LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

29
MAKALAH HASIL BACAAN BAHASA INDONESIA Disusun Oleh : Chicilia Windia Tanu Wijaya NIM : 2010730020 Dosen Pengajar : Drs. Yamin

Transcript of LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Page 1: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

MAKALAH HASIL BACAAN

BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh : Chicilia Windia Tanu Wijaya

NIM : 2010730020

Dosen Pengajar : Drs. Yamin

Page 2: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Pemikiran

a. Buku yang berjudul Seri Tokoh Dunia FLORENCE NIGHTINGALE saya pilih

karena beberapa dari mahasiswa belum tahu sejarahnya tentang tokoh dunia tersebut.

Padahal ia sangat berjasa dalam bidang kesehatan dunia. Dia lah penggerak ilmu

keperawatan di dunia. Tanpanya mungkin tidak ada yang sadar betapa pentingnya

dunia keperawatan. Buku ini sangat bagus karena mudah dipahami dan terdapat

gambar-gambar yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Bagaimana paras, sifat

dan jati diri Florence dapat kita dapat di dalam buku ini. Selain itu pembaca dapat

memahami bagaimana tugas para perawat, pengorbanan dan sebagainya.

b. Judul buku : Seri Tokoh Dunia (15) Florence Nightingale

Alih bahasa : Klara Slauw

15095261

ISBN 979-637-302-5

Hak cipta terjemahan Indonesia copyright 1995 PT Elex Media Komputindo

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Diterbitkan pertama kali tahun 1995 oleh

PT Elex Media komputindo, Kelompok Gramedia.

Anggota IKAPI, Jakarta

Cetakan pertama : Mei 1995

Cetakan kesebelas : Juli 2003

Cetakan keduabelas : Desember 2003

Cetakan kedua puluh : Desember 2009

1.2 Masalah

1. Siapakah pencetus perawat di bidang kesehatan dan bagaimana sejarahnya?

2. Bagaimana pandangan Florence mengenai perawatan?

3. Apakah yang dimaksud Medali Nightingale?

4. Apa saja tugas perawat itu?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sebenarnya sejarah seorang

pencetus dunia keperawatan didunia.

Untuk mengetahui dan memahami tentang dunia keperawatan.

2

Page 3: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Untuk mengetahui dan memahami tugas para perawat.

1.4 Manfaat

1. Pembaca menjadi tahu bagamaimana biografi Florence Nightingale.

2. Pembaca menjadi tahu tugas seorang perawat.

3. Pembaca menjadi tahu gambaran tentang dunia keperawatan.

3

Page 4: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Kerangka Teori

2.2 Kerangka Konsep

4

Florence Nightingale

Biografi SingkatWarisan-warisan

Florence NightingalePerannya dalam perang Krimea

Lahir : Florence, 12 Mei 1820

Meninggal : 13 Agustus 1910

Mendapat medali dari Ratu Victoria

Rumah yang layak huni.

Air dan udara yang bersih.

Nutrisi yang terjaga

Kelahiran anak yang aman.

Perawatan anak yang benar

Page 5: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

BAB III

SINOPSIS

Florence Nightingale ( 1820 – 1910 )

Perlu kiranya kita menatap ke belakang ke tahun 1820 sebagai pedoman bagi keperawatan

untuk melangkah ke masa abad ke-21 pada millennium 3 guna menghadapi semua tantangan

pelayanan keperawatan yang semakin kompleks ini.

Adalah seorang Florence Nightingale pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia

dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (The Lady With The Lamp) atas jasa-jasanya yang

tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung

Krimea, Rusia.

Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan

kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada perhatian teliti terhadap keperluan

pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik sebagai argumentasi

perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan

Inggris.

Biografi Singkat Florence Nightingale

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan

panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya,

Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Florence Nightingale

5

Page 6: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

memiliki seorang kakak perempuan bernama Parthenope. anak pertama, lahir di Napoli,

Yunani. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-cita

tinggi yang bernama William Edward Nightingale.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya,

William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire,

London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah

keluarga terpandang. Pendidikan didapat dari ayahnya, ia belajar bermacam-macam bahasa

yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang

sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin

beribadah.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras, Parthenope

hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita

ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,

sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang

membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar

suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas, saat itu usianya tujuh belas tahun.

Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang

pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk

melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena

status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-

keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat gemar

mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit.

Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier

sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur

yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan

kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat.

Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina, alasannya:

6

Page 7: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang

miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi;

profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka

sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik,

selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di

rumah sakit dengan tidak senonoh;

perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena

alasan-alasan tersebut di atas;

perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Namun hasrat Florence adalah tetap menjadi perawat. Ketika berumur 20 tahun ia meminta

ijin kepada orang tuanya untuk memasuki rumah sakit dan mempelajari keperawatan, tetapi

orang tuanya tetap tidak mengijinkan karena rumah sakit pada saat itu keadaannya sangat

memprihatinkan. Walaupun dilarang, semangat Florence untuk menjadi perawat tidak pupus.

Pada suatu saat neneknya sakit, disinilah ia mendapat kesempatan untuk merawatnya sampai

neneknya meninggal. Dengan pengalaman tersebut bertambahlah pengalaman Florence

dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat

menjalankan pekerjaan perawat dengan baik. Pendapatnya yang lain adalah dengan menolong

sesama manusia berarti pula mengabdikan diri kepada Tuhan.

Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah pantas

bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr.

Samuel Howe menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi

bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat

bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of

Charity suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang

lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh

Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan

tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah

rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan

7

Page 8: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa, dengan

semangat tinggi Florence menanggapi cerita Dr. Howe bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di

Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang

dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari

kehidupannya yang terkekang.

Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai

pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia

memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide

yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut

makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan

bel.

Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut

menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini ia beragumentasi sengit

dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik.

Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan

tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi;

“rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi

dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-

pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”

Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Ternyata , Florence harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu

sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai

kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum

terjun sebagai seorang perawat.

Perannya dalam Perang Krimea

Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk

8

Page 9: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah). Banyak

prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak

adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea.

Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka

bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris

tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan

kemanusiaan yang mulia ini?”.

Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia

pun menulis surat kepada menteri perang saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi

sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya

wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena

peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak

memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence

menyanggupi.

Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim

perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini.

Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14

orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota

lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit

Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera.

Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk

mendorong semangatnya.

Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan-rekannya, mereka

mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang

mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.

9

Page 10: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena

cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus

prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.

Florence melihat para prajurit yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang

minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa akibat yang

fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.

Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk meyakinkan para

dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer.

Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan

mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh

tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-

jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu

dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit

tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para

penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di

luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung

di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat, perban diganti secara

berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi

dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk

setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun

selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang

seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat

sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence

Nightingale.

10

Page 11: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari

luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat

ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat

seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.

Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan

mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan

di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-

biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan

pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.

Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada

jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang

terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin

pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut.

Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti: tifoid, kolera, dan

disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit

tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang

mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi

udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang,

komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi

udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang

kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru

berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi

Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army),

akhirnya ia meyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi

rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.

11

Page 12: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan

kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya

angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa

pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Bidadari Berlampu

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang

dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak

sekali.

Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada

bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa

korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence

memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk

mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga

esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat

enggan mengantarnya, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.

Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence

satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh

yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,

termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit,

dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling

dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal

sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang

seharusnya sudah meninggal.

Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada

tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence

Nightingale berjudul “Santa Filomena“, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-

prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

“Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku”

12

Page 13: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857,

semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di

medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling

terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle

Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam,

yang disebabkan oleh Bruselosis (”demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang

Krimea.

Karir Selanjutnya

Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka

mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi

Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil

mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-

orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari

kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk

wanita yang pertama, bahkan saat itu perawat-perawat pria jarang ada yang berpendidikan.

Warisan-warisan Florence Nightingale

Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan publik. Sistem

tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya.

Pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan

penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan:

rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang

hidup makmur);

air dan udara yang bersih;

nutrisi yang baik;

13

Page 14: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca

kelahiran karena demam);

perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang

menjadi pekerja.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan

menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak

perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai

seseorang yang terdidik.

Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.

Dunia kesehatan menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik

mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan

gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut

telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia

perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan

Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan

merupakan bagian dari Akademi King College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya

mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah

tersebut.Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,

berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit

yang lain banyak meminta bagian.

Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool

Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal

Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.

Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-

tempat tersebut.

14

Page 15: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk

dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa

di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan

mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.

Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah

sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone

Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti:

Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary;

Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan

perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin.

Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing)

buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan

sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan

terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan

bayi.

Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis

Wanita.

Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi

dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat

dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda

Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red

Cross) oleh Ratu Victoria.

15

Page 16: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus

undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of

Meritdan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa

ini.

Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.

Meninggal Dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910.

Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di

Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

Bagaimana pandangan Florence mengenai perawatan?

Kendati Florence berjasa mengubah pandangan masyarakat yang salah mengenai pekerjaan

perawat,namun dia tidak bermaksud manggerakan partisipasi wanita,melainkan hanya ingin

menjunjung tinggi kemanusiaan dan meningkatkan pengetahuan dalam mengobati penyakit.

Dalam perjalanan perjuangannya ,dia pernah mengalami banyak rintangan dan kekecewaan.

Ada sebagian pemimpin perawat menganggap, perhatian Florence terhadap pasien yang

terlalu dititikberatkan pada merawatnya, mengesampingkan pengetahuan dan latihan.

Pada kenyataanya, anggapan ini salah. Florence sangat memahami bahwa bakteri tak akan

tubuh dalam lingkungan yang bersih dan udaranya lancar, agar para tentara yag terluka bisa

istirahat dengan nyaman, cepat pulih kesehatannya.

Dasar pandangannya mengenai karya perawat adalah : Merawat pasien adalah seni.Yang

harus diperhatikan ialah bila sedang merawat orang sakit,bukan penyakitnya tetapi bagaimaa

cara merawat pasien agar merasa nyaman.

Apakah yang dimaksud medali nightingale?

16

Page 17: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Untuk mengenang jiwa cinta kasih Florence yang rela menyumbangkan diri demi orang-

orang sakit,maka dalam Rapat Palag merah dunia periode ke8 dan ke9,mamutuskan untuk

membuat mndali nightingale, dihadiahkan pada para perawat yang berjasa khusus

Syarat bagi penerima medali sangat ketat yaitu mula-mula nama-nama tersebut diajukan dari

Palang Merah dari berbagai negara, setelah memenuhi syarat, baru dilanjutkan ke Palang

Merah Dunia. Proses terakhir, panitia Palang Merah Dunia akan menyelidiki asal-usul

mengenai daftar nama yang diajukan tersebut.

Dipermukaan medali terdapat lukisan Florence Nightingale.Sedang di belakangnya diukir

nama perawat yang menerima hadiah,dan di sekelilignya di tulis bahasa latin. Sebarlah jiwa

cinta kasih keseluuh dunia.

17

Page 18: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

BAB V

KESIMPULAN

Tahun Umur Peristiwa

1820 12 Mei, lahir di Florence, Italia.

1821 1 Seluruh keluarga kembali ke Inggris.

1837 17 September, seluruh keluarga ke berbagai negara Eropa,

bertamasya selama satu setengah tahun.

1844 24 Mengutarakan pada keluarga mengenai cita-cita dan niatnya

menjadi perawat, namun mendapat tantangan keras dari

keluarga, sehingga meronta pedih di antara suara hati dan

ketidaksetujuan keluarga.

1847 27 Bertamasya ke Italia bersama suami istri Barcebridge. Ditengah

jalan bertemu suami istri Sidney Herbert. Besar bantuannya bagi

Florence untuk perjalanan perawatan kelak.

1850 30 Mengunjungi rumah sakit sosial Kaisarwerrh di Jerman.

1851 31 Memutuskan belajar pengetahuan perawatan di Keiserswerth.

1853 33 Atas perkenalan suami istri, bekerja sebagai pengawas di Klinik

Wanita Pendidik di London.

18

Page 19: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Oktober, meletus perang Krim antara Rusia dan Turki.

1854 34 Membawa serta 38 orang perawat menuju Scutari rumah sakit

darurat bagi tentara perang, menjabat sebagai kepala perawat

rumah sakit tentara Inggris.

1855 35 Terserang penyakit panas, keadaannya sangat gawat.

1856 36 Menerima surat dari Ratu Victoria yang memberi semangat.

Gerakan sumbangan dana bentuan buat Florence dari dalam

negeri mulai diarahkan.

Perang Krim berakhir. Agustus pulang ke Inggris. Menghadap

Ratu Victoria.

1859 39 Menerbitkan buku ‘Notes on Nursing’.

Perang Persatuan Italia meletus. Henri Dunant memberi

pertolongan di medan perang.

1860 40 Menirikan sekolah perawat dari dana sumbangan Nightingale.

1861 41 Mulai memberi bantuan pada fakir miskin dengan segenap hati.

Meluluskan para perawat periode pertama dari sekolah perawat

Nightingale.

1864 44 Organisasi Palang Merah Dunia didirikan.

1865 45 Mengutus Agnes, Kepala Perawat bekerja di Rumah Sakit fakir

miskin di Liverpool.

1874 54 Ayahnya meninggal.

1880 60 Ibunya meninggal.

1883 63 Menerima medali Palang Merah dari Ratu Victoria.

1903 87 Menerima lencana dan dispensasi penghormatan dari

masyarakat London.

1910 90 13 Agustus, Florence Nightingale meninggal.

19

Page 20: LAPORAN BUKU HASIL BACAAN , TUGAS B.IND

Beberapa pendapat mengenai Konsep Dasar Keperawatan Florence Nightingale

Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale sebagai

sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari

keperawatan (Meleis, 1985, Torres, 1986; Marriner-Toorey, 1994; Chin and Jacobs,

1995). Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan

sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu

memahami seluruh proses penyakit merupakan proses awal untuk memisahkan antara

profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara

sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih

berorientrasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,

ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Nightingale,1860; Torres, 1986). Melalui

observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status kesehatan

klien dengan faktor lingkiungan dan sebgai hasil yang menimbulkan perbaikan

kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean. Torres (1986) mencatat bahwa

Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi memberikan

dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori

deskripsinya memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan

yang berfokus pada klien dan lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan

tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Marriner-Tomey,

(1994), prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal paling

penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik

keperawatan . Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat

bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi/fakta yang

mencurigakan, tetapi demi mnyelematkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan

keamanan.

20