Laporan BPJS Kelompok V
-
Upload
thomas-adi-kh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of Laporan BPJS Kelompok V
LAPORAN KEGIATAN MAGANG PEMBIAYAAN KESEHATAN DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KESEHATAN YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Disusun oleh :
Nurmila 09711053
I Made Adhiatma 09711100
Arifudin Cipto Husodo 09711123
Widya Lestari 09711163
Tommy Hardianto 09711251
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014
Laporan kegiatan modul pembiayaan kesehatan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan D.I.Yogyakarta
Pada modul pembiayaan kesehatan dan dokter keluarga, kami ditugaskan untuk melakukan magang di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan D.I.Yogyakarta yang terletak di Kompleks Kantor Walikota Kota Yogyakarta. Setelah mengikuti magang yang diagendakan oleh pihak universitas pada badan tersebut, kami diharapkan dapat untuk memahami pelaksanaan pembiayaan kesehatan serta dokter keluarga yang ada di Indonesia menggunakan sistem asuransi seperti yang diterapkan oleh BPJS, yang meliputi manajemen pembiayaan kesehatan, mekanisme pembayaran jasa kesehatan dalam badan penyelenggara asuransi kesehatan, peran pemberi pelayanan kesehatan tingkat 1 (PPK 1), dan kerjasama antara PPK 1 dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan. Dalam magang tersebut, kami diharuskan untuk mengamati serta mengikuti kegiatan manajemen yang dilakukan badan penyelenggara. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama kurun waktu dua hari secara berurutan tanggal 11 dan 12 September 2014, berdasarkan jadwal kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Pelaksanaan Hari I
Pada hari Kamis, tanggal 11 September 2014, pukul 08.00 kami tiba di Komplek Kantor pusat BPJS wilayah D.I. Yogyakarta. Kami langsung menuju ruang informasi untuk menanyakan ruang aula balai pertemuan di gedung tersebut dan langsung diarahkan menuju ruang aula tersebut oleh salah satu petugas. Kami ditemui salah satu staf, kemudian diberikan beberapa makalah untuk dipelajari sembari di ruang rapat lantai 2 kantor BPJS pusat, karena kepala kantor sedang ada kegiatan penyuluhan di luar kantor. Kurang lebih pukul 08.30, datang Ibu Septi, salah seorang staf BPJS bagian promosi untuk memaparkan materi mengenai mekanisme pelayanan BPJS di Indonesia. Di dalamnya berisi informasi mengenai dasar hukum pelaksanaan, kepesertaan, dan pelayanan jaminan kesehatan.
Setelah Ibu Septi selesai memberikan materi, kemudian dilanjutka oleh bu Daniati selaku staf bidang pelayanan medik dan pelayanan obat selama menjelang dhuhur. Sebelum memberikan materi, beliau memperkenalkan diri dan melakukan
presensi satu persatu pada kami. Beliau memberikan materi mengenai kegiatan pelayanan medik yang dilakukan oleh pihak BPJS selaku badan penyelenggara profil Kota Yogyakarta, termasuk di dalamnya informasi mengenai jumlah kecamatan, batas wilayah, strata atau jenjang pemberi pelayanan kesehatan (PPK), dan beberapa ketentuan dalam pelayanan kesehatan lainnya untuk warga Kota Yogyakarta. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi dari staf lainnya yang akhirnya berakhir pada pukul 16.00.
Pelaksanaan Hari II
Pada hari kedua, yaitu Jumat 12 September 2014, kami tiba pukul 08.00 dan langsung menuju RSUD Wirosaban Kota Yogyakarta. Kami langsung ditemui oleh Ibu Emy, Kepala staf pelayanan medik serta tim verivikator BPJS di RSUD Wirosaban. Kelompok kami langsung diajak untuk berdiskusi dan melakukan simulasi verifikasi menggunakan sistem asuransi BPJS dengan petugas verifikasi. Kelompok kami dipandu oleh dua petugas staf verivikator yang keduanya adalah dari bidang verivikasi pelayanan obat BPJS RSUD Wirosaban.
Dalam sesi ini petugas dari BPJS mengajarkan bagaimana cara verivikasi tindakan medik yang dilakukan di RSUD Wirosaban serta pelayannan terhadap komplain dari jasa medik yang telah dilakukan. Selain itu dijelaskan juga mengenani hambatan yang dialami pada sistem ini terutama yang berkaitan dengan jika terjadi beberapa komplikasi lain dari sebuah penyait yang tentunya akan menjadi sulit untuk diverifikasi oleh pihak medis dari kalangan apoteker yang notabene bukan seorang dokter. Kegiatan pada hari kedua di RSUD Wirosaban tersebut berakhir hingga pukul 13.30 WIB waktu setempat.
LATAR BELAKANG
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sehat, baik dari segi fisik,
mental, spritiual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis seperti yang tertera dalam Undang-Undang
Nomor 36 Pasal 1 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam UUD 1945 Pasal 28 H
Ayat 1 juga dijelaskan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”.
Dari pasal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa negara memberikan jaminan dan
fasilitas pelayanan kesehatan bagi setiap warga negaranya. Dalam UU Nomor 36
Tahun 2009 Pasal 14 Ayat 1 juga dijelaskan bahwa pemerintah bertanggung
jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Untuk mengimplementasikan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang memadai seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945, salah satu
upaya pemerintah yaitu dengan membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 yang berisi tentang jaminan
atau adanya perlindungan sosial bagi seluruh rakyat hingga dapat
diselenggarakannya kebutuhan dasar yang layak. Jaminan yang disediakan oleh
beberapa badan penyelenggara jaminan sosial meliputi Jaminan Kesehatan,
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua, serta Jaminan
Kematian. Khusus untuk jaminan kesehatan, diberikan pada seluruh WNI, baik
peserta penerima bantuan iuran dari pemerintah maupun peserta bukan penerima
bantuan iuran.
Tujuan pembentukan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia adalah
untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah dana yang cukup, adil, dan merata untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya.
Asuransi kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan
jaminan penggantian sosial dalam menghadapi resiko gangguan kesehatan, baik
melalui pelayanan rawat jalan ataupun pelayanan rawat inap. Program asuransi
kesehatan sosial merupakan amanat pemerintah kepada PT ASKES melalui
peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1991 tentang pemeliharaan kesehatan PNS
(Pegawai Negeri Sipil), penerima pensiun, dan perintis kemerdekaan meliputi
pejabat negara, penerima pensiunan PNS, penerima pensiunan TNI/POLRI,
penerima pensiun pejabat negara, dan veteran. Perjalanan sistem pembiayaan
kesehatan seperti ini selama kurun waktu ± 20 tahun menunjukkan bahwa sistem
ini mengalami jatuh bangun dalam menenemukan pemeliharaan kesehatan dan
pembiayaan yang efisien.
Memasuki tahun 2014, secara bertahap jaminan kesehatan nasional
menuju ke Universal Health Coverage. Pada dasarnya, hal ini bertujuan untuk
mempermudah masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.
Oleh karena itu dibentuklah suatu badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan
atau yang sekarang dikenal dengan nama BPJS.
PERMASALAHAN BPJS RUMAH SAKIT KOTA YOGYAKARTA
Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingginya pembiayaan kesehatan
masyarakat, yaitu :
1. Sistem pemeliharaan kesehatan masyarakat hingga saat ini masih
berorientasi pada kuratif.
2. Peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan masih belum baik
3. Terbatasnya dana kesehatan dari pemerintah serta sistem pembayarannya
yang masih dibebankan perseorangan yang memerlukan perawatan di saat
sakit.
Masalah lain yang sering muncul adalah besarnya re-imbustment dari BPJS ke
rumah sakit yang menyangkut besaran jasa medik. Perubahan sistem pembiayaan
seperti ini dapat menurunkan mutu pelayanan dari pihak rumah sakit.
Permasalahan lainnya berupa sosialisasi mekanisme pelaksanaan BPJS kesehatan
baik ke provider kesehatan, dokter keluarga, atau klinik swasta lainnya. Hal ini
penting karena hingga saat ini belum ada rencana untuk monitoring dan evaluasi
kebijakan secara independen terhadap akses dan mutu pelayanan yang merata.
PEMBAHASAN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada dasarnya melaksanakan
pengumpulan dana yang bersifat wajib dalam bentuk asuransi sosial dan tabungan
wajib yang berkesinambungan. Pada dasarnya bentuk asuransi sosial dan
tabungan wajib seperti ini digunakan untuk kepentingan peserta secara merata
dalam sistem subsidi silang. Penetapan UU no 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial memeberikan badan tersebut sebagai status hukum
yang dibentuk oleh undang-undang sehingga mempunyai kepastian hukum dalam
menjalankan program jaminan sosial.
“Seperti yang tercantum dalam undang undang no 23 tahun 1992
jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara
pemelihaeaan kesehatan yang menyeluruh berdasarkan atas asas
usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan
dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan secara pra upaya.”
Hal ini perlu diterapkan di Indonesia melihat kondisi sitem kesehatan
sekarang ini. Hal ini diperlukan karena penggunaan sistem JPKM memiliki
beberapa alasan :
1. Biaya pemeliharaan kesehatan yang semakin meningkat
2. Pemeliharaan kesehatan memerlukan dana yang berkesinambungan
3. Tidak semua warga mampu membiayai beban pembiayaan kesehatan yang
tinggi sehingga memerlukan adanya kerjasama antar peserta
4. Pembiayaan secara spesifik atau kuratif memerlukan biaya yang mahal
5. Beban biaya dapat ditanggung kelompok sehingga dapat membantu
mereka yang kekurangan.
Perinsip penting dari SJSN itu sendiri adalah
1. Kegotong-royongan solidaritas peserta membantu mereka yang tidak
memiliki biaya
2. Kepersertaan wajib, seluruh rakyat wajib menjadi peserta. Sehingga dapat
saling membantu antar anggota
3. Nirlaba, tidak digunakan untuk mencari laba hanya untuk kepentingan
pesertanya
4. Keterbukaan.
5. Akuntabilitas, adanya pertanggungjawaban kepada publik
6. Keberhati-hatian, karena iuran dana berasal dari seluruh peserta perlu hati-
hati dalam mengelola dana tersebut.
7. Dana amanat yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya
8. Portabilitas, pelayanan yang dapat diakses dimana saja oleh setiap warga
negara.