilakukan seminggu sekali tergantung pada tingkat kematangan buah.

Pepaya California dapat dipanen pada umur 10 bulan setelah tanam. Teknik

pemanenan dapat dilakukan dengan langsung memetik buah, kemudian

dikumpulkan dalam keranjang dan disimpan di tempat yang teduh. Getah buah

dibiarkan keluar agar tidak mengenai kulit buah. Buah yang sudah dikumpulkan

kemudian diangkut dari kebun ke bangsal pengolahan dengan menggunakan

mobil angkutan. Di bangsal pengolahan buah-buahan tersebut disimpan untuk

dihitung dari hasil panen yang didapat. Bentuk buah pepaya California dapat

beragam mulai dari yang bentuknya bulat hingga bentuk lonjong.

15

Sortasi dan grading dilakukan berdasarkan jenis buah dengan cara yang

sederhana, yaitu berdasarkan ukuran, bentuk dan tingkat kerusakan buah. Buah

yang termasuk dalam grade A memliki kriteria: bobot berkisar antara 500-1000

gram dengan bentuk buah lonjong dan berkulit mulus. Sedangkan untuk buah

grade B memiliki kriteria: bobot buah berkisar antara 1000-2000 gram, dengan

bentuk buah lonjong dan berkulit mulus. Kegiatan selanjutnya adalah mencuci

buah pepaya California, kemudian dikemas dalam kotak kemasan. Setelah

dilakukan pengemasan, pepaya siap untuk diangkut dan dipasarkan.

2.4. Studi Penelitian Terdahulu

Beberapa judul penelitian sebelumnya tentang pendapatan usahatani dan

saluran pemasaran, diantaranya adalah :

Analisis Saluran Pemasaran Manggis di Desa Puspahiang, Kecamatan

Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang diteliti oleh Rahmawati (1999).

Pelaku pemasaran yang terlibat menyalurkan komoditi manggis dari petani adalah

bandar kampung, pedagang pengumpul (pengepul), pedagang grosir serta

pengecer dimana untuk pasar luar negeri terdapat peran eksportir. Petani sistem

panen sendiri yang menjual ke bandar kampung sebanyak 3 orang (10%),

sedangkan yang menjual ke pengepul sebanyak 8 orang (26,67%). Harga beli

bandar kampung dari petani sebesar Rp 623,68 per kg sedangkan bandar kampung

menjual ke pengepul dengan harga Rp 1.000 per kg untuk manggis lokal dan Rp

2.416,67 perKg untuk manggis kualitas ekspor. Adanya manggis kualitas ekspor

menyebabkan keutungan bandar kampung meningkat menjadi Rp 1.192,68 per kg

dengan rasio keuntungan yang lebih besar dibandingkan saluran lainnya, yaitu

sebesar 1,99. Farmer share tertinggi yang diterima petani sebesar 44,37 %

16

terdapat pada saluran pemasaran V (petani – pengepul – pengecer), dan yang

terendah adalah sebesar 3,99 % terdapat pada saluran pemasaran VIII yaitu mulai

dari petani – pengepul – eksportir.

Penelitian yang dilakukan oleh Sitompul, R. P (2007) mengenai analisis

usahatani dan tataniaga ikan hias maskoki oranda di desa Parigi Mekar,

kecamatan Ciseeng, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa saluran tataniaga melibatkan petani, pedagang pengumpul,

supplier, dan konsumen akhir/hobis. Harga jual anakan Ikan Maskoki Oranda di

tingkat petani pembenihan ke petani pembesaran berkisar antara Rp 130 sampai

dengan Rp 150 per ekor. Harga jual Ikan Maskoki Oranda di tingkat petani

pembesaran ke pedagang pengumpul berkisar antara Rp 800 sampai dengan Rp

950 per ekor. Harga yang berlaku di tingkat supplier ke pedagang pengecer

berkisar anatara Rp 1.400 sampai dengan Rp 1.500 per ekor, sedangkan di tingkat

pedagang pengecer ke konsumen akhir berkisar antara Rp 2.000 sampai dengan

Rp 2.500 per ekor. Farmer’s share yang diterima petani pada pola 1 dan 2 yaitu

masing-masing sebesar 39,5%. Pada pola 3, rata-rata harga jual petani adalah

sebesar Rp 1.116,7 per ekor, sedangkan rata-rata harga yang dibayar oleh

konsumen akhir sebesar 1.250,00 per ekor. Farmer’s share yang diterima petani

pada pola 3 adalah sebesar 89,3%, merupakan saluran tataniaga yang paling

menguntungkan bagi petani, karena saluran tataniaga Ikan Hias Maskoki yang

paling pendek dan efisien (Petani → pedagang pengecer → konsumen/hobis).

(Farmer’s share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu mengefisienkan

saluran tataniaga dan meningkatkan kualitas produknya.

17

Sedangkan judul penelitian terdahulu tentang buah pepaya adalah: Analisis

Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja Pada Usahatani Pepaya yang diteliti

oleh Halisah, S (2006). Hasil analisis kelayakan finansial pada penelitiannya

menunjukkan bahwa usahatani pepaya yang dilaksanakan di kebun percobaan

Cikarawang layak dan menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai NPV yang

diperoleh lebih besar dari nol, yaitu Rp 11.621.597,55, nilai net B/C lebih besar

dari satu, yaitu 1,44, tingkat IRR yang lebih besar dari pada tingkat diskonto

(11,47 %), yaitu 40 persen, dan nilai payback period yang masih berada dalam

rentang waktu umur proyek, yaitu 3 tahun 2 bulan. Sedangkan untuk analisis

sensitivitas yang dilakukan terhadap penurunan tingkat hasil produksi sebesar

16,67 persen menunjukkan kondisi tidak layak dan tidak menguntungkan untuk

dilaksanakan. Namun jika lahan yang digunakan adalah hasil sewa, maka analisis

sensitivitasnya menunjukkan kondisi usahatani pepaya yang dilaksanakan tetap

layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching

value, penurunan hasil produksi dan harga jual output maksimum yang dapat

ditoleransi masing-masing adalah sebesar 12,75 persen, sedangkan peningkatan

dari harga pupuk dan obat-obatan yang maksimal adalah sebesar 59 persen.

Berdasarkan ketiga variabel yang diuji, maka dapat dikatakan bahwa variabel

yang relatif peka terhadap perubahan adalah: penurunan hasil produksi dan harga

jual output, sementara peningkatan dari harga input pupuk dan obat-obatan relatif

kurang peka. Berdasarkan hasil analisis kesempatam kerja dengan luas lahan 0,85

hektar, dibutuhkan 356, 15 hari kerja per tahun sehingga tenaga kerja yang dapat

terserap dari kegiatan usahatani tersebut adalah 1,19 orang per tahun. Apabila

dilakukan pengembangan investasi pada usahatani pepaya tersebut maka akan

18

menambah penyerapan tenaga kerja yang akhirnya membuka kesempatan kerja

pada masyarakat sekitar kebun.

Penelitian yang dilakukan Gita (2005) tentang Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Pepaya Eksotik Dibandingkan

Dengan Pepaya Lokal, menunjukkan hasil bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi proses keputusan pembelian pepaya eksotik adalah: faktor

promosi, alokasi dana, keluarga dan kualitas pepaya. Sedangkan faktor-faktor

yang mempengaruhi proses keputusan pembelian pepaya lokal adalah faktor

promosi, pengambil keputusan, keluarga, pakerjaan dan ketersediaan pepaya jenis

lain. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor dan Analisis Konjoin.

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang

mengungkapkan teori dan konsep untuk menjawab pokok permasalahan dalam

penelitian.

3.1.1. Pendapatan dan Biaya Usahatani

Soeharjo dan Patong (1973) mendefenisikan pendapatan sebagai balas jasa

dari kerja sama faktor – faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan

pengelolaan (manajemen). Pendapatan dapat didefenisikan sebagai sisa dari

pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil kali

jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Sedangkan pengeluaran atau

biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang

dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar kecilnya tingkat

pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain : (1) skala usaha, (2)

ketersediaan modal, (3) tingkat harga output, (4) ketersediaan tenaga kerja

keluarga, (5) sarana transportasi, (6) sistem pemasaran, (7) kebijakan pemerintah

dan sebagainya (Soekartawi dkk, 1986).

Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya

pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta

biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung

20

berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal dan nilai kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan

alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri dapat dimasukkan dalam biaya

yang diperhitungkan. Biaya dapat juga diartikan sebagai penurunan inventaris

usahatani. Nilai inventaris suatu barang dapat berkurang karena barang tersebut

rusak, hilang atau terjadi penyusutan.

Analisis pendapatan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi

kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk membantu

perbaikan pengelolaan usahatani. Aspek yang digunakan adalah harga yang

berlaku, dan penyusutan akan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk

memperoleh keuntungan maksimum. (Hernanto, 1989).

Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang

dikeluarkan (revenue-cost ratio atau R/C ratio). Analisis R/C digunakan untuk

mengetahui keuntungan relatif usahatani berdasarkan perhitungan finansial,

dimana R/C ratio dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan

pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila nilai R/C ratio > 1, berarti

penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh penerimaan tersebut. Apabila nilai R/C ratio < 1 maka tiap unit

yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.

Sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C rasio = 1, berarti kegiatan

usaha berada pada keuntungan normal (normal profit).

3.1.2. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan

21

lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Pemasaran umumnya dilihat sebagai tugas menciptakan, mempromosikan, serta

menyerahkan barang dan jasa ke konsumen dan perusahaan lain. Pemasaran yang

efektif dapat dilakukan melalui banyak bentuk. Pemasaran diawali dengan

pemahaman tentang kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen akan produk

dimana konsumen mengharap nilai produk tersebut bermanfaat serta sesuai

dengan biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan. Produk tersebut dapat dijumpai

di pasar dalam sebuah transaksi dengan produsen/pemasarnya. Adanya kebutuhan

dan keinginan manusia menimbulkan permintaan terhadap produk tertentu yang

didukung oleh kemampuan membeli. Produk tersebut diciptakan untuk

memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, sehingga timbul proses

pertukaran untuk memperoleh produk yang diinginkan atau dibutuhkan dengan

menawarkan sesuatu sebagai gantinya (Kotler, 2002).

Menurut Kotler (1987), konsep pemasaran yakin bahwa pencapaian

sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar

sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien

ketimbang pesaing.

Tataniaga merupakan suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, yaitu meliputi

Gambar 2. Konsep-Konsep Inti Pemasaran (Kotler, 1987)

pasar

Kebutuhan,

keinginan

dan

permintaan

produk

Nilai

kepuasan,

dan mutu

Pertukaran,

transaksi,

dan

hubungan

22

kegiatan untuk memindahkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Pengertian tataniaga dapat dilihat dengan pendekatan manajerial (aspek pasar) dan

aspek ekonomi. Berdasarkan aspek manajerial, tataniaga merupakan analisis

perencanaan organisasi, pelaksanaan dan pengendalian pemasaran untuk

menentukan kedudukan pasar. Ditinjau dari aspek ekonomi, tataniaga merupakan

distribusi fisik dan aktivitas ekonomi yang memberikan fasilitas-fasilitas untuk

bergerak, mengalir, dan pertukaran komponen barang dan jasa dari produsen ke

konsumen. Selain itu, tataniaga merupakan kegiatan produksi karena

meningkatkan, menciptakan nilai guna bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan.

Tataniaga pertanian dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan dan

usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-

barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke

konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan

perubahan bentuk dari barang untuk mempermudah penyalurannya dan

memberikan kepuasaan yang lebih tinggi kepada konsumen (Limbong dan

Sitorus, 1987).

3.1.3. Lembaga dan Fungsi-Fungsi Pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1983), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga

adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga

dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga tataniaga

ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga pemberi

jasa. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi tataniaga serta

memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan

balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa marjin pemasaran.

23

Limbong dan Sitorus (1987), dalam pemasaran barang atau jasa terlibat

beberapa badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen.

Karena jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa sering

berjauhan dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan

kehadirannya untuk menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik

produksi ke titik konsumsi. Lembaga pemasaran merupakan suatu lembaga dalam

bentuk perorangan, perserikatan atau perseroan yang akan melakukan fungsi-

fungsi pemasaran yang berusaha untuk memperlancar arus/gerak barang dari

produsen sampai tingkat konsumen melalui berbagai kegiatan/aktifitas. Lembaga-

lembaga tersebut juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang

dan jasa.

Ada tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam penyaluran

barang/jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, yaitu: (1) pihak

produsen, (2) lembaga-lembaga perantara dan (3) pihak konsumen akhir. Pihak

produsen adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan,

seperti: petani sayur, petani buah, pabrik rokok,dll. Pihak lembaga perantara

adalah yang memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian dan

atau penjualan barang/jasa dari produsen ke konsumen, yaitu pedagang besar

(wholesaler) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan konsumen akhir adalah

pihak yang berlangsung menggunakan barang/jasa yang dipasarkan. Konsumen

akhir ini dapat terdiri dari rumah tangga dan perusahaan-perusahaan.

Limbong dan Sitorus (1987), mendefenisikan fungsi tataniaga sebagai

kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses

24

penyampaian barang atau jasa. Fungsi-fungsi tataniaga dapat dikelompokkan atas

tiga fungsi yaitu:

1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik

barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi

yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan

barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu.

Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi

pengelolaan.

3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar

kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas

terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi

pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.

Menurut Mubyarto (1994), fungsi-fungsi tataniaga adalah mengusahakan

agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat,

waktu, dan harga yang tepat. Fungsi-fungsi tataniaga dalam pelaksanaan

aktifitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga ini

yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari produsen

sampai ke tangan konsumen.

3.1.4. Analisis Saluran dan Efisiensi Pemasaran

Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan

terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa tersedia untuk

dikonsumsi. Keputusan-keputusan saluran pemasaran termasuk diantara

keputusan paling penting yang dihadapi konsumen. Saluran yang dipilih sangat

25

mempengaruhi keputusan pemasaran lainnya. Saluran pemasaran melaksanakan

tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi

kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa

dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler, 2002).

Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan saluran tataniaga sebagai

suatu usaha yang dilakukan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen

ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga yang

menjalankan fungsi-fungsi tataniaga. Beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga yaitu adanya pertimbangan

pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial,

konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan, dan kebiasaan pembeli.

1. Pertimbangan barang, yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat

barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk

memenuhi pesanan atau pasar.

2. Pertimbangan internal perusahaan, yang meliputi sumber permodalan,

kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran, dan pelayanan

penjualan.

3. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga

perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen, dan

pertimbangan biaya.

Tataniaga disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak

yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga tataniaga maupun konsumen

memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniaga tersebut (Limbong dan Sitorus,

1987). Indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi tataniaga

26

adalah marjin tataniaga, harga tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik

tataniaga, dan intensitas persaingan pasar.

Margin tataniaga besar tidak selamanya menunjukkan saluran tidak

efisien, maka perlu mempertimbangkan aspek-aspek berikut :

1. Penggunaan teknologi baru dalam proses produksi dapat menekan biaya

produksi, sehingga margin pemasaran menjadi lebih besar.

2. Adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi yang lebih siap

dinikmati, walaupun harga lebih mahal.

3. Adanya spesialisasi produksi dari suatu daerah sehingga membentuk daerah-

daerah sentral produksi, sehingga akan menaikkan daerah tataniaga.

4. Adanya tambahan biaya pengolahan dan penyimpanan untuk meningkatkan

kegunaan bentuk.

5. Meningkatkan upah buruh dan tenaga kerja.

Penyediaan fasilitas untuk pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan

dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi tataniaga. Kurangnya

ketersediaan fasilitas fisik terutama pengangkutan diidentikkan dengan

ketidakefisienan proses tataniaga.

Mubyarto (1989) mangungkapkan bahwa sistem tataniaga dikatakan

efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari

petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan mampu

mengadakan pembagian yang adil bagi seluruh harga yang dibayarkan oleh

konsumen terakhir dalam kegiatan produksi. Efisiensi tataniaga dapat dibagi

menjadi dua kategori, yaitu efisiensi operasional (teknologi) dan efisiensi

ekonomi (harga). Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi

27

operasional pada proses tataniaga suatu produk yaitu analisis marjin tataniaga,

farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya.

3.1.4.1. Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan

tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s

share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima

lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan

Sitorus, 1987).

3.1.4.2. Margin Pemasaran

Marjin adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen

dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat juga dinyatakan sebagai

nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen

sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik

produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi.

Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke

konsumen disebut sebagai biaya tataniaga. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap

lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan

lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga

yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditi dari titik produsen sampai titik

konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik

produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayar oleh konsumen

(Limbong dan Sitorus, 1987).

28

Menurut Dahl dan Hammond (1977), marjin pemasaran sebagai

perbedaan harga ditingkat petani (Pf) dengan harga pedagang pengecer (Pr).

Marjin pemasaran ditentukan oleh struktur pasar dimana kegiatan pemasaran

terjadi. Marjin tataniaga menjelaskan perbedaan harga dan tidak memuat

pernyataan mengenai jumlah produk yang dipasarkan. Nilai margin tataniaga

(value of marketing margin) merupakan perkalian antara marjin tataniaga dengan

jumlah produk yang dibayarkan (Pf-Pr) x Qr,f yang mengandung pengertian

marketing cost dan marketing charge seperti yang terlihat pada Gambar 3. Secara

grafis marjin tataniaga dapat digambarkan sebagai berikut (Dahl dan Hammond,

1977)

Harga

Sr

Pr Sf

C A

Pf Dr

B

Df

0 Qr, f

Gambar 3. Hubungan Antara Margin Tataniaga, Nilai Marjin Tataniaga serta

Marketing Cost and Charge

Keterangan :

A = Nilai marjin pemasaran ((Pr-Pf).Qr,f)

B = Marketing cost and Marketing charge

C = Marjin pemasaran (Pr-Pf)

Pr = Harga di tingkat pedagang pengecer

Pf = Harga di tingkat petani

29

Sr = Supply di tingkat pengecer (derived supply)

Sf = Supply di tingkat petani (primary supply)

Dr = Demand di tingkat pengecer (derived demand)

Df = Demand di tingkat petani (primary demand)

Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat pengecer.

Besarnya marjin tataniaga pada suatu saluran tataniaga tertentu dapat

dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga

yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat

mencerminkan efisiensi yang tinggi.

3.1.4.3. Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga

mendefenisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang

dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan

dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien

(Limbong dan Sitorus, 1987).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat

karena cita rasanya yang enak, kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh manusia. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya gizi buah tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya

sehingga jumlah produksi pepaya juga harus ditingkatkan. Salah satu cara untuk

meningkatkan produksi pepaya adalah dengan teknik budidaya yang tepat.

30

Penanganan yang baik mulai dari prapanen, masa panen dan pascapanen sangat

diperlukan agar pepaya yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Salah satu

jenis pepaya yang saat ini digemari oleh petani untuk dikembangkan karena

memiliki peluang bisnis yang menjanjikan adalah pepaya California. Tempat

kegiatan bisnis budidaya pepaya California diantaranya terdapat di desa Cimande

dan desa Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pepaya California adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan

buah tersendiri. Rasa buah yang lebih manis, daya tahan lebih lama, dan bisa

dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya varietas lain (umur produksi lebih cepat)

menjadikan petani berminat untuk membudidayakannya. Disamping itu, harga

jual yang lebih tinggi dapat meningkatkan keinginan petani untuk mengusahakan

pepaya tersebut, agar keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat.

Salah satu cara petani untuk memperoleh imbalan berupa uang dari

usahataninya adalah dengan memasarkan hasil produksi pepaya California

tersebut. Sistem pemasaran yang efisien sangat mempengaruhi tingkat pendapatan

petani. Agar sistem pemasaran dapat seefisien mungkin dilakukan, maka petani

harus memilih saluran pemasaran yang tepat sehingga mampu menekan biaya

pemasaran. Pemasaran yang efisien dapat dilihat dari analisis saluran pemasaran

dan efisiensi pemasaran yang meliputi analisis farmer’s share, analisis marjin

pemasaran dan analisis keuntungan dan biaya.

Analisis pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan yang diterima petani atas biaya yang dikeluarkan. Kemudian

digunakan analisis rasio R/C untuk mengetahui apakah usahatani pepaya

California tersebut menguntungkan atau tidak. Jika usahatani tersebut

31

menguntungkan, maka petani dapat mengambil keputusan untuk melanjutkan

usahatani tersebut. Sedangkan apabila mengalami kerugian, maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap kegiatan usahatani pepaya California. Hasil dari analisis

pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya California dapat memberikan

keterangan bagi petani untuk memilih alternatif pengambilan keputusan yang

tepat dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Analisis Sistem

Pemasaran

Analisis Pendapatan

Usahatani

Evaluasi Kegiatan

Usahatani

Efisiensi Pemasaran:

• Analisis Farmer’s Share

• Analisis Marjin Pemasaran

• Analisis Keuntungan dan Biaya

Analisis Saluran

Pemasaran

Rugi

Pengambilan Keputusan

Kegiatan Usahatani

Analisis Efisiensi

Pemasaran

Usaha Budidaya Pepaya California

Untung

Analisis rasio R/C

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran

Pemasaran Pepaya California ini dilaksanakan di desa Cimande dan desa

Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

kedua desa tersebut termasuk penghasil pepaya California di kabupaten Bogor.

Pelaksanaan penelitian dan pengolahan data dilakukan pada bulan Februari hingga

bulan April 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

dari hasil pengamatan (observasi) dan wawancara langsung di lapangan dengan

pelaku lembaga-lembaga pemasaran seperti petani, pedagang pengumpul,

pedagang pengecer, supplier dan konsumen akhir pepaya California. Kegiatan

wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh

para petani baik dari kegiatan budidaya sampai pada tahap saluran pemasaran.

Data sekunder diperoleh dari laporan atau catatan setiap petani, Dinas Pertanian

Kabupaten Bogor, Biro Pusat Statistik (BPS), artikel dan literatur yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan.

33

4.3. Metode Pengambilan Responden

Pemilihan responden petani pepaya California dilakukan dengan

menggunakan metode accidental sampling, yaitu petani responden di desa

Cimande dan desa Lemahduhur tersebut dipilih karena secara kebetulan ditemui,

dan selanjutnya informasi untuk responden berikutnya diketahui dari responden

yang telah diwawancarai sebelumnya. Hal tersebut dilakukan karena informasi

mengenai jumlah data petani di lokasi penelitian tersebut tidak diketahui. Jumlah

petani yang dijadikan responden sebanyak 10 orang, yaitu tujuh orang berasal dari

desa Cimande dan tiga orang berasal dari desa Lemahduhur. Kemudian responden

tersebut dikelompokkan berdasarkan skala usaha, yaitu besarnya luas lahan yang

digunakan masing-masing responden untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya

California. Luas lahan yang beragam yang digunakan para petani dibagi atas tiga

kategori yakni: skala usaha kecil (petani yang menggunakan lahan < 1 hektar)

sebanyak enam responden, skala usaha menengah (petani yang menggunakan

lahan 1 sampai < 2 hektar) sebanyak dua responden dan skala usaha besar (petani

yang menggunakan lahan ≥ 2 hektar) sebanyak dua responden. Jadi dalam

penelitian ini jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 10 orang.

Dajan (1986), mengatakan bahwa terdapat tiga hal pokok yang perlu

diperhatikan dalam menyusun data ke dalam distribusi frekuensi, yaitu:

1. Penentuan jumlah kelas, tergantung pada pertimbangan-pertimbangan

praktis yang masuk akal dan kegunaan distribusi frekuensi itu sendiri.

2. Penentuan interval kelas, menunjukkan bahwa besarnya interval kelas bagi

tiap-tiap kelas bertalian erat dengan penentuan jumlah kelas dan sebaiknya

diusahakan agar sama semua serta dalam bilangan-bilangan yang praktis.

34

Bilangan yang praktis ialah bilangan yang mudah digunakan untuk hitung-

menghitung atau sebagai pedoman guna menentukan batas kelas maupun

tepi kelas. Batas kelas sebaiknya dinyatakan dalam bilangan bulat agar

tidak tidak terdapat keragu-raguan dalam memasukkan angka-angka ke

dalam kelas-kelas yang sesuai.

3. Penentuan titik tengah, ditentukan dengan merata-ratakan nilai dari kedua

batas kelas atau kedua tepi kelas. Beda atau selisih antara kedua titik

tengah merupakan interval kelas.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

pengamatan langsung (observasi) dan metode kuesioner (angket).

Pengamatan langsung (observasi) dilakukan dengan mengamati proses

terjadinya beberapa kegiatan budidaya dan pemasaran pepaya California yang

berlangsung di lokasi penelitian. Penulis juga melakukan wawancara dengan para

petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer untuk mengetahui

sistem pemasaran pepaya California. Selain itu juga diajukan pertanyaan-

pertanyaan dalam bentuk kuesioner mengenai kegiatan pemasaran pepaya

California di daerah tempat penelitian. Untuk menganalisis pendapatan yang

diperoleh dari usahatani pepaya California diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti

jumlah produksi, luas lahan, penggunaan tenaga kerja dan biaya-biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi. Pertanyaan yang diajukan kepada petani

antara lain karakteristik petani seperti nama, umur, pendidikan dan sebagainya.

Hal ini digunakan untuk melihat gambaran umum petani didaerah penelitian.

35

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis

secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam

bentuk deskriptif tabulasi dan statistik sederhana dengan bantuan kalkulator dan

komputer. Analisis yang dilakukan adalah analisis pendapatan usahatani, analisis

saluran pemasaran, analisis efisiensi saluran pemasaran, yaitu: analisis marjin

pemasaran, analisis farmer’s Share dan analisis keuntungan dan biaya.

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Hernanto (1989), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk

mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk

menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus:

Dimana: TR = Total Penerimaan

TC = Total Pengeluaran

Dengan kiteria:

1. Jika TR>TC maka usaha untung,

2. Jika TR=TC, maka usaha impas, dan

3. Jika TR<TC, maka usaha rugi

Selanjutnya akan dianalisis efisiensi usahatani dengan menggunakan

analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C ratio bertujuan untuk

menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama

satu periode) cukup menguntungkan. Seberapa jauh setiap biaya yang dipakai

Pendapatan (π) = TR – TC

36

dalam kegiatan usaha usahatani tertentu dapat memberikan nilai penerimaan

sebagai manfaatnya. Formulasi rumus sebagai berikut:

Dimana : Q = Total Produksi (Kg)

P = Harga Jual Produk (Rp)

Bt = Biaya tunai (Rp)

BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)

4.5.2. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran pepaya California diteliti dari produsen sampai ke

konsumen akhir, dan pola pemasarannya didasarkan pada alur pemasaran yang

terjadi di tempat penelitian.

4.5.3. Analisis Efisiensi Pemasaran

Menurut Mubyarto (1989) sistem tataniaga dikatakan efisien apabila

memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani

produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan mampu

mengadakan pembagian yang adil bagi seluruh harga yang dibayarkan oleh

konsumen terakhir dalam kegiatan produksi. Efisiensi tataniaga dapat dibagi

menjadi dua kategori, yaitu efisiensi operasional (teknologi) dan efisiensi

ekonomi (harga). Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi

operasional pada proses tataniaga suatu produk yaitu analisis marjin tataniaga,

farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya.

BiayaTotal

TotalPenerimaanCratioR =/ =

BDBT

PQ

+

.

37

4.5.3.1. Analisis Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan

tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s

share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima

lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan

Sitorus, 1987). Farmer’s Share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran,

artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani

(Farmer’s Share) semakin rendah. Rumus untuk menghitung Farmer’s Share

adalah:

Dimana :

Fs = Farmer’s Share

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

4.5.3.2. Marjin Pemasaran

Analisis marjin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi

pemasaran pepaya California. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga

yang terjadi di tingkat produsen (harga beli) dengan harga di tingkat konsumen

(harga jual). Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan

dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga. Limbong dan

Sitorus (1987), perhitungan marjin tataniaga secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

%100Prx

PfFs =

38

dimana:

Mi = Marjin pemasaran pada tingkat ke-i

Hji = Harga jual pasar tingkat ke-i

Hbi = Harga beli pasar tingkat ke-i

Besarnya marjin pemasaran juga dapat diperoleh dengan menjumlahkan

biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh dari setiap lembaga

pemasaran, yaitu:

dimana:

Mi = Marjin pemasaran pada tingkat ke-i

Ci = biaya lembaga pemasaran di tingkat ke-i

πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i

Sehingga:

Berdasarkan persamaan di atas, maka keuntungan pada tingkat ke-i adalah:

Maka besarnya marjin pemasaran adalah:

Mi = Ci + πi

Mi = Hji-Hbi

Hji – Hbi = Ci + πi

mi = ∑Mi

πi = Hji – Hbi - Ci

39

dimana:

i = 1,2,3,.....,n

mi = Total marjin tataniaga

4.5.3.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga

mendefenisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang

dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan

dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien

(Limbong dan Sitorus, 1987). Rasio keuntungan dan biaya tataniaga merupakan

besarnya keuntungan yang diterima lembaga tataniaga sebagai imbalan atas biaya

tataniaga yang dikeluarkan. Rasio keuntungan dan biaya setiap lembaga tataniaga

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Keuntungan ke-i = keuntungan lembaga pemasaran

Biaya ke-i = Biaya lembaga pemasaran

Rasio Keuntungan dan Biaya = TotalBiaya

unganTotalKeunt

40

4.6. Definisi Operasional

Saluran Pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran

untuk menyalurkan komoditi pepaya California dari titik produsen sampai sampai

ke titik konsumen yang membentuk pola pemasaran.

Lembaga Pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi

pemasaran mulai dari titik produsen (petani) serta lembaga perantara lainnya.

Petani pepaya California adalah petani yang memiliki pohon pepaya California,

memproduksi dan melalukan penjualan pepaya California.

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian dari petani,

mengumpulkannya dan menjual kembali ke pedagang lainnya yang lebih besar.

Pengecer adalah pedagang yang melakukan penjualan pepaya California ke

konsumen langsung.

Harga yang diterima petani adalah hasil produksi pepaya California yang dijual

petani tanpa memasukkan pengepakan/pengangkutan ke dalam harga penjualan

atau dengan kata lain harga pada saat panen.

Harga eceran/harga konsumen adalah harga transaksi antara penjual dan

pembeli untuk setiap pepaya California yang diecerkan.

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Penelitian

Lokasi penelitian tepatnya berada di desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Pertanian kabupaten Bogor, tercatat bahwa kabupaten Bogor terdiri dari 30

kecamatan, 425 desa/kelurahan, 3.136 rukun warga, 11.359 rukun tetangga yang

terdapat dalam registrasi. Dari jumlah desa tersebut mayoritas desa berada pada

ketinggian sekitar < 500 m terhadap permukaan laut, yaitu 232 desa, 144 desa

berada pada ketinggian antara 500-700 m di atas permukaan laut dan sisanya 49

desa berada > 700 m di atas permukaan laut.

Desa Cimande, sebagai salah satu lokasi penelitian merupakan salah satu

dari desa yang ada di kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah

354 ha yang terdiri dari dua dusun, empat RW dan 17 RT. Sedangkan Desa

Lemahduhur dengan luas wilayah 311 ha yang terdiri dari tiga dusun, tujuh RW

dan 33 RT. Secara orbitasi dan jarak tempuh, jarak desa Cimande ke kecamatan

Caringin adalah 5 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dan jarak Desa

Lemahduhur ke kecamatan Caringin adalah 4 km dengan waktu tempuh 13 menit.

Desa Cimande berada pada ketingian di atas 550 m dari permukaan laut dengan

suhu rata-rata 28 – 31o C. Sedangkan desa Lemahduhur berada pada ketinggian

700 meter dengan suhu rata-rata 24 – 250 C.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar tanah yang terdapat di

desa Cimande dan Lemahduhur, kecamatan Caringin digunakan sebagai sawah,

dan ladang, artinya sebagian besar penduduk ini hidup dari bercocok tanam,

42

sedangkan untuk areal pemukiman dan perumahan bagi responden dan penduduk

desa termasuk dalam urutan kedua. Urutan selanjutnya adalah, penggunaan

tegalan/kebun sebagai usaha budidaya tanaman pepaya California. Warga desa

melakukan usaha budidaya pepaya California baik sebagai pekerjaan utama

maupun sebagai pekerjaan sampingan.

Adapun batas wilayah Desa Cimande sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Pancawati

2. Sebelah Selatan : Desa Lemahduhur

3. Sebelah Barat : Desa Ciderum

4. Sebelah Timur : Pegunungan Pangrango

Sedangkan batas wilayah Desa Lemahduhur sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Cimande

2. Sebelah Selatan : Desa Pasirmuncang

3. Sebelah Barat : Desa Cimande Hilir

4. Sebelah Timur : Pegunungan Pangrango

5.2. Keadaan Penduduk

Kecamatan Caringin terdiri dari 12 desa, yaitu 7 desa merupakan desa

kota, dan 5 desa merupakan desa pedesaan. Dari 12 desa tersebut, desa Cimande

dan desa Lemahduhur merupakan sentra produksi pepaya California (dapat dilihat

pada Lampiran 3). Menurut laporan bulanan kecamatan Caringin, jumlah

penduduk yang ada pada bulan Desember Tahun 2007 mencapai 111.196 orang,

yang terdiri dari 57.351 orang laki-laki dan 53.845 orang perempuan.

43

Jumlah penduduk di desa Cimande pada Tahun 2007 berjumlah 6.006,

terdiri dari 3.120 orang laki-laki dan 2.886 orang perempuan, sedangkan jumlah

penduduk di desa Lemahduhur Tahun 2007 berjumlah 11.694, terdiri dari 6.050

orang laki-laki dan 5.644 orang perempuan. Jumlah penduduk yang ada di desa

Cimande dan desa Lemahduhur Tahun 2007 menurut mata pencaharian dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk di desa Cimande dan desa Lemahduhur Tahun 2007 Menurut Mata Pencaharian.

Desa Uraian

Cimande (%) Lemahduhur (%)

1. Petani 540 8,99 564 4,82 - petani pemilik tanah 320 5,33 11 0,09 - petani penggarap tanah 50 0,83 53 0,45 - buruh tani 170 2,83 500 4,28 2. Pengusaha 4 0,07 14 0,12 3. Pengrajin 35 0,58 25 0,21 4. Industri Kecil 30 0,50 1 0,01 5. Buruh Industri 185 3,08 361 3,09 6. Pertukangan 48 0,80 200 1,71 7. Pedagang 320 5,33 131 1,12 8. Pengemudi/jasa 165 2,75 49 0,42 9. Pegawai Negeri Sipil 7 0,12 55 0,47 10. TNI/POLRI 0 0,00 1 0,01 11. Pensiunan/Purnawirawan 19 0,32 20 0,17 12. Lainnya 4.653 77,47 10.273 87,85 Jumlah 6.006 100,00 11.694 100,00

Sumber: Laporan Data Monografi desa Cimande dan desa Lemahduhur, 2007

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar mata pencaharian yang

dimiliki oleh penduduk di kedua desa tersebut adalah petani, yaitu di desa

Cimande berjumlah 540 orang petani (8,99 persen dari total jumlah

penduduknya). Sedangkan di desa Lemahduhur berjumlah 564 orang petani (4,82

persen dari total jumlah penduduknya). Hal inilah yang menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk di kedua desa tersebut hidup dari bercocok tanam.

44

5.3. Karakteristik Responden Petani Pepaya California

Karakteristik responden petani pepaya California akan diuraikan

berdasarkan skala usaha, status kepemilikan usaha, tingkat pendidikan, kelompok

umur, tingkat penggunaan input dan pola saluran pemasaran.

5.3.1. Status kepemilikan usaha

Kegiatan usahatani pepaya California yang dilakukan oleh petani

responden pepaya California di desa Cimande dan desa Lemahduhur terbagi

menjadi tiga skala, yaitu responden skala kecil, skala menengah dan skala besar.

Petani responden skala kecil adalah petani yang menggunakan lahan < 1 hektar,

petani responden skala menengah dengan luas lahan 1 sampai < 2 hektar,

sedangkan petani responden skala besar adalah petani yang menggunakan luas

lahan ≥ 2 ha).

Tabel 6. Jumlah Responden Petani Pepaya California Berdasarkan Skala Usaha dan Status Kepemilikan Usaha di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur

Status kepemilikan (orang)

Skala usaha

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Produksi (Kg/tahun)

Jumlah responden

Sendiri Sewa Kecil < 1 4320-60.479 6 6 0 Menengah 1 – < 2 60.480-116.639 2 2 0 Besar ≥ 2 116.640-172.800 2 1 1

Jumlah 10 9 1 Sumber : Data Primer, 2008

Dari Tabel di atas dapat dilihat, jumlah petani responden yang memiliki

skala usaha kecil sebanyak 6 orang, skala usaha menengah sebanyak 2 orang dan

petani responden yang memiliki skala usaha besar sebanyak 2 orang. Status

kepemilikan patani responden usahatani pepaya California terbagi dalam dua

kategori. Dari keseluruhan petani responden di lokasi penelitian, terdapat 9 orang

45

yang memiliki usaha sendiri, sedangkan petani yang melakukan usahatani dengan

menyewa lahan orang lain berjumlah 1 orang.

5.3.2. Tingkat Pendidikan dan Umur Petani Responden

Dari hasil wawancara dengan 10 orang jumlah petani responden, yang

memiliki tingkat pendidikan Sarjana berjumlah 1 orang petani (10 persen), SLTA

berjumlah 3 orang (30 persen), SLTP berjumlah 4 orang (40 persen), dan SD

berjumlah 2 orang (20 persen).

Tabel 7. Jumlah Responden Pepaya california Berdasarkan Umur dan Tingkat Pendidikan Umur di desa Cimande dan desa Lemahduhur

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Sarjana 1 10 SLTA 3 30 SLTP 4 40 SD 2 20 Total 10 100

Umur Responden 35-42 5 50 43-50 2 20 >50 3 30 Total 10 100

Sumber : Data Primer, 2008

Klasifikasi umur dari 10 orang petani responden yang diambil terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok umur 35-42 tahun sebanyak 5 orang

petani (50 persen), kelompok umur 43-50 tahun sebanyak 2 orang petani (20

persen) dan kelompok umur > 50 tahun sebanyak 3 orang petani (30 persen).

46

5.3.3. Tingkat Penggunaan Input, Jumlah Penerimaan dan Pola Saluran

Pemasaran

Input yang digunakan oleh petani dilihat dari semua jenis biaya yang

dikeluarkan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya

California. Rincian penggunaan biaya oleh masing-masing responden dalam satu

tahun dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran, Jumlah Produksi dan Tingkat Penerimaan.

Uraian Jumlah Responden

(Orang) Persentase

(%) 1. Pengeluaran Responden (Rp/Tahun) < 10.000.000 2 20 10.000.000 - 50.000/000 7 70 > 50.000.000 1 10 Jumlah 10 100

2. Jumlah Produksi (Kg/Tahun) < 10.000 3 30 10.000 - 50.000 3 30 >50.000 4 40 Jumlah 10 100

3. Penerimaan (Rp/Tahun) < 10.000.000 1 10 10.000.000 - 50.000/000 4 40 > 50.000.000 5 50 Jumlah 10 100

4. Pendapatan (Rp/Tahun)

< 10.000.000 3 30 10.000.000 - 50.000/000 2 20 > 50.000.000 5 50 Jumlah 10 100

Dari 10 orang responden diketahui bahwa tingkat pengeluaran per tahun

antara Rp 10.000.000 sampai Rp 50.000.000 merupakan yang paling banyak yaitu

sebanyak tujuh orang responden. Jumlah produksi per tahun yang terbanyak

diperoleh responden adalah lebih dari 50.000 kg sebanyak empat orang, dan

penerimaan responden diatas Rp 10.000.000 per tahun juga yang terbanyak yaitu

lima responden. Dari tabel juga dapat diketahui bahwa sebanyak lima responden

47

memperoleh pendapatan di atas Rp 50.000.000 per tahun. Dari penjelasan tersebut

dapat terlihat bahwa kegiatan usahatani pepaya California sangatlah menjanjikan

keuntungan.

Dilihat dari segi pemasaran, diketahui bahwa terdapat dua pola saluran

yang dipilih oleh petani responden.

Tabel 9. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pola Saluran Pemasaran Petani responden

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saluran Pemasaran 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Saluran Pemasaran II √ Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memilih pola

saluran I (petani – supplier – pedagang pengecer – konsumen akhir) adalah

sebanyak sembilan orang. Sedangkan responden yang memilih pola saluran II

sebanyak satu orang, yang mana petani tersebut langsung memasarkan pepaya

kepada pabrik. Petani tersebut juga sebagai pedagang pengumpul pepaya bangkok

yang berasal dari petani di kecamatan lainnya.

5.4. Teknik Budidaya Pepaya California

Kegiatan budidaya tanaman pepaya California yang dilakukan di daerah

penelitian meliputi persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen

dan pasca panen.

5.4.1. Persiapan Bibit

Bibit pepaya California yang digunakan oleh para petani di daerah

penelitian adalah bibit yang dibeli langsung di toko dalam bentuk polibag dengan

harga Rp 1500 per pohon per polibag. Tetapi ada juga sebagian petani yang

48

menggunakan biji yang dibeli dari toko untuk disemai sendiri seharga Rp 200 per

biji. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghemat biaya.

5.4.2. Persemaian

5.4.2.1. Pengisian Media Tanam Ke Polibag

Sebelum persemaian biji dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah

mempersiapkan media dan polibag. Media tanam yang dipergunakan adalah

berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Kemudian kompos dicampur

dengan tanah hingga rata dan setelah itu diayak sebelum dimasukan ke dalam

polibag dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran–kotoran yang ada. Pengisian

media ke polibag dilakukan sampai batas kurang lebih 1 cm dari permukaan atas

polibag. Supaya tanah lebih padat dan tidak tumpah, media tanam disiram dengan

air. Harga kompos di daerah penelitian adalah Rp 5000 per karung dengan berat

50 kilogram (kg) per karung.

5.4.2.2. Penyemaian

Dalam melakukan penyemaian, setiap polibag diisi dengan satu biji

pepaya. Persemaian benih dilakukan dengan cara membenamkan biji tersebut

kesetiap polibag yang sudah berisi media tanam dengan kedalaman 1 cm. waktu

yang dibutuhkan dalam penyemaian adalah satu bulan. Kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan selama penyemaian adalah penyiraman dan penyiangan gulma

(mencabut rumput) yang ada di dalam polibag maupun yang tumbuh disekitar

tempat persemaian pepaya. Penyiraman biasanya dilakukan setiap hari atau 2 hari

sekali. Penyiangan dilakukan apabila ada muncul rumput liar disekitar persemaian

pepaya.

49

5.4.3. Penanaman

5.4.3.1. Pembuatan Lobang Tanam dan Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, lahan terlebih dahulu dibersihkan dan

diolah dengan baik. Setelah itu tanah tersebut dicangkul hingga gembur,

kemudian dibuat lobang tanam berukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 65

cm. jarak tanam yang dilakukan para petani di daerah penelitian adalah berbeda-

beda, yaitu : 2 m x 2,5 m sebanyak 7 orang petani; 2 m x 1,5 m sebanyak 2 orang

dan 2,5 m x 2,5 m sebanyak 1 orang. Masing-masing umur tanaman, luas lahan,

jarak tanam, jumlah tanaman dan jumlah produksi pepaya California yang

dihasilkan petani responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penanaman adalah pemindahan bibit ke lahan setelah penyemaian selesai

dilakukan. Sebelum ditanam ke lahan bibit terlebih dahulu diseleksi untuk

mendapatkan bibit yang baik pertumbuhannya. Pemindahan bibit dari polibag ke

lahan dilakukan secara hati-hati agar bibit tidak rusak.

5.4.4. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di daerah penelitian adalah

meliputi : penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pembumbunan, dan

pengendalian hama penyakit.

5.4.4.1. Penyiraman, Penyulaman dan Penyiangan

Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak hujan dengan

menggunakan hand sprayer. Petani membeli hand sprayer di toko dengan harga

Rp 350.000 per unit.

50

Tujuan penyulaman adalah untuk menggantikan tanaman yang mati karena

penyakit atau pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman biasanya dilakukan satu

minggu setelah tanam (MST) tergantung dari ada atau tidaknya tanaman yang

mati, pertumbuhannya tidak baik dan terkena penyakit.

Penyiangan atau pembersihan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari

persaingan untuk mendapatkan unsur hara atau nutrisi yang ada di dalam tanah.

Penyiangan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan dan dikerjakan

tergantung dari ada atau tidaknya rumput atau gulma yang tumbuh. Alat yang

digunakan untuk penyiangan di daerah penelitian adalah cangkul, arit dan garpu.

Harga cangkul adalah Rp 40.000 per unit, garpu adalah Rp 50.000 per unit, dan

arit adalah Rp 20.000 per unit.

5.4.4.2. Pemupukan, Pembumbunan, dan Pengendalian Hama dan Penyakit

Pemupukan pohon pepaya di daerah penelitian adalah dengan

menggunakan pupuk organik (kompos) dan anorganik (NPK). Untuk pupuk

kompos, pemberiannya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan, 6 bulan

dan 8 bulan. Pemberian pupuk kompos dalam satu kali adalah sebanyak 0,5-1

karung per pohon. Sedangkan pemberian pupuk NPK dilakukan pada saat umur

tanaman sudah mencapai 2 minggu dengan dosis berkisar antara 50 hingga 100

gram per pohon. Pemupukan berikutnya dilakukan pada saat umur tanaman 3

bulan dan 5 bulan dengan dosis masing-masing berkisar antara 50 hingga 100

gram per pohon. Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan cara tabur. Rata-rata

harga NPK yang dibeli masing-masing petani di daerah penelitian adalah Rp

4000/kg.

51

Pembubunan dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman agar

tidak tumbang serta memperbaiki saluran air. Pembumbunan dilakukan pada saat

tanaman berumur 6 bulan atau bersamaan pada saat pemupukan.

Hama yang menyerang tanaman pepaya California di daerah penelitian

adalah belalang dan semut. Pengendaliannya yaitu dilakukan dengan cara

penyemprotan insektisida. Sedangkan penyakit yang biasanya menyerang adalah

busuk batang, busuk akar, busuk buah dan keriting daun. Pengendaliannya yaitu

dengan cara penyemprotan fungisida. Penyemprotan terhadap hama atau penyakit

dilakukan tergantung serangan.

5.4.5. Panen dan Pasca Panen

Pemanenan pertama tanaman pepaya kalifornia dilakukan pada saat

tanaman berumur 9 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara langsung memetik

buah yang telah memenuhi kriteria buah siap panen. Kriteria buah yang sudah siap

dipanen adalah buah yang sudah colat, artinya buah tersebut sudah berwarna

kekuning-kuningan. Buah yang sudah dipetik dimasukan ke dalam keranjang dan

dikumpulkan di tempat pengangkutan untuk selanjutnya siap dipasarkan.

Sistem pemasaran yang dilakukan oleh para petani di lokasi penelitian

terdiri dari dua pola saluran. Pada pola saluran I, petani menjual pepayanya

kepada supplier, kemudian supplier menjualnya lagi ke pasar swalayan, untuk

selanjutnya dijual kepada konsumen akhir. Pasar swalayan yang menjadi tempat

pemasaran pepaya California yang berasal dari desa Cimande dan desa

Lemahduhur seperti: Carrefour, Giant, Jogya dan Hipermart. Sedangkan pada pola

saluran pemasaran II, petani menjual langsung pepayanya ke pabrik pengolahan

saos, yang mana petani tersebut merupakan padagang pengumpul pepaya

52

bangkok. Pemanenan tersebut dapat dilakukan dua kali seminggu hingga umur

tanaman mencapai empat tahun. Harga pepaya yang dijual oleh petani responden

pada pola saluran I adalah Rp 1900, sedangkan harga pepaya yang dijual oleh

petani responden saluran II adalah Rp 2200.

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California

Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Soekartawi dkk, 1986). Menurut

Hernanto (1989), analisis pendapatan pada umumnya digunakan untuk

mengevaluasi kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk

membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani

bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang

dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus:

Analisis pendapatan usahatani yang dibahas dalam penelitian ini adalah

analisis pendapatan usahatani pepaya California yang dilakukan pada beberapa

petani yang dikelompokkan berdasarkan skala usaha, yaitu luas lahan yang

digunakan masing-masing petani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui petani yang

bagaimana yang mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Dari hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pendapatan usahatani pepaya

California dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu: (1) skala usaha kecil (petani

yang menggunakan lahan < 1 hektar) sebanyak enam responden, (2 )skala usaha

menengah (petani yang menggunakan lahan 1 sampai < 2 hektar) sebanyak dua

responden dan (3) skala usaha besar (petani yang menggunakan lahan ≥ 2 hektar)

sebanyak dua responden.

Pendapatan (π) = TR – TC

54

6.1.1. Penerimaan Usahatani

Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per

satuan. Produksi rata-rata pepaya California yang dihasilkan oleh petani

responden adalah sebanyak 65.296 kg dengan luas lahan rata-rata 0,94 hektar

(ha). Harga rata-rata pepaya California yang dijual petani responden adalah Rp.

1.930 per kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh petani responden di

daerah penelitian selama satu tahun adalah sebesar Rp. 126.021.280 (Tabel 10).

Jika dilihat produktivitasnya (jumlah produksi per hektar) pada Lampiran 2, dapat

diketahui bahwa produktivitas pepaya California adalah sebesar 69.537,81 kg

untuk jumlah tanaman 1522 pohon lebih tinggi dibanding produksi untuk luasan

0,94 hektar. Peningkatan produksi tersebut adalah sebesar 6,50 persen, sehingga

dapat dikatakan bahwa untuk luasan satu hektar jumlah tanaman pepaya

California yang cocok ditanam adalah sebanyak 1522 pohon.

6.1.2. Biaya Usahatani

Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya

pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta

biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung

berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal dan nilai kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan

alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri dapat dimasukkan dalam biaya

yang diperhitungkan.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tunai yang

dikeluarkan oleh petani responden adalah Rp. 31.125.475 (88,77 persen) dengan

55

luas lahan rata-rata 0,94 hektar dan jumlah populasi pepaya California sebanyak

1.429 pohon (Lampiran 2). Persentase terbesar terhadap total biaya adalah pupuk

kompos yaitu sebesar Rp 18.177.500 (51,84 persen) dengan jumlah penggunaan

rata-rata sebanyak 3.635,5 karung. Hal tersebut disebabkan karena para petani

lebih banyak menggunakan pupuk kompos dibandingkan input yang lain.

Penggunaan pupuk kompos tersebut dimulai dari proses pengolahan lahan,

persemaian, hingga masa pra panen. Selanjutnya, pupuk kompos tersebut tetap

digunakan petani setelah penen sampai pepaya California tersebut tidak

berproduksi lagi (berumur empat tahun).

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Untuk Luas Lahan 0,94 Hektar

Tahun 2007 – 2008 (1 Tahun)

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp)

%

Terhadap

Total

Biaya

1. Penerimaan 65.296 kg 1.930 126.021.280 2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1.391 1.500 2.086.375 5,95 b. Pupuk kompos (karung) 3.635.5 5.000 18.177.500 51,84 c. Pupuk NPK (kg) 383.3 3.000 1.149.900 3,28 d. Kapur (kg) 3.370.5 400 1.348.200 3,85 e. Obat-obatan (kg) 1,75 70.000 122.500 0,35 f. TKLK (HOK) 549,4 15.000 8.241.000 23,50 Total Biaya Tunai 31.125.475 88,77

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 0,94 4.000.000 3.756.000 10,71 b. Penyusutan Peralatan (Rp) 179.900 0,51 c. TKDK (HOK) 63,5 15.000 952.500 0,03 Total Biaya Diperhitungkan 3.935.900 11,23

4. Total Biaya (2+3) 35.061.375 100,00

5. Pendapatan atas biaya tunai 94.895.805 6. Pendapatan atas total biaya 90.959.905 7. R/C Ratio atas biaya tunai 4,05 8. R/C Ratio atas total biaya 3,59

56

Petani juga menggunakan pupuk NPK dengan tujuan agar tanaman dapat

tumbuh subur dan cepat panen. Penggunaan pupuk NPK dengan rata-rata 383,3

kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pupuk NPK sebesar Rp 1.149.900.

Selain pupuk kompos dan pupuk NPK, petani juga menggunakan kapur dengan

jumlah rata-rata 3.370.5 kg dan harga Rp 400 per kg, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk kapur adalah Rp 1.348.200. Penggunaan kapur tersebut

disebabkan oleh jenis tanah yang akan ditanami pepaya California di lokasi

penelitian bersifat asam (pH kurang dari 5). Penggunaan bibit oleh petani

responden dengan jumlah rata-rata 1.429 pohon adalah sebanyak 1.391 polibag.

Hal ini disebabkan oleh adanya petani yang membeli bibit berupa biji pepaya

California untuk kemudian disemai sendiri dengan tujuan menghemat biaya.

Harga bibit per polibag adalah Rp 1.500, sehingga total biaya untuk bibit adalah

sebesar Rp 20.863.750.

Petani juga menggunakan obat-obatan untuk memberantas hama dan

penyakit yang dapat mengganggu tanaman. Jenis obat-obatan yang digunakan

petani responden di lokasi penelitian adalah dithene 45. Hal ini disebabkan oleh

pengalaman dari petani lain maupun petani itu sendiri dalam usahatani. Biaya

rata-rata yang dikeluarkan petani untuk obat-obatan sebanyak 1,75 kg dengan

luasan rata-rata 0,94 hektar dan harga Rp 70.000 per kilogram adalah sebesar Rp

122.500.

Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)

yang termasuk dalam biaya tunai dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

yang termasuk dalam biaya yang diperhitungkan. Biaya yang dikelurkan untuk

TKLK sebanyak 549,4 dengan upah per HOK Rp 15.000 adalah sebesar Rp

57

8.241.000 (23,5 persen). Sedangkan biaya yang dikelurkan untuk TKDK

sebanyak 63.5 HOK adalah sebesar Rp 952.500 (0,03 persen), sehingga total

biaya untuk tenaga kerja sebanyak 621,9 HOK adalah sebesar Rp 9.193.500

(26,22 persen) dari keseluruhan total biaya. Rp 8.241.000 (23,5 persen).

Biaya yang diperhitungkan yang digunakan oleh petani Responden sebesar

Rp 3.935.900 (11,23 persen) yang terdiri dari: biaya atas sewa lahan, penyusutan

peralatan dan biaya TKDK. Harga sewa lahan berpatokan pada harga sewa lahan

yang berlaku di lokasi penelitian pada saat ini. Besarnya biaya sewa lahan untuk

luasan rata-rata 0,94 ha dengan harga Rp 4.000.000 per hektar per tahun adalah

Rp 3.756.000 (10,71 persen).

Jenis peralatan yang digunakan oleh petani responden dalam melakukan

kegiatan usahatani pepaya California di daerah penelitian adalah cangkul, garpu,

arit, sprayer dan ember. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai

penyusutan peralatan adalah metode garis lurus dengan asumsi bahwa peralatan

tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis.

Tabel 11. Rata – Rata Nilai Penyusutan Peralatan Usahatani Pepaya California Per Tahun

Uraian Volume (unit)

Harga (Rp/unit)

Nilai (Rp/tahun)

Umur Ekonomis (Tahun)

Nilai Penyusutan (Rp/tahun)

1. Cangkul 28 40.000 1.120.000 5 224.000 2. Garpu 14 50.000 700.000 4 175.000 3. Arit 16 20.000 320.000 4 80.000 4. Sprayer 12 350.000 4.200.000 6 700.000 5. Ember 31 20.000 620.000 1 620.000 Jumlah 1.799.000 Rata-rata 179.900

58

Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata – rata nilai penyusutan peralatan pada

usahatani pepaya California sebesar Rp 179900 per tahun (0.51 persen) dari total

biaya.

Pendapatan atas total biaya untuk luas lahan rata-rata 0,94 hektar dengan

rata-rata produksi 65.296 kg dan jumlah total biaya Rp 35.061.375 adalah sebesar

Rp 90.959.905. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp

94.895.805 dari Rp 31.125.475 total biaya tunai yang digunakan (Tabel 10).

Pendapatan yang diperoleh masing-masing petani responden selama satu tahun

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan informasi penerimaan dan biaya tersebut, maka diperoleh

nilai imbangan dan biaya atau Return and Cost total pada Ratio (R/C) total sebesar

3.59, yang artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan petani maka

petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,59. Sedangkan untuk

R/C atas biaya tunai sebesar 4.05, artinya adalah untuk setiap rupiah biaya tunai

yang dikeluarkan petani maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan

sebesar Rp 4,05. Besarnya nilai R/C tersebut disebabkan oleh banyaknya jumlah

produksi yang dihasilkan petani dalam melakukan usahatani pepaya California.

Selain itu, penggunaan biaya produksi yang tidak terlalu besar menyebabkan nilai

R/C yang diterima petani cukup besar.

Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani pepaya

California di desa Cimande dan desa Lemahduhur adalah efisien karena kedua

nilai R/C tersebut lebih dari satu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

usahatani pepaya California tersebut menguntungkan dan layak untuk

dikembangkan.

59

6.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California Berdasarkan Skala

Usaha

Menurut Soekartawi dkk (1986), besar kecilnya tingkat pendapatan yang

diperoleh petani dipengaruhi antara lain : (1) skala usaha, (2) ketersediaan modal,

(3) ketersediaan tenaga kerja keluarga, (4) tingkat pengetahuan dan ketrampilan,

(5) sarana transportasi, dan (6) sistem pemasaran yang dilakukan.

Selain menghitung rata-rata pendapatan petani responden di lokasi

penelitian, pendapatan usahatani pepaya California juga dikelompokkan

berdasarkan skala usaha, yaitu besarnya luas lahan yang digunakan masing-

masing responden untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya California. Luas

lahan yang digunakan para petani dibagi atas tiga kategori yakni: skala usaha kecil

(petani yang menggunakan lahan < 1 hektar) sebanyak enam responden, skala

usaha menengah (petani yang menggunakan lahan 1 sampai < 2 hektar) sebanyak

dua responden dan skala usaha besar (petani yang menggunakan lahan ≥ 2 hektar)

sebanyak dua responden. Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani skala kecil

adalah 0,35 hektar, petani skala menengah 1,15 hektar, sedangkan luas lahan rata-

rata petani skala besar adalah 2,5 hektar. Petani skala kecil menghasilkan rata-rata

produksi sebesar 20.826,67 kg, petani skala menengah menghasilkan rata-rata

produksi sebesar 105.600 kg, sedangkan petani skala besar menghasilkan rata-rata

produksi yang lebih besar yaitu 158.400 kg. Besarnya luas lahan yang dimiliki

oleh petani skala besar tersebut menyebabkan tingkat produksi pepaya California

yang dihasilkan petani skala besar tersebut menjadi lebih banyak.

Pendapatan atas biaya tunai petani responden skala besar yaitu Rp

220.239.500 lebih besar jika dibandingkan dengan petani skala kecil (Rp

28.822.175,00) dan juga petani skala menengah (Rp 167.773.000 ). Begitu pula

60

untuk pendapatan atas total biaya yang diperoleh petani responden skala besar (Rp

208.664.916,67 ), lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan petani skala

kecil (Rp 26.512.647,22) dan juga petani skala menengah (Rp 161.834.166,67).

Dari hasil analisis R/C yang dilakukan, diketahui bahwa petani responden skala

menengah memiliki nilai R/C yang lebih besar yaitu untuk R/C atas biaya tunai

sebesar 5,66 dan untuk R/C atas total biaya sebesar 4,86. Pendapatan petani

responden yang dikelompokkan berdasarkan skala usaha (luas lahan)

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Perhitungan pendapatan responden berdasarkan luas lahan tersebut

dikonversikan ke dalam luasan satu hektar dengan tujuan untuk melihat faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani tersebut untuk

luasan per hektar. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keefisienan

petani responden tersebut dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California.

Tabel 12. Perbandingan Pendapatan Petani Responden Berdasarkan Skala Usaha Untuk Luas Lahan Satu Hektar Dalam Waktu Satu Tahun.

Skala Usaha Uraian Kecil Menengah Besar

1. Luas lahan rata-rata (ha) 0,35 1,15 2,5 2. Jarak Tanam (m) 2,08 x 2,17 2 x 2,5 2 x 2,5 3. Jumlah Tanaman (pohon/ha) 1.457 1.587 1.440 4. Produksi (kg/luas lahan/thn) 20.826,67 105.600 158.400 5. Produktivitas (produksi/ha/tahun) 59.789,48 91.826,09 63.360 6. Harga Jual (Rp/kg) 1930 1930 1930 7. Penerimaan (Rp/thn) 115.393.702,68 177.224.347,83 122.284.800,00 8. Biaya Tunai 32.543.383,46 31.334.782,61 34.189.000,00 9. Biaya Diperhitungkan 6.630.223,29 5.164.202,90 4.629.833,33 10. Total Biaya (Rp/thn) 39.173.606,74 36.498.985,50 38.818.833,33 11. Pendapatan atas biaya tunai 82.850.319,22 145.889.565,22 88.095.800,00

12. Pendapatan atas total biaya 76.220.095,94 140.725.362,32 83.465.966,67

13. Rasio R/C atas biaya tunai 3,55 5,66 3,58

14. Rasio R/C atas total biaya 2,95 4,86 3,15

61

Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa untuk luasan lahan satu hektar, tingkat

produktivitas pepaya California yang dihasilkan petani responden skala menengah

yaitu sebesar 91.826,09 kg dengan jumlah tanaman yang diusahakan sebanyak

1.587 pohon dan jarak tanam 2m x 2,5m lebih tinggi dibanding petani skala usaha

lainnya. Besarnya tingkat produktivitas tersebut dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan petani tersebut mengenai teknik budidaya pepaya California. Tingkat

produktivitas pepaya California untuk petani skala kecil adalah 59.789,48 kg

dengan jumlah tanaman sebanyak 1.457 pohon dan jarak tanam 2,08m x 2,17m.

Sedangkan tingkat produktivitas pepaya California yang dihasilkan oleh petani

skala besar adalah 63.360 kg dengan jumlah tanaman 1.440 pohon dan jarak

tanam 2m x 2,5 m.

Petani skala usaha menengah memperoleh pendapatan paling besar, yaitu

pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 145.889.565,22 dan pendapatan atas total

biaya sebesar Rp 140.725.362,32. Petani skala besar memperoleh pendapatan atas

biaya tunai sebesar Rp 88.095.800,00 dan pendapatan atas total biaya sebesar Rp

83.465.966,67. Sedangkan petani skala kecil memperoleh pendapatan yang paling

sedikit yaitu untuk pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 82.850.319,22 dan

untuk pendapatan atas total biaya sebesar Rp 76.220.095,94.

Penggunaan biaya untuk petani skala menengah lebih kecil dibanding

petani skala kecil dan juga skala besar. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani

skala menengah untuk luas lahan satu hektar adalah Rp 36.498.985,50.

Penggunaan biaya yang lebih rendah tersebut menyebabkan pendapatan yang

diperoleh petani responden skala menengah menjadi lebih tinggi. Petani skala

kecil mengeluarkan total biaya sebesar Rp 39.173.606,74 dan petani skala besar

62

mengeluarkan total biaya sebesar Rp 38.818.833,33. Dari ketiga kelompok petani

responden tersebut diketahui bahwa petani skala menengah mengeluarkan biaya

untuk bibit yang paling besar yaitu Rp 2.380.434,78 dengan jumlah bibit sebanyak

1.587 polibag. Sedangkan penggunaan biaya untuk pupuk kompos, pupuk NPK

dan tenaga kerja luar keluarga oleh petani skala menengah tersebut lebih kecil

bandingkan petani skala lainnya. Biaya yang dikeluarkan petani skala menengah

untuk pupuk kompos adalah Rp 17.989.130,43 dengan jumlah pupuk kompos

sebanyak 3.598 karung. Jumlah pupuk NPK yang digunakan petani tersebut

sebanyak 317 kg dengan jumlah biaya Rp 952.173,91, sedangkan jumlah tenaga

kerja luar keluarga (TKLK) yang digunakan oleh petani tersebut adalah sebanyak

572 HOK dengan biaya sebesar Rp 8.576.086,96. Perincian biaya yang

dikeluarkan oleh petani responden berdasarkan skala usaha untuk luas lahan satu

hektar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Analisis pendapatan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi

kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk membantu

perbaikan pengelolaan usahatani. Salah satu ukuran efisiensi adalah dilihat dari

besarnya penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (revenue-cost ratio atau R/C

ratio). Berdasarkan penerimaan dan biaya yang diperoleh (Tabel 12) di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa semua petani responden di lokasi penelitian (baik

skala kecil, skala menengah, dan skala besar) memperoleh keuntungan dalam

melakukan usahatani pepaya California. Hal ini dapat diketahui karena nilai R/C

atas biaya tunai maupun nilai R/C atas total biaya yang diperoleh petani tersebut

lebih besar dari satu.

63

Nilai R/C atas biaya tunai dan nilai R/C atas total biaya yang diterima oleh

petani skala menengah juga lebih besar dibandingkan petani skala besar dan

petani skala kecil (untuk luasan 1 ha). Petani skala menengah memperoleh nilai

R/C atas biaya tunai sebesar 5,66, artinya setiap satu rupiah biaya tunai yang

dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 5,66. Sedangkan

untuk R/C atas total biaya, petani tersebut memperoleh nilai R/C sebesar 4,86

yang artinya setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan maka akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 4,86. R/C atas biaya tunai. Petani skala besar

memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3,58, artinya setiap satu rupiah

biaya tunai yang dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp

3,58. Nilai R/C atas total biaya yang diterima oleh petani skala besar adalah 3,15,

artinya setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan maka akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp 3,15. Petani skala kecil memperoleh nilai R/C atas biaya

tunai yang paling kecil sebesar 3,55, artinya setiap satu rupiah biaya tunai yang

dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,55. Nilai R/C atas

total biaya untuk petani skala kecil adalah 2,95, artinya setiap satu rupiah biaya

tunai yang dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,95.

Nilai R/C yang lebih besar dari satu yang dihasilkan petani responden

pada masing-masing skala usaha tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

kegiatan usahatani pepaya California sangatlah menjanjikan keuntungan.

Berdasarkan nilai R/C di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan

usahatani pepaya California untuk luas lahan satu hektar yang dilakukan oleh

petani skala menengah lebih efisien dibandingkan petani skala lain. Untuk luasan

tersebut, jumlah tanaman yang lebih efisien untuk diusahakan adalah sebanyak

64

1.587 pohon dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m. Banyaknya jumlah tanaman ini

tidak jauh beda dengan rata-rata jumlah tanaman pepaya California dari

keseluruhan petani responden untuk luas lahan satu hektar yaitu 1.522 pohon.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di

desa Cimande dan desa Lemahduhur adalah: luas lahan, jumlah tanaman per

hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan

pupuk NPK dan penggunaan TKLK.

6.3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan

terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa tersedia untuk

dikonsumsi. Saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari

produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan

kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang

membutuhkan atau menginginkannya (Kotler, 2002). Saluran pemasaran dalam

penelitian ini menggambarkan proses penyampaian pepaya California dari petani

hingga ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan

pepaya California dari petani hingga ke konsumen akhir di desa Cimande dan

desa Lamahduhur adalah: petani, supplier, pedagang pengecer dan konsumen

akhir. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petani responden di

lokasi penelitian, maka diketahui terdapat dua pola saluran pemasaran pepaya

California (Gambar 5).

65

Pola pemasaran I (90 %)

Pola Pemasaran II (10 %)

Gambar 5. Saluran Pemasaran Pepaya California di Lokasi Penelitian

Gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk pola saluran pemasaran I

terdapat sembilan orang petani responden (90 persen). Saluran tersebut

merupakan saluran yang paling banyak dipilih oleh petani responden di lokasi

penelitian karena petani tersebut mengalami kesulitan dalam memasarkan

produknya secara langsung, baik itu dari segi transportasi maupun dalam mencari

pasar. Sedangkan petani yang memilih pola saluran pemasaran II berjumlah satu

orang (10 persen), dimana petani tersebut langsung memasarkan produknya ke

pabrik.

6.3.1. Fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran adalah mengusahakan agar pembeli atau

konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, dan harga

yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam pelaksanaan aktifitasnya dilakukan

oleh lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat

dalam proses penyampaian barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan

konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan

fungsi fasilitas.

Petani Supplier

Pedagang Pengecer

Konsumen akhir

Petani Pabrik

66

Tabel 13. Fungsi Pemasaran Pada Lembaga Pemasaran Pepaya California di Desa Cimande dan desa Lemahduhur

Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran

Petani Supplier Pedagang Pengecer Fungsi Pertukaran - Pembelian − √ √ - Penjualan √ √ √ Fungsi Fisik - Penyimpanan − − √ - Pengangkutan √ √ − - Pengemasan √ √ √ Fungsi Fasilitas - Sortasi √ √ √ - Grading/Standarisasi √ √ - Penanggungan resiko √ √ √ - Pembiayaan √ √ √ - Informasi pasar √ √ √

1. Petani.

Fungsi pemasaran yang umumnya dilakukan petani responden di lokasi

penelitian adalah fungsi penjualan, pembiayaan dan informasi harga dimana

petani tersebut merupakan produsen yang menanam pepaya California dan

menjual hasil panennya. Tetapi ada juga petani yang melakukan fungsi

pengangkutan, pengemasan, sortasi dan penanggungan resiko. Untuk fungsi

pembiayaan, para petani membiayai sendiri seluruh modal yang dikeluarkannya

untuk kegiatan produksi. Petani responden di lokasi penelitian juga melakukan

informasi harga yaitu dengan melakukan pengamatan harga yang berlaku di pasar.

Harga yang diterima oleh petani dari supplier didasarkan atas kesepakatan

sebelumnya dengan alasan agar petani tidak merasa dirugikan apabila terjadi

penurunan harga di pasar swalayan. Tetapi jika hal tersebut terjadi, maka supplier

akan memberikan informasi kepada petani untuk selanjutnya dilakukan

kesepakatan harga yang baru.

67

Dari 10 orang petani responden, petani yang melakukan fungsi

pengangkutan, pengemasan, sortasi dan penanggungan resiko berjumlah satu

orang (10%). Petani tersebut langsung menjual produknya ke pabrik pengolahan

saos dengan menggunakan mobil pick up L 300. Sebelum dijual, petani tersebut

terlebih dahulu melakukan pengemasan yaitu dengan membungkus pepaya

dengan menggunakan koran agar pepaya tersebut tidak mengalami kerusakan

selama di perjalanan. Selain itu, petani tersebut juga melakukan sortasi yaitu

memisahkan pepaya yang rusak dengan pepaya yang bagus. Petani tersebut juga

akan menanggung resiko jika harga yang dibayarkan oleh konsumen (pabrik)

mengalami penurunan.

2. Supplier.

Kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh suppier adalah melakukan

pembelian pepaya California secara langsung dari petani produsen. Transaksi

pembelian dan penjualan dilakukan oleh petani dan supplier di tempat yang telah

ditentukan. Hal ini dilakukan karena jarak antara jalan dengan sebagian rumah

petani cukup jauh dan susah dijangkau oleh kendaraan. Supplier memasarkan

pepaya California dari petani responden ke pasar swalayan dengan menggunakan

dua buah mobil box L 300 dan satu buah mobil Zebra. Pasar swalayan tersebut

antara lain: Carrefour, Giant, Jogya dan Hipermart.

Sebelum pepaya diangkut ke dalam mobil, supplier terlebih dahulu

melakukan sortasi dan standarisasi yaitu dengan memisahkan (melakukan seleksi)

antara pepaya yang memenuhi standar dengan pepaya yang tidak memenuhi

standar. Seleksi tersebut didasarkan pada ukuran (0,5-1,5 kg) dan bentuk pepaya

(panjang lonjong) yang dijual petani. Setelah itu, pepaya tersebut dibungkus

68

dengan menggunakan koran untuk kemudian siap dimasukkan ke dalam mobil

pengangkut.

Pepaya yang telah diangkut dari tempat petani responden, terlebih dahulu

dikumpulkan di rumah supplier untuk kemudian dibersihkan (dilap). Setelah itu,

pepaya tersebut diberi nama merek atau stiker (label). Nama merek pepaya yang

dibeli dari lokasi penelitian yang dibuat oleh supplier tersebut adalah raja tani

dengan stiker berwarna merah.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan

oleh supplier adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan dan pengemasan) dan fungsi fasilitas (sortasi; standarisasi;

pembiayaan; penanggungan resiko yaitu: penurunan harga pasar dan kerusakan

produk; dan informasi pasar).

3. Pedagang pengecer.

Pedagang pengecer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang

yang membeli pepaya California dari supplier di lokasi penelitian, dan menjualnya

kembali dalam bentuk pepaya yang masih utuh (belum diolah). Sebelum

melakukan pembelian, pepaya yang dibawa oleh supplier tersebut terlebih dahulu

dibawa ke gudang untuk disortasi dan diperiksa kualitasnya (standarisasi).

Kemudian, pepaya tersebut dimasukkan ke dalam toko untuk dijual kepada

konsumen. Pepaya California yang dibeli oleh konsumen, dikemas dengan

menggunakan plastik bening dan diberi label harga. Penetapan harga yang

dilakukan oleh pedagang pengecer adalah berdasarkan informasi harga yang

berlaku di pasar.

69

6.3.2. Efisiensi Pemasaran.

Efisiensi pemasaran dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu efisiensi

operasional (teknologi) dan efisiensi ekonomi (harga). Analisis yang dapat

digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses tataniaga suatu

produk yaitu analisis marjin tataniaga, farmer’s share serta rasio keuntungan dan

biaya.

6.3.2.1. Farmer’s Share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan

tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s

share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Pada Tabel 14 terlihat

besarnya bagian yang diterima oleh petani pada pola saluran pemasaran I adalah

Rp 1.900 (25,33 persen) dari harga jual pedagang pengecer. Sedangkan pada pola

saluran II, petani memperoleh farmer’s share sebesar Rp 2.200 (100 persen) dari

harga beli konsumen akhir. Hal ini terjadi karena petani pada pola saluran II

langsung memasarkan pepaya California yang dihasilkannya.

6.3.2.2. Marjin Pemasaran

Marjin adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen

dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat juga dinyatakan sebagai

nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen

sampai ke titik konsumen akhir. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga

akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga

yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga yang

terlibat dalam penyaluran suatu komoditi dari titik produsen sampai titik

70

konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik

produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayar oleh konsumen.

Tabel 14. Analisis marjin pemasaran pepaya Califonia di desa Cimande dan desa Lemahduhur

Pola Saluran Pemasaran I II

Keterangan

Rp/kg % Rp/kg % 1. Petani Harga Jual 1.900,00 25,33 2.200,00 100,00 Biaya Usahatani 568,77 7,58 456,30 20,74 Margin Pemasaran 1.331,23 17,75 1.743,70 79,26 Biaya Pemasaran 0,00 0,00 179,17 8,14 Keuntungan 1.331,23 17,75 1.564,53 71,11 2. Supplier Harga Jual 4.500 60 − − Harga Beli 1.900 25,33 − − Margin Pemasaran 2.600 34,67 − − Biaya Pemasaran 200 2,67 − − Biaya Pengemasan 215 2,87 − − Total Biaya 415 5,53 − − Keuntungan 2.185 29.13 − − 3. Pedagang Pengecar Harga Jual 7.500 100 − − Harga Beli 4.500 60 − − Margin Pemasaran 3.000 40 − − Biaya Pelabelan 250 3,33 − − Biaya Penyimpanan 274 3,65 − − Biaya Pengemasan 100 1,33 − − Total Biaya 624 8,32 − − Keuntungan 2.376 31,68 − − 4. Konsumen Akhir Harga Beli 7.500 100 2.200 100

Total Biaya Pemasaran 1.039,00 13,85 179,17 8,14 Total Keuntungan 4.561,00 60,81 1.564,53 71,11 Total Margin Pemasaran 5.600,00 74,67 1.743,70 79,26 Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran 4,39 − 8,73 −

Berdasarkan Tabel 14 juga dapat dilihat bahwa margin pemasaraan

terbesar diperoleh petani pada pola saluran II yaitu 79,26 persen, sedangkan petani

pada pola saluran I memperoleh marjin pemasaran sebesar 74,67 persen. Biaya

pemasaran terbesar pada pola saluran I terjadi pada pedagang pengecer, yang

mana pedagang tersebut harus membayar biaya pelabelan (Rp 250 per kg), biaya

71

penyimpanan (Rp 274 per kg) dan biaya pengemasan (Rp 100 per kg). Sedangkan

supplier hanya mengeluarkan biaya transportasi Rp 175 per kg, biaya tenaga kerja

Rp 25 per kg dan biaya pengemasan (Rp 215 per kg) untuk melakukan

pemasarannya. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam pola saluran I

adalah Rp 1.039 per kg (13,85 persen) dari harga jual pedagang pengecer.

Pada pola saluran pemasaran II, petani terlibat dalam memasarkan

produknya. Sehingga petani tersebut harus mengeluarkan biaya pemasaran sebesar

Rp 179,17 per kg yang terdiri dari biaya transportasi (Rp 166,67 per kg ) dan

biaya pengemasan (Rp 12,5 per kg). Total biaya pemasaran pada pola saluran II

adalah Rp 179,17 per kg (8,14 persen) yang berasal dari petani tersebut. Dari

penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa biaya pemasaran adalah seluruh

biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran

untuk memasarkan/menyalurkan produk dari produsen ke konsumen.

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka petani pada pola saluran I

memperoleh total keuntungan sebesar Rp 4.561 per kg (60,81 persen) dari harga

jual pedagang pengecer, sedangkan petani pada pola saluran II memperoleh

keuntungan sebesar Rp 1.564,53 per kg (71,11 persen) dari harga beli konsumen

akhir. Hal ini dapat disebabkan karena pada pola saluran II tersebut, petani

merupakan satu-satunya lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan

pepaya ke konsumen akhir

Rasio keuntungan dan biaya pemasaran mendefenisikan besarnya

keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa petani pada pola saluran II memperoleh

keuntungan dari rasio keuntungan dan biaya yang terbesar yaitu 8,73. Artinya

72

adalah petani tersebut memperoleh keuntungan sebesar 8,73 untuk setiap rupiah

yang dikeluarkan. Sedangkan rasio antara keuntungan dan biaya yang diperoleh

petani pola saluran II adalah sebesar 4,39 untuk setiap rupiah yang dikeluarkan.

6.3.3. Analisis Efisiensi Pemasaran

Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu

mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan

biaya semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil bagi

seluruh harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir dalam kegiatan produksi.

Dari Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa sistem saluran pemasaran yang

paling efisien terdapat pada pola saluran pemasaran II karena petani tersebut

memperoleh farmer’s share (bagian yang diterima petani) sebesar 100 persen,

sedangkan pada pola saluran I petani hanya memperoleh farmer’s share sebesar

25,33 persen. Begitu juga rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh petani pada

pola saluran pemasaran II (8,73) lebih besar daripada farmer’s yang diterima

petani pada pola saluran I (4,39). Namun berdasarkan ukuran efisiensinya, maka

dapat disimpulkan bahwa kedua pola saluran pemasaran tersebut sudah efisien

karena nilai rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh petani pada kedua pola

saluran tersebut lebih besar dari satu.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Untuk rata-rata luas lahan 0,94 hektar dan jumlah tanaman 1.429 pohon

yang dimiliki petani responden di desa Cimande dan desa Lemahduhur,

kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa petani

responden nilai R/C ratio atas total biaya sebesar rata-rata 3,59 dan R/C

ratio atas biaya tunai sebesar rata-rata 4,05. Karena nilai dari kedua R/C

tersebut lebih dari satu, maka usahatani pepaya California tersebut masih

memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Dari

segi perbandingan skala usaha disimpulkan bahwa semua petani responden

di lokasi penelitian (baik skala kecil, skala menengah, dan skala besar)

memperoleh keuntungan karena nilai R/C atas biaya tunai maupun nilai

R/C atas total biaya yang diperoleh petani tersebut lebih besar dari satu.

Petani responden skala besar (luas lahan ≥ 2 ha dan rata-rata luas lahan 2,5

ha), memperoleh pendapatan paling besar, yaitu pendapatan atas biaya

tunai Rp 220.239.500 per tahun dan pendapatan atas total biaya Rp

208.664.916,67 per tahun. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani

responden skala menengah (dengan luas lahan 1 - < 2 dan luas lahan rata-

rata 1,15 ha) adalah lebih efisien dibandingkan petani skala usaha lainnya.

Petani skala usaha menengah tersebut memperoleh nilai R/C paling besar,

yaitu R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan R/C atas total biaya sebesar

4,86. Untuk perbandingan pendapatan per tahun berdasarkan skala usaha

dengan luas lahan satu hektar, kegiatan usahatani pepaya California untuk

74

petani skala menengah lebih efisien (dengan jumlah tanaman 1.587 pohon

dan jarak tanam 2 m x 2,5 m). Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh

petani tersebut sebesar Rp 145.889.565,22 dengan R/C atas biaya tunai

5,66 dan pendapatan atas total biaya sebesar Rp 140.725.362,32 dengan

R/C atas total biaya 4,86. Berdasarkan besarnya nilai R/C yang diperoleh

petani responden maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani

pepaya California sangatlah menjanjikan, karena memberikan keuntungan

bagi petani. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan

petani responden di desa Cimande dan desa Lemahduhur adalah: luas

lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit,

penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan

Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).

2. Pada saluran pemasaran pepaya California di desa Cimande dan desa

Lemahduhur, terdapat dua bentuk pola saluran. Pada pola saluran I, petani

menjual pepaya kepada supplier, kemudian supplier menjual pepaya

tersebut kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya

lagi kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani

menjual pepaya langsung kepada pabrik (konsumen akhir).

3. Dilihat dari nilai rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh petani, maka

dapat disimpulkan bahwa kedua pola saluran pemasaran yang ada di desa

Cimande dan desa Lemahduhur sudah efisien (>1). Nilai rasio keuntungan

dan biaya pada pola saluran I sebesar 4,39 dan nilai rasio keuntungan dan

biaya pada pola saluran II sebesar 8,73.

75

7.2. Saran

1. Berdasarkan nilai rasio keuntungan dan biaya, bisa dikatakan bahwa

masing-masing saluran pemasaran sudah efisien. Sehingga disarankan

untuk setiap petani agar mempertahankan pola salurannya. Agar proses

pemasaran dapat berjalan dengan baik dan keuntungan yang diperoleh

petani dapat lebih tinggi, maka perlu dianjurkan adanya suatu wadah

(seperti: koperasi) yang bisa menampung hasil panen dari setiap petani,

dengan tujuan agar harga jual pepaya yang diterima oleh petani dapat lebih

terjamin/lebih tinggi.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi pepaya California dengan memperbanyak

jumlah petani responden dengan tujuan agar penelitian selanjutnya dapat

diuji secara statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia

“Ekspor”. Jakarta. Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia

“Impor”. Jakarta. Indonesia.

Dahl, C. D., Hammond, J. W., 1977. Market Place Analysis The Agryculture

Industry. MC. Graw-Hill Book Company. New York.

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid II. Penerbit: LP3ES. Jakarta

Data Susenas. 2007. Konsumsi Per Kapita Hortikultura.

Direktorat Gizi. Depkes RI. 1979. Komposisi Buah dan Daun Pepaya. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2006. Perkembangan

Produktivitas Pepaya Indonesia Pada Tahun 2000-2005. Jakarta.

Gita, D. 2005. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Keputusan

Pembelian Pepaya Eksotik dibandingkan Dengan Pepaya Lokal. Skripsi.

Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Halisah, S (2006). Analisis Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja Pada

Usahatani Pepaya. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan

Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hanafiah, A. M., Saefudin, A. M., 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas

Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kalie, M. B. 2007. Bertanam Papaya. Edisi Revisi. Cetakan 23. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Kotler, P. 1987. Dasar-Dasar Pemasaran. CV Intermedia. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kesepuluh. PT Prenhalindo.

Jakarta.

Limbong, W. H., Sitorus, P., 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-

Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

77

Limbong, W. H., 1997. Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Rahmawati, E. 1999. Analisis Saluran Pemasaran Manggis. Skripsi. Jurusan Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Sari, A. K. 2005. Laporan Magang. Fakultas Pertanian. Universitas Pajajaran.

Bandung.

Soeharjo dan Patong. 1973. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, A Suharjo. 1986. Ilmu Usahatani dan Peneletiaan Untuk

Pengembangan Petani Kecil Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Penerbit Universitas Indonesia.

Cetakan Ketiga. Jakarta.

Sitompul, R. P. 2007. Analisis Usahatani dan Tataniaga Ikan Hias Maskoki

Oranda. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

78

78

79

Lampiran 3. Potensi Sumber Daya Tiap-tiap Desa di Kecamatan Caringin,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat

1. Desa Cinagara Nilam/Minyak Asiri

2. Desa Pasirmuncang Pertanian Sawah/Padi

3. Desa Tangkil Pohon Albasiah/Jagung/Peternakan Ayam

4. Desa Lemahduhur Pepaya/Salak Sleman Bogor

5. Desa Ciderum Pertanian Sawah/Padi

6. Desa Pancawati Teh, Sentra Salak dan Agrowisata

7. Desa Caringin Desa Perkotaan/Dagang

8. Desa Ciherang Pondok Pertanian Sawah/Padi

9. Desa Pasir Buncir Peternakan Sapi

10.Desa Muara Jaya Pertanian Sawah/Padi

11 Desa Cimande Hilir Pengrajin Biasa

12.Desa Cimande Pepaya, Jagung Manis

Sumber: Data Primer, 2008

79

Lampiran 4. Penjabaran Tentang Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Masing-Masing

Petani Responden

Responden 1

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 3.000 1.500 4.500.000,00 4,73

b. Pupuk kompos (karung) 7.500 6.000 45.000.000,00 47,29

c. Pupuk NPK (kg) 900 3.500 3.150.000,00 3,31

d. Kapur (kg) 9.000 500 4.500.000,00 4,73

e. Obat-obatan (kg) 2,5 100.000 250.000,00 0,26

f. TKLK (HOK) 1.471 20.000 29.420.000,00 30,92

Total Biaya Tunai 86.820.000,00 91,25

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 2 4.000.000 8.000.000,00 8,41

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 328.000,00 0,34

c. TKDK (HOK) 0 20.000 0,00 0,00

Total Biaya Tidak tunai 8.328.000,00 8,75

Total Biaya 95.148.000,00 100,00

Responden 2

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 255 1.500 382.500,00 4,90

b. Pupuk kompos (karung) 750 4.000 3.000.000,00 38,44

c. Pupuk NPK (kg) 60 2.500 150.000,00 1,92

d. Kapur (kg) 750 300 225.000,00 2,88

e. Obat-obatan (kg) 1 80.000 80.000,00 1,03

f. TKLK (HOK) 254 12.000 3.048.000,00 39,06

Total Biaya Tunai 6.885.500,00 88,23

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,2 4.000.000 800.000,00 10,25

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 118.333,33 1,52

c. TKDK (HOK) 0 12.000 0,00 0,00

Total Biaya Tidak tunai 918.333,33 11,77

Total Biaya 7.803.833,33 100,00

78

Responden 3

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 316 1.500 473.750,00 3,62

b. Pupuk kompos (karung) 1.350 5.000 6.750.000,00 51,58

c. Pupuk NPK (kg) 135 2.500 337.500,00 2,58

d. Kapur (kg) 1.350 300 405.000,00 3,09

e. Obat-obatan (kg) 1 70.000 70.000,00 0,53

f. TKLK (HOK) 167 15.000 2.505.000,00 19,14

Total Biaya Tunai 10.541.250,00 80,55

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,6 4.000.000 2.400.000,00 18,34

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 145.250,00 1,11

c. TKDK (HOK) 0 15.000 0,00 0,00

Total Biaya Tidak tunai 2.545.250,00 19,45

Total Biaya 13.086.500,00 100,00

Responden 4

Komponen Biaya Jumlah

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1700 1.500 2.550.000,00 7,14

b. Pupuk kompos (karung) 3400 5.000 17.000.000,00 47,60

c. Pupuk NPK (kg) 340 3.000 1.020.000,00 2,86

d. Kapur (kg) 3400 500 1.700.000,00 4,76

e. Obat-obatan (kg) 2,5 70.000 175.000,00 0,49

f. TKLK (HOK) 700 13.000 9.100.000,00 25,48

Total Biaya Tunai 31.545.000,00 88,33

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 1 4.000.000 4.000.000,00 11,20

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 169.000,00 0,47

c. TKDK (HOK) 0 13.000 0,00 0,00

Total Biaya Tidak tunai 4.169.000,00 11,67

Total Biaya 35.714.000,00 100,00

79

Responden 5

Komponen Biaya Jumlah

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 4.200 1.500 6.300.000,00 4,96

b. Pupuk kompos (karung) 12.600 6.000 75.600.000,00 59,49

c. Pupuk NPK (kg) 1.260 3.500 4.410.000,00 3,47

d. Kapur (kg) 12.600 500 6.300.000,00 4,96

e. Obat-obatan (kg) 4 60.000 240.000,00 0,19

f. TKLK (HOK) 1.467 15.000 22.005.000,00 17,32

Total Biaya Tunai 114.855.000,00 90,38

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 3 4.000.000 12.000.000,00 9,44

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 225.000,00 0,18

c. TKDK (HOK) 163 15.000 2.445.000,00 0,02

Total Biaya Tidak tunai 12.225.000,00 9,62

Total Biaya 127.080.000,00 100,00

Responden 6

Responden 6

Komponen Biaya Jumlah

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 500 1.500 750.000,00 7,39

b. Pupuk kompos (karung) 1.000 4.000 4.000.000,00 39,39

c. Pupuk NPK (kg) 100 2.500 250.000,00 2,46

d. Kapur (kg) 1.000 400 400.000,00 3,94

e. Obat-obatan (kg) 1 50.000 50.000,00 0,49

f. TKLK (HOK) 281 12.000 3.372.000,00 33,20

Total Biaya Tunai 8.822.000,00 86,87

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,3 4.000.000 1.200.000,00 11,82

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 133.333,33 1,31

c. TKDK (HOK) 0 12.000 0,00 0,00

Total Biaya Tidak tunai 1.333.333,33 13,13

Total Biaya 10.155.333,33 100,00

80

Responden 7

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1.950 1.500 2.925.000,00 6,42

b. Pupuk kompos (karung) 4.875 5.000 24.375.000,00 53,50

c. Pupuk NPK (kg) 390 3.500 1.365.000,00 3,00

d. Kapur (kg) 3.900 500 1.950.000,00 4,28

e. Obat-obatan (kg) 3 70.000 210.000,00 0,46

f. TKLK (HOK) 615 15.000 9.225.000,00 20,25

Total Biaya Tunai 40.050.000,00 87,90

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 1,3 4.000.000 5.200.000,00 11,41

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 313.500,00 0,69

c. TKDK (HOK) 153 15.000 2.295.000,00 0,05

Total Biaya Tidak tunai 5.513.500,00 12,10

Total Biaya 45.563.500,00 100,00

Responden 8

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1.600 1.500 2.400.000,00 8,20

b. Pupuk kompos (karung) 3.200 5.000 16.000.000,00 54,64

c. Pupuk NPK (kg) 480 3.000 1.440.000,00 4,92

d. Kapur (kg) 320 300 96.000,00 0,33

e. Obat-obatan (kg) 1,5 70.000 105.000,00 0,36

f. TKLK (HOK) 464 13.000 6.032.000,00 20,60

Total Biaya Tunai 26.073.000,00 89,03

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,75 4.000.000 3.000.000,00 10,24

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 211.500,00 0,72

c. TKDK (HOK) 147 13.000 1.911.000,00 0,07

Total Biaya Tidak tunai 3.211.500,00 10,97

Total Biaya 29.284.500,00 100,00

84

Responden 9

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 298 1.500 447.500,00 4,16

b. Pupuk kompos (karung) 1.500 5.000 7.500.000,00 69,72

c. Pupuk NPK (kg) 150 3.000 450.000,00 4,18

d. Kapur (kg) 1.250 300 375.000,00 3,49

e. Obat-obatan (kg) 1 60.000 60.000,00 0,56

f. TKLK (HOK) 64 15.000 960.000,00 8,92

Total Biaya Tunai 9.792.500,00 91,03

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,2 4.000.000 800.000,00 7,44

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 165.166,67 1,54

c. TKDK (HOK) 62 15.000 930.000,00 0,09

Total Biaya Tidak tunai 965.166,67 8,97

Total Biaya 10.757.666,67 100,00

Responden 10

Komponen Biaya Jumlah Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) (%)

1. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 90 1.500 135.000,00 8,26

b. Pupuk kompos (karung) 180 5.000 900.000,00 55,08

c. Pupuk NPK (kg) 18 3.000 54.000,00 3,30

d. Kapur (kg) 135 400 54.000,00 3,30

e. Obat-obatan (kg) 0 70.000 0,00 0,00

f. TKLK (HOK) 11 20.000 220.000,00 13,46

Total Biaya Tunai 1.363.000,00 83,41

2. Biaya Tidak Tunai

a. Sewa Lahan (ha) 0,04 4.000.000 160.000,00 9,79

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 111.000,00 6,79

c. TKDK (HOK) 110 20.000 2.200.000,00 1,35

Total Biaya Tidak tunai 271.000,00 16,59

Total Biaya 1.634.000,00 100,00

85

Lampiran 5. Pendapatan Petani Responden Berdasarkan Skala Usaha (Luas

Lahan) Dalam Waktu Satu Tahun.

1. Skala Kecil (Luas Lahan 0,35 Ha)

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan) Nilai (Rp) %

1. Penerimaan 20.826,67 kg 1.930 40.195.466,67

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 510 1.500 764.791,67 5,59

b. Pupuk kompos (karung) 1.330,00 5.000 6.650.000,00 48,60

c. Pupuk NPK (kg) 157,17 3.000 471.500,00 3,45

d. Kapur (kg) 800,83 400 320.333,33 2,34

e. Obat-obatan (kg) 0,92 70.000 64.166,67 0,47

f. TKLK (HOK) 206,83 15.000 3.102.500,00 22,67

Total Biaya Tunai 11.373.291,67 83,12

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 0,35 4.000.000 1.393.333,33 10,18

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 118.694,44 0,87

c. TKDK (HOK) 53,17 15.000 797.500 5,83

Total Biaya Diperhitungkan 2.309.527,78 16,88

4. Total Biaya (2+3) 13.682.819,44 100,00

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 28.822.175,00

6. Pendapatan Atas Biaya Total 26.512.647,22

7. R/C Atas Biaya Tunai 3,55

8. R/C atas Biaya Total 2,95

2. Skala Menengah (Luas Lahan 1,15 Ha)

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan) Nilai (Rp) %

1. Penerimaan 105.600 kg 1.930 203.808.000

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1.825,00 1.500 2.737.500 6,52

b. Pupuk kompos (karung) 4.137,50 5.000 20.687.500 49,29

c. Pupuk NPK (kg) 365,00 3.000 1.095.000 2,61

d. Kapur (kg) 3.650,00 400 1.460.000 3,48

e. Obat-obatan (kg) 2,75 70.000 192.500 0,46

f. TKLK (HOK) 657,50 15.000 9.862.500 23,50

Total Biaya Tunai 36.035.000 85,85

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 1,15 4.000.000 4.600.000 10,96

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 191.333,33 0,46

c. TKDK (HOK) 76,50 15.000 1.147.500 2,73

Total Biaya Diperhitungkan 5.938.833,33 14,15

4. Total Biaya 41.973.833,33 100,00

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 167.773.000

6. Pendapatan Atas Biaya Total 161.834.166,67

7. R/C Atas Biaya Tunai 5,66

8. R/C atas Biaya Total 4,86

86

3. Skala Besar (Luas Lahan 2,5 Ha)

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan) Nilai (Rp) %

1. Penerimaan 158.400 kg 1.930 305.712.000

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 3.600 1.500 5.400.000 5,56

b. Pupuk kompos (karung) 10.050 5.000 50.250.000 51,78

c. Pupuk NPK (kg) 1.080 3.000 3.240.000 3,34

d. Kapur (kg) 10.800 400 4.320.000 4,45

e. Obat-obatan (kg) 3,25 70.000 227.500 0,23

f. TKLK (HOK) 1.469 15.000 22.035.000 22,71

Total Biaya Tunai 85.472.500 88,07

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 2,5 4.000.000 10.000.000 10,30

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 352.083,33 0,36

c. TKDK (HOK) 81,50 15.000 1.222.500 1,26

Total Biaya Diperhitungkan 11.574.583,33 11,93

4. Total Biaya 97.047.083,33 100,00

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 220.239.500

6. Pendapatan Atas Biaya Total 208.664.916,67

7. R/C Atas Biaya Tunai 3,58

8. R/C atas Biaya Total 3,15

87

Lampiran 6. Perincian Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Petani Berdasarkan

Skala Usaha Per Hektar Dalam Waktu Satu Tahun. 1. Skala Kecil

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) %

1. Penerimaan 59.789,48 kg 1.930 115.393.702,68

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1457 1.500 2.185.714,29 5,58

b. Pupuk kompos (karung) 3.800,00 5.000 19.000.000,00 48,50

c. Pupuk NPK (kg) 449,05 3.000 1.347.142,86 1,77

d. Kapur (kg) 2299,04 400 919.617,22 2,35

e. Obat-obatan (kg) 2,63 70.000 184.210,53 0,47

f. TKLK (HOK) 593,78 15.000 8.906.698,56 22,74

Total Biaya Tunai 32.543.383,46 83,07

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 1 4.000.000 4.000.000,00 10,21

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 340.749,60 0,87

c. TKDK (HOK) 152,63 15.000 2.289.474 5,84

Total Biaya Diperhitungkan 6.630.223,29 16,93

4. Total Biaya (2+3) 39.173.606,74 100

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 82.850.319,22

6. Pendapatan Atas Biaya Total 76.220.095,94

7. R/C Atas Biaya Tunai 3,55

8. R/C atas Biaya Total 2,95

2. Skala Menengah

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) %

1. Penerimaan 91.826,09 kg 1.930 177.224.347,83

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1587 1.500 2.380.434,78 6,52

b. Pupuk kompos (karung) 3598 5.000 17.989.130,43 49,29

c. Pupuk NPK (kg) 317 3.000 952.173,91 0,68

d. Kapur (kg) 3174 400 1.269.565,22 3,48

e. Obat-obatan (kg) 2 70.000 167.391,30 0,46

f. TKLK (HOK) 572 15.000 8.576.086,96 23,50

Total Biaya Tunai 31.334.782,61 85,85

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 1 4.000.000 4.000.000,00 10,96

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 166.376,81 0,46

c. TKDK (HOK) 66,52 15.000 997.826 2,73

Total Biaya Diperhitungkan 5.164.202,90 14,15

4. Total Biaya (2+3) 36.498.985,50 100

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 145.889.565,22

6. Pendapatan Atas Biaya Total 140.725.362,32

7. R/C Atas Biaya Tunai 5,66

8. R/C atas Biaya Total 4,86

88

3. Skala Besar

Uraian Jumlah

(Satuan)

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp) %

1. Penerimaan 63.360 kg 1.930 122.284.800,00

2. Biaya Tunai

a. Bibit (polibag) 1440 1.500 2.160.000,00 5,56

b. Pupuk kompos (karung) 4.020,00 5.000 20.100.000,00 51,78

c. Pupuk NPK (kg) 432,00 3.000 1.296.000,00 1,55

d. Kapur (kg) 4320,00 400 1.728.000,00 4,45

e. Obat-obatan (kg) 1,30 70.000 91.000,00 0,23

f. TKLK (HOK) 587,60 15.000 8.814.000,00 22,71

Total Biaya Tunai 34.189.000,00 88,07

3. Biaya Diperhitungkan

a. Sewa Lahan (ha) 1 4.000.000 4.000.000,00 10,30

b. Penyusutan Peralatan (Rp) 140.833,33 0,36

c. TKDK (HOK) 32,60 15.000 489.000 1,26

Total Biaya Diperhitungkan 4.629.833,33 11,93

4. Total Biaya (2+3) 38.818.833,33 100

5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 88.095.800,00

6. Pendapatan Atas Biaya Total 83.465.966,67

7. R/C Atas Biaya Tunai 3,58

8. R/C atas Biaya Total 3,15

89

Lampiran 7. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN

PEPAYA CALIFORNIA (Kasus di desa Lemahduhur dan desa Cimande,

Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh :

ANDRY PANDAPOTAN PURBA

A 14105512

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Nomor Responden :

Nama Responden :

Umur Responden :

Pendidikan terakhir :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten :

Tanggal Wawancara :

90

I. Petani

1. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan budidaya pepaya California? Tolong

jelaskan tahap demi tahap........................................................

2. Apa saja yang bapak/ibu butuhkan untuk melakukan usahatani pepaya

tersebut?.........Berapa banyak jumlahnya dan berapa biayanya? Tolong

jelaskan.....................

3. Darimana bapak/ibu membeli kebutuhan tersebut? Alasannya.............

4. Berapa tahun umur tanaman pepaya yang bapak/ibu usahakan

5. Berapa jarak tanamnya?

6. Sudah berapa lama tahun bapak/ibu melakukan kegiatan usahatani pepaya

tersebut?

7. Berapa luas lahan yang diusahakan untuk usahatani pepaya California

tersebut?.............

8. Berapa jumlah tanaman (pohon) yang bapak usahakan dalam luasan

tersebut?....

9. Apakah lahan tersebut berada dalam satu lokasi/tersebar?...........

10. Bagaimana status lahan tersebut? a. milik sendiri; b. sewa

11. Jika lahan tersebut disewa, berapa harga sewanya? Rp.............../tahun/hektar

12. Apakah bapak/ibu menyewakan lahan kepada orang lain untuk usahatani

pepaya California?ya/tidak

13. Jika ya, berapa harga sewanya? Rp.............../tahun/hektar

14. Mengapa bapak/ibu melakukan usahatani pepaya California? a. Harga tinggi;

b. hanya sekedar mencoba; c. Ikut petani lain; d. Memenuhi kebutuhan

keluarga; e. Lainnya., sebutkan................

15. Berapa kali bapak/ibu memanen pepaya tersebut dalam waktu satu bulan?

16. Berapa kg pepaya yang dapat dihasilkan dalam 1 kali panen?

kg/panen?.........................

17.Apakah bapa/ibu menggunakan tenaga kerja? Jika ya, berapa lama tenaga kerja

tersebut bekerja di ladang?.............jam/hari

18. Berapa orang tenaga kerja yang bapak butuhkan dalam satu hari untuk

melakukan usahatani pepaya tersebut? Tolong jelaskan tahap demi tahap

mulai dari pembibitan sampai panen?.................................................

91

19. Apakah bapak/ibu menggunakan tenaga kerja dalam keluarga?

Alasannya............................

20. Berapa upah tenaga kerja yang bapak keluarkan dalam waktu satu hari?

Rp......../orang

21. Apa saja peralatan yang bapak/ibu gunakan dalam usahatani

tersebut.....Berapa jumlah peralatan yang digunakan?Tolong jelaskan

22. Darimana bapak/ibu membeli peralatan tersebut? Alasannya.......................

23. Peralatan tersebut dapat digunakan sampai berapa tahun?..........tahun. Jelaskan

24..Kemana bapak/ibu menjual hasil panen pepaya tersebut?

Alasannya....................

25. Berapa harga jualnya?Rp/kg............................................

26.Apakah pepaya tersebut langsung dijual setelah panen?

Jelaskan...............................

27. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan pembeli? Jelaskan.............................

28. Apakah pembeli melakukan sortasi (seleksi) terhadap pepaya yang bapak/ibu

jual? Tolong jelaskan.....................................................

29.Biaya apa saja yang bapak/ibu keluarkan untuk menjual pepaya tersebut?

Jelaskan.......................................

30. Bagaimana sistem penentuan harga jual pepaya dengan pembeli?

a. kesepakatan; b. Sesuai harga pasar/supplier/pabrik; c. ditentukan sendiri

31. Darimana informasi harga jual diperoleh ?

92

II. Supplier

1. Apakah bapak terlebih dahulu menanyakan kepada para petani tentang waktu

panen (ya/tidak) ?

2. Kemana bpk memasarkan pepaya? Alasannya.......................................

3. Berapa harga jualnya? Rp............../kg

4. Berapa harga beli pepaya dari petani? Rp............../kg

5. Bagaimana sistem penetapan harga beli dari petani : a. kesepakatan; b. sesuai

harga pasar; c. ditentukan sendiri

6. Apakah ada dilakukan pengemasan sebelum pepaya dijual (ya/tidak)?

7. Jika ya, berapa biaya pengemasan = Rp............................................?

8. Bagaimana sistem pengangkutannya :a. bapak yang menanggung; b. Diambil

langsung dari tempat bpk

9. Berapa biaya pengangkutannya = Rp...................................................?

10. Apakah sebelum memasarkan dilakukan sortasi terlebih dahulu (ya/tidak)?

11. Apakah bpk melakukan seleksi pepaya yang berasal dari petani terlebih

dahulu (ya/tidak)

12. Berdasarkan apa seleksi tersebut bapak lakukan: a. warna; b. ukuran;

c. bentuk. Tolong bapak jelaskan......................................

13. Darimana informasi harga jual diperoleh? a. sesama pengumpul; b. pembeli; c.

Supplier; d. Pasar; e. lainnya,.............................................

14. Apakah biaya pembelian dan transportasi seluruhnya ditanggung oleh bapak

(ya/tidak).

15. Berapa biaya yang harus bapak keluarkan untuk melakukan pemasaran pepaya

dari petani sampai pedagang pengecer? Tolong bapak jelaskan secara

lengkap........................................................

16. Berapa kg volume pepaya yang diterima dari petani dalam satu kali transaksi?

17. Berapa kg volume pepaya yang dapat ditampung dalam satu unit mobil yang

bapak gunakan untuk memasarkan pepaya California tersebut? Jelaskan...........

93

III. Pedagang pengecer

1. Berapa harga beli pepaya dari supplier? Rp............/kg

2. Berapa harga jualnya? Rp............/kg

3. Siapa yang menanggung biaya transportasi pepaya California tersebut secara

keseluruhan? a. pihak swalayan; atau b. supplier

4. Bagaimana sistem kesepakatan dalam penentuan harga beli antara pihak

swalayan dengan supplier? Jelaskan

5. Bagaimana sistem penentuan harga jual pepaya ke konsumen akhir?

a. berdasarkan harga pasar; b. ditentukan sendiri oleh pihak swalayan. Tolong

dijelaskan

6. Biaya apa saja yang harus dikeluarkan oleh pihak swalayan untuk menjual

pepaya California tersebut hingga pepaya tersebut sampai ke tangan konsumen

akhir/pembeli? tolong dijelaskan secara rinci.....................................................