laporan 3
-
Upload
icha-ichayanx -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
description
Transcript of laporan 3
PERSIAPAN EKSPLAN KULTUR TOMAT
Laporan Praktikum Bioteknologi Tanaman
Oleh:
Kunti Anis Azizah 101810401004
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
ACARA 3.
Persiapan Eksplan Kultur Tomat
TUJUAN : Memperoleh Kalus Dari Eksplan Yang Diisolasi Dan Ditumbuhkan
Dalam Lingkungan Yang Terkendali
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua beaker glass, dua
petridis, penyaring, botol jam, kertas saring, pinset, pinset L, Laminar Air Flow
dan bunsen.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media MS0, Benih
bernas, akuadest steril, NaClo (Natrium Cromik) 5,25%, air hangat, tissue, buah
tomat, dan alkohol 70%.
3.2 Prosedur Kerja
Proses pengambilan biji. Pada proses ini benih yang akan di kultur diambil
dari buah tomat yang sudah matang. Tomat dipotong dan dipilih bijinya
menggunakan pinset. Dihilangkan lendir yang menempel pada biji dengan air
mengalir. Kemudian direndam dalam larutan HCL 10 menit. Kemudian dibilas
kembali dengan air mengalir. Ditiriskan, setelah itu, diletakkan pada kertas saring.
Proses pembenihan.
Semua proses harus dilakukan dalam LAF. Pada proses ini dicari biji bernas.
Biji tomat direndam kedalam akuades steril hangat selama 15 menit. Benih yang
tenggelam adalah benih yang bernas, benih bernas dimasukkan kedalam larutan
NaClo (Natrium Clorox) 5,25% selama 30 detik. Kemudian di bilas dengan
akuades steril tiga kali. Kemudian dikeringkan dengan tissu steril sampai kering.
Biji harus benar-benar kering agar tidak terkontaminasi jamur. Kemudian
diletakkan kertas saring kedalam dua media MS0 didalam botol jam. Biji
ditumuhkan pada media tersebut. Kemudian diletakkan 7 hari ditempat gelap dan
7 hari ditempat terang.
1. HASIL
Pengamatan Gambar Keterangan
Sebelum
diinkubasi
Biji benas masih
baru mengalami
imbibisi
7 hari tempat gelap
Terjadi
pemanjangan
batang namun tidak
terbentuk daun
7 hari tempat
terang
Daun terbentuk
sehingga terjadi
proses fotodsintesis
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan kegiatan preparasi eksplan khususnya
dalam bentuk kecambah biji tomat untuk bahan transformasi. Sebelum melakukan
kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan
adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas
jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
Keberhasilan pertama dalam kultur in vitro dicapai dalam praktek kultur organ
dan pembentukan eksplan. Bahan tanaman yang dikulturkan lazim disebut
eksplan. Dalam memperbanyak tanaman secara kultur jaringan, eksplan
merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenik,
ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan
kultur awal. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplans adalah
jaringan muda yang masih tumbuh aktf. Jaringan tananaman yang masih muda
mempunyai daya regenerasi yang tinggi, sel-selnya masih aktif membelah diri,
dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan). Sementara itu,
jaringan tanaman yang sudah tua lebih sulit beregenerasi, dan biasanya
mengandung lebih banyak kontaminan. Bagian tanaman yang dapat digunakan
sebagai eksplan adalah biji (Sriyanti, 2012).
Sebagai langkah awal, pertama kali dilakukan pengambilan biji tomat dari
tomat langsung. Kemudian, biji-biji tersebut dicuci mengunnakan air yang
bertujuan untuk meghilangkan lendir. Kemudian, biji dicuci kembali
menggunakan HCL yang bertujun untuk menghilangkan lendir biji lebih banyak
lagi. Setelah dicuci dengan HCL, biji tersebut di keringkan menggunakan kertas
saring untuk menyerap kandungan air yang masih tersisa. Setelah dirasa kering,
maka biji tersebut dapat diinkubasi.
Pemilihan eksplan biji adalah dengan menyeleksi antara biji bernas dan
tidak. Cara yang digunakan adalah dengan merendam biji-biji kerg trsebut ke
dalam aquades steril hangat selama 15 menit. Perendaman ini bertujuan untuk
memfasilitasi proses imbibisi yang akan terjadi pada biji bernas sehingga hanya
biji bernas yang akan tenggelam akibat tambahan massa lembaga/ embrio. Biji
bernas adalah biji yang memiliki kemampuan untuk berkecambah dan memiliki
daya viabilitas yang tinggi. Perendaman dengan suhu yang lebih tinggi adalah
bertujuan untuk proses skarifikasi biji, yaitu menghilangkan sifat keras pada kulit
biji sehingga kulit biji siap menyerap senyawa-senyawa yang nutritif dari
lingkungan atau media. Adanya biji bernas dan kosong karena tomat membentuk
biji yang banyak, maka akan terjadi persaingan dalam mendapatkan fotosintat
yang diagihkan ke biji. Oleh sebab itu, terjadi pengorbanan bagi biji-biji yang lain
dalam kapitula yang sama untuk tidak membentuk biji yang bernas (Suprapto dan
Supanjani, 2009).
Proses selanjutnya adalah sterilisasi eksplan biji. Hal ini dilakukan karena
eksplan merupakan sumber kontaminasi kultur, di samping komponen media,
faktor manusia, dan lingkungan. Karena itu, sebelum ditanam secara aseptik
dalam media yang steril, eksplan harus dibersihkan dari kotoran terluar dan
disterilisasi. Sterilisasi eksplan hanya hanya sebatas sterilisasi permukaan atau
disinfestasi (menghilangkan infestasi kontaminan), bukan disinfeksi
(menghilangkan infeksi kontaminan eksplan). Dalam proses sterilisasi eksplan,
yang dibersihkan adalah debu, cendawan dan bakteri, atau kontaminan dari bagian
permukaan eksplan, bukan yang berada di bagian dalam eksplans (Abate et.al.,
2010). Eksplan yang telah disterilisasi di tanam dalam media tertentu dengan
proses inisiasi. Hal ini dilakukan dengan cara mencuci biji dengan NaOCl.
Sumber NaOCl yang sering digunakan adalah pemutih pakaian yang kandungan
bahan aktifnya adalah 5.25% NaOCl. Chlorox digunakan untuk sterilisasi eksplan
sampai pada bagian epidermis. Proses dilanjutkan dengan membilas
menggunakan aquadest steril sebanyak tiga kali, penggunaan aquadest steril
dilakukan untuk membersihkan eksplan yang sebelumnya telah disterilisasi dan
menbersigkan sisa Chlorox yang mungkin masih menempel di kulit biji
(Ermayanti, 1997).
Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan biji pada media MS0
(Murashige and Skoog) atau media perkecambahan. Media MS0/ perkecambahan
tanpa ditambah senyawa lain. Media ini berfungsi untuk mengecambahkan biji
yang kita tanam. Komposisi dari MS 0 secara umum terdiri dari larutan A dan B
sebanyak 20 ul/l, larutan C – F sebanyak 5 ul/l, myo inositol 5 ul/l, dan pirirdoxin
dan tyamin sebanyak 5 ul/l. Stock A – F merupakan unsur hara makro dan mikro
diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik (George, 2008). Ada pula
vitamin yang berfungsi sebagai katalisator dalam system enzim dan diperlukan
dalam jumlah kecil. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu
piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Ditambakan pula sukrosa sebanyak
24 gram untuk 800 ml yang bertujuan untuk memberikan bahan baku
metabolisme eksplan karena eksplan beum mampu menghasilkan asimilat seperti
tumbuhan pada umumnya (Kumar, et.al., 2004).
Pemberian kertas saring pada media bertujuan sebagai alas biji tomat untk
berkecambah. Dengan adanya pori-pori pada kertas saring, diharapkan dapat
menjadi “substrat” bagi akar untuk dapat tertanam pada media. Selain itu, dengan
adanya penambahan kertas saring, dapat memudahkan praktikan dalam
pengambilan dan pemindahan eksplan ke media selanjutnya.
Penempatan eksplan selama tujuh hari di tempat gelap bertujuan untuk
memacu perkecambahan. Perkecambahan akan meningkat pada perlakuan
intensitas cahaya rendah, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saleh dan Warda (2010) biji yang diperlakukan dengan kondisi menunjukkan
hasil yang nyata. Yang mana perkecambahan paling tinggi terjadi pada kondisi
gelap. Hal ini disebabkan karena kondisi gelap justru memacu aktivitas auksin
dalam sel tanaman sehingga induksi kalus dapat berjalan lancar. Diketahui bahwa
kondisi gelap dapat memacu tumbuhnya axis embrio lebih panjang yang
memungkinkan tumbuhnya akar dan plumula lebih sempurna dan lebih cepat
daripada benih yang dikecambahkan dalam kondisi terang (Saleh dan wardah,
2010). Walaupun perkecambahan dalam gelap sangat cepat, namun massa
tanaman sangat kecil, karena tidak terbentuk daun sebagai organ fotosintetik.
Setelah ditumbuhkan pada tempat gelap, selanjutnya ditumbuhkan pada tempat
terang selama tujuh hari. Pada perkecambahan in vitro penyinaran tetap
diperlukan terutama untuk menghasilkan plantlet hijau dengan daun normal
(Splittstoesser, 1966). Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan peningkatan
biomassa tanaman (Arifin, 2007). Peningkatan ini diakibatkan terbentuknya daun
yang dapat melakukan fotosintesis untuk memenuhi nutrisi tanaman. Tanaman
tomat yang telah ditumbuhkan pada tempat terang digunakan sebagai eksplan
dalam proses transformasi genetik.
Kesimpulan
Umur fisiologis, umur ontogenik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang
diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih
eksplan yang akan digunakan sebagai bahan kultur awal.
Pemilihan eksplan biji adalah dengan menyeleksi biji bernas yaitu biji yang
memiliki kemampuan untuk berkecambah dan memiliki daya viabilitas yang
tinggi dan dilanjutkan dengan proses sterilisasi eksplan biji.
Saran
Hendaknya praktikan lebih siap lagi dalam menyiapkan prktikum
Hendaknya praktikan lebih disiplin dalam praktikum
Daftar Pustaka
Buku
Sriyanti Hendaryono, Ir. Daisy. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :
Kanisius.
Jurnal
Abate, Ermias, Mahamoud A. Kasrawi, dan Jamal S. Sawwan. 2010. Genotype
and Donor Plant Growing Environment Affects callus Induction in
tomato (Lycopersicon esculentum Mill) anther culture. Ornamental
Horticulture vol 1: 1-19
Arifin, Zaenal, Suyanto. 2007. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Dan
Triakontanol Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Biji Bayam. Jurnal
Agronomi. ISSN 1410-1939. 11 (1).
Ermayanti, T.M. 1997. Mengenal dan Mengatasi Kontaminan Pada Biak Jaring
Tanaman. Warta Biotek tahun XI No.3: 87-95.
George, E.F. 2008. The Components of Plant Tissue Culture Media ll: Organic
Additions, Osmotic and pH Effects. Plant Propagation by Tissue Culture :
115–173.
Kumar, G. Rajakrishna, E.R. K. Reddy, M. Ganesan, S. Thiruppathi, Shikh
Dipakkore, K. Eswaran, P.Y. Subba Rao dan Bhavanath Jha. 2004. Tissue
culture and regeneration of thallus from callus of Gelidiella acerosa
(Gelidiaies, Rhodophyta). PhycologiaVolume 43 (5) : 596-602
Saleh, Salim, Muhammad dan Wardah. 2010. Perkecambahan Benih Aren Dalam
Kondisi Terang Dan Gelap Pada Berbagai Konsentrasi GA3. J. Agrivigor.
ISSN 1412-2286. 10(1): 18-25.
Splittstoesser, Walter E. 1966. Dark CO2 Fixation and its Role in the Growth of
Plant Tissue. Planit Physiol. Vol 41: 755-759
Suprapto dan Supanjani. 2009. Analisis Genetik Ciri-Ciri Kuantitatif Dan
Kompatibilitas Sendiri Bunga Matahari di Lahan Ultisol. Jurnal Akta
Agrosia. ISSN 1410-3354. 12 (1): 89-97.