Laporan Audit Lingkungan (Training Auditor)

download Laporan Audit Lingkungan (Training Auditor)

of 46

description

Hasil pelatihan Auditor Lingkungan

Transcript of Laporan Audit Lingkungan (Training Auditor)

  • HOME

  • Page1

    Disclaimer Laporan audit ini didasarkan atas bukti-bukti yang terverifikasi, pada waktu (tanggal, bulan, tahun) audit dilakukan.Jika di kemudian hari ada sanggahan, tidak berkaitan dengan isi laporan audit ini.

    Halaman Pengesahan Laporan Audit Oleh Klien

    ----------------------------------------------------------

  • Page2

    Pernyataan Kerahasiaan

    Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa semua informasi yang ada

    dalam laporan audit lingkungan ini tidak boleh dibuka/diketahui oleh pihak manapun,

    kecuali oleh pihak-pihak yang mendapat persetujuan dari Kementerian Lingkungan

    Hidup, atau apabila Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa laporan audit

    lingkungan ini dinyatakan terbuka untuk public.

    Kami akan menjaga kerahasiaan laporan audit ini, dan apabila kami telah melakukan

    pelanggaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia mendapatkan sanksi sesuai

    dengan perundangan-undangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

    Auditor Utama :.... Tanda Tangan:..

    Auditor : Tanda Tangan:..

    Auditor : Tanda Tangan:..

  • Page3

    KATA PENGANTAR

    Ucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kemurahan

    hati-NYa, kelompok I dari peserta pelatihan Auditor Lingkungan yang dilaksanakan oleh

    Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gajah Mada (UGM) sudah berhasil

    menyusun laporan audit lingkungan yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 November

    2013 di rumah sakit panti Rapih Yogyakarta.

    Audit Lingkungan dilaksanakan sebagai proses evaluasi terhadap system pengelolaan

    lingkungan yang diterapkan oleh RS. Panti Rapih Yogyakarta sebagai salah satu Rumah

    Sakit swasta yg sudah lama beroperasi semenjak tahun 1929. Proses pelaksanaan audit

    tentu saja tidak terlepas dari partisipasi aktif dari pihak rumah sakit sebagai pihak yang

    diaudit. Perlunya dilaksanaan evaluasi/audit secara berkala terhadap system yang

    diterapkan oleh rumah sakit sangat diperlukan guna melihat efektitas suatu system

    dijalankan dan memberikan rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk perbaikan

    pengelolaan rumah sakit dalam bidang lingkungan.

    Kepada pihak rumah sakit, PSLH UGM dan tim audit mengucapkan terimakasih selama

    proses audit berlangsung maupun dalam masa pelatihan auditor lingkungan.

    Salam,

    Janwar El Jabiri S.T

  • Page4

    DAFTAR ISI

    Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih...................................................................................................51. PENDAHULUAN.............................................................................................................................................81.1 Latar Belakang..............................................................................................................................................8Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih...................................................................................................91.2 Tujuan dan Lingkup Audit............................................................................................................................91.3 Kriteria Audit..................................................................................................................................................91.4 Identitas Klien, Auditi dan Auditor............................................................................................................111.5 Waktu dan Lamanya Audit........................................................................................................................112. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN.............................................................................................113. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN.........................................................................................124. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.....................................................................................................134.1 Pengantar.....................................................................................................................................................134.2 Kriteria Audit................................................................................................................................................144.3 Temuan Audit..............................................................................................................................................155. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA..............................................................................................205.1 Pengantar.....................................................................................................................................................205.2 Kriteria audit.................................................................................................................................................215.3Temuan audit................................................................................................................................................23

  • Page5

    6. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.....................................................................276.1 Pengantar.....................................................................................................................................................276.2 Kriteria Audit................................................................................................................................................336.3 Temuan Audit.....................................................................................................................................347. KESIMPULAN............................................................................................................................................438. REKOMENDASI........................................................................................................................................44

    DAFTAR GAMBAR/FOTO

    Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih

    Gambar 2. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah

    Gambar 3. Flow meter di IPAL A

    Gambar 4. SOP tidak ada pada information board di area IPAL

    Gambar 5. TPS Limbah B3 RS panti Rapih

    Gambar 6. Pencatatan Volume limbah yang masuk dan keluar

    Gambar 7. Timbangan di TPS untuk memantau volume limbah

    Gambar 8. Pendataan dan Penulisan Nota Pekerjaan Pengangkutan Limbah B3 ke Pihak ke

  • Page6

    Tiga

    Gambar 9. Nota Pekerjaan Pengangkutan Limbah B3 ke PT. ARAH ENVIRONMENTAL

    Gambar 10. Tempat Pencucian Botol-botol bekas obat dan Tempat Sampah

    Gambar 11. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3]

    Gambar 12. Pengangkutan Limbah B3

    Gambar 13. Petugas Pengangkut Limbah B3

    Gambar 14. Pemakaian kembali kemasan betadine tanpa pelabelan

    Gambar 15. Bin penampung kebocoran solar tidak seragam dan tanpa label

    Gambar 16. Bin Limbah B3 belum terdapat label B3

    Gambar 17. Penempatan drum pelumas tidak pada tempatnya

    Gambar 18. Penataan Limbah Palbot kurang rapih

    Gambar 19. Sarung tangan dibuang sembarangan

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Hasil pemantauan kadar dan parameter pencemar limbah cair

    Tabel 2. Baku Tingkat kebisingan

    Tabel 3. Laporan pengujian udara

  • Page7

    RINGKASAN

    Rumah Sakit Panti Rapih di resmikan pada tanggal 14 September 1929 oleh Sri Sultan

    Hamengkubuwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen" dimana pada saat

    penjajahan Jepang berganti nama menjadi Rumah Sakit Panti Rapih.

    Pengelolaan lingkungan rumah sakit dalam lingkup meminimalisir potensi cemaran

    lingkungan kegiatan sudah dilakukan oleh rumah sakit Panti Rapih dengan melakukan pengelolaan terhadap sumber pencemar; pengelolaan limbah cair, pengelolaan pencemaran

    udara, dan pengelolaan limbah B3. Dokumen lingkungan, perizinan, persyaratan teknis,

    pelaporan pemantuan, pengecekan fisik merupakan bagian proses audit yang sudah

    dilakukan oleh tim di rumah sakit Panti Rapih. Hasil audit lingkungan di RS Panti Rapih

    mendapatkan 8 temuan tidak taat dan 15 temuan dengan status observasi. Temuan tidak taat agar disiapkan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan temuan tersebut

    sebagaimana batas waktu yang sudah disebutkan. Temuan-temuan tersebut meliputi audit

  • Page8

    terhadap pengelolaan sumber pencemaran dari limbah cair, pencemaran udara, pengelolaan

    limbah B3.

    Perbaikan terhadap pengelolaan lingkungan berdasarkan temuan audit lingkungan akan

    meningkatkan efektitas dan efisiensi dalam pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Rumah Sakit Panti Rapih di resmikan pada tanggal 14 September 1929 oleh Sri

    Sultan Hamengkubuwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen"

    Pada masa penjajahan jepang, berubah menjadi Rumah Sakit Panti Rapih,yang berarti Rumah Penyembuhan.

    Lokasi Rumah sakit Panti Rapih terletak pada jalan Cik Di Tiro, seperti gambar

    terlampir.

  • Page9

    Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih

    1.2 Tujuan dan Lingkup Audit

    Berisi uraian tentang tujuan dan lingkup audit secara jelas.

    1. Tujuan Audit dapat ditetapkan (namun tidak membatasi), misalnya:

    1. Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menelusuri

    2. Lingkup Audit

    Berisi uraian secara jelas lingkup audit yang harus dicakup, misalnya ..

    1.3 Kriteria Audit

    Dalam melakukan Audit pencemaran air, Auditor merujuk pada :

    1. Undang Undang No. 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup

    This image cannot currently be displayed.

  • Page10

    2. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air

    dan Pengendalian Pencemaran Air

    3. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999, Tentang Pengendalian Pencemaran

    Udara

    4. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, Tentang : Pengelolaan Limbah

    Bahan Berbahaya Dan Beracun

    5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996, Tentang Pedoman

    Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995, Tentang Baku Mutu

    limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

    7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 1 Tahun

    1995, Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan

    Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 2 Tahun

    1995, Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 3 Tahun

    1995, Tentang Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

    Beracun

    10. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair

    Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata

    11. Keputusan Gubernur DIY no. 65 Tahun 1999, Tentang Baku Mutu Limbah Cair

    Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan

    12. Keputusan Gubernur DIY no. 169 Tahun 2003, Tentang Baku Mutu Emisi

    Sumber Tidak Bergerak

    13. Keputusan Gubernur DIY no. 153 Tahun 2003, Tentang Baku Mutu Udara

    Ambien

    14. Peraturan Gubernur DIY no. 39 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Emisi Gas

  • Page11

    Buang Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor

    15. Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Jogjakarta No.

    188/1107/Kep/X/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3

    1.4 Identitas Klien, Auditi dan Auditor

    Klien : RS. Panti Rapih

    Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta

    Instansi : Rumah Sakit

    Auditi : (1) Wara Astuti

    (2) Edy

    (3) Eko

    (4) Agnes

    1.5 Waktu dan Lamanya Audit

    Pelaksanaan waktu audit yaitu tanggal 15 November tahun 2013, waktu audit

    dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang.

    2. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN

    Rumah Sakit Panti Rapih merupakan Rumah Sakit swasta tipe B non pendidikan, dengan

    luas bangunan 25,777 m2, dan luas tanah 36,737 m2.Kapasitas tempat tidur yang ada di

    rumah Sakit yaitu: 371 Bed.

    Fasilitas penunjang pelayanan Rumah Sakit terdiri dari:

  • Page12

    1. Ruang perawatan : 371 bed

    Ruang perawatan terbagi dalam beberapa kelas layanan, yaitu:

    Kelas VVIP (Bangsal Maria Yosep) : 1 bed

    Kelas VIP (Bangsal Maria Yosep , Carolus ) : 22 bed

    Kelas 1A (Bangsal Maria Yosep, Carolus) : 75 bed

    Kelas 1B (Bangsal Carolus) : 19 bed

    Kelas 1C (Bangsal Lukas) : 42 bed

    Kelas 2 (Bangsal Elisabeth, Carolus) : 85 bed

    Kelas 3 (Bangsal Elisabeth)

    : 136 bed

    2. Ruang Dapur

    3. Kantor dan Ruang meeting/pertemuan

    4. Genset Room : 1. Genset Kapasitas 500 KVa : 2 Buah

    2. Genset Kapasitas 1000 KVa : 1 buah

    5. Boiler room : Kapasitas 5000 lt : 2 buah

    6. Incinerator : (sudah tidak difungsikan)

    7. Laundry Room/Linen

    8. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) : kapasitas 300 350 m3 ( IPAL A dan B)

    3. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN

    Rumah Sakit Panti Rapih terletak di jalan Cik Di Tiro no. 30

    Batas Rumah Sakit Panti Rapih yaitu:

    Sebelah Utara: Kampus Universitas Gajah Mada

  • Page13

    Sebelah Barat: Universitas

    Sebelah Selatan: Pemukiman Penduduk

    Sebelah Timur: SMK Bopkri 1 Jogjakarta

    4. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

    4.1 Pengantar

    Pada area Rumah Sakit Panti Rapih telah dilakukan pengolahan terhadap limbah

    yang berupa limbah air hasil dari kamar pasien dan laundry dengan melewatkan pada

    Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) tipe Biodetox aerobic bioreactor. Terdapat 2

    (dua) buah IPAL, yang pertama di operasikan tahun 1997dengan kapasitas 300

    m3/hari, dan yang kedua di operasikan tahun 2006 dengan kapasitas 150 m3/hari.

    Pengolaan Limbah di Kedua IPAL tersebut menggunakan system tertutup dengan

    kedalaman kolam 4 meter dan kedalaman air 3.6 meter.

    Kapasitas dari kedua IPAL memadai, dari keterangan Auditi Kapasitas Air keluaran untuk produksi sekitar 300-350 m3/hari, walaupun hanya kapasitas untuk penggunaan laundry yang terpantau yaitu sebesar 85 m3/hari.

    Dari catatan laporan debit keluaran sekitar 250 m3/hari yang didapat dari 2 buah flow meter yang dipasang di kedua IPAL tersebut.

  • Page14

    Gambar 2. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah

    4.2 Kriteria Audit

    Dalam melakukan Audit pencemaran air, Auditor merujuk pada :

    1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995,

    Pasal 7 : Setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib :

    a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga

    mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu

    Limbah Cair yang telah ditetapkan;

    b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga

    tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air

    hujan;

    c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit

    harian limbah cair tersebut;

    d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut

    dalam Lampiran Keputusan ini kepada laboratorium yang berwenang sekurang-

    kurangnya satu kali dalam sebulan;

    2. Lampiran I, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1996 tentang Pedoman

  • Page15

    Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    3. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

    Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata

    Pasal 4.d:

    Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan

    debit harian limbah cair.

    4. PeraturanGubernurDIYno.7Tahun2010,TentangBakuMutuLimbahCairBagiKegiatanIndustri,PelayananKesehatandanJasaPariwisata

    Pasal4.e:

    MemeriksakankadarparameterbakumutulimbahcairsebagaimanatercantumdalamLampiranI,LampiranII,LampiranIII,danLampiranIVPeraturaninisecaraperiodiksekurangkurangnya1(satu)kalidalamsebulan,atasbiayapenanggungjawabkegiatan.

    5. PeraturanGubernurDIYno.7Tahun2010,TentangBakuMutuLimbahCairBagiKegiatanIndustri,PelayananKesehatandanJasaPariwisata

    Pasal4.g:

    Memasanghasilpemeriksaankualitaslimbahnyapadatempatyangmudahuntukdilihat.

    4.3 Temuan Audit

    1. Temuan Audit: berdasarkan PerGub DIY No. 7 tahun 2010 pasal 4 poin d, yaitu: Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit

    harian limbah cair. Flow meter telah dipasang pada kedua outlet IPAL Rumah Sakit,

    tetapi tidak tersedia pada Inlet IPAL. Ketiadaan Flow meter pada inlet IPAL terkendala

    oleh harga barang yg cukup mahal.

    Kategori temuan: Observasi

    Rekomendasi: Dalam jangka waktu 1 bulan harus terpasang flow meter pada inlet IPAL agar bisa diketahui neraca air masuk dan air keluar,sehingga akan diketahui

  • Page16

    jika terjadi rembesan dalam kolam IPAL.

    Gambar 3. Flow meter di IPAL A

    2. Temuan Audit: Tidak terdapat data tentang kalibrasi flow meter

    Kategori temuan: Observasi

    Rekomendasi: Perlu dilakukan Kalibrasi setiap 6 bulan sekali untuk melihat akurasi laju limbah cair yang masuk maupun yang keluar dari IPAL.

    3. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I poin 3.3.8 PerMenaKer No. 5 tahun1996, Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau

    bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat

    kejadian yang sebenarnya. Standard Operation Procedure (SOP) keadaan darurat

    tidak tersedia di tempat yang mudah dilihat. SOP tersebut disimpan di ruang

  • Page17

    administrasi yang letaknya jauh dari lokasi IPAL.

    4. Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Dalam waktu 1 minggu SOP keadaan darurat harus sudah diletakkan pada tempat yang mudah dilihat.

    Gambar 4. SOP tidak ada pada information board di area IPAL

    5. Temuan Audit: Dalam SOP tidak tersedia nomor kontak penting sebagai penanggung jawab utama pada saat situasi darurat.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi; Dalam waktu 1 minggu personil dan nomor telp harus sudah ada

  • Page18

    dalam SOP keadaan darurat.

    6. Temuan Audit: Personel yang dilatih untuk merespon keadaan darurat hanya satu orang, hal ini dikarenakan baru 1 (satu) personel yang ditugaskan menangani IPAL.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Diperlukan tambahan personel untuk menangani IPAL dalam 2 (dua) bulan ke depan untuk mengantisipasi kemungkinan personel yang sudah ada

    berhalangan hadir, karena jam kerja IPAL adalah 24 jam non stop.

    7. TemuanAudit:BerdasarkanPeraturanGubernurDIYno.7Tahun2010,TentangBakuMutuLimbahCairBagiKegiatanIndustri,PelayananKesehatandanJasaPariwisataPasal4.e:MemeriksakankadarparameterbakumutulimbahcairsebagaimanatercantumdalamLampiranI,LampiranII,LampiranIII,danLampiranIVPeraturaninisecaraperiodiksekurangkurangnya1(satu)kalidalamsebulan,atasbiayapenanggungjawabkegiatan.

    Parameter PO4 dan NH3 melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam PerGub

    diatas.

    Kategori: Tidak Taat

    Rekomendasi: Memisahkan atau memilah limbah domestic dan limbah non domestic untuk di treatment sebelum dibuang ke Riol, terutama pada area yang

    penggunaan sabun dan deterjen yang tinggi semisal laundry room.

  • Page19

    Tabel 1. Hasil pemantauan kadar dan parameter pencemar limbah cair.

    8. Temuan Audit: Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa

    pariwisata Pasal 4.d :Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan

    melakukan pencatatan debit harian limbah cair.

    Pihak rumah sakit belum memiliki neraca air, kebutuhan air yang baru tercatat

    hanya untuk laundry sebesar 85 m3/hari, sedangkan kebutuhan untuk bagian lain

    belum ada pencatatan, dimana debit keluaran dari IPAL adalah sebesar 300

    This image cannot currently be displayed.

  • Page20

    m3/hari.

    Kategori: Tidak taat

    Rekomendasi: dalam waktu 1 (satu) bulan perlu didata secara lengkap penggunaan air pada setiap bagian rumah sakit.

    9. Temuan Audit: Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata Pasal

    4.g:Memasang hasil pemeriksaan kualitas limbahnya pada tempat yang mudah untuk

    dilihat.

    Hasil analisis air limbah tiap bulan belum dipasang di IPAL, namun disimpan di

    kantor (ruang administrasi).

    Kategori temuan: Tidak Taat

    Rekomendasi: Dalam waktu 1 (satu) minggu hasil analisis air limbah sudah harus terpasang di sekitar IPAL sebagaimana yang dipersyaratkan.

    5. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

    5.1 Pengantar

    Rumah Sakit panti rapih memiliki fasilitas pendukung pelayanan seperti Genset

    Room, Boiler room dan Dapur umum. Dimana dari ketiga bagian tersebut, genset

    room dan boiler room memiliki potensi pencemaran udara sebagai akibat dari

    produksi.

    Potensi pencemar dari genset dan boiler adalah hasil sisa pembakaran minyak solar

    sebagai bahan bakar utama kedua mesin.

    Denah rumah sakit dan fasilitas taman yang besar memungkinkan adanya reduksi

    pencemaran udara didalam area rumah sakit itu sendiri, tetapi disaat yang

    bersamaan, lokasi rumah sakit yang tepat di depan jalan Cik Di Tiro membuat tingkat

    kebisingan akibat kendaraan bermotor lumayan tinggi dibandingkan dengan area

    yang berbatasan dengan perumahan.

  • Page21

    5.2 Kriteria audit

    1. PP no.41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

    Pasal 16 :

    Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan

    pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi

    mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak

    maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta

    penanggulangan keadaan darurat

    2. PP no.41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

    Pasal 20

    Huruf a : Cukup jelas

    Huruf b: Penetapan kebijaksanaan dalam jangka pencegahan pencemaran

    udara, misalnya penggunaan bahan bakar bersih, peningkatan peran

    masyarakat, penetapan pola pemasyarakatan program dan pnetapan

    kebijaksanaan yang lain yang strategis.

    3. Keputusan Kepala Bapedal No.205 tahun 1996, tentang Pedoman Teknis

    Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

    LAMPIRAN I

    1.2 Periode Pemantauan

    1.3 Penetapan Lokasi Pemantauan

    LAMPIRAN III

    3.1 Persyaratan Cerobong

  • Page22

    Cerobong udara harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek pengendalian

    pencemaran udara yang didasarkan pada lokasi dan tinggi cerobong.

    Pertimbangan kondisi meteorologis dan tata guna tanah merupakan salah satu

    pertimbangan untuk mendapatkan lokasi dan tinggi cerobong yang tepat,

    dimana dengan perhitungan modelling pencemaran udara akan dapat

    ditentukan dispersi udara, dari cerobong terhadap kondisi udara sekitarnya.

    Dari dispersi udara, dapat ditentukan konsentrasi udara di atas permukaan

    tanah yang sesuai dengan standar kualitas udara ambien. Rancang bangun

    atau disain cerobong disesuaikan kondisi pabrik dengan pertimbangan emisi

    yang akan dikeluarkan tidak melebih baku mutu emisi yang ditetapkan.

    Disamping itu beberapa persyaratan perencanaan cerobong secara umum

    seperti berikut:

    1. Tinggi cerobong sebaiknya 2 - 2 1/2 kali tinggi bangunan sekitarnya

    sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.

    2. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik

    sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar dari turbulensi.

    3. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi

    kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah

    akan menjadi tinggi.

    4. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas-gas

    (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali tinggi cerobong

    downwind.

    5. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1% dari

    konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.

    6. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan cerobong

    yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan akan

    berbanding terbalik dengan kuadrat tinggi cerobong efektif.

    7. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.

    8. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari

    cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.

    9. Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri menganggap perlu

    untuk memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka penutup

    berbentuk segitiga terbalik (terbuka ke atas).

  • Page23

    10. Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri.

    Disamping itu di sekitar cerobong sebaiknya dilengkapi dengan tempat parkir

    sehingga kendaraan sampling dapat sedekat mungkin dengan lubang

    sampling.

    Apabila cerobong tidak sesuai dengan ketentuan di atas (untuk industri yang

    beroperasi sebelum dan sejak tahun 1995), maka perlu dilakukan modifikasi

    perlakuan gas buang. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah kecepatan

    serta temperatur gas, sehingga akan diperoleh tinggi cerobong efektif yang

    lebih tinggi.

    3.2 Persyaratan Lubang Pengambilan Sampel

    Untuk pengambilan sampel, maka diperlukan pembuatan lubang pengambilan

    sampel dengan persyaratan:

    1. Lubang pengambilan sampel yang mampu mendapatkan data yang akurat dan

    ekonomis, dengan persyaratan sebagai berikut:

    1. lokasi lubang pengambilan sampel sebaiknya pada posisi dua bagian dari

    ujung bawah dan delapan bagian dari bawah;

    2. diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya sepuluh sentimeter;

    2. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat flange

    yang dilengkapi dengan baut.

    3. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.

    5.3Temuan audit

    1. Temuan Audit: PP No.41 tahun 1999, pasal 16, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

    Harus tersedia SOP untuk penanggulangan keadaan gawat darurat

    RS. Panti Rapih telah memiliki perijinan untuk boiler dan genset. Namun SOP

    penanggulangan keadaan gawat darurat khususnya penanganan kebakaran di

    ruang genset belum sempurna.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Perlu dilengkapi SOP tentang penanganan kebakaran di ruang

  • Page24

    Genset selambat-lambatnya 2 (dua) minggu kedepan.

    2. Temuan Audit: Lampiran I, KepGUb DIY no.176 tahun 2003, tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan menetapkan bahwa tingkat kebisingan rumah sakit

    adalah 45dBA.

    Tabel 2. Baku Tingkat kebisingan

    Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada 4 area menunjukan bahwa kebisingan pada

    area tersebut berada di atas Baku Mutu yang disyaratkan yaitu 45 dBA, dengan data

    sebagai berikut :

    1. Area Parkir Selatan RS. Panti Rapih : 98,44dBA

    2. Area Parkir Utara RS. Panti Rapih : 56,2 dBA

    3. Area Parkir Barat RS. Panti Rapih : 62,6dBA

    4. Area Parkir Taman Selatan RS. Panti Rapih : 58,8 dBA

    This image cannot currently be displayed.

  • Page25

    Tabel 3. Laporan pengujian udara

    Kategori Temuan: Tidak Taat

    Rekomendasi: Perlu penentuan waktu pemantauan yang optimal dalam suatu wilayah, dengan pengambilan data dari berbagai waktu (pagi, siang dan sore)

    agar didapatkan rerata tingkat kebisingan perhari.

    3. Temuan Audit: PP No.41 tahun 1999, pasal 20, tentang Pengendalian Pencemaran Udara

    Pasal 20

    Huruf a : Cukup jelas

    This image cannot currently be displayed.

  • Page26

    Huruf b : Penetapan kebijaksanaan dalam jangka pencegahan

    pencemaran udara, misalnya penggunaan bahan bakar bersih, peningkatan

    peran masyarakat, penetapan pola pemasyarakatan program dan penetapan

    kebijaksanaan lain yang strategis.

    RS. Panti Rapih belum memiliki kebijakan mengenai pengendalian

    pencemaran udara.

    Kategori Temuan: Tidak taat

    Rekomendasi: perlu diadakan kebijakan penggunaan bahan bakar alternative yang hemat dan bersih lingkungan selambat-lambatnya 6 bulan.

  • Page27

    6. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

    6.1 Pengantar

    Limbah B3 dan limbah infeksius dari sumber limbah yang didapat dari ruang rawat

    inap, ruang periksa, ruang operasi, dan ruang kebidanan dikumpulkan di TPS rumah

    sakit. Limbah dari setiap bagian/ruangan di rumah sakit ditimbang terlebih dahulu agar

    diketahui secara pasti produksi limbah senyatanya setiap hari.

    Gambar 5. TPS Limbah B3 RS panti Rapih

    This image cannot currently be displayed.

    This image cannot currently be displayed.

  • Page28

    Gambar 6. Pencatatan Volume limbah yang masuk dan keluar

    Gambar 7. Timbangan di TPS untuk memantau volume limbah

    This image cannot currently be displayed.

  • Page29

    Dikarenakan incinerator yang terdapat di RS. Panti Rapih tidak difungsikan lagi, maka

    pengelolaan Limbah B3 dilakukan oleh Pihak ke tiga, PT. ARAH ENVIRONMENTAL

    INDONESIA. Limbah tersebut di bawa ke TPS Piyungan, Yogyakarta dan untuk

    kemudian di bawa ke Jakarta untuk dikelola.

    This image cannot currently be displayed.

    Gambar 8. Pendataan dan Penulisan Nota Pekerjaan Pengangkutan Limbah B3 ke Pihak ke Tiga

    Gambar9.NotaPekerjaanPengangkutanLimbahB3kePT.ARAHENVIRONMENTAL

  • Page30

    Botol-botol bekas obat infus dicuci dan dicacah kasar sebelum di angkut oleh Pihak

    ketiga.

    Demikian juga dengan tempat sampah yang telah digunakan. Sebelum tempat

    sampah tersebut digunakan kembali, terlebih dahulu di cuci dan dibersihkan dengan

    larutan desinfektan. Air bekas cuci di alirkan ke IPAL untuk dikelola.

    Gambar10.TempatPencucianBotolbotolbekasobatdanTempatSampah

  • Page31

    Pengambilan limbah B3 dilakukan setiap pagi hari, pada pukul 09:00 10:00 WIB.

    Sampah-sampah di tempatkan di dalam bin berlabel, diangkut dengan menggunakan

    truck box yang dilengkapi dengan label keselamatan.

    Gambar11.TempatPenyimpananSementaraLimbahB3

  • Page32

    Petugas pengelola Limbah telah dilengkapi oleh APD

    Gambar 12. Pengangkutan Limbah B3

  • Page33

    Gambar 13. Petugas Pengangkut Limbah B3

    6.2 Kriteria Audit

    1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

    3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    4) PerMen LH Nomor 18 Tahun 2009 Tatacara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (menggantikan KepKa Bapedal no 68 / 1994)

    5) PerMen LH Nomor 30 Tahun 2009 Tatacara Perizinan Limbah Bahan

  • Page34

    Berbahaya dan Beracun oleh Pemda

    6) KepKa Bapedal Nomor 03 Tahun 1998 Tentang Penetapan Kemitraan Dalam Pengolahan Limbah B3

    7) KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

    8) KepKa Bapedal Nomor 02 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah B3

    9) KepKa Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3

    10) KepKa Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 Tentang Simbol dan Label Limbah B3

    11) SOP NO: RSPR/11.S5/SPO.007

    12) Ijin Pengangkutan LB3 Lampiran Surat No. B 3479/Dept. IV/PDAL/03/2003 dan SOP

    13) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Jogjakarta No. 188/1107/Kep/x/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3 Diktum kedua no.7 : Memperhatikan ketentuan tentang Keselamatam dan kesehatan kerja (K3), khususnya tentang peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum (standar) harus dimiliki oleh penanggungjawab kegiatan, termasuk Antara lain alarm, peralatan pemadam kebakaran, pancuran air (safety shower/eye wash) dan fasilitas tanggap darurat.

    1. Temuan Audit

    1. Temuan Audit: Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Jogjakarta No. 188/1107/Kep/X/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3

    Diktum kedua no.7 yaitu: memperhatikan ketentuan tentang Keselamatam dan

    kesehatan kerja (K3), khususnya tentang peralatan keselamatan dan kesehatan kerja

    yang umum (standar) harus dimiliki oleh penanggungjawab kegiatan, termasuk Antara

    lain alarm, peralatan pemadam kebakaran, pancuran air (safety shower/eye wash)

    dan fasilitas tanggap darurat.

  • Page35

    Tidak tersedia eye wash atau pancuran air di TPS Limbah B3

    Kategori Temuan: Tidak Taat

    Rekomendasi: Diperlukan penempatan pancuran air (eye wash) pada area penyimpanan Limbah B3 sebagai upaya pencegahan dini yang disyaratkan

    selambat-lambatnya 1 bulan ke depan.

    2. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3 pasal 2.1.a. 8 yaitu: Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan

    kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

    a). sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau

    b). saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.

    Ditemukan botol bekas betadine yang digunakan kembali untuk menyimpan

    disinfektan.

    Kategori Audit: Observasi

    Rekomendasi: Melepas label dari wadah yang lama dan memberi label dan atau informasi isi dari bahan pengganti selambat-lambatnya 1 (satu) minggu.

  • Page36

    Gambar 14. Pemakaian kembali kemasan betadine tanpa pelabelan

    3. Temuan Audit:Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3 Pasal 4.3.e : tentang Peralatan penanganan tumpahan

    butir 1. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau

    bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran

    atau tumpahan limbah B3.

    Tidak terdapat spill kit didalam ruangan boiler dimana terdapat 2 (dua) tangki solar,

    selama ini pihak rumah sakit menggunakan kain rags untuk membersihkan

  • Page37

    ceceran solar.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: dalam waktu 1 (satu) minggu perlu disiapkan bin khusus/spill kit di ruang boiler terutama dibawah tangki solar dan dibawah blower.

    Gambar 15. Bin penampung kebocoran solar tidak seragam dan tanpa label

    4. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Pasal 2.1.a.6.Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus: ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;

    a). ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;

    Tempat sampah khusus untuk Limbah B3di ruang boiler belum diberi label khusus limbah B3.

    Kategori Temuan: Tidak taat

    Rekomendasi: Dalam jangka waktu 1 (satu) minggu perlu disiapkan tempat

  • Page38

    sampah khusus limbah B3 yang sudah dilengkapi dengan standar pelabelan.

    Gambar 16. Bin Limbah B3 belum terdapat label B3

    5. Temuan Audit:Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 7 (1) Jenis limbah B3

    menurut sumbernya meliputi :

    c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan

    buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

    Limbah Amalgam dari dental room belum dikelola dengan baik

  • Page39

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Simpan limbah amalgam dalam kotak penyimpan tertutup dan

    pisahkan dari limbah yang lain serta kirimkan amalgam sisa ini untuk didaur ulang

    ke perusahaan yang dapat dipercaya.

    6. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3 pasal 2.1.a. 8 yaitu: Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan

    kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

    a). sama dengan limbah B3 sebelumnya,

    Terdapat drum yang berisi minyak pelumas yang ditempatkan di tangga ruang

    genset.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Perlu dibangun tempat penyimpanan untuk drum di dekat genset room paling lambat dalam waktu 2 (dua) bulan.

    Gambar 17. Penempatan drum pelumas tidak pada tempatnya

  • Page40

    7. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3 Pasal 2.1.b butir 2 yaitu: Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3

    disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan

    mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

    Limbah medis yang disimpan di TPS B3 No.01 tidak tertata dengan rapih, pada

    saat pintu dibuka, limbah terbuang keluar (pintu sulit ditutup).

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Perlu pengadaan bin atau drum selain kantong plastik agar penataan limbah medis lebih rapih dan mudah untuk di tumpuk. Diharapkan dalam

    waktu 2 (dua) minggu sudah ada penataan ruang limbah medis.

  • Page41

    Gambar 18. Penataan Limbah Palbot kurang rapih

    8. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3

    Banyak sarung tangan bekas operator TPS yang dibuang sembarangan

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: diharapkan dalam waktu 1 (satu) minggu sudah terdapat tempat sampah khusus untuk menyimpan limbah yang terkontaminasi limbah B3.

    Gambar 19. Sarung tangan dibuang sembarangan

  • Page42

    9. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah

    B3

    Ditemukan beberapa Bin Limbah B3 infeksius yang hendak dikirim ke pihak ketiga,

    tidak diberi label dan symbol yang sesuai.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist kelengkapan dan persyaratan pengiriman limbah B3 dapat terpenuhi.

    10. Temuan Audit: Berdasarkan SOP No. RSPR/11.S5/SPO.007, SOP pengelolaan Limbah B3 masih tercantum untuk penanganan limbah B3 pada jenis obat farmasi

    dimusnahkan dengan incinerator.

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Perlu dilakukan perubahan SOP yang ada menyesuaikan dengan keadaan lapangan sekarang selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu.

    11. Temuan Audit: Berdasarkan Ijin pengangkutan Limbah B3. Lamp. Surat No. B.3479/Dept.IV/PDAL/03/2003, Transportasi yang digunakan untuk mengangkut

    limbah B3 tida sesuai dengan perijinan yang berlaku.

    Kategori Temuan: Tidak Taat

    Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist kelengkapan dan persyaratan pengiriman limbah B3 dapat terpenuhi.

    12. Temuan Audit: Berdasarkan Ijin pengangkutan Limbah B3. Lamp. Surat No. B.3479/Dept.IV/PDAL/03/2003 dan SOP, petugas yang melakukan pengangkutan

    limbah B3 tidak melengkapi diri dengan APD yang diwajibkan (tidak menggunakan

    celemek)

    Kategori Temuan: Observasi

    Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist kelengkapan dan persyaratan pengiriman limbah B3 dapat terpenuhi.

  • Page43

    7. KESIMPULAN

    Rumah sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit yang sudah ada sejak jaman

    Belanda yang berada di Propinsi daerah istimewa Yogyakarta. Kegiatan pelayanan

    kesehatan di rumah sakit Panti rapih mempunyai dampak pencemaran lingkungan akibat

    sisa hasil produksi/pelayanan medis yang dijalankan . Sebagai penanggungjawab kegiatan,

    managemen rumah sakit berkewajiban untuk meminimalisir segala jenis kegiatan di area

    rumah sakit yang memiliki dampak negative terhadap lingkungan.

    Dari kegiatan rumah sakit ada 3 sumber pokok potensi pencemaran yang biasanya

    dihasilkan oleh rumah sakit; yaitu: 1. Pencemarann limbah cair; 2. Pencemaran pencemaran

    udara; 3. Pencemaran limbah B3.

    Dalam pelaksanan audit lingkungan, tim yang merupakan peserta pelatihan auditor

    lingkungan di Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada Yogyakarta telah

    menyelesaikan satu hari kegiatan audit yang meliputi pengelolaan terhadap potensi

    pencemaran seperti yang disebutkan di atas.

    Rumah sakit Panti Rapih telah melakukan pengelolaan hasil dari kegiatan yaitu pengelolaan

    limbah cair; dengan melengkapi persyaratan seperti yang disebutkan dalam peraturan

    penelolaan limbah cair, baik persyaratan teknis, perizinan, pemantauan dan pelaporan ke

    instansi terkait.

    Pengelolaan pencemaran udara sudah dilakukan dengan pemantauan sumber emisi dan

    kualitas udara ambien. Persyaratan teknis, perizinan dan pelaporan sudah dilaksanakan

    sebagai bagian dari penaaatan terhadap peraturan yang berlaku.

    Limbah B3 sudah dikelola dengan baik dengan menempatkan di tempat penyimpan

    sementara dan telah ditempatkan sesuai dengan persyaratan teknis yang diatur dalam

    peraturan.

    Secara keseluruhan rumah sakit Panti Rapih sudah melakukan pengelolaan lingkungan

    rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Temuan-temuan

    laporan, hal teknis dan perizinan perlu ditindak lanjuti sebagai ketaatan dalam pengelolaan

    lingkungan yang sesuai dengan peraturan.

    Dengan memenuhinya berarti rumah sakit sudah mempunyai itikad baik dalam pengelolaan

    lingkungan secara efektif dan efisien.

  • Page44

    8. REKOMENDASI

    Dari temuan-temuan di lapangan yang telah dipaparkan pada pengelolaan limbah

    cair, pengelolaan pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3 ada beberapa hal

    yang menjadi perhatian auditor.

    Auditor melihat bahwa masih ada kekurangan pemenuhan syarat-syarat yang

    tercantum dalam peraturan yang berlaku, dari hal tersebut Auditor meghimbau agar

    melengkapi syarat-syarat yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga di

    kemudian hari seluruh kegiatan telah sesuai dengan peraturan tersebut.

    Untuk meningkatkan kinerja perusahaan terkait dengan lingkungan perlu diadakan

    penambahan personel dan pelatihan/training agar dapat meningkatkan soft skill dean

    pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan hidup sebagai keharusan, bukan hanya

    pemenuhan kewajiban.

    Selain itu perlu adanya partisipasi dari seluruh karyawan mengenai pengenalan

    sumber dan resiko bahaya yang ada di area rumah sakit serta usaha-usaha

    pencegahannya.

  • Page45