Laporan Akhir Studi Skala Kecil Analisis Manfaat Ekonomi ...psflibrary.org/catalog/repository/Studi...

67
Laporan Akhir Studi Skala Kecil Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan April – Juli 2012 Disusun oleh: Poppy Ismalina, Ph.D (Ketua Tim Ekonomi; [email protected]) Heru Sutomo, Ph.D (Ketua Tim Teknik; [email protected]) 2012

Transcript of Laporan Akhir Studi Skala Kecil Analisis Manfaat Ekonomi ...psflibrary.org/catalog/repository/Studi...

Laporan Akhir Studi Skala Kecil Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur

PNPM Mandiri Perdesaan April – Juli 2012

Disusun oleh: Poppy Ismalina, Ph.D (Ketua Tim Ekonomi; [email protected])

Heru Sutomo, Ph.D (Ketua Tim Teknik; [email protected])

2012

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB 1 ANALISIS DAMPAK EKONOMI PROYEK

INFRASTRUKTUR PEDESAAN PNPM: STUDI SKALA KECIL, APRIL – JULI 2012 1

I. PENGANTAR 1II. TUJUAN STUDI DAN METODOLOGI 3III. RINGKASAN HASIL STUDI 5IV. ANALISIS HASIL STUDI 9IV.1. Analisis EIRR 10

A. Saluran Air Bersih 11 B. Jalan/Jembatan 16 C. Irigasi 19

IV.2. Analisis General Income Multiplier 22 A. Saluran Air Bersih 22 B. Jalan/Jembatan 25 C. Irigasi 27

IV.3. Analisis Perbandingan Biaya Proyek 29 A. Saluran Air Bersih 29 B. Jalan/Jembatan 32 C. Irigasi 34

IV.4. Analisis Mutu Manajemen Dasar dan Kualitas Teknik 36 A. Saluran Air Bersih 37 B. Jalan/Jembatan 40 C. Irigasi 43 D. Komparasi Umum: Antar Provinsi dan Antar Jenis Prasarana 46

V. ASPEK PENTING PEMBANGUNAN PRASARANA MELALUI PNPM 47 BAB 2 KESIMPULAN DAN SARAN 50I. KESIMPULAN 50 II. SARAN 52

LAMPIRAN LAMPIRAN 1: REKAPITULASI HASIL ANALISIS DAMPAK EKONOMI PRASARANA

PROGRAM PNPM MP (TIM EKONOMI) DI 39 DESA DAN 48 PRASARANA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, SULAWESI BARAT, KALIMANTAN BARAT DAN JAWA TENGAH

LAMPIRAN 2: REKAPITULASI HASIL ANALISIS DAMPAK EKONOMI PRASARANA PROGRAM PNPM MP (TIM TEKNIK) DI 39 DESA DAN 48 PRASARANA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, SULAWESI BARAT, KALIMANTAN BARAT DAN JAWA TENGAH

LAMPIRAN 3: FOTO-FOTO INFRASTRUKTUR PROGRAM PNPM MANDIRI

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan ii

DAFTAR TABEL

TABEL III.1. ECONOMIC INTERNAL RATE OF RETURN – 4 PROVINSI, 48 PROYEK 6 TABEL III.2. GENERAL INCOME MULTIPLIER – 4 PROVINSI, 48PROYEK 7 TABEL III.3. BIAYA KONSTRUKSI DENGAN PNPM VS PEMDA – 4 PROVINSI, 48

PROYEK (TANPA SWADAYA) 8 TABEL III.4. BIAYA KONSTRUKSI DENGAN PNPM VS PEMDA – 4 PROVINSI, 48

PROYEK (DENGAN SWADAYA) 8 TABEL III.5. PEMERIKSAAN KAJIAN MUTU MANAJEMEN DASAR PROYEK – 4

PROVINSI, 48 PROYEK 9 TABEL IV.1 HASIL ANALISIS EIRR – 16 PRASARANA AIR BERSIH DI 5 KABUPATEN 11 TABEL IV.2 PROYEK DENGAN HASIL EIRR >100% 12 TABEL IV.3 HASIL ANALISIS EIRR 16 PRASARANA JALAN/JEMBATAN DI 6

KABUPATEN 17 TABEL IV.4 PROYEK DENGAN HASIL EIRR >100% 17 TABEL IV.5 HASIL ANALISIS EIRR – 16 PRASARANA IRIGASI DI 5 KABUPATEN 20 TABEL IV.6 PROYEK DENGAN HASIL EIRR >100% 21 TABEL IV.7 RATA-RATA GENERAL INCOME MULTIPLIER 16 PRASARANA AIR BERSIH

DI 5 KABUPATEN 23 TABEL IV.8 RATA-RATA GENERAL INCOME MULTIPLIER 16 PRASARANA

JALAN/JEMBATAN DI 6 KABUPATEN 25 TABEL IV.9 RATA-RATA GENERAL INCOME MULTIPLIER16 PRASARANAIRIGASI DI 5

KABUPATEN 27 TABEL IV. 10 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK AIR BERSIH (TANPA

SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 30

TABEL IV. 11 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK AIR BERSIH (DENGAN SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 30

TABEL IV. 12 PROSENTASE SELISIH BIAYA PROYEK AIR BERSIH (TANPA SWADAYA) DENGAN PERHITUNGAN BIAYA BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 31

TABEL IV. 13 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK JALAN/JEMBATAN (TANPA SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 33

TABEL IV. 14 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK JALAN/JEMBATAN (DENGAN SWADAYA) DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 33

TABEL IV. 15 PROSENTASE SELISIH BIAYA PROYEK JALAN/JEMBATAN (TANPA SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 34

TABEL IV. 16 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK IRIGASI (TANPA SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 35

TABEL IV. 17 PERBANDINGAN BIAYA PROYEK IRIGASI (DENGAN SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA 35

TABEL IV. 18 PROSENTASE SELISIH BIAYA PROYEK IRIGASI (TANPA SWADAYA)DENGAN PERHITUNGAN BIAYA BIAYA PROYEK BERDASARKAN HARGA SATUAN PEMDA MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 36

TABEL IV. 19 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS MANAJEMEN TEKNIS DASAR

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan iii

PRASARANA AIR BERSIH 38 TABEL IV. 20 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA

AIR BERSIH 38 TABEL IV. 21 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS MANAJEMEN TEKNIS DASAR

PRASARANA AIR BERSIH MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 39 TABEL IV. 22 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA

AIR BERSIH MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 39 TABEL IV. 23 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS MANAJEMENTEKNIS DASAR

PRASARANA JALAN/JEMBATAN 41 TABEL IV. 24 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA

JALAN/JEMBATAN 41 TABEL IV. 25 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS MANAJEMEN TEKNIS DASAR

PRASARANA JALAN/JEMBATAN MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 42 TABEL IV. 26 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA

JALAN/JEMBATAN MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 43 TABEL IV. 27 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS MANAJEMEN TEKNIS DASAR IRIGASI 44 TABEL IV. 28 RINGKASAN EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA

IRIGASI 44 TABEL IV. 29 HASIL EVALUASI KUALITAS MANAJEMEN TEKNIS DASAR PRASARANA

IRIGASI MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 45 TABEL IV. 30 HASIL EVALUASI KUALITAS HASIL PEMBANGUNAN PRASARANA IRIGASI

MENURUT TAHUN PEMBANGUNAN 45

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 1

Analisis Dampak Ekonomi Proyek Infrastruktur Pedesaan PNPM:

Studi Skala Kecil, April – Juli 2012

I. Pengantar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (selanjutnya disingkat PNPM)

Mandiri Perdesaan telah dijalankan sejak tahun 1998 dengan nama Program

Pengembangan Kecamatan (PPK). Bank Dunia memberikan bantuan keuangan dan teknis

dalam implementasi PNPM Mandiri Perdesaan. Sampai pada tahun 2009, PNPM Mandiri

Perdesaan telah beroperasi di 32 provinsi, 364 kabupaten, 4.193 kecamatan dan lebih

dari 43.000 desa.

Tujuan dari program ini adalah: (i) menurunkan tingkat kemiskinan dengan cara

meningkatkan pendapatan desa; (ii) memperkuat institusi masyarakat dan Pemerintah

Daerah; (iii) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan mengurangi pengangguran;

dan (iv) mendukung upaya peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan

desentralisasi pda tingkat lokal (provinsi ke kabupaten). Program tersebut

memberdayakan masyarakat dengan cara menyediakan dana untuk pembangunan

infrastruktur, fasilitas dan aktivitas lain seperti pengembangan kapasitas dan kredit

mikro di tingkat desa. Semua proses perencanaan dan pengambilan keputusan ditangani

langsung oleh warga desa sendiri. Masyarakat desa membentuk kelompok untukbersama-

samamenyusun rencana proyek lokal dan mengumpulkan dua atau tinggal usulan untuk

dibahas dan ditimbang dalam pertemuan tingkat kecamatan. Proyek yang terpilih dalam

pertemuan tersebut akan mendapatkan bantuan langsung. Kelompok masyarakat yang

mengusulkan proyek tersebut yang akan menjalankan proyek dan mengelola dana

bantuan tersebut. Hampir 70 persen dari seluruh bantuan PNPM Mandiri Perdesaan

dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur perdesaan, sisanya dialokasikan untuk

pembiayaan kredit mikro dan aktivitas peningkatan kapasitas masyarakat.

Pada tahun 2004/2005, tim independen dari Bank Dunia melakukan studi tentang

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 2

dampak ekonomi dari infrastruktur yang dibangun oleh PNPM Mandiri Perdesaan di 113

desa yang ada di empat provinsi, yaitu Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan

dan NTT untuk tiga macam tipe infrastruktur, yaitu 41 saluran air bersih, 55

jalan/jembatan, dan 17 saluran irigasi. Studi dilakukan untuk menganalisis: 1)

Economic Internal Rate of Return (EIRR) dari pembangunan infrastruktur PNPM; 2)

melakukan analisa dampak makro ekonomi dari pembangunan prasarana didesa dengan

menggunakan (i) Analisa Umum tentang Perputaran Uang, dan (ii) Indikator kualitas

hidup masyarakat akibat adanya proyek, untuk mengetahui manfaat tidak langsung dan

manfaatyang tak terlihat; serta (3) menghitung kembali nilai proyek prasarana PPK

dengan menggunakan harga satuan kontraktor setempat untuk mengetahui berapa

jadinya nilai proyek yang sama apabila ditenderkan Pemerintah Daerah kepada

kontraktor setempat.

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh tim independen tersebut, hasil studi tahun

2004/2005 tersebut adalah: 1) Proyek-proyek PNPM tersebut menghasilkan nilai

kembalian yang cukup bagus dengan hasil rata-rata di atas 52.75% untuk 113 proyek

tersebut. Hasil rata-rata untuk proyek air bersih adalah 38.62%; jalan desa 51.84% dan

proyek irigasi 67.64%. Dari 113 proyek tersebut, terdapat 8 proyek yang menghasilkan

EIRR di atas 100%; 2) General Multiplier Analysis menunjukkan penambahan kegiatan

ekonomi yang bernilai Rp 2,069,413,297 atau US$ 226,165 untuk 113 proyek apabila

angka pengganda diuangkan; 3) Analisis perbandingan biaya menyimpulkan bahwa pada

proyek-proyek PNPM tersebut, terdapat penghematan biaya secara rata-rata 55.82%

untuk 113 proyek dengan nilai total penghematan sebesar Rp 7,006,723, 052 atau US$

765,762; 4) Analisis kajian dasar mutu teknis dan manajemen menunjukkan bahwa

kebanyakan proyek dianggap cukup baik oleh masyarakat yang membangun proyek

tersebut. Jika membandingkan masing-masing provinsi, 106 proyek (93.8%) dari 113

proyek mendapatkan ranking “cukup baik” atau “baik”; 5) Analisis kualitas hidup

menunjukkan bahwa banyak manfaat yang langsung maupun tidak langsung diperoleh

masyarakat dari 113 proyek tersebut. Dari 113 proyek, 62 (55%) mendapatkan

rankingdari masyarakat “Sangat Dirasakan”; 46 (41%) mendapatkan ranking “Dirasakan”

dan 5 proyek (4%) mendapatkan ranking “Kurang Dirasakan”. Dengan kata lain, 108

proyek (95%) mendapatkan ranking dari masyarakat yang membangun sebagai proyek

yang membawa dampak yang “Sangat Dirasakan”, atau “Dirasakan” sehari-hari.

Pada akhir April hingga Juli 2012, tim independen Bank Dunia kembali melakukan

studi yang sama dengan tujuan dan analisis yang sama namun dengan skala lebih kecil

dibandingkan tahun 2004/2005. Studi skala kecil ini bertujuan untuk menganalisis EIRR,

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 3

general income multiplier, kajian dasar mutu teknis dan perbandingan biaya dari

proyek-proyek infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan yang dibangun sejak tahun 2007

hingga 2011. Tiga jenis infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan yang akan dijadikan

sampel studi adalah jalan/jembatan, saluran air bersih, dan irigasi. Survei dilakukan

selama 24 (dua puluh empat) hari dari tanggal 30 April –23 Mei 2012 pada 39 desa di

empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan NTT. Total

sampel proyek dari studi ini sebanyak 48 proyek yang terdiri dari 16 proyek untuk

masing-masing tipe infrastruktur PNPM yaitu saluran air bersih, jalan/jembatan dan

irigasi.

Laporan ini mempresentasikan hasil studi skala kecil tersebut.Laporan ini terdiri

dari dua bagian. Di bagian pertama, laporan ini menampilkan ringkasan hasil studi

tersebut dengan masing-masing analisis untuk keempat provinsi dan ketiga macam

infrastruktur, dilanjutkan uraian detil untuk masing-masing infrastruktur di masing-

masing kabupaten empat provinsi tersebut. Kesimpulan ringkas dari studi iniakan

dipresentasikan pada bagian kedua dari laporan ini beserta catatan lain yang harus

diperhatikan untuk pelaksanaan PNPM Mandiri di waktu mendatang demi terjaganya

keberlanjutan program ini.

II. Tujuan Studi dan Metodologi

Seperti disebutkan di atas, studi skala kecil ini adalah studi dengan lingkup yang

lebih kecil dibandingkan studi tahun 2004/2005. Dalam studi ini, metodologi dan

instrumen yang sama dari studi 2004/2005 akan digunakan karena diharapkan hasil studi

skala kecil ini merupakan kelanjutan dan dapat dibandingkan dengan hasil studi tahun

2004/2005 yang telah disebutkan di atas.

Studi skala kecil mengenai analisis dampak ekonomi ini memiliki empat tujuan

utama, yaitu:

1. Menghitung EIRR dari manfaat ekonomi langsung proyek infrastruktur

perdesaan yang dibangun oleh komunitas perdesaan PNPM.

2. Menggunakan analisis sirkulasi arus uang yang berputar di dalam desa

(general income multiplier analysis) dimana infrastruktur dibangun untuk

mengevaluasi dampak makro ekonomi dari pembangunan infrastruktur

perdesaan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat desa dan

aktivitas skala ekonomi kecil desa.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 4

3. Melakukan analisis perbandingan biaya proyek antara infrastruktur sejenis

yang dibangun dengandana PNPM Mandiri Perdesaan dan dana Pemerintah

Daerah.

4. Melakukan kajian mutu manajemen dasar dan kualitas teknis dari proyek

infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan.

Untuk menjawab empat tujuan tersebut di atas, maka tim peneliti dibagi

menjadi dua bagian tim ekonomi dan tim teknik. Tim ekonomi yang bertanggungjawab

pada dua tujuan pertama sedangkan tim teknik bertanggungjawab atas dua tujuan

terakhir. Empat tujuan utama tersebut di atas yang menjadi acuan dalam pembahasan

hasil studi di dalam laporan ini. Masing-masing komponen studi akan dijelaskan secara

detil di bagian awal pembahasan hasil studi masing-masing komponen studi tersebut.

Adapun mengenai pengambilan sampel lokasi studi skala kecil ini telah

ditetapkan dalam usulan studi ini (TOR) dengan menimbang keterbatasan waktu dari

studi ini. Sampel dari studi ini adalah tiga macam infrastruktur perdesaan yang dibangun

dengan dana PNPM Mandiri Perdesaan yaitu jalan/jembatan, irigasi dan saluran air

bersih. Lokasi studi ditetapkan di 20 (dua puluh) desa dari masing-masing empat provinsi

yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan NTT. Kriteria pemilihan desa

adalah:

1. Desa yang dipilih hanya menerima satu kali dana bantuan PNPM

untukmasing-masing jenis infrastruktur (jalan/jembatan, irigasi, dan

saluran air bersih.

2. Sampel infrastruktur dari tiga jenis tersebut di atas harus dibangun pada

periode tahun 2007 – 2011 dengan alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan.

3. Dalam kasus, desa yang diusulkan tidak memiliki semua dari ketiga jenis

infrastruktur tersebut di atas, maka desa pengganti adalah desa yang

berada dalam satu kecamatan yang menerima dana PNPM Mandiri

Perdesaan untuk infrastruktur yang tidak tersedia di desa pilihan

sebelumnya.

Dalam implementasinya, 20 (duapuluh) desadipilih berdasarkan informasi dari

koordinator PNPM di tingkat kabupaten dan hasil studi tim Evaluasi Teknis Bank Dunia

dan kriteria tersebut di atas. Tim peneliti lapangan yang terdiri dari empat ahli bidang

ekonomi dan empat ahli bidang teknik dibagi menjadi empat kelompok.Satu kelompok

yang terdiri dari satu orang ahli ekonomi dan satu orang ahli teknik bertanggungjawab

untuk satu provinsi.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 5

Namun demikian, di lapangan, setelah tim peneliti lapangan berkoordinasi

dengan Fasilitator Kabupaten dan Kecamatan di masing-masing provinsi, terjadi

beberapa perubahan sampel baik jenis infrastruktur maupun lokasi desa karena

beberapa alasan: i) Ditemukan di lapangan jenis infrastruktur yang ditentukan sebagai

sampel sebelumnya hanyalah aktivitas perbaikan prasarana yang ada ataumenggunakan

alokasi dana yang kecil sehingga jumlah pengguna di kalangan masyarakat desapun

tidak banyak. Dengan demikian, sampel diubah dengan sampel infrastruktur pengganti

yang merupakan infrastruktur dengan dana yang lebih besar dan jangkauan pemanfaat

yang lebih banyak di desa yang sama; ii) Desa yang ditentukan sebelumnya tidak

dikenal di wilayah kecamatan tersebut sehingga dipilih desa di kecamatan yang sama

dengan kriteria tersebut di atas; iii) Desa yang ditentukan sebelumnya tidak memiliki

tiga jenis infrastruktur yang diinginkan sehingga dipilih desa yang berada di kecamatan

yang sama dengan infrastruktur yang sejenis.

Di seluruh empat provinsi, perubahan sampel desa terjadi karena tiga alasan

tersebut di atas. Atas situasi yang terjadi di lapangan ini, maka desa sampel untuk

studi skala kecil ini adalah sebanyak 39 desa yang tersebar di empat provinsi sampel

dengan 48 proyek infrastruktur yang terdiri dari 16 proyek untuk masing-masing tipe

infrastruktur: jalan/jembatan, irigasi, dan saluran air bersih. Khusus untuk Kalimantan

Barat, infrastruktur irigasi lebih banyak berfungsi sebagai drainase. Hanya adasatu

sampel irigasi yang selain berfungsi sebagai drainase, juga berfungsi sebagai irigasi

yaitu irigasi yang dibangun dikecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang.

III. Ringkasan Hasil Studi

Bagian ini memaparkan ringkasan hasil studi dengan menggunakan empat analisis

tersebut di atas. Pada dua analisis, yaitu EIRR dan analisis pengganda pendapatan,

tampilan tabel akan memperlihatkan per provinsi mengingat adanya perbedaan yang

tajam pada empat provinsi tersebut, sementara pada dua analisis terakhir, yaitu

perbandingan biaya dan kajian mutu teknis, tampilan data pada tabel merupakan data

kompilasi untuk keempat provinsi untuk masing-masing jenis infrastruktur.

Berdasarkan standar Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, satu proyek

dianggap memiliki kelayakan ekonomi apabila proyek tersebut menghasilkan EIRR lebih

dari 12%. Tabel III.1 menunjukkan 12 proyek di Jawa Tengahmenghasilkan EIRR di atas

100% akibat dari manfaat yang sangat besar, sementara proyek-proyek lain di tiga

provinsi lainnya rata-rata nilai EIRR-nya tidak lebih dari 40%. Dengan demikian,

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 6

berdasarkan hasil perhitungan EIRR, seluruh proyek infrastruktur PNPM Mandiri

Perdesaan yang dijadikan sampel studi ini memiliki manfaat ekonomi langsung.

Tabel III.1. Economic Internal Rate of Return – 4 provinsi, 48 proyek

Macam Infrastruktur Jumlah Proyek Nilai Rata-rata EIRR Jalan/Jembatan - Jawa Tengah 4 241.83% - Kalimantan Barat 4 39.78% - Sulawesi Barat 4 30.75% - NTT 4 64.80 % Irigasi - Jawa Tengah 4 333.75% - Kalimantan Barat 4 33.85% - Sulawesi Barat 4 39.78% - NTT 4 38.83% Saluran Air Bersih - Jawa Tengah 4 140.75% - Kalimantan Barat 4 76.00% - Sulawesi Barat 4 95.50% - NTT 4 34.25% Total Proyek 48

Dalam banyak kasus, manfaat yang sangat besar ini sebagai akibat dari adanya

penghematan waktu akibat adanya keterbukaan akses, kemudahan transportasi, maupun

meningkatnya hasil-hasil pertanian. Di bagian selanjutnya dari laporan ini akan

dijelaskan secara detil mengapa terjadi manfaat yang sangat besar.Namun demikian,

tidak ada satu jenis infrastruktur tertentu yang secara konsisten menghasilkan manfaat

terbesar atau terkecil dibandingkan yang lainnya.Misalnya, irigasi di Jawa Tengah

mendatangkan manfaat terbesar dibandingkan kedua macam infrastruktur yang lain,

namun di Kalimantan Barat, tipe infrastruktur ini memiliki manfaat yang terkecil. Hal ini

disebabkan, adanya saluran irigasi di Jawa Tengah mengakibatkan meningkatnya masa

tanam dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil pertanian, apalagi luas lahan sawah

yang mendapatkan pengairan menjadi bertambah. Sementara itu di Kalimantan Barat,

saluran irigasi tidak menghasilkan dampak seperti yang terjadi di Jawa Tengah karena

kondisi tanah di Kalimantan Barat secara alamiah tidak subur.Tambahan pula, tiga dari

empat prasarana irigasi yang dijadikan sampel studi ini di Kalimantan Barat lebih

menjalankan fungsi sebagai drainase.

Manfaat proyek PNPM tidak hanya dapat ditangkap dengan menggunakan analisis

EIRR, tetapi juga dapat dipotret dengan menggunakan analisis general income

multiplier.Analisis ini bertujuan untuk menilai manfaat ekonomi yang lebih luas dari

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 7

pembangunan proyek PNPM yang berakibat pada perputaran uang di kalangan

masyarakat desa setempat.Analisis ini dilakukan dengan mengestimasi pendapatan dan

pola pembelajaan dari anggota masyarakat.

Tabel III.2. General Income Multiplier – 4 provinsi, 48proyek

Macam Infrastruktur

Jumlah Proyek

Rata-rata pengganda

Nilai Rupiah dari Nilai Pengganda (dalam satuan Rp)

Total Biaya Proyek (dalam satuan Rp)

Jalan/Jembatan - Jawa Tengah 4 1.35 176,070,328.00 489,108,900.00 - Kalimatan Barat

4 1.17 144,380,138.00 794,213,000.00

- Sulawesi Barat 4 1.195 132,344,289.00 643,187,870.00 - NTT 4 1.21 216,585,141.00 1,111,583,431.00 Irigasi - Jawa Tengah 4 1.32 124,649,216.00 326,405,000.00 - Kalimantan Barat

4 1.57 407,013,302.00 638,153,800.00

- Sulawesi Barat 4 1.25 169,148,551.00 691,526,750.00 - NTT 4 1.23 221,182,824.00 937,006,790.00 Saluran Air Bersih - Jawa Tengah 4 1.45 274,115,211.00 465,687,500.00 - Kalimantan Barat

4 1.22 168,520,856.00 684,746,300.00

- Sulawesi Barat 4 1.5 115,465,111.00 262,764,500.00 - NTT 4 1.15 118,259,400.00 857,306,300.00 Total Proyek 48 1.3 2,267,734,367.00 7,901,690,141.00

Semakin besar nilai tambah yang diberikan dari suatu pembangunan

infrastrutkur, maka semakin banyak uang yang berputar di dalam perekonomian lokal,

akan mendatangkan kesejahteraan yang lebih besar pada masyarakat setempat. Dari

tabel III.2 di bawah, jika angka multiplier diuangkan maka masuknya dana ke

perekonomian 39 desa sampel karena proyek infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan

sudah menghasilkan nilai tambah setara dengan Rp 2,267,734,367.00 atau US$ 246,492

(US$ 1.00 = Rp 9,200). Ketika nilai ini dibandingkan dengan nilai total dari 48 proyek

infrastruktur di 39 desa tersebut, maka nilai tambah dari perputaran uang akibat

masuknya bantuan PNPM Mandiri Perdesaan menjadi signifikan.

Analisis selanjutnya adalah membandingkan biaya proyek PNPM antara biaya

proyek saja (tanpa swadaya) dan dengan memperhitungkan komponen swadaya (dengan

swadaya).Dua tabel berikut (III.3 dan III.4) menunjukkan biaya proyek PNPM

dibandingkan dengan proyek jika didanai Pemda/kontraktor.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 8

Tabel III.3. Biaya Konstruksi dengan PNPM Vs Pemda – 4 Provinsi, 48 Proyek (Tanpa Swadaya)

Jenis Infrastruktur

Jumlah Proyek

PNPM (Tanpa Biaya Swadaya)

Recosting dengan Harga Satuan Pemda

Rata-rata Perbedaan

Biaya (dalam %)

Jalan/Jembatan 16 3,038,093,201 4,036,782,736 37.76

Irigasi 16 2,593,092,340 3,246,800,178 37.82

Air Bersih 16 2,270,504,600 2,794,323,643 32.73

Total 48 7,901,690,141 10,077,906,558 36.10

Tabel III.4. Biaya Konstruksi dengan PNPM Vs Pemda – 4 Provinsi, 48 Proyek (Dengan Swadaya)

Jenis Infrastruktur

Jumlah Proyek

PNPM (Dengan Biaya Swadaya)

Recosting dengan Harga Satuan Pemda

Rata-rata Perbedaan

Biaya (dalam %)

Jalan/Jembatan 16 3,298,143,351 4,036,782,736 25.14

Irigasi 16 2,717,224,267 3,246,800,178 28.19

Air Bersih 16 2,453,673,302 2,794,323,643 21.50

Total 48 8,469,040,921 10,077,906,558 24.94

Tabel III.3 di atas menunjukkan bahwa jika biaya swadaya tidak ditambahkan

sebagai komponen biaya PNPM terhitung penghematan sebesar Rp 2,176,216,417.-

(36.10%) sedangkan jika biaya swadaya ditambahkan dalam komponen biaya PNPM

(Tabel III.4) terhitung penghematan sebesar Rp 1,608,865,637.- (24.94%). Biaya

recosting tersebut memakai harga satuan biaya kontraktor yang digunakan oleh

Pemerintah Daerah (Pemda) setempat ditambah dengan biaya PPN 10% dan PPH

1.5%.Hasil perhitungan ulang (recosting) tersebut menunjukkan bahwa apabila

dibandingkan antara harga satuan pemda dengan PNPM maka biaya PNPM jauh lebih

murah dan efektif dibanding dengan apabila dikontraktorkan. Di situ terlihat bahwa

variasi perbedaan antara biaya PNPM dibanding harga jika dikontrakkan Pemda - antar

jenis infrastruktur juga tidak sangat tinggi, meskipun irigasi tertinggi dan air bersih

terrendah.

Dari tabel III.3 dan III.4 dapat ditentukan besarnya swadaya masyarakat secara

keseluruhan, yakni sebesar Rp 567,350,780.- (pro rata Rp 11,819,808.- per proyek) atau

sebesar 7.18% dari nilai keseluruhan proyek PNPM di seluruh lokasi studi. Komponen

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 9

swadaya untuk masing-masing jenis infrastruktur adalah: jalan/jembatan- 8.6%; irigasi-

4.8%; dan air bersih- 8.1%. Di sini diindikasikan bahwa masyarakat menganggap penting

peran jalan/jembatan yang direfleksikan dengan tingginya komponen swadayanya.

Sementara itu, analisis kajian mutu teknis digunakan untuk melihat manajemen

pelaksanaan dan tingkat kesulitan teknis yang dihadapi dalam pembangunan

proyek.Evaluasi teknis dibatasi untuk memverifikasi standar kualitas teknis dan

manajemen proyek yang sudah ditetapkan oleh warga desa sendiri. Kriteria evaluasi

dipilah menjadi 10 kriteria menjadi dasar dari kuesioner yang digunakan oleh tim

konsultan. Kriteria didasaran pada beberapa indikator, yaitu penyelenggaraan pada

tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, pemeliharaan dan pasca proyek.Sistem

penilaian (skoring) disusun berdasarkan angka dari penilaian proyek dalam kolom “YA”

dan “TIDAK”.apakah item penilaian dilakukan/ tidak, dan tingkat pelaksanaan sangat

baik hingga jelek/bermasalah. Angka tersebut adalah poin yang dialokasi dan kemudian

diberi ranking sesuai dengan sistem skoring.

Berdasarkan sistem skoring, suatu proyek yang mencapai skor 76% atau di

atasnya masuk kategori “Sangat Baik”, skor 51%-75% dalam kategori “Baik”, Skor 26%-

50% masuk dalam kategori “Sedang”, dan skor di bawah 26% masuk kategori “Jelek”.

Ranking mutu manajemen dasar proyek yang dicapai dari 48 proyek, per infrastruktur,

yang dianalisis dapat dilihat di tabel III.5 di bawah ini.

Tabel III.5. Pemeriksaan Kajian Mutu Manajemen Dasar Proyek – 4 Provinsi, 48 Proyek

Jenis Infrastruktur Sangat Baik Baik Sedang Jelek

Jalan/Jembatan 12 4 - -

Irigasi 14 2 - -

Air Bersih 10 5 1 -

Total 36 11 1 -

IV. Analisis Hasil Studi

Bagian ini memaparkan hasil studi dari studi skala kecil analisis dampak ekonomi

PNPM Mandiri Perdesaan. Paparan akan dibagi berdasarkan empat komponen studi yang

menjadi tujuan utama dari studi ini yaitu analisis EIRR, analisis GIM, analisis

perbandingan biaya proyek dan analisis mutu manajemen dasar dan kualitas teknis.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 10

Setelah dibagi berdasarkan komponen studi, pembahasan lebih detil untuk masing-

masing jenis infrastruktur dilakukan dengan membandingkan empat provinsi sampel.

IV.1. Analisis EIRR

Analisis ini bertujuan untuk menilai manfaat seperti penghematan biaya dan

waktu, dan kesempatan-kesempatan yang disediakan untuk meningkatkan pendapatan

personal yang berkembang sebagai dampak langsung sepanjang usia proyek infrastruktur

itu. Mengingat proyek infrastruktur PNPM tidak komersial dan tidak didisain untuk

memiliki keuntungan finansial dalam jangka panjang, maka perhitungan EIRR untuk

proyek-proyek PNPM ini merupakan modifikasi dari formula perhitungan Financial

Internal Rate of Return.Yaitu, dengan mengkalkulasikan manfaat (non-kas) secara lebih

luas yang mungkin saja menjadi akumulasi dari suatu proyek.

Dengan demikian untuk masing-masing tipe infrastruktur, indikator yang

digunakan untuk menginvestigasi manfaat ekonomi langsung dari pembangunan

infrastruktur tersebut bermacam-macam. Misalnya, untuk pembangunan saluran air

bersih, indikator yang digunakan sebagai manfaat ekonomi langsung dari pembangunan

infrastruktur tersebut adalah (i) penghematan waktu dan biaya untuk mendapatkan air;

(ii) pengurangan biaya kesehatan dari adanya penyakit kulit ataupun disentri akibat

adanya solusi atas kekurangan air bersih yang bersih setelah dibangunnya saluran air

bersih; (iii) peningkatan pendapatan rumah tangga akibat berdirinya usaha-usaha kecil

berupa kebun tanaman/ buah kecil karena ketersediaan air. Pembangunan irigasi

memiliki manfaat ekonomi langsung melalui: (i) peningkatan hasil pertanian akibat

peningkatan masa tanam setelah sawah mendapatkan kepastian dan tambahan

pengairan dari saluran irigasi;(ii) penambahan luas lahan yang mendapatkan pengairan;

serta (iii) pengurangan dari adanya kerusakan properti dan tanaman ketika fungsi

drainase dikombinasikan di dalam pemanfaatan saluran irigasi. Sementara, untuk

pembangunan infrastruktur jalan/jembatan, indikator utama dari manfaat ekonomi

langsung atas pembangunan tersebut adalah (i) adanya penghematan waktu untuk

menjangkau tempat-tempat strategis, seperti pasar, sekolah, akibat adanya

jalan/jembatan yang dibangun dari bantuan PNPM; (ii) peningkatan usaha transport

lokal; (iii) pembukaan usaha-usaha kecil sepanjang jalan baru akibat adanya

peningkatan jumlah pengguna jalan baru tersebut dan keterbukaan akses bagi tempat-

tempat yang semula tidak terjangkau; (iv) penurunan biaya transport untuk membawa

produk-produk pertanian ke pasar; serta (v) peningkatan produksi komoditas pertanian

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 11

lokal akibat kemudahan akses ke pasar. Uraian di bawah ini menjelaskan secara detil

hasil perhitungan EIRR untuk masing-masing tipe infrastruktur.

A. Saluran Air Bersih

Hasil perhitungan EIRR untuk manfaat ekonomi langsung air bersih di semua

lokasi studi memperlihatkan rata-rata EIRR berada diatas nilai discount rate 12% (antara

20,2% s/d 225,1%). Tabel IV.1 memperlihatkan hasil perhitungan rata-rata EIRR setiap

kabupaten.Hal ini dapat diartikan bahwa prasarana air bersih yang dibangun memiliki

manfaat langsung yang tinggi bagi masyarakat.

Tabel IV.1 Hasil analisis EIRR – 16 Prasarana Air Bersih di 5 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek Kisaran Nilai EIRR Rata-rata EIRR

1. Sumba Timur

Nusa Tenggara Timur 4 20,2%-42,4% 34%

1. Poliwali Mandar

Sulawesi Barat 4 87,1%-99,5% 96%

2. Bengkayang

Kalimantan Barat 4 25,3%-149,9% 76%

3. Pekalongan

Jawa Tengah 2 41%-117,7% 79,4%

4. Brebes

Jawa Tengah 2 69,4%-225,1% 147,3%

Total Proyek 16 85,2%

Sebelum ada pembangunan prasarana air bersih, masyarakat yang tinggal dilokasi

studi rata-rata harus menempuh jarak cukup jauh berkisar antara 500 m s/d 2,5 km

dengan waktu tempuh antara 15 – 60 menit untuk mendapatkan air. Dari situasi ini,

dampak negatif yang terjadi pada produktifitas lokal cukup mendasar, mulai dari

berkurangnya waktu untuk bekerja di kebun, mengambil kayu dan memelihara ternak

serta anak-anak terlambat datang ke sekolah atau sama sekali tidak ke sekolah karena

tidak mandi. Di beberapa lokasi desa sampel, sebelum ada pembangunan prasarana air

bersih, masyarakat pada umumnya tidak mengeluarkan biaya untuk mengambil air dari

sumber air (mata air ataupun sungai), namun dibeberapa desa sampel ada juga yang

harus mengeluarkan biaya untuk mengangkut jerigen air dengan biaya antara Rp. 3.000 –

Rp. 5.000 sekali pengambilan dengan menggunakan motor/ojek ataupun kendaraan

umum.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 12

Setelah prasarana air bersih dibangun dan air bersih dapat dialirkan ke halaman

rumah, rata-rata waktu yang dibutuhkan masyarakat di seluruh lokasi studi untuk

mengambil air antara 2 – 5 menit saja, sehingga terjadi penghematan waktu antara 13 –

55 menit. Khususprasarana air bersih yang menggunakan sistem perpipaan dari sumber

ke kran umum, masyarakat menyediakan pipa pralon maupun selang plastik secara

swadaya untuk menyalurkanair dari kran umum ke rumah masing-masing. Untuk

kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan prasarana air bersih yang dibangun,

masyarakat pada umumnya sanggup mengeluarkan biaya sebesar Rp. 500,- s/d Rp.

15.000,-. Ini menggambarkan antusiasme masyarakat terhadap keberadaan prasarana air

bersih.

Dari 16prasarana air bersih di desa sampel, 4 (empat) prasarana air bersih

menghasilkan angka EIRR diatas 100%. Tabel IV.2 memberikan penjelasan mengapa hasil

perhitungan EIRR di 4 (empat) prasarana air bersih tersebut cukup tinggi.

Tabel IV.2 Proyek Dengan Hasil EIRR >100%

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Desa Linggosari

Kec. Kajen

Kab. Pekalongan

Prov. Jawa Tengah

117% Sebelum ada proyek, masyarakat mengambil air untuk mandi/cuci di sumber air ataupun sungai dengan jarak tempuh 1-2,5 km dari perkampungan, dengan berjalan kaki selama 15-45 menit. Setiap harinya mereka melakukan mandi satu kali pada saat mengambil air. Setelah adanya proyek, pengambilan air hanya butuh waktu 5 menit. Dengan demikian ada penghematan waktu pengambilan sekitar 10 – 40 menit. Dengan adanyapenghematan waktu untuk pengambilan air, maka masyarakat memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan aktifitas produktif yang menghasilkan pendapatan.

Peningkatan penggunaan air bersih rata-rata dari 13 lt/hr menjadi 426 lt/hari (air mengalir selama 24 jam walaupun dengan volume kecil karena di masing-masing rumah tidak menggunakan fasilitas stop kran).

Masyarakat dikenakan iuran sebesar Rp. 3.000,- per bulan. Iuran ini habis digunakan untuk membayar 3 (tiga) orang pengelola. Apabila ada kerusakan peralatan, masyarakat mengumpulkan iuran untuk perbaikan. Berdasarkan perhitungan antara besarnya iuran dan jumlah pemakaian air perbulan, harga pembelian air sebesar Rp 48,-/m3. Dengan iuran yang sangat rendah tersebut sementara pendapatan masyarakat yang cukup tinggi, dan menerima manfaat yang cukup besar dari adanya saluran air, hasil perhitungan EIRR menjadi tinggi, yaitu 117%. Saat ini rata-rata pendapatan masyarakat per KK berkisar antara Rp. 1.00 juta sampai Rp 1,25 juta per bulan dimana jumlah pemanfaat sebelum dan sesudah proyek sama yaitu 220 KK.

Beberapa skenario dapat disimulasikan di sini: (i) Apabila

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 13

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

iuran yang dikenakan pada masyarakat pemanfaat sebesar Rp. 5.000,-/bulan maka didapat perhitungan EIRR sebesar 113%; (ii) Apabila iuran sebesarRp. 10.000,-/bulanmaka perhitungan EIRR menjadi sebesar 102%; (iii) Apabila iuran sebesar Rp. 15.000,-/bulan maka perhitungan EIRR menjadi 90,8%.Namun apabila tidak ada pemeliharaan yang rutin dengan biaya yang memadai, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan menurunkan nilai manfaatnya. Hal ini sudah terlihat dengan tidak diaturnya cara penyambungan ke rumah menyebabkan kebocoran yang cukup tinggi.

Desa Kaligiri

Kec. Sirampung

Kab. Brebes

Prov. Jawa Tengah

225,1% Sebelum ada proyek, masyarakat mengambil air untuk mandi/cuci di sumber air ataupun sungai dengan jarak tempuh 300 - 500 m dari perkampungan, dengan berjalan kaki selama 45-60 menit (karena jalannya menanjak) dan mandi dilakukan pada saat mengambil air. Setelah adanya proyek, pengambilan air hanya butuh waktu 2-5 menit. Dengan demikian ada penghematan waktu pengambilan sekitar 40 – 55 menit. Dengan demikian waktu yang dialokasikan untuk kegiatan produktif yang meningkatkan pendapatan dapat lebih dilakukan.

Peningkatan penggunaan air bersih rata-rata dari 19 lt/hr menjadi 734 lt/hari (air mengalir selama 24 jam).

Masyarakat dikenakan iuran sebesar Rp. 3.000,- per bulan. Berdasarkan perhitungan antara besarnya iuran dan jumlah pemakaian air perbulan, harga biaya angkut air sebelum adanya proyek sebesar Rp. 24,-/M3 dan sesudah ada proyek menjadi Rp 35,-/m3. Dengan iuran yang sangat rendah dan menerima manfaat yang cukup besar serta pendapatan responden yang rata-rata tinggi, hasil perhitungan EIRR menjadi tinggi, yaitu 225,1%. Saat ini rata-rata pendapatan masyarakat per KK berkisar antara Rp. 1,07 juta sampai Rp 1,35 juta per bulan dimana jumlah pemanfaat sebelum dan sesudah proyek sama yaitu 208 KK.

Beberapa skenario simulasi adalah (i) Apabila iuran yang dikenakan pada masyarakat pemanfaat sebesar Rp. 5.000,-/bulan, makaperhitungan EIRR sebesar 220,2%; (ii) Apabila iuran sebesar Rp. 10.000,perhitungan EIRR sebesar 207,8%; (iii) Apabila iuran sebesar Rp. 15.000,- maka perhitungan EIRR menjadi 195,4%.Namun apabila tidak ada pemeliharaan rutin dan biaya yang memadai, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan menurunkan nilai manfaatnya. Hal ini sudah terlihat dengan tidak diaturnya cara penyambungan ke rumah menyebabkan kebocoran yang cukup tinggi.

Desa Brondong

Kec. Kesesi

127,4%

Sebelum ada proyek, masyarakat mengambil air untuk mandi/cuci di sungai dengan jarak tempuh 500 m dari perkampungan, dengan berjalan kaki selama 25-30 menit

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 14

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Kab. Pekalongan Setelah adanya proyek, pengambilan air hanya butuh waktu 2-5 menit. Dengan demikian ada penghematan waktu pengambilan sekitar 23– 25 menit. Alokasi waktu untuk kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan menjadi lebih besar.

Air yang mengalir dari sumber air ke bak penampung tidak banyak karena menggunakan pipa ukuran 1,25” dimana seharusnya menggunakan pipa diatas 2”. Peningkatan penggunaan air bersih rata-rata dari 43 lt/hr menjadi 461 lt/hari (berdasarkan hasil perhitungan sesaat menggunakan botol aqua dan jam tangan, karena air walaupun mengalir kecil namun karena di masing-masing rumah tidak menggunakan stop kran sehingga air mengalir selama 24 jam).

Masyarakat dikenakan iuran sebesar Rp. 2.000,- per bulan. Berdasarkan perhitungan antara besarnya iuran dan jumlah pemakaian air perbulan, harga pembelian air Rp 41,-/m3. Dengan iuran yang sangat rendah dan besarnya manfaat yang diterima, serta pendapatan responden yang tinggi, maka hasil perhitunganEIRR menjadi tinggi, yaitu 127,4%. Rata-rata pendapatan masyarakat per KK berkisar antara Rp. 2,56 juta Rp 3,89 juta per bulan dimana jumlah pemanfaat sebanyak 113 KK.

Beberapa skenario simulasi adalah (i) Apabila iuran yang dikenakan pada masyarakat pemanfaat sebesar Rp. 5.000,-/bulan maka perhitungan EIRR menjadi sebesar 116%; (ii) Apabila iuran sebesar Rp. 10.000 maka nilai EIRR menjadi sebesar 96,9%; (iii) Apabila iuran sebesar Rp. 15.000,- maka perhitungan EIRR menjadi 77,8. Namun apabila tidak ada pemeliharaan rutin dan biaya yang memadai, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan menurunkan nilai manfaatnya.

Desa Pasti Jaya

Kec. Salamtan

Kab. Bengkayang

Prov. Kalimantan Barat

149,9% Sebelum ada proyek, masyarakat mengambil air untuk mandi/cuci di sumber air ataupun sungai dengan jarak tempuh 150 - 350 m dari perkampungan, dengan berjalan kaki selama 23-30 menit (karena jalannya menanjak) dan mandi dilakukan pada saat mengambil air. Setelah adanya proyek, pengambilan air hanya butuh waktu 2-5 menit. Dengan demikian ada penghematan waktu pengambilan sekitar 21 – 25 menit.

Ketentuan iuran telah disepakati dan ditetapkan, dimana setiap KK membayar Rp 5000/ bulan. Ketentuan ini hanya berjalan 5 kali, dan hanya sebagian kecil KK yang mau membayarnya. Dana yang terkumpul digunakan untuk melakukan perbaikan dan penambahan pipa. Pengelola tidak memberikan informasi yang terbuka, sehingga ketidakpercayaan dan keengganan membayar timbul. Saat ini sudah tidak ada iuran pemakaian air.Hasil perhitungan menjadi tinggi, yaitu 149,9%, karena tidak ada biaya pengelolaan dan operasional pengelolaan yang baik, serta rata-rata pendapatan responden yang cukup tinggi. Saat ini rata-rata pendapatan masyarakat per KK berkisar antara

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 15

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Rp. 885 ribu sampai Rp 1,40 juta per bulan dimana jumlah pemanfaat sesudah proyek hanya 100 KK.

Beberapa skenario simulai adalah (i) Dengan asumsi rata-rata pendapatan responden sebesar Rp. 1.000.000, pemakaian air per jiwa 100 liter/hari dan iuran yang dikenakan pada masyarakat pemanfaat sebesar Rp. 5.000,-/bulan, maka perhitungan EIRR menjadi sebesar 96,6%; (ii) Apabila iuran sebesar Rp. 10.000 maka perhitungan EIRR menjadi sebesar 91,3%; (iii) Apabilaiuran sebesar Rp. 15.000,- maka perhitungan EIRR menjadi 88,5%. Namun apabila tidak ada pemeliharaan rutin dan biaya yang memadai, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan menurunkan nilai manfaatnya.

Apabila membandingkan hasil perhitungan EIRR berdasarkan umur proyek, maka

kita dapat melihat pada tabel yang ada di lampiran 1 dari laporan ini bahwa umur

proyek yang lebih muda tidak selalu menghasilkan nilai discount rate yang lebih besar

ketimbang prasarana yang dibangun lebih lama. Kondisi yang terjadi di masing-masing

wilayah berbeda satu sama lain. Di wilayah NTT, nilaidiscount rate yang tertinggi

bahkan dimiliki oleh dua prasarana air bersih yang dibangun pada tahun 2009, yaitu

sebesar 42.4% dan 38.6% sementara yang terendah, prasarana air bersih yang dibangun

pada tahun 2010 memiliki nilai discount rate sebesar 20.2%. Prasarana yang dibangun di

tahun 2011 berada di tingkat menengah, dengan nilai discount rate sebesar 35.8%. Di

Kalimantan Barat, fakta yang menarik terjadi, prasarana air bersih yang dibangun di

tahun 2011 memiliki nilai discount rate terendah kedua, yaitu sebesar 37.4% setelah

prasarana yang dibangun di tahun 2008 dengan nilai sebesar 25.3%. Nilai discount rate

tertinggi dimiliki oleh prasarana yang juga dibangun di tahun 2008, yaitu sebesar

149.9%, disusul oleh proyek yang dibangun di tahun yang sama, 2008, yaitu sebesar

91.6%.

Sementara itu di Jawa Tengah, prasarana yang dibangun di tahun 2007, memiliki

nilai discount rate lebih tinggi daripada yang dibangun di tahun 2009, yaitu sebesar

127.4% untuk proyek tahun 2007 dan 69.4% untuk proyek tahun 2009. Dua prasarana

lainnya dibangun di tahun 2009 dimana masing-masing memiliki nilai discount rate

sebesar 225.1% dan 117.7%. Di Sulawesi Barat, fakta yang berbeda terjadi, prasarana

dengan umur proyek paling tua yaitu tahun 2009 dalam hal ini, memiliki nilai discount

rate yang paling rendah yaitu 87.1% sedangkan nilai tertinggi dimiliki proyek dengan

usia paling muda, yaitu dibangun di tahun 2011 dengan nilai sebesar 99.5%. Dua proyek

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 16

yang lainnya dibangun di tahun 2010 dengan nilai sebesar 98.1% dan tahun 2011 dengan

nilai sebesar 97.3%.

B. Jalan/Jembatan

Di lokasi studi, manfaat ekonomi langsung yang dijadikan ukuran dalam

perhitungan EIRR untuk pembangunan jalan/jembatan adalah(i) penghematan waktu

perjalanan, (ii) penghematan biaya perjalanan, (iii) peningkatan penjualan hasil

produksi, (iv) peningkatan harga tanah dan (v) munculnya lapangan pekerjaan baru di

sektor transportasi.

Sebagian besar proyek yang diteliti menunjukkan bahwa manfaat yang besar itu

terjadi karena adanya kegiatan ekonomi yang sama sekali baru akibat dibangunnya

prasarana jalan desa oleh PNPM atau karena adanya hasil produksi yang semula

menumpuk dan sekarang dapat melewati jalan menuju ke pasar. Berbagai contoh yang

sering terlihat adalah ruas jalan menuju desa yang semula terisolasi.Sebelum adanya

jalan, mereka mengangkut barang dagangannya dengan cara dipikul atau diangkut

dengan sepeda motor dalam jumlah terbatas dengan menempuh jarak yang cukup jauh

untuk mencapai pasar yang terdekat.

Keuntungan terbesar yang jelas terjadi pada proyek jalan dihasilkan dari

penghematan waktu dan peningkatan penjualan hasil pertanian yang sangat

mendasar.Keseluruhan proyek jalan menghasilkan angka EIRR yang tinggi dan

konsisten.Ini tidaklah mengejutkan karena kebanyakan desa-desa yang membangun

jalan/jembatan di 16 lokasi yang dianalisis ini berada di wilayah yang cukup

terpencil.Banyak dari jalan-jalan ini memiliki dampak yang cukup dramatis, seperti

membuka transportasi yang lebih baik bagi komoditas dan juga hasil bumi yang

dihasilkan.Komoditi yang tadinya membusuk di pohon, atau diabaikan karena kesulitan

transportasi, sekarang sudah dapat di bawa ke pasar dengan jumlah yang meningkat

secara signifikan.

Meskipun demikian, rata-rata jalan-jalan PNPM yang dianalisis konsultan berhasil

mengubah perjalanan dari 2 jam jalan kaki menjadi transportasi lokal 30 menit saja.

Karena manfaat yang dihasilkan sangat besar terutama yang terakumulasi pada proyek

jalan, seperti dilihat pada tabel IV.3, juga membantu mendorong hasil akhir dari rate of

return untuk proyek-proyek jalan tersebut.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 17

Tabel IV.3 Hasil analisis EIRR

16 Prasarana Jalan/Jembatan di 6 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek Kisaran Nilai EIRR Rata-rata EIRR

1. Sumba Timur

Nusa Tenggara Timur 4 49,9% - 77,4% 64,8%

2. Poliwali Mandar

Sulawesi Barat 4 20,8% - 97,30% 66,8%

3. Bengkayang

Kalimantan Barat 3 22,7% - 44,2% 35,07%

4. Kubu Raya

Kalimantan Barat 1 53,9% 53,9%

5. Pekalongan

Jawa Tengah 2 87,6% - 281,80% 184,70%

6. Brebes

Jawa Tengah 2 156,6% - 706% 431,3%

Total Proyek 16 120%

Hasil analisis pada tabel IV.3 memperlihatkan rata-rata EIRR berada di atas nilai

discount rate 12% (antara 20,8% s/d 706,0%). Hal ini dapat diartikan bahwa prasarana

jalan dan jembatan yang dibangun pada umumnya mempunyai manfaat yang sangat baik

bagi masyarakat.

Dari 16 prasaranajalan/jembatan di desa sampel, 3 (tiga) prasarana

jalan/jembatan di Kabupaten Pekalongan dan Brebes menghasilkan angka EIRR di atas

100%. Tabel IV.4. memberikan penjelasan mengapa hasil perhitungan EIRR di 3 (tiga)

prasarana jalan/jembatan tersebut cukup tinggi.

Tabel IV.4 Proyek Dengan Hasil EIRR >100%

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Desa Ujung Negoro

Kec. Kesesi

Kab. Pekalongan

Prov. Jawa Tengah

281,8%

Sebelum dibangunnya jalan, motor dan mobil tidak dapat

melewati jalan tanah, setelah dibangunnya jalan, cukup

banyak motor dan mobil pengangkut barang yang

melewati jalan tersebut. Jalan tersebut merupakan akses

jalan antar kampung dan ke sawah.

Dengan demikian walaupun adanya penambahan biaya

transportasi, namun jumlah orang/barang yang lewat

bertambah banyak dan waktu tempuh menjadi lebih

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 18

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

cepat dan hasil pertanian lebih mudah diangkut dengan

mobil, dimana sebelumnya harus diangkut tanpa bantuan

alat transportasi.

Waktu yang diperlukan dari 90 menit menjadi 30 menit.

Dengan pembangunan jalan sepanjang 756 meter dengan

lebar 3 meter, luas tanah sawah yang terpengaruh

kenaikan harga seluas 30.240 M2. Harga tanah mengalami

peningkatan sebesar Rp. 3.000,-/meter dari Rp

5000/meter menjadi Rp 8000,-/meter. Investasi yang

diperlukan sebesar Rp 64,3 juta sedangkan pemanfaatnya

sebanyak 80 orang.

Desa Sridadi

Kec. Sirampog

Kab. Brebes

Prov. Jawa Tengah

706,0%

Lokasi pembangunan jalan desa berada di lokasi

perumahan, kebun pekarangan dan persawahan. Sebelum

ada jalan PNPM tidak ada kendaraan yang dapat mencapai

desa ini. Hasil bumi sebelumnya harus dijinjing atau dipikul

dipundak selama 90 menit.Dengan adanya jalan, hanya

perlu waktu 10 menit.

Selain itu, dengan pembangunan jalan sepanjang 580

meter dengan lebar 2,5 M menyebabkan luas tanah sawah

yang terpengaruh kenaikan harga seluas 16.240 M2 dan

tanah rumah dan pekarangan seluas 6.960 M2. Peningkatan

harga jual tanah sawah sebesar Rp. 40.000/M2, dari Rp.

60.000,-/M2 menjadi Rp. 100.000,-/M2 dan kenaikan harga

tanah rumah dan pekarangan sebesar Rp. 75.000,-/M2, dari

Rp 175.000/M2 menjadi Rp 250.000/M2. Dengan demikian

perhitungan peningkatan harga tanah menjadi sangat besar

dan sangat mempengaruhi perhitungan EIRR. Frekuensi

arus barang hasil bumi yang melewati jalan sebanyak 2 kali

dalam seminggu.

Desa Pepedan

Kec. Tonjong

Kab. Brebes

Prov. Jawa Tengah

156,6%

Sebelum ada jalan PNPM, hanya ada sebagian jalan untuk

mencapai perumahan, sedangkan kelahan sawah masih

berbentuk jalan tanah sehingga tidak ada kendaraan yang

dapat mencapai ke sawah. Kemudian jalan dibangun untuk

menyambungkan akses desa dan sebagai jalan lintasan.

Jarak dari rumah ke pasar linggapura 1 km dengan waktu

tempuh sebelum ada jalan 30 menit, sekarang dapat

ditempuh dalam waktu 5-10 menit. Biaya perjalanan yang

harus dikeluarkan sebelum adanya jalan adalah Rp 3000,-

/zak, setelah adanya jalan hanya Rp 7000,- dengan ojek

sampai di pasar. Frekuensi barang yang melewati jalan

sebanyak 6 kali dalam seminggu.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 19

Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Dengan pembangunan jalan sepanjang 478,5 meter dengan

lebar 2,5 M menyebabkan peningkatan harga jual tanah

sawah sebesar Rp. 5.000/M2, dari Rp. 25.000,-/M2 menjadi

Rp. 30.000,-/M2 dimana luas tanah sawah yang terpengaruh

seluas 19.140 M2. Dengan demikian perhitungan

peningkatan harga tanah menjadi sangat besar dan sangat

mempengaruhi perhitungan EIRR. Frekuensi arus barang

hasil bumi yang melewati jalan sebanyak 2 kali dalam

seminggu, sedangkan arus orang menggunakan ojek setiap

hari.

Apabila umur proyek dijadikan pertimbangan untuk membandingkan hasil

perhitungan EIRR untuk prasarana jalan/jembatan, maka di empat provinsi sampel

situasi menjadi berbeda satu sama lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel lampiran 1 dari

laporan akhir ini. Satu kesimpulan yang sama dengan prasarana saluran air bersih adalah

proyek dengan umur yang lebih muda tidak selalu memiliki nilai discount rate tertinggi

dibandingkan proyek dengan umur yang lebih tua. DI wilayah NTT, proyek dengan umur

paling muda, yaitu dibangun di tahun 2011, memiliki nilai yang tertinggi yaitu sebesar

77.40%. Hal yang sama terjadi di Jawa Tengah: proyek dengan umur termuda, yaitu

dibangun di tahun 2010, memiliki nilai tertinggi yaitu 706%.

Sedangkan di dua provinsi yang lain, yaitu Sulawesi Barat dan Kalimantan Barat,

hal sebaliknya terjadi. Yaitu proyek dengan umur paling muda memiliki nilai terendah.

Di Sulawesi Barat misalnya, proyek yang dibangun di tahun 2010 (dua proyek lainnya

dibangun di tahun 2008 dan satu proyeknya di tahun 2009) memiliki nilai terendah yaitu

sebesar 20.8%. Di Kalimantan Barat, proyek dengan usia paling muda memiliki nilai

discount rate terendah yaitu sebesar 22.7%.

C. Irigasi

Dalam perhitungan EIRR, manfaat utama yang dihitung dalam proyek irigasi di

lokasi studi adalah adanya: (i) peningkatan produksi/hasil panen,(ii) penambahan luas

lahan pertanian, (iii) peningkatan nilai tanah pertanian karena mendapatkan pelayanan

irigasi baru, (iv) peningkatan pendapatan berlipat karena hasil panen yang lebih baik

disebabkan olehkeberadaan prasarana air yang baik dan (v) penghematan karena dapat

mencegah kerusakan bangunan dan hasil panen karena banjir.

Jumlah prasarana irigasi yang dikunjungi berada di 15 desa di lima kabupaten

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 20

yaitu di Kabupaten Sumba Timur (NTT) sebanyak 3 desa, 4 desa di Kabupaten Poliwali

Mandar (Sulawesi Barat), 4 desa di Kabupaten Bengkayang (Kalimantan Barat), 2 desa di

Kabupaten Pekalongan (Jawa Tengah) dan di Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) sebanyak

2 desa. Tabel IV.5 memperlihatkan hasil perhitungan rata-rata EIRR di 5 Kabupaten dan

15 desa untuk 16 prasarana sebesar 108%. Khusus untuk Kabupaten Sumba Timur 1 (satu)

desa yang dikunjungi yaitu Desa Mutung Gending mewakili 2 (dua) prasarana irigasi

dengan tahun anggaran yang berbeda.

Tabel IV.5 Hasil analisis EIRR – 16 Prasarana Irigasi di 5 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek Kisaran Nilai EIRR Rata-rata EIRR

1. Sumba Timur/NTT 4 24,9%-56,5% 38,8%

2. Poliwali Mandar/Sulawesi Barat 4 7,1%-52,9% 23,8%

3. Bengkayang/Kalimantan Barat 4 31,5%-39,8% 33,9%

4. Pekalongan /Jawa Tengah 2 292,1% - 430,2% 361,2%

5. Brebes /Jawa Tengah 2 200% - 413,2% 306,6%

Total Proyek 16 108%

Hasil analisis memperlihatkan rata-rata EIRR berada diatas nilai discount rate

12%, yaitu antara 24,9% sampai dengan 430,2%. Hal ini dapat diartikan bahwa prasarana

irigasi yang dibangun manfaatnya sangat baik bagi masyarakat. Hanya ada 2 (dua)

prasarana yang memiliki EIRR di bawah discount rate yaitu di desa Mapili Barat sebesar

10,8% dan desa Mambu sebesar 7,1%. Kedua desa terletak di kabupaten Poliwali Mandar,

Kalimantan Barat. Di kedua desa tersebut, dana PNPM bukan untuk membangun

prasarana irigasi yang baru, seperti halnya di desa-desa lain. Di desa Mapili Barat

misalnya, sebelum ada dana PNPM, telah ada jaringan tersier yang terbuat dari tanah

liat. Dana PNPM digunakan untuk pengerasan jaringan tersier tersebut menjadi beton.

Sedangkan di desa Mambu, dana PNPM digunakan untuk memperpaiki prasarana irigasi

yang telah lama ada. Namun demikian manfaat ekonomi langsung tetap terjadi karena

setelah adanya perbaikan kualitas irigasi di dua desa tersebut, harga-harga komoditas

pertanian meningkat.

Dari 16prasaranairigasi di desa sampel, 4 (empat) prasarana irigasi menghasilkan

angka EIRR diatas 100% yaitu 2 desa diantaranya Desa Sambiroto dan Desa Jagung di

Kabupaten Pekalongan dan 2 desa di Kabupaten Brebes. Tabel IV.6. memberikan

penjelasan mengapa hasil perhitungan EIRR di 4 (empat) prasarana irigasi tersebut

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 21

cukup tinggi.

Tabel IV.6

Proyek Dengan Hasil EIRR >100% Lokasi Desa EIRR Alasan Tingginya EIRR

Desa Sambiroto Kec. Kajen Kab. Pekalongan Prov. Jawa Tengah

292,1% Setelah adanya irigasi, luas lahan yang mendapatkan aliran airmenjadi 40 ha lahan sawah, semula sebelum adanya irigasi 30 ha lahan sawah dan 10 ha lahan kering. Terjadi pula peningkatan hasil pertanian karena semula masa tanam dua kali dalam setahun menjadi tiga kali dalam setahun. Demikian juga dengan padi yang dihasilkan meningkat dari rata-rata 4,5 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar.

Desa Jagung Kec. Kesesi Kab. Pekalongan Prov. Jawa Tengah

430,2% Setelah adanya irigasi, luas lahan yang mendapatkan aliran air menjadi 40 ha lahan sawah, semula terdiridari 35 ha lahan sawah dan 5 ha lahan kering. Masa tanam meningkat pula, semula dua kali dalam setahun untuk padi dan palawija menjadi 3 kali dalam setahun. Luas lahan meningkat, untuk tanaman padi meningkat menjadi 35 ha padi, sementara untuk palawija, dari 5 ha menjadi 40 ha padi. Hasil padi meningkat, dari rata-rata 4,5 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar.

Desa Purwodadi Kec. Tonjong Kab. Brebes Prov. Jawa Tengah

198,7%

Setelah adanya irigasi, luas lahan yang mendapatkan aliran air menjadi 55 ha lahan sawah dari 50 ha lahan sawah dan 5 ha lahan kering. Masa tanam setahun dari dua kali menjadi tiga kali dengan luas lahan padi menjadi meningkat dari 50 ha padi menjadi 55 ha padi. Hasil padi yang dihasilkan meningkat dari rata-rata 4,5 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar.

Desa Terlaya Kec. Bantar Kawung Kab. Brebes Prov. Jawa Tegah

413,2% Setelah adanya irigasi, luas lahan yang mendapatkan aliran air menjadi 40 ha lahan sawah dari 20 ha lahan sawah dan 20 ha lahan kering. Masa tanam menjadi meningkat menjadi tiga kali dalam setahun untuk sawah padi, dan dua kali untuk palawija. Lahan sawah meningkat dari 20 ha padi dan 40 ha palawija menjadi 40 ha padi dan padi yang dihasilkan menjadi rata-rata 4,5 ton per hektar.

Apabila umur proyek dijadikan pertimbangan untuk membandingkan hasil

perhitungan EIRR untuk prasarana irigasi, di tiga provinsi yaitu NTT, Sulawesi Barat dan

Jawa Tengah memiliki kondisi yang sama yaitu proyek dengan umur termuda memiliki

nilai discount rate yang tertinggi, sedangkan di Kalimantan Barat, fakta ini tidak terjadi.

Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1 dari laporan ini. Tiga proyek irigasi di Kalimantan

Barat dibangun pada tahun 2011 dan satu proyek dibangun di tahun 2010, namun

demikian nilai discount rate tertinggi dimiliki proyek irigasi yang dibangun di tahun

2010, yaitu sebesar 39.80%.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 22

Sedangkan di tiga provinsi yang lain, misalnya NTT, prasarana irigasi yang

dibangun di tahun paling muda, yaitu tahun 2011, memiliki nilai tertinggi yaitu 56.5%, di

Sulawesi Barat, termuda dibangun di tahun 2009 dan memiliki nilai tertinggi yaitu

52.9%, dan terakhir di Jawa Tengah, proyek yang dibangun di tahun 2010 memiliki nilai

tertinggi yaitu 430.2%. Dua prasarana irigasi lainnya di NTT dibangun di tahun 2009 (nilai

discount rate sebesar 38.1% dan 35.8%) dan satu dibangun di tahun 2010 (nilai discount

rate sebesar 24.9%), sementara di Sulawesi Barat, dua prasarana dibangun di tahun 2007

(dengan nilai sebesar 10.8% dan 7.1%), satu prasarana dibangun di tahun 2008 (dengan

nilai sebesar 24.4%), dan di Jawa Tengah dua dibangun di tahun 2010 (dengan nilai

sebesar 292.1% dan 200%), satu lainnya dibangun di tahun 2009 (dengan nilai sebesar

413.2%).

IV.2. Analisis General Income Multiplier

Analisis General Income Multiplier untuk sebuah prasarana PNPM bertujuan

untuk meneliti dampak makro-ekonomi yang lebih luas akibat adanya perputaran uang

di dalam desa yang berasal dari penggunaan dana pembangunan proyek prasarana

PNPM. Analisis ini menunjukkan adanya perputaran uang secara umum dengan

memperkirakan pendapatan yang diterima untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari oleh

masyarakat desa. General Income Multiplier dapat digunakan sebagai indikator kegiatan

ekonomi tambahan atau nilai tambah akibat masuknya dana tunai langsung untuk

membangun prasarana PNPM yang dapat menggerakkan perekonomian desa.

Hasil perhitungannya adalah merupakan petunjuk dari pendapatan yang terpakai

dan pola pengeluaran dari beberapa kelompok di dalam suatu masyarakat.Dalam studi

ini, kelompok masyarakat yang dijadikan contoh adalah para pemilik toko/warung di

desa tersebut, anggota masyarakat yang dulunya menjadi pekerja pembangunan proyek

PNPM dan para pengusaha lokal di desa tersebut.

A. Saluran Air Bersih

Analisis General Income Multiplier (perputaran uang secara umum) untuk

pembangunan prasarana air bersihdigunakan untuk melihat dampak makro ekonomi dari

penggunaandana pembangunan prasarana air bersih. Analisis ini melacak transaksi tunai

di perekonomian desa akibat masuknya dana pembangunan proyek saluran air bersih.

Tabel IV.7 memperlihatkan hasil perhitungan rata-rata analisis perputaran uang untuk

setiap kabupaten.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 23

Tabel IV.7 Rata-Rata General Income Multiplier

16 Prasarana Air Bersih di 5 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah

Proyek Rata-rata Multiplier Dalam Rp Total Biaya

Proyek %

1. Sumba Timur

Nusa Tenggara Timur 4 1,15 118.259.400 912.621.325 12,96%

2. Poliwali Mandar

Sulawesi Barat 4 1,50 115.465.111 345.650.500 34,1%

3. Bengkayang

Kalimantan Barat 4 1,22 168.520.856 687.429.477 24,51%

4. Pekalongan

Jawa Tengah 2 1,35 84.704.613 182.650.000 46,4%

5. Brebes

Jawa Tengah 2 1,55 189.410.598 325.322.000 58,2%

Total Proyek 16 1,33 676.360.578 2.453.673.302 27,57%

Masuknya dana pembangunan prasarana air bersih PNPM ke dalam perekonomian

39 desa dimana 16 (enam belas) prasarana berlokasi, menghasilkan nilai tambah setara

dengan Rp 676.360.578,-. Jika dibandingkan dengan total biaya dari 16 (enambelas)

prasarana tersebut (termasuk kontribusi desa, atau Swadaya) maka jumlah ini sangat

signifikan dengan nilai tambah sebesar 27,57%. Perputaran uang dalam analisis ini

dikategorikan sebagai pendapatan atau terjadinya transaksi dimana penjualan sudah

terjadi. Semakin banyaknya transaksi yang menambah pendapatan terjadi, semakin

banyak uang berputar, dan semakin besar angka multiplier.

Namun demikian, dalam desa yang diteliti hanya sedikit saja uang yang

tertinggal di desa setelah para pekerja menghabiskan uang mereka di kios lokal atau

warung untuk membeli makan atau keperluan rumah tangga lainnya. Hal ini terlihat dari

rata-rata nilai multiplier yang berkisar antara 1,15 – 1,55. Dengan kata lain sebagian

besar uang dari proyek dibelanjakan diluar desa. Jumlah uang yang dipergunakan lagi

dalam perekonomian desa di kios atau warung sangat kecil. Sebagain besar dari

pendapatan mereka digunakan untuk membeli bahan keperluan di luar desa. Uang yang

lebih banyak dipergunakan di luar perekonomian desa dapat dianggap sebagai

“kebocoran/leakage”.

Wilayah studi antara yang terletak di Jawa dan luar Jawa menentukan

ketersediaan bahan-bahan material di dalam desa.Hal ini menentukan tingkat

perputaran uang di dalam desa akibat pembangunan infrastruktur saluran air bersih

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 24

PNPM.Desa sampel yang ada di dua kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Brebes dan

Pekalongan, persentase pembelanjaan di dalam desa relatif besar.Hal ini diindikasikan

oleh nilai GIM yang lebih besar ketimbang nilai GIM di ketiga provinsi lainnya.Banyak

kebutuhan rumah tangga dan bahan material tersedia di kios/took didalam desa.

Sedangkan di desa yang terletak di kabupaten luar Jawa, dalam hal ini di Kalimantan

Barat, Sulawesi Barat dan NTT, hampir 80% dari material bangunan utama yang

digunakan untukpembangunan prasarana saluran air bersih PNPM, seperti semen,

kerangka besi, pipa dan penyambung pipa (fitting) hanya dapat ditemukan di toko-toko

di tingkat kecamatan, atau toko tingkat kabupaten.

Seperti halnya analisis IERR, dalam analisis GIM ini, apabila dibandingkan

prasarana berdasarkan umur proyek, maka untuk prasarana air bersih, di tiga provinsi

sampel, didapat kesimpulan bahwa prasarana dengan umur proyek termuda akan

memiliki nilai GIM tertinggi. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1 laporan akhir ini. Di

wilayah Sulawesi Barat, nilai GIM tertinggi, yaitu sebesar 1.97 dimiliki oleh prasarana

dengan umur proyek termuda, yaitu dibangun di tahun 2011. Tiga prasarana lainnya

adalah satu dibangun di tahun 2011 dengan nilai GIM yang tinggi pula yaitu 2.65,

kemudian satu proyek lainnya di tahun 2010 dengan nilai GIM terendah dibandingkan

prasarana air bersih lainnya yang ada di Sulawesi Barat, sedangkan satu lainnya

dibangun di tahun 2009 dengan nilai GIM sebesar 1.26.

Hal ini juga terjadi di Kalimantan Barat dan di Jawa Tengah. Di Kalimantan

Barat, saluran air bersih yang dibangun di tahun 2011 memiliki nilai GIM tertinggi yaitu

1.30. Tiga sampel proyek prasarana air bersih lain yang berada di Kalimantan Barat

dibangun di tahun 2008 dengan nilai GIM masing-masing sebesar 1.1, 1.2 dan 1.28.

Sedangkan umur proyek termuda di Jawa Tengah dibangun di tahun 2009 dan memiliki

nilai GIM yang tertinggi pula yaitu 1.7. Dua proyek lainnya dibangun di tahun yang

sama, yaitu 2009 dengan nilai GIM sebesar 1.4 dan 1.5, satu lainnya dibangun di tahun

2007 dengan nilai GIM sebesar 1.2.

Kesimpulan tersebut tidak terjadi di wilayah NTT. Di wilayah ini, prasarana

dengan umur proyek paling muda, yaitu dibangun di tahun 2011, memiliki nilai GIM

terendah yaitu sebesar 1.10. Dua prasarana air bersih lainnya dibangun di tahun 2009

dengan nilai GIM masing-masing sebesar 1.12 dan 1.17 sedangkan satu lainnya dibangun

di tahun 2010 dengan nilai GIM sebesar 1.2.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 25

B. Jalan/Jembatan

Analisis General Income Multiplier (perputaran uang secara umum) digunakan

untuk melihat dampak makro ekonomi dari dana yang digunakan untuk membangun

prasaranajalan/jembatan. Analisis ini mengindikasikan, adanya perputaran uang secara

umum dengan memperkirakan pendapatan yang diterima terpakai untuk pengeluaran

konsumsi sehari-hari oleh masyarakat pemanfaat proyek jalan/jembatan di desa.

General Income Multiplier digunakan sebagai indikator kegiatan ekonomi tambahan,

atau nilai tambah akibat masuknya dana tunai langsung pembangunan prasarana

jalan/jembatanPNPM, dan berdampak pada perekonomian desa. Tabel IV.8

memperlihatkan hasil perhitungan rata-rata analisis perputaran uang untuk setiap

kabupaten.

Tabel IV.8

Rata-Rata General Income Multiplier 16 Prasarana Jalan/Jembatan di 6 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah

Proyek Rata-rata Multiplier Dalam Rp Total Biaya

Proyek %

1. Sumba Timur Nusa Tenggara Timur

4 1,21 216.585.141 1.155.594.831 18,74%

2. Poliwali Mandar Sulawesi Barat

4 1,11 66.008.829 769.417.370 8,58%

3. Bengkayang Kalimantan Barat

3 1,17 86.250.886 511.499.000 17,63%

4. Kubu Raya Kalimantan Barat 1 1,17 58.129.252 332,050,000

17,51%

5. Brebes Jawa Tengah

2 1,35 61.710.172 347.677.250 35,38%

6. Pekalongan Jawa Tengah

2 1,34 26.324.993 197.677.900 26,58%

Total Proyek 16 1,21 603.044.436 3.314.123.351 18,20%

Masuknya dana pembangunan prasaranajalan/jembatan PNPM Mandiri Perdesaan

kedalam perekonomian desa dimana 16 (enambelas) proyek prasaranadibangun

menghasilkannilai tambah setara dengan Rp 603.044.436,-. Jika dibandingkan dengan

total biaya dari 16 (enambelas) proyek prasarana tersebut (termasuk kontribusi desa,

atau Swadaya) maka nilai ini sangat signifikan dengan nilai tambah sebesar 18,20%.

Dalam desa yang diteliti, uang yang tersisa di dalam desa tidaklah banyak

setelahpara pekerja membelanjakan uang mereka di kios lokal atau warung untuk

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 26

membeli makan atau keperluan rumah tangga. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai

multiplier yang berkisar antara 1,11 – 1,35. Dengan kata lain sebagian besar sisa uang

dari proyek dibelanjakan di luar desa. Fenomena dimana uang dipergunakan di luar

perekonomian desa dapat dianggap sebagai “kebocoran/leakage”.

Seperti halnya prasarana air bersih, untuk prasarana jalan/jembatan, wilayah

studi yang terletak di Jawa dan luar Jawa menentukan ketersediaan bahan-bahan

material di dalam desa.Hal ini menentukan tingkat perputaran uang di dalam desa

akibat pembangunan infrastruktur jalan/jembatan PNPM.Pada desa sampel yang ada di

dua kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Brebes dan Pekalongan, persentase pembelanjaan

di dalam desa relatif besar ketimbang desa di tiga provinsi lainnya.Hal ini ditunjukkan

dengan nilai GIM yang lebih besar ketimbang di provinsi lainnya.Dengan kata lain,

pembelanjaan kebutuhan rumah tangga dan bahan material banyakterjadi di dalam

desa. Sedangkan di desa yang terletak di kabupaten luar Jawa, dalam hal ini di

Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan NTT, hampir sebagian besar (antara 70% - 80%)

dari kebutuhan rumah tangga dan material bangunan utama yang digunakan pada

pembangunan prasarana jalan/jembatan PNPM hanya dapat ditemukan di toko-toko di

tingkat kecamatan, atau toko tingkat kabupaten.

Apabila nilai GIM dibandingkan berdasarkan umur proyek, maka di seluruh

provinsi sampel, tidak ada prasarana irigasi dengan umur proyek termuda yang secara

konsisten memiliki nilai GIM tertinggi atau sebaliknya, terendah. Hal ini dapat dilihat di

lampiran 1 laporan akhir ini. Di wilayah NTT, prasarana jalan/jembatan yang dibangun

di tahun 2011 memiliki nilai GIM sebesar 1.12 sedangkan dua proyek sejenis dibangun di

tahun 2010 memilki nilai GIM masing-masing sebesar 1.39 dan 1.21. Satu proyek sejenis

lainnya dibangun di tahun 2009 memiliki nilai GIM sebesar 1.11.

Di wilayah Sulawesi Barat, proyek jalan/jembatan yang dibangun di tahun 2010

memiliki nilai GIM sebesar 1.12 sedangkan dua proyek sejenis dibangun di tahun 2008

dengan nilai GIM sebesar 1.29 dan 1.21 dan yang dibangun di tahun 2009 memiliki nilai

GIM sebesar 1.16. Dua proyek jalan/jembatan di Kalimantan Barat dibangun di tahun

2007 dengan nilai GIM sebesar 1.15 dan 1.17, sedangkan proyek sejenis yang dibangun di

tahun 2010 memilki nilai GIM sebesar 1.2 dan yang dibangun di tahun 2011 memilki nilai

GIM sebesar 1.17. Jawa Tengah memiliki dua proyek sejenis yang dibangun di tahun

2010 dengan nilai GIM masing-masing sebesar 1.33 dan 1.37, sedangkan yang dibangun

di tahun 2007 memiliki nilai sebesar 1.31 dan satu proyek sejenis lainya dibangun di

tahun 2009 memiliki nilai sebesar 1.36.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 27

C. Irigasi

Analisis General Income Multiplier (perputaran uang secara umum) digunakan

untuk melihat dampak makro ekonomi dari penggunaan dana pembangunan

prasaranairigasi PNPM Mandiri Perdesaan. Analisis ini mengindikasikan, adanya

perputaran uang secara umum dengan memperkirakan pendapatan yang diterima

terpakai untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari oleh masyarakat pemanfaat irigasi di

desa. General Income Multiplier dapat digunakan sebagai indikator kegiatan ekonomi

tambahan, atau nilai tambah, akibat masuknya dana tunai langsung yang digunakan

untuk membangun irigasi, dan berdampak pada perekonomian desa. Tabel IV.9

memperlihatkan hasil perhitungan rata-rata analisis perputaran uang untuk setiap

kabupaten.

Tabel IV.9 Rata-Rata General Income Multiplier 16 PrasaranaIrigasi di 5 Kabupaten

Kabupaten/Provinsi Jumlah

Proyek Rata-rata Multiplier Dalam Rp Total Biaya

Proyek % tase

1. Sumba Timur / NTT 4 1,23 221.182.824 963.209.790 22,96%

2. Poliwali Mandar/ Sulawesi Barat 4 1,25 169.148.551 730.981.750 23,14%

3. Bengkayang / Kalimantan Barat 4 1,57 407.013.302 640.906.977 63,51%

4. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 1,36 37.359.538 186.119.250 39,59%

5. Brebes/Jawa Tengah 2 1,28 24.965.071 196.006.500 26,13%

Total Proyek 16 1,34 921.993.893 2.717.224.267 33,93%

Masuknya dana pembangunan prasarana irigasi PNPM ke dalam perekonomian

desa dimana16 (enambelas) prasarana berlokasi, menghasilkannilai tambah setara

dengan Rp 921.993.893,-. Jika dibandingkan dengan nilai total nyata dari 16

(enambelas) prasarana tersebut (termasuk kontribusi desa, atau Swadaya), jumlah ini

sangat signifikan dengan nilai tambah sebesar 33,93%.

Secara umum di seluruh lokasi studi, jumlah uang yang tertinggal di dalam desa

tidaklah secara signifikan besar setelah para pekerja membelanjakan uang mereka di

kios lokal atau warung untuk membeli makan atau keperluan rumah tangga. Hal ini

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 28

terlihat dari rata-rata nilai multiplier yang berkisar antara 1,23– 1,57. Sebagian besar

sisa uang dari proyek dibelanjakan di luar desa. Dengan kata lain sebagian besar uang

dipergunakan di luar perekonomian desa. Fenomena ini merupakan fenomena

“kebocoran/leakage”.

Dari 5 (lima) kabupaten yang menjadi lokasi studi, hanya satu kabupaten yaitu

Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat yang memiliki nilai rata-rata GIM sebesar

1,57. Ini berarti perputaran uang yang terjadi akibat adanya pembangunan prasarana

irigasi PNPM lebih banyak terjadi di dalam desa ketimbang di desa-dea lainnya yang

memiliki nilai GIM lebih rendah.Hal ini disebabkan kebutuhan rumah tangga dan

sebagian besar bahan material untuk membangun irigasidapat dibeli di warung/toko

yang terletak di dalam desa. Sedangkan pada 4 (empat) kabupaten lainnya, sebagian

besarkeperluan rumah tangga dan material bangunan utama yang digunakan pada

program pembangunan prasarana irigasi PNPM hanya dapat ditemukan di toko-toko di

tingkat kecamatan, atau toko tingkat kabupaten.

Berdasarkan tabel lampiran 1 dari laporan akhir ini, membandingkan nilai GIM

berdasarkan umur proyek dari prasarana irigasi tidak mendapatkan kesimpulan yang

konsisten bahwa makin muda umur proyek, makin tinggi nilai GIM atau sebaliknya. Di

provinsi NTT, proyek irigasi yang dibangun di tahun 2011 memiliki nlai GIM tertinggi

dibandingkan proyek sejenisnya, yaitu 1.26. Dua proyek lainnya dibangun di tahun 2009

dengan nilai GIM sebesar 1.16 dan 1.24, sedangkan proyek sejenis lainnya yang dibangun

di tahun 2010 memiliki nilai GIM sebear 1.26.

Provinsi Sulawesi Barat memiliki dua proyek irigasi yang dibangun di tahun 2007

dengan nilai GIM masing-masing sebesar 1.21 dan 1.26, sedangkan proyek sejenis yang

dibangun di tahun 2008 memilki nilai GIM sebear 1.29, lebih tinggi dibandingkan proyek

sejenis yang dibangun di tahun 2009, yaitu sebesar 1.25. Sedangkan di provinsi

Kalimantan Barat, tiga prasarana irigasi (dalam hal ini lebih berfungsi sebagai drainase),

nilai GIM masing-masing sebesar 1.15, 1.28, dan 2.55, sedangkan satu prasarana sisanya

dibangun di tahun 2010 dengan nilai GIM sebesar 1.3. Tiga proyek irigasi di Jawa

Tengah dibangun di tahun 2010 dengan nilai GIM masing-maing 1.25, 1.3, dan 1.42,

sedangkan satu prasarana lainnya dibangun di tahun 2009 dengan nilai GIM sebesar 1.3.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 29

IV.3. Analisis Perbandingan Biaya Proyek

Analisis ini berupaya membandingkan besaran biaya proyek PNPM dengan

seandainya proyek itu dibangun oleh kontraktor seperti layaknya proyek yang didanai

pemerintah. Masing-masing dari 4 tim lapangan melakukan re-costing terinci dari semua

proposal proyek yang dibuat oleh tiap-tiap desa dengan menggunakan harga satuan

pemerintahan/unit cost dan/atau biaya kontraktor yang digunakan oleh Pemerintah

Daerah (Pemda) setempat.

Masalah di lapangan memperlihatkan sulitnya memperoleh Harga Satuan Bahan

dan Upah- dikeluarkan oleh Dinas PU Kabupaten/Propinsi, yang merupakan harga

panduan bagi perhitungan proyek-proyek pemerintah.Pihak Dinas di banyak lokasi

proyek sudah tidak menyimpan arsip Harga Satuan untuk tahun-tahun saat proyek PNPM

dalam studi ini dibangun (2007-2011), kecuali yang tahun-tahun terakhir.Untuk itu,

perhitungan dilakukan dengan melakukan perkiraan secara interpolasi atau penyesuaian

berdasar inflasi.Di banyak lokasi studi yang sulit aksesnya seperti NTT dan Kalbar.

Analisis perhitungan ulang proyek yang dibuat oleh tiap-tiap desa dilakukan

dengan menggunakan harga satuan pemerintahan/unit cost dan biaya kontraktor yang

digunakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat pada tahun yang sama dengan

waktu pembangunan. Metode ini dianggap cara yang paling obyektif dan akurat untuk

membandingkan biaya pembangunan program PNPM dengan proyek yang sama bila

dibangun oleh kontraktor lokal.

Harus juga dicatat bahwa nilai tambah dari kontribusi swadaya (umumnya dari

bentuk tenaga kerja) juga mewakili penghematan yang sangat mendasar. Beberapa

faktor penghambat seperti lokasi yang terpencil, pengadaan material yang dapat dua

atau tiga kali lipat dari biasanya, modifikasi disain di lapangan yang kerap berubah

menjadi penyebab para kontraktor lokal sulit bersaing dengan proyek yang dikerjakan

dengan model pemberdayaan.

A. Saluran Air Bersih Dua tabel yang sudah dikonsolidasikandi bawah ini menunjukkan dengan jelas

besarnya penghematan biaya yang dihasilkan dengan pendekatan model pemberdayaan

di wilayah studi. Perbandingan harga antara biaya proyek tanpa swadaya dengan biaya

proyek berdasarkan harga satuan Pemdasecara total menunjukkan penghematan sebesar

Rp2.176.216.417 (27,5%), sedangkan antara biaya proyek dengan swadaya dengan biaya

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 30

proyek berdasarkan harga satuan Pemda menunjukkan penghematan sebesar

Rp1.592.885.637 (18,77%). Tabel IV.10 dan Tabel IV.11 memperlihatkan perhitungan

biaya pembangunan tanpa swadaya dan dengan swadaya dibandingkan dengan

perhitungan biaya proyek berdasarkan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) Pemerintah

Daerah setempat.

Tabel IV. 10 Perbandingan Biaya Proyek Air Bersih (Tanpa Swadaya)

dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek (Tanpa

Swadaya)

(satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS )

(satuan Rp)

Selisih biaya proyek/ Biaya Pemda (satuan

Rp)

% selisih biaya

proyek/ Biaya

Pemda

Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur 4 857.306.300 1.074.126.914 216.820.614 25,3%

Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 262.764.500 343.940.399 81.175.899 30,9%

Bengkayang/ Kalimantan Barat 4 684.746.300 659.676.674 -25.069.626 -3,7%

Pekalongan/Jawa Tengah 2 155.811.500 286.437.326 130.625.826 83,8%

Brebes/Jawa Tengah 2 309.876.000 430.142.331 120.266.331 38,8%

Total Proyek 16 7.901.690.141 10.077.906.558 2.176.216.417 27,5%

Tabel IV. 11

Perbandingan Biaya Proyek Air Bersih (Dengan Swadaya) dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek

(Dengan swadaya)

(satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS)

(satuan Rp)

Selisih Biaya Proyek/ Biaya Pemda (satuan

Rp)

% Selisih Biaya

Proyek/ Biaya

Pemda

Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur 4 912.621.35 1.074.126.914 161.505.564 17,70%

Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 345.650.500 343.940.399 (1.710.101) -0,49%

Bengkayang/ Kalimantan Barat 4 687.429.477 659.676.674 (27.752.803) -4,04%

Pekalongan/Jawa Tengah

2 182.650.000 286.437.326 103.787.326 56,82%

Brebes/Jawa Tengah 2 325.322.000 430.142.331 104.820.331 32,22%

Total Proyek 16 8.485.020.921 10.077.906.558 1.592.885.637 18,77%

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 31

Prosentase selisih terbesar dengan dana yang berasal dari BLM dan dengan atau

tanpa penambahan Swadaya terjadi pada Kabupaten Pekalongan-Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini terjadi mengindikasikan tingginya harga bahan, peralatan dan tenaga kerja yang

bersumber dari harga satuan Pemda dibandingkan dengan harga yang diterapkan pada

masyarakat. Di satu sisi hal ini menunjukkan adanya efisiensi yang besar pada

penggunaan sumber daya masyarakat dalam pengerjaan proyek PNPM, namun di sisi lain

perlu dipertanyakan apakah harga satuan yang ditetapkan sudah cukup layak dan sesuai

dengan standar yang berlaku di masyarakat. Namun dengan asumsi bahwa proyek telah

berjalan dengan baik dan menimbulkan general income multiplier yang positif

sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya (yaitu sebesar 46,4%), maka dapat

disimpulkan bahwa proyek telah berjalan sesuai dengan standar biaya yang berlaku di

masyarakat.

Di sisi lain, terdapat wilayah yang memiliki nilai biaya proyek yang lebih tinggi

dibandingkan apabila menggunakan harga satuan dari Pemda, yaitu di Bengkayang dan

Polewali Mandar (khusus skema dengan swadaya). Namun demikian, selisih yang terjadi

tidak cukup signifikan karena di bawah 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya

satuan yang digunakan dalam proyek PNPM tidak terpaut jauh dengan biaya satuan yang

dikeluarkan oleh Pemda.

Dilihat dari tahun pembangunannya, maka prosentase selisih biaya proyek air

bersih (tanpa swadaya) dengan biaya proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda adalah

sebagai berikut:

Tabel IV. 12 Prosentase Selisih Biaya Proyek Air Bersih (Tanpa Swadaya)

dengan Perhitungan Biaya Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda Menurut Tahun Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011

Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

- - 28.2% 26.4% 18.3%

Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

- - 23.7% 21.0% 33.3%

Bengkayang/Kalimantan Barat

- 27.7% - - -33.3%

Pekalongan/Jawa Tengah 123.0% - 70.9% - -

Brebes/Jawa Tengah - - 33.9% - -

Rata-rata Prosentase Penghematan

123.0% 27.7% 36.4% 23.7% 12.9%

Tabel di atas menunjukkan bahwa pola-pola selisih biaya yang terjadi relatif

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 32

serupa pada masing-masing wilayah, kecuali Bengkayang yang relatif tinggi

perbedaannya antar tahun.Hal ini menunjukkan bahwa harga satuan yang terbentuk dari

Pemda maupun penerapan di masyarakat relatif tidak mengalami perubahan yang besar,

kecuali di Bengkayang. Perbedaan yang tinggi dapat disebabkan oleh berubahnya kondisi

infrastruktur (akses jalan/transportasi), maupun kondisi cuaca yang dapat berpengaruh

terhadap naik turunnya biaya bahan baku dan peralatan.

B. Jalan/Jembatan

Untuk proyek jalan/jembatan, perbandingan harga antara biaya proyek tanpa

swadaya dengan biaya proyek berdasarkan HPS menunjukkan penghematan sebesar

Rp998.689.535 (32,87%) sedangkan antara biaya proyek dengan swadaya dan biaya

proyek berdasarkan HPS menunjukkan penghematan sebesar Rp722.659.385 (21,81%).

Tabel IV.13 dan Tabel IV.14 memperlihatkan perhitungan biaya pembangunan tanpa

swadaya dan dengan swadaya dibandingkan dengan perhitungan biaya proyek

berdasarkan HPS Pemerintah Daerah setempat.Prosentase selisih terbesar dengan dana

yang berasal dari BLM dan dengan penambahan Swadaya terjadi pada Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 120,40%, yang apabila dicermati lebih lanjut

terdiri dari efisiensi tenaga kerja sebesar 72,67% dan efisiensi bahan dan peralatan

sebesar (120,40% - 72,67%) = 47,73%. Besarnya selisih ini dapat terjadi karena tingginya

biaya satuan yang ditetapkan Pemda, yang ternyata jauh lebih tinggi dari harga satuan

yang berlaku di pasaran, atau di sisi lain menunjukkan tingginya efisiensi yang dapat

dilaksanakan dalam pelaksanaan proyek. Apabila ditinjau dari general income multiplier

yang terjadi yaitu sebesar 35,38%, dapat diasumsikan bahwa tingkat upah yang diterima

masyarakat masih cukup layak untuk dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 33

Tabel IV. 13 Perbandingan Biaya Proyek Jalan/Jembatan (Tanpa Swadaya)

dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek (Tanpa

Swadaya) (satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS )

(satuan Rp)

SelisihBiaya proyek/ Biaya

Pemda (satuan Rp)

% SelisihBiaya

proyek/ Biaya Pemda

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

4 937.006.790 1.131.680.639 194.673.849 20,78%

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 643.187.870 764.461.549 121.273.679 17,73%

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat 3 477.089.000 625.289.207 148.200.207 23,29%

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat 1 317.124.000 450.324.923 133.200.923 42,00%

5. Brebes/ Jawa Tengah 2 153.443.000 342.309.981 188.866.981 120,40%

6. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 335.665.900 496.825.480 161.159.580 46,75%

Total Proyek 16 3.038.093.201 4.036.782.736 998.689.535 32,87%

Tabel IV. 14

Perbandingan Biaya Proyek Jalan/Jembatan (Dengan Swadaya) dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek (Dengan Swadaya)

(satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS)

(satuan Rp)

Selisih Biaya proyek/

Biaya Pemda(satuan

Rp)

% Selisih Biaya

proyek/ Biaya Pemda

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

4 912.621.35 1.155.594.831 242.973.481 26,62%

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

4 769.417.370 764.461.549 -4.955.821 -0,64%

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat 3 511.499.000 625.289.207 113.790.207 22,25%

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat 1 332.050.000 450.324.923 118.274.923 35,62%

5. Brebes/ Jawa Tengah 2 197.884.250 342.309.981 144.425.731 72,98%

6. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 347.677.900 496.825.480 149.147.580 42,90%

Total Proyek 16 3.314.123.351 4.036.782.736 722.659.385 21,81%

Dalam tinjauan rentang waktu, berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa

selisih yang tinggi antara harga satuan Pemda dengan penerapan di lapangan di Brebes,

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 34

Jawa Tengah sudah terjadi sejak tahun 2007 dan 2009, yang berarti terdapat pola yang

cukup mapan dan diikuti dari tahun ke tahun. Di Bengkayang, selisih yang terjadi relatif

berfluktuasi dari tahun ke tahun, sementara di wilayah lainnya relatif setara.

Selengkapnya, prosentase selisih biaya proyek jalan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV. 15

Prosentase Selisih Biaya Proyek Jalan/Jembatan (Tanpa Swadaya) dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda Menurut Tahun

Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur - - 18.5% 24.8% 18.9%

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

- 22.5% 8.6% 17.4%

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat 54.2% - - 10.9% 4.8%

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat

42.0%

5. Brebes/ Jawa Tengah

133.6% - 107.2% - -

6. Pekalongan/ Jawa Tengah - - - 46.7% -

Rata-rata Prosentase Penghematan 76.6% 22.5% 44.8% 28.6% 11.9%

C. Irigasi

Perbandingan harga antara biaya proyek tanpa swadaya dengan biaya proyek

berdasarkan HPS menunjukkan penghematan sebesar Rp653.707.838 (25,21%),

sedangkan antara biaya proyek dengan swadaya dengan biaya proyek berdasarkan HPS

menunjukkan penghematan sebesar Rp529.575.910 (19,49%). Jika diperbandingkan

antar provinsi, Provinsi Jawa Tengah memiliki penghematan terbesar bila dibandingkan

dengan tiga provinsi lainnya yaitu sebesar sebesar Rp766.504.450 (70,48%) disusul

Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai penghematan sebesar Rp428.771.013 (29,88%)

kemudian Provinsi NTT dengan penghematan sebesar Rp657.,482.628,- (22,48%) dan

diurutan terakhir adalah Provinsi Sulawesi Barat dengan penghematan sebesar

Rp323.458.325 (21,59%). Tabel IV.16 dan Tabel IV.17 memperlihatkan perhitungan biaya

pembangunan tanpa swadaya dan dengan swadaya dibandingkan dengan perhitungan

biaya proyek berdasarkan HPS Pemerintah Daerah setempat.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 35

Prosentase selisih terbesar biaya proyek dengan harga satuan Pemda dan biaya

proyek BLM dengan penambahan Swadaya terjadi pada Kabupaten Pekalongan, Provinsi

Jawa Tengah, yaitu sebesar 64,24% disusul Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Apabila

dicermati, selisih ini terdiri atas efisiensi tenaga kerja (swadaya) sebesar 25,77% dan

31,58%, serta penghematan peralatan dan material sebesar 38,47% dan 8,68%, masing-

masing di Pekalongan dan Brebes. Apabila dilihat dari general income multiplier yang

terjadi, maka besarannya sebesar 39,59% dan 26,13% untuk Pekalongan dan Brebes.Hal

ini menunjukkan bahwa besaran harga satuan yang dipergunakan untuk pelaksanaan

proyek masih cukup layak untuk membangkitkan perekonomian masyarakat.

Tabel IV. 16

Perbandingan Biaya Proyek Irigasi (Tanpa Swadaya) dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek (Tanpa

Swadaya) (satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS )

(satuan Rp)

Selisih Biaya proyek/ Biaya

Pemda (satuan Rp)

% Selisih Biaya

proyek/ Biaya Pemda

1. Sumba Timur/NTT 4 937.006.790 1.131.680.639 194.673.849 20,78% 2. Polewali Mandar / Sulawesi Barat 4 691.526.750 812.535.498 121.008.748 17,50%

3. Bengkayang / Kalimantan Barat 4 638.153.800 810.593.309 172.439.509 27,02%

4. Pekalongan /Jawa Tengah 2 142.523.000 234.081.549 91.558.549 64,24%

5. Brebes /Jawa Tengah

2 183.882.000 257.909.183 74.027.183 40,26%

Total Proyek 16 2.593.092.340 3.246.800.178 653.707.838 25,21%

Tabel IV. 17 Perbandingan Biaya Proyek Irigasi (Dengan Swadaya)

dengan Perhitungan Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda

Kabupaten/Provinsi Jumlah Proyek

Biaya Proyek (Dengan Swadaya)

(satuan Rp)

Biaya Pemda (HPS)

(satuan Rp)

SelisihBiaya proyek/ Biaya Pemda(satua

n Rp)

% SelisihBiaya proyek/

Biaya Pemda

1. Sumba Timur/NTT 4 963.209.790 1.131.680.639 168.470.849 17,49%

2.Polewali Mandar/Sulawesi Barat

4 730.981.750 812.535.498 81.553.748 11,16%

3.Bengkayang/Kalimantan Barat 4 640.906.977 810.593.309 169.686.332 26,48%

4. Pekalongan /Jawa Tengah 2 186.119.250 234.081.549 47.962.299 25,77%

5. Brebes /Jawa Tengah 2 196.006.500 257.909.183 61.902.683 31,58%

Total Proyek 16 2.717.224.267 3.246.800.178 529.575.911 19,49%

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 36

Pada tinjauan rentang tahun, selisih harga satuan pada berbagai wilayah studi

menunjukkan nilai yang relatif berfluktuasi, kecuali Sumba Timur yang relatif stabil dari

tahun ke tahun (lihat Tabel IV.18). Besarnya fluktuasi harga satuan tersebut

sebagaimana telah diuraikan pada bagian depan dapat disebabkan oleh tingkat kualitas

infrastruktur, kondisi cuaca, maupun kemungkinan juga tingkat ketersediaan tenaga

kerja yang ahli dalam bidang tertentu. Kelangkaan tenaga kerja dapat menimbulkan

tingginya biaya tenaga kerja yang harus dibayarkan untuk menjalankan suatu proyek

infrastruktur di suatu wilayah.

Tabel IV. 18 Prosentase Selisih Biaya Proyek Irigasi (Tanpa Swadaya)

dengan Perhitungan Biaya Biaya Proyek berdasarkan Harga Satuan Pemda Menurut Tahun Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011 1. Sumba Timur/ NTT - - 20.2% 21.0% 20.1% 2.Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 14.8% 13.1% 34.0% - -

3.Bengkayang/ Kalimantan Barat - - - 3.7% 64.4%

4. Pekalongan /Jawa Tengah - - - 68.8% - 5. Brebes /Jawa Tengah - - 85.4% 26.8% -

Rata-rata Prosentase Penghematan

14.8% 13.1% 40.0% 37.8% 53.3%

IV.4. Analisis Mutu Manajemen Dasar dan Kualitas Teknik

Kajian manajemen proyek dasar digunakan untuk melihat manajemen

pelaksanaan dan tingkat kesulitan teknis yang dihadapi dalam pembangunan proyek.

Evaluasi teknis dibatasi untuk memverifikasi standar kualitas teknis dan manajemen

proyek yang sudah ditetapkan oleh warga desa sendiri. Kriteria evaluasi dipilah menjadi

10 kriteria menjadi dasar dari kuesioner yang digunakan oleh tim konsultan. Kriteria

yang dipakai memenuhi berbagai isu manajemen proyek seperti yang diuraikan dalam

metodologi. Sistem penilaian (skoring) disusun berdasarkan angka dari penilaian proyek

dalam kolom “YA” dan “TIDAK”. Angka tersebut adalah poin yang dialokasi dan

kemudian diberi ranking sesuai dengan sistem skoring.

Berdasarkan sistem skoring suatu proyek yang mencapai angka antara 76% - 100%

masuk dalam kategori “Sangat Baik” (dampak proyek sangat dirasakan di dalam desa).

Rentang nilai antara 51% - 75% masuk ke kategori “Baik” (dampak dari proyek yang

dirasakan di dalam desa), rentang nilai antara 26% - 50% masuk dalam kategori “Sedang”

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 37

(sedikit dampak dari proyek di dalam desa) dan rentang 0% - 25% masuk dalam kategori

“Jelek”.

Indikator yang digunakan berbeda-beda untuk infrastruktur yang berbeda.

Indikator kualitas teknik infrastruktur air bersih meliputi: 1) sumber air, 2) instalasi, 3)

distribusi, 4) perlindungan, 5) sumur dalam dan 6) operasi dan pemeliharaan. Indikator

untuk kualitas irigasi meliputi: 1) tata letak, 2) bangunan pelengkap, 3) drainase, 4)

pemakai, dan 5) dampak lingkungan. Sementara indikator penilaian kualitas prasarana

jalan meliputi: 1) tata letak jalan, 2) badan jalan, 3) tebing jalan, 4) drainase jalan, 5)

gorong-gorong dan 6) dampak lingkungan.

A. Saluran Air Bersih

Dari hasil wawancara dengan (i) Tim Pelaksana Kegiatan di desa dan kepala desa;

(ii) warga desa yang bekerja sebagai buruh dalam proyek dan para istrinya; dan (iii)

warga desa yang aktif secara ekonomi sebagai pedagang atau petani dan mempunyai

informasi tentang harga komoditas, kecenderungan bisnis dan isu-isu pembangunan desa

di 16 desa mengindikasikan bahwa kualitas mutu manajemen teknik dasar sarana air

bersih di 10 desa dalam kategori “sangat baik” dan kualitas mutu manajemen teknik

dasar sarana air bersih di 5 desa dalam kategori “baik” dan 1 desa dalam kategori

“Sedang”.Tabel IV.19 dan IV.20 memperlihatkan persepsi masyarakat terhadap sarana

air bersih.

Manajemen teknis dasar dalam kategori “sedang” terdapat di Kabupaten

Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.Hal ini mengindikasikan perlu adanya bimbingan

kepada masyarakat dalam penyusunan tahapan mulai dari persiapan sampai dengan

pasca proyek dan perlu adanya O&M terlaksana di desa agar prasarana yang dibangun

dapat terpelihara dan terpakai.Rangkuman hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata

kualitas manajemen teknis adalah sangat baik dan baik, yang mencapai 93,75% (15 dari

16 proyek).Hal ini memperlihatkan telah cukup baiknya pelaksanaan proyek

dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 38

Tabel IV. 19 Ringkasan Evaluasi Kualitas Manajemen Teknis Dasar Prasarana Air Bersih

Kabupaten/Provinsi Jumlah Desa

Kualitas Manajemen Teknis

Sangat Baik

Baik Sedang Jelek

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

4 4 0 0 0

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

4 2 2 0 0

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

4 1 2 1 0

4. Pekalongan/ Jawa Tengah

2 2 0 0 0

5. Brebes/ Jawa Tengah 2 1 1 0 0

Total Proyek 16 10 5 1 0

Kualitas hasil pelaksanaan proyek air bersih memperlihatkan kategori “sangat

baik” terdapat di 4 desa, kategori “baik” terdapat di 7 desa, kategori “sedang” terdapat

di 1 desa dan kategori “jelek” terdapat di 4 desa. Kabupaten yang mendapatkan

kategori “jelek” berada pada lokasi di Kabupaten Bengkayang sebanyak 3 desa dan

Kabupaten Pekalongan sebanyak 1 desa. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

prosentase hasil sangat baik dan baik mencapai 68,75% (11 dari 16 proyek). Adanya gap

antara tingkat manajemen dengan kualitas hasil yang diperoleh dapat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya: tingkat keahlian tenaga kerja, kualitas material yang

digunakan, kondisi cuaca, tingkat penggunaan dan kualitas pemeliharaan yang

digunakan. Kondisi berbagai faktor tersebut akan menyebabkan bervariasinya kualitas

hasil pelaksanaan proyek di masing-masing lokasi studi.

Tabel IV. 20 Ringkasan Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Air Bersih

Kabupaten/Provinsi Jumlah

Desa

Kualitas Prasarana

Sangat Baik Baik Sedang Jelek

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur 4 1 3 0 0

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 1 2 1 0

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat 4 0 1 0 3

4. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 0 1 0 1

5. Brebes/Jawa Tengah 2 2 0 0 0

Total Proyek 16 4 7 1 4

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 39

Dalam lingkup rentang waktu, kualitas manajamen teknis dasar di wilayah studi

disajikan dalam Tabel IV.21. Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara umum terdapat

tingkat pencapaian kualitas manajemen teknis dasar dalam kategori baik dan sangat

baik pada rentang waktu yang ditinjau. Pencapaian di Jawa Tengah dan NTT relatif

konsisten pada implementasi dari tahun ke tahun dengan pencapaian sangat baik,

sementara di wilayah lainnya bervariasi antara baik dan sangat baik.

Tabel IV. 21 Ringkasan Evaluasi Kualitas Manajemen Teknis Dasar Prasarana Air Bersih Menurut

Tahun Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun Pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

85.12% 87.04% 84.72%

Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

73.75% 58.75% 76.88%

Baik Baik Sangat Baik

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

57.08%

77.50%

Baik

Sangat Baik

4. Pekalongan/Jawa Tengah

80.00%

81.36%

Sangat Baik

Sangat Baik

5. Brebes/Jawa Tengah

85.68%

Sangat Baik

Rata-rata 80.00% 57.08% 82.79% 72.90% 78.99% Kategori Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik

Keterangan: Sangat Baik = > 75%; Baik = 51% - 75%; Sedang = 26% - 50%; Jelek = < 25%

Dari sisi kualitas hasil pelaksanaan, kondisinya adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 22 Ringkasan Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Air Bersih Menurut Tahun

Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun Pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

68.50% 81.00% 77.00% Baik Sangat Baik Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

60.00% 58.00% 82.00% Baik Sedang Sangat Baik

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

29.33% 61.00% Jelek Baik

4. Pekalongan/Jawa Tengah

37.00% 68.00% Jelek Baik

5. Brebes/Jawa Tengah 87.00% Sangat Baik

Rata-rata 37.00% 29.33% 73.17% 69.50% 75.50% Kategori Jelek Jelek Baik Baik Baik

Keterangan:

Sangat Baik = > 80%; Baik = 60% - 79%; Sedang = 40% - 59%; Jelek = <40%

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 40

Tabel di atas menunjukkan bahwa pencapaian hasil pembangunan prasarana air

bersih masih cukup bervariasi antar daerah pada tahun anggaran yang berbeda. Di

Bengkayang, mutu prasarana air bersih yang dibangun pada tahun 2008 diidentifikasikan

sebagai jelek, sementara prasarana yang dibangun tahun 2011 diidentifikasi dalam

kondisi baik. Di Pelakongan, hasil pembangunan prasarana air bersih yang dibangun pada

tahun 2007 juga dinilai jelek dan hasil pembangunan 2009 2009 dinilai baik. Kondisi

pada lokasi lainnya pada kisaran sedang, baik dan sangat baik. Hasil ini menunjukkan

adanya masalah dengan aspek pemeliharaan, yang diindikasikan dengan rendahnya

kualitas prasarana yang dibangun pada tahun yang lebih terdahulu. Penting untuk

dipikirkan mengenai manajemen dalam pemeliharaan prasarana, sehingga kualitas dan

fungsi prasarana akan tetap terjaga.

B. Jalan/Jembatan

Tabel IV.23 dan IV.24 memperlihatkan persepsi masyarakat terhadap sarana

jalan/jembatan.Dari dua tabel di bawah dapat disimpulkan bahwa manajemen

pelaksanaan proyek mayoritas dalam kategori yang sangat baik. Hal ini mengindikasikan

bahwa pelaksanaan proyek dari persiapan, pelaksanaan, pengendalian, pemeliharaan

dan pasca proyek telah sesuai dengan rencana yang disusun. Namun demikian, bila

dikaitkan dengan mutu prasarananya, hasil pelaksanaan pembangunan belum memenuhi

kriteria yang dipersyaratkan, sehingga prosentase antara hasil pembangunan dengan

kategori sangat baik dan baik sama besar dengan kualitas prasarana dalam kategori

sedang dan jelek. Berdasarkan hasil laporan surveyor, kualitas jalan yang rendah

disebabkan oleh kualitas tanah yang labil dan rendahnya pemeliharaan jalan rabat

beton, sementara penggunaannya cukup tinggi untuk mendukung aktifitas pertanian dan

perkebunan warga namun perawatan kurang. Di beberapa aspek jalan tidak dipenuhi

seperti tidak adanya bahu tikungan persimpangan seperti yang terjadi di desa Praibakul,

Kecamatan Matawai Lapau, Kabupaten Sumba Timur. Dengan demikian, aspek

manajemen termasuk perawatan diindikasikan menjadi penyebab buruknya kualitas

hasil pembangunan prasarana jalan/jembatan.

Pandangan dari sisi lain juga dapat diperkirakan sebagai penyebab buruknya hasil

pembangunan prasarana jalan/jembatan di wilayah studi, salah satu diantaranya adalah

standar penilaian yang cukup tinggi untuk jalan lingkungan. Dalam kuesioner penilaian,

indikator yang dinilai mencakup berbagai indikator berikut: tata letak jalan, badan

jalan, tebing jalan, drainase, gorong-gorong, dampak lingkungan dan perkerasan.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 41

Indikator-indikator tersebut dibagi lagi dalam beberapa sub indikator yang cukup

rinci.Dapat dipahami bahwa tidak semua lokasi dapat memenuhi keseluruhan sub

indikator yang ditetapkan.

Tabel IV. 23 Ringkasan Evaluasi Kualitas ManajemenTeknis Dasar Prasarana Jalan/Jembatan

Kabupaten/Provinsi Jumlah

Desa

Kualitas Manajemen Teknis Sangat Baik

Baik Sedang Jelek

1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur 4 3 1 0 0

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 3 1 0 0

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat 3 2 1 0 0

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat 1 1 0 0 0

5. Brebes/ Jawa Tengah 2 1 1 0 0

6. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 2 0 0 0

Total Proyek 16 12 4 0 0

Tabel IV. 24

Ringkasan Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Jalan/Jembatan

Kabupaten/Provinsi Jumlah Desa

Kualitas Prasarana

Sangat Baik

Baik Sedang Jelek

4. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

4 0 2 1 1

5. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 1 2 0 1

6. Bengkayang/ Kalimantan Barat

3 0 0 0 3

7. Kubu Raya/ Kalimantan Barat 1 0 1 0 0

8. Brebes/ Jawa Tengah

2 0 0 0 2

9. Pekalongan/ Jawa Tengah 2 0 2 0 0

Total Proyek 16 1 7 1 7

Dalam analisis berdasarkan tahun pembangunan, dapat dilihat bahwa tingkat

manajemen teknis dasar prasarana dari waktu ke waktu secara umum menunjukkan

kategori sangat baik (lihat Tabel IV.25). Dalam tinjauan per wilayah, Kabupaten Sumba

Timur secara konsisten menunjukkan tingkat pencapaian yang mengesankan, yaitu

sangat baik pada prasarana yang dibangun tahun 2009 hingga 2011. Sementara wilayah

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 42

lainnya berada dalam kategori baik dan sangat baik.Namun apabila ditinjau dari kualitas

pembangunannya, maka hasilnya menunjukkan kualitas yang cukup memprihatinkan,

karena rata-rata dalam kondisi jelek, sedang dan baik (lihat Tabel IV.26). Hasil paling

memprihatinkan terjadi pada prasarana yang dibangun di Kabupaten Bengkayang, yang

keseluruhan prasarana yang dibangun dalam tahun anggaran 2007, 2009 – 2011

keseluruhannya dalam kondisi jelek. Bahkan hasil pembangunan di Pekalongan pada

tahun 2007 juga dinilai jelek.Satu-satunya hasil pembangunan yang dinilai sangat baik

adalah hasil pembangunan di Polewali Mandar tahun 2010.Hasil penilaian berdasarkan

tahun pembangunan ini mengindikasikan adanya permasalahan bukan hanya pada

perawatan, namun juga proses perencanaan yang bermasalah dari awal. Hal ini

diperlihatkan dengan penilaian kualitas jalan yang jelek pada pembangunan yang

dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011, khususnya di Kabupaten Bengkayang. Ada

kemungkinan kondisi tanah dasar juga mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan, karena

lokasi yang mengandung gambut ataupun rawa memerlukan konstruksi khusus untuk

mengatasi. Hasil ini juga melengkapi analisis sebelumnya yang mengindikasikan adanya

kriteria yang cukup sulit untuk dipenuhi pada pembangunan jalan desa/lingkungan

melalui PNPM Mandiri.

Tabel IV. 25

Ringkasan Evaluasi Kualitas Manajemen Teknis Dasar Prasarana Jalan/Jembatan Menurut Tahun Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011 1. Sumba Timur/

Nusa Tenggara Timur

92.13% 90.98% 88.89%

Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

70.00% 76.25% 78.75% Baik Sangat Baik Sangat Baik

3. Bengkayang / Kalimantan Barat

70.00% 80.00% 78.75% Baik Sangat Baik Sangat Baik

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat

85.00% Sangat Baik

5. Pekalongan/ Jawa Tengah

72.73% 85.91% Baik Sangat Baik

6. Brebes/ Jawa Tengah

85.91% Sangat Baik

Rata-rata 75.91% 70.00% 84.76% 85.42% 83.82% Kategori Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Keterangan: Sangat Baik = > 75%; Baik = 51% - 75%; Sedang = 26% - 50%; Jelek = < 25%

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 43

Tabel IV. 26 Ringkasan Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Jalan/Jembatan Menurut

Tahun Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun Pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011 1. Sumba Timur/ Nusa

Tenggara Timur 54.00% 45.00% 71.00% Sedang Sedang Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

66.88% 7.00% 84.00% Baik Jelek Sangat Baik

3. Bengkayang / Kalimantan Barat

-4.00% 28.00% 33.00% 33.00% Jelek Jelek Jelek Jelek

4. Kubu Raya/ Kalimantan Barat

60.00% Baik

5. Pekalongan/ Jawa Tengah

13.00% Jelek

6. Brebes/ Jawa Tengah 65.00% Baik

Rata-rata 23.00% 66.88% 29.67% 56.17% 52.00% Kategori Jelek Baik Jelek Sedang Sedang

Keterangan:

Sangat Baik = > 80%; Baik = 60% - 79%; Sedang = 40% - 59%; Jelek = <40%

C. Irigasi

Tabel IV.27 dan IV.28 memperlihatkan persepsi masyarakat terhadap proses dan

hasil pembangunan prasarana irigasi melalui PNPM. Dari hasil wawancara dengan (i) Tim

Pelaksana Kegiatan di desa dan kepala desa; (ii) warga desa yang bekerja sebagai buruh

dalam proyek dan para istrinya; dan (iii) warga desa yang aktif secara ekonomi sebagai

pedagang atau petani dan mempunyai informasi tentang harga komoditas,

kecenderungan bisnis dan isu-isu pembangunan desa di 16 desa mengindikasikan bahwa

manajemen teknik dasar sarana irigasi di 14 desa dalam kategori “sangat baik” dan

manajemen teknik dasar sarana irigasi di 2 desa dalam kategori “baik”.

Hasil evaluasi kualitas hasil pembangunan prasarana irigasi menunjukkan

sebanyak 9 desa masuk kategori “sangat baik” dan kategori 6 desa termasuk kategori

“baik”. Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa pembangunan prasarana irigasi

memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat ditelusur dari antusiasme masyarakat

melaksanakan tahapan proses mulai dari musyawarah sampai pasca proyek untuk

mendapatkan bantuan PNPM.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 44

Tabel IV. 27 Ringkasan Evaluasi Kualitas Manajemen Teknis Dasar Irigasi

Kabupaten/Provinsi Jumlah Desa

Kualitas Manajemen Teknis

Sangat Baik

Baik Sedang Jelek

1. Sumba Timur/NTT 4 4 0 0 0

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat 4 3 1 0 0

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

4 4 0 0 0

4. Pekalongan /Jawa Tengah

2 2 0 0 0

5. Brebes /Jawa Tengah

2 1 1 0 0

Total Proyek 16 14 2 0 0

Tabel IV. 28 Ringkasan Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Irigasi

Kabupaten/Provinsi Jumlah Desa

Kualitas Prasarana

Sangat Baik

Baik Sedang Jelek

1. Sumba Timur/NTT 4 2 1 1 0

2. Polewali Mandar / Sulawesi Barat 4 1 3 0 0

3. Bengkayang / Kalimantan Barat 4 2 2 0 0

4. Pekalongan /Jawa Tengah

2 2 0 0 0

5. Brebes /Jawa Tengah 2 2 0 0 0

Total Proyek 16 9 6 0 0

Berdasarkan tahun pembangunannya, terlihat bahwa kualitas manajemen teknis

dasar prasarana irigasi relatif konstan dari tahun ke tahun dalam kondisi sangat

baik.Hampir seluruh wilayah mencapai kategori tersebut, kecuali Polewali Mandar yang

mencapai kategori Baik pada pembangunan yang dilakukan tahun 2008 – 2009 (lihat

Tabel IV.29).

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 45

Tabel IV. 29 Hasil Evaluasi Kualitas Manajemen Teknis Dasar Prasarana Irigasi Menurut Tahun

Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun Pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011 1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

88.43% 90.74% 88.43% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

76.88% 70.00% 75.00% Sangat Baik Baik Baik

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

82.50% 81.67% Sangat Baik Sangat Baik

4. Pekalongan/ Jawa Tengah

84.77% Sangat Baik

5. Brebes/ Jawa Tengah

86.82% 76.82% Sangat Baik Sangat Baik

Rata-rata 76.88% 70.00% 84.67% 83.92% 83.36%

Kategori Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Keterangan:

Sangat Baik = > 75%; Baik = 51% - 75%; Sedang = 26% - 50%; Jelek = < 25%

Sementara menurut kualitas pembangunannya, hasil yang dicapai cukup

konsisten dalam kategori sangat baik dan baik. Hasil pembangunan di Brebes

menunjukkan nilai yang terbaik pada pembangunan yang dilakukan tahun 2009 – 2010,

sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel IV.30.

Tabel IV. 30 Hasil Evaluasi Kualitas Hasil Pembangunan Prasarana Irigasi Menurut Tahun

Pembangunan

Kabupaten/Provinsi Tahun Pembangunan

2007 2008 2009 2010 2011 1. Sumba Timur/ Nusa Tenggara Timur

62.00% 83.00% 75.00% Baik Sangat Baik Baik

2. Polewali Mandar/ Sulawesi Barat

85.50% 63.00% 69.00% Sangat Baik Baik Baik

3. Bengkayang/ Kalimantan Barat

89.00% 76.00% Sangat Baik Baik

4. Pekalongan/ Jawa Tengah

87.00% Sangat Baik

5. Brebes/ Jawa Tengah

84.00% 81.00% Sangat Baik Sangat Baik

Rata-rata 85.50% 63.00% 69.25% 85.40% 75.75% Kategori Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik

Keterangan:

Sangat Baik = > 80%; Baik = 60% - 79%; Sedang = 40% - 59%; Jelek = <40%

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 46

Hasil evaluasi manajemen dan hasil pembangunan prasarana irigasi ini

merupakan hasil ideal, karena tingkat manajemen yang baik dapat menghasilkan

kualitas prasarana yang baik pula. Berbagai aspek seperti bahan/material yang

digunakan, tingkat penggunaan dan pemeliharaan yang dilakukan dapat menjadi aspek

penting dalam mendukung kualitas yang dicapai.

D. Komparasi Umum: Antar Provinsi dan Antar Jenis Prasarana

Dalam tinjauan keseluruhan dapat diuraikan bahwa mutu dari manajemen dasar

proyek pada umumnya baik. Hal ini ditunjukkan dari data bahwa dari ke 48 proyek,

terdapat 47 proyek atau 97,92% yang mempunyai nilai sangat baik dan baik. Dalam

tinjauan per provinsi, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki angka terbesar dengan

ranking tinggi pada proyek. Proyek di Provinsi NTT semuanya bernilai sangat baik

dengan rata-rata skor sebesar 88,42% (sangat baik), disusul Provinsi Jawa Tengah

dengan rata-rata skor 83,03% (sangat baik), Provinsi Kalimantan Barat dengan skor

74,17% (baik) dan Provinsi Sulawesi Barat dengan skor 73,33% (baik). Dalam tinjauan per

jenis prasarana, proyek irigasi memiliki skor terbesar dengan nilai 82,22%, diikuti proyek

jalan/jembatan (81,39%), dan proyek air bersih (75,61%).

Dari sisi kualitas teknis, terdapat 34 dari 48 (70,83%) yang mempunyai nilai

sangat baik dan baik. Dalam perbandingan antar provinsi, Sulawesi Barat merupakan

provinsi dengan peringkat teratas dengan rata-rata skor 67,48%, Provinsi NTT di

peringkat kedua dengan rata-rata skor 66,00% diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah di

peringkat kedua dengan rata-rata skor 65,75% yang mana ketiganya masuk dalam

kategori “BAIK”. Kualitas prasarana dari proyek PNPM di Kalimantan Barat memperoleh

skor 49,00% yang berkategori “SEDANG”. Di Provinsi Kalimantan Barat, kualitas jalan

yang sebagian besar jelek menyebabkan prosentase yang rendah dari keseluruhan

kualitas hasil pembangunan.

Selanjutnya jika dilihat dari jenis proyek infratruktur yang dibangun, proyek

irigasi merupakan proyek yang dinilai paling berkualitas. Proyek irigasi mempunyai

kualitas baik yaitu mencapai rata-rata skor 77,56% dari total proyek irigasi sedangkan

proyek air bersih mempunyai rata-rata skor sebesar 62,81% yang bernilai baik dan

proyek jalan/jembatan dengan skor sebesar 45,80% dengan kategori kualitas sedang.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 47

V. Aspek Penting Pembangunan Prasarana Melalui PNPM

Berdasarkan uraian di atas, dapat diformulasikan beberapa aspek penting yang

berpengaruh dalam pembangunan prasarana, khususnya melalui PNPM Mandiri. Berbagai

aspek penting tersebut perlu dicermati sebagai kunci sukses penyelenggaraan di masa

mendatang, yaitu:

1. Aspek Pemeliharaan

Aspek ini masih merupakan titik lemah dalam penyelenggaraan insfrastruktur di

Indonesia, tidak terkecuali dalam konteks proyek-proyek PNPM Mandiri.Dampak dari

pelatihan-pelatihan, pendampingan oleh Fasilitator maupun pembinaan oleh aparat

pemerintah daerah (desa/kecamatan/kabupaten) belum mampu merubah kebiasaan

masyarakat yang cenderung mengartikecilkan pemeliharaan.

Pemeliharaan masih diartikan “setelah rusak baru akan diperbaiki”.Jadi dari

proyek-proyek yang disurvey- yang sudah berusia 1-5 tahun (selesai beroperasi 2007-

2011) rata-rata belum memiliki organisasi dan program pemeliharaan yang sistematis.

Bahkan rata-rata program iuran untuk biaya pemeliharaan belum banyak yang telah

berjalan rutin.Namun tidak ada satupun dari proyek yang kemudian mengalami rusak

berat atau tidak berfungsi lagi di semua lokasi proyek.

Infrastruktur jalan umumnya terlihat lebih kurang terpelihara dibanding

lainnya.Sebagian besar kondisi jalan adalah rusak ringan-sedang. Kerusakan umumnya

terkait dengan adanya genangan air maupun perletakan gorong-gorong yang kurang

tepat. Saluran irigasi karena terbuat dari pasangan batu kali cenderung lebih kokoh

meski dengan pemeliharaan minim. Namun umumnya saluran tidak dipelihara sehingga

banyak terjadi pendangkalan serta banyaknya kotoran dan lumut di dasarnya. Kondisi

fasilitas air bersih umumnya lebih terpelihara, karena kebutuhan yang sifatnya harian.

Secara umum pipa-pipa distribusi menggunakan pipa daktil (ductile) ataupun PVC

bermutu tinggi (ber-SNI). Hampir tidak ada pipa yang pecah atau rusak, sedang bak-bak

air terbuat dari pasangan batu sehingga memerlukan sedikit perawatan. Namun area

sekitar sumber air umumnya kotor dan kurang terpelihara, yang bisa mempengaruhi

kejernihan dan kebersihan airnya. Iuran air umumnya sangat minimum, sekitar Rp10,000

per KK per bulan.

Umumnya kelompok pengguna hanya memikirkan untuk pembayaran listrik

pompa air saja. Hal ini yang masih harus ditingkatkan. Jembatan umumnya lebih

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 48

terpelihara. Mungkin karena penggunanya sangat merasakan perlunya menjaga kondisi

jembatan yang ada. Kebanyakan jembatan gantung dalam keadaan baik dan terpelihara.

Bahan-bahan yang rawan berkarat terlihat juga dilakukan pelapisan karat. Yang belum

dilakukan adalah penyetelan kekencangan baut dan penyetelan posisi/keseimbangan

tiang-tiang penggantung yang memerlukan pengencangan/penyetelan ulang secara

berkala.Jika tidak, seperti di salah satu lokasi jembatan bergoyang berlebihan saat

dilewati, bahkan dengan beban ringan. Perlu ditambahkan, secara umum daerah yang

basah/berair seperti di Kalimantan Barat mengalami kesulitan dalam menyediakan

bahan bangunan (batuan/pasir) yang memadai mutunya. Juga tanah dasarnya lembek.

Ini cukup menyulitkan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.Secara

umum kondisinya lebih buruk dibanding di daerah normal/kering.

2. Aspek Budaya

Aspek ini cukup berpengaruh dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi

masyarakat karena terkait dengan pemanfaatan infrastruktur yang dibangun. Berbeda

dengan tiga propinsi lainnya: Jateng, Sulbar dan Kalbar, masyarakat di NTT cenderung

masih lebih mempraktekkan subsistence economy. Di sini terlihat tingkat kesejahteraan

di NTT cenderung kalah dibandingkan lainnya. Meskipun mengandalkan peternakan

sebagai andalan mata-pencahariannya dan juga pertenunan, masyarakat NTT beternak

dan bertenun untuk dikonsumsi sendiri, kecuali mereka yang tinggal di kota-kota.Budaya

mereka, ternak dan tenun adalah bukanlah komoditas ekonomi melainkan aset (simbol

kemakmuran) dan bagian penting bagi ritual budaya (upacara rumah baru, kawin dan

meninggal). Komoditas ekonomi mereka cenderung hasil pertanian dan perkebunan di

mana tahan yang berbukit tidak mampu menghasilkan hasil tanaman yang tinggi nilainya

dan banyak jumlahnya.

3. Aspek Modernitas: Urban dan rural

Desa-desa di daerah rural- umumnya juga terbatas infrastrukturnya-

memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibanding di daerah urban.Yang menonjol

tentunya tingginya Swadaya masyarakat. Di beberapa tempat terjadi peningkatan target

volume infrastruktur sangat besar; bahkan di proyek air bersih NTT, jumlah sumur yang

dibangun dan direhab melebihi dua kali dari target awalnya.Umumnya juga tingkat

pemeliharaannya lebih baik dibanding di daerah urban. Juga terlihat, masyarakat terus

mengembangkan sendiri (menambah atau memperbaiki), misalnya di beberapa lokasi di

Sulbar, setelah proyek irigasi berjalan, pencetakan sawah terus dilakukan. Sebagai

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 49

perbandingan, beberapa proyek di desa urban, seperti air bersih di Praibakul terlihat

sangat tidak terpelihara dan tidak ada pengembangan ata penambahan oleh

masyarakat. Di sini terlihat perlunya pendekatan yang berbeda dalam penyelenggaraan

PNPM di desa-desa urban.

4. Aspek Pembangunan Manusia

Meskipun tujuan utama PNPM lebih kepada pembangunan manusianya, namun

nuansa pembangunan infrastruktur fisik masih mendominasi dalam kesehariannya. Hal

ini lebih kental terlihat di desa-desa yang masih terbatas infrastruktur dasarnya

(umumnya di daerah rural)- dan ini merupakan sebagian besar dari program PNPM. Di

sini, PNPM boleh dibilang sangat sukses dalam mengimbangi keterbatasan pembangunan

yang dijalankan melalui jalur Pemerintahan baik melalui APBN maupun APBD. Di

beberapa lokasi survey seperti di Sulawesi Barat dan NTT, PNPM sedemikian populer

hingga ada istilah: “Untung ada PNPM!”. Sebegitu tergantungnya masyarakat sehingga

pertanyaan yang muncul adalah: “Kalau PNPM berhenti lalu bagaimana?”. Di sini

mengindikasikan bahwa tujuan “Pembangunan Manusia-nya” masih belum mengakar,

bahkan di beberapa pelaku seperti: aparat kecamatan, desa, dan fasilitator.

Dalam lingkungan yang lebih sempit, program PNPM telah mampu menciptakan

pembaharuan pemikiran dan metode dalam membangun infrastruktur. Citra “bersih”

dari korupsi juga umumnya bisa ditampilkan oleh penyelenggara PNPM di semua

tingkatan (desa, kecamatan maupun kabupaten). Secara teknis, PNPM telah mampu

membangun infrastruktur dengan bahan-bahan yang bermutu memenuhi SNI, dan

pengerjaan yang juga bermutu. Kelemahan dalam pemeliharaan memang terlihat (lihat

diskusi Pemeliharaan). Etos kerja yang tinggi dan bersemangat diperlihatkan oleh

pelaku-pelaku PNPM di semua tingkatan. Pengorganisasian yang baik dijumpai hampir di

semua lokasi survey diperlihatkan dengan administrasi dan pengelolaan data yang baik.

Hanya di Kalimantan Barat dijumpai data proyek tidak tersedia karena kantor pernah

terkena musibah banjir.

Peranan wanita sangat menonjol di banyak organisasi PNPM, baik di tingkat

kecamatan maupun di desa. Boleh dibilang emansipasi wanita sudah bukan masalah lagi.

Secara umum keterlibatan wanita hampir sama dengan pria, bahkan lebih di beberapa

lokasi. Program SPP di hampir semua lokasi berjalan lancar- tunggakan kebanyakan di

bawah 10%. Rendahnya limit pinjaman yakni Rp3 juta dengan tenor 1 tahun dirasakan

terlalu rendah dan cepat di beberapa lokasi. Hal ini mengindikasikan terjadinya

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 50

Kesimpulan dan Saran

I. KESIMPULAN

Studi skala kecil mengenai analisis dampak ekonomi dari program PNPM Mandiri

Perdesaan menyimpulkan bahwa pembangunan prasarana infrastruktur melalui program

pemberdayaan cukup memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat

penerima program. Apabila dibandingkan dengan hasil studi 2004/2005, maka hasil studi

skala kecil ini tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan studi

2004/2005. Manfaat ekonomi tidak ditentukan oleh umur proyek prasarana maupun

provinsi dimana proyek tersebut berada.Meskipun dari hasil perhitungan EIRR, mayoritas

prasarana yang ada di provinsi Jawa Tengah memiliki EIRR yang sangat tinggi.Hal ini

disebabkan adanya peningkatan kesejahteraan yang sangat signifikan.Peningkatan

kesejahteraan masyarakat dari penyediaan prasarana PNPM Mandiri Perdesaan antara

lain : ketersediaan dan kemudahan didalam memperoleh air bersih, ketersediaan dan

kemudahan akses transportasi dengan dibangunnya jalan dan jembatan, dan

ketersediaan dan kemudahan akses produksi pertanian (irigasi) yang secara langsung

meningkatkan pendapatan hasil pertanian.

Besaran EIRR dan General Income Multiplier mengindikasikan adanya manfaat

ekonomi langsung yang dinikmati oleh masyarakat desa dari pembangunan ketiga jenis

infrastruktur PNPM maupun atas ketersediaan infrastruktur tersebut yang turut

menggerakkan perekonomian desa.Secara spesifik, dari hasil analisis perhitungan EIRR,

Hasil studi analisis dampak ekonomi program PNPM Perdesaan pada umumnya

menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti pada kesejahteraan masyarakat

dan kegiatan ekonomi lokal. Keadaan itu terbukti dari hasil perhitungan EIRR dimana

dari 48 prasarana infrastruktur yang dibangun hanya dua infrastruktur yang

menghasilkan nilai EIRR dibawah 12%. Analisis perhitungan General Income Multiplier

menyimpulkan adanya transaksi tunai yang terjadi di dalam desa pada saat para pekerja

membelanjakan pendapatannya di toko/warung di dalam desa. Masuknya dana

pembangunan prasarana kedalam perekonomian di 39 desa karena program PNPM

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 51

Perdesaan menghasilkan nilai tambah setara dengan Rp 2,2 milyar. Jika dibandingkan

dengan total biaya dari 36 infrastruktur tersebut, perolehan nilai tambah sebesar 26%

dari total biaya. Hal ini cukup signifikan untuk menyimpulkan bahwa perputaran uang di

dalam desa terjadi sebagai dampak dari pembangunan prasarana.

Dari aspek analisis teknik, yaitu analisis perbandingan biaya konstruksi

infrastruktur dapat disimpulkan bahwa pembangunan prasarana dengan menggunakan

teknologi sederhana dengan pendekatan program pemberdayaan masyarakat lebih

efisien dibandingkan dengan pembangunan yang dilaksanakan melalui jasa

kontraktor.Hasil kajian kualitas manajemen dasar dan hasil pembangunan prasarana

menunjukkan bahwa manajemen yang dilakukan pada umumnya dinilai sangat

baik.Meskipun, kualitas hasil pembangunan prasarana dinilai belum terlalu memuaskan,

terutama pada prasarana jalan/jembatan dan air bersih.

Adapun hasil spesifik dari perbandingan biaya konstruksi infrastruktur

menunjukkan bahwa besarnya biaya konstruksi yang dibangun oleh masyarakat melalui

pendekatan sistem pemberdayaan dengan hasil perhitungan ulang biaya konstruksi

berdasarkan HPS Pemerintah Daerah pada tahun yang sama menghasilkan tingkat

efisiensi/penghematan rata-rata 27,54% (tanpa swadaya) dan 18,77% (dengan swadaya).

Efisiensi yang terjadi diharapkan bukan merupakan penghematan yang didapatkan dari

pemberian upah di bawah standar.Hal ini didukung dengan adanya nilai positif pada

General Income Multiplier sebagai hasil pembelanjaan dari pendapatan/upah yang

diterima.

Dalam kajian kualitas manajemen dasar dan hasil pembangunan prasarana

menunjukkan bahwa aspek pemeliharaan diindikasikan menjadi penyebab rendahnya

kualitas hasil pembangunan prasarana air bersih, sementara pada prasarana

jalan/jembatan aspek perencanaan hingga pemeliharaan diindikasikan menjadi

penyebab rendahnya kualitas prasarana yang terbangun. Prasarana irigasi merupakan

contoh sukses hasil pembangunan prasarana melalui PNPM Mandiri, karena menghasilkan

tingkat kualitas hasil pembangunan yang baik, yang didukung oleh manajemen

pelaksanaan yang baik pula.Hal ini dapat menjadi acuan bagi penyelenggaraan PNPM

Mandiri di masa mendatang.

Temuan lain yang juga penting guna menjaga keberlanjutan manfaat ekonomi dari

prasarana PNPM Mandiri Perdesaan berkaitan dengan kualitas pengelolaan yang dapat

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 52

mempengaruhi masa manfaat infrastruktur yang dibangun, antara lain: (i) Aspek

pemeliharaan:sistem pengawasan yang belum dapat memberikan umpan balik sesuai

dengan harapan program; administrasi manajemen proyek belum dikelola dengan baik

sesuai dengan prosedur yang berlaku umum dalam masing-masing program. Hal ini

berimplikasi pada tim studi masih mendapatkan masalah dalam penyediaan data; (ii)

aspek budaya: aspek ini terkait dengan pemanfaatan infrastruktur yang dibangun

dimana apabila suatu daerah memiliki kultur masyarakat subsisten maka masyarakat

setempat kurang dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan infrastruktur PNPM (iii) aspek

modernitas dimana ada perbedaan solidaritas sosial masyarakat perkotaan dan

perdesaan yang menentukan efektivitas dari kerja kelompok maupun besaran swadaya

masyarakat; serta (iv) aspek pembangunan manusia: PNPM telah berhasil tidak hanya

untuk pembangunan fisik tetapi juga pembangunan manusia yang berkaitan dengan tata

kelola dan kebersamaan.Peran wanita cukup aktif di dalam segala aktivitas PNPM

dimana kondisi ini berbeda dengan proyek-proyek pembangunan yang dibiayai oleh

Pemerintah.

II. Saran

Keberlanjutan dari pemanfaatan infrastruktur yang dibangun harus

diusahakan.Manfaat ekonomis yang telah dicapai seyogianya dapat memberikan dampak

jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Sementara itu, berbagai

kelemahan yang dapat ditemukenali, baik sebelum dan sesudah infrastruktur dibangun

perlu disempurnakan agar permasalahan serupa tidak terjadi pada program

pemberdayaan yang lain sehingga hasil pembangunan dapat memberikan manfaat

ekonomi yang lebih besar. Untuk keberhasilan dan keberlangsungan penerapan program

pemberdayaan di masa yang akan datang, perlu adanya beberapa langkah

penyempurnaan. Untuk lebih memudahkan pemahaman maka usulan langkah-langkah

penyempurnaan disusun sesuai dengan hasil kesimpulan.Metoda perhitungan dalam

mengukur manfaat ekonomi dari proyek infrastruktur juga perlu dievaluasi untuk

mendatangkan hasil yang lebih mendekati kenyataan.Oleh karena itu beberapa usulan

yang selayaknya dipertimbangkan di masa mendatang adalah hal-hal yang tercantum di

bawah ini.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 53

1. Menunjuk fasilitator dan koordinasi antar anggota masyarakat dan aparat

desa dalam pemeliharaan prasarana

Untuk menjaga manfaat ekonomis infrastruktur yang dibangun sesuai dengan

umur ekonomis yang diperhitungkan, maka perlu ada fasilitator yang bertugas khusus

untuk mengawasi pemeliharaan dan membentuk komunitas pemelihara

prasarana.Komunitas dibentuk dimasing-masing desa untuk melakukan pemeliharaan

infrastruktur dengan teratur. Dalam kaitan itu, para pengelola senantiasa perlu

melakukan koordinasi dengan aparat desa agar pelaksanaan penagihan dana operasional

dan pemeliharaan dari kelompok pemakai dapat dihimpun sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan.

2. Efisiensi pendekatan program PNPM Perdesaan dibandingkan dengan mekanisme

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah melalui kontraktor

Pada umumnya, pembangunan infrastruktur desa melalui program pemberdayaan

lebih efisien dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur desa yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah melalui kontraktor. Hal ini terjadi apabila masyarakat desa

memahami dan mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

melaksanakan pembangunan dengan pendekatan program pemberdayaan.Para pengelola

program perlu mencermati tingkat efisiensi yang diperoleh agar selaras dengan kualitas

yang diinginkan dan sesuai standar yang dituangkan dalam anggaran program sehingga

manfaat ekonomis yang diharapkan dapat terwujud.Pemerintah Daerah perlu

mempertimbangkan untuk memanfaatkan fasilitator desa yang terlatih untuk direkrut

sebagai tenaga pendamping masyarakat, baik sebagai karyawan pemerintah daerah

ataupun tenaga honorer daerah.

Program pemberdayaan telah memberikan manfaat yang cukup berarti bagi

masyarakat penerima program. Namun, masyarakat menerima manfaat apabila

infrastruktur yang dibangun beroperasi sesuai dengan target yang diharapkan. Agar

program pemberdayaan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat desa,

maka dalam pelaksanaan program pembangunan desa, masyarakat perlu dilibatkan

secara aktif mulai dari proses perencanaan, palaksanaan sampai proses operasional dan

pemeliharaan. Demikian pula dalam hal pengadaan barang-barang material kebutuhan

pembangunan infrastruktur desa sedapat mungkin dipenuhi dari sumber daya alam yang

ada di desa tersebut, sehingga aktifitas perekonomian desa dapat berlangsung dengan

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 54

baik.

3. Program pemberdayaan masyarakat sebagai program pembelajaran masyarakat

untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan

Untuk mengefektifkan sistem monitoring, langkah-langkah yang perlu dilakukan

adalah : (i) meningkatkan keterampilan pengelola program khususnya instansi terkait

langsung dengan pelaksanaan program, (ii) memberlakukan system umpan balik untuk

mengefektifkan sistem monitoring yang dilakukan, (iii) melakukan kegiatan monitoring

secara berkala, dan (iv) meningkatkan koordinasi antar organisasi yang terkait.

Untuk memperbaiki sistem administrasi manajemen proyek langkah-langkah yang

perlu dilakukan adalah : (i) system manajemen proyek yang digunakan dalam program

pemberdayaan perlu diperkenalkan pada pengelola program, (ii) Adanya pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan pengelola program dalam penyusunan laporan, dan (iii)

fasilitator harus ditugaskan untuk melaksanakan monitoring atas laporan proyek dengan

sungguh-sungguh.

Untuk meningkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan langkah-langkah yang

perlu dilakukan oleh Tim Pengelola adalah : (i) Tim pengelola infratruktur menyusun

Jadwal operasi dan pemeliharaan sesuai dengan sistem yang ada, (ii) menyusun dan

menerbitkan laporan secara berkala sesuai dengan keperluan, (iii) sebelum melakukan

pemungutan biaya operasi dan pemeliharaan yang dibebankan pada pemanfaat

seyogianya pengurus mensosialisasikan lebih dahulu dan memungut secara regular, dan

(iv) pengelola perlu melakukan monitoring secara berkala dan hasilnya dikoordinasikan

dengan Kepala Desa agar dapat ditindaklanjuti.

4. Kelemahan perhitungan EIRR dan General Income Multiplierdalam analisis

manfaat ekonomi proyek infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan

Seperti disebutkan di bagian metodologi, studi skala kecil ini menggunakan

instrumen dan perhitungan yang sama dengan studi 2004/2005 untuk menjamin adanya

analisis perbandingan tentang manfaat ekonomi dari proyek infrastruktur PNPM, dua

diantaranya adalah perhitungan EIRR dan General Income Multiplier. Namun demikian,

beberapa hal dapat dicatat sebagai kelemahan dari perhitungan EIRR dan GIM yang

digunakan dalam studi skala kecil ini maupun studi 2004/2005.Pertama, formula

perhitungan EIRR adalah formula yang umumnya digunakan untuk mengukur nilai

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 55

pengembalian proyek dari sebuah investasi jangka panjang.Dengan demikian apabila

formula ini digunakan untuk investasi jangka pendek seperti yang terjadi di dalam studi

ini dimanadi studi ini diasumsikan bahwa rata-rata usia operasional proyek mencapai 10

tahun maka mendapatkan nilai pengembalian yang tinggi dan bahkan sangat tinggi tidak

dapat dihindarkan. Kedua, dalam perhitungan EIRR, ukuran manfaat ekonomi yang

umum digunakan adalah ukuran moneter atau memiliki nilai moneternya. Namun, dalam

manfaat ekonomi proyek PNPM, manfaat ekonomi bersifat non moneterseperti

penghematan waktu atau penambahan frekuensi masa tanam. Maka, hal ini

memungkinkanprediksi nilai kembaliannya menjadi lebih tinggi dari seharusnya. Ketiga,

karena hal yang kedua, yaitu manfaat ekonomi tidak dalam nilai rupiah/moneter, maka

tidak akan bisa diidentifikasi nilai penyusutan dari manfaat tersebut. Misal,

penghematan waktu dari 30 menit perjalanan menjadi 5 (lima) menit perjalanan, tidak

akan berkurang/menyusut sejalan bertambahnya waktu. Implikasinya, dalam

perhitungan EIRR, standar yang sama diberlakukan antar waktu, tidak ada perubahan

nilai antar waktu.

Adapun mengenai GIM, kelemahan yang perlu dicatat adalah alat ini terbatas

pada pelacakan transaksi tunai di perekonomian lokal dan mengkalkulasi kegiatan

ekonomi tambahan yang muncul akibat adanya transaksi-transaksi yang terjadi.Apalagi

kemudian, untuk kemudahan pelacakan, yang menjadi responden adalah para pemilik

warung/toko atau pelaku ekonomi lokal.Dengan demikian, GIM tidak dapat

mengidentifikasi semua dampak dari keuntungan atas pembangunan, ketersediaan dan

pemanfaatan infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan di sebua desa.

Dengan demikian untuk lebih meningkatkan kualitas hasil dari sebuah studi

manfaat ekonomi infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan di masa mendatang, survei yang

lebih dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat lokal perlu dilakukan. Pada tahun

2004/2005, dilakukan survei kualitas hidup namun survey ini masih sebatas pada

persepsi individu responden (dalam hal ini masyarakat desa) akanadanya infrastruktur

program PNPM tersebut. Hal ini mengandung kelemahan karena ketika tim peneliti

lapangan tidak memiliki waktu yang lama untuk dapat mengamati, mengenal dan

mendalami kehidupan masyarakat lokal maka jawaban dari persepsi individu dari survei

tersebut dapat diragukan akurasinya. Dapat diduga bahwa para responden akan sungkan

sekali untuk menjawab persepsi yang negatif dari keberadaan infrastruktur PNPM

Mandiri Perdesaan di desanya. Oleh karena itu, survei yang lebih komprehensif

mengenai dinamika ekonomi di tingkat rumah tangga maupun di tingkat desa dapat

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 56

lebih mencerminkan bagaimana manfaat ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat lokal

dari adanya infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan.

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 57

LAMPIRAN 1 :

REKAPITULASI HASIL ANALISIS DAMPAK EKONOMI PRASARANA PROGRAM PNPM MP (TIM EKONOMI)

Jumlah

Pemanfaat

(Jiwa) Nilai Diuangkan %

JALAN & JEMBATAN

1 2010 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Praibokul Peningkatan Badan Jalan (Kambauni), 2.000 m 44.248.743 17.699.506 26.549.237 27.931.400 85.629.026 276 49,90% 1,21 69.078.372 18,24 2 2009 NTT Sumba Timur Kambera Kiritana Jalan, 2730 m 56.320.329 23.176.959 33.143.370 32.475.800 149.840.831 1.104 62,90% 1,11 30.405.027 11,31 3 2011 NTT Sumba Timur Umalulu Lumbu Kore Peningkatan Jalan Rabat + jembatan Bentang 4,6, 871 x 1,8 m 53.177.342 21.270.942 31.906.400 31.425.500 57.955.500 170 77,40% 1,12 35.352.910 12,09

4 2010 NTT Sumba Timur Umalulu Umalulu Perkerasan Jalan, 850 m 39.180.725 15.672.175 23.508.550 32.400.000 88.147.040 473 69,00% 1,39 81.748.832 37,89

5 2010 Sulbar Poliwali Mandar Biunuang Batetanga Jembatan Gantung, 34 x 1,6 m 28.023.310 11.209.324 16.813.986 35.154.925 64.070.000 2.080 20,80% 1,12 20.605.567 11,08

6 2008 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Batupangga Perintinsan jalan 1.535 m 43.542.110 17.416.844 26.125.266 27.259.000 195.970.000 520 97,30% 1,10 19.570.470 6,74

7 2008 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Kenje Konstruksi Rabat Beton 610 m 51.093.815 20.437.526 30.656.289 23.590.520 286.491.550 608 78,40% 1,07 12.719.754 6,25

8 2009 Sulbar Poliwali Mandar Balanipa Tammejarra Jalan 420 m 53.268.400 21.307.360 31.961.040 13.469.500 60.142.500 1.840 70,70% 1,16 13.113.038 14,69

9 2007 Kalbar Kubu Raya Kubu Raya Padang Tikar II Jalan Titian Beton Bertulang.1200 x 1,50 x 0,10 m 16.706.000 10.024.000 6.682.000 49.032.000 552 53,90% 1,17 58.129.252 17,51

10 2010 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Sungai Raya Jalan Rabat Beton,1.200x1,50x0,10 m+9Gorong2 8.375.700 5.025.400 3.350.300 12.050.000 336 44,20% 1,20 33.047.879 18,74

11 2007 Kalbar Bengkayang Sungai Raya Sungai Jaga A Jalan Rbt Beton,1,2x1900m+Gorong2+Jembatan 12.322.500 7.393.700 4.928.800 68.555.000 800 38,30% 1,15 36.889.061 14,68

12 2011 Kalbar Bengkayang Samalatan Sabau Jalan Rabat Beton, 560 m x 1,5 m x 10 cm 4.412.100 2.647.300 1.764.800 22.430.000 800 22,70% 1,17 16.313.946 19,46

13 2007 Jateng Pekalongan Kandang serang Tajur Jembatan gelagar baja lantai kayu 3x34 m 4.800.632 2.880.379 1.920.253 16.180.000 1.565 87,60% 1,31 29.818.320 29,92

14 2009 Jateng Pekalongan Kesesi Ujung negoro Jalan telford 756 x 3m 3.214.789 1.928.874 1.285.916 33.460.000 1.600 281,80% 1,36 22.831.665 23,24

15 2010 Jateng Brebes Sirampog Sridadi Jalan Telasah - Rabat Beton 580 x3 9.331.505 5.598.903 3.732.602 26.257.500 798 156,60% 1,37 69.197.941 36,90

16 2010 Jateng Brebes Tonjong Pepedan Jalan Rabat beton 478.5 x 3 m 8.335.121 5.001.073 3.334.048 38.405.200 300 706,00% 1,33 54.222.402 33,86

436.353.121 188.690.264 247.662.857 490.076.345 988.246.447 13.822 603.044.436 18,20

27.272.070 11.793.142 15.478.929 30.629.772 864 120% 1,21

IRIGASI

1 2009 NTT Sumba Timur Kambera Lambanapu Irigasi, 500 m 68.744.930 28.348.425 40.396.505 25.000.000 260.599.723 1.850 38,10% 1,16 20.588.114 15,89

2 2009 NTT Sumba Timur Kambera Malumbi Irigasi 64.533.804 27.749.536 36.784.268 12.179.500 212.004.178 130 35,80% 1,24 62.633.820 23,09

3 2010 NTT Sumba Timur Umalulu Mutunggending Saluran Irigasi, 1.000 m 48.744.190 19.497.676 29.246.514 50.070.000 134.771.800 342 24,90% 1,26 60.608.409 25,22 4 2011 NTT Sumba Timur Umalulu Mutunggending Peningkatan Jaringan Irigasi, 1.300 x 0,6 m 48.744.190 19.497.676 29.246.514 73.870.000 134.771.800 262 56,50% 1,26 77.352.481 24,01 5 2007 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Mapilli Barat Irigasi.1.180 m 53.388.590 21.355.436 32.033.154 50.746.000 248.570.000 2.548 10,80% 1,260 42.750.850 24,956 2007 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Mambu Irigasi.1.279 m 43.542.110 17.416.844 26.125.266 75.229.150 195.970.000 520 7,10% 1,207 34.297.437 16,927 2009 Sulbar Poliwali Mandar Matakali Tonrolima Irigasi 516 m 40.768.890 16.307.556 24.461.334 39.015.000 209.105.000 168 52,90% 1,25 27.772.017 23,218 2008 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Lemo Irigasi 1235m 51.093.815 20.437.526 30.656.289 93.585.880 286.491.550 608 24,40% 1,29 64.328.247 27,119 2010 Kalbar Bengkayang Sungai Betung Cipta Karya Saluran Irigasi. 971 x 0,50 x 0,50 m dll 17.434.700 10.460.800 6.973.900 57.140.000 144 39,80% 1,30 90.959.041 27,34

10 2011 Kalbar Bengkayang Sungai Raya S Pangkalan II Saluran Drainase Lingkungan 1.050 m 2.843.300 1.706.000 1.137.300 1.890.000 652 31,50% 1,28 15.627.543 28,75

11 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Rukmajaya Saluran Drainase Lingkungan 2.000 m 3.788.700 2.273.200 1.515.500 1.800.000 464 32,60% 1,15 10.754.627 14,84

12 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Karimunting Saluran Drainase Lingkungan 1.000 m 9.520.000 5.712.253 3.807.747 60.385.000 480 31,50% 2,55 289.672.091 159,70

13 2010 Jateng Pekalongan Kajen Sambiroto Irigasi 415 m 3.214.789 1.928.874 1.285.916 33.460.000 342 292,10% 1,42 48.774.948 49,66

14 2010 Jateng Pekalongan Kesesi Jagung Irigasi 713 m 4.286.421 2.571.853 1.714.568 23.345.000 100 430,20% 1,30 25.944.127 29,52 15 2010 Jateng Brebes Tonjong Purwodadi Irigasi 607 m 6.979.316 4.187.589 2.791.726 34.500.000 924 200,00% 1,25 36.493.490 24,82 16 2009 Jateng Brebes Bantar kawung Terlaya Irigasi 265 m 2.225.000 1.335.000 890.000 11.120.000 500 413,20% 1,30 13.436.651 27,43

469.852.745 200.786.243 269.066.502 643.335.530 1.682.284.051 10.034 921.993.893 33,93

29.365.797 12.549.140 16.816.656 40.208.471 627 108% 1,34

AIR BERSIH

1 2011 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Praibokul SAB Perpipaan, 1.150 m 44.248.743 17.699.506 26.549.237 1.482.235 85.629.026 725 35,8% 1,10 21.541.540 9,67 2 2009 NTT Sumba Timur Umalulu Lailuru Jaringan Perpipaan, 5.418 m 62.460.815 24.984.326 37.476.489 32.320.000 132.830.000 843 42,4% 1,12 21.541.540 9,63

3 2009 NTT Sumba Timur Kahaungu Eti Kemanggih Sumur Gali, 44 unit 52.958.478 21.183.366 31.775.112 61.950.400 165.892.300 891 38,6% 1,17 34.684.918 13,80

4 2010 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Katikuluku Jaringan Perpipaan 30.788.153 12.315.261 18.472.892 13.316.450 33.926.839 381 20,2% 1,20 40.491.402 18,85

5 2011 Sulbar Poliwali Mandar Anreapi Pappandangan Perpipaan 34.835.177 32.657.979 2.177.198 3.595.000 186.300.000 212 99,5% 1,97 15.205.304 74,61

6 2009 Sulbar Poliwali Mandar Tinambung Karama Perpipaan 35.247.110 21.148.266 14.098.844 7.113.678 49.350.551 360 87,1% 1,26 9.940.166 20,03

7 2010 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Lapeo Perpipaan 51.093.815 20.437.526 30.656.289 10.000.000 105.833.301 160 98,1% 1,11 7.294.346 9,97

8 2011 Sulbar Poliwali Mandar Balanipa Tammangale Sumur Gali 53.268.400 21.307.360 31.961.040 91.850.000 258.390.200 1.164 97,3% 1,65 83.025.295 41,00

9 2008 Kalbar Bengkayang Samalatan Pasti Jaya Sarana Air Bersih. Perpipaan, 2.000 m; dll 5.489.550 3.293.730 2.195.820 31.750.000 400 149,9% 1,20 17.327.433 15,60

10 2008 Kalbar Bengkayang Samalatan Sabau Sarana Air Bersih. Perpipaan,1.740 m; Bak dll 4.281.000 2.568.700 1.712.300 19.300.000 200 91,6% 1,10 12.332.186 15,16

11 2008 Kalbar Bengkayang S Raya S Jaga A Sarana Air Bersih. PAH 30 Unit 6.505.700 3.903.400 2.602.300 11.400.000 600 25,3% 1,28 47.902.196 29,50

12 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Sungai Raya Air Bersih. Perpipaan 1000m & Bak 10x10x1,50 M2 8.545.500 5.127.100 3.418.400 46.050.000 320 37,4% 1,30 90.959.041 27,34

13 2009 Jateng Pekalongan Kajen Linggoasri Jaringan perpipaan 6.480, Broncaptering & Reservoir 6.160.816 3.696.489 2.464.326 57.680.000 1.615 117,7% 1,50 61.196.107 42,96

14 2007 Jateng Pekalongan Kesesi Brondong Jaringan perpipaan 2150 m. Broncaptering & Reservoir 2.039.800 1.223.900 815.900 10.961.000 650 127,4% 1,20 23.508.506 58,50

15 2009 Jateng Brebes Sirampog Kaligiri Jaringan perpipaan 2700 m, Broncaptering & Reservoir 5.305.842 3.183.505 2.122.337 12.785.000 2.495 225,1% 1,40 45.061.227 43,60

16 2009 Jateng Brebes Paguyangan Cipetung Jaringan perpipaan 8500 m, Broncaptering & Reservoir 11.003.300 6.602.000 4.401.300 75.505.000 1.781 69,4% 1,70 144.349.371 65,03

414.232.199 201.332.415 212.899.784 487.058.763 1.018.152.217 12.797 676.360.578 27,57%

25.889.512 12.583.276 13.306.237 30.441.173 800 85% 1,33

1.320.438.066 590.808.923 729.629.143 1.620.470.638 3.688.682.715 36.653 2.201.398.907 25,94%

27.509.126 12.308.519 15.200.607 33.759.805 764 104% 1,29

DI 39 DESA DAN 48 PRASARANA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, SULAWESI BARAT, KALIMANTAN BARAT DAN JAWA TENGAH

No. TA Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Tipe Proyek

Operasional (2007 - 2011)

EIRRAnalisis Multiplier

TPK & UPK TPK UPK Dari Yang Ditinjau

Dari 2007-2011

Upah

TOTAL BANTUAN I - III

RATA-RATA I - III

Jumlah Sampel 48 Prasarana

TOTAL I

RATA-RATA I

TOTAL II

RATA-RATA II

TOTAL III

RATA-RATA III

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 58

LAMPIRAN 2REKAPITULASI HASIL ANALISIS DAMPAK EKONOMI PRASARANA PROGRAM PNPM MP (TIM TEKNIK)

Biaya Proyek Jumlah Jumlah

termasuk Swadaya Bantuan dg Harga SatuanPerbedaan

HargaPerbedaan

Harga

Swadaya (Rp) (Rp) (Rp) % Katagori % Kategori Pemda Pemda - BLM BLM+Swadaya - PEMDA

JALAN & JEMBATAN

1 2010 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Praibokul Peningkatan Badan Jalan (Kambauni), 2.000 m 378.766.600 29.031.400 349.735.200 88,89% Baik 88,9% Jelek 446.171.182 27,57 17,80 2 2009 NTT Sumba Timur Kambera Kiritana Jalan, 2730 m 268.720.100 2.585.000 266.135.100 92,13% Sangat Baik 54,0% Sedang 315.432.551 18,52 17,38 3 2011 NTT Sumba Timur Umalulu Lumbu Kore Peningkatan Jalan Rabat + jembatan Bentang 4,6, 871 x 1,8 m 292.332.500 3.800.000 288.532.500 88,89% Sangat Baik 71,0% Baik 343.206.066 18,95 17,40

4 2010 NTT Sumba Timur Umalulu Umalulu Perkerasan Jalan, 850 m 215.775.631 8.595.000 207.180.631 93,06% Sangat Baik 62,0% Baik 252.761.797 22,00 17,14

5 2010 Sulbar Poliwali Mandar Biunuang Batetanga Jembatan Gantung, 34 x 1,6 m 185.975.000 9.147.000 176.828.000 78,75% Sangat Baik 84,00 Sangat Baik 207.508.667 17,35 11,58

6 2008 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Batupangga Perintinsan jalan 1.535 m 290.540.500 89.440.000 201.100.500 65,00% Baik 68,75 Baik 220.397.606 9,60 -24,14

7 2008 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Kenje Konstruksi Rabat Beton 610 m 203.631.270 22.402.500 181.228.770 75,00% Sangat Baik 65,00 Baik 245.285.094 35,35 20,46

8 2009 Sulbar Poliwali Mandar Balanipa Tammejarra Jalan 420 m 89.270.600 5.240.000 84.030.600 76,25% Sangat Baik 7,00 Jelek 91.270.182 8,62 2,24

9 2007 Kalbar Kubu Raya Kubu Raya Padang Tikar II Jalan Titian Beton Bertulang.1200 x 1,50 x 0,10 m 332.050.000 14.926.000 317.124.000 85,00% Sangat Baik 60,0% Baik 450.324.923 42,00 35,62

10 2010 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Sungai Raya Jalan Rabat Beton,1.200x1,50x0,10 m+9Gorong2 176.345.000 17.205.000 159.140.000 80,00% Sangat Baik 33,0% Jelek 176.506.122 10,91 0,09

11 2007 Kalbar Bengkayang Sungai Raya Sungai Jaga A Jalan Rbt Beton,1,2x1900m+Gorong2+Jembatan 251.322.000 17.205.000 234.117.000 70,00% Baik -4,0% Jelek 360.924.394 54,16 43,61

12 2011 Kalbar Bengkayang Samalatan Sabau Jalan Rabat Beton, 560 m x 1,5 m x 10 cm 83.832.000 - 83.832.000 78,75% Sangat Baik 33,0% Jelek 87.858.690 4,80 4,80

13 2007 Jateng Pekalongan Kandang serang Tajur Jembatan gelagar baja lantai kayu 3x34 m 99.662.000 7.300.000 92.362.000 72,73% Baik 13,0% Jelek 215.722.210 133,56 116,45

14 2009 Jateng Pekalongan Kesesi Ujung negoro Jalan telford 756 x 3m 98.222.250 37.141.250 61.081.000 85,91% Sangat Baik 28,0% Jelek 126.587.771 107,25 28,88

15 2010 Jateng Brebes Sirampog Sridadi Jalan Telasah - Rabat Beton 580 x3 187.524.600 10.226.000 177.298.600 80,91% Sangat Baik 66,0% Baik 299.918.496 69,16 59,94

16 2010 Jateng Brebes Tonjong Pepedan Jalan Rabat beton 478.5 x 3 m 160.153.300 1.786.000 158.367.300 90,91% Sangat Baik 64,0% Baik 196.906.984 24,34 22,95 -

3.314.123.351 276.030.150 3.038.093.201 4.036.782.736

207.132.709 17.251.884 189.880.825 81% Sangat Baik 1440% Sedang 252.298.921 32,87 21,81

IRIGASI

1 2009 NTT Sumba Timur Kambera Lambanapu Irigasi, 500 m 129.534.000 - 129.534.000 91,20% Sangat Baik 84,00% Sangat Baik 151.973.554 17,32 17,32

2 2009 NTT Sumba Timur Kambera Malumbi Irigasi 271.219.390 12.179.500 259.039.890 85,65% Sangat Baik 40,00% Sedang 318.953.512 23,13 17,60

3 2010 NTT Sumba Timur Umalulu Mutunggending Saluran Irigasi, 1.000 m 240.285.800 6.896.000 233.389.800 90,74% Sangat Baik 83,00% Sangat Baik 282.334.569 20,97 17,50 4 2011 NTT Sumba Timur Umalulu Mutunggending Peningkatan Jaringan Irigasi, 1.300 x 0,6 m 322.170.600 7.127.500 315.043.100 88,43% Sangat Baik 75,00% Baik 378.419.004 20,12 17,46 5 2007 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Mapilli Barat Irigasi.1.180 m 171.316.200 6.690.000 164.626.200 76,25% Sangat Baik 76,00 Baik 194.673.382 18,25 13,636 2007 Sulbar Poliwali Mandar Luyo Mambu Irigasi.1.279 m 202.741.100 28.080.000 174.661.100 77,50% Sangat Baik 95,00 Sangat Baik 194.648.469 11,44 -3,997 2009 Sulbar Poliwali Mandar Matakali Tonrolima Irigasi 516 m 119.680.100 1.350.000 118.330.100 75,00% Sangat Baik 69,00 Baik 158.608.532 34,04 32,538 2008 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Lemo Irigasi 1235m 237.244.350 3.335.000 233.909.350 70,00% Baik 63,00 Baik 264.605.115 13,12 11,539 2010 Kalbar Bengkayang Sungai Betung Cipta Karya Saluran Irigasi. 971 x 0,50 x 0,50 m dll 332.671.477 1.413.177 331.258.300 82,50% Sangat Baik 89,00% Sangat Baik 343.409.274 3,67 3,23

10 2011 Kalbar Bengkayang Sungai Raya S Pangkalan II Saluran Drainase Lingkungan 1.050 m 54.363.000 340.000 54.023.000 81,25% Sangat Baik 86,00% Sangat Baik 101.263.413 87,45 86,27

11 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Rukmajaya Saluran Drainase Lingkungan 2.000 m 72.484.500 500.000 71.984.500 81,25% Sangat Baik 71,00% Baik 123.785.587 71,96 70,78

12 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Karimunting Saluran Drainase Lingkungan 1.000 m 181.388.000 500.000 180.888.000 82,50% Sangat Baik 71,00% Baik 242.135.035 33,86 33,49

13 2010 Jateng Pekalongan Kajen Sambiroto Irigasi 415 m 98.222.250 37.141.250 61.081.000 84,09% Sangat Baik 83,00% Sangat Baik 122.773.410 101,00 25,00

14 2010 Jateng Pekalongan Kesesi Jagung Irigasi 713 m 87.897.000 6.455.000 81.442.000 85,45% Sangat Baik 91,00% Sangat Baik 111.308.139 36,67 26,63 15 2010 Jateng Brebes Tonjong Purwodadi Irigasi 607 m 147.017.000 5.410.000 141.607.000 76,82% Baik 81,00% Sangat Baik 179.533.278 26,78 22,12 16 2009 Jateng Brebes Bantar kawung Terlaya Irigasi 265 m 48.989.500 6.714.500 42.275.000 86,82% Sangat Baik 84,00% Sangat Baik 78.375.905 85,40 59,99

2.717.224.267 124.131.927 2.593.092.340 3.246.800.178

169.826.517 7.758.245 162.068.271 82% Sangat Baik 1952% Baik 202.925.011 25,21 19,49

AIR BERSIH

1 2011 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Praibokul SAB Perpipaan, 1.150 m 222.722.985 1.790.485 220.932.500 84,72% Sangat Baik 77,00% Baik 261.414.708 18,32 17,37 2 2009 NTT Sumba Timur Umalulu Lailuru Jaringan Perpipaan, 5.418 m 223.689.350 9.000.000 214.689.350 89,35% Sangat Baik 60,00% Baik 262.993.702 22,50 17,57

3 2009 NTT Sumba Timur Kahaungu Eti Kemanggih Sumur Gali, 44 unit 251.360.900 29.753.000 221.607.900 80,89% Sangat Baik 77,00% Baik 296.740.047 33,90 18,05

4 2010 NTT Sumba Timur Matawai La Pawu Katikuluku Jaringan Perpipaan 214.848.090 14.771.540 200.076.550 87,04% Sangat Baik 81,00% Sangat Baik 252.978.457 26,44 17,75

5 2011 Sulbar Poliwali Mandar Anreapi Pappandangan Perpipaan 20.380.800 3.825.000 16.555.800 77,50% Sangat Baik 79,00% Baik 21.200.405 28,05 4,02

6 2009 Sulbar Poliwali Mandar Tinambung Karama Perpipaan 49.617.300 9.240.000 40.377.300 73,75% Baik 60,00% Baik 49.942.584 23,69 0,66

7 2010 Sulbar Poliwali Mandar Campalagian Lapeo Perpipaan 73.133.300 2.669.000 70.464.300 58,75% Baik 58,00% Sedang 85.237.184 20,97 16,55

8 2011 Sulbar Poliwali Mandar Balanipa Tammangale Sumur Gali 202.519.100 67.152.000 135.367.100 76,25% Sangat Baik 85,00% Sangat Baik 187.560.226 38,56 (7,39)

9 2008 Kalbar Bengkayang Samalatan Pasti Jaya Sarana Air Bersih. Perpipaan, 2.000 m; dll 111.061.000 1.270.000 109.791.000 65,00% Baik 33,00% Jelek 153.215.566 39,55 37,96

10 2008 Kalbar Bengkayang Samalatan Sabau Sarana Air Bersih. Perpipaan,1.740 m; Bak dll 81.336.000 81.336.000 48,75% Sedang 23,00% Jelek 110.252.109 35,55 35,55

11 2008 Kalbar Bengkayang S Raya S Jaga A Sarana Air Bersih. PAH 30 Unit 162.361.000 162.361.000 57,50% Baik 32,00% Jelek 175.163.835 7,89 7,89

12 2011 Kalbar Bengkayang S Raya Kepulauan Sungai Raya Air Bersih. Perpipaan 1000m & Bak 10x10x1,50 M2 332.671.477 1.413.177 331.258.300 77,50% Sangat Baik 61,00% Baik 221.045.165 (33,27) (33,55)

13 2009 Jateng Pekalongan Kajen Linggoasri Jaringan perpipaan 6.480, Broncaptering & Reservoir 142.465.500 25.410.000 117.055.500 81,36% Sangat Baik 68,00% Baik 200.021.119 70,88 40,40

14 2007 Jateng Pekalongan Kesesi Brondong Jaringan perpipaan 2150 m. Broncaptering & Reservoir 40.184.500 1.428.500 38.756.000 80,00% Sangat Baik 37,00% Jelek 86.416.207 122,98 115,05

15 2009 Jateng Brebes Sirampog Kaligiri Jaringan perpipaan 2700 m, Broncaptering & Reservoir 103.357.000 2.546.000 100.811.000 98,64% Sangat Baik 87,00% Sangat Baik 120.619.617 19,65 16,70

16 2009 Jateng Brebes Paguyangan Cipetung Jaringan perpipaan 8500 m, Broncaptering & Reservoir 221.965.000 12.900.000 209.065.000 72,73% Baik 87,00% Sangat Baik 309.522.714 48,05 39,45

0,00%

2.453.673.302 183.168.702 2.270.504.600 2.794.323.643

153.354.581 11.448.044 141.906.537 76% Sangat Baik 63% Baik 174.645.227,71 23,07 13,88

8.485.020.921 583.330.780 7.901.690.141 10.077.906.558

176.771.269 12.152.725 164.618.545 80% Sangat Baik 1152% Baik 209.956.387 27,54 18,77

DI 39 DESA DAN 48 PRASARANA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, SULAWESI BARAT, KALIMANTAN BARAT DAN JAWA TENGAH

No. TA Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Tipe Proyek

Persentase

Teknik Dasar

DARI PRASARANA YANG DITINJAUKajian Manajemen

KUALITAS PRASARANA

Recosting Persentase

TOTAL BANTUAN I - III

RATA-RATA I - III

Jumlah Sampel 48 Prasarana

TOTAL I

RATA-RATA I

TOTAL II

RATA-RATA II

TOTAL III

RATA-RATA III

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 59

Lampiran 3: Foto-foto Infrastruktur Program PNPM Mandiri

1. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 2. Jalan Rabat dan Jembatan Bentang (proyek peningkatan), Desa Lumbu Kore, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 1. Saluran air bersih di Desa Katikulu, Kecamatan Matawai La Pawu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 60

2. Provinsi Sulawesi Barat

Gambar 3. Irigasi (proyek peningkatan), Desa Mambu, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewari Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Gambar 4. Irigasi (proyek peningkatan), Desa Mapili Barat, Kecamatan Luwo, Kabupaten Poliwari Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 61

3. Provinsi Kalimantan Tengah

Gambar 5. Air Bersih (Perpipaan) Desa Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 6. Saluran drainase Dusun Sungai Soga, Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 62

4. Provinsi Jawa Tengah

Gambar 8. Jalan, Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kesesi, Kabupaten

Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 7. Irigasi, Desa Sambiroto, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah

LAPORAN AKHIR

Studi Analisis Manfaat Ekonomi Proyek Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan 63

Gambar 9. Jalan Rabat Beton, Desa Pepedan, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah