LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PENELITIAN …
Transcript of LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PENELITIAN …
LAPORAN AKHIRPELAKSANAAN PENELITIAN KOMPETITIF NASIONAL
SKIM DISERTASI DOKTORTAHUN ANGGARAN 2016
TEKNIK REFORMULASI PENERJEMAHAN LISAN OLEH PEMANDUWISATA DI OBJEK WISATA MAKAM KUNO RAJA SIDABUTAR
PULAU SAMOSIR SUMATERA UTARA
Tahun ke-1 dari Rencana 1 Tahun
Bambang Panca Syahputra, S.Pd., M.Hum.NIDN : 0117017901
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARAAgustus, 2016
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................ i
PRAKATA ……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1 Penerjemahan Lisan .................................................................. 4
2.2 Jenis- jenis Terjemahan Lisan.................................................... 4
2.3 Teknik Reformulasi …………………………………………… 5
2.4 Pemandu Wisata (Tour Guide……………………………………… 6
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................... 7
3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................ 8
4.1 Lokasi Penelitian......................................................................... 8
4.2 Paradigma dan Model Penelitian ................................................ 8
4.3 Sumber Data dan Data Penelitian ……………………………… 10
4.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………………. 10
4.5 Teknik Analisis Data …………………………………………… 11
4.6 Pengecekan Keabsahan Data …………………………………… 12
BAB V HASIL YANG DICAPAI ........................................................... 13
5.1 Teknik Reformulasi dalam Terjemahan Lisan (Interpreting)….. 13
5.1.1 Penjelasan (Explanation) …………………………… 135.1.2 Meringkas dan Rekapitulasi ……………………....... 165.1.3 Penghilangan ………………………………………... 175.1.4 Reformulasi ……………………………………….... 17
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 19
7.1 Simpulan ………………………………………………………. 19
7.2 Saran …………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini untuk menemukan variasi teknik reformulasi penerjemahan lisan
oleh pemandu wisata di objek wisata Makam Kuno Raja Sidabutar Pulau Samosir.Sumber
data penelitian ini berupa rekaman audio visual kegiatan penerjemahan lisan oleh pemandu
wista di makam kuno raja Sidabutar Dari dokumen ini diperoleh data berupa rekaman
kegiatan penerjemahan lisan yang di lakukan oleh pemandu/ pramuwisata yang menggunakan
bahasa Indonesia/ Melayu dan bahasa Inggris. Metode penelitianyang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif dengan teknik dokurnentasi sebagai instrumen pengumpulan data
yang terdiri dari dua: a) lembar dokumentasi untuk datatertulis; dan b) teknik rekam.
Penelitian ini direncanakan hanya satu tahun dengan empat tahapan penelitian.
Penelitian Tahap I: Penelitian pendahuluan berupa pematangan persiapan dengan cara mempelajari
prinsip- prinsip terjemahan lisan, membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan terjemahan
dan kegiatan perjalanan wisata yang di pandu oleh pemandu wisata, sudah selesai dikerjakan.
Penelitian Tahap II: Pengumpulan data dengan cara merekam kegiatan terjemahan lisan oleh
pemndu wisata, mentranskripsikan data, untuk mengidentifikasi variasi teknik reformulasi terjemahan
lisan., sudah selesai dikerjakan.
Penelitian Tahap III: Menganalisis data dengan memahami ko-teks, teks, dan konteks untuk
menyesuaikan konteks dengan pemilihan dan penggunaan teknik tertentu sebagai variasi dari teknik
reformulasi, sUDAH dikerjakan.
Penelitian Tahap IV: Menemukan variasi yang baru dari teknik terjemahan lisan yang sudah
ada, sudah dikerjakan
Kata Kunci : Teknik Reformulasiasi, Pemandu Wisata, Penerjemahan Lisan
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan kemajuan pelaksanaan penelitian
kompetitif nasional skim disertasi doktor tahun anggaran 2016. Laporan kemajuan
pelaksanaan penelitian kompetitif nasional skim doktor ini ditulis sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban karena penelitian ini didanai oleh DIPA Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Penelitian ini masih berlangsung dan akan di
lengkapi dengan lapoan akhir pada akhir tahun penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ditlitabmas Dirjen Dikti sebagai
penyandang dana penelitian ini, Koordinator Kopertis Wilayah I, Rektor Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat UMSU, dan Dekan FKIP UMSU selaku pimpinan tempat penulis bertugas.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Prof. Amrin saragih,
M.A., Ph.D, Prof. Dr. Syahron Lubis, MA, Dr. Muhizar Muchtar, M.S selaku promotor dan
ko promotor penulis pada program doktor Linguistik konsentrasi Terjemahan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam
penyelesaian penelitian.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada masyarakat Batak Toba,
pulau Samosir desa Tomok yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di objek
wisata makam batu raja Sidabutar. Akhirnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pihak- pihak lain yang turut membantu demi suksesnya penelitian ini. Penulis
menyadari bahwa laporan kemajuan pelaksanaan penelitian kompetitif nasional skim disertasi
doktor ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Medan, 15 Agustus 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang Penelitian
Kegiatan penerjemahan baik lisan maupun tulisan di seluruh dunia merupakan bentuk
media ilintas bahasa yang telah menunjukkan peranpentingnya dalam komunikasi manusia
mulai sejak zaman dahulu, khususnya pada masa terjadinya kontak-kontak antar etnis.
Sejarah telah menuliskan ketika Christoper Columbus seorang navigator ternama dari
Genoa melakukan pelayaran untuk menemukan benua Amerika pada penghujung paruh
kedua abad XV, beliau membawa serta penerjemah yang memahami bahasa etnis setempat
dengan menggunakan sarana paralinguistik yaitu kinetic speech agar dapat berkomunikasi
dengan penduduk benua itu. Kemudian sejarah juga menunjukkan penemuan batu- batu
bersurat yang di tulis dalam dua bahasa membuktikan bahwa kegiatan penerjemahan
sebenarnya sudah ada sejak tahun 3000 M pada masa kerajaan Mesir Tua di daerah Riam
Pertama (Newmark, 1994:4).
Dalam perkembangan selanjutnya, seiiring dengan meningkatnya hubungan kerjasama
antar bangsa baik dalam bidang diplomatik, budaya, ekonomi, politik, dan pertahanan,
kebutuhan akan profesi penerjemah semakin sangat dirasakan. Hal ini terlihat dalam berbagai
perkumpulan bangsa- bangsa seperti PBB, Uni Eropa, ASEAN dan sebagainya dimana
penerjemah menempati posisi penting dalam penyampaian informasi dalam bahasa-bahasa
yang berbeda.Ini menyiratkan bahwa penerjemahsaat ini menempati posisi kunci dalam
komunikasi dan lebih penting lagi dalam memperkenalkan serta memfasilitasi berbagai jenis
kegiatan bisnis dan budaya.
Di Indonesia peran penerjemah lisan mulai dirasakan terutama sejak di
selenggarakannya KTT Non-Blok ke-10 di Jakarta tahun 1992 yang membutuhkan sekitar
5000 tenaga kebahasaan (termasuk liason officers, field officers, dll). Jumlah ini belum
termasuk para juru bahasa konferensi (conference interpretrers).Sejak saat itu sangat
dirasakan perlunya melahirkan dan mendidik penerjemah lisan yang berkualitas.
Terjemahan sebagai transformasi antar bahasa benar- benar merupakan gejala yang
menyita perhatian berbagai pakar bidang keilmuan.Bagi pakar psikologi keistimewaan
peranan orientasi dan pengetahuan adalah hal yang substansial.Sedangkan semantic
etnografis yang mencakup perbedaan budaya menjadi objek yang menarik bagi pakar
etnografi. Lain halnya bagi ahli sastra, masalah terjemahan adalah keunggulan artistik dalam
mempertahankan citra dasar dan isi karya sastra yang di terjemahkannya (Salihen, 2006: viii)
Kegiatan terjemahan memiliki ruang lingkup yang luas dari berbagai tujuan.Oleh
karena itu penerjemah tidak hanya di tuntut memiliki tingkat pengetahuanyang tinggi dalam
bidang linguistik, tetapi juga melibatkan seluruh aspek komunikasi, seperti pengetahuan,
budaya, nilai gaya termasuk dialek, keyakinan, ideologi, kelas, gender, ras bangsa, dan lain-
lain Selain itu, mereka juga harus memiliki kemampuan berpikir logis, akal yang sehat dan
intuisi yang baik. Seorang penerjemah harus mengetahui topikutama yang sedang dibahas
yang ia terjemahkanbaik secara lisan maupun tulisan.Ia harus mengetahui dari mana pesan
berasal serta konteks budaya apa yang sedang diterjemahkan sehingga pada akhirnya
mampumemberikan kontribusi untuk berbagai bidang yang berbeda dalamkegiatan industri
dan bisnis yang melibatkannya.
Salah satu industri dengan perspektif global yang mengandalkan layanan pertukaran
informasi dan penerjemah adalah industri pariwisata. Potensi pengembangan pariwisata
sebagai alat untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan berasal dari beberapa karakteristik unik dari sistem pariwisata. Pertama,
pariwisata mendukung kesempatan bagi penerapan diversifikasi ekonomi, khususnya di
daerah marjinal. Pariwisata menghasilkan berbagai jenis pendapatan bagi masyarakat:
pendapatan usaha, laba upah, laba saham, harga dan retribusi. Transaksi langsung oleh
wistawan memiliki dampak positif pada profitabilitas bisnis dan pertumbuhan lapangan kerja.
Industri pariwisata di Sumatera Utara merupakan sektor dengan potensi besar sebagai
prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan provinsi. Secara nasional,
Sumatera Utara dipandang sebagai daerah wisata tujuan di samping Bali dan Yogyakarta,
terutama karena pemandangan alam yang spektakuler dan keanekaragaman budaya penduduk
lokal.
Pulau Samosir adalah salah objek wisata andalan Sumatera Utara berlokasi di Danau
Toba, danau vulkanik terbesar di dunia.Setiap tahunnya terutama masa libur kawasan ini
selalu di padati wisatawan baik lokal maupun asing.Pulau Samosir merupakan pulau dengan
ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.Pulau yang terbentuk akibat tekanan magma
ke permukaan dan mengeras sehingga menjadi pulau ini menawarkan beberapa atraksi wisata
misalnya pertunjukan tarian tradisional, bangunan sejarah, museum, kubur batu Raja
Sidabutar, kursi batu persidangan dan area ritual kanibalisme sudah berusia lebih dari 400
tahun. Akibat lonjakan pengunjung dengan berbagai latar belakang bangsa dan bahasa inilah
sering sekali menuntut seorang pemandu wisata melakukan kegiatan terjemahan lisan
beberapa bahasa yang berbeda.Ini menjadi suatu tantangan sekaligus masalah bagi pemandu
yang kurang menguasai teknik transformasi dua bahasa dengan sistem yang berbeda.
Dalam industri pariwisata internasional saat ini mungkin terjadi bahwa, tanpa peran
utama pemandu wisata sebagai mediator, informasi tidak dipahami dengan baik dan dihargai
oleh mereka.
Pemandu wisata sering sekali menghadapi berbagai kendala terutama ketika ia
melakukan penerjemahan lisan atau kegiatan menafsirkan makna. Karena kedua bahasa yang
terlibat dalam penerjemahan lisan umumnya berbeda baik dari segi sistem bahasa dan
budaya, disamping faktor terbatasnya waktu yang tersedia untuk penerjemah lisan dalam
mentransfer pesan kepada pendengar. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman antara
pemahaman wisatawandan persepsi pemandu wisata. Keberhasilan penerjemah melakukan
aktifitaspenerjemahan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain dari pendengar sendiri
sebagaimana dinyatakan oleh Nababan (2004: 65), yaitu:
a) Siapa yang menjadi pendengar? Apakah mereka mahasiswa, diplomat, pengusaha,
pekerja?
b) Apa kebangsaan mereka?
c) Apa yang diharapkan dari pendengar konferensi?
d) Apa dan bagaimana latar belakang budaya mereka?
e) Apa bahasa ibu mereka?
f) Apakah bahasa yang mereka dengar milik bahasa mereka sendiri?
g) Apakah penerjemah perlu menyesuaikan bahasa dengan pendengarnya sehingga mereka
dapat memahaminya dengan baik?
h) Seberapa baik pengetahuan mereka tentang materi pelajaran atau topik mendengar?
i) Apakah mereka membutuhkan penjelasan tambahan?
j) Apakah penerjemah perlu menjelaskan arti dari istilah tertentu?
Dengan mengacu pada uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji kasus yang
menyangkut kompetensi lisan penerjemah dalam kegiatan pariwisata yang melibatkan proses
penerjemahan lisan oleh pemandu wisata yang dilakukan di makam kuno Raja Sidabutar di
Desa Tomok, pulau Samosir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penerjemahan Lisan
Menurut Shuttleworth dan Cowie (1997: 83) yang mengatakan bahwa:“Interpreting is a term
used torefer to the oral translation of a spoken message or text.”
Selanjutnya Jones (1996: 6), penerjemahan lisan dinyatakan sebagaiberikut: “The interpreter
has first to listen to speaker, understand and analyze what is being said, and then resynthesize
the speech in the appropriate form in a different language…”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan lisan pada prinsipnya
merupakan suatu proses pengalihan pesan lisan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui
beberapa proses berupa menyimak, memahami, menganalisis, dan mengungkapkan kembali.
Sedangakan ditinjau dari fungsinya sebagai alat komunikasi lintas budaya yang
melibatkan dua bahasa yang berbeda .Arjona (1977: 35) mendefinisikan penerjemahan lisan
sebagai “the oral translation of a message acrossa cultural/ linguistic barrier.”
Selain itu, penerjemahan lisan bisadidefinisikan dengan melihat dari sudut pandang
partisipan, yaitusiapasaja yangterlibat dalam proses penerjemahan lisan.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa penerjemahan lisan ditandai dengan kehadira
partisipan atau lebih tepatnya disebut pendengar karena pesan disampaikan secara lisan.
Namun menurut Nababan (2004: 18-19), pernyataan tersebut masih terlalu umum
karena belum menyangkut sign language interpretingdan sight translation, yang masing-
masing bahasa sumbernya berupa bahasa isyarat dan bahasa tulis.
2.2 Jenis- Jenis Penerjemahan Lisan
Penerjemahan lisan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, ditinjau dari tempat
dan cara pelaksanaanya sebagai berikut:
(1) Conference Interpreting
Conference interpretingmerupakan kegiatan penerjemahan lisan yang berlangsung di
suatu konferensi.
Jones (1998: 6) menyatakan pendapatnya mengenai conference interpretingyaitu:
“most conferences are conducted with simultaneous interpreting these days, though
interpreters must be prepared to perform in the consecutive mode as well.”
Jadi penerjemahan lisan dalam pelaksanaanya melibatkan penerjemahan secara
konsekutif (penerjemah lisan berbicara saat penutur sumber berhenti berbicara serta
membuat catatan bila memungkinkan) dan secara simultan (dalam waktu bersamaan
penerjemah menyampaikan tuturan bahasa sasaran dengan tuturan bahasa sumber).
(2) Court interpreting
Dalam jenis terjemahan ini, penerjemah lisan bertugas sebagai pendamping klien
(umumnya terdakwa) untuk menjembatani komunikasiantar partisipan yang terlibat dalam
suatu proses persidangan; seperti hakim, jaksa, pengacara, saksi, dll. (Gonzales, et, al, 1991:
28)
(3) Community Interpreting
Community interpreting adalah aktivitas penerjemahan lisan yang dilakukan,
misalnya, di rumah sakit, kantor polisi, lokalisasi, dll termasuk dalam kategori penerjemahan
lisan ini.
(4) Whispered Interpreting
WhisperedInterpretingyang dikenal dalam bahasa Perancis sebagai “Chuchotage” ini
umumnya dilakukan dengan cara berbicara pelan. Bahkan, alat bantu suara seperti mokrofon
memungkinkan untuk digunakan. (Pöchhaker, 2004: 19). Jika partisipan dalam kegiatan
penerjemahan ini tidak lebih dari dua orang tanpa membutuhkan suara yang keras maka
penerjemahan ini dapat dilakukan.
(5) Liason Interpreting
Liason interpreting merupakan kegiatan penerjemahan dimana seorang penerjemah di
hadirkan dalam suatu interaksi pertemuan, negosiasi, diskusi untuk mengatasi kesenjangan
pemahaman akibat dua bahasa yang berbeda.Dalam hal ini penerjemah bertugas
menerjemahkan dua bahasa secara dua arah. (cth: Inggris – Indonesia, dan Indonesia –
Inggris). Seperti halnya conference interpreting, jenis penerjemahan lisan ini juga melibatkan
penerjemahan lisan secara konsekutif maupun simultan.Bedanya, dalam liaison interpreting,
scope-nya lebih kecil dan ada komunikasi timbal balik antar petutur.
2.3 Teknik Reformulasi
Teknik reformulasi merupakan teknik yang diterapkan untuk mempertahankan arah
yang tepat dari penutur sumber, dimana seorang penerjemah harus menyusun ulang tuturan
sumber dengn tetap mempertahankan pesan inti penutur tersebut.Hal ini dapat dilakukan
misalnya dengan memenggal kalimat panjang yang rumit menjadi beberapa klausa- klausa
yang pendek; menggeser bentuk anak kalimat menjadi satu kalimat tunggal, atau bahkan
merubah klausa aktif menjadi pasif dan sebaliknya (Jones, 2007: 81).
Adapun alasan pengambilan langkah ini adalah dkarenakan penerjemah lisan tidak
harus meniru setiap kata perkata maupun urutan ujaran yang diucapkan pembicara. Seorang
penerjemah lisan juga tidak harus berbicara sebanyak penutur sumber. Dengan kata lain
teknik reformulasi di sebut juga ‘stylistic’ yang memberikan efek bagi pendengar dengan
medium yang berbeda. Ini sangat membantu penerjemah dalam menyajikan informasi yang
mudah di pahami pendengar sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan semaksimal
mungkin.
Beberapa variasi dari teknik ini antara lain teknik salami, penyederhanaan,
generalisasi, penghilangan, meringkas, penjelasan, metafora dan lain-lain.
2.4 Pemandu Wisata (Tour Guide)
Pemandu wisaa atau pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memimpin
perjalanan wisata baik grup ataupun individu, memberikan penerangan, penjelasan, serta
saran dan petunjuk kepada wisatawan (tourist) sebelum maupun selama kunjungan tentang
segala sesuatu yang hendak di lihat, disaksikan oleh wisatawan dan pelancong yang
bersangkutan, bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.
Adapun organisasi yang menaungi pramuwisata adalah HPI (Himpunan Pramuwisata
Indonesia) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
Beberapa tugas utama seorang pramuwisataadalah ;
a) Mengatur wisatawan baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan
dengan transportasi yang tersedia.
b) Memeberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan obyek wisata, serta memberikan
penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas
wisatawan lainya.
c) Memberikan petunjuk tentang obyek wisata.
d) Memebantu menguruskan barang bawaan wisatawan.
e) Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan,
kehilangan atau musibah lainya
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan variasi teknik reformulasi dari penerjemahan lisan yang di lakukan
pemandu wisata di objek wisata makam batu raja Sidabutar di Samosir.
(2) Menjelaskan varisi teknik yang dominan di lakukan pemandu wisata dalam kaitannya dengan
konteks bahasa yang berlangsung pada saat melakukan penerjemahan lisan di objek wisata
makam batu raja Sidabutar.
(3) Menemukan variasi teknik yang baru dari teknik penerjemahan lisan yang di lakukan
pemandu wisata di makam kuno raja Sidabutar
1.4. Manfaat Penelitian
Secaraakademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan kegiatan penerjemahan, khususnya dalamrangka memperkaya teknik-teknik
penerjemahan lisan, menemukan variasi teknik terjemahan lisan yang baru dari teknik yang
sudah ada sebelumnya. Di samping itu penelitian ini dapat melengkapi referensi ilmiah
yang berkaitandengan komunikasi publik, kendala- kendala yang di hadapi penerjemah serta
solusi penerjemahan.
Secarapraktis, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
praktis oleh pihak- pihak yang berkepentingan dalam melakukan peningkatan kemampuan
berbahasa. Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dapat dijadikan sebagai panduan bagi
pemandu wisata (tour guide) dan penerjemah lisan (interpreter).
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kabupaten samosir komplek kubur batu
raja Sidabutar yang berusia lebih dari 400 tahun.Makam kuno ini terletak di desa Tomok
sebuah desa kecil yang terletak di pesisir timur Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera
Utara.Dari Medan tempat ini membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 Jam sampai di
kotaParapat.Pemilihan objek wisata di desa Tomok ini karena desa Tomok merupakan pintu
gerbang masuknya wisatawan ke pulau Samosir, pulau yang berlokasi di tengah danau
Toba.Waktu penelitian diperkirakan lebih kurang satu tahun mulai dan persiapan
pengumpulan data, penganalisisan data hingga pembuatan laporan penelitian.
4.2 Paradigma dan Model Penelitian
Paradigma penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Suatu penelitian
yang menggunakan metode kualitatif mempunyai kondisi apa adanya (natural setting) karena
data yang dipakai diambil langsung dari sumbernya. Sedangkan dikatakan deskriptif karena
data yang dipakai berupa kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna lebih daripada
sekedar angka.
Selanjutnya Moleong (2000: 123) menambahkan bahwa “Penelitian kualitatif bersifat
lentur atau fleksibel karena peneliti sebagai instrumen utama penelitian memiliki kemampuan
untuk menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang
tidak diduga lebih dulu, atau yang tidak lazim.”
Untuk lebih jelasnya model penelitian ini dapat dilihat pada bagan alur berpikir proses
penelitian di bawah ini
Bagan 1. Alur Berpikir Proses Penelitian
Studi PustakaPENELITI Riset Awal
Merekam Penerjemahan
Mengidentifikasi Variasi Teknik Terjemahhan Lisan
Teknik 1 Teknik 2 Teknik 3 Teknik 4
KONTEKS PENGGUNAAN
Variasi Teknik Terjemahan yang baru
Keterangan bagan:Garis penelitian pendahuluan
Garis penelitian lanjutan
Garis hasil penelitian
Berdasarkan bagan diatas terdapat empat tahap penelitian, yaitu:
1. Penelitian Tahap I: Penelitian pendahuluan berupa pematangan persiapan
dengan cara mempelajari prinsip- prinsip terjemahan lisan, membaca referensi-referensi yang
berhubungan dengan terjemahan dan kegiatan perjalanan wisata yang di pandu oleh pemandu
wisata→ Sudah selesai dikerjakan.
2. Penelitian Tahap II: Pengumpulan data dengan cara merekam kegiatan terjemahan lisan oleh
pemndu wisata, mentranskripsikan data, untuk mengidentifikasi variasi teknik reformulasi
terjemahan lisan → Sudah selesai dikerjakan
3. Penelitian Tahap III: Menganalisis data dengan memahami ko-teks, teks, dan konteks untuk
menyesuaikan konteks dengan pemilihan dan penggunaan teknik tertentu sebagai variasi dari
teknik reformulasi.→ Sudah dikerjakan.
4. Penelitian Tahap IV: Menemukan variasi yang baru dari teknik terjemahan lisan yang sudah ada
→ Sudah dikerjakan
4.3. Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian ini berupa rekaman audio visual kegiatan penerjemahan lisan
oleh pemandu wista di makam kuno raja Sidabutar Dari dokumen ini diperoleh data berupa
rekaman kegiatan penerjemahan lisan yang di lakukan oleh dua orang pemandu/
pramuwisata, satu orang pramuwisata lokal yang menggunakan bahasa Indonesia/ Melayu
dan satu pramuwisata yang menggunakan bahasa Inggris.
Data penelitian adalah ujaran- ujaran yang di ucapkan pemandu wisata .Sumber data
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, data primer yaitu data
utama.sedangkan data sekunder disebut dengan data kedua.Data primer merupakan datayang
diperoleh langsung ketika aktifitas penerjemahan lisan dilakukan.Sedangkan data sekunder di
peroleh dari beberapa informan.Informan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang mengenal
penerjemah lisan yang bertugas sebagai pemandu wisata. Dari pihak-pihak yang mengenal
penerjemah lisan akan didapatkan informasi mengenai latar belakang yang bersangkutan
hingga akhirnya mendapatkan peran sebagai penerjemah lisan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokurnentasiinstrumen
pengumpulan data terdiri dari dua: a) lembar dokumentasi untuk datatertulis; dan b)teknik
rekam untuk data lisan. Data bahasa yang digunakan ketika pnerjemahan dilaksanakan akan
diklasifikasikan berdasarkan variasi teknik reformulasi terjemahan lisan.
Instrumen pelengkap dalam penelitian mi adalah bèrupa daftar pertanyaanyang akan
ditanyakan langsung kepada informan. Daftar pertanyaan akan digunakan saat mewawancarai
informan.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa jenis metode pengumpulan data ditempuh dalam penelitianini, yaitu:
a. Metode Observasi Partisipatoris Langsung
Metode ini dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secaralangsung penerjemahan
lisan. Alat bantu yang digunakan dalampengamatan ini adalah tape recorder dan
handycam. Alat-alat ini digunakan untukmerekam secara visual jalannya penerjemahan
lisan oleh pemandu wisata.
b. Metode Wawancara Terbuka dan Mendalam
Wawancara terbuka dan mendalam digunakan untuk mendapatkainformasi dari informan
sebagai data penelitian untuk dianalisis.Dengan metodeini peneliti mewancarai para
informan.
c. Metode Dokumenter
Data penelitian juga dikumpulkan dengan cara metode dokumenter. Dataini diperoleh
dari informasi pada informan dan audio-visual berupa rekaman aktifitas penerjemahan
lisan
4.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini disusun dengan mengadops teknik analisis
data kualitiatif yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana yaitu analisis model
interaktif (interactivemodel of analysis).Model interaktif ini berfokus pada tiga
kompenen.Pertama kondensasi data, yaitu proses memilih, menfokuskan, menyederhanakan,
dan mengabstraksikan data dari berbagai sumber data, misalnya dari catatan
lapangan,dokumen, arsip dan sebagainya. Selanjutnya proses mempertegas, memperpendek,
membuang yang tidak perlu, menentukan focus dan mengatur data sehingga kesimpulan bisa
dibuat. Kedua ,penyajian data, seperti merakit data dan menyajikannya dengan baik supaya
lebih mudah dipahami. Penyajian bisa berupa matriks, gambar/skema,jaringan kerja, table
dan seterusnya. Ketiga, menarik kesimpulan/verifikasi, proses penarikan kesimpulan awal
masihbelum kuat, terbuka dan skeptis. Kesimpulan akhir dilakukan setelah pengumpulan
data berakhir.Verifikasi diperoleh lewat proses negosiasi/konsensus antar subyek, berdiskusi
dengan sejawat, memeriksa data antar anggota.
Selengkapnya, skema teknik analisis data kualitatif ini dapat dilihat pada gambarberikut
Gambar 2Analisis DataModelInteraktifdari Miles, Huberman dan
Saldana
4.6. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dicek dengan teknik triangulasi sumber data.Trianggulasi sumber data
diperlukan untuk membandingkan data yang diperoleh dari sumber berbeda, yaitu data
penerjemahan lisan yang diperoleh dari observasi melalui teknik rekaman untuk selanjutnya
dibandingkan dan di periksa ulang antara data yang diperoleh dari dokumen dengan data yang
diperoleh dari informan. Selain itu, validitas data juga diperoleh dengan cara membandingkan
informasi yang didapat dari para informan.
DataCollection
Data display
DataCondensation
Conclusions/Verifying
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
5.1 Teknik Reformulasi dalam Terjemahan Lisan (Interpreting)
Teknik reformulasi merupakan teknik yang diterapkan untuk mempertahankan arah yang
tepat dari penutur sumber, dimana seorang penerjemah harus menyusun ulang tuturan sumber
dengn tetap mempertahankan pesan inti penutur tersebut.Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan memenggal kalimat panjang yang rumit menjadi beberapa klausa- klausa yang pendek;
menggeser bentuk anak kalimat menjadi satu kalimat tunggal, atau bahkan merubah klausa aktif
menjadi pasif dan sebaliknya (Jones, 2007: 81).
Adapun alasan pengambilan langkah digunakannya teknik reformulasi ini adalah
dikarenakan penerjemah lisan tidak harus meniru setiap kata perkata maupun urutan ujaran yang
diucapkan pembicara. Seorang penerjemah lisan juga tidak harus berbicara sebanyak penutur
sumber. Dengan kata lain teknik reformulasi di sebut juga ‘stylistic’ yang memberikan efek bagi
pendengar dengan medium yang berbeda. Ini sangat membantu penerjemah dalam menyajikan
informasi yang mudah di pahami pendengar sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan
semaksimal mungkin.
Beberapa variasi dari teknik ini antara lain teknik salami, penyederhanaan, generalisasi,
penghilangan, meringkas, penjelasan, metafora dan lain-lain.
Dari ujaran- ujaran yang di ucapkan dalam kegiatan penerjemahan lisan ini di temukan beberapa
variasi teknik reformulasi antara lain:
5.2 Penjelasan (Explanation)Teknik eksplanasi digunakan ketika penerjemahharus dihadapkan pada gagasan-gagasan,
yang mencakup referensi budaya dan kelembagaan, dan sebagainya, yang tidak memiliki
padanan secara langsung dengan bahasa sasaransehinggapenerjemah harus memberikan
penjelasan kepada pendengar dalam bahasa sasaran.
5.3 Meringkas dan Rekapitulasi
Menambahkan informasi juga dapat menjadi teknik yang sering dilakukan oleh
interpreter. Jones (1998: 115) menekankan bahwa penerjemah tidak harus mengedit apa yang
dikatakan pembicara dalam bahasa sumber untuk memastikan pemahaman lengkap pada
pendengar. Jones menyarankan penerjemah harus menambahkan. Meringkas di sini tidak
digunakan dalam artianmemberikan ringkasan yang menggantikan teks keseluruhan. Tapi ini
adalah ringkasan yang ditambahkan ke teks secara keseluruhan, merekapitulasi gagasan utama,
serta mengklarifikasi hal- hal yang tidak jelas diujarkanoleh pembicara
5.4 Penghilangan
Teknik penghilangan atau penghapusan informasi dalam bahasa sumber tidak
dapat dihindari dalam memberikan padanan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Teknik ini diterapkanpenerjemahkarena modus ekspresi pembicara, pembicara berbicara
terlalu cepat atau akibat gabungan faktor-faktor tersebut
5.5 Reformulasi
Dalam teknik reformulasi penerjemah perlu merumuskan kata-kata awal untuk menjaga
maksud yang tepat dari pembicara. kalimat yang panjang dan rumit harus dipilah menjadi
rangkaian ujaran yang lebih mudah, yang lebih pendek; klausa relatif dan anak kalimat digeser
menjadi kalimat; klausa aktif berubah menjadi pasif (atau sebaliknya) dan sebagainya.
Penerjemah menerapkan teknik reformulasi sebagai alat yang akan memungkinkannya untuk
mengatasi segala macam kesulitan sembari tetap berperan sebagai pembicara.
5.6 Spesifikasi
Teknik spesifikasi merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Dalam kegiatan interpretasi
bahasa dengan model konsekutif seorang penerjemah memiliki waktu yang cukup untuk
menerjemahkan ujaran yang di sampaikan penutur sehingga memungkinkan untuk
menyampaikan informasi yang spesifik untuk memperjelas arti.
Kegiatan interpretasi bahasa dilakukan pemandu wisata bertempat di makam batu Raja
Sidabutar di desa Tomok, pulau Samosir. Sumber data berasal dari rekaman kegiatan interaksi
dua bahasa yang dilakukan pemandu local sebagai penutur bahasa sumber dan pemandu wisata
biro perjalanan yang bertindak sebagai penerjemah atau penutur bahasa sasaran (bahasa Inggris).
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan perjalanan wisata, dimana pemandu wisata
memberikan informasi tentang latar belakang sejarah makam yang sudah berusia lebih dari 350
tahun. Dari analysis data maka di dapatkan hasil seperti pada table berikut ini:
Table 1
Teknik interpretasi yang digunakan pemandu wisata.
No
Teknik Interpretasi Frekuensi Prosentase
1. Reformulation 1 3.85%
2. The Salami Technique 0 0
3. Efficiency in Reformulation 0 0
4. Simplification 0 0
5. Generalization 0 0
6. Ommision 1 3.85%
7. Summarizing and Recapitulation 19 73.07%
8. Explanation 0 0
9. Anticipation 0 0
Table 2
Variasi teknik gabungan
No. New variations Occurance Percentage
1. Explanation and Summarizing 1 3.85%
2. Specification 2 7.69%
3. Summarizing and Specification 1 3.85%
4. Reformulation and Summarizing 1 3.85%
Tabel diatas menunjukkan terdapat tiga teknik utama yang diterapkan pemandu wisata,
yaitu Reformulation technique, Summarizing or Recapitulation and Omission technique.
Teknik Reformulasi 3.85%, teknik Penghilangan 3.85%, and teknik Ringkasan dan Rekapitulasi
73.07%. Selanjutnya terdapat empat teknik kombinasi interpretasi, yaitu;
teknik Penjelasan dan Ringkasan atau teknik Rekapitulasi 3.85%, teknik Specifikasi7.69%, teknik
Ringkasan dan Specifikasi 7.69%, dan teknik Reformulasi dan Ringkasan atau Rekapitulasi
3.85%.
Teknik yang paling dominan digunakan pemandu wisata adalah teknik Ringksan dan
Rekapitulasi 73.07% dari total teknik.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
a. Dalam melakukan kegiatan interpretasi bahasa dari bahasa Indonesia sebagai bahasa
sumber kedalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran, pemandu wisata menerapkan
model interpretasi konsekutif dengan menerapkan tujuh teknik interpretasi, yaitu;
Summarizing and recapitulation technique, reformulation, omission, explanation and
recapitulation, summarizing and specification and reformulation and recapitulation
technique dan teknik Specification.
b. Teknik yang paling dominan yang diterapkan penerjemah lisan adalah teknik Ringkasan
dan Rekapitulasi.
c. Terdapat empat teknik gabungan, yaitu: teknik Penjelasan dan Ringkasan, teknik
Spesifikasi, teknik Ringkasan dan Spesifikasi serta teknik Reformulasi dan Ringkasan.
6.2 SARAN
Variasi teknik reformulasi ini di harapkan dapat menjadi acuan bagi pengguna bahasa
khususnya penerjemah lisan (interpreter) dalam kaitannya dengan pemaknaan bahasa sumber
sehingga proses penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dapat tercapai dan
ini
tentunya dapat meningkatkan profesionalisme penerjemah dalam menjalankan profesinya.
DAFTAR PUSTAKA
l-Zahran, A. 2007. The Consecutive Conference Interpreter as Intercultural Mediator: a
Cognitive-Pragmatic Approach to the Interpreter’s Role (dissertation). Salford:
University of Salford.
Arjona, E. 1977. Interpreter Ruler and Interpretation Situation: Cross-Cultural Typologies. New
York: Henum Press.
Budiartana. 2007. The Process of Interpreting Performed by the Tour Guides at Sukawati Art
Marke (thesis). Denpasar: Udayana University
Carrol, D. W. 1999. Psychology of Language, 3rd ed. Brooks/Cole Publishing Company.
Clark, Herbert H & Clark Eve V. Psychology and Language. USA. Harcourt Brace Jovanich.
Dewa Ayu Tri Kusumawati.2013. Interpreting Performed By Interpreters In Mediating Cultural
Differences In Kamasan Village, Klungkung-Bali.(Thesis). Denpasar: Udayana
University.
Effendi, Rachmat.2004. Cara Mudah Menulis dan Menerjemahkan. Jakarta: HAPSA et
STUDIA.
Frishberg, N. 1986. Interpreting: An Introduction. Silver Spring, MD: Registry of Interpreters
for the Deaf.
Fromkin, A. and Ratner, N. 1993. Speech Production IN Gleason, J. and Ratner, N.(eds)
Psycholinguistics, London: Harcourt Brace.
Gentile, A., Ozolins, U. and Vasilakakos, M. 1996. Liaison Interpreting, A Handbook.
Gonzalez, R., Vasquez, V. and Mikkelson, H. 1991. Fundamentals of Court Interpretation:
Theory, Policy and Practice. Durham, NC: Carolina Academic Press.
Hammond, L. Deanna. 1994. Professional Issues for Translator and Interpreters: American
Translators Association Scholarly Monograph Series. Amsterdam/Philadelphia: John
Benjamins Publishing Company.
Harimurti, K. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.Hatim, B., & Munday, J. 2004.
Translation: An advanced resource book, New York: Routledge.
Hatim, B., and I, Mason. 1997. The Translator as Communicator. New York Routledge.
Jones, R. 1998. Conference Interpreting Explained. Manchester, UK: St. Jerome Publishing.
Jones, R. 2002. Conference Interpreting Explained. Manchester: St. Jerome
Publishing.
Lahallo, L.P. 2011.The Interpreting Process at Bali Gospel Festival (thesis). Denpasar: Udayana
University.
Larson, Mildred L.1984. Meaning- Based Translation, a Guide to Cross Language Equivalent.
USA: University Press of America
Larson, Mildred L.1989. Penerjemahan Berdasar Makna (Edisi Terjemahan oleh Kencanawati
Taniran). Jakarta: Arcan
Machali, Rochayah. 2009. Pedoman bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa
MacIntosh, Robert W. 1995.Tourism;Principles, Practices, Philosophies.New York: John Wiley.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. 1992. Qualitative Data Analysis : an ExpandedSource Book. Thousant Oaks CA : Sage Publication.
Moentaha, Salihen.2006. Bahasa dan Terjemahan.Jakarta: Kesaint Blanc
Moleong, Lexy J, DR. M. A. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Molina, L and Amparo Hurtado Albir. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic andFunctionalist Approach.In Meta, XLVII, 4, 2002: www.erudit.org revue meta. 2001
Muchtar, Muhizar. 2011. Penerjemahan Teori, Praktik, dan Kajian. Medan: Bartong Jaya.
Nababan M.R. 2004. Pengantar Pengalihbahasaan (Interpreting).Surakarta: Universitas SebelasMaret.
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Singapore: Prentice Hall.
Newmark,Peter. 1994. Pendekatan Penerjemahan (Diterjemahkan oleh Zainab Ahmad danZaiton AB Rahman dalam Bahasa Malaysia dari Approaches to Translation). KualaLumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Nila Khrisna, Dyah Ayu. 2008. An Analysis of Consecutive Interpreting in Christian SpiritualEvent Entitled Miracle Crusade –This is Your Day! Thesis. Postgraduate Program ofSebelas Maret University Surakarta.
Nurullah, M., Khadijeh, S., Aref, R., Sedigheh, I.2014. The Role of Translation in MutualUnderstanding of Different Cultures and Civilizations. Journal of Science and Today'sWorld, 3, 130-136.
Pitana, I Gde. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Pochhacker, Franz 2002. The Interpreting Studies Reader. New York: Routledge.
Pochhacker, Franz 2004. Introducing Interpreting Studies. New York: Routledge.
Puspani, I. A. M. 2010. Penerjemahan Lisan di Pengadilan Negeri Denpasar (dissertation).Denpasar: Udayana University.
Putu Lirishati Soethama.2010. The Interpreting Of Puppet Shadow Ambrosia Of Immortality ByThe Dalang And The Extent Of Audience’s Comprehension. (Thesis) Denpasar:Udayana University.
Rabotić, B., ”Turistički vodiči kao medijatori u kulturnom turizmu .2007. Tour Guides asMediators in Cultural Tourism. Proceeding. The Third Biennial InternationalCongress, 23-24.
Seleskovitch, D. 1978. Interpreting for International Conferences: Problems of Language andCommunication. Washington DC: Pen and Booth.
Setton,R.1999. Simultaneous Interpretation-A Cognitive–Pragmatic Analysis. Amsterdem/Philadelphia: John Benjamin Publising Company.
Shuttleworth, M & M. Cowie. 1997. Dictionary of Translation Studies. Manchester: St. JeromePublishing.
Wadensjo, Cecilia.1998. Interpreting as Interaction. London: Longman.