Laporan Coating and Enrobing
-
Upload
muthmainnahzaen -
Category
Documents
-
view
682 -
download
13
Transcript of Laporan Coating and Enrobing
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pengolahan bahan pangan secara umum adalah
memperpanjang umur simpan. Berbagai cara pengolahan mulai dari pengeringan
hingga pemanggangan masing-masing mempunyai efek pengawetan dengan
jangka waktu yang berbeda-beda. Salah satu pemanfaatan bahan segar terutama
yang singkong dapat diolah menjadi keripik. Keripik adalah produk yang
dihasilkan melalui tahapan pengupasan, pengirisan, dan penggorengan. Prosesnya
yang mudah menjadikan keripik singkong mudah ditemui sehari-hari. Keripik
banyak menyerap minyak selama penggorengan, banyak sedikit minyak yang
diserap akan memengaruhi rasa, tekstur serta kenampakan keripik. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya minyak yang diserap adalah
kandungan padatan bahan, suhu minyak goreng, lama penggorengan, jenis
minyak, ketebalan bahan serta sifat fisik permukaan irisan.
Pasca pengolahan keripik pada umumnya adalah pengemasan. Keripik
akan menjadi awet bila disertai kemasan dan penyimpanan yang semestinya.
Salah satu faktor kemunduran atau turunnya mutu keripik adalah akibat rusaknya
minyak yang terkandung, yang menimbulkan bau tengik (rancid) dan flavor tak
enak. Makin tinggi kandungan minyaknya, makin rendah/cepat turunnya mutu
makanan goreng apabila tidak disertai kemasan dan kondisi penyimpanan yang
memadai.
Keripik singkong yang beredar sekarang sudah sangat bervariasi terutama
dalam hal rasa. Hal ini dilakukan karena permintaan konsumen yang
menginginkan produk yang lebih inovatif dan bosan dengan bentuk, tampilan dan
rasa keripik yang biasa-biasa saja. Varian rasa ini dapat diterapkan pada keripik
dengan menyalutkan atau melapisi bumbu yang ditambahkan sehingga diperlukan
teknik penyalut agar bumbu merata ke seluruh permukaan keripik. Coating dan
enrobing merupakan metode menyalut keripik singkong menggunakan edible
coating. Penyalutan makanan dengan cara tersebut bertujuan untuk memperbaiki
eating quality makanan. Bahan penyalut dapat bervariasi misalnya gula, garam
untuk menghasilkan citarasa asin dan manis. Ketebalan bahan penyalut ditentukan
oleh viskositasnya. Semakin tinggi viskositas dari penyalut, maka akan semakin
tebal bumbu yang akan menyelimuti bahan.
B. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk
1. Mengetahui pengaruh perendaman dalam larutan kapur terhadap sifat
sensoris keripik singkong.
2. Mengetahui kualitas sensoris (tekstur, warna, rasa, kerataan bumbu)
keripik singkong setelah frying, coating dan enrobing.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keripik merupakan makanan camilan (snack) yang mempunyai daya awet
yang cukup tinggi, rasa yang enak, dan variasi yang banyak sehingga dapat
memenuhi selera konsumen. Keripik mempunyai sedikit perbedaan dengan
kerupuk. Keripik merupakan produk olahan pangan yang menggunakan bahan
baku secara langsung tanpa ada pencampuran dengan bahan lain seperti tapioka,
terigu, atau pati yang lain sebagai bahan pengisi. Keripik biasanya diproses dari
bahan baku dalam bentuk irisan (hasil perajangan bahan baku) melalui proses
penjemuran atau tanpa penjemuran, kemudian digoreng. Adapun kerupuk,
kerupuk dibuat dari bahan baku yang dihaluskan (dengan atau tanpa pengukusan
terlebih dahulu bergantung pada jenis bahan yang digunakan), dicampur dengan
bahan pengisi seperti tapioka atau terigu, kemudian dikukus, diiris tipis, dijemur,
dan goreng. Umumnya kerupuk lebih mengembang dibandingkan keripik karena
pada proses pengolahannya ditambahkan pati. Keunggulan keripik dibandingkan
kerupuk adalah cita rasa bahan baku asal masih dapat dipertahankan sehingga
masih dominan (Estiasih, 2010).
Kriteria keripik yang baik menurut Astawan (1991) diantaranya: 1)
Rasanya pada umumnya gurih, 2) Aromanya harum, 3) Teksturnya kering dan
tidak tengik, 4) Warnanya menarik dan 5) Bentuknya tipis, bulat dan utuh dalam
arti tidak pecah.
Pemberian bumbu dengan teknik pelapisan (Coating). Siapkan bumbu
yang telah dihaluskan, seperti gula halus, garam halus, cabe bubuk, coklat bubuk
yang sudah diolah, seasoning (bumbu siap saji berbagai rasa seperti rasa pizza,
keju, barbeque, ayam, dll). Keripik yang telah digoreng dan dingin ditaburi bahan-
bahan atau bumbu dalam suatu kantong plastik, kemudian kantong plastik dibolak
balik sedemikian rupa sehingga bumbu dapat melapisi secara merata. (Maligan,
J.M dkk., 2011)
Coating adalah Sebuah istilah umum untuk menggambarkan penerapan
penutup kental (seperti seperti adonan, coklat, tepung / campuran gula) ke
permukaan makanan. Sedangkan Enrobing adalah unit operasi di mana potongan-
potongan makanan yang dilapisi dengan coklat atau bahan lainnya (P. Fellows,
2000)
Pada umumnya tujuan dari pelapisan bahan (coating) itu sendiri menurut
P. Fellows (2000) adalah untuk meningkatkan penampilan dan eating quality
makanan serta meningkatkan berbagai varietas olahannya. Dalam beberapa kasus,
coating juga berguna untuk membatasi pertukaran uap air (kelembaban tinggi)
dan gas, atau melindungi makanan terhadap kerusakan secara mekanis. Secara
umum, coatings juga diterapkan pada makanan :
• untuk memperbaiki penampilan
• untuk memodifikasi tekstur
• untuk meningkatkan rasa
• untuk meningkatkan kenyamanan
• untuk meningkatkan variasi dan menambah nilai produk dasar.
Penggunaan Coating memiliki efek yang minimal terhadap kualitas nutrisi
pada makanan, kecuali jika ada bahan yang ditambahkan ke dalam makanan pada
proses pelapisan. Metode pelapisan partikel pada makanan untuk membungkus
rasa atau bahan lainnya dijelaskan oleh Dewettinck dan Huyghebaert (1999)
dalam P. Fellows (2000). Ada tiga metode utama dalam pelapisan makanan.
Pemilihan metode yang sesuai tergantung pada jenis bahan pelapis yang akan
digunakan dan efek yang diinginkan dari coating. Metode utama adalah :
a. enrobing dengan cokelat, senyawa pelapis, glasir atau batters
b. dusting dengan rempah-rempah, remah roti, tepung, gula, perasa, pewarna,
garam, dll
c. pan coating dengan gula atau tanpa gula pelapis.
Dalam proses penyalutan bumbu pada praktikum kali ini digunakan
bumbu-bumbu antara lain garam, gula jawa dan bubuk cabe. Perbedaan perlakuan
yang diberikan adalah metode yang digunakan (baik enrobing maupun coating),
dan perlakuan perendaman dalam larutan kapur atau tanpa perendaman.
Menurut Arfiningsih (2004) dalam Marinih (2005) larutan kapur sirih
disini digunakan sebagai bahan perendaman irisan kimpul dalam pembuatan
keripik, larutan 16 % kapur sirih membutuhkan bahan 160 g kapur sirih ditambah
air sebanyak 1000 ml sebagai bahan pelarutnya. Kapur sirih yang digunakan
adalah kapur sirih yang sering dimakan bersama sirih, berwarna putih dan lembek.
Penambahan kapur sirih berfungsi untuk memberikan tekstur keripik yang renyah,
menghambat proses pencoklatan pada kimpul selama pengolahan. Proses
pencoklatan (browning) ini disebabkan karena adanya senyawa phenol, dimana
senyawa ini bila bereaksi dengan udara akan menyebabkan warna coklat pada
kimpulbila dikupas atau dipotong. Proses pencoklatan (browning) ini tergolong
reaksi browning enzimatik.Alasan penggunaan kapur sirih dengan konsentrasi 16
% karena dapat menurunkan senyawa oksalat dalam kimpul dan memberikan
kerenyahan (Tekstur) yang baik untuk keripik.
Menurut Koswara S. (2009) keripik singkong adalah makanan ringan yang
dibuat dari irisan tipis umbi singkong, digoreng, dengan diberi bumbu tertentu
atau hanya diberi garam. Pada pembuatannya singkong dikupas, dicuci bersih,
kemudian diiris tipis-tipis (dapat menggunakan alat pemotong atau slicer). Untuk
membuat keripik singkong yang renyah dan gurih dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut : satu kg singkong dikupas, dicuci dan diiris tipis-tipis. Kemudian
irisan singkong direndam dalam air kapur sirih selama semalam. Paginya dicuci,
lalu direndam dengan air larutan soda kue ( setiap 3 liter air diberi 1 sendok teh
soda kue), lama perendaman 2,5 jam. Setelah itu ditiriskan, lalu diberi bumbu
sesuai selera dan digoreng sampai matang. Setelah ditiriskan keripik singkong
dapat langsung dikemas.
Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang
digunakan adalah garam beryodium. Garam yang biasanya digunakan untuk
industri pangan yang memiliki rumus molekul NaCl. Konsumsi garam per orang
per hari sekitar 6-18 gram NaCl. Garam ini merupakan komponen yang penting,
yang banyak diatur oleh rasa, kebiasaan, tradisi, daripada keperluan. Konsumsi
garam natrium yang kurang dari 0,3 % akan terasa hambar, akan tetapi konsumsi
di atas dosis akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh sehingga
meningkatkan resiko gagal ginjal (Winarno, 2002).
Fungsi gula dalam pembuatan keripik pisang adalah untuk memberikan
rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula
pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu
kering, tidak bau apek atau masam, tidak Nampak adanya ampas atau bahan asing
dan berwarna putih (Estiasih, 2010). Gula dikenal sebagai bahan pangan yang
memberikan rasa manis. Gula yang dimaksud pada bidang pengolahan pangan
yaitu sukrosa, yang merupakan gula hasil pengolahan tebu atau bit. Gula
merupakan bahan tambahan makanan yang sering digunakan untuk aneka
makanan (Buckle et al., 1987). Untuk industri pangan biasanya digunakan sukrosa
dalam bentuk kristal halus atau kasar (Chen and Chou, 1993).
Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa
sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002
(Lampiran 2). Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan
menghasilkan keripik yang tidak tahan lama (cepat tengik) (Estiasih, 2010).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Bahan: singkong, larutan kapur 1%, bubuk cabe, minyak goreng, gula
jawa, garam.
2. Alat: pisau, oven, talenan, baskom, loyang, wajan, blender, serok,
sprayer, saringan.
3. Perlakuan: perendaman dan tanpa perendaman larutan kapur, metode
enrobing dan coating.
B. Prosedur Kerja (Diagram Alir)
Singkong dikupas hingga bersih kemudian diris dengan slicer ketebalan
2 mm
Untuk yang diberi perlakuan perendaman, irisan singkong direndam
dalam larutan kapur 1% selama ± 15 menit. Untuk yang tidak diberi
perlakuan perendaman langsung digoreng dengan perlakuan yang sama
seterusnya.
Kemudian ditiriskan dan dicuci hingga bersih
Setelah bersih kemudian digoreng. Penggorengan dilakukan sebanyak
2x, pertama digoreng setengah matang, ditiriskan kemudian digoreng
kembali hingga matang
Bubuk cabe ditambahkan air, dimasak dengan penambahan gula dan
garam secukupnya hingga mendidih
Sebagian bumbu dipisahkan untuk enrobing dan sebagian lagi dimasak
hingga kental untuk coating
Singkong yang telah matang dimasukkan ke dalam bumbu yang masih
dimasak. Sementara bumbu yang dipisahkan ditunggu hingga dingin lalu
dimasukkan ke dalam sprayer untuk disemprotkan pada singkong yang
telah di frying
Kemudian diamati kerataan bumbu, tekstur warna dan rasa
Sementara digoreng, bumbu untuk coating dan enrobing dibuat
IV. DATA PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
Kelompok 2
Jenis
Sampel
Parameter Frying Coating Enrobing Enrobing
setelah
dioven
Tanpa
perendaman
Kerataan
bumbu
Merata Kurang
merata
Rata dan
lebih
meresap
Warna Coklat Coklat
karamel
Coklat Coklat
Tekstur Renyah Renyah Renyah Lebih
renyah
Rasa Enak pahit Enak Enak Enak
manis
Kelompok 5
Jenis
sampel
Parameter Frying Coating Enrobing Enrobing
setelah
dioven
Perendaman
dengan
larutan
kapur
Kerataan
bumbu
Rata Rata Rata
menyerap
Warna Kuning
kecoklatan
Coklat Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Tekstur Renyah Renyah Renyah Sangat
renyah
Rasa Hambar Manis
pedas
Agak enak Enak gurih
V. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang dilakukan di Laboratorium jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman untuk acara
Enrobing dan Coating didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel di atas.
Pada praktikum kali ini metode pelapisan yang digunakan adalah enrobing dan
coating. Selain itu singkong yang akan dijadikan keripik diberi variasi perlakuan
dengan tidak merendam dan merendam irisan singkong dalam larutan kapur 1%.
Variasi perlakuan yang pertama diberikan adalah dengan perendaman dan
tanpa perendaman larutan kapur sebelum digoreng. Menurut Koswara S. (2009)
untuk membuat keripik singkong yang renyah dan gurih dapat dilakukan dengan
cara singkong dikupas, dicuci dan diiris tipis-tipis, kemudian irisan singkong
direndam dalam air kapur sirih selama semalam. Selaras dengan pernyataan
Arfiningsih (2004) dalam Marinih (2005) yang menyatakan bahwa penambahan
kapur sirih berfungsi untuk memberikan tekstur keripik yang renyah, menghambat
proses pencoklatan pada kimpul selama pengolahan.
Kimpul atau jenis umbi yang lain seperti singkong akan mengalami
pencoklatan enzimatis dengan adanya senyawa phenol yang apabila bereaksi
dengan udara akan menimbulkan warna coklat setelah dikupas dan dipotong. Pada
singkong yang mendapat perlakuan perendaman dengan larutan kapur dalam
praktikum kali ini menghasilkan tekstur yang mengeras dan tetap dapat
mempertahankan warna aslinya. Hal ini berbanding terbalik dengan singkong
yang tidak diberi perlakuan perendaman. Efek tekstur mengeras inilah yang akan
mempengaruhi hasil akhir dari produk keripik singkong.
Dalam praktikum kali ini, kelompok 2 mendapat perlakuan keripik tanpa
direndam dengan larutan kapur sedangkan kelompok 5 mendapat perlakuan
perendaman larutan kapur. Keduanya mempunyai perbedaan hasil keripik yang
secara umum tidak terlalu signifikan. Setelah digoreng, keripik singkong yang
dihasilkan kelompok 2 berwarna coklat sedangkan kelompok 5 berwarna kuning
kecoklatan. Hal ini terjadi karena perlakuan perendaman dengan larutan kapur
memberikan efek menurukan aktivitas enzim penyebab warna coklat terutama
pada umbi-umbian seperti yang telah dijelaskan oleh Arfiningsih (2004) dalam
Marinih (2005) di atas. Sedangkan untuk tekstur, perbedaan perlakuan tidak
terlalu berpengaruh secara nyata karena setelah digoreng kedua kelompok
menghasilkan keripik yang sama-sama renyah. Walaupun mungkin tingkat
kerenyahan yang dihasilkan itu berbeda-beda karena indera sensori tiap individu
yang merasakan juga berbeda. Sehingga pengaruh tekstur di sini tidak bisa
dijelaskan secara nyata berpengaruh atau tidak. Hanya saja terlihat secara nyata
bahwa peregangan atau tekstur mengeras singkong terjadi pada saat direndam
dalam larutan kapur.
Sebelum menjadi keripik, irisan singkong digoreng sebanyak dua kali.
Penggorengan pertama dilakukan setengah matang dan setelah itu dilanjutkan
dengan menggorengnya sampai matang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
tekstur akhir keripik yang renyah. Pada praktikum kali ini efek nyata tekstur
renyah secara umum terjadi pada produk hasil penggorengan baik yang mendapat
perlakuan perendaman maupun yang tidak mendapat perlakuan perendaman.
Dua metode pelapisan bumbu yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah enrobing dan coating. Keduanya sangatlah berbeda baik dari segi teknis
maupun hasil produk akhir secara sensoris terutama rasanya. Enrobing atau sering
disebut dengan metode pelapisan bumbu yang dilakukan dengan sprayer menurut
P. Fellows (2000) merupakan unit operasi di mana potongan-potongan makanan
yang dilapisi dengan coklat atau bahan lainnya. Sedangkan coating adalah sebuah
istilah umum untuk menggambarkan penerapan penutup kental (seperti seperti
adonan, coklat, tepung / campuran gula) ke permukaan makanan. Kedua metode
ini akan menghasilkan produk yang baik ketika tujuan dan hasil produk yang
diinginkan dapat tercapai.
Hasil praktikum kali ini sesuai dengan kedua pengertian di atas. Untuk
parameter kerataan bumbu dan rasa, didapatkan hasil bahwa bumbu dengan
metode pelapisan coating dapat lebih merata dan tebalnya sama di setiap
permukaan keripik. Karena viskositasnya kental sehingga rasa bumbu yang
dihasilkan kuat. Bumbu yang melekat pada keripik tidak merusak tekstur renyah
keripik karena kekentalannya hanya dapat memberikan efek menyalut dan tidak
meresap ke dalam pori-pori keripik. Untuk keripik yang dilapisi bumbu dengan
metode enrobing secara umum tidak begitu banyak memberikan efek rasa bumbu
yang kuat (relatif cukup enak). Hal ini dikarenakan metode enrobing yang
dilakukan dengan menyemprot bumbu cair pada permukaan keripik. Bumbu yang
mempunyai viskositas rendah akan cenderung memberikan efek yang kecil
terhadap rasa dan kurang meratanya pelapisan bumbu pada permukaan bahan
(keripik singkong).
Berbeda hasilnya dengan penyalutan bumbu secara enrobing yang
kemudian dioven. Pada tabel di atas dijelaskan perbedaan yang nyata antara
penyalutan bumbu secara enrobing saja dan perlakuan oven setelah enrobing.
Secara umum baik yang direndam maupun yang tidak direndam dengan larutan
kapur, hasil keripik yang dioven setelah dilapisi bumbu dengan metode enrobing
lebih renyah dan bumbu lebih meresap sehingga berasa manis serta gurih
dibandingkan dengan keripik yang dilapisi bumbu metode enrobing saja.
Pemanggangan dalam oven jelaslah memberikan pengaruh besar terhadap
meresapnya bumbu ke dalam pori-pori keripik sehingga rasa yang dihasilkan lebih
mantap dan teksturnya pun juga lebih renyah.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum enrobing dan coating yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh tekstur pada praktikum kali ini tidak bisa dijelaskan secara
myata berpengaruh atau tidak. Karena tingkat kerenyahan tekstur keripik
dirasakan oleh indera sensori individu yang berbeda sehingga tingkat
kerenyahan keripik yang dihasilkan juga berbeda-beda. Hanya saja secara
nyata peregangan atau tekstur mengeras singkong terlihat pada saat
direndam dalam larutan kapur.
2. Kualitas sensoris keripik singkong yang dihasilkan pada kelompok 2
(tanpa perendaman) dan kelompok 5 (dengan perendaman larutan kapur)
setelah digoreng sedikit berbeda terutama dalam hal warna. Keripik
singkong yang dihasilkan kelompok 2 berwarna cokelat sedangkan
kelompok 5 menghasilkan keripik berwarna kuning kecoklatan. Namun
secara umum tekstur dan rasa yang dihasilkan dari 2 kelompok itu sama
yaitu renyah dan cukup enak. Hanya saja tingkat kerenyahan yang didapat
tidak terlalu signifikan terlihat antara keripik yang mendapat perlakuan
perendaman dengan yang tidak diberi perlakuan perendaman. Kemudian
setelah di balut dengan bumbu secara coating kedua kelompok
menghasilkan keripik dengan warna menjadi coklat gelap, rasa lebih enak,
bumbu merata dan tekstur renyah. Berbeda dengan penyalutan bumbu
menggunakan enrobing yang menghasilkan rasa yang kurang mantap
meskipun kualitas sensoris lainnya tetap sama dengan metode coating.
Rasa bumbu yang lebih meresap dan tekstur lebih renyah didapatkan pada
perlakuan oven setelah enrobing.
B. Saran
Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar sebaiknya
asisten harus lebih tegas lagi kepada praktikan saat praktikum sedang
berlangsung agar jalannya praktikum tidak terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademika Pressindo. Jakarta
Buckle K.A, R.A Edwards, G.H Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo. UI Press. Jakarta.
Chen and Chou, 1993. Cane Sugar Handbook : A Handbook for Cane Sugar Manufactures and Their Chemist. 12th edition. John Willey and Sons, Inc. new York.
Estiasih, T. 2010. Problematika Industri Makanan Ringan (Industri Aneka Makanan Keripik). Pelatihan Makanan Olahan di Kabupaten Mojokerto tanggal 9 Desember 2010.
Koswara S., 2009. Teknologi Pengolahan Singkong (Teori dan Praktek). Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Maligan, J.M dkk., 2011. Keripik Umbi Inferior Aneka Bentuk & Rasa. Malang: JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Marinih. 2005. Pembuatan Keripik Kimpul Bumbu Balado dengan Tingkat Pedas yang berbeda. Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Univeristas Negeri Semarang
P. J. Fellows, 2000. FOOD PROCESSING TECHNOLOGY Principles and Practice Second Edition. Director, Midway Technology and Visiting Fellow in Food Technology at Oxford Brookes University. Woodhead Publishing Limited Abington Hall, Abington Cambridge CB1 6AH, England
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN
A. Keripik singkong dengan perlakuan tanpa perendaman larutan kapur
singkong setelah singkong diiris irisan singkong dikupas kulitnya menggunakan slicer dicuci
keripik singkong saat digoreng keripik singkong setelah digoreng
bumbu untuk penyalutan enrobing bumbu untuk penyalutan coating
keripik saat dilapisi hasil keripik pelapisan hasil keripik pelapisan
bumbu metode coating bumbu secara coating bumbu secara enrobingB. Keripik singkong dengan perlakuan perendaman dalam larutan kapur
singkong dikupas singkong diiris tipis irisan singkong direndam dengan ketebalan ± 2 mm dalam larutan kapur
setelah direndam dicuci irisan songkong singkong digorengsampai bersih ditiriskan setengah matang
singkong digoreng kembali pemisahan bumbu bumbu dimasak kental hingga matang untuk enrobing bersama keripik singkong
untuk coating
hasil keripik denganmetode enrobing