LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf ·...

50

Transcript of LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf ·...

Page 1: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula
Page 2: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

Keterangan Cover

Sumber Foto : Agus Budiyanto

Desain Cover : Sit i Balkis

Page 3: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

PULAU MAPUR KABUPATEN BINTAN

TAHUN 2007

DISUSUN OLEH:

TIM CRITC COREMAP II-LIPI

Page 4: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

TIM STUDI MONITORING EKOLOGI KABUPATEN BINTAN

KOORDINATOR TIM PENELITIAN :

ANNA MANUPUTTY

PELAKSANA PENELITIAN :

SUYARSO

MUHAMMAD ABRAR

RIKOH M. SIRINGORINGO

YAHMANTORO

SITI BALKIS

DJUWARIAH

RIO HARYANTO

Page 5: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i

RINGKASAN EKSEKUTIF . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

BAB I . PENDAHULUAN .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .5

BAB I I . METODE PENELITIAN .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8

BAB II I . HASIL DAN PEMBAHASAN .. . . . . . . . . . . . . .14

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... . . . . . . . . . . . .33

DAFTAR PUSTAKA .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .36

LAMPIRAN.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .37

Page 6: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Al lah Yang Maha Esa, yang

telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penel i t ian i lmiah.

Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank). Adapun lokasi- lokasi tersebut adalah : Mentawai, Nias, Nias Selatan, Tapanul i Tengah, Batam, Natuna, Lingga dan Bintan.

Pada tahun 2004 telah di lakukan studi basel ine di delapan lokasi tersebut. Untuk mengetahui kondisi karang terkini maka pada tahun 2007 ini di lakukan monitoring. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah membaik atau t idak. Hasi l monitoring dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi program COREMAP.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan ter ima kasih kepada semua pihak yang ter l ibat dalam kegiatan penel i t ian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kri t ik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini . Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi ki ta semua.

Jakarta, Desember 2007

Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI

Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc.

Page 7: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

Pulau Mapur adalah salah satu pulau yang termasuk wi layah Kabupaten Bintan, yang secara administrat i f masuk ke dalam Provinsi Kepulauan Riau.

Dalam program COREMAP, yang sudah berjalan sampai ke Fase II saat ini, telah di lakukan kegiatan studi basel ine di perairan Pulau Mapur ini pada tahun 2004. Hasi l pengamatan telah disaj ikan dalam laporan Basel ine Ekologi Bintan tahun 2006. Kegiatan basel ine tersebut di fokuskan pada studi ekologi karang, ikan karang dan biota megabentos di daerah pesisir utara, selatan, t imur dan barat, serta satu lokasi lagi di luar Pulau Mapur yaitu sebelah selatan Pulau Erapas.

Kegiatan kal i ini ialah pemantauan kesehatan terumbu karang di lokasi basel ine, yaitu tepatnya pemantauan di lakukan di lokasi transek permanen yang dibuat pada waktu studi basel ine. Tujuan pengamatan ialah untuk melihat apakah ter jadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah i tu perubahan yang posit i f ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang maupun kel impahan ikan karang.

B. HASIL

Berdasarkan hasi l penel i t ian yang di lakukan di Pulau Mapur, Kepulauan Riau dan sekitarnya yang meliputi juga beberapa pulau-pulau keci l adalah seba-gai berikut:

Page 8: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

2

• Dari hasi l LIT dan pengamatan bebas berhasi l di jumpai 72 jenis karang batu yang termasuk dalam 12 suku.

• Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di 6 stasiun transek permanen menunjuk-kan bahwa salah satu stasiun yang di moni-tor, terumbu karangnya masuk dalam kategori “sangat baik” . Hanya ada 4 s tas iun d i k a t e g o r i k a n “ ba i k ” , d an 1 s t a s i u n dikategorikan “sedang”.

• Pada stasiun transek permanen pertumbuhan karang didominasi oleh Pori tes lutea dan Pori tes lobata .

• Dari hasi l “Reef check” tersebut, selama pen-gamatan t idak diperoleh satu pun Acan-thaster planci , yang merupakan hewan pe-makan pol ip karang. Selain i tu juga tak di jum-pai Drupel la sp., Penci l sea urchin, Trochus ni lot icus serta Holothurian dan kima yang be-rukuran < 20 cm. Sedangkan Bulu babi (Diadema setosum) di jumpai dalam jumlah yang berl impah yaitu 12357 individu/ha di ikuti smal l g iant c lam dan Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) masing-masing sebe-sar 7000 individu/ha dan 6358 individu/ha.

• “Underwater Fish Visual Census” (UVC) yang di lakukan di 6 Stasiun transek permanen di Pulau Mapur di jumpai sebanyak 103 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24 suku, dengan ni lai kel impahan ikan karang sebesar 41548 individu per hektarnya. Jenis Chromis atr ipes merupakan jenis ikan karang yang me-mil ik i kel impahan yang tert inggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebe-sar 5714 individu/ha-nya.

Page 9: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

3

• Kelimpahan jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek perma-nen di perairan Pulau Mapur hanya diwaki l i oleh jenis Lutjanus vi t tae dari suku Lutjanidae dengan jumlah individu sebanyak 5386 indivi-du/ha.

• Jumlah individu untuk set iap jenis ikan karang yang di jumpai di masing-masing stasiun transek permanen di Pulau Mapur dengan menggunakan metode UVC menunjukkan bah-wa kel impahan kelompok ikan major, ikan tar-get, dan ikan indikator berturut-turut adalah 31019 individu/ha, 9843 individu/ha dan 686 individu/ha, sehingga perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator ada-lah 30:10:1. Ini berart i bahwa untuk set iap 41 individu ikan yang di jumpai di perairan Pulau Mapur, kemungkinan komposisinya terdir i dari 30 individu ikan major, 10 individu ikan target dan 1 individu ikan indikator.

C. SARAN

Dari pengalaman dan hasi l yang diperoleh selama melakukan penel i t ian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

Hasi l yang diperoleh dalam penel i t ian ini mungkin t idak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi perairan Pulau Mapur, secara keseluruhan mengingat penel i t ian kal i ini di fokuskan hanya pada beberapa kawasan yang berada di Kepulauan Riau

Walaupun secara umum kual i tas perairan di lokasi penel i t ian yang berada di daerah terumbu karang ini dapat dikatakan relat i f masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya, tapi keadaan sepert i ini perlu dipertahankan bahkan j ika mungkin, lebih di t ingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan

Page 10: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

4

terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran l ingkungan dan kerusakan l ingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang ada tetap terjaga dan lestari .

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di wi layah Kepulauan Riau, past i akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini , baik secara langsung maupun t idak langsung. Untuk i tu, penel i t ian kembali di daerah ini sangatlah penting di lakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi sehingga hasi lnya bisa di jadikan bahan pert imbangan bagi para ”stakeholder” dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestar i . Selain i tu, data hasi l pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi keberhasi lan COREMAP.

Page 11: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

5

BAB I. PENDAHULUAN

Pulau Mapur adalah salah satu pulau yang termasuk wi layah Kabupaten Bintan, yang secara administrat i f masuk ke dalam Provinsi Kepulauan Riau.

Dalam program COREMAP, yang sudah berjalan sampai ke Fase I I saat ini , telah di lakukan kegiatan studi basel ine di perairan Pulau Mapur ini pada tahun 2004. Hasi l pengamatan telah disaj ikan dalam laporan Basel ine Ekologi Bintan tahun 2006. Kegiatan basel ine tersebut di fokuskan pada studi ekologi karang, ikan karang dan biota megabentos di daerah pesisir utara, selatan, t imur dan barat, serta satu lokasi lagi di luar Pulau Mapur yaitu sebelah selatan Pulau Erapas.

Kegiatan kal i ini ialah pemantauan kesehatan terumbu karang di lokasi basel ine, yaitu tepatnya pemantauan di lakukan di lokasi transek permanen yang dibuat pada waktu studi basel ine. Tujuan pengamatan ialah untuk melihat apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah i tu perubahan yang posit i f ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang maupun kel impahan ikan karang.

A. LATAR BELAKANG

Pengamatan ekologi terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP merupakan salah satu kegiatan yang merupakan tugas utama CRITC COREMAP-LIPI. Kegia-tan ini telah di lakukan sejak program Fase I. Setelah di lakukan evaluasi oleh pihak penyandang dana yaitu “Asian Development Bank” (ADB), maka disepakati adanya lokasi- lokasi tambahan, seir ing dengan peme-karan wi layah oleh pemerintah daerah setempat. Untuk

Page 12: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

6

lokasi Pulau Mapur yang relat i f merupakan lokasi baru, kegiatan studi basel ine baru di lakukan pada Fase I I . Pada COREMAP Fase I ini , kegiatan baseline di Pulau Mapur telah di lakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini di lakukan oleh t im dari CRITC COREMAP-LIPI dengan menggunakan KR. Baruna Jaya VII. Hasi l pengamatan di laporkan dalam Laporan Studi Basel ine Mapur yang diterbi tkan 2006. Karena dianggap masih kurang, dan juga harus disesuaikan dengan lokasi- lokasi tambahan dari t im Sosial Ekonomi CRITC COREMAP-LIPI. Keputusan ini diambil juga dengan mempertim-bangkan kemungkinan ter jadinya perubahan-perubahan d i pesisir Pulau Mapur, baik secara alam maupun oleh manusia. Dengan demikian perlu di lakukan pencatatan data yang baru sehingga dapat digunakan sebagai data dasar untuk kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan pemantauan (monitor ing) pada kurun waktu tertentu, t iap tahun atau dua tahun.

B. TUJUAN PENELITIAN

Melihat kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen, apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah i tu perubahan yang posit i f ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang, kel impahan biota megabentos, maupun kel impahan ikan karang di Pulau Mapur.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Pengamatan ekologi terumbu karang untuk pengambilan data dasar di lokasi tambahan di perairan Pulau Batam telah di lakukan pada tahun 2004. Untuk monitoring kesehatan terumbu karang kal i ini , juga

Page 13: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

7

melibatkan disipl in i lmu yang sama dengan pada waktu kegiatan baseline, yai tu ekologi karang dan ikan karang, dan dibantu oleh bidang SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk penyedian peta dasar dan peta tematik. Data hasi l pengamatan disaj ikan dalam tabel, grafik maupun peta tematik.

Page 14: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

8

BAB II. METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penel i t ian di daerah pesisir Pulau Mapur sebelah utara, selatan, t imur, barat dan satu lokasi di luar Pulau Mapur yaitu sebelah selatan Pulau Erapas (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan.

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

P. Mapur

P. Erapas

0°54' 0°54'

0°57' 0°57'

1°00' 1°00'

1°3' 1°3'

104°48'

104°48'

104°51'

104°51'

104°54'

104°54'

104°57'

104°57'

105°00'

105°00'

P. BINTAN

Legenda :

LOKASI PENELITIAN PULAU MAPUR

U

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

#Y Stasiun

Page 15: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

9

B. WAKTU PENELITIAN

Penel i t ian monitor ing kesehatan terumbu karang di Pulau Mapur, di laksanakan pada bulan Maret 2007 selama 12 hari kerja.

C. PELAKSANA PENELITIAN

Pelaksana penel i t ian terdir i dari Penel i t i dan Pembantu penel i t i dari bidang studi : ekologi karang, megabentos, ikan karang, SIG, dan stat ist ika. Kegiatan penel i t ian lapangan ini mel ibatkan staf CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) Jakarta, dibantu oleh Staf Pusl i t Oseanograf i dan beberapa personi l dari daerah.

D. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA

Penel i t ian monitor ing kesehatan terumbu karang ini mel ibatkan beberapa kelompok penel i t ian yaitu : SIG, karang, ikan karang dan megabentos. Persiapan peta dan metode penarikan sampel dan anal isa data yang d igunakan o leh masing-masing ke lompok penel i t ian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Geografis

Dalam penel i t ian ini , sebelum di lakukan penarikan sampel, pertama-tama disiapkan peta lokasi studi basel ine yang menampilkan posisi t ransek permanen. Juga tabel posisi t ransek permanen untuk pencocokan posisi di lapangan nanti .

Page 16: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

10

2. Karang

Pengamatan di lakukan di t i t ik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-5 m, data dicatat dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti Engl ish et al . , (1997) , dengan beberapa modi f ikas i . Teknik pelaksanaan sama dengan pada waktu kegiatan basel ine. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kal i . Untuk memudahkan pekerjaan di bawah air, seorang penyelam meletakkan pi ta berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kir i penyelam. Kemudian LIT di tentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketel i t ian hingga cent imeter.

Dari data hasi l LIT tersebut, kemudian dihi tung ni lai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek.

Selain i tu, beberapa anal isa lanjutan di lakukan dengan bantuan program stat ist ik sepert i anal isa regresi (Supranto, 1991; Neter et al. 1996), anal isa korelasi (Supranto, 1991; Neter et al . 1996), anal isa pengelompokan (Cluster analysis) (Warwick and Clarke, 2001) dan Mult i Dimensional Scal ing (MDS) (Warwick and Clarke, 2001).

3. Megabentos

Untuk mengetahui kel impahan beberapa megabentos terutama yang memil ik i ni lai ekonomis penting dan bisa di jadikan indikator dari kesehatan terumbu karang, di lakukan pengamatan kel impahan m e g b e n t o s d e n g a n m e t o d e ” R e e f C h e c k Benthos” (RCB) pada setiap stasiun transek permanen dimana posisi stasiunnya sama dengan

Page 17: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

11

stasiun untuk terumbu karang dengan metode LIT. Dengan di lakukannya pengamatan megabentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan di waktu-waktu mendatang bisa di lakukan pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya.

Teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah di tentukan, tersebut di letakkan pi ta berukuran (rol l meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua biota megabentos yang berada 1 m sebelah kir i dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap stasiunnya sebesar (2m x 70m) = 140 m2. Adapun biota megabentos yang dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdir i dari :

Lobster (udang karang)

”Banded coral shrimp” (udang karang keci l yang hidup di sela-sela cabang karang Acropora spp, Poci l lopora spp. atau Seriatopora spp.)

Acanthaster planci (bintang bulu seribu)

Diadema setosum (bulu babi hi tam)

“Penci l sea urchin” (bulu babi sepert i pensi l)

“Large Holothurian” (teripang ukuran besar)

“Small Holothurian” (teripang ukuran keci l)

“Large Giant Clam” (kima ukuran besar)

“Small Giant Clam” (kima ukuran keci l)

Trochus ni lot icus ( lola)

Page 18: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

12

Drupel la sp. ( sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di sela-sela karang terutama karang bercabang)

“Mushroom coral ’ (karang jamur, Fungia spp.)

4. Ikan Karang

Untuk pengamatan ikan karang pada setiap t i t ik transek permanen, metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), di mana ikan-ikan yang di jumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kir i dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.

Identi f ikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al . (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randal l and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randal l (1993). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al. , 1997), yaitu : kelompok ikan target, kelompok ikan indikator dan kelompok ikan major.

Sama halnya sepert i pada karang, ni lai indek keanekaragaman Shannon (Shannon diversi ty index = H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ; Zar, 1996) juga dipakai untuk jenis ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen dari hasi l UVC.

Selain i tu juga dihi tung kel impahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al . , 1997), yaitu :

Page 19: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

13

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa di tangkap untuk konsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwaki l i oleh suku Serranidae (ikan kerapu), Lut janidae ( ikan kakap), Lethrinidae ( ikan lencam), Nemipteridae ( ikan kurisi) , Caesionidae ( ikan ekor kuning), Siganidae ( ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae ( ikan pakol);

b. Ikan-ikan indikator, yai tu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwaki l i oleh suku Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran keci l , umumnya 5–25 cm, dengan karakterist ik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersi fat teri tor ial . Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada d i t e rumbu ka rang , d iwak i l i o l eh suku i Pomacentr idae ( ikan betok laut), Apogonidae ( ikan serinding), Labridae ( ikan sapu-sapu), dan Blenni idae ( ikan peniru).

Page 20: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

14

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARANG

Pengamatan terumbu karang terdir i dari karang Acropora , non-Acropora , kategori bent ik lainnya serta kategori abiotik. Hasi l pengamatan pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa persentase tutupan karang hidup berada pada kondisi “sedang” hingga “sangat baik”. Persentase tutupan karang hidup, biota bentik lainnya serta kondisi abiotik hasi l monitor ing disaj ikan dalam Gambar 2 dan 3.

Hasi l pengamatan karang dengan menggunakan metoda LIT diuraikan secara r inci berdasarkan masing-masing stasiun sebagai berikut :

Stasiun KRIL13

Pengamatan di lakukan di Pulau Mapur yang memil ik i pantai berupa batuan vulkanik. Vegetasi pantai didominasi oleh pertumbuhan mangrove. Panjang rataan terumbu sekitar 300 meter. Di lanjutkan dengan lereng terumbu yang mempunyai sudut kemir ingan 40°. Pertumbuhan karang dido-minasi oleh non-Acropora se-besar 42.53 %, yang diwaki l i oleh pertumbuhan berca-bang dan submasive dari jenis Porites cyl indrica serta Lobophyl l ia corymbosa . Kategori bentik lainnya didomi-nasi oleh Dead coral algae 42.23%. Dari hasi l LIT diperoleh tutupan karang hidup sebesar 51.77%. Per-tumbuhan karang masih di jumpai sampai kedalaman 9 meter, dan lebih dalam lagi berupa hamparan pasir.

Page 21: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

15

Stasiun KRIL 14

Stasiun pengamatan ini memil ik i rataan terumbu sepanjang 500 meter. Substrat pantai tersusun dari batuan cadas/vulkanik, karang mati dan pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai juga disel ingi oleh p e r t u m b u h a n m a n g r o v e s e c a r a b e r g e r o m b o l . Persentase tutupan karang hidup non-Acropora tercatat sebesar 51.80%, sedangkan karang Acropora sebesar 4.10%. Lereng terumbu mempunyai kemir ingan + 30°. Umumnya karang yang di jumpai dengan bentuk pertumbuhan sepert i boulder dan berdiameter +3 meter, yang didominasi oleh jenis Porites lobata dan Pori tes lutea. Pertumbuhan karang masih di jumpai sampai kedalaman 4 meter dan lebih dalam lagi berupa hamparan pasir lumpuran. Dari hasi l LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 55,90%. Biota lain yang cukup dominan di lokasi ini adalah Tridacna squamosa .

Stasiun KRIL 15

Pantai berupa pasir put ih dan pecahan karang mati , yang disel ingi oleh vegetasi pohon kelapa. Reef f lat memil ik i rataan terumbu sepanjang 600 meter, dengan substrat tersusun dari batuan granit, patahan karang mati dan pasir lumpuran. Pada saat air surut nampak pecahan karang mati (rampart) muncul kepermukaan. Pengamatan karang di lakukan pada kedalaman 3 meter dengan lereng terumbu yang tergolong landai. Pertumbuhan karang didominasi oleh pertumbuhan sol i ter dari jenis Fungia spp. Sedangkan bentuk pertumbuhan submasive didominasi oleh Galaxea fascicularis . Pertumbuhan karang masih dapat di jumpai sampai kedalaman 4 meter, dan lebih dalam lagi berupa hamparan pasir lumpuran. Pada lokasi ini banyak di temukan kima yang berukuran keci l (<20 cm). Dari hasi l LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 60,00%.

Page 22: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

16

Stasiun KRIL 16

Pantai berupa hutan mangrove yang disel ingi oleh batuan granit . Rataan terumbu atas mempunyai lebar + 500 meter dengan dasar substrat berupa pecahan karang mati dan pasir lumpuran. Pangamatan karang di lakukan pada kedalaman 3 meter dengan lereng te-rumbu tergolong landai. Pertumbuhan karang hidup yang di jumpai didominasi oleh bentuk pertumbuhan sub-masive dari jenis Caulastrea furcata dan Poci l lopora damicornis, sedangkan bentuk pertumbuhan masive di-dominasi oleh jenis Porites lutea . pada lokasi ini ban-yak di jumpai karang mati yang di tutupi alga dengan per-sentase tutupan sebesar 33,20%, sedangkan persen-tase tutupan karang hidup tercatat sebesar 43,27%. Pertumbuhan karang di jumpai sampai dengan kedala-man 4 meter, dan lebih dalam lagi berupa hamparan pasir lumpuran.

Stasiun KRIL 17

Pantai berbatu, berupa dataran t inggi, dengan vegetasi pohon kelapa. Rataan terumbu atas, mempunyai lebar + 200 meter dengan dasar karang mati dan pasir. Pengamatan karang di lakukan pada kedalam 4 meter dengan substrat tersusun dari pasir dan patahan karang mati . Karang tumbuh secara bergerombol dengan keragaman yang cukup. Lereng terumbu dengan sudut kemir ingan +35°, di dominasi oleh pertumbuhan karang dari jenis Acropora spp. dan Caulastrea furcata . Dari hasi l LIT diperoleh persentase tutupan karang Acropora sebesar 23,20%, ni lai ini jauh lebih t inggi di bandingkan dengan persentase tutupan pada stasiun sebelumnya. Sedangkan karang non-Acropora sebesar 32,33 %. Persentase tutupan karang hidup di lokasi ini tercatat sebesar 55,53%. Kondisi per-tumbuhan karang sepert i ini dikategorikan “baik”. Per-tumbuhan karang hidup masih dapat di jumpai sampai kedalaman 5 meter, lebih dalam lagi berupa hamparan

Page 23: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

17

pasir lumpuran. Biota lain yang banyak ditemukan, adalah ekhinodermata dari jenis Diadema setosum.

Stasiun KRIL 18

Pantai berupa pasir put ih dan berbatu, yang disel ingi oleh vegetasi pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Rataan terumbu atas mempunyai lebar + 120 meter kearah laut. Pengamatan karang di lakukan pada kedalaman 5 meter. Lereng terumbu dengan sudut kemir ingan + 40° yang tergolong landai dengan substrat tersusun dari pasir dan pecahan karang mati . Pertum-buhan karang dengan bentuk sepert i daun (fol iosa) di-dominasi oleh jenis Montipora fol iosa , Sedangkan ben-tuk pertumbuhan submasive didominasi oleh Euphyl l ia glabrescens . Karang tumbuh secara bergerombol den-gan keragaman yang t inggi. Perairan tergolong jernih dengan jarak pandang sekitar 12 meter. Dari hasi l LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 81,57%. Kondisi pertumbuhan karang sepert i ini dikate-gorikan “sangat baik” . Pertumbuhan karang hidup ma-sih dapat di jumpai sampai kedalaman 7 meter, lebih dalam lagi berupa hamparan pasir lumpuran.

Page 24: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

18

Gambar 2. Persentase tutupan untuk masing-masing kategori

biota dan substratnya hasil monitoring di perairan Pulau Mapur.

#

#

#

#

#

#

P. Mapur

P. Erapas

0°54' 0°54'

0°57' 0°57'

1°00' 1°00'

1°3' 1°3'

104°45'

104°45'

104°48'

104°48'

104°51'

104°51'

104°54'

104°54'

104°57'

104°57'

105°00'

105°00'

Legenda :

TUTUPAN LIFEFORMPER STASIUN LITDI MAPOR (2007)

U

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

AcroporaNon acroporaDcaDcSoft coralSpongeFleshy seaweedOther biotaRubbleSandSiltRock

Jalan

Page 25: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

19

Gambar 3. Persentase tutupan karang hidup hasil monitoring di

perairan Pulau Mapur.

Hasil Analisis Monitoring Karang

Dari hasi l pengamatan LIT yang di lakukan pada tahun 2007 di Kepulauan Riau, terdapat hanya 6 stasiun yang lokasinya sama dengan lokasi pengamatan yang diambil pada tahun 2004. Keenam lokasi tersebut adalah KRIL13, KRIL14, KRIL15, KRIL16, KRIL17 dan KRIL18.

Plot interval untuk masing-masing biota dan sub-strat berdasarkan waktu pemantauan dengan meng-gunakan interval kepercayaan 95 % disaj ikan dalam Gambar 4.

Page 26: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

20

Gambar 4. Plot interval untuk masing-masing biota dan sub-

strat berdasarkan waktu pemantauan dengan inter-val kepercayaan 95 %.

Sedangkan hasi l uj i t -berpasangan yang di lakukan terhadap data biota dan substrat setelah di lakukan transformasi arcsin akar pangkat dua dari data (p’=arcsin√p) diperoleh ni lai p, atau ni lai kri t is untuk menolak Ho. Jadi dengan t ingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak bi la ni lai p <0,05.

Page 27: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

21

Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan.

Dari Gambar 4 dan Tabel 1, ter l ihat bahwa ada perbedaan persentase tutupan karang hidup dari tahun 2004 dan 2007, dimana persentase tutupan karang pada tahun 2004 sebesar 48,05% meningkat menjadi 58,01%. Peningkatan persentase tutupan karang hidup ini lebih disebabkan oleh meningkatnya persentase

Kategori Nilai p

Karang hidup 0.027

Acropora 0.889

Non Acropora 0.026

Karang mati Tidak diuji

Karang mati dgn alga 0.338

Karang lunak 0.432

Sponge 0.819

Fleshy seaweed 0.258

Biota lain 0.976

Pecahan karang 0.341

Pasir 0.780

Lumpur 0.363

Batuan Tidak diuji

Page 28: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

22

tutupan dari jenis Non-Acropora dibandingkan jenis Acropora , dimana persentase tutupan karang hidup Non- Acropora pada tahun 2004 sebesar 35,25% meningkat menjadi 44,78% pada tahun 2007. Sedangkan untuk jenis Acropora t idak terl ihat berbeda nyata antara ta-hun 2004 (12,83%) dan tahun 2007 (13,23%).

B. MEGABENTOS

Sepert i yang diuraikan dalam metode penarikan sampel dan anal isa data, metode ”Reef check” (yang dimodif ikasi) yang di lakukan pada stasiun transek per-manen dalam penel i t ian ini hanya mencatat beberapa jenis mega bentos yang berni lai ekonomis penting atau-pun yang bisa di jadikan indikator dalam menilai kondisi kesehatan terumbu karang.

Hasi l “Reef Check” selengkapnya di masing-masing stasiun transek permanen bisa di l ihat pada Gambar 5 dan Tabel 2. Beberapa jenis mungkin t idak di jumpai pada saat pengamatan berlangsung karena luas pengamatan yang d iba tas i ( luas b idang pengamatan = 140 m2/transek), sehingga t idak menutup kemungkinan akan di jumpai pada lokasi di luar transek.

Sebaran megabentos di perairan pesisir Pulau Mapur cukup beragam dan bervariasi , dengan keragaman berkisar antara 2-4 kelompok biota. Megabentos dengan keragaman tert inggi di temukan pada stasiun KRIL18, KRIL15, KRIL17, KRIL13 dan KRIL14 masing masing sebanyak 4 kelompok biota dan terendah di stasiun KRIL16 masing-masing 2 biota.

Kel impahan megabentos didominasi oleh CMR (Fungia spp.) yai tu sebesar 74358 individu/ha. Tingginya kel impahan CMR (Fungia spp.) di jumpai pada Stasiun KRIL18 (28429 individu/ha).(Tabel 2).

Page 29: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

23

Tabel 2. Jumlah individu per lokasi untuk biota megabentos yang dijumpai di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau ( Individu/ha).

Untuk kelompok biota ekonomis penting lain, sepert i ter ipang (holothurian) di jumpai dalam jumlah yang relat i f sediki t , dimana yang berukuran keci l (panjang ≤ 20cm) hanya sebanyak 71 individu/ha sedangkan yang berukuran besar (panjang ≥ 20 cm) t idak di temukan. Untuk jenis kimah yang berukuran keci l (panjang ≤ 20cm) t idak ditemukan, sedangkan yang berukuran besar (diameter >20cm) di temukan sebanyak 857 individu/ha. Rendahnya ni lai kel impahan kedua biota ini terutama yang berukuran besar lebih disebabkan oleh eksploi tasi berlebihan dari penduduk

KELOMPOK KRIL13 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18 Acanthaster planci 0 0 0 0 0 0

CMR 10714 5571 24429 1429 3786 28429

Diadema setosum 5500 8000 7286 929 13714 0

Drupella sp. 214 571 143 71 0 0

Large Giant Clam 143 571 0 0 143 0

Small Giant Clam 0 0 0 0 0 0

Large Holothurian 0 0 0 0 0 0

Small Holothurian 0 0 0 71 0 0

Lobster 0 0 0 0 0 71

Pencil sea Urchin 929 0 71 0 0 0

Trochus niloticus 143 0 143 0 71 0

Page 30: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

24

setempat ataupun nelayan lain yang datang dari luar wi layah tersebut.

Gambar 5. Kelimpahan biota megabentos hasil ”reef check” lokasi transek permanen di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Hasil Analisis Monitoring Megabentos

Dari hasi l pengamatan RCB yang di lakukan pada 2007 (t1) di Kepulauan Riau, terdapat hanya 6 stasiun yang lokasinya sama dengan lokasi pengamatan yang diambil pada 2004 (t0). Keenam lokasi tersebut adalah KRIL13, KRIL14, KRIL15, KRIL16, KRIL17 dan KRIL18

Page 31: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

25

Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang di jumpai pada masing-masing waktu pengamatan disaj ikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan.

Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos t idak berbeda nyata untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004 dan 2007), maka di lakukan uj i t -berpasangan. Berdasarkan data yang ada, uj i t idak di lakukan terhadap kategori Acanthaster planci dan Large Holothurian dikarenakan kedua kategori tersebut samasekal i t idak di jumpai baik pada pengamatan 2004 maupun 2007. Sebelum uj i di lakukan,

Jumlah Individu/transek

2004 2007

Acanthaster planci 0.00 0.00

CMR 107.83 173.50

Diadema setosum 133.00 82.67

Drupella sp. 14.50 2.33

Large Giant clam 3.83 2.00

Small Giant clam 0.17 0.00

Large Holothurian 0.00 0.00

Small Holothurian 0.00 0.17

Lobster 0.00 0.17

Pencil sea urchin 14.50 2.33

Trochus niloticus 3.00 0.83

Kelompok

Page 32: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

26

untuk memenuhi asumsi-asumsi yang diperlukan dalam p e n g g u n a a n u j i t - b e r p a s a n g a n i n i , d a t a d i t rans fo rmas ikan ter leb ih dahu lu menggunakan transformasi ln, sehingga datanya menjadi y’=ln(y+1). Ni lai p untuk set iap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuj i disaj ikan pada Tabel 3. Bi la ni lai p tersebut lebih keci l dari 5% (=0,05), maka berart i Ho ditolak, yang berart i bahwa jumlah individu/transek kategori megabentos tersebut berbeda antara pengamatan tahun 2004 (t1) dan tahun 2007 (t1).

Dari Tabel 3 tersebut terl ihat bahwa perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk megabentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk kategori Drupel la sp. dan Penci l Sea Urchin saja. Kedua kategori tersebut menurun kel impahannya dari tahun 2004 ke 2007 (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/transek megabentos (data ditransforma-sikan ke dalam bentuk ln).

Kategori Nilai p

CMR 0,431

Diadema setosum 0,419

Drupella sp. 0,005 *)

Large Giant Clam 0,193

Small Giant Clam 0,363

Small Holothurian 0,363

Lobster 0,363

Pencil sea Urchin 0,006 *)

Trochus niloticus 0,396

Page 33: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

27

C. IKAN KARANG

Pengamatan ikan karang pada masing-masing stasiun pengamatan di lakukan dengan menggunakan metode sensus visual (Underwater Visual Census) . Hasi l pengamatan ikan karang pada set iap stasiun disaj ikan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Grafik perbandingan antara ikan indicator, major fish dan ikan target, pada masing-masing stasiun transek permanen di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan.

D a r i h a s i l “ U n d e r w a t e r F i s h V i s u a l Census” (UVC) yang di lakukan di 6 Stasiun transek

#

#

#

#

#

#

P. Mapur

P. Erapas

0°54' 0°54'

0°57' 0°57'

1°00' 1°00'

1°3' 1°3'

104°45'

104°45'

104°48'

104°48'

104°51'

104°51'

104°54'

104°54'

104°57'

104°57'

105°00'

105°00'

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

Ikan indikatorIkan majorIkan target

Legenda :

KOMPOSISI IKANPER STASIUN LIT DI MAPOR (2007)

U

Jalan

Page 34: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

28

permanen di perairan Mapur di temukan sebanyak 103 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24 suku, dengan ni lai kel impahan ikan karang sebesar 11696 individu per hektarnya. Dari jumlah jenis yang ditemukan, sta-siun KRIL18 memil ik i jumlah jenis yang terbanyak dan di ikuti oleh stasiun KRIL15, masing-masing 74 jenis dan 53 jenis.(Lampiran 3).

Jenis Chromis atr ipes merupakan jenis ikan karang yang memil ik i kel impahan yang tert inggi diband-ingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 5714 individu/ha-nya, kemudian di ikuti oleh Neopo-macentrus f i lamentosus (3143 individu/ha) dan Abudef-duf sexfasciatus (3090 individu/ha). Ket iga jenis ikan diatas merupakan kelompok ikan mayor, yang bukan merupakan ikan konsumsi. Lutjanus vi t ta yang meru-pakan ikan target yang biasa di jadikan ikan konsumsi, berada pada urutan kedua dengan kel impahan 5386 in-dividu/ha. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memil ik i kel impahan yang tert inggi di tampilkan dalam Tabel 5 dan Kel impahan masing-masing suku berdasarkan jumlah jenis ikan karang dapat di l ihat pada Tabel 6.

Page 35: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

29

Tabel 5. Sepuluh jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, 2007.

No. Kelimpahan jmlh indv./ha

1 Chromis atripes 5714

2 Lutjanus vitta 5386

3 Neopomacentrus filamentosus 3143

4 Abudefduf sexfasciatus 3090

5 Amblyglyphidodon curacao 2952

6 Chromis viridis 2929

7 Neopomacentrus cyanomos 2405

8 Pomacentrus alexanderae 1810

9 Caesio teres 1124

10 Dascyllus reticulatus 1014

11 Chromis ternatensis 1000

12 Caesio coerulea 952

Jenis

Page 36: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

30

Tabel 6. Kelimpahan masing-masing suku berdasarkan jumlah jenis ikan karang di lokasi transek permanen, Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

No. Suku kelimpahan

indv/ha 1 Pomacentridae 2136.51 2 Caesionidae 1288.89 3 Labridae 866.67 4 Acanthuridae 412.70 5 Scaridae 196.83 6 Chaetodontidae 184.13 7 Lutjanidae 146.03 8 Pomacanthidae 126.98 9 Scolopsidae 104.76

10 Gobiidae 66.67 11 Mullidae 66.67 12 Serranidae 63.49 13 Centriscidae 53.97 14 Carangidae 47.62 15 Siganidae 38.10 16 Penguipedidae 28.57 17 Lethrinidae 22.22 18 Nemipteridae 15.87 19 Balistidae 9.52 20 Cirrhitidae 9.52 21 Pempheridae 9.52 22 Tetraodontidae 9.52 23 Fistulariidae 6.35 24 Holocentridae 6.35 25 Microdesmidae 6.35 26 Plectorhinchidae 6.35 27 Syngnathidae 6.35 28 Belonidae 3.17 29 Blenniidae 3.17 30 Monacanthidae 3.17 31 Sphyraenidae 3.17

Page 37: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

31

Hasil analisis monitoring ikan karang

Dari hasi l pengamatan UVC yang di lakukan pada tahun 2007 di Pulau Mapur, terdapat hanya 6 stasiun yang lokasinya sama dengan lokasi pengamatan yang diambil pada tahun 2004. Keenam lokasi tersebut adalah KRIL13, KRIL14, KRIL15, KRIL16, KRIL17 dan KRIL18.

Rerata jumlah individu ikan per transeknya ber-dasarkan data ke 6 stasiun tersebut yang diamati pada tahun 2004 dan tahun 2007 sepert i Tabel 7 dibawah:

Tabel 7. Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 6 stasiun tersebut yang diamati pada 2004 dan 2007.

Walaupun ter l ihat ada kecenderungan peningkatan jumlah individu ikan karang per transeknya dari tahun 2004 ke tahun 2007, tetapi peningkatan t idak begitu nyata (signif ikan). Hal ini didasarkan dari hasi l Anal isa variansi (ANOVA=Analysis of Variance) dengan 2 faktor dimana Faktor pertama merupakan Waktu (yaitu tahun 2004 dan 2007) dan Faktor kedua merupakan kelompok ikan karang (yaitu kelompok Major, Target dan

Jumlah Individu

2004 2007

Ikan Major 454 1086

Ikan Target 61 345

Ikan Indikator 19 24

Total 534 1454

Kategori

Page 38: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

32

Indikator). Sebelum ANOVA di lakukan, data jumlah individu (y) ter lebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk ln sehingga datanya menjadi y’=lny. Hal ini di lakukan agar asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melakukan ANOVA terpenuhi. Tabel ANOVA terl ihat sepert i Tabel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan karang (data ditransformasikan ke dalam bentuk ln).

Data : Ln ( jumlah individu ikan karang)

Catatan : *) = Ho bahwa reratanya sama ditolak dengan

tingkat kesalahan 5 %

Adanya perbedaan yang nyata terjadi pada antar kelompok ikan karang, dimana berdasarkan uj i perbandingan berganda Tukey ter l ihat bahwa jumlah individu ikan major merupakan yang tert inggi, di ikuti oleh ikan target dan ikan indikator. Hal ini merupakan sesuatu yang umum karena pada daerah terumbu karang, kelompok ikan major lebih dominan jumlahnya dibandingkan kelompok ikan lainnya.

Sumber DF SS MS F p

Waktu 1 2,053 2,053 2,14 0,154

Kelompok 2 58.,475 29,238 30,43 0,000 *)

Waktu*Kelompok 2 0,509 0,254 0,26 0,769

Sesatan 30 28,823 0,961

Total 35 89,860

Page 39: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

33

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasi l dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai beri-kut :

• Dari hasi l LIT dan pengamatan bebas, di Pulau Mapur berhasi l di jumpai 72 jenis karang yang ter-masuk dalam 12 suku.

• Ditinjau dari persentase tutupan karang hidupnya, secara umum terumbu karang di perairan Pulau Mapur dapat dikategorikan “baik” dimana persen-tase tutupan karang hidupnya berkisar antara 43.27%-81.57% saja.

• Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di 6 stasiun transek permanen menunjukkan bahwa salah satunya masuk dalam kategori “sangat baik”, dan 4 stasiun dikategorikan “baik”, sedangkan yang masuk dalam kategori “sedang” yaitu stasiun KRIL16.

• ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) yang di lakukan di 6 Stasiun transek permanen di Kepri menjumpai sebanyak 103 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24 suku, dengan ni lai kel impahan ikan karang sebesar 41548 individu per hektarnya. Jenis Chromis atr ipes merupakan jenis ikan karang yang memil ik i kel impahan yang cukup t inggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 5714 individu/ha-nya.

• Kelimpahan jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen di perairan Pulau Mapur hanya diwaki l i oleh jenis

Page 40: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

34

Lutjanus vi t ta dari suku Lutjanidae dengan jumlah individu sebanyak 5386 individu/ha.

• Kelimpahan ikan karang yang memil iki ni lai eko-nomis penting relat i f sedang di perairan ini .

B. SARAN

• Dari pengalaman dan hasi l yang diperoleh selama melakukan penel i t ian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

• Hasi l yang diperoleh dalam penel i t ian ini mungkin t idak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi perairan Pulau Mapur Kabupaten Bintan, secara keseluruhan, mengingat penel i t ian kal i ini di fokuskan hanya pada beberapa kawasan yang berada di Pulau Mapur dan sekitarnya

• Walaupun secara umum kual i tas perairan di lokasi penel i t ian yang berada di daerah terumbu karang ini dapat dikatakan relat i f masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya, tapi keadaan sepert i ini perlu dipertahankan bahkan j ika mungkin, lebih di t ingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran l ingkungan dan kerusakan l ingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang ada tetap terjaga dan lestari .

• Dengan meningkatnya kegiatan di darat di wi layah Kepulauan Riau, pasti akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini , baik secara langsung maupun t idak langsung. Untuk i tu, penel i t ian kembal i di daerah ini sangatlah penting di lakukan untuk mengetahui perubahan yang

Page 41: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

35

terjadi sehingga hasi lnya bisa di jadikan bahan pert imbangan bagi para ”stakeholder” dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestar i . Selain i tu, data hasi l pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi keberhasi lan COREMAP.

Page 42: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

36

DAFTAR PUSTAKA

Engl ish, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Man-ual for Tropical Marine Resources. Second edit ion . Austral ian Insti tute of Marine Science. Townsvi l le: 390 p.

Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacif ic, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edit ion, Singapore. 400p.

Long, B.G. ; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, 2004. Sampling accuracy of reef resource inventory tech-nique. Coral Reefs : 1-17.

Matsuda, A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984 . The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press.

Pielou, E.C. 1966. The measurement of diversi ty in di f fer-ent types of biological col lections. J. Theoret. Biol . 13 : 131-144.

Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine communit ies: an approach to stasist ical analysis and interpretat ion, 2n d edit ion. PRIMER-E:Plymouth.

Zar, J. H., 1996. Biostat ist ical Analysis. Second edit ion . Prentice-Hal l Int. Inc. New Jersey: 662 p.

Page 43: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Posisi transek permanen di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di perairan Pu-lau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

NO. STASIUN LONG. LAT. LOKASI

1 KRIL 13 104.782333 1.0220000 P. Mapur

2 KRIL 14 104.794333 0.9831667 P. Mapur

3 KRIL 15 104.822333 0.9525000 P. Mapur

4 KRIL 16 104.851000 0.9731667 P. Mapur

5 KRIL 17 104.831167 1.0156667 P. Mapur

6 KRIL 18 104.923333 0.9276667 P. Mapur

NO. SUKU STASIUN JENIS KRIL13 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18

I ACROPORIDAE 1 Acropora abrolhosensis + - - - + +

2 Acropora formosa - - - - - + 3 Acropora millepora + - - - + + 4 Acropora nasuta - - - - + - 5 Acropora sp. + + + + + + 6 Montipora digitata - - - - - + 7 Montipora foliosa - - + - + + 8 Montipora sp. + + + + + +

II AGARICIIDAE

9 Leptoseris sp. + - - - - - 10 Pachyseris rugosa + + + + - - 11 Pachyseris speciosa + - + - - - 12 Pavona decussata + + - - + - 13 Pavona sp. - + - - - -

Page 44: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

38

Lampiran 2 . ( lanjutan)

III CARYOPHYLLIIDAE 15 Euphyllia glabrescens - - - - - + 16 Physogyra sp. - + - - - - 17 Plerogyra sinuosa - + - - - -

IV FAVIIDAE 18 Caulastrea curvata - + - - + - 19 Caulastrea sp. + - - - + - 20 Cyphastrea chalcidicum - - - - + - 21 Cyphastrea serailia + - + - - - 22 Diploastrea heliopora - - - + - - 24 Echinopora gemmacea - - + - - - 25 Echinopora horrida + - - - - - 26 Echinopora lamellosa + - + + - - 27 Favia favites + - - - - - 28 Favia sp. - + + + - - 29 Favites sp. + + + - + + 30 Goniastrea retiformis - - - + + - 31 Goniastrea sp. - + - + + - 32 Montastrea sp. + - + - - - 33 Platygyra sp. + - - - - - V FUNGIIDAE 34 Fungia horrida + - - - - + 35 Fungia repanda + - - - - - 36 Fungia scutaria - - + - - - 37 Fungia sp. + + + + + + 38 Herpolitha sp. - - + - - - 39 Lithophyllon sp. - - + - - - 40 Polyphyllia talpina - - - - + -

VI HELIOPORIIDAE 41 Heliopora coerulea - + - + - -

VII MERULINIDAE 42 Hydnophora rigida + + + + - + 43 Hydnophora sp. + + - + - - 44 Merulina ampliata + - + + - + 45 Merulina scabricula + - + - - - 46 Merulina sp. + - - - - -

Page 45: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

39

Lampiran 2 . ( lanjutan)

Keterangan : + = di temukan - = Tidak ditemukan

VIII MUSSIDAE 47 Lobophyllia corymbosa + - - - - - 48 Lobophyllia hataii + - - - - - 50 Lobophyllia sp. + + - + - - 51 Symphyllia sp. - + - + - +

IX OCULINIDAE

52 Galaxea astreata - + - + + - 53 Galaxea fascicularis + + + + + +

X PECTINIDAE

54 Mycedium elephantotus - + + + - + 55 Mycedium sp. + - + + - - 56 Oxypora lacera + + + + + + 57 Oxypora sp. - + - - - - 58 Pectinia alcicornis - + + + - - 59 Pectinia lactuca + + + + - + 60 Pectinia paeonia + + + + - - 61 Pectinia teres - - + - - -

XI POCILLOPORIDAE

62 Pocillopora damicornis - + + + + + 63 Pocillopora sp. - - - - - -

XII PORITIDAE

64 Goniopora minor + + - + - - 65 Goniopora sp. + + - - - - 66 Porites annae - - - - + - 67 Porites cylindrica - + + + - - 68 Porites lichen + + + + - - 69 Porites lobata - + + + - + 70 Porites lutea - - - - + + 71 Porites nigrescens + - - - - - 72 Porites rus + + + - - +

Page 46: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

40

Lampiran 3. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

NO. SUKU PULAU MAPUR

GRUP JENIS KRIL1

3 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18

I APOGONIDAE

1 Apogon aureus - - - + - - Major 2 Apogon compressus - + + + - - Major 3 Apogon cyanomos + + + + + - Major 4 Apogon macrodon - + + + - - Major 5 Apogon quenquelineata - + + + - - Major 6 Archamia fucata - - - + - - Major

II CAESIONIDAE 7 Caesio coerulea - - - - - + Target 8 Caesio teres - - + + + + Target 9 Caesio tile - - - - - + Target

III CARANGIDAE 10 Caranx sp. + - - - - + Target

IV CENTROPOMIDAE 11 Psammoperca waigiensis - - - + - - Target

V CHAETODONTIDAE 12 Chaetodon adiergastos - + - - - - indicator 13 Chaetodon octofasciatus + + + + + + indicator 14 Chaetodontoplus mesoleucus - + + + + + indicator 15 Chelmon rostratus + + + + + + indicator

VI DASYATIDAE 16 Taeniura lymma - - - + - + Target

VII EPHIPPIDAE 17 Platax orbicularis - - - - - + Major

VIII GERRIDAE 18 Gerres macrosoma - + - - - - Major

IX HAEMULIDAE

19 Plectorhinchus chaetodon-toides + - - + - - Target

20 Plectorhinchus pictus - - - + - - Target

X HOLOCENTRIDAE 21 Holocentron rubrum + + + - - + Target

Page 47: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

41

Lampiran 3. (lanjutan)

XI LABRIDAE 22 Cheilinus chlorurus + - + + + + Target 23 Cheilinus diagrammus - - + - - - Target 24 Cheilinus fasciatus + - + - - + Target 25 Cheilinus undulatus - - + - - + Target 26 Choerodon anchorago + + + + + + Target 27 Choerodon schoenlenii - + + + - + Target 28 Epibulus insidiator + + - + + + Major 29 Gomphosus varius + + + - + + Major 30 Halichoeres argus + + + - + + Major 31 Halichoeres chloropterus + + + + + + Major 32 Halichoeres marginatus + + + + + + Major 33 Halichoeres melanurus + + + + + + Major 34 Halichoeres scapularis - - - - + + Major 35 Hemigymnus melapterus + - + - + + Target 36 Labroides dimidiatus + + + + + + Major 37 Stethojulis albovittata - - - - - + Major 38 Thalassoma hardwickii - - - - + - Major 39 Thalassoma lunare - + + + + + Major

XII LETHRINIDAE 40 Lethrinus harak - - - + - - Target 41 Lethrinus ornatus - - - + - - Target

XIII LUTJANIDAE 42 Lutjanus carponotatus - + + + + + Target 43 Lutjanus decussatus + + + + - + Target 44 Lutjanus fulviflamma - - - - - + Target 45 Lutjanus fulvus - - + - - - Target 46 Lutjanus vitta - - + - + + Target

XIV MONACANTHIDAE 47 Monacanthus tomentosus - - - + - - Major

XV MULLIDAE 48 Mulloidicthys sp. - - - - - + Target 49 Parupeneus bifasciatus - - - - - + Target 50 Upeneus tragula - - + - - - Target

XVI NEMIPTERIDAE 51 Pentapodus caninus - - - - - + Target

Page 48: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

42

Lampiran 3 . ( lanjutan)

XVII PEMPHERIDAE 52 Pempheris vanicolensis + + - + - + Major

XVIII POMACANTHIDAE 53 Pomacanthus sexstriatus + - - - - + Major

XIX POMACENTRIDAE 54 Abudefduf septemfasciatus - - - - + + Major 55 Abudefduf sexfasciatus + - - - + + Major 56 Abudefduf vaigiensis - - - - - + Major 57 Amblyglyphidodon curacao + + + + + + Major 58 Amphiprion clarckii + - - - - - Major 59 Amphiprion melanopus + - - - + + Major 60 Amphiprion ocellaris - + - - + + Major 61 Chromis atripectoralis + - - - - + Major 62 Chromis atripes - - - - - + Major 63 Chromis ternatensis - - - + - + Major 64 Chromis viridis + + - + + + Major 65 Dascyllus reticulatus + + + - + + Major 66 Dascyllus trimaculatus + - - - - + Major 67 Dischistodus prosopotaenia - + + + - + Major

68 Hemiglyphidodon pla-giometopon + + + - - + Major

69 Neopomacentrus cyanomos - - - + - + Major 70 Neopomacentrus filamentosus + + + + + + Major 71 Paraglyphidodon melas + + + + + + Major 72 Paraglyphidodon nigroris + + + + + + Major 73 Plectroglyphidodon lacrymatus + + + + + + Major 74 Pomacentrus alexanderae + + + + + + Major 75 Pomacentrus bankanensis + + + + + + Major 76 Pomacentrus moluccensis + + + + + + Major 77 Pomacentrus nagasakiensis + + + + + + Major 78 Pomacentrus nigromanus - - + - - - Major 79 Pomacentrus tripunctatus - - - - + - Major 80 Stegastes nigricans - - - + + + Major

XX SCARIDAE 81 Scarus bleekeri + - - + - + Major 82 Scarus bowersi - - + - - - Major 83 Scarus dimidiatus + + + + + + Major 84 Scarus ghoban + + + + + + Major 85 Scarus hypselopterus - - - + - Major 86 Scarus schlegeli - - + - - + Major 87 Scarus sordidus + + + - - + Major

Page 49: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

43

Lampiran 3 . ( lanjutan)

Keterangan : + = di temukan - = Tidak ditemukan

XXI SCOLOPSIDAE 88 Scolopsis bilineatus + - + - + + Target 89 Scolopsis ciliatus + - + - + Target 90 Scolopsis margaritifer - - + - + + Target 91 Scolopsis monogramma - - + - + Target 92 Scolopsis trilineatus - - - - - + Target

XXII SERRANIDAE 93 Cephalopholis boenak - - + + + + Target 94 Cephalopholis formosa - - - - - + Target 95 Cephalopholis pachycentron - - - + - - Target 96 Epinephellus fasciatus - - - - - + Target 97 Plectropomus leopardus - - + - - + Target 98 Plectropomus truncatus - - - - - + Target

XXIII SIGANIDAE

99 Siganus canaliculatus - - - + - - Target 100 Siganus coralinus - + - - - - Target 101 Siganus guttatus - + + - - - Target 102 Siganus virgatus - + + + - - Target

XXIV TETRAODONTIDAE

103 Arothron nigropunctatus - - - - - + Major

Page 50: LAP MNTR BINTAN-07(05)-2 - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Bintan_2007.pdf · monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program ... Pada kesempatan ini pula

44