Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

31
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI STUDI SURPLUS PRODUKSI DEMERSAL DI KABUPATEN DEMAK Oleh: Kelompok 18 Ana Triana K2A 008 008 Gawang Pandu H K2A 008 033 M. Gilang Nur F K2A 008 053 Ardana Yulisa K2A 008 085

description

Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Transcript of Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Page 1: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI

STUDI SURPLUS PRODUKSI DEMERSAL DI KABUPATEN

DEMAK

Oleh:Kelompok 18

Ana Triana K2A 008 008

Gawang Pandu H K2A 008 033

M. Gilang Nur F K2A 008 053

Ardana Yulisa K2A 008 085

JURUSAN PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG

2007

Page 2: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendugaan Stok Ikan Model Surplus Produksi

Stok ikan sesungguhnya merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai

dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu

tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa

melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka

sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya.

Kegiatan pendugaan stok ikan disebut sebagai fish stock assessment dan

metode yang digunakan disebut stock assessment methods. Leonart (2002),

menyatakan bahwa stock assessment merupakan suatu kegiatan pengaplikasian ilmu

statistika dan matematika pada sekelompok data untuk mengetahui status stok ikan

secara kuantitatif untuk kepentingan pendugaan stok ikan dan alternatif kebijakan ke

depan.

Metoda surplus production digunakan untuk menduga ikan dengan

memanfaatkan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di

tempat pendaratan ikan. Pendekatan Surplus Production relatif lebih murah

dibandingkan metode lainnya. Kunci keberhasilan penggunaan metode ini adalah

keakuratan sumber data yang digunakan. Ironisnya, adapun data hasil tangkapan dan

upaya penangkapan yang kita miliki sekarang kurang begitu akurat. Data sering

Page 3: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

dimanipulasi untuk berbagai kepentingan pejabat pemerintah, sehingga tidak jarang

data yang dilaporkan tidak sinkron dan akurat.

2.1.1. Pendugaan stok pada perikanan tereksploitas

Menurut Rahardjo (1985), surplus produksi merupakan teori yang mengukur

reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas baik mortalitas alami atau mortalitas

penangkapan. Surplus produksi bertujuan untuk mengetahui besar potensi di alam,

besar produksi yang boleh ditangkap agar sumberdaya lestari dan jumlah atau trip alat

tangkap yang boleh dioperasiakan.

Menurut Effendi (1997), penggunaan model dalam perikanan bertujuan untuk

menentukan perubahan jumlah pada sumber daya perairan yang disebabkan oleh

eksploitasi dan menentukan beberapa banyak spesies yang dapat diambil tanpa

mengakibatkan perubahan alam yang layak dan berkesinambungan. Maximum

Sustainable Yield mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Memaksimumkan kualitas hasil;

2. Tingkat maksimum tersebut dapat dicapai dan dilestarikan;

3. Hasil tangkapan secara fisik merupakan keberhasilan usaha perikanan.

Rekruitmen adalah penambahan anggota baru ke dalam suatu kelompok.

Dalam hal ini rekruitmen merupakan kelanjutan proses reproduksi yang bersifat

menambah biomassa. Untuk rekruitmen tidak terjadi, jika terjadi penyatuan

organisme dengan populasi induk. Untuk ikan yang mempunyai fekunditas tinggi,

rekruitmen terjadi sangat lama. Rekruitmen langsung terjadi jika ikan tersebut bersifat

parental care, artinya terdapat perlindungan induk terhadap anaknya (Effendi, 1997).

Page 4: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Secara sederhana Yield adalah porsi atau bagian yang diambil oleh manusia.

Mortalitas karena pengambilan ialah yang dimaksud dengan yield. Diantara beberapa

usaha yang dilakukan manusia perikanan ialah menentukan penangkapan yang

seimbanng tetapi maksimum atau maximum sustainable yield (MSY). Keseimbangan

stok akan terganggu apabila penangkapan melampaui batas seperti apabila

pengambilan stok yang dapat diambil secara tetap dimana sebenarnya secara

komersial tidak memadai lagi (Effendi, 1997).

2.2.1. Model schaefer

Menurut Suradi (2009), data yang diperlukan sebagai masukkan model

schaefer adalah upaya per tahun dan hasil tangkapan (dalam berat) per unit upaya per

tahun. Nilai ini di peroleh sesaat setelah kapal pertama melakukan penangkapan pada

stok untuk pertama kalinya.

Menurut Suradi (2009), model schaefer hanya diterapkan terhadap nilai f

(upaya per tahun) yang lebih rendah dari – a/b. Dengan pernyataan lain model

schaefer hanya diterapkan bagi perikanan yang upayanya belum mencapai optimum.

Menurut Birkin et al. (1996), data yang terkumpul dianalisis dengan metoda

sederhana/analisis deskriptif yang hasilnya dapat berupa tabel, gambar, histogram,

grafik dan lainnya. Selain itu juga digunakan model-model pendugaan yang telah

dikemukakan oleh para ahli perikanan seperti : Surplus Production Model (Metoda

Schaefer dan Fox).

Menurut Wijayanto (2008), model Gordon-Schaefer dikembangkan oleh

Schaefer yang menggunakan fungsi pertumbuhan logistik yang dikembangkan oleh

Page 5: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Gordon. Model fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan dengan prinsip

ekonomi, terutama konsep maksimalisasi profit. Dalam model Gordon-Schaefer

pendekatan statik dipergunakan tiga kondisi keseimbangan, yaitu: maximum

sustainable yield (MSY), maximum economic yield (MEY) dan open access

equilibrium (OAE).

2.2.2. Model fox

Menurut Suradi (2009), data yang diperlukan sebagai masukkan model fox

adalah upaya per tahun dan hasil tangkapan (dalam berat) per unit upaya per tahun.

Nilai ini di peroleh sesaat setelah kapal pertama melakukan penangkapan pada stok

untuk pertama kalinya.

Menurut Wijayanto (2008), pada model Fox, diperhitungkan adanya

decreasing rate upaya penangkapan. Hal itu berbeda pada model Gordon-Schaefer

karena asumsi decreasing rate upaya diabaikan atau menggunakan asumsi constant

rate upaya penangkapan. Tingkat decreasing rate penangkapan dapat dilihat pada

besarnya betha. Apabila betha sama dengan 1, maka tidak terjadi decreasing rate

upaya penangkapan seperti pada model Gordon-Schaefer. Sedangkan pada model

Fox, betha tidak sama dengan 1.

Page 6: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

2.3. Sumberdaya Ikan Demersal di Kabupaten Demak

Perairan Demak mempunyai kondisi biofisik yang relatif sama di utara Jawa

Tengah, yaitu didukung oleh ekosistem pantai dan estuarin. 3. Keaanekaragaman

hayati yang ditunjukan oleh indeks kekayaan dan indek keanekaragaman jenis ikan

demersal dan udang di perairan Demak masing-masing terdapat 22 jenis ikan yang

cukup melimpah dan 13 jenis yang paling melimpah. 6. Ikan petek (famili

Leiognathidae) yang terdiri dari 7 jenis mendominasi hasil tangkapan jaring arad di

kedua perairan tersebut. Biodiversitas spesies cucut di Demak cukup tinggi. Struktur

populasi, terutama komposisi ukuran dari masing-masing spesies menunjukkan

variasi yang tinggi dengan kisaran panjang yang relatif cukup lebar

(http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?

com=riset&task=view&id=448&PHPSESSID=ec578bb48d8ff30089bc797592dc335

6)

2.4. Alat Tangkap Ikan Demersal di Kabupaten Demak

Alat tangkap yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap pari dan cucut

antara lain : jaring insang tetap, trammel net, dan dogol. Ketiga alat tangkap demersal

ini lebih sering digunakan oleh nelayan di Demak. Karena penggunaannya yang

mudah dan hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap ini juga lumayan

banyak (http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?com).

Page 7: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum Dinamika Populasi mengenai Studi Surplus

Produksi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Produksi Ikan Demersal di Kabupaten Demak.

Tahun

 

Jenis Ikan Jumlah

Produksi

(Ton)Manyung Boloso

Kakap

Merah

Kaka

p Gulamah Pari

Bawal

Hitam

Bawal

Putih

Kerapu

Karang Layur

Kakap

Putih Peperek

1999 4,1 140,2 0 3,2 84,7 13,9 0,9 1,2 0 0 0 213,3 461,5

2000 4,1 119,7 0 1,2 69,4 11,9 7,8 0 0 0 0 176,1 390,2

2001 1,2 104,3 0 1,3 58 11 0 10,8 0 69,6 0 128,7 384,9

2002 0,8 41,5 0 2,9 22,9 4 11,9 0 0 87,2 0 68,1 239,3

2003 0 8,1 0 3,5 11 1,9 6,6 0 0 0 0 12,9 44

2004 0 0 0 0 11,9 8,5 21,1 0 1 70,4 2,8 19,8 135,5

2005 0 0 0,7 0 64,8 11,2 11 0 0 67,9 7,8 70,2 233,6

2006 0 0 7 0 32,9 11,7 27,1 0 0 42,5 2,4 36 159,6

2007 0 0 0,2 0 109 2,8 25,5 0 0 99,9 16,1 99,6 353,1

2008 0 0 1,4 0 93,2 0 4,3 4,1 0 0 3,4 164,7 271,1

Tabel 2. Jumlah Trip per Alat Tangkap Ikan demersal di Kabupaten DemakTahun Alat Tangkap (Trip)

Jumlah Produksi (Ton)  Dogol Jaring Insang Tetap Trammel net

1999 33.381 1030 929 35.340

2000 11193 920 0 12.113

2001 8821 500 0 9.321

2002 4517 470 0 4.987

2003 2.437 86 0 2.523

2004 5236 0 0 5.236

2005 5487 0 0 5.487

2006 5.254 0 0 5.254

Page 8: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Tahun

 

Alat Tangkap (Trip)Jumlah Produksi (Ton)

Dogol Jaring Insang Tetap Trammel net

2007 5.212 0 0 5.212

2008 5.212 0 0 5.212

Tabel 3. Jumlah Produksi per Alat Tangkap Ikan demersal di Kabupaten Demak

Tahun

Alat Tangkap (Ton)Jumlah Produksi (Ton)

Dogol Jaring insang tetap Trammel net

1999 1416,1 6,5 16,8 1439,4

2000 1333,4 0 9,2 1342,6

2001 1037,1 0 5 1042,1

2002 603,4 0 1,7 605,1

2003 541,7 0 1,3 543

2004 354,2 0 0 354,2

2005 484,1 0 0 484,1

2006 345,3 0 0 345,3

2007 126,2 0 0 126,2

2008 433,1 0 0 433,1

Page 9: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Tabel 4. CPUE per Alat Tangkap Ikan Demersal di Kabupaten Demak

Tahun Alat

Tangkap

Produksi Trip CPUE FPITrip

Standart

1999 Dogol 1416,1 33381 0,042 1 33381

Jaring insang tetap 16,8 1030 0,016 0,384 396,018

Trammel net 6,5 929 0,007 0,165 153,221

33930,239

2000 Dogol 1333,4 11193 0,119 1 11193

Jaring insang tetap 9,2 920 0,010 0,084 77,228

Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0

11270,228

2001 Dogol 1037,4 8821 0,118 1 8821

Jaring insang tetap 5,0 500 0,010 0,085 42,515

Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0

8863,515

2002 Dogol 603,4 4517 0,134 1 4517

Jaring insang tetap 1,7 470 0,004 0,027 12,726

Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0

4529,726

2003 Dogol 541,7 2437 0,222 1 2437

Jaring insang

tetap 1,3 86 0,015 0,068 5,848

Trammel net 0 0 0,000 0,000 0

2442,848

Page 10: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Tahun

Alat

Tangkap Produksi Trip CPUE FPI

Trip

Standart

2004 Dogol 345,2 5236 0,066 1 5236

Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0

Trammel net 0 0 0,000 0 0

5236

2005 Dogol 484,1 5487 0,088 1 5487

Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0

Jrammel net 0 0 0,000 0 0

5487

2006 Dogol 345,3 5254 0,066 1 5254

Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0

Trammel net 0 0 0,000 0 0

5254

2007 Dogol 126,2 5212 0,024 1 5212

Jaring insang

tetap 0 0 0,000 0 0

Trammel net 0 0 0,000 0 0

5212

2008 Dogol 433,1 5212 0,083 1 5212

Jaring insang

tetap 0 0 0,000 0 0

Trammel net 0 0 0,000 0 0

Page 11: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Tabel 5. Perkembangan Produksi,Trip Standard,CPUE Standard, Ln CPUE Standard dan Trip Standard di Kabupaten Demak

Tahun Produksi Trip Standard CPUE Standard Ln CPUE Standard

1999 461,5 33533 0,014 -4,268

2000 390,2 11270 0,035 -3,352

2001 384,9 8864 0,043 -3,146

2002 239,3 4530 0,053 -2,882

2003 44,6 2479 0,018 -4,017

2004 135,5 5236 0,026 3,649

2005 233,6 5487 0,043 -3,17

2006 159,6 5254 0,030 -3,506

2007 353,1 5212 0,068 -2,688

2008 271,1 5212 0,052 -2,956

Page 12: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Grafik 1. Grafik Perkembangan Produksi

Grafik 2. Grafik Perkembangan Usaha Penangkapan

Page 13: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Grafik 3. Grafik Perkembangan CPUE per Tahun

Grafik 4. Grafik Hubungan CPUE dan Trip

Hubungan CPUE dan Trip

y = -9E-07x + 0,0457

0,000

0,010

0,020

0,030

0,040

0,050

0,060

0,070

0,080

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Trip Standard

CP

UE

Sta

nd

ard

Page 14: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Grafik 5. Grafik Hubungan ln CPUE dan Trip

y = -0,6438Ln(x) + 3,0274

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Trip Standard

ln C

PU

E

Grafik 6. Grafik MSY

Series1; 0; 0

Series1; 26123,26157; 2,18894E-07

Series1; 52246,52314; 0

0

0,00000005

0,0000001

0,00000015

0,0000002

0,00000025

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

Trip Standard

Pro

du

ksi

Page 15: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

4.1.1. Gambaran umum kabupaten Demak

Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian

Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang

merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat

potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada

pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak

terletak pada koordinat 60 43' 26" - 70 09' 43" Lintang Selatan dan 110 ° 27' S8" -

1100 48' 47" Bujur Timur (http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-

umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05).

Luas Wilayah Kabupaten Demak adalah 88.743 ha, sedang luas laut 252,34

ha. Topografi, Luas kemiringan lahan : metiputi datar : 0 – 2%, seluas : 88.765 ha,

bergelombang (2 – 15%) 834 ha, curam (15 – 40%) seluas : 408 ha, serta sangat

curam (>40%) seluas :136 ha. Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari

permukaan laut (elevasi), wilayah Demak terletak dari 0 m sampai dengan 100 m dari

permukaan laut. Sedang dilihat dari tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak

terdiri atas tekstur tanah halus (liat) seluas 49.066 ha dan tekstur tanah sedang

(lempung) seluas 40.677 ha (http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-

umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05).

Menurut http://www.demakkab.go.id, Kabupaten Demak dengan bentang

Barat ke Timur sepanjang 49 km dan bentang Utara ke Selatan sepanjang 41 km,

mempunyai  batas-batas wilayah sebagai berikut :

Page 16: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

 a.    Sebelah Utara                     : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa.

b.    Sebelah Timur                    : Kab. Kudus dan Kab. Grobogan

c.    Sebelah Selatan                   : Kab. Grobogan dan Kab. Semarang.

d.    Sebelah Barat                      : Kota Semarang.

Kabupaten Demak mempunyai potensi Perikanan yang sangat melimpah baik

perikanan laut maupun perikanan darat, dengan garis pantai sepanjang 34,71 Km

menyebar di 4 kecamatan (Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung). Potensi

lahan pertambakan seluas 10.000 Ha yang menghasilkan bandeng dan udang, kiranya

masih dapat dikembangkan untuk budidaya kepiting, kerapu dan sebagainya

(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?

kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).

Hasil produksi perikanan laut di Demak pada tahun 2004 adalah 2.075.648 Kg

dengan nilai Rp. 5.044.421.000. Aktivitas perikanan ini didukung oleh 3.594 perahu

dengan berbagai jenis dan ukuran, 3.527 nelayan juragan, 6.848 nelayan pandega,

4.022 petani tambak dan 3.113 petani kolam. Sedangkan untuk prasarana lainnya,

tersedia pusat pendaratan ikan diantaranya yaitu PPI Moro Demak di Kecamatan

Bonang serta TPI Buko dan yang terakhir TPI Bungo di Kecamatan Wedung

(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?

kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).

Hasil perikanan yang menjadi aset tersendiri bagi wilayah ini yang terus

dikembangkan produksi serta jenis produknya. Berbagai sosialisasi tentang

peningkatan mutu hasil perikanan ini terus ditingkatkan untuk memberikan hasil yang

Page 17: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

maksimal. Hasil produk perikanan tersebut antara lain yakni dengan terasi udang

serta ikan asin kering yang sudah dipasarkan hingga keluar daerah

(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?

kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).

4.1.2. Perkembangan sumber daya perikanan di Kabupaten Demak

Program pembangunan perikanan dan kelautan diarahkan untuk

mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang ada baik sumber daya

perikanan tangkap maupun budi daya serta mengoptimalkan unit-unit usaha

pengolahan ikan agar dapat menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah dan

meningkatkan daya saing baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Untuk

mewujudkan harapan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kawasan, yaitu kawasan pengembangan agropolitan yang telah ditetapkan serta luar

kawasan pengembangan agropolitan.

Prioritas programnya meliputi optimalisasi pemanfaatan lahan budi daya

perikanan, peningkatan produksi, peningkatan kualitas hasil pertanian, peningkatan

jaringan pemasaran hasil, serta peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan

nelayan. Pengembangan sumber daya perikanan di kota Demak di pusatkan pada

kegiatan pengembangan kepiting bakau/soka, antara lain dengan pelatihan

pengelolaan reservaat, dan sarana-prasarana pengembangan kepiting. Kegiatan lain

yang tidak kalah penting adalah penangkapan. Yaitu optimalisasi alat tangkap ramah

lingkungan sehingga populasi ikan di daerah Demak tetap terjaga dan tidak

mengakibatkan adanya overfishing. Kegiatan peningkatan mutu produk hasil

Page 18: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

perikanan, antara lain dengan perbaikan jalur pemasaran dengan sistem rantai dingin,

peningkatan sarana-prasarana Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil

Perikanan (LPPMHP), perbaikan mutu olahan hasil perikanan dengan tidak

menambah bahan berbahaya, peningkatan mutu ikan hasil tangkapan nelayan, serta

pelatihan SDM pengolah ikan.

Kegiatan pelestarian lingkungan dalam upaya pengendalian eksplorasi dan

eksploitasi sumber daya kelautan, antara lain melalui penanganan abrasi dan

pemanfaatan akresi, seperti pembuatan dan pemasangan groin, dan rehabilitasi habitat

vital (http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/31/nas13.htm. Diunduh 5 Mei

2010.13.15).

4.2. Pembahasan

Grafik 1.

Dari hasil grafik 1, grafik Perkembangan Produksi di Kabupaten Demak dapat

diketahui perkembangan produksi per tahun ikan demersal pada tahun 1999 sampai

2003 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2004 sampai 2008 memgalami

fluktuasi. Pada tahun 2003 jumlah produksinya yang di peroleh merupakan nilai yang

terendah yaitu sebesar 44 ton. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi

penurunan jumlah produksi. Pada tahun 1999 terlihat bahwa nilai produsi tinggi. Hal

ini berarti produksi yang dihasilkan dapat maksimal.

Page 19: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

Grafik 2.

Dari hasil grafik 1, grafik Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Demak dapat

diketahui perkembangan produksi per tahun ikan demersal pada tahun 1999 sampai

2003 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2004 sampai 2008 tidak

memgalami fluktuasi atau perkembangan alat tangkapnya stagnan. Pada tahun 2003

jumlah produksinya yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar

2253 trip.

Grafik 3

Dilihat dari grafik perkembangan CPUE pertahun di Kabupaten Demak dapat

diketahui perkembangan CPUE per tahun ikan demersal pada tahun 1999 nilai CPUE

yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar 0,014. Hal ini

menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi overfishing. Pada tahun 2007 terlihat

bahwa nilai CPUE yang diperoleh merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0,068, hal

ini menunjukan bahwa telah terjadi pengurangan trip penangkapan ikan di Kabupaten

Demak pada tahun 2007 sehingga nilai CPUE nya dapat naik. Bila trip penangkapan

di kurangi maka hasil tangkapan dapat maksimal.

Grafik 4

Dilihat dari grafik perkembangan CPUE pertahun di Kabupaten Demak dapat

diketahui perkembangan CPUE per tahun ikan demersal pada tahun 1999 nilai CPUE

yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar 0.014. Hal ini

menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi overfishing. Pada tahun 2007 terlihat

bahwa nilai CPUE yang diperoleh merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0.068, hal

Page 20: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

ini menunjukan bahwa telah terjadi pengurangan trip penangkapan ikan di Kabupaten

Demak pada tahun 2007 sehingga nilai CPUE nya dapat naik. Bila trip penangkapan

di kurangi maka hasil tangkapan dapat maksimal. Berdasarkan gambar terlihat bahwa

persebaran data cenderung mengikuti pola eksponensial.

Grafik 5

Dari hasil grafik hubungan antara ln CPUE dengan Trip Standard dapat di

ketahui bahwa antara CPUE (Catch Per Unit Effort) dengan trip standard

menunjukkan nilai negatif, tetapi pada saat trip standard berjumlah 5000 dan ln

CPUE 3,649 bernilai positif pada tahun 2004. Sebagian nilai hubungan antara ln

CPUE dengan trip standard bernilai negatif yang artinya antara trip standard yang

digunakan dalam penangkapan ikan demersal di kabupaten Demak dapat

mengakibatkan overfishing di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan adanya ketidak

seimbangan antara trip standard dengan hasil tangkapan.

Grafik 6

Dari hasil grafik Msy, diperoleh hasil bahwa status perikanan ikan demersal di

kabupaten Demak tahun 1999 sampai 2008 adalah under fishing. Dimana

menjelaskan bahwa antara trip penangkapan dan hasil tangkapannya tidak seimbang.

Sehingga perlu dilakukan pengelolaan terhadap kondisi perikanan di Kabupaten

Demak,

Page 21: Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta

Gulland, J.A. 1976. Manual of Methods For Fish Stock Assesment . Part I; Fish population Analysis. Fourt Edition.FR-/S/S.MU FAO, Rome.

Leonart, J, 2002, Overview of Stock Assessment Methods and Their Sustainability to Mediterranean Fisheries. 5th Session of SAC-GFCM, Rome 1-4 July 2002

Saputra, Suradi Wijaya. 2009. Buku Ajar Berbasis Riset Dinamika Populasi Ikan. Undip: Semarang.

Sparre, P.E. Ursin and S.V. Venema. 1989. Introduction To Tropical Fish Stock Assessment. Part I Manual FAO. Fisheries Tech. Rome

http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?com=riset&task=view&id=448&PHPSESSID=ec578bb48d8ff30089bc797592dc3356)

(http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05.

http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/31/nas13.htm. Diunduh 5 Mei 2010.13.15.