Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

7
Anakfilaktoid Reaksi anafilaktoid bisa juga dikatakan sebagai reaksi pseudoalergi. Reaksi anafilaktoid ini adala reaksi sistemik umum yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tanpa melalui IgE. Mekanisme dari reaksi anafilaktoid ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Sel Mast yang Dirangsang dan Melepaskan Mediator Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektif nonimun. Adapun macam-macam pemicu reaksi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tebel Macam-macam Pemicu Reaksi Pseudoalergi Secara klinis, reaksi ini menyerupai reaksi hipersensitivitas tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. Menifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit untuk dibedakan antara yang satu dengan yang

Transcript of Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

Page 1: Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

Anakfilaktoid

Reaksi anafilaktoid bisa juga dikatakan sebagai reaksi pseudoalergi. Reaksi

anafilaktoid ini adala reaksi sistemik umum yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel

mast yang terjadi tanpa melalui IgE. Mekanisme dari reaksi anafilaktoid ini bisa dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar Sel Mast yang Dirangsang dan Melepaskan Mediator

Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektif nonimun. Adapun

macam-macam pemicu reaksi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tebel Macam-macam Pemicu Reaksi Pseudoalergi

Secara klinis, reaksi ini menyerupai reaksi hipersensitivitas tipe I seperti syok,

urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun.

Menifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit untuk dibedakan antara yang satu dengan

yang lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi.

Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dengan yodium, A INS,

etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.

Berbagai mekanisme yang dapat berperan dalam reaksi pseudoalergi terlihat pada

tabel dibawah ini.

Page 2: Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

Tabel Mekanisme yang Diduga Berperan dalam reaksi Pseudoalergi dan Penyebabnya

Adapun kriteria serta mekanisme untuk membedakan reaksi anafilaksis dari reaksi

anafilaktoid terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perbedaan antara Alergi dan Pseudoalergi

Dermatitis kontak

Dermatitis kontak merupakan salah satu manifestasi klinis dari hipersensitivitas tipe

IV. Dermatitis kontak ini adalah penyakit CD4+ yanga dapat terjadi akibat kontak dengan

bahan tidak berbahaya dan merupakan contoh dari reaksi Delayed Type Hypersensitivity.

Kontak dengan bahan seperti formaldehid, nikel, terpentin, dan berbagai bahan aktif dalam cat

rambut yang menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1 seperti terlihat pada

gambar dibawah ini. (Karnen, 2010)

Page 3: Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

Gambar 1.1 Mekanisme Dermatitis kontak

Penatalaksanaan

Kulit penderita dermatitis atopik cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh

karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat

dan memicu siklus ‘gatal-garuk’, misalnya sabun dan detergen, kontak dengan bahan kimia,

pakaian kasar, pajanan terhadap panas atau dingin yang ekstrim. Bila memakai sabun

hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan mempunyai pH netral. Pakaian

baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau

bahan kimia tambahan. Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik, sebab

sisa detergen dapat bersifat iritan. Kalau selesai berenang harus segera mandi untuk membilas

klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikis juga dapat menyebabkan

eksaserbasi dermatitis atopik.

Acapkali serangan dermatitis pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar, misalnya

terlalu sering dimandikan, menggosok terlalu kuat, pakaian terlalu tebal, ketat atau kotor,

kebersihan kurang terutama di daerah popok, infeksi lokal, iritasi oleh kencing atau feses,

bahkan juga medicated baby oil. Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah bokong

dan genitalis, popok segera diganti bila basah atau kotor. Upaya pertama adalah melindungi

daerah yang terkena terhadap garukan agar tidak memperparah penyakitnya. Usahakan tidak

memakai pakaian yang bersifat iritan (misalnya wol atau sintetik), bahan katun lebih baik.

Kulit anak/bayi dijaga tetap tertutup pakaian untuk menghindari pajanan iritan atau trauma

garukan. Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab, hindari pembersih

antibakterial karena menginduksi resistensi.

Page 4: Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

Pengobatan Topikal

1. Hidrasi Kulit

Pada kulit penderita dermatitis atopik yang kering dan fungsi sawarnya berkurang,

perlu diberikan pelembab, misalnya krim hidrofilik urea 10% dapat pula ditambahkan

hidrokortison ke dalamnya sebanyak 1%.

2. Kortikosteroid Topikal

Pengobatan ini adalah yang paling sering dilakukan sebagai anti inflamasi lesi kulit.

Namun demikian, harus waspada karena dapat terjadi efek samping yang tidak

diinginkan.

Immunodulator Topikal

1. Takrolimus

Takrolimus (FK-506), suatu penghambat calcineurin, yang menghambat aktivasi sel

yang terlibat dalam dermatitis atopik. Tidak ada efek samping kecuali rasa seperti

terbakar setempat dan tidak menyebabkan atrofi kulit.

2. Pimekrolimus

Dikenal juga dengan ASM 81 suatu senyawa askomisin yaitu immunodulator

golongan makrolatam yang mempunyai cara kerja mirip dengan takrolimus walaupun

secara struktur kimia, keduanya berbeda.

3. Preparat ter

Preparat ter mempunyai efek antipruiritus dan anti inflamasi pada kulit, dipakai pada

lesi kronis, jangan pada lesi akut.

4. Antihistamin

Pengobatan dermatitis atopik dengan antihistamin tidak dianjurkan karena berpotensi

kuat menimbulkan sensitasi pada kulit.

Pengobatan Sistemik

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut,

dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang seling, atau diturunkan

bertahap, kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topikal.

2. Antihistamin

Antihistamin digunakan untuk mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama di malam

hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu, antihistamin yang diberikan adalah

yang mempunyai efek sedatif, seperti hidroksisin atau difenhidramin.

Page 5: Lap PBL 2. Anafilaktoid, DK, Tata Laksana

3. Anti-infeksi

Pada dermatitis atopik ditemukan peningkatan koloni S. Aureus.Untuk yang belum

resisten dapat diberikan eritromisin, asitromisin atau, klaritromisin, sedang untuk yang

sudah resisten diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosforin.

4. Interferon

Interferon gamma diketahui mampu menekan respon IgE dan menurunkan proliferasi

serta fungsi dari sel Th2. Pengobatan dengan interferon gamma rekombinan

menghasilkan perbaikan klinis, karena dapat menurunkan jumlah eosinofil total dalam

sirkulasi.

5. Siklosporin

Siklosporin dalam jangka pendek dapat menjadi jalan pengobatan lain apabila sulit

diatasi dengan pengobatan konvensional. Siklospirin adalah obat imuno supresif kuat

yang terutama dapat bekerja pada sel T dan terikat dengan cyclophilin menjadi satu

kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga transkripsi neurin ditekan.