Laporan Analisis Per Kecamatan Medan Barat Dan Sunggal (New)

download Laporan Analisis Per Kecamatan Medan Barat Dan Sunggal (New)

of 32

description

laporan

Transcript of Laporan Analisis Per Kecamatan Medan Barat Dan Sunggal (New)

5

5.2.3. Kecamatan Medan BaratDari 600 responden pedagang kaki lima yang disurvey di Kota Medan, maka Kecamatan Medan Barat mendapat porsi sebanyak 121 responden atau sebnayak 20,13% yang tersebar di wilayah Kecamatan ini. Adapun lokasi berdagang dengan jarak rumah pedagang yang tedekat 100 Meter dan terjauh sekitar 15 Km. Sesuai dengan daftar pertanyaan yang diwawancarai kepada responden pedagang, maka analisis per Kecamatan ini dibagai atas 3 bahagian utama yakni :

1. Identitas Responden

2. Profil Usaha Dagang Responden

3. Persepsi Pedagang atas Lokasi Dagang

5.2.3.1. Berdasarkan pada Identitas Responden

1. Jenis Kelamin Dari 121 responden yang telah disurvey untuk Kecamatan Medan Barat , maka komposisi pedagang kaki lima di kecamatan ini lebih didominasi oleh laki-laki yakni sebesar 65,29%, sedangkan untuk kelompok perempuan hanya mencapai 34,71%. Komposisi ini ternyata tidak berimbang antara keduanya, karena berdagang di kaki lima justru merupakan mata pencaharian utama pada keluarga-keluarga yang bermukim di kota-kota besar karena pelakunya didominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluarga seperti di Kota Medan. Dapat dikatakan bahwa berdagang di kakilima adalah sektor ekonomi non formal perkotaan yang telah menjadi mata pencaharian utama keluarga. Untuk lebih mudah dapat terlihat jelas melalui Gambar Grafik dibawah ini :

2. Agama

Dari 119 responden pedagang kaki lima, ternyata komposisi pedagang berdasarkan agama yang dianut oleh responden sekali lagi sangat didominasi oleh Agama Islam yakni mencapai 84,30%, dan sisanya adalah pemeluk Agama Kristen (Protestan dan Katholik) sebesar 15,70%. Dan tidak ada pedagang yang beragama Agama Hindu serta Budha. Kondisi ini akan digambarkan pada Grafik dibawah ini :

5.2.3.2. Berdasarkan pada Profil Usaha Responden1. Lama Berdiri Usaha Dagang

Berdasarkan hasil survey dari 121 pedagang kakilima di Kecamatan Medan Barat, jika dilihat dari lama usaha dagang, maka yang mendominasi adalah kelompok pedagang yang berusaha antara 1 bulan s/d 5 tahun yakni mencapai 39,67%. Selanjutnya diikuti oleh kelompok pedagang yang berusaha antara 6 tahun s/d 10 tahun yakni mencapai 25,62%, kemudian kelompok pedagang yang berusaha antara 11 tahun s/d 20 tahun justru mencapai 23,14%. Sisanya kelompok pedagang yang berusaha antara 21 tahun s/d 30 tahun sebesar 9,09% dan kelompok pedagang yang berusaha antara 31 tahun s/d 50 tahun sebanyak 1,65% serta yang terakhir dengan porsi paling kecil adalah lama usaha lebih dari 50 thun hanya 0,83%.

2. Jenis Barang yang Diperdagangkan

Berdasarkan hasil survey pada Kecamatan Medan Barat, jika dilihat dari jenis barang yang diperdagangkan, adalah jenis makanan yakni mencapai angka 34,71%. Selanjutnya jenis dagangan minuman yang hanya sebesar 16,53%. Sisanya jenis dagangan bahan makanan mentah yakni sayuran hanya 2,48%. Tapi untuk jenis dagangan lainnya diluar 3 jenis yang telah disebutkan diatas justru mencapai 46,28%. Guna memudahkan dalam melihat komposisinya dapat dilihat dari gambar Grafik dibawah ini :

Jika dirinci lebih detail lagi mengenai jenis barang dagangan yang masuk kategori lainnya dengan porsi sebesar 46,28% ini, justru sangat didominasi oleh kelompok barang Aksesoris, jam, Tali Pinggang dll yang mencapai 24,52%, kemudian diikuti oleh kelompok dagang buah-buahan, bunga dan rempah-rempah sebanyak 23,08%. Selanjutnya kelompok Jasa reparasi jam dan sepatu yang mencapai angka 16,92%, sedangkan jenis dagangan Es, Rujak, Makanan jadi lainnya mencapai 13,85% serta kelompok dagangan jenis DVD, Majalah, Buku dll justru mencapai angka 12,31%. Sisanya 2 kelompok barang yang terakhir porsinya dibawah 10% yakni jenis barang dagangan pakaian, perlengkapan ibadah serta sekolah hanya 7,69% dan yang terakhir jenis dagangan ikan segar dan ayam potong hanya sebanyak 1,54%.Agar lebihh mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : Artinya kebanyakan pedagang kakilima yang disurvey pada Kecamatan Medan Barat adalah jenis selain dari makan, minuman dan sayuran. Lokasi berjualanya di sekitar Pulo Brayan atau disepanjang pinggir jalan Yos Sudarso yang ada kawasan perdagangan Pulo Brayan. Kebetulan di daerah tersebut, ada pasar tradisional yakni Pasar PALAPA yang memang menjadi pusat perdagangan bahan makanan, sandang juga berdekatan dengan lokasi pertokoan yang sudah ada dari zaman dahulu sperti took pakaian, tas, emas dan juga toko barang elektronik. Jadi kawasan ini sudah semakin ramai pula dengan kehadiran pedagang kakilima yang berjualan segala macam jenis barang.3. Jumlah Pekerja

Hasil survey di Kecamatan Medan Barat ini, berdasarkan pada jumlah pekerja yang digunakan dalam aktivitas perdagangannya sehari-hari sangat didominasi oleh penggunaan satu (1) orang pekerja yakni mencapai 63,64%, kemudian diikuti oleh pemakaian tenaga 2 orang pekerja yang mencapai angka 31,40%. Sedangkan yang menggunakan 3 orang pekerja hanya mencapai 4,13%. Sisanya yang menggunakan 4 orang pekerja hanya mencapai 0,83%. Tidak ada responden yang menggunakan lebih dari 4 pekerja dalam menjalankan usaha dagangnya. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

4. Modal Usaha

Dari 121 responden yang disurvey, maka komposisi pedagang yang memiliki modal antara Rp 1.000.000,- s/d Rp 5.000.000,- mendominasi yakni mencapai angka 56,20%, kemudian diikuti oleh kelompok pedagang kakilima yang memiliki modal antara Rp 5.100.000,- s/d Rp 10.000.000,- sebesar 22,31%. Selanjutnya kelompok pedagang kakilima yang memiliki modal antara Rp 10.100.000,- s/d Rp 50.000.000,- justru sebesar 19,83%. Sisanya yang terakhir untuk kelompok pedagang dengan modal lebih dari Rp 50.000.000,- hanya mencapai 1,65%. Kategori pedagang kakilima yang modal sudah lebih dari Rp 50.000.000,- ini sudah termasuk pedagang besar yakni menjual peralatan sekolan dan seragam serta perlengakpan ibadah, jadi barang-barang sandang seperti ini relatif modalnya lebi9h besar, walaupu hanya ada 2 responden. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

5. Sumber Modal Usaha Dagang

Dari 121 responden yang di survey pada Kecamatan ini, maka pedagang kakilima yang sumber modal berdagangnya yang berasal dari modal pribadi/sendiri sangat mendominasi yakni mencapai angka 76,03% atau lebih dari pedagang kakilima yang disurvey merupakan usaha mandiri yaitu kegiatan ekonomi mandiri yang berbasis pada kekuatan rakyat sendiri, diikuti dengan yang bersumber dari keluarga sendiri/keluarga dekat hanya mencapai 10,74%. Usaha mandiri rakyat dalam bentuk permodalan ini jika dijumlahkan akan mencapai 86,77%. Sedangkan sisanya yang sumber modal berasal dari kalangan Perbankan dan Koperasi memperoleh proporsi yang sama yaitu sebesar 3,31% sedangkan yang berasal dari bantuan pemerintah hanya 0,83%. Sisanya yang bersumber dari lainnya justru mencapai 5,79% mungkin seoerti dana bergulir LSM, rentenir dan lain sebagainya. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

Sekali lagi, basis ekonomi seperti ini ternyata tidak pernah menunggu bantuan pihak lain maupun pemerintah, sudah selayaknya Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar dalam jenis kegiatan perdagangan di kakilima ini, setidaknya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah jangan sampai mematikan usaha mereka tapi malah justru pemerintah kota berusaha mencari solusi yang lebih baik, agar hasil dari perdagangan ini meningkat dari waktu ke waktu, karena dapat menjamin keberlangsungan hidup dari keluarga-keluarga pedagang kakilima itu sendiri.

6. Waktu Operasional Usaha Dagang

Hasil survey dari 121 pedagang di Kecamatan Medan Barat, ternyata komposisi pedagang didominasi oleh waktu berdagangnya dari Pagi Siang hari sebanyak 55,37%, kemudian diikuti oleh waktu operasional dagang dari Pagi Malam hari mencapai angka sebesar 23,97%. Selanjutnya waktu berdagang dari Siang - Petang justru mencapai angka 19,01%, sedangkan yang terakhir adalah waktu berdagang dari Petang - Malam hari hanya 1,65%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pedagang kakilima yang disurvey di Kecamatan Medan Barat terkonsentrasi dekat dengan Pasar Tradisional sehingga dominasi waktu usaha dagang dari pagi sampai siang har, jadi kemungkinan besar belum tertata dengan baik oleh pemerintah kota Medan. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

7. Asal Barang yang Diperdagangkan

Sedangan untuk asal pembelian barang yang diperdagangkan oleh responden, hampir semuanya pedagang kakilima di Kecamatan Medan Barat berasal dari dalam kota Medan sendiri yakni sebesar 89,26%, sisanya yang berasal dari luar kota Medan hanya mencapai 10,74%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini : 8. Rata-rata Penghasilan Dagang per-bulanDari 121 responden pedagang kakilima yang berlokasi di Kecamatan Medan Barat, maka komposisi pedagang yang dominan adalah pedagang yang memiliki rata-rata penghasilan antara Rp 1.100.000,- s/d Rp 5.000.000,- mencapai proporsi terbesar yakni 42,15%, kemudian diikuti oleh kelompok pedagang dengan rata-rata penghasilan antara Rp 10.100.000,- s/d Rp 50.000.000,- sebesar 32,23%. Selanjutnya kelompok pedagang dengan rata-rata penghasilan per bulan antara Rp 5.100.000,- s/d Rp 10.000.000,- justru mencapai proporsi 20,66%. Sisanya adalah kelompok dengan dibawah 5% dan nilainya sama besar yakni kelompok pedagang dengan penghasilan antara Rp100.000,- s/d Rp 1.000.000,- , kelompok penghasilan antara Rp 50.100.000,- dan yang rata-rata penghasilannya lebih dari Rp 100.000.000,- per bulannya yakni hanya 1,65% untuk setiap kelompoknya. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

9. Biaya yang Dikeluarkan Pedagang per bulan untuk Berdagang

9.1. Biaya TempatDari 121 responden yang disurvey, maka komposisi pedagang yang membayar sewa tempat per-bulannya untuk berdagang didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 100.000,- sebesar 52% dan diikuti oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 110.000,- s/d Rp 500.000,- yang mencapai 40%. Sisanya adalah kelompok pedagang yang membayar sewa tempat lebih dari Rp 500.000,- per bulannya yakni 8%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

8.2. Biaya Kebersihan

Dari 121 responden pedagang kakilima yang disurvey, maka komposisi pedagang yang membayar biaya kebersihan untuk tempat dagang per-bulannya sangat didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 50.000,- mencapai angka 78,38%, diikuti oleh kelompok Rp 510.000,- s/d Rp 200.000,- serta kelompok yang membayar lebih dari Rp 310.000 s/d Rp 500.000 yakni sebesar 2,70%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

8.3. Biaya Keamanan

Hasil survey di Kecamatan Medan Barat, akan didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar Biaya Keamanan per-bulan antara Rp 10.000 s/d Rp 50.000,- mencapai angka 45,45%, Diikuti oleh kelompok Rp 51.000,- s/d Rp 200.000, sebanyak 27,27%, serta kelompok beban biaya keamanan antara Rp 210.000,- s/d Rp 500.000-justru mencapai 18,18%, sisanya yang terakhir adalah kelompok pedagang yang lebih darii Rp 500.000,- per bulan hanya 9,09%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

8.4. Biaya Lainnya

Yang termasuk kategori biaya lainnya adalah seperti biaya listrik, simpan gerobak atau biaya pungutan dari OKP dan Pemuda setempat, maka hasil survey di Kecamatana Medan Barat ini menemukan bahwa, kelompok pedagang yang sangat mendominasi dengan beban pembayaran biaya lainnya antara Rp 10.000,- s/d Rp 100.000,- sebesar 87,50%, dan sisanya kelompok pedagang yang membayar lebih dari Rp 100.000,- per bulannya justru sebanyak 12,50%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

YANG INI DATA DAN GRAFIKNYA TIDAK ADA.JADI..YA GT DEH5.2.1.3. Berdasarkan pada Persepsi Responden terhadap Lokasi Dagang

1. Bukan Lokasi untuk Berdagang

Kebanyakan pedagang mengetahui, bahwa lokasi yang mereka tempati untuk berdagang di Kecamatan Medan Barat ini bukanlah tempat yang resmi untuk berdagang yakni mencapai angka 73,55%, sedangkan sisanya pedagang yang tidak tahu hanya sebesar 26,45%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

2. Lokasi Dagang Saat ini Sudah TepatKebanyakan pedagang memiliki asumsi, bahwa lokasi bedagang mereka saat ini di Kecamatan Medan Barat adalah tempat yang tepat untuk berdagang yakni mencapai angka 68,60% karena mereka berdagang dikawasan yang telah dikelola dengan baik oleh pemerintah kota Medan, sedangkan sisanya yang menjawab ragu-ragu mencapai 16,53% dan pedagang yang menyatakan tidak tepat lokasi dagang saat ini hanya mencapai 14,88%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini

3. Kesediaan Pedagang untuk Dipindahkan/Relokasi

Dari 121 responden pedagang kakilima, bahwa sebahagian besar pedagang bersedia untuk dipindahkan ke lokasi berdagang yang baru mencapai angka 61,98%, kemudian diikuti oleh pedagang yang tidak bersedia mencapai angka sebesar 37,19%. Sedangkan sisanya yang sangat bersedia untuk direlokasi hanya mencapai angka 0,83%.

Secara umum para pedagang di Kecamatan Medan Barat cukup tidak berimbang antara yang bersedia unrtuk direlokasi dengan yang tidak bersedia direlokasi, jika harus direlokasi pedagang berharap mudah dijangkau oleh konsumen dan diakses oleh para pemangku kepentingan. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

4. Kesanggupan Membayar Sewa Tempat Dagang Yang BaruKebanyakan responden menjawab bahwa kesanggupan mereka dalam membayar sewa tempat untuk berdagang per-bulannya antara Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,- per bulan yang mencapai angka 29,75%, selanjutnya diikuti oleh kelompok yang sanggup dan bersedia membayar Rp 100.000,- s/d Rp 200.000,- perbulan mencapai angka 28,10%. Sisanya yang membayar lebih dari Rp 300.000,- per-bulan hanya 25,63% dan yang kurang dari Rp 100.000,- hanya 16,53%.. Secara umum para pedagang sebenarnya mau membayar sewa tempat asal sesuai dengan kemampuan mereka dan tempat tersebut cukup aman untuk berdagang dan usaha mereka tidak terancam secara ekonomi. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : 5. Keinginan Membayar Sewa Tempat Dagang Yang Baru

Kebanyakan responden yang mencapai 120 pedagang kakilima di Kecamatan Medan Barat ini, menjawab bahwa keinginan mereka dalam membayar sewa tempat untuk berdagang per bulannya antara Rp 100.000,- s/d Rp 200.000,- justru mencapai 34,71%, sedangkan yang berkeinginan membayar antara Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,- perbulan sebanyak 26,45%, dan yang ingin membayar kurang dari Rp 100.000,- justru hanya mencapai angka 24,79%. Sisanya yang terakhir membayar lebih dari Rp 300.000,- memiliki porsi yang sangat kecil yakni 14,05%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : Secara umum para pedagang sebenarnya memiliki keinginan untuk membayar sewa tempat asal sesuai dengan kemampuan mereka dan tempat tersebut cukup aman untuk berdagang. Karena jika dibandingkan saat ini, mereka lebih banyak yang tidak membayar sewa tempat, tapi lokasi perdagangannya justru sering terancam karena ada penertiban dari Pemerintah Kota Medan, maka lebih baik membayar sewa agar kegiatan dagang mereka dapat berkesinambungan.5.2.3. Kecamatan Medan SunggalDari 600 responden pedagang kaki lima yang disurvey di Kota Medan, maka Kecamatan Medan Sunggal mendapat porsi sebanyak 119 responden atau sebnayak 19,80% yang tersebar di wilayah Kecamatan ini. Adapun lokasi berdagang dengan jarak rumah pedagang yang tedekat 0 Meter dan terjauh sekitar 15 Km. Sesuai dengan daftar pertanyaan yang diwawancarai kepada responden pedagang, maka analisis per Kecamatan ini dibagai atas 3 bahagian utama yakni :

1. Identitas Responden

2. Profil Usaha Dagang Responden

3. Persepsi Pedagang atas Lokasi Dagang

5.2.3.1. Berdasarkan pada Identitas Responden

1. Jenis Kelamin Dari 119 responden yang telah disurvey untuk Kecamatan Medan Sunggal , maka komposisi pedagang kakilima di kecamatan ini lebih didominasi oleh kaum perempuan yakni sebesar 53,78%, sedangkan untuk kelompok laki-laki justru mencapai 46,22%. Komposisi ini ternyata kurang berimbang antara keduanya, justru yang berdagang lebih banyak perempuan yang juga sebagai mata pencaharian utama pada keluarga-keluarga pedagang di Kecamatan Medan Sunggal, yang juga sebagai tulang punggung keluarga. Dapat dikatakan bahwa berdagang di kakilima adalah sektor ekonomi non formal perkotaan yang telah menjadi mata pencaharian utama keluarga. Untuk lebih mudah dapat terlihat jelas melalui Gambar Grafik dibawah ini :

2. Agama

Dari 119 responden pedagang kaki lima, ternyata komposisi pedagang berdasarkan agama yang dianut oleh responden sekali lagi tetap didominasi oleh pemeluk Agama Islam yakni mencapai 79,83%, dan sisanya adalah pemeluk Agama Kristen (Protestan dan Katholik) sebesar 19,33% serta pemeluk Agama Budha hanya 0,84%. Dan tidak ada pedagang yang beragama Agama Hindu. Kondisi ini akan digambarkan pada Grafik dibawah ini :

5.2.3.2. Berdasarkan pada Profil Usaha Responden1. Lama Berdiri Usaha Dagang

Berdasarkan hasil survey dari 119 pedagang kakilima di Kecamatan Medan Sunggal, jika dilihat dari lama usaha dagang, maka yang mendominasi adalah kelompok pedagang yang berusaha antara 0,5 tahunn s/d 5 tahun yakni mencapai 63,03%. Selanjutnya diikuti oleh kelompok pedagang yang berusaha antara 6 tahun s/d 10 tahun yakni mencapai 19,33%, kemudian kelompok pedagang yang berusaha antara 11 tahun s/d 20 tahun justru mencapai 14,29%. Sisanya kelompok pedagang yang berusaha diatas 21 tahun sebesar 3,36%. Kondisi ini akan digambarkan pada Grafik dibawah ini :

2. Jenis Barang yang Diperdagangkan

Berdasarkan hasil survey pada Kecamatan Medan Sunggal, jika dilihat dari jenis barang yang diperdagangkan, adalah didominasi oleh jenis makanan yakni mencapai angka 42,86%. Selanjutnya jenis dagangan minuman yang hanya sebesar 19,33%. Sisanya jenis dagangan bahan makanan mentah yakni sayuran mencapai 15,97%. Dan yang terakhir jenis pakaian sangat kecil hanya 0,84%. Sedangkan untuk jenis lainnya diluar 4 jenis yang telah disebutkan diatas cukup besar juga yakni mencapai 21,01%.

Artinya kebanyakan pedagang kakilima yang disurvey pada Kecamatan Medan Sunggal adalah jenis selain dari makan dan minuman, . Guna memudahkan dalam melihat komposisinya dapat dilihat dari gambar Grafik dibawah ini :

Jika dirinci lebih detail lagi mengenai jenis barang dagangan yang masuk kategori lainnya dengan porsi sebesar 21,01% ini, justru sangat didominasi oleh kelompok dagangan Ayam potong, Ikan segar, Ikan Asin dan Telur mencapai 36,51%, kemudian diikuti oleh kelompok dagang kios asongan dan warung kelontong sebanyak 31,75%. Selanjutnya kelompok barang stiker, sandal dan aksesoris yang mencapai angka 14,29%, sedangkan jenis dagangan Bensin serta Buah-buahan dan Bunga mencapai porsi yang sama yakni 6,35%. Sisanya 2 kelompok barang yang terakhir porsinya dibawah 10% juga yakni jenis bumbu dapur sebesar 3,17% dan jenis Ponsel dan Pulsa justru hanya 1,59%.Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : 3. Jumlah Pekerja

Hasil survey di Kecamatan Medan Sunggal ini, berdasarkan pada jumlah pekerja yang digunakan dalam aktivitas perdagangannya sehari-hari sangat didominasi oleh penggunaan satu (1) orang pekerja yakni mencapai 53,78%, kemudian diikuti oleh pemakaian tenaga 2 orang pekerja yang mencapai angka 34,45%. Sedangkan yang menggunakan 3 orang pekerja hanya mencapai 8,40%. Sisanya yang menggunakan 4, 5,6 dan 8 orang pekerja mencapai porsi yang sama yakni 0,84%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

4. Modal Usaha

Dari 119 responden yang disurvey, maka komposisi pedagang yang memiliki modal antara Rp 1.100.000,- s/d Rp 5.000.000,- mendominasi yakni mencapai angka 64,71%, kemudian diikuti oleh kelompok pedagang kakilima yang memiliki modal antara Rp 100.000,- s/d Rp 1.000.000,- sebesar 24,37%. Selanjutnya kelompok pedagang kakilima yang memiliki modal antara Rp 5.100.000,- s/d Rp 10.000.000,- justru sebesar 9,24%. Sisanya yang terakhir untuk kelompok pedagang dengan modal lebih dari Rp 10.100.000,- s/d Rp 50.000.000,- sangat kecil hanya mencapai 1,68%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

5. Sumber Modal Usaha Dagang

Dari 119 responden yang di survey pada Kecamatan ini, maka pedagang kakilima yang sumber modal berdagangnya yang berasal dari modal pribadi/sendiri sangat mendominasi yakni mencapai angka 66,39% atau lebih dari setengahnya pedagang kakilima yang disurvey merupakan usaha mandiri yaitu kegiatan ekonomi mandiri yang berbasis pada kekuatan rakyat sendiri, diikuti dengan yang bersumber dari keluarga sendiri/keluarga dekat hanya mencapai 16,81%. Usaha mandiri rakyat dalam bentuk permodalan ini jika dijumlahkan akan mencapai 83,20%. Sedangkan sisanya yang sumber modal berasal dari kalangan Koperasi memperoleh proporsi sebesar 8,40% dan institusi Bank hanya 4,20%. Sisanya yang berasal dari rentenir hanya 01,68%. Sedangkan yang bersumber dari lainnya justru mencapai 2,52% mungkin seperti dana bergulir LSM, bantuan pemerintah dan lain sebagainya. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

Sekali lagi, basis ekonomi seperti ini ternyata tidak pernah menunggu bantuan pihak lain maupun pemerintah, sudah selayaknya Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar dalam jenis kegiatan perdagangan di kakilima ini, setidaknya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah jangan sampai mematikan usaha mereka tapi malah justru pemerintah kota berusaha mencari solusi yang lebih baik, agar hasil dari perdagangan ini meningkat dari waktu ke waktu, karena dapat menjamin keberlangsungan hidup dari keluarga-keluarga pedagang kakilima itu sendiri.

6. Waktu Operasional Usaha Dagang

Hasil survey dari 119 pedagang di Kecamatan Medan Sunggal, ternyata komposisi pedagang didominasi oleh waktu berdagangnya dari Pagi Siang hari sebanyak 41,18%, kemudian diikuti oleh waktu operasional dagang dari Petang - Malam hari mencapai angka sebesar 31,09%. Selanjutnya waktu berdagang dari Siang - Petang justru mencapai angka 18,49%, dan yang terakhir sisanya adalah waktu berdagang dari hari Pagi Malam hanya 9,24%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pedagang kakilima yang disurvey di Kecamatan Medan Sunggal terkonsentrasi dekat dengan Pasar Tradisional sehingga dominasi waktu usaha dagang dari pagi sampai siang hari, jadi kemungkinan besar belum tertata dengan baik oleh pemerintah kota Medan. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

7. Asal Barang yang Diperdagangkan

Sedangan untuk asal pembelian barang yang diperdagangkan oleh responden, hampir semuanya pedagang kakilima di Kecamatan Medan Sunggal berasal dari dalam kota Medan sendiri yakni sebesar 93,22%, sisanya yang berasal dari luar kota Medan hanya mencapai 6,78%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini : 8. Rata-rata Penghasilan Dagang per-bulanDari 119 responden pedagang kakilima yang berlokasi di Kecamatan Medan Sunggal, maka komposisi pedagang yang dominan adalah pedagang yang memiliki rata-rata penghasilan antara Rp 1.000.000,- s/d Rp 5.000.000,- mencapai proporsi terbesar yakni 45,38%, kemudian diikuti oleh kelompok pedagang dengan rata-rata penghasilan antara Rp 5.100.000,- s/d Rp 10.000.000,- hampir sama dengan kelompok pertama yakni sebesar 41,18%. Sisanya adalah yang terakhir kelompok pedagang dengan penghasilan antara Rp 10.100.000,- s/d Rp 50.000.000,- per bulannya yakni mencapai 13,45% untuk setiap kelompoknya. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

9. Biaya yang Dikeluarkan Pedagang per bulan untuk Berdagang

9.1. Biaya TempatDari 119 responden yang disurvey, maka komposisi pedagang yang membayar sewa tempat per-bulannya untuk berdagang didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 110.000,- s/d Rp 200.000,- sebesar 47,06% dan diikuti oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 100.000,- justru mencapai 41,18%. Sisanya adalah kelompok pedagang yang membayar sewa tempat antara Rp 210.000,- s/d Rp 500.000,- per bulannya sebesar 11,76%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : No. Biaya Tempat% Responden

1Rp.10.000 s/d Rp. 100.00041.18

2Rp. 110.000 s/d Rp. 200.00047.06

3Rp. 210.000 s/d Rp. 500.00011.76

Total100.00

8.2. Biaya Kebersihan

Dari 119 responden pedagang kakilima yang disurvey, maka komposisi pedagang yang membayar biaya kebersihan untuk tempat dagang per-bulannya sangat didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 51.000,- s/d Rp 100.000,- mencapai angka 53,49%, diikuti oleh kelompok yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 50.000,- sebanyak 34,88%. Sisanya adalah kelompok pedagang yang membayar antara Rp 110.000 s/d Rp 200.000 yakni sebesar 6,98% dan yang terkahir dengan porsi paling kecil adalah kelompok pedagang yang membayar biaya kebersihan lebih dari Rp 200.000,- hanya mencapai angka 4,65%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini :

8.3. Biaya Keamanan

Hasil survey di Kecamatan Medan Sunggal, akan didominasi oleh kelompok pedagang yang membayar Biaya Keamanan per-bulan antara Rp 51.000,- s/d Rp 100.000,- mencapai angka 50%%, kemudian diikuti oleh kelompok pedagang yang membayar antara Rp 110.000 s/d Rp 300.000,- sebanyak 31,25%. Sedangkan sisanya yang terakhir adalah kelompok pedagang yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 50.000,- per bulan hanya 18,75%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

8.5. Biaya Lainnya

Yang termasuk kategori biaya lainnya adalah seperti biaya listrik, simpan gerobak atau biaya pungutan dari OKP dan Pemuda setempat, maka hasil survey di Kecamatana Medan Sunggal ini menemukan bahwa, kelompok pedagang yang sangat mendominasi dengan beban pembayaran biaya lainnya antara Rp 51.000,- s/d Rp 100.000,- mencapai angka 48,57%, kemudian diikuti oleh 2 kelompok pembayar biaya lainnya yang porsinya sama yakni kelompok pedagang yang membayar antara Rp 10.000,- s/d Rp 50.000 dan Rp 210.000,- s/d Rp 500.000,- mencapai persentase yang sama yaitu 20%. Sisanya kelompok pedagang yang membayar antara Rp 110.000,- s/d Rp Rp 200.000,- per bulannya hanya mencapai 11,43%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

5.2.1.3. Berdasarkan pada Persepsi Responden terhadap Lokasi Dagang

1. Bukan Lokasi untuk Berdagang

Kebanyakan pedagang sudah mengetahui, bahwa lokasi yang mereka tempati untuk berdagang di Kecamatan Medan Sunggal ini bukanlah tempat yang resmi untuk berdagang yakni mencapai angka 89,08%, sedangkan sisanya pedagang yang tidak tahu hanya sebesar 10,92%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini :

2. Lokasi Dagang Saat ini Sudah TepatKebanyakan pedagang memiliki asumsi, bahwa lokasi berdagang mereka saat ini yang masuk wilayah Kecamatan Medan Sunggal adalah tempat yang cocok atau tepat untuk berdagang yakni mencapai angka 78,15% walaupun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah kota Medan, sedangkan sisanya yang menjawab ragu-ragu mencapai 11,76% dan pedagang yang menyatakan tidak tepat lokasi dagang saat ini hanya mencapai 10,08%. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini

3. Kesediaan Pedagang untuk Dipindahkan/Relokasi

Dari 119 responden pedagang kakilima, bahwa sebahagian besar pedagang bersedia untuk dipindahkan ke lokasi berdagang yang baru mencapai angka 70,59%, kemudian diikuti oleh pedagang yang tidak bersedia mencapai angka sebesar 26,89%. Sedangkan sisanya yang sangat bersedia untuk direlokasi hanya mencapai angka 1,68% dan yang sangat tidak bersedia untuk direlokasi hanya mencapai angka 0,84%.

Secara umum para pedagang di Kecamatan Medan Sunggal cukup tidak berimbang antara yang bersedia unrtuk direlokasi dengan yang tidak bersedia direlokasi, tapi jauh lebih banyak yang mau dipindahkan atau direlokasi agar lebih bai, rapi dan terjamin keberlangsungan dagangannya. Jika harus direlokasi pedagang berharap mudah dijangkau oleh konsumen dan diakses oleh para pemangku kepentingan. Kondisi ini akan dapat digambarkan melalui Grafik dibawah ini : 8. Kesanggupan Membayar Sewa Tempat Dagang Yang BaruKebanyakan responden menjawab bahwa kesanggupan mereka dalam membayar sewa tempat untuk berdagang per-bulannya kurang dari Rp 100.000,- yaitu mencapai angka 75%, sedangkan kelompok pedagang yang sanggup membayar sewa antara Rp 100.000,- s/d Rp 200.000,- per bulan mencapai angka 19,23%,. Sisanya adalah kelompok pedagang yang sanggup membayar antara Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,- per-bulan hanya 4,81% dan yang terakhir membayar lebih dari Rp 300.000,- hanya 0,96%. Secara umum para pedagang sebenarnya mau membayar sewa tempat asal sesuai dengan kemampuan mereka dan tempat tersebut cukup aman untuk berdagang dan usaha mereka tidak terancam secara ekonomi. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : 9. Keinginan Membayar Sewa Tempat Dagang Yang Baru

Dominasi responden pedagang yang diwawancarai di Kecamatan Medan Sunggal ini, menjawab bahwa keinginan mereka dalam membayar sewa tempat untuk berdagang per bulannya kurang dari Rp 100.000,- mencapai persetase sebesar 83,19%. Diikuti oleh kelompok pedagang yang ingin membayar antara Rp 100.000,- s/d Rp 200.000,- mencapai 13,27%,. Sisanya ternyata kelompok pedagang yang ingin membayar antara Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,- perbulan sebanyak 2,65%, dan untuk yang terakhir adalah kelompok yanga ingin membayar lebih dari dari Rp 300.000,- justru hanya mencapai angka 0,88%. Agar lebih mudah diamati secara langsung dapat dilihat pada gambar Grafik dibawah ini : Secara umum para pedagang sebenarnya memiliki keinginan untuk membayar sewa tempat asal sesuai dengan kemampuan mereka dan tempat tersebut cukup aman untuk berdagang. Karena jika dibandingkan saat ini, mereka lebih banyak yang tidak membayar sewa tempat, tapi lokasi perdagangannya justru sering terancam karena ada penertiban dari Pemerintah Kota Medan, maka lebih baik membayar sewa agar kegiatan dagang mereka dapat berkesinambungan.