LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI
-
Upload
yeyensurbakti -
Category
Documents
-
view
128 -
download
26
description
Transcript of LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI
![Page 1: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER II
URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI
Oleh :
2015 A
Dhea Septiany Peda Lalupada 1509005016
Ni Luh Lasmi Purwanti 1509005064
Tanti Fitri Sihotang 1509005071
Octo Berkat Gea 1509005093
Katarina Kewa Ujan 1509005094
Yeyen Fami Gressia Br S 1509005108
LABORATORIUM BIOKIMIA VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
i
![Page 2: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas kuasanya, sehingga
dapat diselesaikannya tulisan laporan praktikum biokimia veteriner II ini dengan baik
yang berjudul “Urinalisis Konvensional Pada Sapi bali dan Babi bali”.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas selesainya dilakukannya praktikum
di laboratorium biokimia veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan ini,
dan tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih.
Denpasar, April 2016
Hormat kami,
Penulis
ii
![Page 3: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Halaman Judul ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Dasar Teori .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat....................................................................................................... 3
BAB II. MATERI DAN METODE ......................................................................... 4
2.1 Waktu dan Tempat....................................................................................... 4
2.2 Alat dan Bahan.............................................................................................. 4
2.3 Prosedur Percobaan....................................................................................... 5
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 6
3.1 Uji Organoleptik Pada Urin.......................................................................... 6
3.2 Uji Benedict Pada Urin............................................................................... 7
3.3 Uji Didih Pada Urin.......................................................................................9
3.4 Uji Heller Pada Urin.................................................................................... 10
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................. 11
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 11
4.2 Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13
LAMPIRAN ......................................................................................................... 14
iii
![Page 4: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/4.jpg)
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 1 .............................................................................................................. 6
Gambar 2 .............................................................................................................. 6
Gambar 3 .............................................................................................................. 7
Gambar 4 .............................................................................................................. 7
Gambar 5 .............................................................................................................. 9
Gambar 6 .............................................................................................................. 9
Gambar 7 .............................................................................................................. 10
Gambar 8 .............................................................................................................. 10
iv
![Page 5: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih.
Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Berat jenis urin 1,002 –
1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen
(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,
Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal
(protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)
Urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit
asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi
protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa
digunakan kertas indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.
Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah
menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang
mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan
seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa
pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong
kemih.Bau keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada
penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.
Urin adalah cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-
garam anorganik dan pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya urin dieksresikan secara
rutin tiap hari. Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya bergantung pakan, kerja,
temperatur, lingkungan, konsumsi air, dan musim. Didalam tubuh, urin ditampung dalam
kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih ini bersifat dapat mengembang (
Kustono, 1997 ).
Air yang keluar dari ginjal disebut urin dan jumlahnya bervariasi tergantung
dari banyak faktor antara lain: volume dan susunan cairan tubuh, jumlah air yang masuk,
1
![Page 6: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/6.jpg)
jumlah air yang keluar lewat saluran atau jalan lain, jumlah hasil metabolisme dan hasil
akhir yang mengandung nitrogen atau urea (Kamal, 1999).
Beberapa khlor yang terdapat dalam pada urin sebagian besar berasal dari
makanan yang dimakan ternak. Semakin besar kandungan khlor dalam bahan pakan
maka kadar khlor yang kadar khlor dalam urin juga akan meningkat (Murray et al.,2003).
Apabila urin pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urin
encer, terjadi ekskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini memiliki
arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan
ekskresi air terutama dilakukan oleh hormon vasopresin yang berkerja pada duktus
kolingentes (Ganong, 2003).
Perbedaan kandungan Cl dalam urin dapat disebabkan karena perbedaan
ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar
aldesteron dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik
(Ganong, 2003).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa dalam tubuh. Fungsi
utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor" .
Hal in i berkai tan dengan kemungkinan ur in tersebut berasal dari ginjal
atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun j ika ur in berasal dar i ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa dikatakan bahwa urin itu merupakan
zat yang steril (sumber: wikipedia.org)
urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit
asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi
protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa
digunakan kertas indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.
2
![Page 7: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/7.jpg)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil percobaan dari uji organoleptik?
2. Bagaimana hasil percobaan dari uji benedict?
3. Bagaimana hasil percobaan dari uji didih?
4. Bagaimana hasil percobaan dari uji heller?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji organoleptik
2. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji benedict
3. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji didih
4. Untuk mengetahui hasil dari percobaan uji heller
1.4 Manfaat
Melalui laporan praktikum biokimia veteriner II tentang Urinalisis
Konvensional Pada Sapi dan Babi bali, ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang apa percobaan uji organoleptik, uji benedict, uji didih dan uji heller pada
urin sapi bali dan babi bali, yang merupakan kekhasan dari Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana.
3
![Page 8: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan dan pengambilan data tentang hasil uji urin sapi dan babi balidilakukan selama praktikum biokimia veteriner 2 di Laboratorium Biokimia Lantai 1Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Dilakukan pada tanggal 8 April2016.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Uji Organoleptik Pada Urin
2.2.2 Uji Benedict Pada Urin
2.2.3 Uji Didih Pada Urin
2.2.4 Uji Heller Pada Urin
Alat : Gelas Kimia
Bahan : Urin babi bali Urin sapi bali
Alat : Tabung reaksi
Rak tabung reaksi Pipet tetes
Bunsen Penjepit tabung Tissue
Bahan : Urin babi bali
Urin sapi bali Larutan Benedict
Alat : Tabung reaksi Rak tabung reaksi
Pipet tetes Bunsen Penjepit tabung
Tissue
Bahan : Urin babi bali Urin sapi bali
Larutan Asam Asetat 10%
Alat : Tabung reaksi
Bahan : Urin babi bali
4
![Page 9: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/9.jpg)
2.3 Prosedur Percobaan :
2.3.1 Uji Organoleptik Pada Urin
1. Memasukan urin sapi bali dan babi bali ke dalam masing-masing gelaskimia
2. Mencium bau dari urin sapi bali dan babi bali3. Mengamati perbedaan warna dari urin sapi bali dan babi bali4. Mengamati kekeruhan dari urin sapi bali dan babi bali5. Mencatat hasil percobaan.
2.3.2 Uji Benedict Pada Urin
1. Menyiapkan alat dan bahan2. Memasukan 5 tetes urin babi bali pada tabung 1 dan urin sapi bali di
tabung 2 yang sebelumnya sudah diberi label3. Campurkan dengan 2,5 ml benedict kedalam masing-masing tabung4. Kemudian masing-masing tabung dipanaskan, dan biarkan dingin
beberapa menit5. Lalu mencatat hasil pengamatan.
2.3.3 Uji Didih Pada Urin
1. Menyiapkan alat dan bahan2. Memasukan urin sapi bali dan babi bali ke masing-masing tabung reaksi3. Memanaskan masing-masing tabung reaksi4. Jika terjadi kekeruhan tetesi dengan larutan asam asetat 10%5. Lalu mencatat hasil pengamatan.
2.3.4 Uji Heller Pada Urin
1. Menyiapkan alat dan bahan2. Masukan 2 ml urin sapi bali dan babi bali kedalam masing-masing tabung
reaksi yang telah diberi label3. Tambahkan larutan HNO3 pekat kemasing-masing tabung reaksi melalui
dinding tabung4. Lalu mencatat hasil pengamatan
Rak tabung reaksi
Pipet tetes Tissue
Urin sapi bali
Larutan HNO3 pekat
5
![Page 10: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Organoleptik Pada Urin
Sifat-sifat Urine sapi bali Urine babi bali
Bau Pesing keamisan Pesing keamisan
Warna Kuning keorangean Kuning muda
Kekeruhan Keruh Tidak keruh
Gambar 1. Urine sapi bali Gambar 2. Urine babi bali
Uji organoleptik pada urin adalah cara pengujian dengan langsung menggunakan indera
manusia, dimana sebagai alat utama untuk pengamatan urin sapi bali dan babi bali. Dengan
melihat perbedaan warna, bau dan kekeruhan. Dari percobaan dapat dilihat warna dari urin
sapi bali dan babi bali berbeda. Secara umum warna urin adalah kuning cerah tergantung
spesies hewannya. Suatu keadaan urin yang encer menyebabkan warna urin kuning muda,
semakin encer urin menjadi tidak berwarna. Dalam percobaan warna urin babi bali berwarna
kuning muda, yang berarti urin tersebut normal karena tidak adanya pigmen urin seperti
bilirubinuria yang menyebabkan urin berwarna cokelat atau kecokelatan. Dan untuk urin sapi
6
![Page 11: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/11.jpg)
babi berwarna kuning keorangean, hal ini dikarenakan urine sapi bali terdapat zat bilirubinuria
ringan sehingga warna urin mendekati kuning tua keorangean.
Selanjutnya kekeruhan yang berbeda, dimana pada kekeruhan urin dapat dikatakan
sebagai kekeruhan ringan, jernih, keruh, opaque, dan flokulen. Dari hasil percobaan pada urin
babi bali didapatkan hasil bahwa urin tidak keruh dan sapi bali keruh. Penyebab perbedaan ini
dikarenakan peningkatan jumlah sel darah, peningkatan jumlah Kristal dan bakteriuria yang
menghasilkan kekeruhan pada urine contohnya pada sapi bali ini.
Terakhir adanya bau urin, bau urin secara normal yaitu berbau aromatik memusingkan.
Dari hasil percobaan pada urin babi bali didapatkan hasil bahwa urin babi bali dan sapi bali
berbau pesing. urin babi bali dan sapi bali juga baunya sedikit amis. Penyebab bau menjadi
pesing dikarenakan adanya amoniak (NH4) yang berasal dari perombakan urin didalam hati.
Dan bau yang sedikit amis pada urin sapi bali dan babi bali dikarenakan pakan yang
dikonsumsi.
3.2 Uji Benedict Pada Urin
Urin Warna yang terbentuksebelum dipanaskan
Kadar glukosa
Tabung 1 : Urin babi bali Biru kehijauan ++
Tabung 2 : Urin sapi bali Hijau pekat +
Gambar 3. Warna urin babi bali dan sapi bali Gambar 4. Warna urin babi bali dan sapibali sebelum dipanaskan bali setelah dipanaskan
UrineBabi bali
Urine SapibaliUrine
Babi bali
Urine Sapibali
7
![Page 12: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/12.jpg)
Uji benedict adalah uji untuk mengetahui kandungan glukosa pada urin. Dari hasil
percobaan, warna yang terbentuk pada urin babi bali yaitu biru kehijauan dan sapi bali yaitu
hijau pekat. Tetapi didalam urin sapi babi dan babi bali mengandung glukosa dengan kadar
yang berbeda. Tujuan pemberian benedict adalah sebagai pemeriksa ada tidaknya kandungan
gula pereduksi pada urin. Prinsip kerja dari larutan benedict adalah menguji keberadaan gugus
aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa.
Pada uji benedict ini sangat sensitif, dikarenakan dapat mendeteksi 0,1% kadar glukosa
dalam campuran urin dengan benedict. Reaksi yang terjadi pada percobaan benedict yaitu
larutan benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid, pengecualian aldehid dalam gugus
aromatik dan -hidroksin keton pada urin. Larutan benedict ini mengandung tembaga alkalis
yang akan direduksi oleh gula dengan gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang
menyebabkan urin berwarna biru kehijauan pada babi bali dan hijau pekat pada sapi bali.
Berdasarkan hasil percobaan, urin babi bali dan sapi bali positif mengandung glukosa dan
diduga mengalami penyakit diabetes.
8
![Page 13: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/13.jpg)
3.3 Uji Didih Pada Urin
Urin Kekeruhan (Setelahpemanasan)
Saat ditambahkanAsam Asetat
Kandungan
Babi bali Tidak terbentukkekeruhan, tetapkuning jernih.
Tetap tidak berubah Tidak ada protein
Sapi bali Terbentuknyakekeruhan
Kekeruhanmenghilang
Ada garam mineral
Gambar 5. Warna urine sapi bali Gambar 6. Warna urine babi bali
Uji didih dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein
dalam urin. Pada percobaan diatas didapati pada urin sapi bali positif mengandung garam
mineral ditandai dengan adanya kekeruhan berwarna putih, dan setelah ditambahkan asam
asetat kekeruhan menghilang. Sedangkan pada urin babi bali didapati warna urin yang tetap
berwarna kuning jernih (bening) setelah pemanasan yang berarti negative (-) tidak adanya
protein pada urin.
Jika urin yang keruh ditetesi asam asetat dan tetap keruh dapat disebabkan oleh kalsium
karbonat. Tetapi jika urin ditetesi asam asetat menjadi semakin keruh maka positif
mengandung protein. Dan jika urin ditetesi asam asetat dan kembali jernih, maka dapat
disebabkan oleh kalsium fosfat atau kalsium karbonat.
9
![Page 14: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/14.jpg)
3.4 Uji heller pada urin
Urin Bentukan Cincin putih Warna pada bagian atas
Babi bali Tidak ada Berwarna jingga
Sapi bali Tidak ada Berwarna merah
Gambar 7. Warna urine sapi bali Gambar 8. Warna urine babi bali
Uji heller merupakan uji untuk mengetahui atau mendeteksi adanya protein pada urin.
Pada percobaan ini setiap urin tidak terdapat bentukan cincin putih yang menandakan bahwa
pada urine sapi bali dan babi bali tidak ada protein (negatif). Fungsi HNO3 pekat sebagai
pereaksi untuk penentu ada tidaknya protein. Dan bila positif pada penambahan HNO3 reaksi
yang terjadi yaitu denaturasi protein, inilah penanda adanya cincin putih. Selain itu,
penambahan HNO3 pekat yang berupa zat bersifat asam dapat mengumpalkan karena
mengalami koagulasi jika berada di suasana basa. Jika pada percobaan positif, semakin tebal
warna putih terbentuk, maka semakin banyak ada nya protein di urin.
Pada uji heller ini juga dapat memberi informasi mengenai adanya pigmen empedu
(urobilinogen) yang normal terlarut dalam urin. Biasanya warna biru sampai violet/jingga
tergantung jumlah pigmennya. Pada percobaan ini terbentuk adanya pigmen pada sapi bali
yaitu warna merah yang menandakan adanya banyak pigmen dan pada babi bali berwarna
orange bening yang menandakan hanya sedikit pigmen dibandingkan urine sapi bali.
Perbedaan warna pigmen diakibatkan oleh perbedaan pakan atau makanan.
10
![Page 15: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Uji Organoleptik Pada Urin
Uji ini merupakan cara pengujian menggunakan penginderaan
manusia. Dimana dalam percobaan ini, warna urin normal terlihat pada urin
babi. Sedangkan pada urin sapI bali terdapat zat bilirubinuria ringan. Bau urin
dalam percobaan ini normal, dengan pesing yang dikarenakan ammonia
berasal dari perombakkan urea, dan kekeruhan yang berbeda-beda karena
peningkatan jumlah sel darah, maupun bakteriuria. Selain itu, bisa dikarenakan
pakan atau makanan yang dimakan.
4.1.2 Uji Benedict Pada Urin
Uji ini merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
glukosa pada urin. Dimana dalam percobaan positif adanya glukosa yang
ditandai dengan adanya perubahan warna yang sesuai dengan penafsiran
warna-warna endapan glukosa, setelah pemanasan.
4.1.3 Uji Didih Pada Urin
Uji ini merupakan cara pengujian untuk menentukan apakah urin
mengandung protein atau tidak melalui pemanasan. Apabila terkandung
protein maka warna urin akan tetap berwarna keruh dan apabila warna pada
urin berwarna putih atau kekeruhan hilang berarti disebabkan oleh mineral
atau garam fosfat.
4.1.4 Uji Heller Pada Urin
Pada percobaan ini, uji Heller menunjukkan negatif yang artinya urin
tidak mengandung protein (tidak terbentuk cincin putih). Selain itu,
terbentuknya pigmen empedu pada setiap urin dengan warna yang berbeda,
diakibatkan oleh pakan atau makanan yang berbeda-beda.
11
![Page 16: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/16.jpg)
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat uji benedict dan uji didih dilakukan dengan hati-hati
karena pada tabung reaksi akan panas dan mendidih. Untuk uji didih pemberian asam
asetat harus hati-hati karena jika kelebihan asam asetat akan menyebabkan larutan
protein mengendap. Selanjutnya pada saat praktikum harus serius, agar hasil
praktikum yang di dapatkan sesuai dengan teori.
12
![Page 17: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/17.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010. Komposisi Urin. [Online]. Tersedia di :http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/10/komposisi-urin-dan-pengertian-urin.html. [Diakses Pada 20 April 2016]
Ali, I. 2008. Urinalisis analisis kemih. [Online]. Tersedia di :http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/.[Diakses pada 20 April 2016]
Annfebritta. 2011. Laporan Biokimia Uji Urin. [Online]. Tersedia di : http://annfebritta-ipb.blogspot.co.id/2011/10/laporan-biokimia-gizi-uji-urin.html.[Diakses pada 20 April 2016]
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
13
![Page 18: LAPORAN BIOKIMIA URINALISIS KONVENSIONAL PADA SAPI BALI DAN BABI BALI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082201/577c80ce1a28abe054aa3fe7/html5/thumbnails/18.jpg)
LAMPIRAN GAMBAR
14