LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf ·...

45
11 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) 1. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1 Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik baik di kelas maupun di luar kelas. 1 Isjoni, Pembelajaran kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 72.

Transcript of LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf ·...

Page 1: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

11

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses

perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Pembelajaran

pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya

efesiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau

kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan

komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar

dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan

terjadinya tindakan belajar peserta didik baik di kelas maupun di luar

kelas.

1 Isjoni, Pembelajaran kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 72.

Page 2: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

12

Sedangkan model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah

suatu pola yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk

pengajar di kelasnya.2

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

Dalam penerapannya model pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan

siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan,

prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda. Untuk memilih model

pembelajaran yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan

pencapaian tujuan pengajaran.

2. Model Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT)

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT)

Model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengakses

paham konstruktivis dengan menekankan dialog mendalam dan

2 Ibid., h. 73.

Page 3: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

13

berpikir kritis dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.3

Kontruktivisme adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri

pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman.4 Melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis,

tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan

tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual.

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) merupakan model pembelajaran

yang membantu guru untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi

peserta didik. Dalam pendekatan ini pembelajaran sedapat mungkin

mengurangi pengajaran yang terpusat pada guru (Teacher Centered)

dan sebanyak mungkin pengajaran yang terpusat pada peserta didik

(Student Centered), namun demikian guru harus tetap memantau dan

mengarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan landasan filosofi konstruktivisme, DD/CT dicita-

citakan menjadi sebuah pendekatan pembelajaran alternatif, dimana

melalui DD/CT diharapkan peserta didik belajar melalui mengalami,

merasakan, medialogkan bukan hanya menghafalkan. Dengan

mengalami sendiri, merasakan, mendialogkan dengan orang lain, maka

3 Ketut P. Arthana, “Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking”, Jurnal

Tekhnologi Pendidikan, Vol.10, No. 1, April 2010, h. 17. 4 Isjoni, Pembelajaran kooperatif, op.cit., h. 46.

Page 4: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

14

pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan sesuatu yang baru

akan mengendap dalam pikiran peserta didik dalam jangka panjang

yang pada akhirnya dapat dipergunakan untuk bekal peserta didik

dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya, dan mengembangkan

kecakapan hidupnya (life skills).

b. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT)

Pengembangan pembelajaran berbasis DD/CT yang

diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dijalankan secara

tahap demi tahap sebagaimana proses belajar mengajar pada

umumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (1997) yakni:5

1. Tahap Pra Instruksional

Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru

pada saat masuk kelas untuk mengajar, antara lain melalui

kegiatan:

a. Guru menanyakan siswa kehadiran siswa dan mencatat siapa

yang tidak hadir.

5 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar

Baru Algesindo, 1989), h. 68-72.

Page 5: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

15

b. Guru bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan

pelajaran sebelumnya.

c. Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya mengenai

bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah

dibelajarkan.

d. Mengajukan pertanyaan pada peserta didik mengenai bahan

yang telah dibelajarkan.

e. Mengulang secara singkat semua aspek yang telah

dibelajarkan.

2. Tahap Instruksional

Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap

inti, yakni tahap yang membahas bahan yang telah disusun oleh

guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa

kegiatan sebagai berikut:

a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus

dicapai siswa.

b. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

c. Membahas pokok-pokok materi yang sudah dituliskan tadi.

Page 6: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

16

d. Pada setiap pokok bahasan diberikan contoh yang kongkret.

e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas

pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.

f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

3. Tahap Evaluasi

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan tahapan kedua (instruksional). Kegiatan yang

dilakukan pada tahapan ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyan kepada kelas atau kepada beberapa

siswa mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada

tahap kedua.

b. Guru harus mengulang kembali pembahasan materi yang

belum dikuasai jika pertanyaan yang diajukan belum dapat

dijawab kurang dari 70% diantara siswa.

c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi guru

dapat memberikan tugas pekerjaan rumah.

Page 7: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

17

Penyusunan rancangan pembelajaran berbasis DD/CT

dilakukan melalui empat tahapan utama, yaitu:6

a. Mengembangankan Komunitas (Community Building)

Tahap ini merupakan bagian refleksi diri pendidik terhadap

dunia peserta didiknya. Pandangan dunia dosen tentang

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya menjadi bagian

yang berguna dalam menyusun rancangan pembelajarannya yang

bernuansa dialog mendalam dan berpikir kritis.

b. Analisis Isi (Content Analysis)

Proses untuk melakukan identifikasi, seleksi dan penetapan

materi pembelajaran. Proses ini dapat ditempuh dengan

berpedoman atau mengunakan rambu-rambu materi yang terdapat

dalam kurikulum/diskripsi matakuliah, yang antara lain standar

minimal, urutan (Sequence) dalam keluasan (Scope) materi,

kompetensi dasar yang dimiliki, serta keterampilan yang

dikembangkan.

c. Analisis Latar Cultural (Cultural Setting Analysis)

6 Ketut P. Arthana, “Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking”, Jurnal

Tekhnologi Pendidikan, Vol.10, No. 1, April 2010, h. 20.

Page 8: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

18

Dalam analisis ini mengandung dua konsep, yaitu konsep

wilayah atau lingkungan (lokal, regional, nasional dan global) dan

konsep manusia berserta aktifitasnya yang mencakup seluruh

aspek kehidupan. Selain itu, analisis latar juga mempertimbangkan

nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang serta dijunjung

tinggi oleh suatu masyarakat serta kemungkinan kemanfaatan bagi

kehidupan peserta didik.

d. Pengorganisasian Materi (Content Organizing)

Dengan pendekatan DD/CT dilakukan dengan

memperhatikan prinsip 4 W dan 1H, yaitu What (apa), Why

(mengapa), When (kapan), Where (dimana) dan How (bagaimana).

Dalam rancangan pembelajaran , keempat prinsip ini, harus

diwarnai oleh ciri-ciri pembelajaran dengan Deep Dialogue dalam

menuju pelakonan (Experience) nilai-nilai moral dan Critical

Thinking dalam upaya pencapaian/pemahaman konsep (Concept

Attaintment) dan pengembanagn konsep (Concept Development).

Kesemuanya dilakukan dengan memberdayakan metode

pembalajaran yang memungkinkan peserta didik untuk ber -

DD/CT.

Page 9: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

19

c. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)

1. Kegiatan Awal

Dalam setiap mengawali pembelajaran dimulai dengan

salam, tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan dicapai,

kemudian menggunakan elemen dinamika kelompok untuk

membangun komunitas, yang bertujuan mempersiapkan peserta

didik berkonsentrasi sebelum mengikuti pembelajaran. Aktivitas

pembelajaran pada tahap ini dilalui sebagai berikut:

a. Membuka pelajaran, dalam membuka pelajaran pendidik selalu

mengajak atau memerintahkan peserta didik untuk berdoa atau

hening menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

b. Dinamika kelompok dalam rangka membangun komunitas

dapat dilakukan dengan membaca puisi, menyanyi, peragaan,

bermain peran, simulasi atau senam otak/brain gym yang

relevan dengan materi pokok yang dibelajarkan.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan ini sebagai pengembangan dan pengorganisasian

materi pembelajaran. Adapun tahap yang dilalui sebagai berikut:

Page 10: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

20

a. Pendidik melaksanakan kegiatan dengan menggali informasi

dengan memperbanyak brain storming dan diskusi dengan

melemparkan pertanyaan kompleks untuk menciptakan kondisi

dialog mendalam dan berpikir kritis.

b. Tahap umpan balik yang selalu dilaksanakan pendidik setelah

peserta didik diberi waktu untuk berdialog mendalam , semua

temuan dan hasil belajar yang diperoleh selama diskusi dalam

situasi cooperative learning.

3. Kegiatan Akhir

Tahap ini merupakan tahap pengambilan simpulan dari

semua yang saling dibelajarkan, sekaligus penghargaan atas segala

aktivitas peserta didik . Tahap ini dilakukan penilaian hasil belajar

dan pemajangan dan penyimpanan dalam file (bahan portofolio)

peserta didik.

Tahap berikutnya adalah refleksi Kegiatan ini merupakan

kegiatan pembelajaran yang penting dalam pendekatan DD/CT.

Kegiatan ini bukan menyimpulkan materi pembelajaran, tetapi

pendapat peserta didik tentang apasaja yang dirasakan dan dialami

yang dikaitkan dengan apa saja yang dirasakan, dialami dan

dilakukan di masa lalu. Peserta didik menyampaikan secara bebas

Page 11: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

21

perasaan dan keinginan yang terkait dengan pembelajaran.

Selanjutnya pembelajaran diakhiri dengan hening atau doa.

B. Pembahasan Tentang Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar

Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil

usaha.7 Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara

sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu.

Belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri individu.

Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar

dikatakan tidak berhasil.8

Menurut Whitterington, belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang mengatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi

yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

pengertian.9

7 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,

1994), h. 9. 9 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 84.

Page 12: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

22

Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya

Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah mengemukakan: “Belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus

melalui latihan.”10

Sedangkan menurut Drs. Abu Ahmadi, belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengna lingkungannya.11

Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan

tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersikap

fisiologis atau proses kematangan. Bahkan perubahan yang terjadi karena

belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan-

kecakapan (skill), atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor). Kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini

mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh

peserta didik atau siswa.

10

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional,

1999), h. 17. 11 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.

121.

Page 13: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

23

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar meripakan proses, sedangkan

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian

prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak pada pengertian

belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang

berbeda-beda sesuai dengan pandangna yang mereka anut. Namun dari

pendapat yang berbeda itu dapat ditemukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto memberikan pengertian

prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha

belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan sesorang siswa dalam

melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Sedangkan menurut S. Nasution prestasi belajar adalah kemampuan yang

dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar

dikatakan sempurna bila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan

psikomotor. Sebaliknya dikatakan kurang memuaskan jika seseorang

belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa

dalam menerima, menolak, dan menilai informasi -informasi yang

Page 14: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

24

diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai

dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran

yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah

mengalami proses belajar mengajar.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar berlangsung. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah

diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang

tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.12

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kebanyakan orang awam percaya, bahwa kegagalan anaknya

dalam mencapai prestasi belajar yang baik di sekolah hanya

disebabkan kemampuan otaknya rendah. Mereka tidak menyadari

bahwa sebenarnya banyak faktor yang ikut menentukan prestasi

belajar anak dan otak yang cerdas bukanlah satu-satunya jaminan

untuk berhasil dalam belajar. Meskipun disadari bahwa otak

merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

12 Ibid., h. 125.

Page 15: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

25

menentukan prestasi belajar. Sebagaimana pendapat Wayan

Nurkancana dan PPN. Sumartana, bahwa rendahnya prestasi yang

dicapai seorang anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

satu penyebabnya adalah karena intelegensinya yang rendah. Apabila

anak yang berprestasi rendah itu memang ternyata intelegensinya

rendah maka sudah dapat dipastikan bahwa faktor penyebanya adalah

terletak pada intelegensinya.13

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar anak dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: faktor

internal dan eksternal.

1) Faktor Internal

Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang ada

dalam diri individu/siswa. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah

satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar

siswa adalah siswa itu sendiri.

Ali Syaifullah dalam bukunya “Pengantar Dasar-Dasar

Pendidikan” mengatakan bahwa tinggi rendahnya angka hasil

pengajaran di sekolah tidak ditentukan oleh faktor-faktor yang ada

di sekolah saja apabila kita mendekatinya dari sosilogi pendidikan,

13

Wayan Nurkancana dan PPN. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Cet. IV, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1986), h. 201-202.

Page 16: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

26

akan tetapi faktor di luar gedung (sekolah) banyak juga yang

menentukan kemajuan murid di sekolah itu.14

Faktor internal ini juga sangat menentukan prestasi belajar

anak, seperti yang dikemukakan oleh Schopenhauer dari Jerman

yang beraliran Nativisme mengatakan bahwa anak sejak lahir telah

mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak dapat menerima

pengaruh dari luar. Baik buruknya anak itu sangat ditentukan oleh

pembawaan, bukan tergantung pengaruh dari luar. Oleh sebab itu

maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakeketnya yang

memegang peranan adalah pembawaan.15

Berdasarkan pendapat yang pertama, siswa merupakan

kesatuan yang psikologis, satu dengan yang lainnya saling

berhubungan dan berkaitan. Jadi, disamping faktor individual itu

sendiri, juga diperlukan peningkatan minat baca agar siswa

tersebut selalu mendapat buku-buku pelajaran maupun ilmu

pengetahuan lainnya agar prestasi yang dicapai itu sesuai dengan

kemampuannya. Sedangkan menurut pendapat yang kedua

menerangkan bahwa baik atau tidaknya prestasi belajar anak

ditentukan oleh pembawaan, pendidikan hanya bersifat

14 Ali Syaifullah, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.

140. 15

Zuhairini, et al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.

29.

Page 17: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

27

mengantarkan dan bukan menjadikan anak itu pandai dan

mempunyai prestasi yang baik.

Adapun faktor internal (pembawaan) ini meliputi: faktor

biologis dan faktor psikologis.

a) Faktor Jasmaniah

Faktor ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan

jasmaniah siswa itu sendiri. Siswa yang sehat jasmaninya akan

mudah mencapai prestasi belajar yang baik dibandingkan

dengan siswa yang tidak sehat jasmaninya atau sakit-sakitan.

Siswa yang tidak sehat jasmaninya tidak dapat melakukan

konsentarasi terhadap pelajarannya. Akibatnya pelajaran

kurang diterima atau kurang dipahami, apalagi dalam usaha

membaca buku-buku pelajaran di perpustakaan, siswa tersebut

malas menggunakan jasa perpustakaan. Oleh karena itu faktor

biologis tersebut juga faktor kemampuan siswa atu tabiatnya

sendiri.

Oleh karena itu, agar siswa dapat belajar dengan baik,

maka siswa harus mengetahui kemampuannya serta

memperhatikan jasmaninya dalam kondisi yang baik, sebab

Page 18: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

28

dengna kondisi yang baikserta belajarnya disesuaikan dengan

kemampuannya akan memberikan penagruh terhadap hasil

belajar.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan aktivitas kejiwaan seseorang. Faktor

psikologis memberikan andil yang cukup besar dalam belajar,

faktor ini akan senantiasa memberikan landasan dan

kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar yang

optimal, tanpa adanya faktor psikologi akan memperlambat

pencapaian belajar yang berpengaruh terhadap prestasi belajar

bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar.16

Menurut Slameto sekurang-kurangnya ada tujuh faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu

adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,

kematangan, dan kesiapan.17

(1) Intelegensi

16

Sardiman A. M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010), h. 39. 17

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),

h. 55.

Page 19: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

29

Menurut W. Stern mengatakan bahwa intelegensi

adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri

dengan cepat terhadap yang baru.18

Dari pernyataan di atas, kita dapat melihat bahwa

didalam menilai masalah intelegensi, W. Stern lebih

menitikberatkan kepada masalah penyesuaian diri terhadap

persoalan yang dihadapi oleh individu. Bagi orang yang

intelegensinya tinggi, mereka akan lebih cepat dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dibandingkan mereka

yang kurang cerdas. Disamping itu, seorang tokoh ahli ilmu

jiwa Thorndike, mengatakan bahwa seseorang itu dapat

dikatakan cerdas apabila mereka mampu memberikan

tanggapan yang tepat dan sesuai dengan rangsangan yang

diterima.19

Selanjutnya, Lewis Hedison Terman

mengatakan pendapatnya mengenai kesanggupan individu

untuk berpikir secara abstrak.20

Dari definisi tersebuat di atas, dapat disimpulkan

secara sederhana bahwa intelegensi adalah kesanggupan

untuk berpikir.

18

Afifudin, et. al, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah dasar, Cet. IV, (Solo: Harapan

Massa, 1988), h. 39. 19

Ibid., h. 40. 20

Ibid., h. 41.

Page 20: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

30

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai

tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada

yang mempunyai intelegensi rendah. Walaupun begitu,

siswa yang mempunyai intelegensi belum tentu berhasil

dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah

suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang

mempengaruhinya. Sedangkan intelegensi adalah salah satu

faktor di antara faktor yang lain.

(2) Perhatian

Menurut Al-Ghazali perhatian adalah keaktifan jiwa

yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada

suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.21

Untuk

dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.

Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbullah kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar.

(3) Minat

21 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, op.cit., h. 58.

Page 21: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

31

Menurut Hilgrad minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan.22

Kegiatan yang diminati seseorang akan

diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa

senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena

bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai denga n

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

(4) Bakat

Pengertian bakat dikemukakan oleh Crow and Crow

sebagai suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku

manusia dalam suatu lapangan keahlian tertentu, seperti

musik, mengarang, ilmu pasti, teknik atau keahlian

lainnya.23

Bakat dapat dikembangkan atau sebaliknya, hal ini

bergantung pada latihan atau pendidikan yang diberikan.

Apabila mendapat latihan atau pendidikan yang cukup

memadai, maka bakat tersebut akan berkembang menjadi

suatu kecakapan yang nyata. Sebaliknya, apabila bakat

22

Ibid, h. 59. 23

Wayan Nurkancana dan PPN. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Cet. IV, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1986), h. 204-205.

Page 22: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

32

tidak mendapat latihan atau pendidikan yang baik, maka

bisa jadi bakat tersebut berkembang tidak semestinya,

bahkan bisa tidak sama sekali berkembang. Sehingga bakat

tersebut terpendam dan tidak dapat tersalurkan dan tidak

akan pernah tampil ke permukaan.

Demikian pula halnya dengan siswa, jika bahan

pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka

hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan

selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajanya

(5) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting

dalam belajar, karena motivasi memberikan semangat pada

seseorang dalam kegiatan belajarnya. Menurut Noehi

Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.24

Jadi

yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Kuat

lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi

prestasi belajar.

24

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 200.

Page 23: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

33

(6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/frase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru.25

Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara

terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan

pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang)

belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.

Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap

(matang).

(7) Kesiapan

Menurut James Drever kesiapan adalah kesediaan

untuk memberi respon atau bereaksi.26

Kesediaan itu

timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan adalah kesiapan

25

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, op.cit., h. 60. 26

Ibid, h. 61.

Page 24: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

34

untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu

diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa sudah

mempunyai kesiapan dalam belajar, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

2) Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang

ada di luar diri individu. Faktor itu terdiri dari:

a) Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama kali dimana anak

menerima pendidikan dari orang tua yang melatarbelakangi

sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal ini terjadi karena

anak dilahirkan dan dibesarkan kebanyakan waktunya

kendatipun sudah sekolah berada dalam keluarga. Oleh Karena

itu keadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Peranan orang tua dalam membimbing anak

memang sangat besar pengaruhnya. Kedua orang tua adalah

yang pertama kali membimbing, memberi pengarahan serta

mengajari anak-anaknya, karena kedua orang tua adalah orang

yang pertama kali dikenal anak.

b) Keadaan Sekolah

Page 25: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

35

Sekolah adalah tempat anak menuntut ilmu. Sehingga

sekolah juga merupakan faktor yang ikut menentukan hasil

belajar karena menentukan instrumental dalam pendidikan,

yaitu: Perlengkapan yang berpengaruh langsung terhadap

proses pendidikan dan menentukan berhasil tidaknya tujuan

pendidikan.27

Faktor ini terdiri antara lain: sarana, kurikulum,

perpustakaan, sekolah, karyawan dan guru yang semuanya itu

akan mempengaruhi proses belajar menagajar. Terutama yang

terakhir yaitu faktor guru merupakan faktor kunci atau penentu

dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Maksudnya

bahwa kehadiran guru (dengan seluruh karakteristiknya) di

dalam kelas sangat menentukan terhadap peningkatan belajar

siswa.

c) Faktor Masyarakat

27

Sofyan Ahmad, Pembinaan dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam, (Bandung : PT.

Al-Ma’arif, 1982), h. 31-32.

Page 26: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

36

Masyarakat merupakan perwujudan dari pergaulan

hidup bersama manusia. Selo Sumarjan mengatakan bahwa

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan.28

Dengan demikian selain rumah/keluarga dan sekolah,

anak juga berada dalam masyarakat. Dalam banyak hal yang

kurang menguntungkan bagi proses belajar mengajar. Sepereti

film, majalah, komik, dan lain-lain yang tidak sesuai dengan

perkembangan anak, mempunyai pengaruh agak kurang baik

terhadap perkembangan anak. Pengaruh-pengaruh ini sukar

sekali untuk dicegah atau ditolak, sehingga menagakibatkan

terhadap perhatian belajar anak menjadi berkuarang atau

terganggu serta tidak dapat tercurhkan semaksimal mungkin.

Keadaan masyarakat di lingkungan sekitar, baik secara

langsung maupun tidak langsung akan memberikan penagaruh

terhadap perkembangan anak. Keadaan masyarakat ini dapat

dilihat dari bermacam-macam segi, misalnya:

(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

(2) Mass media

28 Imam Asy’ari, Pengantar Sosiologi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 46.

Page 27: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

37

(3) Teman bergaul.

(4) Bentuk kehidupan masyarakat.

b. Jenis-Jenis Prestasi Belajar

Setiap lembaga pendidikan di sekolah maupun luar sekolah

tentu mempunyai keinginan agar siswa yang dididik mempunyai

prestasi yang tinggi termasuk di dalamnya adalah Pendidikan Agama

Islam.

Untuk mengetahui bahwa siswa telah mencapai prestasi

belajar, seperti apa yang diharapkan pendidik jika dilihat dari adanya

perubahan tingkah laku atau sikap dari anak didik.

Bloom juga menyatakan bahwa ada tiga bentuk prestasi belajar

yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.29

Untuk lebih jelasnya akan

penulis uraikan tentang maksud dan apa yang akan dicapai

didalamnya:

1) Prestasi Belajar Kognitif

Prestasi belajar siswa pada aspek kognitif ini banyak

menitikberatkan pada masalah atau bidang intelektual, sehingga

kemampuan akal akan selalu mendapatkan perhatian yaitu kerja

29

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1989), h. 22.

Page 28: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

38

otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan yang

diterimanya.

Prestasi belajar pada aspek kognitif ini berkenaan dengan

hasil belajar intelektual. Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif

menjadi enam tingkatan yang terdiri dari aspek pengetahuan dan

ingkatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.30

Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut:

a) Pengetahuan

Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal atau

mengingat materi yang sudut dipelajari dari yang sederhana

sampai hal-hal yang sukar. Yang penting disini adalah

kemampuan mengingat keterangan yang berat.31

Jadi hasil belajar pengetahuan ini penting sebagai

persyaratan untuk menguasai dan mempelajari hasil belajar

yang lain.

b) Pemahaman

30

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h. 111. 31 R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.

72.

Page 29: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

39

Aspek ini mengacu pada kemampuan memahami

makna materi yang dipelajari. Misalnya menjelaskan dengan

susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau

didengarnya.

c) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

kongkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin

berupa ide, teori, petunjuk teknis.32

d) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan

atau susunannya.33

Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai

pemahaman yang kompherensif dan dapat memilahkan

integritas menjadi bagian-bagian yang terpadu, untuk hal lain

memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami

sistemtikanya.

32

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, op.cit., h. 25. 33

Ibid., h. 27.

Page 30: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

40

e) Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur bagian-bagian ke

dalam bentuk menyeluruh.34

Berpikir sintesis merupakan salah

satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir

kreatif merupakan salah satu hasil yang dicapai dalam

pendidikan.

f) Evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan

tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang telah

dimilikinya dan kriteria yang dipakai.35

2) Prestasi Belajar Aspek Afektif

Prestasi belajar afektif ini dikatkan berhasil apabila siswa

benar-benar mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai denga

tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh guru.

Menurut Karthwohl, Bloom, dan manusia bahwa domain

afektif berdasarkan lima kategori yaitu:36

34 Ibid, h. 28. 35

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru

Algesindo, 1999), h. 76.

Page 31: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

41

a) Penerimaan (Reveiving)

Aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan

menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu,

seperti nilai kesediaan menerima dan menaruh perhatian

terhadap nilai di sekolah.

b) Pemberian Respons (Responding)

Aspek ini mengacu pada kecenderungan

memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukkan

kesediaan dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan secara

aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, seperti tertib

disiplin sesuai yang diterima.

c) Penghargaan atau Penilaian (Valuing)

Aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima

suatu norma tetentu, menghargai, suatu norma, memberikan

penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai

dengan penilaian dan mengikat diri pada suatu norma. Seperti

telah memperlihatkan perilaku disiplin yang menetapkan dari

waktu ke waktu.

36

Syaiful Sagala, Konsep dan makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 159.

Page 32: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

42

d) Pengorganisasian (Organization)

Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep

tentang suatu nilai serta menyusun suatu system nilai-nilai

pada dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai -nilai

dalam dirinya, sesuai dengan norma-norma disiplin tersebut.

e) Karakterisasi (Charakterization)

Pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu pada

proses mewujudkan nilai-nilai pribadi sehingga merupakan

watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya. Seperti

betul-betul telah menyatu dalam dirinya, aspek ini merupakan

tingkat paling tinggi dari domain afektif.

3) Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

Page 33: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

43

menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Dave domain

psikomotor terbagi menjadi lima kategori:37

a) Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai

memberi respon serupa dengan yang diamati. Mengurangi

koordinasi dan control otot-otot syaraf.

b) Manipulasi

Menekankan pada perkembangan kemampuan

mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan,

dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-

petunjuk, tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c) Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang

lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi

dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat

minimum.

d) Artikulasi

37 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,

op.cit., h. 117.

Page 34: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

44

Menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan

dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan

atau konsistensi internal antar gerakan-gerakan yang berbeda.

e) Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan paling sedikit

mengeluarkan energi fisik mapun psikis. Gerakannya

dilakukan secara rutin.

4) Fungsi Prestasi Belajar

Ada beberapa fungsi utama dalam prestasi belajar yaitu:

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovatif

pendidikan.

d) Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari

suatu institusi pendidikan.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

terhadap kecerdasan peserta didik.

Page 35: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

45

Jadi dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas,

maka betapa pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak

didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok sebab

fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator institusi

pendidikan. Selain itu, prestasi belajar apakah perlu

mengadakan diagnosis, bimbingan dan penyuluhan, untuk

keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau

penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk

menentukan kebijaksanaan sekolah.38

2. Tinjauan Tentang PAI

a. Pengertian PAI

Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung implikasi

kependidikan (Paedagogis) yang mampu membimbing dan

mengarahkan manusia menjadi mukmin, muslim, muhsin, dan

muttaqin melalui proses tahap demi tahap.

Memahami PAI berarti harus menganalisa secara paedagogis

suatu aspek utama dari misi agama yang diturunkan kepada umat

manusia melalui Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu. Misi

38

Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3-4.

Page 36: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

46

agama Islam itu nsendiri ada tiga dimensi pengembangan kehidupan

manusia yaitu:

1) Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai

hamba Allah yang mengembangkan dirinya dan ilmu pengetahuan,

ketrampilan, nilai-nilai yang mendasari kehidupan yaitu nilai -nilai

Islam.

2) Dimensi kehidupan ukhrowi mendorong manusia untuk

mengembangkan dirinya dalam pola yang serasi dan seimbang

dengan Tuhannya.

3) Dimensi hubungan antara kehidupan dunia dan ukhrowi.39

Dengan demikian, PAI menjadi aspek yang paling penting

dalam mendukung dan melaksanakan misi Islam tersebut. Karena

pendidikan merupakan proses yang sempurna dalam membimbing dan

mengarahkan manusia untuk lebih mengetahui dan memahami segala

sesuatu yang belum dimengerti atau dipahami. Untuk itu pengertian

dan tujuan PAI harus jelas. Definisi dari PAI sendiri mempunyai

banyak versi diantaranya adalah:

Secara global oleh Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet

As.Yusuf, PAI diartikan sebagai usaha-usaha sistematis dan pragmatis

39

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), h. 31.

Page 37: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

47

dalam membnatu ana didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran

Islam.40

Sedangkan Arifin mendefinisikan PAI sebagai suatu sistem

pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

oleh hamba Allah.41

Zakiah Daradjat mendefinisikan PAI adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam serta menjadikannya sebagai pandangna hidup (way of life).42

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama

Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpaisun) definisi PAI adalah

suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung

di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud

serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta

menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu

sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan

keselamatan dunia dan akhirtnya kelak.43

40

Zuhairini, Abdul Ghofir As.Yusuf, Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.

27. 41

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 11. 42

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 86. 43

Ibid, h. 88.

Page 38: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

48

Dari berbagai pendapat mengenai definisi PAI dapat

disimpulkan bahwa PAI adalah pendidikan yang dilaksanakan

berdasarkan ajaran agama Islam. Berkaitan dengan pendidikan maka

Islam telah memerintahkan menuntut ilmu sejak dari kandungan

sampai ke liang kubur. Artinya sejak anak dalam kandungan, sikap ibu

dan amal perbuatannya akan dapat mempengaruhi anak yang

dikandungnya. Setelah lahir ibulah yang pertama-tama mendidiknya,

mengajarnya berbicara, bersikap sopan santun yang baik. Jadi, rumah

tangga merupakan lembaga pendidikan yang pertama.

Pendidikan berusaha mengubah seseorang tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak dapat

bersikap seperti yang diharapkan menjadi dapat bersikap yang

diharapkan. Kegiatan PAI adalah bimbingan terhadap pertumbuhan

rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengna hikmah

mengarahkan, mengajarkan, melatih, menggugah, dan mengawasi

berlakunya semua ajaran Islam. Usaha itu dilakukan untuk membentuk

manusia secara keseluruhan, aspek kemanusiaan secara utuh, lengkap,

dan terpadu menuju kepribadian yang Islami dan pembentukan

manusia yang bertaqwa.

b. Tujuan PAI di Sekolah Umum

Page 39: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

49

Tujuan artinya sesuatu yang harus dituju, yaitu yang akan

dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Suatu kegiatan akan

berakhir bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan itu bukan tuju an

akhir kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai

tujuan selanjutnya dan terus menerus sampai pada tujuan akhir.44

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting

karena merupakan arah yang akan dituju oleh pendidikan itu. Untuk

merumuskan tujuan pendidikan, pendidikan seharusnya menimbulkan

pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui

latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan, dan kepekaan

manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi

pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual,

imajinatif, fisikal, ilmiah linguistik, baik secara individual maupun

secara kolektif dan memotivsi semua aspek untuk mencapai kebaikan

dan kesempurnaan.45

Di dalam GBHN tujuan Pendidikan Nasional dikemukakan

dengan jelas, bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

44

Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.

27. 45

Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), h. 2.

Page 40: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

50

kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat

menumbuhkan manusia pembangunan agar dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa.

Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila juga

merupakan tujuan PAI, karena peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan

YME sebagaimana yang dimaksudkan dalam GBHN, hanya dapat

dibina melalui Pendidikan Agama yang intensif dan efektif. Untuk

mencapai hal tersebutdi atas maka pelaksanaannya dapat ditempuh

dengan cara:

1) Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran

agama Islam dengan baik dan sempurna sehingga mencerminkan

sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.

2) Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akhirat.

3) Mendidik ahli-ahli agama yang cukup trampil.

Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan

tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya

berisi:

Page 41: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

51

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap

positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai

kehidupan anak yang nantinya akan menjadi manusia yang

bertaqwa kepada Allah SWT, taat kepada perintah Allah SWT dan

Rasul-Nya.

2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi

instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuanyang harus

dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan

pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan

menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu

pengetahuan.

3) Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua

lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan

menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat

menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup.46

Secara keseluruhan tujuan PAI adalah pembentukan manusia

yang bertaqwa. Materi Pendidikan Agama Islam di SMP meliputi

aqidah akhlak, fiqih, al-qur’an hadist, dan SKI.

46

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., , h. 89-90.

Page 42: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

52

C. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang mengakses paham konstruktivis dengan

menekankan dialog mendalam dan berpikir kritis dalam mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tugas atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dari beberapa definisi prestasi dalam kaitannya dengan belajar,

prestasi belajar berarti hasil akhir yang telah dicapai oleh seseorang setelah

melakukan kegiatan belajarnya melalui metode atau pendekatan pembelajaran

yang digunakan. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses belajar,

dalam arti siswa sebagai pembelajar, pelaku atau subjek pembelajaran .

Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari mata pelajaran atau

sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efisien untuk menunjang

keberhasilan. Sehingga siswa sebagai penentu terjdinya atau tidak terjadinya

Page 43: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

53

proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang

ada di lingkungna sekitar. Lingkungan yang dipelajari siswa dapat berupa

keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, atau hal-hal yang dapat

dijadikan bahan belajar.47

Dalam model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman. Melalui model pembelajaran tersebut,

diharapkan peserta didik belajar melalui mengalami, merasakan, medialogkan

bukan hanya menghafalkan.

Prestasi belajar yang diperoleh siswa berdasarkan pengalamannya

sendiri akan lebih mengena daripada harus menghafal teori -teori saja. Tetapi

yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat menerapkan apa yang

sudah dipelajari dalam materi Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

Jadi, jelaslah bahwa penerapan model pembelajaran berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) adalah model pembelajaran yang efektif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

47

Dimyati dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran, op.cit., h. 7.

Page 44: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

54

Page 45: LANDASAN TEORI TIS BAB II - Welcome to Digilib UIN Sunan …digilib.uinsby.ac.id/9664/4/bab2.pdf · 2015-04-13 · kegia tan yang sistematis dan sistemik, ... sadar untuk mendapatkan

55