laporan 500 kuninglko

21
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK IDENTIFIKASI KATION CARA BASAH PADA UANG LOGAM 500 RUPIAH KUNING Oleh: Semester IV/ C Nama Kelompok: Ni Luh Gede Praba Yanti (1313031054) Ngurah Dwi Dharma Suputra (1313031076) Ni Made Dian Prabayanti (1313031057) Putu Sista Dharmika (1313031062) Anak Agung Sri Yoni (1313031076) Vicky Enggy Clovidea Indra Eky (1313031077) Ni Putu Ayu Eva Trisna Widiantini (1313031079) Wawan Satriawan (12130310 ) 1

description

?

Transcript of laporan 500 kuninglko

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIKIDENTIFIKASI KATION CARA BASAH PADA UANG LOGAM 500 RUPIAH KUNING

Oleh:Semester IV/ C

Nama Kelompok:Ni Luh Gede Praba Yanti (1313031054)Ngurah Dwi Dharma Suputra (1313031076)Ni Made Dian Prabayanti(1313031057)Putu Sista Dharmika (1313031062)Anak Agung Sri Yoni(1313031076)Vicky Enggy Clovidea Indra Eky(1313031077)Ni Putu Ayu Eva Trisna Widiantini(1313031079)Wawan Satriawan(12130310 )

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN PENDIDIKAN KIMIAMARET 2015LAPORAN PRAKTIKUM I. IDENTITASJudul :Identifikasi Kation Secara Basah pada Uang Logam Rp.500 Kuning

Tujuan:1. Mengidentifikasi kandungan beberapa kation yang terdapat pada uang logam Rp.500 kuning serta mengenal bentuk dan warna hasil reaksinya. 2. Menghitung berat uang logam Rp.500 kuning yang terlarut

Hari, tanggal:Rabu, 4 Maret 2015

Jurusan/Fakultas:Pendidikan Kimia/MIPA

II. DASAR TEORI Uang logam yang tersebar di Indonesia umumnya tersusun dari beberapa logam diantaranya nikel, kuningan, alumunium, perunggu (tembaga dengan timah) bahkan yang terbaru berbahan bimetal. Adapun contohnya yaitu uang logam pecahan 500 rupiah kuning variasi emisi 1997, 2000, 2001, 2002, 2003, yang mengandung kuningan. Logam kuningan merupakan logam yang berasal dari campuran tembaga dengan seng. Keseluruhan penyusun-penyusun tersebut tergolong kedalam logam jenis kation.Uang logam memiliki berat yang berbeda-beda tergantung pada jenis uang logam dan tahun pembuatannya. Perhitungan berat uang logam yang terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: W = Wi Wf . Berat uang logam awal sebelum dibuat dalam bentuk larutan sampel disebut Wi dan berat uang logam setelah dilakukan pembuatan larutan sampel disebut Wf.Analisis kation umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa kation, maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation. Jenis dan konsentrasi pereaksi serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan kation menjadi beberapa kelompok.Berdasarkan Analisis Kualitatif Sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagnesia. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas perbedaan kelarutan dengan reagen tersebut. golongan I: membentuk endapan berwarna putih dengan asam klorida encer. Kation yang termasuk dalam golongan ini adalah Pb+2, Ag+, Hg2+2. golongan II: membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation yang termasuk dalam golongan ini adalah garam-garam sulfida dari Bi3+, Cu2+, Cd2+, Pb2+,dan As(III, V), Sb(III, V), Sn(II, IV), Hg2+. golongan III: membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain garam-garam sulfida dari Co2+, Ni2+, Fe2+, Mn2+, Zn2+, dan Al+3, Cr+3. golongan IV: membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation yang termasuk kation golongan IV antara lain Ca+2, Sr+2, Ba+2. golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi golongan sebelumnya. Kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain Mg2+, K+, Na+ , NH4+, Li+, H+yang tetap merupakan larutan. (Vogel, 1990).Kation golongan II dan III dapat diendapkan sebagai garam sulfidanya menggunakan pengendap ion sulfida. Kedua kation golongan ini dapat dipisahkan karena perbedaan konsentrasi ion sulfida yang digunakan. Konsentrasi ion sulfida ini diatur oleh keasaman larutan. Jika konsentrasi asam terlalu tinggi maka konsentrasi ion sulfida kecil. Ini berarti hasil kali konsentrasi ion-ion penyusunnya lebih kecil dari Ksp nya sehingga ion-ion Cu+2, Cd+2, Bi3+, Pb2+,dan As(III, V), Sb(III, V), Sn(II, IV), serta Hg2+ tidak akan sempurna pengendapannya. Sebaliknya, jika keasaman terlalu rendah maka konsentrasi ion sulfida besar. Ini berarti hasil kali konsentrasi ion-ion penyusunnya lebih besar dari Ksp nya sehingga garam-garam sulfida dari Co2+, Ni2+, Fe2+, Mn2+, Zn2+, dan Al(OH)3, Cr(OH)3dapatikut terendapkan.Berdasarkan logam-logam penyusun dari uang logam tersebut, maka unsur-unsurnya dapat diklasifikasikan kedalam kation golongan II (tembaga dan timah) dan kation golongan III (aluminium, nikel dan seng). Identifikasi Kation Golongan IIa) Tembaga (Ion Cu2+)Larutan yang digunakan adalah CuSO4 0,25F sedangkan pereaksinya antara lain sebagai berikut.(1) Pengaliran gas H2Spada larutan sampel akan menyebabkan terbentuknya endapan hitam dari CuS. Endapan CuS tidak larut dalam H2SO4 encer panas, NaOH, Na2S, amonium sulfat dan hanya sedikit larut dalam amonium polisulfida. Endapan CuS larut dalam HNO3 pekat panas dan dalam KCN.(2) Dengan larutan amonia akan menghasilkan endapan biru dari garam basanya. Endapan ini larut dalam kelebihana amonia menghasilkan larutan biru.(3) Bila larutan NaOH ditambahkan padanya maka terbentuklah endapan biru dari Cu(OH)2 yang larut dalam asam tartrat menghasilkan larutan biru. Endapan Cu(OH)2 bila dipanaskan akan berubah menjadi hitam dari CuO.(4) Penambahan larutan KI menyebabkan terbentuknya endapan putih dari Cu2I2 dan larutan berwarna coklat.(5) Dengan larutan KCN menghasilkan endapan kuning dari Cu(CN)2 kemudian menjadi putih dari CuCN. Endapan larut dalam kelebihan pereaksi CN.(6) Bila larutan K4Fe(CN)6 ditambahkan padanya maka endapan merah coklat dari Cu2Fe(CN)6 akan terbentuk. Endapan ini dalam larutan amonia. Larutan NaOH akan mengubah endapan tersebut menjadi Cu(OH)2 yang berwarna biru.(7) Penambahan KCNS akan menyebabkan terbentuknya endapan hitam dari Cu(CNS)2 yang lambat laun terurai menghasilkan endapan CuCNS yang berwarna putih. Pembentukkan CuCNS bertambah cepat bila padanya ditambah reduktor SO2.(8) Dengan logam Fe menghasilkan endapan merah dari Cu.(9) Penambahan pereaksi alfa benzoinoxim 5% dalam suasana alkohol akan menghasilkan endapan hijau dari tembaga II benzoinoxim. Endapan ini larut dalam larutan amonia encer.b) Timah (ion Sn2+)Larutan sampel yang digunakan adalah SnCl2 0,25F sedang pereaksi-pereaksinya adalah sebagai berikut:(1) Dalam suasana yang tidak begitu asam, pengaliran H2S akan menghasilkan endapan coklat dari SnS. Edapan SnS larut dalam HCl, dalam (NH4)2S2 akan membentuk larutan tiosianat. Bila dalam larutan tiosianat ditambahkan asam akan menghasilkan gas H2S dan endapan kuning dari SnS2.(2) Bila dalam larutan sampel ditambahkan NaOH maka terbentuklah endapan putih dari Sn(OH)2, endapan larut dalam kelebihan NaOH.(3) Penambahan larutan NH4OH atau alkali karbonat pada larutan sampel akan menghasilkan endapan putih dari Sn(OH)2, endapan tidak larut dalam kelebihan pereaksi.(4) Dengan larutan HgCl akan menghasilkan endapan Hg2Cl2 yang berwarna putih. Dalam kelebihan pereaksi akan menghasilkan endapan kelabu dari Hg.(5) Tambahan larutan bismuth nitrat pada larutan sampel pekat maka terbentuklah Bi bebas hitam. Reaksi in berlangsung dalam suasana larutan alkalis (dibuat alkalis dengan NaOH).c) Timah (ion Sn4+)Larutan sampel yang digunakan adalah (NH4)2SnCl6 0,25F dalam suasana HCl atau SnCl4 0,25F dalam suasana HCl pereaksinya adalah sebagai berikut:(1) Alirkan gas H2S kedalam larutan sampel maka akan dihasilkan endapan kuning dari SnS2. Endapan larutan dalam (NH4)2S dan (NH4)2S2 tetapi tidak larut dalam ammonium karbonat. Dalam (NH4)2S2 endapan SnS2 mampu membebaskan S.(2) Tambahkan larutan NaOH pada larutan sampel maka terbentuklah endapan putih seperti agar-agar, endapan larut dalam kelebihan NaOH.(3) Bila ditambahkan larutan ammonia maka akan menghasilkan endapan putih agar-agar, yang tidak larut dalam kelebihan pereaksi.(4) Denan pereaksi HgCl2 tidak menunjukkan adanya reaksi kimis.(5) Logam besi mampu mereduksi stani menjadi stano Identifikasi Kation Golongan IIIa) Aluminium(Al): ion Al+3Larutan sampel yang digunakan adalah AlCl3 0,33F atau larutan garam Al2(SO4)3 0,25F sedang pereaksinya antara lain:(1) Bila ditambah larutan ammonia akan menghasilkan endapan bentuk gelatin putih dari Al(OH)3 yang sedikit larut dalam kelebihan ammonia. Kelarutan endapan Al(OH)3 dalam ammonia akan berkurang dengan adanya garam amoniumya.(2) Penambahan larutan NaOH menyebabkan terbentuknya endapan basa Al(OH)3 yang dapat larut dalam kelebihan NaOH. Pengendapan basa ini tidak terjadi bila dalam larutannya terdapat asam sitrat, asam tartrat, gula dan zat-zat organic yang mengikat gugus OH.(3) Pada penambahan pereaksi (NH4)2S menyebabkan terbentuknya endapan putih dari Al(OH)3(4) Dalam keadaan netral bila ditambah pereaksi CH3COONa semula tidak timbul endapan, pada pendidihan berikutnya menghasilkan endapan merah dari aluminium basa asetat.(5) Dengan pereaksi Na2HPO4 terbentuklah endapan putih AlPO4 yang sifat reaksinya reversible. Endapan ini tidak larut dalam asam asetat tetapi larut dalam asam kuat dan dalam NaOH berlebih.(6) Bila larutan Na2CO3 ditambahkan padanya maka terbentuklah endapan putih dari Al(OH)3 yang larut dalam kelebihan pereaksi.(7) Dengan pereaksi Na2S2O3 setelah dipanaskan akan menghasilkan endapan putih kekuningan dari Al(OH)3 dan S bebas.(8) Pereaksi alizarin akan menghasilkan endapan yang berwarna merah.b) Nikel (Ion Ni2+)Larutan yang digunakan adalah larutan NiSO4 0,25F sedang pereaksinnya antara lain:(1) Dengan pereaksi NaOH akan menghasilkan endapan hijau dari senyawa Ni(OH)2 yang tidak larut dalam kelebihan pereaksi NaOH. Pengendapan tidak terjadi bila dalam larutan terdapat ion tartrat dan sitrat. Endapan Ni(OH)2 larut dalam ammonia. Endapan Ni(OH)2 dapat dioksidasi menjadi Ni(OH)3 yang berwarna hitam.(2) Bila ditambha larutan ammonia akan terbentuk endapan hijau dari Ni(OH)2 yang larut dalam kelebihan pereaksi menghasilkan larutan berwarna biru.(3) Dalam suasana netral atau alkalis, penambahan ammonia menghasilkan endapan hitam dari NiS, bila pereaksinya berlebih akan terbentuk endapan bentuk koloid berwarna coklat. Endapan NiS tidak larut dalam HCl encer dan asam asetat encer tetapi larut dalam HNO3 pekat panas.(4) Pengaliran gas H2S pada larutan MiSO4 menghasilkan endapan berwarna hitam dari NiS.(5) Bila larutan KCN ditambahkan padanya maka endapan hijau dari Ni(CN)2 akan terbentuk, bila pereaksinya berlebih maka menghasilkan larutan berwarna kuning, selanjutnya bila larutan kuning dipanaskan bersama NaOBr terbentuk endapan hitam dari Ni(OH)3.(6) Dalam suasana asam, penambahan pereaksi KMO2 menyebabkan terbentuknya sebuah endapan, berbeda dengan kobal.(7) Dengan pereaksi alfa nitroso beta naftol menghasilkan endapan coklat dari Ni(C10H6O2N)2, endapan ini larut dalam HCl encer, berbeda dengan kobal.(8) Penambahan pereaksi dimetil glioxim akan menghasilkan endapan coklat dari nikel dimetil glioxim.c) Seng(Ion Zn2+)Larutan sampel yang digunakan adalah ZnSO4 0,25F sedang pereaksinya antara lain:(1) Penambahan NaOH akan menghasilkan endapan bentuk gelatin putih dari Zn(OH)2. Endapan Zn(OH)2 larut dalam kelebihan NaOH, juga larut dalam ammonia dan dalam asam.(2) Bila ditambah ammonia menghasilkan endapan putih dari Zn(OH)2 yang larut dalam kelebihan ammonia.(3) Dengan larutan ammonium sulfida akan membentuk endapan putih ZnS, pengendapan tidak terjadi bila suasannya asam. Endapan ZnS tidak larut dalam kelebihan pereaksi, dalam asam asetat dan larutan basa tetapi larut dalam asam mineral encer.(4) Dalam suasana netral atau alkalis, pengaliran gas H2S menghasilkan endapan ZnS yang berwarna putih.(5) Bila larutan Na2HPO4 ditambahkan padanya dalam suasana ion NH4+ maka endapan putih ZnNH4PO4 akan terbentuk, endapan ini tidak larut dalam asam encer dan dalam ammonia.(6) Penambahan pereaksi K4Fe(CN)6 akan menghasilkan endapan putih dari K2Zn3(Fe(CN)6)2. Endapan ini tidak larut dalam asam encer tetapi larut dalam NaOH.(7) Dengan pereaksi asam quinaldat dalam suasana asam asetat akan terbentuk endapan putih dari senyawa komplek sengnya.(8) Dengan tes rinmann hijau akan menghasilkan warna merah coklat dari KZn(Co(CN)6).

III. ALAT DAN BAHANTabel 1. Rincian Alat NoNama AlatUkuranJumlah

1Tabung reaksi-3 buah

2Rak tabung reaksi-1 buah

3Pipet tetes-2 buah

4Erlenmeyer100 mL1 buah

5Cawan porselin-1 buah

6Pemanas (Spiritus)-1 buah

7Penjepit kayu-1 buah

8Statif dan clam-1 buah

Tabel 2. Rincian BahanNoNama BahanKonsentrasiJumlah

1Uang logam Rp. 500,- kuning emisi 2000-1 buah

2Air Raja (1 vol HNO3 pekat + 3 vol HCl pekat)20 mL

3Larutan NaOH0,1 MSecukupnya

4Larutan KCN0,1 MSecukupnya

IV. PROSEDUR KERJA1. Membuatan Larutan Sampela. Uang logam ditimbang dan kemudian dicatat untuk mengetahui berat awalnya.b. Air raja dibuat dengan larutan HNO3 pekat sebanyak 5 mL yang dicampurkan dengan 15 mL larutan HCl pekat.c. Air raja dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian uang logam Rp. 500 kuning dimasukkan kedalamnya. Setelah itu, campuran uang logam dan air raja dipanaskan hingga hampir kering.d. Aquades ditambahkan secukupnya kedalam campuran uang logam dan air raja yang hampir kering pada cawan porselin kemudian diaduk. e. Uang logam dipisahkan dengan larutan air raja dan aquades, kemudian dihitung kembali beratnya. Larutan uang logam yang bereaksi dengan air raja yang ditambahkan dengan aquades inilah yang disebut larutan sampel.f. Kemudian dilakukan perhitungan untuk berat uang logam yang terlarut.

2. Mengidentifikasi Kation secara Basaha. Larutan sampel selanjutnya diwadahkan pada erlenmeyer.b. Larutan sampel dibagi menjadi dua. Larutan sampel pertama dimasukkan kedalam tabung reaksi secukupnya, lalu ditambahkan larutan NaOH 0,1 M, dan diberi label/tanda pengenal.c. Larutan sampel kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi juga dan ditambahkan larutan KCN 0,1 M, selanjutnya diberi label/tanda pengenal. Amati perubahan yang terjadi pada kedua larutan sampel yang sudah ditambahan pereaksi..V. TABEL PENGAMATAN1. Membuat larutan sampelNoSampelReagenPerlakuanHasil Pengamatan

1.1Uang logam kuningan Rp.500-DitimbangBerat uang logam (Wi) = 5, 2273 gram

1.2.

Uang logam kuningan Rp.500Air raja (HNO3 + HCl)

Dicampurkan

Campuran berwarna kuning

1.3Hasil tahap 1.2-DiadukEndapan hitam pada permukaan dan muncul gelembung-gelembung gas

1.4Hasil tahap 1.3-DipanaskanLarutan mengering

1.5Hasil tahap 1.4-Ditambahkan aquades Larutan berubah warna menjadi biru kehijauan

1.6Hasil tahap 1.5-Uang logam dipisahkan dari larutan, kemudian uang logam ditimbang dan larutan diwadahkan pada erlenmeyerUang logam menjadi terkikis dan memiliki berat 4,6111 gram = Wf

Larutan berwarna biru muda setelah dilakukan pengenceran.

1.7Uang logam kuningan Rp.500-Dihitung berat uang logam yang terlarutW = Wi Wf = 5, 2273 gr - 4,6111 gr = 0,6162 gr

1. Pengidentifikasian kation secara basahNoSampelReagentPerlakuanHasil Pengamatan

Hasil

2.1

SampelNaOH 0,1 M

DireaksikanEndapan hijau

2.2Sampel

KCN 0,1 MDireaksikanEndapan putih

VI. PEMBAHASANPada praktikum ini, dilakukan perhitungan untuk mengetahui berat uang logam yang terlarut dan juga dilakukan uji identifikasi kandungan kation pada uang logam. Jenis uang logam yang digunakan adalah 500 rupiah kuning. Uji identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui jenis kandungan kation penyusun uang logam tersebut. Pada awal dan akhir uji identifikasi ini dilakukan, berat sampel harus diukur terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan berat uang logam ketika sebelum dan sesudah bereaksi, sehingga kita dapat menentukan berat logam yang terlarut dalam uji identifikasi. Mula-mula larutan sampel dibuat dengan cara mereaksikan sampel (uang logam) terlebih dahulu dengan air raja pada cawan petri (air raja merupakan campuran larutan HCl dengan larutan HNO3 dengan perbandingan penyusun larutan HCl : HNO3 = 3:1). Tujuan penambahan air raja ini adalah untuk mendapatkan larutan dengan kualitas yang baik dari kandungan logam yang terdapat pada uang logam, sehingga kandungan yang telah bercampur dengan air raja dapat diidentifikasi sesuai dengan pengujian kation. Setelah ditambahkan air raja, aduk secara perlahan larutan air raja yang berisi uang logam tersebut. Ketika uang logam ditambahkan dengan air raja dan diaduk secara perlahan, terdapat perubahan fisik yang terjadi pada uang logam. Terdapat endapan berwarna hitam pada permukaan uang logam dan mulai muncul gelembung-gelembung gas, kemudian dilanjutkan dengan reaksi pemanasan. Reaksi pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat laju reaksi. Panaskan larutan yang berisi uang logam dengan menggunakan spiritus hingga larutan sampel hampir kering. Ketika dipanaskan gelembung-gelembung gas yang terbentuk lebih banyak dan endapan warna hitam permukaan uang logam semakin pekat. Hasil reaksi pemanasan tersebut ditambahkan dengan aquades secukupnya (hingga endapan yang terdapat pada uang logam menjadi larut ). Ketika ditambahkan dengan aquades, larutan berubah warna menjadi biru-kehijauan. Uang logam yang terdapat pada larutan tersebut, dipisahkan dari larutannya. Setelah diamati, warna uang logam 500 rupiah kuning perlahan mulai memudar menjadi agak putih keabuan. Larutan yang telah dipisahkan tadi, kemudian diencerkan lagi dengan aquades di dalam erlenmeyer hingga warnanya menjadi biru muda.Larutan warna biru muda (filtrat) tersebut kemudian diidentifikasi kationnya dengan pereaksi NaOH dan KCN. Filtrat yang telah ditambahkan dengan larutan NaOH berlebih akan menghasilkan endapan berwarna hijau. Hal ini menunjukkan adanya indikasi logam kation nikel sebagai penyusun uang logam. Endapan warna hijau tersebut berasal dari senyawa Ni(OH)2 menurut persamaan reaksi sebagai berikut :

Endapan ini tidak larut dalam reagensia berlebihan. Identifikasi selanjutnya menggunakan pereaksi KCN. Berdasarkan pengujian tersebut terbentuk endapan kuning. Setelah didiamkan beberapa saat endapan kuning yang dihasilkan membentuk endapan putih. Hal tersebut mengindikasikan bahwa uang logam tersebut mengandung logam kation Cu. Endapan kuning yang terbentuk berasal dari Cu(CN)2 dan kemudian menjadi endapan putih yang berasal dari CuCN. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Endapan dengan cepat terurai menjadi tembaga (I) sianida putih dan sianogen (gas beracun)

Dalam reagensia berlebihan endapan terlarut dan kompleks tetrasianokuprat (I) yang tak berwarna terbentuk dengan reaksi

Kompleks ini begitu stabil (yaitu konsentrasi ion tembaga (I) sianida putih begitu rendah) sehingga hydrogen sulfide tidak dapat mengendapkan tembaga (I) sulfide. Berat uang logam awal = 5, 2273 gram dan pada akhir identifikasi berat akhir uang logam menjadi 4,6111 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan uang logam yang terlarut (sampel) sebesar 0,6162 gram.

VII. KESIMPULANBerdasarkan uji identifikasi kation yang telah dilakukan, uang logam dengan nominal 500 rupiah berwarna kuning dicurigai mengandung logam kation tembaga dan nikel. Hal ini terbukti ketika filtrat (sampel uang logam+air raja direaksikan) ditambahkan beberapa jenis pereaksi, menghasilkan endapan dan perubahan warna. Ketika ditambahkan pereaksi NaOH secara berlebih, maka terbentuk endapan berwarna hijau. Hal ini mengindikasikan adanya kandungan logam nikel dari uang logam tersebut. Endapan tersebut berasal dari senyawa Ni(OH)2. Lalu, ketika filtrat ditambahkan dengan pereaksi KCN terbentuk endapan berwarna kuning dan setelah didiamkan beberapa saat, endapan berubah warna menjadi putih. Hal tersebut mengindifikasikan adanya kandungan logam tembaga dalam uang logam tersebut. Endapan kuning yang terbentuk berasal dari Cu(CN)2 dan kemudian dengan cepat terurai menjadi tembaga (I) sianida (CuCN). Jika ditinjau dari segi teori, penyusun uang logam 500 rupiah kuning adalah kuningan (campuran logam tembaga dengan seng). Bahan kuningan tersebut tergolong kedalam jenis logam kuningan nikel. Logam kuningan nikel tersusun atas 70% tembaga; 24,5% seng; 5,5% nikel. Namun dari identifikasi yang telah dilakukan, penyusun uang logam 500 rupiah kuning berbahan dasar tembaga dan nikel. Meskipun identifikasi adanya seng tidak dapat ditunjukkan pada saat uji identifikasi, namun besar kemungkinan unsur seng juga terkandung di dalam uang logam ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan penyusun uang logam 500 rupiah kuning tergolong kedalam jenis kuningan nikel (campuran tembaga, seng dan nikel) dengan kandungan tembaga dan nikel yang lebih mendominasi. Berat uang logam awal = 5, 2273 gram dan pada akhir identifikasi berat akhir uang logam menjadi 4,6111 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan uang logam yang terlarut (sampel) sebesar 0,6162 gram

DAFTAR PUSTAKA

Selamat, I Nyoman. I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja: IKIP SingarajaKarto Wasono, Ngadiran. 1988. Praktikum Kimia Analisis Anorganik. Singaraja: FKIP Unud.14