lanjutan diskusi paragraf 2
-
Upload
sukma-melati-mahalia -
Category
Documents
-
view
7 -
download
4
description
Transcript of lanjutan diskusi paragraf 2
Rehabilitasi pada RLD sulit untuk dilakukan karena insidensi RLD yang rendah dan
heterogenitas patologi. Pada penelitian kami hanya 5% dari semua pasien yang masuk dalam
database kami memiliki penyakit paru restriktif. Insiden rendah pasien tanpa PPOK seperti itu
juga telah diamati pada penelitian sebelumnya.3,8-10 Tingkat drop-out 16%, yang sejalan dengan
data lain diperoleh pada psien dengan RLD,12 dan jumlah besar sesi yang dihadiri
mengindikasikan bahwa rehabilitasi paru mungkin diimplementasikan secara mudah pada pasien
dengan RLD dan dengan lebih banyak keringanan daripada pasien dengan PPOK, yang tingkat
drop-out dapat mencapai 31%.25
Salah satu dari keterbatasan penelitian ini adalah designnya, yang tidak hanya tidak ada
kontrol melainkan juga tidak acak, dan untuk alasan tersebut penelitian ini tidak dapat
dimasukkan dalam metaanalisis di masa akan datang. Kita harus memenuhi tuntutan yang
didefinisikan oleh keamanan sosial nasional, yang meminta kami untuk menunjukkan efektivitas
rehabilitasi paru di Belgia. Karena mayoritas pasien yang masuk memiliki PPOK, uji acak
dengan kontrol dianggap tidak etis. Yang terbaik dari pengetahuan kami, hanya dua penelitian
acak dengan kontrol telah dipulikasikan pada pasien dengan IPF yang diikuti selama program
rehabilitasi paru 10 minggu.11,12
Salah satu kekuatan dari penelitian ini adlaah bahwa populasi sangat homogen dalam
defisit fungsi dan restriksi paru daripada populasi yang diteliti pada hampir semua percobaan
sebelumnya. Jadi, hanya pasien dengan gangguan berat karena penyakit pernafasan kronik
mereka diikutkan. Meskipun hal ini dapat mendorong bias seleksi dan pengukuran, yang dapat
membatasi generalisasi peneluan pada semua pasien, hal ini beralasan untuk menganjurkan
rehabilitasi paru kepada pasien dengan gangguan restriktif dengan toleransi latihan yang
berkurang dan kualitas hidup yang menurun. Memang, penelitian ini tidak homogen dalam hal
penyebab. Hal ini tidak jelas bagaimana perbedaan penyebab yang mungkin telah mempengaruhi
respon rehabilitasi paru, karena pasien dengan RLD lebih cenderung diterapi dengan dosis
reguler kortikosteroid sistemik. Hal ini dapat menurunkan kekuatan otor perifer dan dapat
mengganggu proses rehabilitasi. Namun, kebanyakan variabel yang diukur meningkat pada
CWD dan ILD. Kekuatan lain dari penelitian ini adalah durasi yang lama dari program rehailitasi
(24 minggu) dengan evauasi setelah 12 dan 24 minggu. Tidak ada penelitian sebelumnya
menyebutkan telah memeriksa efek program rehailitasi parumelebihi 10 minggu pada pasien
dengan RLD.
Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan sustansial dalam toleransi latihan dan
dispneu dapat diperoleh pada pasien dengan RLD yang mengikuti program rehabilitasi paru
selama 12 minggu. Hal tersebut telah berkontribusi kepadanya. Observasi bahwa otot yang
lemah tersebut mampu merespon latihan otot merupakan relevansi klinis utama. Hal ini harus
dicatat bahwa peningkatan tertinggi pada QF diperoleh setelah 24 minggu, sebuah penemuan
bahwa belum dilaporkan sebelum pengetahuan kami.
Tambahan yang signifikan pada domain individu dari CRDQ diamati pada pasien kami
setelah 12 minggu, dengan sederhana tetapi peningkatan yang signifikan pda domain dispneu
setelah tambahan 12 minggu. Sing dan rekan-rekannya8 tidak dapat menunjukkan sebuah
peningkatan yang signifikan pada domain CRDQ pada pasien tanpa PPOK setelah 7 minggu
rehabilitasi, mungkin karena bahwa program sangat pendek dan kelompok mereka bahkan lebih
heterogen. Sebaliknya, Naji dan rekan-rekannya3 melaporkan bahwa pasien dengan gangguan
restriktif moderat (FEV1:61% prediksi vs FEV1:47% prediksi)sebah peningkatan signifikan dari
CRDQ setelah 8 minggu program rehailitasi pasien rawat jalan.