Laporan 1 Acc.doc
-
Upload
rio-drew-andika -
Category
Documents
-
view
50 -
download
4
description
Transcript of Laporan 1 Acc.doc
TKS 4057 – TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Ganjil 2012
Pabrik Propylene dengan Proses Methanol to Propylene (MTP®) Lurgi’s
Kapasitas 180.000 ton/tahun di KIT Kariangau, Balikpapan
LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES
Pembimbing :
Sri Helianty, ST, MT
Kelompok VII
Agustin Wulandari R.G 0907121302
Ella Melyna 0907114082
Medonna Febrina Putri 0907136015
PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2012
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®1 |
LEMBAR PENGESAHAN
Komentar dan Saran:
Pekanbaru, Oktober 2012Telah diperiksa dan disetujuiPembimbing,
Sri Helianty ST, MTNIP. 197426052000032003
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®2 |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia Propylene telah dapat diproduksi oleh dua perusahaan yakni
Pertamina dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan total kapasitas
produksi seluruhnya mencapai 550.000 ton per tahun. Dengan tingkat konsumsi
Propylene pasar dalam negeri yang hampir mencapai 700 ribu ton, pabrik yang
ada tidak mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasar dalam negeri.
Akibatnya dalam lima tahun terakhir impor Propylene Indonesia cenderung
meningkat.
Tabel 1.1 Produsen Propylene di Indonesia
Nama Terpasang Kapasitas Terpasang (Ton/Tahun)
Pertamina UP III 230.000
PT Chandra Asri Petrochemical 320.000
Total Kapasitas 550.000
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
Menurut sumber Badan Pusat Statistik, pada tahun 2006 lalu impor
Propylene Indonesia baru tercatat 89.842 ton dengan nilai US$ 96.324 ribu.
Dalam tiga tahun berikutnya impor terus meningkat dan mencapai 269.171 ton
pada tahun 2009 dengan nilai US$ 223.747 ribu. Namun pada tahun 2010
impornya menurun menjadi 224.945 ton senilai US$ 252.390 ribu.
Dari tiga industri pemakai Propylene, industri Polypropylene merupakan
konsumen terbesarnya. Pada tahun 2010 lalu sektor industri ini menyerap hingga
81% dari total konsumsi Propylene nasional atau sebesar 500.354 ton. Kemudian
disusul industri 2 ethyl hexanol sebesar 48.656 ton (8%), industri acrylic acid
43.349 ton (7%) dan industri lainnya sebesar 24.040 ton (4%).
Dengan membandingkan antara proyeksi konsumsi Propylene dengan
kapasitas produksi pabrik yang ada, dalam masa lima tahun mendatang Indonesia
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®3 |
masih akan terjadi kekurangan kapasitas produksi. Bila pada tahun ini kekurangan
kapasitas produksi Propylene ini diperkirakan mencapai 103.917 ton, maka pada
tahun 2013 kekurangannya meningkat menjadi 208.341 ton.
Pada tahun 2014 kekurangan kapasitas produksi ini menurun menjadi
57.123 ton, menyusul selesainya proyek perluasan PT Chandra Asri
Petrochemical. Namun pada tahun 2015 kekurangan kapasitas produksi
Propylene ini kembali meningkat menjadi 112.636 ton.
Adanya kekurangan kapasitas produksi ini mengindikasikan bahwa peluang
investasi baru masih memungkinkan. Namun karena investasinya cukup besar dan
dilain pihak kekurangan kapasitas produksinya tidak begitu besar, maka kepada
investor baru disarankan untuk hati-hati. Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam terlebih dahulu, khususnya yang menyangkut aspek pasar dan pasok
bahan baku.
1.2 Bahan Baku dan Produk
1.2.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Propylene ini adalah
Methanol dengan grade AA (kemurnian minimal 99,85%). Spesifikasi bahan baku
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®4 |
Tabel 1.2 Spesifikasi Methanol Sebagai Bahan Baku
Certificate of Analysis - Methanol
Test Method Result
Acetone Content ASTM 01612-05 less than 0.0030 WI. %
Acidity as Acetic Acid ASTM 01613-06 less than 0.0030 Wt. %
Methanol Purity ~ IMPCA 001-92 99.9999 Wl. %
Ethanol Content • IMPCA 001-92 less than 0.0010 WI. %
Appearance • IMPCA003-98
Free of Opalescene.
Suspended Matter
and Sediment
Hydrocarbons ASTM 01722-04 Passes Test
Carborusable Substances ASTM E346-03 less than color Std 15
Odor ASTM 01296-07Characteristic. Non-
Residual
Color ASTM 01209-05 less than color Std 5
Water Content ASTM E1064-05ASTM E1064-05 less than 0.05 WI. %
Distillation Range @ 760 mm
Hg, IBPASTM 01078-05 64.4°C
Distillation Range @ 760 mm
Hg, DPASTM 01078-05 64.7°C
Non-Volatile Matter ASTM 01353-03 less than 0.0010 g/100 mL
Specific Gravity ASTM 04052-02 0.7926 @20°C/20°C
Permanganate Time @ 15° C ASTM 01363-06 Greater than 60 Minutes
Sulphur' ASTM 0396 1-98 less than 0.10 ppm
Iron ASTM E 394-00 less than 0.10 ppm
Chloride IMPCA002-98 less than 0.10 ppm
*Not Samm Acredited Test
Sumber : Petronas Methanol (Labuan) SDN BHD, 2010
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®5 |
1.2.2 Katalis
Katalis yang digunakan dalam proses Lurgi’s Methanol to Propylene
(MTP®) ini adalah ZSM-5. Yield Propylene dengan katalis ZSM-5 berkisar antara
36-40%. Katalis akan dibeli langsung dari Tricat, pabrik katalis ZSM-5 yang
berada di Jerman.
Tabel 1.3 Spesifikasi Katalis ZSM-5
5-R 5-X 5-S HZX 5-300 5-500
Std.Small
CrystalHi Stability Hi Ratio Hi Ratio
SiO2/Al2O3 25-30 23-27 30-35 45-50 Ca. 300 Ca. 500
Na2O (wt%) < 0,1 < ,05 < ,05 < ,05 < 0,1 < 0,1
TSA, BET (m2/g) > 350 > 400 > 375 > 400 > 400 > 400
ZSA, BET (m2/g) > 320 > 340 > 330 > 330 > 350 > 350
Crystal Size 1000 nm 200 nm 800 nm 800 nm 2000 nm 3000 nm
Sumber : http://www.tricatgroup.com/pdf/TriCat_Flyer.pdf
Kondisi operasi katalis :
WHSV = 1,8 h-1
T = 460 °C
n (CH3OH): n (H2O) = 1: 3
Ptotal = 1 atm
Regenerasi Katalis :
Pembentukan kokas dan proses deaktivasi katalis High Silica ZSM-5
dengan ukuran partikel yang digunakan dalam reaksi Methanol untuk
memproduksi Propylene dianalisa oleh IR, TG dan N2-teknik adsorpsi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa katalis ZSM-5 memiliki stabilitas hidrotermal
yang baik. Coke larut dalam ZSM-5, terutama yang terdiri dari tiga substitusi
Benzena, yang terakumulasi tajam pada periode reaksi awal dan mencapai
maksimum pada waktu reaksi 48 jam, kemudian tidak mengalami perubahan
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®6 |
selama reaksi terjadi. Deposisi karbon yang menyebabkan penon aktifan dari
katalis ZSM-5. Permukaan eksterior ZSM-5 tidak bisa mengakomodasi lebih
banyak karbon Coke, Coke yang baru terbentuk akan menutup pori ZSM-5 dan
kemudian menghasilkan deaktivasi katalis setelah waktu jangka panjang dari 770
h.
Produk
Produk utama yang diharapkan dari pabrik ini adalah Propylene. Produk
samping dari produksi Propylene dengan teknologi Lurgi’s Methanol to
Propylene (MTP®) adalah fuel gas, LPG, dan Gasoline. Adapun yield dari
produksi Propylene dengan teknologi Lurgi’s Methanol to Propylene (MTP®)
sebagai berikut :
Tabel 1.4 Spesifikasi Propylene
No Properties Unit Sales Spec. Test Methods
1 Propylene Vol % > 99.5 ASTM D-2163
2 Propane Vol % < 0.5 ASTM D-2163
3 Ethylene Vol ppm < 50 ASTM D-2712
4 Ethane Vol ppm < 100 ASTM D-2163
5Methyl Acetylene +
Propadiene Vol ppm < 3 ASTM D-2712
6 Acetylene Vol ppm < 1 ASTM D-2712
7 Carbon Monoxide Vol ppm < 0.2 ASTM D-2504
8 Carbon Dioxide Vol ppm < 2 ASTM D-2505
9 Total Sulphur as H2S Wt ppm < 1 GC-FPD
10 Oxygen Vol ppm < 2 O2 Analiyzer
11 Water Vol ppm < 5 Dew Point Meter
12
Total Oxygenated
Hydrocarbon in
Alcohol
Wt ppm < 10 ASTM D-4864
13 C4'S Vol ppm < 1 ASTM D-2163
14 Butadiene Vol ppm < 1 ASTM D-2163
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®7 |
15 Arsine Wt ppm < 0.15 Spectrophotometry
Sumber : Chandra Asri, 2010
Tabel 1.5 Yield Produk dari Produksi Propylene dengan Teknologi Lurgi’s
Methanol to Propylene (MTP®)
Produk Yield (%)
Propylene 31,13
Fuel gas, LPG 4,14
Gasoline 8,58
Water 56,15
Sumber : http://www.ripi.ir/congress12/gas%20to%20chemicals.pdf
1.3 Termodinamika Reaksi
3CH3OH(g) à C3H6(g) + 3H2O(l) ∆HR25oC = -24,28 kcal/gmol
1.4 Analisa Pasar
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan industri hilir Propylene
didalam negeri mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Kondisi ini tercermin
dari utilitas produksinya yang cenderung meningkat. Hal ini tentunya mendorong
permintaan Propylene sebagai bahan baku hulunya mengalami peningkatan.
Dan sebagai dampaknya, kapasitas pabrik yang ada tidak mampu lagi
memenuhi seluruh permintaan Propylene dipasar dalam negeri. Akibatnya
ketergantungan Indonesia terhadap Propylene impor masih terus berlanjut hingga
sekarang. Bahkan dalam lima tahun terakhir, impornya cenderung meningkat
dengan laju yang cukup signifikan.
Kendati mengalami fluktuasi, produksi Propylene Indonesia dalam tahun
2006 hingga 2010 secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 4,9% per
tahun. Setelah meningkat dari 404.790 ton menjadi 476.575 ton pada tahun 2007,
produksi Propylene Indonesia dalam dua tahun berikutnya terus menurun dan
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®8 |
menjadi hanya 408.920 ton pada tahun 2009. Pada tahun 2010 produksi kembali
meningkat menjadi 475.887 ton.
Tabel 1.6 Produksi Propylene di Indonesia, 2006-2010
Tahun Produksi (Ton) Kenaikan (%)
2006 404.790 -
2007 476.575 17,7
2008 418.090 -12,3
2009 408.920 -2,2
2010 475.887 16,4
Rerata (%/tahun) 4,9
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
Dengan kapasitas produksi yang masih rendah dibandingkan dengan tingkat
konsumsinya, menjadikan ketergantungan Indonesia terhadap Propylene impor
hingga saat ini masih terus berlangsung. Bahakan dalam tahun 2006 hingga 2010
volum impornya secara keseluruhan meningkat cukup signifikan yakni mencapai
32,1%, sedangkan nilai impornya rata-rata meningkat sebesar 39,1% setiap
tahunnya.
Tabel 1.7 Perkembangan Impor Propylene Indonesia, 2006-2011
Tahun Volume (ton)Kenaikan
(%)
Nilai
(US$’000)
Kenaikan
(%)
2006 89.842 - 96.234 -
2007 171.843 91,3 201.297 109,2
2008 252.475 46,9 338.836 68,3
2009 269.171 6,6 223.747 -34
2010 224.945 -16,4 252.390 12,8
Rerata (%/tahun) 32,1 39,1
2011*) 30.944 - 38.481 -
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®9 |
*) Januari-Februari
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
Kendati di Indonesia Propylene telah dapat diproduksi oleh dua perusahaan,
ekspor bahan kimia ini hingga saat ini belum berkembang. Hampir seluruh
produksi Propylene lokal hingga saat ini masih terkonsentrasi untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri, menyusul masih terjadinya kekurangan pasokan
Propylene dipasar lokal.
Tabel 1.8 Perkembangan Ekspor Propylene Indonesia, 2006-2011
TahunVolume
(ton)
Nilai
(US$’000)
2006 1 1
2007 - -
2008 70.532 4,932
2009 - -
2010 84.434 68,467
2011*) 7 109
*) Januari-Februari
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September
2011
Dari uraian produksi, impor dan ekspor tersebut diatas dapat diketahui
bahwa Supply Propylene di Indonesia selama tahun 2006 hingga 2010 secara
keseluruhan cenderung meningkat dengan laju 6,9% per tahun. Pada tahun 2007
Supply Propylene di Indonesia telah mencapai 648.418 ton, atau meningkat 31,1%
dibandingkan Supply tahun sebelumnya yang sebesar 494.631 ton.
Tabel 1.9 Perkembangan Supply Propylene Indonesia, 2006-2010
Tahun Produksi Impor Ekspor SupplyKenaikan
(%)
2006 404.790 89.842 1 494.631 -
2007 476.575 171.843 - 648.418 31.1
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®10 |
2008 418.090 252.475 70.532 600.033 -7.5
2009 408.920 269.171 - 678.091 13
2010 475.887 224.945 84.434 616.398 -9.1
Pertumbuhan rata-rata (%/tahun) 6,9
2011 233.936,835 41.148,581
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
Bila diasumsikan bahwa dalam masa lima tahun mendatang hanya PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk saja yang melakukan ekspansi pabrik dan
proyeknya dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka dengan membandingkan
antara kapasitas pabrik yang ada dan proyeksi konsumsinya dimasa lima tahun
mendatang Indonesia masih akan terjadi kekurangan kapasitas produksi.
Adanya kekurangan kapasitas produksi ini mengindikasikan bahwa peluang
investasi baru masih memungkinkan. Namun karena investasinya cukup besar dan
dilain pihak kekurangan kapasitas produksinya tidak begitu besar, maka kepada
investor baru disarankan untuk hati-hati. Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam terlebih dahulu, khususnya yang menyangkut aspek pasar dan pasok
bahan baku.
Tabel 1.10 Peluang Pasar Propylene Dipasar Domestik, 2011 - 2015
Tahun
Kapasitas
Pabrik Yang
Ada
Proyeksi
Konsumsi
Peluang
Pasar (Ton)
2011 550.000 653.917 - 103.917
2012 550.000 693.951 - 143.951
2013 550.000 758.341 - 208.341
2014 753.000 810.123 - 57.123
2015 753.000 856.636 - 112.636
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
1.5 Lokasi Pendirian Pabrik
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®11 |
Lokasi suatu pabrik kimia memberikan kontribusi yang besar bagi
kesuksesan bisnis berbasis kimia. Dibutuhkan pertimbangan lebih terhadap faktor-
faktor tertentu dalam memilih lokasi suatu pabrik. Sebuah pabrik idealnya
memiliki lokasi yang memberikan biaya produksi dan distribusi minimum.
Selain itu kemungkinan adanya ekspansi pabrik serta lingkungan yang
kondusif juga harus dipertimbangkan agar operasi pabrik dapat berjalan lancar.
Akan tetapi, faktor-faktor seperti tempat tinggal pekerja dan komunitas sekitarnya
juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Lokasi suatu pabrik kimia
memberikan kontribusi yang besar bagi kesuksesan bisnis berbasis kimia.
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu pabrik. Untuk itu
sebelum pabrik berdiri perlu dilakukan studi kelayakan untuk mempertimbangkan
faktor-faktor penunjang yang mendukung kelangsungan pabrik tersebut. Adapun
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Penyediaan bahan baku
b. Pasar
c. Sumber Energi
d. Kondisi iklim
e. Transportasi
f. Ketersediaan sumber air
Lokasi pendirian pabrik Propylene yang kami pilih adalah Kawasan Industri
Kariangau (KIK) yang terletak di kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Balikpapan terletak diantara 113° 44’ BT - 119°100’ BT dan 04°25’ LU - 02°25’
LS. Wilayah pengembangan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Kariangau meliputi
lahan seluas 5.000 ha yang terdiri dari Kawasan Industri Kariangau (yang
terdelineasi) dan wilayah pengembangannya. KIT Kariangau terletak pada lahan
seluas 1.548,24 ha.
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®12 |
Gambar 1.1 Lokasi Pabrik Propylene di Daerah Kawasan Indutri Terpadu
Kariangau – Balikpapan
Pemilihan lokasi pabrik di Kawasan Industri Kariangau disebabkan karena:
1.5.1 Lokasi Sumber Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah Methanol. Jarak antara tempat produksi
dan lokasi pengambilan bahan baku dapat mempengaruhi kemampuan bersaing
dari produk-produk yang dibuat. Kebutuhan bahan baku Methanol diperoleh dari
PT Kaltim Methanol Industri yang berada di Bontang, Kalimantan Timur, serta
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®13 |
impor dari Petronas Methanol (Labuan) SDN BHD di Malaysia, maka Kawasan
Industri Kariangau masih menjadi alternatif pertama jalur transportasi termudah.
Gambar 1.2 Lokasi Sumber Bahan Baku (Methanol) di Kota Bontang dan
Labuan, Malaysia
Tabel 1.11 Kapasitas Produksi Bahan Baku oleh Produsen Methanol
Nama Perusahaan Kapasitas Produksi/Tahun (Ton)
PT Kaltim Methanol Industri*) 660.000
Petronas Methanol (Labuan) SDN
BHD**)
1.700.000
Sumber : *http://kaltimMethanol.com, **http://www.petronas.com,
1.5.2 Letak Pasar
Lokasi pasar atau pusat distribusi mempengaruhi biaya distribusi produk
dan waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman. Kedekatan dengan pasar
merupakan salah satu pertimbangan yang penting karena bagi konsumen lebih
menguntungkan untuk membeli produk dari sumber yang dekat.
Tujuan pasar dari pabrik Propylene ini adalah memenuhi kebutuhan
Propylene dalam negeri dan ekspor ke luar negara seperti :
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®14 |
a. Brunei Darussalam yaitu perusahaan Polypropylene (PP) Electroplating
Barrels
b. Singapura yaitu perusahaan Singapore Polyolefins Plant (SPO), Springwell
International Enterprise, Delta Exports PTE LTD, Euro Pacific Commodities
PTE LTD
c. Malaysia yaitu perusahaan PT Taindo Citratama di Kawasan Industri Sekupang
Untuk wilayah dalam negeri Propylene akan didistribusikan ke pabrik yang
menggunakan Propylene sebagai bahan baku. Pabrik-pabrik user tersebut seperti
pabrik Polypropylene, 2-Ethyl Hexanol, dan Acrylic Acid. Didalam negeri, pabrik
Propylene ini akan mendistribusikan Propylene ke Trias Sentosa Tbk (Jawa
Timur), PT Indeco Jaya (Jawa Timur), PT AV Plastik Indutrsi Batam di Kara
Industrial Park, PT Bulepakindo di Batamindo Industrial Park, dan PT Sanipak
Indonesia di Batamindo Industrial Park
1.5.3 Sumber Energi
Kebutuhan tenaga dan Steam sangatlah tinggi pada sebagian besar pabrik
kimia, dan biasanya dibutuhkan ketersediaan bahan bakar untuk memenuhi
kebutuhan ini. Karena pendirian pabrik Propylene di dalam Kawasan Industri
Kariangau, maka sumber energi yang ada telah mencukupi untuk pendirian pabrik
ini.
Kebutuhan utilitas dapat dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa
pemenuhan kebutuhan utilitas. Kebutuhan listrik pabrik didukung dengan adanya
power plant sendiri yang dimiliki oleh pabrik yang terdiri dari turbin listrik tenaga
gas berdaya 33 MW serta turbin listrik tenaga uap berdaya 20 MW, fasilitas boiler
untuk pengolahan air, unit pengolahan air limbah, sistem pendinginan air dan
tangki pertanian untuk penyimpanan bahan baku dan produk. Selain itu daerah
KIT Kariangau juga telah dilengkapi PLTU yang telah dibangun pemerintah yang
terdiri dari :
a. PLTU Kariangau dibangun PLN 2x110 MW lahan dari Pemerintah Propinsi
Kalimantan Timur seluas 45 Ha dengan investasi Rp.2,3 Trilyun,
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®15 |
b. PLTU Kariangau (sewa) 2x(120-150) MW tambahan lahan dari Pemerintah
Propinsi Kalimantan Timur seluas 15 Ha dengan investasi Rp. 2,5 Trilyun,
c. PLTU oleh PT. Kariangau Power 2x25 MW dengan investasi Rp.600 Milyar
Selain itu, limbah utama yang dihasilkan dari produksi Propylene ini adalah
air dengan yield air 56,15%. Air sebelum dikeluarkan dari unit proses diolah
terlebih dahulu sehingga ketika dikeluarkan air ini sudah bersih dan bisa
digunakan untuk irigasi bahkan air minum. Dengan banyaknya air yang dihasilkan
dari proses ini maka memungkinkan untuk menggunakan air ini sebagai bahan
bakar PLTA.
1.5.4 Kondisi Iklim
Kecepatan angin di Propinsi Kalimantan Timur rata-rata 3 knot/jam per
tahun, sedangkan pada bulan September sampai Maret dengan kecepatan rata-rata
13 knot/jam per bulan. Curah hujan pada umumnya berkisar antara 1.500-4.500
mm/tahun, sedangkan di daerah sepanjang pantai timur dan selatan rata-rata
1.500-2.000 mm/tahun. Curah hujan semakin tinggi ke arah barat (daerah
pedalaman) yang berkisar antara 4.000–4.500 mm/tahun. Kawasan KIT
Kariangau Balikpapan berada dalam daerah yang beriklim tropis, sehingga cuaca
dan iklim relatif stabil. Begitu pula keadaan tanah yang relatif stabil.
1.5.5 Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang baik dapat menunjang keberhasilan suatu pabrik
kimia. Sarana transportasi yang dimaksud adalah jalan yang nyaman untuk
pekerja, transportasi bahan-bahan dan peralatan yang efisien, serta pengiriman
secara cepat dan ekonomis.
Akses menuju Kota Balikpapan dapat ditempuh melalui jalur darat dan laut.
Transportasi darat direncanakan melalui jaringan jalan darat KM. 13, yang akan
menghubungkan wilayah ini dengan jaringan jalan propinsi (Balikpapan-
Samarinda) yang diharapkan dapat mendistribusikan produk untuk dalam negeri.
Pembangunan jalan akses dari TPK Kariangau menuju Km.13 – Balikpapan
sepanjang 13,5 Km dengan dana bersumber APBD Propinsi Rp.104,59 Milyar.
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®16 |
Daerah KTI Kariangau terletak pada laut–laut yang menghubungkan antar
negara seperti laut cina selatan, laut jawa serta beberapa selat yang dapat
menghubungkan dengan pulau-pulau lain yang ada di Indonesia. Selain itu
pelabuhan untuk keperluan tranportasi impor serta jalan raya yang memadai
sehingga memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk. Transportasi laut
pada dareah KIT Kariangau terdiri dari 2 pintu, yaitu:
a. Ke arah barat : melalui Pelabuhan Teluk Waru
a. Ke arah utara : melalui Pelabuhan Teluk Balikpapan
1.5.6 Ketersediaan Sumber Air
Daerah KIT Kariangau juga mendapat Supply air yang cukup banyak dari
sungai Wein yang terletak sebelah utara dareah KIT Kariangau. Untuk menunjang
Supply air baku di Kawasan Industri Kariangau akan dibangun waduk di Sungai
Wein dengan kapasitas 4,5 Juta liter/detik dengan Output 262 liter/detik.
1.6 Kapasitas Produksi
Bila diasumsikan bahwa dalam masa lima tahun mendatang hanya PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk saja yang melakukan ekspansi pabrik dan
proyeknya dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka dengan membandingkan
antara kapasitas pabrik yang ada dan proyeksi konsumsinya dimasa lima tahun
mendatang Indonesia masih akan terjadi kekurangan kapasitas produksi.
Adanya kekurangan kapasitas produksi ini mengindikasikan bahwa peluang
investasi baru masih memungkinkan. Namun karena investasinya cukup besar dan
dilain pihak kekurangan kapasitas produksinya tidak begitu besar, maka kepada
investor baru disarankan untuk hati-hati. Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam terlebih dahulu, khususnya yang menyangkut aspek pasar dan pasok
bahan baku.
Tabel 1.12 Peluang Pasar Propylene Dipasar Domestik, 2011 - 2015
Tahun
Kapasitas
Pabrik Yang
Ada
Proyeksi
Konsumsi
Peluang
Pasar (Ton)
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®17 |
2011 550.000 653.917 - 103.917
2012 550.000 693.951 - 143.951
2013 550.000 758.341 - 208.341
2014 753.000 810.123 - 57.123
Tahun
Kapasitas
Pabrik Yang
Ada
Proyeksi
Konsumsi
Peluang
Pasar (Ton)
2015 753.000 856.636 - 112.636
Sumber : Laporan Bisnis Indochemical (CIC) Edisi 478, September 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat peluang pasar Propylene untuk tahun 2015
adalah sebesar 112.636 ton. Dengan pertimbangan sesuai dengan tabel di atas,
maka pabrik Propylene yang akan didirikan berkapasitas 180.000 ton/tahun.
Pabrik ini akan memenuhi 21% kebutuhan pasar dalam negeri.
1.7 Gross Profit Margin (GPM)
Kelayakan pendirian pabrik Propylene diuji secara kasar melalui Gross
Profit Margin (GPM). Gross Profit Margin (GPM) merupakan perkiraan secara
global mengenai keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk utama dan
produk samping dikurangi dengan biaya bahan baku, tanpa melihat biaya
Reaksi keseluruhan pembentukan Propylene dari Methanol adalah:
3CH3OH C3H6 + 3H2O
Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) berdasarkan reaksi diatas menghasilkan
GPM sebesar Rp 6.097,46/Kg Propylene (contoh perhitungan dapat dilihat di
Lampiran D).
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®18 |
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Teknologi Proses
Dalam produksi Propylene terdapat beberapa teknologi proses yang bisa
digunakan. Diantaranya adalah Teknologi Lurgi’s Methanol to Propylene
(MTP®), Teknologi Konversi Oleofin (OTC) menggunakan Reaksi Metathesis,
Dehidrogenasi Catofin® (Dehidrogenasi Propana). Ketiga Teknologi proses
tersebut memiliki perbedaan, salah satunya adalah bahan baku yang digunakan.
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing teknologi proses produksi
Propylene.
2.1.1 Teknologi Lurgi’s Methanol to Propylene (MTP®)
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Methanol. Umpan
Methanol dikirim ke DME pra reaktor adiabatik dimana Methanol diubah menjadi
DME dan air. Aktivitas yang tinggi, selektifitas katalis yang tinggi digunakan
untuk mencapai kesetimbangan termodinamika. Aliran Methanol/air/DME
diarahkan ke reaktor MTP 1 dengan penambahan Steam. Methanol/DME
dikonversi lebih dari 99% dengan Propylene sebagai produk utama Hidrokarbon.
Proses reaksi tambahan terjadi dalam reaktor MTP 2 dan MTP 3. Kondisi proses
di tiga reaktor MTP dipilih untuk menjamin kondisi reaksi yang sama dan
menghasilkan yield Propylene yang maksimum. Campuran produk kemudian
didinginkan dan produk berupa gas, cairan organik dan air dipisahkan.
Produk berupa gas dikompresi dan air, CO2, dan DME dikeluarkan dengan
teknologi standar mereka. Gas dibersihkan kemudian diproses lebih lanjut
menghasilkan Propylene dengan kemurnian yang lebih dari 97%. Aliran yang Pabrik Propylene dengan Proses MTP®
19 |
mengandung beberapa olefin lainnya dikirim kembali ke Loop Synthesis utama
sebagai sumber Propylene tambahan (Recycle).
Reaksi :
3CH3OH à C3H6 + 3H2O
Gambar 2.1 Blok Diagram Teknologi Lurgi’s Methanol to Propylene (MTP®)
2.1.2 Teknologi Konversi Oleofin (OTC) menggunakan Reaksi Metathesis
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah etilen. Umpan berupa
etilen dimasukkan dari aliran bagian atas. Kemudian butena juga dimasukkan
sebagai umpan dari aliran bahan bagian bawah. Setelah kedua umpan dialirkan,
kemudian etilen dan butena dimasukkan kedalam pemanas, hal ini dimaksudkan
sebagai tahap pemanasan awal sebelum bahan baku dimasukkan kedalam reaktor
fixed-bed metathesis. Etilen dan butena yang dimasukkan kedalam reaktor
dikontrol komposisi dari masing-masing umpan. Untuk 0,74 ton butena kemudian
ditambahkan 0,31 ton etilen akan menghasilkan 1 ton Propylene. Kondisi operasi
diselenggarakan dalam reaktor sangat bervariasi, tetapi umumnya dilaksanakan
pada suhu sekitar 148,889-426,667oC dan tekanan sekitar 200-600 psig. Didalam
reaktor tingkat konversi yang diinginkan dari produk juga diatur sehingga by-
product berupa fuel gas memiliki konversi maksimal 35%, sehingga diharapkan
selektivitas dari produk berupa Propylene dapat mencapai 60-75%. Kemudian
produk keluaran reaktor berupa Propylene didinginkan dan diseparasi untuk
dipisahkan antara Propylene dan etilen. Dari dasar kolom penampungan
Propylene juga dilakukan pemisahan sengan komponen Butena. Butena yang
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®20 |
DME Reaction
MTP Reaction
Quench & Compression
Fractionation C3H6
LPG
Gasoline
Water
Fuel Gas
Methanol
telah terpisahan dengan Propylene kemudian di Recycle kembali dan dapat
digunakan sebagai umpan.
Reaksi :
1 mol butena + 1 mol Etilenà2 mol Propylene
C4H8 + CH=CH à 2C3H6
Gambar 2.2 Blok Diagram Teknologi Konversi Oleofin (OTC) menggunakan
Reaksi Metathesis
2.1.3 Dehidrogenasi Catofin® (Dehidrogenasi Propana)
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah propana.
Dehidrogenasi propana adalah proses yang sangat endotermik. Suhu yang tinggi
dan tekanan yang relatif rendah digunakan untuk mendapatkan konversi propana
yang wajar. Reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan terbatas. Jumlah olefin
keluaran reaktor ini bergantung pada kondisi outlet reaktor. Reaksi perengkahan
termal membatasi suhu maksimum dan tekanan, sehingga menjadi variabel
dominan.
Reaksi samping yang terjadi secara bersamaan dengan reaksi utama
menyebabkan pembentukan beberapa Hidrokarbon ringan dan berat yang
mengakibatkan pengendapan sejumlah kecil coke pada katalis. Dua sistem
berbeda katalis, yaitu kromium dan platinum digunakan dalam kisaran suhu 500-
650oC. Karena penonaktifan cepat oleh pembentukan coke, konsep-konsep yang
berbeda telah digunakan untuk mengaktifkan regenerasi katalis.
Reaksi :
C3H8 à C3H6 + H2
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®21 |
Gambar 2.3 Blok Diagram Dehidrogenasi Catofin® (Dehidrogenasi Propana)
Tabel 2.1 Kriteria Perbedaan antara Ketiga Teknologi Proses Produksi Propylene
No Kriteria MTP OTC (Metathesis)Dehidrogenasi
Propana
1 Bahan Baku Methanol Etilen, Butena Propana
2 Produk Samping LPG, Gasoline Fuel Gas Fuel Gas
3 Reaktor MTP Fixed-bed Fixed-bed
4 Katalis Zeolit ZSM-5 MgO Kromium, Platinum
5 Suhu Operasi 350-600oC 148,889-426,667oC 500-650oC
2.2 Uraian Singkat Proses yang Dipilih
Teknologi proses produksi Propylene yang dipilih adalah Teknologi Lurgi’s
Methanol to Propylene (MTP®).
Alasan pemilihan proses ini adalah:
Yield Propylene tinggi (~65% mol, atom C)
Proses Sederhana (biaya produksi Propylene rendah)
Sistem fixed bed adiabatic reaktor yang simple
Bagian pemurnian yang terkenal sederhana
Kondisi operasi sedang
Produk samping yang berharga (LPG, Gasoline)
Umpan Methanol dikirim ke DME pra reaktor adiabatik dimana Methanol
diubah menjadi DME dan air. Aktivitas yang tinggi, selektifitas katalis yang
tinggi digunakan untuk mencapai kesetimbangan termodinamika. Aliran
Methanol/air/DME diarahkan ke reaktor MTP 1 dengan penambahan Steam.
Methanol/DME dikonversi lebih dari 99% dengan Propylene sebagai produk
utama Hidrokarbon. Proses reaksi tambahan terjadi dalam reaktor MTP 2 dan
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®22 |
MTP 3. Kondisi proses di tiga reaktor MTP dipilih untuk menjamin kondisi reaksi
yang sama dan menghasilkan Yield Propylene yang maksimum. Campuran produk
kemudian didinginkan dan produk berupa gas, cairan organik dan air dipisahkan.
Produk berupa gas dikompresi dan air, CO2, dan DME dikeluarkan dengan
teknologi standar mereka. Gas dibersihkan kemudian diproses lebih lanjut
menghasilkan Propylene dengan kemurnian yang lebih dari 97%. Aliran yang
mengandung beberapa olefin lainnya dikirim kembali ke Loop Synthesis utama
sebagai sumber Propylene tambahan (Recycle).
Gambar 2.4 Process Simplified Flow Diagram
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®23 |
Gambar 2.5 Flowsheet Proses Methanol to Propylene (MTP) Proses Pertama
Uap cair Methanol akan direaksikan pada suhu 200 sampai 350oC dapat
dilihat pada garis (1) dan melewati unggun pada reaktor pertama. Pada katalis
pertama terdiri dari granular Al2O3, terjadi konversi eksotermal pada garis (3) dan
campuran yang diperoleh biasanya terdiri dari sekurangnya 50% dari volum DME
pada Methanol dan uap air. Temperatur pada garis (3) yaitu berkisar 350-450oC.
Uap campuran terbagi menjadi garis 3a, 3b dan 3c. Sebagian uap air pada garis 3b
bisa juga disebut aliran parsial pertama dan pada garis 3a disebut juga aliran
parsial kedua.
Secara bersamaan zat sisa dari garis (4) dan (5) dimana didinginkan pada
kondisi tersebut, campuran dari (3b) dimasukkan kedalam Shaft reaktor pertama
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®24 |
(6) dimana terdiri dari sebuah unggun dari katalis selektif Zeolit. Uap air disuplai
dari garis 7. Untuk memastikan temperatur campuran yang masuk ke unggun
katalis pada reaktor (6) berkisar antara 350-500oC yang lebih baik pada 380-
480oC. Katalis pada reaktor (6), konversi eksotermal terjadi, pada garis (9)
campuran produk tengah diperoleh pada temperatur berkisar antara 400-600oC.
Jika perlu campuran akan melewati pendingin secara tidak langsung (10), yang
tidak harus dilakukan pada semua kasus dan menggambarkan adanya kesalahan.
Untuk campuran pada garis (9) aliran parsial (3a) ditambahkan, yang biasa
disebut aliran parsial kedua. Reaksi lanjutan dilakukan pada Shaft reaktor kedua
(12), yang terdiri dari unggun dari katalis selektif Zeolit. Kondisi proses pada
reaktor (12) sama dengan reaktor (6), dan juga sama juga untuk Shaft reaktor
ketiga (18). Dari reaktor (12) campuran produk tengah diperoleh dari garis (13),
dimana campuran produk tengah pada aliran parsial ketiga (3c) ditambahkan. Jika
memungkinkan, campuran pada garis (13) bisa melewati pendingin secara tidak
langsung.
Campuran pada garis (13) melewati Shaft reaktor ketiga (18), yang
berhubungan dengan Shaft reaktor sebelumnya yang terhubung secara seri, dan
teridiri dari katalis Zeolit. Produk campuran pada garis (15) biasanya terdiri dari
Propylene dalam keadaan kering yaitu 40-60% volum dan terdiri dari bahan
tambahan yang biasa disebut zat sisa.
Campuran pada garis (15) terjadi pendinginan (16), dan diperoleh kondensat
yang kaya air, dimana kondensat melalui garis (17). Gas dan uap melewati garis
(20) dan campuran Liquid melewati garis (21). Gas dan uap air juga terdiri dari
Propylene yang diiginkan ditampung pada kolom pertama (22), gas yang
terpisahkan akan dikembalikan ke garis (4). Produk bawah pada kolom (22)
melewati garis (23) masuk ke kolom kedua (24), dari atas terdiri dari fraksi yang
kaya akan Propylene kurang lebih 80% volum pada garis (25). Produk bawah
(kebanyakan C4+ Hidrokarbon) meninggalkan kolom (24) melalui garis (26) dan
dikembalikan lagi ke garis (5). Zat sisa pada garis (4) dan (5) juga sebagian
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®25 |
ditambahkan pada campuran garis (3a) dan atau garis (3c). Kelebihan akan
dibuang melalui garis (4a) dan (5a).
Campuran Liquid pada garis (21) masuk ke kolom ketiga (28), dimana
fraksi light C5+ dipisahkan dan disirkulasi melewati garis (29) dan melewati garis
(5). Fraksi berat, biasanya Petroleum Hidrokarbon melewati garis (30) dan keluar
dari proses.
Gambar 2.6 Flowsheet Proses Methanol to Propylene (MTP) Proses Kedua
Pada gambar 2, memanfaatkan panas yang dihasilkan dari campuran produk
yang dihasilkan dari shaft reaktor terakhir (18)melalui garis (15) dan selalu
memiliki temperatur yaitu mulai dari 400-600oC. Secara keseluruhan, campuran
produk melepaskan panas ke Heat Exchanger (16) kemudian ke preheater (35),
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®26 |
untuk Liquid dan atau uap Methanol dihasilkan dari garis (36). Dari pemanasan
awal (35), uap Methanol dengan temperatur 200-350oC, pada garis (1) dan
melewati unggun dari catalis pertama (2). Dengan temperatur 100-250oC,
campuran produk juga mengandung uap air yang melewati garis (37) menuju ke
Compressor (38) dan pada keluaran pada garIs (39) yaitu mempunyai tekanan 3-
15 bar dan untuk alasan ekonomi biasanya lebih dari 10 bar dan rentang
temperatur 130-250oC. Uap air dari campuran pada garis (39) belum selesai
terkondensasi dan belum lebih dari 30% berat dan lebih baik tidak lebih dari 10%
berat H2O yang telah terliquifikasi.
Pada Heat Exchanger (40) campuran produk pada garis (39) selanjutnya
didinginkan pada fasa air pada keadaan dingin yang sedang dimana air disuplai
dari garis (41).Fasa air seluruhnya dievaporasi dan uap air diproduksi dari garis
(7) dan tekanan antara 0,1-10 bar. Pada garis (7) terbuka ke garis (3b) untuk
kemurnian yang lebih baik belum dijelaskan secara keseluruhan.
Campuran produk yang datang dari Heat Exchanger dari garis (40) melalui
garis (42) sebagian terkondensat, sekurang-kurangnya 80% dari berat H2O yang
terdiri dari Liquid. Temperatur pada garis (42) yaitu 20-150oC dan biasanya 30-
120oC dibawah garis (39), dan tekanan juga mengalami penurunan dari 0,1-10 bar,
untuk pemisahan, campuran produk pada garis (42) dilanjutkan ke sebuah
Separator (44), dari fasa air pada garis (45) dan campuran Liquid terdiri dari
Petroleum Hidrokarbon pada garis (21). Gas dan uap selalu terdiri dari Propylene
yang keluar dari garis (20). Fasa air pada garis (40) akan disirkulasi dengan Heat
Exchanger pada (40) melewati garis (41). Pada kasus ini dibebankan pasa Stripper
(46), jadi Stripping gas (contoh Nitrogen) dari garis (47) Hidrokarbon dengan titik
didih rendah (contoh C2 Hidrokarbon) akan dibuang dari garis (48). Fasa air yang
telah di Stripping dialirkan kembali ke Heat Exchanger (40) melalui garis (41), air
segar disuplai dari garis (49).
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®27 |
LAMPIRAN A
SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN BAKU DAN PRODUK
A.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku
a. Sifat Fisika Methanol
Titik beku : -97,8°C
Titik didih (pada 760 mmHg) : 64,7°C
Densitas (pada 760 mmHg) : 0,782 g/ml
Indeks bias, pada 40°C : 1,3287
Viskositas, pada 30°C : 0,5142 cP
Temperatur kritis : 239,43°C
Tekanan kritis : 78,5 atm
Panas spesifik, liquid (pada suhu 25°C) : 2,533 J/(gK)
Panas spesifik uap (pada suhu 25°C) : 1,370 J/(gK)
Panas penguapan (pada suhu 64,7°C) : 1129 J/g
Flash point, °C : 11
Kelarutan dalam air : Miscible
Konduktivitas Termal pada 25oC : 0,202 W/(mK)
(Othmer, 1998)
b. Sifat Kimia Methanol
1. Pembuatan eter
Dimetil eter terbentuk dengan dehidrasi Methanol dengan katalis alumina pada
suhu 300oC.
2CH3OH + RCOOH --------> CH3OCH3 + H2O
2. Reaksi dengan asam klorida
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®28 |
Methanol dapat bereaksi dengan asam klorida melalui reaksi hidroklorinasi
secara substitusi :
CH3OH + HCl --------> CH3Cl + H2O
3. Dekomposisi
Methanol dapat terdekomposisi menjadi CO dan H2
CH3OH --------> CO + H2
4. Dehidrogenasi dan oksidasi parsial
Reaksi secara komersial dari Methanol adalah dehidrogenasi dan oksidasi
menjadi formaldehid. Reaksi bisa dijalankan menggunakan katalis dengan
adanya udara :
CH3OH --------> HCHO + H2
2CH3OH + O2 --------> HCCHO + 3H2O
(Othmer, 1998)
A.2 Sifat Fisika dan Kimia Produk
a. Sifat Fisika Propylene
Fasa : cair jenuh
Berat molekul : 42,081 kg/kmol
Titik beku : -185oC
Titik didih pada 748 mmHg : - 48oC
Suhu Kritis : 91,4oC
Tekanan Kritis : 45,6 atm
Densitas cair pada 223 K : 0,612 g/cc
Entalpi pembentukan standar : 20,42 kj/mol
Indeks bias : 1,3567
Panas Penguapan : 18,41 kj/mol
(Othmer, 1998)
b. Sifat Kimia Propylene
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®29 |
1. Propylene merupakan senyawa olefin yang berisomer dengan siklo propan
(C3H6), analog dengan etilen (CnH2n), homolog dengan propana, metil asetilen,
butadiene.
2. Pada kondisi atmosfer, Propylene berbentuk gas yang lebih berat dari udara
dan mempunyai aroma kemanis-manisan.
3. Propylene mudah teroksidasi dan pada konsentrasi tertentu dapat terbakar.
4. Propylene lebih reaktif dibandingkan dengan propana atau etilen. Hal ini di
sebabkan karena adanya gugus metil dan ikatan rangkap yang tidak simetris.
5. Mudah terbakar, mudah meledak, mudah teroksidasi, larut dalam alkohol dan
eter tetapi kurang larut dalam air.
(Othmer, 1998)
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®30 |
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN PANAS REAKSI
Panas pembentukan Methanol = -48,08 kcal/gmol
Panas pembentukan Propylene= 4,88 kcal/gmol
Panas pembentukan Water = -57,8 kcal/gmol
3CH3OH à C3H6 + 3H2O
a b c
∆HR25oC= b ∆Hof C3H6 + c ∆Hof H2O – a ∆Hof CH3OH
= 4,88 kcal/gmol + (3 x -57,8 kcal/gmol) - (3 x -48,08 kcal/gmol)
= -24,28 kcal/gmol
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®31 |
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI
Peluang pasar Propylene tahun 2015 = 112.636 ton
Propyeksi konsumsi Propylene tahun 2015 = 856.636 ton
Kapasitas produksi = 180.000 ton/tahun
dengan kapasitas produksi 180.000 ton/tahun, maka pabrik Propylene ini dapat
memenuhi 21,01% kebutuhan pasar Propylene dalam negeri.
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®32 |
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN GROSS PROFIT MARGIN (GPM)
Proses tanpa Recycle, perhitungan GPM nya sebagai berikut:
3CH3OH C3H6 + 3H2O
Yield Propylene = 65% mol
CH3OH C3H6 H2O
Stoikiometri Reaksi -1 0,65 0,35
Stoikiometri Netto -1 0,65 0,35
Persamaan reaksi berdasarkan stoikiometri reaksi:
CH3OH 0,65 C3H6 + 0,35 H2O
H2O produk tidak punya nilai eknomi, maka GPM:
Tabel D.1 Rincian Harga Bahan Baku dan Produk
Bahan Baku Price ($/ton) Harga (Rp/Kg)
Methanol 385 3.672,9
Produk
Propylene 1.420 13.683,12
Air - -
Sumber : Icis.com, 2012
Kurs Jual : $1 = Rp 9.636,00Pabrik Propylene dengan Proses MTP®
33 |
Kurs Beli : $1 = Rp 9.540,00 (http://www.bi.go.id, diakses 28 September 2012)
Berat molekul Methanol : 32,04 g/mol
Berat molekul Propylene : 42,08 g/mol
GPM = [0,65 x Rp 575,78/mol] – [1 x Rp 117,68/mol]
= Rp 256,58/mol Propylene
DAFTAR PUSTAKA
Abramova A.V., ‘Selective Synthesis of Lower Olefins From Methanol and
Dimethyl Ether on ZSM-5 and SAPO-34 Zeolite Catalysts’, paper presented
to DGMK Conference, Berlin, Germany, 29 September–1 Oktober 2008.
Aitani, AM 2006, Propylene Production, diakses 30 Maret 2012,
<http://193.146.160.29/gtb/sod/usu/$UBUG/repositorio/10300047_Aitani.p
df>.
Anonim, Kawasan Industri Kariangau Kota Balikpapan, diakses 14 April 2012,
<potensidaerah.ugm.ac.id/data/SEKTOR%20INDUSTRI.doc>
Badan Pusat Statistik 2012, Data Ekspor Impor, diakses 21 September 2012,
<www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2>
Bank Indonesia 2012, Kurs Transaksi Bank Indonesia, diakses 29 September
2012,
<www.bi.go.id/web/id/moneter/Kurs+Bank+Indonesia/Kurs+Transaksi/>
Chandra Asri 2010, Propylene Specification, diakses 12 Maret 2012,
<http://www.chandra-asri.com/UserFiles/File/Propylene-CargoSpec.PDF>
Hack et al 2006, Method For Producing Propylene From Methanol, US Patent
7015369 B2.
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®34 |
ICIS Pricing 2012, Methanol (Asia Pacific), diakses 21 September 2012,
<http://www.icispricing.com/il_shared/Samples/SubPage190.asp>
ICIS Pricing 2012, Propylene (Asia Pacific), diakses 21 September 2012,
<http://www.icispricing.com/il_shared/Samples/SubPage184.asp>
Daftari, M 2011, ‘Converting Methanol to Propylene (MTP)’, paper presented in
9th Iran Petrochemical Forum, Tehran, Iran, 21-22 Mei 2011.
Intratec 2012, Technology Economics Program Propylene Production From
Methanol, ISBN: 978-0-615-64811-8, diakses 23 September 2012,
<http://dc508.4shared.com/download/YL8GfyUR/propylene_production_fr
om_meth.pdf?tsid=20120923-123053-b2b8147f>
Kalimantan Timur dalam Angka 2012, Bab II Iklim Climate, diakses 14 April
2012,
<http://www.scribd.com/doc/90244120/BALIKPAPANDALAMANGKAFI
NAL2010-bps>
Koempel et al 2005, ‘Lurgi’s Gas To Chemicals (GTC®): Advanced technologies
for natural gas monetisation’, Gas-to-Liquids, Methanol, DME, CNG &
Alternatives, Bilbao, Spain, pp 14-17.
Lumnus, Catofin® Dehydrogenation, diakses 9 April 2012,
<http://www.cbi.com/images/uploads/tech_sheets/CatofinDehyrogenation-
12.pdf>
Nexant 2009, Propylene Technology : The Next Generation, diakses 20
September 2012,
<http://www.chemsystems.com/reports/search/docs/prospectus/
mc09_propylene_technology_pros.pdf>
Othmer, Kirk 1998, Encyclopedia of Chemical Technology Volume 1 Fourth
Edition.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2011, Program Implementasi Program
Prioritas MP3EI di Kalimantan Timur, diakses 14 April 2012,
<http://www.awangfaroekishak.info/unduhdata.php?file=MP3EI
%20kaltim.pdf >
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®35 |
Peng-Yul et al 2008, Deactivation of ZSM-5 Catalysts During Methanol-To-
Propylene-Process, diakses 2 Oktober 2012,
<http://en.zl50.com/20070605990231.html>
Petronas Methanol Labuan 2010, Certificate of Analysis – Methanol, diakses 8
April 2012,
<http://www.sapachem.com/vn/upload/download/1286848352.pdf>.
PT Capricon Indonesia Consult Inc 2011, Laporan Bisnis Indochemical
September 2011, no. 478, PT Capricon Indonesia Consult Inc, Jakarta.
PT Kaltim Methanol Industri 2009, Produk dan Layanan, diakses 9 April 2012,
<http://kaltimmethanol.com/indo/index.php?page=product_services.php>.
Reklaitis GV & Schneider DR, Introduction to Material and Energy Balances,
Jhon Wiley & Sons, In.c, New York.
Tallman, MJ et al 2010, Naphtha Cracking for Light Olefins Production, diakses
20 Maret 2012 <http://www.kbr.com/Newsroom/Articles/Published/KBR-
Featured-in-PTQ-Magazine/KBR-Featured-in-PTQ-Magazine.pdf>
Tricat 2012, Zeolites, Molecular Sieves and Custom Catalysts, diakses 29
September 2012, <http://www.tricatgroup.com/pdf/TriCat_Flyer.pdf>
Wagner, U., & Liebner., 2004, Gas to Chemicals : Advanced Technologies for
Natural Gas Monetisation, diakses 3 April 2012,
<http://www.ripi.ir/congress12/gas%20to%20chemicals.pdf>
Pabrik Propylene dengan Proses MTP®36 |