laporan acara 2

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral optik merupakan cabang dari mata kuliah mineralogi dimana mineral optik lebih menitikberatkan pada pengamatan mineral secara mikroskopis, oleh karena itu alat penunjang mata kuliah mineral optik yang paling umum dan paling sering digunakan adalah Mikroskop. Mikroskop terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni micros yang artinya kecil dan scopein yang artinya melihat. Jadi mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam membentuk bayangan, mikroskop menggunakan dua macam lensa yang berbeda fungsinya. Lensa yang paling sering berhubungan dengan mikroskop adalah lensa okuler dan lensa objektif. Lensa obyektif adalah lensa cembung sedangakan lensa okuler terdiri dari lensa plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata. Untuk lensa okuler

description

asas

Transcript of laporan acara 2

Page 1: laporan acara 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral optik merupakan cabang dari mata kuliah mineralogi dimana mineral

optik lebih menitikberatkan pada pengamatan mineral secara mikroskopis, oleh

karena itu alat penunjang mata kuliah mineral optik yang paling umum dan paling

sering digunakan adalah Mikroskop.

Mikroskop terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni

micros yang artinya kecil dan scopein yang artinya melihat. Jadi mikroskop adalah

sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat

dilihat dengan mata telanjang. Dalam membentuk bayangan, mikroskop

menggunakan dua macam lensa yang berbeda fungsinya. Lensa yang paling sering

berhubungan dengan mikroskop adalah lensa okuler dan lensa objektif. Lensa

obyektif adalah lensa cembung sedangakan lensa okuler  terdiri dari lensa

plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata. Untuk lensa okuler sendiri hanya

terdiri pernesaran 10 kali sedangkan untuk lensa objektifnya terdiri dari 4 perbesaran

yang berbeda, sehingga untuk dapat mengetahui panjang suatu mineral pada saat

pengamtan, harus di perhatikan diameter medan pandangnya

Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang diameter medan pandang

serta anapol dilakukanlah praktikum Mineral Optik acara 2 DMP dan Anapol

Page 2: laporan acara 2

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya praktikum ini adalah untuk memperkenalkan

mahasiswa tentang apa itu diameter medan pandang serta analisator dan polarisator

Tujuannya dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui

cara mengukur panjang mineral dan penggunanna analisator dan polarisator

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum ini adalah:

1. Mikroskop Polarisasi

2. Pensil

3. Pensil warna

4. Karet Penghapus

5. Mistar

6. Lap kasar & Lap halus

7. Lembar Kerja Penuntun

8. Objek Pengamatan

9. Sayatan tipis

Page 3: laporan acara 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

            Dua parameter penting dalam mikroskopi(teknik teknik penggunaan

mikroskop) adalah perbesaran dan daya resolusi atau daya urai. Perbesaran

perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Resolusi adalah ukuran

kejelasan citra; jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bisa

dibedakan sebagai dua titik. Misalnya, benda-benda yang tampak oleh mata telanjang

sebagai suatu bintang di langit mungkin di resolusi sebagai bintang kembar oleh

teleskop (Campbell, Edisi 8,jilid 1). 

Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk setiap lensa

objektif. Untuk mempermudah pengukuran maka harus ditentukan diameter bidang

pandang (DMP) setiap lensa objektif. Cara menentukan Diameter Medan Pandang

adalah sebagai berikut:

1.      Memfokuskan medan pandang yaitu dilakukan dengan memfokuskan letak

perpotongan benang silang tepat pada pusat medan pandang dimana cahaya masuk

merata pada daerah medan pandang.

2.      Mengatur bukaan diafragma dengan cara disesuaikan dengan perbesaran lensa

objektif yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma tersebut terdapat pada tubuh

lensa objektif.

Nilai dari bukaan diafragma adalah sebgai berikut:

·         Perbesaran objektif 5x mempunyai NA = 0,1

·         Perbesaran objektif 10x mempunyai NA = 0,25

·         Perbesaran objektif 20x mempunyai NA = 0,4

Page 4: laporan acara 2

·         Perbesaran objektif 100x mempunyai NA = 0,9

3.      Menentukan nilai skala dengan kertas grafik yang diletakkan di atas meja preparat,

untuk menentukan nilai skala pada benang silang atau diameter medan pandang. Buat

perbandingan skala pada lensa dengan skala pada kertas grafik.

4.      Menghitung nilai setiap skala dengan cara jumlah skala lensa yang termuat dalam

setiap mm kertas grafik. Nilai setiap bilangan skala, ditentukan dengan rumus:

5.      Menghitung diameter medan pandang, harus dilakukan 2 langkah yaitu sebagai

berikut:

a.       Menentukan panjang benang horizontal yang berskala dengan cara:

·         Letakkan salah satu garis diangka 0

·         Hitung dengan menggunakan rumus:

     DMP   : Diameter Medan Pandang

     BS       : Bilangan Skala

     Z          : jumlah skala yang tampak dalam medan pandang.

b.      Menentukan panjang benang horizontal yang tidak berskala, dengan cara:

·         Letakkan garis tebal kertas grafik di tepi medan pandang

·         Bandingkan panjang benang horizontal yang tidak mempunyai skala dengan

panjang kertas kalkir grafik.

·         Tentukan skala yang ada pada tepi kiri dan kanan.

·         Hitung dengan rumus:

   DMP   : Diameter Medan Pandang

   BS       : Bilangan Skala

   Y         : Jumlah skala yang tersisa pada tepi kiri dan kanan.

Page 5: laporan acara 2

Analisator adalah keadaan dimana analisator ditarik keluar yakni nikol sejajar

sedangkan polarisator adalah keadaan dimana analisator masuk kedalam yakni nikol

seliang. Cara menentukan Analisator dan polarisator adalah sebagai berikut:

1.      Sinar yang masuk kedalam medan pandang harus merata dengan cara

menghidupkan lampu yang tersedia di mikroskop.

2.      Mikroskop harus dalam keadaan terpusat yang dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut:

·         Letakkan sayatan tipis pada meja objek.

·         Pilih satu titik kecil.

·         Putar meja objek hingga kedudukan yang terjauh.

·         Kembalikan setengah jarak ke arah pusat.

·         Ulang hingga titik tidak bergerak dari pusat.

·         Ulangi langkah tersebut setiap pergantian lensa objektif.

3.      Untuk menguji apakah analisator tegak lurus terhadap salah satu benang silang,

digunakan mineral biotit dan turmalin.

4.      Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satiu benang silang

dengan menggunakan mineral biotit:

a.       Lensa analisator dipasang.

b.      Lensa okuler terletak pada kedudukannya.

c.       Putar meja objek hingga mendapatkan warna absorpsi maksimum, untuk menandai

mineral biotit sudah sejajar dengan benang silang.

Page 6: laporan acara 2

d.      Gerakkan pengatur tangkai pengatur polarisator, sampai biotit memperlihatkan

warna absopsi maksimum. Pada keadaan ini berarti arah gerah polarisator sudah

sejajar dengan salah satu benang silang.

5.      Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satiu benang silang

dengan menggunakan mineral turmalin:

a.       Mineral turmalin memperlihatkan warna maksimum jika sejajar dengan

polarisator.

b.      Mineral turmalin memperlihatkan warna minimum jika sejajar arah getar

polarisator.

c.       Mineral turmalin memperlihatkan warna absorpsi maksimum jika sumbu panjang

kristalografi tegak lurus arah getar polarisator.

6.      Arah getar polarisator harus tegak lurus dengan arah analisator.

·         Polarisator sejajar dengan salah satu benang silang.

·         Polarisator dan analisator dipasang dengan tanpa sayatan tipis.

·         Bila medan pandang tampak gelap berarti polarisator sudah tegak lurus analisator,

jika tidak maka analisator harus diputar hingga mendapatkan kenampakan gelap

maksimum.

Page 7: laporan acara 2

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Diamter Medan Pandang

Pada metode diameter medan pandang (DMP) yang kita lakukan untuk

mengukur ukuran suatu mineral kita menggunakan perbesaran lensa okuler 10x

serta perbesaran lensa objektif 5x dan 10x. di mana pada perbesaran lensa objektif

5x, diperoleh perbesaran total 50x dan bilangan skala 0,02. Pada saat pengmatan

nilai yang diamati adalah 105, sehingga untuk mendapatkan panjang mineralnya

maka nilai yang diamati dikalikan dengan Bilangan Skala (BS) sehingga

diperoleh nilai panjang mineralnya adalah 2.1 milimeter Pada perbesaran lensa

objektif 10x, diperoleh perbesaran total 100x dan bilangan skala 0,01. Nilai

yang diamati untuk perbesaran 10x adalah 110 dan untuk mendapatkan panjang

mineralnya maka nilai 110 dikalikan lagi dengan Bilangan Skala (BS) sehingga

diperoleh panjang mineralnya adalah 1.1 milimeter.

3.2 Analisator dan Polarisator

Pengamatan anapol ini menggunakan perbesaran objektif 5x sehingga

diperoleh perbesaran totalnya adalah 50x. Nilai yang diamati pada skala

pengamatan adalah 80 sehingga diperoleh panjang mineralnya adalah 1.6

milimeter. Posisi mineral pada meja objek berada sumbu absis (x) = 56,5 dan

sumbu (y) = 12,2. Pada saat posisi mineral sejajar analisator, diperoleh daya

Page 8: laporan acara 2

absorpsi terang maksimum dan warna mineral kuning terang. Sedangkan Pada

saat posisi mineral sejajar polarisator, diperoleh daya absorpsi gelap maksimum

dan warna mineral Hijau gelap. Kenampakan belahan mineral 1 arah sehingga,

nama mineral yang diamati adalah Mikroklin.

Page 9: laporan acara 2

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Dalam pengamatan Mineral Optik untuk menentukan panjang suatu mineral

maka dapat digunakan Diameter Medan Pandang yakni Bilangan skala

dikalikan dengan skala yang terlihat pada mikroskop.

2. Anapol adalah analisator dan polarisator, analisator adalah keadaan dimana

analisator berada diluar untuk mengamati terang maksimum sedangkan

polarisator adalah keadaan dimana analisator berada didalam untuk mengamati.

gelap maksimum

4.2 Saran

4.2.1 Untuk :Laboratorium

Sebaiknya mikroskop jangan disentringkan dulu agar praktikan dapat praktek

cara menyentrigkan mikroskop

4.2.2 Untuk Asisten

Sebelum dimulai praktikumnya sebaiknya di refresh kembali pengentahuan

kami tentang praktikum, jangan langsung dimulai begitu saja.

Page 10: laporan acara 2

DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.

Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Judith, Bean dkk. 1981. Diktat Kuliah Mineral Optik. Yogyakarta: Pusat Penerbitan

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.