Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

24
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT Kelompok C 4 : Khairun Pratama 10060308100 Rudi Kurniawan 10060308101 Nurul Rafiqua 10060308102 Yuliani Fajarwati 10060308103 Dwi Fira H 10060308104 Hari/Tanggal praktikum : Rabu/ 20 Oktober 2010 Hari/Tanggal laporan : Rabu/ 27 Oktober 2010 Asisten : Poppy Andrianne

Transcript of Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Page 1: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI I

OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT

Kelompok C 4 :

Khairun Pratama 10060308100

Rudi Kurniawan 10060308101

Nurul Rafiqua 10060308102

Yuliani Fajarwati 10060308103

Dwi Fira H 10060308104

Hari/Tanggal praktikum : Rabu/ 20 Oktober 2010

Hari/Tanggal laporan : Rabu/ 27 Oktober 2010

Asisten : Poppy Andrianne

LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

Page 2: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2010

OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT

I. Tujuan

a. Mempunyai keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas stimulan SSP, depresan

SSP serta antidepresi

b. Dapat menjelaskan kembali mekanisme kerja dan menjelaskan perbedaan mekanisme

kerja antar berbagai golongan stimulan SSP, depresan SSP serta antidepresi

II. Pendahuluan

Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek

farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu:

- Merangsang atau menstimulasi, yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang

aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta syarafnya.

- Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir

proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan syaraf - syarafnya.

(Stringer, 2006)

Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, terbagi menjadi :

Anti depressive

Terbagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis

dengan efek samping gangguan pada sisten otonom dan jantung,

contohnya : imipramin dan amitriptilin.

2. Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan

gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin. (Stringer, 2006)

Page 3: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan melankolia dan memperbaiki

suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa

memperbaiki suasana jiwa. Obat-obat anti depresan bekerja dengan jalan

menghambat penyerapan kembali neurotransmiter noradrenalin dan serotonin

sehingga otak kekurangan neurotransmiter tersebut (Stringer, 2006)

Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi

fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman

(euforia) dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi (disforia). (Stringer, 2006)

Hipnotika dan Sedativa

Disebut juga sebagai obat tidur adalah obat yang diberikan malam hari

dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur,

mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedativa adalah obat yang

menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek

menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Hipnotik sedatif merupakan golongan

obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif tidak slektif, mulai dari yang

ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat

(kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan

mati, bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas,

menurunkan respons terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat

hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur

yang menyerupai tidur fisiologis. (Tony, 1995)

Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat yang

tidak termasuk golongan obat golongan depresan SSP. Walaupun obat tersebut

memperkuat efek penekanan SSP, secara mandiri tidak dapat menginduksi anestesi

umum. Golongan obat tersebut umumnya telah menghasilkan efek terapi yang

lebih spesifik pada kadar yang jauh lebih kecil daripada kadar yang dibutuhkan

untuk mendepresi SSP secara umum. (Tony, 1995)

Page 4: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Beberapa obat hipnotik dan sedatif, terutama golongan benzodiazepin

digunakan juga untuk indikasi lain, yaitu sebagai pelemas otot, antiepilepsi,

antiansietas (anticemas) dan sebagai penginduksi anesthesia. (Tony, 1995)

Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara akstensif sebagai

hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang

spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepine yang lebih aman.

Efek farmakodinamik dari barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi

dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnotik, berbagai tingkat anesthesia, koma,

sampai dengan kematian. (Tony, 1995)

Efek anesthesia barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang

dihasilkan. Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan

dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang

mengganggu. Efek antikonvulsi yang selektif terutama diberikan oleh barbiturate

yang mengandung substitusi 5-fenil misalnya fenobarbital dan mefobarbital.

Golongan barbiturat lain, derajat selektivitas dan indeks terapi antikonvulsinya

sangat rendah, jadi tidak mungkin dicapai efek yang diinginkan tanpa menimbulkan

depresi umum pada SSP. (Tony, 1995)

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran.

Pemberian dosis barbiturat yang hamper menyebabkan tidur, dapat meningkatkan

20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya tidak dipengaruhi. Pada

beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri,

barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi

(kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat

penghambatan. (Tony, 1995)

Page 5: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Mekanisme Kerja Pada SSP

Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak

sama kuatnya. Dosis nonanestesi terutama menekan respons pasca sinaps.

Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Walaupun demikian efek

yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator. Barbiturat

memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi

sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja

benzodiazepin, namun pada dosis yang lebih tinggi bersifat sebagai agonis GABA-

nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang

berat. (Tony, 1995)

III. Alat, Bahan dan Hewan Percobaan

- Alat : alat suntik 1 ml, sonde oral mencit, platform, stopwatch, timbangan mencit,

keranjang

- Bahan : amfetamin (derivatnya), kafein, fenobarbital, thiopental, diazepam, amitriptilin,

CMC, NaCl fisiologis

- Hewan : 3 ekor mencit sekelamin

IV. Prosedur

4.1. Pengamatan aktivitas stimulasi SSP dari amfetamin dan kafein

Hewan dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit

Kelompok 1 : kontrol (diberi NaCl fisiologis)

Kelompok 2 : diberi amfetamin

Kelompok 3 : diberi kafein

a. Pengamatan Rasa Ingin Tahu

Siapkan platform, dibagi menjadi dua sisi dengan membuat garis tengah. Mencit

ditempatkan pada salah satu sisi dari platform tersebut. Dihitung berapa kali mencit berjalan

Page 6: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

melintasi garis tengah sehingga menyeberang ke sisi yang berlawanan. Pengamatan dilakukan

selama 2 menit. Dihitung pula berapa kali mencit menjengukan kepalanya (melihat kebawah).

Pengamatan dilakukan selama 2 menit.

b. Pengamatan Aktivitas Motorik

Disiapkan bejana berisi air, dengan kedalaman yang cukup. Ikatkan seutas tali yang telah

diberi beban pada ekor mencit. Mencit dimasukkan ke dalam bejana berisi air. Dicatat waktu

lamanya mencit berenang untuk mempertahankan diri supaya tidak tenggelam. Jika mencit sudah

tenggelam, segera hentikan pengamatan.

c. Pengolahan Data

Data disajikan dalam bentuk tabel. Data-data tersebut dianalisa secara statistik.

Disimpulkan mengenai perbedaan kerja amfetamin dan kafein dalam menstimulasi sistem saraf

pusat berdasarkan hasil percobaan tersebut.

4.2. Depresan Sistem Saraf Pusat

a. Pengamatan Aktivitas Hipnoyik dan Sedatif dari dua Jenis Obat Kelompok Barbiturat

Hewan dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit

Kelompok 1 : kontrol (di beri NaCl fisiologis)

Kelmpok 2 : diberi fenobarbital

Kelompok 3 : diberi tiopental

Bahan uji diberikan dengan rute intra peritoneal. Sebelum diberikan bahan uji,

diamati hal-hal berikut : sikap tubuh, aktivitas motorik, righting reflex, ptosis. Setelah

pemberian bahan uji dilakukan pengamatan sebagai berikut : sikap tubuh, aktivitas

motorik, righting reflex, ptosis. Dicatat waktu kapan mencit akan mengalami efek sedasi.

Dicatat waktu kapan mencit akan mengalami efek hipnotik. Ditentukan juga durasi efek

sedasi dan hipnotik. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 7: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

4.3 Antidepresi

Pengujian dilakukan dengan metode berenang (Forced Swimming Test), dengan

prosedur sebagai berikut :

Hewan dibagi atas tiga kelompok, tang terdiri atas :

Kelompok 1 : kontrol (diberi CMC 1 %)

Kelompok 2 : uji dosis I (diberi amitriptilin dosis I)

Kelompok 3 : uji dosis II (diberi amitriptilin dosis II)

Setiap kelompok teriri dari 3 ekor mencit. Pemberian obat secara oral. Setelah 30

menit terhitung sejak pemberian obat uji, mencit dimasukkan ke dalam bejana plastik

berisi air (ke dalam diatur sampai kaki mencit tidah dapat menyentuh dasar bejana).

Segera setelah pemberian obat, gerakan berenang mencit diamati. Dicatat lamanya sikap

tidak bergerak (imobilitas) setiap 5 menit selama 15 menit waktu pengamatan. Data yang

diperoleh dianalisis secara statistik. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

V. Data Pengamatan dan Perhitungan

IV. Pengamatan dan Perhitungan

1) Pengamatan aktivitas stimulasi SSP dari kafein

Dosis Kafein 50mg/ 120mL diencerkan 25mL ad 20ml

Dosis : 50

120 =

x20

X = 8,3mg/ 25ml

Mencit untuk 20g : 50 x 0,0026 = 0,13mg/ 20g BB

Mencit Uji 29g : 2920

x 0,13 = 0,1885mg/ 19g BB

Volume dosis : 8,325

= 0,1885

v

V = 0,57 mL

Page 8: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

No Pengamatan

No. Mencit 1 No. Mencit 2

Waktu Pengamatan Waktu Pengamatan

0 15 30 45 60 0 15 30 45 60

1.Sikap Tubuh

(N/TN)N N N N N N N TN TN TN

2.Aktivitas

Motorik2 4 1 2 2 1 1 2 3 0

3. Rasa Ingin Tahu - - - 1 2 - 3 4 - -

4.Menggelantung

(+/-)+ + + + + + + + + +

5. Ptosis (+/+1/2) - - - - - - - - + +

6.Righting Refleks

(+/-)+ + + + + + + + + +

7. Mortabilitas (+/-) - - - - - - - - - -

8.Retablishment

(+/-)+ + + + + + + - - -

Tabel 1.1 Pengamatan yang dilakukan antara aktivitas mencit dengan kontrol (nomor mencit 1) dan kafein

(nomor mencit 2)

2) Depresan Sistem Saraf Pusat

Berat Badan Mencit :

Nomor 1. (NaCl) = 24g

Nomor 2. (Fenobarbital) = 26,8g

Nomor 3. (Tiopental) = 27,2g

Dosis Seharusnya:

- Fenobarbital 2mg dalam 50ml NaCl

Dosis Mencit 20g : 2 x 0,0026 = 0,0052 mg/20g BB.

Page 9: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Dosis Mencit Uji : 26,820

x 0,0052 = 0,006968mg/ 26,8g BB.

Volume Dosis : 2

50 =

0,006968V

V = 0,1742 mL

- Tiopental 390mg dalam 100ml

Dosis Mencit 20g : 500 x 0,026 = 1,3mg/20g BB.

Dosis Mencit Uji : 27,220

x 1,3 = 1,768mg/ 27,2g BB.

Volume Dosis : 390100

= 1,768

V

V = 0,45 mL.

Dosis yang diberikan pada praktikum:

- NaCl : 0,520

= x

24

X = 0,6 mL.

- Fenobarbital : 0,520

= x

26,8

X = 0,67 mL.

- Tiopental : 0,520

= x

27,2

X = 0,68 mL.

No Pengamatan

No. Mencit 1 No. Mencit 2 No. Mencit 3

Waktu Pengamatan Waktu Pengamatan Waktu Pengamatan

0 15 30 45 60 0 15 30 45 60 0 15 30 45 60

1.Sikap Tubuh

(N/TN)N N N N N N N TN TN TN N TN TN TN TN

2. Aktivitas 4 3 2 1 0 3 2 2 0 0 2 0 0 0 0

Page 10: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Motorik

3. Rasa Ingin Tahu 7 11 3 3 0 6 0 4 1 1 4 0 0 0 0

4.Menggelantung

(+/-)- - - - - + - - - - - - - - -

5. Ptosis (+/+1/2) - - +1/2 - - - - +1/2 + + - + + + +

6.Righting Refleks

(+/-)+ + + + + + + + + + + - - - -

7. Mortabilitas (+/-) - - - - - - - - - - - - - - -

8.Retablishment

(+/-)+ + + + + + + - - - + - - - -

Tabel 1.2 Pengamatan yang dilakukan antara aktivitas mencit dengan kontrol (nomor mencit 1), fenobarbital

(nomor mencit 2) dan tiopental (nomor mencit 3)

Efek Skor

Normal 0

Penurunan Aktivitas Motorik 1

Sedasi 2

Hipnotik 3

Mati (Mortalitas) 4

Tabel 1.3 Skor untuk efek yang terjadi pada mencit uji

Page 11: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

0 10 20 30 40 50 60 700

1

2

3

4

5

6

7Grafik Aktivitas Motorik Hipnotik dan Sedatif

NaClFenobarbitalTiopental

Waktu

Skor

Grafik 1.1 Aktivitas motorik hipnotik dan sedatif dari dua jenis obat kelompok barbiturat

3) Antidepresi

Berat badan Mencit

- Nomor 1 = 43,4g (CMC)

- Nomor 2 = 39,7g (Amitripilin dosis I)

- Nomor 3 = 88,5g (Amitripilin dosis II)

Dosis Amitripilin 0,5mL/ 20g BB

- Nomor 1 (CMC) = 0,520

= x

43,4

X = 1,085mL

- Nomor 2 (Amitripilin dosis I) = 0,520

= x

39,7

X = 0,9925mL

- Nomor 3 (Amitripilin dosis II) = 0,520

= x

26,2

X = 0,655mL

Page 12: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

MencitWaktu Pengamatan Ʃ t Imobilitas

(detik)5 10 15

Nomor 1 (CMC) 0 4 13 17

Nomor 2 (Amitripilin dosis I) 7 15 34 56

Nomor 3 (Amitripilin dosis II) 10 60 212 282

Tabel 1.4 Pengamatan yang dilakukan antara lamanya imobilitas dengan kontrol (nomor mencit 1),

Amitripilin dosis I (nomor mencit 2) dan Amitripilin dosis II (nomor mencit 3)

Ket: DII > DI

4 6 8 10 12 14 160

50

100

150

200

250Pengaruh dosis terhadap obat antidepresi

CMCD ID II

Waktu

Imob

ilita

s

Grafik 1.2 Pengaruh dosis terhadap obat antidepresi

Page 13: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

V. Pembahasan

Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pengujian terhadap aktivitas

stimulant SSP, depresan SSP serta antidepresi untuk mengetahui mekanisme kerja dari

stimulant dan antidepresan tersebut.

5.1. Pengamatan aktivitas stimulasi SSP dari amfetamin dan kafein

Pengamatan ini menggunakan satu ekor mencit untuk setiap perlakuan. Pada

pengujian aktivitas stimulasi SSP dari amfetamin dan kafein, salah satu dari mencit diberi

NaCl fisiologis yang cairannya mirip dengan cairan tubuh, sehingga dijadikan mencit

control. Lalu pada mencit selanjutnya yang seharusnya diberikan amfetamin, tidak

diujikan karena amfetamin susah untuk didapatkan. Sehingga prosedur 1 hanya

membandingkan mencit control dan mencit yang telah diberi kafein. (Budiarto, 2010)

Dari hasil pengamatan, perbedaan pada mencit uji dan mencit control terlihat

pada pengujian sikap tubuh (dilihat normal dan tidak normalnya sikap tubuh),seiring

meningkatnya waktu, perbedaan semakin jelas, pada mencit kelompok control sikap

tubuhnya tetap normal hingga 60 menit waktu perlakuan selanjutnya, sebaliknya pada

mencit yang diberi kafein, sikap tubuh mencit pada menit ke-30 mulai menunjukkan

sikap tubuh yang tidak normal. Sedangkan dilihat dari aktivitas motoriknya, rasa ingin

tahu, dan kegiatan lainnya yang diatur dengan sistem saraf pusat pada mencit control

lebih stabil dilihat dari aktivitas yang dilakukan dari menit pertama hingga menit ke-60

hampir sama. Sedangkan pada mencit uji akitvitas tersebut pada beberapa waktu tertentu

menunjukkan adanya perubahan berupa suatu kenaikan gerak motorik, gerak ingin tahu,

ptosis, Hal ini menunjukkan bahwa kafein bekerja sebagai stimulant sistem saraf pusat.

Kafein bekerja dengan menaikkan permukaan neurotransmitter dopamine di otak.

(Stringer, 2006)

Kafein juga bereaksi dengan mengurung reseptor suatu senyawa nukleotida yang

disebut Adenosin yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel

tersebut. Seperti adenosin, molekul kafein juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi

akibatnya berbeda. Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak sebaliknya

Page 14: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

menghalang adesonin untuk berfungsi. Akibatnya, adalah terjadi efek-efek yang dialami

mencit yang telah diamati tadi. (Stringer, 2006)

V.2.Depresan Sistem Saraf Pusat

Pada pengujian depresan SSP pengujian dilakukan berdsarkan dari aktivitas

depresan hipnotik dan sedative, salah satu dari mencit diberi NaCl fisiologis yang

cairannya mirip dengan cairan tubuh, sehingga dijadikan mencit control. Lalu pada

mencit kelompok2 yang seharusnya diberikan fenobarbibal, dan mencit kelompok 3

diberikan thiopental. (Stringer, 2006)

Dari hasil pengamatan, mencit control terlihat pada pengujian sikap tubuh (dilihat

normal dan tidak normalnya sikap tubuh), dan efek-efek lainnya. Seiring meningkatnya

waktu, perbedaan semakin jelas, pada mencit kelompok control sikap tubuhnya tetap

normal hingga 60 menit waktu perlakuan selanjutnya, Sebaliknya pada mencit yang

diberi fenobarbital dan thiopental mulai menunjukkan sikap tubuh yang tidak normal.

Dilihat dari efek-efek yang diujikan menunjukkan penurunan aktivitas. Dari aktivitas

motoriknya, ingin tahu maupun righting reflex bahkan ptosisnya (menunjukkan efek

sedasi). (Stringer, 2006)

Antara fenobarbital dan thiopental pun terdapat perbedaan, walau sama-sama

menurunkan aktivitas mencit, tetapi waktu yang dibutuhkan masing-masing mencit tetap

berbeda. Fenobarbital membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menimbulkan efek

sedasi, sedangkan mencit yang diberi thiopilin sudah mengalami efek sedasi sejak

pengujian kedua (15 menit kemudian). Hal ini menunjukkan bahwa kedua obat tersebut

memang bekerja pada sistem saraf pusat sebagai penghambat penghantaran impuls pada

sinaps di SSP. (Stringer, 2006)

Adapun perbedaan waktu onset dan durasi antara fenobarbital dan thiopilin

dikarenakan penggolongan barbiturate didasarkan pada durasi kerjanya. Fenobarbital

masuk ke dalam obat golongan sedative sedangkan thiopilin termasuk golongan hipnotik.

Sehingga dapat disimpulkan, dengan dosis yang sedikit saja thiopilin sudah dapat

memberikan efek sedative pada mencit, dan pada dosis yang ditingkatkan lagi akan

mengalami efek hipnotik, anestesi dan kematian. Otomatis durasi obat bekerja pun sangat

singkat. thiopental merupakan obat yang bekerja sangat singkat (beberapa menit).

Page 15: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

Thiopental sifatnya sangat larut dalam lemak, jadi setelah pemberian, secara cepat obat

ini masuk kedalam otak kemudian di distribusi ulang ke dalam jaringan-jaringan tubuh

lain dan akhirnya ke dalam lemak. Seiring didistribusi ulang, konsentrasi dalam otak

turun di bawah kadar efektif. Oleh karena itu durasi kerja thiopental sangat singkat.

(Stringer, 2006)

Sedangkan pada dosis terbesar pun fenobarbital hanya dapat memberikan efek

sedative. Hal tersebut ditunjukkan secara jelas dengan table pengamatan berikut.

Efek Skor

Normal 0

Penurunan Aktivitas Motorik 1

Sedasi 2

Hipnotik 3

Mati (Mortalitas) 4

Tabel 1.3 Skor untuk efek yang terjadi pada mencit uji

5. 3 Antidepresi

Pada pengujian depresan SSP pengujian dilakukan dengan metode berenang yang

akan dilakukan oleh mencit uji setelah diberi CMC pada kelompok1 sebagai control,

kelompok 2 diberi amitripilin dosis I dan kelompok 3 amitripilin dosis II. Dilihat mencit

mana yang berenang lebih lama (dan mengapung diam) di permukaan air.

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis, mencit

mengalami imobilitas semakin lama , pada dosis II waktu imobilitas mencit di air adalah

282 detik. Perbedaannya dapat dilihat di grafik berikut ini.

Page 16: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

4 6 8 10 12 14 160

50

100

150

200

250Pengaruh dosis terhadap obat antidepresi

CMCD ID II

Waktu

Imob

ilita

s

Hal ini menunjukkan bahwa amitripilin termasuk Obat anti depresan yang bekerja dengan jalan

menghambat penyerapan kembali neurotransmiter noradrenalin dan serotonin sehingga otak kekurangan

neurotransmiter tersebut, hal inilah yang mengakibatkan mencit dapat bertahan dalam pose immobility di

air begitu lama . (Stringer, 2006)

VII. Kesimpulan

1. Terdapat beberapa pengujian terhadap aktivitas stimulant SSP, depresan SSP, serta

antidepresi diantaranya dengan pengamatan rasa ingin tahu, motorik, aktivitas

hipnotik, sedative, dan metode berenang

2. Perbedaan dosis dan golongan dari masing-masing obat sangat memengaruhi. Pada

obat anti depresan, makin besar dosis makin lama durasi obat bekerja (pada mencit)

tentunya akan efektif pada dosis yang sesuai

3. Kafein termasuk kelompok stimulant neurotransmitter yang dapat meningkatkan

konsentrasi dan aktivitas motorik, sedangkan amfetamin dan turunannya

meningkatkan aktivitas rasa tahu.

4. Fenobarbital merupakan obat sedative yang dapat menimbulkan efek sedasi (pada

dosis tertingginya) seperti mengantuk, menurunnya aktivitas motorik dll.

Page 17: Laporan Akhir Praktikum Farmol 3

5. Thiopilin merupakan obat hipnotik yang pada memiliki daya kerja yang singkat

untuk menimbulkan efek sedasi.walau pada dosis yang rendah, dosis yang lebih

tinggi mengakibatkan hipnotik, anestesi dan kematian.

VIII. Daftar Pustaka

1. Handoko, Tony.et.al. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Gaya Baru (hal.

124-147)

2. Stringer, Janet L, 2008. Konsep-konsep dasar farmakologi edisi 3. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC

3. Arini Sulistiawati, sulistia Gan, 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Gaya

Baru

4. http://yosefw.wordpress.com/2008/05/22/256/ , diakses pada 24 oktober 2010