Laporan Audit

36
MODUL 3 LAPORAN AUDIT Sasaran yang ingin dicapai Setelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat: Menjelaskan bagian-bagian laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku. Menjelaskan secara spesifik kondisi-kondisi yang diperlukan dalam menerbitkan laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku. Mendeskripsikan lima kondisi bila laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelas-an atau modiflkasi kalimat dipandang tepat untuk diterbitkan. Mengidentifikasi jenis-jenis laporan audit yang dapat diterbitkan bila laporan audit wajar tanpa syarat tidak dibenarkan untuk diterbitkan. Menjelaskan cara materialitas mempengaruhi keputusan-keputusan pembuatan laporan audit. Menggambarkan konsep modifikasi yang tepat bagi laporan audit untuk beragam kondisi. A. PENDAHULUAN Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan- temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan diri pada laporan auditor untuk memperoleh keandal-an dari laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Mengapa hal tersebut dipelajari saat ini ialah untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit sebelum mempelajari pengumpulan bukti audit. Konsep-konsep bukti audit akan lebih berarti setelah Anda memahami bentuk dan isi dari produk akhir audit. Kita akan memulainya dengan mendeskripsikan isi dari laporan audit yang baku. B. LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU Standar pelaporan yang keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu pe-tunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘12 1

Transcript of Laporan Audit

Page 1: Laporan Audit

MODUL 3

LAPORAN AUDIT

Sasaran yang ingin dicapaiSetelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat: Menjelaskan bagian-bagian laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku. Menjelaskan secara spesifik kondisi-kondisi yang diperlukan dalam menerbitkan laporan audit

wajar tanpa syarat bentuk baku. Mendeskripsikan lima kondisi bila laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelas-

an atau modiflkasi kalimat dipandang tepat untuk diterbitkan. Mengidentifikasi jenis-jenis laporan audit yang dapat diterbitkan bila laporan audit wajar tanpa

syarat tidak dibenarkan untuk diterbitkan. Menjelaskan cara materialitas mempengaruhi keputusan-keputusan pembuatan laporan audit. Menggambarkan konsep modifikasi yang tepat bagi laporan audit untuk beragam kondisi.

A. PENDAHULUAN

Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance

karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna

laporan keuangan menyandarkan diri pada laporan auditor untuk memperoleh keandal-

an dari laporan keuangan perusahaan.

Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Mengapa hal

tersebut dipelajari saat ini ialah untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit

sebelum mempelajari pengumpulan bukti audit. Konsep-konsep bukti audit akan lebih

berarti setelah Anda memahami bentuk dan isi dari produk akhir audit. Kita akan

memulainya dengan mendeskripsikan isi dari laporan audit yang baku.

B. LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU

Standar pelaporan yang keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu pe-

tunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat tanggung jawab yang

diembannya atas laporan keuangan. Agar para pengguna laporan dapat memahami

laporan audit, maka profesi telah menyediakan standar kalimat yang digunakan dalam

laporan auditor.

Contoh laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku/laporan audit bentuk

baku (standard unqualified report) dapat dilihat dalam Gambar 3-1. Setiap auditor

diperbolehkan mengubah sedikit penyajian atau kalimat laporan tersebut, tetapi arti

laporan harus tetap sama. Ketujuh unsur laporan audit akan dijelaskan dalam

pembahasan berikut ini.

Unsur-Unsur Laporan Audit Bentuk Baku

Ketujuh unsur laporan audit bentuk baku ditandai dengan huruf-huruf bercetak

tebal pada kolom disamping Gambar 3-1.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 1

Page 2: Laporan Audit

Gambar 3.1 Laporan Audit Bentuk Baku atas Laporan KomparatifANDERSON and ZINDER, P.C.

Kantor Akuntan PublikSuite 100

Park Plaza EastDenver,Colorado 80110303/359-0800

Laporan Auditor Independen Judul LaporanKepada Yang Terhormat Para Pemegang Saham General Ring Corporation Alamat Laporan Audit

Kami telah mengaudit neraca General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, beserta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pada pemyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Paragraf Pendahuluan (Pernyataan Fakta)

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memper-oleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit tersebut meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit tersebut juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serra penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Paragraf Scope(Pernyataan Fakta)

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serra arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Paragraf Pendapat (Kesimpulan)

Kantor Akuntan Publik ANDERSON AND ZINDER, P.C. Nama KAP15 Pebruari 2003 Tanggal Laporan

Audit (Tanggal saat Pekerjaan Laporan Audit Selesai Dilakukan)

1. Judul laporan. Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang tepat adalah "laporan auditor independen," "laporan dari auditor independen," atau "pendapat akuntan in-dependen." Kewajiban untuk mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberi tahu para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/ tidak memihak.

2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para pemegang saham untuk menun-jukkan bahwa auditor itu independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.

3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal : Pertama, membuat suatu pernyataansederhana bahwa kantor akuntan publik telah melak-

sanakan audit. Pernyataan ini dibuat untuk membedakan laporan audiNni dari suatu laporan kompilasi atau laporan review.

Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk pencan-tuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas.

Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tang-gung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 2

Page 3: Laporan Audit

4. Paragraf scope. Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor selama proses audit. Paragraf ini pertama kali menyatakan bahwa auditor melak-sanakan audit berdasarkan standar profesional akuntan publik. Laporan keuangan yang di-persiapkan menurut prinsip akuntansi AS dan diaudit sesuai dengan standar audit AS.Paragraf scope menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang me-madai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya bertanggung jawab dalam mencari kesalahan penyajian yang signifikan, bukan mencari kesalahan penyajian yang tidak mempengaruhi pembuatan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan.

5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan kesim-pulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupa-kan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkaIi seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat/opini saja daripada sebagai suatu pemyataan yang mutlak atau se-bagai suatu jaminan.Paragraf pendapat berkaitan langsung dengan standar profesional akuntan publik pertama dan keempat. Auditor diwajibkan untuk menyatakan pendapatnya tentang keseluruhan laporan keuangan, termasuk di dalamnya kesimpulan tentang apakah perusahaan telah me-ngikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum.

6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.

7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna laporan karena tanggal tersebut menunjukkan kapan saat terakhir sang auditor masih bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Dalam lapor-an audit gambar 3-1 tanggal neraca adalah 31 Desember 2002, dan tanggal laporan audit adalah 15 Pebruari 2003. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa auditor telah mencari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang belum tercatat dan yang terjadi hingga 15 Pebruari 2003.

Kondisi-Kondisi Bagi Laporan Audit Wajar Tanpa Syarat

Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan bila

kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi :

1. Seluruh laporan keuangan - neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas - telah lengkap.

2. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut.

3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan pe-nugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.

4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informatif yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan tersebut.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 3

Page 4: Laporan Audit

5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.

Ketika kondisi-kondisi tersebut terpenuhi, maka laporan audit bentuk baku/ lapor-

an audit wajar tanpa syarat (Gambar 3-1), dapat diterbitkan. Laporan audit bentuk baku

seringkali disebut sebagai suatu opini yang bersih (clean opinion) karena tidak terdapat

suatu situasi pun yang memerlukan suatu kualifikasi atau modifikasi dalam pendapat

auditor. Laporan audit bentuk baku merupakan opini audit yang paling umum. Kadang-

kala terdapat situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor, yang mencegah

diterbitkannya suatu opini yang bersih. Bagaimanapun, pada banyak kasus, perusaha-

an akan melakukan beberapa perbaikan pada catatan akuntansinya dalam rangka

menghindari penerbitan suatu kualifikasi atau modifikasi oleh auditor.

Jika salah satu dari kelima kondisi laporan audit bentuk baku tidak dapat dipe-

nuhi, maka laporan audit bentuk baku tersebut tidak dapat diterbitkan. Gambar 3-2

menunjukkan kategori/jenis laporan audit yang dapat diterbitkan oleh auditor.

Gambar 3-2. Empat Kategori Laporan AuditWajar Tanpa Syarat Kelima kondisi yang dinyatakan pada halaman 47 telah di penuhi.Wajar Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelas-an atau dengan Modifikasi Kaimat.

Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan.

Wajar dengan Pengecualian

Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan.

Tidak Wajar (Adverse) atau Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer)

Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar (adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar (disclaimer), atau auditor berada dalam posisi yang tidak independen (disclaimer).

C. LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA SYARAT DENGAN PARAGRAF PENJELASAN ATAU MODlFlKASI KALIMAT

Pada suatu situasi, laporan audit wajar tanpa syarat diterbitkan, tetapi dengan

kalimat yang sedikit menyimpang dari laporan audit bentuk baku. Laparan audit wajar

tanpa syarat dengan teparagraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified

audit report with explanatory paragraph or modified wording) sesuai kriteria audit

yang lengkap dengan hasil audit yang memuaskan serta laporan keuangan telah

disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa wajib memberikan informasi tambahan.

Suatu laporan audit wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau

tidak memberikan pendapat (disclaimer), diterbitkan pada saat auditor merasa tidak

memperoleh kepuasan dalam pelaksanaan auditnya, atau menemukan bahwa laporan

keuangan tidak disajikan secara wajar, atau merasa tidak independen.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 4

Page 5: Laporan Audit

Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf

penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku :

Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Penekanan pada suatu masalah. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

Keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraf penjelasan. Tiga para-

graf standar tetap disertakan tanpa dibubuhi modifikasi apapun kemudian ditam-

bahkan sebuah paragraf penjelasan diikuti paragraf pendapat. Hanya pembuatan

laporan yang melibatkan auditor lainlah, yang memerlukan suatu modifikasi kalimat.

Laporan ini berisi tiga paragraf dan keseluruhan paragraf mengalami modifikasi.

Tidak Adanya Konsistensi dalam Penerapan GAAP/PSAK

Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian pada

kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara konsisten antara

prinsip akuntansi yang digunakan pada tahun berjalan dengan prinsip akuntansi yang

digunakan pada tahun sebelumnya. GAAP/PSAK menghendaki agar perubahan dalam

prinsip atau metode akuntansi yang digunakan serta sifat dan pengaruh perubahan

tersebut diungkapkan secukupnya. Saat suatu perubahan yang material terjadi, auditor

harus memodifikasi laporannya dengan menambahkan suatu paragraf penjelasan yang

diletakkan setelah paragraf pendapat, paragraf penjelasan ini membahas tentang sifat

perubahan tersebut serta menunjukkan kepada para pembaca letak pembahasan

perubahan prinsip akuntansi itu dalam catatan atas laporan keuangan.

Gambar 3-3. Paragraf Penjelasan Karena Adanya Perubahan Prinsip AkuntansiLAPORAN AUDITOR INDEPENDEN(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat pada laporan audit bentuk baku).

Paragraf Keempat –Paragraf Penjelasan

Sebagaimana dinyatakan pada Catatan atas laporan keuangan No.8, perusa-haan telah mengubah metode perhitungan depresiasinya pada tahun 2002.

Konsistensi versus Komparabilitas. Auditor harus dapat menentukan perbeda-

an antara perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan serta per-

ubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsis-

tensi pelaporan. Berikut ini adalah contoh-contoh perubahan yang dapat mempenga-

ruhi konsistensi pelaporan dan memerlukan suatu paragraf penjelasan saat perubahan

tersebut bersifat material :

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 5

Page 6: Laporan Audit

1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO.

2. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan barn dalam laporan keuangan gabungan.

3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima secara umum pada prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi tersebut.

Termasuk dalam perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak

mempengaruhi konsistensi pelaporan sehingga tidak perlu dicantumkan dalam laporan

audit adalah sebagai berikut :

1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis suatu aktiva untuk tujuan perhitung-an depresiasi.

2. Perbaikan kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, misalnya kesalahan perhi-tungan matematis dalam laporan keuangan terdahulu.

3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan. 4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti suatu

proyek penelitian dan pengembangan yang baru atau penjualan sebuah anak perusahaan.

Kelangsungan Hidup Perusahaan

Walaupun mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan bukan tujuan dari

suatu proses audit, tetapi auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi

apakah perusahaan tersebut memiliki kecenderungan untuk tetap bertahan (going

concern). SAS 59 (AU 341) membahas masalah Pertimbangan Auditor atas Kemam-

puan Suatu Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Contoh, keber-

adaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat menimbulkan ketidakpastian

atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya :

1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan.2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh temponya.3. Kebilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asu-ransi

seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah ketenagakerjaan yang tidak umum.4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa yang dapat mengan-

cam kemampuan operasional perusahaan.

Pertimbangan auditor atas situasi-situasi tersebut adalah timbulnya suatu ke-

mungkinan bahwa klien mungkin tidak dapat meneruskan kegiatan usahanya atau

memenuhi kewajibannya dalam suatu periode tertentu. Untuk tujuan ini, suatu periode

tertentu dianggap tidak lebih dari satu tahun sejak tanggallaporan keuangan tersebut

diaudit. Gambar 3-4 menampilkan suatu contoh laporan bila terdapat suatu ketidak-

pastian akan kelangsungan hidup perusahaan.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 6

Page 7: Laporan Audit

Gambar 3-4. Paragraf Penjelasan Karena Adanya Ketidakpastian yang Kuat akan Kelangsungan Hidup Perusahaan

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN(sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat pada laporan audit bentuk baku).

Laporan keuangan yang menyertai laporan audit ini disiapkan dengan asumsi bawa Fairfax Company akan tetap melangsungkan usaanya. Sesuai dengan pem-bahasan dalam Catatan atas laporan keuangan No. 11 Fairfax Company menderita sejumlah kerugian operasi serta mengalami defisiensi modal bersih yang mening-katkan ketidapastian akan kelangsungan hidup perusahaan. Rencana manajemen untuk menangani masalah tersebut pun dapat dilihat dalam catatan no.11 ini. Laporan keuangan ini tidak mencantumkan penyesuaian apapun yang dapat dihasilkan dari ketidakpastian itu.

Paragraf Keempat – Paragraf Penjelasan

Auditor Menyetujui Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi Berlaku Umum

Aturan 203 Kode Etik Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situasi-

situasi yang tidak umum, suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah di-

susun oleh sebuah lembaga untuk digunakan oleh AICPA sebagai panduan prinsip

akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar dengan pengecualian

atau pendapat tidak wajar. Bagaimanapun, memperoleh suatu pendapat wajar tanpa

syarat, auditor harus merasa puas serta harus menyatakan dan menjelaskan, dalam

sebuah atau beberapa paragraf terpisah dalam laporan auditnya, tentang prinsip

akuntansi yang dapat menimbulkan suatu yang menyesatkan pada situasi tersebut.

Penekanan Masalah

Dalam beberapa situasi, akuntan publik mungkin ingin memberikan penekanan

pada beberapa masalah tertentu yang terkait dengan laporan keuangan, walaupun ia

bermaksud untuk memberikan suatu pendapat wajar tanpa syarat. Biasanya, be-

berapa informasi tambahan yang menjelaskan masalah tersebut harus dinyatakan

pada suatu paragraf terpisah dalam laporan audit. Berikut ini adalah contoh-contoh

kasus yang menyebabkan seorang auditor berpikir bahwa ia harus menjelaskan per-

masalahan yang terjadi: terdapat transaksi dengan pihak terkait yang bernilai sangat

besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca, penjelasan masalah

akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun berjalan

dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, serta ketidakpastian material yang

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Laporan yang Melibatkan Auditor Lainnya

Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain

untuk melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki

sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 7

Page 8: Laporan Audit

utama memiliki tiga alternatif pilihan. Hanya alternatif kedua yang memberikan pilihan

akan suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan modifikasi kalimat.

1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit. 2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat). 3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian.

Gambar 3-5. Laporan Audit Bentuk Baku yang Pendapat Auditornya Sebagian Berdasarkan Laporan Auditor Lain.

LAPORAN AUDITOR INDEPENDENKepada Yang Terhormat Para Pemegang Saham dan Dewan Direksi

Washington FelpMidland, Texas.Kami telah mengaudit neraca konsolidasian Washington Felp dan anak

perusahaannya tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, beserta laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas konsolidiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab manaemen perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan keuangan Stewart Pane and Lighting, suatu anak perusahaan yang dimiliki oleh Washington Felp dengan prosentase kepemilikan sebesar 84% pada tanggal 31 Juli 2002, yang laporan keuangannya menyajikan total aktiva sebesar $2.420.000 dan $2.237.000 berturut-turut pada tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, dan total pen-dapatan sebesar $3.458.000 dan $3.121.000 untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut diaudit oleh auditor inde-penden lain yang laporan telah diserahkan kepada kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk perusahaan Steward Pane and Lighting, semata-mata hanya didasarkan atas laporan auditor independen lain tersebut.

Paragraf Pendahuluan -Modifikasi Kalimat

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audir agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit tersebut meliputi pemeriksaan, atas dasar peng-ujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam lapor-an keuangan. Audit tersebut juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penlaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami maupun laporan auditor independen lain memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Paragraf Scope Modifikasi Kalimat

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor inde-penden lain, laporan keuangan konsolidasi yang kamis ebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Washington Felp tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Paragraf Pendapat Modifikasi Kalimat

16 September 2002 Farn, Ross & Co. Kantor Akuntan Publik Dallas, Texas

D. PENYIMPANGAN DARl LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU

Merupakan hal yang penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk

memahami kapan kondisi-kondisi yang tidak tepat untuk menerbitkan suatu laporan

audit bentuk baku serta jenis laporan audit yang harus diterbitkan dalam setiap kondisi

tersebut. Dalam studi laporan audit yang menyimpang dari laporan audit bentuk baku,

terdapat tiga topik yang saling terkait satu sama lain: kondisi-kondisi yang menyebab-

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 8

Page 9: Laporan Audit

kan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, jenis laporan/pendapat audit lain-

nya selain laporan audit bentuk baku, serta materialitas.

Pertama, ikhtisar dari ketiga kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari

laporan audit bentuk baku. Masing-masing kondisi tersebut akan dibahas secara lebih

mendalam dalam sub bab berikutnya.

1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi. Ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti yang memadai untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terdapat pembatasan atas lingkup audit. Terdapat dua penyebab utama atas pembatasan lingkup audit: pembatasan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan oleh kondisi di luar kendali klien atau auditor.

2. Penyajlan Laporan Keuangan tidak sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Penylmpangan dari GAAP/PSAK). Contoh, jika seorang klien bersikeras untuk menggunakan harga penggantian (replacement cost) bagi aktiva tetapnya atau menilai persediaannya berdasarkan harga jual daripada ber-dasarkan harga historis, maka perlu diberikan pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat. Ketika prinsip akuntansi berlaku umum diterapkan menurut konteks ini, maka pertimbangan auditor atas kecukupan seluruh pengungkapan informatif, termasuk catatan atas laporan keuangan, memiliki peranan sangat penting.

3. Auditor tidak lndependen Independensi umumnya ditentukan berdasarkan Aturan 101 dari Aturan Kode Etik Profesional.

Ketika salah satu dari ketiga kondisi di atas menunjukkan gejala bahwa suatu

penyimpangan dari laporan bentuk baku hadir dan bernilai material, maka suatu lapor-

an selain laporan bentuk baku/laporan wajar tanpa syarat harus diterbitkan. Tiga jenis

laporan audit yang dapat diterbitkan di bawah ketiga kondisi ini adalah laporan wajar

dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), serta menolak memberikan

pendapat (disclaimer).

Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Laporan wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari pembatasan

lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat diterbitkan pada soot auditor

menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar. Laporan

tidak wajar (adverse) atau tidak memberikan pendapat (disclaimer) harus diterbitkan

jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut bersifat

material. Oleh karena itu, pendapat wajar dengan pengecualian dianggap sebagai jenis

laporan audit yang paling baik artinya setelah laporan audit wajar tanpa syarat

(unqualified report).

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 9

Page 10: Laporan Audit

Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian baik atas

lingkup maupun pendapat audit maupun pengecualian atas pendapat saja. Suatu pe-

ngecualian ares lingkup dan pendapat audit dinyatakan hanya pada saat auditor

merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan dalam standar

profesional akuntan publik.

Ketika auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus

meng-gunakan istilah kecuali (except for) dalam paragraf pendapat. Sebagai

implikasinya, sang auditor merasa puas bahwa laporan keuangan telah disajikan

dengan benar "kecuali" aspek tertentu laporan keuangan saja. Contoh-contoh dari

pengecualian ini akan disampaikan dalam pembahasan selanjutnya pada bab ini.

Tidak diijinkan untuk menggunakan frase kecuali pada jenis-jenis pendapat audit

lainnya.

Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material

keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan

keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas

yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat

tidak wajar hanya dapat diterbitkan jika sang auditor memiliki pengetahuan, yang

diperoleh setelah melakukan suatu investigasi mendalam, bahwa terdapat ketidak-

sesuaian dengan GAAP/PSAK. Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar

jarang sekali diterbitkan.

Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor

tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah

disajikan secara wajar. Kewajiban untuk menolak memberikan pendapat akan timbul

jika terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen

menurut Kode Etik Profesional antara auditor dengan kliennya. Kedua situasi ini

mencegah auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara

keseluruhan. Auditor pun memiliki pilihan untuk menolak memberikan pendapat pada

suatu masalah kelangsungan hidup perusahaan.

E. MATERIALITAS

Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis

laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu. Sebagai

contoh, jika suatu kesalahan penyajian yang terjadi relatif bersifat tidak material

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 10

Page 11: Laporan Audit

terhadap keseluruhan laporan keuangan suatu entitas pada periode berjalan, maka

merupakan hal yang tepat untuk menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa syarat.

Suatu contoh yang umum adalah pembebanan persediaan kantor langsung sebagai

biaya daripada membukukan sebagian persediaan kantor yang belum digunakan

tersebut ke dalam persediaan karena jumlahnya yang tidak signifikan.

Tingkat Materialitas

Definisi umum materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan

selanjutnya berlaku pula dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut :

Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan.

Dalam penerapan definisi ini, terdapat tiga tingkat materialitas yang digunakan

untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.

1. Nilainya tidak Material. Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam laporan

keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan yang

dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai tidak

material. Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar

tanpa syarat.

2. Nilainya Material tetapi tidak Mempengaruhl Keseluruhan penyajian Laporan

Keuangan. Tingkat materialitas ini hadir ketika terdapat suatu kesalahan penyajian

dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan seorang pengguna

laporan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap disajikan secara wajar

dan tetap dapat digunakan. Ketika auditor berkesimpulan bahwa suatu kesalahan

penyajian bersifat material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian lapor-

an keuangan, maka pendapat auditor yang tepat adalah pendapat wajar dengan

pengecualian (menggunakan "kecuali untuk").

3. Nilainya Sangat Material sehingga Kewajaran Seluruh Laporan Keuangan

Dipertanyakan. Tingkat materialitas tertinggi jika terdapat probabilitas yang sangat

tinggi bahwa pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak benar jika

pengguna laporan menyandarkan dirinya pada keseluruhan laporan keuangan

dalam pembuatan keputusan mereka.

Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, maka

auditor harus dipertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji tersebut terhadap

bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Hal ini disebut tingkat resapan (perva-

siveness). Suatu kesalahan pengklasifikasian antara kas dan piutang dagang hanya

mempengaruhi kedua akun tersebut dan dikatakan tidak pervasive.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 11

Page 12: Laporan Audit

Saat kesalahan penyajian semakin pervasive, probabilitas diterbitkannya suatu

pendapat tidak wajar dibandingkan penerbitan pendapat wajar dengan pengecualian

akan semakin tinggi. Tabel 3-1 mengikhtisarkan hubungan antara materialitas dan

jenis pendapatlopini yang harus diterbitkan auditor.

Tabel 3-1. Hubungan antara Materialitas dan Jenis OpiniTingkat

MaterialitasPengaruhnya terhadap Keputusan

yang Dibuat oleh Pengguna LaporanJenis Opini

Tidak material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh peng-guna laporan.

Wajar tanpa syarat

Material Mempengaruhi keputusan pengguna laporan hanya jika informasi yang salah saji tersebut sangat penting bagi keputusan tertentu. Tetapi keseluruhan laporan keuang-an disaiikan secara wajar.

Wajar dengan pengecualian

Sangat material

Sebagian besar atau seluruh keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan sangat dipengaruhi oleh kesa-lahan penyajian tersebut.

Tidak memberikan pendapat (disclaimer) atau pendapat tidak wajar (adverse)

Catatan : Ketiadaan independensi akan menyebabkan penolakan pemberian pendapat tanpa mempedulikan tingkat materialitas.

Keputusan Materialitas

Tingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini yang diterbitkan.

Dalam penerapannya, merupakan suatu pertimbangan yang cukup sulit untuk memu-

tuskan berapa materialitas sebenarnya dalam suatu situasi tertentu. Tidak terdapat

suatu panduan yang sederhana dan terstruktur bagi seorang auditor untuk memutus-

kan apakah sesuatu hal tidak material, material, atau sangat material. Evaluasi

materialitas tergantung pula pada apakah suatu situasi tertentu terdapat suatu ketidak-

sesuaian dengan GAAP/PSAK atau terdapat suatu pembatasan lingkup audit.

Keputusan Materialitas-Kondisi Non-GAAP. Ketika seorang klien gagal dalam

mengikuti GAAP maka laporan audit yang diterbitkan apakah berupa pendapat wajar

tanpa syarat, hanya pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar,

tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi.

Perbandingan Nilai Dollar pada Suatu Patokan Tertentu. Pada saat seorang

klien gagal mematuhi GAAP maka yang menjadi perhatian utama dalam pengukuran

materialitas umumnya adalah nilai uang dari total kesalahan pada akun-akun yang

terkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Suatu kesalahan senilai $10,000

mungkin bersifat material bagi sebuah perusahaan skala kecil, tetapi tidak material

bagi sebuah perusahaan besar. Oleh karenanya, kesalahan penyajian harus di-

bandingkan dengan suatu patokan tertentu sebelum dibuat suatu keputusan tentang

tingkat materialitas dari kegagalan mematuhi prinsip-prinsip GAAP itu. Patokan/

panduan yang umumnya digunakan adalah laba bersih, total aktiva, aktiva lancar, dan

modal kerja.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 12

Page 13: Laporan Audit

Asumsikan seorang auditor meyakini adanya kelebihan pencatatan saldo

persediaan sebesar $100,000 akibat kegagalan klien mematuhi GAAP. Asumsikan

pula saldo persediaan tercatat sebesar $1,000,000, aktiva lancar $3,000,000, dan laba

bersih sebelum pajak sebesar $2,000,000. Dalam kasus ini, auditor harus mengeva-

luasi materialitas dari suatu kesalahan pencatatan yang berprosentase 10% terhadap

nilai persediaan, 3.3% dari aktiva lancar, dan 5% dari laba bersih sebelum pajak.

Untuk mengevaluasi keseluruhan materialitas, auditor harus menggabungkan

seluruh kesalahan saji yang belum diperbaiki serta menimbang apakah terdapat ke-

salahan saji yang bersifat tidak material yang ketika digabungkan dengan kesalahan

saji lainnya, akan mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan. Dalam kasus

persediaan, diasumsikan auditor meyakini pula adanya kelebihan pencatatan saldo

piutang dagang sebesar $150,000. Maka total pengaruh kelebihan pencatatan tersebut

pada aktiva lancar sekarang sebesar 8.3% ($250,000 dibagi dengan $3,000,000) dan

sebesar 12.5% ($250,000 dibagi dengan $2,000,000) pada laba bersih sebelum pajak.

Ketika membandingkan potensi kesalahan penyajian dengan suatu patokan

tertentu, seorang auditor harus mempertimbangkan dengan secara berhati-hati seluruh

akun yang dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut (pervasiveness). Sebagai

contoh, merupakan hal yang penting untuk tidak memperhatikan pengaruh dari ke-

kurangan pencatatan saldo persediaan pada harga pokok penjualan, laba sebelum

pajak, pajak penghasilan yang dibayarkan, serta pajak penghasilan yang terutang.

Terukur. Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur secara

akurat. Contoh, ketidaksediaan seorang klien untuk mengungkapkan suatu gugatan

pengadilan yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusahaan baru yang

dilakukan setelah tanggal neraca sulit, jika memungkinkan, untuk diukur dalam satuan

uang. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh auditor dalam situasi seperti

ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalam mengungkapkan hal tersebut pada para

pengguna laporan.

Karakteristik Item Itu Sendiri. Keputusan seorang pengguna laporan mungkin

pula dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berikut ini

adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan serta

mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda dengan

mayoritas kesalahan penyajian.

1. Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang.2. Suatu item secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa periode

mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat material basi penyajian laporan pada periode berjalan.

3. Suatu item mempunyai suatu pengaruh "fisik" (sebagai contoh, sejumlah kecil laba terhadap sejumlah kecil kerugian atau saldo kas terhadap cerukan).

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 13

Page 14: Laporan Audit

4. Suatu item mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas konse-kuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah disepakati bersama (sebagai contoh, pengaruh dari kegagalan mematuhi persyaratan dalam suatu perjanjian hutang dapat berakibat pada suatu penarikan pinjaman yang material).

Keputusan Materialitas - Kondisi Pembatasan Lingkup Audit. Ketika terdapat

suatu pembatasan lingkup audit, laporan audit dapat berupa wajar tanpa syarat, wajar

dengan pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit, atau penolakan pem-

berian pendapat, tergantung dari materialitas pembatasan lingkup audit tersebut.

Auditor akan mempertimbangkannya terhadap ketiga faktor yang sama yang telah

dibahas sebelumnya dalam keputusan materialitas atas kondisi non-GAAP, tetapi

dengan pertimbangan yang sama sekali berbeda. Ukuran kesalahan saji patensial,

daripada kesalahan saji yang telah diketahui saat ini, merupakan hal yang penting

dalam menentukan apakah suatu pendapat wajar tanpa syarat, pendapat wajar

dengan pengeeualian, atau suatu penolakan pernberian pendapat adalah hal yang

tepat basi suatu pembatasan lingkup audit. Jika saldo hutang dagang sebesar

$400,000 tidak diaudit, auditor harus mengevaluasi potensi kesalahan pe-nyajian

dalam hutang dagang tersebut serta memutuskan seberapa material pengaruh-nya

pada laporan keuangan. Tingkat resapan (pervasiveness) dari kesalahan saji potensial

ini pun harus dipertimbangkan.

Melakukan evaluasi materialitas atas kesalahan saji yang potensial yang di-

akibatkan oleh pembatasan lingkup audit lebih sulit dilakukan daripada melakukan

evaluasi materialitas yang disebabkan oleh ketidakpatuhan pada GAAP. Kesalahan

penyajian yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan pada GAAP dapat diketahui. Semen-

tara kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit umumnya

harus diukur seeara subjektif atas potensi terjadinya kesalahan penyajian. Sebagai

contoh, suatu peneatatan hutang dagang sebesar $400,000 mungkin saja mengalami

kekurangan pencatatan lebih dari $1 juta, yang dapat mempengaruhi beberapa nilai,

termasuk di dalamnya adalah laba kater, laba bersih, serta total aktiva.

F. DlSKUSI ATAS KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN PENYIMPANGAN

Seharusnya kita memahami hubungan antara kondisi-kondisi apa yang mem-

butuhkan suatu penyimpangan atas laporan audit bentuk baku, jenis-jenis laporan

audit utama selain laporan audit bentuk baku, serta tiga tingkat materialitas.

Lingkup Audit Auditor telah Dibatasi

Dua kategori utama dari pembatasan lingkup audit adalah: pembatasan lingkup

audit yang disebabkan oleh klien serta pembatasan lingkup audit yang disebabkan

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 14

Page 15: Laporan Audit

oleh kondisi-kondisi di luar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis pembatasan

lingkup audit tersebut memiliki pengaruh yang sama pada laporan auditor, tetapi

interpretasi materialitasnya kemungkinan besar berbeda. Saat terdapat suatu pem-

batasan lingkup audit, maka respons yang tepat adalah menerbitkan suatu laporan

audit bentuk baku, suatu laporan wajar dengan pengecualian pada lingkup dan

pendapat audit, serta suatu penolakan pemberian pendapat, tergantung pada tingkat

materialitasnya.

Untuk pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh klien, auditor harus

mempertimbangkan suatu kemungkinan bahwa manajemen berusaha untuk men-

cegah ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam beberapa kasus, saat tingkat

materialitasnya dipertanyakan, AICPA telah memberikan saran kepada para auditor

untuk menolak memberikan pendapat. Ketika pembatasan lingkup audit terjadi akibat

kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor, maka laporan audit wajar

dengan pengecualian pada lingkup dan pendapat audit lebih tepat untuk diterbitkan.

Dua jenis pembatasan lingkup audit yang seringkali dilakukan klien kepada

auditornya berkaitan dengan pengamatan fisik persediaan serta konfirmasi atas

piutang dagang, tetapi jenis pembatasan lingkup audit lainnya pun mungkin saja

terjadi. Atasan-atasan klien untuk membatasi lingkup audit dapat berupa kehendak

untuk menghemat biaya audit dan, dalam hal konfirmasi piutang dagang, untuk

mencegah kemungkinan terjadinya konflik antara klien dengan pelanggannya saat

jumlah yang dikonfirmasikan ternyata berbeda.

Gambar 3-6. Wajar dengan Pengecualian Akibat Adanya Pembatasan Lingkup AuditLAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

(Sama dengan paragraph pendauluan pada laporan audit bentuk baku) Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, kamu melaksanakan audit….. (sisa kalimat dalam paragraph ini sama dengan kalimat pada paragraph scope dalam laporan audit bentuk baku).

Paragraf Scope - Wajar dengan pengecualian

Kami tidak memperoleh laporan keuangan yang diaudit dari auditor inde-penden yang lain yang mendukung investasi. Perusahaan dalam anak perusahaan diluar negeri sebesar $475.000, atau hak atas laba anak perusahaan sebesar $365.000 yang dicantumkan dalam laba bersih, seperti yang dijelaskan pada Catatan X dalam catatan atas laporan keuangan. Disebabkan oleh karakteristik pencatatan perusahaan, kami juga tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai investasi dalam anak perusahaan diluar negeri tersebut beserta hak atas labanya dengan prosedur audit kami.

Paragraf Ketiga -Ditambahkan

Menurut pendapat kami, kecuali atas dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika kami memeriksa bukti tentang investasi diluar negeri dan labanya tersebut, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Laughlin Cor-poration tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Paragraf Opini - Wajar dengan pengecualian

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 15

Page 16: Laporan Audit

Laporan yang terdapat pada Gambar 3-6 akan menjadi laporan yang tepat untuk

diterbitkan pada saat nilai pembatasan lingkup audit tersebut material tetapi tidak

pervasive serta auditor tidak dapat memperoleh laporan keuangan hasil audit yang

mendukung suatu investasi pada perusahaan afiliasi dari luar negeri serta ia pun tidak

dapat memuaskan dirinya dengan prosedur alternatif yang ada. Keseluruhan paragraf

pendahuluan serta sebagian besar kalimat dalam paragraf kedua dibilangkan karena

kedua paragraf tersebut menggunakan kalimat dari laporan audit bentuk baku.

Ketika nilai pembatasan lingkup audit tersebut sangat material sehingga suatu

penolakan pemberian pendapat daripada suatu pendapat wajar dengan pengecualian

harus diterbitkan, maka auditor hanya menggunakan tiga buah paragraf. Paragraf

pertama (paragraf pendahuluan) dimodifikasi sedikit dengan kalimat "Kami telah di-

tugaskan untuk mengaudit ..." Paragraf kedua sama dengan paragraf ketiga dalam

Gambar 3-6. Paragraf scope ditiadakan serta paragraf terakhir (paragraf pendapat)

diubah menjadi suatu penolakan pemberian pendapat. Atasan atas ditiadakannya

paragraf scope adalah untuk menghindari dibuatnya pernyataan apa pun yang dapat

membuat para pembaca meyakini bahwa bagian lainnya dari laporan keuangan telah

diaudit sehingga menimbulkan suatu kesimpulan bahwa mungkin saja bagian tersebut

telah disajikan secara wajar. Gambar 3-7 menampilkan laporan audit yang meng-

asumsikan bahwa auditor telah menyimpulkan bahwa fakta-fakta yang terdapat dalam

Gambar 3-6 membutuhkan suatu penolakan pemberian pendapat daripada diberikan-

nya suatu pendapat wajar dengan pengecualian.

Gambar 3-7. Penolakan Pemberian Pendapata Audit Akibat Adanya Pembatasan Lingkup Audit

LAPORAN AUDIT INDEPENDENKami telah ditugaskan untuk mengaudit….. (sisa kalimat dalam paragraph sama dengan paragraph pendahuluan pada laporan audit bentuk baku)

Paragraf Pendahu-luan Modifikasi Laporan Audit Bentuk Baku

(Menggunakan kalimat yang sama dengan kalimat yang digunakan dalam paragraph ketiga dalam Gambar 3-6).

Paragraf Kedua -Ditambahkan

Kami tidak dapat memperoleh laporan keuangan auditan yang mendukung investasi Perusahaan dalam anak perusahaan di luar negeri dan kami pun tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai investasi dalam anak perusahaan di luar negeri beserta hak atas labanya dengan prosedur audit kami, maka lingkup audit kami tidak memadai untuk memungkinkan kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan ini.

Paragraf Pendapat -Menolak member-kan pendapat (Disclaimer)

Catatan : Dalam penolakan pemberian pendapat akibat adanya pembatasan lingkup audit, paragraf scope ditiadakan seluruhnya.

Penyajian Laporan Keuangan Tidak Sesuai dengan GAAP

Ketika auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan peng-

guna laporan karena laporan keuangan tersebut penyusunannya tidak sesuai dengan

GAAP/PSAK, maka ia harus menerbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 16

Page 17: Laporan Audit

atau suatu pendapat tidak wajar, tergantung dari tingkat materialitas dari item yang

dipertanyakan tersebut. Pendapat tersebut harus dengan jelas menyatakan karakte-

ristik penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum serta nilai dari kesalahan pe-

nyajian tersebut, jika nilainya diketahui. Gambar 3-8 menampilkan suatu contoh pen-

dapat wajar dengan pengecualian ketika seorang klien tidak mengkapitalisasikan nilai

sewa guna usaha sebagaimana yang telah diatur dalam GAAP. Paragraf pertama dan

kedua ditiadakan karena kedua paragraf tersebut berisi kalimat standar.

3-8. Pemberian Pendapat Wajar dengan Pengecualian Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAP

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN(Sama dengan paragraf pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan audit

bentuk baku) Perusahaan tidak memasukkan kewajiban sewa guna usaha tertentu dari aktiva tetap dan kewajiban dalam neraca terlampir, dan menurut pendapat kami, harus di kapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban sewa guna usaha ini dikapitalisasi, aktiva tetap akan bertambah sebesar $4.600.000, kewajiban jangka panjang sebear $4.200.000 dan laba ditahan seebsar $400.000 pada tangal 31 Desember 2002, serta laba bersih dan laba perlembar saham berturut-turut akan bertambah sebesar $400.000 dan $1,75 untuk yang berakhir pada tangal tersebut.

Paragraf Ketiga -Ditambahkan

Menurut pendapat kami, kecuali atas dampak tidak dikapitalisasinya ke-wajiban sewa guna usaha tertentu, seperti yang kami uraikan dalam paragraf diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Ajax Company tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Paragraf Penda-pat Wajar dengan Pengecualian

Saat nilainya sangat material atau sangat pervasive sehingga diperlukan suatu

pendapat tidak wajar, maka paragraf scope-nya tetap sama dengan paragraf scope

dalam laporan audit bentuk baku, paragraf ketiga (qualifying paragraph) dapat tetap

sama, tetapi paragraf pendapat dibuat sebagaimana yang tampak dalam Gambar 3-9.

3-9. Pemberian Pendapat Tidak Wajar Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAPLAPORAN AUDIT INDEPENDEN(Sama dengan paragra pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan audit bentuk baku) (Merupakan paragraf ketiga yang sama dengan paragraf ketiga pada Gambar 3-8)

Paragraf Ketiga Ditambahkan

Menurut pendapat kami, karena dampak dari hal yang kami uraikan dalam paragraf diatas, seperti yang kami uraikan dalam paragraf diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan Ajax Company tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, atau hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Paragraf Pendapat -Pendapat Tidak Wajar (Adverse)

Ketika seorang klien gagal menampilkan informasi yang wajib disampaikan agar

ia dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar, baik menampilkan informasi ter-

sebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan yang ter-

kait, maka merupakan tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 17

Page 18: Laporan Audit

dalam laporan auditnya serta menerbitkan pula suatu pendapat wajar dengan penge-

cualian atau suatu pendapat tidak wajar. Merupakan hal yang umum untuk menuliskan

jenis pengecualian ini dalam suatu paragraf tambahan yang diletakkan di atas paragraf

pendapat (sementara paragraf scopenya tetap sama dengan paragraf scope dalam

laporan audit bentuk baku) sedangkan dalam paragraf pendapat, auditor merujuk

kembali pada paragraf tambahan tersebut. Garnbar 3-10 menampilkan sebuah contoh

dari suatu laporan audit yang diterbitkan oleh seorang auditor yang meyakini bahwa

pengungkapan informasi yang mendukung laporan keuangan klien disajikan dengan

tidak memadai.

3-10. Pemberian Pendapat Tidak Wajar Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAPLAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

(sama dengan paragraf pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan audit bentuk baku) Pada tanggal 15 januarI 2002, perusahaan menerbitkan surat hutang senilai $3.600.000 yang bertujuan untuk membiayai perluasan pabrik. Perjanjian hutang piutang tersebut memembatasi penggunaan pendapatan yang diperoleh setelah tanggal 31 Desember 2002 untuk pembayaran dividen kas. Menurut pendapat kami, pengungkapan atas informasi ini diwajibkan oleh prinsip auntansi yang berlaku umum.

Paragraf Ketiga – Ditambahkan

Menurut pendapat kami, kecuali tidak disajikannya informasi yang diuraikan dalam paragraf diatas, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar .... sisa kalimat sama dengan kalimat yang terdapat dalam laporan audit bentuk baku).

Paragraf Penda-pat Wajar dengan Pengecualian

Auditor Tidak Independen

Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi sebagaimana yang

dinyatakan dalam Kode Etik Profesional, maka penolakan pemberian pendapat harus

dilakukan walaupun seluruh prosedur audit yang dilaksanakan dianggap telah sesuai

dengan kondisi yang ada. Saat auditor tidak independen, maka kalimat dalam Gambar

3-11 direkomendasikan untuk digunakan.

Gambar 3-11. Penolakan Pemberian Pendapat Akibat Tidak Adanya IndependenKami tidak independen atas XYZ Company dan neraca tanggal 31 Desember 2002, dan Laporan laba rugi, laba ditahan dan laporan arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut tidak kami audit. Oleh karena itu, kami menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.

Catatan : Ketika auditor tidak memiliki independensi, maka dalam laporan audit tidak diberikan judul laporan.

Ketiadaan independensi akan menyingkirkan semua pembatasan lingkup audit

jenis lainnya. Selanjutnya, tidak ada atasan untuk tidak memberikan pernyataan

menolak memberikan pendapat. Di dalam laporan audit yang memberikan pernyataan

menolak memberikan pendapat, tidak boleh menuliskan satupun kalimat tentang

pelaksanaan atas prosedur audit apapun. Laporan audit ini merupakan suatu contoh

dari laporan audit satu paragraf.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 18

Page 19: Laporan Audit

G. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK PENERBITAN LAPORAN AUDIT

Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun baik dalam me-mutuskan

laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan pada serangkaian kondisi tertentu.

Pertama-tama, auditor harus memberikan penilaian mengenai apakah terdapat kondisi

yang menyebabkannya menerbitkan laporan audit di luar laporan audit bentuk baku.

Jika memang terdapat kondisi yang dimaksud, auditor kemudian harus menilai tingkat

materialitas dari kondisi tersebut dan menentukan jenis laporan audit yang tepat.

Menentukan Apakah Terdapat Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan

dari Laporan Audit Bentuk Baku. Hal yang paling penting dari kondisi-kondisi ter-

sebut telah diidentifikasikan dalam TabeI3-3. Para auditor mengidentifikasikan kondisi-

kondisi ini saat mereka sedang melaksanakan proses audit serta memasukkan ber-

bagai informasi yang ada ke dalam kertas kerja mereka sebagai bahan diskusi untuk

menentukan laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan.

Memutuskan Tingkat Materialitas Tiap-tiap Kondisi. Ketika terdapat kon-disi

yang memerlukan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, auditor mengevaluasi

potensi pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Dalam kondisi terdapat penyim-

pangan dari GAAP atau pembatasan lingkup audit, auditor harus memutuskan apakah

hal tersebut tidak material, material, atau sangat material.

Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat bagi Kondisi Tertentu, pada

Tlngkat Materlalitas Tertentu. Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka

merupakan hal yang mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan

dengan bantuan suatu alat pembantu pembuat keputusan. Tabel 3-2 menunjukkan

bahwa jenis laporan audit yang tepat untuknya adalah suatu pendapat wajar dengan

pengecualian disertai dengan suatu paragraf tambahan yang membahas tentang

penyimpangan tersebut. Paragraf pendahuluan dan paragraf scope-nya berisi kalimat-

kalimat baku.

Menuliskan Laporan Audit. Mayoritas kantor akuntan publik memiliki suatu file

komputer yang telah berisi kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang

berbeda-beda yang dapat membantu auditor menuliskan laporan auditnya. Selain itu,

satu atau lebih rekanan dalam mayoritas kantor akuntan publik memiliki keahlian

khusus dalam menuliskan laporan audit. Para rekanan ini umumnya menulis atau

mereview seluruh laporan audit sebelum laporan-laporan audit itu diterbitkan.

Tabel 3-2. Laporan Audit Setiap Kondisi yang Mengharuskan Adanya Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku pada Tingkat Materiaitas yang Berbeda-Beda

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 19

Page 20: Laporan Audit

Kondisi yang Memerlukan Laporan Audit Bentuk Baku dengan Modifikasi Kalimat

atau Paragraf Penjelasan

Tingkat MaterialitasTidak Material Material

Prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten* Keraguan-raguan tentang kelangsungan hidup perusahaan†

Wajar tanpa syarat

Wajar tanpa syarat

Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan

Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan

Pembenaran penyimpangan dari GAAP atau dari prinsip akuntansi lainnya

Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan

Penekanan pada masalah Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan

Kondisi yang Memerlu-kan Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku

Tidak Material

Tingkat MaterialitasMaterial tetapi tidak Mempe-

ngaruhi Keseluruhan Penyaji-an Laporan Keuangan

Sangat Material sehingga Kewajaran Seluruh Laporan Keuangan Di pertanyakan

Lingkup audit dibatasi oleh klien atau oleh kon-disi lain

Wajar tanpa syarat Wajar dengan pengecualian atas lingkup, paragraf tambahan, dan wajar dengan pendapat pengecu-alian ("kecuali")

Menolak memberikan pendapat

Penyusunan laporan ke-uangan tidak sesuai dengan GAAP‡

Wajar tanpa syarat Paragraf tambahan dan wajar dengan pendapat pengecualian ("kecuali")

Pendapat Tidak Wajar

Auditor Tidak Independen

Menolak memberikan pendapat (terlepas dari tingkat materialitas-nya)

* Jika auditor menganggap bahwa perubahan tersebut tepat, maka kondisi tersebut akan dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap GAAP/PSAK.

† Auditor memiliki pilihan pula untuk memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat.‡ Jika auditor dapat menunjukkan bahwa penggunaan GAAP dapat menimbulkan kesesatan, maka laporan audit

dengan modifikasi kalimat akan merupakan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan.

Terdapat Lebih dari Satu Kondisi yang Membutuhkan Penyimpangan atau Modifkasi

Para auditor sering kali menemui situasi-situasi yang melibatkan lebih dari satu

kondisi yang membutuhkan suatu penyimpangan dari laporan audit wajar tanpa syarat

atau modifikasi dari laporan audit bentuk baku. Dalam situasi-situasi ini, auditor harus

memodifikasi pendapatnya bagi setiap kondisi tersebut kecuali bila terdapat suatu

kondisi yang dapat menetralkan pengaruh dari kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika

terdapat suatu pembatasan lingkup audit dan suatu situasi yang membuat auditor tidak

memiliki independensi, maka pembatasan lingkup audit tersebut tidak perlu dinyata-

kan. Situasi-situasi berikut merupakan contohcontoh ketika diperlukan lebih dari satu

modifikasi kalimat untuk dicantumkan dalam laporan :

Auditor tidak independen serta ia mengetahui bahwa perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Terdapat suatu pembatasan lingkup audit serta terdapat pula keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup.

Terdapat suatu keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup, dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan atas laporan keuangannya.

Terdapat suatu penyimpangan terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, serta telah diterapkannya suatu prinsip akuntansi di mana penerapannya tidak konsisten dengan penerapan prinsip akuntansi pada tahun sebelumnya.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 20

Page 21: Laporan Audit

Jumlah Paragraf dalam Laporan

Banyak pembaca laporan menginterpretasikan bahwa jumlah paragraf dalam

laporan audit merupakan suatu "tanda" yang penting tentang apakah penyajian laporan

keuangan tersebut benar. Suatu laporan audit yang terdiri dari tiga paragraf umumnya

mengindikasikan bahwa tidak terdapat suatu pengecualian apa pun dalam audit.

Bagaimanapun, laporan audit yang berisi tiga paragraf pun diterbitkan ketika dikeluar-

kan suatu pernyataan yang menolak memberikan pendapat akibat adanya suatu

pembatasan lingkup audit, atau saat dikeluarkannya suatu laporan audit yang melibat-

kan auditor independen lainnya. Lebih dari tiga paragraf mengindikasikan tentang jenis

laporan audit wajar dengan pengecualian atau menyertakan suatu penjelasan.

Suatu paragraf tambahan yang ditambahkan sebelum paragraf pendapat pada

laporan audit wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, serta pada laporan

audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat atas adanya pembatasan

lingkup audit. Hal tersebut menghasilkan suatu laporan audit yang berisi empat parag-

raf, kecuali untuk laporan audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat

atas adanya pembatasan lingkup audit. Suatu pernyataan menolak memberikan

pendapat atas adanya pembatasan lingkup audit akan menghasilkan laporan audit

yang terdiri dari tiga paragraf karena paragraf scopenya telah dihapuskan. Sementara

pernyataan menolak memberikan pendapat karena tidak adanya independensi akan

menghasilkan laporan audit yang terdiri dari satu paragraf saja.

Ketika suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan di-

terbitkan, maka paragraf penjelasan umumnya diletakkan setelah paragraph pendapat.

Paragraf penjelasan tidak ditambahkan dalam suatu laporan audit wajar tanpa syarat

yang melibatkan auditor independen lain, tetapi kalimat dalam ketiga paragraf meng-

alami modifikasi.

Tabel 3-3 mengikhtisarkan jenis-jenis laporan yang diterbitkan atas audit pada

laporan keuangan, jumlah paragraf pada setiap jenis laporan, modifikasi atas kalimat

baku dalam paragraf, serta letak dari paragraf tambahan. Tabel ini tidak mencantum-

kan suatu laporan audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat akibat

tidak adanya independensi, yang khusus berisi satu paragraf saja.

Tabel 3-3. Jumlah Paragraf, Modifikasi atas Kalimat Baku dalam Paragraf, dan Letak Paragraf Tambahan dalam Laporan Audit

Jenis Laporan Jumlah Paragraf

Modifikasi atas Kalimat Baku dalam Paragraf

Letak Paragraf Tambahan

Laporanaudit bentuk bakum(wajar tanpa syarat) 3 Tidak ada Tidak ada

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 21

Page 22: Laporan Audit

Wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan 4 Tidak ada Setelah paragraf

pendapatWajar tanpa syarat yang melibatkan auditor independen lain 3 Dalam ketiga paragraf Tidak ada

Wajar dengan pengecualian pendapat saja 4 Hanya paragraf pendapat Sebelum paragraf

pendapatWajar dengan pengecualian lingkup dan pendapat audit

4 Paragraf scope dan paragraf pendapat

Sebelum paragraf pendapat

Menolak memberikan pendapat pem-batasan lingkup audit

3 Faragraf pendahuluan dan pen-dapat dimodifikasi; paragraf scope ditiadakan

Sebelum paragraf pendapat

Pendapat Tidak Wajar 4 Hanya paragraf pendapat Sebelum paragraf pendapat

TlNJAUAN SOAL

1. Jelaskan mengapa laporan audit bersifat penting bagi para pengguna laporan keuangan dan mengapa merupakan hal yang sangat diharapkan untuk memperoleh laporan bentuk baku.

2. Apakah tujuan dari paragraf scope dalam suatu laporan audit? Identifikasikan informasi paling penting yang terdapat dalam paragraf scope.

3. Apakah tujuan dari paragraf pendapat dalam suatu laporan audit? Identifikasikan informasi paling penting yang terdapat dalam paragraf pendapat.

4. Jenis pendapat apakah yang harus diterbitkan oleh auditor ketika penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan GAAP karena ketaatan pada GAAP malah akan menimbulkan kesesatan dalam laporan keuangan tersebut ?

5. Jelaskan perbedaan antara laporan wajar tanpa syarat dengan suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat serta laporan wajar dengan pengecualian. Berilah contoh kapan suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat harus disertakan dalam suatu laporan wajar tanpa syarat.

6. Sebutkan tiga kondisi yang membutuhkan suatu penyimpangan dari suatu pendapat wajar tanpa syarat sertakan berikan suatu contoh spesifik dari se-tiap kondisi tersebut.

7. Definisikan kata materialitas sebagaimana maksudnya dalam pelaporan auditing. Kondisi-kondisi apakah yang akan mempengaruhi keputusan auditor akan materialitas ?

8. Jelaskan bagaimana materialitas dapat memberikan perbedaan pada kegagalan mematuhi GAAP dan pada ketiadaan independensi.

9. Jelaskan perbedaan antara suatu laporan audit wajar dengan pengecualian pada pendapat saja dengan laporan wajar dengan pengecualian balk pada lingkup maupun pendapat audit.

SOAL PILIHAN BERGANDA

12. Soal-soal berikut berhubungan dengan laporan audit bentuk baku, Pilihlah jawab-an yang paling tepat.

a. Suatu laporan audit bentuk baku

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 22

Page 23: Laporan Audit

(1) Hanya menyiratkan bahwa hal-hal yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah disajikan dengan tepat serta tidak ambil bagi-an dalam kecukupan pengungkapan informatif,

(2) Menyiratkan bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah diberikan secara memadai.

(3) Secara eksplisit menyatakan bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah diberikan secara memadai.

(4) Secara eksplisit menyatakan bahwa semua hal yang bersifat material telah diung-kapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Tanggal laporan auditor atas laporan keuangan klien haruslah merupakan tanggal (1) Penutupan pembukuan klien.(2) Penerimaan sural representasi klien.(3) Penyelesaian seluruh prosedur audit yang penting.(4) Penyerahan laporan pada klien,

c. Jika seorang auditor utama memutuskan bahwa ia akan merujuk pada laporan audit dari auditor lain, maka ia harus mengungkapkan(1) Nama auditor lain tersebut.(2) Sifat peninjauannya atas posisi profesionalitas auditor lain serta rentang peninjau-

annya ares pekerjaan auditor lain tersebut.(3) Porsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain.(4) Atasan mengapa ia tidak bersedia untuk bertanggung jawab atas pekeIjaan auditor

lain.

d. Sebuah entitas mengubah metode depresiasinya dari metode garis lurus pada metode saldo menurun untuk seluruh aktiva tetap yang barn dimilikinya, Per-ubahan metode ini tidak memberikan pengaruh yang material pada penyajian laporan keuangan periode beIjaian tetapi hampir dapat dipastikan akan mem-berikan pengaruh yang substansial pada tahun-tahun mendatang. Jika perubahan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus menerbitkan jenis laporan audit(1) Wajar dengan pengecualian.(2) Wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan,(3) Wajar tanpa syarat.(4) Wajar dengan pengecualian yang disertai dengan paragraf penjelasan tentang

konsistensi.

13. Soal-soal berikut berhubungan dengan laporan-laporan audit selain laporan audit bentuk baku. Pilihlah jawaban yang paling tepat.

a. Seorang akuntan publik akan menerbitkan suatu pendapat tidak wajar jika(1) Lingkup auditnya dibatasi oleh klien.(2) Penyimpangan dalam kewajaran penyajian laporan keuangan sedemikian material

sehingga suatu pendapat wajar "kecuali untuk" tidak sesuai dengan kondisi ter-sebut.

(3) Ia tidak dapat melaksanakan prosedur audit yang cukup untuk mencapai suatu pendapat atas keseluruhan penyajian laporan keuangan.

(4) Terdapat suatu keragu-raguan yang besar atas masa depan perusahaan.

b. Seorang auditor akan memberikan suatu pernyataan "kecuali untuk" jika(1) Klien menolak untuk menyediakan sejumlah dana atas suatu kemungkinan keku-

rangan pembayaran pajak yang sangat material kepada pemerintah federal.(2) Terdapat suatu tingkat ketidakpastian yang tinggi akan masa depan perusahaan

klien.(3) Auditor tidak melaksanakan sejumlah prosedur yang memadai dalam menyusun

pendapat atas konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 23

Page 24: Laporan Audit

(4) Auditor mendasarkan sebagian pertimbangan pendapatnya pada hasil audit dari auditor lain.

c. Pada serangkaian situasi berikut yang manakah seorang auditor harus mener-bitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian?(1) Laporan keuangan berisi suatu penyimpangan atas prinsip akuntansi yang ber-laku

umum, di mana pengaruhnya bersifat material.(2) Auditor utama memutuskan untuk memberikan referensi pada laporan audit yang

dibuat oleh auditor lain yang mengaudit anak perusahaan klien.(3) Terdapat suatu perubahan yang material antara periode-periode penerapan meto-

de akuntansi.(4) Terdapat ketidakpastian yang signifikan yang mempengaruhi laporan keuangan.

AuditingDrs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘12 24