LAND REFORM DAN KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN...
Transcript of LAND REFORM DAN KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN...
LAND REFORM DAN KONDISI PEREKONOMIAN
PETANI IRAN MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA
PAHLEVI (1941-1979)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Disusun oleh:
Burhanudin Muhammad (1113022000013)
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1440 H
i
ABSTRAK
Modernisasi Shah Reza Pahlevi di sektor pertanian memiliki peran yang
vital dalam mengembangakan perekonomian nasional Iran. Masyarakat
pertanian di pedesaan Iran telah mengalami perubahan literatur sosio-
ekonomi pada masa pemerintahan Shah Reza. Program Revolusi Putih
(white revolution) terutama land reform (reformasi agraria) dijadikan
sebagai pilar utama dalam memajukan perekonomian petani pedesaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perekonomian petani Iran
pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi terutama saat diterapkanya
program land reform (1962-1974). Dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian sejarah pada umumnya yaitu: heuristik,
vertifikasi, interpretasi, dan historiografi disertai pendekatan ekonomi dan
politik. Temuan dalam penelitian ini adalah bahwasanya land reform tidak
menjadikan perekonomian petani pedesaan menjadi lebih baik bahkan bisa
dikatakan bahwa program land reform menuai kegagalan. Faktor utama
yang membuat stagnasi ekonomi petani pedesaan di antara lain; rumitnya
birokrasi (undang-undang land reform) dan kurangnya dukungan pemerintah
dalam menyuplai logistik pertanian dan kurangnya teknisi/pegawai yang
kompeten. Akibatnya, banyak lahan pertanian terbengkalai dan
menyebabkan petani lebih memlilih berigrasi ke kota dan beralih profesi
menjadi buruh pabrik untuk mendapatkan penghidupan yang layak.
Penelitian ini diteliti menggunakan sumber bahasa Inggris atau sumber
sekunder lainya.
Kata Kunci: Perekonomian, Petani, Revolusi Putih, Land reform,
Modernisasi dan Shah Reza Pahlevi.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala,
karena berkah, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Land reform dan Kondisi Pertanian Iran masa Pemerintahan
Shah Reza Pahlevi (1941-1979)”. Shalawat beserta salam selalu tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam yang telah
mengahantarkan manusia ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
ini.
Di balik selesainya skripsi ini, terdapat perjuangan orang-orang yang
selalu mendukung penulis baik dari segi materiil maupun moril. Oleh karena
itu, penulis banyak mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak-pihak yang terkait dalam selesainya skripsi ini. Penulis
mempersembahkan ucapan terima kasih tersebut kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Sumarti dan Bapak M. Fadil. Terima
kasih banyak untuk do‟a, nasihat, motivasi, dukungan serta kasih
sayang tiada hentinya kepada penulis. Semoga Allah S.W.T selalu
memberikan karunia-Nya. Amin.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A., selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam dan Ibu Solikhatus Sa‟diyah, M. Pd., selaku
Sekertaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.
4. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah sepenuh hati membimbing penulis sehingga terselesaikanya
skripsi ini. Terima kasih atas masukan, arahan dan perhatianya
selama penulis menyusun skripsi ini.
5. Kepada seluruh Dekanat dan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu dan
pengalaman kepada penulis selama menjadi mahasiswa aktif di
Fakultas Adad dan Humaniora.
iii
6. Adik-adik penulis, Ridwan dan Yasmin yang selalu mendoakan
dan memberikan semangat kepada penulis.
7. Kepada Nenek Kati, Bibi Nur, Bibi Minah, Bibi Tri, Paman Ali,
Paman Manijo, Paman Jono, Paman Mustofa dan seluruh Keluarga
Besar Kakek Miskiran (alm) yang telah memberikan dukungan
tanpa henti kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. M. Arifin, sahabat sekaligus kakak keponakan yang selalu
menghibur penulis dikala penat.
9. Kawan-kawan sekelas penulis di Konsentrasi Timur-Tengah
khususnya; Putri, Linda, Elis, Yuni, Lia, Izmi, Sania, Fida,
Lukman, Ilham, Fahmi, Ipan, dan Hanifan. Terima kasih telah
menghiasi kehidupan penulis semasa kuliah dan membantu
perjuangan penulis hingga akhir. Kepada teman seperbimbingan,
Atikulloh yang telah berjuang dan berdiskusi bersama dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada seluruh teman-teman
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Angkatan 2013.
10. Kawan-kawan lintas kontrakan “The Kirikira”; Dalhar, Rizki,
Faisal, Reza, Ade, Yudha, Fadil, Papau, Halimah, Fergy dan Syifa
Putri. Terima kasih atas waktu dan kebersamaanya.
11. Teman-teman KKN 57 GEMPITA, Winda, Ulfah, Faizah, dan
Putri. Dan juga Mang Husni dan Yudi selaku Ketua dan Wakil
Pemuda Kp. Ngasuh, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten
Bogor.
12. Terakhir kepada seluruh pihak baik individu maupun kelompok
yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, rasa hormat dan terima
kasih selalu tercurah kepada kalian yang telah memberikan
semangat, bantuan, dan doa kepada penulis.
Jakarta, 17 Oktober 2018
Burhanudin Muhammad
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6
G. Kerangka Teori ....................................................................................... 8
H. Metodologi Penelitian ............................................................................ 9
I. Sistematika Penulisan ........................................................................... 11
BAB II IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA
PAHLEVI ................................................................................................... 12
A. Profil Negara Iran ................................................................................. 12
1. Geografis Negara Iran ................................................................... 12
2. Topografi ....................................................................................... 12
3. Kelompok Etnis dan Agama .......................................................... 14
4. Sejarah Pemerintahan Iran ............................................................. 15
B. Biografi Shah Reza Pahlevi (1941-1979) ............................................. 24
C. Kondisi Sosial Masyarakat Iran di bawah Pemerintahan Shah
Reza Pahlevi (1941-1979) .................................................................... 29
D. Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi .......................................... 34
BAB III KEBIJAKAN EKONOMI SHAH REZA PAHLEVI ....................... 37
A. Kebijakan Ekonomi Shah Reza Pahlevi ............................................... 37
v
B. Revolusi Putih (White Revolution) ...................................................... 40
C. Kebijakan Land reform (1962-1974) .................................................... 47
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN SAAT LAND
REFORM MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI
(1941-1979) ................................................................................................. 55
A. Dampak Land reform Terhadap Petani ................................................ 55
B. Kondisi Perekonomian Petani saat Land reform .................................. 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 72
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Daftar Pekerjaan dan Jumlah Kelas Menengah ................................... 31
Tabel 2.2: Jumlah Kelas Menengah dan Kelas Bawah ......................................... 32
Tabel 4.2: Jumlah Petani yang Menerima Lahan .................................................. 58
Tabel 4.3: GDP Iran .............................................................................................. 61
Tabel 4.4: Pendapatan Sektor Pertanian Pendapatan Sektor Pertanian................. 62
vii
DAFTAR ISTILAH
Absentee: Merupakan pemilik lahan pertanian yang mempunyai
lahan di luar kecamatan dia tinggal.
Bazzar: Sebutan untuk kaum pedagang Iran.
Feodalisme: Adalah sistem sosial atau politik yang memberikan
kekuasaan yang besar kepada golongan
bangsawan.
Front Nasional: Sebuah gerakan oposisi pemerintahan yang dianggap
sebagaiorganisasi tertua dan terbesar yang
beroperasi di Iran. Pendukung setia organisasi ini
ialah kaum bazzar (pedangang) dan kelas
menengah ( pegawai negeri, mahasiswa, pekerja
kantoran dll).
Land Reform: Reformasi pertanahan atau perombakan struktur
pertanahan.
Le Rosey: Sebuah sekolahan yang berada di Swiss dan merupakan
tempat Shah Reza Pahlevi menuntut ilmu.
SAVAK: Sebuah organisasi intelijen Iran yang bertugas untuk
menangkap, menculik bahkan mengeksekusi orang-
orang yang menentang Pemerintahan Shah Reza
Pahlevi.
Revolusi Putih/ White Revolution: Merupakan program reformasi di
bidang ekonomi dan politik yang pengaruhnya
berlangsung hingga tahun 1978.
Westernisasi: Merupakan sebuah proses di mana masyarakat berada
dalam pengaruh budaya Barat dalam berbagai bidang
seperti ekonomi, politik, industri dan lainnya.
Shah: Istilah ini digunakan oleh orang Iran yang berarti “raja”.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Perang Dunia I, Iran sudah mendapat intervensi asing dari
Inggris dan Russia.1 Dinasti yang berkuasa saat itu, Dinasti Qajar tidak
mampu melemahkan belenggu kekuatan asing, hingga pada akhirnya
munculah Reza Khan, seorang jenderal Brigade Cossack2 sekaligus
ayah dari Shah Reza Pahlevi yang mampu meredam intervensi asing di
Iran.3
Atas prestasinya tersebut4, Reza Khan diangkat sebagaiPerdana
Menteri oleh Shah Ahmad5 (1909-1925) pada 23 Oktober 1923.
6
Namun, dua tahun setelahnya pada bulan Oktober 1925 Shah Ahmad
dikudeta oleh Reza Khan dan sekaligus mengakhiri kekuasaan Dinasti
Qajar di Iran. Alhasil Reza Khan kemudian diangkat sebagaiShah
(raja) Iran pada tahun 1926 dan menandai terbentuknya dinasti baru di
Iran, yakni Dinasti Pahlevi (1926-1979).7
Keberhasilan Reza Khan membangun dinasti baru sejak 1926
menandai keseriusanya dalam menjadikan Iran lebih baik lagi dari
sebelumnya. Langkah pertama yang dilakukan Reza Khan adalah
1 Intervensi Inggris di Iran yaitu ingin melindungi jalur perdagangan ke India.
sedangkan Rusia ingin memperluas wilayah jajahannya di Iran. 2 Brigade Cossack merupakan satuan pasukan khusus Iran halnya seperti
Navy Seals milik AS dan S.A.S Inggris. Brigade ini dibentuk pada tahun 1878 oleh
Kolonel Alexey Ivanovitch Dumantovitch.(Lihat; The Life and Times of the Shah) 3 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge
University Press, 2008) h, 63. 4 Pada saat yang sama, Reza Khan ditugaskan oleh Vosuq Ad-Daula (PM
Iran) untuk meredam perlawanan gerakan Jangali di Provinsi Gilan. Reza Khan
sukses menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan itu, reputasi Reza Khan segera
melejit. Brigadir Jenderal William E. R. Dickson (Inggris) mengapresiasi atas apa
yang telah dilakukan Reza Khan. 5 Shah Ahmad adalah penguasa terakhir dari Dinasti Qajar.
6 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009), h. 18. 7 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, h. 18.
2
membentuk militer yang modern untuk memusatkan kekuatan negara.8
Kemudian dia memperkenalkan teknik finansial modern di bagian
keuangan negara. Salah satu prestasi terbesar semasa pemerintahan
Reza Khan ialah berhasil membangun kereta Trans-Iran untuk
memajukan perekonomian desa-kota.9 Namun, Reza Khan tidak
mampu menstabilkan hubungan ekonomi, eksploitasi minyak (Anglo-
Iran Oil Company) dan pendidikan. Ketika Perang Dunia II
berkecamuk, Reza Khan menyatakan bahwa Iran adalah negara netral.
Akan tetapi Inggris (Sekutu)10
menjadikan Iran sebagaibasis militernya
jika sewaktu-waktu Jerman menyerang ladang minyak Iran.
Pada tahun 1941 Sekutu terdesak dan kilang minyak di
Khuzestan terancam. Di saat bersamaan, Reza Khan melakukan
kontak dengan Jerman.11
Inggris mulai khawatir terhadap sikap Reza
Khan yang membelot kepada Jerman. Reza Khan menegaskan bahwa
Iran adalah negara netral tetapi disangkal oleh Inggris.12
Akhirnya
pada 25 Agustus 1941 Sekutu menginvasi Iran dan memaksa Reza
Khan mundur sebagairaja Iran. Kemudian Inggris mengangkat Shah
Reza Pahlevi, yaitu putra mahkota Reza Khan sebagaiRaja Iran yang
baru pada 16 september 1941. Setelah dia lengser, Reza Khan
diasingkan oleh Inggris ke Johannesburg, Afrika Selatan dan
meninggal disana pada 26 Juli 1944.13
8 Kamyab Shahriri, “Modernization Process in Iran: Historical Overview”,
Macrothink Institute, Vol. 4, No. 1, pp 269-282 (January., 2017), h. 274. 9 M. Reza Ghods, “Goverment and Society in Iran 1926-1934”, Middle
Esatern Studies, Vol.27, No.2, pp. 219-230, ( Apr., 1991), h. 221. 10
Blok sekutu terdiri dari Amerika Serikat, Inggris lalu Rusia. 11
Kontak Iran berupa melakukan ekspor-impor dengan Jerman karena Iran
sedang membangun pabrik baja dan Jerman menyumbang hampir setengahnya. Baja
dari Jerman merupakan yang terbaik saat itu sehingga Iran tak ragu untuk
mendatangkanya langsung dari sana. Jerman menyumbang sekitar 41% ekspor ke
Iran ( lihat Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran. h, 434) 12
Sekutu mengultimatum Iran untuk mengusir warga Jerman yang berada di
Iran sebagai upaya bahwa Iran tetap netral. Namun permintaan tersebut ditolak oleh
Reza Khan. 13
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to
Islamic Republic. h, 434.
3
Pada saat penobatan dirinya sebagairaja baru Iran, Shah Reza
Pahlevi masih berusia dua puluh satu tahun.14
Shah Reza lahir pada
tanggal 26 Oktober 1919. Dia mempunyai saudari kembar yang
bernama Putri Asraf Pahlevi. Pada saat kudeta yang mengakhiri
kekuasaan Dinasti Qajar, Shah Reza masih berusia dua tahun.15
Memasuki usia sebelas tahun, Shah Reza harus berpisah dengan
orang tuanya karena menempuh pendidikan di Swiss. Selama lima
tahun di Swiss, dia menuntut ilmu di salah satu lembaga pendidikan
yang bernama Le Rosey.16
Pada 11 Mei 1936 dia kembali ke Iran.
Empat bulan kemudian tepatnya pada September 1936 dia
melanjutkan studinya di sebuah akademi militer yang ada di Teheran.
Shah Reza Pahlevi lulus dari akademi militer tahun 1938 dan
menerima pangkat Letnan Muda, dia langsung bekerja di bawah
komando ayahnya. Dengan diangkatnya Shah Reza Pahlevi
sebagaipemimpin Iran yang baru, Inggris, AS dan Rusia berlomba-
lomba untuk menanamkan paham mereka di Iran dengan mudah.
Ditambah lagi, Iran pasca Perang Dunia II mengalami kesulitan
ekonomi akibat naiknya harga-harga barang dan kelangkaan bahan
kebutuhan pokok. Saat itu pengaruh Amerika Serikat terhadap Iran
sangat kuat sehingga membuat Shah Reza Pahlevi meminta bantuan
dalam segi finansial kepada AS.17
Shah Reza menginginkan Iran menjadi negara yang modern
seperti Amerika Serikat dan negara-negara dengan industri maju
layaknya Eropa.18
Pertama-tama untuk merealisasikan ambisi besarnya
tersebut, Shah Reza melakukan perbaikan pada insfrastuktur negara
Dia berhasil membangun bedungan raksasa Dezful, Karaj, dan Majel
14
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, 434. 15
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, (University of
California Press, USA, 2009), h. 24. 16
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, h. 30. 17
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, 246. 18
Inggris, Rusia, Jerman Prancis dan Belanda pada saat itu merupakan negara
dengan industri yang selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan Iran.
4
untuk mendukung sektor pertanian Iran. Lalu membangun jalan raya
sejauh 13.000 mil, rel kereta sepanjang 500 mil yang menghubungkan
kota dan desa untuk memperbesar jalur distribusi dan perdagangan.
Di sektor industri, Shah Reza Pahlevi menjadikan kota-kota
besar seperti Teheran, Isfahan, dan Rasht sebagai pusat bisnis
pembangunan Iran kemudian mencanangkan program Revolusi Putih.
Program revolusi putih adalah program pembangunan nasional
berjangka panjang yang mencakup modernisasi seluruh bidang
(industri, kesehatan, pendidikan, pertanian dan lainya).19
Revolusi
Putih diluncurkan pada bulan Januari 196320
. Awalnya terdiri dari 6
poin, kemudian bertambah menjadi 12 poin pada pertengahan 1960-an
dan akhirnya pada akhir tahun 1970-an menjadi 19 poin.21
Di sektor
pertanian, Shah Reza Pahlevi mengesahkan program ambisius land
reform (reformasi agrarian) yang bertujuan untuk memajukan
pertanian Iran dan menghapuskan kontrol tuan tanah terhadap petani.
Reformasi tanah mengalihkan tanah dari kepemilikan perorangan (tuan
tanah) menjadi kepemilikan kolektif milik pemerintah. Artinya hanya
ada pemilik tunggal yang menguasai lahan di Iran, yaitu pemerintah
Iran. Program ini mulai beroperasi pada tahun 1962 dan memiliki tiga
tahapan pembagian lahan. Tahap pertama dimulai pada 1962, yang
kedua diterapkan pada 1963 dan tahapan terakhir pada 1968.22
Kebijakan land reform ini mendapat respon negatif dari petani
dan tuan tanah karena kebijakan tersebut memaksa petani harus
beradaptasi dengan pembagian tanah baru dari pemerintah. Sedangkan
para tuan tanah harus menjual tanahnya kepada pemerintah. Selain itu,
19
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi”
dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah-
Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998 )diakses pada 31 Agustus 2018, pkl 19.40. 20
Ali M. Ansari,” The Myth of the White Revolution: Mohammad Reza
Shah, „Modernization‟ and the Consolidation of Power. Middle Eastern Studies, pp.
1-24, h. 12. 21
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, h. 601. 22
Helmut Richards,” Land reform and Agribusiness in Iran”, MERIP Reports,
No.43, pp. 3-18+24 (Dec., 1975), h. 6-8.
5
land reform juga bertujuan untuk membasmi feodalisme dan
mendirikan kapitalisme di sektor non-reform. Program yang digadang-
gadang untuk memodernisasi Iran tersebut tidak berjalan dengan
baik.23
Banyak petani yang mengeluh terhadap kebijakan baru yang
merumitkan tersebut. Menurut Daniel Craig, masalah utama land
reform di Iran adalah minimnya suplai logistik pertanian dan
kurangnya keseriusan pemerintah untuk memperbaiki kondisi sosial
dan ekonomi petani Iran.24
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi. Pertama,
penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang land reform, sebab akibat
yang ditimbulkan oleh land reform. kedua penulis ingin mengetahui
kondisi perekonomian petani Iran pada saat dipimpin oleh Shah Reza
Pahlevi. Bertolak dari latar belakang tersebut penulis hendak
membahas tentang dinamika perekonomian khususnya kaum petani
memberi pengaruh terhadap perekonmian nasional Iran.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari sejumlah identifikasi masalah di atas Agar penelitian ini
tidak terlalu luas, maka penulis akan memberi batasan pada
permasalahan yaitu dari masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi dari
tahun 1941 hingga tahun 1979. Penelitian akan lebih difokuskan pada
program land reform dan perekonomian petani Iran. Berangkat dari
latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulis sebagaiberikut:
1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Iran di masa pemerintahan
Shah Reza Pahlevi 1941-1979?
23
Mohammad G. Majd, “Land reform Policies in Iran”, Oxford Journal, No
04, Vol 69, (Nov 1987), h, 844. 24
Daniel Craig, “The Impact of Land reform of an Iranian Village”, Middle
East Journal. No 2, Vol 32, (1978) h, 153.
6
2. Bagaimana kebijakan ekonomi pemerintahan Iran di masa Shah
Reza Pahlevi 1941-1979?
3. Bagaimana kondisi perekonomian petani Iran masa
pemerintahan Shah Reza Pahlevi pada saat land reform?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Iran
di masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi 1941-1979.
2. Untuk mengetahui kebijakan ekonomi Pemerintah Iran di masa
Shah Reza Pahlevi.
3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi kaum petani Iran
pada masa land reform.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberi gambaran
mengenai sejarah ekonomi Iran pada masa pemerintahan Shah
Reza Pahlevi pada tahun 1941 hingga peristiwa Revolusi Islam
Iran pada tahun 1979.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan kita
mengenai sejarah modern Iran.
3. Sebagaikontribusi untuk bidang akademik yang penulis teliti.
4. Memberikan sumbangan hasil penelitian bagi UIN Syarif
Hidayatullah, Fakultas Adab dan Humaniora serta jurusan
Sejarah dan Peradaban Islam.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustaka terkait dengan judul yang akan diteliti.
Tinjauan pustaka pertama ialah buku karya Joanna De Groot Religion,
Culture, and Politics in Iran: From The Qajar to Khomeini. Dalam
buku tersebut terdapat sub-bab yang berjudul “A Story of Cultures and
7
Communities”. Dalam sub-bab tersebut Joana menjelaskan tentang
persebaran pangan dari desa ke seluruh wilayah Iran pada abad ke-19.
Kemudian dia menganalisis secara detail kehidupan rakyat Iran yang
tinggal di desa dan di kota. Dia juga menelaah bagaimana dampak
yang ditimbulkan land reform bagi para petani Iran.25
Buku ini penting
bagi penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana kehidupan
umum para buruh dan para petani.
Buku karya Evrand Abrahamian yang berjudul A History of
Modern Iran. Dalam buku Evrand menjelaskan modernisasi Iran dari
zaman Dinasti Qajar hingga pecahnya Revolusi Islam Iran 1979.
Evrand juga menjelaskan transformasi sosial-ekonomi masyarakat Iran
terutama petani pada saat program Revolusi Putih diluncurkan.
Menurutnya, Revolusi Putih juga telah menyebabkan ketegangan
sosial dan politik yang memicu Revolusi Islam Iran pada tahun 1979.26
Kemudian jurnal karya Abol Hassan Danesh yang berjudul Land
reform, State Policy and Social Change in Iran. Jurnal ini diterbitkan
oleh UAS (Urban Anthropology and Studies of Cultural Systems and
World Economic Development). Dalam jurnal ini Hassan menganalisa
akar permasalahan kegagalan land reform Shah Reza yang berimbas
kepada pembangunan daerah tertinggal dan produktfitas ekonomi
negara. Dia juga melakukan kajian terhadap transformasi agraria Iran
bila dilihat dari konteks politik.27
Jurnal karya Kurusz Shahbaz yang berjudul Iran‟s White
Revolution yang diterbitkan oleh Sage Publications Inc. Dalam jurnal
ini Shahbaz menjelaskan secara detail mengenai Revolusi Putih Shah
Reza. Menurut Shahbaz, dampak dari Revolusi Putih tidak hanya di
25
Joanna De Groot, Religion, Culture, and Politics in Iran: From The Qajar
to Khomeini, (London, I.B. Tauris & Co. Ltd, 2007) h, 14-17.
26 Evrand Abrahamian, ”A History of Modern Iran”, (New York, Cambridge
University Press, 2008), h, 67. 27
Abol Hassan Danesh, “Land Reform, State Policy and Social Change In
Iran,” Urban Antrhopology and Studies of Cultural System and World Economic
Development, Vol. 21, No. 2, pp. 153-179 (Summer, 1992). h. 154-169.
8
Iran saja tapi juga di Timur-Tengah terutama dengan mitra dagang
Iran dalam urusan ekspor-impor.28
Lalu buku Nasir Tamara yang berjudul Revolusi Iran. Buku ini
diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Nasir merupakan
satu-satunya wartawan asal Indonesia yang berada di dalam pesawat
Boeing 707 Air France yang membawa tokoh utama Revolusi Islam
Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini. Dalam bukunya Nasir membahas
statistik land reform dan tahapan pembagian tanah pada saat land
reform. Dia mejelaskan secara rinci munculnya Dinasti Pahlevi hingga
kejatuhannya pada 1979 dan. Pada buku ini juga dijelaskan isu-isu
yang menjadi permasalahan di Iran seperti krisis Iran-AS atau masalah
emansipasi wanita.
Hal yang membedakan penelitian diatas dengan penelitian ini
yakni penulis lebih rinci membahas land reform, dampak-dampak
yang disebabkan land reform bagi perekonomian petani Iran.
G. Kerangka Teori
Pada penelitian ini penulis menerapkan teori sebagailandasan
dari pembahasan land reform dan Kondisi perekonomian Petani Iran
masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979). Penulis
menggunakan Teori Corvee Economy (ekonomi rodi). Suatu negara
dikatakan menganut teori ekonomi rodi jika memiliki empat kriteria,
yaitu: Pertama, harus mempunyai sistem pertanian yang beda dengan
negara lain. Artinya suatu negara harus memiliki inovasi di bidang
pertanian yang berbeda dengan negara lain. Kedua, mempunyai
produk pertanian yang surplus. Di Iran, beras dan gandum menjadi
komoditi ekspor utama pada sektor pertanian. Ketiga, petani
bergantung kepada tuan tanah. Petani Iran sangat bergantung terhadap
tuan tanah. Karena tuan tanah paham betul kebutuhan petani. Tuan
tanah tahu persis kapan petani harus mendapatkan pasokan air untuk
28
Kurush Shahbaz,” Iran‟s White Revolution,” Sage Publications, Inc.
Vol.126, No. 1, pp.17-21 (Spring.1963), h. 17-21.
9
mengairi lahan, mendapatkan benih untuk ditanam, dan waktu bagi
hasil panen dengan petani.29
Kemudian yang terakhir memiliki kondisi teknik pertanian yang
kurang memadai. Contoh kasus di Iran, teknik cocok tanam petani
masih menggunakan sistem primitif yang menyebabkan kurang
efisiensinya waktu dan tenaga. Artinya petani yang harusnya panen
dalam setahun dua sampai tiga kali, tetapi karena sistem bercocok
tanam yang primitif mereka hanya bisa panen sekali dalam semusim
karena masih mengandalkan hujan. Menurut Karl Marx, sistem
ekonomi di atas diperlukan sebuah rezim untuk memerintah. Kenapa
demikian? Karena orang yang berkuasa tahu persis permasalahan-
permasalahan rakyatnya, terutama dalam bidang pertanian. Teori di
atas saling bersinggungan dengan kondisi petani di Iran, karena Iran
memiliki empat kriteria yang sama persis seperti yang diutarakan oleh
Karl Marx. 30
H. Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah metode
penelitian sejarah dan pendekatan sosiologis. Metode penelitian
sejarah sendiri mempunyai empat proses yakni pemilihan topik,
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
1. Pemilihan Topik
Pada bagian ini penulis memilih kondisi perekonomian petani
Iran pada masa pemerintahan Reza Pahlevi. adapun metode yang
digunakan oleh penulis adalah deskripsi-analisis yang dilanjutkan
dengan perencanaan penelitian. Dalam penulis mengemukakan
permasalahan garis besar yang akan dibahas.
2. Heuristik
29
V.I Lenin, The Development of Capitalism in Russia, vol III, ( Moscow,
Progress Publisher, 1977) h. 191-193. 30
V.I Lenin, The Development of Capitalism in Russia, vol III, ( Moscow,
Progress Publisher, 1977) h. 191-193.
10
Pada penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan.
Langkah awal yang dilakukan penulis adalah mencari sumber baik
berupa buku, monograf, e-book, surat kabar, jurnal dan undang-
undang Pemerintahan Iran pada masa Shah Reza Pahlevi terkait
dengan land reform yang terdapat di internet seperti Libgen, Booksc,
SAGE, Jstore, Taylor and Francis dan e-resources Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Selain itu penulis juga mendapatkan
sumber lainya dari Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Karena
keterbatasan penulis dalam memahami bahasa Iran, penulis hanya
menggunakan sumber-sumber berbahasa Inggris sebagaisumber
pendukung dalam penelitian ini.
3. Kritik Sumber
Langkah selanjutnya yaitu kritik sumber baik secara internal
maupun eksternal dengan cara penyeleksian dan pengujian data Agar
relevan dengan permasalahan dari tema yang penulis teliti berupa
batasan waktu memulai pada dan waktu berakhir dari penelitian ini
yakni pada 1941-1979. Kemudian data tersebut diklasifikasikan
berdasarkan permasalahan yang penulis butuhkan. Proses kritik
merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh kesimpulan
dari data yang sudah diklasifikasikan. Sumber yang penulis gunakan
ialah sumber sekunder yang berasal dari jurnal, artikel dan sumber
sekunder lainnya.
4. Interpretasi
Selanjutnya adalah proses intepretasi yakni, menggabungkan
data yang telah diklasifikasi dan disimpulkan, kemudian ditarik
sintesis dari kesimpulan tersebut agar menjadi sebuah argumen atau
eksplanasi. Sehingga setiap fakta yang terangkum pada sumber
tersebut mendapatkan makna tentang kondisi perekonomian petani di
masa pemerintahan Reza Pahlevi hingga Revolusi Islam Iran 1941-
1979. Kemudian analisis ini berupa pendekatan-pendekatan yang
11
dilakukan penulis dalam memahami perkembangan yang terjadi pada
para petani di masa Shah Reza.
I. Sistematika Penulisan
Pada bagian ini penulis akan membagi sub pembahasan dalam
lima bab, yaitu:
BAB I, Pendahuluan. Bagian ini memuat Latar belakang,
Identifikasi Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Kerangk Teori, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II, Iran Masa Pemerintahan Syah Reza Pahlevi. Bab ini
mencakup tentang Profil Negara Iran, Biografi Shah Reza Pahlevi,
Kondisi Sosial Masyarakat Iran Di Bawah Pemeritahan Shah Reza
Pahlevi (1941-1979) dan Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi.
BAB III, Kebijakan Pemerintahan Shah Reza Pahlevi di Bidang
Ekonomi. Bab ini membahas tentang Kebijakan Ekonomi Shah Reza
Pahlevi, Revolusi Putih dan Kebijakan Land reform.
BAB IV, Kondisi Perekonomian Petani Iran Masa Pemerintahan
Shah Reza Pahlevi (1941-1979). Bab ini membahas tentang dampak
Kebijakan Land reform terhadap Kehidupan Petani.
BAB V berisi tentang kesimpulan penelitian dari penulis dan
saran-saran untuk penetilian selanjutnya.
12
BAB II
IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI
A. Profil Negara Iran
1. Geografis Negara Iran
Republik Islam Iran yang dahulu disebut Persia adalah negara
yang terletak di kawasan Asia barat daya antara 25 dan 40 derajat garis
lintang utara serta 44 dan 63 derajat garis bujur timur.1 Iran memiliki
luas wilayah kurang lebih sekitar 1.645.000 km²2, sekitar seperlima
dari daratan Amerika Serikat. Iran adalah negara terbesar ketujuh belas
di dunia. Berbatasan langsung dengan Turki dan Irak di sebelah barat
dan Afghanistan dan Pakistan di sebelah timur.3 Disebelah utara
berbatasan dengan Turkmenistan, Laut Kaspia Armenia dan
Azerbaijan. Sedangkan disebelah selatan ada Teluk Persia dan Teluk
Oman4.
2. Topografi
Wilayah Iran sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan
barisan gunung, oleh karena itu Iran juga disebut pusat dataran tinggi
yang rata-rata memiliki ketinggian 900 meter. Topografi Iran terdiri
dari pegunungan terjal yang mengelilingi daerah pedalaman yang
tinggi. Rantai utamanya adalah Pegunungan Zagros, kemudian
serangkaian pegunungan paralel yang diselingi dataran yang membagi
dua negara dari barat laut ke tenggara. Banyak puncak di Zagros
melebihi 3.000 meter di atas permukaan laut, dan setidaknya lima
1 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti
Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The
Islamic of Iran, 2009), h, 3. 2 Ahmad Tehrani,” Economic Development in Iran”, Pakistan Institute of
International Affairs, Vol. 21, No. 1, pp. 21-27, (Frist Quarter, 1968), h. 21. 3 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran: A Country Studies”, (Washington,
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 2008) h, 84. 4 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti
Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The
Islamic of Iran, 2009), h, 4.
13
puncak di wilayah selatan-tengah negara ini lebih tinggi dari 4.000
meter. Rantai pegunungan Zagros berlanjut ke Iran bagian tenggara,
ketinggian rata-rata menurun drastis hingga kurang dari 1.500 meter.
Rentang sempit tapi tinggi, Pegunungan Alborz, melapisi pesisir Laut
Kaspia. Gunung berapi Damavand (5.600 meter) terletak di pusat
Alborz merupakan puncak tertinggi negara ini dan gunung tertinggi di
daratan Eurasia di sebelah barat kisaran Hindu Kush.5
Bagian timur dataran tinggi ditutupi oleh dua padang pasir,
Dasht-e Kavir (gurun garam) dan Dasht-e Lut (gurun tak
berpenghuni). Kecuali beberapa oasis yang tersebar, padang pasir ini
tidak berpenghuni. Iran memiliki dua dataran rendah yang menonjol,
yakni dataran Khuzestan di barat daya dan dataran pantai Laut Kaspia
di utara. Panjang rata-rata dataran Khuzestan adalah sama dengan
dataran Mesopotamia yang panjangnya kurang lebih 160 kilometer.
Sebagian besar Dataran Khuzestan ditutupi dengan rawa-rawa.
Dataran pesisir Kaspia lebih panjang dan sempit. Dataran ini meluas
sekitar 640 kilometer di sepanjang pantai Kaspia, namun lebarnya
kurang dari 50 kilometer. Di selatan Khuzestan, ada bentangan luas
Teluk Persia dan Teluk Oman di mana Pegunungan Zagros
mengelilingi pantai. Ada dataran rendah yang cukup luas di pesisir
timur dan barat kota Bushehr dan di sepanjang Selat Hormuz, namun
curah hujan tahunan di kedua wilayah tersebut terlalu rendah dan tidak
dapat diandalkan untuk mempertahankan pertanian beragama yang
menjadi ciri Dataran Khuzestan dan dataran pantai Kaspia.6
Sampai abad ke-20, ketika jalan raya dan rel kereta api dibangun
melalui pegunungan untuk menghubungkan pusat-pusat kota, lembah-
lembah yang berada di pegunungan ini juga relatif masih terisolasi
satu sama lain. Pegunungan terjal tersebut juga menghalangi akses dari
5 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h. 85.
6 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h. 85.
14
Teluk Persia ke Laut Kaspia. Iran tidak memiliki sungai besar, hanya
sungai Karun saja yang dapat di lewati oleh kapal. 7
Negara ini memiliki beberapa iklim yang berbeda-beda. Di sisi
utara (dataran pesisir Kaspia) suhu amat rendah dan membekukan,
tetapi tetap lembap. Suhu di musim panas jarang mencapai 29 °C.
Penguapan tahunan adalah 680 mm di dataran bagian timur dan lebih
dari 1700 mm di sisi barat. Suhu di barat relatif lebih rendah terutama
di permukiman-permukiman lereng pegunungan Zagros. Dataran
pesisir Teluk Persia, dan Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim
dingin yang sejuk, namun jika musim panas daerah tersebut lembap
dan panas. Curah hujan rata-rata di Iran berkisar antara 25-30 cm.8
3. Kelompok Etnis dan Agama
Menurut sensus tahun 1966, rakyat Iran berjumlah 25.600.000
jiwa. Sebanyak 65% orang hidup di desa sedangkan 35% lainya hidup
di kota.9 Iran terdiri dari 30 provinsi, 250 kota dan 70.000 desa.
10
Kota-kota seperti Tehran, Isfahan, Tabriz, Qazwin, Hamadan, Kerman,
Yazd, Ahvaz, Masyhad, Abadan, Qom, Khash, Bam dan Kermansyah
adalah beberapa kota yang paling banyak dijadikan destinasi bagi para
transmigran. Pada tahun 1966, sebanyak 50% dari total populasi rakyat
Iran berprofesi sebagaipetani. Sedangkan 35% lainya berprofesi
sebagaiburuh yang mayoritas berasal dari kelas menengah.11
Kelompok etnis utama di Iran adalah Persia 65% , orang
Azerbaijan 16%, Kurdi 7%, Lurs 6%, Arab 2%, Baluchi 2%, Turkmen
1%, kelompok suku Turki seperti Qashqai 1%, dan kelompok non-
Persia, non-Turki seperti orang Armenia, Assyria, dan Georgia kurang
dari 1%. Bahasa Persia merupakan bahasa nasional Iran. Bahasa lain
7 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran: A Country Studies”, h, 84.
8 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti
Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The
Islamic of Iran, 2009), h, 8. 9 Ahmad Tehrani, “Economic Development In Iran”, h, 1.
10 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 108-109.
11 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 105.
15
yang digunakan adalah dialek Azeri Turki dan Turki, Kurdi, Luri,
Arab, dan Baluchi.12
Sekitar 90% dari total populasi penduduk Iran
adalah beragama Islam Syiah. Kemudian 8% lainya ada Islam Sunni
yang mayoritas penganutnya adalah orang-orang Kurdi dan Turki.
Agama Kristen, Yahudi, Zoroaster menduduki peringkat ketiga dengan
sekitar 2% dari total populasi.13
4. Sejarah Pemerintahan Iran
Dinasti Qajar berkuasa di Iran selama kurang lebih 150 tahun
(1779-1924). Nama Qajar diambil dari salah seorang pimpinan
mereka, yaitu Qajar Noyan, putra Sertaq Noyan, yang bekerja pada
Dinasti Ilkhan sebagaitutor Gazan Khan. Karir kepemimpinan Qajar
Noyan berakhir di tangan Raja Baidu karena dianggap bersekongkol
dengan penguasa sebelumnya, Gaykatu. Dengan kematian Qajar
Noyan, anggota suku Qajar hidup berpencar. Sebagian mereka hidup
Tapal14
, sebagian lagi hidup di Astarabad dan Turkistan. Pada awal
abad ke-16, suku Qajar memainkan peranan penting dalam perjalanan
sejarah Islam. Mereka bersama suku-suku dari Turki lainya bergabung
menjadi dengan tentara Qizilbash untuk mendirikan Dinasti Syafawi
pada 1501 M.15
Pada masa pemerintahan Shah Abbas I (1587–1629M)16
,
konsentrasi suku Qajar terpecah. Sebagian dikirim ke Georgia untuk
menjaga wilayah kerajaan di utara dan sebagian lagi dikirim ke
Provinsi Khurasan untuk menahan serangan suku Uzbek dan sebagian
lagi dikim ke Mazandaran untuk menghentikan pemberontakan suku
Turkoman. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pertama
12
Artikel ini diakses dari “Library of Congress – Federal Research Division,
Country Profile: Iran”, diakses pada 10 Juni 2017, pkl 4.29 WIB. 13
Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 118-119. 14
Tapal adalah batas antara Suriah dan Iran pada masa pemerintahan Abu
Said. 15
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, ( Jakarta, Tazkia Publishing, 2012), h, 58. 16
Shah Abbas I merupakan salah satu pemimpin Dinasti Syafawiyah (1501–
1736) dan seorang raja yang paling terkenal di antara raja lainya. Dinasti Syafawiyah
berada dalam puncak kejayaan pada masa Shah Abbas I.
16
bergabung dengan Dinasti Afsyari, kelompok kedua tidak diketahui
lagi keberadaanya, sedangkan yang ketiga terpecah menjadi Qajar
Yukharibasi dan Qajar Asysyaqbasy. Seiring jatuhnya Dinasti Syafawi
pada abad ke-18, Iran memasuki masa pergolakan politik dan sosial
yang panjang. Suku Bakhtiari, Kurdi dan suku-suku lainya saling
berperang untuk menguasai Iran.17
Namun pada akhir abad ke-18, Agha Muhammad Khan (1742-
1797)18
yang merupakan penguasa suku Koyunlu19
berhasil menguasai
Iran.20
Setelah berhasil menaklukan rivalnya Qajar Yukharibasy, Agha
membentuk aliansi dengan suku Bakhtiary dan Afsyari untuk
menaklukan wilayah tengah Iran. Dengan bantuan Haji Ibrahim,
penguasa Provinsi Syiraz, Agha Muhammad Khan berhasil
menaklukan Dinasti Zand dan menjadi penguasa seluruh wilayah Iran.
Setelah itu, Agha Muhammad Khan memindahkan ibu kota kerajaan
ke Teheran dan menobatkan dirinya sebagaipendiri sah Dinasti
Qajar.21
Pada masa pemerintahannya, ibu kota Teheran tumbuh dari
sebuah desa menjadi sebuah kota majemuk yang berpenduduk sekitar
15.000 orang. Saat memimpin ekspedisi kedua ke Georgia, Āghā
Moḥammad dibunuh oleh dua pembantunya.22
Warisan-warisan utama
pemerintahannya adalah Iran yang bersatu dan sebuah dinasti yang
memerintah sampai tahun 1925. Agha Muhammad Khan digantikan
oleh keponakanya, Fath Ali Shah (1797-1834). Di bawah
kepemimpinanya, Dinasti Qajar mengalami perkembangan yang pesat.
17
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 58. 18
Merupakan pendiri Dinasti Qajar yang memerintah dari tahun 1794 hingga
1797 M. 19
Koyunlu adalah merupakan anak suku Qajar Asysyaqbasy. 20
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to
Islamic Republic, (United Kingdom, Cambridge University Press, 2007), h, 126. 21
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 58-58 22
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Agha Mohammad Khan” pada
artikel https://www.britannica.com/biography/Agha-Mohammad-Khan, (20 Juli
1998) diakses pada 8 Februari 2018 pkl. 12.06 WIB.
17
Dia mengganti tradisi kesukuan dengan mengembangkan birokrasi
negara pada seluruh level pemerintahan.23
a. Masuknya Pengaruh Eropa
Pendekatan bangsa Eropa ke Iran dipelopori oleh orang-orang
Portugis, yang menguasai Selat Hormuz24
pada abad ke-17 untuk
kepentingan perdagangan. Pada saat itu, Hormuz merupakan daerah
strategis jalur perdagangan internasional yang menghubungkan
wilayah Arab dan Hindia. Pada awal abad ke-19, Dinasti Qajar mulai
mendapat tekanan dari dua kekuatan besar dunia, Inggris dan Rusia.
Kepentingan Inggris di Iran lantaran ingin melindungi rute
perdagangan ke India, sementara Rusia ingin memperluas wilayah
jajahanya.25
Dinasti Qajar tidak mau tunduk terhadap Rusia, akhirnya
pecahlah perang antara Rusia dengan Dinasti Qajar yang dimenangkan
oleh Rusia. Fath Ali Shah dipaksa menandatangani Perjanjian Gulistan
(1812) dan Perjanjian Turkomanchai (1828).26
Dalam perjanjian
tersebut Dinasti Qajar harus rela menyerahkan Provinsi Erivan dan
Nakhichevan ke Rusia dan harus kehilangan wilayahnya yang berada
di Kaukasus. Perjanjian tersebut mengakibatkan ekonomi rakyat Iran
lumpuh karena Rusia menerapkan pajak yang tinggi untuk rakyat Iran.
Akibatnya pemberontakan meletus di mana-mana dan stabilitas politik
Diansti Qajar terganggu. Kondisi tersebut berlangsung hingga Fath Ali
Shah meninggal dunia pada tahun 1834 M.27
Ia digantikan oleh Muhammad Shah (1834-1848). Pergantian
kekuasaan tersebut berjalan lancar berkat keterlibatan diplomatik
23
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 59. 24
Merupakan selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab. Selat ini
terletak antara Teluk Oman dengan Teluk Persia. 25
Glen E. Curtis and Eric Hooglund, Iran : A Country Studies,(Washington,
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 2008) h, 22. 26
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, ( Jakarta, Tazkia Publishing, 2012), h. 61. 27
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 62.
18
Inggris dan Rusia. Pada masa Muhammad Shah, Dinasti Qajar
semakin gencar melakukan modernisasi di bidang militer. Dinasti
Qajar berhasil mendirikan sebuah pabrik senjata di Iran. Namun
keberhasilan tersebut harus dibayar mahal karena semakin kuatnya
pengaruh asing di Iran. Produk-produk Inggris dan Rusia membanjiri
Iran. Kondisi tersebut mengakibatkan perekonomian rakyat lumpuh
karena produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor yang
harganya lebih murah.28
Pengaruh Inggris dan Rusia yang begitu kuat menyebabkan
kebencian dan perlawanan dari rakyat Iran. Munculah gerakan
Ismailiah yang menentang kekuasaan Muhammad Shah karena terlalu
loyal kepada Barat. Dinasti Qajar dan Inggris bereaksi dengan segera
menghancurkan gerakan tersebut. Perlawanan yang cukup serius
terhadap Dinasti Qajar muncul oleh kelompok yang mengatas
namakan gerakan Mesiah atau Babi. Sebelum menyerang gerakan
Babi, Muhammad Shah meninggal dunia terlebih dahulu dan
digantikan oleh Nasirudin Shah (1848-1896) atas kehendak Inggris
dan Russia. Nasiruddin berhasil membasmi gerakan Babi dalam
sekejab. Kuatnya intervensi Inggris dan Russia telah mendorong
terjadinya percepatan modernisasi Dinasti Qajar.29
Pembaharuan di bidang militer dilakukan berdasarkan model
yang berkembang di Eropa. Hal serupa juga diaplikasikan pada bidang
birokrasi dan administrasi. Dengan demikian, semakin banyak orang
Iran yang mendapatkan pendidikan modern ala Eropa. Di masa
Nasiruddin pula digalakkan penerjemahan buku dari berbagai penjuru
Eropa ke dalam bahasa Persia. Masa ini bisa disebut juga kebangkitan
awal dunia pendidikan Iran di kemudian hari.30
28
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 63. 29
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 64-65. 30
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 65-66.
19
Modernisasi yang dilakukan Nasiruddin Shah menimbulkan
kebencian dan perlawanan di kalangan rakyat Iran. Para intelektual
dan kalangan terdidik lulusan sistem pendidikan Barat mengkritik para
diktator dan praktik korupsi di kalangan pemerintahan yang semakin
luas. Para pengusaha, pedangang dan pengrajin lokal melayangkan
protes atas konsesi yang diberikan Nasiruddin kepada Inggris dan
Rusia. Lalu kaum petani juga melakukan hal serupa karena rendahnya
daya jual hasil pertanian mereka yang disebabkan oleh banyaknya
produk asing yang beredar di Iran. Ulama pun melakukan kritik dan
perlawanan terhadap Dinasti Qajar. Mereka memandang bahwa
kekuatan asing akan membahayakan keberadaan Agama Islam di Iran.
Pembatasan yuridiksi ulama atas lembaga pendidikan dan tanah wakaf
yang secara historis berada di tangan mereka, pengambialihan masjid
dan tempat-tempat suci, pengurangan gaji dan tunjangan ulama
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan para ulama melakukan
demonstrasi.31
Kemarahan rakyat akhirnya berkembang menjadi perlawanan
yang bersifat nasional. Pada tahun 1891-1892, rakyat Iran
berdemonstrasi menentang pemberian konsensi monopoli tembakau
terhadap Inggris. Gerakan tersebut kemudian disebut sebagaiThe
Tobacco Movement. Mendapatkan desakan dari rakyatnya sendiri
membuat Nasiruddin harus membatalkan konsesi dengan Inggris pada
tahun 1892. Keberhasilan gerakan ini membuat Dinasti Qajar harus
menanggung hutang 500.000 poundsterling, sebagaikompensasi atas
pembatalan konsesi yang telah dibuat tersebut. Untuk membayar
hutang Nasiruddin akhirnya meminjam kepada Russia. Russia tidak
menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut dan langsung memberikan
31
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 66.
20
pinjaman kepada Dinasti Qajar. Akhirnya dari pinjaman tersebut,
pengaruh Russia yang tadinya sudah lemah kembali menguat lagi.32
Kembalinya Russia ke Iran semakin mendorong perlawanan
rakyat terhadap Dinasti Qajar dan hegemoni asing. Akhirnya pada
tahun 1896 Nasiruddin Shah dibunuh oleh salah seorang pengikut al-
Afghani yang bernama Mirza Reza Kirmani. Nasiruddin Shah
digantikan oleh puteranya, Muzaffarudin Shah (1896-1907 M). Di
bawah pemerintahan Muzaffarudin Shah Dinasti Qajar semakin
melemah. Masa kekuasaanya lebih banyak diwarnai oleh campur
tangan Inggris dan Russia. Oposisi rakyat semakin kuat karena sikap
Muzaffarudin yang menghambur-hamburkan uang untuk keliling
Eropa. Alhasil kas negara menjadi kosong dan harus mencari pinjaman
ke negara lain.33
Pada tahun 1900, Muzaffarudin Shah mendapat pinjaman dari
Rusia sebesar 2,4 juta poundsterling dengan imbalan pemberian
konsesi yang lebih luas di bidang perdagangan dan perpajakan. Dua
tahun berselang pada 1902 Shah kembali menerima pinjaman sebesar
10 juta rubel untuk membangun jalan raya Julfa-Teheran melalui
Tabriz dan Qazwin. Karena hutang yang semakin menumpuk dan tak
kunjung membaiknya ekonomi negara, kebencian opoisisi rakyat
meledak lagi. Situasi yang semakin tak terkendali tersebut akhirnya
melahirkan Revolusi Konstitusional (1905-1911).34
Revolusi tersebut
ialah tuntutan rakyat Iran kepada Muzaffarudin untuk menidirikan
Majelis Nasional. Majelis ini berdiri pada Agustus 1906 dan
merupakan majelis nasional pertama yang berdiri di Iran. Dengan
32
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 66-67. 33
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h,. 67-68. 34
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta, Perpustakaan
Nasional RI, cet II, 2003), h, 175.
21
kehadiran Majelis ini, kehidupan sosial rakyat Iran sedikit mengalami
perubahan hingga meninggalnya Muzaffarudin pada 1907.35
Namun kondisi tersebut berubah seketika anak Muzaffarudin
yaitu Muhammad Ali Shah (1907-1909) naik takhta pada 1907. Ia
sangat membenci Majelis Nasional karena membatasi otoritas
kekuasaanya. Melalui Brigade Cossack, Muhammad Ali Shah berhasil
membekukan Majelis Nasional dan membunuh beberapa pengikutnya.
Kejadian tersebut membuat perlawanan rakyat terhadap Dinasti Qajar
semakin menjadi-jadi. Perlakuan Muhammad Ali tersebut justru
menjadi bumerang bagi dirinya yang dilengserkan dari takhtanya oleh
rakyat pada 1909. Ia digantikan oleh putranya, Ahmad (1909-1925),
yang merupakan penguasa terakhir Dinasti Qajar.
Di bawah kekuasaan Ahmad Shah, Dinasti Qajar tak mengalami
kemajuan yang berarti. Sebaliknya, kesatuan dan kedaulatan Dinasti
Qajar justru terpecah-pecah. Wilayah utara Iran berada dalam
kekuasaan Rusia sedangkan di selatan dikuasai Inggris. Hanya Iran
bagian tengah yang menjadi zona netral. Di tambah juga Iran dijadikan
sebagaimedan perang selama PD I semakin membuat Dinasti Qajar
terpojok dan menghancurkan perekonomian Iran. Kondisi tersebut
dimanfaatkan oleh Reza Shah yang merupakan komandan Brigade
Cossack pada saat itu. Pada tahun 1923, Reza Shah memaksa para
penguasa Dinasti Qajar berlibur ke Eropa dan disaat bersamaan ia
mengonsolidasikan kekuasaanya dan menyingkirkan rival politiknya.
Dengan dukungan militer yang terdidik secara modern dan terlatih,
Reza Shah kemudian berhasil mengontrol sebagian besar birokrasi
pemerintahan di tambah lagi ia beraliansi dengan Kabinet Ziaudin dan
Qawam as-Sultanah. Akhirnya pada tahun 1925 Reza Shah sukses
mengakhiri kekuasaan Dinasti Qajar dan melengserkan Ahmad Shah.36
35
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 69. 36
Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban
Islam Persia, h, 69-71.
22
Ia kemudian menjadikan dirinya sebagairaja Iran dan mendirikan
kerajaan konstitusional sekaligus pendiri Dinasti Pahlevi.37
b. Modernisasi Reza Khan (1925-1941)
Reza Khan menjabat sebagairaja Iran dari tahun 1925 hingga
1941. Pada masanya, ia menggunakan kekuatan militer dan birokrasi
pemerintahan sebagaisebuah pondasi yang kokoh dalam melegitimasi
kekuasaanya. Pendapatan negara pada masa Reza Khan berasal dari
tiga sumber utama yaitu: royalti minyak, bea cukai, ekstraksi pajak
dari barang-barang konsumsi seperti beras, rempah dll. Sebenarnya
minyak sudah lama ditemukan di Iran pada tahun 191138
, sumber lain
mengatakan bahwa minyak ditemukan pada 1908 oleh Willan Knox
D‟Arcy.39
Barulah pada tahun setelah penemuan itu, eksplorasi besar-
besaran dilakukan pemerintah Iran bersama Anglo Iran Oil Company
(Inggris) untuk mendongkrak pendapatan negara. Langkah selanjutnya
yang dilakukan Reza Khan yakni menata ulang sistem perpajakan.
Dalam penataan sistem perpajakan ini kontribusi asing terlihat begitu
besar. Reza Khan mendatangkan Dr Millspaugh, seorang pakar
adsministrasi keuangan asal Amerika.40
Reza Khan memberi tugas
kepada Arthur untuk menciptakan sistem perpajakan yang efisien dan
dinamis. Akhirnya, dalam kurun waktu lima tahun, Arthur berhasil
melaksanakan tugasnya dengan baik.41
Pendapatan pemerintah semakin meningkat setelah Perang
Dunia I. Pajak baru diberlakukan pada berbagai barang konsumsi,
terutama gula, teh, tembakau, kapas, dan opium. Pendapatan bea cukai
37
Hamka, “Sejarah Umat Islam Jilid III”, (Jakarta, Bulan Bintang, 1960), h,
478. 38
Evrand Abrahamian, ”A History of Modern Iran”, (New York, Cambridge
University Press, 2008), h, 67. 39
“Sejarah Pemenuan Minyak di Dunia” dalam artikel
https://migas.esdm.go.id/post/read/Sejarah-Penemuan-Minyak-di-Dunia (15 Januari
1014), diakses pada 8 April 2018 pkl 19.51 WIB. 40
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to
Islamic Republic, (United Kingdom, Cambridge University Press, 2007), h, 610. 41
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to
Islamic Republic, h. 611.
23
melonjak dari 51 juta rials pada tahun 1921, menjadi 93 juta rials pada
tahun 1925, dan selanjutnya menjadi 675 juta rials pada tahun 1940.
Pendapatan dari pajak konsumen meningkat dari 38 juta rials pada
tahun 1925 menjadi 180 juta pada tahun 1940. Pajak atas gula dan teh
mulai berlaku pada tahun 1926 dan menghasilkan 122 juta rials pada
tahun 1928, meningkat menjadi 421 juta pada tahun 1938, dan 691 juta
di tahun 1940. Dengan kata lain, pendapatan dari gula dan teh saja
meningkat enam kali lipat. Total Pendapatan pemerintah meningkat
dari 246 juta rials pada tahun 1925-1926 menjadi 3.610 juta rials pada
tahun 1940-1941. Inggris memperkirakan bahwa pada tahun 1935
lebih dari 34 persen dari pendapatan ini digunakan untuk angkatan
bersenjata. Dengan penghasilan yang melimpah tersebut, Reza Khan
melakukan modernisasi besar-besaran di berbagai sektor. Di sektor
transportasi, mula-mula dia memperluas sistem transportasi dengan
membangun Keteta Api Trans-Iran untuk mempermudah perdagangan
dari desa ke kota dan sebaliknya.42
Keberadaan sistem transportasi modern pada tahun 1930an
mendorong pertumbuhan industri yang kemudian dipromosikan
pemerintah sebagaiupaya untuk modernisasi Iran. Pembangunan
pabrik-pabrik industri merupakan prioritas utama Reza Khan. Antara
tahun 1925-1935 jumlah pabrik industri (tidak termasuk pengolahan
minyak bumi) meningkat 100% selama masa pemerintahan Reza
Khan.
Pada tahun 1941 jumlah pabrik modern meningkat menjadi 346,
di mana 146 adalah instalasi besar. Pabrik besar ini mencakup tiga
puluh tujuh pabrik tekstil, delapan kilang gula, delapan perusahaan
kimia, dua pabrik kaca, satu pabrik pengolahan tembakau, dan lima
pabrik pengolahan teh. Tujuan dibangunya pabrik-pabrik tersebut ialah
untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap barang-barang
42
Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to
Islamic Republic. h, 612.
24
impor dan juga mendorong industrialisasi dengan menaikkan tarif
pajak, membiayai industri modern, dan memberlakukan monopoli
pemerintah.
Pertumbuhan industri ini berkembang di lima pusat kota besar,
di mana 75 % pabrik modern berada di kota-kota besar seperti Tehran,
Tabriz, Isfahan, Provinsi Gilan dan Mazandaran. Modernisasi
mempercepat laju kehidupan melalui perubahan budaya, pendidikan,
dan norma sosial tradisional. Dengan bertambahnya pabrik-pabrik
industri secara pesat, otomatis membuka lapangan pekerjaan baru bagi
rakyat Iran. Populasi di Tehran sendiri meningkat dari lebih dari
196.000 pada tahun 1922 menjadi sekitar 700.000 pada tahun 1941.
Hal tersebut disebabkan karena kebijakan Reza Shah yang ingin
menjadikan Tehran sebagaipusat komersial dan perdangangan di Iran.
B. Biografi Shah Reza Pahlevi (1941-1979)
Nama aslinya adalah Mohammad Reza Pahlevi, atau lebih
dikenal dengan Reza Pahlevi, merupakan Shah (raja) terakhir Dinasti
Pahlevi (1941-1979). Ia lahir di Tehran, Iran pada 26 Oktober 1919.
Reza Pahlevi adalah putra sulung dari pasangan Tadj Ol-Molouk43
dan
Reza Khan (lahir 15 Maret 1878), seorang perwira militer yang
menjadi penguasa Iran dan pendiri Dinasti Pahlevi pada tahun 1925.
Adapun adik dan kakak kandung Reza Pahlevi di antaranya Ashraf
Pahlavi, Shams Pahlavi, Ali Reza Pahlavi, Hamdamsaltaneh Pahlavi,
Abdul Reza Pahlavi, Ahmad Reza Pahlavi, Mahmud Reza Pahlavi,
Fatimeh Pahlavi, Hamid Reza Pahlavi, dan Gholam Reza Pahlavi.44
43
Tadj Ol-Molouk merupakan sebuah gelar yang disematkan kepada Ibu
Shah Reza Pahlevi yang berarti “mahkota raja”. Nama aslinya adalah Nimtaj.
Sumber: Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009) h. 9. 44
Shapour Ghasemi, “Pahlavi Dynasty” dari:
www.iranchamber.com/history/pahlavi/pahlavi.php diakses pada 4 Februari pk1
9.20 WIB.
25
Pada tahun 1931, Reza Pahlevi menempuh pendidikan dasarnya
di Swiss (Le Rosey School for Boys) dan kembali ke Iran pada tahun
1936. Kemudian ia mendaftar di sekolah militer Tehran dan lulus pada
tahun 1938 dan sudah mendapatkan lisensi pilot. Reza Pahlevi sangat
menyukai olahragaseperti sepak bola dan bermain ski.45
Pada tahun
1939, saat usianya baru menginjak 20 tahun, Reza Pahlevi menikah
dengan Puteri Fawzia Fuad yang merupakan saudari Raja Mesir yakni
Raja Farouq I. Namun pada 1949 pasangan tersebut bercerai. Setelah
itu, Reza Pahlevi menikah lagi dengan seorang blasteran Jerman-Iran
bernama Soraya Esfandiari pada tahun 1950.46
Kemudian pada tahun
1959 untuk ketiga kalinya ia menikah kembali dengan Farah Diba.
Dari hasil penikahannya dengan Farah Diba, Reza Pahlevi dikaruniai
empat orang anak, di antaranya: di antaranya Farahnaz Pahlavi, Leila
Pahlavi, Ali-Reza Pahlavi, dan Reza Pahlavi.47
Reza Pahlevi menjadi Shah Iran karena mandat dari Inggris.
Pada tahun 1941, Uni Soviet dan Inggris memiliki kekhawatiran Reza
Khan akan bekerja sama dengan Nazi Jerman untuk membebaskan
dirinya dari pengawasan Uni Soviet dan Inggris. Akibatnya Uni Soviet
dan Inggris melakukan intervensi ke Iran yang memaksa Reza Khan
turun dari jabatanya sebagaishah Iran. Tak lama setelah peristiwa itu,
Inggris mengirim Reza Khan ke pengasingan. Reza Pahlevi kemudian
menggantikan ayahnya menjadi shah pada 16 September 1941.48
Shah
45
Encyclopedia of World Biography, “Mohammad Reza Pahlevi Biography”,
diakses pada 7 Februari 2018, pukul 11.27 WIB, dari:
http://www.notablebiographies.com/Ni-Pe/Pahlavi-Mohammad-Reza.html 46
Iran Chamber Society, “Mohammad Reza Shah Pahlavi: Arya Mehr and
Shahanshah (King of the King)” diakses pada 04 Februari 2018 pukul 21.00 WIB
dari:
http://www.iranchamber.com/history/mohammad_rezashah/mohammad_rezashah.ph
p 47
“Mohammad Reza Pahlavi”, diakses pada 7 Februari pukul 14.22 WIB,
dari: https://www.thefamouspeople.com/profiles/mohammad-reza-pahlavi-5691.php 48
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah
Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-
26
Reza Pahlevi memerintah di Iran dari 16 September 1941 sampai 11
Februari 1979.49
Pada dekade awal pemerintahannya 1941-1949, Shah
Reza Pahlevi di sibukkan dengan masalah internal dalam
pemerintahannya. Atas persetujuan Majlis (parlemen), Ahmad Qavam
resmi diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1946. Karena latar
belakangnya seorang sosialis, Qavam lebih condong ke Rusia dan
menginginkan Iran melakukan kerja sama dalam ekspor minyak.
Namun hal tersebut ditolak oleh Amerika, karena pada saat itu
dominasi Amerika di Iran sangat kuat. Usulan Qavam tersebut
mengakibatkan dirinya dicopot dari jabatanya sebagaiperdana menteri.
Kemudian tahun 1949-1953 giliran gerakan nasionalis mendominasi
pemerintahan yang dipimpin oleh Mohammad Mossadegh.
Mossaddegh menjabat sebagaiperdana menteri Iran dari tahun 1951
hingga 1953.50
Pada bulan Maret 1951 Mosaddegh menjamin sebuah
RUU di Majlis untuk menasionalisasi perusahaan minyak asal Inggris
(Anglo-Iran Oil Company).51
Konflik dan perselisihan antara Shah Reza Pahlevi dan
Mosaddegh terus berlangsung. Pada bulan Agustus 1953, Shah Reza
Pahlevi mencoba untuk memberhentikan Mosaddegh dari jabatannya
sebagaiperdana menteri. Namun, justru Shah Reza yang dipaksa
meninggalkan negara oleh pendukung Mosaddegh yang mayoritas
Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38
WIB. 49
Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” 50
The Editors of Encyclopedia Britanica,” Mohammad Mosaddeq” dari
https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq, (20 juli 1998)
diakses pada 9-Februari 2018, pkl 19.11 WIB. 51
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah
Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-
Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38
WIB.
27
merupakan kaum kelas menengah.52
Dengan dukungan dan bantuan
terselubung dari Amerika Serikat dan Inggris, Shah Reza Pahlevi
berhasil kembali ke tampuk kekuasaan.53
Kedekatan khusus yang
terjalin antara Reza Pahlevi dengan Amerika Serikat dan Inggris ini
menimbulkan ketidaksukaan dikalangan pemimpin Islam. Karena yang
dilakukan Reza Pahlevi sama dengan westernisasi Iran.54
Di bawah pemerintahan Shah Reza Pahlevi, nasionalisasi
industri minyak tetap dipertahankan, walaupun pada tahun 1954 Iran
menandatangani sebuah kesepakatan untuk membagi pendapatan
dengan asosiasi internasional yang baru terbentuk dan bertanggung
jawab untuk mengelola produksi. Dengan bantuan Amerika Serikat,
Reza Pahlevi kemudian melanjutkan program pembangunan nasional
yang disebut “Revolusi Putih”, termasuk pembangunan jalur kereta api
dan udara yang diperluas, sejumlah proyek bendungan dan irigasi,
pemberantasan penyakit seperti malaria, dorongan dan dukungan
pertumbuhan industri, dan land reform. Selain itu, ia juga membentuk
korps melek huruf dan korps kesehatan untuk populasi pedesaan yang
besar.55
Pada tahun 1960an dan 1970an, Reza Pahlevi juga berusaha
mengembangkan kebijakan luar negeri yang lebih independen dan
menjalin hubungan kerja dengan Uni Soviet dan negara-negara Eropa
Timur.56
52
Kelas menengah terdiri dari kaum berpendidikan seperti mahasiswa, guru,
professor dan kaum berpendidikan lainya. 53
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi”
dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah-
Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38 WIB. 54
Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”,
diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari:
http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari-
negaranya 55
Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge
University Press, 2008) h. 134. 56
The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah
Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-
28
Pada pertengahan tahun 1970-an, Shah Reza Pahlevi mulai
menyusun rencana proyek-proyek besar untuk pembangunan nasional
Iran dalam rangka menindaklanjuti program Revolusi Putih 1963.
Pembiayaan proyek nasional ini mengandalkan pendapatan minyak
Iran yang cukup besar. Revolusi Putih memperkuat dukungan dari
dalam negeri (domestik) untuk Shah Reza.57
Namun di samping
kemajuan sosial-ekonomi yang dicapai oleh Shah Reza Pahlevi yang
disebutkan di atas, ia juga menghadapi kritik politik terus-menerus
dari mereka yang merasa bahwa reformasi tersebut tidak berjalan
cukup baik dan mendapat kritik religius dari mereka yang percaya
westernisasi bertentangan dengan Islam. Masyarakat kelas menengah
Iran merasa tidak puas dengan apa yang dilakukan Shah Reza Pahlevi.
Karena mereka menganggap Revolusi Putih hanya memberi
keuntungan kepada keluarga kerajaan, dan para kaum bangsawan.58
Selain itu, oposisi terhadap Shah Reza Pahlevi sendiri disebabkan oleh
peraturan otokratisnya, korupsi di pemerintahannya, distribusi
kekayaan minyak yang tidak merata dan westernisasi yang
dipaksakan.59
Pada 8 September 1978, terjadi pemberontakan rakyat karena
tidak puas dengan kinerja pemerintahan Shah Reza Pahlevi.
Kerusuhan dan kekacauan meluas di kalangan kelas bawah, kelas
menengah, Ulama Syiah, pedagang dan mahasiswa yang berdampak
pada tumbuhnya dukungan untuk untuk Ayatollah Ruhollah
Khomeini, seorang pemimpin religius Islam Syiah. Ayatollah
Khomeini mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kebijakan Shah
Reza Pahlevi tersebut dengan menyerukan penggulingan terhadap
pemerintahannya. Khomeini menginginkan Iran kembali kepada
Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38
WIB. 57
Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” 58
Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya” 59
Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi”
29
tradisi Islam. Dua bulan setelah kejadian pemberontakan dan
kerusuhan Iran tersebut, ribuan masa memenuhi jalanan Iran, dan
menghancurkan seluruh simbol yang berbau Barat.60
Akibat
pemberontakan yang meluas di seluruh Iran sejak tahun 1978,
akhirnya Dinasti Pahlevi Runtuh pada 1979. Peristiwa tersebut dikenal
dengan nama Revolusi Islam Iran.
Setelah itu Shah Reza Pahlevi meninggalkan Iran bersama
keluarganya pada 16 Januari 1979 dan Khomeini mengambil alih
kendali. Ia mengunjungi beberapa negara dan sempat tinggal di
Amerika sembari menjalankan perawatan medis. Mengetahui Reza
Pahlevi sedang berada di AS, warga Iran marah besar. Sehingga ujung
dari Revolusi Islam Iran ditandai dengan penyerangan Kedutaan Besar
AS di Iran.61
Reza Pahlevi mendapat suaka dari Presiden Mesir saat itu
Anwar Sadat untuk menetap di Mesir sampai ia wafat karena kanker
pada 27 Juli 1980.62
C. Kondisi Sosial Masyarakat Iran di bawah Pemerintahan Shah
Reza Pahlevi (1941-1979)
Masyarakat Iran pada abad ke-20 ini dapat dikomposisikan
dalam tiga kelas, yaitu; Lapisan masyarakat kelas atas atau kelas elite,
kelas menengah dan kelas bawah. Kelas elite merupakan lapisan yang
tertinggi dan terpandang di antara tiga kelas sosial masyarakat Iran.
Mereka (kelas atas) terdiri dari pengusaha, aristokrat, keluarga
kerajaan, tuan tanah pribumi, bangsawan pribumi, ulama besar, ketua
suku, dan sebagainya. Mereka memainkan peran yang vital dalam
60
Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”,
diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari:
http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari-
negaranya 61
Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”,
diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari:
http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari-
negaranya 62
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009), h. 598.
30
mengembangkan perekonomian negara.63
Tuan tanah dan keluarga
kerajaan sudah jelas mereka memiliki andil yang besar terhadap
petani. Karena mereka (tuan tanah) yang menyalurkan lahan kepada
petani. Pada tahun 1960, para tuan tanah diperkirakan memiliki 80-
85% dari 42 juta hektar64
lahan yang bisa dibudidayakan.65
Sementara
itu masyarkat kelas atas muncul sekelompok elite industri baru yang
berasal dari borjuasi kecil dan sebagian lainnya berasal dari tuan tanah
(dulunya) yang menginvestasikan sebagian kekayaannya untuk bisnis
dan perdagangan. Bagaimanapun juga, hampir semua lapisan kelas elit
Iran adalah penguasa lahan. 66
Di antara kelas atas dan kelas bawah, terdapat kelas menengah.
Kelas menegah terdiri dari dua bagian yaitu kaum
pengusaha/wirausaha dan kaum terpelajar. Tabel di bawah ini
merupakan jumlah keseluruhan masyarakat kelas menengah Iran. Pada
tahun 1956, jumlah orang yang menempati profesi wirausahawan
berkisaran antara 200.000-300.000 orang.67
Dari jumlah tersebut,
bisnis yang paling banyak diminati para pengusaha adalah commerce
dan retail dengan 264,200 orang. Kemudian sektor konstruksi
bangunan dan manufaktur berada di posisi kedua yang menarik minat
para wirausahawan yaitu berjumlah sekitar 16,300 orang.68
Bagian utama lain dari kelas menengah ini adalah kaum
intelektual. Keterampilan yang beragam dan talenta mereka dalam
63
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, Middle East Journal, Vol.17, No.4, pp. 400-418. (Autum,
1963) h, 401. 64
Eric Hooglund, “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports, No.99,
pp. 15-19 (Sep., 1981), h. 15. 65
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 401. 66
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 403. 67
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 408 68
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 408
31
dunia pendidikan telah menjadikan nilai sosial-ekonomi69
bagi kelas
menengah. Jumlah kaum terpelajar lebih banyak dibandingkan dengan
kaum wirausahawan yaitu sekitar 332,000 orang. Pada tabel di bawah,
kaum intelektual yang bekerja pada birokrasi pemerintahan lebih besar
dibandingkan mereka para pekerja ahli ataupun teknis yaitu 175,900
berbanding 93,200 orang.70
Tabel 2.1: Daftar Pekerjaan dan Jumlah Kelas Menengah.71
Lapisan masyarakat yang terakhir adalah kelas bawah yang
mempunyai massa paling banyak jika dibandingkan dengan lapisan
sebelumnya. Keberadaan kelas bawah dipertimbangkan keberadaanya
karena mereka (kelas bawah) berkoneksi langsung dengan kelas atas,
terutama hubungan antara petani dengan tuan tanahnya. Kelas bawah
69
Nilai ekonomis kaum intelektual mereka terdapat di fungsi, kinerja dan
layanan di sektor pelayanan publi dan bagian birokrasi pemerintahan. 70
James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 408. 71
James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 418.
32
terdiri dari empat bagian; pertama kelas pekerja, kedua petani pemilik
tanah (mandiri), ketiga petani tanpa tanah atau yang biasa disebut
petani penyewa dan yang terakhir yaitu massa kesukuan. Pertama
kelas pekerja, menurut sensus pada tahun 1956 kelas pekerja terdiri
dari dua juta orang dan lebih dari separuh pekerja Iran berada pada
bidang konstruksi, manufaktur dan kerajinan seperti yang terdapat
dalam tabel di bawah. Mereka yang menjadi pekerja adalah orang-
orang yang berusia produktif yang berumur 17-40 tahun. Kelas pekerja
dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, mereka yang bekerja desa
dan yang di kota. Sebagian besar karyawan swasta yang bekerja di
kota-kota besar disebut juga pekerja industri.72
Tabel 2.2: Jumlah Kelas Menengah dan Kelas Bawah73
72
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 409. 73
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 415.
33
Pada tahun 1956-an pekerja Iran menjadi sasaran eksploitasi
yang parah. Sebagian pabrik terutama tekstil mengabaikan undang-
undang pekerjaan. Misalnya larangan untuk mempekerjakan anak-
anak di bawah usia 12 tahun. Namun, pabrik tekstil terkadang
mempekerjakan anak-anak usia enam sampai tujuh tahun.74
Kedua, kelas para petani. Pada tahun 1960-an masyarakat Iran
umumnya adalah masyarakat agraris. Produksi pertanian Iran
merupakan yang terbesar kedua setelah minyak yaitu berkisar antara
40-50 %. Hampir 80% rakyat Iran hidup di desa dan bekerja
sebagaipetani. Di antara semua kelas petani, ada satu kelompok kecil
yang menempati posisi lebih tinggi dalam struktur kekuasaan, yaitu
pemilik tanah (mandiri). Petani yang mempunyai lahan sendiri
meskipun itu kecil tetap lebih baik daripada petani penggarap yang
mempunyai lahan garapan luas. Keuntungan yang diraih petani
mandiri yaitu: pertama, bisa menikmati hasil panennya sendiri tanpa
memikirkan bagi hasil. Kedua menjadi tuan tanah bagi lahan
pertanianya sendiri. Ketiga, tidak memikirkan pajak. Lain halnya
dengan petani penggarap yang harus memikirkan bagi hasil dengan
tuan tanah. Kerja di bawah tekanan tuan tanah, harus mencapai target
yang telah disepakati antara keduanya dan masih banyak lagi PR
petani penggarap yang harus diselesaikan terhadap tuan tanah.75
Intinya adalah, semua kelas sosial saling membutuhkan satu sama lain.
Oleh karena itu yang satu tidak akan dapat bertahan tanpa bantuan
yang lainya. Misalnya, tuan tanah tidak akan mendapat hasil panen
yang maksimal jika tidak menggunakan jasa petani penggarap, dan
begitupun sebaliknya.76
74
James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 408. 75
James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h, 408 76
James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, h,
34
D. Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi
Iran merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang
melimpah. Sektor pertanian dan perminyakan merupakan dua bidang
yang menjadi andalan APBN Iran. Selain kaya akan sumber daya
alam, letak negara ini strategis yang bisa dibilang sebagaijalur
alternatif penghubung antara benua Asia-Eropa. Oleh karenanya, Iran
menjadi rebutan oleh negara-negara super power seperti Amerika,
Inggris, Rusia (dulu Uni Soviet) dan Jerman. Pada masa Perang Dunia
I, Iran menjadi medan pertempuran antara Sekutu dan Poros. Dari
sejarah itulah Shah Reza Pahlevi terobsesi untuk memodernisasikan
militer di Iran. Dia sangat berambisi menjadikan Iran sebagainegara
dengan militer terbaik dan terkuat di kawasan Teluk. Modernisasi
militr ini mengharuskan Shah Reza sebagian besar dana belanja Iran
khusus untuk bidang militer.
Untuk menujudkan cita-citanya, Shah Reza melakukan kerja
sama militer dengan Amerika Serikat dan Israel. Pada masanya
tersebut, kekuatan Iran sangat tergantung pada Amerika Serikat.
Amerika memberikan bantuan berupa persenjataan dan perlatan militer
yang canggih pada masa itu. Pada tahun 1947, Iran menerima
pinjaman dari Amerika Serikat sekitar 25 juta dollar untuk membiayai
militer Iran. Masih di tahun yang sama, AS kembali memberi
pinjaman kepada Majlis (parlemen) sebesar 10 juta dollar.77
Dana
tersebut digunakan Shah untuk membeli perlengakapan militer dan
mendirikan polisi rahasia yang bernama SAVAK. Organisasi ini
dibentuk pada tahun 1957 berkat bantuan oleh CIA78
dan MOSSAD.79
77
Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, MERIP Reports,
No.18, pp. 3-22 ( June., 1973), h 6. 78
CIA (Central Intelligence Agency) adalah organisasi intelijen milik
pemerintah Amerika Serikat yang bertugas memperoleh informasi dan menganalisa
perusahaan, pemerintah dan individu-individu tertentu untuk diberikan pada pihak-
pihak pemerintah yang berwenang. Lihat: Jary D.Gray. Demokrasi Barbar ala
Amerika. (Jakarta, Gema Insani Press, 2007)h. 57-58. 79
Mossad adalah badan intelijen milik Israel dan dianggap badan intelijen
terbaik dan paling ditakuti di dunia. Organisasi ini didirikan pada Desember 1949.
35
Shah Reza memilih Mayor Jenderal Teymur Bakhtiar sebagaipimpinan
SAVAK. Bakhtiar tak segan-segan menindas siapa saja yang berani
menentang pemerintah termasuk komunis, fundamentalisme Islam dan
anti-monarkis laninya.80
Bakhtiar menjabat sebagaipemimpin SAVAK
dari 1957-1961.
Pada masanya, SAVAK merupakan pasukan yang paling
ditakuti di Iran. Pasukan ini bertugas menculik dan mengeksekusi
siapa saja yang berani menentang Shah Reza. Salah satu tokoh yang
menjadi korban keganasan SAVAK adalah Ali Syari‟ati. Ia dieksekusi
oleh SAVAK pada 19 Juni 1977. Syari'ati dianggap sebagaisalah satu
pemimpin filosofis paling berpengaruh dari Iran pada masa pra-
revolusi. Pengaruh dan popularitas pemikirannya terus dirasakan di
seluruh masyarakat Iran bertahun-tahun kemudian. Dia merupakan
salah satu dari tiga cendikiawan Iran yang terkenal pada zamanya
bersama dengan Murtadha Muttahari dan Sayyd Husein Nasr. Tahun
1963, Shah Reza megesahkan program modernisasinya yang disebut
White Revolution. Revolusi ini merupakan titik balik perkembangan
Iran. Ekspansi industri, moderniasi negara berhasil dicapai oleh Shah
Reza dengan cara mengorbankan nilai-nilai keislaman.81
Puncaknya
pada awal tahun 1970-an, pendapatan minyak Iran naik dan disaat
yang sama Iran mengakhiri perjanjian dengan perusahaan minyak
Barat yang dipimpin oleh British Petroleum. Dengan ini Iran memiliki
kendali penuh terhadap minyak tanpa campur tangan asing.82
Pada 1977, Shah Reza mempunyai angkatan laut terbesar di
Teluk Persia, angkatan udara terbesar di Asia Barat dan pasukan
80
Gholam Reza Afkhami, Th Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009), h. 381. 81
https://www.britannica.com/place/Iran/The-White-Revolution#ref315913
diakses pada 10-April-2018, pkl 22.14 WIB. 82
https://www.britannica.com/place/Iran/The-White-Revolution#ref315913
diakses pada 10-April-2018, pkl 22.35 WIB
36
terbesar kelima di dunia.83
Berkat alokasi dana yang melimpah dan
bantuan dari AS, militer angkatan darat Iran memiliki 1000 tank
modern, 400 helikopter, kapal hovercraft sebanyak 28 unit, 100 artileri
jarak jauh, 2500 rudal Marverick, 173 pesawat tipe F4, 141 unit
pesawat tempur tipe F5, 10 unit tipe F14, dan 10 pesawat transportasi
tipe Boeing 707.84
Adapun pesawat tempur F-4 dilengkapi dengan
roket kendali Phoenix. Kemudian pada angkatan laut dipersenjatai
dengan pesawat pengintai P-36, puluhan kapal patrol, 3 buah kapal
selam, 4 buah kapal Destroyer Spruance, dan hydroglissuer yang dapat
mendarat di air dangkal.85
Kemudian pada 1978 Shah Reza kembali
menganggarkan dana sebesar $12 juta untuk menambah kekuatan
militernya. Kali ini Shah membeli 160 buah pesawat F16, 80 buah
pesawat tipe F14, 160 pesawat F16, 209 pesawat F4, 3 buah kapal
penghancur, dan 10 buah kapal selam yang dilengkapi nuklir.86
Kekuatan militer yang spektakuler ini menjadikan Iran sebagainegara
yang disegani dikawasan Timur-Tengah. Shah Reza Pahlevi berhasil
mengukuhkan keududukan Iran sebagai“polisi” di kawasan Teluk.
83
Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, ( New York, Cambridge
University Press, 2008) h. 124. 84
Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, ( New York, Cambridge
University Press, 2008) h. 124. 85
Chaerul Saleh, Peranan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran 1977-
1979, (Depok-Universitas Indonesia Press, 1996) h. 54. 86
Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, h. 125.
37
BAB III
KEBIJAKAN EKONOMI SHAH REZA PAHLEVI
A. Kebijakan Ekonomi Shah Reza Pahlevi
Reza Pahlevi resmi menjadi raja Iran pada tahun 1941, usianya
pada saat itu genap 22 tahun. Masih terlalu muda bagi Reza Pahlevi
untuk memimpin sebuah negara. Akhirnya situasi tersebut
dimanfaatkan Inggris untuk memperkuat pengaruhnya di Iran. Shah
Reza menghabiskan dekade awal pemerintahannya dengan bersitegang
dengan oposisi. Ancaman pertama datang dari Ahmad Qavam. Qavam
adalah perdana menteri Iran pada 1946-1947. Qavam merupakan
orang yang anti-Amerika. Oleh karenanya, ia lebih memilih membuat
perjanjian dengan Uni Soviet tentang minyak. Namun Iran pada saat
itu lebih condong ke Amerika. Rencana Qavam ditolak oleh Amerika
dan dia dipaksa untuk mengundurkan diri.1 Ancaman selanjutnya
datang dari Mohammad Mossaddegh, Front Nasional2 pada awal tahun
1950-an dan krisis Azerbaijan.3 Sampai tahun 1953, Reza Pahlevi
bergelut dengan oposisi pemerintahannya sehingga kebijakan ekonomi
kurang berkembang.4
1 Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, MERIP Reports,
No.18, pp. 3-22 ( June., 1973), h. 6. 2 Front Nasional merupakan sebuah organisasi politik yang didirikan oleh
Mohammad Mosadegh pada 24 Oktober 1949. Organisasi ini merupakan oposisi
pemerintah dan bisa dianggap sebagai organisasi tertua dan terbesar yang beroperasi
di Iran. Pendukung setia organisasi ini ialah kaum bazzar (pedangang) dan kelas
menengah ( pegawai negeri, mahasiswa, pekerja kantoran dll). 3 Sepanjang tahun 1940-an, Azerbaijan menduduki tempat penting dalam
kebijakan luar negeri Uni Soviet. Wilayah ini adalah tempat di mana krisis pertama
Perang Dingin yang dipicu oleh penolakan Uni Soviet untuk mengembalikan kendali
Azerbaijan atas wilayah Iran pada akhir Perang Dunia II. Soviet didukung oleh
separatis Kurdi dan membentuk Republik Rakyat Azerbaijan. Namun atas desakan
Inggris dan AS, akhirnya negara boneka Uni Soviet dibubarkan dan Stalin
(pemimpin Soviet) dan menarik pasukan Soviet pada akhir 1946. 4 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009), h. 112-114.
38
Sementara itu negara Iran merupakan "showplaces of
development”5 bagi Barat. Barat meyakini cepat atau lambat Iran akan
menjadi negara maju karena sumber daya alam yang melimpah,
terutama minyak. Oleh karena itu, Shah Reza Pahlevi sangat berambisi
untuk mengembangkan perekonomian Iran. Dalam upaya untuk
meralisasikan niatnya tersebut, Shah Reza memperluas pembangunan
sektor industri, menjalin kerja sama dengan negara-negara asing dan
memberi hak istimewa kepada para investor asing yang ingin
berinvestasi ke Iran. Keistimewaan yang diberikan Shah Reza dalam
menerapkan kebijakan tersebut adalah menghapus bea cukai.6
Kebijakan ini meningkatkan investasi asing yang ada di Iran
terutama masalah impor barang. Alhasil banyak bermunculan bank-
bank komersil7. Jumlah bank komersil meningkat antara tahun 1974
dan 1977 dari 24 unit mejadi 36 unit berkat kebijakan liberalisasi
perdagangan yang diterapkan Shah Reza.8 Pertumbuhan ekonomi
menunjukan progress yang menjanjikan bagi Iran. Kemudian jumlah
pabrik-pabrik meningkat pesat dari tahun 1970-1974 yang semula
berjumlah 1700 unit menjadi 2700 unit.9 Iran menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang mengesankan karena GNP Iran setiap tahunnya
meningkat rata-rata hampir 10% dalam dekade terakhir yang membuat
Iran menjadi negara dengan GNP tertinggi kedua di Asia setelah
Jepang.10
Ada dua tipe pabrik pada saat itu. Yang pertama ialah
pabrik yang mempekerjakan banyak orang dengan gaji yang kecil.
Kedua, pabrik yang mempekerjakan sedikit orang tapi dengan gaji
yang tinggi.11
5 Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, h. 8.
6 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, (The Cultural Section
of Embassy of The Islamic Republic of Iran, 2009) h. 526. 7 Bank komersial adalah jenis bank yang menyediakan jasa seperti menerima
deposito dan memberikan pinjaman usaha & produk-produk investasi dasar. 8 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, h. 527.
9 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, h. 527.
10 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 8.
11 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 9.
39
Strategi kedua yang diterapkan Shah Reza Pahlevi ialah apa
sering disebut dengan neokolonialisme12
, yang menyerukan kombinasi
antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dari situasi tertinggal
(standar hidup yang rendah) di Iran. Perusahaan-perusahaan yang
terafiliasi ke dalam sistem neokolonialisme mengandalkan situasi
pertumbuhan ekonomi tersebut, karena pertumbuhan ekonomi
neokolonialisme memungkinkan untuk meningkatkan konsumsi dan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Sistem ini merupakan suatu
bentuk dominasi baru yang tidak hanya memerlukan peningkatan
jumlah sumber daya alam namun juga merupakan sebuah alat
transformasi semua orang untuk menjadi konsumen yang membeli
produk dari perusahaan multinasional. Inti dari strategi ini adalah
mengorganisir pasar yang berbasis global.13
Negara-negara kapitalis dan badan internasional seperti Bank
Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menyusun rencana land
reform dari jauh-jauh hari yang menyebabkan urbanisasi meningkat.
Proses ini dimulai di Iran dengan apa yang disebut White Revolution.
Kontrol neokolonialisme ini melibatkan kelas elit untuk mengelola dan
menggunakan surplus ekonomi yang dihasilkan dari sektor pertanian.
Kontrol rakyat terhadap nilai kerja mereka dapat menghancurkan
ketergantungan mereka pada pasar konsumsi.14
12
Neokolonialisme adalah merupakan satu bentuk “penjajahan” baru antara
bangsa yang memiliki kekuatan yang lebih dengan bangsa-bangsa yang memiliki
kekuatan yang lemah. Penjajahan dalam bentuk baru itu tidak lagi memandang
kolonialisme sebagai penjajahan fisik di mana pemerintahan dan penguasaan atas
semua sumberdaya dilakukan secara langsung oleh suatu bangsa terhadap bangsa
lain. Neokolonialisme berwujud keterpengaruhan yang sangat kuat bahkan
ketergantungan satu bangsa terhadap bangsa lain untuk melakukan berbagai hal
terhadap apa pun yang diinginkan oleh bangsa lain, misalnya dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Dalam keadaan seperti itu maka
kedaulatan bangsa yang bersangkutan menjadi semu karena tak pernah bisa untuk
sepenuhnya menetukan kebijakannya sendiri. 13
Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h.8. 14
Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h.8.
40
Hasil sebuah laporan tahun 1972 dari Badan Pusat Statistik Iran
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga tahunan di Iran
telah meningkat 7% selama dua tahun terakhir, dengan pengeluaran
makanan meningkat sebesar 4%.15
Pada tahun 1975, Iran mengalami defisit sebesar US$ 1,7 miliar
dan hal ini diiringi dengan terjadinya inflasi. Krisis ini semakin
memburuk karena lemahnya keuangan pemerintah yang membuat
keadaan semakin parah. Melihat situasi tersebut, banyak pabrik-pabrik
swasta yang melilih untuk tutup dan mengakhiri penanaman modalnya
di Iran. Akibatnya pengangguran merajalela dan kesenjangan antara si
miskin dan si kaya terlihat begitu nyata.16
B. Revolusi Putih (White Revolution)
Pada pertengahan tahun 1940-an hingga awal tahun 1950-an,
politik Iran semakin didominasi oleh isu nasionalisasi minyak. Musuh
lama Reza Shah, Sayyid Ziauddin Tabataba'i, Ahmad Qavam, dan Dr.
Mohammad Mosaddegh kembali ke panggung politik. Dari tahun
1944 hingga 1951 tercatat Majelis sudah melakukan enam kali
pergantian perdana menteri hingga diangkatnya Mosaddegh menjadi
perdana menteri pada tahun 1951 hingga 1953.17
Hal itu menandakan
bahwa ada ketidakstabilan politik di tubuh pemerintah Iran dalam
menghadapi intervensi asing.18
Karir politik Mosaddegh dimulai
15
Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 9. 16
Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 10. 17
Said Amir Arjomand, “The Turban for The Crown: The Islamic Revolution
in Iran”( New York, Oxford University Press, 1988), h. 71-72. 18
Inggris melalui perusahaan minyak Anglo-Iran Oil Company sangat
berambisi untuk menguasai minyak Iran dengan alasan untuk menelihara
kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah Iran. Karena iri dengan Inggris,
Russia juga melayangkan permintaan untuk mengeksploitasi sumber minyak di
bagian utara, namun ditolak oleh Iran yang akhirnya menimbulkan keretakan
hubungan di antara keduanya. Setelah PD II berakhir, Russia tak kunjung menarik
pasukan nya dari Iran sebelum permintaannya dikabulkan oleh Iran. Akhirnya pada
bulan Oktober 1945 setelah melalui negosiasi panjang, Iran mengabulkan permintaan
Russia untuk mengeksploitasi sumber minyak Iran bagian utara.
41
ketika Revolusi Konstitusional (1905-1907).19
Setelah itu karirnya
semakin gemilang dalam panggung perpolitikan Iran. Pada saat
Mosaddegh berumur 24 tahun, dia sudah menjadi anggota Parlemen
Iran perwakilan dari Isfahan.20
Kemudian pada tahun 1925 ketika Reza
Khan diangkat menjadi Shah, Mossadegh berhenti sementara dari
dunia politik karena berselisih paham dengan rezim Reza Khan. Pada
tahun 1944, Mosaddegh kembali menjadi anggota parlemen Iran.21
Kali ini ia menjadi pemimpin Front Nasional, yaitu sebuah organisasi
yang bertujuan untuk membangun demokrasi dan mengakhiri
kehadiran asing dalam politik Iran.22
Mohammad Mosaddegh merupakan seorang nasionalis yang
memperjuangkan aspirasi rakyat Iran. Pendukung Mossadegh
mayoritas adalah dari kelas menengah seperti kaum bazzar23
, guru,
dosen, pegawai negeri, pengacara dan lainya.24
Pada waktu
pemerintahannya Mossadegh menginginkan kontrol penuh pada tiap-
tiap bidang birokrasi pemerintahan seperti keuangan negara oleh orang
pribumi dan tak ada campur tangan asing. Kemudian Mosaddegh
membuat undang-undang tentang nasionalisasi Perusahaan Minyak
Anglo-Iran yang disahkan pada tanggal 2 Mei 1951 yang membuat
Inggris murka. Front Nasional berpendapat bahwa upaya yang
19
Revolusi Konstitusional adalah dalah pemberontakan rakyat Iran di bawah
pimpinan ulama yang bertujuan untuk mendapatkan negara yang adil dan demokratis
di Iran serta menentang campur tangan pihak asing di Iran. 20
Stephen Kinzer, All the Shah's men: an American coup and the roots of
Middle East terror, (New Jersey, John Wiley & Sons.Inc, 2003), h. 54. 21
https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq diakses
pada 3 Desember 2018, pkl 12.50 WIB. 22
Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir
Shah To The Islamic Republic, ( United States Of America : Cambridge University
Press, 1991), h. 276. 23
Secara bahasa Bazzar merupakan tempat berdangang. Bazzar adalah sebuah
istilah yang diterapkan pada kelas komersial heterogen Iran yang terletak di pusat-
pusat kota. Bazaar terbesar Iran, yang terletak di pusat Teheran, telah menjadi pusat
sejarah ekonomi dan politik negara ini sejak akhir abad ke-19.( The Iran Premier,
http://iranprimer.usip.org/resource/bazaar diakses pada 14 Januari 2018 pkl 12.10
PM) 24
Said Amir Arjomand, “The Turban for The Crown: The Islamic Revolution
in Iran”( New York, Oxford University Press, 1988), h. 72-73.
42
dilakukan Mosaddegh menasionalisasi minyak Iran merupakan
pencapaian yang luar biasa sebagaiperdana menteri. Itu adalah
penerapan akhir prinsip kedaulatan nasional Iran yang paling penting
dalam bidang sumber daya alam, minyak, dan dengan demikian
menyelesaikan aspek teleologi Revolusi Konstitusional. 25
Karena tindakannya yang terhitung berani tersebut, Mosaddegh
juga harus siap menerima segala konsekuensi atas kebijakannya yang
memancing amarah Inggris. Inggris melakukan serangan balasan
dengan mengembargo ekonomi Iran yang membuat perekonomian Iran
lumpuh. Sejak nasionalisasi minyak AIOC (Anglo Iran Oil Company)
pada tahun 1952, dominasi Inggris terhadap Iran melemah dan
Amerika Serikat mengambil alih Iran dari tangan Inggris. Isu yang
beredar mengatakan bahwa AS ingin menguasai minyak Iran.26
Perebutan kekuasaan antara Shah Reza yang pro-Barat dan
Mosaddegh pro-rakyat terjadi yang memaksa Shah Reza melarikan
diri ke Baghdad pada Agustus 1953. Pada saat itu pengaruh
Mosaddegh terhadap parlemen sangat kuat karena dia merupakan
politikus senior Iran sekaligus perdana menteri Iran. Tak lama setelah
Shah Reza meninggalkan Iran, pada tanggal 13 Agustus 1953
Mosaddegh dikudeta oleh Shah Reza melalui bantuan dinas intelijen
Amerika Serikat dan Inggris. Operasi kudeta tersebut diberi nama
operasi Ajax.27
Akhirnya, kudeta yang direncanakan Shah Reza dan CIA
berhasil menggulingkan Mosaddegh. Shah Reza menujuk Jenderal
Fazlollah Zahedi (1955-1957) untuk menggantikan posisi Mosaddegh
25
Teleologi merupakan sebuah keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud,
kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses
perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis
mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. 26
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London,
University of California Press, 2009), h. 193-194. 27
Gholam Reza Afkhami, The Life Time and The Shah, h. 156.
43
sebagaiperdana menteri.28
Shah Reza beserta keluarga kembali dari
pengasingan setelah beberapa hari menggungsi ke Irak.29
Akibat
peristiwa tersebut, Shah Reza memutuskan untuk mengekang semua
gerakan oposisi pemerintah. Shah Reza menggunakan SAVAK
sebagaialat untuk mencekal siapa saja yang berani menentang
pemerintah.30
Shah Reza pun lebih berhati-hati dalam membuat keputusan
yang berkaitan dengan parlemen. Karena khawatir Zahedi akan
berkhianat seperti Mosaddegh, maka pada April 1955 Shah Reza
mengirim Fazlollah Zahedi sebagaiduta besar untuk PBB di Jenewa.31
Sejak tahun 1954-1962, Shah Reza melakukan pergantian perdana
menteri untuk mempersiapkan pembangunan sosial dan ekonomi
untuk masa depan Iran. Terhitung ada sebanyak lima kali pergantian
perdana menteri, antara lain yaitu: Fazlollah Zahedi (1953-1955),
Hossein Ala (1955-1957), Manuchehr Eqbal (1957-1960), Ja‟far
Sharif-Emami (1960-1961) dan Ali Amini (1961-1962). Kelima
perdana menteri di atas dirasa kurang berkontribusi bagi kemajuan
perekonomian Iran hingga ditujuknya Amir Assadollah Alam (1962-
1964) sebagaiperdana menteri. Alam merupakan teman dekat Shah
Reza, ia juga berkontribusi dalam kudeta terhadap Mosaddegh pada
1953. Keistimewaan yang membuat Shah Reza tertarik dengan
perdana menteri barunya yaitu karena Alam merupakan lulusan
Akademi Pertanian Karaj32
. Artinya, Asadollah Alam lebih mengerti
tentang masalah pertanian daripada mayoritas perdana menteri
sebelumnya. Salah satu peristiwa penting pada masanya
28
Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah h. 156. 29
https://www.britannica.com/place/Iran/Wartime-and-nationalization-of-oil
diakses pada 21-Maret 2018, pkl 8-32 WIB. 30 Brendan January, The Iranian Revolution, (USA, Twenty-First Century
Books Minneapolis, 2008) h. 25. 31
https://www.britannica.com/biography/Fazlollah-Zahedi diakses pada 1
April 2018, pkl 11.45. 32
http://www.iichs.ir/News-1669/Amir-Asadollah-Alam-/?id=1669 diakses
pada 2-April-2018, pkl 11.20 WIB.
44
sebagaiperdana menteri ialah pengesahan program modernisasi
Revolusi Putih atau yang biasa disebut White Revolution.33
Akhirnya pada tanggal 24 Januari 1963, Shah Reza dan Perdana
Menteri Asadollah Alam meresmikan program modernisasi White
Revolution yang terdiri dari enam elemen dasar yakni:
1. Pencabutan sistem feodal34
dengan mengesahkan undang-
undang land reform pada 9 Januari 1962 yang ditetapkan oleh
kabinet35
. Kebijakan land reform adalah kebijakan di mana para
pemilik tanah diambil sebagian tanahnya sesuai dengan
peraturan pemerintah dan pemerintah memberikan kompensasi
atas tanah yang diambil tersebut.36
Kebijakan land reform ini
dirumuskan dalam beberapa tahap.
2. Mengesahkan undang-undang tentang nasionalisasi hutan dan
padang rumput.
3. Penjualan pabrik milik negara kepada sektor swasta untuk
membiayai reformasi agraria.
4. Reformasi hukum pemilu untuk memperpanjang hak pilih untuk
perempuan.
5. Pengesahan RUU untuk membangun dan memfasilitasi
pelaksanaan hukum wajib pendidikan37
.
6. Mendirikan lembaga untuk para pekerja industri.38
Program ini adalah serangkaian reformasi yang besar
pengaruhnya di Iran yang berlangsung sampai tahun 1978. Program
reformasi Shah Reza Pahlevi dibangun untuk membangun dan
33
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science
Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 31. 34
Merupakan sistem feodal yang diterapkan oleh pemerintah Iran untuk
membuat pertanian lebih maju dari sebelumnya. 35
Gholam Reza Afkhani, The Life and Times of The Shah, (USA, University
of California Press, 2009) h. 231. 36
Asghar Schirazi, Islamic Development Policy: The Agrarian Question in
Iran, (Lynne Rienner Publisher, USA: 1993) h, 10-12. 37
Gholam Reza Afkhani, The Life and Times of The Shah, h. 231. 38
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”, h. 31.
45
memperkuat kelas-kelas yang mendukung sistem tradisional39
. Shah
Reza menginginkan Revolusi Putih sebagailangkah menuju kemajuan
ekonomi dan politik, karena pada dasarnya land reform ialah sebuah
master plan sekaligus desakan dari Amerika Serikat kepada Shah Reza
untuk segera “memodernisasi” Iran.40
Revolusi Putih adalah suatu cara
bagi Shah Reza untuk melegitimasi Dinasti Pahlevi. Sebagian besar
program ini ditujukan untuk kaum petani Iran, sebuah golongan
masyarakat di mana Shah Reza berharap dapat menjadikan sekutu.
Salah satu alasan Shah Reza meluncurkan Revolusi Putih yaitu untuk
menyingkirkan pengaruh para tuan tanah lama dan menciptakan basis
dukungan baru di antara para petani dan kelas pekerja untuk melawan
kelas menengah.41
Oleh karena itu, Revolusi Putih di Iran mewakili sebuah upaya
Shah Reza Pahlevi untuk menyatukan kelas menengah dan kelas
bawah. Shah Reza memang memiliki perhatian dan keterikatan khusus
terhadap para petani untuk mendapat dukungan melawan kelas
menengah. Semangat inilah yang mendorong Shah Reza
memproklamirkan Revolusi putih dan peresmian program land reform.
Peresmian program ini ditanggapi dengan baik oleh perdana menteri
Amir Abbas Huvayda (1965-1977) yang menekankan perlunya
perubahan ke arah lebih maju. Huvayda menyatakan bahwa “jika ingin
mendirikan sistem baru, maka anda tidak dapat membangunnya
dengan fondasi yang lama”.42
Dari sepenggal pernyataan Huvayda tersebut tersirat bahwa
Revolusi Putih adalah suatu terobosan baru ke arah yang lebih maju.
39
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”, h. 35. 40
Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to
Revolution”, Springer, Vol. 1, No. 3, pp.67-84 (Spring, 1985) h. 74. 41
Sussan Siavoshi, Liberal Nationalism in Iran: The failure of a movement,
(Boulder, Colorado: Westview Press, 1990) h. 23. 42
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”,h. 32.
46
Pemerintahan Revolusi Putih telah dibentuk sedemikian rupa untuk
menghasilkan usaha yang maksimal. Pemerintah memperbaiki fasilitas
umum di pelabuhan, dan memperluas jalur kereta api Trans-Iran yang
menghubungkan Teheran dengan Mashad, Tabriz, serta Isfahan.
Proyek ini adalah lanjutan dari pemerintahan Reza Khan yang sempat
tertunda. Shah Reza melakukan pengaspalan pada jalan protokol yang
mengubungkan Tehran dengan kota-kota industri. Selanjutnya
pemerintah memperbaiki kilang minyak, menambah jumlah
bendungan hidroelektrik, serta mendirikan pabrik baja di Ahwaz dan
Isfahan. Negara juga memperkuat sektor swasta dengan memasang
tarif industri konsumen dan menyalurkan pinjaman berbunga rendah
melalui industri dan Bank Pembangunan Pertambangan kepada
pengusaha segera setelah peresmian program tersebut.43
Antara 1953 sampai 1975, jumlah pabrik kecil meningkat dari
1.500 unit menjadi lebih dari 7.000 unit. Pabrik berukuran sedang
bertambah dari 300 sampai lebih dari 800, dan pabrik yang berukuran
besar (jumlah karyawanya lebih dari 500 orang pekerja) yang
sebelumnya kurang dari 100 unit menjadi lebih dari 150 unit. Di antara
pabrik-pabrik tersebut adalah tekstil, alat mesin, dan pabrik perakitan
mobil yang terletak di kota-kota besar seperti Teheran, Isfahan, Shiraz,
Tabriz, Ahwaz, Arak, dan Kermanshah. Shah Reza juga membangun
bendungan Dez di Khuzestan dan pabrik nuklir di Bushire.44
Negara juga menekankan modernisasi dengan program sosial.
Jumlah lembaga pendidikan tumbuh tiga kali lipat setelah
diluncurkannya Revolusi Putih. Pada sektor pendidikan, pendaftaran di
taman kanak-kanak meningkat dari 13.300 anak menjadi 221.990
anak; di sekolah dasar dari 1.640.000 siswa sampai 4.080,00 siswa; di
sekolah menengah meningkat dari 370.000 menjadi 741.000; di
43
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”,h. 33-34. 44
Ervand Abraham, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge
University Press, 2008) h. 133.
47
sekolah kejuruan dari 14.240 menjadi 227.000.45
Sedangkan di level
perguruan tinggi, jumlah mahasiswa meningkat dari 24.885 sampai
145.210; dan di perguruan tinggi luar negeri dari 18.000 sampai
80.000. Terlebih lagi, sebuah Korps Keaksaraan yang dibentuk
sebagaibagian integral dari Revolusi Putih. Ini membantu menaikkan
tingkat melek huruf dari 26% menjadi 42%. Kemudian pada sektor
kesehatan, pemerintah berhasil meningkatkan jumlah dokter dari 4.000
menjadi 12.750; lalu perawat yang sebelumnya hanya berjumlah 1.969
meningkat menjadi 4.105. Begitupun klinik medis yang bertambah
dari 700 unit menjadi 2.800 unit; dan tempat tidur rumah sakit dari
24.100 buah sampai 48.000 buah.46
Perbaikan ini, bersamaan dengan
penghapusan penyakit jiwa dan epidemi47
anak-anak, meningkatkan
populasi keseluruhan dari 18.954.706 pada tahun 1956 menjadi
33.491.000 pada tahun 1976. Korps Keaksaraan dan Kesehatan
membentuk cabang khusus yang dirancang untuk memperluas fasilitas
pendidikan dan medis, terutama informasi mengenai pengendalian
kelahiran kepada perempuan yang menghasilkan struktur kelas sosial
yang kompleks.48
C. Kebijakan Land Reform (1962-1974)
Land reform berasal dari bahasa Inggris “land” yang berarti
tanah dan reform yang artinya perubahan atau perombakan.49
Istilah
land itu sendiri mempunyai arti yang berbagai macam, sedangkan
istilah reform berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi land
reform berkaitan dengan perubahan struktur secara institusional yang
mengatur hubungan manusia dengan tanah. Land reform berarti
perombakan terhadap struktur pertanahan, akan tetapi sebenarnya yang
45
Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 46
Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 47
Merupakan penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah luas
yang menimbulkan banyak korban. 48
Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 49
https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-pembaruan-
hukum-agraria/ diakses pada 27 April pkl 3.57 WIB.
48
dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap struktur penguasaan
pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia
dengan manusia berkenaan dengan tanah. Secara historis, reformasi
tanah berarti reformasi sistem penguasaan atau redistribusi hak
kepemilikan tanah. Konsep land reform telah berubah dari waktu ke
waktu sesuai dengan berbagai fungsi yang telah dilakukan tanah
sendiri: sebagai faktor produksi, penyimpan nilai dan kekayaan,
simbol status, atau sumber pengaruh sosial dan politik.50
Karena itu,
reformasi tanah menjadi identik dengan reformasi agraria atau
perbaikan struktur agraria, yang terdiri dari sistem penguasaan lahan,
pola budidaya, organisasi pertanian, skala operasi pertanian, syarat-
syarat sewa, dan lembaga kredit pedesaan.51
Latar belakang dan tujuannya pun tergantung kepada faktor-
faktor yang memungkinkan adanya suatu land reform, termasuk
didalamnya adalah tekanan demografi penduduk, sistem-sistem sosial
yang tidak seimbang, tekanan nasionalisme, kegelisahan masyarakat
desa terhadap pemerintah dan kekerasan (penjajahan) dari luar.52
Jika
mengacu dari pengertian di atas, land reform di Iran dikategorikan
sebagaisebuah alat untuk meningkatkan pengaruh politik bagi
penguasa saat itu, yaitu Shah Reza. Jadi land reform merupakan
sebuah alat perubahan sosial dalam perkembangan ekonomi yang
tergabung dalam revolusi putih. Land reform pertama dikenalkan oleh
Hasan Arsanjani (1922-1969) pada tahun 1961. Pada saat itu Hasan
Arsanjani tergabung dalam kabinet Ali Amini dan menjabat
sebagaimenteri pertanian. Selama tahap pertama land reform, sistem
pembagian tanah sudah mulai membingungkan para petani. Kepada
tuan tanah lama (sebelum revolusi putih), petani tahu kapan
50
https://www.britannica.com/topic/land-reform diakses pada 18 Desember
2018, pkl 19.39 WIB. 51
https://www.britannica.com/topic/land-reform diakses pada 18 Desember
2018, pkl 19.39 WIB. 52
https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-pembaruan-
hukum-agraria/ diakses pada 27 April pkl 3.57 WIB.
49
pembagian tanah akan dilakukan. Tuan tanah lama paham dengan
kebutuhan dan keperluan petani. Namun, peraturan baru menyebutkan
bahwa petani wajib bergabung dengan koperasi pedesaan yang
dikelola oleh Kementerian Pertanian dan Pedesaan jika ingin
mendapatkan tanah.53
Hal tersebut memberatkan petani karena harus melalui
mekanisme baru yang rumit. Beberapa langkah nyata telah diambil
untuk menerapkan distribusi tanah di seluruh wilayah pedesaan Iran,
namun kesulitan yang serius telah mengganggu program tersebut, dan
beberapa di antaranya berhubungan langsung dengan masalah
modernisasi. Salah satu perkembangan penting misalnya, menyangkut
keragu-raguan para petani untuk beralih ke pejabat pemerintah
melawan tuan tanah lama. Para petani tidak paham dengan kebijakan
pejabat pemerintah (tuan tanah baru). Dengan tuan tanah lama, petani
selalu tahu kapan dia bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan seperti
peralatan pertanian atau pupuk. Pada pertengahan 1967, 7.600
koperasi pertanian telah dibentuk, namun hanya ada 1.200 manajer dan
asisten manajer untuk mengarahkan mereka.54
Koperasi pertanian ini dibentuk dengan tujuan untuk pangadaan
sarana pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengadaan pupuk, obat-
obatan, pengadaan barang konsumsi dan lain sebagainya. Karena
kekurangan sumber daya manusia, pemerintah segera merekrut pejabat
baru yang dilatih dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan.
Pemerintah melakukan upaya awal yang jelas untuk mendapatkan
kesetiaan dan komitmen para pejabat land reform dengan melakukan
sumpah kepada para pegawainya sebagaimana yang telah tercantum
dalam pembentukan Majlis ke-21 tahun 1963. Mayoritas mereka yang
menjadi pegawai land reform adalah lulusan Akademi Pertanian Karaj
53
Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 133. 54
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”,
The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science
Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 34.
50
yang dipilih langsung oleh Majlis, terlepas dari kenyataan bahwa
mereka tidak paham mengenai politik.55
Pada tahun 1964 sampai 1968, surat kabar Iran memuat banyak
artikel tentang kegagalan pegawai land reform. Beberapa orang
pejabat di Provinsi Khumayn, Kirman, Gilan, Kurdistan, Tavalish,
Darab, dan Qum telah dipecat dari jabatan mereka dan dituduh
menyalahgunakan wewenang, korupsi, dan ketidakmampuan dalam
menjalankan tugas. Dalam situasi kekurangan tenaga kerja yang besar,
ada dua hal yang melemahkan yakni indiferensi dan ketidakmampuan
di antara anggota yang ada. Sebagian besar program diselenggarakan
sesuai dengan pola tradisional.56
Periode 1968 sampai dengan 1978 pemerintah menyaksikan dua
jenis perubahan sosial baru: urbanisasi dan ekspansi pendidikan yang
jauh lebih cepat. Pada tahun tersebut juga penduduk perkotaan Iran
meningkat dari 31% menjadi 47% dari total keseluruhan penduduk
(dari 6 menjadi 16 juta). Dari beberapa kota besar yang ada di Iran,
Teheran menjadi tujuan favorit para pelaku urbanisasi. Land reform
Iran diklasifikasikan sebagaianti feodal yang dirancang untuk
memberantas feodalisme, guna membangun kapitalisme di sektor non-
reformasi namun gagal.57
Land reform secara mendasar mengubah kepemilikan tanah di
Iran, mengubah sistem kepemilikan lahan yang didominasi oleh
kepemilikan tunggal (orang-orang kaya, tuan tanah, ulama) menjadi
kepemilikan nasional. Pembagian lahan pada saat land reform tebagi
dalam 3 tahapan, yaitu:
55
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”,
h. 35. 56
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”, h. 35. 57
Said Amir Arjomand, The Turban for The Crown: The Islamic Revolution
in Iran ( New York, Oxford University Press, 1988) h. 74.
51
1. Tahap Pertama
Land reform di Iran mulai dikenalkan oleh pemerintah oleh pada
tahun 1961 oleh Hasan Arsanjani yang pada saat itu menjabat
sebagaimenteri petanian di Kabinet Ali Amini.58
Namun peresmian
programnya baru dilaksanakan pada 9 Januari 1962. Tahap pertama
land reform, yaitu:
1. Tuan tanah hanya berhak mempunyai 1 desa di berbagai
desa. Dikecualikan perkebunan anggrek, teh, rumah petani,
pepohonan yang dikerjakan oleh mesin.
2. Pemilik tanah akan mendapat ganti rugi selama 10 tahun
(kemudian menjadi 15 tahun) berdasarkan jumlah yang
sebelumnya mereka dapat dari pemerintah.
3. Prioritas pertama diberikan kepada mereka yang sudah
mempunyai lahan pertanian, kemudian kedua kepada buruh
tani. Seluruh penerima lahan harus bergabung kepada
koperasi.59
4. Di provinsi yang tidak menyediakan pembagian lahan
lantaran tanahnya tidak subur seperti Qom dan Khuzestan,
para petani tidak boleh sewenang-wenang untuk mengentikan
kontraknya sebagaipetani. Untuk selanjutnya bagian petani
dinaikan 5% di tanah yang beririgasi dan 10% di tanah yang
tak beririgasi.60
Para tuan tanah tidak kehilangan akal untuk rnenghindarkan
kerugian besar pada mereka. Mereka bebas menentukan desa yang
mereka miliki; tentu mereka pilih yang terbesar. Mereka mencoba dari
sering berhasil menggabungkan beberapa desa menjadi satu. Mereka
58
http://www.iranicaonline.org/articles/arsanjani-hasan-journalist-and-
politician-1922-69 diakses pada 27-Sep-2018, pkl 23.00 WIB. 59
Koperasi ini dibentuk oleh untuk mempermudah pembiayaan dalam usaha
tani. 60
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” ( Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia,
2017) h, 91-92.
52
berikan desa-desa yang diimiliki kepada seluruh anak dari keluarga
mereka, tapi ini merupakan perjanjian di bawah tangan.61
2. Tahap Kedua
Tahap kedua reformasi tanah diresmikan pada tanggal 17
Februari 1963 tetapi baru dilaksanakan setelah diamandemen di bulan
Mei 1964. Undang-undang tersebut mengatur masalah tanah yang
belum disentuh oleh tahap pertama: tanah-tanah (desa) yang dipilih
tuan tanah untuk disimpan. Ada lima pilihan: dikerjakan, dijual kepada
petani, dibagi dengan pembagian hasil sebagaiganti rugi, disewa
selama 30 tahun, atau diusahakan bersama antara pemilik dan petani.
Kebanyakan pemilik tanah lebih memilih sistem penyewaan atau
penggunaan sebagaitanah pertanian. Dengan jalan ini mereka dapat
menekankan kemauannya pada petani. Juga hubungan sub-feodal
dapat dipertahankan melalui sistem sewa yang berlangsung 30 tahun
ini sedangkan harganya diperbaiki setiap saat. Keterlambatan
pembayaran sewa selama 3 bulan menyebabkan hak pemakai dicabut
dan dipindahkan pada petani lain.62
Tahap kedua ini menyentuh lebih banyak orang yakni kurang
lebih 1.600.000 bila dibandingkan dengan tahap pertama yang
berjumlah 700.000 orang. Pada kenyataannya, sedikit sekali petani
yang mendapatkan kepemilikan tanah: 57.164 menyewa tanah dan
156.279 mengolahnya berkat sistem pembagian hasil. Seluruhnya
hanya 210.000 petani yang kernudian sungguh-sungguh memiliki
tanah.63
Ada fenomena penting yang terjadi di tahap kedua ini.
Pertama yaitu kekuasaan negara benar-benar masuk ke pelosok desa-
desa, menggantikan kekuasaan tuan tanah lama. Kedua, para penajabat
61
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” ( Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia,
2017) h, 92. 62
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94. 63
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94.
53
pemerintah yang ditugaskan di desa tidak mengerti bahasa daerah yang
menyebabkan hubungan mereka dengan petani menjadi kurang baik.64
3. Tahap Ketiga
Karena tahap kedua dianggap tidak berhasil, maka dibuatlah
tahap ketiga yang meskipun sudah dirumuskan pada 9 Januari 1966,
namun peresmianya baru dilaksanakan pada bulan Oktober 1968.65
Pelaksanaannya dimulai pada tanah-tanah milik sosial dan Agama di
tahun 1971. Tujuan dibentuknya tahap ketiga merupakan evaluasi dari
tahap-tahap sebelumnya yang dinilai kurang berhasil sekaligus tahap
akhir penerapan land reform.66
Pada tahap ketiga, tanah yang masih tersisa di tangan tuan tanah
harus dijual kepada pemerintah atau dibagi kepada petani. Tapi
kebanyakan pemilik tanah memilih untuk menjualnya karena tuan
tanah tidak mampu menanggung kerugian yang disebabkan oleh
pemerintah. Kalau dihitung seluruhnya, dari tahap pertama sampai
tahap ketiga jumlah tanah yang dibagikan kepada petani adalah
1.638.000 hektar. Tanah pertanian telah meningkat jumlahnya di tahun
1960-1974 yang mencapai antara 12 dan l6 juta hektar. Kendala yang
paling besar bagi petani di Iran adalah masalah air. Seringkali saluran
air rusak dan memaksa mereka untuk membeli pompa-pompa air. Bagi
petani yang tak mampu membeli pompa air, mau tidak mau mereka
harus menyewa pada petani lain atau menyewa kepada tuan tanah
dengan tarif yang sedikit lebih mahal.67
Program ini telah menyebabkan mayoritas tuan tanah kehilangan
lahan tanamnya. Melalui pelaksanaan program land reform,
pemerintah pusat mencoba untuk menghilangkan otoritas monopoli
secara keseluruhan dari kelas tuan tanah atas pedesaan untuk
64
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94. 65
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 97. 66
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94-95. 67
Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 96.
54
menggantikannya dengan otoritasnya sendiri.68
Oleh karena itu
program ini ditentang oleh mayoritas tuan tanah dan petani.69
68
Heather Lehr Wagner, The Iranian Revolution, ( New York, Chelsea Houre
Publishers, 2010), h. 42. 69
James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of
Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science
Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 35.
55
BAB IV
KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN SAAT
LAND REFORM MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI
(1941-1979)
A. Dampak Land Reform Terhadap Petani
Pada dekade 1960-an produksi pertanian di Timur Tengah
menunjukan kemunduran karena berbagai masalah seperti buruknya
saluran irigasi, erosi tanah, dan juga penebangan hutan dalam skala
besar. Selain itu, keuntungan dari hasil pertanian di beberapa negara di
Timur Tengah seperti Irak, Iran, dan Suriah lebih banyak dinikmati
penduduk kota dari pada petani itu sendiri. 1
Nikki R. Keddie berasumsi bahwa pada tahun 1960-an setelah
peresmian program land reform, sektor pertanian menyumbang laba
yang lebih besar daripada sektor industri.2 Tetapi pendapatan pada
sektor pertanian tersebut tidak diimbangi dengan investasi yang cukup
dari pemerintah.3 Alhasil pada awal tahun 1970-an pendapatan negara
dari sektor pertanian turun. Akibatnya, kekuatan ekonomi monarki dan
kelas pemilik lahan melemah yang menyebabkan dukungan kelas
pemilik tanah untuk administrasi nasional dan lokal tidak dapat
disangkal. Pergeseran dukungan sosial dan politik pemilik lahan dan
kepala suku kepada birokrat baru dan pengusaha baru sangat
berpotensi terjadi. Dari sudut pandang pembagian lahan, hampir 90%
dari 60.000 desa terkena dampak land reform. Namun dari 90%
tersebut, hanya 30% penduduk desa yang mendapatkan dampak positif
1 Nikki R. Keddie, “The Iranian Village Before and After Land reform” ,
Sage Publications, Ltd, Vol. 3, No. 3, pp. 69-91 (July.,1968).h. 70. 2 Nikki R. Keddie, “The Iranian Village Before and After Land reform”, h.
70. 3 Pemerintah memberikan investasi seadanya pada sektor pertanian pedesaan.
Investasi itu seperti pada jaringan irigasi yang tradisional, yang penting untuk
mempertahankan tingkat produktiftas minimum. Intinya yaitu memaksimalkan
perlatan yang ad ajika peralatan itu masih bisa digunakan dengan baik.
56
dari proses ini dan sisanya masih belum tersentuh oleh kebijakan.
Konsekuensi utama dari land reform yakni menyebabkan pertumbuhan
pertanian kapitalis yang semakin gencar dilakukan oleh negara
maupun swasta.4
Land reform telah menyebabkan munculnya berbagai usaha
pertanian baru yang dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: Pertama,
perusahaan tradisional yang berukuran kecil atau sedang seperti
perkebunan keluarga.5 Kedua, perusahaan kapitalis berskala besar
seperti agribisnis yang mempekerjakan tenaga kerja lepas. Ketiga yaitu
perusahaan agribisnis yang berskala nasional bahkan internasional
yang melakukan perdagangan dengan negara-negara asing. Untuk
perusahaan yang ketiga ini, buruh yang mereka kerjakan sudah berada
di level profesional.6
Program land reform menjadi tumpuan utama untuk menata
ulang dan merubah kehidupan sosial petani pedesaan. Namun faktanya
reformasi ini menuai hasil yang buruk. Di antara penyebabnya yaitu:
Pertama, mayoritas petani tidak menghasilkan barang untuk kebutuhan
pasar namun produksi untuk kebutuhan sehari-hari. Kedua, karena
hasil pertanian tersebut untuk dikonsumsi sendiri, maka laba dari
sektor pertanian menurun dan menyebabkan para petani tidak bisa
mendapatkan investasi untuk pupuk, benih, traktor dan perlatan
pertanian lainya.7 Ketiga, hutang permanen petani; yaitu para petani
penyewa yang tidak mempunyai hak permanen atas tanah yang mereka
garap harus berhutang kepada tuan tanah untuk mencukupi kehidupan
4 Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to
Revolution”, Springer, Vol. 1, No. 3, pp.67-84 (Spring, 1985) h. 76. 5 Pada saat itu air menjadi masalah bagi petani karena seringkali terjadi
kelangkaan air di daerah utara Iran. Daerah utara Iran memang dikenal tandus jadi
seringkali air menjadi permasalahan pokok dalam produksi pertanian. 6 Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to
Revolution”, Springer, h. 76 7 Mereka bertani menggunakan tenaga sendiri, dalam artian masih
menggunakan cara pertanian tradisional yang masih mengandalkan hewan peliharaan
sebagai motor penggerak.
57
sehari-harinya. Oleh karena itu, petani mau tidak mau harus
melakukan dua hal, yaitu:
a. Petani kecil yang menjual tanaman sebelum masa panen
dengan harga yang tidak menguntungkan.
b. Petani yang mendapat lahan namun dijual ke tuan tanah
supaya mendapatkan laba yang besar.
Kemudian para petani yang sudah mendapatkan tanah itu
memilih untuk menjadi petani bagi hasil atau petani pekerja upahan
(tidak ada petani yang mampu mengerjakan lahan berhektar-hektar
hanya dengan menggunakan hewan dan peralatan seadanya).
Pemerintah dalam hal ini hanya membuat sistem yang komprehensif
dan membagi-bagikan lahan saja. Minimnya tunjuangan dari
pemerintah, sehingga banyak petani yang memilih menjual lahan
mereka daripada harus mengejakan sendirian. Singkatnya, petani
penyewa dan mayoritas petani pada umumnya sebelum land reform
hidup dalam kemiskinan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan terus
menerus.8
B. Kondisi Perekonomian Petani saat Land reform
Berdasarkan pembahasan di atas, pada sub-bab kedua ini penulis
akan menjabarkan mengenai kondisi perekonomian petani yang
disajikan dalam bentuk data analisis. Penulis mengklasifikasikan
dalam tiga bagian di antaranya yaitu: Pertama, penulis akan
menguraikan luas pembagian lahan yang dibagikan pemerintah kepada
petani. Kedua penulis akan menjelaskan mengenai pendapatan per
kapita pada sektor pertanian. Pada bagian terakhir, penulis akan
menjabarkan produksi pertanian Iran pada masa land reform 1962-
1974. Antara tahun 1962-1971 pemerintah mulai membagi-bagikan
8 Ismail Ajami, “ Land reform and Modernisation of the Farming Structure in
Iran”, Oxford Agrarian Studies, pp. 120-131, (2007) h. 120.
58
lahan kepada para petani dalam rangka mengsukseskan program land
reform.9
Lahan yang dapat ditanami di Iran berkisar antara 42 juta hektar
persegi. Sebagian besar lahan tersebut dimiliki oleh tuan tanah
absentee. Absentee adalah pemilik lahan pertanian yang mempunyai
tanah di luar kecamatan dia tinggal. Mereka (absentee)
mempekerjakan para petani upahan untuk menggarap lahan pertanian.
Sistem pembagian upahnya pun bermacam-macam, ada yang
menggunakan sistem bagi hasil, namun tak jarang pula petani yang
meminta upah berupa uang, itu semua tergantung kesepakatan di awal
antara tuan tanah dan petani tersebut.10
Dari 42 juta hektar lahan tersebut, 22 juta hektar digarap sendiri
oleh absentee. Sebagian besar lahan yang digarap oleh absentee ini
ditanami buah-buahan, kacang-kacangan dan perekebunan teh.
Kemudian 20 juta hektar lahan sisanya didistribusikan kepada 2 juta
petani dalam tiga tahapan pembagian lahan. Mayoritas petani
seharusnya mendapatkan 10 hektar lahan. Akan tetapi, espektasi
pemerintah tak sejalan dengan realita seperti tabel yang di bawah ini. 11
Tabel 4.1: Jumlah Petani yang Menerima Lahan12
Provinsi
Petani
Lahan Diterima
(Ha)
Rata-rata
jumlah
penerima
(Ha)
Teheran 146.714 985.604 6,7
Isfahan 69.680 176.042 2,5
Fars 141.931 586.765 4,1
9 Eric Hooglund, “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports, No.99,
Land and Labor, pp. 15-19 (Sep., 1981), h. 15. 10
Eric Hooglund,” Iran Agricultural Inheritance”, h. 16. 11
Eric Hooglund,” Iran Agricultural Inheritance”, h. 16. 12
M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban
Migration in Iran 1966-1976”, Middle East Journal, Vol.46, No. 3, pp. 440-445
(Summer 1992), h. 445
59
Lorestan 62.633 331.330 5,3
Bakhtaran 78.073 629.292 8,1
Hamedan 86.971 773.334 8,9
TOTAL 586.002 3.428.367 5,9
Tabel di atas merupakan sampel dari land reform di enam provinsi
berbeda. Teheran menjadi penyumbang terbesar jumlah petani yang
menerima lahan yaitu berjumlah 146,714 ribu petani. Mayoritas per
kepala keluarga petani menerima 6,7 hektar lahan pertanian.
Kemudian provinsi Fars menjadi penyumbang terbesar kedua dengan
jumlah 141,931 ribu petani dengan penerima lahan rata-rata 4,1 hektar
per kepala keluarga.13
Di urutan ketiga ada provinsi Hamedan dengan jumlah petani
86,971 ribu dan per kepala keluarga mendapatkan lahan 8,9 hektar.
Provinsi Bakhtaran, Isfahan dan Lorestan masing-masing berada di
urutan keempat, kelima dan keenam dalam penerima lahan pada
survey di atas. Sekitar 78,073 ribu kepala keluarga di Bakhtaran rata-
rata menerima lahan 8,1 hektar. Sedangkan di Isfahan, terdapat 69,689
petani yang per kepala keluarganya menerima 2,5 hektar lahan
pertanian. Provinsi Lorestan yang berada di barat Iran menyumbang
62,633 ribu petani yang setiap kepala keluarga mendapaatkan jatah
lahan sebesar 5,3 hektar. Dari keseluruhan provinsi di atas pada masa
land reform (1962-1971) menunjukan bahwa lahan terbesar yang
diterima per kepala keluarga (petani) hanya 8,9 hektar. Artinya tidak
ada petani yang menerima lahan 10 hektar seperti yang dijanjikan oleh
pemerintah. Kenapa demikian? Hal itu disebabkan tiap-tiap provinsi
memiliki luas lahan pertanian yang berbeda-beda, luas provinsi yang
beda dan kepadatan penduduk antara provinsi satu dengan yang lain
pun juga tidak sama. 10 hektar lahan bagi tiap petani yang dijanjikan
13
M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban
Migration in Iran 1966-1976”, h. 445
60
oleh pemerintah hanyalah sebuah teori, sedangkan realisasi di
lapangan berbeda karena adanya perbedaan luas lahan pada tiap-tiap
provinsi. 14
Itu menandakan bahwa program pembagian lahan kepada petani
terbukti tidak efektif dalam menyejahterakan kehidupan petani. Tabel
di atas merupakan pembagian lahan menurut M. Gholi Majd. Majd
menulis bahwa sekitar 2,214 orang petani menerima lahan pada saat
land reform. Kemudian Eric Hoglund yang merupakan salah satu
pakar tentang Iran juga berasumsi ada sekitar 2 juta petani yang
menerima lahan dari pemerintah. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat
kemiripan di antara dua sejarawan di atas mengenai jumlah petani
yang menerima manfaat pada saat land reform 1962-1974. Dilihat dari
data-data di atas, penulis juga sepakat bahwasanya petani yang
menerima lahan pada saat land reform menyentuh angka 2 jutaan.15
Pendapatan di sektor pertanian dari tahun ke tahun pada masa
land reform mengalami pasang surut namun tidak berpengaruh pada
kesetabilan ekonomi negara karena pendapatan minyak Iran dapat
meng-cover semuanya. Bank Sentral Iran mencatat bahwa GDP pada
tahun 1959 mencapai 275,778 juta Rials ($ 3,696 juta) dengan
pendapatan per kapita $100-130. Kemudian pada tahun 1963
meningkat menjadi $180, setelah itu naik ke angka $265 pada tahun
1968. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yaitu sekitar
26% dari keseluruhan pendapatan Iran (Tabel 2). Sektor perdagangan
dan industri juga tak kalah penting dengan pertanian.16
14
M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban
Migration in Iran 1966-1976”,h. 445. 15
M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban
Migration in Iran 1966-1976”, 440-455. 16
Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir
Shah To The Islamic Republic, ( United States Of America : Cambridge University
Press, 1991), h. 618.
61
Tabel 4.2: GDP Iran17
Kedua sektor itu masing masing menyumbang 14% dan 16% dari
total keseluruhan pendapatan negara. Pendapatan per kapita naik ke
angka $350 pada tahun 1974. Sektor pertanian tak cukup berpengaruh
terhadap naiknya pendapatan per kapita pada tahun ini karena pada
saat itu pemerintah mengimpor secara massif bahan-bahan pangan
yang berimbas pada stagnasi pertanian. Satu-satunya alasan kenapa
pendapatan per kapita masih tetap stabil walaupun pertanian
mengalami kemunduran ialah pendapatan minyak mulai membawa
peruntungan bagi Iran.18
17
Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir
Shah To The Islamic Republic, h. 619. 18
M. G. Majd, “The Political Economy of Land reform in Iran” h. 74
62
Kinerja sektor pertanian sangat krusial bagi masyarakat pedesaan
karena sejatinya pertanian merupakan sumber utama pekerjaan dan
pendapatan di daerah pedesaan. Di bawah ini adalah jumlah
penghasilan pertanian di sembilan provinsi Iran di antaranya yaitu:
Gilan, Mazanderan, Azerbaijan Timur, Fars, Isfahan, Hamedan,
Lorestan, Markazi(Tehran), dan Bahktaran (dulunya Kermanshahan).19
Tabel 4.3: Pendapatan Sektor Pertanian Pendapatan Sektor Pertanian20
Produksi
pertanian
Iran (per
Ton)
Sembilan
Provinsi
% total
Gandum 5,625,000 3,352,000 59.6
Padi 1,008,000 858,000 85.1
Kapas 439,600 377,400 85.9
Gula 3,639,000 1,694,000 46.6
Buah buahan 1,337,100 725,500 54.3
Sayuran 2,083,400 1,158,000 55.6
Makanan ternak 1,339,400 767,300 57.3
Kacang Polong 144,000 104,400 72.5
Minyak nabati 67,000 40,900 61
Tembakau 15,400 7,700 50
Total 15,697,900 9,085,200 57.9
Sembilan provinsi di atas merupakan wilayah yang paling
produktif menghasilkan produk pertanian dibandingan provinsi lainya.
Tabel 3 di atas merupakan sensus produksi pertanian khususnya di
sembilan provinsi dan umumnya di Iran pada tahun 1972-73.21
Jika
dilihat dari tabel di atas, produksi gandum merupakan yang terbesar di
19
M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New
Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”,( Middle East Institute,
Columbia University, New York 2008), h. 446. 20
M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New
Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”, h. 447 21
M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New
Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”, h. 447.
63
antara produksi pertanian lainya yakni 3,352,000 ton. Hampir
sepertiga produksi padi berasal dari sini, terutama di Gilan dan
Mazanderan. Menurut data yang penulis temukan, lahan padi yang ada
di Gilan sekitar 220.000 hektar dan 120.000 hektar di Mazanderan.
Dan rata-rata per-provinsi tersebut menghasilkan 908,520 ton bahan
pertanian. Jika dikalkulasikan, produksi pertanian di provinsi-provinsi
di atas adalah 57,9%. Artinya setengah produksi pertanian Iran berasal
dari sini. Sembilan provinsi tersebut sudah cukup untuk mewakili
seluruh wilayah Iran dalam menentukan berhasil atau tidaknya
program land reform.22
Menurut analisis penulis, kesalahan yang dilakukan pemerintahan
Shah Reza sehingga menyebabkan program land reform gagal adalah
kurangnya persiapan yang matang dalam melaksanakan program.
Kenapa demikian? Karena Shah Reza baru memegang tampu
kekuasaan lagi pada tahun 1954 setelah dikudeta oleh Mossadegh.
Sedangkan program land reform dilaksanakan pada tahun 1962.
Artinya Shah Reza hanya memiliki waktu sembilan tahun untuk
mempersiapkan semuanya. Dan dalam persiapan tersebut terjadi
kemelut di kalangan pemerintah. Seperti seringnya terjadi pergantian
perdana menteri yang menyebabkan kurangnya kekompakan di
kalangan pemerintahan sendiri. Tercatat kurang lebih ada sembilan
kali pergantian perdana menteri selama periode kedua masa
pemerintahan Shah Reza. Sembilan kali pergantian perdana menteri
dalam kurun waktu 22 tahun (1954-1976) menandakan bahwa kondisi
pemerintahan sedang tidak stabil. Mungkin jika Shah Reza
mempersiapkan program ini dengan matang (dari jauh-jauh hari)
hasilnya pasti tidak akan mengecewakan bagi masyarakat Iran yang
mayoritas berprofesi sebagaipetani.23
22
John Connell,” Economic Change in Iranian Village”, Middle East Journal,
Vol. 28, No. 3, pp. 309-314 (Summer,1974), h. 309. 23
Gholam Reza Afkhami, The Life Time and The Shah, h.
64
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi dicetuskan lah
program ambisius yang dikenal dengan land reform (reformasi agraria).
Tujuan dari dibentuknya program ini adalah untuk memperbaiki dan
memajukan perekonomian masyarakat kelas bawah (petani). Namun
dalam prakteknya program ini gagal menjadi tumpuan petani untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dari 55.000 desa yang tergabung
dalam program land reform, hanya 30% saja desa yang mendapat
manfaat dari program ini.
Land reform juga dikeluhkan mengubah sistem kepemilikan
tunggal (tuan tanah) menjadi kepemilikan nasional (pemerintah). Lahan
yang dibagikan oleh pemerintah tidak semuanya bisa ditanami sehingga
membuat petani semakin sengsara. Program land reform gagal dalam
memperbaiki kondisi perekonomian petani Iran. Akibatnya mereka
menjadi kecewa dengan program dan tidak percaya dengan pemerintah.
Perubahan kondisi sosial nampak begitu jelas. Terjadi eksodus besar-
besaran petani terjadi pada akhir tahun 1969-an yang menyebabkan
lahan-lahan pertanian banyak yang terbengakalai. Alhasil produksi
pertanian menurun selama tahun 1970-an dan berimbas pada stagnasi
pertanian Iran.
Para petani berlaih profesi menjadi buruh di kota-kota besar.
Konsekuensi politik dari program land reform adalah terjadinya
demonstrasi besar-besaran yang berkontribusi terhadap Revolusi Islam
Iran 1979 dan sekaligus menandai berakhirnya masa pemerintahan
Dinasti Pahlevi. Mungkin kesulitan terbesar yang dihadapi oleh program
reformasi tanah adalah kekurangan tenaga teknis, manajerial, dan
organisasi yang serius.
66
B. Saran
Dari penelitian di atas, penulis secara khusus ingin menyajikan
sejarah land reform di Iran. Pada peneltian ini diteliti menggunakakan
sumber sekunder, akan lebih baik lagi jika kajian ini diperbanyak
menggunakan sumber-sumber primer atau sumber sejaman yang ditulis
oleh pemerintah Iran pada saat itu ataupun para aktivis land reform.
Kepada penulis lain yang hendak meneliti tentang land reform di Iran,
penulis menyarankan kajian yang lebih komperhensif lagi karena masih
banyak kekurangan dalam kajian ini.
67
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdullah, Taufik, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, cet II, 2003.
Abrahamian, Ervan. A Histroy of Modern Iran. New York: Cambridge
University Press, 2008.
Afkhami, Gholam Reza, The Life and Times of The Shah, Los Angeles
and London: University of California Press, 2009.
Arjomand, Said Amir, The Turban for The Crown: The Islamic
Revolution in Iran, New York, Oxford University Press, 1988.
AssAghaf, Muhammad Hasyim, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti
Achaemenia ke Republik Revolusi Iran. Jakarta: The Cultural
Section Of Embassy Of The Islamic Republic Of Iran. 2009
Avery, Peter, The Cambridge History of Iran Vol. 7, From Nadir Shah
to the Islamic Republic, United States of America: Cambridge
University Press, 1991.
Curtis, Glen E. and Eric Hooglund, Iran : A Country Studies,
Washington: Library of Congress Cataloging in Publication
Data, 2008.
Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,
Yogyakarta, PT LKiS Pelangi Aksara, 2002.
Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid III, Jakarta: Bulan Bintang, 1960.
January, Brendan, The Iranian Revolution, Minneapolis, USA,
Twenty-First Century Books Minneapolis, 2008.
Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dan Penelitian Sejarah,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Kinzer, Stephen, All the Shah's Men: an American Coup and The
Roots of Middle East Terror, New Jersey: John Wiley & Sons
.Inc, 2003.
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yoga, 1994.
Lenin, V.I, The Development of Capitalism in Russia, vol III,
Moscow, Progress Publisher, 1977.
Lockman, Zachary, Workers and Working Classes in the Middle East:
Struggles, Histories, Historiography, New York: State
University of New York Press, 1994.
Saleh, Chaerul, Peranan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran
1977-1979, Depok: Universitas Indonesia Press, 1996.
Schirazi, Asghar, Islamic Development Policy: The Agrarian Question
in Iran, USA, Lynne Rienner Publisher, 1993.
Siavoshi, Sussan, Liberal Nationalism in Iran: The Failure of a
Movement, Colorado: Westview Press, 1990.
Soares, Benjamin F, Otayek, Rene. Islam and Muslim Politics in
Africa. New York : Palgrave Macmillan, 2007.
68
Tamara, Nasir, Revolusi Iran, Jakarta, Kepustakaan populer Gramedia,
2017.
Upton, Joseph M, The History of Modern Iran an Interpretation,
Massachusetts : Harvard University Press. 1970.
Wagner, Heather Lehr, The Iranian Revolution, New York, Chelsea
Houre Publishers, 2010.
Jurnal
Ajami, Ismail, “Land reform and Modernisation of the Farming
Structure in Iran”, Oxford Agrarian Studies, 2007.
Ansari, Ali M, “The Myth of the White Revolution: Mohammad Reza
Shah, „Modernization‟ and the Consolidation of Power”, Middle
Eastern Studies, 2010.
Bill, James A, “Modernization and Reform from Above: The Case of
Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southren
Political Sciene Association, Vol.32, No.1, 1970.
Bill, James A, “ The Social and Economic Foundations of Power in
Contamporary Iran”, Middle East Journal, Vol.17, No.4, 1963.
Bourdieu, Pierre, The Logic of Practice, California: Stanford
University Press, 1990.
Craig, Daniel, “ The Impact of Land reform of an Iranian Village”,
Middle East Journal, Vol.32, No.2, 1978.
Ghods, M. Reza, “Government and Society in Iran 1926-1934”,
Middle Esatern Studies, Vol.27, No.2, 1991.
Hooglund, Eric “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports,
No.99, 1981.
Keddie, Nikki R, “The Iranian Village Before and After Land reform”,
Sage Publications, Ltd. Vol.3, No.3, 1968.
Majd, Mohammad G “Land reform Policies in Iran”, Oxford Journal,
Vol.69, No.4, 1987.
Majd, Mohammad G, “ On the Relationship between Land reform and
Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976” Middle East Journal,
Vol.46, No.3, 1992
Richards, Helmut, “Land reform and Agribusiness in Iran”, Middle
East Research and Information Project, No. 43, 1975.
Shahriri, Kamyab,” Modernization Process in Iran: Historical
Overview”, Macrothink Institute, Vol. 4, No. 1, 2017.
Tehrani, Ahmad, “Economic Development in Iran”, Pakistan Institute
of International Affairs, Vol.21, No.1, 1968.
Yeganeh, Cyrus, “ The Agrarian Structure of Iran: From Land reform
to Revolution” Springer, Vol.1, No.3, 1985.
Sumber Artikel
Maferdy Yulius “ Land Reform Dalam Pembaruan Hukum Agraria”
dalam artikel
https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-
69
pembaruan-hukum-agraria/ (April 2008) diakses pada 27 April
pkl 3.57 WIB.
Encyclopedia Britanica, https://www.britannica.com/biography/Agha-
Mohammad-Khan, diakses pada 8-Feb-2018 pkl. 12.06 PM.
https://www.britannica.com/biography/Fazlollah-Zahedi diakses pada
1 April 2018, pkl 11.45.
http://www.iichs.ir/News-1669/Amir-Asadollah-Alam-/?id=1669
diakses pada 2-April-2018, pkl 11.20 WIB.
https://www.britannica.com/place/Iran/The-White
Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.14
WIB.
https://www.britannica.com/place/Iran/The-White-
Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.35
WIB.
https://www.britannica.com/place/Iran/Wartime-and-nationalization-
of-oil diakses pada 21-Maret 2018, pkl 8-32 WIB.
https://www.britannica.com/place/ancient-Iran/Persian-dynasties
dikases pada 19 Desember, pkl 14.19 WIB.
Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”,
diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari:
http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-
reza-pahlevi-lari-dari-negaranya.
Mohammad Reza Pahlavi”, diakses pada 7 Februari pukul 14.22 WIB,
dari: https://www.thefamouspeople.com/profiles/mohammad-
reza-pahlavi-5691.php.
https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah-
Pahlavi#ref279698 diakses pada 31 Agustus 2018, pkl 19.40.
Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” diakses
pada 4- Februari 2018, pukul 20. 38 WIB, dari:
https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah-
Pahlavi.
https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq,
diakses pada 9-Februari 2018, pkl 19.11 WIB.
www.iranchamber.com/history/pahlavi/pahlavi.php diakses pada 4
Februari pukul 19.20 WIB.
Encyclopedia of World Biography, “Mohammad Reza Pahlevi
Biography”, diakses pada 7 Februari 2018, pukul 11.27 WIB,
dari: http://www.notablebiographies.com/Ni-Pe/Pahlavi-
Mohammad-Reza.html
Iran Chamber Society, “Mohammad Reza Shah Pahlavi: Arya Mehr
and Shahanshah (King of the King)” diakses pada 04 Februari
2018 pukul 21.00 WIB dari:
http://www.iranchamber.com/history/mohammad_rezashah/moh
ammad_rezashah.php
https://migas.esdm.go.id/post/read/Sejarah-Penemuan-Minyak-di-
Dunia diakses pada 8-April-2018, pkl 19.51
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
Lampiran 1
Peta Negara Iran
Sumber: https://charterforcompassion.org/maps-of-iran diakses pada 31
Desember 2018, pkl 10.48 WIB.
72
Lampiran 1
Dinasti yang Berkuasa di Iran
Kekaisaran Median 728-550 SM
Kekaisaran Akhaemenia 559-330 SM
Periode Helenistik dan Kekaisaran Selukia 330-247 SM
Kekaisaran Parthia 224-651 M
Kekaisaran Sasania 640-829 M
Invasi Arab dan masuknya Islam 821-1055 M
Zaman Pertengahan 1038-1157 M
Kekaisaran Seljuk 1220-1335 M
Kekaisaran Mongol 1380-1501 M
Dinasti Timurid dan Turki Utsmani 1502-1736 M
Dinasti Safawi 1723-1736 M
Dinasti Zand 1750-1779 M
Dinasti Qajar 1794-1925 M
Dinasti Pahlevi 1925-1979 M
Ket: SM ( Sebelum Masehi)
M (Masehi)
Sumber:
“Ancient Iran” by: T. Cuyler Young, Mark J. Dresden, Adrian David
Hugh Bivar dan Roman Ghrisman dalam artikel
https://www.britannica.com/place/ancient-Iran/Persian-dynasties
diakses pada 19 Desember 2018, pkl 14.45 WIB.
73
Lampiran 2
Shah Reza Pahlevi berpidato dan meresmikan program White
Revolution
Sumber:
Catherine Legrand, Jacques Legrand: Shah-i Iran. Creative Publishing
International (farsi edition), Minnetonka, MN 1999, S. 94. IR/RR dalam
artikel https://en.wikipedia.org/wiki/White_Revolution diakses pada 15
September 2018, pkl 21.00 WIB.
74
Lampiran 3
Petani memanen gandum menggunakan sabit, Provinsi Fars 1979
Sumber:
“Iran‟s Agricultural Inheritance” by: Eric Hooglund , MERIP
Reports, No.99, 1981.
75
Lampiran 4
Petani membangun jalur irigasi dengan menggunakan peralatan tradisional,
Provinsi Fars 1978.
Sumber:
Iran‟s Agricultural Inheritance by: Eric Hooglund , MERIP Reports,
No.99, 1981.
76
Lampiran 5
Perdana Menteri Iran masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi
77
Sumber: Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, Los
Angeles and London: University of California Press, 2009.
78
Lampiran 6
Jenis tanaman yang ada di Iran
Sumber:
“The University of Texas at Austin” dalam artikel “Iran Maps”
https://legacy.lib.utexas.edu/maps/iran.html diakses pada 31 Desember 2018, pkl
10.30 WIB.