Laporan Bru
-
Upload
jimmi-mamahit -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of Laporan Bru
1.1 Latar Belakang
Secara garis besar, besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari pengurangan
besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut. Penerimaan suatu usahatani
akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usahatani, jenis dan harga komoditi usahatani
yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usahatani akan dipengaruhi oleh topografi,
struktur tanah, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat
teknologi yang digunakan.
Kentang merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Usahatani
kentang berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah
tangga persatuan luas lahan yang kecil. Dalam kenyataannya di pasar, petani hanya diposisikan
sebagai price taker yang tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat
dilakukan oleh petani kentang adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal
mungkin. Untuk itulah analisis pendapatan merupakan cara yang tepat untuk mengetahui hasil
usahatani kentang. Karena faktor produksi sebagian sudah dilakukan oleh rumah tangga petani
sendiri, maka digolongkan sebagai biaya yang tidak riil dikeluarkan. Hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kentang adalah menyangkut biaya-biaya yang
berbeda-beda antara usahatani kentang satu dengan usahatani kentang yang lainya sebagai
karakteristik varietas.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Budidaya Tanaman
Kentang merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani.
Kentang (Solanum Tuberosum) adalah tanaman sayuran umbi semusim yang berbentuk
perdu, yang berasal dari daerah subtropika. Batangnya bersegi empat, tetapi tidak begitu
kuat, dan mudah roboh ke tanah bila tertiup angin ataupun tertimpa hujan lebat. Umbinya
berbentuk bulat, lonjong, dan berkulit tipis serta banyak mata pada bagian ujungnya. Ras
umbinya enak terutama setelah direbus dan dijadikan makanan. Umbi kentang
mengandung vitamin A, B dan C yang merupakan sumber karbohidrat dan banyak
mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh (Warsito, 1989).
Kentang termasuk ke dalam famili Solanaceae. Varietasnya banyak sekali,
diantaranya adalah : Solanum Adigenum L, dan Solanum Demissum L. Varietas ini tahan
terhadap penyakit layu. Kentang yang banyak ditanam orang pada garis besarnya
mempunyai 3 golongan yaitu;
1. Kentang kuning
2. Kentang putih
3. Kentang merah
Kentang tidak hanya membutuhkan makan yang banyak tetapi juga membutuhkan
air yang banyak pula tetapi bukan berearti tanah menjadi becek. Kebutuhan air kentang
dicukupi dengan cara penyiramannya. Penyiraman ini hanya dilakukan bila tanah
kelihatan kering. Atau untuk tepatnya dilakukan pengukuran kelembaban tanahnya, bila
kelembabannya kurang dari yang diperlukan maka diperlukan. Kentang mengandung
racun solanin dalam umbinya, hal ini disebabkan karena tidak dilakukannya
pembumbunan dalam merawatnya. Pembumbunan adalah mempertinggi permukaan
tanah sehingga menutupi umbinya (Marsono, 1989).
Kentang banyak sekali kegunaannya yaitu dimasak berbagai masakan, tepung,
pergedel, keripik, dan dapat digunakan sebagai pengganti nasi. Daging umbi kentang
dapat dipergunakan untuk menghaluskan kulit dan menyembuhkan kulit mata yang
bengkak. Bagi penderita Diabetes Melitus diharuskan makan kentang sebagai pengganti
nasi (Soewito, 1989).
2. Landasan Teori
Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan
kepada produksi pertanian. Petani sebagai pengelola usahatani termasuk pembiayaannya
adalah seseorang yang membutuhkan dan berperan dalam perencanaan bisnis yang
meliputi penyediaan dan pengalokasian dana, menciptakan dana melalui pengendalian
sumber-sumber serta mengelolanya dalam kegiatan produksi seefektif mungkin. Dengan
demikian petani tidak boleh salah langkah dalam tindakannya untuk mencapai tujuan
produksi tersebut (Hernanto,1988).
Usahatani dapat dikatakan berhasil minimal harus dapat menghasilkan cukup
pendapatan untuk membayar biaya semua alat yang diperlukan, bunga modal, upah
tenaga kerja petani dan keluarganya yang digunakan untuk usahatani secara layak dan
dapat mempertahankan keadaan usahatani sedikitnya berada dalam keadaan semula
(Hadisaputro, 1973).
Ketika membicarakan laba, kebanyakan orang mengaitkannya dengan uang sisa dari pendapatan,
setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan itu. Laba
besarnya mengacu pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya (keuntungan netto dari
suatu proses produksi). Menurut kami, laba adalah perbedaan antara pendapatan kotor (Gross
Income) dan biaya operasi (Operating Cost). Biaya operasi adalah jumlah semua biaya tidak
tetap ditambah biaya tetap untuk operasi (bukan biaya tetap total). Dengan kata lain, laba adalah
marjin kotor total kurang biaya tetap untuk operasi (Makeham, et al, 1999).
Imbalan usahatani berasal dari empat sumber utama :
1) Pendapatan usahatani, yaitu pendapatan uang berasal dari kegiatan usahatani dan
peternakan setiap tahun. Ada lima sumber umum dalam kategori pendapatan usahatani :
1. Penjualan produk tanaman, ternak dan hasil-hasil ternak (susu, kompos)
2. Produk-produk usahatani yang dikonsumsi oleh keluarga tani
3. Sisa hasil usaha (SHU) dari koperasi, kelompok tani dimana petani yang bersangkutan
menjadi anggota
4. Pendapatan non uang tunai yang berasal dari perubahan inventaris (stok ekstra yang ada
pada akhir tahun jual beli)
2) Penerimaan keluarga, dari luar usahatani misalnya : penjualan kerajinan tangan, laba
karena berdagang kecil-kecilan
3) Penjualan barang modal dan mesin-mesin, yakni penjualan lahan, mesin atau modal
lainnya yang bukan merupakan produk normal dalam tahun operasi usahatani, penjualan
semacam itu tidak dipandang sebagai bagian dari pendapatan tahunan usahatani
4) Uang pinjaman
(Makeham, et al, 1999).
Dalam pengaturan faktor-faktor produksi yang dalam keadaan minimal, petani harus memahami
sungguh kaitan atau relasi antara faktor-faktor minimal satu sama lain. Faktor-faktor dari
usahatani keluarga yang berada dalam keadaan minimal ialah : tanah dan modal. Kaitan-kaitan
yang kita maksud adalah :
1) Peningkatan modal per tenaga kerja atau peningkatan intensitas modal akan mempengaruhi
pengelolaan usaha tani keluarga secara demikian :
1. Luas tanah garapan akan bertambah, tetapi luas tanah garapan per kesatuan modal akan
menurun, hal itu disebabkan karena perluasan tanah garapan jalannya lebih lamban dari
jalannya kenaikan intensitas modal
2. Hasil kerja per tenaga akan naik, tetapi kenaikannya lebih lambat daripada keniakan
intensitas modal
2) Modal per tenaga kerja atau intensitas menurun akan mendatangkan luas tanah garapan
menurun, menurunnya luas tanah garapan lebih lambat daripada menurunnya intensitas modal
3) Jumlah tenaga kerja bertambah atau intensitas kerja naik akan mendatangkan :
1. Menurunnya intensitas modal (modal per tenaga kerja)
2. Luas total dari tanah garapan akan naik, kenaikan luas tanah jalannya tak sejajar dengan
kenaikan intensitas kerja, sebaliknya luas tanah per tenaga kerja menurun
3. Produksi total akan naik, tetapi produksi per tenaga kerja akan menurun, pun konsumsi
per tenaga kerja akan menurun
4. Daya penampungan tanah terhadap tenaga kerja tidak dipengaruhi
4) Modal dan tenaga kerja bertambah akan mendatangkan hasil total naik dan luas tanah
garapan per tenaga kerja naik
5) Pengurangan atas alat-alat produksi akan mendatangkan :
1. Produksi per tenaga kerja akan menurun
2. Kapasitas kerja akan menurun
3. Konsumsi akan menurun karena produksi per tenaga kerja menurun
(Tohir, 1991).
Efisiensi usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan.
Perhitungan efisiensinya menggunakan biaya dalam usahatani dianalisis melalui imbangan
antara penerimaan total dengan biaya total yang disebut Return and Cost Ratio (R/C ratio). Pada
metode ini mengandung arti bahwa tingkat efisiensi usahatani diukur atas dasar keuntungan
(Hernanto, 1988).
Efisiensi perlu diperhitungkan karena pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu
mencerminkan efisiensi yang tinggi pula, selanjutnya untuk mengetahui manfaat dari suatu
teknologi atau keragaman usahatani yang satu terhadap yang lain dapat dilakukan dengan
analisis B/C ratio.
(Soeharjo, et al, 1977).
Selain BEP dan ROI yang digunakan dalam analisis usahatani adalah analisis yang bersifat
menyeluruh dan ada juga analisis untuk kelayakan usahatani. Analisis lebih menekankan pada
kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha-usaha untuk membandingkan,
mengukur serta menghitung tingkat hubungan suatu usahatani. Dan beberapa modal yang dapat
digunakan sebagai indikator dalam pengukuran analisis kelayakan. Model ini paling dianjurkan
karena perhitungannya masih dalam keadaan kotor. Rumusnya adalah sebagai berikut:
B/C = Hasil penjualan
Modal produksi
(Rahardi, et al, 1999).