Landasan teori

15
BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997). Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010). B. Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjo menurut Wiknjosastro 2006, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda 2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. 4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks 5. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan sirkumsisi

Transcript of Landasan teori

Page 1: Landasan teori

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak

jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).

Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.

Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis

servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur

ke vagina (Cunningham, 2010).

B. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko

dan predisposisi yang menonjo menurut Wiknjosastro 2006, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan

seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun

dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin

sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan

mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma

akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah

mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan

kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya

kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi

Page 2: Landasan teori

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang

pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene

penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian

AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi

diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus

menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

Penyebab terjadinya kanker cerviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat

beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker cerviks.

Adapun faktor- faktor resiko dari kanker cerviks adalah

1. Wanita

a. Menjalankan aktivitas seksual di usia muda

b. Sering berganti- ganti pasangan

c. Prostitusi (mempunyai resiko 4x lipat tehadap berkembangnya kanker

cerviks)

Perokok

d. Usia

e. Status sosial ekonomi

f. Terpajan pada virus HIV

2. Pria (Penyebab Potensial)

a. Kandungan sperma

b. Kondisi higienis

c. Jumlah pasangan seksual

d. Perokok

e. Kanker penis

C. Tanda dan Gejala

Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes

Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini

berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:

1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak

sembuh-sembuh

2. Perdarahan vagina yang tidak normal

Page 3: Landasan teori

Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi

yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan

seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.

3. Rasa sakit saat hubungan seksual

4. Cepat lelah

5. Kehilangan berat badan

6. Anemia

7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul

8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi

pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.

Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar

serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti,

nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter,

dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri

berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar.

Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema

tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter

(Wiknjosastro, 2006).

D. Klasifikasi

1. Klasifikasi Klinis

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke

korpus uteri

I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan

sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak

tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.

I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi

pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah

mengadakan invasi stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3

bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai

dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari

Page 4: Landasan teori

infitrat tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum

sampai dinding panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang

parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding

panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan

daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan

melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah

bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria

atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum

terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

2. Kasifikasi bertumbuhan sel

a. Mikroskopis

1) Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia

berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan

dengan karsinoma insitu.

2) Stadium karsinoma insitu.

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan

epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang

tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel

cadangan endoserviks.

3) Stadium karsinoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat

pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis

dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,

biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining

kanker.

4) Stadium karsinoma invasif.

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol

besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir

Page 5: Landasan teori

posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan

forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:

a) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina

dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam

vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

b) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh

progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan

parametrium.

c) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang

lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

b. Makroskopis

1) Stadium preklinis.

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

2) Stadium permulaan.

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

3) Stadium setengah lanjut.

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

4) Stadium lanjut.

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti

ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

E. Patofisiologi

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;

epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari

cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan

terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka

secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan

SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan

epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya

mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada

saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas.

Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari

agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human

papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi

tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel

Page 6: Landasan teori

yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang

mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma

in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma

invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru

menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk

displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2,

untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai

dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian

berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-

35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak

dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana

yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga

harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

F. Pathway

(Julandary. 2013)

Page 7: Landasan teori

G. Pemeriksaan Diagostik

1. Tes Pap Smear

Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan

Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk

mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher

rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks

(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang

ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat

dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).

2. Tes IVA

IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan

metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam

asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika

tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks

(Bryant, 2012).

3. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat

yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan

berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

4. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan

dibesarkan 10-40 kali.Keuntunganadalah dapat melihat jelas daerah yang

bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan adalah

hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan

pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

5. Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

6. Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

7. Konisasi

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel

gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan

pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

Page 8: Landasan teori

H. Penanganan

Penanganan menurut Lachman 2012 adalah

1. Terapi local

Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi,

terapi laser, konisasi, dan bedah buku.

2. Histerektomi

Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak,

dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan

uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.

3. Pembedahan dan terapi radiasi

a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.

b. Dilakukan pada kanker serviks invasive

c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor

serta mengecilkan tumor

4. Radioterapi batang eksternal

a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan

itu tegas.

b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga

tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan

memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya

terpasang tampon (aplikator).

5. Eksenterasi pelvic

a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang

b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ

yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.

6. Kolostomi dan illeustomi

Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.

7. Terapi biologi

Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)

8. Kemoterapi

Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.

9. Irradiasi

a. Dapat dipakai untuk semua stadium

b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

d. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II

e. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal

Page 9: Landasan teori

I. Komplikasi

1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan

a. Vistula Uretra

b. Disfungsi bladder

c. Emboli pulmonal

d. Infeksi pelvis

e. Obstruksi usus

2. Berkaitan dengan kemoterapi

a. Sistitis radiasi Enteritis

b. Supresi sumsum tulang

c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin

d. Kerusakan membrane mukosa GI

e. Mielosupresi (Devi, 2011)

J. Pengkajian

1. Data dasar

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

2. Data pasien

Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat

jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

3. Keluhan utama

Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan

menyerupai air.

4. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu,

baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :

perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.

5. Riwayat penyakit sebelumnya

Data yang perlu dikaji adalah :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi

masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga

yang menderita kanker.

6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:

Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,

berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat

Page 10: Landasan teori

mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama

kebersihan dari saluran urogenital.

7. Data khusus

Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,

adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah

koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang

8. Pemeriksaan penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,

pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,

kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.

2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan

hubungan dengan pasangan dan keluarga.

3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi

bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;

paradisis saraf.

4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi

dan pembedahan.

6. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan

perawatan diri (Doenges, 2000).

L. Perencanaan

1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,

kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.

Ditandai dengan:Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,

mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.

Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi

Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan

berkurangnya rasa takut dan cemas

Intervensi:

a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.

Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah

kesimpulan pasien telah dicapai.

Page 11: Landasan teori

Rasional :Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep

berdasarkan pada pengalaman pada kanker.

b. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional :Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta

kesalaahn konsep tentang diagnostik.

c. Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari

memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.

Rasional :Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat

keputusan/ pilihan berdasarkan realita.

2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan

hubungan dengan pasangan dan keluarga

Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh,

perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu.Tidak mengambil tanggung

jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi

diri/persepsi orang lain tentang peran.

Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien

Kriteria Hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,

penerimaan diri dalam situasi.

Intervensi :

a. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan

pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.

Rasional :Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi

penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.

b. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses

adaptasi.

Rasional :Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk

tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

c. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik

dan fase pengobatan.

Rasional :Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan

efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan

tambahan selama periode ini.

d. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).

Rasional :Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk

pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker

pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.

Page 12: Landasan teori

3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi

bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;

paradisis saraf.

Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit

untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan,

distensi kandung kemih.

Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya

Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

Intervensi :

a. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.

Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering

dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).

b. Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh

ketidakmampuan berkemih.

Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas

simpisis pubis menunjukkan retensi urine.

c. Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom,

penyiraman air hangat pada perineum.

Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah

upaya berkemih.

d. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.

Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.

e. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.

Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter

intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien

mempunyai jahitan parineal.

f. Pemasangan kateter bila diindikasikan

Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni

kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung

kemih.

4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.

Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan

pengaruh minimal.

Tujuan : Nyeri hilang/berkurang

Intervensi :

Page 13: Landasan teori

a. Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan

intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.

Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi.

b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung)

dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali

perhatian.

c. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi,

sentuhan terapeutik)

Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan rasa kontrol nyeri

d. Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan

indikasi

Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon

individual berbeda-beda.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi

dan pembedahan.

Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk

tinggi dan bentuk tubuh

Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan

Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi

Intervensi :

a. Pantau masukan makanan

Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi

b. Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi

Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori

c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan

cairan adekuat

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan

cairan

6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan

pengobatan

Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah,

salah persepsi

Page 14: Landasan teori

Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan

pengobatan

Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan

aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.

Intervensi :

a. Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan

Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut

b. Berikan informasi yang jelas dan akurat

Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang

diperlukan

c. Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep

Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada

kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan

(Doenges, 2000).

Page 15: Landasan teori

DAFTAR PUSTAKA

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British

Journal of Nursing, Volume 21, s4-s10.

Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.

Lachman. 2012. Helath and the environment journal. Jakarta: UI Press

Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan

pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas, Volume 6, Nomor 3, 157-159.

Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones,

Volume 17, 272-280.

Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:Yayasan Bina

Pustaka Pustaka

Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan

Penyakit Kandungan.

Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian

kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara

Forikes, Vol.I No.1 , 41-46.

Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo