LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,...

83
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 i KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan wujud pertanggungjawaban capaian kinerja atas komitmen pelaksanaan tugas yang telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) 2016, dalam melaksanakan tugas secara efektif, transparan, akuntabel yang berorientasi pada hasil (outcome), berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) yang telah ditetapkan. Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan yang berharga bagi seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya pada Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam rangka membangun kinerja yang lebih baik. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Transcript of LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,...

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2016.

Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian merupakan wujud pertanggungjawaban capaian kinerja atas komitmen

pelaksanaan tugas yang telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) 2016,

dalam melaksanakan tugas secara efektif, transparan, akuntabel yang berorientasi pada hasil

(outcome), berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) yang telah

ditetapkan.

Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan yang berharga

bagi seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

khususnya pada Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing Koperasi dan UKM dalam rangka membangun kinerja yang lebih baik. Kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan

laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

ii

DAFTAR ISI

1 KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULAN ...................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

1.2 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ........................................................................................... 1

1.3 Aspek Strategis .............................................................................................................................. 3

1.4 Isu Strategis ................................................................................................................................... 3

BAB II PERENCANAAN KINERJA ..................................................................................................................... 5

2.1 Rencana Strategi 2015 -2019 ........................................................................................................ 5

2.2 Rencana Kerja 2015 ...................................................................................................................... 7

2.3 Perjanjian Kinerja ........................................................................................................................ 10

2.4 Pengukuran Kinerja ..................................................................................................................... 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................................................. 12

3.1 Capaian Kinerja Organisasi .......................................................................................................... 12

3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Organisasi ............................................................................. 12

3.1.2 Evaluasi Capaian Kinerja Organisasi .................................................................................... 47

3.2 Realisasi Anggaran ...................................................................................................................... 52

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................... 56

Lampiran ..................................................................................................................................................... 58

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM

pada tahun 2016 memiliki program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

dengan sasaran strategis yaitu : (1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (2) Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

Untuk mendukung terwujudnya implementasi Sasaran Program kerja tersebut telah

ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari : (1) Persentase perumusan rancangan

peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM

dan Ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan, (2) Persentase kebijakan bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan

Ekonomi Kreatif nasional yang terimplementasikan.

Dalam rangka mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, telah dilakukan kegiatan koordinasi, monitoring, evaluasi dan

pelaporan yang mencakup lima kegiatan, yaitu Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pengembangan

Kewirausahaan, Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UKM, Peningkatan Daya Saing Ekonomi

Kawasan, dan Ketenagakerjaan.

Berdasarkan evaluasi analisis capaian kinerja 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, dapat memenuhi target sesuai yang direncanakan dengan baik,

sebagaimana tercermin dalam tabel Pengukuran Kinerja di bawah ini:

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

iv

Tabel Pengukuran Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

2016

Realisasi

2016 Kinerja

(1) (2) (3) (4) (5)

Terwujudnya koordinasi

dan sinkronisasi perumusan

kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

Saing Koperasi dan UKM

1 Persentase perumusan

rancangan peraturan di bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing Koperasi dan

UKM, serta SDM dan

Ketenagakerjaan ekonomi kreatif

nasional yang diselesaikan

85%

85% 100%

Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan

Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

Saing Koperasi dan UKM,

2 Persentase kebijakan bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing Koperasi dan

UKM, serta SDM dan

Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif

nasional yang

terimplementasikan

85% 85% 100%

Adapun realisasi anggaran yaitu sebesar Rp.7.334.532.433,- (setelah self blocking)dari pagu anggaran

total sebesar Rp. 7.486.000.000,- atau sebesar 97.98%.

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

1

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi

dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta

pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah,

(Permenko Nomor 5 Tahun 2015). Sejalan dengan ditetapkannya paket-paket kebijakan di

bidang perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing Koperasi dan UKM, telah berkomitmen untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang telah ditetapkan dalam Perjanjian

Kinerja tahun 2016.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan organisasi, sekaligus untuk meningkatkan

kinerja pelaksanaan tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian di bidang perekonomian,

telah ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagai

pengganti Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya.

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing Koperasi dan UKM Tahun 2016 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas dan fungsi terhadap capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2016 termasuk

kinerja deputi terkait Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi yang

dilaksanakan sebelum diterbitkannya Permenko Nomor 5 Tahun 2015. Keberhasilan

pelaksanaan capaian kinerja tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak

dalam melaksanakan kegiatan sinkronisasi dan koordinasi, serta pengendalian atas

pelaksanaan progam dan kegiatan bersama Kementerian/Lembaga terkait.

1.2 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenko Nomor 5

Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing

Koperasi dan UKM , mempunyai tugas :

1. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing Koperasi dan UKM.

2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

Pada saat akhir Tahun 2015, Deputi IV memiliki nomenklatur Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : PER-

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

2

5/M.EKON/10/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, dengan tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan

Usaha Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi

perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan, kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi kreatif,

kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah.

2. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing Koperasi dan Usaha Menengah menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,

dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

c. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan wirausaha

baru berbasis teknologi.

d. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan industri

kreatif.

e. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan tenaga kerja

dengan keahlian tertentu dan pemberdayaan buruh.

f. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dalam menjalankan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dibantu oleh :

1. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif

2. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

3. Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan

4. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

5. Asisten Deputi Ketenagakerjaan

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian,

struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif dan Daya Saing Koperasi dan

UKM adalah sebagai berikut :

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

3

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing

KUKM

1.3 Aspek Strategis

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

memiliki peran strategis dalam mencapai visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Tahun 2019 yaitu Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,

melalui koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan serta pengendalian kebijakan terkait

ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM. Dengan peran tersebut diharapkan

dapat mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah tercantum dalam

RPJMN 2015 – 2019, sebagai berikut:

Sementara itu, sasaran strategis dari Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM yaitu :

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan

Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

1.4 Isu Strategis

Isu strategis yang harus diselesaikan sebagai wujud kinerja Tahun 2016 oleh Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, antara lain:

1. Pengembangan Ekonomi Kreatif

a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif,

b. Penyusunan skema pembiayaan yang sesuai bagi industri kreatif,

c. Peningkatan daya saing industri kreatif unggulan dan prioritas,

d. Pengembangan SKKNI dan LSP Sektor Ekonomi Kreatif.

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

4

2. Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

a. Pengembangan Kota Kreatif Nasional yang Berkelanjutan,

b. Optimalisasi pengembangan Scince Techno Park,

c. Pengembangan Ekonomi Digital (Peta Jalan e-Commerce)– Penugasan Tambahan

3. Pengembangan Kewirausahaan:

a. Draft Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengembangan Kewirausahaan

Nasional,

b. RUU Kewirausahaan Nasional,

c. Pemetaan Profil Inkubator Wirausaha,

d. Data Wirausaha Baru Wilayah Jawa dan Bali.

4. Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

a. RUU Perkoperasian

b. Evaluasi Perpres 98/2014 tentang Perizinan Usaha Mikro Kecil (IUMK)

c. Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat

d. Pengembangan Sentra IKM/UKM

e. Agregator dan Konsolidator Ekspor Produk UKM

f. Evaluasi Perizinan Pada Kementerian Koperasi dan UKM

5. Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

a. Pendanaan Bisnis Tech Start-up

6. Ketenagakerjaan :

a. Pendidikan dan Pelatihan Vokasi

b. Turunan PP No 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

c. Cost Structure

d. IMTA dan KITAS

e. RUU Perlindungan Migran

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

5

2 BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategi 2015 -2019

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi serta

pengendalian kebijakan di Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan

Daya Saing Koperasi dan UKM, perlu ditetapkan visi dan misi yang akan dicapai dalam

mendukung tercapainya sasaran strategis sebagaimana yang tertera dalam Ilustrasi

Keterkaitan tugas dan fungsi antar Asisten Deputi di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM sebagai berikut :

Gambar 2.1 Ilustrasi Keterkaitan Tugas dan Fungsi Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM

Pada gambar tersebut terlihat keterkaitan antara program dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh seluruh unit eselon II di Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM . Keterkaitan tersebut menunjukan adanya

kolaborasi dan kerjasama di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan

Daya Saing Koperasi dan UKM internal.

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

6

Selain kolaborasi dan kerjasama secara internal, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM juga dituntut untuk melakukan

koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi yang kuat dengan berbabgai Kementerian/Lembaga

terkait. Sekurang-kurangnya terdapat 10 K/L yang terkait langsung dengan isu yang

dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing Koperasi dan UKM yaitu: Kementerian Perindustrian, Kemristek Dikti, Kementerian

Pertanian, KKP, Kementerian Koperasi dan UKM, Kemnaker, Badan Ekonomi Kreatif, LIPI, dan

BPPT. Namun selain berkoordinasi dengan K/L yang memiliki keterkaitan langsung, Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM juga

berkoordinasi dengan K/L lain yang memiliki keterkaitan tidak langsung yaitu dalam konteks

pengembangan ekosistem ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM,

serta ketenagakerjaan, misalnya Kementerian PU dan Kementerian Perhubungan dalam

rangka peningkatan konektivitas.

1. Visi

Dalam upaya pencapaian sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing

KUKM telah menetapkan visi sebagai berikut:

Visi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM:

“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan pembangunan di

bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi;

kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan

berkelanjutan”.

Visi ini menunjukkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,

dan Daya Saing Koperasi dan UKM, mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi,

sinkronisasi dan pengendalian kebijakan terhadap kementerian terkait untuk melaksanakan

program dan kegiatan di bidang perekonomian, sehingga menjadikan perekonomian nasional

yang tangguh dalam menghadapi era globalisasi.

2. Misi

Untuk mewujudkan Visi tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai

dengan tugas dan fungsi, adapun Misi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing UKM adalah :

“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan,

serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan

Berbasis KIT, Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM, dan Ketenagakerjaan”

Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan tantangan dan hambatan di bidang

ekonomi, dan perkembangan perekonomian di dalam negeri maupun internasional dalam

kondisi era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan masyarakat akan

akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab.

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

7

3. Tujuan

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi tersebut, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, menetapkan tujuan yang

akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, yaitu :

“Terwujudnya peningkatan daya saing nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN melalui peningkatan kontribusi ekonomi kreatif, kewirausahaan, serta

KUMKM, yang didukung oleh upaya penciptaan tenaga kerja terampil dan kreatif

serta pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi dan teknologi”

4. Sasaran Program

Dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM Tahun 2015 – 2019, tujuan dalam 5 (lima) tahun di atas dijabarkan ke dalam

2 (dua) sasaran strategis, yaitu:

a. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah, dan Ketenagakerjaan

b. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis

KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan

Ketenagakerjaan.

2.2 Rencana Kerja 2016

Sebagai penjabaran dari Renstra 2015-2019, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM telah menetapkan Rencana Kerja Tahun

2016, sebagai berikut :

Tabel 2.1

Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Prioritas (N/B/

KL)

Target/ Volume

2016

Alokasi 2016 (Juta)

Program Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

5226 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif

2.300,0

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif

KL 85% 1.100,0

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

8

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Prioritas (N/B/

KL)

Target/ Volume

2016

Alokasi 2016 (Juta)

2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif

2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif

KL 85% 800,0

3. Terwujudnya Efektifitas Pelaksanaan Program dan Tata Kelola administrasi pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM yang optimal

3. Jumlah pelayanan dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

KL 12 400,0

5228 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

2.000

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

KL 85% 1.200

2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

2. Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

KL 85% 800

5227 Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

2.000

01 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

KL 85% 1.200

02. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

2. Persentase (%)pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan

KL 85% 800

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

9

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Prioritas (N/B/

KL)

Target/ Volume

2016

Alokasi 2016 (Juta)

kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan

2505 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya saing Koperasi dan UMKM

2.000

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

1. Persentase rekomendasi koordinasi dan sinkronosasi kebijakan Pengembangan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang diselesaikan

KL 85% 1.200

1. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2. Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

KL 85% 800

2496 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

1.500

01 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

1. Persentase (%) rekomendasi hasil koordinasi, dan sinkronisasi kebijakan pengembangan UKM berbasis teknologi yang ditindaklanjuti

KL 85% 1.000

02Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

2. Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

KL 85% 500

5229 Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan

2.000

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Ketenagakerjaan

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Ketenagakerjaan

KL 85% 1.200

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

10

Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Prioritas (N/B/

KL)

Target/ Volume

2016

Alokasi 2016 (Juta)

2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Ketenagakerjaan

2. Persentase (%)pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Ketenagakerjaan

KL 800

2.3 Perjanjian Kinerja

Dalam rangka mendukung Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2016, maka Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

Tahun 2016

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target

2015

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi perumusan kebijakan

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah

Persentase perumusan rancangan

peraturan di bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM,

serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang diselesaikan

85%

(11

rekomendasi)

Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan dan Daya

Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah

Persentase kebijakan bidang Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing

KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan

ekonomi kreatif nasional yang

terimplementasikan

85% (11

rekomendasi)

IKU yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM berkontribusi pada pencapaian Sasaran Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu :

1. IKU 1: Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang diselesaikan, dan

2. IKU 2 : Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing

KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

11

terimplementasikanberkontribusi pada SS 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan

perekonomian.

2.4 Pengukuran Kinerja

Penilaian hasil Laporan Kinerja Akhir Tahun Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM tahun anggaran 2016 dilakukan sesuai panduan untuk

menjaga konsistensi pengukuran kinerja. Cara perhitungan capaian kinerja untuk setiap

indikator kinerja dari sasaran strategis dilakukan dengan cara membandingkan antara target

pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2016

dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui

penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan

membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akandiketahui nilai NKO. Formula

penghitungan NKO adalah sebagai berikut :

NKO = Realisasi

× 100% Target

Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan warna, pemberian warna sesuai nilai NKO,

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi

Hijau Kuning Merah

X ≥ 100

(memenuhi ekspektasi)

80 ≤ X < 100

(belum memenuhi ekspektasi)

X < 80%

(tidak memenuhi ekspektasi)

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

12

3 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dan dalam rangka mendukung

keberhasilan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka sasaran

program yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : (1). Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi

dan UKM, (2). Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.

Untuk mencapai sasaran program tersebut, telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama

(IKU) yang terdiri dari : (1) Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan

ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan (2) Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan Ekonomi

Kreatif nasional yang terimplementasikan.

3.1 Capaian Kinerja Organisasi

3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja dihitung berdasarkan capaian realisasi target Indikator

Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya

Saing Koperasi dan UKM, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian

Kinerja Tahun 2016, sebagai berikut :

Tabel 3.1

Capaian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi

dan UKM Tahun 2016

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target

2016

Realisasi

2016

Kinerja

(%)

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi perumusan

kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

Saing Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah

Persentase perumusan

rancangan peraturan di bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing KUKM, serta

SDM dan ketenagakerjaan

ekonomi kreatif nasional yang

diselesaikan

85% 85% 100%

Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan

Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

Persentase kebijakan bidang

Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing

KUKM, serta SDM dan

85% 85% 100%

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

13

Saing Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah

ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang

terimplementasikan

Terhadap hasil capaian target kinerja tahun 2016 tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1.1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Target capaian IKU ’Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang diselesaikan’ yaitu sebesar 85%. Target perumusan rancangan

peraturan tersebut dicapai melalui adanya tindak lanjut atau penyelesaian terhadap 50%

rekomendasi kebijakan yang telah disusun oleh Deputi (11 rekomendasi).

Berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2016, rekomendasi kebijakan

yang diusulkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing KUKM dan ditindaklanjuti yaitu sebanyak 11 rekomendasi kebijakan atau sebesar 100%.

Adapun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2016, sebagai berikut :

1. Rekomendasi Kebijakan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif

Pengembangan ekonomi kreatif merupakan agenda prioritas pembangunan nasional

yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 (Nawa Cita).Di dalam RPJMN 2015-2019 telah

dirumuskan arahan kebijakan, strategi, dan target pengembangan ekonomi kreatif jangka

menengah sampai dengan tahun 2019.Pemerintah juga membentuk Badan Ekonomi Kreatif

melalui Perpres 72/2015, yang bertugas untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan dan fasilitasi pengembangan ekonomi kreatif.Namun demikian, kebijakan tersebut

dirasakan belum memadai dalam memberikan konsepsi dan panduan pengembangan

ekonomi kreatif secara berkesimabungan dalam jangka panjang bagi stakeholder terkait

setelah berakhirnya Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Sehingga sejak tahun 2015 Kemenko Bidang Perekonomian telah memulai upaya penyusunan

payung hukum Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Di lain sisi, saat ini tengah bergulir penyusunan RUU Ekonomi Kreatif yang diinisiasi

oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan telah masuk ke dalam Prolegnas (peringkat 40),

yang diharapkan dapat menjadi solusi. Namun dinamika yang ada mengindikasikan bahwa

penyusunan RUU tersebut akan memakan proses dan waktu yang panjang, sementara

kebutuhan akselerasi pengembangan ekonomi kreatif sebagai prioritas Pemerintah cukup

mendesak. Oleh karena itu, FGD yang dilaksanakan di kantor Setkab pada tanggal 24 Maret

2016 menyarankan perlu didorong alternatif payung kebijakan lain berupa Perpres. Perpres

dinilai tepat untuk memberikan pengaturan mengenai konsepsi, arah kebijakan, strategi, dan

rencana aksi dalam pengembangan ekonomi kreatif.Selain itu cakupan ruang lingkup Perpres

bersifat nasional dan antar lintas kementerian/LPNK/badan pemerintah.

Merespon kondisi tersebut, Kemenko Perekonomian berinisiatif menyusun suatu

rekomendasi mengenai kebijakan pengembangan ekonomi kreatif jangka panjang, yang

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

14

diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait, khususnya Badan Ekonomi

Kreatif, dalam proses penyusunan berbagai rancangan kebijakan yang tengah disusun.

Rekomendasi kebijakan ini memuat beberapa hal yaitu: (1) tinjauan isu-isu yang perlu

memperoleh perhatian dalam penyusunan kebijakan ekonomi kreatif dalam jangka panjang,

(2) Rekomendasi solusi; serta (3) Usulan rumusan kebijakan.Hasil rekomendasi mengenai

kebijakan pengembangan ekonomi kreatif jangka panjang tersebut telah disampaikan pada

tanggal 16 September 2016, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM menyampaikan rancangan Rindekraf tersebut kepada Sestama Bekraf

melalui Surat Nomor S-72/D.IV.M.EKON/09/2016.

Kemudian, sebagai tindak lanjut rekomendasi kebijakan tersebut telah dibahas

bersama oleh jajaran Eselon I Bekraf yang menghasilkan rancangan Rencana Induk

Pengembangan Ekonomi Kreatif 2017-2025.

Rancangan Rindekraf 2017-2025 secara keseluruhan memuat 5 Bab, 14 pasal, dan

Lampiran mengenai Arah Kebijakan dan Strategi Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif

Nasional 2017-2025. Adapun muatan rencana induk pengembangan ekonomi kreatif 2017 –

2025, sebagai berikut:

Muatan Rancangan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif

2017-2025

BAB NAMA BAB SUBSTANSI

Bab I KETENTUAN UMUM Definisi, Ruang Lingkup Rindekraf, Prinsip Pengembangan Ekraf

Bab II PENGEMBANGAN

EKONOMI KREATIF

NASIONAL

Visi, Misi, Tujuan, Ruang Lingkup Pengembangan Ekraf, Jangka

Waktu, Tahapan, Sasaran

Bab III MEKANISME

IMPLEMENTASI

RENCANA INDUK

Keterpaduan antar pemangku kepentingan, mekanisme

penjabaran ke dalam dokumen perencanaan di pusat dan

daerah, serta koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian

Bab IV PEMBIAYAAN Sumber pembiayaan, Standar biaya Khusus Ekraf

Bab V KETENTUAN PENUTUP Mencabut Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009,

pemberlakuan Pepres

LAMPIRAN Matriks Arah Kebijakan dan Strategi Rencana Induk

Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2017-2025

Visi pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional yang dirumuskan dalam Rindekraf 2017-

2025 adalah: “Ekonomi Kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional”.

Sebagai penjabaran visi tersebut, dirumuskan 2 (dua) misi yaitu: (1) pemberdayaan

kreativitas sumber daya manusia; dan (b) ngkan pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif yang

berdaya saing. Pelaksanaannya dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama (periode

2017-2019), bertujuan untuk “memantapkan pengembangan Ekonomi Kreatif dengan

menekankan pada akselerasi penciptaan ekosistem penumbuhkembangan kreativitas dan

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

15

Usaha Ekonomi Kreatif”, sedangkan tahap kedua (periode 2020-2025), bertujuan untuk

“mengarusutamakan kreativitas dalam mewujudkan daya saing di berbagai sektor

pembangunan melalui pemanfaatan Pelaku Ekonomi Kreatif dan Usaha Ekonomi Kreatif”.

Sebagai tindak lanjut, perlu segera diusulkan izin prakarsa Perpres Rencana Induk

Pengembangan Ekonomi Kreatif kepada Presiden oleh Bekraf yang dilakukan secara paralel

dengan pembahasan substansi yang melibatkan lintas K/L dan para ahli.

2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Unggulan dan Prioritas

Pemerintah saat ini tengah mendorong pengembangan berbagai industri kreatif

terutama industri kreatif unggulan dan industri kreatif prioritas. Industri kreatif unggulan

yaitu industri kreatif yang memiliki kontribusi tinggi terhadap PDB Ekraf, meliputi: fashion,

kriya, dan kuliner, sedangkan industri kreatif prioritas yaitu industri kreatif yang memiliki

pertumbuhan PDB yang tinggi atau dampak pengganda yang besar, meliputi: film, animasi,

dan video, aplikasi, dan musik.

Pengembangan industri-industri kreatif tersebut tentunya memerlukan pendekatan

yang berbeda sesuai dengan karakteristik dan permasalahan masing-masing serta

memerlukan koordinasi dan sinkronisasi lintas K/L. Pada tahun 2016, Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM telah melakukan kegiatan

koordinasi dan sinkronsisasi kebijakan pengembangan industri kreatif unggulan dan prioritas

yang meliputi industri animasi, fashion, film, dan kriya. Adapun rekomendasi yang dihasilkan

sebagai berikut:

a. Film:

Gerakan 1000

Gerakan 1000 adalah pilot project untuk mendorong kreativitas anak muda di

Kabupaten Kepulauan Seribu melalui pembuatan karya film, pengembangan pariwisata, dan

kewirausahaan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Seribu. Aktivitas yang akan dilaksanakan

yaitu: (1) Pembuatan film layar lebar “Elang”, yang akan melibatkan masyarakat Kabupaten

Kepulauan Seribu, dalam proses produksi; (2) Pengembangan ekonomi lokal melalui berbagai

aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat

Pengembangan Industri Film Nasional

Sub sektor Film sebagai salah satu sub sektor prioritas dalam pengembangan ekonomi

kreatif yang telah dideklarasikan oleh Badan Ekonomi Kreatif. Walaupun sub sektor ini

memiliki kontribusi terhadap PDB yang masih rendah yaitu sebesar 1,35% terhadap PDB

Ekonomi Kreatif pada tahun 2014, namun memiliki nilai pertumbuhan yang tinggi dan peluang

besar di pasar global. Film berpotensi dikembangkan sebagai “lokomotif” pengembangan

produk kreatif lainnya dan mendorong pariwisata daerah.Sebagai contoh Film Laskar Pelangi

yang mendorong berkembangnya pariwisata Belitung atau Film 5cm yang mendorong

berkembangnya pariwisata Semeru.

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

16

Film berperan strategis sebagai media komunikasi dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, mengembangkan potensi diri, pembinaan pribadi bangsa, pelestarian

kebudayaan bangsa, serta wahana promosi citra bangsa Indonesia di dunia internasional.

Dalam rangka pengembangan industri perfilman, telah terdapat beberapa kebijakan

yaitu UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, dan revisi Daftar Negatif Investasi bidang

usaha Perfilman. Tiga (3) bidang yang diatur dalam revisi DNI Bidang Perfilman antara lain: i)

Pembuatan Film dan Jasa Teknik Film; ii) Peredaran Film; dan iii) Pertunjukan Film.

Penanaman modal asing sebesar di bidang perfilman bertujuan meningkatkan daya saing

industri perfilman nasional.Akan tetapi, kedua kebijakan tersebut dirasa masih belum dapat

secara optimal mengembangkan industri perfilman dalam negeri. Saat ini, industri perfilman

dalam negeri masih kalah bersaing dengan film-film asing.

Berdasarkan hasil rapat koordinasi pembahasan pengembangan industri perfilman,

terdapat rekomendasi sebagai berikut: i) Perlu adanya percepatan penetapan Permendikbud

tentang tata edar, pengarsipan, perizinan, dan perlindungan insan film oleh Pusbang Film

Kemdikbud; ii) Pembedaan besaran pajak tontonan dengan pajak hiburan oleh Pemda dimana

diusulkan besaran pajak tontonan sebesar maksimal 10%; iii) Skema kredit pinjaman dengan

bunga rendah; iv) Insentif fiskal bagi industri film dalam negeri; dan v) Review tentang NSPK

Perizinan Perfilman oleh Pusbang Film dan BKPM.

Terkait rekomendasi tersebut, telah disampaikan : Surat dari Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM kepada Pusbangfilm Kemendikbud,

Nomor. S-24/D.IV.M.EKON.1/10/2016 mengenai perlunya pengusulan kepada Kementerian

Dalam Negeri c.q. Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah III untuk menerbitkan

Surat Edaran kepada pemerintah daerah agar menetapkan pajak tontonan maksimal 10%.

Selain itu, untuk membahas kemungkinan pemberian insentif fiskal bagi industri film dalam

negeri, telah dilaksanakan serangkaian rapat koordinasi dengan asosiasi, BKF, Bekraf, dan

Pusbangfilm untuk membahas kebijakan insentif fiskal bagi industri perfilman. Bekraf telah

membentuk tim kecil untuk mengkaji kebijakan insentif fiskal industri perfilman.

b. Animasi:

Dalam pengembangan industri animasi perlu adanya kuota aimasi di TV

nasional.Televisi masih menjadi peluang terbesar untuk penyampaian informasi 86,7%. Akan

tetapi, televisi Indonesia belum memberikan kesempatan yang banyak kepada penayangan

animasi lokal.Animasi lokal dapat tergantikan dengan mudah oleh animasi luar yang harganya

lebih murah. Televisi lebih memilih tayangan lain yang lebih murah. Televisi lokal seringkali

membeli putus animasi namun tidak mengembangkan IP animasi hanya menyiarkan tayangan

animasi sehingga promosi animasi dari merchandise tidak berjalan.

Kemenko Bidang Perekonomian menginisiasi kemungkinan kerjasama yang lebih luas

antara industri animasi lokal dan TV nasional.Terkait hal tersebut, telah dilakukan rapat

koordinasi untuk membahas hal tersebut dan dilakukan rapat fasilitasi business matching

antara asosiasi industri animasi dengan TVRI dan TV Swasta.Dari kedua rapat tersebut telah

ditindaklanjuti dengan adanya pembahasan B to B dan dengan pihak televisi dan terdapat

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

17

rencana kerjasama AINAKI dengan Kominfo untuk mengadakan kegiatan panggung animasi

nusantara.

c. Fashion:

IFW adalah ajang pertunjukan dan pameran mode tahunan terbesar di Indonesia yang

telah diselenggarakan sejak tahun 2012. IFW 2017 akan mengangkat tema “Selebrasi Budaya”

(Celebrations of Cultures) dan mengambil inspirasi dari Program Pengembangan 10 Destinasi

Wisata Unggulan Nasional di 10 Provinsi, antara lain Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung

Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika, Labuan Bajo,

Wakatobi, dan Morotai. IFW 2017 tidak hanya akan menampilkan fesyen, tapi juga hasil

kerajinan dan kesenian daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mendorong Pemerintah Provinsi dapat ikut

berpartisipasi dan memanfaatkan IFW 2017 sebagai ajang untuk mempromosikan pariwisata

dan budaya masing-masing daerah khususnya pada destinasi wisata unggulan.

d. Kriya:

Cirebon merupakan daerah yang kaya akan seni dan budaya serta memiliki potensi

yang besar untuk dikembangkan industri kreatifnya. Sejak abad ke-14 telah berdiri kesultanan

Cirebon, sehingga Cirebon memiliki warisan seni dan budaya yang beranekaragam.Beberapa

produk kreatif Cirebon yang berasal dari seni dan budaya masyarakat yaitu Batik Cirebon dan

produk kerajinan rotan.Dua produk tersebut merupakan komoditas unggulan Cirebon yang

perlu terus dikembangkan. Data ekspor Kabupaten Cirebon pada tahun 2015 didominasi oleh

mebel rotan sebanyak 35.278.535 kg dengan nilai 117.801.297,14 USD, negara tujuan Asia,

Amerika, dan Australia, kemudian tekstil sebanyak 27.134.829,77 kg dengan nilai

108.843.382,20 USD, negara tujuan Eropa, Amerika, dan Asia. Walaupun nilai perdagangan

kedua produk tersebut cukup tinggi, namun berdasarkan pemetaan awal pada industri rotan,

pengembangannya masih dihadapkan pada berbagai permasalahan dari bahan baku, SDM,

hingga pemasaran (domestik maupun ekspor).

Pengembangan industri kreatif berbasis seni dan budaya di Cirebon, khususnya produk

rotan dan batik Cirebon memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sinergis antar

Kementerian/Lembaga (K/L) dan pemerintah daerah.

3. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif

Konsep Kota Kreatif yang dikembangkan oleh Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian merupakan suatu koridor umum yang berfungsi sebagai rujukan untuk

menciptakan kesepahaman tentang Kota Kreatif di Indonesia. Sebagai tahapan awal menuju

kota yang berkelanjutan, Kota Kreatif dapat menjadi bagian dari kota tematik. Karakteristik

yang sangat membedakan Kota Kreatif dengan kota tematik lainnya adalah (1) fokus kepada

pengembangan ide dan kreativitas; (2) pendekatan bottom-up melalui eksistensi komunitas

kreatif; dan (3) dikembangkan untuk memenuhi rantai nilai kreasi-produksi-distribusi-

konsumsi-konservasi.Sebagai konsekuensi,kota tersebut perlu berjejaring dengan kota-kota

yang memiliki fungsi mata rantai lain untuk dapat membentuk satu kesatuan fungsi.

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

18

Definisi Kota Kreatif dapat dipahami sebagai Kota/Kabupaten yang mampu menggali,

memanfaatkan, menumbuhkembangkan, mengelola, dan mengkonservasi kreativitas serta

memanfaatkan IPTEK untuk mengembangkan potensi lokal (sumber daya manusia,

kebudayaan, potensi ekonomi) sehingga dapat menjadi keunggulan dan identitas daerah

dalam mendorong peningkatan kesejahteraan dan pencapaian pembangunan yang

berkelanjutan. Berdasarkan pemahaman tersebut dirumuskan kriteria Kota/ Kabupaten

Kreatif, yaitu kota/kabupaten yang memiliki:

1. Komunitas kreatif lokal;

2. Ruang kreatif yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi (contohnya:

pusat kreatif, science/techno park, inkubator);

3. Ruang publik yang menjadi pusat aktivitas dan interaksi bagi lintas pelaku ekonomi

kreatif (pemerintah, pelaku usaha/industri, akademisi, dan komunitas/forum kreatif);

4. Potensi lokal daerah sebagai keunggulan dan identitas suatu kota/kabupaten;

5. Ekosistem yang dapat mengintegrasikan sebagian atau seluruh proses kreasi, produksi

dan distribusi/pasar. Akan diperlukan jejaring kota/kabupaten bila suatu

kota/kabupaten hanya memiliki sebagian rantai nilai sehingga terbentuk kesatuan

fungsi;

6. Sarana dan prasarana kota yang dapat mendorong kreativitas;

7. Program pembangunan Pemerintah Daerah terkait kreativitas dan inovasi;

8. Wadah kolaborasi antara akademisi, dunia usaha, komunitas kreatif, dan pemerintah.

Selain definisi dan kriteria, telah disusun pula misi pengembangan Kota Kreatif yang

secara umum disimpulkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Misi Pengembangan Kota Kreatif Indonesia

Misi Kota Kreatif Target Penguatan

Misi 1: Fasilitasi Industri Kreatif Ekosistem industri kreatif Entrepreneur industri kreatif

Misi 2: Menjawab Isu Perkotaan Menuju Kota Berkelanjutan

Solusi permasalahan perkotaan Entrepreneur digital untuk solusi permasalahan

perkotaan

Misi 3: Kantong Inovasi Inovasi Komersialisasi inovasi dan teknologi Optimalisasi STP sebagai wadah kreativitas dan inovasi

Misi 4: Pusat Pertumbuhan dan Penghela Daerah Sekitar

Potensi ekonomi lokal (PEL) Entrepreneur PEL Kemitraan/interaksi/kerjasama antar daerah

Selanjutnya, keempat misi pengembangan Kota Kreatif dapat dijabarkan berdasarkan

kerangka konsep Kota Kreatif Indonesia yang didasarkan pada tiga fondasi, yaitu modal

kreatif, ruang kreatif, dan intervensi melalui infrastruktur dan teknologi, termasuk teknologi

informasi dan komunikasi.

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

19

Tabel 2. Pilar Pengembangan Kota Kreatif Indonesia

Creative Capital Creative Space Enabler [Infrastructure/ICT]

1. Komunitas kreatif lokal

2. Potensi lokal daerah sebagai keunggulan dan identitas suatu kota/kab

3. Wadah kolaborasi antara pemerintah, komunitas kreatif, dunia usaha dan akademisi

1. Ruang kreatif yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi (contohnya: pusat kreatif, science/techno park, inkubator)

2. Ruang publik yang menjadi pusat aktivitas dan interaksi bagi lintas pelaku ekonomi kreatif (pemerintah, pelaku usaha/industri, akademisi, dan komunitas/forum kreatif)

1. Ekosistem, mengintegrasikan sebagian atau seluruh proses kreasi, produksi dan distribusi/pasar. Jejaring kota diperlukan bila suatu kota hanya memiliki sebagian rantai nilai untuk membentuk kesatuan fungsi

2. Sarana dan prasarana kota yang dapat mendorong kreativitas

3. Program pembangunan pemerintah daerah terkait kreativitas dan inovasi.

Konsep ini kemudian diturunkan ke dalam indikator rinci yang dapat menjadi tolok

ukur atau dapat memetakan kondisi dan potensi kreatif daerah, dan kemudian dapat

diidentifikasi kebutuhan dukungan dalam pengembangan Kota Kreatif.

Setiap daerah memiliki kesiapan yang berbeda-beda dalam mengembangkan Kota

Kreatif. Oleh karena itu, disusun panduan umum sebagai dasar pengembangan Kota Kreatif di

daerah. Panduan umum pada prinsipnya menggambarkan tahapan transformasi daerah

menuju Kota kreatif, pada masing-masing tahapan juga akan dijelaskan bentuk sinergi dan

dukungan/fasilitasi pemerintah dalam mengembangkan Kota Kreatif. Panduan tersebut bukan

merupakan panduan mutlak yang mengikat daerah melainkan dapat dirinci oleh setiap daerah

sesuai karakteristik dan kreativitas yang dimiliki.

Terdapat lima tahapan transformasi menuju pengembangan kota kreatif. Tahap

pertama yaitu mapping (pemetaan) yang merupakan tahapan bagi daerah untuk

menemukenali isu perkotaan (potensi maupun permasalahan) yang paling mendasar dan

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Isu perkotaan baik berupa potensi maupun

permasalahan tersebut diharapkan dapat dikembangkan secara kreatif untuk meningkatkan

nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi/sosial/budaya/ lingkungan.

Kedua yaitu strategy, yang merupakan tahapan untuk perumusan visi, arah

pengembangan, dan strategi transformasi (pencapaian) pengembangan kota kreatif daerah

berdasarkan hasil mapping isu (potensi/permasalahan) perkotaan. Strategi tersebut

diharapkan dapat menumbuhkan daya kreativitas dan inovasi masyarakat perkotaan untuk

meningkatkan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi/ sosial/budaya/lingkungan.

Ketiga yaitu development, yang merupakan tahapan untuk pembangunan dan

pengembangan kota kreatif untuk mencapai visi, arah pengembangan dan sebagai bentuk

implementasi strategi kota kreatif daerah. Tiga fondasi utama pembangunan dan

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

20

pengembangan Kota Kreatif yang harus dimiliki daerah terdiri dari creative capital, creative

space, dan enabler (infrastructure and ICT).

Keempat yaitu expose, yang merupakan kegiatan untuk eksibisi, publikasi, promosi,

dan penjualan berbagai kegiatan maupun produk pengembangan Kota Kreatif. Dengan

adanya expose diharapkan dapat teridentifikasi impact (manfaat) pengembangan Kota Kreatif

pada berbagai sektor pembangunan (ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan).

Kelima yaitu openness (keterbukaan), yang merupakan sarana untuk menginspirasi

berbagai unsur/pihak melalui sharing knowledge and technology, edukasidan sosialisasi,

berjejaring (networking), dan bekerjasama (partnering). Opennessbertujuan untuk

memperbanyak kolaborasi antar ABCG di dalam daerah dan membuka akses untuk

berkolaborasi dengan daerah lain yang sama-sama memiliki misi untuk mengembangkan

daerahnya melalui kreativitas, inovasi,danteknologi.

4. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Science and Technopark (STP) Nasional

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terlibat dan memfasilitasi kebutuhan

STP untuk menambah nilai ekonomi STP sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan daya saing Indonesia. Pembangunan STP merupakan amanat Nawacita yang

dimuat dalam RPJMN 2015-2019 yang ditargetkan untuk dibangun sebanyak 100 buah. Pada

tahun 2015 telah diluncurkan pembangunan sebanyak 60 STP, dan 40 STP sisanya akan

diluncurkan pada tahun 2016. Namun dalam penyelenggaraannya, pembangunan STP

mengalami banyak kendala sehingga dilakukan evaluasi yang menghasilkan kesimpulan

bahwa perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap jumlah target pembangunan STP. Dari 60

STP yang sudah dikembangkan pada tahun 2015, K/L pelaksana menyatakan sanggup untuk

mewujudkan 22 STP yang sesuai standar pada tahun 2019.

Pengelolaan STP diarahkan untuk menjadi lembaga profesional dan mandiri. Dalam

penyelenggaraan STP perlu disadari betul bahwa masing-masing STP memiliki kasus

pengembangan yang berbeda. Pengalokasian dana pengembangan STP seharusnya dapat

disesuaikan dengan kondisi pengembangan STP.

Pengembangan STP untuk arah hi-tech saat ini dirasa belum memungkinkan. STP lebih

difokuskan untuk penciptaan inovasi sampai dengan hilirisasi hasil inovasi, termasuk hilirisasi

untuk penciptaan wirausaha. Dari 22 STP yang dinilai sudah cukup mendekati ideal adalah STP

Cibinong (Puspitek). Sedangkan Bandung Techno Park dinilai cukup mendekati ideal dalam

hal pengembangan STP berikatan dengan industri

5. Rekomendasi Kebijakan Ekonomi Digital (Peta Jalan e-Commerce) – Penugasan

Tambahan

Pengembangan e-Commerce pada Tahun Anggaran 2017 merupakan bagian yang tidak

bisa terpisahkan dari proses tindak lanjut/implementasi pelaksanaan amanat sebagaimana

yang diatur dalam Rancangan Peraturan Presiden tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan

Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) Tahun 2016-2019, yang telah

diluncurkan terlebih dahulu melalui Paket Kebijakan Ekonomi XIV.Secara umum, berikut

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

21

beberapa poin utama latar belakang perumusan Rancangan Perpres Peta Jalan e-Commerce

dan ruang lingkup koordinasinya:

Potensi Ekonomi Digital di Indonesia sangat besar, salah satu yang utama dapat dilihat

dari sisi pelaku usaha (Start-Up dan UMKM). Studi McKinsey Global Institute (2011)

menunjukkan bahwa UMKM yang go online (menggunakan internet) berkembang dua

kali lipat lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak menggunakan fasilitas internet.

Pada kenyataannya, UMKM Indonesia yang telah memanfaatkan transaksi digital baru

sejumlah 5,1 juta unit usaha atau hanya 9 persen dari total UMKM yang ada (sumber:

Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015).

Banyak negara telah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara

luas dalam berbagai sektor, termasuk yang utama dalam pengembangan sektor-sektor

perekonomian, di antaranya melalui perdagangan berbasis elektronik (e-Commerce)

yang mampu mempercepat dan memperluas akses ke pasar global. Sebagai sebuah

rujukan resmi, nilai transaksi bisnis daring (online) di Indonesia pada tahun 2014 telah

mencapai USD 12 miliar, angka ini diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai

lebih dari USD 130 miliar pada tahun 2020 seiring dengan peningkatan pemanfaatan

media online dan marketplace oleh UMKM dan Start-Up. Dengan jumlah populasi

pengguna internet mencapai 93,4 juta orang pada tahun 2015, pertumbuhan bisnis

online Indonesia diperkirakan dapat mencapai 50 persen setiap tahun. Indonesia

sangat berpotensi untuk semakin mengembangkan e-Commerce sebagai salah satu

platform Ekonomi Digital untuk mewujudkan visi Bapak Presiden RI Joko Widodo

menjadikan Indonesia sebagai Energi/Kekuatan Digital di Asia.

Dengan memperhatikan beberapa hal di atas, dilakukan langkah-langkah koordinasi

dan sinkronisasi perumusan kebijakan untuk mengidentifikasi bentuk transformasi dan upaya

penguatan sistem perekonomian nasional pada era digital agar Indonesia dapat berakselerasi

menjadi negara emerging forces dan tidak sebatas menjadi pasar/emerging market. Sebagai

langkah awal, untuk memberikan arah dan panduan strategis dalam percepatan pelaksanaan

dan pengembangane-Commerce, Pemerintah menyusun Rancangan Peraturan Presiden

tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce)

Tahun 2016-2019.

Hal ini juga sejalan dengan arahan/amanat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

2017 pada Prioritas Bidang Pembangunan Ekonomi, yaitu Program Perdagangan Dalam

Negeri, dengan arah kebijakan “Pengembangan dan Pemantauan Skema Perdagangan

Modern” yang salah satunya meliputi perdagangan melalui sistem elektronik (e-Commerce).

Disamping prioritas bidang tersebut, beberapa pilar e-Commerce juga sejalan dengan program

prioritas nasional, diantaranya:

a. Pilar Pendanaan e-Commerce yang sejalan dengan Prioritas Nasional Pemerataan

dan Kewilayahan, dengan program prioritas pengembangan prioritas khusus kepada

usaha mikro dan kecil;

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

22

b. Pilar Pendidikan dan Sumber Daya Manusia e-Commerce yang sejalan dengan

Prioritas Nasional Pemerataan dan Kewilayahan, dengan program prioritas

pengembangan kewirausahaan;

c. Pilar Keamanan Siber e-Commerce yang sejalan dengan Prioritas Nasional Stabilitas

Keamanan dan Ketertiban, dengan program prioritas keamanan data dan informasi

(keamanan siber);

d. Pilar Infrastruktur Komunikasi e-Commerce yang sejalan dengan Prioritas Nasional

Pengembangan Konektivitas Nasional, dengan program prioritas pembangunan dan

pengembangan pita lebar dan penyiaran.

6. Penyusunan draft Norma, Standar, Prosedur dan Kriterian Pengembangan

Kewirausahaan Nasional yang akan dijadikan Peraturan Presiden

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengembangan Kewirausahaan

bertujuan untuk memberikan panduan bagi pelaksanaan program dan kegiatan

pengembangan kewirausahaan oleh berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah

Daerah, serta pemangku kepentingan lainnya. Di dalam NSPK ini dijelaskan tahapan wirausaha

hingga business process pengembangan kewirausahaan.

Proses penyusunan NSPK Kewirausahaan Nasional merupakan serangkaian kegiatan

rapat yang dimulai pada awal Januari 2016 dengan kolaborasi antara Asdep Pengembangan

Kewirausahaan, Kemenko Perekonomian dengan Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi,

Bappenas serta Kementerian/Lembaga teknis, pemerintah daerah dan dunia usaha yang

terlibat dalam pengembangan kewirausahaan.

Pada akhir tahun 2016 telah dilakukan penyusunan draft Peraturan Presiden terkait

NSPK ini, dan di awal tahun 2017 direncakan untuk diadakannya rapat koordinasi tingkat

menteri untuk membahas hal ini.

7. Rancangan Undang-Undang Kewirausahaan Nasional

Awal mula lahirnya RUU Kewirausahaan Nasional adalah atas inisiasi DPR yang diawali

dari Rapat Dengar Pendapat Badan Legistaltif dengan Pengusul RUU Kewirausahaan Nasional

berdasarkan hasil pengharmonisasian, pemantapan, dan pembulatan yang dilakukan oleh

Panja, sistematika RUU tentang Kewirausahaan Nasional mengalami perubahan yang semula

terdiri dari 11 (sebelas) BAB dan 47 (empat puluh tujuh) pasal menjadi 12 (dua belas) BAB dan

55 (lima puluh lima) pasal.

Menindaklanjuti hasil rapat di DPR terkait RUU Kewirausahaan tersebut, Presiden RI

melalui Surat Presiden kepada Ketua DPR RI Nomor: R-27/Pres/05/2016, tanggal 4 Mei 2016,

perihal: Penunjukan wakil Pemerintah utk Membahas RUU Kewirausahaan Nasional, yaitu

Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia.

Kementerian terkait yang melakukan pembahasan Daftar Inventaris Masalah (DIM)

adalah Kementerian KUKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,

Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

23

Kementerian Sosial, Kementerian Desa, PDT, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BNP2TKI,

Microsoft Indonesia, dan Badan/Lembaga Sosial.

Pemerintah telah menyusun DIM dan telah disampaikan dalam Rapat Dengar

Pendapat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. RUU Kewirausahaan Nasional ini menjadi

urutan ke-7 dari 50 RUU Prioritas Prolegnas tahun 2017. Monitoring terus dilakukan terkait

perkembangan RUU ini.

8. Rekomendasi Koordinasi Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat

Presiden Joko Widodo meluncurkan Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat,

tanggal 11 April 2016 di Terminal Agrobisnis, Desa Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa

Tengah.Kegiatan ini merupakan sinergi dan akumulasi berbagai program pemerintah dari

berbagai Kementerian/Lembaga, BUMN, serta swasta untuk membantu bangkitnya ekonomi

rakyat, terutama petani dan nelayan. Program ini bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan

dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha di pedesaan, dengan cara memberikan

kesempatan bekerja dan berusaha yang layak bagi petani, peternak, dan nelayan.

Kegiatan yang dikoordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini

diselenggarakan dengan bekerjasama dengan antara lain Kementerian Pertanian,

Kementerian ATR/BPN, Kementerian Kominfo, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian KKP, Kementerian PUPR, BI, OJK, Pemda Propinsi

Jawa Tengah, Pemda Kabupaten Brebes, BUMN-BUMN, Lembaga Keuangan Swasta dan

pengembang aplikasi, dan pemangku kepentingan lainnya.

Garis besar kegiatan yang dihadiri lebih dari 1,000 orang dan sebagian besar adalah

petani dan nelayan ini meliputi antara lain peningkatan nilai aset dengan pemberian Sertifikat

Hak Atas Tanah (SHAT); peresmian fasilitas umum seperti pembentukan Tim Percepatan

Akses Keuangan Daerah (TPAKD), dan peluncuran aplikasi android Sistem Informasi Harga dan

Produksi Komoditi (SiHaTi); meningkatkan keuangan inklusif dengan pengenalan Laku Pandai,

e-payment, Kredit Usaha Rakyat (KUR), asuransi pertanian dan pembiayaan mesin pertanian;

meningkatkan sarana produksi pertanian melakui pemberian bibit, pupuk, serta mesin-mesin

pertanian; pengenalan layanan digital untuk memasarkan produk pertanian dan nelayan;

meningkatkan distribusi barang melalui peningkatan logistik (gudang, pasar dan jasa ekspedisi

kurir), dan sarana transportasi desa, dan perizinan usaha kecil dan mikro (IUMK).

Kabupaten Brebes dipilih menjadi tempat proyek percontohan pengentasan

kemiskinan melalui Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat antara lain karena Brebes

merupakan sentra produksi bawang Indonesia, dan bawang adalah komoditi yang

berkontribusi cukup besar pada inflasi. Tetapi faktanya kesejahteraan petani bawang relatif

rendah, sebab sebagian besar keuntungan dinikmati pedagang perantara.Melalui peluncuran

program ini diharapkan kesejahteraan petani bawang dapat meningkat dan menjadi contoh

bagi pelaku usaha di daerah lainnya.

Untuk implementasi Program Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat sesuai Tugas dan

Fungsi Deputi IV, telah dilaksanakan investigasi/identifikasi lapangan yang dilaksanakan pada

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

24

tanggal 2 s.d. 3 Mei 2016 di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang meliputi program: (1) Akta

Pendirian Koperasi; (2) Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil (IUMK); (3) Kredit Usaha

kepada Koperasi dan UMKM dari LPDB; dan (4) Pemasaran Produk Unggulan UMKM.

Secara umum berdasarkan hasil identifikasi tersebut, telah dikoordinasikan dengan

Kementerian dan Lembaga terkait untuk menyelesaikan beberapa program yang belum dapat

dilaksanakan dikarenakan perlunya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah Kabupaten Brebes, namun beberapa telah dapat diselesaikan antara lain: (1) Akta

Pendirian Koperasi telah ada solusi mengenai pengembalian uang biaya notaris; (2) IUMK

akan ditingkatkan sosialisasi dan program pendampingan untuk pengajuan IUMK; (3) Telah

diberikan pinjaman oleh LPDB kepada Koperasi Serba Usaha (KSU) Bina Ummat sebesar Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); (4) Untuk pemsaran produk unggulan UMKM, Lembaga

Layanan Pemasaran KUKM/SMESCO akan menghadirkan dewan kurator untuk memilih

produk unggulan UMKM di Kabupaten Brebes.

9. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Agregator dan Konsolidator Ekspor Produk UKM

Usaha Kecil Menengah/Industri Kecil dan Menengah (UKM/IKM) dari sektor pertanian,

perkebunan, perikanan, tekstil dan garmen, furniture, industri pengolahan, serta barang seni

mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Namun, pelaku UKM/IKM berorientasi

ekspor masih menghadapi kendala dalam melakukan ekspor secara langsung, antara lain:

a. Export trading problem, yaitu terdapat tingginya resiko kegiatan ekspor, adanya

tenggang waktu/time lag dalam pembayaran, dan tingginya biaya ekspor;

b. Financing problem, yaitu terbatasnya modal yang dimiliki UKM/IKM dan rendahnya

dukungan lembaga pembiayaan dan penjaminan ekspor terhadap UKM/IKM;

c. Rumitnya proses perizinan ekspor serta ketatnya seleksi dan kualitas produk.

Pada tanggal 27 Januari 2016, pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi IX.

Kebijakan ini salah satunya dimaksudkan agar terjadi peningkatan ekspor melalui peningkatan

ekspor produk-produk UKM/IKM dengan cara melakukan diversifikasi produk dan pasar

ekspor. Untuk merealisasikannya perlu dilakukan pembenahan di sektor logistik, dari desa ke

pasar dalam negeri dan pasar global. Sektor logistik perlu dibenahi demi meningkatkan

efisiensi dan daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desa-kota.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Trading-Logistic untuk mendorong ekspor produk UKM/IKM. Sinergi ini merupakan inovasi

bisnis yang strategis, untuk mendorong produk UKM/IKM di dalam negeri maupun ke luar

negeri dengan memberikan layanan perdagangan yang efektif, memenuhi standar kualitas,

serta layanan logistik end to end yang mendorong availability dan efficiency.

Tujuan pembentukan agregator dan konsolidator adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan sistem informasi dan data terintegrasi, memperluas pasar ekspor yang

potensial, yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa khususnya para

pelaku UKM/IKM;

b. Memfasilitasi seluruh sektor perdagangan, berskala mikro dan makro yang

teridentifikasi serta berstandar global; dan

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

25

c. Memiliki integritas struktur teknologi yang handal, aman, mudah digunakan dan

diakses oleh pemangku kepentingan baik nasional maupun global.

Pada tanggal 27 Januari 2016, telah ditandatangani Komitmen Bersama oleh 5 (lima)

BUMN Logistic dan Trading antara lain PT Sarinah, PT Mega Eltra, PT Pos Indonesia, PT

Bhanda Ghara Reksa (BGR), dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), yang isinya

antara lain:

a. Tahap pertama adalah pembentukan task force & executive committee, dengan

target antara lain: (i) Memperoleh data ekspor produk UKM/IKM dan produk khas

Indonesia, oleh PT BGR dan PT PPI; (ii) Memperoleh data pasar atas produk

UKM/IKM dan produk khas Indonesia di negara tujuan ekspor (atase perdagangan),

oleh PT Sarinah dan PT PPI; (iii) Mencari produsen UKM/IKM ekspor yang

mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhan pasar di negara tujuan ekspor, oleh

PT Pos Indonesia; (iv) Kerjasama dengan badan standarisasi untuk sertifikasi produk

sesuai dengan kebutuhan pasar tujuan ekspor, oleh PT Mega Eltra dan PT PPI; (v)

Membuat peta biaya supply chain dari masing-masing asal produk sampai ke negara

tujuan pembeli , oleh PT Pos Indonesia, PT BGR, PT PPI, dan PT Sarinah; (vi)

Menetapkan target penurunan biaya dan waktu tempuh supply chain, oleh

konsorsium; (vii) Membuat model infrastruktur agregator dan konsolidator ekspor,

oleh konsorsium; dan (viii) Review regulasi yang menjadi potensi bottle neck, oleh PT

BGR dan PT Pos Indonesia.

b. Tahap kedua adalah penentuan format sinergi berdasarkan peta pada tahap 1 (satu);

pembentukan infrastruktur agregator dan konsolidator ekspor; serta pengembangan

model e-commerce khusus UKM/IKM.

c. Tahap ketiga adalah eksekusi.

Dalam rangka memaksimalkan implementasi pelaksanaan agregator dan konsolidator

ekspor produk UKM/IKM, telah disusun konsep skema sinergi BUMNAgregator dan

Konsolidator Ekspor Produk UKM/IKMdengan institusi terkait yang memiliki peran masing-

masing sebagai berikut:

Gambar .Konsep Skema Agregator dan Konsolidator Ekspor Produk UKM/IKM

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

26

Dalam rangka mempercepat implementasi kerja tim agregator – konsolidator ekspor

produk UKM/IKM, maka perlu untuk menentukan komoditi dan lokasi pilot project. Kriteria

komoditas dan lokasi yang akan dijadikan pilot project adalah: (i) secara makro, antara lain:

mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi; penyerapan tenaga kerja; meningkatkan

ekspor; dan (ii) secara mikro antara lain: ketersediaan bahan baku dan energi; mempunyai

keterkaitan dari hulu sampai hilir; mendorong pasar domestik; meningkatkan nilai tambah,

produktivitas dan kreatifitas.

Berdasarkan hasil rapat pada tanggal 23 November 2016, terdapat beberapa usulan

dari BUMN terkait dengan komoditi dan lokasi untuk dijadikan pilot project. Dari beberapa

komoditi dan lokasi yang diusulkan, usulan dikerucutkan menjadi 4 (empat) pilihan, antara

lain: (i) furniture; (ii) produk olahan ikan; (iii) gula semut; dan (iv) kulit.

Sekretariat tim telah dibentuk yang bertempat di Gedung PPI, namun dalam

pelaksanaannya masih perlu adanya dukungan yang meliputi: (i) Sarana dan prasarana

sekretariat tim; dan (ii) Pendanaan operasinal untuk pelaksanaan program kerja sekretariat

tim.

10. Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Pendanaan Bisnis Tech Start-up

Belum terdapat definisi formal bisnis Tech Start-up di Indonesia. Kemenko dalam

penelitian awalnya bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

mengarisbawahi bisnis Tech Start up mencakup tiga aspek, yaitu time/asset,

technology/innovation, dan potential/impact.

Merujuk konsep Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) yang disusun oleh Kemenko

Perekonomian dan Bappenas, berdasarkan fase, Tech Start-up masuk dalam kategori (i)

Wirausaha Dini, yaitu individu yang telah terlibat dalam pendirian usaha namun belum

mendapatkan pemasukan dari usaha tersebut dalam jangka waktu 3 bulan terakhir, dan (ii)

Wirausaha Baru, yaitu individu yang telah terlibat dalam kepemilikan usaha dan sudah

mendapatkan pemasukan dari usaha tersebut namun baru berdiri dan beroperasi secara

menguntungkan dalam periode waktu kurang dari 42 bulan (3,5 tahun).

Berdasarkan jenis, Tech Start-up masuk kategori wirausaha teknologi, yaitu

kewirausahaan yang menciptakan dan menerapkan inovasi terbaru dan kemajuan teknologi

melalui diseminasi produk inovatif dalam sebuah usaha berkelanjutan. Dengan demikian,

wirausaha teknologi adalah wirausaha yang menjalankan kegiatan kewirausahaan teknologi.

Berkaitan dengan penelitian awal Kemenko-LIPI dan konsep NSPK tersebut, maka

definisi yang dapat kami simpulkan adalah: “perusahaan rintisan/pemula berbasis teknologi

yang inovatif, scalable, beresiko tinggi dan berpotensi memberikan dampak besar terhadap

ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan”.

Seiring dengan perkembangan bisnis pengguna teknologi digital yang makin marak,

maka Tech Start-up dikategorikan menjadi : (i) Tech Start-up Digital, yaitu Tech start-up yang

menjalankan usahanya didominasi teknologi digital, antara lain Go-jek, Tokopedia,

Berrybenka; (ii) Tech Start-up Applied Technology, yaitu Tech Start-up yang menjalankan

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

27

usahanya menggunakan apllied technology, seperti penemuan bio teknologi dan alat

kesehatan. Karakteristik dari kedua Tech Start-up dimaksud berbeda.

Tech Start-up di Indonesia mempunyai potensi besar untuk maju dan diperkirakan

akan memberikan dampak besar terhadap ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan. Hal ini

terlihat dari fakta dalam beberapa tahun terakhir dimana investor asing melihat potensi Tech

Start-up Indonesia. Potensi lain juga dapat dilihat dari banyaknya kreativitas anak muda

Indonesia yang sejalan dengan masa bonus demografi di Indonesia. Pada masa bonus

demografi ini, terdapat sekitar 60% penduduk yang berusia di bawah 39 tahun, yang

mempunyai potensi kreativitas dan inovasi yang merupakan karakteristik Tech Start-up.

Namun, permasalahan yang ada adalah: masih banyak potensi Tech Start-up yang

belum mendapatkan pendanaan dari VC, terutama yang berada di luar wilayah kota besar.

Terkait dengan potensi tersebut, pemerintah perlu terlibat secara langsung menyusun skema

pendanaan dalam rangka menumbuhkan bisnis Tech Start-up lebih banyak lagi. Hal ini sejalan

dengan sasaran pemerintah menciptakan Satu Juta Wirausaha Baru, seperti tercantum dalam

RPJMN 2015-2019.

Pada prinsipnya peran pemerintah dalam pengembangan Tech Start-uptidak cukup

hanya menyusun skema pendanaan, bisnis Tech Start-up juga perlu dukungan ekosistem

yang terintegrasi, antara lain, meliputi perizinan, skema inkubator/akselerator, mentoring dan

hubungan dengan perguruan tinggi dan swasta.

Merujuk pada Start-up Life Cycle pada gambar dibawah ini, skema pembiayaan

pemerintah ditargetkan bagi pelaku Tech Start-up yang masih berada pada siklus valley of

death, dimana pelaku usaha Tech Start-up ini masih dalam tahap idea dan seed dan belum

mempunyai keuntungan (profit). Pada tahap siklus ini lembaga pendanaan seperti venture

capital, bank atau lembaga keuangan non-bank belum mau melakukan penyertaan modal

dan/atau memberikan pinjaman.

Gambar 2.1 Bisnis Tech Start-up Life Cycle

Valley of Death

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

28

Alasan utama investor swasta tidak ingin masuk dalam siklus ini, karena pada tahap ini

bisnis Tech Start-up belum terlihat bentuknya dan masih bersifat ide, sehingga bagi swasta hal

ini terlalu beresiko memberikan dana, dengan resiko gagal bayar tinggi (high default).

Tambahan pula, sesuai karakteristik Tech Start-up,best practice menunjukkan probabilitas

tingkat kegagalan usaha sekitar 90%.

Bantuan dana pemerintah yang disalurkan dalam siklus ini sifatnya sebagai jembatan

(bridging) untuk memfasilitasi dan membawa pelaku bisnis Tech Start-up kepada Start-up Life

Cycle berikutnya, yaitu siklus dimana pelaku bisnis Tech Start-up sudah mempunyai

keuntungan, pada saat ini pendanaan swasta sudah mau terlibat (Siklus : early, mid dan late).

Meskipun mempunyai tingkat kegagalan tinggi, bukan berarti pemerintah harus lepas

tangan. Bagi 10% pelaku usaha yang berhasil akan mempunyai nilai tambah yang tinggi dan

dapat mengakseklerasi pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan. Selanjutnya,

keberhasilan 10% pelaku usaha ini akan dapat mengkompensasi biaya yang dikeluarkan

pemerintah terhadap 90% pelaku usaha gagal.

Menindak lanjuti skema hibah yang telah disusun berdasarkan pembahasan yang telah

dilakukan didapatkan bahwa secara aturan APBN, saat ini mekanisme hibah akan dihilangkan

dan secara pertangungjawaban terkait keuangan negara hal ini sulit untuk memberikan hibah

bagi bisnis Tech Start-up. Perlu untuk mempertimbangkan juga alternatif lain yang dapat

membiayai bisnis Tech Start-up seperti melalui progran dana riset inovatif dan produktif

(RISPRO) komersial LPDP, melalui mekanisme investasi pemerintah melalui Pusat Investasi

Pemerintah (PIP) dan menggunakan dana Universal Service Obligation (USO) Kementerian

Kominfo.

LPDB memiliki program pendanaan riset inovatif produktif dimana bantuan dana

RISPRO terdiri dari 2 jenis, yaitu : (i) bantuan dana RISPRO komersial (ii) bantuan dana RISPRO

implementatif. Terkait dengan dana RISPRO komersial, terdapat beberapa peluang bagi Tech

Start-up dapat dibiayai oleh LPDP, seperti tertulis tabel dibawah ini:

Tabel

Perbandingan Program RISPRO Komersial dan Tech Start-up

RISPRO KOMERSIAL TECH START-UP

1. Bantuan dana ini untuk mendorong riset yang dapat meningkatkan daya saing bangsa dengan arah antara lain, mengembangkan dan/atau menghasilkan produk; mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; memberdayakan masyarakat.

1. Perusahaan rintisan/pemula berbasis teknologi yang inovatif, scalable, beresiko tinggi dan berpotensi memberikan dampak besar terhadap ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan.

2. Bantuan dana RISPRO bersifat tahun jamak (multiyears), diberikan setiap tahun dengan 3 (tiga) tahap pencairan dan Bantuan dana riset untuk setiap judul riset setinggi-tingginya Rp2.000.000.000.

2. Tech start-up mulai dari ide hingga early membutuhkan waktu 3 tahun, dengan kebutuhan dana antara 200 juta – 2 Miliar. Berdasarkan best practice pemberian dana dilakukan bertahap sesuai dengan perkembangan yang dicapai.

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

29

3. Fokus Informasi dan Komunikasi dengan prioritas antara lain pengembangan teknologi telekomunikasi dan informasi; pengembangan multimedia dan creative digital;

3. Tech start-up semakin berkembang khususnya di bidang creative digital tech start-up, e-commerce start-up, fintech start-up dll. Indonesia memiliki potensi sebagai digital energy of Asia.

4. Persyaratan riset harus memiliki kelayakan bisnis; melibatkan mitra sehingga hasil riset langsung dapat diterapkan/dikomersialisasikan oleh pihak mitra; mitra antara lain koperasi; dan/atau usaha mikro, kecil, dan menengah yang berbadan hukum.

4. Tech start-up yang akan tumbuh bila memiliki kelayakan bisnis, target market yang jelas, data dan riset market yang valid. Tech start-up adalah UMKM yang menciptakan platform bisnis bagi UMKM, Petani, Nelayan, Sektor Jasa, Sektor Keuangan dan juga Sektor wirausaha sosial.

Secara umum tujuan RISPRO antara lain adalah “mendorong dan menghasilkan riset-

riset unggul yang dapat dikomersialisasikan atau diaplikasikan guna memberi nilai tambah

dan/atau inovasi-inovasi di bidang pangan, energi, kesehatan dan obat, transportasi,

pertahanan dan keamanan, informasi dan komunikasi, dan material maju”, terkait dengan

fokus untuk bidang informasi dan komunikasi, prioritas diberikan antara lain kepada

pengembangan multimedia dan creative digital. Bantuan dana RISPRO diberikan kepada riset

yang memenuhi persyaratan antara lain “mitra adalah pemerintah/pemerintah daerah

dan/atau perusahaan/warga negara Indonesia; koperasi; dan/atau usaha mikro, kecil, dan

menengah yang berbadan hukum”.

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Sistem Manajemen Investasi dan Direktorat

PPK BLU, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan upaya untuk menyusun skema pembiayaan

bagi Tech Start-up. Upaya ini masih mendapatkan beberapa kendala terkait mekanisme

tersebut dengan mekanisme aturan dalam APBN dan terkait bahwa bisnis Tech Start-up ini

merupakan bisnis yang apabila diawal diberikan bantuan oleh pemerintah dan setelah

perusahaan berhasil maka apakah keuntungan diperoleh hanya menjadi milik

perusahaan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut pihak Kementerian Keuangan, mencoba

untuk membangun skema pembiayaan dengan menggunakan Perusahaan Modal Ventura

(PMV) sebagai chaneling dalam skema yang berbentuk investasi Pemerintah melalui PIP.

Skema ini masih memerlukan sejumlah pembahasan dan penajaman konsep agar diperoleh

mekanisme yang terbaik.

Kementerian Komunikasi dan Informatika akan menyusun Peraturan Menteri

Komunikasi dan Informatika yang mendukung pemanfaatan dana Universal Service Obligation

(USO) yang tidak hanya terbatas untuk sektor telekomunikasi saja, namun dapat juga

dimanfaatkan untuk ekosistem ekonomidigital, terutama di Daerah Tertinggal, Terpencil, dan

Terluar (3T) sesuai kebutuhan.

Berdasarkan kegiatan pengembangan UKM berbasis teknologi melalui penyusunan

skema pembiayaan bagi bisnis Tech Start-up yang telah dilakukan pada tahun anggaran 2016

ini, beberapa hal perlu untuk ditindak lanjuti pada tahun berikutnya yaitu :

a. Terkait dengan masukan dari Direktorat PPK BLU agar PIP dapat juga melakukan

pendanaan bagi bisnis Tech Start-up, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

30

perlu untuk menyurati Kementerian Keuangan agar PIP dapat diberikan penugasan

untuk melakukan pendanaan bagi bisnis Tech Start-up. Saat ini skema pendanaan yang

akan dilakukan PIP, baik itu melalui skema belanja atau Investasi kepada PMV masih

perlu didiskusikan lebih lanjut dengan pihak Kementerian Keuangan agar didapatkan

skema yang terbaik dan sesuai dengan aturan APBN.

b. Terkait dengan dana RISPRO Komersial dan rencana LPDP akan melibatkan inkubator

bisnis dalam penyaluran bantuan dana RISPRO, perlu untuk mengsinergikan kriteria

dan aturan yang telah ditetapkan oleh LPDP dengan karakteristik bisnis Tech Start-up.

Hal ini perlu dilakukan agar, apabila rencana penyaluran bantuan dana RISPRO yang

melibatkan inkubator bisnis telah disetujui oleh Dewan Penyantun LPDP, maka pelaku

bisnis Tech Start-up dapat memanfaatkan sumber pendanaan tersebut.

c. Terkait dengan pemanfaatan dana USO bagi bisnis Tech Start-up, hal ini dapat

dilakukan melalui skema belanja sehingga dapat masuk ke dalam sistem keuangan

negara dan tidak bertentangan dengan aturan APBN. Pelaku bisnis Tech Start-up yang

dapat memanfaatkan sumber pendanaan USO ini hanya bagi bisnis Tech Start-upyang

memberikan solusi bagi daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) dan memberikan

dampak sosial bagi masyarakat, misalnya platform yang memberdayakan masyarakat

pada daerah 3T atau platform yang memberikan porsi khusus bagi UMKM di daerah

3T.

d. Perlu untuk menyusun matrik pendanaan seperti yang diusulkan Staf Khusus Menteri

Komunikasi dan Informatika, agar dapat dipetakan kategori bisnis Tech Start-up seperti

apa yang akan mendapatkan pendanaan yang bersumber dari pendanaan yang mana,

baik itu KUR Digital, LPDP, USO, atau dari PIP. Untuk itu penyusunan matriks pemetaan

ini akan dilakukan pada tahun anggaran 2017.

11. Turunan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

Kementerian Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa 34 provinsi di Indonesia sudah

menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2017. Kenaikan UMP 2017 adalah sebesar 8,25%

dengan mengikuti formula yang diatur dalam PPNo.78/2015 tentang Pengupahan.

Sebanyak 34 Provinsi telah menetapkan UMP 2017, 30 Provinsi mengacu pada Peraturan

Pemerintah (PP) 78 tahun 2015 tentang Pengupahan dalam penetapannya. Sedangkan 4

Provinsi, yakni Kalimantan Selatan, NTT, Papua dan Aceh, tidak sesuai denganPP tersebut.

Dari 30 provinsi yang mengacu pada PP 78 tahun 2015 dalam menetapkan UMP, ada 4

(empat) provinsi yang menetapkan UMP tahun 2017 dengan pentahapan pencapaian

Kebutuhan Hidup Layak(KHL). Keempat provinsi yang menetapkan UMP dengan pentahapan

adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kenaikan sebesar 10%, Provinsi Gorontalo

sebesar 8,27%, Provinsi Maluku sebesar 8,45%, dan Provinsi Maluku Utara sebesar 17,48%.

Terdapat 3 (tiga) provinsi yang pada tahun 2016 tidak menetapkan UMP dan pada tahun 2017

menetapkan UMP, yakni Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 35: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

31

Rata-rata kenaikan UMP secara nasional tahun 2017 adalah sebesar 8,91% dan UMP tertinggi

yaitu DKI Jakarta,Rp3,355,750.

Kenaikan UMP 2017 ditetapkan sebesar 8,25 % berdasarkan data inflasi nasional dan

pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) bersumber dari Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia (BPS RI) sesuai Surat Kepala BPS RI Nomor B-245/BPS/1000/10/2016 tanggal 16

Oktober 2016, yaitu :

Inflasi nasional sebesar 3, 07 % (tiga koma nol tujuh persen);

Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDB) sebesar5,18 % (lima koma delapan belas

persen).

UMP TAHUN 2017

NO PROVINSI UMP KENAIKAN

2016 2017 (%)

1 KEPULAUAN RIAU Rp 2.178.710 Rp 2.358.454,00 8,25

2 KALBAR Rp 1.739.400 Rp 1.882.900,00 8,25

3 NTB Rp 1.482.950 Rp 1.631.245,00 10,00

4 SUMBAR Rp 1.800.725 Rp 1.949.284,81 8,25

5 JAMBI Rp 1.906.650 Rp 2.063.948,63 8,25

6 ACEH Rp 2.118.500 Rp 2.500.000,00 18,01

7 KALSEL Rp 2.085.050 Rp 2.258.000,00 8,29

8 BANTEN Rp 1.784.000 Rp 1.931.180,00 8,25

9 GORONTALO Rp 1.875.000 Rp 2.030.000,00 8,27

10 NTT Rp 1.425.000 Rp 1.525.000,00 7,02

11 JAWA BARAT Rp 1.312.355 Rp 1.420.624,29 8,25

12 BALI Rp 1.807.600 Rp 1.956.727,00 8,25

13 SUMUT Rp 1.811.875 Rp 1.961.354,69 8,25

14 BABEL Rp 2.341.500 Rp 2.534.673,75 8,25

15 KALTENG Rp 2.057.558 Rp 2.227.307,00 8,25

16 SULUT Rp 2.400.000 Rp 2.598.000,00 8,25

17 SULTENG Rp 1.670.000 Rp 1.807.775,00 8,25

18 MALUKU Rp 1.775.000 Rp 1.925.000,00 8,45

19 PAPUA BARAT Rp 2.237.000 Rp 2.421.500,00 8,25

20 SULBAR Rp 1.864.000 Rp 2.017.780,00 8,25

21 BENGKULU Rp 1.605.000 Rp 1.737.412,50 8,25

22 RIAU Rp 2.093.970 Rp 2.266.722,53 8,25

23 DKI JAKARTA Rp 3.100.000 Rp 3.355.750,00 8,25

24 KALTIM Rp 2.161.253 Rp 2.339.556,37 8,25

25 SULSEL Rp 2.250.000 Rp 2.435.625,00 8,25

26 KALTARA Rp 2.175.340 Rp 2.354.800,00 8,25

27 LAMPUNG Rp 1.763.000 Rp 1.908.447,50 8,25

Page 36: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

32

28 SULTRA Rp 1.850.000 Rp 2.002.625,00 8,25

29 MALUKU UTARA Rp 1.681.266 Rp 1.975.152,00 17,48

30 SUMSEL Rp 2.206.000 Rp 2.388.000,00 8,25

31 PAPUA Rp 2.435.000 Rp 2.663.646,50 9,39

32 JAWA TENGAH Rp 1.367.000,00

33 JAWA TIMUR Rp 1.388.000,00

34 D.I YOGYAKARTA Rp 1.337.645,25

RATA-RATA Rp 1.967.539 Rp 2.142.854,57 8,91

Keterangan :

a. 34 Provinsi menetapkan UMP 2017. Dengan mekanisme penetapan sbb:

26 Provinsi : Sesuai PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

4 Provinsi : Melaksanakan Penyesuaian Pentahapan KHL

4 Provinsi : Tidak Sesuai PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

b. 30 Provinsi mengacu pada PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dalam

Penetapan UMP 2017

c. 4 Provinsi yang tidak sesuai PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan adalah

Provinsi Kalimantan Selatan, NTT, Papua, dan Aceh.

12. Pendidikan dan Pelatihan Vokasi

Guna meningkatkan kualitas Tenaga Kerja Indonesia, saat ini pemerintah sedang

mempersiapkan program melalui Pendidikan dan Pelatihan Vokasi berbasis kebutuhan dunia

industri. Termasukprogram lain, seperti harmonisasi dan sinkronisasi terhadap regulasi

pendidikan vokasi juga terus didorong oleh pemerintah.

Pemerintah mendorong keterlibatan swasta dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan vokasional agar outputnya lebih gampang terserap di pasar ketenagakerjaan.

Penyelenggaran pendidikan dan pelatihan vokasional ini tak perlu mencari model baru,

karena berbiaya mahal, tetapi cukup mencontoh dari beberapa negara lain yang sudah

memiliki program serupa dan berhasil. Percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja

melalui revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasional ini sangat penting agar Indonesia

mampu bersaing di pasar global dengan negara lainnya.

Page 37: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

33

Tabel 3.2

Rekomendasi Kebijakan yang Ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM No Kegiatan Target Realisasi Capaian Keterangan

1 Koordinasi

Kebijakan Bidang

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

2 2 100% (i) Draft Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif,

ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Surat Deputi

kepada Sestama Bekraf Nomor S-

72/D.IV.M.EKON/09/2016 pada tanggal 16 September

2016.

(ii) Telah terdapat rekomendasi hasil koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan pengembangan industri kreatif

unggulan dan prioritas yang meliputi: industri animasi,

fashion, film, dan kriya.

a. Film: Gerakan 1000 (Pengembangan Ekonomi

Kreatif terintegrasi dengan lokomotif film) dan

pengembangan industri film nasional

b. Animasi: menginisiasi kemungkinan kerjasama

yang lebih luas antara industri animasi lokal dan

TV nasional

c. Fashion: fasilitasi pemberian dukungan

pelaksanaan IFW 2017

d. Kriya: Identifikasi isu strategis pengembangan

industri batik dan rotan di Kabupaten Cirebon.

Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Peningkatan

Daya Saing

Ekonomi

Kawasan

2 2 100% (i) Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif

(ii) Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Science and Technopark (STP) Nasional

(iii) Rekomendasi Kebijakan Ekonomi Digital (Peta Jalan e-Commerce) – Penugasan Tambahan

Koordinasi

Kebijakan

Pengembangan

Kewirausahaan

2 2 100% (i) Rekomendasi Penyusunan draft Norma, Standar,

Prosedur dan Kriteria Pengembangan Kewirausahaan

Nasional yang akan dijadikan Peraturan Presiden;

(ii) Rekomendasi usulan dalam pembahasan RUU

Kewirausahaan Nasional;

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Peningkatan

Daya saing

Koperasi dan

UMKM

2 2 100% (i) Rekomendasi Koordinasi Program Sinergi Aksi untuk

Ekonomi Rakyat

(ii) Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Agregator dan

Konsolidator Ekspor Produk UKM

Koordinasi

Penataan

Kelembagaan

Pengembangan

UKM Berbasis

Teknologi

1 1 100% (i) Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Pendanaan Bisnis

Tech Start-up

Page 38: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

34

Koordinasi

Kebijakan

Ketenagakerjaan

2 2 100% (i) Rekomendasi pendidikan dan pelatihan vokasi

(ii) Rekomendasi turunan PP Nomor 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan dan

3.1.1.2 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Target capaian IKU ‘Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang

terimplementasikan’yaitu sebesar 85%. Implementasi kebijakan yang dimaksud dicapai

melalui pengendalian atau pengawasan pelaksanaan kebijakan pada setiap isu yang kemudian

ditindaklanjuti melalui koordinasi, dimana pada tahun 2016 ditargetkan 85% dari 11 laporan

yaitu sebanyak 10 laporan mengenai implementasi pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi

kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM.

Berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2016, pengendalian kebijakan

oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dan

ditindaklanjuti oleh Menko Bidang Perekonomian telah menghasilkan 11 rekomendasi

kebijakan atau sebesar 100%. Adapun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun

2016, sebagai berikut :

1. Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Ekonomi

Kreatif

Pembiayaan bagi pengembangan usaha ekonomi kreatif secara umum dapat

dikelompokan ke dalam 3 (tiga) skema: (1) pinjaman; (2) hibah dan subsidi; serta (3)

penyertaan modal (equity financing). Setiap usaha ekonomi kreatif memiliki karakteristik yang

berbeda, dan masing-masing karakteristik memerlukan skema pembiayaan yang

sesuai.Beberapa kelompok usaha ekonomi kreatif yang telah berkembang seperti kriya,

fesyen, dan kuliner dapat memanfaatkan skema pinjaman konvensional (kredit perbankan)

karena kelompok usaha ini pada umumnya memiliki aset fisik yang dapat diagunkan dan

memiliki siklus cashflow yang stabil. Namun tidak demikian yang dihadapi usaha ekonomi

kreatif yang aset utamanya berupa ide yang bersifat intangible seperti usaha desain, film,

animasi, video, aplikasi, game, seni rupa, dan seni pertunjukan. Diperlukan terobosan skema

pembiayaan baik dari sektor perbankan maupun non perbankan untuk mendorong

pengembangan usaha ekonomi kreatif.

Pinjaman dari sektor perbankan masih menjadi sumber utama permodalan usaha di

Indonesia dan perlu didorong peranannya untuk mendukung perkembangan usaha ekonomi

kreatif di Indonesia. Salah satu program Pemerintah yang berpotensi mendukung

pengembangan usaha ekonomi kreatif adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Skema KUR dapat

dimanfaatkan oleh usaha yang produktif dan layak namun belum memenuhi persyaratan

agunan bank pelaksana Namun demikian skema KUR Mikro dan KUR Ritel yang berlaku saat

ini belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha ekonomi kreatif. Misalnya,

usaha ekonomi kreatif yang memiliki sifat beresiko tinggi (cashflow yang tidak teratur, produk

Page 39: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

35

bersifat inovatif yang belum teruji pasar,dll), memerlukan grace periode yang lebih panjang,

dan sejumlah usaha ekonomi kreatif berbasis teknologi seperti film, animasi, aplikasi, dan

game developer memerlukan plafon kredit dalam jumlah yang lebih besar daripada yang

diatur dalam skema KUR saat ini.

Melalui serangkaian rapat koordinasi, Kemenko Perekonomian telah mendorong

Bekraf untuk menyusun konsep pedoman penyaluran KUR Ekonomi Kreatif yang dapat

mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik usaha ekonomi kreatif. Bekraf merespon hal

tersebut dengan menyusun konsep pedoman penyaluran KUR Sektor Ekonomi Kreatif dan

melaksanakan Focus Goup Discussion (FGD) penyusunan cost structure 16 sub-sektor ekonomi

kreatif sebagai panduan bagi pihak perbankan. Panduan penyaluran KUR tersebut saat ini

dalam proses penandatanganan oleh Kepala Bekraf. Pola penyaluran KUR Ekonomi Kreatif

oelh Beraf pda tahun 2017 sebaga berikut:

a. Skema yang akan diterapkan dalam KUR Ekonomi Kreatif sama dengan KUR secara

umum (mikro dan ritel). Hal ini disebabkan sampai saat ini penyaluran KUR dengan

skema khusus (misalnya kekhususan dalam hal grace period dan masa pengembalian)

belum diakomodasi dalam Peraturan Menko Perekonomian No. 13 Tahun 2015.

b. Bekraf memberikan dukungan kepada pihak terkait dalam bentuk: (1) pemberian hasil

analisis cost structure tiap sub sektor ekonomi kreatif sebagai panduan bagi

perbankan; (2) pembinaan kepada calon dan /atau nasabah KUR Ekraf secara

berkesinambungan (peningkatan kemampuan teknis maupun administrasi); (3)

Pemberian rekomendasi calon-calon debitur yang dinilai layak kepada pihak

perbankan melalui kerja sama dengan asosiasi usaha; dan (4) Penginputan data calon

debitur ke dalam SIKP.

Selain KUR Ekonomi Kreatif, juga diperlukan skema pembiayaan yang dapat

mendorong pemanfaatan hak kekayaan intelektual sebagai agunan bagi kredit perbankan,

misalnya melaluiIntellectual Property Right Financing Scheme (IPR financing scheme) atau

Skema Pembiayaan Hak Kekayaan Intelektual yang telah berkembang di berbagai

negara.Skema ini sesuai dengan karateristik dan kebutuhan usaha ekonomi kreatif terutama

yang aset utamanya bersifat intangible. Skema ini dimungkinkan untuk diterapkan dengan

mempertimbangkan pengaturan dalam UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 16

ayat (3) dimana hak cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia. Namun demikian,

ekosistem IPR financing schemesaat ini belum berkembang di Indonesia sehingga diperlukan

kajian mendalam untuk penerapannya. Terkait hal tersebut, telah dilakukan pembicaraan

awal dengan Deputi Pembiayaan Bekraf untuk menggagas terobosan pembiayaan ekonomi

kreatif melalui konsep: (1) Intellectual Propoerty Financing (IP Financing); dan (2)

Crowdfunding yang dikaitkan dengan kompetisi dan Dana Ekonomi Kreatif (DEKRAF).

2. Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan terkait Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (SKKNI) sektor Ekonomi Kreatif

Dalam pengembangan ekonomi kreatif terdapat target penyerapan tenaga kerja

kreatif, selain target kontribusi terhadap perekonomian dan ekspor (RPJMN 2015 –

2019).Pada tahun 2019, ditargetkan ekonomi kreatif dapat menyerap 12 juta tenaga kerja,

Page 40: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

36

tentunya pemerintah mengharapkan tenaga kerja yang dapat terserap adalah tenaga kerja

yang berkualitas.Maka dalam upaya pencapaian target tersebut, dan untuk meningkatkan

produktifitas dan daya saing tenaga kerja bidang industri kreatif di pasar lokal maupun

internasional, diperlukan pemetaan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di bidang industri kreatif.

Sejumlah isu yang terkait pelaksanaan sertifikasi profesi di sektor Ekraf meliputi :

a. Beberapa sub sektor Ekraf belum memiliki SKKNI yaitu penerbitan dan desain produk.

Selain itu, terdapat sejumlah sub sektor Ekraf juga belum memiliki LSP meskipun telah

memiliki standar.

b. Dualisme penyelenggara sertifikasi, dimana saat ini sertifikasi diselenggarakan oleh

LSP (amanat UU ketenagaerjaan) dan LSK (amanat UU Sisdiknas).

c. Terdapat asosiasi usaha/profesi Ekraf yang memiliki karakteristik usaha beragam dan

terkait dengan lebih dari satu instansi teknis, sehingga memunculkan kebingungan

asosiasi usaha/profes mengenai instansi induk yang dapat menjadi pembina teknis.

d. Asosiasi usaha/profesi Ekraf belum seluruhnya solid serta memerlukan dukungan dana

untuk menginisiasi pengembangan SKKNI dan LSP, serta asosiasi belum sepenuhnya

memahami mekanisme dan prosedur pengembangan SKKNI dan LSP.

Terkait hal tersebut, saat ini Bekraf tengah bekerjasama dengan 2 (dua) Perguruan

Tinggi Negeri, yaitu Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang untuk

menyusun kajian pemetaan SKKNI, LSP, dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) di 16 sub

sektor Ekraf yang ditargetkan selesai pada tahun 2016. Kajian ini ditujukan untuk mengetahui

subsektor prioritas yang perlu dikembangkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),

SKKNI, serta LSP/LSK-nya.

3. Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif

Pengendalian kebijakan pengembangan Kota Kreatif dilakukan melalui penentuan pilot

project dengan skema sinergi implementasi program Kementerian/Lembaga untuk kota

kreatif. Pelaksanaan kegiatan pengendalian tersebut dilakukan secara bertahap, tahap awal

adalah pengendalian kebijakan Kota Kreatif untuk Misi Fasilitasi Industri Kreatif dengan pilot

project Kota Surakarta dengan tujuan untuk melakukan uji coba panduan dan konsep

dukungan pemerintah khususnya pada misi fasilitasi industri kreatif. Kementerian dan

Lembaga yang turut bekerjasama dalam kegiatan pilot project Kota Surakarta diantaranya

adalah Kemneterian Agraria dan Tata Ruang, Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata,

Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kota Surakarta dalam struktur ruang nasional merupakan Pusat Kegiatan Nasional

(PKN) yang tidak memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA), namun memiliki kekayaan dan

potensi SDM, heritage, dan budaya. Saat ini, Kota Surakarta berperan sebagai hub (pusat

manajemen dan pemasaran) bagi pengembangan komoditas daerah sekitar, ke depan Kota

Surakarta akan memfokuskan pembangunan pada kreativitas dan inovasi untuk mengelola

kota, industri, dan ekonomi.

Page 41: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

37

Komitmen Pemerintah Kota Surakarta dalam mendorong pengembangan kegiatan

kreatif baik yang berbasis wilayah, atau berbasis komunitas diwujudkan dalam bentuk

fasilitasi kegiatan baik dalam bentuk anggaran maupun kegiatan (in kind). Salah satu program

Pemko yang sudah berjalan ialah pembangunan citywalks, dan sanggar di setiap kelurahan.

Untuk program yang berbasis kewilayahan dukungan Pemko banyak dalam bentuk anggaran,

sedangkan untuk yang berbasis komunitas sebagian besar dukungan dalam bentuk in kind.

Saat ini sudah direncanakan pembangunan Taman Sriwedari yang akan menjadi public space

dengan ruang pertunjukkan (gedung wayang), ruang budaya, dan plaza untuk menjadi ruang

yang fleksibel. Selain itu, Taman Balekambang, Benteng Vastenburg, dan Keraton Surakarta

juga direncanakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai ruang kreatif.

Pencapaian Solo dalam mengembangkan Kota Kreatif, adalah sebagai berikut:

a. Kreativitas di Solo saat ini baru dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah

perkotaan, misal pemanfaatan kreativitas untuk penataan infrastruktur dalam

menangani permasalahan sampah, dan kreativitas dalam pembangunan kawasan

berbasis sungai (waterfront city) untuk menumbuhkan budaya peduli sungai serta

mengatasi permasalahan banjir.

b. Kota Kreatif dikembangkan di bawah bidang ekonomi Bappeda Kota Surakarta. Hal

tersebut menunjukan adanya kesepamahaman bahwa pengembangan Kota Kreatif

selain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat juga dapat memberi dampak

pada pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.

c. Dalam pengembangannya, Pemko selalu melibatkan partisipasi masyarakat terutama

penyampaian aspirasi yang mendorong kreativitas, pelestarian budaya, pertumbuhan

ekonomi, dan penguatan karakter melalui musrenbang.

d. Pengakuan sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO yang sering disebut

UCCN bukan merupakan tujuan utama pengembangan Kota Kreatif Solo. UCCN

dipahami sebagai insentif, berupa business attentionterhadap peningkatan reputasi

dan sarana menarik perhatian orang untuk mengunjungi Solo.

e. Kolaborasi pemerintah kota bersama komunitas kreatif, akademisi, dan pelaku kreatif

di Solo diwadahi melalui pembentukan Tim Aplikasi Dossier UNESCO. Tim tersebut

yang kemudian melakukan pemetaan potensi kreatif Solo melalui FGD. Dengan

berbagai pertimbangan baik nilai sejarah, SDM Kreatif, event dan kegiatan yang

selama ini berlangsung, maka Solo memutuskan Seni Pertunjukan sebagai potensi

unggulannya yang diharapkan akan menarik bangkitan kegiatan lainnya.

f. Tim sudah melaksanakan berbagai pertemuan kurang lebih selama dua bulan dan

masih terus berlangsung untuk melengkapi form dossier UCCN sekaligus membahas

rencana pengembangan Kota Kreatif Seni Pertunjukan, di antaranya adalah:

Sosialisasi kepada seluruh perangkat daerah hingga tingkat kelurahan untuk

menyamakan pemahaman tentang Kota Kreatif dan tujuan untuk menjadi bagian

dari UCCN.

Page 42: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

38

Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan Kota Kreatif.

Tujuan kedepannya adalah untuk menumbuhkan wisata kampung kota yang

dapat mendukung seni pertunjukan Solo.

Solo International Performing Art (SIPA) sebagai salah satu ajang/event seni

pertunjukan di Solo sudah memiliki jejaring dengan pusat kebudayaan dan

beberapa kedutaan besar di Indonesia, serta sudah memiliki MoU dengan ASTF

Korea untuk penyelenggaraan festival topeng dunia.

Dukungan dan fasilitasi Kementerian/Lembaga yang dibutuhkan untuk tindak lanjut

pengembangan Kota Kreatif Surakarta, di antaranya adalah:

a. Pemetaan SDM (pelaku/penggiat) seni pertunjukan.

b. Peningkatan kualitas/kapasitas SDM dan produk seni pertunjukan.

c. Pembangunan ruang untuk mengakomodasi kegiatan seni pertujukan (studio, sanggar,

teater, ruang publik kota, dll.).

d. Pembangunan museum seni pertunjukan (museum non-bendawi). Pada prinsipnya

Solo sudah siap dengan konten hingga kurator yang dapat mengisi museum seni

pertunjukan tersebut, namun pembangunan fisik museum belum dapat dilakukan.

e. Rencana pengembangan jejaring tingkat internasional. Akan menjalin kerjasama

dengan Valencia dan Perancis untuk membangun showroom dan hub produk budaya

Indonesia.

f. Rencana pengembangan Solo International Performing Art (SIPA) menjadi Solo

Performing Art Market (SPAM) yang tidak hanya berfungsi sebagai ruang pementasan

seni pertunjukan melainkan juga berfungsi sebagai etalase seni pertunjukan dunia

(market, business matching, networking, dan pemberdayaan industri kreatif

penunjang seni pertunjukan).

4. Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan terkait Pengembangan Science and Technopark

(STP) Nasional – Penugasan Tambahan

Evaluasi penentuan 22 STP dilakukan oleh masing-masing K/L dengan mengacu pada

Grand Design dan NSPK Program STP yang disusun oleh Kemenristekdikti. Dalam Grand

Design dan NSPK Program STP tersebut, terdapat 9 indikator pelayanan yang harus dipenuhi

oleh sebuah STP.

Grand Design dan NSPK Program STP menyebutkan bahwa terdapat tahapan atau

jenjang hierarki berdasarkan 9 indikator fungsi pelayanan STP hingga mencapai suatu STP

yang sempurna/ideal. Sehingga bila suatu STP telah dapat memenuhi 9 indikator tersebut,

sudah layak dikatakan sebagai STP. Adapun yang belum mencapai 9 indikator merupakan

pusat inovasi atau pusat lainnya.

Pengembangan STP pasca evaluasi dilakukan dengan self assessement oleh masing-

masing K/L. Berdasarkan self assessement tersebut masih ada perbedaan pandangan dalam

beberapa konsep pengembangan STP seperti misalnya program pengembangan SDM,

Page 43: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

39

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) masih memandang bahwa KKP fokus pada

peningkatan produktivitas, pengembangan SDM bukan bagian dari tupoksi KKP.

Kementerian Ristek Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai

koordinator STP Nasional, pada awalnya ditetapkan untuk mengembangkan 9 STP, namun

berdasarkan hasil evaluasi jumlah STP hingga tahun 2019 disepakati hanya akan

mengembangkan 4 STP (Solo, Jepara, Palembang, Riau). Adapun 5 lainnya akan dikembangkan

sebagai calon STP yang fokus pada pusat penelitian, pusat diseminasi, pusat unggulan dll.

Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki pola penyelenggaraan STP yang

berebeda. STP dibagi menjadi dua jenis, yaitu taman sains pertanian dan taman teknologi

pertanian. Saat ini Kementan telah mengalokasikan 5 taman sains dan 7 taman teknologi.

5. Pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan inkubator wirausaha

khususnya untuk pemetaan profil inkubator wirausaha yang disesuaikan dengan

roadmap pengembangan inkubator wirausaha dan mendukung Perpres No.27 tahun

2013

Roadmap pengembangan inkubator wirausaha ini sebagai langkah awal untuk

selanjutnya bersama-sama baik pemeintah pusat, pemda, perguruan tinggi, dan sektor swasta

saling melengkapi dan sinergi dalam pengembangan inkubator wirausaha. Untuk mendukung

tahapan kedua pada roadmap ini yaitu untuk pengembangan inkubator wirausaha yang kuat

(sdm, fasilitas, lembaga) terlebih dahulu dibutuhkan pemetaan dari profil inkubator

wirausaha. Saat ini, data inkubator wirausaha yang ada diperoleh dari Asosiasi Inkubator

Bisnis Indonesia (AIBI), dan setelah dilakukan validasi data lagi hanya 34 inkubator wirausaha

yang memberikan tanggapan (respon). Berdasarkan dari hasil pengendalian diperoleh

beberapa hal penting yaitu :

a. Profil inkubator wirausaha saat ini adalah sebanyak 34 inkubator wirausaha, yang

terdiri dari pemerintah 5 inkubator, dari perguruan tinggi negeri 15 inkubator,

perguruan tinggi swasta sebanyak 12 inkubator, dan dari swasta/perusahaan sebanyak

2 inkubator. Jumlah total inkubator wirausaha sebanyak 93 inkubator wirausaha.

Pembagian sektor inkubator wirausaha adalah pada sektor teknologi informasi

sebanyak 6%, sektor manufacturing 9%, sektor agricultur sebanyak 14%, sektor

gabungan/campuran sebanyak 56%, dan belum diketahui sektornya sebanyak 15%;

b. Sebagian besar inkubator wirausaha dimiliki oleh Perguruan Tinggi (Kampus) yaitu

sebesar 81,9% dan sangat sedikit yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu hanya

sebesar 3,19%;

c. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan inkubator wirausaha adalah masalah

kepengurusan yang tidak memiliki anggaran khusus untuk membiayai kegiatan

operasionalnya. Hal ini telah diusahakan dari dana CSR maupun PKBL dari Badan

Usaha Milik Negara yang telah disampaikan melalui Asisten Deputi Badan Usaha Milik

Negara, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

d. Diperlukan arah dan tujuan kebijakan pemerintah untuk inkubator wirausaha di

Indonesia dan proses penumbuhan wirausaha baru dalam peningkatan ekonomi

Page 44: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

40

Indonesia dan juga arah pasar atas produk yang telah dihasilkan oleh para tenant yang

diinkubasi.

6. Pengendalian target RPJMN 2015 – 2019 terkait Penciptaan 1 juta Wirausaha Baru.

Pelaksanaan pengembangan kewirausahaan perlu dukungan penuh, baik dari

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun dunia usaha. Melalui penetapan target sesuai

RPJMN 2015-2019, yaitu penumbuhan 1 Juta wirausaha baru, maka diperlukan data

wirausaha baru yang dapat terhitung jelas. Pembagian peran pemerintah pusat dan daerah

diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan kewirausahaan supaya berjalan lebih efektif

dan efisien. Pembagian peran pemerintah pusat dan daerah ini dapat dilihat dari

presentasenya yaitu 60% dari target RPJMN diciptakan oleh pemerintah daerah dan 40%

diharapkan dapat dicetak oleh pemerintah pusat melalui program-program kerja di

Kementerian/Lembaga.

Data wirausaha baru untuk tahap awal pada wilayah Jawa dan Bali per Desember 2016

adalah sebanyak 20.607 wirausaha baru. Selanjutnya untuk pendataan wirausaha baru akan

dimasukan kedalam sistem informasi terintegrasi dalam NSPK Pengembangan Kewirausahaan.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target ini adalah kebijakan pusat

yang tidak disertai tools dan regulasi turunannya (SOP), SDM, pasar, pendukung dan budaya

dan belum adanya sistim informasi terintegrasi untuk database kewirausahaan.

7. Rekomendasi Koordinasi Rancangan Undang-Undang Perkoperasian

Awal mula/inisiatif disusunnya RUU Perkoperasian adalah untuk menyempurnakan

ketentuan Perkoperasian yang berlaku saat ini, karena Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian telah dicabut oleh Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-

XI/2013, karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Pengertian koperasi

sebagaimana diatur dalam UU 17 Tahun 2012, filosofinya ternyata tidak sesuai dengan

hakikat susunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan

yang termuat di dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013 juga memutuskan untuk

menghindari kevakuman hukum di bidang koperasi yang dapat menimbulkan ketidakpastian

dan ketidakadilan, maka untuk sementara waktu, sebelum terbentuknya Undang-Undang

tentang Perkoperasian sebagai pengganti UU 17 Tahun 2012, maka UU 25 Tahun 1992

dinyatakan berlaku untuk sementara waktu.

Dasar disusunnya Undang-Undang Perkoperasian yang baru saat ini, karena UU No

25/1992 dinilai sudah tidak layak sebagai payung hukum dengan alasan perkembangan

masyarakat yang semakin modern. Koperasi dipandang perlu untuk berkembang dan

menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian antara lain:

a. Belum adanya sanksi terkait pelanggaran implementasi undang-undang tersebut oleh

Pengurus/Pengelola Koperasi;

Page 45: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

41

b. Tidak adanya pengawasan dan pemeriksaan, lembaga pengawas Koperasi Simpan

Pinjam dan Lembaga Penjamin Simpanan;

c. Belum ada pengaturan pembuatan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar

koperasi oleh notaris padahal koperasi merupakan badan hukum;

d. Belum adanya pengaturan pengelolaan koperasi berdasarkan prinsip syariah;

e. Perlu untuk mempertegas peran dan fungsi Pengawas;

f. Pentingnya memperlakukan modal koperasi sebagai ekuitas;

g. Pengaturan tentang hak anggota, hak koperasi, dan hak pihak ketiga belum mendapat

perlindungan secara memadai karena belum semua kekayaan koperasi dicatat atas

nama koperasi;

h. Belum mampu memberikan perlindungan kepada anggota koperasi selaku pemilik

koperasi ketika dalam menjalankan tugasnya pengurus melakukan penyimpangan

yang merugikan koperasi secara keseluruhan dan mengancam keberlanjutan

pengembangan usaha koperasi.

Pada tanggal 20 November 2016, RUU Perkoperasian telah diajukan oleh Pemerintah

ke DPR, dan Pemerintah telah memberikan penjelasan awal terkait RUU Perkoperasian

kepada DPR. Tahap ini merupakan tahap awal Pembicaraan Tingkat I. Dalam Pembicaraan

Tingkat I, dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Pengantar Musyawarah;

b. Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM);

c. Penyampaian Pendapat Mini.

Saat ini pembahasan RUU Perkoperasian di DPR sedang menunggu tanggapan masing-

masing fraksi di DPR, untuk selanjutnya dibahas dalam Pembahasan DIM (Daftar Inventarisasi

Masalah) yang diajukan oleh DPR, yang diperkirakan akan dilaksanakan bulan Januari 2017.

Selanjutnya, akan dilaksanakan Penyampaian Pendapat Mini, yang terdiri dari:

a. Pengantar Pimpinan Panitia Kerja;

b. Laporan Pimpinan Panitia Kerja;

c. Penyampaian Pendapat Mini oleh DPR;

d. Pembacaan naskah RUU;

e. Penandatanganan naskah RUU;

f. Pengambilan keputusan untuk melanjutkan ke Pembicaraan Tingkat II.

Selanjutnya adalah tahap Pembicaraan Tingkat II, yang merupakan pengambilan

keputusan dalam rapat paripurna, dengan kegiatan antara lain:

a. Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, dan hasil Pembicaraan

Tingkat I;

b. Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan

yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan

c. Pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh Menteri yang mewakilinya (Menteri

Koperasi dan UKM).

Page 46: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

42

8. Rekomendasi Koordinasi Evaluasi Perpres 98/2014 tentang Perizinan Usaha Mikro

Kecil (IUMK)

Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Usaha Mikro dan Kecil

(IUMK) diterbitkan dengan maksud untuk memberikan kepastian hukum dan sarana

pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya.

Tujuan pengaturan IUMK bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk:

a. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha dilokasi yang telah

ditetapkan;

b. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;

c. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank

dan non-bank; dan

d. Mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah

daerah dan/atau lembaga lainnya.

IUMK diberikan kepada pelaku usaha mikro dan kecil sesuai persyaratan yang

ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri. IUMK diberikan dalam bentuk naskah satu lembar. Pemberian IUMK kepada

usaha mikro dan kecil dibebaskan atau diberikan keringanan dengan tidak dikenakan biaya,

retribusi, dan/atau pungutan lainnya.

Pelaksana IUMK adalah Camat yang mendapatkan pendelegasian kewenangan dari

Bupati/Walikota. Pelaksana IUMK dapat didelegasikan kepada Lurah/Kepala Desa dengan

mempertimbangkan karakteristik wilayah.

Dalam perkembangannya, tanggal 30 Januari 2015, Menteri Dalam Negeri, Menteri

Koperasi dan UKM, dan Menteri Perdagangan menandatangani Nota Kesepahaman tentang

Pembinaan Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil di Daerah.

Sejak ditetapkan pada tahun 2014, Pemerintah menargetkan penerbitan IUMK

sebanyak 508.500 izin pada tahun 2015. Namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa

hambatan, hingga saat ini penerbitan IUMK baru mencapai 211.239 naskah IUMK atau 41,8%

dan Perbup/Perwali untuk pendelegasian kewenangan perizinan kepada Camat telah

diterbitkan sebanyak 276 dari 514 Kabupaten/Kota se Indonesia atau sebesar 54%.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Perpres No. 98 Tahun 2014

antara lain:

a. Kendala teknis, antara lain: kurangnya sosialisasi, belum terintegrasinya IUMK dengan

Pelayanan Administrasi Terpadu di Kecamatan (PATEN);

b. Kendala non-teknis, antara lain: keterbatasan kualitas SDM, jaringan internet tidak

memadai;

c. Tidak sinkron dengan aturan lainnya, misalnya: tidak sejalan dengan UU No.23/2014

tentang Pemerintah Daerah, yang menjelaskan bahwa kewenangan pemberdayaan

usaha menengah dilakukan oleh pemerintah pusat; usaha kecil oleh pemerintah

provinsi, dan usaha mikro oleh pemerintah kabupaten/kota.

Page 47: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

43

Selain itu, Perpres No. 98 Tahun 2014 belum sejalan dengan beberapa peraturan

lainnya, antara lain:

a. UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2013

sebagai Peraturan Pelaksanaan UU 20/2008 tentang UMKM. Dalam peraturan

tersebut, dijelaskan bahwa perizinan untuk usaha mikro hanya dalam bentuk

pendataan, sedangkan usaha kecil dalam bentuk pendaftaran.

b. UU No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan dan Peraturan Menteri Perdagangan

lainnya sebelum terbitnya UU Perdagangan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan

bahwa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mikro dan Kecil telah dapat dipersamakan

dengan IUMK.

c. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Dalam peraturan tersebut,

dijelaskan bahwa kewenangan pemberdayaan (termasuk perizinan) usaha kecil pada

Gubernur, sehingga pelaksanaan penerbitan IUMK untuk usaha kecil membutuhkan

pelimpahan kewenangan dari Gubernur kepada Bupati/Walikota.

Beberapa hambatan yang ada akan dilakukan evaluasi guna penyempurnaan

pelaksanaan Perpres 98/2014 yang melibatkan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian terkait lainnya.

9. Rekomendasi Koordinasi Evaluasi Program Gerakan Nasional1.000 Technopreuneur

Saat berkunjung ke Silicon Valley pertengahan Februari lalu, Presiden Republik

Indonesia Joko Widodo telah mendeklarasikan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai The

Largest Digital Economy in Southeast Asia pada Tahun 2020. Sejalan dengan visi tersebut,

Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Kibar telah menginisiasi Gerakan Nasional

1.000 Startup Digital.

Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital merupakan langkah awal untuk menciptakan

masa depan ekonomi digital Indonesia dan menjadi road map pengembangan e-Commerce

Indonesia yang terus berkembang yang akan mengubah nasib bangsa melalui pengembangan

ekonomi digital. Pemerintah menargetkan kontribusi e-commerce sebesar 130 miliar USD

pada Tahun 2020. Gerakan ini ingin menciptakan 1.000 perusahaan rintisan berbasis digital

yang akan mentransformasi Indonesia menjadi negara maju dengan anak muda sebagai

motor penggeraknya.

Untuk melahirkan 1.000 startup digital, strategi yang dijalankan adalah dengan

mentoring dan pembinaan intensif melalui 5 tahapan program yang dilakukan di 10 kota,

sebagai berikut:

a. Tahap pertama dimulai dari ignition, yaitu seminar untuk menanamkan pola pikir

entrepreneurship,pada tahap ini akan ditanamkan pola pikir yang inovatif seperti

layaknya seorang founder. Pada tahap ini menargetkan 4.000 peserta setiap tahunnya; b. Tahap kedua adalah workshop, dari peserta pada tahapignition tersebut akan dijaring

2.000 peserta yang layak per tahun untuk melanjutkan ke tahap workshop untuk

diberikan pembekalan keahlian yang mereka butuhkan dalam membuat sebuah

startup digital.;

Page 48: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

44

c. Tahap ketiga adalah hackathon, berbekal ilmu dari workshop tersebut, 1.000 peserta

per tahun untuk melanjutkan ke tahap hackathon untuk menghasilkan prototipe

produk dari ide solusi aplikasi dan bertemu dengan co-founder.

d. Tahap keempat adalah bootcamp, pada tahap ini akan dijaring 500 peserta per tahun

yang akan memasuki tahap bootcamp, yang merupakan sesi mentoring mendalam

untuk menyiapkan strategi peluncuran produk;

e. Tahap Terakhir yaitu incubation, akan dijaring 200 peserta terpilih setiap tahunnya

yang akan diinkubasi selama kurang lebih tiga bulan, sehingga dalam waktu lima tahun

akan tercipta 1.000 startup digital dengan total valuasi bisnis senilai US$ 10 miliar

pada tahun 2020.

Adapun tindak lanjut program Gerakan Nasional 1.000 Teknopreneur, antara lain:

a. Untuk mengembangkan ekonomi digital Indonesia, Pemerintah perlu membuat

roadmap yang bisa keep up dengan e-commerce dunia. Selain itu pemerintah perlu

memposisikan kebijakan agar tidak tertinggal dengan negara lain;

b. Salah satu unsur penting dalam ekonomi digital adalah UKM. Saat ini 50% ekonomi

Indonesia berasal dari UKM dan UKM juga yang telah membuat Indonesia survive pada

saat krisis ekonomi tahun 1998; c. Indonesia belum mempunyai inkubasi yang bagus, oleh karena itu Pemerintah ke

Silicon Valley untuk menghadirkan ekosistem ekonomi digital Amerika ke Indonesia;

d. Pemerintah terus mendorong perkembangan startup lokal, serta melakukan edukasi

pendidikan dengan memasukan coding ke dalam kurikulum pelajaran SMK mulai tahun

ini. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah target pemerintah pada 2019 seluruh

wilayah Indonesia sudah terkoneksi oleh broadband.

10. Cost Structure TKI Luar Negeri

Penempatan TKI ke Luar Negeri pada prinsipnya mempertemukan pengguna dan

pekerja (TKI). Di dalam proses pelayanan penempatan memerlukan biaya, antara lain biaya

transportasi dari daerah asal TKI ke tempat kerja/pengguna di negara tujuan penempatan,

pengurusan dokumen (paspor, visa, medical check up, pemeriksaan psikologi, asuransi, uji

komptensi), serta jasa bagi pihak yang memfasilitasi penempatan.

Besarnya biaya penempayan TKI bervariasi bergantung pada berbagai faktor seperti

perbedaan harga tiket ke negara tujuan, biaya pelatihan, dan jenis pekerjaan. Demikian pula,

terdapat perbedaan pihak-pihak yang menanggung biaya dimaksud, ada jenis jabatan

tertentu yang biaya penempatannya dibebankan sepenuhnya kepada pengguna, sementara

ada yang biaya penempatannya dibebankan seluruhnya atau sebagian oleh TKI. Sesuai

perkembangan dan kondisi yang ada di lapangan, cost structure setiap jenis jabatan dan

negara penempatan secara berkala perlu disempurnakan.

Berdasarkan Pasal 76 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, PPTKIS hanya dapat membebankan biaya

penempatan kepada calon TKI untuk komponen :

a. Biaya pengurusan dokumen jati diri

Page 49: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

45

b. Pemeriksaan kesehatan dan psikologi

c. Pelatihan kerja dan sertifikasi kompetensi kerja

11. IMTA dan KITAS

Bagi setiap tenaga kerjaa sing yang akan bekerja di Indonesia maka tenaga kerja

tersebut memerlukan IMTA yang dikeluarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan KITAS

oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing

(IMTA) adalah izin yang harus dimiliki untuk setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh

setiap perusahaan yang menggunakan tenaga kerja tersebut dalam kegiatannya. IMTA

berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang. Sedangkan KITAS (Kartu Izin

Tinggal Terbatas) adalah kartu yang diperuntukkan untuk setiap Warga Negara Asing yang

bekerja di Indonesia agar mereka dapat tinggal di Indonesia dan harus diperpanjang satu

tahunsekali. Namun saat ini KITAS sudah berubah nama menjadi ITAS (Izin Tinggal Terbatas).

Informasi dilapangan yang diperoleh dari APINDO & KADIN Indonesia bahwa tidak ada

kemudahan dalam penyelesaian IMTA dan KITAS sesuai Permenaker No.35 Tahun 2015. Yang

terjadi di daerah terkait perpanjangan IMTA masih menghadapi kendala dilapangan. Oleh

sebab itu langkah awal penyelesaian Permenaker No.35 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Penggunaan Tenaga Kerja Asing akan diusulkan ke Kemnaker untuk dimasukkan dalam

Program Paket Dregulasi Ekonomi, sehingga pentingnya percepatan IMTA dan KITAS bagi

tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia.

12. RUU Perlindungan TKI Migran (tambahan)

Banyaknya warga negara Indonesia di luar negeri yang terlibat persoalan hukum di

tempat mereka bekerja, oleh karena itu untuk melindungi warga Indonesia yang bekerja di

luarnegeri atau TKI migran, saat ini pemerintah sudah melakukan beberapa kali rapat

pembahasan mengenai perlindungan pekerja migran Indonesia. Kemenko perekonomian

telah menghadiri rapat sebanyak 3 (tiga) kali terkait RUU Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia untuk mempersiapkan dan menyempurnakan materi tanggapan / masukan K/L

terkait yang dikoordinasikan oleh Kementerian Ketenagakerjaan dalam hal ini Direktur

Jenderal Binapenta dan PKK, yang selanjutnya akan dirapatkan dalam Panja DPR-RI Komisi IX

dengan topik bahasan mengenai Rancangan DIM DPR-RI dan Penyiapan RUU tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, yaitu :

a. Rapat koordinasi oleh Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang

diselenggarakan pada tanggal 23-24 November 2016.

b. Rapat persiapan pembahasan RUU tentang Perlidungan Pekerja Migran Indonesia

pada tanggal 24 November yang dilanjutkan hari Sabtu s/d Minggu 26 s/d 27

November 2016 bertempat di Ruang Rapat Dirjen Binapenta dan PKK.

c. Rapat Panja RUU tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang

diselenggarakan pada tanggal 28 dan 29 November 2016.

Progres Pembahasan RUU Perlindungan TKI Migran

Page 50: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

46

a. Instrumen dan mekanisme di bidang Pekerja Migran Indonesia adalah memperhatikan

seluruh materi UU No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di

Luar Negeri.

b. Sebagai Rekomendasi perlu diperhatikan UU No. 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan

International Convention On The Protection of The Rights of All Migrant Workers and

Members of Their Families, dinyatakan bahwa dalam upaya melindungi, menghormati,

memajukan, dan memenuhi hak-hak pekerja migran dan anggota keluarganya,

Pemerintah Indonesia membentuk berbagai peraturan terkait dengan Perlindungan

terhadap Tenaga Kerja, antara lain UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

dan UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di LuarNegeri

c. Sesuai masukan dan saran Komisi IX DPR-RI pada rapat tanggal 6 Oktober 2016 bahwa

formulasi materi dalam RUU tersebut yang mengatur terkait teknis pelaksanaan

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) harus disesuaikan dengan UU No. 39

Tahun 2004.

d. Pembahasan di Komisi IX DPR-RI pada tanggal 28 November 2016 bahwa Kementerian

Ketenagakerjaan belum menyampaikan kepada Komisi IX DPR-RI bahan tanggapan

DIM, mengingat DIM tanggapan Pemerintah belum mendapat saran konkrit dari

Presiden RI terkait dengan beberapa hal penting yang diatur dalam RUU tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

e. Pemerintah segera menyelesaikan DIM DPR-RI dan akan diserahkan pada tanggal 2

Januari 2017 sebelum rapat pembahasan Komisi IX DPR-RI dengan pihak Pemerintah

pada tanggal 9 Januari 2017. Pembahasan selanjutnya di Komisi IX DPR-RI masih

berlanjut sampai dengan saat ini.

Tabel 3.4

Laporan Pelaksanaan Kebijakan yang Ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

No Kegiatan Target Realisasi Capaian Keterangan

1 Koordinasi

Kebijakan Bidang

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

2 2 100% (i) Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Ekonomi Kreatif.

(ii) Pengendalian kebijakan tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif.

2. Koordinasi

Kebijakan Bidang

Peningkatan

Daya Saing

Ekonomi

Kawasan

2 2 100% (i) Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif

(ii) Pengendalian Pelaksanan Kebijakn terkait Pengembangan Science and Technopark (STP) Nasional-Penugasan Tambahan

3 Koordinasi

Kebijakan

Pengembangan

Kewirausahaan

2 2 100% (i) Pengendalian pelaksanaan kebijakn pengembangan

incubator wirausaha khusus untuk pemetaan profil

incubator wirausaha yang disesuaikan dengan roadmap

pengembangan incubator wirausaha dan mendukung

Perpres NO. 27 tahun 2013

Page 51: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

47

(ii) Pengendalian target RPJMN 2015-2019 terkait

Penciptaan 1 Juta Wirausaha Baru

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Peningkatan

Daya saing

Koperasi dan

UMKM

2 2 100% (i) Rekomendasi Koordinasi Rancangan Undang-Undang

Perkoperasian

(ii) Rekomendasi Koordinasi Evaluasi Perpres 98/2014

tentang Perizinan Usaha Mikro Kecil (IUMK)

Koordinasi

Penataan

Kelembagaan

Pengembangan

UKM Berbasis

Teknologi

1 1 100% (i) Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Pendanaan Bisnis Tech Start-up

Koordinasi

Kebijakan

Ketenagakerjaan

2 2 100% (i) Rekomendasi Cost Structure TKI Luar Negeri.

(ii) Rekomendasi tentang IMTA dan KITAS

(iii) Rekomendasi RUU Perlindungan Migran (tambahan)

3.1.2 Analisa Capian dari Waktu ke Waktu

Setelah mengetahui capaian kinerja tahun 2016 berdasarkan perbandingan realisasi

dan target, maka pada sub bahasan ini akan dibandingkan capaian kinerja Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM pada tahun 2015 dan

tahun 2016, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 2016

2015 2016 Keterangan

IKU Capaian IKU Capaian Terjadi perubahan

nomenklatur

organisasi yang

mengakibatkan

adanya perubahan

IKU sehingga

capaian IKU Deputi

(outcome) antara

Tahun 2015 dan

2016 tidak dapat

dibandingkan.

Persentase perumusan

rancangan peraturan di bidang

Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

Saing KUKM, serta SDM dan

ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang

diselesaikan

100% Persentase rekomendasi koordinasi dan sinkronosasi kebijakan Peningkatan Daya

Saing Ekonomi Kawasanyang

diselesaikan

100%

Persentase kebijakan bidang

Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya

100% Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing

100%

Page 52: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

48

2015 2016 Keterangan

Saing KUKM, serta SDM dan

ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang

terimplementasikan

Ekonomi Kawasan

Persentase perumusan

rancangan peraturan

kebijakan Ekonomi Kreatif

Nasional yang mendukung

penerapan daya saing SDM,

ketenagakerjaan/buruh, dan

KUKM mendukung

pelaksanaan MEA 2015.

70.58%

Persentase kebijakan

sertifikasi uji kompetensi

nasional/ internasional

terhadap SDM,

ketenagakerjaan/ buruh, dan

pengusaha UMKM serta

produk Ekonomi Kreatif

Nasional, untuk mewujudkan

daya saing dan market share

di negara negara ASEAN

82.35%

3.1.3 Evaluasi Capaian Kinerja Organisasi

Dengan mengacu capaian kinerja Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM yang dilihat dari ketercapaian indikator kinerja utama. Deputi Bidang

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM telah berhasil mengkoordinasikan dan

melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran strategis Deputi yang mendukung

pencapaian sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.Selama tahun

2016 terdapat beberapa kegiatan yang dikoordinasikan belum dapat diselesaikan, karena

terdapat beberapa kendala. Sebagai bahan perbaikan pelaksanaan kinerja pada tahun yang

akan datang, disampaikan kendala atau permasalahan dan tindak lanjut yang perlu

dilaksanakan.

1. Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif

Kendala dan permasalahan dalam pengembangan ekonomi kreatif yaitu:

a. Belum terdapat izin prakarsa penyusunan payung hukum rencana induk

pengembangan ekonomi kreatif yang dapat menjadi acuan pengembangan ekonomi

kreatif secara nasional. Penyusunan rencana induk tersebut masih memerlukan

pembahasan lintas K/L yang secara paralel dilakukan bersamaan dengan pengajuan

Page 53: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

49

izin prakarsa kepada Presiden oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Dalam proses

penyusunan rancangan Rindekraf tesebut belum dilakukan pembahasan dengan K/L

dan konsultasi publik secara intensif. Selain itu, substansi rencana induk

pengembangan ekonomi kreatif perlu disinkronkan dengan data statistik ekonomi

kreatif terbaru publikasi BPS dan sejumlah kajian grand stretegyyang telah disusun

oleh Bekraf.

b. Industri kreatif masih memiliki kesulitan dapat mengakses perbankan. Walaupun saat

ini telah terdapat KUR bagi industri kreatif, pemberian KUR bagi industri kreatif

memerlukan beberapa hal yaitu: penetapan juknis penyaluran KUR, dan perlu adanya

sosialisasi agar masyarakat mendapatkan informasi mengenai KUR ekonomi kreatif.

Saat ini, KUR Ekonomi Kreatif disalurkan dengan skema yang sama dengan KUR secara

umum disebabkan penyaluran KUR sektoral dengan skema khusus (misalnya

kekhususan dalam hal grace period dan masa pengembalian) belum dapat

diakomodasi dalam Peraturan Menko Perekonomian No. 13 Tahun 2015. Hal tersebut

berbeda dengan Permenko sebelumnya yaitu Permenko No. 8 Tahun 2015 yang

memungkinkan adanya skema khusus KUR sektoral (baru mengatur mengenai

tanaman keras). Pada Permenko No. 8 Tahun 2015 disebutkan bahwa jangka waktu

KUR khusus untuk tanaman keras yaitu 10 tahun dengan grace period yang disepakati

oleh penyalur KUR sesuai kateristiknya, yang berbeda dengan skema KUR umum yaitu

4 tahun untuk pembiayaan/kredit modal kerja dan 5 tahun untuk pembiayaan/kredit

investasi.

c. Kendala terkait pengembangan SKKNI sektor Ekraf dan pendirian LSP Ekraf yaitu belum

adanya pemetaan subsektor ekonomi kreatif yang prioritas untuk didorong penerapan

SKKNI dan pengembangan LSPnya sebagai acuan pengambilan kebijakan. Selain itu,

kapasitas dan pemahaman asosiasi usaha/profesi untuk dapat mengusulkan SKKNI

masih perlu ditingkatkan.

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Mendorong Bekraf untuk mengajukan izin prakarsa penyusunan Perpres Rencana

Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif 2017-2025 kepada Presiden RI. Selain itu, perlu

dibentuk panitia Antar Kementerian/Lembaga untuk sinkronisasi lintas sektor oleh

Bekraf dan penyempurnaan rancangan Rencana Induk dengan melakukan sinkronisasi

substansi dengan hasil kajian Grand Strategy Pengembangan Ekonomi Kreatif dan hasil

analisis perkambangan Ekraf berdasarkan publikasi BPS terbaru.

b. Koordinasi lebih lanjut dengan Deputi I Kemenko Perekonomian untuk memperoleh

kejelasan penerapan KUR Sektoral dengan skema khusus,mendorong Bekraf untuk

menetapkan juknis KUREkraf (yang tidak memerlukan skema khusus) sehingga

penyaluran KUR Ekraf dapat segera dilaksanakan, dan bank memperoleh cost structure

sebagai panduan penyaluran, serta melakukan monitoring pelaksanaan KUR Ekonomi

Kreatif tahun 2017. Selain itu, perlu adanya disusun skema pembiayaan ekonomi

kreatif lainnya, seperti: (1) Intellectual Propoerty Financing (IP Financing); dan (2)

crowdfunding.

Page 54: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

50

c. Untuk menangani isu-isu terkait SKKNI sektor Ekraf dan berangkat dari pemetaan yang

dilakukan oleh Berkaf, maka perlu diakselerasi penyusunan KKNI, standar kompetensi

kerja, serta dibentuk lembaga pendidikan dan Lembaga Sertifikasi Profesi untuk

menciptakan tenaga kerja yang kompeten di sektorEkraf. Terkait hal tersebut

diperlukan sinergi berbagai pihak yaitu BNSP, Kemenaker, Bekraf, dan Aosiasi

usaha/profesi.

2. Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

Kendala dan permasalahan dalam Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan yaitu:

a. Konsep Kota Kreatif sebagai bagian dalam pengembangan kota berkelanjutan yang

berfokus kepada penyediaan ruang-ruang yang mendukung Ekonomi Kreatif belum

menjadi arus utama dalam pengembangan perkotaan. Sulitnya memilih daerah untuk

dijadikan model Kota Kreatif yang memperhatikan berbagai aspek/dimensi, baik

secara ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan, untuk mengakomodasi isu Kota

Kreatif yang cukup kompleks; dan masih lemahnya ownership terhadap isu-isu Kota

Kreatif berkelanjutan di beberapa pemangku kepentingan terkait, contohnya tidak

semua pemerintah daerah memiliki fokus pembangunan yang terkait Kota Kreatif.

b. Belum adanya NSPK yang dapat menjadi pedoman tahapan pengembangan dan

pembangunan Science Techno Park (STP), serta belum adanya skema kolaborasi dan

pembiayaan yang spesifik dalam pembangunan Science Techno Park (STP), dimana

skema KPBU sangat mungkin untuk diimplementasikan antara Industri dan Pemerintah

c. Belum disahkannya RPerpres Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis

Elektronik (SPNBE) Tahun 2016-2019 sebagai acuan untuk menjalankan tugas

koordinasi maupun monitoring program dan kegiatan terkait ekonomi digital khusunya

e-commerce pada Kementerian/Lembaga terkait. Namun demikian, mengingat

ekonomi digital sudah menjadi salah satu program prioritas nasional, koordinasi untuk

beberapa kegiatan sudah dimulai seperti koordinasi kegiatan pilar pendanaan e-

commerce.

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Komitmen daerah menjadi kunci utama pengembangan Kota Kreatif, diperlukan

ketegasan dalam pemilihan fokus pengembangan kota maupun kawasanperkotaan.

Sehingga dapat dicapai tujuan pengembangan kota kreatif secara menyeluruh, yaitu

tidak hanya mengendalikan dampak pembangunan di perkotaan tetapi juga dapat

mendorong pertumbuhan potensi ekonomi yang dimiliki termasuk Ekonomi Kreatif

(Kota Kreatif)

b. Perlu segera ditetapkannya NSPK yang dapat menjadi pedoman dalam pengembangan

dan pembangunan Science Techno Park (STP), dan Perlu dibuatnya skema pembagian

peran dan skema pembiayaan dalam pembangunan Science Techno Park (STP)

sehingga dampak pembangunan tidak terbatas kepada APBN

c. Perlu segera disahkannya RPerpres Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis

Elektronik (SPNBE) Tahun 2016-2019 dan pembentukan PMO peta jalan e-

Page 55: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

51

commercesehingga dapat mendorong percepatan dan optimalisasi pemanfaatan

potensi ekonomi berbasis elektronik, termasuk didalamnya usaha pemula (start-up),

pengembangan UMKM, dan percepatan logistik.

3. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

Kendala dan permasalahan dalam pengembangan kewirausahaan yaitu:

a. Keterbatasan anggaran karena adanya pemotongan anggaran berupa self-blocking,

dan antisipasi adanya kenaikan remunerasi;

b. Setiap melakukan rapat koordinasi antar K/L dalam penyusunan Rancangan Perpres

NSPK Pengembangan Kewirausahaan, pejabat/pegawai yang hadir selalu berubah-

ubah sehingga pembahasan harus dimulai dari awal dan rapat menjadi kurang efektif.

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Melanjutkan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden terkait NSPK

Pengembangan Kewirausahaan dan selanjutnya sosialisasi NSPK Pengembangan

Kewirausahaan Nasional setelah RPerpres menjadi peraturan/regulasi, diantaranya

dengan membentuk Tim Kerja Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang

NSPK Pengembangan Kewirausahaan Nasional;

b. Monitoring progres RUU Kewirausahaan Nasional sebagai bagian dari kebijakan terkait

Pengembangan Kewirausahaan;

c. Pemetaan dan pendataan inkubator wirausaha sekaligus fokus pada pembiayaan bagi

inkubator wirausaha dan tenant inkubator sesuai dengan roadmap pengembagnan

inkubator wirausaha;

d. Pendataan wirausaha baru akan dimasukan kedalam sistem informasi terintegrasi

dalam NSPK Pengembangan Kewirausahaan.

4. Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

Kendala dan permasalahan dalam Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM yaitu:

a. Pelaksanaan Perpres 98/2014 tentangIUMK telah berjalan, namun masih terdapat

beberapa kendala antara lain minimnya pendampingan, sarana dan prasarana yang

kurang memadai utamanya di daerah, dan tumpang tindih peraturan.

b. Pengembangan Sentra IKM/UKM belum dapat berjalan maksimal karena setiap K/L

telah memiliki rencana strategis Pengembangan Sentra IKM/UKM.

c. Pelaksanaan agregator dan konsolidator ekspor produk UKM masih terkendala

dengan koordinasi antara K/L dan institusi terkait yang masih perlu ditingkatkan.

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Akan dilaksanakan evaluasi pelaksanaan Perpres 98/2014 tentang IUMK dengan

memperkuat pendampingan bagi UMK, menjadikan IUMK sebagai standar pelayanan

minimal pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Pelayanan Administrasi

Terpadu Kecamatan (PATEN).

Page 56: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

52

b. Akan memperkuat koordinasi dan sinkronisasi program masing-masing K/L untuk

mengembangkan 1 konsep pengembangan sentra IKM/UKM berdasarkan skema

rantai nilai.

c. Mempercepat dan memperkuat kerja Tim Koordinasi Teknis Pelaksanaan Agregator

dan Konsolidator Ekspor produk UKM.

5. Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi

Kendala dan permasalahan dalam penataan kelembagaan UKM berbasis teknologi yaitu:

a. Pendanaan hibah ke bisnis tech start-up terkendala oleh aturan APBN yang saat ini

tidak memungkinkan adanya hibah.

b. Alternatif pendanaan yang bersumber dari dana Riset Inovatif dan Produktif (RISPRO)

LPDP, Pusat Investasi Pemerintah (PIP), dan pemanfaatan dana USO Kementerian

Komunikasi dan Informatika masih memerlukan pembahasan yang lebih lanjut

terkait skema pendanaan dari masing-masing alternatif.

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Mengkaji bentuk pendanaan lain melalui skema belanja yang sesuai dengan aturan

APBN.

b. Melakukan koordinasi dengan K/L terkait untuk mendapatkan input guna

menentukan skema yang tepat bagi pendanaan tech start-up untuk masing-masing

alternatif pendanaan.

6. Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan

Kendala dan permasalahan dalam Ketenagakerjaan yaitu:

a. Pendidikan dan Pelatihan Vokasi belum sesuai kebutuhan industri, yaitu kualitas dan

kuantitas, SDM dan Informasi pasar kerja.

b. Peraturan Pemenerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan belum

dikoordinasikan.

c. Pengaturan Komponen Pelatihan Kerja, Pasport, dan Check-Up Kesehatan dalam draft

RUU tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang dibebankan CTKI dan TKI

Luar Negeri sudah dihapus dan diserahkan kepada ketetapan K/L terkait. Hal ini

berdampak pada perpanjangan prosedur yang ditempuh oleh CTKI karena jika praktek

di lapangan tidak sesuai dengan biaya yang ditetapkan sesuai Permen K/L terkait maka

CTKI harus mendatangi K/L tersebut.

d. Belum jelas peran regulator dan operator didalam penanganan TKI di Luar Negeri

termasuk Pengawasan kepada PPTKIS di lapangan

e. Sosialisasi dan realisasi pelaksanaan IMTA dan KITAS masih perlu diperhatikan

Tindak lanjut yang diperlukan :

a. Mengkaji peraturan terkait Pendidikan dan Pelatihan Vokasi dan pembentukan Komite

Vokasional di KADIN

b. Perlunya Koordinasi mempercepat Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan

c. Rapat koordinasi menentukan komponen biaya CTKI di Negara ASEAN (Singapura,

Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam,dan Taiwan) dan termasuk 5 negara Asia

Page 57: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

53

Pasifik antara lain (Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru

yang mempersyaratkan TKI Formal.

d. Evaluasi terhadap kemungkinan Permenaker No.35 Tahun 2015 tentang TKA dengan

prioritas penguatan pelaksanaan Pengawasan di lapangan terhadap IMTA&ITAS

3.2 3.1.4 Realisasi Anggaran dan Penggunaan Sumber Daya

Pada tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing Koperasi dan UKM, Koordinator Bidang Perekonomian mendapat Pagu Anggaran

sebesar Rp. 11.800.000.000,- dengan adanya pemotongan sebesar 23% dan selfblocking

sebesar 1.600.000.000 hasil Pagu Anggaran akhir sebesar Rp. 7.486.000.000,- dan realisasi

yang dimanfaatkan adalah sebesar Rp.7.439.624.546,- atau terserap sebesar 99.33% dengan

SILPA Rp. 46,375,454,- telah dapat melaksanakan fungsi dan tugas utama yang menjadi

tanggungjawab organisasi. Dari sasaran yang ditargetkan, telah dapat diwujudkan dengan

baik, bila dilihat dari indikator kinerja yang digunakan.RealisasiAnggaran tahun 2016 Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2016

Program

Pagu

Anggaran (Rp)

Pemotongan

sebesar 23%

(Rp)

Self Blocking

(Rp)

Pagu

Anggaran

Setelah

Pemotongan

dan Self

Blocking (Rp)

Realisasi

Anggaran

(Rp) %

Program Koordinasi Kebijakan Bidang

Perekonomian (Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing

KUKM)

11.800.000.000 2.714.000.000 1.600.000.000

7,486,000,000

7,439,624,546

99.38

Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Meningkatnya

jumlah pelaku

ekonomi kreatif

dan

kontribusinya

terhadap

perekonomian

nasional

2.300.000.000 529.000.000 267.165.000

1.503.835.000 1.495.212.114 99,43

Page 58: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

54

Program

Pagu

Anggaran (Rp)

Pemotongan

sebesar 23%

(Rp)

Self Blocking

(Rp)

Pagu

Anggaran

Setelah

Pemotongan

dan Self

Blocking (Rp)

Realisasi

Anggaran

(Rp) %

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Peningkatan

Daya Saing

Ekonomi

Kawasan

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

potensi ekonomi

kawasan

2.000.000.000 460.000.000 309.168.000

1.230.832.000 1.226.582.696 99.65

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Pengembangan

Kewirausahaan

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

kewirausahaan

melalui peran

inkubator

wirausaha

2.000.000.000 460.000.000 299.667.000

1.240.333.000 1.229.661.738 99,14

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Peningkatan

Daya Saing

Koperasi dan

UMKM

Meningkatnya

daya saing

koperasi dan

Usaha Mikro,

Kecil, dan

Menengah

2.000.000.000 460.000.000 37.167.000

1.502.833.000 1.501.350.567 99.90

Koordinasi

Penataan

Kelembagaan

Pengembangan

UKM Berbasis

Teknologi

Terwujudnya

ekonomi

kerakyatan yang

tangguh, efisien,

dan berdaya

saing tinggi

1.500.000.000 345.000.000 412.323.000

742.677.000 742.591.927 99.99

Koordinasi

Kebijakan Bidang

Ketenagakerjaan

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

di bidang

ketenagakerjaan

2.000.000.000 460.000.000 274.510.000

1.265.490.000 1.244.225.504 98

Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKMKementerian Koordinator Bidang

Perekonomian pada tahun 2015, mengalami kenaikan dalam hal penyerapan anggaran

dimana pada tahun 2015, penyerapan anggaran Deputi IV adalah sebesar 72.70%,

dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2016 sebesar 99.38%. Perbandingan lebih

rinci sebagai berikut:

Page 59: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

55

Tabel 3.7

Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2016 dengan Tahun Anggaran 2015

Program Realisasi Anggaran

2016 2015

Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian (Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM) 99.38 72.70%

Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan

Koordinasi Kebijakan Bidang

Pengembangan Ekonomi

Kreatif

Meningkatnya jumlah pelaku ekonomi

kreatif dan kontribusinya terhadap

perekonomian nasional

99,43% 81.1%

Koordinasi Kebijakan Bidang

Peningkatan Daya Saing

Ekonomi Kawasan

Meningkatnya pengelolaan dan

pengembangan potensi ekonomi

kawasan 99.65% 71.1%

Koordinasi Kebijakan Bidang

Pengembangan

Kewirausahaan

Meningkatnya pengelolaan dan

pengembangan kewirausahaan

melalui peran inkubator wirausaha

99,14% 78.1%

Koordinasi Kebijakan Bidang

Peningkatan Daya Saing

Koperasi dan UMKM

Meningkatnya daya saing koperasi dan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 99.90% 77.9%

Koordinasi Penataan

Kelembagaan Pengembangan

UKM Berbasis Teknologi

Terwujudnya ekonomi kerakyatan

yang tangguh, efisien, dan berdaya

saing tinggi

99.99% 66.6%

Beberapa faktor penyebab tingginya penyerapan anggaran tersebut adalah:

1. Adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan pemotongan sebesar 23% dari PAGU

awal Rp. 2.714.000.000 dan self blocking sebesar Rp. 1.600.000.000,- anggaran pada

pertengahan tahun anggaran, sehingga mempercepat penggunaan anggaran.

2. Adanya penambahan Sumber Daya Manusia di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM.

Pelaksanaan program dan kegiatan di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM dilakukan efektif dan efisien dengan keterbatasan

sumber daya yang ada. Saat ini, beberapa jabatan struktural khususnya eselon IV masih

sangat terbatas, hanya terdapat 5 eselon IV. Selain itu, staf pelaksana pun sangat terbatas,

hanya 10 orang untuk membantu pelaksanaan seluruh kegiatan kedeputian. Akan tetapi

dengan segala keterbatasan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM telah mampu mencapai mencapai target kinerja

dengan realisasi anggaran sebesar 99.38%

Tabel 3.8

Pemetaan Sumber Daya Manusia Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM

Page 60: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

56

Eselon II

Eselon III

Eselon IV

Staf Kebutuhan Eselon IV

Kebutuhan Staf Pelaksana *)

Asdep Ekonomi Kreatif 1 3 2 2 4 3

Asdep Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

1 2 1 1 3 3

Asdep Kewirausahaan 1 2 4 0 0 4

Asdep Ketenagakerjaan 1 2 1 1 3 3

Asdep Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

1 2 2 2 2 2

Total 5 11 10 6 12 12

*) Asumsi : setiap eselon IV membutuhkan 1 orang staf pelaksana

Page 61: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

57

4 BAB IV PENUTUP

Laporan Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM Tahun 2016 merupakan salah satu bentuk pertangungjawaban dalam pelaksanaan

program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2016, yang disusun berdasarkan Renstra

Tahun 2015-2019 dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh

terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi danUKM.

Capaian Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing Koperasi dan UKM telah merupakan penjabaran atas pelaksanan program dan kegiatan

sebagaimana yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

Berdasarkan tabel pengukuran Kinerja dan Capaian Target Indikator Kinerja Utama (IKU),

capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi

dan UKM menunjukkan hasil Kinerja yang Baik, dengan harapan dapat meningkat pada tahun-tahun

mendatang. Keberhasilan pelaksanaan Program dan Kegiatan tersebutmerupakan komitmen dari

pimpinan dan seluruh staf serta Stakeholders. Oleh karena itu, diperlukan kerja keras dan kerjasama

untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan Progam dan Kegiatan pada tahun-tahun yang akan

datang.

Hasil Kinerja Tahun 2016diharapkan menjadi pedomandalam pelaksanaan tugas dan fungsi

pada setiap unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan

Daya Saing KUKM, sehingga dapat meningkatkan peran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam upaya koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Ekonomi Kawasan, Kewirausahaan, Daya Saing

KUKM, dan Ketenagakerjaan.

Page 62: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

58

5 Lampiran

1. Penetapan Kinerja Tahun 2016

2. Manual Penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU) 2016

3. Pengukuran Kinerja 2016

4. Capaian Target Indikator Kinerja Utama (IKU) 2016

Page 63: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

59

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2016

Page 64: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

60

MANUAL IKU

Definisi : Diselesaikan rekomendasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti oleh Menko Bidang Perekonomian melalui pembahasan dalam rapat koordinasi tingkat menteri, penetapan peraturan atau keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, atau ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga terkait.

Satuan : %

Teknik Menghitung : Diselesaikan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan= jumlah rekomendasi dan sinkronisasi yang diselesaikan (realisasi) dibandingkan dengan target dan atau rekomendasi dan sinkronisasi yang dihasilkan (target). R

T x 100

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,

dan Daya Saing KUKM

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain :

Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan

Manual

Perhitungan

IKU

KEMENTERIAN 1

Target 2016 :85% (10 Rekomendasi kebijakan)

Page 65: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

61

Definisi

:

Implementasi kebijakan fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan oleh K/L yang menghasilkan rekomendasi yang ditindaklanjuti melalui rapat koordinasi, penyusunan rancangan peraturan, atau ditindaklanjuti oleh K/L.

Satuan : %

Teknik Menghitung : Pengendalian kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan = jumlah rekomendasi pengendalian yang terimplementasikan (realisasi) dibandingkan dengan target rekomendasi pengendalian. R X100% T

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : -

Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi

kreatif nasional yang terimplementasikan

Manual

Perhitungan

IKU

KEMENTERIAN

2

Target 2016 :85% (10 laporan pengendalian kebijakan)

Page 66: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

62

Page 67: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

63

Page 68: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

1

PENGUKURAN KINERJA

Unit Eselon I : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM

Tahun : 2016

Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2016

Realisasi

2016

Kinerja

2016

Anggaran

Pagu Realisasi %

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Persentase perumusan rancangan peraturan di

bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan

Daya Saing KUKM, serta SDM dan

ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang

diselesaikan

85% 85% 100% 7.486.000.000 7.439.624.546 99.38

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah

Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta

SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif

nasional yang terimplementasikan

85% 85% 100%

Page 69: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

2

Unit Organisasi Eselon II : Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif

Tahun Anggaran : 2016

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/ Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meningkatnya

jumlah pelaku

ekonomi kreatif

dan

kontribusinya

terhadap

perekonomian

nasional

1. Persentase (%) rekomendasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif

85% 85% 100% Koordinasi

Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

691.396.000 685.151.784 99.10%

2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif

90% 90% 100% 568.634.000 562.090.730 98.85%

3. Persentase (%) layanan dukungan administrasi kegiatan dan tata kelola pada Deputi IV

80% 80% 100% 243.805.000 243.369.600 99.82%

Jumlah Anggaran : Rp.1.503.835.00,-

Kegiatan : Koordinasi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif

Page 70: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

3

Unit Organisasi Eselon II : Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

Tahun Anggaran : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Real %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

potensi ekonomi

kawasan

1. Persentase (%) rekomendasi Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningktan Daya Saing Ekonomi Kawasan

85% 85% 100% Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Peningkatan

Daya Saing

Ekonomi

Kawasan

1.021.945.000 1.010.033.203 98.83%

2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan

85% 85% 100% 208.887.000 208.849.942 99.98%

Jumlah Anggaran : Rp.1.230.832.000,-

Kegiatan : Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

Page 71: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

4

Unit Organisasi Eselon II : Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan

Tahun Anggaran : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

kewirausahaan

melalui peran

inkubator

wirausaha

1. Persentase (%) rekomendasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan kewirausahaan

85% 85% 100% Koordinasi

Kebijakan

Pengemba

ngan

Kewirausah

aan

844.143.000 841.708.710 99.24%

2. Persentase (%) Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan

85% 85% 100% 392.190.000 389.393.068 99.29%

Jumlah Anggaran : Rp.1.240.333..000,-

Kegiatan : Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

Page 72: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

5

Unit Organisasi Eselon II : Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

Tahun Anggaran : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Real %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meningkatnya

daya saing

koperasi dan

usaha mikro,

kecil, dan

menengah

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

85% 85% 100% Koordinasi

Kebijakan

Peningkatan

Daya saing

Koperasi dan

UMKM

1.230.949.000 1.219.632.031 99.08%

2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

85% 85% 100% 271.884.000 271.231.252 99.76%

Page 73: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

6

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Real %

Terwujudnya

ekonomi

kerakyatan yang

tangguh, efisien,

dan berdaya

saing tinggi

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan penataan kelembagaan pengembangan UKM Berbasis Teknologi

80% 60% 75% Koordinasi

penataan

kelembagaan

pengembanga

n UKM

berbasis

teknologi

1,694,200,000 1,104,505,260 65.19%

2. Persentase (%) Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang penataan kelembagaan pengembangan UKM berbasis Teknologi

75% 75% 100% 305,800,000 228,440,180 74.70%

Jumlah Anggaran : Rp. 2.245.510.000,-

Kegiatan : Koordinasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

Page 74: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

7

Unit Organisasi Eselon II : Asisten Deputi Ketenagakerjaan

Tahun Anggaran : 2016

Jumlah Anggaran : Rp.1.265.490.000,-

Kegiatan : Koordinasi Kebijakan Bidang Ketenagakerjaan

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meningkatnya

pengelolaan dan

pengembangan

di bidang

ketenagakerjaan

1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan

85% 85% 100% Koordinasi

Kebijakan

Ketenagaker-

jaan

744.315.000 669.995.236 90.02%

2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Ketenagkerjaan

85% 85% 100% 521.175.000 490.484.950 94.11%

Page 75: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

8

Capaian Target IKU 2016

Unit Eselon I : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM

Tahun : 2016

Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2016

Realisasi

2016

Kinerja

Keterangan

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Persentase perumusan rancangan peraturan di

bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya

Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan

ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan

85% 85% 100%

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan

Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah

Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM

dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional

yang terimplementasikan

85% 85% 100%

Page 76: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

9

Capaian Target IKU 2016

Unit Eselon II : Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif

Tahun : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan

Pengembangan Ekonomi Kreatif

Persentase rekomendasi koordinasi dan

sinkronosasi

kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif

yang diselesaikan

85% 85% 100% (i) Draft Rencana Induk Pengembangan

Ekonomi Kreatif, ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya Surat Deputi kepada

Sestama Bekraf Nomor S-

72/D.IV.M.EKON/09/2016 pada tanggal 16

September 2016.

(ii) Telah terdapat rekomendasi hasil

koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

pengembangan industri kreatif unggulan

dan prioritas yang meliputi: industri

animasi, fashion, film, dan kriya.

a. Film: Gerakan 1000 (Pengembangan

Ekonomi Kreatif terintegrasi dengan

lokomotif film) dan pengembangan

industri film nasional

b. Animasi: menginisiasi kemungkinan

kerjasama yang lebih luas antara

industri animasi lokal dan TV nasional

c. Fashion: fasilitasi pemberian dukungan

pelaksanaan IFW 2017

d. Kriya: Identifikasi isu strategis

pengembangan industri batik dan

Page 77: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

10

rotan di Kabupaten Cirebon.

Terwujudnya pengendalian

pelaksanaan kebijakan

Pengembangan Ekonomi Kreatif

Persentase rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan bidang

Pengembangan Ekonomi Kreatif

85% 85% 100% (i) Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Ekonomi Kreatif.

(ii) Pengendalian kebijakan tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif.

Terwujudnya Efektifitas

Pelaksanaan Program dan Tata

Kelolaadministrasi pada Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi

Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya

Saing KUKM yang optimal

Jumlah pelayanan dan tata kelola pada

Deputi BidangKoordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM

12 bulan 12 bulan 100%

Page 78: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

11

Capaian Target IKU 2016

Unit Eselon II : Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan

Tahun : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Terwujudnya koordinasi

dan sinkronisasi

kebijakan Peningkatan

Daya Saing Ekonomi

Kawasan

Persentase rekomendasi koordinasi

dan sinkronosasikebijakan

Peningkatan Daya Saing Ekonomi

Kawasan yang diselesaikan

85% 85% 100% Rekomendasi yang dihasilkan adalah terkait dengan:

(i) Pengembangan Kota Kreatif Telah tersusunnya panduan umum pengembangan

Kota/Kabupaten Kreatif. Telah dilaksanakan pilot project pengembangan Kota

Kreatif untuk misi Pengembangan Industri Kreatif. (ii) Pengembangan Science and Techno Park (STP) Nasional

Telah dilakukan koordinasi pengembangan STP menjadi lembaga profesional dan mandiri.

(iii) Penumbuhkembangan Ekonomi Digital – Penugasan Tambahan Telah dilakukan koordinasi kebijakan dan program

pendanaan dalam pengembangane-Commerce. Sedang dilakukan pemetaan standar dan kebutuhan

minimum dalam pengembangan Inkubator dan Akselerator Start-Up

Terwujudnya

pengendalian

pelaksanaan kebijakan

Peningkatan Daya Saing

Ekonomi Kawasan

Persentase rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan bidang

Peningkatan Daya Saing Ekonomi

Kawasan

85% 85% 100% (i) Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif;

(ii) Pengendalian kebijakan tentang Science Techno Park (STP).

Page 79: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

12

Page 80: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

13

Capaian Target IKU 2016

Unit Eselon II : Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan

Tahun : 2016

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

2016

Realisasi

2016

Kinerja

Keterangan

Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan

kewirausahaan melalui peran inkubator

wirausaha

1. Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan kewirausahaan

85 % 85 % 100% (i) Rekomendasi Penyusunan draft

Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria Pengembangan

Kewirausahaan Nasional yang

akan dijadikan Peraturan

Presiden;

(ii) Rekomendasi usulan dalam

pembahasan RUU Kewirausahaan

Nasional;

2. Rekomendasi pengendalian dan pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan

85 % 85 % 100% (i) Pengendalian pelaksanaan

kebijakn pengembangan

incubator wirausaha khusus

untuk pemetaan profil incubator

wirausaha yang disesuaikan

dengan roadmap pengembangan

incubator wirausaha dan

mendukung Perpres NO. 27

tahun 2013

(ii) Pengendalian target RPJMN

2015-2019 terkait Penciptaan 1

Juta Wirausaha Baru

Page 81: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

14

Capaian Target IKU 2016

Unit EselonII : Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM

Tahun : 2016

SS Indikator Kinerja Target

2016

Realisasi

2016 Kinerja Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c) (f)

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan Peningkatan Daya Saing

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (2 Rekomendasi)

Persentase rekomendasi koordinasi

dan sinkronisasi kebijakan

Pengembangan Peningkatan Daya

Saing Koperasi dan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah yang

diselesaikan

85% 85% 100%

(i) Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

pengembangan sentra UKM/IKM

(ii) Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

pelaksanaan paket kebijakan ekonomi IX terkait

sinergi BUMN untuk membangun agregator dan

konsolidator ekspor produk usaha kecil menengah

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (2 Rekomendasi)

Persentase rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

bidang Peningkatan Daya Saing

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang diselesaikan

85% 85% 100%

(i) Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan

pengembangan sentra UKM/IKM

(ii) Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan

pelaksanaan paket kebijakan ekonomi IX terkait

sinergi BUMN untuk membangun agregator dan

konsolidator ekspor produk usaha kecil menengah

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan penataan kelembagaan

pengembangan UKM berbasis teknologi

(B) (1 Rekomendasi)

Persentase rekomendasi koordinasi

dan sinkronisasi kebijakan penataan

kelembagaan pengembangan UKM

berbasis teknologi (B) yang

diselesaikan

85% 85% 100%

Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

skema pembiayaan tech start-up

Page 82: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

15

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan

kebijakan penataan kelembagaan

pengembangan UKM berbasis teknologi

(B) (1 Rekomendasi)

Persentase rekomendasi

pengendalian pelaksanaan

kebijakan penataan kelembagaan

pengembangan UKM berbasis

teknologi (B) yang diselesaikan

85% 85% 100%

Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan

skema pembiayaan tech start-up

Page 83: LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 - ekon.go.id · PDF fileDeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016 ii DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN AKHIR TAHUN 2016

16

Capaian Target IKU 2016

Unit Eselon II : Asisten Deputi Ketenagakerjaan

Tahun : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016

Realisasi 2016

Kinerja KET

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di bidang Ketenagakerjaan ( 2 Rekomendasi)

Persentase Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Ketenagakerjaan yang diselesaikan.

85 85 100% (i) Rekomendasi pendidikan

dan pelatihan vokasi (ii) Rekomendasi turunan PP

Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dan

Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di bidang Ketenagakerjaan (2 Rekomendasi)

Persentase Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.

85 85 100% (i) Rekomendasi Cost Structure

TKI Luar Negeri. (ii) Rekomendasi tentang IMTA

dan KITAS (iii) Rekomendasi RUU

Perlindungan Migran (tambahan)