Langkah Jokowi sudah Tepat -...

1
Media Indonesia, 26 Oktober 2017

Transcript of Langkah Jokowi sudah Tepat -...

Page 1: Langkah Jokowi sudah Tepat - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/3679/2e578f20_Sep17-BankYudhaBhaktiTbk.pdf · dan tugas mereka sesuai de-ngan harapan yang didukung dengan

Hal itu justru memberikan kesempatanbagi Polri untuk mempersiapkan dengan matang baik dari segi administrasimaupun teknis.

Langkah Jokowi sudah Tepat

ASTRI [email protected]

PEMERINTAH menundapembentukan detase-men khusus (densus) tindak pidana korupsi

(tipikor) Polri karena alasan masalah anggaran dan struk-tur kelembagaan. Anggota Komisi III DPR Eddy KusumaWijaya menyambut baik hal tersebut.

Menurut wakil rakyat dariFraksi PDI Perjuangan itu, pembentukan densus sebaik-nya memang jangan terburu-

buru. Perintah Presiden Joko Widodo untuk menunda justrumemberikan kesempatan bagi Polri untuk mempersiapkan dengan matang baik dari segi administrasi dan teknis.

“Pesan yang terbaca dari maksud Presiden adalah diha-rapkan nantinya anggota Polri yang duduk di densus tipikor itu betul-betul orang yangbisa diandalkan dan sudah mengalami suatu proses,” ujar Eddy yang juga purnawirawanPolri di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Rencana pembentukan den-

sus tipikor merupakan satupemikiran Komisi III dan Polri. Komisi III DPR mendorong Pol-ri dapat melaksanakan fungsi dan tugas mereka sesuai de-ngan harapan yang didukung dengan anggaran pemberiananggaran operasional.

Dukungan anggaran dimak-sudkan agar gaji anggota Polri yang bertugas di densus ti-pikor disetarakan dengan gaji yang diterima KPK. Apa-lagi Polri merupakan organi-sasi yang besar, sarana, danprasarananya pun sudah me-madai.

“Mudah-mudahan penun-daan ini tidak terlalu lama.Memang sebetulnya penegakhukum itu adalah Polri yang bertanggung jawab kepadaPresiden. Kita hanya mendo-rong supaya pemberantasan

korupsi ini lebih efektif danefisien,” dia.

Tidak perluKomisioner Komisi Kejak-

saan Barita Simanjuntak me-nilai pembentukan densus tipikor oleh Polri tidak perlu. Ia menegaskan sudah adakejaksaan dan KPK yang ber-wenang melakukan penuntut-an dalam perkara korupsi.

Menurut Barita, kejaksaanmemiliki kewenangan penye-lidikan, penyidikan, penun-tutan, bahkan eksekusi yangdiatur dalam Kitab Undang-Un-dang Hukum Acara Pidana (KU-HAP). Begitu pula dengan KPK yang kewenangannya sudah ditentukan dalam UU KPK.

“Sehingga dengan kelem-bagaan sekarang sudah cukup.Kalau ada keinginan memper-

cepat proses pemberantasankorupsi, penanganan kasuskorupsi, mari kita melihatitu dengan memberdayakankelembagaan yang ada,” ujarBarita.

Barita mengatakan pena-nganan kasus korupsi sudahcukup dilakukan KPK dan ke-jaksaan serta ditambah satuan tugas di bawahnya. Yang perlu dilakukan hanyalah koordinasi antarlembaga penegak hukum untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut.

Pembentukan densus tipi-kor, selain berpotensi me-langgar KUHAP, bisa menelan anggaran negara yang cukup besar. Padahal, tidak perlu ada perubahan-perubahan atas kewenangan penanganan per-kara korupsi yang memang sudah ada. (MTVN/P-4)

KAMIS, 26 OKTOBER 2017DENSUS TIPIKOR 7

BAHAS DENSUS TIPIKOR: Wakil Ketua Komisi III DPR FraksiPDI Perjuangan Trimedya Panjaitan (kanan) didampingi pengamat hukum pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar dalam diskusi Forum Legislasi di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/10). Diskusi tersebut bertema Densus tipikor kewenangandan regulasinya.

MI/M IRFAN

Media Indonesia, 26 Oktober 2017