lapkas 222

17
BAB I PENDAHULUAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru kronik yang dita nda i oleh adany a hambatan al iran udar a di sa lura n naf as ya ng tidak sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan res pons inf lamasi abnormal par u terhadap par tik el ber bahaya ata u gas ber acun . Eksaserbasi dan penyaki t komor bid memi liki kontr ibusi terhadap tingkat kepara han  pada setiap pasien  1, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok  penyakit tidak menular yang men!adi masalah kesehatan masyarakat di "ndonesia yang diperkirakan akan berdampak besar, terutama pada mortalitas dan dampak sosial ekonomi, karena berhubunga n dengan masih tingg inya perokok dan perkiraan umur rata#rata yang meningkat . $emang data yang akurat tentang kekerapan PPOK di "ndonesia sampai saat ini belum ada, tetapi %urvai Kesehatan &umah 'angga (%K&') 1* tentang asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke#+ sebagai  penyebab kesakitan terbanyak dari 1 penyebab kesakitan utama. %K&' -epkes &" 1 men un! ukka n angka kemati an kar ena asma, bronki ti s kronik dan emf ise ma menduduki peringkat ke # * dari 1 penyebab tersering kematian di "ndonesia. 1,,,+ /akt or ya ng ber per an dal am peni ngka tan peny akit ter sebut0 Kebias aan mer okok yan g mas ih tin ggi (la ki# lak i di ata s 1+ tahun *# 2), Per tambaha n  penduduk, meningkatnya usia rata#rata penduduk dari + tahun pada tahun 1*#an men!adi *3 tahun pada tahun 1#an, "ndustrialisasi, dan Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri , dan di pertam bangan. -i negara dengan prevalens i '4  paru yang tinggi, terdapat se!umlah besar penderita yang sembuh setelah pengobatan '4. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul ge!ala sesak terutama pada aktiviti, radiologik menun!ukkan gambaran bekas '4 (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan u!i faal paru menun!ukkan gambaran obstruksi !alan napas yang tidak reversibel. Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori pe nyakit %indrom Obstruksi Pascatuberkulosis (%OP') 1

Transcript of lapkas 222

Page 1: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 1/17

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru kronik 

yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak 

sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan

respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya atau gas beracun.

Eksaserbasi dan penyakit komorbid memiliki kontribusi terhadap tingkat keparahan

 pada setiap pasien 1,

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok 

 penyakit tidak menular yang men!adi masalah kesehatan masyarakat di "ndonesia

yang diperkirakan akan berdampak besar, terutama pada mortalitas dan dampak sosial

ekonomi, karena berhubungan dengan masih tingginya perokok dan perkiraan umur 

rata#rata yang meningkat. $emang data yang akurat tentang kekerapan PPOK di

"ndonesia sampai saat ini belum ada, tetapi %urvai Kesehatan &umah 'angga (%K&')

1* tentang asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke#+ sebagai

 penyebab kesakitan terbanyak dari 1 penyebab kesakitan utama. %K&' -epkes &"

1 menun!ukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema

menduduki peringkat ke # * dari 1 penyebab tersering kematian di "ndonesia.1,,,+

/aktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut0 Kebiasaan

merokok yang masih tinggi (laki#laki di atas 1+ tahun *# 2), Pertambahan

 penduduk, meningkatnya usia rata#rata penduduk dari + tahun pada tahun 1*#an

men!adi *3 tahun pada tahun 1#an, "ndustrialisasi, dan Polusi udara terutama di

kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan. -i negara dengan prevalensi '4

 paru yang tinggi, terdapat se!umlah besar penderita yang sembuh setelah pengobatan

'4. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul ge!ala sesak terutama pada aktiviti,radiologik menun!ukkan gambaran bekas '4 (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan

u!i faal paru menun!ukkan gambaran obstruksi !alan napas yang tidak reversibel.

Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori penyakit %indrom Obstruksi

Pascatuberkulosis (%OP')

1

Page 2: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 2/17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat

dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang

 bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial dan berhubungan dengan

respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun 5 berbahaya, disertai efek 

ekstraparu yang berkontribusi terhadap dera!at berat penyakit.  Karakteristik hambatan

aliran udara pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran napas

kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu. PPOK seringkali timbul pada usia pertengahan akibat merokok 

dalam 6aktu yang lama. 4ronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi

PPOK karena 0, 3

1. Emfisema merupkan diagnosis patologi

. 4ronchitis kronik merupakan diagnosis klinis.

%elain itu keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam

saluran napas.

2.2 Faktor resiko3

1. Kebiasaan merokok merupakan satu#satunya penyebab kausal yang

terpenting, !auh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. -alam pencatatan

ri6ayat merokok perlu diperhatikan 0

a. &i6ayat merokok 

# Perokok aktif 

# Perokok pasif 

# 4ekas perokok 

 b. -era!at berat merokok dengan "ndeks 4rinkman ("4), yaitu perkalian

 !umlah rata#rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok 

dalam tahun 0&ingan 0 #, %edang 0 #*, 4erat 0 7*

2

Page 3: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 3/17

. &i6ayat terpa!an polusi udara di lingkungan dan tempat ker!a

3. 8ipereaktiviti bronkus

. &i6ayat infeksi saluran napas ba6ah berulang

+. -efisiensi antitripsin alfa # 1, umumnya !arang terdapat di "ndonesia

2.3 Etioloi PP!K Eksaser"asi Ak#t

4eberapa faktor pencetus eksaserbasi akut pada PPOK yaitu0 infeksi

(virus,bakteri), pa!anan dengan polutan, penghentian pengobatan, bronkospasme, dan

 perubahan diet. "nfeksi virus didapatkan pada 32 kasus. "nfeksi virus selan!utnya

mempermudah peningkatan !umlah kolonisasi kuman yang ada sudah ada

sebelumnya dalam lumen bronkus, sehingga menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Pada + 2 pasien PPOK yang stabil dapat ditemukan kolonisasi kuman, dan

 pada umumnya yang terbanyak yaitu 8emoplhilus influen9a dan %treptococcus

 pneumonia. Peningkatan !umlah kuman yang sudah ada sebelumnya dalam lumen

 bronkus dapat berperan sebagai faktor pencetus dari +1,2 pasien PPOK yang

mengalami eksaserbasi akut. Pada eksaserbasi akut yang berat dapat ditemukan

kuman yang lebih beragam yaitu basil enteric gram negatif, Pseudomonas, Chlamidia

 pneumonia, dan Mycoplasma pnemoniae.,3

2.$ Patoenesis %an Patoloi

"nhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya menyebabkan inflamasi di

saluran napas dan paru seperti yang terlihat pada pasien PPOK. &espon inflamasi

abnormal ini menyebabkan kerusakan !aringan parenkim yang mengakibatkan

emfisema dan mengganggu mekanisme pertahanan yang mengakibatkan fibrosis

saluran napas kecil 3. Pada bronkhitis kronis perubahan a6al ter!adi pada saluran

udara yang kecil. %elain itu, ter!adi destruksi !aringan paru disertai dilatasi rongga

udara distal (emfisema), yang menyebabkan hilangnya elastic recoil , hiperinflasi,

terperangkapnya udara, dan peningkatan usaha untuk bernapas, sehingga ter!adi sesak 

napas. Pada saluran napas kecil ter!adi penebalan akibat peningkatan pembentukan

folikel limfoid dan penimbunan kolagen di bagian luar saluran napas, sehingga

3

Page 4: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 4/17

menghambat pembukaan saluran napas. :umen saluran napas kecil berkurang karena

 penebalan mukosa berisi eksudat sel radang yang meningkat se!alan dengan beratnya

 penyakit. 8ambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh beberapa dera!at

 penebalan dan hipertofi otot polos pada bronkiolus respiratorius. -engan

 berkembangnya penyakit, kadar ;O meningkat dan dorongan respirasi bergeser dari

;O  ke hipoksemia, dorongan pernapasan !uga mungkin akan hilang sehingga

memicu ter!adinya gagal napas.3,+

$enurut 8ipotesis Elastase#<nti Elastase, di dalam paru terdapat

keseimbangan antara en9im proteolitik elastase dan antielastase untuk mencegah

ter!adinya kerusakan !aringan. Perubahan keseimbangan antara en9im proteolitik 

elastase dan antielastase akan menimbulkan kerusakan !aringan elastin paru.

Ketidakseimbangan ini dapat dipicu oleh adanya rangsangan pada paru antara lain

oleh asap rokok dan infeksi yang menyebabkan elastase bertambah banyak atau oleh

adanya defisiensi alfa#1 antitripsin.*

Pada PPOK ter!adi penyempitan saluran napas dan keterbatasan aliran udara

karena beberapa mekanisme inflamasi, produksi mukus yang berlebihan, dan

vasokontriksi otot polos bronkus, seperti terlihat pada gambar 1.

4

Page 5: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 5/17

&a'"ar 1. Per"an%inan sal#ran (erna(asan (a%a PP!K %an nor'al

$ekanisme patofisiologi yang mendasari PPOK ter!adi akibat peradangan dan

 penyempitan saluran nafas perifer sehingga bermanifestasi sebagai penurunan =EP1,

sementara kerusakan parenkim paru pada emfisema akan menurunkan proses transfer 

gas pada paru, sehingga ter!adi ketidakseimbangan ventilasi#perfusi.

%aluran napas normal akan melebar karena perlekatan alveolar selama

ekspirasi diikuti oleh proses pengosongan alveolar dan pengempisan paru. Perlekatan

alveolar pada PPOK rusak karena emfisema menyebabkan penutupan !alan napas

ketika ekspirasi dan menyebabkan air trapping  pada alveoli dan hiperinflasi. %aluran

napas perifer mengalami obstruksi dan destruksi karena proses inflamasi dan fibrosis,

lumen saluran napas tertutup oleh sekresi mukus yang ter!ebak akibat bersihan

mukosilier kurang sempurna.3

2.) *anifestasi Klinis %an Klasifikasi

>e!ala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanda dan ge!ala ringan

hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan sampai ditemukan

kelainan yang !elas dan tanda inflasi paru. -iagnosis PPOK dipertimbangkan bila

timbul tanda dan ge!ala seperti berikut ini 0  ,3,,,

1. %esak  

5

Page 6: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 6/17

%esak yang bersifat progresif dimana semakin bertambah berat seiring

 ber!alannya 6aktu (kronik), bertambah berat atau dipicu dengan aktivitas,

 persisten dan menetap sepan!ang hari, keluhan bernafas berat, sukar bernafas

dan terengah#engah saat bernafas.. 4atuk kronik berdahak 

%etiap batuk kronik berdahak dapat mengidentifikasikan PPOK. 4atuk 

kronik dengan dahak (pada bronkitis kronik keadaan ini ter!adi setiap hari

selama ? 3 bulan dalam 1 tahun pada sedikitnya tahun berturut#turut.

3. &i6ayat terpa!an faktor risiko&i6ayat pa!anan terhadap faktor rosiko yang dialami pasien seperti asap

rokok, debu, bahan kimia ditempat ker!a dan termasuk !uga asap dapur.

Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan ge!ala yang khas

seperti 0

• %esak nafas bertambah

• Produksi sputum bertambah banyak 

• %putum berubah 6arna (sputum men!adi purulen

PPOK eksaserbasi akut dibagi men!adi tiga, antara lain 0  ,,

1. 'ipe " (eksaserbasi berat), memiliki 3 ge!ala di atas

. 'ipe "" (eksaserbasi sedang) hanya memiliki ge!ala diatas3. 'ipe """ (eksaserbasi ringan), memiliki 1 ge!ala diatas ditambah dengan

infeksi saluran nafas atas lebih dari + hari, demam tanpa sebab lain,

 peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernafasan

7 2 nilai dasar, atau frekuensi nadi 7 2 nilai dasar.

'abel 1. klasifikasi PPOK menurut >O:- (Global Initiative for Chronic Obstructive

 Lung Disease) 11,,

>O:- 1

-era!at Klinis /aal paru

>e!ala klinis @ormal

6

Page 7: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 7/17

(batuk, produksi suptum)

-era!at "0

PPOK ringan

>e!ala batuk kronik dan produksi

sputum tapi sering. Pada dera!at ini

 pasien sering tidak menyadari bah6a faal paru mulai menurun

=EP15K=P A2

=EP1? 2 prediksi

-era!at ""0

PPOK sedang

>e!ala sesak mulai dirasakan saat

aktivitas dan kadang ditemukan

ge!ala batuk dan produksi sputum.

Pada dera!at ini biasanya pasien

mulai memeriksa kesehatannya.

=EP15K=P A2

+2A=EP1A2 prediksi

-era!at """0

PPOK berat

>e!ala sesak lebih berat, penurunan

aktivitas, rasa lelah dan seranganeksaserbasi semakin sering dan

 berdampak pada kualitas hidup

 pasien

=EP15K=P A2

32A=EP1A+2 prediksi

-era!at "=0

PPOK sangat

 berat

>e!ala diatas ditambah tanda#tanda

gagal napas atau gagal !antung

kanan dan ketergantungan oksigen.

Pada dera!at ini kualitas hidup

 pasien meburuk dan !ika eksaserbasi

dapat mengancam !i6a

=EP15K=P A2

=EP1A32 prediksi atau

=EP1A+2 prediksi

disertai gagal nafas kronik

2.+ Dianosis

-iagnosis PPOK ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penun!ang. PPOK klinis didiagnosis berdasarkan anamnesis,

 pemeriksaan fisik, dan foto toraks. %edangkan diagnosis dera!at PPOK dilan!utkandengan pemeriksaan spirometri.,,

-iagnosis PPOK klinis ditegakan apabila0

a. Ana'nesis

• <da faktor resiko0 usia pertengahan, dan ri6ayat pa!anan (asap rokok,

 polusi udara, dan polusi tempat ker!a).

7

Page 8: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 8/17

• >e!ala0

o %esak nafas (progresif, bertambah saat beraktivitas, terengah#

engah, pasien mengeluhkan berupa Bperlu usaha untuk 

 bernapas).o 4atuk kronik (batuk hilang timbul dan mungkin tidak 

 berdahak)

o 4atuk kronik berdahak

". Pe'eriksaan fisik 

• "npeksi 0 4entuk dada barrel chest , penampilan pink puffer, terdapat cara

 bernafas purse lip breathing , terlihat penggunaan dan hipertrofi otot bantu

nafas, pelebaran sela iga.

• Palpasi 0 /remitus melemah, sela iga melebar 

• Perkusi 0 hipersonor, batas !antung mengecil, letak diagframa rendah,hepar terdorong keba6ah.

• <uskultasi0 suara nafas vesikuler melemah atau normal, ekspirasi

meman!ang, mengi(pada saat eksaserbasi), dan ronki

•  Pin puffer ! >ambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit

kemerahan dan pernapasan pursed " lips breathing.

•  #lue bloater ! >ambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk 

sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis

sentral dan perifer.•  Pursed $ lips breathing ! %ikap seseorang yang bernapas dengan mulut

mencucu dan ekspirasi yang meman!ang. %ikap ini ter!adi sebagai

mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi ;O yang ter!adi sebagai

mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi ;O yang ter!adi pada

gagal napas kronik.

,. Pe'eriksaan (en#n-an

• %pirometri

Penilaian menggunakan spirometri dapat menentukan dera!at obstruksi

dan merupakan parameter yang paling umum yang digunakan dalam

 penilaian beratnya PPOK dan memantau perkalanan penyakit,

 berdasarkan penilaian =EP1,  =EP1  prediksi, K=P, =EP15K=P dan C!i

 bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan)0 =EP1  diukur sebelum

diberikan bronkodilator, 2 prediksi

8

Page 9: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 9/17

• :aboratorium 0 peningkatan kadar 8b dan !umlah eritrosit (polisitemia

sekunder) dan -efisiensi kadar alfa#1 antitripsin (kongenital).

• /oto toraks 0 pada emfisema akan didapatkan paru hiperinflasi atau

hiperlusen, diagframa mendatar dan letak rendah, corakan bronkovaskuler 

meningkat, bulla, dan !antung menggantung (!antung pendulum5eye drop

appearance). %edangkan pada bronkitis kronis akan terlihat gambaran

 paru normal, namun terlihat corakan bronkovaskular meningkat.

•  <nalisis gas darah pada semua pasien dengan =EP1 A 2 prediksi dan

secara klinis diperkirakan gagal napas atau gagal !antung kanan.

• Kultur dan sensitivitas kuman

-iperlukan untuk mengetahui kuman penyebab serta resistensi kuman

terhadap antibiotik yang dipakai. Pemeriksaan ini !uga diperlukan !ika

tidak ada respon terhadap antobiotik yang dipakai sebagai pengobatan

 pada permulaan penyakit.

2. Dianosis "an%in

 'abel . PPOK dan diagnosis banding,3

Dianosis &a'"aran klinis

PPOK 1. Onset pada usia pertengahan. >e!ala semakin progresif 

3. 'erdapat ri6ayat merokok atau terpa!an oleh

 polusi yang berbahaya.

<sma 1. Onset pada a6al usia dini

. >e!ala bervariasi dari hari ke hari3. >e!ala memburuk pada malam atu dini hari

. &i6ayat alergi, rhinitis, atau eksim

+. &i6ayat keluarga asma

>agal !antung

kongesti

1. &onki halus di basal paru

. /oto thorak memperlihatkan pembesaran

 !antung, edema paru

3. &i6ayat hipertensi

. Pemeriksaan faal paru0 indikasi restriksi volume

4ronkiektasis 1. %putum purulen dalam !umlah yang banyak  

. %ering berhubungan dengan infeksi bakteri

9

Page 10: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 10/17

3. /oto thoraks0 dilatasi bronkus dan penebalan

dinding bronkus

'uberkulosis 1. Onset semua usia

. >ambaran thoraks 0 infiltrasi paru

3. Konfirmasi mikrobiologi (4'< D). :okasi prevalensi '4 tinggi

Panbronkiolitis difuse 1. -ominan pada keturunan etnis asia. Cmumnya laki#laki, ri6ayat sinusitis kronis

2./ Penatalaksanaan

'u!uan penatalaksanaan 0

• $engurangi ge!ala

• mencegah progresivitas penyakit

• $eningkatkan toleransi latihan

• $eningkatkan status kesehatan

• $encegah dan menangani komplikasi

• $encegah dan menangani eksaserbasi

• $enurunkan kematian

Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi 0

1. EdukasiEdukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan !angka pan!ang pada

PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena

PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi

adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan

fungsi paru. 4erbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari

 pencetus dan memperbaiki dera!at adalah inti dari edukasi atau tu!uan pengobatan

dari asma.

'u!uan edukasi pada pasien PPOK 0

1). $engenal per!alanan penyakit dan pengobatan

). $elaksanakan pengobatan yang maksimal

3). $encapai aktiviti optimal

10

Page 11: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 11/17

). $eningkatkan kualiti hidup

. Obat obatan

Bronko%ilator

a. <gonis F# 0 salbutamol ,+#+ mg5mlG terbutalin+#1 mg5ml. 4entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan !umlah penggunaan dapat

sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. %ebagai obat pemeliharaan digunakan

 bentuk tablet yang berefek pan!ang.

 b. <ntikolinergik 0 "pratropium brom,+#,+ mg5ml, tiotropium digunakan pada

dera!at ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator !uga mengurangi

sekresi lendir.

c. Kombinasi antikolinergik dan agonis F# 0 Kombinasi kedua golongan obat ini

akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena kedunya mempunyai tempatker!a yang berbeda. -isamping itu penggunaan obat kombinasi lebih

sederhana dan mudah digunakan.

d. $etilHantin 0 teofilin lepas lambat, bila kombinasi F# dan steroid belum

memuaskan. -alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan

 !angka pan!ang, terutama pada dera!at sedang dan berat.

Anti infla'asi

-igunakan bila ter!adi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau in!eksi

intravena, berfungsi menekan inflamasi yang ter!adi, dipilih golongan

metilprednisolon5prednison.

*#kolitik 

>lisehanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan

mempercepat perbaikan eksasebasi, terutama pada bronchitis kronik dengan

sputum yang kental (misalnya ambroHol, erdostein).

Antit#sif 

Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu.

Anti"iotik 

8anya diberikan bila terdapat eksasebasi. -iberikan !ika ge!ala sesak nafas

dan batuk disertai dengan peningkatan volum dan purulensi sputum. <ntibiotik yang

diberikan hendaknya berspektrum luas yang bisa membunuh 8.influen9a,

%.pneumoniae, dan $.catarrhalis sambil menunggu hasil kultur sensitive kuman.

11

Page 12: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 12/17

'abel 3. <ntibiotik yang umumnya digunakan pada PPOK eksaserbasi akut

Eksaser"asi rinan0se%an Eksaser"asi se%an0"erat

:ini pertama

• -oksisiklin 1mg H5hari

• Kotrimoksasol H1tab5hari

%efalosporin

# ;eftriakson 1# g "=5hari

# ;efotaksim 1g tiap #1 !am# ;efta9idime 1# g "= tiap #1 !am

<moksisklin#klavulanat

• 1+mg tab 3H sehari

Penicilin antipseudomonalPiperasillin#ta9obaktam 3,3+ g"=5*!am

'icarcilinclavulanat 3,1 g "=5*!am

$akrolide• Klarithromisin +mg H5hari

• <9itrommisin + mg pertama,

selan!utnya +mg5hari

/luoroIuinolones• :evofloksasin +mg "=5hari

• >atifloksasin mg "=5hari

/luoroIuinolone

• :evofloksasin +mg5hari

• >atifloksasin mg5hari

• $oksifloksasin mg5hari

<miglosida

• 'obramisin 1mg5kgbb5#1 !am

'erapi oksigen dan ventilasiPemberian terapi oksigen dibutuhkan untuk meningkatkan saturasi oksigen

mencapai 7 2. Pemberian oksigen melalui sungkup aliran tinggi (ventury

mas ) lebih menguntungkan daripada penggunaan kanul nasal, tetapi kanul nasal

lebih dapat ditoleransi. =entilasi mekanik dapat digunakan apabila pemberian

oksigen tidak adekuat. Pemberian ventilasi mekanik di usahakan dengan

noninvasive positive pressure ventilation (@"P==), bila tidak berhasil ventilasi

mekanik yang digunakan dengan invasive yaitu melalui intubasi. @ilai p8 yang

kurang dari ,3* dan Pa;O  lebih dari + mm8g mengindikasikan untuk 

memberkan ventilasi mekanik.

Ta"el $. Penatalaksanaan 'en#r#t %era-at PP!K 2

DEAJAT KAAKTEISTIK EK!*ENDASI PEN&!BATAN

12

Page 13: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 13/17

%emua

dera!at

• 8indari faktor pencetus

• =aksinasi influen9a

-era!at "

(PPOK 

&ingan)

=EP1 5 K=P A 2

=EP1  ≥  2

Prediksi

a. 4ronkodilator ker!a singkat

(%<4<, antikolinergik ker!a pendek)

 bila perlu

 b. Pemberian antikolinergik ker!a

lama sebagai terapi pemeliharaan

-era!at ""

(PPOK 

sedang)

=EP1 5 K=P A 2

+2 ≤  =EP1 ≤  2

Prediksi dengan atau

tanpa ge!ala

1. Pengobatan

reguler dengan

 bronkodilator0

a. <ntikoline

rgik ker!a lama

sebagai terapi

 pemeliharaan

 b. :<4<

c. %imptomat

ik 

. &ehabilitasi

Kortikosteroid

inhalasi bila

u!i steroid

 positif 

-era!at """

(PPOK 

4erat)

=EP1 5 K=P A 2G

32 ≤ =EP1 ≤  +2

 prediksi

-engan atau tanpa

ge!ala

1. Pengobatan

reguler dengan 1 atau

lebih bronkodilator0

a. <ntikoline

rgik ker!a lama

sebagai terapi

 pemeliharaan

 b. :<4<

c. %imptomat

ik 

. &ehabilitasi

Kortikosteroid

inhalasi bila

u!i steroid

 positif atau

eksaserbasi

 berulang

13

Page 14: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 14/17

-era!at "=

(PPOK 

sangat

 berat)

=EP1 5 K=P A 2G

=EP1 A 32 prediksi

atau gagal nafas atau

gagal !antung kanan

1. Pengobatan reguler dengan 1 atau

lebih bronkodilator0

a. <ntikolinergik ker!a lama

sebagai terapi pemeliharaan

 b. :<4<

c. Pengobatan komplikasi

d. Kortikosteroid inhalasi

 bila memberikan respons klinis

atau eksaserbasi berulang

. &ehabilitasi

3. 'erapi oksigen !angka pan!ang bila gagal nafas

 pertimbangkan terapi bedah

14

Page 15: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 15/17

Tatalaksana PP!K eksaser"asi1

Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah 0 bronkodilator seperti pada

PPOK stabil, dosis #* kali # hirup sehari. %teroid oral dapat diberikan selama 1#

1 hari. 4ila infeksi0 diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk %.pneumonie, & 

influen'ae, M catarrhalis).

'erapi eksaserbasi akut di rumah sakit0

• 'erapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask 

15

Page 16: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 16/17

• 4ronkodilator0 inhalasi agonis β (dosis J frek6ensi ditingkatkan) D

antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat0 D aminofilin (,+ mg5kg445!am)

• %teroid0 prednisolon 3# mg PO selama 1#1 hari.

%teroid intravena0 pada keadaan berat

<ntibiotika terhadap % pneumonie, & influen'a, M catarrhalis.

• =entilasi mekanik pada0 gagal akut atau kronik 

In%ikasi aat Ina( Pa%a PP!K 

• Peningkatan ge!ala yang nyata, seperti sesak nafas mendadak 6aktu

istirahat

• &i6ayat PPOK berat• $unculnya ge!ala fisik yang baru (sianosis, edema perifer)

• Eksaserbasi tidak responsive terhadap pengobatan

• Kormobiditas signifikan

• Csia lan!ut

• <ritmia baru

• Pera6atan rumah tidak memadai

In%ikasi aat IU 4

%esak berat setelah penanganan adekuat di ruang ga6at darurat atau ruang

ra6at.

Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otot#otot respirasi

%etelah pemberian oksigen tetapi ter!adi hipoksemia atau perburukan

PaO 7 + mm8g memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non

invasif)

2.5 Ko'(likasi

Komplikasi yang dapat ter!adi pada PPOK adalah 01,,

a. >agal napas

1. >agal napas kronik

8asil analisis gas darah PO A * mm8g, P;O 7 * mm8g, dan p8 normal,

 penatalaksanaan 0

• aga keseimbangan PO dan P;O.

16

Page 17: lapkas 222

7/26/2019 lapkas 222

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-222 17/17

• 4ronkodilator adekuat.

• 'erapi oksigen yang adekuat terutama 6aktu latihan atau 6aktu tidur.

• <ntioksidan

• :atihan pernapasan dengan pursed lips breathing

. >agal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh 0• %esak napas dengan atau tanpa sianosis

• %putum bertambah dan purulen

• -emam

• Kesadaran menurun

a. "nfeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk 

koloni kuman, hal ini memudahkan ter!adi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini

imunitas men!adi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.

 b. Kor pulmonal-itandai oleh P pulmonal pada EK>, hematokrit 7 +2, dapat disertai gagal

 !antung kanan.

17