Laporan akhir.docx

11
RINGKASAN Sedian krim dibuat dalam formulasi yang berbeda dengan kombinasi ekstrak fenolik tongkol jagung secara berurutan adalah 0, 1,3,5 dan 7% dengan konsentrasi VCO 1%. Setelah itu ekstrak dianailis kandungan total fenolik, aktivitas antioksidan, uji organoleptic, pH, daya sebar, stabilitas panas dan cahaya serta dan aktivitas tabir surya dalam sun protector factor (SPF) secara in vitro dengan spektrofotometri UV-VIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi F7 VCO memiliki kandungan total fenolik teringgi dibandingkan dengan 9 jenis formulasi sedian ekstrak, F1 dan F1 VCO menunjuk kan kandungan fenolik yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan aktivitas penangkal radikal bebas yang diberikan oleh F7 VCO , sedangkan nilai SPF yang terbaik diproleh untuk formulasi F7 diikuti F7 VCO , F5,F5 VCO ,F3,F3 VCO ,F1 dan F1 VCO berturut-turut adalah 16,55; 15,62; 10,93; 9,74; 6,52; 6,29; 2,16; 1,69; 0,50; dan 0,16. Nilai SPF meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi bahan aktif tabir surya dan berbanding lurus dengan kandungan fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas. Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa nilai pH untuk semua formulasi sedian krim memiliki batas aman untuk digunakan sebagai krim tabir surya sedangkana daya sebar sedian krim tidak memiberikan hasil yang merata terutama C,F5,F7, C VCO dan F5 VCO . Stabilitas sedian krim tabir surya sangat bergantung pada factor lama penyimpanan , pemanasan dan pencahayaan. Secara umum dari pengujian organoleptic sedian krim tabir surya masih meiliki tingkat kesukaan yang termasuk kategori antara suka dan biasa, tergantung kombinasi formulasi krim tabir surya Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sedian krim tabir surya yang diformulasikan dengan ekstrak fenolik dari limbah tongkol jagung dan kombinasi VCO memiliki fitokimia enolik,

Transcript of Laporan akhir.docx

Page 1: Laporan akhir.docx

RINGKASAN

Sedian krim dibuat dalam formulasi yang berbeda dengan kombinasi ekstrak fenolik tongkol jagung secara berurutan adalah 0, 1,3,5 dan 7% dengan konsentrasi VCO 1%. Setelah itu ekstrak dianailis kandungan total fenolik, aktivitas antioksidan, uji organoleptic, pH, daya sebar, stabilitas panas dan cahaya serta dan aktivitas tabir surya dalam sun protector factor (SPF) secara in vitro dengan spektrofotometri UV-VIS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi F7VCO memiliki kandungan total fenolik teringgi dibandingkan dengan 9 jenis formulasi sedian ekstrak, F1 dan F1VCO menunjuk kan kandungan fenolik yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan aktivitas penangkal radikal bebas yang diberikan oleh F7VCO, sedangkan nilai SPF yang terbaik diproleh untuk formulasi F7 diikuti F7VCO, F5,F5VCO,F3,F3VCO ,F1 dan F1VCO berturut-turut adalah 16,55; 15,62; 10,93; 9,74; 6,52; 6,29; 2,16; 1,69; 0,50; dan 0,16. Nilai SPF meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi bahan aktif tabir surya dan berbanding lurus dengan kandungan fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas. Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa nilai pH untuk semua formulasi sedian krim memiliki batas aman untuk digunakan sebagai krim tabir surya sedangkana daya sebar sedian krim tidak memiberikan hasil yang merata terutama C,F5,F7, CVCO dan F5VCO. Stabilitas sedian krim tabir surya sangat bergantung pada factor lama penyimpanan , pemanasan dan pencahayaan. Secara umum dari pengujian organoleptic sedian krim tabir surya masih meiliki tingkat kesukaan yang termasuk kategori antara suka dan biasa, tergantung kombinasi formulasi krim tabir surya

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sedian krim tabir surya yang diformulasikan dengan ekstrak fenolik dari limbah tongkol jagung dan kombinasi VCO memiliki fitokimia enolik, aktiviatas antioksidan dan berpotensi sebagai bahan aktif tabir surya.

Page 2: Laporan akhir.docx

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 rendemen dan kandungan total fenolik ekstrak tongkol jagung

Hasil empat kali ekstraksi tongkol jagung dengan cara refluks diproleh rendemen sebanyak 7,88+0,51 g atau 3,15%, berwarna coklat dan berbentuk serbuk. Sejalan dengan itu, hasil pengukuran kandungan total fenolik menunjukan bahwa ekstrak tongkol jagung memiliki kandungan fenolik sebesar 100,46+385 µg/mL. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih tinggi dari penilitian yang dilakukan oleh Lumempouw et al. (2012b) sebesar 1,77% untuk rendemen dan sebesar 73,06 µg/mL untuk total kandungan total fenolik. Perbedaan ini mungkin dikarenakan perbedaan jumlah sampel dan pelarut yang digunakan dalam kedua penelitian ini. Kandungan total fenolik ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu yang didasarkan pada kemampuan sampel untuk mereduksi reagem Folin-Ciocalteu yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat. Folin-Ciocalteu adalah pereaksi anorganik yang dapat membentuk larutan kompleks dengan senyawa fenol yaitu molybdenum tungstant yang berwarna biru, semakin pekat intensitas warna menunjukkan kandungan fenol dalam dalam ekstrak semakin besar (Julkunen-Titto, 1985).

5.2 Kandungan total fenolik sediaan krim tabir surya

Hasil pengukuran kandungan total fenolik sedian krim tabir surya dari ekstrak tongkol jagung disajikan pada gambar 7. Dari hasil yang didapat, adanya ekstrak tongkol jagung dapat meningkatkan kandungan total fenolik dari masing-masing formulasi sedian krim secara berturut-turut yaitu C, F1,F3,F5 dan F7 serta CVCO, F1VCO, F3VCO, F5VCO dan F7VCO pada penambahan VCO. Semakin besar jumlah ekstrak yang ditambahkan pada formulasi sediaan krim membuat kandungan total fenolik menjadi meningkat. Hal ini dikarenakan tongkol jagung yang memiliki kandungan fenolik yang tinggi (Lumempouw et al., 2012a).a

Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kenaikan bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak tongkol jagung dalam sediaan memberikan peningkatan kandungan total fenolik. Selain itu penambahanVCO sebagai fase minyak juga meningkatkan kandungan total fenolik. Data ini membuktikan bahwa komponen minor seperti senyawa fenolik juga terdapat dalam VCO. Muis et al. (2007) melaporkan bahwa salah satu komponen minor yang teridentifikasi dalam VCO adalah alpa tookferol. Hasil ini memberikan gambaran bahwa ada efek sinergis antara senyawa fenolik dalam ekstrak tongkol jagung dan VCO sehingga mampu meningkatkan kandungan total fenolik dari semua sedian krim tabir surya untuk formulasi F1VCO, F3VCO, F5VCO dan F7VCO

dibandingkan dengan F1, F3, F5 dan F7.

Page 3: Laporan akhir.docx

5.3 Aktivitas antioksidan sediaan krim tabir surya

Hasil pengujian antioksidan dari sediaan tabir surya pada konsentrasi 100 mg/mL dilakukan dengan metode penangkal radikal bebas DPPH dan hasilnya disajikan pada gambar 8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua formulasi sediaan krim tabir surya memiliki aktivitas sebagai penangkal radikal bebas sejalan dengan kandungan total fenolik dari sedian krim. Makin besar jumlah ekstrak fenolik yang ditambahkan pada formulasi sediaan krim tabir surya maka semakin besar pula aktivitas sediaan krim tabir surya dalam penangkalan radikal bebas. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak fenolik dalam tongkol jagung mampu berperan sebagai antioksidan dalam system sedian krim tabir surya. Oleh karena itu, ekstrak fenolik dalam sediaan krim tabir surya memiliki kemampuan untuk mendonorkan hydrogen sehingga dapat menstabilkan serangan radikal bebas.

Dari data gambar 7.diproleh bahwa penambahan VCO dalam formulasi terutama F1VCO, F3VCO, F5VCO dan F7VCO menunjukkan perbedaan aktivitas antioksidan dengan formulasi F1, F3, dan F5. Sebaliknya formulasi F7VCO memberi kontribusi dalam penangkalan radikal bebas. Wehantouw dan Suryanto (2009) melaporkan bahwa VCO memiliki persentase aktivitas penangkal radikal bebas sebesar 73,63% dan hal ini dibuktikan dengan penghilangan senyawa fenolik dalam VCO dengan cara pemurnian memberikan aktivitas antioksidan sebesar 2,74%.

5.4 Nilai SPF sediaan krim tabir surya

Penentuan sun protector factor (SPF) dari formulasi sediaan krim tabir surya dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode spektrofotometer. Data untuk penentuan SPF secara in vitro dibaca absorbansi dengan interval 5 nm dengan panjang gelombang 290 sampai 320 nm. Daerah spectrum 290-320 nm merupakan daerah panjang gelombang UV-B. Nilai SPF dari sedian krim tabir surya denga 10 formulasi disajikan pada gambar 9. Hasil perhitungan yang diproleh bahwa formulasi F7 memberikan nilai SPF yang tertinggi diikuti oleh F7VCO, F5, F5VCO,F3, F3VCO, F1, F1VCO dan terendah control (K) dan KVCO. Nilai SPF dari formulasi F7 sebesar 16,55 yang diperoleh dari penelitian dapat diklasifikasikan sebagai zat aktif tabir surya perlindungan sedang karena nilai SPF-nya berada diantara 12 sampai 30. Menurut Food and Drug administration (1999) pengukuran potensi tabir surya berdasarkan sun protector factor (SPF) adalah sebagai berikut: minimal, bila SPF antara 2-12; moderat, bila SPF antara 12-30 dan tinggi, bila SPF antara > 30. Nilai SPF pada tabir surya yang beredar dipasaran berkisar antara 2-70 dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada diatas 15.

Perhitungan nilai SPF dari masing-masing formulasi menunjukkan makin besar jumlah ekstrak pada masing-masing formulasi maka semakin besar pula nilai SPF yang diproleh. Hal ini membuktikan bahwa senyawa fenolik pada ekstrak tongkol jagung membuktikan dapat berperan sebagai bahan aktif tabir surya seiring makin besar nilai SPF yang diproleh. Namun, pada formulasi yang ditambahkan dengan VCO yaitu CVCO, F1VCO, F3VCO, F5VCO dan F7VCO ternyata menurunkan nilai SPF artinya nilai SPF yang diproleh tidak sejalan dengan kandungan total

Page 4: Laporan akhir.docx

fenolik dan aktivitas penangkal radikal. Hal ini mungkin disebabkan senyawa fenolik yang berupa alpa tokoferol dalam VCO tidak memberikan spectrum yang lebar pada rentangan 290-320 nm sehingga absorbansi yang dipeoleh tidak memberi kontribusi dalam perhitungan nilai SPF dalam persamaan Mansur (1986). Hasil ini juga dibuktikan dengan hasil absorbansi pada nilai SPF pada KVCO adalah 0,16. Selain itu, hasil pengukuran dengan spektrofotometer menunjukkan bahwa alpa tokoferol dalam VCO memberikan panjang gelombang yang maksimum sebesar 290 nm (Muis et al., 2007), ini berarti absorbansi tertinggi berada pada panjang gelombang tersebut sehingga tidak memberikan kenaikan yang behrarti pada perhitungan SPF. Penelitian yang lain melaporkan bahwa minyak kelapa ditemukan memiliki nilai SPF sebesar 7,12 (Kaur dan Saraf, 2010). Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak fenolik dari tongkol jagung memiliki nilai SPF terbaik dan temuan ini bermanfaat dalam memilih bahan alami sebagai alternatif bahan aktif tabir surya selama formulasi sediaan krim tabir surya.

5.5. Nilai pH sediaan krim tabir surya

Nilai formulasi sediaan krim tabir surya diukur nilai pH dengan menggunakan meter. Hasil pengukuran pH dari sediaan krim tabir surya disajikan pada tabel 4. Nilai pH dari 10 formulasi sediaan krim tabir surya memiliki rentangan antara5,17 sampai 5,88. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai pH formulasi sediaan krim tanpa penambahan VCO cenderung berada di pH konrtolnya yaitu 5,83. Hal ini disebabkan oleh senyawa fenolik yang bersifat asam sehingga sejalan dengan penambahan persentase ekstrak mengakibatkan penurunan pH pada formulasi F3, F5 dan F7 Sedangkan dengan penambahan VCO mengakibatkan kenaikan pH pada semua formulasi. Oleh karena itu, makin besar penambahan persentase ekstrak dan VCO membuat pH formulasi sedikit naik dan terlihat cenderung di atas pH KVCO.

Tabel 4. Nilai pH sediaan krim tabir surya

Formulasi pHF1 5,88F3 5,64F5 5,50F7 5,54K 5,83F1VCO 5,72F3VCO 5,81F5VCO 5,83F7VCO 5,49KVCO 5,17

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa formulasi K, F1,F3,F5,F7, KVCO, F1 VCO, F3VCO ,F5VCO, dan F7VCO memiliki nilai pH yang masih berbeda pada rentang pH kulit normal dan aman untuk digunakan sebagai krim tabir surya. Menurut Tranggono dan Latifa (2007) nilai pH

Page 5: Laporan akhir.docx

yang aman untuk kulit yaitu antara 4,5 sampai 6,5 sehingga sediaan krim tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

5.6. Daya sebar sediaan krim tabir surya

Hasil pengukuran daya sebar formulasi sediaan krim tabir surya pada sekeping kaca yang diber beban 15g dan hasil pengamatannya disajikan pada tabel 5. Berdasarkan pengujian daya sebar sediaan krim tabir surya memiliki rentangan nilai antara 4,40 sampai 5,58. Hasil pengukuran daya sebar menunjukkan bahwa semua formulasi sediaan krim tabir surya memilki daya sebar yang baik. Hal ini dapat dilihat pada saat pengujian dimana krim tersebar merata pada permukaan kaca membentuk lingkaran yang utuh tanpa celah.

Tabel 5. Daya sebar sediaan krim tabir surya

Formulasi Daya sebar(cm)

F1 5,88F3 5,25F5 4,55F7 4,48Kontrol 4,80F1VCO 5,55F3VCO 5,65F5VCO 4,95F7VCO 5,15KontrolVCO 4,40

Daya sebar yang baik pada sediaan krim tabir surya memberikan pelepasan bahan obat bagian tubuh yang dioleskan (Voight, 1994). Menurut Rajalakshmi (2009) daya sebar yang baik antara 5,4 – 6,4. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa formulasi F1, F1 VCO, F3VCO termasuk memiliki daya sebar yang baik dibandingkan dengan formulasi K, KVCO,

F3,F5,F7, F5VCO, dan F7VCO.

5.7. Uji organoleptik sediaan krim tabir surya

Formulasi sediaan tabir diproduksi dilakukan pengujian organoleptic terhadap warna, bentuk, baud an tekstur. Pengujian ini dilakukan untuk mengtahui sejauh mana tingkat penerimaan konsumen terhadap sediaan tabir surya yang ditambahkan ekstrak fenolik tongkol jagung sebesar 0. 1, 3, 5, dan 7% serta penambahan 1,3,5 dan 7% VCO . Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai rata-rata warna formulasi yang paling banyak disukai panelis diperoleh pada formulasi sediaan krim K dan KVCO Yang berwarna putih dengan nilai rata-rata 4,40 dan

Page 6: Laporan akhir.docx

4,33 atau berada pada kategori suka yang diikuti oleh formulasi sediaan krim F1, F3, F5, F1VCO, F3VCO, F5VCO dan F7VCO atau berada antara suka dan biasa sedangkan formulasi F7 berada antara biasa dan tidak suka. Ini berarti bahwa penambahan ekstrak tongkol jagung dan VCO tidak memberi dampak terhadap angka kesukaan yang diberikan panelis. Selain itu, dalam penelitian ini tidak memberikan pewarna alami dari eksktrak fenolik tongkol jagung sehingga diperkirakan panelis lebih menyukai tanpa adanya penambahan pewarna.

Tabel 6. Hasil uji organoleptik sediaan krim tabir surya

Formulasirata-rata Tingkat Kesukaan Panelis

Warba Bentuk Bau TeksturK 4,40 4,40 2,80 4,75F1 3,40 3,20 2,40 2,75F3 3,80 2,80 2,60 3,00F5 2,80 4,00 3,00 4,00F7 2,80 3,80 2,80 4,00

KVCO 4,33 4,00 3,00 3,83F1VCO 3,33 3,67 3,17 3,50F3VCO 3,17 3,00 2,83 2,83F5VCO 3,33 3,17 3,00 3,17F7VCO 3,17 3,00 3,17 3,00

Hasil pengujian organoleptic sediaan krim tabir surya yang diamati dari segi bentuk. Hasik pengamatan semua formulasi sediaan krim tabir surya berbentuk setengah padat, hal sesuai dengan defenisi krim yang merupakan sedian setengah padat. Hasil analisis uji organoleptic terhadap bentuk dapat dilihat pada table 6. Berdasarkan table 6 diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap bentuk krim tabir surya yang tertinggi diproleh ada formulasi K dengan nilai rata-rata 4,40 atau berada pada kategori cenderung suka diikuti formulasi F5, KVCO, F7, F1VCO, F7, F1VCO, F1, F3VCO dan F7VCO yang berada pada kategori suka dan biasa sedangkan F3 termasuk antara biasa dan tidak suka.

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap bau sediaan krim tabir surya yang tertinggi diproleh pada formulasi F7VCO, F5, KVCO, F1VCO dan F5VCO termasuk kategori suka dengan nilai rata-rata 3 sedangkan formulasi K, F1, F3, F7, F3VCO

dan F5 termasuk antara biasa dan tidak disukai. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata bau sedian krim 50% paling banyak disukai panelis dan 50% antara biasa dan tak disukai. Sediaan krim tabir surya yang diproduksi ini tidak diberi bahan tambahan pewangi yang menyebabkan respon panelis terhadap bau basis krim sehingga bisa bervariasi dalam penilaian antara suka dengan tidak suka.

Page 7: Laporan akhir.docx

Hasiil analisis uji organoleptic terhadap tekstur dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa angka kesukaan terhadap tekstur bervariasi, formulasi sediaan krim K, F5,dan F7 termasuk kategori yang berada pada level suka sedangka F3, KVCO, F1VCO, F5VCO dan F7VCO berada antara suka dan biasa. Sediaan krim dengan formulasi F1 dan F3VCO termasuk kategori antara biasa dan tidak suka. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya ekstrak yang ditambahkan mempengaruhi tekstur sediaan krim sedangkan K juga menurun karena formulasi pembuatannya yang tidak tepat, diduga karena jumlah air yang berlebihan sehingga mempengaruhi tekstur krim.