Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan...

99
.-"t'Z -iltr\-S '''4P DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jl.M.l.Ridwan Rais No.5 Jakarta 101 10 Tel. O21 -23528520 (Langsung) Tel.021-3858171 (Sentral), Fax.021-3857338 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NoMoR )1 lPDN /KE" /, lza1o TENTANG SYARAT TEKNIS TIMBANGAN BUKAN OTOMATIS DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor O8/M-DAG lPERl3l2010 tentang Alat-alatUkur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajibDitera dan Ditera Ulang, perlu mengatur syarat teknis timbangan bukan otomatis; b. bahwa penetapan syarat teknis timbangan bukan otomatis, diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan timbangan bukan otomatissebagai Upaya menjamin kebenaran pengukuran massa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan KeputusanDirektur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 200'1 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2QO1 Nomor 135,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)', 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a633); Menimbang Mengingat

Transcript of Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan...

Page 1: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

.-"t'Z-iltr\-S' ' '4P

DEPARTEMEN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

J l . M. l . R idwan Ra is No.5 Jakar ta 101 10Tel. O21 -23528520 (Langsung)Tel. 021-3858171 (Sentral), Fax. 021-3857338

KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

NoMoR )1 lPDN /KE" /, lza1oTENTANG

SYARAT TEKNIS TIMBANGAN BUKAN OTOMATIS

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI,

a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan MenteriPerdagangan Nomor O8/M-DAG lPERl3l2010 tentang Alat-alat Ukur,Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera danDitera Ulang, perlu mengatur syarat teknis timbangan bukan otomatis;

b. bahwa penetapan syarat teknis timbangan bukan otomatis, diperlukanuntuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, danpenggunaan timbangan bukan otomatis sebagai Upaya menjaminkebenaran pengukuran massa;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf adan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur JenderalPerdagangan Dalam Negeri;

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11,Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3193);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Per l indungan Konsumen(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 200'1 tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2QO1Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republ ik IndonesiaTahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republ ikIndonesia Nomor 4884);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republ ik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republ ik IndonesiaNomor 4844)',

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor a633);

Menimbang

Mengingat

Page 2: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

" 10 .

o .

7 .

8 .

9 .

11 ,

12.

13 .

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor : 11lpDNlKEp /1/ZotO

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan ProvinsiDaerah Khusus lbukota Jakarla Sebagai lbukota Negara KesatuanRepublik lndonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor4744),

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib danPembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syaratBagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (LembaranNegara Republ ik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republ ik Indonesia Nomor 3283);

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan,Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran NegaraRepubl ik lndonesia Tahun 1987 Nomor lT,Tambahan Lembaran NegaraRepubl ik Indonesia Nomor 3351);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republ iklndonesia Nomor 47 37)',

Peraturan Presiden Nomor 1O Tahun 2005 tentang Unit Organisasi danTugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50Tahun 2008;

Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang PembentukanKabinet Indonesia Bersatu l l ;

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor61/MPP/Kepl2l1998 tentang Penyelenggataan Kemetrologiansebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian danPerdagangan Nomor 251 IMPP lKep/6/1 999 ;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor635/M PP/Kepl 1 0 12Q04 tentang Tanda Tera ;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAGlPERl3l2005 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri PerdaganganN om or 24 lM-D AG/P E R/6/2009 ;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor SO/M-DAG/PER/1 412009 tentangUnit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/1 012009 tentangPeni la ian Terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana TeknisDaerah Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor O8/M-DAG lPERl3l2010 tentangAlat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajib Ditera dan Ditera Ulang;

14

15

1 A

17.

18 .

Page 3: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor'. 51 lwvftEP/5/2o10

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : Memberlakukan Syarat Teknis Timbangan Bukan Otomatis yang selanjutnyadisebut ST Timbangan Bukan Otomatis sebagaimana tercantum dalam

5:trJ i: l#Hffi:x'5:t li3'3;"|ffik terpi sa h ka n d a ri Ke p utu sa n D i re ktu r

KEDUA : ST Timbangan Bukan Otomatis sebagaimana dimaksud dalam DiktumPERTAMA merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatantera dan tera ulang serta pengawasan timbangan bukan otomatis.

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ini mulai berlakupada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal j !,Iaret &10

DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN DALAM NEGERI.

__.Aa "frSUBAGYO

Page 4: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERINoMOR : r1lmN/r$Ph/zo1}TANGGAL: 3 l{aret 2010

Daftar lsi

BAB I Pendahuluan

1.1 . Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tuiuan

1.3. Pengert ian

BAB ll Persyaratan Administrasi

2.1. Ruang Lingkup

2.2. Penerapan

2.3. ldentitas

2.4. Persyaratan Timbangan Bukan Otomatis Sebelum Peneraan

BAB lll PerSyaratan Teknis dan Persyaiatan Kemetrologian

3.1. Persyaratan Teknis

3.2. Persyaratan Kemetrologian

BAB lV Pemeriksaan dan Pengujian

4.1. Pemeriksaan

4.2. Pengujian tera dan tera ulang

BAB V Pembubuhan Tanda Tera

5.1. Penandaan Tanda Tera

5.2. Tempat Tanda Tera

BAB Vl Penutup

DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN DALAM NEGERI,

SUBAGYO

Page 5: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

5  

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Timbangan Bukan Otomatis.

2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Timbangan Bukan Otomatis.

1.3. Pengertian

Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:

1. Timbangan adalah alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan massa suatu benda dengan memanfaatkan gravitasi yang bekerja pada benda tersebut.

2. Timbangan Bukan Otomatis adalah timbangan yang dalam proses penimbangannya dilakukan oleh operator secara langsung (misal : menaruh atau menurunkan muatan yang ditimbang dari dan atau ke penerima muatan dan juga untuk mendapatkan hasilnya).

3. Timbangan berskala adalah timbangan yang memberikan penunjukan langsung hasil penimbangannya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Page 6: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

6  

4. Timbangan tidak berskala adalah timbangan yang tidak dilengkapi angka skala, dalam satuan massa.

5. Timbangan dengan penunjukan otomatis adalah timbangan yang penunjukan kedudukan kesetimbangannya diperoleh secara langsung tanpa bantuan operator.

6. Timbangan dengan penunjukan semi otomatis adalah timbangan yang sebagian rentang ukurnya menggunakan penunjukan otomatis dan sebagian lainnya menunjukkan penunjukan tidak otomatis.

7. Timbangan dengan penunjukan tidak otomatis adalah timbangan yang penunjukan kedudukan kesetimbangannya sepenuhnya diperoleh dengan bantuan operator.

8. Timbangan elektronik adalah timbangan yang dilengkapi dengan peralatan elektronik.

9. Timbangan mekanik adalah timbangan yang berskala kontinyu atau yang tidak berskala yang seluruh komponennya tersusun dan bekerja secara mekanik.

10. Timbangan dengan pelabelan/pencetakan harga adalah timbangan yang dapat menghitung harga dengan mencetak nilai berat, harga satuan dan harga untuk dibayar bagi barang bungkusan.

11. Penunjukan utama adalah penunjukan sinyal dan simbol yang memenuhi ketentuan ini.

12. Penunjukan sekunder adalah yang bukan penunjukan utama.

13. Penerima muatan (lantai muatan) adalah bagian dari timbangan yang dimaksudkan untuk menerima muatan.

14. Penerus muatan atau tuas penghubung adalah bagian dari timbangan yang meneruskan gaya yang diakibatkan oleh muatan ke pengukur muatan.

15. Pengukur muatan adalah bagian timbangan yang mengukur massa muatan dengan suatu alat kesetimbangan sebagai penyeimbang gaya yang datang dari penerus muatan, dengan alat penunjuk atau pencetak.

16. Penunjuk muatan adalah bagian pengukur muatan yang menunjukkan besarnya nilai muatan.

17. Penunjuk kesetimbangan adalah bagian pengukur muatan untuk menunjukan kesetimbangan.

18. Tanda skala adalah suatu garis atau tanda lain pada penunjuk muatan sesuai dengan nilai massa tertentu.

19. Dasar skala adalah suatu garis khayal yang melalui tengan-tengah semua skala terpendek.

20. Penunjuk tambahan:

a. alat penunggang adalah penyeimbang dari massa yang kecil yang dapat ditempatkan dan dipindahkan baik pada batang berskala yang bersatu dengan gandar atau pada gandarnya sendiri;

Page 7: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

7  

b. alat untuk interpolasi pembacaan adalah perlengkapan yang dihubungkan dengan alat penunjuk muatan untuk menentukan besarnya nilai skala yang tidak dapat ditentukan langsung dengan alat penunjuk muatan tanpa penyetelan khusus;

c. pelengkap alat penunjuk adalah penunjuk yang dapat disetel yang memungkinkan untuk memperkirakan (dalam satuan massa) nilai muatan sesuai dengan jarak antara tanda skala dengan penunjuk muatan; dan

d. alat penunjukan dengan pembagian skala yang berbeda adalah penunjukan digital yang angka terakhirnya setelah tanda desimal dengan jelas dibedakan dari angka-angka lainnya.

21. Penunjukan yang diperluas adalah penunjukan yang sewaktu-waktu (untuk sementara) mengubah interval skala terkecil (d) dengan nilai yang lebih kecil dari pada interval skala verifikasi (e) secara manual.

22. Pendatar adalah bagian dari timbangan untuk mendatarkan timbangan menurut kedudukan yang sebenarnya.

23. Alat penyetel nol adalah bagian pengukur muatan untuk menyetel penunjukan nol pada timbangan yang tidak bermuatan.

24. Alat penyetel nol tidak otomatis adalah alat penyetel nol yang bekerjanya dilakukan oleh operator.

25. Alat penyetel nol semi otomatis adalah alat penyetel nol yang bekerjanya secara otomatis berdasarkan perintah manual.

26. Alat penyetel nol otomatis adalah penyetel nol yang bekerjanya secara otomatis tanpa dilakukan oleh operator.

27. Alat penyetel nol awal adalah alat penyetel nol otomatis pada saat timbangan dihidupkan dan sebelum digunakan.

28. Perangkap nol adalah alat untuk mempertahankan penunjukan nol pada batas tertentu secara otomatis.

29. Tara adalah bagian pengukur muatan yang berfungsi untuk membuat penunjukan menjadi nol dalam keadaan timbangan bermuatan, baik yang tidak mengubah kapasitas maupun yang mengubah kapasitas.

Tara ini terbagi:

a. tara penyetimbang adalah tara yang berfungsi untuk membuat penunjukan menjadi nol pada saat timbangan bermuatan; dan

b. tara penimbang adalah tara yang berfungsi untuk membuat penunjukan menjadi nol dan dapat menyimpan nilai taranya serta mampu mencetak taranya.

30. Tara preset adalah tara penimbang yang disetel sebelumnya yang berfungsi untuk mengurangi nilai berat yang ditimbang sehingga diperoleh berat nettonya.

31. Alat pengunci adalah alat untuk menghentikan berfungsinya sistem timbangan baik sebagian maupun secara keseluruhan.

32. Alat uji bantu adalah alat yang dapat menguji secara terpisah dari satu atau lebih bagian-bagian utama suatu timbangan.

Page 8: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

8  

33. Alat pemilih lantai muatan dan pengukur muatan adalah alat untuk memilih satu atau lebih muatan terhadap satu atau lebih alat pengukur muatan apapun penerus muatan yang digunakan.

34. Alat penstabil muatan adalah alat untuk menstabilkan penunjukan selama penimbangan.

35. Kapasitas maksimum (Max) adalah kekuatan nominal timbangan tanpa memperhitungkan tara penyetimbangnya.

36. Kapasitas minimum (Min) adalah nilai muatan yang bila menimbang di bawah nilai muatan itu cenderung menimbulkan kesalahan relatiif yang besar.

37. Rentang ukur penimbangan adalah rentang ukur antara kapasitas minimum dan maksimum.

38. Perluasan interval penunjukan otomatis adalah nilai yang memungkinkan memperbesar rentang ukur penunjukan otomatis yang masih berada dalam rentang ukur penimbangan.

39. Pengaruh tara maksimum (T=+…., T=-….) adalah kapasitas maksimum dari tara yang menambah atau mengurangi kapasitas penimbangannya.

40. Jarak skala pada timbangan dengan penunjukan analog adalah jarak antara setiap dua tanda skala yang berurutan yang diukur sepanjang dasar skala.

41. Interval skala terkecil (d) adalah nilai dinyatakan dalam satuan massa:

a. untuk penunjukan analog, yaitu perbedaan antara dua nilai dari dua tanda skala yang berurutan; dan

b. untuk penunjukan digital, yaitu perbedaan antara dua nilai yang ditunjuk berurutan.

42. Inteval skala verifikasi (e) adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan massa, digunakan untuk pengklasifikasian timbangan dan untuk pengujian timbangan.

43. Nilai skala berangka adalah nilai perbedaan antara dua skala berangka yang berurutan.

44. Jumlah interval skala verifikasi pada timbangan interval tunggal adalah perbandingan kapasitas maksimum dengan interval skala verifikasinya.

N=Max/e

45. Timbangan interval tunggal adalah timbangan yang daerah penimbangannya mempunyai interval skala verifikasi yang sama.

46. Timbangan dengan multi interval adalah timbangan yang mempunyai satu rentang ukur penimbangannya dibagi menjadi beberapa bagian rentang ukur penimbangan yang masing-masing mempunyai interval skala verifikasi yang berbeda. Rentang ukur penimbangannya berubah secara otomatis sesuai dengan muatan yang digunakan.

47. Timbangan multi rentang ukur adalah timbangan yang mempunyai dua atau lebih rentang ukur dengan kapasitas maksimum yang berbeda dan interval skala verifikasi yang berbeda untuk satu penerima muatan yang sama serta masing-masing rentang ukur mulai dari nol sampai maksimumnya.

Page 9: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

9  

48. Diskriminasi adalah kemampuan suatu timbangan untuk memberikan reaksi terhadap perubahan kecil dari muatan.

49. Kemampuan ulang adalah kemampuan timbangan untuk memberikan hasil-hasil penimbangan yang mendekati satu sama lain bila dimuati berulang dengan muatan dan cara yang sama ke atas penerima muatan pada kondisi pengujian yang relatif tetap.

50. Ketahanan adalah kemampuan timbangan untuk mempertahankan karakteristik kerjanya selama penggunaan.

51. Waktu pemanasan adalah waktu antara saat daya listrik digunakan terhadap timbangan dan saat timbangan tersebut mampu bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.

52. Penyetimbangan dengan anak timbangan adalah nilai anak timbangan yang menyetimbangkan muatan (termasuk perhitungan perbandingan reduksi muatan).

53. Penunjukan analog adalah penunjukan yang memungkinkan prakiraan kedudukan kesetimbangan sampai bagian dari interval skala verifikasi.

54. Penunjukan digital adalah penunjukan yang tanda-tanda skalanya tersusun atas rangkaian/urutan angka-angka yang tidak bisa dilakukan interpolasi atas bagian dari interval skala verifikasinya.

55. Nilai bruto atau gross (B atau G) adalah penunjukan berat muatan yang ada pada timbangan, yang dalam proses penimbangannya tanpa mengoperasikan tara atau tara preset.

56. Nilai netto (N) adalah penunjukan berat muatan yang ditempatkan pada timbangan setelah mengoperasikan tara.

57. Nilai tara (T) adalah nilai berat muatan yang ditentukan dengan tara penimbang.

58. Nilai tara preset (PT) adalah nilai angka yang mewakili berat yang ditempatkan di dalam timbangan (termasuk pemasukannya dengan tombol-tombol, dengan pemanggilan kembali dari data yang tersimpan/memory atau penyisipan melalui interface).

59. Perhitungan nilai netto adalah nilai perbedaan antara nilai berat gross atau nilai berat netto dengan nilai tara preset.

60. Perhitungan nilai berat total adalah perhitungan jumlah lebih dari satu nilai berat dan/atau perhitungan jumlah lebih dari satu nilai netto.

61. Ketidaksaksamaan/ketidaktelitian dari seluruh pembacaan suatu timbangan dengan penunjukan analog adalah standar deviasi dari penunjukan yang sama yang pembacaannya dilakukan pada penggunaan kondisi normal oleh beberapa pengamat. Pembacaan itu sekurang-kurangnya dilakukan sepuluh kali.

62. Kesalahan pembulatan penunjukan digital adalah perbedaan antara penunjukan (yang ditunjuk) timbangan dan hasil penimbangan yang seakan-akan diperoleh dengan penunjukan analog.

63. Jarak pembacaan minimum adalah jarak terpendek yang memungkinkan pengamat dapat dengan bebas mendekati pengukur muatan (penunjuk dan penyetimbang muatan) untuk melakukan pembacaan pada penggunaan

Page 10: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

10  

kondisi normal. Ruang bebas jarak terpendek diperkirakan sekurang-kurangnya sama dengan 0,8 m (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Jarak Pembacaan Minimum

64. Kesalahan penunjukan adalah penunjukan timbangan dikurangi nilai massa yang sebenarnya/massa konvensionalnya.

65. Kesalahan hakiki adalah kesalahan timbangan dalam kondisi referensi.

66. Kesalahan hakiki awal adalah kesalahan hakiki timbangan yang ditentukan sebelum pengujian unjuk kerja dan pengujian stabilitas rentang.

67. Kesalahan maksimum yang diizinkan (BKD) adalah perbedaan maksimum (positif atau negatif) yang diizinkan antara penunjukan timbangan dan nilai massa sebenarnya pada kedudukan referensinya.

68. Penyimpangan adalah perbedaan antara kesalahan penunjukan dan kesalahan hakiki timbangan.

69. Penyimpangan yang berarti adalah penyimpangan yang lebih besar dari e (catatan: untuk timbangan multi-interval, nilai e adalah yang sesuai dengan rentang ukur bagian).

Hal-hal berikut tidak dianggap penyimpangan yang berarti, meskipun melebihi e:

a. penyimpangan-penyimpangan yang timbul secara serempak akan tetapi satu sama lain berdiri sendiri;

b. penyimpangan-penyimpangan yang tidak memungkinkan untuk melakukan suatu pengukuran;

c. penyimpangan-penyimpangan yang sungguh-sungguh untuk diberitahukan oleh semua hasil pengukuran; dan

d. penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesaat penunjukan berubah-ubah yang tidak diterangkan, disampaikan dan/atau ditentukan sebagai suatu hasil pengukuran.

70. Kesalahan daya tahan adalah perbedaan antara kesalahan hakiki selama penggunaan dan kesalahan hakiki awal.

Page 11: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

11  

71. Stabilitas rentang adalah kemampuan timbangan untuk mempertahankan perbedaan antara penunjukan muatan pada kapasitas maksimum dan nol selama periode penggunaan di dalam batas yang telah ditentukan.

72. Besaran pengaruh adalah besaran yang bukan pokok pengukuran tetapi mempengaruhi nilai pengukuran atau penunjukan timbangan.

73. Faktor pengaruh adalah besaran yang berpengaruh yang mempunyai nilai di dalam kondisi kerja dasar tertentu dari timbangan.

74. Gangguan adalah besaran yang berpengaruh yang mempunyai nilai dalam batas tertentu (dalam syarat teknis ini), tetapi di luar kondisi kerja dasar tertentu dari timbangan.

75. Kondisi kerja dasar adalah kondisi penggunaan yang memberikan daerah ukur nilai-nilai besaran yang berpengaruh yang mengakibatkan karakteristik kemetrologian tetap dalam BKD.

76. Kondisi referensi adalah nilai faktor-faktor yang berpengaruh tetap tertentu untuk menjamin keabsahan pembandingan antara hasil-hasil penimbangan.

77. Kedudukan referensi adalah kedudukan timbangan yang disetel sebagaimana mestinya.

78. Pengujian unjuk kerja adalah pengujian untuk mengetahui apakah peralatan yang diuji itu mampu menunjukan/menampilkan fungsi yang semestinya.

Gambar 1.2 Pengujian Unjuk Kerja

M = Massa yang diukur

E1 = Kesalahan penunjukan

BKD1 = Kesalahan maksimum yang diizinkan pada tera

BKD2 = Kesalahan maksimum yang diizinkan “in service”

C = Karakteristik dalam kondisi sebenarnya

C1 = Karakterisitk karena faktor yang berpengaruh atau gangguan

Page 12: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

12  

ESP = Kesalahan penunjukan yang didata selama uji stabilitas rentang

I1 = Kesalahan hakiki

V = Perubahan kesalahan penunjukan selama uji stabilitas rentang

- Keadaan 1, memperlihatkan kesalahan E1 dari timbangan yang disebabkan oleh faktor pengaruh atau gangguan. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor pengaruh yang digunakan adalah E1 – I1.

- Keadaan 2, memperlihatkan nilai rata-rata ESPlav pada kesalahan pengukuran pertama dari pengujian kestabilan rentang, beberapa kesalahan lain ESPi dan ESPk, dan nilai ekstrim dari kesalahan ESPm dan ESPn, semua kesalahan-kesalahan ini dievaluasi pada saat yang berbeda selama pengujian rentang. Perubahan V dalam kesalahan penunjukan selama pengujian kestabilan rentang adalah ESPm - ESPn.

79. Verifikasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan penyajian bukti bahwa persyaratan yang ditetapkan telah terpenuhi.

80. Kondisi uji normal adalah kondisi pengujian yang dilakukan sesuai data teknis timbangan yang bersangkutan.

81. Berdagang eceran adalah berniaga, melakukan pekerjaan jual beli, melakukan usaha dagang secara eceran (menjual satu-satu) bukan secara partai/banyak sekaligus, atau perdagangan secara langsung kepada konsumen secara eceran.

82. Kepekaan adalah perubahan variabel l (perubahan lintasan) yang diamati dan perubahan massa (M) yang diukur.

M

k∆∆

=l

Page 13: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

13  

BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1. Ruang Lingkup Syarat teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan

kemetrologian untuk Timbangan Bukan Otomatis.

2.2. Penerapan 1. Syarat teknis ini berlaku untuk semua jenis Timbangan Bukan Otomatis,

baik mekanik maupun elektronik.

2. Syarat teknis ini berlaku untuk semua Timbangan Bukan Otomatis, dengan penunjukan otomatis, semi otomatis dan bukan otomatis.

3. Syarat teknis ini berlaku untuk semua bagian utama timbangan baik yang sudah terakit menjadi satu unit timbangan maupun yang masih terpisah.

2.3. Identitas 1. a. timbangan harus dilengkapi identitas minimal sebagai berikut:

1) nama dan atau tanda pabrik pembuat : …; 2) kapasitas maksimum : Max = ...; 3) kapasitas minimum : Min = ...; 4) nomor seri : ….

b. selain identitas sebagaimana dimaksud pada huruf a, timbangan boleh dilengkapi identitas sebagai berikut : 1) tipe/model : …; 2) penulisan kelas kesaksamaan harus sesuai lambang pada tabel

1; 3) interval skala verifikasi : e = …; 4) interval skala terkecil (jika d < e) : d = …; 5) tara penambah maksimum : T = +…/ Tara pengurang

maksimum : T = - …; 6) batas temperatur yang memenuhi syarat kondisi kerja yang

benar : … °C s/d … °C.

2. a. tulisan yang dimaksud pada angka 1 huruf a dan huruf b pada timbangan tersebut dapat terkumpul dalam suatu tempat dan terlihat dengan jelas, baik pada plat tersendiri yang tetap pada timbangan ataupun pada bagian timbangan itu sendiri;

b. tulisan-tulisan tersebut pada angka 1 huruf a dan huruf b harus tidak mudah dihapus/dihilangkan, serta ukuran dan bentuknya mudah dibaca dengan jelas;

c. tulisan-tulisan : 1) Max = …; 2) Min = …;

Page 14: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

14  

3) e = …; 4) d = … (jika d ≠ e);

jika tidak ditempatkan pada plat tersendiri yang tetap pada timbangan, maka harus ditempatkan dekat alat penunjukan (display) hasil penimbangan;

d. dalam hal-hal khusus, penulisan sebagaimana diatur pada huruf c harus dibuat seperti contoh di bawah ini :

e. tinggi huruf kapital, sekurang-kurangnya 2 mm.

2.4. Persyaratan Timbangan Bukan Otomatis Sebelum Peneraan 1. Timbangan yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin

Tanda Pabrik.

2. Label tipe harus terlekat pada timbangan asal impor yang akan ditera.

3. Timbangan yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.

4. Timbangan yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk timbangan asal impor sebelum ditera.

5. Timbangan yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

Page 15: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

15  

BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1. Persyaratan Teknis 1. Bahan

Timbangan harus dibuat dari bahan yang kualitasnya sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin keserasian, kekuatan, keawetan dan karakteristik serta sifat-sifat kemetrologiannya.

2. Konstruksi

a. timbangan harus dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya;

b. timbangan harus dibuat kokoh dan rapih agar menjamin pemeliharaan kualitas kemetrologiannya selama periode penggunaannya;

c. timbangan harus mempunyai penerimaan muatan yang sedemikian rupa, sehingga massa standar/anak timbangan standar dapat diletakkan dengan mudah dan aman pada saat pengujian. Jika massa standar/anak timbangan standar tidak dapat ditempatkan, perlu ada penyangga tambahan;

d. timbangan tidak boleh mempunyai karakteristik yang memudahkan untuk melakukan kecurangan;

e. timbangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga gangguan yang mempengaruhi kebenaran fungsinya segera dapat diketahui;

f. 1) tombol-tombol kontrol harus dirancang sedemikian rupa, sehingga pengoperasiannya tidak dapat berakhir dalam posisi lain, kecuali kalau selama pengoperasian semua penunjukan dibuat tidak mungkin berfungsi; dan

2) tombol-tombol harus ditandai dengan jelas.

g. timbangan harus dilengkapi pengaman alat penyetel. Untuk timbangan kelas satu alat penyetel kepekaan boleh tidak disegel;

h. timbangan boleh dilengkapi dengan alat penyetel rentang otomatis atau semi otomatis. Alat ini harus merupakan satu kesatuan dengan timbangannya. Setelah dilakukan penyegelan, pengaruh luar tehadap alat ini harus tidak memungkinkan;

i. timbangan boleh dilengkapi dengan alat untuk kompensasi pengaruh perubahan gravitasi. Setelah penyegelan/ pengamanan, pengaruh luar pada atau akses terhadap alat ini harus tidak memungkinkan.

Page 16: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

16  

3. Syarat-Syarat Timbangan Dengan Penunjukan Otomatis Atau Semi Otomatis

a. Penunjukan hasil penimbangan

1) pembacaan hasil penimbangan harus mudah, jelas dan tidak meragukan;

a) semua ketidaktelitian pembacaan bagi alat penunjukan analog tidak boleh melebihi 0,2e; dan

b) angka-angka yang ditunjuk pada hasil penimbangan harus satu ukuran dan satu bentuk, kecuali pada angka desimal boleh berbeda.

2) skala, angka dan hasil pencetakan harus menggambarkan bentuk hasil penimbangan yang dapat terbaca dengan mudah;

3) a) hasil penimbangan harus dinyatakan dengan nama atau simbol satuan massa;

b) untuk setiap satu penunjukan berat, hanya boleh digunakan satu satuan massa;

c) nilai skala harus dinyatakan dalam bentuk satuan: 1x10k, 2x10k atau 5x10k ,k adalah sama dengan bilangan bulat positif atau negatif atau sama dengan nol;

d) semua penunjukan, pencetakan dan tara penimbang dari timbangan dalam setiap satu rentang ukur penimbangan harus mempunyai nilai skala yang sama.

4) a) penunjukan digital sekurang-kurangnya harus menampilkan satu angka permulaan pada bagian paling kanan;

b) jika nilai skala berubah secara otomatis, maka tanda desimal harus tetap pada posisi semula;

c) bagian desimal harus dipisah dari bilangan bulatnya (dengan koma atau titik), penunjukan sekurang-kurangnya menampilkan satu angka pada bagian kiri tanda desimal dan semua angka pada bagian kanan;

d) angka penunjukan nol bisa ditunjuk dengan satu angka nol pada bagian paling kanan tanpa tanda desimal.

5) tidak boleh ada penunjukan di atas penunjukan maksimum sebesar +9e;

6) perluasan interval skala rentang ukur penunjukan otomatis pada timbangan dengan penunjukan semi otomatis tidak boleh lebih besar dari nilai kapasitas penunjukan otomatisnya.

a) perluasan interval skala rentang ukur penunjukan otomatis harus sama dengan kapasitas penunjukan otomatis, kecuali timbangan pembanding;

Page 17: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

17  

b) alat untuk memperluas interval skala rentang dengan sistem bobot ingsut mengacu pada ketentuan-ketentuan bab III sub bab 3.1. angka 5 huruf c angka 2);

c) alat untuk menambah kemampuan menimbang dengan menggunakan tombol pengatur, masing-masing penambah berada pada bagian kerangka tertutup yang dapat diamankan. Bila penambah tersebut menggunakan bobot ingsut/bobot jatuh, maka keduanya harus dapat diamankan/disegel dan mempunyai lubang justir.

b. Alat penunjuk analog

Pada penunjukan analog ini, di samping ketentuan-ketentuan pada huruf a, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1) Skala harus dirancang dan diberi angka sedemikian rupa, sehingga pembacaan hasil penimbangan dapat dilakukan dengan mudah dan jelas serta tepat.

a) tanda skala harus terdiri dari garis-garis dengan ketebalan yang seragam antara 1/10 dan 1/4 dari jarak skala dan tidak kurang dari 0,2 mm. Panjang tanda skala terpendek sekurang-kurangnya harus sama dengan jarak skala;

b) tanda skala harus disusun sesuai dengan salah satu dari gambar 3.1.

1 x 10K 2 x 10K

Gambar 3.1 Contoh pemakaian tanda skala

c) pada tanda skala timbangan, pemberian angka jarak skala harus:

(1) seragam;

(2) dalam bentuk satuan 1x10k ; 2x10k ; 5x10k (k adalah bilangan bulat positif atau negatif atau sama dengan nol);

(3) tidak lebih besar dari 25 kali jarak skala terkecil timbangan;

(4) jika tanda skala diproyeksikan pada layar, maka sekurang-kurangnya dua tanda skala yang diberi angka harus bisa muncul secara penuh pada daerah proyeksinya;

Page 18: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

18  

(5) tinggi angka (dalam milimeter) tidak boleh kurang dari pada 3 kali jarak pembacaan minimum (dalam meter) dengan sekurang-kurangnya 2 mm. Tinggi ini harus seimbang terhadap panjang tanda skala yang bersangkutan. Lebar angka (diukur paralel terhadap dasar skala) harus kurang dari pada jarak antara dua tanda skala yang diberi angka yang berurutan.

d) Lebar jarum penunjuk dari komponen penunjukan kira-kira harus sama dengan lebar garis skala dan panjangnya sedemikian rupa, sehingga ujung penunjuk tersebut sekurang-kurangnya rata dengan tengah-tengah dari garis/tinggi skala terpendek (dasar skala). Jarak antara skala dan jarum penunjuk paling besar harus sama dengan jarak/ruang skala tetapi tidak lebih dari 2 mm.

2) a) jarak minimum (Io) antara 2 tanda skala sama dengan:

(1) pada timbangan kelas satu atau kelas dua:

1 mm untuk alat penunjukan 0,25 mm untuk alat penunjuk pelengkap. Dalam hal ini io adalah pergerakan relatif antara komponen penunjukan dan skala yang diproyeksikan sesuai dengan interval skala verifikasi (e) dari timbangan;

(2) pada timbangan kelas tiga atau kelas empat:

1,25 mm untuk alat penunjukan piringan 1,75 mm untuk alat penunjukan proyeksi optik.

b) jarak skala i (dalam milimeter) sekurang-kurangnya harus sama dengan (L + 0,5) io.

io adalah jarak skala minimum (dalam milimeter). L adalah jarak pembacaan minimum (dalam meter), L sekurang-kurangnya = 0,5 m.

c) jarak skala terbesar tidak boleh melebihi 1,2 kali jarak skala terkecil untuk skala yang sama.

3) Pembatas gerak penunjukan harus membatasi gerakan penunjukan bergerak di bawah nol dan di atas kapasitas penunjukan otomatisnya. Hal ini tidak berlaku bagi timbangan piringan putaran ganda.

4) Pembatas gerakan komponen penunjukan harus bisa membiarkan komponen penunjukan bergerak melintasi daerah sekurang-kurangnya 4 ruang skala di bawah nol dan 4 skala dia tas kapasitas penunjukan otomatisnya (daerah ini tidak dilengkapi dengan skala atau disebut daerah kosong).

Page 19: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

19  

5) Peredam ayunan komponen penunjukan atau skala yang dapat bergerak harus disetel sampai sedikit di bawah nilai titik kritis redam.

a) redaman harus mencapai penunjukan stabil setelah tiga, empat atau lima kali osilasi setengah periode;

b) elemen peredam hidrolik yang sensitif terhadap perubahan temperatur harus dilengkapi dengan alat pengatur otomatis atau alat pengatur manual yang dapat dicapai/diperoleh dengan mudah;

c) fluida dari elemen peredam hidrolik pada timbangan portable harus tidak memungkinkan tertumpah bila timbangan dimiringkan 45o.

c. Penunjukan digital dan pencetak

Pada penunjukan digital ini di samping ketentuan-ketentuan pada huruf a, juga berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) setelah perubahan muatan, penunjukan sebelumnya tidak boleh bertahan lebih dari satu sekon;

2) kesetimbangan dianggap stabil bila:

a) dalam pencetakan dan/atau penyimpanan data, selama periode lima sekon yang diikuti dengan pencetakan, tidak lebih dari dua nilai berdekatan yang ditunjuk dan hanya satu nilai saja yang dicetak (dalam hal timbangan dengan d<e, maka pembagian skala yang dibedakan dapat diabaikan);

b) dalam hal penunjukan nol atau sedang bekerjanya tara (huruf d angka 4), 6), 7) dan huruf e angka 8)), hal ini cukup mendekati kesetimbangan akhir yang memberikan suatu kerja yang benar dari alat itu dalam hubungannya dengan ketentuan kesaksamaan.

3) a) alat penunjukan yang diperluas tidak boleh digunakan pada timbangan dengan pembagian skala yang dibedakan;

b) jika timbangan dilengkapi dengan alat penunjukan yang diperluas, maka penampilan penunjukan dengan nilai skala lebih kecil dari pada e harus hanya mungkin selama melakukan penekanan tombol atau selama periode yang tidak melebihi 5 sekon setelah perintah manual. Dalam hal ini pencetakan tidak boleh terjadi.

4) penunjukan selain penunjukan utama boleh ditampilkan dalam alat penunjukan yang sama, selama memenuhi ketentuan berikut:

a) besaran lain dari nilai berat ditunjukkan dengan satuan yang sesuai atau simbolnya atau tanda khusus;

Page 20: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

20  

b) nilai berat yang bukan hasil penimbangan (nilai bruto, nilai netto dan nilai tara) harus ditunjukkan dengan jelas atau boleh ditampilkan hanya pada saat perintah manual dilakukan dan tidak boleh untuk dicetak.

5) a) pencetakan harus jelas dan permanen sesuai dengan maksud penggunaannya, dan angka-angka yang dicetak sekurang-kurangnya tingginya 2 mm;

b) jika pencetakan dilakukan, maka nama atau simbol satuan ukuran harus berada di sebelah kanan nilai atau di atas kolom nilai;

c) jika kesetimbangan belum stabil, maka pencetakan tidak boleh terjadi;

d) kesetimbangan yang stabil dianggap tercapai apabila selama periode 5 sekon yang diikuti pencetakan, tidak lebih dari dua nilai berdekatan yang ditunjuk hanya satu nilai saja yang dicetak. Dalam hal ini timbangan dengan d<e, maka pembagian skala yang dibedakan dapat diabaikan.

6) penyimpanan penunjukan utama untuk penunjukan berikutnya, penerusan data, penjumlahan dan sebagainya tidak diperkenankan bila kesetimbangan tidak stabil;

d. Alat penyetel nol dan alat perangkap nol

Timbangan boleh mempunyai satu atau lebih alat penyetel nol dan tidak boleh mempunyai lebih dari satu alat perangkap nol.

1) a) pengaruh setiap alat penyetel nol tidak boleh mengubah kapasitas penimbangan maksimum dari timbangan;

b) semua pengaruh alat penyetel nol dan perangkap nol tidak boleh lebih dari 4%, dan alat penyetel nol awal tidak lebih dari 20% kapasitas maksimumnya (ketentuan ini tidak berlaku bagi timbangan kelas empat, kecuali bila timbangan tersebut digunakan untuk transaksi perdagangan);

c) rentang ukur yang lebih lebar dimungkinkan bagi alat penyetel nol awal jika hasil tes menunjukkan bahwa timbangan tersebut memenuhi ketentuan pada sub bab 3.2 angka 5, 6, 8, dan 9 untuk setiap muatan yang dikompensasi oleh alat tersebut di dalam rentang ukur yang ditentukan.

2) setelah penyetelan nol, maka pengaruh penyimpangan nol pada hasil penimbangan tidak boleh lebih dari 0,25 e. Akan tetapi pada timbangan dengan alat penunjukan tambahan, maka pengaruhnya tidak boleh lebih dari 0,5 d;

3) penyetelan nol dalam setiap rentang ukur penimbangan harus berlaku juga dalam rentang ukur penimbangan yang lebih besar, jika terjadi pemindahan/switch ke rentang ukur penimbangan yang lebih besar dapat dilakukan dalam keadaan timbangan bermuatan;

Page 21: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

21  

4) a) suatu timbangan (kecuali yang dimaksud dalam sub bab 3.1. angka 3 huruf l dan huruf n baik dilengkapi dengan alat penyetel nol awal atau tidak, boleh mempunyai kombinasi alat penyetel nol semi otomatis dan alat tara penyetimbang semi otomatis yang dilakukan dengan tombol yang sama;

b) jika timbangan mempunyai alat penyetel nol dan alat tara penimbang, maka tombol alat penyetel nol harus terpisah dari tombol tara penimbang;

c) alat penyetel nol semi otomatis harus hanya berfungsi:

(1) bila timbangan dalam keadaan kesetimbangan yang stabil;

(2) jika membatalkan setiap penggunaan tara sebelumnya.

5) a) timbangan dengan penunjukan digital harus mempunyai alat yang menampilkan sinyal khusus jika penyimpangan nol tidak lebih dari 0,25 e. Alat ini bisa juga bekerja jika nol ditunjuk setelah penggunaan tara;

b) alat ini tidak diharuskan pada timbangan yang mempunyai penunjukan tambahan atau alat perangkap nol asalkan angka atau kecepatan perangkap nol tidak kurang dari 0,25 d/sekon.

6) alat penyetel nol otomatis harus bekerja hanya jika:

a) kesetimbangannhya stabil; dan

b) penunjukan telah stabil di bawah nol untuk sekurang-kurangnya 5 sekon.

7) a) alat perangkap nol harus bekerja hanya jika:

(1) penunjukan pada nol atau pada nilai negatif yang setara dengan nol;

(2) kesetimbangan stabil; dan

(3) koreksinya tidak lebih dari 0,5 d/sekon.

b) jika nol ditunjuk setelah kerja tara, maka alat perangkap nol boleh bekerja dalam rentang ukur 4% dari maksimum sekitar nilai nol aktual.

e. Tara

1) tara harus dibuat sedemikian rupa dan sesuai dengan ketentuan yang berhubungan dengan sub bab 3.1. angka 2, angka 3 huruf a, huruf b, huruf c syarat teknis ini;

2) interval skala alat tara penimbang harus sama dengan interval skala timbangan untuk setiap muatan uji;

3) a) tara harus mampu menyetel penunjukan nol dengan ketelitian yang tidak boleh lebih besar dari pada:

Page 22: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

22  

(1) ± 0,25 e untuk timbangan elektronik dan setiap timbangan dengan penunjukan analog;

(2) ± 0,5 d untuk timbangan mekanik dengan penunjukan digital dan timbangan dengan alat penunjukan tambahan.

b) pada timbangan multi-interval, e harus diganti dengan e1.

4) rentang ukur pada timbangan yang dilengkapi dengan tara, tara tidak boleh digunakan pada rentang ukur di bawah nol atau di atas maksimumnya;

5) a) bekerjanya tara harus terlihat pada penunjukan timbangan. Dalam hal timbangan dengan penunjukan digital, maka penunjukan nilai netto harus disertai dengan tanda “NET”,”Net” atau “net”; Jika timbangan dilengkapi dengan alat penunjuk nilai bruto dan tara dalam keadaan bekerja, maka tanda “NET” tidak boleh muncul selama nilai bruto ditampilkan. Hal ini tidak diperlukan bagi timbangan dengan kombinasi alat penyetel nol semi otomatis dan alat tara penyetimbang semi otomatis yang dilakukan dengan tombol yang sama.

b) tanda NET dan T dapat diganti dengan kata yang komplit ke dalam bahasa nasional tempat timbangan tersebut digunakan;

c) penggunakan alat tambahan tara mekanik harus diperlihatkan dengan penunjukan nilai tara atau dengan menampilkan tanda huruf (misal “T”) pada timbangan.

6) jika menggunakan tara pengurang, maka tidak boleh mengubah rentang ukur penimbangan yang semestinya, untuk mencegah penggunaan timbangan di atas kapasitas maksimumnya;

7) pada timbangan yang mempunyai beberapa rentang ukur, tara harus berlaku juga dalam rentang ukur yang lebih besar, jika terjadi pemindahan posisi ke rentang ukur penimbangan yang lebih besar sementara timbangan bermuatan;

8) tara yang bekerja otomatis atau semi otomatis hanya bekerja jika timbangan dalam keadaan setimbang stabil;

9) jika alat penyetel nol semi otomatis dan alat tara penyetimbang semi otomatis dilakukan dengan tombol yang sama, harus memenuhi ketentuan sub bab 3.1. angka 3 huruf d angka 2), 5) dan angka 7) pada muatan uji;

10) jika lebih dari satu alat tara bekerja pada waktu yang sama, maka masing-masing berat tara harus diberi tanda dengan jelas ketika ditunjuk atau dicetak;

Page 23: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

23  

11) a) nilai berat bruto boleh dicetak tanpa sesuatu penandaan. Jika ada penandaan bruto hanya diperkenankan dengan symbol “B” atau “G”;

b) jika nilai-nilai berat netto dicetak tanpa ada hubungannya dengan nilai bruto atau tara, hal tersebut dicetak tanpa suatu tanda. Jika ada penandaan netto hanya diperkenankan dengan symbol “N”. Hal ini berlaku juga jika penyetel nol semi otomatis dan tara penyeimbang semi otomatis menggunakan tombol yang sama;

c) nilai-nilai bruto, netto atau tara yang ditentukan dengan timbangan multi rentang ukur atau multi-interval tidak perlu ditandai dengan penandaan khusus yang menunjukkan bagian rentang ukur penimbangan;

d) jika nilai berat netto dicetak bersamaan dengan nilai bruto dan/atau nilai-nilai tara, maka nilai-nilai netto dan tara setidak-tidaknya harus ditunjukkan dengan symbol “N” dan “T”;

e) simbol-simbol G atau B, N dan T dapat diganti dengan kata-kata yang komplit sesuai dengan bahasa Indonesia (berat kotor atau bruto, berat bersih dan tara);

f) jika nilai berat netto dan nilai tara ditentukan dengan alat tara berbeda yang dicetak secara terpisah, maka hal tersebut harus ditunjukkan dengan benar.

f. Alat tara preset

1) a) tanpa memperhatikan bagaimana nilai tara preset dimasukkan ke timbangan, interval skalanya harus sama dengan atau secara otomatis dibulatkan sesuai dengan interval skala timbangan;

b) pada timbangan multi rentang ukur nilai tara preset hanya bisa ditransfer dari satu rentang ukur ke rentang ukur lainnya yang mempunyai interval skala verifikasi lebih besar tetapi harus dibulatkan terhadap interval skala verifikasi berikutnya;

c) pada timbangan multi-interval, nilai tara preset maksimum tidak lebih besar daripada Max1 dan nilai perhitungan netto yang ditunjuk atau dicetak harus dibulatkan ke nilai skala timbangan untuk nilai berat netto yang sama.

2) a) alat tara preset boleh dioperasikan bersama-sama dengan satu atau lebih alat tara lainnya selama memenuhi ketentuan berikut:

(1) sub bab 3.1. angka 3 huruf e angka 10) dipenuhi; (2) kerja alat tara preset tidak dapat diubah atau

dibatalkan.

Page 24: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

24  

b) alat-alat tara preset dapat dioperasikan secara otomatis hanya jika nilai tara preset diidentifikasi dengan jelas sesuai dengan beban yang akan diukur.

3) a) untuk alat penunjukan yang dipakai pada sub bab 3.1. angka 3 huruf e angka 5), maka harus dimungkinkan menunjuk nilai tara preset setidak-tidaknya jika diperlukan;

b) jika nilai netto terhitung dicetak, maka setidak-tidaknya nilai tara preset dicetak juga, kecuali bagi timbangan yang telah diatur dalam sub bab 3.1. angka 3 huruf m dan huruf o;

c) nilai tara preset diberi tanda dengan lambang “PT”.

g. Posisi penguncian

1) a) jika timbangan mempunyai alat pengunci satu atau lebih, maka harus mempunyai dua posisi yaitu “terkunci” dan “menimbang”;

b) kedudukan sebelum menimbang diperbolehkan ada pada timbangan kelas satu dan dua, kecuali yang telah diatur dalam sub bab 3.1. angka 3 huruf l dan huruf o.

2) kedudukan “terkunci” dan kedudukan “menimbang” harus ditunjukkan dengan jelas.

h. Alat uji tambahan

1) dengan satu lantai atau lebih:

a) nilai nominal perbandingan antara anak timbangan penyeimbang dan muatan tidak boleh lebih kecil dari 1/5000;

b) massa nominal anak timbangan diperlukan untuk menyeimbangkan muatan yang sama dengan interval skala verifikasi harus merupakan kelipatan bilangan bulat 0,1 gram.

2) gandar berskala

Interval skala dari alat uji tambahan harus sama dengan atau lebih kecil dari 1/5 interval skala verifikasi dari timbangan yang dimaksud.

i. Pemilihan rentang ukur penimbangan pada timbangan multi rentang.

1) Rentang ukur yang digunakan harus ditunjuk dengan jelas.

2) a) pemilihan rentang ukur secara manual yang diizinkan:

(1) dari rentang ukur yang lebih kecil ke yang lebih besar pada setiap muatan;

Page 25: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

25  

(2) dari rentang ukur yang lebih besar ke yang lebih kecil, ketika pada penerima muatan barang dan penunjukan nol atau negatif; penggunaan tara harus dibatalkan dan posisi nol harus disetel pada ± 0,25 e1, kedua-duanya secara otomatis.

b) perubahan otomatis yang diizinkan:

(1) dari rentang ukur yang lebih kecil ke yang lebih besar berikutnya ketika muatan melebihi maksimum rentang ukur yang digunakan;

(2) hanya dari rentang ukur yang lebih besar ke yang lebih kecil ketika timbangan dalam keadaan tanpa muatan, dan penunjukan nol atau negatif; penggunaan tara harus dibatalkan dan posisi nol harus disetel pada ± 0,25 e1, kedua-duanya secara otomatis.

j. Alat pengatur perubahan antara penerima muatan, penerus muatan dan pengukur muatan.

1) alat pengatur harus menjamin kompensasi dampak perbedaan tanpa muatan dari berbagai penerima muatan berikut penerus muatan yang digunakan;

2) alat penyetel nol untuk timbangan dengan kombinasi berbagai pengukur muatan dan penerima muatan diperbolehkan selama tidak menimbulkan keragu-raguan dan memenuhi ketentuan sub bab 3.1. angka 3 huruf d;

3) penimbangan tidak memungkinkan pada saat alat pengatur sedang difungsikan;

4) kombinasi dari pada berbagai penerima muatan dan alat pengukur muatan yuang digunakan harus diberi tanda sehingga mudah dikenali.

k. Timbangan tokok

1) timbangan tokok pada waktu pengujian diperlakukan sebagai timbangan dengan penunjukan semi otomatis;

2) a) pada alat penunjuk analog, daerah yang terletak pada salah satu sisi dari titik nol harus dibedakan dengan “+” atau “-“;

b) pada alat penunjukan digital, dekat alat penunjukan harus diberi tulisan :

(1) rentang ukur ± … Um ; atau (2) rentang ukur -…Um/+…Um. dimana Um adalah satuan ukuran yaitu miligram (mg), gram (g), kilogram (kg), dan ton (t); untuk pemakaian tertentu (khusus), misal batu permata (logam mulia, batu adi) boleh digunakan satuan ukuran carat metrik, (1 carat = 0,2 g dengan simbol “ct”).

Page 26: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

26  

3) skala timbangan tokok sekurang-kurangnya harus mempunyai satu pembagian skala d=e pada salah satu sisi dari titik nol. Nilainya harus dicantumkan pada salah satu skala terakhir.

l. Timbangan untuk berdagang eceran

Persyaratan-persyaratan berikut berlaku untuk timbangan kelas dua, tiga dan empat dengan kapasitas maksimum tidak lebih besar dari 100 kg yang dirancang bagi timbangan untuk berdagang eceran.

1) timbangan untuk berdagang, penunjukan utamanya adalah hasil penimbangan dan informasi kedudukan nol yang benar, penggunaan tara dan tara preset;

2) timbangan untuk berdagang tidak boleh dilengkapi alat penyetel nol tidak otomatis, kecuali hanya dapat dilakukan dengan alat;

3) timbangan mekanik dengan piring anak timbangan tidak boleh dilengkapi alat tara;

4) timbangan dengan satu penerima muatan boleh dilengkapi dengan alat tara, jika masyarakat dapat dengan mudah melihat:

apakah alat tersebut dalam keadaan digunakan, dan apakah alat tersebut dilakukan perubahan;

5) hanya satu alat tara yang harus digunakan pada setiap penimbangan;

6) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat yang dapat memanggil kembali nilai brutonya, sementara alat tara atau tara preset dalam keadaan bekerja;

7) pergeseran sebesar 5 mm dari titik pengamatan pada alat tara tidak otomatis paling besar harus sama dengan 1 e;

8) timbangan boleh dilengkapi dengan alat tara semi otomatis jika:

a) kerja alat tara tidak mereduksi nilai tara; dan

b) pengaruh alat tara tersebut hanya dapat dibatalkan jika tidak ada muatan pada penerima muatan.

9) timbangan dengan alat tara semi otomatis harus memenuhi sekurang-kurangnya satu dari syarat-syarat berikut:

a) nilai tara ditunjuk secara permanen dalam satu alat penunjukan terpisah;

b) nilai tara ditunjuk dengan tanda “-“ (minus) bila tidak ada muatan pada penerima muatan; atau

c) pengaruh alat tara dibatalkan secara otomatis dan penunjukan kembali ke nol, bila setelah hasil penimbangan netto telah ditunjuk stabil dan diturunkan dari lantai muatan.

Page 27: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

27  

10) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat tara otomatis;

11) timbangan dapat dilengkapi alat tara preset jika nilai tara preset yang ditunjuk sebagai suatu penunjukan utama pada tayangan terpisah yang dibedakan dengan jelas dari penujnjukan beratnya, dalam hal ini berlaku juga ketentuan pada angka 8);

12) tidak boleh ada kemungkinan untuk mengoperasikan alat tara preset jika alat tara tersebut sedang digunakan;

13) jika tara preset bersatu dengan bagian untuk melihat harga (PLU-Price Look Up), maka nilai tara preset dapat dibatalkan pada saat yang sama dengan pembatalan “PLU”;

14) semua penunjukan utama harus ditampilkan dengan jelas dan serempak kepada kedua belah pihak (penjual dan pembeli);

15) pada alat digital yang menampilkan penunjukan utama, maka angka-angkanya harus berukuran sama sekurang-kurangnya mempunyai tinggi 10 mm dengan ikhtilaf ± 0,5 mm;

16) pada timbangan yang menggunakan anak timbangan, harus dapat membedakan nilai nominal anak timbangan;

17) timbangan tidak boleh dilengkapi dengan alat penunjuk tambahan atau alat penunjuk yang diperluas;

18) timbangan kelas dua harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana disebutkan dalam sub bab 3.2. angka 9;

19) timbangan elektronik harus dilengkapi dengan alarm yang dapat dilihat atau didengar untuk mendeteksi adanya penyimpangan yang berarti, dan penerusan data pada peralatan sekitarnya harus dapat dicegah. Alarm harus tetap bekerja sampai adanya tindakan dari operator atau sampai penyebabnya hilang;

20) perhitungan rasio pada timbangan penghitung mekanik harus 1/1, 1/10 atau 1/100.

m. Ketentuan load cell

1) kapasitas maksimum load cell harus memenuhi syarat:

Emax ≥ Q.Max.R/N

Dengan : Emax = kapasitas maksimum load cell; N = jumlah load cell; R = reduksi perbandingan; Q = faktor koreksi; Max = kapasitas maksimum timbangan.

Page 28: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

28  

Faktor koreksi Q>1 dengan anggapan bahwa kemungkinan pengaruh-pengaruh pembebanan yang tidak memusat, beban mati dari lantai muatan, daerah ukur penyetelan nol awal dan pendistribusian muatan yang tidak merata;

2) a) jumlah interval maksimum load cell (nLC) tidak boleh kurang dari pada jumlah interval skala verifikasi n timbangan : nLC ≥ n;

b) pada timbangan multi rentang ukur atau multi interval, maka untuk setiap rentang ukur penimbangan tersendiri atau rentang ukur penimbangan bagian berlaku : nLC ≥ ni;

c) pada timbangan multi-interval, perbedaan output load cell pada beban mati minimum yang diukur sebelum dan sesudah pemakaian muatan (DR) harus memenuhi :

DR ≤ 0,5 . e1.R/N

Jika DR tidak diketahui, maka nLC ≥ Maxr/e1 harus dipenuhi; Maxr = kapasitas maksimum rentang ukur timbangan.

d) pada timbangan multi rentang ukur yang memiliki load cell yang digunakan untuk lebih dari satu rentang ukur, maka DR harus memenuhi :

DR ≤ e1.R/N

Jika DR tidak diketahui, maka nLC ≥ 0,4.Maxr/e1 harus dipenuhi;

3) interval uji load cell minimum (vmin) tidak boleh lebih besar dari interval skala verifikasi (e) dikalikan dengan perbandingan reduksi (R) dari alat penerus muatan dan dibagi dengan akar kuadrat dari jumlah load cell (N).

vmin ≤ e.R/N

Pada timbangan multi rentang ukur yang memiliki load cell yang sama digunakan untuk lebih dari satu rentang ukur atau timbangan multi–interval, maka e diganti dengan e1;

Catatan :

a) Interval load cell : Bagian rentang ukur pengukuran load cell yang digunakan untuk klasifikasi ketelitian dari load cell;

b) Interval uji load cell (ν) : Interval load cell yang dinyatakan dalam satuan massa digunakan untuk pengujian load cell;

c) Interval uji load cell minimum (νmin) Interval uji load cell terkecil yang mana ke dalam rentang ukur pengukuran load cell dapat dibagi.

Page 29: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

29  

n. Syarat-syarat tambahan bagi timbangan dengan penunjukan harga yang digunakan untuk berdagang eceran

1) pada timbangan dengan penunjukan harga, yang dilengkapi :

a) harga satuan;

b) dan harga yang harus dibayar.

dan jika memungkinkan dapat digunakan untuk menentukan :

(1) jumlah hitungan;

(2) harga satuan dan harga yang harus dibayar dan harga total.

2) untuk skala harga satuan dan harga yang harus dibayar, harus sesuai dengan sub bab 3.1. angka 3 huruf a dan huruf b;

3) perbedaan pembacaan harga pada timbangan adalah nilai absolut hasil kali dari berat yang ditunjuk (W) dan harga satuan (U) dengan harga yang harus dibayar (P) tidak lebih besar dari hasil kali antara interval skala terkecil (e) dan harga satuan;

│W.U – P│ ≤ e.U

4) harga yang harus dibayar akan dihitung dan dibulatkan terhadap interval terdekat dari harga yang harus dibayar, yang didapat dari perkalian berat dan harga satuan, yang kedua-duanya ditunjukkan oleh timbangan. Alat hitungnya dianggap bagian dari timbangan;

5) interval harga yang harus dibayar harus mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku;

6) harga satuan ditentukan dengan harga per 100 g atau per kg;

7) penunjukan berat, harga satuan dan harga yang harus dibayar, harus tetap terlihat setelah penunjukan berat stabil dan harga satuan dimasukan untuk waktu sekurang-kurangnya satu sekon pada saat muatan berada di atas penerima muatan;

8) penunjukan pada angka 7) diatas boleh tetap terlihat untuk waktu tidak boleh lebih dari tiga sekon setelah muatan diturunkan dan setelah itu penunjukan harus kembali menjadi nol, apabila masih ada penunjukan berat setelah muatan kosong, maka timbangan harus tidak dapat dilakukan perubahan terhadap harga satuan atau memasukkan harga satuan lainnya;

9) jika transaksi dicetak oleh timbangan, maka berat, harga satuan dan harga yang harus dibayar semuanya harus dapat dicetak;

Page 30: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

30  

10) data boleh disimpan dalam memori timbangan sebelum dilakukan pencetakan. Data yang sama tidak boleh dicetak dua kali pada tiket untuk pelanggan;

11) timbangan yang menggunakan sistem pelabelan harga harus memenuhi sub bab 3.1. angka 3 huruf o;

12) jika semua transaksi ditunjukan oleh timbangan atau oleh alat yang berhubungan dengannya, apabila dicetak pada tiket atau label yang dimaksudkan bagi pelanggan, maka timbangan penghitung harga boleh menampilkan fungsi tambahan yang memudahkan perdagangan dan manajemen. Fungsi ini tidak boleh membingungkan tentang hasil penimbangan dan penghitungan harga;

13) kerja atau penunjukan lain yang tidak disebutkan oleh ketentuan-ketentuan berikut, boleh ditampilkan atau ditunjukkan selama tidak ada penunjukan yang dapat membuat salah pengertian seperti penunjukan utama yang diperuntukkan bagi pelanggan :

a) timbangan boleh menerima atau mencatat harga untuk dibayar positif atau negatif dari satu atau beberapa barang yang tidak ditimbang selama display berat tetap menunjuk nol atau fungsi penimbangan tidak diaktifkan. Harga untuk dibayar bagi satu atau lebih barang-barang yang tidak ditimbang harus diperlihatkan di dalam display harga untuk dibayar;

b) jika penunjukan harga untuk dibayar digunakan untuk lebih dari satu barang yang sama, maka jumlah barang harus dapat ditampilkan pada display berat, dan harga untuk jenis-jenis barang tersebut ditampilkan pada display harga satuan, kecuali kalau display tambahan dapat digunakan untuk memperlihatkan jumlah barang dan harga barang;

c) timbangan yang digunakan untuk menjumlahkan keseluruhan transaksi, baik pada satu atau beberapa tiket, dimana total harga akan ditunjukan pada penunjukan harga harus dibayar dan dicetak bersamaan dengan simbol khusus, baik pada akhir kolom harga yang harus dibayar atau pada tiket terpisah dengan acuan pada jumlah harga komoditi yang harus dibayar, semua harga yang harus dibayar akan dijumlahkan secara aljabar dan harus tercetak;

d) timbangan dapat menjumlahkan transaksi yang ditampilkan pada timbangan yang dihubungkan dengannya dan telah diuji secara kemetrologian sesuai dengan sub bab 3.1 angka 3 huruf n angka 12) untuk menampilkan keseluruhan transaksi, jika interval skala harga yang harus dibayar dari alat tersebut sama;

Page 31: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

31  

e) timbangan boleh dirancang sedemikian rupa untuk digunakan oleh lebih dari satu penjual atau melayani lebih dari satu pelanggan pada saat yang sama, selama hubungan antara transaksi-transaksi dan penjual atau pelanggan yang bersangkutan diidentifikasikan dengan jelas;

f) transaksi sebelumnya yang tercetak pada timbangan boleh dibatalkan, maka harga yang harus dibayar yang berhubungan dengan pembatalan tersebut harus dicetak dengan alasan yang dapat diterima. Jika transaksi yang dibatalkan pada penunjukan bagi pelanggan, maka hal tersebut harus dapat dibedakan dengan jelas dari transaksi normalnya;

g) timbangan boleh mencetak suatu informasi tambahan jika hal ini berhubungan dengan jelas terhadap transaksi dan tidak mempengaruhi penentuan nilai berat terhadap simbol tersebut.

14) timbangan yang dioperasikan sendiri oleh konsumen tidak perlu mempunyai dua penunjukan;

15) jika tiket dicetak, maka pada tiket harus menyebutkan jenis produk yang ditimbang.

o. Timbangan yang dilengkapi dengan tiket harga

1) timbangan yang dilengkapi dengan label, maka harus memenuhi sub bab 3.1. angka 3 huruf l angka 18), huruf n angka 4), angka 8), angka 13) huruf a) dan huruf g);

2) timbangan yang dilengkapi dengan tiket harga sekurang-kurangnya harus mempunyai satu display untuk berat, yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk penyetelan seperti penyetelan batas-batas penimbangan, harga satuan, nilai tara preset dan nama komoditi;

3) selama timbangan digunakan harus memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan nilai sebenarnya harga satuan dan nilai tara preset;

4) pencetakan dibawah kapasitas minimum harus tidak dimungkinkan;

5) pencetakan tiket-tiket dengan nilai berat, harga satuan dan harga yang harus dibayar yang tetap diperkenankan selama fungsi penimbangan tidak dalam keadaan aktif.

p. Timbangan penghitung mekanik dengan penerima muatan

Dalam pengujian, timbangan ini dianggap sebagai timbangan dengan penunjukan semi otomatis.

1) untuk pengujian, timbangan ini harus mempunyai skala sekurang-kurangnya satu bagian skala d=e pada salah satu sisi titik nol; nilai yang bersangkutan harus diperlihatkan pada skala tersebut;

Page 32: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

32  

2) penghitungan ratio harus dicantumkan dengan jelas di atas masing-masing penerima muatan penghitung atau masing-masing skala penghitung.

4. Syarat-syarat timbangan elektronik

Timbangan elektronik harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebutkan pada sub bab 3.1. angka 3 dan sub bab 3.2. (persyaratan kemetrologian). Persyaratan timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis, juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

a. persyaratan umum

1) timbangan elektronik harus dirancang dan dibuat sedemikian rupa, sehingga bila terjadi gangguan tidak terjadi penyimpangan yang berarti atau bila penyimpangan tersebut terjadi dapat dengan mudah dideteksi dan diambil tindakan;

2) ketentuan-ketentuan dalam sub bab 3.1. angka 4 huruf a angka 1) dan sub bab 3.2. angka 5, 6, 8, 9, harus dipenuhi sesuai dengan penggunaan timbangan elektronik.

b. tindakan atas penyimpangan yang berarti

Bila penyimpangan yang berarti terjadi, timbangan harus dibuat tidak bekerja secara otomatis atau dilengkapi dengan sinyal yang dapat terlihat atau terdengar secara otomatis dan kontinyu sampai suatu saat pemakai mengambil tindakan atau penyimpangan tersebut hilang.

c. persyaratan fungsional

1) timbangan dalam keadaan hidup tombol-tombolnya harus berfungsi sebagaimana mestinya;

2) sebagai tambahan sub bab 3.2. angka 9, besaran yang berpengaruh pada timbangan elektronik harus memenuhi ketentuan dalam kelembaban relatif 85% pada batas atas daerah rentang ukur temperaturnya. Ketentuan ini tidak berlaku terhadap timbangan elektronik kelas satu dan kelas dua jika interval skala verifikasinya (e) kurang dari 1 gram;

3) timbangan elektronik (kecuali kelas satu) harus mengacu pada pengujian stabilitas rentang yang ditentukan dalam sub bab 3.1. angka 4 huruf d angka 4). Kesalahan didekat kapasitas maksimumnya tidak boleh melebihi batas kesalahan yang diizinkan dan nilai absolut dari perbedaaan antara kesalahan yang diperoleh untuk setiap dua pengukuran tidak boleh melebihi 0,5e atau 0,5 nilai absolut dari BKD (dipilih mana yang besar);

Page 33: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

33  

4) bila pada timbangan elektronik dilakukan pengujian terhadap gangguan sebagaimana yang ditentukan dalam sub bab 3.1. angka 4 huruf d angka 3), perbedaan antara penunjukan berat yang disebabkan oleh gangguan dan penunjukan yang tanpa gangguan, tidak boleh melebihi interval skala verifikasinya (e) atau timbangan harus dapat mendeteksi dan bereaksi terhadap penyimpangan yang berarti;

5) selama waktu pemanasan timbangan tidak boleh digunakan untuk menimbang.

a) timbangan elektronik boleh dilengkapi dengan “interface” sebagai perangkai timbangan dengan alat-alat lain di sekitarnya;

b) “interface” tidak boleh menyebabkan fungsi kemetrologiannya dari timbangan dan data pengukuran menjadi tidak dapat diterima karena terpengaruh oleh alat-alat disekitarnya (misalnya: komputer);

c) fungsi-fingsi yang dibentuk atau dijalankan melalui “interface” harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam sub bab 3.2 yaitu persyaratan kemetrologian;

d) melalui “interface” harus tidak memungkinkan memasukkan instruksi atau data yang dapat : (1) menimbulkan kesalahan hasil penimbangan; (2) memalsukan penunjukan, proses penimbangan

atau penyimpangan data hasil penimbangan; (3) memalsukan penunjukan utama dalam hal

berdagang; (4) menyetel timbangan atau mengubah faktor

penyetelan. Akan tetapi instruksi dapat diberikan untuk melakukan suatu prosedur penyetelan dengan menggunakan alat penyetel yang terpasang menjadi satu di dalam timbangan atau untuk timbangan kelas 1 dengan menggunakan anak timbangan standar.

e) “interface” yang fungsinya disebutkan pada huruf d) di atas tidak perlu disegel;

f) “interface” yang dihubungkan dengan alat lain yang memenuhi ketentuan, harus meneruskan data yang berhubungan dengan penunjukan utama dalam hal alat lain memenuhi ketentuan yang berlaku;

g) apabila timbangan elektronik menggunakan sumber daya dari baterai, maka baterai harus terus menerus berfungsi dengan baik walaupun tegangan baterai berada di bawah nilai yang ditentukan oleh pabrik.

Page 34: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

34  

d. pengujian unjuk kerja dan pengujian stabilitas rentang

1) semua timbangan elektronik dengan katagori yang sama, baik yang dilengkapi dengan peralatan pengujian maupun tidak, harus mengacu pada program pengujian unjuk kerja yang sama;

2) a) pengujian unjuk kerja harus dilakukan pada semua perlengkapan timbangan dalam keadaan kerja normal atau keadaan yang mirip dengan itu. Bila timbangan dihubungkan selain dari pada konfigurasi normalnya, maka prosedur pengujian harus disetujui oleh Direktorat Metrologi dan harus dijelaskan dalam dokumen pengujian;

b) jika timbangan elektronik dilengkapi dengan “interface” yang menghubungkannya dengan perlengkapan lain, maka selama pengujian disesuaikan dengan prosedur tambahan untuk timbangan elektronik, timbangan harus digabung dengan perlengkapan lain tadi sebagaimana ditentukan oleh prosedur pengujian.

3) pengujian unjuk kerja harus dilakukan sesuai dengan yang diatur dalam prosedur tambahan untuk timbangan elektronik;

4) pengujian stabilitas rentang harus dilakukan sesuai dengan prosedur tambahan untuk timbangan elektronik.

5. Syarat-syarat timbangan dengan penunjukan bukan otomatis

a. persyaratan umum

Timbangan dengan penunjukan bukan otomatis selain harus memenuhi sub bab 3.2. (persyaratan kemetrologian) dan sub bab 3.1. angka 3 persyaratan timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis juga syarat-syarat tambahan yang diatur dalam sub bab 3.1. angka 5 ini.

b. kepekaan minimum

Imbuh sebesar nilai absolut BKD untuk suatu muatan, yang ditempatkan pada timbangan dalam keadaan setimbang, sekurang-kurangnya harus menyebabkan pergerakan permanen dari alat penunjukan sebesar : 1) 1 mm untuk timbangan kelas satu atau kelas dua; 2) 2 mm untuk timbangan kelas tiga atau kelas empat

dengan Max ≤ 30 kg; 3) 5 mm untuk timbangan kelas tiga atau kelas empat

dengan Max > 30 kg. Pengujian kepekaan harus dilakukan dengan menempatkan imbuh secara perlahan;

Page 35: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

35  

c. alat penunjukan

1) a) dalam hubungan pergerakan relatif antara satu komponen penunjukan dengan lainnya, kedua indeks penunjukan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) mempunyai ketebalan yang sama; (2) jarak antara kedua indeks tidak boleh lebih dari

ketebalannya; (3) untuk indeks penunjukan yang tebalnya kurang

dari 1 mm maka jarak antara kedua indeks penunjukan tersebut boleh 1 mm.

b) bobot ingsut yang dilengkapi dengan lubang justir harus tidak mudah diubah;

c) jika bobot ingsut dilengkapi dengan alat pencetak, maka pencetakan hanya dimungkinkan jika batang geser, bobot ingsut masing-masing dalam posisi sesuai dengan bilangan bulat pembagian skala. Kecuali bagi batang geser atau bobot ingsut yang dapat dilepas, pencetakan hanya dapat dimungkinkan jika komponen penunjukan kesetimbangan dalam kedudukan referensi yang mendekati ½ nilai skala.

2) a) timbangan yang skala pengujiannya terletak pada gandar, maka skalanya harus terdiri dari garis-garis dengan ketebalan yang konstan. Pada gandar yang besar atau kecil lainnya, maka skala bisa berupa takik;

b) jarak antara garis skala tidak boleh kurang dari 2 mm dan untuk takik sebaiknya cukup panjang. Toleransi hasil pengerjaan untuk takik-takik atau garis skala tidak menyebabkan kesalahan dalam hasil penimbangan yang melebihi 0,2 interval skala verifikasi (e);

c) pergeseran bobot ingsut dan batang kecil harus dibatasi terhadap bagian yang berskala dari batang kecil dan batang besar;

d) setiap bobot ingsut harus dilengkapi dengan alat penunjuk;

e) (1) di dalam bobot ingsut tidak boleh ada bagian-bagian yang dapat bergerak-gerak, kecuali batang-batang kecil geser;

(2) bobot ingsut dibuat sedemikian rupa, sehingga benda-benda lainnya tidak dapat menempel dan mempengaruhi massanya;

(3) bagian-bagian yang dapat dilepas dari bobot ingsut harus dapat disegel;

Page 36: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

36  

(4) bobot ingsut dan batang-batang kecil harus tetap pada posisinya, kecuali digeserkan oleh operator.

3) a) perbandingan tuas untuk timbangan yang menggunakan anak timbangan harus memenuhi ketentuan 10k, k adalah bilangan bulat atau sama dengan nol;

b) pada timbangan yang digunakan untuk berdagang eceran, tinggi tepi dari piring anak timbangan tidak boleh melebihi 1/10 dari ukuran piring anak timbangan terbesar dengan tidak lebih dari 25 mm.

d. konstruksi

1) a) timbangan harus dilengkapi dengan dua indeks penunjuk yang bergerak dan satu indeks penunjuk yang lainnya tetap. Salah satu atau kedua indeks tersebut merupakan acuan posisi kesetimbangan;

b) pada timbangan kelas tiga atau kelas empat yang dirancang penggunaannya untuk berdagang eceran, indeks penunjuk dan tanda skala harus memperlihatkan kesetimbangan yang dapat dilihat dari kedua sisi atau dari sisi-sisi yang berlawanan;

2) a) tuas-tuas harus dipasang hanya dengan pisau-pisau, dan pisau-pisau ini harus bertumpu pada bantalan-bantalan;

b) garis singgung antara pisau-pisau dan bantalan-bantalan harus merupakan satu garis lurus.

3) a) pisau-pisau harus terpasang pada tuas-tuas dengan cara sedemikian rupa sehingga ketepatan perbandingan lengan-lengan tuasnya terjamin;

b) pemasangan pisau-pisau pada tuas tidak boleh dilas atau dipatri;

c) mata pisau dari satu tuas yang sama harus sejajar dan terletak pada satu bidang datar.

4) a) bantalan-bantalan tidak boleh dilas atau dipatri pada dudukannya atau sekitarnya;

b) pemasangan bantalan yang berhubungan dengan lantai muatan harus sedemikian rupa, sehingga dapat berayun ke semua arah pada dudukannya. Pada timbangan dipasang alat yang dapat mencegah menempelnya bagian-bagian tersebut pada bagian lainnya.

5) a) gerakan mendatar pisau-pisau harus dibatasi oleh plat penahan. Kontak antara pisau dengan plat penahan harus berbentuk titik dan segaris dengan garis kontak antara mata pisau dan bantalannya;

Page 37: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

37  

b) plat penahan harus berbentuk bidang datar dan tegak lurus terhadap garis kontak antara mata pisau dan bantalan. Plat penahan tidak boleh dilas atau dipatri terhadap bantalan-bantalan atau dudukannya;

6) bagian-bagian kontak dari pisau-pisau, bantalan-bantalan, plat-plat penahan, dan penyangga kedudukan antara tuas harus mempunyai kekerasan sekurang-kurangnya 58 Rockwell C;

7) lapisan pelindung boleh digunakan terhadap bagian-bagian kontak dari komponen-komponen yang disambung, selama tidak menyebabkan perubahan dari sifat-sifat kemetrologiannya;

8) pada alat tara tidak boleh dipasang alat lain.

e. Neraca sama lengan

1) lengan neraca harus mempunyai dua bidang rata yang simetris, baik membujur maupun melintang. Dalam keadaan dengan atau tanpa piringan, lengan diusahakan dalam keadaan setimbang. Bagian-bagian yang dapat dilepas, dapat diberi tanda untuk memudahkan dalam perakitan;

2) lengan neraca boleh dilengkapi alat penyetel nol, berupa sekrup pada kedua belah ujungnya.

f. Neraca dengan perbandingan lengan 1/10

1) perbandingan harus ditunjuk dengan jelas dan permanen pada lengan dalam bentuk 1:10 atau 1/10;

2) lengan harus mempunyai bidang rata baik membujur maupun melintang yang simetris;

3) lengan neraca boleh dilengkapi alat penyetel nol, berupa sekrup pada kedua belah ujungnya.

g. Timbangan dacin logam

1) tanda skala harus berupa garis-garis atau takikan baik pada tepi atau pada plat bagian datar dari gandar berskala. Jarak minimum antar skala takikan 2 mm dan antar garis skala 4 mm;

2) muatan persatuan panjang pada pisau harus tidak lebih dari pada 10 kg/mm. Lebar takikan bantalan harus sekurang-kurangnya sama dengan 1,5 kali ukuran terbesar dari potongan melintang pisau;

3) panjang indeks penunjuk kesetimbangan sekurang-kurangnya 1/15 dari panjang gandar utama yang berskala (diambil dari titik tumpu mata pisau);

4) bobot lawan pada ujung batang dan bobot ingsut yang dapat dilepas, harus dibubuhi tanda khusus;

Page 38: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

38  

5) untuk timbangan dengan kapasitas tunggal: a) jarak minimum antar mata pisau sebagai berikut :

(1) 25 mm untuk kapasitas maksimum yang lebih kecil atau sama dengan 30 kg;

(2) 20 mm untuk kapasitas maksimum yang melebihi 30 kg.

b) pembagian skala harus dari nol sampai kapasitas maksimum;

c) jika timbangan kelas tiga atau kelas empat dilengkapi dengan alat penyetel nol, maka harus berupa sekrup penahan atau susunan mur dengan pengaruh maksimum satu perputaran adalah 4 kali interval skala verifikasi.

6) untuk timbangan dengan kapasitas ganda: a) jarak minimum antar mata pisau sebagai berikut:

(1) 45 mm untuk kapasitas rendah; (2) 20 mm untuk kapasitas besar.

b) alat penggantung dari timbangan harus dibedakan dari alat penggantung untuk muatan;

c) skala-skala penimbangan untuk setiap kapasitas timbangan harus mampu menimbang dari nol sampai kapasitas maksimumnya tanpa terputus;

d) interval skala pada masing-masing rentang ukur timbangan harus mempunyai nilai yang tetap;

e) tidak diperbolehkan ada alat penyetel nol.

h. Timbangan Roberval dan Timbangan Beranger

1) bagian simetris yang berpasangan yang dapat dilepas, boleh diberi tanda untuk memudahkan dalam perakitan;

2) jika timbangan dilengkapi dengan alat penyetel nol, maka alat penyetel nol ini harus berupa mangkuk yang berada di bawah piring anak timbangan;

3) a) jarak antara ujung sisi luar dari mata pisau muatan sekurang-kurangnya harus sama dengan lebar atau diameter dasar piringan;

b) jarak antara sisi luar mata pisau tengah sekurang-kurangnya harus sama dengan 0,7 kali panjang mata pisau muatan;

c) timbangan gambar ganda harus mempunyai stabilitas mekanik sama dengan yang diperoleh timbangan gandar tunggal/sederhana.

Page 39: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

39  

Gambar 3.2 Timbangan Gandar Tunggal dan Ganda

i. Timbangan dengan perbandingan lantai muatan

1) kapasitas maksimum timbangan harus lebih besar dari pada 30 kg;

2) perbandingan antara muatan yang ditimbang dan kesetimbangan muatan (contoh : lemping penyeimbang), harus dapat dibaca secara jelas dan permanen pada gandar dalam bentuk 1:10 atau 1/10;

3) timbangan harus mempunyai alat penyetel nol baik berupa mangkuk dengan tutup cembung, atau berupa sekrup, atau susunan mur dengan pengaruh maksimum sebesar 4e untuk setiap putaran;

4) jika timbangan dilengkapi dengan alat tambahan yang dimaksudkan untuk menghindari/mencegah digunakannya anak timbangan dengan nilai yang relatif kecil dibandingkan terhadap kapasitas maksimumnya, maka alat ini harus berupa gandar berskala dengan bobot ingsut dan pengaruh penambahannya tidak boleh lebih dari 10 kg;

5) timbangan harus mempunyai alat manual untuk mengunci lengan (gandar);

6) jika bagian tertentu dari timbangan (seperti : rumah, lantai muatan, tiang) terbuat dari kayu, maka material tersebut harus kering dan bebas dari kerusakan atau cacat, untuk itu harus dilapisi dengan cat atau pernis yang bersifat melindungi secara efektif. Dan untuk rakitan akhir bagian dari kayu ini tidak boleh digunakan paku.

j. Timbangan dengan bobot ingsut 1) syarat-syarat pada sub bab 3.1. angka 5 huruf c yang

berhubungan dengan bobot ingsut harus dipenuhi; 2) skala pada timbangan pada bobot ingsut harus dapat

digunakan menimbang secara kontinyu dari muatan nol sampai kapasitas maksimumnya;

3) jarak skala minimum (ix) pada suatu gandar dari timbangan dengan bobot ingsut adalah :

ix ≥

ed x . 0,05 mm, tetapi ix ≥ 2 mm

dx adalah interval skala (dalam satuan massa) pada suatu gandar timbangan dengan bobot ingsut (x=1,2,3,…);

Page 40: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

40  

4) jika timbangan dilengkapi dengan alat dengan suatu perbandingan piring anak timbangan dan penerima muatan untuk memperluas rentang ukur penunjukan skala yang diberi angka, maka perbandingan antara nilai anak timbangan yang ditempatkan pada piring anak timbangan untuk menyeimbangkan anak muatan, besarnya harus 1/10 atau 1/100. Perbandingan ini harus dibubuhkan dengan jelas dan permanen pada gandar dalam kedudukan yang dekat dengan piring anak timbangan dalam bentuk 1:10 ; 1:100 ; atau 1/10 ; 1/100;

5) timbangan dengan bobot ingsut ini mengikuti pula persyaratan pada huruf I angka 3) tentang alat penyetel nol, angka 5) tentang alat pengunci dan angka 6) tentang bagian-bagian dari kayu.

3.2 Persyaratan Kemetrologian 1. Dasar klasifikasi a. kelas kesaksamaan

Tabel 3.1. Kelas Kesaksamaan

Kelas Lambang

Satu (khusus) Dua (halus) Tiga (sedang) Empat (biasa)

b. interval skala verifikasi (e)

Tabel 3.2. Interval Skala Verifikasi

Jenis timbangan Interval skala verifikasi

Berskala, tanpa alat penunjuk tambahan

e=d

Berskala, dengan alat penunjuk tambahan

e ditentukan oleh pabrik sesuai dengan ketentuan dalam sub bab 3.2. angka 2 klasifikasi timbangan dan sub bab 3.2. angka 4 alat penunjukan tambahan pada angka 4)

Tidak berskala e ditentukan oleh pabrik atas persetujuan Direktorat Metrologi sesuai dengan sub bab 3.2. angka 2 klasifikasi timbangan

I

II

III

IIII 

Page 41: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

41  

2. Klasifikasi a. hubungan kelas kesaksamaan timbangan dengan interval skala

verifikasi, jumlah interval skala verifikasi dan kapasitas minimum adalah seperti tercantum, dalam Tabel 3.3;

Tabel 3.3. Klasifikasi Timbangan

Kelas

Interval skala verifikasi (e)

Jumlah interval skala

Verifikasi (e

Maxn − ) Kapasitas minimum

Minimum Maksimum

0,001 g ≤ e *) 50.000**) - 100e

0,001g≤e≤0,05 g 0,1g≤e

100 5.000

100.000 100.000

20e 50e

0,1g≤e≤2g 5g≤e

100 500

10.000 10.000

20e 20e

5g≤e 100 1.000 10e

*) Verifikasi timbangan yang mempunyai interval skala verifikasi (e) < 1 mg, tidak dapat dilakukan karena ketidakpastian standarnya tidak terpenuhi.

**) Jumlah minimum interval skala verifikasi (e) untuk timbangan kelas satu (khusus) dengan d<0,1 mg, n boleh kurang dari 50000.

b. pada timbangan multi rentang ukur interval skala verifikasinya e1,e2…er dengan e1<e2<…<er. Min, n dan Max diberi indeks sesuai dengan yang dimaksud;

c. pada timbangan multi rentang ukur, pada dasarnya masing-masing rentang ukur diperlakukan sebagai satu timbangan dengan satu rentang ukur;

d. sebuah timbangan dimungkinkan mempunyai rentang ukur dalam kelas satu dan kelas dua atau dalam kelas dua dan kelas tiga, timbangan tersebut secara keseluruhan harus memenuhi persyaratan dalam sub bab 3.2. angka 9 Perubahan-perubahan akibat besaran pengaruh dan waktu;

e. untuk timbangan yang memiliki interval skala (d), maka untuk menentukan kapasitas minimum (minimum menimbang) nya, e pada kolom kapasitas minimum Tabel 3.3 diganti dengan d.

3. Persyaratan tambahan untuk timbangan multi-interval*) a. bagian rentang ukur.

Setiap bagian rentang ukur (indeks i=1,2…) ditentukan oleh: - Interval skala verifikasi adalah ei, ei+1 > ei 1) Kapasitas maksimum adalah Maxi. 2) Kapasitas minimum adalah Mini=maxi-1 untuk i=1 mini=min

I

II

III

IIII 

Page 42: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

42  

- Jumlah interval skala verifikasi (n) untuk setiap bagian rentang ukur adalah:

i

ii e

Maxn =

b. kelas kesaksamaan ei dan ni dalam setiap bagian rentang ukur, Mini harus memenuhi Tabel 3.3.

c. kapasitas maksimum dari bagian rentang ukur harus memenuhi Tabel 3.4 kecuali bagian rentang ukur yang terakhir.

Tabel 3.4. Kapasitas Maksimum

Kelas Satu (Khusus) Dua (halus) Tiga (sedang) Empat(biasa)

Maxi ei+1

≥ 50.000 ≥ 5.000 ≥ 500 ≥ 50

d. untuk timbangan dengan alat tara ketentuan tentang rentang ukur timbangan multi-interval diterapkan pada muatan netto bagi setiap nilai tara tersebut.

*) Contoh timbangan multi interval Kapasitas maksimum Max = 15 kg, kelas tiga (sedang) Interval skala verifikasi e1 = 1 g dari 0 s/d 2 kg

e2 = 2 g dari 2 kg s/d 5 kg e3 = 10 g dari 5 kg s/d 15 kg

timbangan ini mempunyai satu Max dan satu rentang ukur penimbangan dari Min = 20 g s.d Max = 15 kg

Bagian rentang ukur penimbangan adalah Min1 = 20 g , Max1 = 2 kg, e1 = 1 g, n1 = 2000 Min2 = 2 kg , Max2 = 5 kg, e2 = 2 g, n2 = 2500 Min3 = 5 kg , Max1 = Max = 15 kg, e3 = 10 g, n3 = 1500 Batas kesalahan yang diizinkan (BKD) pada tera adalah : Untuk m = 400 g = 400 e1, BKD = 0,5 g m = 1600 g = 1600 e1, BKD = 1,0 g m = 2100 g = 1050 e2, BKD = 2,0 g m = 4250 g = 2125 e2, BKD = 3,0 g m = 5100 g = 510 e3, BKD = 10,0 g m = 15000 g = 1500 e3, BKD = 10,0 g

4. Alat penunjuk tambahan a. timbangan yang boleh dilengkapi dengan alat penunjuk

tambahan adalah hanya untuk timbangan kelas satu (khusus) dan kelas dua (halus).

Page 43: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

43  

b. jenis alat penunjuk tambahan:

1) alat penunggang; 2) alat untuk interpolasi pembacaan; 3) pelengkap alat penunjuk; *) 4) alat penunjuk dengan pembagian skala yang dibedakan; **). 5) alat-alat penunjuk tambahan tersebut di atas hanya

diperkenankan berada di sebalah kanan tanda desimal.

c. timbangan multi inteval tidak boleh dilengkapi dengan alat penunjuk tambahan.

d. interval skala verifikasi (e) dinyatakan dengan d<e≤10 d ***) e = 10k kg k adalah bilangan bulat positif atau negatif atau sama dengan nol.Hal ini tidak berlaku untuk timbangan kelas satu dengan d<1 mg, dimana e = 1 mg. *) Contoh pelengkap alat penunjuk

Gambar 3.3. Gambar Contoh Pelengkap Alat Penunjuk

Penunjukan 174,273 g angka terakhir : 3 d = 1 mg e = 10 mg **) Alat penunjuk dengan pembagian skala yang dibedakan.

Angka terakhir yang dibedakan: 5 d=0,01 g atau 0,05 g e=0,1 g

Angka terakhir yang dibedakan: 8 d=0,01 g atau 0,02 g e=0,1 g

Gambar 3.4 Alat penunjuk dengan pembagian skala yang dibedakan

***) Nilai e dihitung mengikuti peraturan pada tabel 5:

23, 4 5 g

23, 4 8 g

Page 44: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

44  

Tabel 3.5. Nilai e

d= 0,1 g 0,2 g 0,5 g

e= 1 g 1 g 1 g

e. jumlah minimum interval skala verifikasi (e) untuk timbangan kelas satu dengan d<0,1 mg, n boleh kurang dari 50.000.

5. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) untuk pengujian kebenaran a. batas kesalahan yang diizinkan pada muatan naik atau turun

untuk tera adalah :

Tabel 3.6 BKD untuk Pengujian Kebenaran

BKD Untuk muatan (m) yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi (e)

Kelas Satu (Khusus)

KelasDua (halus)

Kelas Tiga (sedang)

Kelas Empat (biasa)

± 0,5 e 0≤ m ≤ 50.000 0≤ m ≤ 5.000 0≤ m ≤ 500 0≤ m ≤ 50

b. BKD untuk tera ulang adalah dua kali nilai BKD pada huruf a.

c. BKD untuk tera ulang timbangan yang telah dilakukan perbaikan atau penyetelan adalah seperti yang tercantum pada huruf a.

d. 1) kesalahan harus ditentukan dalam kondisi uji normal. Bila pengaruh salah satu faktor sedang dilakukan pengujian, maka semua faktor lain harus tetap relatif konstan pada nilai yang mendekati normalnya;

2) kesalahan pembulatan termasuk dalam penunjukan digital harus dieliminir jika nilai interval skala terkecilnya lebih besar dari 0,2 e;

3) BKD sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan huruf c berlaku untuk nilai netto bagi setiap kemungkinan muatan tara, kecuali nilai tara preset;

4) BKD untuk alat tara penimbang adalah sama dengan BKD untuk timbangan pada muatan yang sama, BKD tersebut adalah sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan huruf c.

6. Perbedaan yang diizinkan antara hasil-hasil penimbangan

Walaupun perbedaan hasil-hasil penimbangan telah dipenuhi, kesalahan dari masing-masing hasil penimbangan tidak boleh melebihi BKD pada muatan uji.

a. perbedaan antara hasil-hasil penimbangan dengan muatan yang sama pada pengujian kemampuan ulang tidak boleh lebih besar dari nilai absolut BKD sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a.

Page 45: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

45  

b. kesalahan penunjukan untuk posisi yang berbeda harus memenuhi BKD sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a atau huruf b atau huruf d bila timbangan diuji menurut angka 1) atau angka 2) atau angka 3) atau angka 4) tersebut di bawah ini:

1) muatan yang digunakan, untuk pengujian eksentrisitas adalah 1/3 dari jumlah kapasitas maksimum dan pengaruh tara penambah maksimum, atau 1/3 x (Max + Tadd), kecuali ditentukan lain sebagaimana disebutkan pada poin selanjutnya di bawah ini;

2) pada timbangan dengan penerima muatan yang memiliki n titik penyangga, dengan n>4, maka muatan yang harus digunakan pada setiap titik penyangga adalah 1/(n-1) dari jumlah kapasitas maksimum dan pengaruh tara penambah maksimum, atau 1/(n-1) x (Max + Tadd);

3) pada timbangan dengan penerima muatan yang dibuat khusus untuk beban terpusat (tank, hopper,…), maka muatan uji yang harus digunakan pada tiap-tiap titik penyangga adalah 1/10 dari jumlah kapasitas maksimum dan pengaruh tara penambah maksimum, atau 1/10 x (Max + Tadd);

4) pada timbangan yang digunakan untuk penimbangan muatan bergerak menggelinding (timbangan kendaraan, timbangan rel gantung), maka setiap titip pengujian yang berbeda harus dibebani secara bergantian dengan muatan uji bergerak menggelinding, seberat mungkin serta terkonsentrasi tetapi tidak melebihi 0,8 kali jumlah kapasitas maksimum dan pengaruh tara penambah maksimum.

c. pada timbangan dengan alat penunjuk jamak, perbedaan penunjukan antara alat-alat penunjuk termasuk alat taranya pada saat timbangan diberi muatan tidak boleh melebihi nilai absolut BKD untuk muatan uji, tetapi perbedaan penunjukan antara alat-alat penunjuk digital atau antara alat pencetak harus nol.

untuk timbangan yang dilengkapi dengan alat untuk memperluas kapasitas penunjukan otomatis, perbedaan anatara hasil dua penimbangan berurutan pada muatan yang sama dengan mengubah cara penyeimbangan muatan tidak boleh melebihi nilai absolut BKD untuk muatan uji.

7 Standar uji a. anak timbangan standar atau standar uji yang digunakan untuk

menera/menera ulang timbangan tidak boleh mempunyai kesalahan lebih besar dari 1/3 BKD bagi timbangan untuk muatan uji.

b. bila timbangan dilengkapi dengan suatu alat uji Bantu/tambahan, atau bila diuji dengan alat Bantu/tambahan terpisah, maka BKD dari alat ini harus 1/3 BKD bagi muatan uji. Jika digunakan anak timbangan standard, maka pengaruh kesalahannya tidak boleh melebihi 1/5 BKD dari timbangan yang diuji bagi muatan yang sama.

Page 46: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

46  

c. 1) anak timbangan standar

Bila pengujian timbangan dengan:

Tabel 3.7. Anak Timbangan Standar

Kapasitas Tambahan

Anak Timb.standar Kemampuan ulang (R)

Max = 1 ton Max > 1 ton Max > 1 ton Max > 1 ton Max > 1 ton

1 ton 1 ton atau 10% Max. (pilih terbesar) 20% Max 35% Max 50% Max

- R ≤ 0,1e 0,1 e < R ≤ 0,2 e 0,2 e < R ≤ 0,3 e R> 0,3 e

Kemampuan ulang (R) ditentukan dengan beban sekitar 50% Max. yang ditempatkan di atas penerima muatan sekurang-kurangnya 3 kali.

2) material muatan tetap (balast)

Balast yang digunakan harus dipilih sedemikian rupa dari bahan yang massanya tidak mudah berubah, dan mempunyai perbedaan massa terhadap penunjukan timbangan yang telah diketahui kesalahannya ±5% atau 1 ton, dipilih yang terkecil.

8 Diskriminasi a. pada timbangan dengan penunjukan bukan otomatis, imbuh

sebesar 0,4 kali nilai absolut BKD untuk muatan uji sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan (dengan hati-hati) pada kesetimbangannya, maka harus menghasilkan gerakan yang terlihat dari elemen penunjukannya.

b. pada timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis, yang penunjukannya:

1) analog, maka imbuh yang setara dengan nilai absolut BKD untuk muatan uji sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a, bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan (dengan hati-hati) pada kesetimbangannya harus menyebabkan perpindahan tetap dari elemen penunjukan sekuran-kurangnya 0,7 kali imbuh tersebut.

2) digital, maka tambahan muatan sebesar 1,4 kali interval skala terkecil bila diletakkan pada atau diturunkan dari timbangan (dengan hati-hati) pada kesetimbangannya, harus mengubah penunjukan awalnya.

9 Perubahan-perubahan akibat besaran pengaruh dan waktu a. timbangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan angka 5, 6, dan

8 dalam kondisi seperti yang diterangkan dalam huruf b sampai dengan huruf k.

Page 47: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

47  

b. untuk timbangan kelas dua, kelas tiga atau kelas empat yang dapat dimiringkan, maka pengaruh kemiringan harus ditentukan dalam arah panjangnya atau arah melintang sebesar 2/1000 atau sesuai nilai batas kemiringan yang tertera pada timbangannya atau ditunjukkan oleh alat pendatar, dipilih yang terbesar dan nilai absolut perbedaan antara penunjukan timbangan dalam posisi tidak dimiringkan dan penunjukan dalam posisi dimiringkan tidak boleh melebihi:

1) 2e untuk timbangan tanpa muatan (timbangan pertama-tama telah disetel nol pada waktu tanpa muatan dalam posisi yang tidak dimiringkan) kecuali kelas dua;

2) BKD untuk muatan maksimum (timbangan tanpa muatan telah dinolkan terlebih dahulu pada posisi tidak dimringkan dan pada posisi dimiringkan);

Timbangan harus dilengkapi dengan alat penyetel kedataran dan alat penunjuk kedataran yang dipasang dengan kuat pada timbangan, pada tempat yang terlihat dengan jelas oleh pemakai, kecuali kalau timbangan tersebut:

a) bergantung dengan bebas; atau b) dipasang dalam posisi yang tetap; atau c) memenuhi ketentuan kemiringan bila dimiringkan 5%

dalam berbagai arah. Nilai batas atas penunjuk kedataran harus jelas, agar

kemiringan dengan mudah dapat dilihat.

Catatan:

“Nilai batas kemiringan” pergeseran 2 mm dari posisi tengah/sentral, lampu atau penunjukan lain dari alat penunjuk kedataran memperlihatkan bahwa batas kemiringan maksimum yang diizinkan telah dilampaui.

c. pada timbangan kelas satu, nilai batas kemiringan harus sesuai dengan suatu kemiringan yang tidak lebih dari 2/1000, apabila tidak terpenuhi maka timbangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan bagi timbangan kelas dua.

d. jika temperatur kerja khusus tidak disebutkan pada timbangan, maka timbangan ini harus mampu mempertahankan sifat-sifat kemetrologiannya di dalam batas temperatur : -10 oC s.d +40 oC.

e. 1) timbangan yang batas-batas khusus temperatur kerjanya disebutkan pada timbangannya, maka harus memenuhi ketentuan-ketentuan kemetrologian di dalam batas-batas tersebut;

2) batas tersebut boleh dipilih sesuai dengan pemakaian timbangan. Rentang ukur dalam batas-batas dimaksud, sekurang-kurangnya harus sama dengan:

a) 5 oC untuk timbangan kelas satu; b) 15 oC untuk timbangan kelas dua; c) 30 oC untuk timbangan kelas tiga dan empat.

Page 48: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

48  

f. 1) penunjukan pada nol atau mendekati nol tidak boleh berubah lebih dari 1 e untuk perbedaan temperatur kamar/ruang (ambient) 1 oC bagi timbangan kelas satu dan 5 oC bagi timbangan kelas lainnya;

2) untuk timbangan-timbangan multi-interval dan multi rentang ukur berlaku interval skala verifikasi terkecil (e1).

g. timbangan yang menggunakan catu daya listrik, maka harus memenuhi ketentuan-ketentuan kemetrologian walaupun berfluktuasi.

1) tegangan -15% sampai +10% dari nilai yang tercantum pada timbangan;

2) frekuensi -2% sampai +2% dari nilai yang tercantum pada timbangan jika digunakan arus bolak-balik.

h. dalam kondisi lingkungan yang dianggap konstan, maka timbangan-timbangan kelas dua, tiga atau empat harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :

1) jika sesuatu muatan diletakkan pada timbangan, maka perbedaan antara penunjukan yang diperoleh segera setelah muatan ditempatkan dan penunjukan yang diamati selama 30 menit berikutnya, tidak boleh melebihi 0,5 e. Akan tetapi bagaimanapun perbedaan antara penunjukan yang diperoleh 15 menit dan 30 menit tidak boleh melebihi 0,2e;

2) jika persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak dipenuhi,maka perbedaan antara penunjukan yang diperoleh segera setelah penempatan muatan pada timbangan dan penunjukan yang diamati selama 4 jam berikutnya tidak boleh melebihi nilai absolut BKD sebagaimana yang dimaksud pada angka 5 huruf a muatan uji.

i. 1) setelah muatan berada pada timbangan selama setengah jam kemudian diturunkan, maka penyimpangan kembalinya kepada muatan nol segera setelah penunjukan stabil, harus tidak melebihi 0,5e;

2) untuk timbangan multi-interval, penyimpangan sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas tidak boleh melebihi 0,5 e1;

3) untuk timbangan multi rentang ukur, penyimpangan pada kembalinya penunjukan nol dari Max1 tidak boleh melebihi 0,5 ei. Selanjutnya setelah kembalinya penunjukan nol dari suatu muatan yang lebih besar dari pada Max1 dan segera setelah pemindahan kepada rentang ukur penimbangan yang paling rendah, maka penunjukan mendekati nol tidak boleh berubah-ubah lebih dari e1 selama 5 menit berikutnya.

j. 1) kesalahan daya tahan yang disebabkan bongkar pasang tidak boleh lebih besar dari pada nilai absolut BKD sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a;

2) ketentuan sebagaimana dimaksud huruf 1) ini diterapkan hanya untuk timbangan-timbangan dengan Max ≤ 100kg dan telah lulus uji ketahanan sebagaimana ditentukan pada prosedur pengujian.

Page 49: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

49  

k. 1) timbangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sub bab 3.1. angka 3 dan sub bab 3.2. serta harus didesain sedemikian rupa untuk bekerja dengan benar, sehingga tahan terhadap pengaruh getaran, mempercepat pencetakan dan hambatan mekanis;

Contoh: Timbangan yang dipasang di luar tanpa perlindungan yang memadai terhadap keadaan atmosfir biasanya tidak dapat memenuhi Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian untuk timbangan dengan penunjukan otomatis atau semi otomatis, jika jumlah interval skala verifikasi (n) terlalu besar (Nilai jumlah n = 3000 dan tidak boleh lebih. Selanjutnya untuk timbangan jembatan, interval skala verifikasi (e) tidak boleh kurang dari 10 kg).

2) ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) ini berlaku untuk setiap rentang ukur penimbangan dari timbangan-timbangan kombinasi atau timbangan multi rentang ukur atau untuk setiap bagian rentang ukur penimbangan bagi timbangan multi-interval.

Page 50: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

50  

BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1. Pemeriksaan Sebelum pengujian, timbangan harus diperiksa secara visual terhadap: 1. karakteristik kemetrologian (misal: kelas kesaksamaan, Min, Max, e, d);

2. tulisan-tulisan yang diperintahkan dan tempat untuk pembubuhan tanda-tanda tera.

4.2. Pengujian tera dan tera ulang 1. Tera

Peneraan tidak boleh dilakukan apabila tidak sesuai dengan tipe yang telah disetujui atau diizinkan.

a. pernyataan sesuai terhadap tipe yang diizinkan dan/atau syarat teknis ini harus meliputi : 1) semua peralatan berfungsi dengan benar (misal: penyetel nol,

tara dan alat-alat penghitung); 2) konstruksi material dan desain sejauh ada kaitannya dengan

kemetrologian.

b. 1) pengujian harus dilakukan untuk memeriksa apakah sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut : a) angka 5 huruf a, huruf d angka 3) dan huruf d angka 4):

kesalahan penunjukan; b) angka 6 huruf a : kemampuan ulang; c) angka 6 huruf b : pembebanan eksentris; d) angka 8: diskriminasi atau angka 5 huruf b untuk timbangan

dengan penunjukan tidak otomatis; e) sub bab 3.1. angka 3 huruf e angka 2) dan huruf f angka 3)

huruf a): kesalahan alat penyetel nol dan alat tara. 2) dalam hal-hal tertentu, misal konstruksi khusus atau hasil-hasil

yang meragukan, bisa juga dilakukan pengujian lain yang ditetapkan oleh Direktorat Metrologi;

3) dalam hal khusus, Direktorat Metrologi sebagai instansi yang berwenang dapat meminta kepada pemakai untuk menyediakan beban uji (balast), perlengkapan dan orang-orang untuk membantu melakukan pengujian;

4) untuk semua pengujian batas kesalahan sewajarnya harus berupa BKD atas tera. Jika timbangan etelah peneraan dipindahkan ke tempat lain, maka perbedaan gravitasi lokal antara tempat pengujian dan penggunaan harus diperhitungkan.

d. sesuai dengan ketentuan yang berlaku, timbangan yang telah memenuhi persyaratan dibubuhi tanda tera yang berlaku. Bagian-bagian/komponen-komponen yang karena pembongkaran/bongkar pasang ataupun ketidakstabilannya bisa mengubah karakteristik kemetrologiannya tanpa perubahan yang terlihat dengan jelas, maka wajib disegel.

Page 51: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

51  

2. Tera Ulang

Pada tera ulang pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan angka 1 huruf b dan c. Pembubuhan tanda tera sesuai dengan angka 1 huruf d dengan tanda tera yang berlaku.

Page 52: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

52  

BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1. Penandaan Tanda Tera 1. Timbangan harus mempunyai tempat pembubuhan tanda tera yang:

a. sedemikian rupa, sehingga tanda tera yang dibubuhkan tidak dapat dipindahkan dari timbangan tanpa merusak;

b. memberikan kemudahan pembubuhan tanda-tanda tera tanpa mengubah kualitas kemetrologian timbangan tersebut;

c. terlihat tanpa mengubah posisi timbangan pada waktu digunakan.

2. a. timbangan yang diwajibkan bertanda tera harus mempunyai sumbat cap pada tempat yang diberikan di atas, yang menjamin penyimpanan tanda-tanda tersebut

1) bila tanda tera tersebut berupa cap, maka sumbat cap berupa kepingan/landasan timah atau suatu bahan lain yang mempunyai kualitas yang sama, yang dipasang ke dalam plat yang tetap terhadap timbangan, atau lubang yang dibor ke dalam timbangan;

2) jika tanda itu dari jenis bahan perekat yang menempel sendiri, maka harus disediakan tempat pada timbangan untuk keperluan ini.

b. untuk pembubuhan tanda tera diperlukan area pengecapan sekurang-kurangnya 200 mm2.

5.2. Tempat Tanda Tera a. 1) pembubuhan tanda tera sah disesuaikan dengan

bahan/material tempat tanda tera sebagai berikut:

a) Kuningan digunakan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 4 mm;

b) Aluminium dan timah digunakan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm.

2) pembubuhan Tanda Jaminan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kelayakan dari ukuran Tanda Jaminan terhadap obyek/tempat yang akan dibubuhi Tanda Jaminan tersebut.

Page 53: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

53  

BAB VI

PENUTUP

Syarat teknis Timbangan Bukan Otomatis merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Timbangan Bukan Otomatis serta pengawasan Timbangan Bukan Otomatis, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Timbangan Bukan Otomatis dalam transaksi massa serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Page 54: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

54  

Lampiran 1. Prosedur Kerja Tera / Tera Ulang Timbangan Meja 1. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa sekurang-kurangnya 50% Maks. Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi muatan; 3) Tentukan posisi penunjukannya (P) dengan cara sbb:

− Setelah timbangan diberi muatan, lakukan langkah berikut, periksa posisi jarum (jarum penerima muatan) terhadap indeks atau tolok, bila posisinya berada di atas indeks kesetimbangan (massa > penunjukan massa timbangan) maka tambahkan imbuh di piring anak timbangan sebesar 1e, sampai posisi jarum berada di bawah indeks kesetimbangan (massa muatan < penunjukan massa timbangan)

− Tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai tercapai kesetimbangan, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan ∆L

− Catat penunjukan timbangan IL + ∆L, dengan demikian posisi penunjukan timbangan (P) adalah P = IL + ∆L - ∆L

4) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan; 5) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan; 6) Lakukan lengkah-langkah 2 s.d. 5 secara berulang dengan minimum 3 kali

pangujian; 7) Repeatability (ketidaktetapan) nya adalah :

= rata-rata pengujian

= jumlah pengujian

8) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai “R” tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

Page 55: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

55  

2. Pengujian Eksentrisitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila muatan yang sama diletakkan pada posisi yang berbeda. Langkah-langkah pengujian :

1) Muatan uji yang digunakan anak timbangan standar dengan massa 1/3 Maks;

2) Nolkan timbangan (I0); 3) Naikkan muatan uji pada bagian yang diuji; 4) Tentukan dan catat kesalahan penunjukannya (E),

E = IL + ∆L – ∆L – L 5) Lakukan langkah 2 s.d. 4 untuk bagian lainnya; 6) Periksa apakah kesalahan penunjukan (E) pada setiap bagian permukaan

tidak melebihi BKD untuk muatan uji.

3. Pengujian Kepekaan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja/kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e, maka ketentuan dalam prosedur pengujian ini yang ditulis “e” diubah menjadi “d”. Pengujian dilakukan pada 3 titik sembarang titik uji (mis : Min, 50% Maks dan Maks). Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan pada penerima muatan; 3) Amati posisi kesetimbangannya; 4) Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 1 kali nilai BKD untuk muatan

yang digunakan ke atas penerima muatan; 5) Amati perubahan kesetimbangannya; 6) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat ditetapkan

(bergerak nyata).

4. Penunjukan Nol Pengujian dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah pengujian :

1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan uji ditambah imbuh sebesar 0,25e di atas piring anak

timbangan;

Page 56: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

56  

3) Turunkan kembali muatan uji, imbuh sebesar 0,25e tetap berada di atas piring anak timbangan;

4) Amati secara visual dan periksa posisi alat penunjuk terhadap indeks kesetimbangan, jika posisinya berada : 1. Di atas indeks kesetimbangan maka turunkan imbuh 0,25e,

− Jika alat penunjuk bergerak atau melewati indeks kesetimbangannya, maka dinyatakan BAIK;

− Jika alat penunjuk belum bergerak atau bergerak tetapi tidak sampai indeks kesetimbangan, maka dinyatakan BATAL.

2. Di bawah indeks kesetimbangan maka dinyatakan BATAL.

5. Pengujian Kebenaran Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal lima (5) titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup :

1. Minimum menimbang; 2. Pada titik perubahan BKD; 3. Maksimum menimbang atau boleh kurang sampai 5e dari maksimum Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang akan

diperiksa (didahului dari minimum menimbang); 3) Catat penunjukan timbangan I dan tentukan kesalahan penunjukannya (E);

E = IL + ∆L – ∆L – L

4) Lakukan kembali prosedur di atas untuk titik-titik uji lainnya.

Page 57: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

57  

Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tara

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

I II III IIII

Page 58: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

58  

Cerapan Pengujian Timbangan Meja

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Pemeriksaan Visual

No. Uraian Ya Tidak Keterangan

1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen

Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak

Alat penyetel nol berupa sekrup ………………………………….

………………………………….

Page 59: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

59  

a. Ketidaktetapan (Repeatability) Muatan uji : .................... kg/g

I0 L ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) R

BKD = ................... g Sah Batal

b. Eksentrisitas

Muatan uji (1/3 Maks) : ....................... kg

Posisi Uji Muatan (L) ∆L IL + ∆L E = IL + ∆L – ∆L – L

(3) (3)

(2) (3)

(2) (2)

(4) (2)

(4) (4)

(5) (3)

(3) (5)

BKD = ................... kg/g Sah Batal

2 3 1 5 4

               2 5 1 3 4 

Page 60: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

60  

c. Kepekaan

Penunjukan model

Muatan *

(g)

I

(g)

Imbuh (g)

1 BKD

Pergerakan permanen

(mm)

Syarat kepekaan

Non otomatis

Pergerakan permanen minimal 5 mm

Kesimpulan : Sah Batal

*) = Min menimbang, 50% Maks, 100% Maks

d. Penunjukan Nol

Rezero Muatan (naik & turun)

Posisi Jarum + 0,25e

Pengamatan Kesetimbangan Tanpa 0,25e

Di atas tolok

Sah Bergerak ke arah kesetimbangan

Batal Tidak bergerak

Di bawah tolok Batal

Page 61: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

61  

e. Pengujian Kebenaran Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar

Penunjukan Kesalahan penunjukan :

E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD

∆L IL + ∆L

Kesimpulan : Sah Batal

Catatan : Titik pengujian kebenaran (minimal 5 titik), yaitu pada: • Minimum menimbang

• Titik perubahan BKD

• Maks kapasitas atau boleh 5e Maks

Page 62: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

62  

Lampiran 2. Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang Timbangan Dacin a. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa sekurang-kurangnya 50% Maks. Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Gantungkan muatan uji pada penerima muatan; 3) Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-langkah sbb:

− periksa posisi jarum terhadap tolok kesetimbangan (kemungkinan di sebelah kiri atau di sebelah kanan sekitar tolok). Kemudian geser bobot ingsut ke skala berikutnya sebesar 1e.

− Tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai tercapai/terjadi kesetimbangan, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan ∆L

− Catat penunjukan timbangan IL + ∆L, dengan demikian posisi penunjukan timbangan (P) adalah P = IL + ∆L - ∆L

4) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan; 5) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan; 6) Lakukan lengkah-langkah 2 s.d. 5 secara berulang dengan minimum 3 kali

pangujian; 7) Repeatability (ketidaktetapan) nya adalah :

= rata-rata pengujian

= jumlah pengujian

8) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai “R” tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

b. Pengujian Eksentrisitas

Pengujian eksentrisitas tidak dilakukan karena penerima muatan dalam keadaan digantung. Muatan dalam keadaan digantung, letak muatan di permukaan penerima muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan.

c. Pengujian Kepekaan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja/kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e, maka ketentuan dalam prosedur pengujian ini yang ditulis “e” diubah menjadi “d”.

Page 63: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

63  

Pengujian dilakukan pada 3 titik sembarang titik uji (mis : Min, 50% Maks dan Maks). Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan pada penerima muatan; 3) Amati posisi kesetimbangannya; 4) Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 1 kali nilai BKD untuk muatan

yang digunakan ke atas penerima muatan; 5) Amati perubahan kesetimbangannya; 6) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat ditetapkan

(bergerak nyata).

d. Penunjukan Nol Pengujian dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan uji ditambah imbuh sebesar 0,25e di penerima muatan; 3) Turunkan kembali muatan uji, imbuh sebesar 0,25e tetap di atas penerima

muatan; 4) Amati secara visual dan periksa posisi alat penunjuk terhadap indeks

kesetimbangan, jika posisinya berada : a) Di sebelah kiri indeks (tolok) kesetimbangan maka turunkan imbuh

0,25e, − Jika alat penunjuk bergerak atau melewati indeks kesetimbangannya,

maka dinyatakan BAIK; − Jika alat penunjuk belum bergerak atau bergerak tetapi tidak sampai

indeks kesetimbangan, maka dinyatakan BATAL. b) Di sebelah kanan indeks kesetimbangan maka dinyatakan BATAL.

e. Pengujian Kemiringan

Pengujian kemiringan tidak dilakukan, karena penerima muatan dalam keadaan digantung

f. Pengujian Kebenaran

Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal lima (5) titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup : 1. Minimum menimbang; 2. Pada titik perubahan BKD;

Page 64: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

64  

3. Maksimum menimbang atau boleh kurang sampai 5e dari maksimum.

Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang akan

diperiksa (didahului dari minimum menimbang); 3) Catat penunjukan timbangan IL + ∆L dan tentukan kesalahan penunjukannya

(E); a. E = IL + ∆L – ∆L – L

4) Lakukan kembali prosedur di atas untuk titik-titik uji lainnya.

Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

I II III IIII

Page 65: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

65  

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tara

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

Page 66: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

66  

Cerapan Pengujian Timbangan Dacin

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Pemeriksaan Visual

No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak Alat penyetel nol berupa sekrup …………………… ……………………

Page 67: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

67  

a. Ketidaktetapan (Repeatability) Muatan uji : .................... kg/g

I0 L ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) R

BKD = ................... g Sah Batal

b. Eksentrisitas

Penunjukan eksentrisitas tidak dilakukan karena penerima muatan dacin dalam keadaan digantung.

c. Kepekaan

Penunjukan model

Muatan *

(g)

I

(g)

Imbuh (g)

1 BKD

Pergerakan permanen

(mm)

Syarat kepekaan

Non otomatis

Minimal >30 kg = 5 mm <30 kg = 2 mm

Kesimpulan : Sah Batal

*) = Min menimbang, 50% Maks, 100% Maks

d. Penunjukan Nol

Rezero Muatan (naik & turun)

Posisi Jarum + 0,25e

Pengamatan Kesetimbangan Tanpa 0,25e

Di sebelah kiri tolok

Sah Bergerak ke arah kesetimbangan

Batal Tidak bergerak

Di sebelah kanan tolok Batal

Page 68: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

68  

e. Pengujian Kemiringan Pengujian kemiringan tidak dilakukan, karena penerima muatan dalam keadaan digantung.

f. Pengujian Kebenaran

Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar

Penunjukan Kesalahan penunjukan :

E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD

∆L IL + ∆L

Kesimpulan : Sah Batal

Catatan : Titik pengujian kebenaran (minimal 5 titik), yaitu pada : • Minimum menimbang

• Titik perubahan BKD

• Maks kapasitas atau boleh 5e Maks

Page 69: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

69  

Lampiran 3. Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang Timbangan Sentisimal a. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa sekurang-kurangnya 50% Maks. Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi muatan; 3) Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-langkah sbb:

− periksa posisi jarum terhadap tolok kesetimbangan (kemungkinan diatas atau dibawah sekitar tolok). Kemudian geser ke bobot ingsut ke skala berikutnya sebesar 1e.

− Tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai penunjukan tepat pada garis skala berikutnya, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan yaitu ∆L

− Catat penunjukan timbangan IL + ∆L, dengan demikian posisi penunjukan timbangan (P) adalah P = IL + ∆L - ∆L

4) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan; 5) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan; 6) Lakukan lengkah-langkah 2 s.d. 5 secara berulang dengan minimum 3 kali

pangujian; 7) Repeatability (ketidaktetapan) nya adalah :

= rata-rata pengujian

= jumlah pengujian

8) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai “R” tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

b. Pengujian Eksentrisitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila muatan yang sama diletakkan pada posisi yang berbeda. Langkah-langkah pengujian: 1) Muatan uji yang digunakan anak timbangan standar dengan massa 1/3

Maks; 2) Nolkan timbangan (I0);

Page 70: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

70  

3) Naikkan muatan uji pada bagian yang diuji; 4) Tentukan dan catat kesalahan penunjukannya (E), yaitu

E = IL + ∆L – ∆L – L 5) Lakukan langkah 2 s.d. 4 untuk bagian lainnya; 6) Periksa apakah kesalahan penunjukan (E) pada setiap bagian permukaan

tidak melebihi BKD untuk muatan uji.

c. Pengujian Kepekaan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja/kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e, maka ketentuan dalam prosedur pengujian ini yang ditulis “e” diubah menjadi “d”. Pengujian dilakukan pada 3 titik sembarang titik uji (misal: Min, 50% Maks dan Maks). Langkah-langkah pengujian: 1) Nol-kan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan pada penerima muatan; 3) Catat penunjukan awal timbangan (I1); 4) Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 1 kali nilai BKD untuk muatan

yang digunakan ke atas penerima muatan; 5) Amati dan catat perubahan penunjukannya (I2); 6) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat ditetapkan

yaitu minimal 0,7 BKD.

d. Penunjukan Nol Pengujian dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan uji; 3) Turunkan kembali muatan uji; 4) Amati secara visual perubahan posisi penunjukan nol timbangan dan periksa

perubahan penunjukannya tidak boleh lebih dari ± 0,25e dari nol. e. Pengujian Kemiringan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan sejauh mana perbedaan hasil penimbangan bila timbangan dimuati dalam posisi miring. Pengujian ini tidak dilakukan untuk timbangan yang muatannya digantung. Langkah-langkah pengujian: 1) Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan penyipat

datar.

Page 71: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

71  

2) Muati timbangan dengan sembarang muatan dan tentukan posisi penunjukannya, misalnya P1.

3) Posisikan timbangan dalam keadaan miring sebesar 1/1000 dari keadaan penyipat datar butir “a”, yaitu dengan memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.

4) Muati timbangan sebesar seperti muatan pada butir (b) dan tentukan posisi penunjukannya misal P2. Selisih P2 – P1 tidak boleh lebih besar dari BKD.

f. Pengujian Kebenaran

Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal lima (5) titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup : 1. Minimum menimbang; 2. Pada titik perubahan BKD; 3. Maksimum menimbang atau boleh kurang sampai 5e dari maksimum

Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang akan

diperiksa (didahului dari minimum menimbang); 3) Catat penunjukan timbangan IL + ∆L dan tentukan kesalahan penunjukannya (E);

E = IL + ∆L – ∆L – L 4) Lakukan kembali prosedur di atas untuk titik-titik uji lainnya.

Page 72: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

72  

Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tarra

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

I II III IIII

Page 73: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

73  

Cerapan Pengujian Timbangan Sentisimal

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Pemeriksaan Visual

No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak Alat penyetel nol berupa sekrup …………………… ……………………

Page 74: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

74  

a. Ketidaktetapan (Repeatability) Muatan uji : .................... kg/g

I0 L ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) R

BKD = ................... g Sah Batal

b. Eksentrisitas Muatan uji (1/3 Maks) : ....................... kg

5

2

1

4 3

Posisi Uji Muatan (L) ∆L IL + ∆L E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD = ................... kg/g Sah Batal

c. Kepekaan

Penunjukan model

Muatan * (g)

I (g)

Imbuh (g) 1 BKD

Pergerakan permanen (mm)

Syarat kepekaan

Non otomatis Minimal >30 kg = 5 mm <30 kg = 2 mm

Kesimpulan : Sah Batal

*) = Min menimbang, 50% Maks, 100% Maks

Page 75: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

75  

d. Penunjukan Nol

Rezero Muatan (naik & turun)

Posisi Jarum + 0,25e

Pengamatan Kesetimbangan Tanpa 0,25e

Di atas tolok

Sah Bergerak ke arah kesetimbangan

Batal Tidak bergerak

Di bawah tolok Batal

e. Pengujian Kemiringan

Kedudukan Muatan (L) ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) Persyaratan

Tanpa dimiringkan

P1 = …….. P2 – P1

maks 1 BKDKemiringan 2/1000

P2 = ……..

Kesimpulan : Sah Batal

f. Pengujian Kebenaran

Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar

Penunjukan Kesalahan penunjukan :

E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD

∆L IL + ∆L

Kesimpulan : Sah Batal

Catatan : Titik pengujian kebenaran (minimal 5 titik), yaitu pada :

• Minimum menimbang • Titik perubahan BKD

• Maks kapasitas atau boleh 5e Maks

Page 76: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

76  

Lampiran 4. Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang timbangan Pegas Dan Cepat a. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa sekurang-kurangnya 50% Maks. Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi muatan; 3) Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-langkah sbb:

− periksa posisi jarum terhadap tolok kesetimbangan (kemungkinan di atas atau di bawah sekitar tolok). Kemudian geser ke bobot ingsut ke skala berikutnya sebesar 1e.

− Tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai penunjukan tepat pada garis skala berikutnya, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan yaitu ∆L

− Catat penunjukan timbangan IL + ∆L, dengan demikian posisi penunjukan timbangan (P) adalah P = IL + ∆L - ∆L

4) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan; 5) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan; 6) Lakukan lengkah-langkah 2 s.d. 5 secara berulang dengan minimum 3

kali pangujian; 7) Repeatability (ketidaktetapan) nya adalah :

= rata-rata pengujian

= jumlah pengujian

8) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai “R” tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

b. Pengujian Eksentrisitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila muatan yang sama diletakkan pada posisi yang berbeda. Langkah-langkah pengujian: 1) Muatan uji yang digunakan anak timbangan standar dengan massa 1/3

Maks; 2) Nolkan timbangan (I0);

Page 77: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

77  

3) Naikkan muatan uji pada bagian yang diuji; 4) Tentukan dan catat kesalahan penunjukannya (E), yaitu

E = IL + ∆L – ∆L – L 5) Lakukan langkah 2 s.d. 4 untuk bagian lainnya; 6) Periksa apakah kesalahan penunjukan (E) pada setiap bagian permukaan

tidak melebihi BKD untuk muatan uji.

c. Pengujian Kepekaan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja/kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e, maka ketentuan dalam prosedur pengujian ini yang ditulis “e” diubah menjadi “d”. Pengujian dilakukan pada 3 titik sembarang titik uji (mis : Min, 50% Maks dan Maks). Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan pada penerima muatan; 3) Catat penunjukan awal timbangan (I1); 4) Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 1 kali nilai BKD untuk muatan

yang digunakan ke atas penerima muatan; 5) Amati perubahan kesetimbangannya (I2); 6) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat ditetapkan

yaitu minimal 0,7 BKD.

d. Penunjukan Nol Pengujian dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan uji; 3) Turunkan kembali muatan uji; 4) Amati secara visual perubahan posisi penunjukan nol timbangan dan

periksa perubahan penunjukannya tidak boleh lebih dari ± 0,25e dari nol.

e. Pengujian Kemiringan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan sejauh mana perbedaan hasil penimbangan bila timbangan dimuati dalam posisi miring. Pengujian ini tidak dilakukan untuk timbangan yang muatannya digantung. Langkah-langkah pengujian: 1) Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan

penyipat datar.

Page 78: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

78  

2) Muati timbangan dengan sembarang muatan dan tentukan posisi penunjukannya, misalnya P1.

3) Posisikan timbangan dalam keadaan miring sebesar 2/1000 dari keadaan penyipat datar butir “a”, yaitu dengan memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.

4) Muati timbangan sebesar seperti muatan pada butir (b) dan tentukan posisi penunjukannya misal P2. Selisih P2 – P1 tidak boleh lebih besar dari BKD.

f. Pengujian Kebenaran

Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal lima (5) titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup : 1. Minimum menimbang; 2. Pada perubahan BKD; 3. 50 % Maks rentang ukur; 4. 25% Maks dan 75% Maks dari rentang ukur; 5. 100% Maks atau boleh kurang sampai 5e dari Maks. Langkah-langkah pengujian : a. Nolkan timbangan (I0); b. Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang akan

diperiksa (didahului dari minimum menimbang); c. Catat penunjukan timbangan IL + ∆L dan tentukan kesalahan penunjukannya

(E); E = IL + ∆L – ∆L – L

d. Lakukan kembali prosedur di atas untuk titik-titik uji lainnya.

Page 79: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

79  

Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tarra

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

I II III IIII

Page 80: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

80  

Cerapan Pengujian Timbangan Cepat Dan Pegas

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Pemeriksaan Visual

No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak Alat penyetel nol berupa sekrup …………………… ……………………

Page 81: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

81  

a. Ketidaktetapan (Repeatability) Muatan uji : .................... kg/g

I0 L ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) R

BKD = ................... g Sah Batal

b. Eksentrisitas

Muatan uji (1/3 Maks) : ....................... kg

5

2

1

4 3

Posisi Uji Muatan (L) ∆L IL + ∆L E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD = ................... kg/g Sah Batal

Page 82: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

82  

f. Kepekaan

Penunjukan model

Muatan *

(g)

I1

(g)

Imbuh (g)

1 BKD

I2 Syarat kepekaan

Analog otomatis

I2 – I1

Minimum 0,7 BKD

Kesimpulan : Sah Batal

*) = Min menimbang, 50% Maks, 100% Maks

g. Penunjukan Nol

Rezero I0 awal Muatan (naik & turun)

I0 akhir I0 akhir – I0 awal

BKD : I0 akhir - I0 awal maksimum ± 0,25e Sah Batal

h. Pengujian Kemiringan

Kedudukan Muatan (L) ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) Persyaratan

Tanpa dimiringkan

P1 = …….. P2 – P1

maks 1 BKDKemiringan 2/1000

P2 = ……..

Kesimpulan : Sah Batal

Page 83: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

83  

i. Pengujian Kebenaran Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar

Penunjukan Kesalahan penunjukan :

E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD

∆L IL + ∆L

Kesimpulan : Sah Batal

Page 84: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

84  

Lampiran 5. Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang Neraca Sama Lengan a. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah neraca dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa (L) sebesar kekuatan menimbangnya. Langkah-langkah pengujian: 1) Nolkan neraca; 2) Muati dengan muatan uji (L) pada kedua piring neraca; 3) Neraca diarea, kemudian berikan gaya luar sedikit dengan cara menyentuh

salah satu piringan dengan secarik kertas atau bulu ayam dan baca 5 titik balik sehingga diperoleh titik keseimbangannya, misalnya (T). Dengan demikian:

− Periksa posisi jarum terhadap tolok kesetimbangan (kemungkinan di sebelah kiri atau di sebelah kanan sekitar tolok). Kemudian geser bobot ingsut ke skala berikutnya sebesar 1e.

− Tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai tercapai/terjadi kesetimbangan, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan ∆L

− Catat penunjukan timbangan IL + ∆L, dengan demikian posisi penunjukan timbangan (P) adalah P = IL + ∆L - ∆L

4) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan; 5) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan; 6) Lakukan lengkah-langkah 2 s.d. 5 secara berulang dengan minimum 3 kali

pangujian; 7) Repeatability (ketidaktetapan) nya adalah :

= rata-rata pengujian

= jumlah pengujian

8) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai “R” tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

Page 85: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

85  

b. Pengujian Eksentrisitas Pengujian eksentrisitas tidak dilakukan karena penerima muatan dalam keadaan digantung. Muatan dalam keadaan digantung, letak muatan di permukaan penerima muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan.

c. Pengujian Kepekaan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja/kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e, maka ketentuan dalam prosedur pengujian ini yang ditulis “e” diubah menjadi “d”. Pengujian dilakukan pada 3 titik sembarang titik uji (mis : Min, 50% Maks dan Maks). Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan pada penerima muatan; 3) Amati posisi kesetimbangannya; 4) Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 1 kali nilai BKD untuk muatan

yang digunakan ke atas penerima muatan; 5) Amati perubahan kesetimbangannya; 6) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat ditetapkan

(bergerak nyata).

d. Penunjukan Nol Pengujian dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Naikkan muatan uji ditambah imbuh sebesar 0,25e di penerima muatan; 3) Turunkan kembali muatan uji, imbuh sebesar 0,25e tetap di atas penerima

muatan; 4) Amati secara visual dan periksa posisi alat penunjuk terhadap indeks

kesetimbangan, jika posisinya berada : (a) Di sebelah kiri indeks (tolok) kesetimbangan maka turunkan imbuh

0,25e, − Jika alat penunjuk bergerak atau melewati indeks kesetimbangannya,

maka dinyatakan BAIK; − Jika alat penunjuk belum bergerak atau bergerak tetapi tidak sampai

indeks kesetimbangan, maka dinyatakan BATAL. (b) Di sebelah kanan indeks kesetimbangan maka dinyatakan BATAL.

Page 86: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

86  

e. Pengujian Kebenaran Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal lima (5) titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup : 1. Minimum menimbang; 2. Pada titik perubahan BKD; 3. Maksimum menimbang atau boleh kurang sampai 5e dari maksimum Langkah-langkah pengujian : 1) Nolkan timbangan (I0); 2) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang akan

diperiksa (didahului dari minimum menimbang); 3) Catat penunjukan timbangan IL + ∆L dan tentukan kesalahan penunjukannya

(E); E = IL + ∆L – ∆L – L

4) Lakukan kembali prosedur di atas untuk titik-titik uji lainnya. Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

I II III IIII

Page 87: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

87  

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tara

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

Page 88: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

88  

Cerapan Pengujian Timbangan Neraca Sama Lengan

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Pemeriksaan Visual

No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak Alat penyetel nol berupa sekrup …………………… ……………………

Page 89: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

89  

a. Ketidaktetapan (Repeatability) Muatan uji : .................... kg/g

I0 L ∆L IL + ∆L P

(IL + ∆L – ∆L) R

BKD = ................... g Sah Batal

b. Eksentrisitas

Penunjukan eksentrisitas tidak dilakukan karena penerima muatan dacin dalam keadaan digantung.

c. Kepekaan

Penunjukan model

Muatan *

(g)

I

(g)

Imbuh (g)

1 BKD

Pergerakan permanen

(mm)

Syarat kepekaan

Non otomatis

Minimal >30 kg = 5 mm <30 kg = 2 mm

Kesimpulan : Sah Batal

*) = Min menimbang, 50% Maks, 100% Maks

d. Penunjukan Nol

Rezero Muatan (naik & turun)

Posisi Jarum + 0,25e

Pengamatan Kesetimbangan Tanpa 0,25e

Di sebelah kiri tolok

Sah Bergerak ke arah kesetimbangan

Batal Tidak bergerak

Di sebelah kanan tolok Batal

Page 90: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

90  

e. Pengujian Kemiringan Pengujian kemiringan tidak dilakukan, karena penerima muatan dalam keadaan digantung.

f. Pengujian Kebenaran

Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar

Penunjukan Kesalahan penunjukan :

E = IL + ∆L – ∆L – L

BKD

∆L IL + ∆L

Kesimpulan : Sah Batal

Catatan : Titik pengujian kebenaran (minimal 5 titik), yaitu pada :

• Minimum menimbang • Titik perubahan BKD

• Maks kapasitas atau boleh 5e Maks

Page 91: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

91  

Lampiran 6. Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang Timbangan Elektronik a. Ketidaktetapan (Repeatability)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa sekurang-kurangnya 50% Maks. Langkah-langkah pengujian: 1. Nolkan timbangan (Io). 2. Muati dengan muatan uji dan beri tanda letak posisi muatan. 3. Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-langkah seperti berikut:

- Catat penunjukan timbangan (IL). IL adalah penunjukan timbangan terbaca sebelum ditambah dengan imbuh ∆L. Kemudian ditambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap sampai penunjukan tepat pada saat berubah +1e dan stabil, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan, yaitu ∆L

- Hitung posisi penunjukan timbangan (P) dengan rumus: P = IL + 1/2e – ∆L

4. Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan. 5. Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan. 6. Lakukan langkah-langkah “2” sampai dengan “5” secara berulang dengan

minimum 3 kali pengujian. 7. Hitung repeatability (ketidaktetapan) timbangan dengan rumus:

Pi = posisi penunjukan ke I (I = 1,2, … ) = rata-rata posisi penunjukan timbangan

= jumlah pengujian

8. Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai R tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

Page 92: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

92  

b. Pengujian Eksentrisitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila muatan yang sama diletakkan pada posisi-posisi yang berbeda. Muatan uji yang digunakan adalah anak timbangan standar dengan minimal 1/3 (Maks + Tarra) Langkah-langkah pengujian:

1. Hitung jumlah penyangga (n). 2. Bagi permukaan penerima muatan menjadi n bagian yang sama. 3. Nolkan timbangan (Io). 4. Naikkan muatan uji secara merata pada bagian yang diuji, sehingga

menunjuk IL. 5. Tentukan dan catat kesalahan penunjukan timbangan (E) yaitu:

E = IL + 1/2e – ∆L – L 6. Lakukan langkah-langkah “3” sampai dengan “5” untuk bagian permukaan

tidak melebihi BKD untuk muatan uji. 7. Periksa apakah kesalahan penunjukan (E) pada setiap bagian permukaan

tidak melebihi BKD untuk muatan uji.

c. Pengujian Diskriminasi Pengujian ini bertujuan untuk mengetahu kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d ≠ e maka ketentuan dalam prosedur ini yang ditulis e diubah menjadi d. Pengujian dilakukan pada 3 titik uji (minimum menimbang, 50% Maks dan 100% Maks). Persyaratan : Imbuh standar 1,4 kali nilai skala sesungguhnya (1,4 d) bila secara berhati-hati ditempatkan pada atau diturunkan dari timbangan pada kesetimbangannya (keadaan setimbang) maka harus ada perubahan sebesar satu interval skala terkecil (d). Langkah-langkah pengujian:

1. nolkan timbangan (Io); 2. naikkan muatan uji ke atas penerima muatan; 3. tambahkan imbuh 0,1 d secara bertahap sampai penunjukan tepat pada

saat berubah sebesar satu interval skala (d) dan stabil; 4. catat penunjukannya (I1); 5. dengan hati-hati naikan imbuh 1,4 d dan amati perubahan penunjukan

timbangan (I2); 6. periksa apakah perubahan penunjukan sebesar satu interval skala

(I2 – I1) = d.

Page 93: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

93  

d. Ketelitian Penyetelan Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui kinerja penyetel nol timbangan setelah timbangan distel nol. Persyaratan: Setelah dilakukan penyetelan nol, maka pengaruh penyimpangan nol pada hasil penimbangan tidak boleh lebih dari 0,25e. Akan tetapi pada timbangan dengan alat penunjukan tambahan penyimpangan ini tidak boleh lebih dari 0,5d. Pengujian nol bagi timbangan dengan penunjukan digital tidak mungkin dilakukan pada posisi nol ideal tetapi akan dilakukan pada posisi yang terbebas dari rentang penyetel nol dan rentang perangkap nol Cara penyetelan nol pada timbangan dengan penunjukan digital bisa berupa Penyetelan non otomatis, penyetel nol semi otomatis dan penyetel nol otomatis untuk mengetahuinya lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut : 1. Nolkan timbangan 2. Naikkan muatan 5e 3. Nolkan timbangan 4. Turunkan muatan 5e 5. Amati perubahan penunjukan timbangan minimum 5 detik dan apabila

berubah menjadi nol maka timbangan tersebut memiliki alat penyetel nol otomatis dan apabila setelah 15 detik tidak berubah maka timbangan tersebut tidak memiliki alat penyetel nol otomatis.

d.1 Penyetel nol non otomatis dan semi otomatis a. Nolkan timbangan (Io), kemudian

1. Muati timbangan dengan anak timbangan yang besarnya ada dalam rentang ukur penyetel nol (0% s.d. 4% Maks, pada umumnya ±2% Maks sekitar nol).

2. Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai penunjukan tepat pada saat berubah +1e dan stabil, tarik kembali imbuh sebesar +1e i. Nolkan timbangan (Io) ii. Naikkan muatan 10e, amati penunjukannya iii. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar sebesar 0,25e dan

amati penunjukan timbangan bila : Tetap tidak berubah, lanjutkan butir b Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula maka

timbangan dinyatakan tidak baik dan penunjukan dihentikan. b. Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 0,5e dan amati penunjukan

timbangan, bila : 1. Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semuala maka

timbangan dinyatakan baik (sah) 2. Tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan tidak baik

Page 94: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

94  

d.2 Penyetelan nol otomatis a. Nolkan timbangan (Io) b. Naikkan 10e c. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 0,25e dan amati penunjukan

timbangan bila: tetap tidak berubah, lanjutkan ke langkah butir d; berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula, timbangan dinyatakan tidak baik (batal) dan pengujian dihentikan.

d. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 0,25e dan amati penunjukan timbangan bila: berubah dan stabil sebesar +1e dari penunjukan semula maka timbangan dinyatakan baik (sah); tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan tidak baik (batal).

e. Pengujian Kemiringan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan sejauh mana perbedaan hasil penimbangan bila timbangan dimuati dalam posisi miring. Langkah-langkah pengujian:

1. Posisikan timbangan dalam keadaan datar dengan memperhatikan penyipat datar.

2. Muati timbangan dengan sembarang muatan dan tentukan posisi penunjukannya, misal P1.

3. Posisikan timbangan dalam keadaan miring 2/1000 dari keadaan penyipat datar butir (a), yaitu memberikan ganjal dalam arah panjang atau melintang.

4. Muati timbangan sebesar seperti muatan pada mutir (b) dan tentukan posisi penunjukannya, misal P2. Selisih (P2 – P1) tidak boleh lebih besar dari BKD pada muatan tersebut.

f. Pengujian Tara

Pengujian dilakukan di sembarang titik uji. Langkah-langkah pengujian: a. amati batas penggunaan tara maksimum; b. nolkan timbangan (I0); c. naikkan material tara; d. aktifkan sistem tara timbangan; e. catat penunjukan timbangan IT; f. tentukan kesalahan penunjukan timbangan untuk muatan NET; dan g. periksa apakah kesalahan penunjukan (E) tidak melebihi BKD untuk

muatan NET.

Page 95: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

95  

g. Pengujian Kebenaran Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji ketidaktetapan (Repeatability). Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur penimbangannya harus mencakup: - minimum menimbang; - pada perubahan BKD; - 100% Maks atau boleh kurang 5e dari Maks.

Langkah-langkah pengujian: 1. nolkan timbangan (Io); 2. muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang diperiksa

(didahului dari minimum menimbang); 3. catat penunjukan timbangan IL, kemudian tambahkan imbuh 0,1e ke atas

penerima muatan secara bertahap sampai penunjukan tepat pada saat berubah +1e. Catatlah jumlah imbuh yang dibutuhkan, yaitu ∆L lalu hitung kesalahan penunjukan timbangan dengan rumus E = IL + 1/2e – ∆L – L;

4. lakukan kembali prosedur diatas untuk titik uji yang lainnya. Klasifikasi Timbangan

Kelas Kesaksamaan

Interval Skala Verifikasi (e)

Jumlah Interval Skala Kapasitas Minimum Minimum Maksimum

Khusus Satu 0,001 g ≤ e *) 50000 **) - 100e

Halus Dua 0,001 g ≤ e ≤ 0,05 g 0,1 g ≤ e

100 5000

100000 100000

20e 50e

Sedang Tiga 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 5 g ≤ e

100 500

10000 10000

20e 20e

Biasa Empat 5 g ≤ e 100 1000 10e

Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

Batas Kesalahan

yang Diizinkan (BKD)

Untuk muatan m yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi e

± 0,5e 0 ≤ m ≤ 50000 0 ≤ m ≤ 5000 0 ≤ m ≤ 500 0 ≤ m ≤ 50

± 1,0e 50000 < m ≤ 200000

5000 < m ≤ 20000

500 < m ≤ 2000

50 < m ≤ 200

± 1,5e 200000 < m 20000 < m ≤ 100000

2000 < m ≤ 10000

200 < m ≤ 1000

I II III IIII

Page 96: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

96  

Faktor pengali batas kesalahan yang diizinkan (BKD) sesuai dengan jenis pengujian

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang

Kemampuan Ulang Eksentrisitas Diskriminasi/Kepekaan Kebenaran Tara

1 1 1 1 1

1 2 1 2 2

Cerapan Pengujian Timbangan Elektronik

Pengujian untuk Dasar Pengujian

::

Tera / Tera Ulang Surat No ............................ Tgl ..........................

Dokumentasi

Pemilik Tanggal Pengujian Pegawai Berhak

:::

Data Timbangan

Merek Model/Tipe No. Seri/Kapasitas Interval Skala Verifikasi (e) Interval Skala Terkecil (d) Kelas Ketelitian

::::::

Page 97: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

97  

a. Pemeriksaan Visual 1. Umum

No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1

2 3 4 5 6 7

8 9

10

Penandaan yang diwajibkan terpasang permanen Tanda tera Alat penunjukan kedataran Bersih dan siap uji Sesuai ITP/IT yang berlaku Kekerasan PBL Penunjukan utama jelas untuk kedua belah pihak Alat penyetel nol berupa sekrup …………………… ……………………

2. Persyaratan khusus bagi jenis timbangan

No. Uraian Ya Tidak

1

2

3

3. Peralatan tambahan

No. Uraian Ya Tidak

1

2

3

b. Ketidaktetapan (Repeatability)

Muatan uji : .................... kg/g

I0 IL ∆L P = IL + ½ e – ∆L R

BKD = ................... g Sah Batal

Page 98: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

98  

c. Eksentrisitas Muatan uji : ....................... kg/g

5

2

1

4 3

Posisi Uji Muatan (L) IL ∆L E = IL + ½ e – ∆L – L

BKD = ................... kg/g Sah Batal

d. Diskriminasi

Penunjukan model Muatan ∆L I1 Standar I2 BKD

Digital otomatis

1,4 d

Harus I2 - I1 = d

Kesimpulan : Sah Batal

e. Ketelitian Penyetel Nol

Muatan Uji

Rezero +10 e Penunjukan Timbangan

Awal +0,25e +0,5e

Kesimpulan : Sah Batal

Page 99: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb. bukan otomatisppsdk.kemendag.go.id/v2/wp-content/uploads/2019/05/SK-Dirjen-PDN-No... · Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Timb.

 

99  

f. Pengujian Kemiringan

Kedudukan IL ∆L P = IL + ½ e – ∆L Persyaratan

Tanpa dimiringkan

P1 = …….. P2 – P1 maks 1

BKD Kemiringan 2/1000 P2 = ……..

Kesimpulan : Sah Batal

g. Pengujian Tara

Kegiatan Penunjukan

Muatan Tara

Aktifkan Tara

∆L

Kesalahan untuk muatan NET

BKD untuk menjadi NET

Kesimpulan : Sah Batal

h. Pengujian Kebenaran

Muatan uji : Minimal 5 titik uji

Muatan (L) standar IL ∆L

Kesalahan penunjukan :

E = IL + ½ e – ∆L – L BKD

Kesimpulan : Sah Batal

Catatan : Titik pengujian kebenaran (minimal 5 titik), yaitu pada :

• Minimum menimbang • Titik perubahan BKD

• Maks kapasitas atau boleh 5e Maks