Lampung - amcmalang.com filedapat kami laksanakan ditahun pertama ini antara lain, rekrutmen anggota...

19
Lampung

Transcript of Lampung - amcmalang.com filedapat kami laksanakan ditahun pertama ini antara lain, rekrutmen anggota...

Lampung

Redaksi Ilalang AMC

Editor 1 Riky Hendrawan BP. Email : [email protected] 0818 0314 4479

Koordinator Redaksi Aridy Prasetya Email : [email protected] 0856 4603 1010

Editor 3 Sapto Wibowo Email : [email protected] 0857 3688 8034

Bidang Publikasi 1. Suwondo Email : [email protected] 0852 3483 7233 2. Imam Supardi (0341) 9560969

Penanggung Jawab Warto Utomo Email : [email protected] 0813 3410 8899

Editor 2 Joko Wiyono. Email : [email protected] 0856 4972 0695

SEKRETARIAT AMC : Jalan Malabar No. 3 Malang Jawa Timur

Telp : (0341) 9560969 / CP Redaksi Ilalang : Aridy (085646031010) Email : [email protected] / Blog : amcmalang.blogspot.com

> DAFTAR ISI

2 AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Rubrik Ketua Umum 3

Dies Natalis AMC

Sejarah Berdirinya AMC

Sam “JoeBat” Nggowes (Jakarta — Bali)

Bertahan Empat Dekade

4

4

6

10

Cerita AMC

Pendakian Gunung Welirang — Arjuno

Pendakian Bersama Gunung Argopuro

Diklat PBK 2011

10

12

15

17

Galeri Lawas AMC 19

> RUBRIK KETUA UMUM

Salam Lestari, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua Salam lestari, Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang senantiasa melimpahkan nikmat serta hidayahnya kepada kita semua. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, bahwasanya genap setahun kepengurusan periode 2011-2014. Pada awal kepengurusan banyak agenda yang kami targetkan, namun berjalan setahun ini hanya beberapa agenda saja yang dapat terealisasi. Hal ini dikarenakan minimnya personel dan SDM yang belum memadai. Beberapa agenda yang dapat kami laksanakan ditahun pertama ini antara lain, rekrutmen anggota baru, pelatihan SRT, pelatihan peta dan kompas, pelatihan GPS, pengiriman anggota dalam diklat PBK, pendakian dan ekpedisi diantaranya ; pendakian Gunung Arjuno, Gede-Pangrango, Lawu, Jelajah Pulau Tidung, Napak Tilas Karanganyar – Sarangan, kegiatan pengabdian masyarakat dan pemetaan daerah rawan bencana letusan Gunung Semeru, kegiatan keikutsertaan dalam survei geologi; Survei Geologi di Sulawesi Barat-Selatan, dan mungkin masih ada beberapa kegiatan yang sifatnya spontanitas yang tidak ter-record oleh pengurus. Hal yang menjadikan pekerjaan rumah bagi pengurus ditambah lagi tidak berjalannya sistem iuran anggota, besar harapan agar kedepannya agenda yang telah ditargetkan dapat terealisasi dan lebih banyak melibatkan anggota. Dari proses rekrutmen anggota baru yang telah AMC lakukan, kami ingin mengucapkan selamat bergabung kepada anggota :

1. Hana Azizah rahman A-272 2. Ni’matus Sa’diyah A-273 3. Dwiky Junanda A-274 4. Agung Syufi Ghozali A-275 5. Ivan A-276

Semoga anggota yang telah berkomitmen untuk menjadi keluarga besar AMC selalu memiliki semangat untuk belajar, berpetualang, dan bekerja keras untuk peduli kepada masyarakat dan lingkungan. Terakhir, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi dari seluruh anggota AMC yang setia memberikan dukungan setiap kegiatan yang pengurus gagas. Dan khususnya semoga dengan Dies Natalis yang ke-42 ini sebagai momentum, kedepannya harapan-harapan yg selama ini belum bisa terwujud bisa segera diwujudkan, seluruh anggota AMC lebih aktif dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan AMC, supaya menjadikan AMC selangkah lebih maju. Selamat Ulang Tahun AMC!! Salam AMC, Ketua Umum Warto Utomo A-230

3 AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Serah Terima Kepengurusan AMC saat Dies Natalis Ke-41 di Gunung Tabor

TENDA KAIN KASUR AMC lahir karena kebiasaan dan keakraban grudag – grudug bersama dari para pemuda yang tinggal disekitar Jl. Pekalongan, Jl. Jakarta, Jl. Ijen dan Jl. Garut. Awalnya sekitar tahun 1967 sekelompok remaja yang tinggal di Jl. Pekalongan (Sai’in Chodir, Didik Hindrawadi, Djoko Haryono, Arie Susetyo, Ponyzenk, Bambang Isriyanto/Solex, Totok Kris) mempunyai kebiasaan camping disalah satu halaman rumah. Mereka memiliki kain kasur yag tidak terpakai, yaitu kain katun yang cukup kuat dan memiliki motif strip-strip besar. Kain yang sedianya dibeli untuk membuat kasur itu cukup lebar. Akhirnya kain tersebut dijahitkan menjadi sebuah tenda. Tenda itu selalu menjadi daya tarik untuk menghabiskan malam minggu bersama, masak-masak, mengobrol dan bermalam disana.

LATIHAN MENDIRIKAN TENDA & MEMASAK. Demikianlah kegemaran camping dihalaman rumah dan masak-masak, dan tanpa disadari menjadi cikal bakal latihan ketrampilan camping dan masak yang sebenarnya di luar ruang. Suatu ketika, disaat mereka sepakat untuk melakukan camping yang sebenarnya, maka tenda kain kasur itu yang mereka bawa. Para remaja itu akhirnya melakukan camping ke pantai Pasir Putih Situbondo. Mereka berkemah selama 5 atau 7 hari disana. Berangkat dan pulang dengan menggunakan sarana transportasi yang gak mbondo alias gratisan, nunut-nunut truk, naik turun berpindah dari 1 truk ke truk lain untuk mencapai Pasir Putih dan melapor minta ijin camping ke penguasa setempat seperlunya (saat itu Pasir Putih masih menjadi territory/wewenang Angkatan Laut RI dan dipasangi meriam besar yang menghadap kelaut lepas. Pada era tersebut Hubungan Indonesia dengan pihak Malaysia/asing belum harmonis. Pasir Putih masih dianggap sebagai pantai landai yang rawan dijadikan tempat pendaratan musuh sehingga harus dijaga ketat). Ketrampilan memasak saat camping dihalaman rumah itu mampu membuat para pemuda tersebut tidak mengalami kesulitan apapun untuk mengatur kebutuhan makan mereka selama sepekan. BERKEMBANG KE “KELUYURAN” MODEL LAIN. Kegiatan para pemuda tersebut semakin bervariasi ketika lingkup pergaulan mereka makin meluas ke Jl. Garut (Nanang), ke Jl. Jakarta (alm. Hamid Sukmaraga) dan kegiatannya juga bertambah dengan jenis grudag grudug yang lain yaitu bersepeda bersama ke berbagai tujuan, mulai dari Sengkaling (karena lalu lintas masih sepi, ditahun itu Sengkaling rasanya seakan cukup jauh dari Malang), ke Wendit, Banyubiru atau ke pantai Lekok di Probolinggo, dan ke desanya Ponyzenk. AKHIRNYA MENDAKI GUNUNG, DAN TAHUN 1969 SEPAKAT MENJADIKANNYA ORGANISASI. Kegiatan keluyuran runtang-runtung bersama itu tentu saja tidak mungkin dibatasi hanya disiang hari saja, melainkan juga sampai tengah malam bahkan mereka sering baru pulang dini hari. Kebiasaan hidup merdeka itu sempat menimbulkan dampak-dampak negatif (mulai dari membuat keributan dengan ber-acting seperti terjadi perselisihan & perkelahian). Ingin selalu tertawa juga kalau mengingat bagaimana teman-teman bisa sering bersandiwara saling adu jotos dengan sangat sempurna dan serius. Padahal tujuannya itu hanya untuk mempermainkan masyarakat atau orang lewat agar berhenti untuk melerai. Tapi kadang-kadang karena terlalu sempurna akting jotos-jotosannya sampai harus berurusan dengan aparat, bahkan sampai ke tawuran yang sungguhan antar kelompok, dan ini bukan sandiwara.

4 AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Ini foto sekitar tahun 1955, Ditahun 1967 sampai dengan 1969 kondisi halaman Rumah ini sudah agak berbeda. Pohon pinus /

cemara itu sudah menjulang sangat tinggi, dan susunan batu-batu itu sudah menjadi halaman rumput, dimana para pemuda remaja Jl. Pekalongan sering camping mendirikan tenda dilokasi yang pernah ditempat kursi-kursi taman itu. Tanpa disadari ternyata camping

dihalaman itu menjadi ajang pembelajaran pertama memasak diluar ruang dan mendirikan tenda.

> DIES NATALIS AMC

Sejarah Berdirinya AMC

Oleh : Djoko H (A-008)

Logo AMC

Ekses negatif lainnya adalah sering membantu menghabiskan bermacam-macam buah-buahan yang dimiliki warga atau tetangga. Selain itu ada juga kelakuan untuk membuat bermacam kegaduhan yang mengganggu ketenangan tetangga. Pada puncaknya adalah membuat kebisingan dengan menembak nembakkan senjata api atau membakar/meledakkan peluru ditempat sampah yang dibakar. Beruntung kemudian mulai 1968 para remaja ini mulai tertarik mencoba mendaki gunung. Setelah mendaki sekitar 2 kali, maka pada pendakian yang ketiga di bulan Desember 1969 sebelas pemuda yang terdiri dari Sai’in Chodir, Didik Hindrawadi, Djoko Haryono, Sukotjo (pendaki termuda waktu itu karena masih SMP), Cahyo Karyono (Gembyak), Wahyudi ―Kopasgat‖ (karena jaket PGT nya), Moh. Cholil, Wibisono, Hamid Sukmaraga (alm), Haryono dan Rene Art Emile (akhirnya sekeluarga pindah menjadi warga Negara Belanda) mendaki Gunung Arjuno. Pada pendakian ke Gunung Arjuno di bulan Desember 1969 itulah ke sebelas pendaki sempat beristirahat di Puncak I, tepatnya di punggungan yg berada sedikit dibawah puncak Arjuno. Saat beristirahat itu semua berunding dan akhirnya mengambil keputusan (kesepakatan) untuk meresmikan komunitas kumpul-kumpul dan grudag grudug bersama itu menjadi sebuah organisasi pendaki gunung dan petualang. Dan saat ini dikenal dengan Adventurers and Mountain Climbers (AMC). Setelah era pendakian Arjuno 1969 ini kegiatan pendakian mulai makin sering dan pertemanan juga makin meluas. Banyak teman-teman lain yang tadinya

lebih sering hanya bertegur sapa menjadi makin sering berkumpul bersama. MENDAKI SAMBIL MEMBAWA “BATU” SEBAGAI BEKAL MAKANAN Di era tahun 1967 s/d tahun 1980 an ada satu jenis ―makanan wajib‖ yang harus (umum) dibawa para pendaki gunung, namanya Kompyang. Kompyang adalah makanan yang termasuk dalam familinya batu. Kerasnya seperti batu. Dalam kondisi aslinya, kita tidak akan kuat memakannya langsung karena makanan ini sebenarnya hanya cocok untuk 2 fungsi saja yaitu untuk melempar anjing kalau kita dikejar atau cocok juga bagi orang yang sedang sakit gigi. Bagi mereka yang sakit gigi, makan Kompyang bisa secara langsung membuat gigi langsung copot tanpa harus ke Dokter Gigi. Bagaimanapun kompyang adalah makanan bekal pendakian yang sangat berjasa bagi pendaki. Bentuknya bulat seperti Bakpao, tetapi warnanya bukan putih sebagaimana bakpao Chik Yen, melainkan cokelat seperti bakpao gosong. Selain itu Kompyang ini punya ciri-ciri kering, keras, awet dan mampu disimpan untuk jangka waktu lama. Kalau mau memakannya kita harus mencampur masukkan kedalam air panas atau merebusnya. Kompyang, bekal pendaki yang sangat khas. Kompyang, kita merindukanmu. Bagi para pendaki muda yang ingin mencoba mendaki berbekal kompyang, cobalah sekali kali anda mendaki sambil membawa bekal beberapa buah Batu, maka anda akan bisa membayangkannya.

5 AMC - Ilalang, Edisi III/2011

> DIES NATALIS AMC

Wahjoedi Moelyosuwito ==================

A-126 56 tahun

> DIES NATALIS AMC

Sam “JoeBat” Nggowes

(Bekasi – Bali)

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 6

Oleh : Aridy (A-266)

Kita pasti sudah banyak yang tahu dengan salah satu anggota AMC senior (A-126) yang biasa dipanggil dengan nama ―Sam JoeBat (Yudi Batu)‖. Laki-laki 56 tahun yang bernama lengkap Wahjoedi Moeljosoewito ini merupakan warga asli kota mBatu. Dalam hal petualangan, Sam JoeBat ini sangat identik dengan olahraga sepeda. Banyak perjalanan dan ekspedisi yang sudah dilakukan, baik itu di lingkup tempat tinggalnya di Bekasi maupun nggowes keluar dari wilayah Jabodetabek. Saat wawancara dengan redaksi Ilalang, Sam JoeBat mengaku mulai menyukai sepeda sejak berumur 49 tahun. Walaupun sekarang umurnya sudah mencapai kepala lima, semangat dan kondisi fisiknya tidak kalah dengan yang muda-muda. Setiap harinya aktifitas beliau tak bisa lepas dari yang namanya sepeda. Untuk ke kantor saja Sam JoeBat sudah membiasakan naik sepeda dari rumahnya di Bekasi menuju daerah Jakarta Pusat dengan jarak sekitar 25 Km. ―Setelah 32 tahun meninggalkan Kota Batu untuk bekerja di Jakarta, saya punya nadzar kalau pensiun akan pulang ke rumah dengan naik sepeda,‖ ungkap SamJoebat. Dan akhirnya nadzar itu terpenuhi pada tanggal 2-9 juni 2011 kemarin. Perjalanan ini merupakan salah satu perjalanan terjauh yang dilakukannya. Bahkan tidak hanya pulang kampung sampai di Kota Batu saja, Sam Joebat malah mbablas nggowes sampai ke pulau Bali. Hebatnya lagi perjalanan ini dilakukannya seorang diri dari rumahnya yang berada di Griya Jatisari, Kelurahan Jaka Sampurna, Bekasi Barat. Untuk mempersiapkan fisiknya sebelum melakukan perjalanan jauh, Sam JoeBat mengaku berlatih sepeda sehari minimum 100 kilometer. Dan saat perjalanannya, asupan makanan juga harus terjaga. Tips dari Sam

Joebat untuk menjaga stamina dan otot, sebaiknya selalu konsumsi putih telur saat melakukan perjalanan. Untuk perlengkapan yang dibawa, sepeda yang dipakai sudah dipasang dengan GPS (Global Positioning System) dan 2 buah ransel di bagian belakang sepeda yang berisi baju, perlengkapan tambal ban, pompa tangan, dan berbagai kunci mur. Total berat barang-barang tersebut sekitar 25 kilogram. Kamis, 2 Juni 2011 Berangkat pada pagi hari dari rumahnya di Bekasi, rute yang dilewati adalah Karawang, Cikampek, Subang dan sampai di Indramayu untuk beristirahat pukul 19.30 WIB. Dalam perjalanan hari pertama ini perjalanan lancar dan tanpa kendala. Jumat, 3 Juni 2011 Pukul 06.30 WIB Sam JoeBat melanjutkan perjalanan. Start dari Indramayu dengan target sampai di Bumiayu Prupuk Kabupaten Brebes. Rute kali ini melewati Balongan, Karang Ampel dan sunan Gunungjati Cirebon. ―Karena pada saat itu hari jumat, maka saya sholat jumat dahulu di Cirebon.‖ungkapnya. Setelah dari Cirebon, perjalanan dilanjutkan melalui Losari. Memasuki daerah Prupuk pada malam hari, perjalanan masih lanjut untuk mencari hotel. Dengan kondisi jalan yang banyak kerikil, alur sepeda menjadi agak sulit dikendalikan. Setelah nggowes cukup lama di daerah Prupuk, ternyata tidak ada juga hotel di daerah tersebut. Oleh karena itu Ia membuat pilihan antara bermalam di SPBU atau Masjid. Awalnya ada SPBU, namun dari pihak SPBU tidak mengizinkan dia untuk menginap karena SPBU mau tutup. Lanjut perjalanan lagi, ada masjid di pinggir jalan. Namun untuk kedua kalinya, kondisi Masjid terkunci dan tidak bisa dibuat untuk tempat istirahat. Setelah terus mencari tempat yang bisa dibuat istirahat, Ia menemukan sebuah warung dipinggir jalan. ―Disana ada sebuah bangku panjang yang kosong tidak dipakai, walaupun kondisi sekitarnya banyak nyamuk tapi cukup lah untuk dipakai istirahat,‖ ungkapnya. Pukul 03.00 WIB, Ia bangun dan melanjutkan perjalanan. Setelah sekitar 15 menit nggowes, ternyata ada SPBU yang sangat nyaman. Setelah mandi dan bersih-bersih, Ia tidur lagi di SPBU. ―Bayar utang tidur yang belum tuntas yang tadi,‖ ungkapnya sambil tertawa. Sabtu, 4 Juni 2011 Karena terlelap tidur di SPBU, Sam JoeBat baru bangun pukul 07.00 WIB dan langsung melanjutkan perjalanan. Rute yang dilalui adalah Bumiayu – Aji Barang – Purwokerto- Banyumas – Ruteng – Gunung Tugel –Buntu (Kabupaten Cilacap) dan mengakhiri di Gombong, Kabupaten Kebumen. Dalam rute ini beberapa daerah ada yang cukup berat dilalui karena jalannya banyak yang menanjak. Pada pukul 16.00 WIB ia masih sampai di daerah Purwokerto. Dan pada akhirnya sampai di Gombong pukul 23.30 WIB.

AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Sam JoeBat (Depan)

7

> DIES NATALIS AMC

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 8

Di Gombong Kabupaten Kebumen ini Ia beruntung karena menemukan hotel yang cukup bagus. Tempat tidur nyaman air juga lancar, sehingga benar-benar dimanfaatkan untuk pelampiasan istirahat. Esok harinya pun Ia malah kebablasan bangun jam 08.00 WIB. Minggu, 5 Juni 2011 Setelah sarapan, sekitar pukul 09.00 WIB perjalanan dilanjutkan lagi menuju Jogjakarta. Perjalanan kali ini cukup lancar dan sampai di Jogjakarta pukul 16.30 WIB. Tempat menginapnya adalah di rumah saudaranya. Senin, 6 Juni 2011 Setelah 4 hari bersepeda, Sam JoeBat memutuskan untuk istirahat sehari di Jogjakarta. Tujuannya untuk memulihkan stamina yang sebelumnya cukup terkuras. Di saat di Jogjakarta ini, Ia bertemu dengan dua orang temannya yang warga Jogjakarta. Mereka adalah Pebru Rohadi dan Topo Wogimin. Karena sama-sama memiliki hobi bersepeda, kedua temannya itu akhirnya ikut juga bersepeda ke Batu. Selasa, 7 Juli 2011 Pagi itu perjalanan dimulai kembali melalui rute Solo – Ngawi. Sekitar pukul 11.00 WIB, roda sepeda Sam JoeBat mendapat kendala. Salah satu jari-jari roda depan sepedanya ada yang patah. Setelah mencari-cari bengkel untuk servis sepeda, jari-jari roda yang sesuai dengan spesifikasi sepedanya tidak ada yang menjual. Akhirnya Ia putuskan untuk mancabut jari-jari yang patah tersebut. Setelah sepeda sudah berjalan normal lagi, perjalanan berlanjut ke Ngawi. Pukul 16.00 WIB Ia sudah sampai perbatasan Jawa Timur dan Jawa Barat. Dan di salah satu SPBU di Ngawi Sam JoeBat dan Kedua temannya menginap. Rabu, 8 Juni 2011 Dari Ngawi perjalanan dilanjut kembali menuju Kandangan. Saat ditengah perjalanan sekitar daerah caruban, salah satu dari temannya ada yang mengalami kondisi drop, hal ini kemungkinan disebabkan fisiknya yang kelelahan, mengingat umurnya sudah 62 tahun. Saat itu cukup banyak waktu yang terbuang untuk istirahat. Setelah perjalanan dilanjutkan, pukul 17.00 WIB sampai di Kandangan. Untuk menjaga stamina sebelum melewati jalan-jalan yang menanjak, maka saat di Kandangan Sam Joebat dan temannya memutuskan untuk menginap. Kamis, 9 Juni 2011 Pada pagi harinya perjalanan menyusuri jalan yang menanjak menuju Batu dimulai. Secara keseluruhan perjalanan lancar dan saat di Dewi Sri Ngantang ada komunitas sepeda yang menjemput. Jarak yang ditempuh antara Kandangan – Batu sekitar 40 Km. Dan pada Akhirnya sekitar pukul 12.30 Sam JoeBat bersama komunitas sepeda yang menjemput sampai di rumahnya Batu.

Jumat-Minggu, 10-12 Juni 2011 Walaupun sudah sampai Batu, Sam Joebat ternyata masih belum bisa beristirahat. Hari jumat bersama dua temannya dari Jogjakarta Ia bersepeda keliling Malang dan hari sabtunya bersepeda lagi ke Cangar. Setelah kedua temannya tersebut puas mengelilingi Malang Raya, akhirnya hari minggu sore kedua temannya itu kembali ke Jogjakarta. Senin, 13 Juni 2011 Saat di Batu, Sam Joebat mendengar ada saudara yang baru meninggal di Lumajang. Karena alasan itulah Ia akhirnya berniat ke Lumajang dan sekalian mbablas ke Bali. Senin pagi Ia dengan sepedanya memulai perjalanan lagi, jarak yang ditempuh sekitar 120 kilometer. Akhirnya saat magrib Ia sampai di rumah saudaranya yang di Lumajang dan menginap disana. Selasa, 14 Juni 2011 Pagi hari perjalanan berlanjut menuju Situbondo dengan diantar komunitas sepeda Lumajang yang mengiringi. Saat sampai di Klakah, Sam JoeBat diserahterimakan dari komunitas sepeda Lumajang ke komunitas sepeda Probolinggo. ―Tapi Komunitas yang di Probolinggo ini agak nakal, aku diajak lagi muter-muter dulu keliling 7 Ranu (Danau) yang ada disana,‖ ungkapnya sambil tertawa lepas. Setelah puas berkeliling akhirnya perjalanan dilanjut dan jam 12.30 WIB sampai di daerah Gending. Sekitar pukul 21.00 sampai di Situbondo, dan langsung menuju hotel untuk menginap.

Rabu, 15 Juni 2011 Pukul 06.00 WIB, lanjut perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Setelah satu jam, perjalanan sampai di daerah Asem Bagus. Dan saat di Asem Bagus ini diajak mampir ke rumah teman sampai siang, sehingga waktu banyak yang terbuang. Pukul 12.00 WIB kembali melanjutkan perjalanan melewati Baluran. Kondisi di Baluran sangat tidak nyaman untuk bersepeda, karena cuaca yang sangat panas akibat daerah tersebut yang kondisinya gersang.

Ranu Pakis — Probolinggo

> DIES NATALIS AMC

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 9

Pukul 16.30 WIB Sam JoeBat sampai di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Sejenak Ia berisirahat sambil makan untuk mengembalikan tenaga. Awalnya Ia ragu, mau menginap di Ketapang atau menyebrang ke Gilimanuk dan menginap disana. Mengingat kondisi fisiknya cukup terkuras setelah perjalanan dari situbondo. Tapi saat itu Ia memutuskan menyeberang ke Pelabuhan Gilimanuk. Dengan biaya naik Kapal Feri Rp. 15.000,- Ia menyeberang setelah makan. Merasa Nyaman dengan hembusan angin didalam Kapal, Ia sempat beristirahat sejenak di dalamnya. Setelah sekitar pukul 18.30 WIB akhirnya Ia sampai di Gilimanuk. Karena merasa kondisi sudah pulih kembali setelah istirahat di dalam Kapal, Ia memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Negara. Walaupun kondisi yang gelap gulita, perjalanan tetap berlanjut. Dan sesampainya di daerah Negara Ia berhenti di sebuah penginapan untuk beristirahat. Kamis, 16 Juni 2011 Pagi harinya perjalanan berlanjut menuju Tabanan. Kondisi jalan yang dihadapi cukup sulit, mengingat kondisinya yang naik turun sejauh 100 kilometer di pinggir pantai. ―Perjalanan ini mental benar-benar diuji, banyak

sekali tanjakan, terus-terusan melihat tanjakan bisa buat perut jadi mules,‖ ujar petualang sepeda ini sambil tertawa. Akhirnya pukul 16.00 WIB sampai di Tabanan dan menginap di tempat saudaranya. Jumat, 17 Juni 2011 Setelah menginap di Tabanan, pagi harinya Ia langsung menuju Denpasar untuk menyelesaikan misinya dari Bekasi ke Bali. Setelah menyelesaikan perjalanan jilid 1 ini (Bekasi — Bali) pada tengah tahun 2011 kemarin, ternyata Sam JoeBat masih ketagihan untuk mengulanginya kembali. Tanggal 15 Desember 2011 kemarin Ia mulai Nggowes (lagi) dari Bekasi menuju ke Malang. Satu tujuan utamanya adalah untuk menghadiri DIES NATALIS AMC KE-42 di Coban Rondo. Semoga perjalanan lancar Sam sampai di Malang, kita menunggu di Coban Rondo untuk temu kangen dengan seluruh anggota dan keluarga AMC. Salam Lestari!!

Tabanan Bali

> DIES NATALIS AMC

Perkumpulan pecinta alam atau penggiat alam bebas di Kota Malang memang jumlahnya cukup banyak. Dan salah satu yang tertua adalah AMC (Adventurers and Mountain Climbers), komunitas dengan logo khas gunung berwarna biru ini bahkan telah bertahan dalam kurun waktu tiga dekade. Tidak hanya naik turun gunung, AMC juga lebih memfokuskan kegiatannya pada pelatihan mengenali dan mencintai alam bebas berbasiskan ilmu pengetahuan dan Informasi Teknologi (IT). Telah berdiri sejak tahun 1969 kini AMC telah memiliki lebih dari 200 anggota. Mereka tak hanya berdomisili di Kota Malang, tetapi banyak juga yang di Jakarta. Bahkan ada juga beberapa anggota yang berdomisili di Sumatra dan Kalimantan. Meski berbasis kecintaan pada alam dan lingkungan sekitar, AMC lebih ingin mengambil porsi sebagai organisasi perkumpulan hobi kegiatan alam terbuka berbasiskan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan organisasi Pecinta Alam (PA) lain yang lebih fokus kepada kegiatan Search And Rescue (SAR) dan juga Mountaineering (naik gunung). Mungkin AMC sedikit berbeda dengan PA lain, yang kegiatannya cukup intens dengan kegiatan mountainering ataupun SAR, kami di AMC lebih fokus kepada pengenalan alam terbuka berbasiskan ilmu pengetahuan (science),''jelas salah satu sesepuh AMC, Kukuh Witjaksono kepada Malang Post.

Banyak kegiatan dari organisasi bermarkas di Jalan Malabar Kota Malang ini yang bisa dibilang tidak biasa dilakoni di PA lainnya. Meski materi dasar seperti survival tetap menjadi muatan wajib anggotanya, namun pendekatan dengan science tetap diutamankan. Seperti misalnya pelatihan navigasi dan juga penggunaan kompas dalam aplikasi sehari-hari ataupun juga di alam terbuka. Lantaran hal tersebut untuk keanggotaanya AMC pun tidak membatasi pada usia tertentu, karena mulai anak-anak usia Sekolah Dasar, hingga dewasa bisa bergabung dengan AMC ini. ''Untuk keanggotaan AMC bebas sekali, Kami tidak membatasi hanya mahasiswa saja karena basis kami pengetahuan maka mulai dari anak-anak juga bisa bergabung dengan kami,''imbuh pria berkacamata tersebut. Selain berbagai kegiatan dalam alam bebas yang memiliki basis ilmu pengetahuan, AMC juga memiliki beragam kegiatan kemasyarakatan seperti misalnya pemetaan potensi tsunami di sepanjang Pantai Selatan Jawa (SUSPANSELA) pada tahun 2006. Dan juga pemetaan longsor di sekitaran bantaran sungai yang ada di wilayah Malang Raya. Hasil dari kegiatan tersebut aplikasinya langsung diserahkan pada pihak pemerintah melalui dinas terkait seperti Basarnas ataupun juga Dinsos.

Bertahan Empat Dekade

Foto bersama anggota Saat MUSANG AMC 2006 di Ranupani

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 10

> DIES NATALIS AMC

''Kegiatan kemasyarakatan kami juga tetap diusahakan berbasiskan iptek, dan mampu mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Seperti misalnya pada kegiatan pemetaan, selain anggota, masyarakat sekitar juga berusaha kami libatkan. Sehingga mereka bisa memahami dan juga mengantisipasi dini tentang adanya bencana alam di wilayahnya tersebut,'' urai pria berdomisili di Depok itu. Namun sebagai bentuk organisasi PA memang selalu mengedepankan solidaritas dan juga persaudaraan. Komunitas yang kini diketuai oleh Warto Utomo tersebut, disamping melakukan silaturahmi antar anggota dalam berbagai kegiatan ekspedisi dan pemetaan, pertemuan akbar juga selalu

mereka lakukan setiap tahun. Termasuk dalam rangka memperingati hari ulang tahun. Untuk lokasi pertemuan akbar juga selalu diusahakan bisa diadakan di wilayah Malang dan sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan tempat lahirnya AMC. ''Dengan anggota yang sangat banyak dan tersebar hampir di seluruh Indonesia, tidak mudah kalau kami mengadakan pertemuan dengan intensitas tinggi. Karena itu peringatan ulang tahun selalu jadi momen untuk kumpul-kumpul, mulai dari yang tua-tua sampai para anggota baru,'' ulas mantan ketua AMC tersebut.

Sempat Alami Pasang Surut

Sebagai salah satu organisasi yang matang, perjalanan AMC tidak selalu mulus. Sejak didirikan pada 1969 lalu, AMC beberapa kali sempat mengalami pasang surut, hingga mampu konsisten beraktifitas dengan ratusan anggota seperti saat ini. Pernah mencapai masa jayanya pada awal pendiriannya di era tahun 70-an, nama AMC sempat tenggelam dalam masa hampir 20 tahun mulai dari tahun 80-an. Kesibukan para anggota utama yang mulai meniti karier di bidang masing-masing pada saat itulah membuat roda organisasi AMC sempat mulai lambat berputar, sehingga banyak kegiatan terpaksa tidak terlaksana. ''Waktu awal berdiri AMC kan anggota nya masih remaja. Jadi ketika masuk era 80an banyak yang sudah bekerja dan berkeluarga, sehingga AMC nya jadi kurang terurus. Hal itu yang membuat kami sempat vakum,'' kenang mantan Ketua AMC, Kukuh Witjaksono.

Pada tahun 2005, spirit dari AMC kembali berkobar, khususnya setelah diadakannya sarasehan akbar di Kota Malang pada tahun yang sama. Keinginan untuk kembali membangkitkan salah satu organisasi Pecinta Alam (PA) tertua di Kota Malang tersebut, hadir dari beberapa sesepuhnya, seperti Andang Bahtiar dan Kukuh Witjaksono. Para tokoh utama dari organisasi yang kini sudah melaksanakan berbagai ekspedisi di hampir seantereo Nusantara tersebut, memang mengharapkan AMC bisa kembali eksis sebagai organisasi PA yang berbasiskan iptek sesuai dengan dasar pendiriannya. Rekan-rekan memang merasa sayang dan prihatin organisasi yang dibangun sejak tahun 1969 harus tidur panjang, karena itu di tahun 2005 kami berinisiatif untuk membangkitkannya kembali,''ulas penghobi berpetualang di alam bebas ini.

Foto Bersama Senior AMC Saat DIES 41 dan MUSANG — Gunung Tabor

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 11

Artikel dikutip dari Malang Post (Komunitas) Edisi Rabu, 25 Mei 2011

> DIES NATALIS AMC

> CERITA AMC

Pendakian Gunung Welirang - Arjuno

Gunung Welirang adalah gunung yang masih aktif dengan kawah yang selalu menghembuskan asap dan cairan belerang. Gunung ini merupakan kompleks gunung yang membentuk barisan. Dengan Ketinggian Gn. Welirang (3156 mdpl) dan Gn. Arjuno (3339 mdpl). AMC mengadakan diklat lanjutan sebagai syarat penerimaan anggota baru AMC. Syarat tersebut adalah para calon anggota baru harus melakukan pendakian sebanyak 3 gunung. Para anggota baru AMC memutuskan untuk mendaki 2 gunung sekaligus. Gunung tersebut yaitu Welirang dan Arjuno dengan mengambil rute Cangar, welirang, Arjuno, Kebun Teh (Lawang). Anggota yang ikut terdiri dari 6 Anggota AMC dan 8 calon anggota. Dengan panitianya yaitu Alan, Rofi’i, Ebot, Parno, Suli dan Wahyu, Sedangkan calon anggota AMC yaitu Agung, Ivan, Panji, Dwiki, Hanna, Nela, Diyah dan Intan. Selasa, 23 September 2011 Kegiatan ini diawali dengan briefing yang dilakukan pada pukul 06.00 di sekret AMC jalan Malabar, setelah semua anggota tim terkumpul pada pukul 07.30 dilakukan cek list untuk barang-barang yang akan dibawa pada pendakian. Cek list berguna untuk mengetahui kesiapan dari para peserta untuk mendaki. Pukul 08.00 peserta bersiap-siap untuk berangkat, diawali dengan do’a bersama. Kemudian semua anggota AMC dan calon Anggota AMC berangkat menuju ke Sumber Brantas (Cangar) dengan menggunakan angkot LDG. Namun ditengah perjalanan, semua penumpang harus pindah ke angkot lain karena angkot tersebut tidak mampu untuk menanjak jalan yang menuju ke Sumber Brantas. Belum sampai ditujuan, angkot kedua tiba-tiba salah satu bagian mesin angkot mengalami kerusakan sehingga mengharuskan tim pindah ke angkot lain lagi. Dan pukul 10.45 Tim di Sumber Brantas. Ketika perjalanan anggota AMC di daerah perkampungan, salah satu dari calon anggota AMC yaitu Agung, kakinya terpeleset kedalam sebuah kubangan kotoran ternak warga dan sepatu Suli rusak, sehingga harus menggunakan sandal jepit selama perjalanan, setelah selesai membersihkan dari kotoran kemudian perjalanan di lanjutkan kembali. Pukul 12.45 tim sampai di Punden Watu Tumpuk. Para anggota memutuskan untuk beristirahat selama 1 jam. Daerah yang dilewati jalannya berbatuan dan sangat berdebu, sehingga selama perjalanan seluruh anggota tim memakai masker. Pukul 13.30 tim mulai memasuki daerah hutan yang terjal dan sulit dilewati, sebagian anggota tim kehabisan tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Sehinnga diputuskan, kelompok di bagi

menjadi dua tim. Dimana calon anggota AMC yang telah kehabisan tenaga berisitirahat sedangkan sisanya tetap melanjutkan perjalanan. Kedua tim bertemu disebuah lokasi yang cukup luas akibat pemababatan hutan. Ditengah perjalanan tim kehilangan arah akibat banyaknya jalan baru yang terbentuk dari ilegal loging. Didalam GPS yang dibawa tim pun tidak terdapat trek wilayah welirang. dan akhirnya KESASAR yang di akibat karena tidak bawa peta, dan pukul 17.30 dilokasi tersebut para anggota mendirikan tenda.

Oleh : Tim Pendakian

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 12

Kondisi Hutan Pasca Kebakaran dan Penebangan Liar

> CERITA AMC

Rabu, 24 September 2011 Pukul 06.00, keesokan paginya tim packing. Kemudian tim melanjutkan perjalanan dan ditengah perjalanan Diyah jatuh sakit sehingga diputuskan untuk berisitrahat. Setelah dipastikan Diyah dapat melanjutkan perjalanan, tim pun mulai menelusuri lagi jalan untuk menuju puncak welirang. Jalur yang ditelusuri melewati sungai mati. Ditengah perjalanan jalur yang kita lewati hilang, hanya terdapat punggungan karena tidak ada pilihan, punggungan curam pun kami diterjang.

Di dalam perjalanan, tim mengambil beberapa buah dari pepohonan untuk mengurangi dahaga karena persediaan air yang dibawa tim hampir habis. Ternyata puncak welirang yang dituju justru terlihat sangat jauh. Saat itu hari sudah sangat sore, tim pun beristirahat dan menikmati pemandangan sunset (matahari tenggelam) dari tempat pendakian. Pukul 17.40 diputuskan untuk mendirikan tenda darurat. Suasana malam itu sangat dingin, anak-anak perempuan terjatuh sakit. Para anggota beristirahat sepanjang malam dengan berhembus angin yang sangat kencang. Kamis, 25 September 2011 Hari ketiga puncak arjuno masih terasa jauh, jalur pendakian welirang belum juga terlihat, tapi semangat kita masih membara, pagi yang cerah kita melanjutkan perjalanan menuju welirang dengan trek yang masih juga terjal. Akhirnya siang itu kita sampai pada jalur para penambang belerang, Semangat menuju arjuno pun serasa nyala kembali. Karena keadaan yang tidak memungkinkan kita tidak menuju puncak welirang. Tetapi karena persediaan logistic kita menipis, terutama air, maka kita turun terlebih dahulu menuju sumber air. Di sumber air kita istirahat dan memulihkan tenaga, pukul 16.30 kita lanjutkan perjalanan menuju puncak. Menyusuri hutan pinus yang terbakar, kita merasa miris dengan praktek-praktek pembakaran hutan yang merusak lingkungan, namun kita tetap melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan intan pingsan dan tidak bisa melanjutkan

perjalanan, sedangkan sebagian tim sudah berada di depan. Akhirnya kita mendirikan camp terpisah. Karena banyak anggota yang sakit, konsumsi air pun tak di perhatikan, disamping tidak semua anggota membawa air, dan parahnya lagi anggota tim belum sadar bahwa persediaan air menipis. Untuk mengisi lagi persediaan air maka tim pun berjalan menuju sumber air di pondok tambau. Tepat pukul 16.30 tim memutuskan tetap melakukan perjalanan menuju puncak arjuno. Sepanjang perjalanan terlihat area hutan yang terbakar akibat ulah para penduduk. Jalur yang dikemudiani juga cukup sulit dikemudiani. Sesampainya dilembah hijau yaitu pukul 17.55, tim berhenti untuk memberikan istirahat pada anggota yang sakit, selain itu para anggota laki-laki juga harus menyiapkan penerangan karena hari hampir gelap. Ketika malam hari disaat tim masih melakukan perjalanan, salah satu anggota yang sakit jatuh pingsan, sehingga tim pun dengan segera mendirikan tenda ditempat tersebut, melakukan pertolongan dan menunggu keesokan hari untuk melanjutkan perjalanan. Dengan harapan kondisi seluruh anggota dapat membaik. Jumat, 26 September 2011 Pagi ini yang langit begitu cerah dan dengan sengat yang membara, kita melanjutkan perjalanan menuju puncak arjuno. Sebelum berangkat, tim menyadari bahwa persediaan air menipis, diputuskan untuk menghemat konsumsi air. Akhirnya pada pukul 12.00 dengan penuh kebahagiaan dan rasa haru kita sampai di puncak. Serasa melihat negeri di atas awan, puncak arjuno benar-benar menunjukkan pesonanya. Setelah melakukan ritual dipuncak yaitu menyanyikan lagu Indonesia raya, syukur dan hymne amc. Bahkan beberapa anggota menangis mengingat betapa sulit, lelah dan jauhnya jarak yang ditempuh mereka untuk bisa sampai dipuncak arjuno.

Persediaan air para anggota sudah benar-benar habis hanya untuk mencapai puncak. Sehingga perjalanan pulang ini jadi semakin terasa berat, selain itu tim juga masih harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk dapat mencapai wilayah Lawang. Sehingga diputuskan untuk membagi lagi kelompok menjadi dua selama

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 13

Suasana Perjalanan Tim Pendakian

Foto BErsama di Puncak Gunung Arjuno

> CERITA AMC

Kelompok pertama terdiri dari Parno, Suli, Ebot, Dwiki, Dyah dan Rafi’i, sedangkan kelompok kedua adalah anggota-anggota yang kondisinya kurang baik ditemani beberapa orang yang masih kuat, mereka yaitu Intan, Nella, Hana, Agung, Panji, Ivan, Alan dan Wahyu. Pada pukul 15.00 Kelompok kedua tiba di Lali Jiwo sedangkan kelompok pertama sudah menunggu di Cemoro Sewu. Kelompok kedua baru tiba di Cemara Sewu dan bertemu kelompok pertama satu jam kemudian. Setelah beristirahat sejenak, kelompok 1 mulai berangkat, sedangkan kelompok 2 menyusul 10 menit kemudian. Ditengah perjalanan, kondisi kelompok kedua semakin memburuk dengan tidak adanya persediaan air, selain itu salah satu anggotanya mendahului kelompok sehingga anggota-anggota lain menjadi bingung dimana keberadaanya. 1 jam kemudian baru diketahui ternyata anggata kelompok 2 yaitu Agung, telah sampai di Watulincing bersama kelompok 1. Dari Watulicing kelompok satu melanjutkan perjalanan namun mereka salah mengambil jalan dan tersasar. Mereka memutuskan untuk kembali ke Watulicing kemudian memilih jalan yang lain. Sedangkan kelompok kedua baru tiba di Watulicing sekitar pukul 19.00 dan Kelompok pertama telah tiba di pos kedua. Salah satu anggota kelompok kedua jatuh sakit. Sehingga kelompok kedua berisitirahat sejenak disana, setelah anggota tersebut sedikit pulih, kelompok kedua melanjutkan perjalanan dan tiba di Sabana sekitar pukul 10.00. Karena para anggota perempuan kondisinya sudah sangat lemah, diputuskan untuk bermalam di sana. Pada saat itu kelompok satu telah mencapai pos 1. Tiba-tiba para anggota perempuan jatuh pingsan yaitu Intan, sehingga dengan bergegas kelompok dua meminta bantuan kepada kelompok satu untuk mencarikan air dan menghubungi para senior AMC. Dua anggota kelompok satu berlari kerumah penduduk untuk mencari persediaan air, 1 jam kemudian mereka tiba di pos kedua yang daerahnya lebih dekat ke Sabana dibanding pos 1. Saat itu pukul 01.00, kedua anggota dari kelompok dua turun ke pos 2 untuk mengambil air. Karena jalan yang sangat gelap dan sulit dikemudiani, kedua anggota tersebut baru tiba di tenda pukul 03.00. Setelah semua kebutuhan air terpenuhi, para anggota berisitirahat . Pada malam itu juga para senior yang telah dihubungi datang dan membawakan air serta makanan di pos 1. Sabtu, 27 September 2011 Pagi ini padang sabana terlihat sangat indah, dengan semangat kita melanjutkan perjalanan menuju pos 2, di pos 2 kita disambut oleh mas parno dengan sebotol pocari dan air. Jarak beberapa meter pak yudi telah menunggu dengan trailnya. Ini membuat intan bersemangat karena tak perlu jalan lagi. Dibawah pak Daponk telah menunggu dengan mobil, semua anggota tim langsung masuk mobil dan meluncur menuju tim 2. Setelah semua tim berkumpul senior memberikan nasehat agar dapat mengambil pelajaran dari

pendakian ini. Tidak lupa kami sangat bersyukur karena dapat menikmati indahnya alam dan bisa belajar banyak dari pengalaman pendakian ini. Semoga ke depan dapat lebih baik lagi dari yang sekarang. Safety First !!

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 14

Foto Bersama Setelah Turun Gunung

Perjalanan Melewati Padang Ilalang

Dwiki (Alan Junior) - Anggota Termuda AMC saat ini

Gunung Argopuro merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Argopuro mempunyai ketinggian setinggi 3.088 meter. Gunung ini sering juga disebut dengan Argopuro. Gunung Argopuro merupakan bekas gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi. Gunung ini termasuk bagian dari Pegunungan Iyang yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berada pada posisi di antara Gunung Semeru dan Gunung Raung. Ada beberapa puncak yang dimiliki oleh gunung ini. Puncak yang terkenal bernama Puncak Rengganis/gunung Welirang. Sedangkan puncak tertingginya berada pada jarak ± 200 m di arah selatan puncak Rengganis. Puncak tertinggi ini bernama Argapora dan ditandai dengan sebuah tugu ketinggian (triangulasi). Pos Baderan Minggu 24 Juli 2011 Pukul 10.00 WIB kami (Ebot, Topan, Kiki, Bejo, Cuki, Urap, Uncis, dan Konyil) menempuh pejalanan 4 jam, berangkat dari Malang (Arjosari) ke Probolinggo kemudian dilanjutkan menuju Bondowoso (Turun di Alun-alun Besuki), kami disambut hangat oleh Tumbet dan Dungdung. Pendakian ini adalah pendakian bersama antara AMC, ASPAL, dan HIMAPALA BEKISAR (Jember).

Kami sampai di Pos Baderan Gunung Argopuro Pukul 17.00 WIB. Kami langsung mengurus perizinan untuk mendaki ke Gunung Argopuro. Rencana awal kami hari ini akan menuju Mata Air Pertama, tapi penjaga Pos Baderan menyarankan agar besok pagi baru berangkat. Jadi malam ini kami istirahat di Pos Baderan. Hari Senin pukul 07.45 kami mulai pendakian ke Mata Air Pertama, untuk kesan pendakian baderan–mata air pertama adalah kondisi udaranya yang panas akibat teriknya matahari dan berdebu.

Mata Air Pertama-Cikasur Hari Selasa, Pukul 09.30 WIB kami berangkat. Target kami hari ini adalah Cikasur. Menurut kami jalur kali ini cukup bersahabat dengan kami bila dibandingkan dari

Baderan – Mata Air Pertama. Sepanjang jalan pepohonan kanan kiri membantu melindungi kami dari sengatan matahari walaupun tetap saja debu tak bias kami hindari. Pukul 12.30 WIB kami sampai di Alun-alun Kecil. Di sini sebagian teman yang sudah datang bertemu dengan pribumi (Bapak dan Ibu) yang baru turun dari puncak Rengganis. Yang tak bisa hilang dari ingatan kami adalah keramahan mereka serta beberapa kue dan telor yang diberikan oleh Bapak dan Ibu itu kepada kami. Benar benar membantu menutupi rasa lapar siang itu. Pukul 14.30 WIB kami sampai di Alun-alun besar, kembali lagi di sini kami mengistirahatkan diri. Menikmati perjalanan adalah kesan yang tak bisa kami lupakan antara Pos Mata Air Pertama – Cikasur. Benar benar santai, seperti tak ada dikejar dan mengejar waktu. Akhirnya, pada pukul 15.30 WIB kami sampai juga di Cikasur.

Cikasur- Puncak Argopuro Hari Rabu, pukul 10.00 WIB dari Cikasur kami berangkat menuju Cisentor. Setelah cukup lama berjalan, pada pukul 12.30 WIB kami sampai juga di Cisentor. Langsung kami mendirikan tenda dan sebagian teman memasak kopi dan nutrijel. Kami berunding sejenak, dan akhirnya kami putuskan untuk summit hari itu juga. Setelah semuanya disiapkan, pada pukul 14.00 WIB kami mulai summit attack. Jarak antara Cisentor dan Rawa Embik tak begitu jauh, berjalan sekitar kurang lebih satu jam kami sudah sampai di Rawa Embik. Vegetasi sepanjang jalan bervariasi, sepanjang jalan banyak kita temui ladang Edelweiss. Ketika kami, Tumbet dan 2 teman lain menunggu team belakang yang belum datang, kami melihat sekawanan Merak berjalan. Ini pertama kalinya kami melihat sekawanan Merak dari jarak dekat. Setelah team belakang datang, kami melanjutkan perjalanan kami. Pada pukul 16.30 kami sampai di pertigaan Rengganis dan Argopuro. Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk menuju puncak Rengganis kemudian ke puncak Argopuro. Alhamdulillah setelah berjalan 15 menit dari pertigaan, kami sampai di puncak Rengganis. Rasa syukur, haru dan

Pendakian Bersama Gunung Argopuro

Oleh : Ebot (A-267)

Pedakian Pos Baderan- Mata Air Pertama

AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Pemandangan Sore di Cikasur

> CERITA AMC

15

gembira di hati kami saat itu, di tambah pemandangan yang begitu indah disajikan. Takkan pernah bisa terlupakan sajian indah di puncak Rengganis saat itu. Setelah merasa cukup mengabadikan momen indah di puncak Rengganis, kami pun turun untuk selanjutnya menuju puncak Argopuro. Agak berbeda trek menuju Argopuro dengan Rengganis, trek menuju puncak Argopuro cukup membuat nafas kami tersengkal-sengkal. Pada pukul 17.45 WIB kami sampai di puncak Argopuro. Karena hari semakin gelap dan akhirnya kami niatkan untuk menuju puncak Arca. Puncak Arca - Malang Setelah sampai di puncak Arca kami putuskan turun ke pertigaan Rengganis-Argopuro, untuk beristirahat. Pada pukul 18.20 WIB kami melanjutkan perjalanan turun ke Cisentor dan pada pukul 20.20 WIB kami sampai di camp Cisentor. Pukul 12.00 WIB kami mulai berjalan menuju Taman Hidup. Lama sudah kami menanti tiba di

Taman Hidup, akhirnya pada pukul 17.30 WIB kami tiba di Taman Hidup. Akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Bremi malam itu juga. Trek dari Taman Hidup menuju Bremi tak kalah menyiksa, benar- benar malam yang melelahkan. Pada pukul 20.00 WIB kami tiba di Hutan Damar dan pada pukul 21.30 kami sampai di Pos Bremi. Dari Pos Bremi kami memutuskan untuk menginap di balai desa, tetapi pada saat itu kami bertemu Bapak Arifin. Bapak Arifin dengan ramahnya menawarkan rumahnya untuk kami bermalam, akhirnya kami menginap di rumah Pak Arifin di sana kami disuguhi teh hangat dan nasi goring. Kami tidak akan melupakan kebaikan Pak Arifin sekelurga. Terima Kasih Pak Arifin, semoga kebaikan bapak sekeluarga diberikan balasan oleh Allah SWT. Dan pada esok harinya kami berangkat menuju ke malang. Pada pukul 13.30 WIB akhirnya kami sampai dengan selamat di Malang dan kembali ke rumah masing masing.

16 AMC - Ilalang, Edisi III/2011

Puncak Rengganis — Gunung Argopuro

> CERITA AMC

> CERITA AMC

AMC (Adventurers and Mountain Claimbers) adalah suatu organisasi yang selalu berusaha untuk terus berkembang baik dalam IPTEK maupun kegiatan sosial. Oleh karena itu AMC selalu berusaha mengikuti berbagai pelatihan dan kegiatan baik di dalam maupun di luar organisasi AMC untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para anggotanya. Pada tanggal 2 dan 9 Oktober 2011 di Lembah Dieng Kota Malang, UBKM (Unit Bantuan Komunikasi Mandala), salah satu organisasi yang berkecimpung dalam dunia komunikasi di Kota Malang mengadakan kegiatan yaitu ―DIKLAT PBK (PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN) 2011 & TEKNIK ALKOM UNIT BANTUAN KOMUNIKASI MANDALA (UBKM)‖. Kegiatan yang bekerja sama dengan beberapa dinas terkait seperti Dinas PBK Kota Malang, Polresta Malang, PT.Sumber Utama Karya, dan Universitas Brawijaya Malang ini merupakan kegiatan sosialisasi sekaligus pelatihan penanggulangan bencana kebakaran khususnya Kota Malang. Dalam kegiatan sosial tersebut, AMC mengirimkan anggotanya ikut berpartisipasi untuk meningkatkan skill, pengalaman para anggota dan juga sebagai bentuk kepedulian sosial AMC pada masyarakat dan alam sekitar. Pada saat ini ada enam orang anggota AMC yang berkesempatan untuk berangkat mengikuti diklat tersebut yaitu Alan, Aziz, Ropi’i, Ebot, Vani, dan Hana. Selama dua hari, keenam anngota AMC tersebut mengikuti kegiatan yang terdiri dari diklat ruang (2 Oktober 2011) dan diklat lapang (9 Oktober 2011) beserta 80 orang peserta lainnya.

Tanggal 2 Oktober 2011 tepatnya di sebuah aula di Lembah Dieng 80 orang peserta dan puluhan panitia berkumpul dalam acara diklat ruang. Acara dimulai jam 09.00 WIB, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diikuti oleh seluruh peserta dan panitia. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Panitia, setelah itu diteruskan dengan sambutan Ketua UBKM. Tanpa panjang lebar, acara langsung dilanjutkan dengan materi pertama yaitu ―Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Sistem Kerja Alat Komunikasi VHF 2 Meter Band dan Permasalahannya‖ yang disampaikan oleh Bapak Ir.Wahyu Adi Priyono, M.Sc. yang tak lain adalah dosen Teknik Elektro di Universitas Brawijaya Malang. Materi pertama yang dibawakan Pak Wahyu tersebut berlangsung ± 1.30 jam yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Selesainya tanya jawab, peserta dipersilahkan untuk ISHOMA dan kemudian dilanjutkan dengan materi kedua yang di bawakan oleh PT. Sumber Utama Karya dengan judul ―Pedoman Pemadaman Kebakaran‖ yang berisi pengertian api dan kebakaran, proses terjadinya api, alat-alat indikator dan pemadam kebakaran, dan lain-lain. PT. Sumber Utama Karya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang yang terkait dengan api seperti menangani instalasi alat pemadam dan alat indikator terjadinya kebakaran di perusahaan atau pertokoan dan lain-lain. Materi ketiga sekaligus penutup materi pada diklat ruang ini adalah dari dinas PMK Kota Malang yang memberikan sosialisasi ―Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran‖ dan pengenalan serta simulasi penggunaan alat pemadam kebakaran. Pada pertemuan kedua tanggal 9 Oktober 2011 adalah pertemuan diklat lapang yang bertempatkan di sebuah-

Diklat PBK 2011

Oleh : Vani (A-265)

Foto Bersama Peserta Diklat PBK dan Alat Komunikasi UBKM

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 17

lahan terbuka dan masih di wilayah Lembah Dieng Kota Malang. Kegiatan pada hari ini difokuskan untuk penerapan secara langsung dari materi-materi yang telah di dapatkan saat diklat ruang. Pemandu lapangan adalah dari dinas PMK. Praktek pertama adalah para peserta satu-persatu dilatih untuk mematikan api di dalam drum yang berisi bensin dengan menggunakan karung goni basah yang sebelumnya telah di praktekan oleh tim dari dinas PMK. Teknik memadamkan api dengan cara ini bertujuan untuk memisahkan tiga unsur terciptanya api yaitu oksigen, panas dan bahan bakar. Dengan cara menutup drum dengan karung goni akan memisahkan oksigen di udara dengan bahan bakar dan panas yang ada di dalam drum sehingga pasokan oksigen dalam drum berkurang dan akhirnya api dalam drum padam. Praktek selanjutnya adalah pemadaman api dengan menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang berisi powder. Setelah praktek dengan karung goni dan APAR selesai, peserta di bagi menjadi tiga tim yang terdiri dari tim evakuasi, tim keamanan dan tim pemadam yang dibekali dengan APAR. Pembagian peserta menjadi tiga tim tersebut dimaksudkan untuk diadakannya simulasi seperti layaknya terjadi bencana kebakaran sungguhan.

Secara singkat skenario simulasi ini adalah saat terjadi kebakaran yaitu rumah gubuk yang telah di buat di bakar, maka tim keamanan yang telah di bentuk harus segera menginformasikan ke tim yang lain dan melapor ke PMK. Tim keamanan beserta tim evakuasi dan tim pemadam langsung menuju ke TKP dan menjalankan tugasnya masing-masing. Dengan menggunakan APAR, tim pemadam berusaha untuk memadamkan api sampai PMK datang dan membantu pemadaman dengan mobil pemadam kebakaran. Simulasi ini diakhiri dengan melakukan evaluasi bersama dengan harapan dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya terutama saat terjadi bencana kebakaran yang sebenarnya. Sebagai materi penutup pada diklat lapang ini, pihak Polresta Malang memberikan sosialisasi mengenai penanganan bencana yang terjadi di masyarakat yang sesuai dengan hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. Sehingga masyarakat terutama peserta diklat ini yang sebagai mitra polisi tidak salah dalam melakukan penanganan saat terjadi bencana baik kebakaran, kecelakaan dan lain sebagainya. Akhir acara sekaligus penutupan diklat adalah dengan dilakukannya upacara penutupan yang di akhiri dengan penyerahan lencana dari UBKM ke peserta diklat.

Suasana Kelas saat Diklat Berlangsung

AMC - Ilalang, Edisi III/2011

> CERITA AMC

18

> GALERI LAWAS AMC

AMC - Ilalang, Edisi III/2011 19

Sumber : Group FB AMC

Silakan Tebak Gambar Siapa Yang Ada di

Foto Ini…!!!