LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH … · mempunyai wewenang dan tugas menerima hasil...

29
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI JAKARTA 2014

Transcript of LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH … · mempunyai wewenang dan tugas menerima hasil...

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN

PERATURAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 03 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI

JAKARTA

2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... .

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

i

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1

1. Umum ............................................................................................................................................ 1

2. Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 2

3. Dasar Hukum .................................................................................................................................

4. Ruang Lingkup ..................................................................................................................

2

3

D 2

BAB II WEWENANG DAN TUGAS DPD DALAM PENINDAKLANJUTAN HASIL

PEMERIKSAAN BPK RI ..................................................................................................................

5

BAB III

1. UUD 1945 ...............................................................................................................

2. Penjabaran Dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 dan UU Nomor 15 Tahun 2006.....

3. Penjabaran Dalam UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3)..........................

a. Penindaklanjutan Hasil Pemeriksaan BPK Oleh DPD .......................................

b. Fungsi Pengawasan DPD Terhadap Pelaksanaan APBN ..................................

c. Peraturan Tata Tertib DPD .................................................................................

PEMAHAMAN DASAR TENTANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA..

5

5

6

6

7

7

9

1. Pengertian ...................................................................................................................................... 9

a. Pengertian Pemeriksaan ......................................................................................

b. Pengertian Keuangan Negara ..............................................................................

c. Pengertian Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara........................

9

9

10

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pemeriksaan ..................................................................................... 11

a. Tujuan Pemeriksaan ............................................................................................

b. Ruang Lingkup Pemeriksaan ....................................................................................................

11

11

3. Jenis dan Proses Pemeriksaan ....................................................................................................... 11

a. Jenis Pemeriksaan.................................................................................................

b. Proses Pemeriksaan Keuangan Negara .....................................................................................

11

12

4. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut ......................................................................................... 12

5. Pengawasan...............................................................................................................

a. Tujuan Pengawasan .............................................................................................

b. Klasifikasi Pengawasan ............................................................................................................

13

13

13

BAB IV PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS DPD DALAM TINDAK

LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI .....................................................................................

15

1. Umum ............................................................................................................................................. 15

2. Penindaklanjutan Oleh Komite IV........................................................................... 17

3. Penindaklanjutan Oleh Banitia Akuntabilitas Publik ............................................. 19

4. Koordinasi/Konsultasi dengan BPK RI .................................................................. 21

BAB V

5. Tindak Lanjut Oleh Komite ....................................................................................

PENUTUP .........................................................................................................................................

22

23

SUB-

LAMPIRAN A Bagan Alur Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK Oleh Komite IV

...................................................................................................................................

24

SUB-

LAMPIRAN B Bagan Alur Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK Oleh Panitia Akuntabilitas

Publik .........................................................................................................................

25

ii

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk

selanjutnya disingkat UUD 1945), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) memiliki fungsi

legislasi, pengawasan, dan anggaran sebagaimana diatur pada pasal 22D ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3); pasal 23 ayat (2). Selain atribusi fungsi tersebut, UUD 1945 juga

memberikan tugas kepada DPD untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

sebagaimana amanat pasal 23E ayat (2) dan ayat (3). Di samping itu, DPD juga

memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota BPK sebagaimana

diatur pada pasal 23F ayat (1).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD

(UU MD3) menjelaskan lebih lanjut bahwa wewenang dan tugas DPD dalam

menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK atas keuangan negara adalah sebagai bahan

membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan APBN (Vide: pasal 249 ayat (1) huruf g.), yang pengertiannya sekadar

melakukan pembahasan. Akan tetapi, pada saat yang sama, DPD juga memiliki

wewenang dan tugas melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan APBN, sehingga

pengertian tindak lanjut tidak dapat dipahami hanya sekadar pembahasan tetapi juga

mencakup proses klarifikasi hasil pemeriksaan pada entitas terperiksa/objek pemeriksaan.

Pelaksanaan fungsi pengawasan DPD ini sendiri sejalan dengan mandat yang

diberikan oleh Konstitusi pada pasal 22D ayat (3) yang berbunyi: Dewan Perwakilan

Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai:

otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat

dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan dan agama

serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai

bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

2

Oleh karena itu, penindaklanjutan hasil pemeriksaan BPK bermuara baik pada

pertimbangan atas RUU APBN maupun dalam rangka pengawasan pelaksanaan APBN

untuk disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK selama ini telah dilaksanakan secara rutin

oleh Komite IV dan Badan Akuntabilitas Publik. Namun demikian. pembahasan

dimaksud masih berdasarkan aturan internal yang disusun oleh Komite IV dan Badan

Akuntabilitas Publik dan belum menjadi standar kelembagaan DPD.

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan fungsi tersebut, diperlukan penguatan

aturan dengan menstandardisasi pedoman tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK menjadi

keputusan DPD. Aturan standar ini penting untuk menjamin kualitas penindaklanjutan

hasil pemeriksaan BPK dilaksanakan secara efektif baik dalam rangka menyusun

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang lebih aspiratif dan

tepat sasaran maupun dalam rangka memperbaiki kinerja, transparansi, dan akuntabilitas

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.

2. Maksud dan Tujuan

Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI ini diharapkan dapat

menyajikan gambaran umum proses pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI

sesuai kewenangan DPD berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pedoman ini juga

memuat mekanisme dan tata cara pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI

sebagai pegangan Alat Kelengkapan DPD.

Dengan adanya pedoman ini diharapkan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI

dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam rangka menyusun Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang lebih aspiratif dan tepat sasaran maupun

dalam rangka memperbaiki kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara.

3. Dasar Hukum

Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Sebagai Bahan Pertimbangan

Bagi DPR RI didasarkan pada ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:

3

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara

(3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

(4) Undang-Undang 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI mencakup

materi sebagaimana diuraikan berikut ini:

a. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI oleh Komite IV berkenaan dengan laporan

keuangan pemerintah pusat dan hasil pemeriksaan semester BPK RI yang terkait

dengan kinerja entitas terperiksa. Titik tekan tindak lanjut Komite IV pada kebijakan

pengelolaan keuangan Pemda yang bersumber dari dana transfer (fokus efisiensi),

laporan kinerja, dan pengendalian internal. Dengan demikian, Komite IV melakukan

fungsi pengawasan dengan melakukan pembahasan hasil pemeriksaan BPK guna

penyusunan Pertimbangan DPD atas RUU APBN.

b. Pembahasan DPD Terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK oleh Badan

Akuntabilitas Publik berkenaan dengan tindak lanjut hasil pemeriksaan semester BPK

terkait dengan temuan yang berindikasi kerugian negara pada entitas terperiksa. Titik

tekan tindak lanjut BAP pada efektivitas penyelesaian kasus-kasus ketidakpatuhan

hukum oleh entitas terperiksa. BAP melakukan pengawasan terhadap progress tindak

lanjut oleh terperiksa atas kasus-kasus yang terindikasi kerugian negara. Dengan

demikian, BAP fokus pada pengawasan pelaksanaan UU APBN terkait berdasarkan

temuan BPK yang berindikasi kerugian negara secara melawan hukum.

c. Selain tindak lanjut sebagaimana diuraikan di atas, setiap Komite menindaklanjuti

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dengan merujuk pada hasil pengawasan BAP, baik

dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan maupun fungsi legislasi sesuai bidang

tugas Komite yang bersangkutan.

4

d. Pembahasan prinsip, prosedur, dan mekanisme pembahasan tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja dan akuntabilitas

keuangan negara.

5

BAB II

WEWENANG DAN TUGAS DPD DALAM

PENINDAKLANJUTAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI

1. UUD 1945

Wewenang dan tugas DPD dalam penindaklanjutan hasil pemeriksaan BPK

termaktub di dalam UUD 1945 pasal 23E ayat (2) dan ayat (3). Ayat (2) berbunyi: Hasil

pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan

kewenangannya. Selanjutnya ayat (3) berbunyi: Hasil pemeriksaan tersebut

ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

2. Penjabaran Dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 dan UU Nomor 15 Tahun 2006

a. Ketentuan UUD 1945 tersebut selanjutnya dijabarkan di dalam UU Nomor 15 Tahun

2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan

oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah

menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat (Vide: pasal 17 ayat (1)).

(2) Laporan hasil pemeriksaan kinerja disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai

dengan kewenangannya (Vide: pasal 17 ayat (4)).

(3) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu disampaikan kepada

DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya (Vide: pasal 17 ayat (5)).

(4) Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga perwakilan

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester yang

bersangkutan (Vide: pasal 18 ayat (1)).

(5) Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan,

dinyatakan terbuka untuk umum (Vide: pasal 19 ayat (1)), kecuali laporan yang

memuat rahasia negara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan (Vide:

pasal 19 ayat (2)).

6

(6) BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut (atas pelaksanaan

rekomendasi BPK oleh pejabat instansi terkait, red) kepada lembaga perwakilan

dalam hasil pemeriksaan semester (Vide: pasal 20 ayat (6)) .

(7) Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan

pembahasan sesuai dengan kewenangannya (Vide: pasal 21 ayat (1)).

b. Penegasan yang sama termuat dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya

(Vide: pasal 7 ayat (1)).

(2) DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud sesuai dengan Peraturan Tata Tertib masing-masing lembaga

perwakilan (Vide: pasal 7 ayat (2)).

(3) Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD

diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai

dengan kewenangannya (Vide: pasal 7 ayat (4)).

(4) Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum

(Vide: pasal 7 ayat (5)).

(5) BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

pejabat, dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD,

serta Pemerintah (Vide: pasal 8 ayat (5)).

3. Penjabaran Dalam UU Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD (UU MD3)

a. Penindaklanjutan Hasil Pemeriksaan BPK oleh DPD

Ketentuan UUD 1945 tersebut juga dijabarkan di dalam UU MD3, pada Bagian

Ketiga tentang Wewenang dan Tugas DPD, antara lain, disebutkan bahwa DPD

mempunyai wewenang dan tugas menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari

BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-

undang yang berkaitan dengan APBN (Vide: pasal 249 ayat (1) huruf g).

7

Selanjutnya, berdasarkan UU MD3 pembahasan hasil pemeriksaan BPK

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang disampaikan oleh pimpinan

BPK kepada pimpinan DPD dalam acara yang khusus diadakan untuk itu.

(2) DPD menugasi panitia kerja untuk membahas hasil pemeriksaan keuangan negara

oleh BPK setelah BPK menyampaikan penjelasan.

(3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud diputuskan dalam sidang paripurna DPD.

(4) Keputusan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada DPR dengan surat pengantar

dari pimpinan DPD untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi DPR.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembahasan hasil pemeriksaan keuangan negara

oleh BPK diatur dengan peraturan DPD tentang tata tertib. (Vide: pasal 285 ayat (1)

s.d. ayat (5))

b. Fungsi Pengawasan DPD Terhadap Pelaksanaan APBN

Berdasarkan UU MD3, selain memiliki wewenang dan tugas menerima hasil

pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan

kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN, DPD juga

menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan APBN (Vide: pasal 248 ayat (1) huruf

d.). Hal tersebut kembali ditegaskan dalam bagian wewenang dan tugas yakni bahwa

DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN (Vide: pasal 249 ayat (1)

huruf e), dan menyampaikan hasil pengawasan tersebut kepada DPR sebagai bahan

pertimbangan untuk ditindaklanjuti (Vide: pasal 249 ayat (1) huruf f). Berkenaan dengan

fungsi, wewenang dan tugas pengawasan atas pelaksanaan APBN tersebut, DPD dapat

menggunakan laporan hasil pemeriksaan BPK sebagai bahan melaksanakan pengawasan

dimaksud.

c. Peraturan Tata Tertib DPD

Peraturan DPD RI tentang Tata Tertib menjabarkan lebih lanjut teknis

pelaksanaan penindaklanjutan hasil pemeriksaan BPK yang diamanatkan kepada dua Alat

Kelengkapan, yaitu Komite IV dan Badan Akuntabilitas Publik (BAP). Komite IV fokus

pada kebijakan dan kinerja entitas terperiksa dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan

8

BPK. Sementara BAP fokus pada penelaahan dan tindak lanjut temuan BPK yang

berindikasi kerugian negara secara melawan hukum.

9

BAB III

PEMAHAMAN DASAR TENTANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan mempunyai kedudukan yang strategis dan

menentukan terciptanya transparansi dan akuntabilitas di bidang pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara. Sistem pengawasan dan pemeriksaan merupakan

bagian dari sistem pengelolaan keuangan negara yang berperan untuk memastikan bahwa

keuangan negara telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan

mentaati ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Lembaga perwakilan berperan

dalam melakukan pengawasan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara

karena pada dasarnya keuangan negara bersumber dari rakyat, misalnya dari pajak dan

retribusi, laba BUMN/D, serta eksploitasi sumber daya.

Karena itulah keuangan negara yang diakumulasi dari rakyat tersebut harus dikelola

dan didistribusikan kembali demi kesejahteraan rakyat. Pasal 23 UUD 1945 menyatakan

bahwa APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan dengan undang-

undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung-jawab sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat.

1. Pengertian

a. Pengertian Pemeriksaan

Menurut UU Nomor 15 tahun 2004 pengertian pemeriksaan (auditing) adalah

proses identifikasi masalah, analisa, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,

obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara. Auditing berfungsi untuk meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas serta bermanfaat untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari suatu

entitas sebagai dasar untuk melakukan antisipasi masa mendatang, sebagai dasar

pengambilan keputusan serta mengurangi resiko kesalahan dalam pengambilan

kebijakan. Pemeriksaan sangat penting adanya untuk mendeteksi kemungkinan

penyimpangan dalam pengelolaan keuangan.

10

b. Pengertian Keuangan Negara

Keuangan Negara, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan

uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1, meliputi :

(1) hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

melakukan pinjaman;

(2) kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum

pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

(3) Penerimaan Negara;

(4) Pengeluaran Negara;

(5) Penerimaan Daerah;

(6) Pengeluaran Daerah;

(7) kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

negara/ perusahaan daerah;

(8) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

(9) kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.

c. Pengertian Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola

keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Tanggung Jawab

Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan

keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

11

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pemeriksaan

a. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan keuangan negara adalah untuk menilai apakah pelaksanaan

dari suatu kegiatan beserta pengelolaan keuangannya telah dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku serta sesuai dengan target tujuan yang telah ditetapkan.

Pemeriksaan keuangan Negara dapat dilakukan oleh aparat pengawas internal (APIP)

maupun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

b. Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas

pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan yang dilakukan mencakup seluruh keuangan negara sesuai dengan

pasal 2 Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 serta meliputi pemeriksaan atas

pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMN, BUMD, serta

kegiatan yayasan yang didirikan pemerintah.

3. Jenis dan Proses Pemeriksaan

a. Jenis Pemeriksaan

Berdasarkan pasal 4 UU Nomor 15 tahun 2004 jenis-jenis pemeriksaan keuangan

negara antara lain :

(1) Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit)

Yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar.

(2) Pemeriksaan Kinerja (Performance Audit)

Merupakan pemeriksaan secara obyektif dan sistemik terhadap berbagai macam bukti

untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas/program

kegiatan yang diperiksa.

(3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

12

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar pemeriksaan

keuangan dan pemeriksaan kinerja.

b. Proses Pemeriksaan Keuangan Negara

Tahap yang dilalui BPK dalam melaksanakan pemeriksaan yaitu:

(1) Perencanaan pemeriksaan

(2) Penyelenggaraan pemeriksaan

(3) Pelaksanaan

(4) Pelaporan hasil pemeriksaan

(5) Penyampaian laporan hasil pemeriksaan

4. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam

laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.

Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan

menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK

disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti,

antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan kepada

lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada

pemerintah.

Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan BPK

digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,

sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements) memuat

koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPD//DPRD. Pemerintah diberi

kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam

laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil

pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD. Apabila pemeriksa

menemukan unsur pidana, Undang-undang mewajibkan BPK melaporkannya kepada

instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan.

13

BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1

(satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan

kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang bersangkutan

agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 mengamanatkan pemerintah untuk

menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan

menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.

Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan

dinyatakan terbuka untuk umum kecuali laporan hasil pemeriksaan yang memuat rahasia

negara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

5. Pengawasan

a. Tujuan Pengawasan

Pengawasan pada dasarnya adalah untuk mengamati apa yang sungguh-sungguh

terjadi serta membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi. Tujuan pengawasan

keuangan negara pada dasarnya adalah:

(1) untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan,

(2) menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan

pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan,

(3) untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Klasifikasi Pengawasan

Pengawasan terhadap keuangan negara diklasifikasikan menjadi:

(1) Pengawasan Internal

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang

berada dalam struktur pemerintah/eksekutif. Pengawasan internal terdiri dari

(a) Pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat, yaitu kegiatan atau

usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung, dan

harus dilakukan sendirioleh pimpinan organasasi.

14

(b) Pengawasan Fungsional, merupakan pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan secara fungsional baik intern pemerintan maupun ekstern

perintah. Yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan

dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peratuan perundang-

undangan yang berlaku.

(2) Pengawasan Eksternal

Pengawasan eksternal adalah suatu bentuk pengawasan yang berasal dari luar

lingkungan pemerintah sehingga antara pengawas dan pihak yang diawasi tidak ada

hubungan kedinasan, lembaga yang melakukan pengawasan antara lain : DPR, DPD, dan

DPRD serta BPK.

Lembaga-lembaga Perwakilan, termasuk DPD RI, melakukan pengawasan politik

terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh Pemerintah dan Pemda.

Dalam melaksanakan pengawasan ini, Lembaga Perwakilan didukung oleh hasil

pemeriksaan BPK RI. Meski demikian, BPK RI adalah lembaga yang mandiri dan

independen dan bukan subordinat Lembaga Perwakilan.

15

BAB IV

PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS DPD DALAM

PENINDAKLANJUTAN HASIL PEMERIKSAAN BPK

1. Umum

a. Sesuai dengan ketentuan pasal 23E UUD 1945, pasal 7 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun

2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, serta pasal 249 ayat (1) huruf g UU

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, maka DPD sebagai salah satu lembaga

perwakilan, menerima hasil pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan dalam

Sidang Paripurna.

Dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara pada pasal 21 ayat (1) disebutkan bahwa lembaga

perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan

sesuai dengan kewenangannya.

b. DPD RI menindaklanjuti hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK RI dengan

ketentuan sebagai berikut:

(1) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang disampaikan oleh

pimpinan BPK kepada pimpinan DPD dalam acara yang khusus diadakan untuk

itu.

(2) DPD menugasi panitia kerja untuk membahas hasil pemeriksaan keuangan negara

oleh BPK setelah BPK menyampaikan penjelasan.

(3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud diputuskan dalam sidang paripurna

DPD.

(4) Keputusan sidang paripurna sebagaimana dimaksud disampaikan kepada DPR

dengan surat pengantar dari pimpinan DPD untuk dijadikan bahan pertimbangan

bagi DPR.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembahasan hasil pemeriksaan keuangan negara

oleh BPK diatur dengan peraturan DPD tentang tata tertib (Vide: pasal 285 ayat

(1) s.d. ayat (5) UU MD3)

16

c. Selanjutnya, teknis tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI oleh DPD RI

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang disampaikan oleh

pimpinan BPK kepada pimpinan dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan

untuk itu.

(2) DPD menugasi Komite IV dan Panitia Akuntabilitas Publik untuk

menindaklanjuti.

(3) Komite IV membahas laporan keuangan pemerintah pusat dan hasil pemeriksaan

semester BPK yang terkait dengan kinerja entitas terperiksa.

(4) Panitia Akuntabilitas Publik menindaklanjuti hasil pemeriksaan semester BPK

terkait dengan temuan yang berindikasi kerugian negara pada entitas terperiksa.

(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Komite IV dan Panitia

Akuntabilitas Publik dapat melakukan koordinasi.

(6) Komite IV menyusun tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dan melaporkan

kepada Sidang Paripurna untuk ditetapkan sebagai keputusan DPD. Keputusan

Sidang Paripurna sebagaimana dimaksud disampaikan secara tertulis oleh

pimpinan DPD kepada pimpinan DPR sebagai bahan pertimbangan bagi DPR

terhadap penyusunan RUU APBN.

(7) Terhadap temuan BPK yang dinilai merugikan keuangan negara, Sidang

Paripurna menugaskan kepada Panitia Akuntabilitas Publik untuk melakukan

penelaahan lebih lanjut. Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud disampaikan

kepada Sidang Paripurna untuk ditetapkan dan selanjutnya dapat diteruskan ke

Komisi Pemberantasan Korupsi.

(8) Panitia Akuntabilitas Publik dalam menyusun tindak lanjut hasil pemeriksaan

BPK berupa:

(a) masukan kepada Komite IV untuk bahan pertimbangan yang akan

disampaikan dalam Sidang Paripurna.

(b) bahan tindak lanjut untuk meminimalkan kerugian negara.

(c) rekomendasi kepada lembaga terkait untuk penyelesaian secara hukum.

(Vide: pasal 145, pasal 146, dan pasal 147 Peraturan DPD RI Tentang Tata Tertib)

17

2. Penindaklanjutan Oleh Komite IV

Komite IV menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI yang berkenaan dengan

laporan keuangan pemerintah pusat dan kinerja entitas terperiksa. Titik tekan tindak

lanjut Komite IV pada kebijakan pengelolaan keuangan pusat dan pemda yang

bersumber dari dana transfer (fokus efisiensi), laporan kinerja dan pengendalian

internal entitas terperiksa dalam menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK

RI. Dengan demikian, Komite IV melakukan fungsi pengawasan dengan melakukan

pembahasan hasil pemeriksaan BPK guna penyusunan Pertimbangan DPD atas RUU

APBN (bersifat prospektif).

a. Proses

Adapun proses pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK pada Komite IV

mengikuti tahapan sebagai berikut:

(1) Setelah menerima penugasan dari Sidang Paripurna, Pimpinan Komite IV

menugaskan Staf Ahli untuk melakukan penelaahan dan analisis hasil pemeriksaan

BPK Semester I dan Semester II. Telaah dan analisis dimaksud sekurang-kurangnya

meliputi: a. Kinerja daerah dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK, b.

inventarisasi daerah dengan kategori opini bagus dan opini buruk, c. Rekomendasi

daerah yang akan dikunjungi, d. Daftar persoalan yang akan dimintakan klarifikasi

kepada BPK. Hasil penelaahan dan analisis dijadikan bahan Rapat Komite IV.

Support: Sekretariat Komite IV mempersiapkan dan menunjang draft/konsep,

melaksanakan filing, recording, dan reporting. Staf Ahli melakukan penelaahan dan

analisis subtansi.

(2) Komite IV mengagendakan Rapat Konsultasi dengan BPK untuk memperoleh

penjelasan terhadap temuan pemeriksaan, tindak lanjut rekomendasi, dan kendala

yang dihadapi oleh daerah. Dalam Rapat Konsultasi dimaksud, Komite IV dapat

memberikan saran dan masukan berkenaan fokus pemeriksaan selanjutnya

berdasarkan hasil penelaahan dan analisis hasil pemeriksaan BPK sebelumnya.

Support: Sekretariat Komite IV menyiapkan konsep rencana rapat konsultasi, surat,

koordinasi teknis, kesiapan bahan, serta melakukan filing, recording, dan reporting

18

pada saat pelaksanaan. Staf Ahli memastikan kesiapan materi dan subtansi Rapat

Konsultasi.

(3) Rapat Pleno Komite IV mendengarkan presentasi Staf Ahli berkenaan dengan hasil

penelaahan dan analisis terhadap hasil pemeriksaan BPK dan rekomendasi daerah

yang akan dikunjungi. Komite IV menentukan daerah yang akan dikunjungi serta

membentuk Tim Kerja untuk tindak lanjut kunjungan daerah tersebut. Kunjungan

kerja ke daerah ini dilakukan ke: (1) daerah dengan opini bagus untuk mempelajari

kunci sukses; dan (2) daerah dengan opini yang buruk untuk mempelajari persoalan

dan kendala yang dihadapi.

Support: Sekretariat Komite IV menyiapkan konsep rencana kunjungan kerja, surat-

surat, kelengkapan bahan, komunikasi dan koordinasi dengan daerah yang akan

dikunjungi, siapkan transportasi dan akomodasi. Staf Ahli menyiapkan

materi/subtansi, membuat konsep penelaahan dan analisis hasil kunjungan kerja.

(4) Komite IV melaksanakan kunjungan kerja ke daerah untuk melakukan tindak lanjut

hasil pemeriksaan BPK ke entitas terperiksa guna mengetahui kinerja daerah dalam

menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK serta kendala-kendala yang dihadapi dalam

rangka perbaikan kebijakan dan kinerja pengelolaan keuangan daerah. Dalam

kaitannya dengan hal tersebut, Komite IV melakukan rapat kerja di daerah dengan

BPK Perwakilan untuk mendapatkan informasi dan klarifikasi, sebelum rapat kerja

dengan SKPD/entitas terperiksa. Dalam setiap rapat kerja di daerah, Komite IV

melibatkan DPRD setempat yang juga memiliki kewenangan pengawasan tindak

lanjut hasil pemeriksaan BPK di daerah masing-masing.

Support: Sekretariat Komite IV telah memastikan kesiapan daerah menerima Komite

IV serta kesiapan bahan-bahan yang diperlukan. Melakukan filing, recording, dan

reporting pada saat pelaksanaan. Staf Ahli menyiapkan materi/subtansi,

mendampingi, dan menyusun analisa hasil kunjungan.

(5) Berdasarkan penelaahan dan analisis terhadap HAPSEM BPK dan hasil kunjungan

kerja, dilakukan finalisasi untuk merumuskan: (1) problem daerah dalam

menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK; (2) temuan pemeriksaan terindikasi

merugikan keuangan negara, Komite IV DPD dapat merekomendasikannya kepada

19

Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) DPD untuk ditelah dan dianalisis lebih lanjut

sesuai kewenangannya; dan (3) evaluasi efektivitas dan efisiensi anggaran.

Support: Sekretariat Komite IV mengkonsolidasikan hasil-hasil analisa dan laporan

kunjungan kerja ke entitas terperiksa, melakukan filing, recording, dan reporting. Staf

ahli mempersiapkan konsep materi/subtansi laporan final.

(6) Komite IV mengesahkan pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK RI untuk dilaporkan kepada Paripurna.

Support: Sekretariat Komite IV menyusun konsep dan draf surat pertimbangan,

memastikan kesiapan bahan, melakukan filing, recording, dan reporting. Staf Ahli

menyiapkan naskah final pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut pemeriksaan

BPK RI.

b. Tindak Lanjut

Komite IV menyampaikan laporan Pertimbangan DPD RI Terhadap Tindak

Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI kepada Paripurna DPD. Selanjutnya, Pertimbangan

DPD RI terhadap Hasil Pemeriksaan BPK RI tersebut disampaikan kepada DPR RI

sebagai bahan pertimbangan bagi DPR RI dalam pembahasan rancangan undang-undang

yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan untuk

menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

3. Penindaklanjutan Oleh Badan Akuntabilitas Publik

Badan Akuntabilitas Publik menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK terkait

dengan temuan yang berindikasi kerugian negara pada entitas terperiksa. Titik tekan

tindak lanjut BAP pada efektivitas penyelesaian kasus-kasus ketidakpatuhan hukum

oleh entitas terperiksa (bersifat korektif). BAP melakukan pengawasan terhadap

progres tindak lanjut rekomendasi BPK oleh entitas terperiksa atas kasus-kasus yang

terindikasi kerugian negara. Dengan demikian, output tindak lanjut BAP selanjutnya

dijadikan sebagai bahan pertimbangan terhadap pelaksanaan UU APBN bagi DPR RI.

a. Proses

BAP menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK yang terindikasi korupsi

melalui tahapan sebagai berikut:

20

(1) Setelah menerima penugasan Sidang Paripurna, Pimpinan BAP menugaskan Staf Ahli

untuk melakukan penelaahan dan analisis terhadap hasil pemeriksaan BPK yang

terindikasi korupsi, meliputi:

(a) Daftar rekapitulasi LHP atau IHSP per-provinsi

(b) Daftar entitas terpilih dan kasus menonjol per-provinsi

(c) Daftar entitas terpilih dan kasus menonjol yg disarankan dikunjungi

Support: Sekretariat BAP mempersiapkan dan menunjang draft/konsep,

melaksanakan filing, recording, dan reporting. Staf Ahli melakukan penelaahan dan

analisis subtansi.

(2) Rapat Pleno BAP mendengarkan presentasi Staf Ahli berkenaan dengan hasil

penelaahan dan analisis terhadap hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi korupsi

dan akan ditindaklanjuti. Pleno BAP membentuk tim kerja (timja) tindak lanjut serta

menentukan daerah yang akan dikunjungi dalam rangka tindak lanjut.

Support: Sekretariat BAP menyiapkan konsep rencana kunjungan kerja, surat-surat,

kelengkapan bahan, komunikasi dan koordinasi dengan daerah yang akan dikunjungi,

siapkan transportasi dan akomodasi. Staf Ahli menyiapkan materi/subtansi, membuat

konsep penelaahan dan analisis hasil kunjungan kerja.

(3) BAP melaksanakan kunjungan kerja dalam rangka tindak lanjut dengan agenda dan

kegiatan melakukan klarifikasi dan verifikasi kepada entitas terperiksa (yaitu SKPD

baik di pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota) dengan melibatkan DPRD

setempat, setelah sebelumnya melakukan pertemuan dengan BPK perwakilan untuk

klarifikasi dan tukar informasi. Pada saat yang sama, BAP melakukan Koordinasi

dengan penegak hukum di daerah untuk mengklarifikasi dan bertukar informasi

penanganan kasus terkait dugaan tindak pidana korupsi.

Support: Sekretariat BAP telah memastikan kesiapan daerah menerima BAP serta

kesiapan bahan-bahan yang diperlukan. Melakukan filing, recording, dan reporting

pada saat pelaksanaan. Staf Ahli menyiapkan materi/subtansi, mendampingi, dan

menyusun analisis hasil kunjungan.

21

(4) BAP merumuskan temuan-temuan berdasarkan klarifikasi dan verifikasi kepada

entitas terperiksa dan penegak hukum di daerah serta merumuskan permasalahan atau

kendala-kendala yang dihadapi beserta tindak lanjutnya (rekomendasi BAP).

Support: Sekretariat BAP mengkonsolidasikan hasil-hasil analisa dan laporan

kunjungan kerja ke entitas terperiksa, melakukan filing, recording, dan reporting. Staf

ahli mempersiapkan konsep materi/subtansi laporan tindak lanjut dan rekomendasi.

(5) BAP menindaklanjuti hasil kunker dengan Rapat Konsultasi dengan BPK Pusat

dengan agenda:

(a) Klarifikasi hasil temuan BAP

(b) Meminta BPK melakukan pemeriksaan lanjutan jika terdapat fakta-fakta lain yg

memperkuat temuan BPK

Support: Sekretariat BAP menyiapkan konsep rencana rapat konsultasi, surat,

koordinasi teknis, kesiapan bahan, serta melakukan filing, recording, dan reporting

pada saat pelaksanaan. Staf Ahli memastikan kesiapan materi dan subtansi Rapat

Konsultasi.

b. Tindak Lanjut

BAP menyusun rekomendasi hasil pengawasan tindak lanjut hasil pemeriksaan

BPK. Jika ada hasil klarifikasi dan verifikasi yang terindikasi korupsi, BAP

membawanya ke dalam rapat koordinasi dengan aparat penegak hukum (dalam hal ini

Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi). Selain itu,

hasil pengkajian BAP terhadap kasus juga diserahkan kepada Komite terkait sebagai

bahan masukan dalam rangka pengawasan.

BAP melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan tersebut kepada Sidang

Paripurna. Selanjutnya, laporan hasil pengawasan tersebut oleh Pimpinan DPD

disampaikan kepada DPR RI sebagai bahan pertimbangan bagi DPR RI dalam

rangka pengawasan pelaksanaan UU APBN.

4. Koordinasi/Konsultasi dengan BPK RI

DPD RI dapat melaksanakan rapat koordinasi/konsultasi dengan BPK RI,

minimal satu tahun sekali, guna menjembatani dan mencari solusi atas lima pokok

22

permasalahan dalam konteks penindaklanjutan hasil pemeriksaan BPK, yaitu

dalam rangka:

(1) Menyalurkan aspirasi daerah jika ada masukan keluhan tentang

temuan BPK;

(2) Mempertanyakan temuan/rekomendasi BPK yang dipandang ganjil;

(3) Meminta melakukan pemeriksaan atau pemeriksaan lanjutan;

(4) Meminta penjelasan khusus terhadap penyelesaian kasus-kasus

menonjol; dan

(5) Menyampaikan saran/pendapat.

DPD dalam melakukan rapat konsultasi dengan BPK dapat mengoptimalkan

ketentuan pada pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ayat (1)

menyatakan bahwa dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan

permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan. Sementara itu, ayat (2)

menyatakan bahwa dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat

sebagaimana dimaksud, BPK atau lembaga perwakilan dapat mengadakan pertemuan

konsultasi.

Lembaga perwakilan dapat meminta, memberikan saran dan pendapat kepada

BPK dalam merencanakan tugas pemeriksaan berdasarkan hasil keputusan Rapat

Paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembaga perwakilan.

Selain itu, dalam hal DPD RI menemukan sesuatu terkait pelanggaran etika

pemeriksaan oleh pemeriksa BPK RI, maka DPD RI dapat meminta Majelis

Kehormatan Kode Etik BPK RI untuk melakukan sidang pemeriksaan sesuai

kewenangannya.

5. Tindak Lanjut Oleh Komite

Komite menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dalam rangka

pelaksanaan fungsi pengawasan dan fungsi legislasi sesuai bidang tugas Komite yang

bersangkutan, dengan merujuk pada hasil kajian dan pengawasan yang dilakukan oleh

BAP.

23

BAB V

PENUTUP

Pedoman tindak lajut hasil pemeriksaan BPK RI ini disusun dalam rangka

memperkuat pelaksanaan fungsi fungsi anggaran dalam bentuk pemberian pertimbangan

DPD RI kepada DPR RI atas RUU APBN serta fungsi pengawasan DPD RI atas

pelaksanaan APBN sebagai bahan pertimbangan bagi DPR RI sebagaimana diamanatkan

oleh UUD 1945.

Pedoman ini diharapkan dapat menyajikan gambaran umum proses tindak lanjut

hasil pemeriksaan BPK sesuai kewenangan DPD berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Pedoman ini juga memuat mekanisme dan tata cara pembahasan tindak lanjut

hasil pemeriksaan BPK sebagai pegangan Alat Kelengkapan DPD.

Dengan adanya pedoman ini diharapkan penindaklanjutan hasil pemeriksaan BPK

RI oleh DPD RI dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam rangka menyusun Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang lebih aspiratif dan tepat sasaran

maupun dalam rangka memperbaiki kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan

dan pertanggungjawaban keuangan negara.

Selanjutnya, ketentuan teknis pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK

diserahkan kepada Komite IV dan Badan Akuntabilitas Publik sesuai dengan

kewenangannya masing-masing.

24

Bagan Alur Penindaklanjutan Hasil Pemeriksaan BPK Oleh Komite IV

Sidang Paripurna DPD menugaskan

Komite IV utk membahas HAPSEM BPK

Pleno Komite IV

Penelaahan dan Analis terhadap Kinerja Daerah Menindaklanjuti Hapsem BPK

(didampingi staf ahli)

Rapat Konsultasi dengan BPK Pusat untuk klarifikasi HAPSEM

Pleno Komite IV Penentuan Daerah Kunker

Daerah dgn Opini Bagus untuk Pelajari Kunci Sukses

Pleno

Laporan Kunjungan Kerja

Kunjungan kerja HAPSEM BPK oleh Komite IV

Daerah dgn Opini Buruk untuk Pelajari Persoalan

Penyerahan HAPSEM oleh BPK dalam

Sidang Paripurna DPD

Pleno Komite IV

Penelaahan dan analisis secara khusus Anggaran Pusat di Daerah

(didampingi staf ahli)

HAPSEM I HAPSEM II

Rekomendasi kepada BAP untuk menelaah lebih lanjut temuan BPK yang terindikasi merugikan keuangan negara

Finalisasi Perumusan

Draft Pertimbangan Tindak Lanjut HAPSEM BPK:

(1) Problem Daerah dalam menindaklanjuti HAPSEM (2) Temuan Indikasi Kerugian Negara (3) Evaluasi Efektifitas dan Efisiensi Anggaran

Sidang Paripurna

DPD RI

Pertimbangan DPD RI terhadap Tindak Lanjut HAPSEM BPK

disampaikan kepada DPR

Rekomendasi untuk Pertimbangan DPD RI

terhadap RAPBN

25

Bagan Alur Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK oleh Badan Akuntabilitas Publik

Sidang Paripurna DPD menugaskan BAP utk melakukan penelaahan dan menindaklanjuti

hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi kerugian negara

Penyerahan HAPSEM oleh BPK dalam

Sidang Paripurna DPD

Rapat Pleno BAP membahas: (1) Daftar rekapitulasi LHP atau IHSP per-

provinsi (2) Daftar entitas terpilih dan kasus

menonjol per-provinsi (3) Daftar entitas terpilih dan kasus

menonjol yg disarankan dikunjungi

BAP membentuk Timja utk tindak lanjut dan klarifikasi

Kunjungan Kerja ke daerah : (1) Raker dengan Pemda utk klarifikasi dan info langkah tindak lanjut

rekomendasi BPK dg mengikutsertakan DPRD dan BPK Perwakilan

(2) Koordinasi dengan Penegakan Hukum di daerah utk klarifikasi dan info penanganan kasus terkait dugaan tindak pidana korupsi

Pleno BAP membahas temuan dan laks rekomendasi hasil pemeriksaan BPK

Rapat Konsultasi dg BPK Pusat : (1) Klarifikasi hasil temuan BAP (2) Meminta BPK melakukan pemeriksaan

lanjutan jika terdapat fakta-fakta lain yang memperkuat temuan BPK

Rekomendasi tindak lanjut dan meneruskan ke Gakum jk terindikasi

tindak pidana korupsi

BAP melaporkan hasil pengawasan tindak lanjut pemeriksaan BPK kpd

Sidang Paripurna DPD

BAP menyampaikan hasil kajian dan pengawasan kpd Komite terkait dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan

dan fungsi legislasi

Bahan pertimbangan bagi DPR RI dalam pengawasan

pelaksanaan UU APBN

BAP meneruskan ke

Komite IV jk terait

bahan RAPBN