LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

18
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER II URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI Oleh : 2015 A Dhea Septiany Peda Lalupada 1509005016 Ni Luh Lasmi Purwanti 1509005064 Tanti Fitri Sihotang 1509005071 Octo Berkat Gea 1509005093 Katarina Kewa Ujan 1509005094 Yeyen Fami Gressia Br S 1509005108 LABORATORIUM BIOKIMIA VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016 i

description

LABORATORIUM BIOKIMIA VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR 2016

Transcript of LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

Page 1: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER II

URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

Oleh :

2015 A

Dhea Septiany Peda Lalupada 1509005016

Ni Luh Lasmi Purwanti 1509005064

Tanti Fitri Sihotang 1509005071

Octo Berkat Gea 1509005093

Katarina Kewa Ujan 1509005094

Yeyen Fami Gressia Br S 1509005108

LABORATORIUM BIOKIMIA VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

i

Page 2: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas kuasanya, sehingga

dapat diselesaikannya tulisan laporan praktikum biokimia veteriner II ini dengan baik

yang berjudul “Urinalisis Konvensional Pada Sapi bali dan Babi bali”.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas selesainya dilakukannya praktikum

di laboratorium biokimia veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan ini,

dan tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih.

Denpasar, April 2016

Hormat kami,

Penulis

ii

Page 3: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Halaman Judul ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Dasar Teori .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

1.3 Tujuan....................................................................................................... 3

1.4 Manfaat....................................................................................................... 3

BAB II. MATERI DAN METODE ......................................................................... 4

2.1 Waktu dan Tempat....................................................................................... 4

2.2 Alat dan Bahan.............................................................................................. 4

2.3 Prosedur Percobaan....................................................................................... 5

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 6

3.1 Uji Organoleptik Pada Urin.......................................................................... 6

3.2 Uji Benedict Pada Urin............................................................................... 7

3.3 Uji Didih Pada Urin.......................................................................................9

3.4 Uji Heller Pada Urin.................................................................................... 10

BAB IV. PENUTUP .............................................................................................. 11

4.1 Kesimpulan............................................................................................... 11

4.2 Saran..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13

LAMPIRAN ......................................................................................................... 14

iii

Page 4: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 1 .............................................................................................................. 6

Gambar 2 .............................................................................................................. 6

Gambar 3 .............................................................................................................. 7

Gambar 4 .............................................................................................................. 7

Gambar 5 .............................................................................................................. 9

Gambar 6 .............................................................................................................. 9

Gambar 7 .............................................................................................................. 10

Gambar 8 .............................................................................................................. 10

iv

Page 5: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning

jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih.

Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Berat jenis urin 1,002 –

1,035.

Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen

(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,

badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,

Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal

(protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)

Urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit

asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi

protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa

digunakan kertas indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.

Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah

menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang

mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan

seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa

pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong

kemih.Bau keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada

penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.

Urin adalah cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-

garam anorganik dan pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya urin dieksresikan secara

rutin tiap hari. Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya bergantung pakan, kerja,

temperatur, lingkungan, konsumsi air, dan musim. Didalam tubuh, urin ditampung dalam

kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih ini bersifat dapat mengembang (

Kustono, 1997 ).

Air yang keluar dari ginjal disebut urin dan jumlahnya bervariasi tergantung

dari banyak faktor antara lain: volume dan susunan cairan tubuh, jumlah air yang masuk,

1

Page 6: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

jumlah air yang keluar lewat saluran atau jalan lain, jumlah hasil metabolisme dan hasil

akhir yang mengandung nitrogen atau urea (Kamal, 1999).

Beberapa khlor yang terdapat dalam pada urin sebagian besar berasal dari

makanan yang dimakan ternak. Semakin besar kandungan khlor dalam bahan pakan

maka kadar khlor yang kadar khlor dalam urin juga akan meningkat (Murray et al.,2003).

Apabila urin pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urin

encer, terjadi ekskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini memiliki

arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan

ekskresi air terutama dilakukan oleh hormon vasopresin yang berkerja pada duktus

kolingentes (Ganong, 2003).

Perbedaan kandungan Cl dalam urin dapat disebabkan karena perbedaan

ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar

aldesteron dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik

(Ganong, 2003).

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa dalam tubuh. Fungsi

utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari

dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor" .

Hal in i berkai tan dengan kemungkinan ur in tersebut berasal dari ginjal

atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan

mengandung bakteri. Namun j ika ur in berasal dar i ginjal dan saluran kencing

yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang

dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa dikatakan bahwa urin itu merupakan

zat yang steril (sumber: wikipedia.org)

urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit

asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi

protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa

digunakan kertas indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.

2

Page 7: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil percobaan dari uji organoleptik?

2. Bagaimana hasil percobaan dari uji benedict?

3. Bagaimana hasil percobaan dari uji didih?

4. Bagaimana hasil percobaan dari uji heller?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji organoleptik

2. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji benedict

3. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji didih

4. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji heller

1.4 Manfaat

Melalui laporan praktikum biokimia veteriner II tentang Urinalisis

Konvensional Pada Sapi dan Babi bali, ini diharapkan pembaca dapat memahami

tentang apa percobaan uji organoleptik, uji benedict, uji didih dan uji heller pada

urin sapi bali dan babi bali, yang merupakan kekhasan dari Fakultas Kedokteran

Hewan, Universitas Udayana.

3

Page 8: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

BAB II

MATERI DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Pengamatan dan pengambilan data tentang hasil uji urin sapi dan babi balidilakukan selama praktikum biokimia veteriner 2 di Laboratorium Biokimia Lantai 1Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Dilakukan pada tanggal 8 April2016.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Uji Organoleptik Pada Urin

2.2.2 Uji Benedict Pada Urin

2.2.3 Uji Didih Pada Urin

2.2.4 Uji Heller Pada Urin

Alat : Gelas Kimia

Bahan : Urin babi bali Urin sapi bali

Alat : Tabung reaksi

Rak tabung reaksi Pipet tetes

Bunsen Penjepit tabung Tissue

Bahan : Urin babi bali

Urin sapi bali Larutan Benedict

Alat : Tabung reaksi Rak tabung reaksi

Pipet tetes Bunsen Penjepit tabung

Tissue

Bahan : Urin babi bali Urin sapi bali

Larutan Asam Asetat 10%

Alat : Tabung reaksi

Bahan : Urin babi bali

4

Page 9: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

2.3 Prosedur Percobaan :

2.3.1 Uji Organoleptik Pada Urin

1. Memasukan urin sapi bali dan babi bali ke dalam masing-masing gelaskimia

2. Mencium bau dari urin sapi bali dan babi bali3. Mengamati perbedaan warna dari urin sapi bali dan babi bali4. Mengamati kekeruhan dari urin sapi bali dan babi bali5. Mencatat hasil percobaan.

2.3.2 Uji Benedict Pada Urin

1. Menyiapkan alat dan bahan2. Memasukan 5 tetes urin babi bali pada tabung 1 dan urin sapi bali di

tabung 2 yang sebelumnya sudah diberi label3. Campurkan dengan 2,5 ml benedict kedalam masing-masing tabung4. Kemudian masing-masing tabung dipanaskan, dan biarkan dingin

beberapa menit5. Lalu mencatat hasil pengamatan.

2.3.3 Uji Didih Pada Urin

1. Menyiapkan alat dan bahan2. Memasukan urin sapi bali dan babi bali ke masing-masing tabung reaksi3. Memanaskan masing-masing tabung reaksi4. Jika terjadi kekeruhan tetesi dengan larutan asam asetat 10%5. Lalu mencatat hasil pengamatan.

2.3.4 Uji Heller Pada Urin

1. Menyiapkan alat dan bahan2. Masukan 2 ml urin sapi bali dan babi bali kedalam masing-masing tabung

reaksi yang telah diberi label3. Tambahkan larutan HNO3 pekat kemasing-masing tabung reaksi melalui

dinding tabung4. Lalu mencatat hasil pengamatan

Rak tabung reaksi

Pipet tetes Tissue

Urin sapi bali

Larutan HNO3 pekat

5

Page 10: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Organoleptik Pada Urin

Sifat-sifat Urine sapi bali Urine babi bali

Bau Pesing keamisan Pesing keamisan

Warna Kuning keorangean Kuning muda

Kekeruhan Keruh Tidak keruh

Gambar 1. Urine sapi bali Gambar 2. Urine babi bali

Uji organoleptik pada urin adalah cara pengujian dengan langsung menggunakan indera

manusia, dimana sebagai alat utama untuk pengamatan urin sapi bali dan babi bali. Dengan

melihat perbedaan warna, bau dan kekeruhan. Dari percobaan dapat dilihat warna dari urin

sapi bali dan babi bali berbeda. Secara umum warna urin adalah kuning cerah tergantung

spesies hewannya. Suatu keadaan urin yang encer menyebabkan warna urin kuning muda,

semakin encer urin menjadi tidak berwarna. Dalam percobaan warna urin babi bali berwarna

kuning muda, yang berarti urin tersebut normal karena tidak adanya pigmen urin seperti

bilirubinuria yang menyebabkan urin berwarna cokelat atau kecokelatan. Dan untuk urin sapi

6

Page 11: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

babi berwarna kuning keorangean, hal ini dikarenakan urine sapi bali terdapat zat bilirubinuria

ringan sehingga warna urin mendekati kuning tua keorangean.

Selanjutnya kekeruhan yang berbeda, dimana pada kekeruhan urin dapat dikatakan

sebagai kekeruhan ringan, jernih, keruh, opaque, dan flokulen. Dari hasil percobaan pada urin

babi bali didapatkan hasil bahwa urin tidak keruh dan sapi bali keruh. Penyebab perbedaan ini

dikarenakan peningkatan jumlah sel darah, peningkatan jumlah Kristal dan bakteriuria yang

menghasilkan kekeruhan pada urine contohnya pada sapi bali ini.

Terakhir adanya bau urin, bau urin secara normal yaitu berbau aromatik memusingkan.

Dari hasil percobaan pada urin babi bali didapatkan hasil bahwa urin babi bali dan sapi bali

berbau pesing. urin babi bali dan sapi bali juga baunya sedikit amis. Penyebab bau menjadi

pesing dikarenakan adanya amoniak (NH4) yang berasal dari perombakan urin didalam hati.

Dan bau yang sedikit amis pada urin sapi bali dan babi bali dikarenakan pakan yang

dikonsumsi.

3.2 Uji Benedict Pada Urin

Urin Warna yang terbentuksebelum dipanaskan

Kadar glukosa

Tabung 1 : Urin babi bali Biru kehijauan ++

Tabung 2 : Urin sapi bali Hijau pekat +

Gambar 3. Warna urin babi bali dan sapi bali Gambar 4. Warna urin babi bali dan sapibali sebelum dipanaskan bali setelah dipanaskan

UrineBabi bali

Urine SapibaliUrine

Babi bali

Urine Sapibali

7

Page 12: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

Uji benedict adalah uji untuk mengetahui kandungan glukosa pada urin. Dari hasil

percobaan, warna yang terbentuk pada urin babi bali yaitu biru kehijauan dan sapi bali yaitu

hijau pekat. Tetapi didalam urin sapi babi dan babi bali mengandung glukosa dengan kadar

yang berbeda. Tujuan pemberian benedict adalah sebagai pemeriksa ada tidaknya kandungan

gula pereduksi pada urin. Prinsip kerja dari larutan benedict adalah menguji keberadaan gugus

aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa.

Pada uji benedict ini sangat sensitif, dikarenakan dapat mendeteksi 0,1% kadar glukosa

dalam campuran urin dengan benedict. Reaksi yang terjadi pada percobaan benedict yaitu

larutan benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid, pengecualian aldehid dalam gugus

aromatik dan -hidroksin keton pada urin. Larutan benedict ini mengandung tembaga alkalis

yang akan direduksi oleh gula dengan gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang

menyebabkan urin berwarna biru kehijauan pada babi bali dan hijau pekat pada sapi bali.

Berdasarkan hasil percobaan, urin babi bali dan sapi bali positif mengandung glukosa dan

diduga mengalami penyakit diabetes.

8

Page 13: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

3.3 Uji Didih Pada Urin

Urin Kekeruhan (Setelahpemanasan)

Saat ditambahkanAsam Asetat

Kandungan

Babi bali Tidak terbentukkekeruhan, tetapkuning jernih.

Tetap tidak berubah Tidak ada protein

Sapi bali Terbentuknyakekeruhan

Kekeruhanmenghilang

Ada garam mineral

Gambar 5. Warna urine sapi bali Gambar 6. Warna urine babi bali

Uji didih dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein

dalam urin. Pada percobaan diatas didapati pada urin sapi bali positif mengandung garam

mineral ditandai dengan adanya kekeruhan berwarna putih, dan setelah ditambahkan asam

asetat kekeruhan menghilang. Sedangkan pada urin babi bali didapati warna urin yang tetap

berwarna kuning jernih (bening) setelah pemanasan yang berarti negative (-) tidak adanya

protein pada urin.

Jika urin yang keruh ditetesi asam asetat dan tetap keruh dapat disebabkan oleh kalsium

karbonat. Tetapi jika urin ditetesi asam asetat menjadi semakin keruh maka positif

mengandung protein. Dan jika urin ditetesi asam asetat dan kembali jernih, maka dapat

disebabkan oleh kalsium fosfat atau kalsium karbonat.

9

Page 14: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

3.4 Uji heller pada urin

Urin Bentukan Cincin putih Warna pada bagian atas

Babi bali Tidak ada Berwarna jingga

Sapi bali Tidak ada Berwarna merah

Gambar 7. Warna urine sapi bali Gambar 8. Warna urine babi bali

Uji heller merupakan uji untuk mengetahui atau mendeteksi adanya protein pada urin.

Pada percobaan ini setiap urin tidak terdapat bentukan cincin putih yang menandakan bahwa

pada urine sapi bali dan babi bali tidak ada protein (negatif). Fungsi HNO3 pekat sebagai

pereaksi untuk penentu ada tidaknya protein. Dan bila positif pada penambahan HNO3 reaksi

yang terjadi yaitu denaturasi protein, inilah penanda adanya cincin putih. Selain itu,

penambahan HNO3 pekat yang berupa zat bersifat asam dapat mengumpalkan karena

mengalami koagulasi jika berada di suasana basa. Jika pada percobaan positif, semakin tebal

warna putih terbentuk, maka semakin banyak ada nya protein di urin.

Pada uji heller ini juga dapat memberi informasi mengenai adanya pigmen empedu

(urobilinogen) yang normal terlarut dalam urin. Biasanya warna biru sampai violet/jingga

tergantung jumlah pigmennya. Pada percobaan ini terbentuk adanya pigmen pada sapi bali

yaitu warna merah yang menandakan adanya banyak pigmen dan pada babi bali berwarna

orange bening yang menandakan hanya sedikit pigmen dibandingkan urine sapi bali.

Perbedaan warna pigmen diakibatkan oleh perbedaan pakan atau makanan.

10

Page 15: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Uji Organoleptik Pada Urin

Uji ini merupakan cara pengujian menggunakan penginderaan

manusia. Dimana dalam percobaan ini, warna urin normal terlihat pada urin

babi. Sedangkan pada urin sapI bali terdapat zat bilirubinuria ringan. Bau urin

dalam percobaan ini normal, dengan pesing yang dikarenakan ammonia

berasal dari perombakkan urea, dan kekeruhan yang berbeda-beda karena

peningkatan jumlah sel darah, maupun bakteriuria. Selain itu, bisa dikarenakan

pakan atau makanan yang dimakan.

4.1.2 Uji Benedict Pada Urin

Uji ini merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

glukosa pada urin. Dimana dalam percobaan positif adanya glukosa yang

ditandai dengan adanya perubahan warna yang sesuai dengan penafsiran

warna-warna endapan glukosa, setelah pemanasan.

4.1.3 Uji Didih Pada Urin

Uji ini merupakan cara pengujian untuk menentukan apakah urin

mengandung protein atau tidak melalui pemanasan. Apabila terkandung

protein maka warna urin akan tetap berwarna keruh dan apabila warna pada

urin berwarna putih atau kekeruhan hilang berarti disebabkan oleh mineral

atau garam fosfat.

4.1.4 Uji Heller Pada Urin

Pada percobaan ini, uji Heller menunjukkan negatif yang artinya urin

tidak mengandung protein (tidak terbentuk cincin putih). Selain itu,

terbentuknya pigmen empedu pada setiap urin dengan warna yang berbeda,

diakibatkan oleh pakan atau makanan yang berbeda-beda.

11

Page 16: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

4.2 Saran

Sebaiknya pada saat uji benedict dan uji didih dilakukan dengan hati-hati

karena pada tabung reaksi akan panas dan mendidih. Untuk uji didih pemberian asam

asetat harus hati-hati karena jika kelebihan asam asetat akan menyebabkan larutan

protein mengendap. Selanjutnya pada saat praktikum harus serius, agar hasil

praktikum yang di dapatkan sesuai dengan teori.

12

Page 17: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Komposisi Urin. [Online]. Tersedia di :http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/10/komposisi-urin-dan-pengertian-urin.html. [Diakses Pada 20 April 2016]

Ali, I. 2008. Urinalisis analisis kemih. [Online]. Tersedia di :http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/.[Diakses pada 20 April 2016]

Annfebritta. 2011. Laporan Biokimia Uji Urin. [Online]. Tersedia di : http://annfebritta-ipb.blogspot.co.id/2011/10/laporan-biokimia-gizi-uji-urin.html.[Diakses pada 20 April 2016]

Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia

13

Page 18: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI

LAMPIRAN GAMBAR

14