LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR RIAU · cangkang kerang berukuran besar. Air kemo dipercaya oleh...
Transcript of LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR RIAU · cangkang kerang berukuran besar. Air kemo dipercaya oleh...
LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR RIAU NOMOR :
TANGGAL :
STATUS CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK PERINGKAT PROVINSI
I. SITUS CAGAR BUDAYA
1 Nama Situs : Kompleks Makam Ali Malana
Alamat : Koto Pangean
Kelurahan : Koto Pangean
Kecamatan : Pangean
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 25’ 37,4” dan E 101˚ 40’ 51,5”
Batas-batas : Utara : Hutan Ujung Tae
: Selatan : Hutan Ujung Tae
: Barat : Hutan Ujung Tae
: Timur : Hutan Ujung Tae
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Agak sulit, karena objek berada di dalam hutan. Untuk menuju lokasi dari jalan kampung bersemen kita melewati jalan setapak ± 200 m.
Deskripsi
Arkeologis
: Kompleks Makam berada dalam cungkup. Di
dalam kompleks makam terdapat sekitar 15 makam. Makam yang menggunakan jirat berjumlah 4 buah, bentuk jirat kempat makam
sama, yaitu terbuat dari keramik berwaran merah. Jirat dan cungkup ini merupakan hasil
penambahan baru yaitu pada 29 Desember 2007 oleh Pemda Kuantan Singingi. Makam Ali Kelana sendiri berada di makam yang berjirat urutan
kedua dari sisi timur. Nisan makam terbuat dari kayu sungkai.
Luas : Luas Lahan : 15 m x 20 m
Luas Bangunan : 10 m x 15 m
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status Kepemilikan dan/atau
pengelolaan
: Masyarakat
2 Nama Situs : Kompleks Makam Guru Datuak Baroman Bosi
Alamat : -
Kelurahan : Koto Pangean
Kecamatan : Koto Pangean
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 25’ 43,1” E 101˚ 40’ 36,6”
Batas-batas : Utara : Kebun Karet
: Selatan : Kebun Karet
: Barat : Lapangan bola kaki
: Timur : Kebun Karet
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar
Budaya
: Mudah, karena objek berada di areal pemukiman
penduduk. Bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4.
Deskripsi Arkeologis
: Kompleks Makam berada dalam cungkup. Di dalam kompleks makam terdapat sekitar 8
makam, dari 8 buah makam 7 makam berjirat dan 1 buah makam tak berjirat. 6 makam berjirat keramik merah dan 1 buah makam berjirat dari
plesteran semen berprofil. Dari 8 buah makam yang ada di kompleks makam ini, 4 buah makam
nisannya terbuat dari kayu, 1 buah makam nisannya terbuat dari batu dengan bentuk nisam tipe Aceh, 2 buah makam tanpa nisan, 1 buah
makam (tak berjirat) nisannya terbuat dari kayu. Makam Datuak Baroman Bosi sendiri berjirat plesteran semen berprofil. Ukuran jirat 260 cm x
130 cm, dan tinggi 1 m. Nisan makam terbuat dari kayu sungkai dan yang terlihat hanya nisan
bagian kepala karena makam ini ditumbuhi tanah rayap. Ukuran nisan tersebut 15 cm x 15 cm x 55 cm.
Luas : Luas Lahan : 20 m x 11 m
Luas Bangunan : Cungkup 15 m x 6 m
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Masyarakat
3 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Keramat Ashar
Alamat : Jl. Sudirman
Kelurahan : Pasar
Kecamatan : Kuantan Tengah
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚31’43.3” dan E 101˚34’23.1”
Batas-batas : Utara : Jalan Sudirman
: Selatan : Pasar rakyat
: Barat : Jalan Diponegoro
: Timur : Jalan Sudirman
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena lokasi situs berada di dekat jalan raya beraspal sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat.
Deskripsi
Arkeologis
: Makam keramat Ashar berada di tepi jalan raya
utama. Makam ini terletak di persimpangan Jalan Sudirman. Makam keramat Ashar
merupakan makam tunggal yang telah diberi cungkup. Cungkup makam juga berfungsi sebagai tempat para peziarah. Sekeliling lantai
cungkup makam telah diberi keramik. Jirat makam telah diberi keramik dan diberi kelambu berwarna hijau yang menutupi sekeliling jirat
makam. Nisan makam terbuat dari batu tanpa pengerjaan. Bentuk nisannya hampir sama
dengan nisan-nisan yang ada di kompleks makam Syech Burhanuddin Ulakan Padang Pariaman. Di dalam jirat juga terdapat kemo
(Kemo adalah wadah air yang terbuat dari cangkang kerang berukuran besar. Air kemo
dipercaya oleh masyarakat mengandung keramat dan berkhasiat. Kemo umumnya ditemukan di makam-makam yang ada di daerah Padang
Pariaman). Sementara di sekeliling makam telah diberi pagar besi dan dibuat taman. Dari segi
arsitektur, makam ini telah mengalami perubahan dan tidak memperlihatkan nilai arkeologisnya lagi.
Luas : Luas Lahan : 14,5 X 20 m (290 m²)
Luas Bangunan : 6 X 2,8 m (16,8 m²)
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kuantan Singingi
4 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Umar Usman
Alamat : Jl.Datuak Bisai, Dusun Simpang 3
Desa/Kelurahan : Koto
Kecamatan : Kuantan Tengah
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚32’01.0” E 101˚34’04.0”
Batas-batas : Utara : Mushola Baitul Akbar
: Selatan : Jl. Koto
: Barat : Rumah penduduk
: Timur : Sungai
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena lokasi situs berada di dekat jalan raya beraspal sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat.
Deskripsi
Arkeologis
: Lokasi makam ini terletak di sisi jalan raya.
Secara keseluruhan, makam ini telah mengalami perubahan, yaitu penambahan keramik pada
lantai dan jirat makam serta gapura pada pintu masuk. Makam ini merupakan makam tunggal yang sekeliling lantainya telah diberi keramik dan
diberi pagar tembok keliling. Jirat makam terbuat dari keramik yang dibentuk berundak. Makam ini memakai nisan yang di bagian kepalanya (sisi
utara) terdapat replika bambu runcing dari bahan besi dan diberi warna cat kuning. Di
depan jirat, bagian selatan terdapat prasasti terbuat dari beton yang dibentuk seperti pohon besar yang terpotong. Prasasti tersebut berisi
uraian tentang perjuangan Usman Umar dan peresmian pemugaran makam.
Luas : Luas Lahan : 15 x 12.8 m (192 m²)
Luas Bangunan : 3.4 x 2.3 m (7.82 m²)
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan
dan/atau pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
5 IDENTITAS
Nama Situs : Kompleks Makam Japura I
Alamat : -
Kelurahan : Japura Laut
Kecamatan : Lirik
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°21’43,7” E 102°20’52,4”
Batas-batas : Utara : Kompleks Pertamina
: Selatan : Kompleks Pertamina
: Barat : Kompleks Pertamina
: Timur : Kompleks Pertamina
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Kompleks makam Japura I berada di dalam lokasi
tanah milik Pertamina. Pada kompleks makam ini terdapat 17 makam. Nisan yang ada di kompleks
makam ini terdiri dari nisan type Aceh dan tipe Riau. Pada keempat sisi kompleks makam diberi talud yang berupa susunan batu bata dan di beri
pagar keliling dengan kawat berduri.
Luas : Luas Lahan : 19,5 m x 29,2 m
Luas Bangunan : 19,5 m x 29,2 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat. Secara fungsional, kompleks makam ini masih memiliki kesinambungan fungsi.
Hal ini karena kompleks makam ini sampai sekarang masih difungsikan sebagai makam.
Status
Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Pertamina dan dikelola bersama Pemerintah
Daerah Kabupaten Indragiri Hulu dan BPCB Prov. Sumatera Barat, Riau, dan Kep. Riau.
6 IDENTITAS
Nama Situs : Kompleks Makam Narasinga II
Alamat : -
Desa/Kelurahan : Desa Kota Lama
Kecamatan : Rengat Barat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°20’57,5” E 102°23’46,2”
Batas-batas : Utara
: Makam Raja Usman Fadillah Dt. Bendahara dara putih
: Selatan : Benteng
: Barat : Makam Narasinga II
: Timur : Benteng
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Pada kompleks makam ini terdapat sebelas
makam. Makam yang penting pada kompleks
makam ini adalah makam Narasinga II dan
makam Sultan Usuluddin. Makam Narasingga II
berada pada tanah yang paling tinggi
dibandingkan dengan makam lainnya. Sekeliling
makam terdapat parit tanah yang cukup dalam
(sekitar 4 m ). Parit ini mengelilingi kompleks
makam mengikuti bentukan tanah makam yang
makin ke utara makin rendah. Narasinga II adalah
sebagai Raja Kerajaan Indragiri ke - 4 yang
menetap di Rengat. Nisan makam Narasinga II
terbuat dari bahan granit, sedangkan jirat dari
bahan batu andesit dengan arah orientasi utara-
selatan. Jirat berbentuk susunan berupa tiga
undakan. Nisan berukuran tinggi 84 cm, lebar 49
cm dan tebal 21 cm. Pada bagian badan nisan
terdapat tulisan yang diukir dengan bahasa Arab.
Bentuk nisan berbentuk tipe aceh dengan hiasan
kombinasi antara lengkung-lengkung stiliran dan
garis-garis vertikal yang dibuat secara timbul.
Pada Makam Raja Nara Singa II terdapat dua buah
Batu Nisan tipe Aceh yang terbuat dari batu jenis
Andesit dan sebuah jerat asli yang terbuat dari
batu jenis Granit. yang di dalamnya tedapat
sebelas makam pendamping,diantaranya adalah :
Makam Sultan Usuluddin,Putra Mahkota Raja
Nara Singa II,Sultan Kerajan Indragiri ke V.
Makam Jendral Verdicho Marloce,seorang
panglima perang Portugis yang di tawan Narasinga
II ketika merebut Kota Malaka dari kekuasaan
Portugis dan Makam Para Mentri Kerajaan
Indragiri semasa pemerintahan Raja Narasinga II
menjadi Sultan Kerajaan Indragiri ke IV. Batu
Nisan Makam Raja Narasing II terbuat dari batu
Andesit dengan ukuran :
Bagian Tapak bawah berukuran : 32 X 47 CM.
Bagian pinggang berukuran lebar : 31 CM,dengan
ketebalan 21 CM.
Bagian Sayap/ Tanduk, berukuran : 49 X 21 CM.
Dengan ukuran Tinggi : 78 CM
Pada bagian atas Batu Nisan terdapat Relif atau
ukiran yang berbentuk Tri Sula membentuk
sebuah Mahkota Raja,yang mengandung makna
Keagungan Filosofi Adat sebagai sendi dasar
kehidupan yang berbunyi Adat bersendi
Syarak,dan Syarak bersendikan Kitabullah. Jirat
asli dari Makam Raja Nara Singa II berada di
tengah dengan posisi antara dua batu nisan,jerat
terbuat dari Batu Geranit,berukuran 39 X 254
CM.
Sedangkan jerat tambahan yang dibangun Pemda
Inhu terdiri dari batu mermer dengan ukuran :
3,78 X 1.45 Cm.
Luas : Luas Lahan : 16,19 Ha
Luas Bangunan : 21,3 x 32,5 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat. Secara fungsional, kompleks
makam ini masih memiliki kesinambungan fungsi. Hal ini karena kompleks makam ini sampai sekarang masih difungsikan sebagai
makam.
Status Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu
7 IDENTITAS
Nama Situs : Kompleks Makam Sultan Kasedengan
Alamat :
Desa/Kelurahan : Desa Kota Lama
Kecamatan : Rengat Barat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°20’55,2” E 102°23’41,2”
Batas-batas : Utara : Benteng
: Selatan : Taman
: Barat : Makam Narasinga II
: Timur : Makam Raja Usman Fadillah Dt.
Bendahara Dara Putih
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Makam Sultan Kasedengan berada di sebelah
barat kompleks makam Narasinga II dengan jarak lebih kurang 100 meter. Nisan makam Sultan
Kasedengan terbuat dari granit dan jirat dilapisi porselin warna putih dengan panjang jirat 235 cm dan lebar 122 cm. Nisannya berbentuk
tanduk kerbau yang bagian atasnya terdapat ragam hias ceplok bunga dan pilin. Tinggi nisan 70 cm, lebar 31 cm dan tebal 13 cm. Bagian
dasar nisan berbentuk segi empat dengan dua ukiran berbentuk segi empat yang dipahat serta
di bagian atasnya ada satu bonggolan yang dibagian tengahnya berbentuk segitiga.
Luas : Luas Lahan : 16,19 Ha
Luas Bangunan : 5,7 x 13 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat. Secara fungsional, kompleks
makam ini masih memiliki kesinambungan fungsi. Hal ini karena kompleks makam ini
sampai sekarang masih difungsikan sebagai makam.
Status Kepemilikan dan/atau
pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu dikelola bersama BPCB Prov. Sumatera Barat,
Riau, dan Kep. Riau
8 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Raja Jumat Dan Makam Raja Muda Yusuf
Alamat :
Desa/Kelurahan : Kampung Pulau
Kecamatan : Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : 0°21' 56.2963" 102°32' 4.4532"
Batas-batas : Utara : Kebun, makam
: Selatan : Kebun penduduk
: Barat : Jalan kampung
: Timur : Kebun penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Makam Raja Jumaat dan Raja Muhammad Yusuf
berada dalam area kompleks pemakaman yang
diberi pagar keliling BRC. Jumlah makam yang
berada di kompleks ini sekitar 34 buah makam.
Makam Raja Jumaat dan Raja Muhammad Yusuf
berada dalam cungkup beratap seng. Dalam
cungkup ini terdapat 3 (tiga) buah makam, ketiga
makam berjirat dari keramik putih berukuran 20
cm x 10 cm. Makam Raja Jumaat berada di sisi
barat dengan nisan terbuat dari batu andesit
berbentuk tipe Riau (gada oktagonal/segi 8).
Ukuran nisan kepala tinggi 90 cm dan lebar 21
cm, sedangkan ukuran nisan kaki tinggi 84 cm
dan lebar 21 cm. Makam Raja Muhammad Yusuf
berada di tengah dengan nisan terbuat dari kayu
ulin berbentuk gada segi 4. Ukuran nisan kepala
panjang 77 cm dan lebar 14 cm, sedangkan
ukuran nisan kaki panjang 29 cm (bagian kaki
nisan patah) dan lebar 13 cm.
Luas : Luas Lahan : 14,8 m x 27 m
Luas Bangunan : 14,8 m x 27 m
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau pengelolaan
: Pemda Kab. Inderagiri Hulu
9 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Keramat Pasir Kuala (Makam Syech Abdur Rauf Singkili)
Alamat : -
Desa/Kelurahan : Danau Baru
Kecamatan : Rengat Barat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : 0° 20’ 14,4” LS 102° 23’ 29,4” BT
Batas-batas : Utara : Kebun karet
: Selatan : Kebun karet
: Barat : Kebun karet
: Timur : Kebun karet
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Lokasi makam ini berjarak sekitar 1 km ke arah
selatan dari kawasan Kota Lama. Makam ini
berada di tengah kebun karet. Makam ini
merupakan makam tunggal, berjirat keramik biru
berukuran 10 cm x 20 cm. Ukuran jirat 122 cm x
396 cm. Nisan terbuat dari batu andesit bertipe
aceh, dengan ukuran nisan kaki : 46 cm x 14 cm x
17 cm dan ukuran nisan kepala : 31 cm x 18 cm x
12 cm.
Luas : Luas Lahan : ± 100 m²
Luas Bangunan : 122 cm x 396 cm
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status
Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Datuak Johan
10 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Raja Uwok
Alamat : -
Kelurahan : Kampung Dagang
Kecamatan : Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : 0°22' 12.3242" 102°31' 0.2342"
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk
: Selatan : Jalan Raya Narasinga
: Barat : Rumah penduduk
: Timur : Mushalla/surau istiqomah
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Relatif mudah, untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Makam ini berada dalam kompleks pemakaman
yang terbagi dua bagian, dimana makam Raja
Uwok berada di bagian dalam yang diberi pagar
keliling dari tembok namun tak bercungkup
merupakan hasil pemugaran Pemda Inderagiri
Hulu tahun 2007/2008. Dalam pagar keliling ini
terdapat 2 buah makam. Makam ini telah diberi
jirat keramik warna krem ukuran 30 cm 30 cm.
Dua buah makam ini etrdiri dari makam Raja
Uwok dan istrinya. Nisan Raja uwok berbentuk
tipe gada terbuat dari coran semen kerikil, nisan
kepala berukuran : 26 cm x 11cm x 11 cm, nisan
kaki berukuran : 19 cm x 11 cm x 11 cm. Di sisi
barat makam Raja Uwok terdapat makam istrinya
dengan nisan terbuat dari coran semen kerikil
berbentuk pipih. Nisan kepala berukuran 30 cm x
15 cm x 8 cm, nisan kaki berukuran 24 cm x 14
cm x 6 cm.
Luas : Luas Lahan : 15 m x 5,9 m
Luas Bangunan : 15 m x 5,9 m
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau pengelolaan
: Keluarga Raja Tatang
11 IDENTITAS
Nama Situs : Kompleks Makam Sultan Mahmud
Alamat : Jl. Hang Lekir
Desa/Kelurahan : Desa Kampung Besar Kota
Kecamatan : Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°22’04,7” E 102°32’31,3”
Batas-batas : Utara : Makam Raja-raja Indragiri di Rengat
: Selatan : Makam Raja-raja Indragiri di Rengat
: Barat : Makam Raja-raja Indragiri di Rengat
: Timur : Masjid Raya Rengat
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, lokasi berada di daerah pemukiman kota
dan di dekat jalan raya, sehingga bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Kompleks makam ini berada di sebelah barat masjid, tepatnya di belakang mihrab. Pada
kompleks makam ini terdapat 3 buah makam, yaitu Makam Sultan Ibrahim, Makam Sultan Mahmud, dan Makam Sultan Isa Mudayatsyah.
Sultan-sultan yang dimakamkan di kompleks makam ini adalah Sultan Isa Mudoyat-syah, Sultan Ibrahim, dan Sultan Mahmudsyah. Posisi
ketiga makam tersebut secara berurutan berjajar dari barat ke timur. Nisan makam Sultan Isya
Mudayatsyah berbentuk nisan tipe Riau. Bahan nisan terbuat dari batuan andesit halus. Pada nisan bagian kepala terdapat tulisan berhuruf
Arab Melayu dengan bingkai berbentuk lingkaran. Nisan makam Sultan Ibrahim juga berbentuk
nisan type Riau yang terbuat dari bahan batuan andesit halus. Pada nisan bagian kepala juga terdapat inskripsi berhuruf Arab Melayu, di
dalamnya tertulis angka tahun 1338 dan 1919. Pada sebelah atas di bagian tengah-tengah inskripsi tersebut terdapat hiasan bulan bintang.
Adapun nisan makam Sultan Mahmudsyah berbentuk nisan persegi empat dengan ujung
bagian atasnya meruncing.
Luas : Luas Lahan : ±500 m2
Luas Bangunan : 5 m x 3,2 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh dan terawat. Secara fungsional, kompleks makam ini masih memiliki kesinambungan fungsi. Hal ini karena kompleks makam ini sampai
sekarang masih difungsikan sebagai makam.
Status
Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu
dikelola bersama BPCB Prov. Sumatera Barat, Riau, dan Kep. Riau
12 IDENTITAS
Nama Situs : Kompleks Makam Raja-Raja Kepenuhan
Alamat :
Desa/Kelurahan : Kel. Kepenuhan Tengah
Kecamatan : Kepenuhan
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 01 04’ 38,1” E 100 32’ 33,3” dengan ketinggian 40 m dpl.
Batas-batas : Utara : Perkebunan
: Selatan : Perkebunan
: Barat : Perkebunan
: Timur : Sungai
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Situs berada dalam areal bentang lahan datar
dengan kontur dataran rendah. Untuk menuju lokasi dapat digunakan kendaraan roda empat dan dua.
Deskripsi Arkeologis
: Secara umum kompleks Pemakaman Raja-Raja
Kepenuhan terletak pada areal semak belukar.
Pada umumnya makam-makam yang berada disini
gundukannya terbuat dari tanah dengan nisan
yang hampir sama dengan nisan yang ada pada
pemakaman Raja-raja Rambah. Orientasi dari
makam ini utara selatan. Dari beberapa nisan yang
didata ada beberapa nisan yang memiliki ukiran
berbentuk kelopak bunga/flora. Dari sekian banyak
makam yang ada dalam kompleks pemakaman
tersebut, yang bisa diketahui sampai sekarang
hanyalah satu makam yaitu makam Tuan Badarah
Putih yang memiliki ukuran gundukan dengan
panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Makam
tersebut tidak memiliki nisan.
Luas kompleks pemakaman ini sekitar 1,5 hektar dengan panjang 150 meter dan lebar 100 m.
Sekarang pemakaman ini tidak dipakai lagi untuk kuburan. Sekeliling dari kompleks pemakaman ini ditanami pohon sawit.
Luas : Luas Lahan : ±1.500 m2
Luas Situs : Panjang 150 m dan lebar
100 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau pengelolaan
: Ahli waris Kerajaan Kepenuhan
13 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Tengku Joman
Alamat : Lubuk Bendahara
Desa/Kelurahan : Lubuk Bendahara
Kecamatan : IV Koto Rokan
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00 41’ 07,2” E 100 28’ 50,0” dengan ketinggian 90 m dpl.
Batas-batas : Utara : Jalan Kampung/Kebun sawit
: Selatan : Kebun sawit
: Barat : Kebun sawit
: Timur : Kebun sawit
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Situs berada dalam areal bentang lahan datar
dengan kontur dataran rendah. Untuk menuju lokasi dapat digunakan kendaraan roda empat dan dua.
Deskripsi Arkeologis
: Makam Tengku Joman terbuat dari susunan batu kali yang masih intak dan di bentuk segi empat
bersilangan bersusun tiga. Segi empat pertama yang merupakan bagian dasar panjang jiratnya 5
m, segi empat kedua yang yang ada di tengah panjang 3,25 m, dan jirat ketiga yang berada paling atas mempunyai panjang 2 m, dan lebar
1,60 m. Sedangkan tinggi masing-masing jirat I, II, dan III adalah 60 cm, 30 cm, dan 20 cm. Tinggi nisan 40 cm dan lebar bagian tengah 9 cm,
terbuat dari bahan batu granit. Bangunan makam Tengku Joman tersebut dikelilingi oleh sebuah
parit , yang lebar paritnya 2m, panjang rata-rata 14 m.
Luas : Luas Lahan : 16,65 x 16,65 m
Luas Situs : Panjang 4,9 m dan lebar
4,9 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan dan/atau
pengelolaan
: BPCB Batusangkar dan masyarakat
14 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Sutan Laut Api
Alamat : Dusun Haiti
Desa/Kelurahan : Desa Rambah T. Barat
Kecamatan : Rambah
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat :
Batas-batas : Utara : Perkebunan
: Selatan : Perkebunan
: Barat : Perkebunan
: Timur : Perkebunan
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Situs berada dalam areal bentang lahan datar
dengan kontur dataran rendah. Untuk menuju lokasi dapat digunakan kendaraan roda empat dan
dua.
Deskripsi Arkeologis
: Makam ini berada di samping rumah Suri Andung Jati dengan jarak sekitar 50 meter pada bagian timur. Makam ini berbentuk gundukan dengan
tinggi 1 m, panjang 5 m, lebar 2,5 meter dengan luas 12,5 m2. makam ini sudah ditembok dan diberi keramik sehingga sudah menghilangkan
keaslian dari makam ini. Selain itu makam ini juga memiliki nisan bertipe Nisan aceh. dengan
posisi nisan miring keluar. Makam ini berorientasi utara selatan.
Luas : Luas Lahan : 12,5 m2
Luas Situs : 5 m x 2,5 m
Kondisi Saat
Ini
: Utuh
Status
Kepemilikan dan/atau pengelolaan
: Ahli waris (Parlindungan Nasution)
15 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Kahar (Raja Tambusai)
Alamat : Jalan lintas Pasir Pengaraian-Tarutung
Dusun : Benteng
Desa/Kelurahan : Kel. Tambusai Tengah
Kecamatan : Tambusai
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 01°04'57.9" E 100°15'09"
Batas-batas : Utara : Pemukiman
: Selatan : Pemukiman
: Barat : Jalan lintas Pasir Pengaraian-
Tarutung
: Timur : Pemukiman
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Situs berada dalam areal bentang lahan datar
dengan kontur dataran rendah. Untuk menuju lokasi dapat digunakan kendaraan roda empat dan
dua.
Deskripsi
Arkeologis
: Makam ini berada dalam kompleks pemakaman
Raja-raja Tambusai yang sekarang digunakan oleh masyarakat. Saat pendaatan dilakukan makam ini
dikelilingi oleh parit dengan kedalaman 1 meter. Makam ini berbentuk gundukan tanah yang mempunyai jirat/nisan yang berbentuk piala yang
menandakan yang dimakam dilokasi ini adalah laki-laki. Ukuran luas dari makam 16 meter2.
Makam ini berorientasi utara-selatan. Pada nisan bagian kepala terdapat tulisan arab melayu yang bacaannya Kahar. Menurut jenis nisan tipe nisan
ini bertipe nisan Aceh.
Luas : Luas Lahan : 16 m2
Luas Situs : Panjang 4 m dan lebar 4
m
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan dan/atau
pengelolaan
: Ahli waris Kerajaan Tambusai dan masyarakat
16 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Raja-Raja Rambah
Alamat : Jl. Raya Lintas Pasir Pangarayan- Dalu-Dalu
Dusun : Parak Pisang
Desa/Kelurahan : Desa Rambah Tengah
Kecamatan : Rambah
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°55'27.9" E 100°20'31.2"
Batas-batas : Utara : Hutan
: Selatan : Hutan
: Barat : Hutan
: Timur : Hutan
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Areal sekitar Cagar Budaya merupakan lahan yang
ditumbuhi semak belukar dan pepohonan dengan
bentang lahan yang datar. Untuk mencapai lokasi
dapat menggunakan roda empat dan roda dua.
Deskripsi
Arkeologis
: Pemakaman ini merupakan kompleks pemakaman
raja-raja Rambah yang kedua. Lokasi pertama
berada di Kampung Rambahan Tanjung Beling.
Secara arkeologis, makam raja-raja rambah
mengunakan nisan tipe Aceh. Keberadaan
kompleks makam ini diperkirakan mulai ada pada
awal tahun 1800-an. Kompleks pemakaman ini
dahulunya berada dalam kompleks istana Kerajaan
Rambah yang berada di pinggir sungai Rokan
Kanan dengan jarak sekitar 250 meter dari jalan
raya Pasir Pangarayan - Dalu-Dalu dengan jalan
menuju lokasi pemakaman sudah ditembok. Luas
dari komplek pemakaman Raja-Raja Rambah ini
sekitar 600 m2 dengan panjang 30 meter dan lebar
20 meter. Luas keselurahan dari lokasi ini menurut
data yang diperoleh seluas 4 ha. Dalam areal 600
m2 tersebut terdapat 27 makam besar dan kecil.
Menurut data makam yang kecil merupakan
makam keluarga dari keluarga kerajaan.
Sekeliling dari kompleks pemakaman ini dilindungi
parit dengan lebar 2 dengan kedalaman sekitar 2
s.d 3 meter. Lingkungan dari kompleks pemakaman
ini dilindungi oleh pohan beringin sehingga
menyebabkan beberapa makam yang berada dalam
akar-akar pohon tersebut menjadi terancam
kerusakan.
Makam ini berorientasi utara-selatan dengan tipe
nisan Aceh. Selain itu makam ini juga membedakan
antara laki-laki dan perempuan. Jenis tipe nisan
laki-laki berbentuk bulat sedangkan perempuan
berbentuk pipih yang tiap makam memiliki motif
yang berbeda. Tinggi dari nisan yang masih utuh
sekitar 50 s.d 100 cm. dari hasil pantauan pada
salah nisan terdapat angka tahun yang
menunjukkan 1292 H atau sekitar 1871 m.
Sekitar pemakaman tersebut terdapat sebuah
kolam yang merupakan tempat pemandian dari
keluarga raja. Kolam tersebut sampai sekarang
masih ada yang terbuat dari tanah liat. Raja
Rambah yang dimakamkan di lokasi ini
diantaranya adalah YDM. T. Muh. Syarif, YDM. T
Jumadil Alam. Makam ini terakhir digunakan
pada tahun 1902.
Luas : Luas Lahan : 600 m2
Luas Situs : Panjang 30 m dan lebar 20 m
Kondisi Saat
Ini
: Utuh
Status
Kepemilikan
dan/atau
pengelolaan
: Masyarakat dibawah koordinasi Kerajaan Rambah
17 IDENTITAS
Nama Situs : Makam Raja-Raja Rokan
Alamat :
Dusun : Rokan Koto Ruang
Desa/Kelurahan : Rokan Koto Ruang
Kecamatan : IV Koto Rambah
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00 33’ 58,1” E 100 24’ 23,0” dengan ketinggian 92 m dpl.
Batas-batas : Utara : Rumah penduduk
: Selatan : Musholla As Solihin
: Barat : Sungai Rokan
: Timur : Jalan Desa Rokan
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Situs berada dalam areal bentang lahan datar. Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan roda
empat dan roda dua.
Deskripsi Arkeologis
: Makam Raja-Raja Rokan terletak di desa Rokan, Kecamatan Rokan, Kabupaten Rokan Hulu. Batas-batas situs adalah Sebelah barat berbatasan
dengan Sungai Rokan, sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya, sebelah utara berbatasan dengan halaman rumah penduduk dan sebelah
selatan berbatasan dengan Mushala As Solihin. Makam Raja-raja Rokan terletak satu kompleks
dengan pemakaman umum. Bentuk makam raja Rokan sangat sederhana tanpa jirat sama dengan makam- makam yang ada disekitarnya. Pada
makam raja-raja Rokan terdapat dua bentuk nisan yaitu, bentuk nisan pertama berbetuk bulat
seperti gada dengan ukuran 64 x 18 cm, sedangkan nisan kedua berbentuk kerucut dengan ukuran 43 x 18 cm. Kedua bentuk nisan ini
terbuat dari batu andesit yang berbentuk gada.
Luas : Luas Lahan : 15,5 m x 8,25 m
Luas Situs : -
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau pengelolaan
: Ahli waris Kerajaan Rokan, BPCB Batusangkar dan masyarakat
18 IDENTITAS
Nama Situs :
a. Kampong Daloe-daloe (Kampung Dalu-dalu)
b. Kubu Awuo Duri (Ind. Kubu Aur Duri)
c. Benteng Tujuh Lapih (Benteng Tujuh Lapis)
d. Benteng Tuanku Tambusai
Alamat : Jl. Tengku Zainal Abidin Syah, Dusun Benteng
Kelurahan : Kel. Tambusai Tengah
Kecamatan : Tambusai
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Orbisitas Situs
(km)
- Ibukota
Kabupaten : 33 km
- Ibukota
Provinsi : 167 km
Koordinat : N 01° 05’ 06,1” E 100° 15’ 12,6”
Batas-batas : Utara : kebun kelapa sawit masyarakat
: Selatan
: pemukiman penduduk dan
pekuburan
: Barat : kebun kelapa sawit masyarakat
: Timur : Sungai Batang Sosah
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Dapat dicapai menggunakan transportasi roda dua
dan empat. Pintu gerbang masuk situs terhubung
langsung dengan Jl. Tengku Zainal Abidin Syah.
Ada akses jalan dalam lokasi benteng, bernama Jl.
Benteng. Kenderaan roda empat leluasa bergerak di
beberapa titik dalam kawasan benteng.
Deskripsi
penamaan situs
: Benteng ini kembali dikenal sejak Tuanku
Tambusai diangkat menjadi pahlawan Nasional.
Penamaan ‘Benteng Tuanku Tambusai’ patut
dipertimbangkan untuk dokumen ini. Penamaan
emik adalah Kubu Awuo Duri. Dalam sketsa peta
29 Desember 1938 tertulis toponimi “Kampong
Daloe daloe” (Lih. Gen. Major H.J.J.L. Rider de
Stuers “De Vestinging en uitbreiding der
Nederlanders ter Westkuns van Sumatra”, Deel II,
1850). Penamaan Benteng Tujuh Lapis karena
menurut keterangan ahli sejarah, Kubu Aur Duri
ini masuk dalam kubu pertahanan ke-7 dan
terakhir dalam perjuangan Tuanku Tambusai.
Penamaan Kubu Aur Duri karena menurut cerita
masyarakat, di sepanjang tanggul benteng
tersebut tumbuh jenis bambu aur duri. Ditanam
rapat sebagai dinding penghalang serangan
musuh.
Deskripsi
Riwayat Tuanku
Tambusai
: Haji Muhammad Saleh gelar Fakih Saleh gelar
Tuanku Tambusai gelar Tuanku Beliau digelar De
Padriesche Tijger van Rokan atau Harimau Padri
dari Rokan. Ayahandanya bernama Imam Maulana
Kali bin Ibrahim gelar Sutan Mlenggang (berasal
dari Rambah, sedangkan Sutan Mlenggang adalah
gelar soko dalam suku Ampu). Ibundanya bernama
Munah. (asli Tambusai, dari suku Kandang
Kopuh). Si bayi diberi nama Muhammad Saleh.
Lahir malam Jum’at 5 November 1784 di Ngoi
Lamo Daludalu. Masa kerajaan Tambusai bertapak
di Ngoi Lamo (Negeri Lama) Daludalu, masa
pemerintahan Rajo Lelo Momat gelar Sultan
Ibrahim gelar Duli Yang Dipertuan Besar nan
Gagok.
Pada masa remaja Saleh menuntut ilmu ke Rao
Pasaman pada para tuanku (ulama) yang ada di
sana. Setamatnya beliau diberi gelar Fakih
Muhammad Saleh.
Perang padri (1821-1837) melawan kompeni
Belanda mendorong diri Fakih Muhammad Saleh
ikut berjuang dengan tujuan jihad fi sabilillah.
1823, pangkalan Inggris di Natal terancam oleh
serangan pasukan Tuanku Tambusai sehingga
mereka meminta bantuan ke Bengala.
1830, kubu Rao dibangun dan dipertahankan oleh
Tuanku Rao bersama Tuanku Tambusai.
1831, Letkol. Elout memohon bantuan Gubernur
Jenderal karena merasa terdesak oleh pasukan
Tuanku Tambusai dan serangan pasukan laut
Aceh pimpinan Sidi Mara.
1832, Mayor van Amerongen menyerang benteng
Rao namun gagal. Pasukan tambahan dikirim dari
Padang hingga akhirnya benteng direbut setelah
perang selama 16 hari. Tuanku Rao menyingkir ke
Air Bangis sedangkan Tuanku Tambusai mundur
ke Mandahiling Tapanuli.
1832, Benteng Rao diserang Pasukan Tuanku
Tambusai, meski gagal namun menimbulkan
banyak korban di pihak kafir. Sejak itu Tuanku
Tambusai digelar Belanda De Padriesche Tijger van
Rokan. Kekhawatiran pada pasukan tertangguh
padri ini menyebabkan Belanda memohon bala
tentara, logistik, dan persenjataan ke Batavia.
Oktober 1832, Tuanku Tambusai menerima pesan
tantangan dari Bevervoorda untuk bertemu Elout
di Padang Matinggi. Tuanku Tambusai datang
seorang diri dengan gagah berani memerintahkan
kafir Belanda keluar dari Tanah Jawi. Ketika Elout
mengancam “Dimana kekuatan Belanda datang, di
sana dibuat kuburannya”, dijawab Tuanku
Tambusai “Sedialah bedil!”
1833, Mayor Eilers ditugaskan oleh Gubernur
Jendral Batavia van Den Bosch untuk menyerang
Tuanku Tambusai di benteng Rao. Hanya
lingkungan benteng saja yang berhasil dikuasai
Belanda sedangkan wilayah luar benteng masih
dikuasai padri. Tuanku Rao ditawan Belanda
namun berhasil diselamatkan oleh Tuanku
Tambusai saat akan digantung. Lundar diserang
dan seluruh pasukan Belanda tewas.
Oktober 1833, Fort Amerongen yang diduduki Let.
Roland dan Let. Dischoff menerima serangan
bertubi-tubi dari Tuanku Tambusai, menyebabkan
Mayor Eilers menyarankan penghematan logistik
dan amunisi. Perang di Fort Amerongen
berlangsung sejak Oktober hingga November 1833.
Hasilnya Let. Popje dan Let. Roland menemui ajal.
Markas Belanda di Lundar berhasil direbut. Sisa
pasukan Kopral Fivelier mundur menuju Fort
Amerongen namun sebagian besar personel tewas
setelah mendapat serangan di tengah perjalanan.
Jendral Riesz di Padang coba menggertak dengan
pengiriman kapal De Vlieg yang berlabuh di Natal
sambil membujuk rayu Tuanku Tambusai supaya
berbaik hati melepaskan sisa pasukan di Fort
Amerongen dengan selamat keluar dari benteng.
Ketika itu Mayor Eliers di Fort Amerongen telah
putus asa karena menyangka bala bantuan dari
Padang tidak kunjung tiba sehingga memaksakan
diri keluar dari benteng hingga mengalami nasib
tragis di tangan pasukan Tuanku Tambusai.
Mei 1834, Let. Dresse menyatakan bahwa Tuanku
Tambusai menggabungkan pasukan padri untuk
serangan ke Air Bangis. Letkol. Beuwer berusaha
mencegah namun tidak berhasil sehingga pasukan
Belanda mengalami trauma psikis luar biasa.
Juni 1834, Kapt. Von Beethoven berusaha
berunding dengan Tuanku Tambusai yang duduk
di Pionghai namun ditolak matah oleh beliau.
Mei 1835, Beethoven berusaha menyerang benteng
Balong, kampung Lubuk, dan Padang Matinggi
berhasil diduduki Belanda.
Juli 1835, Tuanku Tambusai aktif melakukan
serangan dan penyergapan.
Agustus 1835, dikirim berita dari Fort Sevenhoven
bahwa seluruh rakyat Rao mendukung Tuanku
Tambusai. Von Beethoven berhasil menahan
serangan Tuanku Tambusai di kampung Langong,
Kota Raja, dan Padang Matinggi tetapi tidak
berhasil di Durian Tinggi.
1837, Belanda mengerahkan seluruh pasukan di
Barat Sumatera untuk menyerang Simanabun
sehingga Tuanku Tambusai menarik diri ke kubu
Portibi. Kol. Michiels dan Beethoven berhasil
menguasai Portibi, Tuanku Tambusai mundur ke
Kota Pinang kemudian ke Daludalu. Tuanku
Tambusai bertahan di Kubu Aur Duri sambil
membangun kubu Godong, kubu Baling-baling,
Kubu Goti, dan kubu Talikumain.
November 1837 Gubernur Militer Kol. Michiels
minta bantuan 4 kompi pasukan batalion ke-6
ditambah gabungan pasukan pengkhianat pribumi.
Mayor Beethoven dengan 1500 personel bergerak
dari Lubuk Sikaping menuju Angkola Jae
sedangkan Mayor Westernberg bersama dua kompi
dan gabungan pengkhianat bangsa menyerang
Portibi dan Padang Lawas.
Januari - November 1838, seluruh pasukan
gabungan diperintahkan oleh Kol. Michiels
menyerang Daludalu sambil mengatur siasat
bertahan di Kampung Raja Mondang. Serangan
terus dilancarkan namun tidak berjaya mendekati
Daludalu.
Akhirnya 28 Desember 1838 Belanda menembus
kubu Aur Duri setelah mengalami kerugian besar.
Mayor Beethoven dan Kapt. Schaen mati
sedangkan Mayor Westenberg dan Mayor Hoevel
mengalami luka. Diperlukan 14 bulan untuk
menduduki kubu Aur Duri. Tuanku Tambusai
tiada tertaklukkan sebagaimana kafir Belanda
menjebak Pangeran Diponegoro (1830) dan Tuanku
Imam Bonjol menjadi tawanan (1837).
Tuanku Tambusai ditakuti oleh Belanda dan para
pengkhianat bangsa karena beliau sengaja
meninggalkan kampung halamannya demi
panggilan jihad melawan kafir penjajah. Beliau
meneruskan perjuangan sampai akhir hayatnya
dan pantang ditipu dan pantang menyerah. Setelah
menyingkir dari kubu Aur Duri beliau meneruskan
perjuangannya ke negeri lain. Terakhir mastautin
di Kampung Rasah (1840), Seremban, Negeri
Sembilan dan wafat di sana 12 November1882.
Deskripsi
Arkeologis
: 1. Struktur: benteng tanah berbentuk tanggul
persegi keliling dan tanggul-tanggul di bagian
dalam dilengkapi struktur parit di sekeliling
bagian luar dan beberapa titik dalam lokasi
benteng seperti tertera dalam gambar peta Gen.
Major H.J.J.L. Rider de Stuers. Kedalaman parit
dan ketinggian tanggul bervariasi. Saat ini
tinggi tanggul sudah berkurang disebabkan
erosi dan upaya penggerusan oleh manusia.
Parit benteng telah mengalami pendangkalan
sebab sedimentasi.
2. Benteng Tuanku Tambusai ini diperkokoh
dengan beberapa kubu-kubu kecil; 1)Kubu
Baling-baling, 2)Kubu Talikumain, 3)Kubu
Godong, 4)Kubu di Muara Sungai Talikumain,
5)Kubu Otan Gotah, dan 6)Kubu Batang Kajuh.
Enam kubu ditambah Kubu Aur Duri inilah
yang disebut Benteng Tujuh Lapis. Dengan
demikian, kawasan Benteng Tujuh Lapis ini
sangat luas.
3. Benda temuan; dalam lokasi benteng
ditemukan pecahan keramik, gerabah dan
benda fragmen logam. Menurut penuturan
masyarakat pernah ditemukan peluru bedil,
peluru meriam, mata uang dll. Telah ditemukan
gagang pedang berbahan tembaga campuran,
korosi sekitar 15 %, kondisi bagian penjepit
mata pedang telah patah atau hancur sebab
korosi. Ditemukan ... pucuk meriam besi di
dalam Sungai Batang Sosah, persis berdekatan
dengan lokasi Kubu Godong.
4. Posisi persegi benteng sejajar mengarah kiblat.
Dipastikan bahwa benteng ini dahulunya
adalah perkampungan milik bangsa Melayu
yang sudah memeluk Islam.
5. Belum pernah dilakukan ekskavasi penggalian
arkeologis.
Kondisi saat ini : 1. Bagian tepi sungai dilindungi turab beton untuk
antisipasi erosi akibat hantaman arus Sungai
Batang Sosah.
2. Tebing yang runtuh bertambah jika
dibandingkan dengan peta 9 Desember 1938.
3. Perkampungan dalam benteng terdiri dari
rumah masyarakat, masjid, dan surau suluk
yang masih dihuni dan difungsikan.
4. Pintu gerbang peremanen (milik pemerintah)
masih berdiri di pintu masuk benteng.
5. Jalan di dalam benteng telah diaspal.
6. Beberapa titik tanggul telah diratakan oleh
penghuni kampung dalam benteng.
7. Di dalam benteng telah dipasang tiang listrik
penerangan umum dengan visual kamuflase
pohon kelapa dan telah dipasang gazebo. Proyek
inisisasi Kemendiknas tahun anggaran 2016.
Luas
: Luas
Lahan
: Luas lahan : 105.000 m2 (10, 5
Ha)
Luas Situs : Panjang 350 m, lebar 300 m
Status Situs : Keputusan Bupati Rokan Hulu No. 187, tahun
2011.
Status
Kepemilikan dan/atau
pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu dan
Masyarakat Tambusai
19 IDENTITAS
Nama Situs : Situs Padang Candi
Alamat :
- Jalan : Botuong
- Desa/Kelurahan : Sangau
- Kecamatan : Kuantan Mudik
- Kabupaten : Kuantan Singingi
- Provinsi : Riau
Orbitrasi Situs
(km):
- Ibukota
Kabupaten
: 25 km
- Ibukota Provinsi : 190 km
Koordinat : S 0° 39′ 44.654″ E 101° 28′ 57.834″
Batas-batas : Utara : Kebun Karet
Selatan : Kebun Karet
Barat : Kebun Karet
Timur : Kebun Karet
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar
Budaya
: Agak sulit, karena situs berada di daerah
perkebunan dan agak jauh dari jalan raya. Setelah
mengendarai roda empat atau roda dua, untuk
sampai ke lokasi harus berjalan kaki sejauh 100
m. Dari jalan raya Sangau, jalan menuju ke lokasi
bisa ditempuh dengan dua jalur, pertama melalui
jembatan gantung dan kedua melalui hutan karet.
Deskripsi Historis : Periodesasi Situs Padang Candi merupakan
tinggalan masa Kerajaan Sriwijaya yang
diperkirakan antara abad VI s.d. XIII M. Beberapa
penelitian telah dilakukan di situs ini, baik oleh
Balai Arkeologi Medan maupun Pemerintah
Daerah Provinsi Riau bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional, berhasil
mengungkapkan temuan –temuan yang cukup
penting dari situs in1i. Temuan-temuan tersebut
antara lain berupa perhiasan, batu bata kuno,
arca, tembikar, keramik asing, serta lempengan
prasasti emas. Berdasarkan penelusuran literatur,
situs ini merupakan sebuah candi pemujaan dari
masa Hindu Buddha.
Deskripsi
Arkeologis
: Situs Padang Candi berada di areal perkebunan
warga masyarakat dengan luas sekitar 2 ha. Saat
ini sebaran bata sudah tidak terlihat lagi karena
lokasinya sudah berubah menjadi lahan
perkebunan. Pada bulan Juli 2010 yang lalu telah
dilakukan ekskavasi oleh Puslitarkenas Jakarta di
situs ini. Sayangnya, sampai saat ini belum
didapatkan laporan hasil ekskavasi tersebut.
Menurut informasi masyarakat setempat, sebaran
bata yang dulunya banyak terdapat di situs ini
banyak digunakan oleh penduduk sekitar untuk
membuat rumah.
Luas : Luas lahan : ±2 Ha
Luas Situs : ±2 Ha
Kondisi Saat Ini : Utuh
Status Kepemilikan : Hamidar – Baida
Pengelola : Hamidar – Baida
II. BANGUNAN CAGAR BUDAYA
1 IDENTITAS
Nama Situs : Masjid Jami’ Air Tiris
Alamat : Pasar Usang
Kelurahan : Tanjung Berulak
Kecamatan : Kampar
Kabupaten : Kampar
Provinsi : Riau
Koordinat : X: 733051.687
Y: 41276.189
Batas-batas : Utara : Sungai Kampar : Selatan : Rumah Penduduk : Barat : Pasar Usang
: Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis : Rumah ibadah ini memiliki banyak keunikan.
Ada 2 menara bertingkat yang memiliki
kesamaan bentuk dengan Masjid Demak. Bila
dilihat, arsitektur masjid ini menunjukkan
adanya perpaduan gaya arsitektur Melayu dan
Cina, dengan atap berbentuk limas. Keunikan
masjid ini adalah, bahwa seluruh bagian
bangunan terbuat dari kayu, tanpa
menggunakan besi sedikitpun, termasuk paku,
melainkan hanya pasak kayu. Pada dinding
bangunan, terdapat ornamen ukiran yang
mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam
masjid di Pahang, Malaysia.
Bentuk masjid ini konon merupakan campuran arsitektur “Rumah Lentik” Melayu Kampar dan Cina. Masjid dengan bahan konstruksi utama kayu ini terdiri dari
bangunan induk yang ukuran aslinya 30X40 m, mihrab 7X5 m, menara, dengan tinggi bangunan 24 m, serta dilengkapi dengan 2
mimbar, 1 buah telaga, dan 3 buah kulah air. Atapnya berupa limas tiga tingkat yang
meruncing ke atas dengan tiang dan konstruksi kayu yang masih asli terlihat sangat indah. Demikian pula dindingnya yang
miring, penuh dengan ornamen atau ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di
dalam sebuah masjid di Pahang, Malaysia. Engku Mudo Sangkal juga menukilkan ukiran di depan mimbar dan pada dua tonggak
panjang dalam masjid masing-masing basmallah dan dua kalimah syahadat.
Pada keadaan aslinya dulu, atapnya pun
berupa kepingan-kepingan papan kayu tetangu yang tahan berhujan panas dengan panjang 1 meter. Pada tahun 1971 dilakukan
rehabilitasi bagian-bagian masjid yang sudah lapuk sehingga hari ini masih berdiri dengan megahnya dan banyak dikunjungi peziarah.
Di luar masjid terdapat bak air yang di dalamnya terendam batu besar yang mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu
berpindah tempat tanpa ada yang memindahkannya.
Luas : Luas Lahan : 1.296 m2
Luas Bangunan : 324 m2
Kondisi Saat Ini : Kondisi Masjid Jami’ Air Tiris saat ini bersih
dan terawat.
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Kampar
2 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Adat Bendang Kenagarian 50 Koto
Alamat :
Desa : Rana
Kecamatan : Kampar
Kabupaten : Kampar
Provinsi : Riau
Koordinat : X: 735571.747
Y: 399994.676
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk : Selatan : Rumah Penduduk
: Barat : Rumah Penduduk : Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar
Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis : Arsitektur bangunan ini merupakan
perpaduan antara arsitektur Minangkabau dan
Arsitektur Melayu. Bahan bangunan ini
terbuat dari kayu. Atap terbuat dari seng yang
berbentuk gonjong yang meruncing ke atas
dan pada ujung gonjong terdapat ukiran.
Rumah ini terdiri dari 4 ruang. Pada dinding
bagian luar bangunan ini terdapat ukiran pada
sisi utara, sisi barat, dan sisi timur, sedangkan
dinding bagian dalam yang diukir adalah
dinding pembatas ruangan yang satu dengan
yang lain. Pintu masuk menghadap ke Barat
Daya. Rumah ini sekarang difungsikan sebagai
tempat musyawarah oleh suku Bendang,
Mandailing, Kampar, dan Wiliang.
Motif rumah ini sendiri adalah rumah
panggung berbentukkan sampan. Di depan rumah tersebut terdapat 2 buah Lumbung (tempat penyimpanan padi) karna mayoritas
masyarakat Bendang dulu bekerja sebagai petani. Keunikan rumah ini adalah pintu dan
jendelanya tidak pakai ensel, namun hanya kayu yang dilobangkan sebagai tempat kaitan pintu tersebut, terdapat lebih dari 10 pintu
utama dan 28 titik jendela kecil yang berukuran kurang lebih 50x80 Centimeter.
Luas : Luas Lahan : 672 m2 Luas Bangunan : 220 m2
Kondisi Saat Ini : Kondisi Rumah Adat Bendang Kenagarian 50
Koto saat ini cukup terawat.
Status Kepemilikan dan/atau Pengelolaan
: Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
3 IDENTITAS
Nama Situs : Bangunan Jil (Jail) Belanda
Alamat : Jl. Pahlawan
Kelurahan : Bengkalis Kota
Kecamatan : Bengkalis Kota
Kabupaten : Bengkalis
Provinsi : Riau
Koordinat : 0º20'9,7” LU dan 100º38'31,3” BT
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk : Selatan : Jalan Pahlawan
: Barat : Tanah kosong kawasan Jil (Jail) : Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Bangunan Jil (Jail) Bengkalis merupakan
bangunan penjara masa kolonial Belanda terdiri
dari 4 (empat) bangunan. Keempat bangunan
tersebut dikelilingi oleh dinding pagar keliling
pasangan bata berukuran 40 x 50 m tinggi 2,5 – 3
m tebal 30 cm. Pondasi bangunan diperkirakan
dari pasangan bata, sedangkan dinding bangunan
dari pasangan bata berspesifikasi campuran
semen merah, kapur dan pasir. Tebal dinding
bagian luar 30 cm dan 15 cm untuk bagian dalam,
tinggi dinding 4,5 m kecuali bangunan dapur dan
gudang makanan, tinggi dinding 3,25 m.
Atap bangunan berbentuk limasan dari genteng
terakota/ tanah liat berukuran sekitar 24 x 16 cm
tebal 1 cm dan penutup genteng atap ukuran 20
cm x 11 cm tebal 0,5 cm. Dengan keluasan 1 m
persegi atap berisi 80 buah genteng terakota dan
70 buah penutup genteng. Atap bertumpu
langsung pada usuk kayu berukuran 5/7 jarak 20
cm, tanpa menggunakan reng. Usuk kayu
bertumpu pada balandar kayu ukuran 10/12,
gording ukuran 10/10, nok ukuran 10/12 dan
dudur ukuran 10/10. Konstruksi kap kuda-kuda
kayu terdiri atas balok tarik ukuran 12/16, ander
12/12 dan kaki kuda-kuda 12/14, jarak antar
kuda-kuda berkisar 3,5 – 3,75 m. Kemiringan atap
genteng sekitar 350, pada bagian bawah atap
genteng dikelilingi lisplank kayu ukuran 2/20 dan
talang air hujan yang terbuat dari seng plat tebal
2 mm berbentuk setengah lingkaran dengan lebar
20 cm dan tinggi 15 cm. Plafon atap terbuat dari
papan kayu ukuran 2/20 yang berada di atas
gelagar ukuran 12/16, jarak antar gelagar sekitar
125 cm
Lantai bangunan terbuat dari spesi campuran
yang diplester PC (lantai plester) tebal ± 5 cm.
Ukuran bata yang digunakan untuk bangunan
tebal 5 cm, lebar 11 cm, dan panjang 35 cm.
Pintu masuk ke dalam Bangunan Jil (Jail) hanya
ada di sisi selatan yaitu melalui pintu gerbang
utama terbuat dari 2 buah daun pintu masing-
masing dengan ukuran 1 m x 3 m dan kusen
pintu ukuran 12/16. Di atas pintu gerbang
terdapat teralis besi plat berbentuk lengkung
setinggi 1 m. Di sebelah kanan dan kiri pintu
gerbang terdapat pola hiasan pasangan bata
berbentuk geometris mengitari kusen pintu.
Deskripsi masing-masing bangunan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Bangunan A
Bangunan A adalah perkantoran yang terdiri
dari 3 ruangan, yaitu Kantor Kepala Tahanan,
Ruang Tunggu Pengunjung, dan ruang Kantor
Wakil Kepala. Di dalam bangunan terdapat 4
buah pintu yaitu 1 buah pintu gerbang, 2 buah
pintu panel, dan 1 buah pintu teralis besi
ukuran 2m x 3,5m. Jendela ada 6 buah, yaitu
2 buah jendela ukuran 95cm x 148cm dan 4
buah jendela ukuran 92cm x 172cm. Tiap
jendela mempunyai 2 buah daun jendela panil
dan 4 buah engsel terbuat dari besi tempa tebal
0,3cm panjang 37cm. Dibagian sebelah dalam
diperkuat dengan jeruji besi diameter 1.
Disebelah kiri bangunan perkantoran terdapat
ruang rangsum, ruang dapur, ruang peralatan
dapur dan ruang tungku. Sedangkan disebelah
kanan terdapat ruang gudang beras, gudang
sayur mayur dan gudang makanan. Pada
bagian dinding utara bangunan perkantoran
terdapat sisa-sisa balok kayu bekas teras/
emperan ukuran 10/12cm dan dibagian bawah
terdapat latai plester panjang 1,5m dan bekas
dudukan tiang kayu ukuran 13/15m.
b. Bangunan B
Bangunan B adalah bangunan tahanan sisi
barat, terdiri dari 4 buah ruang tahanan
ukuran 3,6m x 4,5m, 4 buah ruang tahanan
ukuran lebih kecil, yaitu 1,75m x 4,5m, dan 2
buah ruang tempat menyiapkan makanan.
Kuda-kuda kayu pada Bangunan B, C dan D
bertumpu di atas gelagar, kayu papan dan
diperkuat dengan 9 buah baut angkur besi.
Pada beberapa gelagar pertemuan balok kuda
dengan dinding bata bagian luar juga diperkuat
degan besi plat. Dinding luar bagian sisi timur
dan selatan terdapat sisa balok kayu 10/12
bekas teras, sedangkan pada bagian dinding
luar sisi barat terdapat bekas sisa-sisa konsul
kayu penyangga atap genteng bagian emperan.
Disisi sebelah utara Bangunan B terdapat 1
buah sumur pasangan bata diameter 110 cm
dan 1 buah bak penampungan air ukuran 120
x 195cm tinggi 90cm dan 3 buah kloset
jongkok.
Di dalam bangunan terdapat 10 buah pintu
yang berbentuk lengkung. Pintu tersebut
merupakan pintu masuk ke ruang tahanan dan
mempunyai 2 buah daun pintu. Daun pintu
bagian dalam adalah pintu teralis besi ukuran
8cm x 204cm dan bagian luar adalah pintu
panel (papan kayu) ukuran 80cm x 204cm.
Engsel pintu bagian luar maupun dalam
menempel/ melekat pada batu pasir yang
tertanam pada dinding bata. Ukuran batu pasir
untuk pintu besi adalah 20cm x 28cm, tebal
19cm dan ukuran batu pasir untuk pintu panil
adalah 18cm x 18cm teal 10cm. Jendela panel
ada 4 buah berukuran 79cm x 150cm.
Dibagian dalam jendela panel diperkuat dengan
teralis besi diameter 1. Di atas pintu dan
jendela terdapat 24 buah ventilasi teralis besi
diameter 1 ukuran 80cm x 50cm.
c. Bangunan C
Bangunan C adalah bangunan ruang tahanan
yang terletak di sisi utara, bangunan terdiri
dari 3 buah ruang tahanan ukuran besar 4,6m
x 6,65m tinggi 4,5m. Di dalam bangunan
terdapat 3 buah pintu besi, 3 buah pintu panel,
6 buah jendela panel dan 18 buah ventilasi
teralis besi. Bentuk dan ukuran dari masing-
masing pintu, jendela dan ventilasi sama
dengan di Bangunan B. Bekas adanya atap
teras/ emperan yang menempel pada dinding
sisi selatan dan utara juga terlihat di
Bangunan C ini, sama seperti di Bangunan B.
Konstruksi kuda-kuda kayu, plafon kayu dan
lantai plester sama dengan Bangunan B.
d. Bangunan D
Bangunan D adalah bangunan tahanan sisi
timur terdiri dari 4 buah ruang tahanan
ukuran 3,6m x 4,5m dan 4 buah ruang
tahanan ukuran kecil 1,75m x 4,5m serta 2
ruangan untuk tempat menyiapkan makanan.
Bentuk dan ukuran bangunan serta bentuk
dan jumlah pintu, jendela, ventilasi sama
dengan yang ada di Bangunan B. Selain itu
juga ada tanda adanya bekas teras yang
menempel pada dinding luar sisi timur, selatan
dan barat. Untuk sisi selatan dan barat ada
penyangga balok dari tiang kayu, sedangkan
untuk sisi timur ada penyangga konsol kayu
ukuran 8/10 – 2,5m sebanyak 7 buah.
Luas : Luas Lahan : 11.000 m2
Luas Bangunan : 50 x 50 m2
Kondisi Saat Ini : Kondisi Bangunan Jil (Jail) Belanda terawat
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis
4 IDENTITAS
Nama Situs : Masjid Raja Pauh Ranap
Alamat : Jl. Sultan Ibrahim
Kelurahan : Pauh Ranap
Kecamatan : Peranap
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : 0°32' 23.8423" 107°58' 40.3806"
Batas-batas : Utara
: Makam Raja Usman Fadillah Tun Kecik Mangku Buni Indragiri
: Selatan
: Benteng Gundukan Tanah dan Parit
: Barat
: Benteng Aur Berduri Danau
Mendayun
: Timur : Benteng Gundukan Tanah dan
Kuburan Masyarakat
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Deskripsi Arkeologis
: Pada bangunan sebuah Masjid Radja Pauh Ranap
ini terdapat suatu keunikan arsitektur dengan
bentuk sisi, sudut dan bahan bangunan yang
terbuat dari kayu dengan kekuatan dasar tanpa
paku ( menggunakan pasak ) berdiri diatas
ketinggian + 27 meter dari dasar tanah mencapai
puncak bangunan Masjid. Bangunan utamanya
membentuk sudut persegi delapan dengan sisi
antara sudut berukuran 6,5 meter. Dari sisi-sisi
antara sudut terdapat 5 (lima) buah pintu masuk
ruang utama (pintu sabung)dan 4 (empat) buah
buah tingkap (jendela) yang berdekatan dengan
mimbar dan juga membentuk sudut persegi
delapan dengan bahan bangunan semen dan batu.
Pada ruangan utama yang dikelilingi sisi dan sudut
persegi delapan terdapat 4 (empat) buah pilar tiang
penyanggah yang berukuran 25,5 cm yang
dilengkapi dengan relif ukiran nuansa melayu
dengan ketinggian + 7,5 meter mencapai loteng
tingkat dua dari bangunan masjid tersebut. Pada
bagian atas pelapon dan loteng diantara sisi dan
sudut terdapat pentilasi yang berbentuk model
Ram.Pada sisi kanan depan ruang utama bangunan
masjid ini terdapat terdapat satu unit tangga yang
menghubungkan antara lantai dasar ruang utama
naik menuju loteng ( lantai dua ) dan dari loteng
menuju kuba ( lantai tiga ), dari lantai dasar ruang
utama menuju loteng (lantai dua)bangunan Mesjid
Radja Pauh Ranap terdapat 39 anak tangga dan
dari loteng tingkat dua bangunan menuju kuba
lantai tiga bangunan terdapat 15 anak tangga yang
membentuk lingkaran 900 dengan khasanah motif
dan ukiran melayu. Menurut keterangan sumber,
yang disampaikan oleh Abdullah selaku sekretaris
desa Pauh Ranap dan Azhar selaku Gharin
(Nojo)atau pengurus Masjid tersebut menjelaskan
bahwa ; fungsi tangga yang terdapat pada
bangunan tersebut adalah sebagai sarana
penghubung seorang bilal Masjid untuk
melaksanakan aktivitas Azan di saat waktu sholat
tiba dan penyampaian maklumat-maklumat
lainnya yang berkaitan dengan kepentingan agama
dan maklumat-maklumat (pengumuman)
kepentingan masyarakat di Radja. Pada bagian
kuba ( lantai tiga ) pada bangunan masjid Radja
tersebut terdapat sebuah ruangan juga membentuk
sudut persegi delapan yang dilengkapi dengan 7
buah bangku atau kursi kayu melingkar atau
mengikuti sisi dari sebuah tetawak atau ( gong
)besar yang digunakan untuk pertanda alarm atau
tanda bunyian sebagai isyarat himbauan , sampai
saat ini masih utuh. Menurut keterangan sumber,
ruangan kuba persegi delapan dengan ukuran sisi
3,5 meter dan tinggi + 4 meter ini oleh Raja juga
digunakan sebagai tempat atau ruangan sidang
tertutup yang hanya dihadiri oleh Pembesar
Kerajaan dan tokoh agama. Pada bagian belakang
pada sisi kedelapan arsitektur bangunan masjid ini
dihubungkan dengan sebuah mi’rab dengan bentuk
sudut empat persegi dengan sisi berukuran 4 x 4
m2 . didalam ruangan mi’rab masjid ini terdapat
dua buah makam. Makam tersebut adalah makam
Raja Muda Pauh ranap yang bernama Muhammad
Ibrahim bersama permainsurinya bernama
Encik.FE’A pada ruangan kuba tersebut terdapat
sebuah pintu yang menghubungkan ruangan
utama dengan mi’rab diatas ambangsebuah pintu
tersebut terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan
arab melayu yang berisikan tulisan tahun pendirian
bangunan masjid tersebut dengan angka 1929.
Pada mi’rab tersebut juga terdapat sebuah pintu
yang menuju halaman belakang bangunan. Pada
bagian atas ( kuba ) dari arsitektur bangunan
mi’rab mesjid ini juga membentuk sudut limas
persegi delapan. Pada bagian depan ruangan utama
dilengkapi dengan teras membentuk sudut persegi
tujuh melingkar membentuk ruangan 3,2 m.1
Untuk mencapai kawasan lokasi masjid Radja Pauh
Ranap ini para pengunjung dapat menggunakan
dua jalan alternatif, jika ingin menggunakan
kendaraan bermotor roda empat pengunjung harus
1 Ibid
menempuh jarak tempuh + 10 km dari pusat
perkantoran kecamatan peranap dengan melewati
route perjalanan darat melewati dua desa yang
berdekatan dengan kawasan tersebut. Dua desa
yang dilewati tersebut adalah Desa Napal dan Desa
Semelinang Tebing (Semelinang Laut). Alternatif
lain pengunjung dapat menggunakan sepeda motor
atau jenis kendaraan roda dua lainnya untuk
menuju lokasi atau berjalan kaki menuju lokasi
dengan route perjalanan pasar peranap menuju
dermaga penyeberangan ke desa pauh ranap
dengan menggunakan alat penyeberangan kompang
(perahu motor). Dari pasar peranap untuk
mencapai lokasi Mesjid Radja Pauh Ranap ini harus
menempuh jarak dengan jarak tempuh + 3 Km
dengan menggunakan kendaraan roda dua atau
berjalan kaki. Untuk memperlancar hubungan arus
transportasi penyeberangan menuju lokasi dan
akses lainnya saat ini sedang dibangun jembatan
penyeberangan yang menghubungkan
desa/kelurahan peranap dengan desa pauh ranap
tempat/ lokasi Masjid Radja Pauh Ranap berada.
Sebuah jembatan yang dibangun sebagai upaya
pengembangan Infrastruktur adalah program
lanjutan prakarsa Bapak Drs. H. R. Thamsir
Rachman. M.M. Raja muda Indragiri yang
dipertuan muda semasa menjabat sebagai Bupati
Indragiri Hulu.
Luas : Luas Lahan : 50 x 50 m2
Luas Bangunan : 21,3 x 32,5 m2
Kondisi Saat Ini
: Utuh dan terawat
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu
5 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Amir Nikmat Kelayang
Alamat : Jl. II
Desa : Desa Lubuk Sikarak
Kecamatan : Rakit Kulin
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00°28’42,0” E 102°07’54,3”
Batas-batas : Utara : Kebun Penduduk : Selatan : Kebun Penduduk
: Barat : Jalan Desa : Timur : Kebun Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, lokasi berada di daerah pemukiman kota
dan di dekat jalan raya, sehingga bisa menggunakan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Bangunan ini berarsitektur tipe rumah panggung belah bubung berada dipinggiran Sungai Indragiri,
dengan posisi menghadap ke Sugai Indragiri. Seluruh konstruksi bangunannya terbuat dari kayu, mulai dari tiang, dinding, dan lantai, kecuali
tangga masuk yang terbuat dari semen dan atap yang terbuat seng. Bagian dalam rumah terbagi
menjadi beberap ruang ruang, seperti ruang tamu dan beberapa kamar tidur. Di belakang rumah terdapat sumur dan dapur.
Luas : Luas Lahan : 30 m x 50 m (1500 m²)
Luas Bangunan : 21,80 m x 9,80 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh dan terawat. Secara fungsional, rumah ini memang tidak memiliki kesinambungan fungsi. Hal ini karena rumah ini tidak difungsikan lagi sebagai
rumah hunian.
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu dan dikelola bersama BPCB Prov. Sumatera Barat, Riau, dan Kep. Riau; Prov. Riau
6 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Menteri Kerajaan Indragiri
Alamat : Jl. Hang Lekir No, 9
Desa : Desa Kampung Besar Kota
Kecamatan : Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : 0°22' 2.3483" 102°32' 27.9146"
Batas-batas : Utara : Jl. Hang Lekir : Selatan : Pemukiman Penduduk
: Barat : Jl. Rumah Tinggi : Timur : Pemukiman Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Berada di daerah Pemukiman penduduk,mudah
diakses dengan berjalan kaki dan menggunakan kenderaan roda dua dan kenderaan roda empat.
Deskripsi Arkeologis
: Rumah ini sebagian besar komponen bangunannya dari kayu, terutama bagian dinding,
tiang, lantai atas, plafon, dan tulang-tulang bangunan. Lantai bawah berupa lantai semen. Bagian atap berupa atap seng. Bagian dinding
seluruhnya dicat dengan warna kuning. Bangunan ini terletak di tengah-tengah halaman. Sekeliling
halaman diberi pagar tembok bata. Pada bagian depan terdapat anjungan yang menjorok ke muka dengan ukuran panjang 9 m dan lebar 4,6 m.
Bagian lantai bawah mempunyai 4 pintu yang terdiri dari pintu utama di bagian tengah, pintu samping di kanan-kiri pintu utama, dan pintu
belakang yang berada di bagian tengah-tengah dinding belakang. Jendela yang ada di lantai
bawah terdiri dari delapan buah yang terletak di samping kiri dan kanan masing-masing empat buah. Untuk menuju lantai atas terdapat tangga
yang terletak di samping kiri bagian anjungan. Tangga ini berupa tangga yang terbuat dari
tembok batu bata. Pintu yang terdapat di lantai atas hanya satu buah dan jendela berjumlah dua belas buah. Pada bagian beranda depan lantai
atas dan bagian anjungan lantai atas diberi pagar jeruji dari kayu setinggi 1 meter.
Luas : Luas Lahan : 70 m x 40 m Luas Bangunan : 26,4 m x 20,8 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat. Secara fungsional, rumah ini masih memiliki kesinambungan fungsi. Hal ini karena rumah ini sampai sekarang masih
difungsikan sebagai rumah hunian.
Status
Kepemilikan dan/atau Pengelolaan
: Status kepemilikan dimiliki oleh ahli waris dan
dikelola bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Inderagiri Hulu dan BPCB Prov. Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.
7 IDENTITAS
Nama Situs : Istana Koto Rajo
Alamat :
Desa : Koto Rajo
Kecamatan : Kuantan Hilir Seberang
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : X: 0802547
Y: 9947894
Batas-batas : Utara : Jalan : Selatan : Rumah Penduduk
: Barat : Rumah Penduduk : Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Dengan arsitektur bertipe rumah panggung. Seluruh konstruksi bangunannya terbuat dari
kayu, mulai dari tiang, dinding, dan lantai, kecuali tangga masuk yang terbuat dari semen dan atap yang terbuat seng.
Luas : Luas Lahan : 760 m2
Luas Bangunan : Bangunan depan 155 m2;
Bangunan belakang 32 m2
Kondisi Saat
Ini
: Kondisi Istana Koto Rajo utuh dan terawat.
Status
Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Status kepemilikan yaitu milik Masyarakat Koto
Rajo dan dikelola bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
8 IDENTITAS
Nama Situs : Masjid Jami Koto Pangean 1932
Alamat :
Desa/Kelurahan : Koto Pangean
Kecamatan : Pangean
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 25’ 37,6” dan E 101˚ 40’ 41,6”
Batas-batas : Utara : Balai Nikah : Selatan : Ladang
: Barat : Rumah Penduduk : Timur : Jalan kampung
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Masjid Jami’ Pangean berukuran 13,5 m x 16 m atau luasnya adalah 216 m². Pada awalnya masjid
ini merupakan bangunan kayu dengan bentuk panggung. Pada tahun 1998 dilakukan pemugaran oleh masyarakat setempat menjadi bangunan
tembok yang terbuat dari bata berspesi semen. Dari facadenya bangunan ini terlihat telah mengalami
pemugaran, terlihat dari pemberian warna cat, penambahan keramik pada dinding dan lantai. Pondasi bangunan masjid telah mengalami
perubahan, pada awalnya berbentuk panggung yang terbuat dari kayu menjadi pondasi yang terbuat dari coran batu kerikil. Bangunan masjid
ini terdiri dari satu lantai. Lantai juga telah berubah dari papan kayu menjadi lantai keramik
berwarna putih berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 30 x 30 cm.
Atap masjid berbentuk atap limas tumpang
tiga, antara atap kedua dan ketiga paling atas diberi ruang untuk penempatan pengeras suara,
dengan penutup atap terbuat dari genteng berwarna hijau. Plafon terbuat dari susunan papan kayu yang di beri cat warna putih. Masjid Jami’
Pangean tidak memiliki pagar keliling, pada sisi selatan terdapat pagar yang terbuat dari kayu sebagai pembatas dengan balai adat (balairung).
Halaman depan berdenah persegi panjang, sepanjang halaman telah ditutup dengan
lempengan balok-balok yang terbuat dari coran beton berwarna abu-abu. Masjid ini telah mengalami penambahan bangunan, yaitu di bagian
sisi timur laut terdapat ruangan tempat berwudhu. Selain tempat berwudhu, di sisi kiri ruang wudhu
terdapat tempat parkir. Bangunan Masjid Jami’ Pangean ini bergaya
arsitektur tradisional. Terlihat dari bentuk atapnya
berbentuk limasan tumpang 3. Untuk penggambaran deskripsi bangunan masjid dibagi dalam empat bagian pendeskripsian, yaitu bagian
ruang utama, mihrab, serambi, bangunan
pendukung, dan bangunan penyerta. 1) Ruang Utama
Denah ruangan utama berbentuk empat persegi. Lantai
pada ruangan utama terbuat dari keramik
putih berukuran 30 x 30 cm. Dindingnya berupa dinding bata
berlepa yang telah dilapisi oleh keramik biru berukuran 10 cm x 20 cm.
Ketebalan dinding sekitar 15 cm. Plafonnya terbuat dari papan kayu berwarna
putih. Ruang utama masjid ini
mempergunakan tiang penyangga berjumlah 5
buah, terdiri dari 1 buah tiang utama (tiang macu) terbuat dari kayu ulin dan 4 buah tiang
pendamping yang berada di sisi tiang utama terbuat dari kayu resak. Tiang-tiang penyangga tersebut berbentuk oktagonal (segi delapan).
Keempat tiang tersebut melambangkan 4 suku yang ada di daerah Pangean, yaitu Suku
Mandihiliang, Suku Melayu, Suku Camin, dan Suku Piliang.
Jumlah jendela sebanyak 17 (tujuh belas)
buah, yang terdapat pada dinding ruangan utama sisi utara dan selatan masing-masing 5 (lima) buah,
sisi barat di sebelah kanan-kiri bagian mihrab masing-masing 2 (dua) buah, dan sisi timur berjumlah 3 (tiga) buah . Ukuran jendela ada dua,
yaitu 140 cm x 120 cm dan 125 cm x 118 cm. Pada sisi timur ruang utama terdapat ruang
tambahan yang dibatasi oleh 2 buah tiang
berbentuk balok yang dilapisi keramik putih. Pada ruang tambahan ini terdapat 3 buah pintu masuk
yang berada di sisi timur, selatan, dan utara. Jendela di ruangan ini berjumlah 6 buah dengan konsen jendela terbuat dari kayu. Daun jendela
terbuat dari kaca berangka kayu. Lantai di ruang pendopo terbuat dari keramik putih berukuran 30 cm x 30 cm dan lebih tinggi dari ruang utama
sekitar 5 cm. Pintu masuk ke ruang utama terletak di sisi
timur, utara, dan selatan masing-masing 1 buah. Pintu di sisi utara berukuran 120 cm x 185 cm, pintu di selatan berukuran 125 x 184 cm, dan
pintu di sisi dengan daun pintu berjumlah dua buah, yang masing-masing daun pintu terdiri dua
buah pintu kayu berpanil.
2) Mihrab
Bagian mihrab berukuran 420 x 380 cm dengan atap berbentuk limasan tumpang 2 dan penutup atap terbuat dari genteng berwarna hijau. Pada
dinding mihrab terdapat 6 buah jendela, yaitu pada sisi barat, utara, dan selatan masing-masing terdapat 2 (dua) buah jendela. Mimbar yang
terdapat di bagian mihrab merupakan mimbar yang masih asli terbuat dari kayu, berukuran
panjang 271 cm, lebar 112 cm, dan tinggi 222 cm. Seluruh mimbar ini dipahat dengan hiasan yang cukup raya bermotif suluran dan bunga-bungaan.
3) Serambi
Masjid Jami’ Pangean dikelilingi oleh serambi di sisi utara, selatan, timur, dan barat. Sekeliling serambi diberi pagar yang terbuat dari besi dan
tiang balok dilapisi keramik berwarna merah. Pintu masuk ke bagian serambi ini berada di sisi timur dan utara.
4) Bangunan Pendukung
Bangunan pendukung masjid berupa bangunan tempat berwudhu, selain itu di sisi timur sedang dilakukan pembangunan sebuah gedung baru yang
digunakan sebagi tempat menikah. Bangunan masjid ini tidak dilengkapi kamar mandi.
5) Bangunan Penyerta Bangunan penyerta di Masjid Jami’ Pangean
adalah bangunan lain yang ada di halaman masjid yaitu makam. Kompleks makam ini berada di sisi utara. Kompleks makam diberi pagar kayu pada
sisi barat.
Struktur Kaki
Struktur kaki dalam bangunan ini adalah pondasi. Pondasi
Masjid Jami’ Pangean terbuat coran semen dan kerikil. Struktur pondasi ini telah
mengalami perubahan, karena pada awalnya bangunan ini merupakan bangunan kayu dengan
kontruksi panggung.
- Struktur dinding Bagian struktur dinding terdiri dari dinding dan tiang. Struktur dinding terbuat dari bata berlepa
dengan spesi semen, dinding ini juga diberi lapisan keramik. Bagian struktur tiang terbuat dari kayu
berbentuk oktagonal.
Struktur atap
Bagian struktur rangka atap terdiri dari rangka atap dan langit-langit/Plafon. Rangka atap berbentuk gording. Bagian langit-langit terbuat
potongan-potongan papan kayu yang disusun secara linier dan diberi cat warna putih. Atap
masjid berbentuk tumpang 3, pembatas antara tumpang terbuat dari papan kayu dengan pengerjaan di bagian tengahnya diberi lubang.
Pembatas ini juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
Luas : Luas Lahan : 33,5 m x 24 m
Luas Bangunan : 13,5 m x 16 m
Kondisi Saat
Ini
: Kondisi Rumah Jami Koto Pangean 1932 saat ini
utuh dan terawat.
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Status kepemilikan yaitu milik Masyarakat dan dikelola bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
9 IDENTITAS
Nama Situs : Masjid Tuo Sentajo (Raudhatul Jannah)
Alamat :
Desa /
Kelurahan : Koto Sentajo
Kecamatan : Sentajo Raya
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 29’ 38,8” E 101˚ 36’ 03”
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk
: Selatan : Jalan kampung
: Barat : Jalan kampung dan Rumah Penduduk
: Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Masjid Raudhatul Jannah berukuran 14,5 m x 14 m m atau luasnya adalah 203 m². Dari facadenya bangunan ini terlihat telah mengalami pemugaran,
terlihat dari pemberian warna cat, penambahan keramik pada dinding dan lantai. Pondasi
bangunan masjid tidak diketahui, karena tertutup bangunan dan tidak terlihat. Bangunan masjid ini terdiri dari satu lantai. Lantai juga telah berubah
menjadi lantai keramik berwarna putih berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Atap masjid berbentuk atap limas tumpang
tiga dengan penutup atap terbuat dari genteng seng berwarna merah. Masjid tidak diberi plafon
(langit-langit), rangka atap dibiarkan terlihat. Pagar keliling Masjid Raudhatul Jannah terbuat dari besi. Halaman depan berdenah persegi panjang,
halaman di sisi utara terbuat dari coran beton berwarna abu-abu, dan keramik berwarna merah.
Halaman di sisi barat dan selatan berupa tanah yang ditutupi rumput. Masjid ini telah mengalami penambahan bangunan, yaitu di bagian sisi timur
laut terdapat ruangan tempat berwudhu. Bangunan Masjid Raudhatul Jannah ini
bergaya arsitektur perpaduan kolonial dan
tradisional. Arsitektur kolonial terlihat dari dinding bangunan yang terbuat dari bata berspesi kapur
dengan ketebalan dinding sekitar 31 cm, selain itu arsitektur kolonial terlihat dari bentuk lengkung (arch) pada jendela dan pintu. Arsitektur
tradisional terlihat pada atap berbentuk limasan tumpang 3 dan penggunaan tiang-tiang kayu di
ruang utama masjid. Untuk penggambaran deskripsi bangunan masjid dibagi dalam empat bagian pendeskripsian, yaitu bagian ruang utama,
mihrab, serambi, bangunan pendukung, dan bangunan penyerta.
1) Ruang Utama
Ruang utama Masjid Raudhatul Jannah berdenah persegi panjang dengan ukuran 13,48 m x 13,40 m. Lantai pada ruangan utama terbuat dari
keramik putih berukuran 40 x 40 cm. Dindingnya berupa dinding bata berlepa yang telah dilapisi oleh keramik warna hijau berukuran 20 cm x 25 cm.
Ketebalan dinding sekitar 31 cm. Masjid Raudhatul Jannah tidak menggunakan flapon. Ruang utama
masjid ini mempergunakan tiang penyangga berjumlah 17 buah, terdiri dari 1 buah tiang utama (tiang macu) berdiameter 46 cm, 4 buah tiang
pendamping berdiameter 60 cm yang mengelilingi tiang utama, dan 12 buah tiang pendamping
berdiameter 26 cm yang berada di bagian luar 4 buah tiang pendamping. Tiang-tiang penyangga tersebut berbentuk oktagonal (segi delapan).
Jumlah jendela sebanyak 9 (sembilan) buah, yang terdapat pada dinding ruangan utama sisi
timur 2 buah, sisi barat 2 buah, utara 2 buah, dan selatan 3 buah. Jendela-jendela tersebut berbentuk lengkung tanpa konsen dengan ukuran jendela-
jendela tersebut 140 cm x 82 cm. Di setiap masing-masing jendela masih terdapat engsel daun jendela yang masih asli. Sebagian besar jendela sudah
tidak memiliki daun jendela, jendela yang masih memiliki daun jendela yang masih asli terdapat di
ruangan mihrab. Jendela tersebut memiliki jendela be
Pintu masuk ke ruang utama terletak di sisi timur dan utara masing-masing 1 buah. Pintu tersebut berdaun 2 dan tidak berkonsen kayu. Pintu di sisi
utara berukuran 80 cm x 210 cm, pintu di timur berukuran 43 cm x 208 cm. Atap bangunan
terbuat dari genteng seng berwarna merah, bentuk atap limasan tumpang 3.
2) Mihrab
Ruangan mihrab berbentuk persegi panjang berukuran 338 cm x 443,5 cm, ruangan mihrab ini lebih tinggi dari ruang utama sekitar 4 cm. Lantai
mihrab terbuat dari keramik berwarna putih berukuran 40 cm x 40 cm. Atap mihrab terbuat
dari genteng seng berwarna merah dan berbentuk limasan. Ruang mihrab ini dilengkapi dengan mimbar yang terbuat dari bata berspesi pasir dan
semen dengan ketebalan 20 cm. Mimbar ini berukuran panjang 173 cm, lebar 114 cm, dan
tinggi 208 cm. Tangga mimbar berada di belakang, pada awalnya tangga mimbar berada di bagian depan kemudian direhab sehingga bagian depan
tertutup dan dipindahkan ke bagian belakang, namun tahun perubahan tidak diketahui.
3) Serambi
Serambi masjid hanya berada di sisi utara, serambi ini merupakan bangunan baru. Serambi berbentuk
ruangan tertutup yang dilengkapi jendela 8 buah, yaitu 2 buah di sisi barat, 4 buah di sisi utara, dan 2 buah di sisi selatan. Dinding terbuat dari bata
berspesi semen dengan ketebalan dinding 15 cm dan diberi cat warna kuning muda, sedangkan lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan
merah. Pintu masuk utama berada di sisi timur dan sisi utara dengan dengn bentuk pintu
lengkung tanpa konsen dan berdaun 2 yanhg terbuat dari kayu.
4) Ruang Pendukung Bangunan pendukung masjid berupa bangunan
tempat berwudhu namun tidak dilengkapi kamar mandi. Tempat berwudhu ini berada di sisi timur terdiri dari 2 ruangan, yaitu tempat berwudhu laki-
laki dan perempuan. Tempat berwudhu ini merupakan bangunan baru, terbuat dari bata berplester yang berspesi semen dan diberi cat
warna merah muda.
- Struktur Kaki Struktur kaki dalam bangunan ini adalah pondasi.
Pondasi Masjid Raudhatul Jannah tidak diketahui. Untuk mengetahui struktur kaki bangunan Masjid Raudhatul Jannah perlu dilakukan ekskavasi.
- Struktur dinding Bagian struktur dinding terdiri dari dinding dan tiang. Struktur dinding terbuat dari bata berlepa
dengan kapur, dinding ini juga diberi lapisan keramik berawrna hijau. Bagian struktur tiang
terbuat dari kayu berbentuk oktagonal.
- Struktur atap Bagian struktur rangka atap terdiri dari rangka atap dan penutup atap. Rangka atap berbentuk
gording (Gording merupakan bentuk susunan rangka atap yang terdiri dari balok-balok kayu
yang dipasang secara horizontal). Atap masjid
berbentuk tumpang 3, sedangkan penutup atap
berbentuk seperti genteng namun terbuat dari seng. Pembatas antara tumpang terbuat dari papan kayu dengan pengerjaan di bagian
tengahnya diberi lubang. Pembatas ini juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
Luas : Luas Lahan : 20 m x 20 m
Luas Bangunan : 14,5 m x 20 m
Kondisi Saat
Ini
: Utuh dan terawat.
Status
Kepemilikan dan/atau Pengelolaan
: Status kepemilikan yaitu milik Masyarakat dan
dikelola bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
10 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Chaniago Penghulu Rajo Pucuk
Alamat :
Desa /
Kelurahan : Sentajo
Kecamatan : Sentajo Raya
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 29’ 34,8” dan E 101˚ 36’ 01,5”
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk
: Selatan
: Masjid Tua Sentajo (Raudhatul Jannah)
: Barat : Jalan kampung
: Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Rumah Chaniago Penghulu Rajo Pucuk Koto
Sentajo tepat berada di seberang Masjid Raudathul
Jannah. Rumah ini merupakan rumah adat
tempat hunian Penghulu Rajo Pucuk, bangunan
berarsitektur tradisional Minangkabau daerah
Rantau. Rumah ini menghadap ke arah selatan
yaitu ke arah sungai Rutopang dengan dominasi
warna putih dan kuning. Bangunan berupa rumah
panggung besar setinggi 135 cm yang
berkonstruksi kayu. Atap rumah berbentuk
Kajang Padati tumpang dua terbuat dari seng.
Bangunan ini terdiri dari 5 ruangan, yaitu di
bagian depan barando (sisi selatan), dibagian
dalam terdiri dari ruang tamu dan ruang tengah
(sisi barat) yang dipisahkan oleh dinding kayu
yang dipasang secara vertikal, sebuah kamar tidur
(sisi barat), dan ruang dapur (sisi utara) berada di
bagian belakang. Tinggi lantai sebagian ruang
berbeda. Lantai ruang dalam lebih tinggi 30 cm
dari ruang barando, sementara tinggi lantai ruang
tamu dan ruang tengah lebih tinggi 20 cm dari
lantai yang berada disis timur yang langsung
menuju ruang dapur. Bagian depan Barando
diberi dinding setinggi ± 50 cm berupa pagar yang
dibuat dari tralis papan, ukuran barando 2 m x
2,55 m. Tangga masuk berada di sisi kanan
barando (sisi timur). Pintu masuk berada di sisi
selatan berukuran 173 cm x 76 cm. Sementara
jendela berjumlah 6 buah yaitu, 3 buah di sisi
selatan (bagian depan), 1 buah berada di sisi
barat, dan 2 buah berada di bagian belakang,
yaitu ruang dapur (sisi utara). Dinding rumah
terbuat dari papan yang dipasang vertikal. Jendela
di bagian depan ukurannya sampai ke arah lantai
yang diberi penutup (pagar) dari papan kayu
setinggi 50 cm. Pada dinding sisi selatan (depan)
bagian tengah terdapat tedapat hiasan berupa
terawangan berbentuk sulur-suluran.
Luas : Luas Lahan : 17,5 m x 11 m
Luas Bangunan : 12,5 m x 5 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Status kepemilikan yaitu milik Halimah Keturunan
Penghulu Rajo Pucuk dan dikelola bersama
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
11 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Godang Datuak Bisai
Alamat : Teratak Padang
Desa /
Kelurahan : Pulau Aro
Kecamatan : Kuantan Tengah
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚33’04.4” E 101˚33’55.4”
Batas-batas : Utara : Jalan kampung beraspal
: Selatan : Kebun : Barat : Rumah Penduduk : Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Rumah Godang Datuak Bisai merupakan rumah
tradisional daerah rantau Kuantan. Arsitekturnya
mempunyai ciri khas rantau yang terlihat dari
bentuk atap tidak bagonjong, tetapi berbentuk
atap tumpang dua tingkat dengan model kajang
padati (Atap kajang padati merupakan atap dengan
bentuk seperti atap pelana yang kedua ujungnya
ditinggikan), terbuat dari seng. Lantai rumah ini
berbentuk panggung dengan tangga di pangkal (di
sisi timur laut), sementara pintu masuk berada di
sisi timurnya. Rumah Godang ini terdiri dari 2
lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat
bermusya-warah dan acara-acara adat lainnya. Di
lantai ini juga terdapat tiga buah kamar, dua buah
kamar berada di samping kiri dan kanan,
sedangkan sebuah kamar yang ditengah berfungsi
sebagai sebagai lemari. Kondisi lantai pertama
sebagaian telah hancur. Sementara lantai dua
dipergunakan sebagai tempat menyimpan barang/
peralatan perlengkapan adat. Bangun-an rumah
berdenah persegi panjang berukuran 16,40 m x 6,6
m yang disangga oleh 22 buah tiang kayu. Untuk
sirkulasi udara Rumah Godang di kedua lantainya
dilengkapi oleh jendela. Di lantai pertama terdapat
5 jendela, 3 jendela besar berada di sisi depan
pintu masuk, tepatnya di sisi timur, 2 jendela kecil
berada di sisi barat. Jendela di lantai dua
berjumlah 8 buah, masing-masing 4 buah berada
di sisi tenggara dan barat laut. Ruang-an dapur
yang berada di sisi utara, kondisinya sekarang
telah hancur, hanya tinggal dinding sisi utara,
timur lantainya pun telah hancur. Di sisi barat
laut dari Rumah Godang ini sekitar 7,8 m terdapat
rangkiang (lumbung padi). Lumbung padi
(Rangkiang) ini ber-ukuran 2,5 m x 4,2 m, dengan
tonggak sebanyak 6 buah. Kondisi rangkiang ini
sudah rusak berat dan sebagian besar dinding dan
lantainya sudah hancur. Sayangnya rumah ini
sekarang sudah tidak dihuni lagi, sehingga
kondisinya sangat memprihatinkan dan rusak
berat.
Luas : Luas Lahan : 42 x 37,5 m (1575 m²)
Luas Bangunan : 16,4 x 6,6 m (108,24 m²)
Kondisi Saat
Ini
: Utuh
Status
Kepemilikan dan/atau Pengelolaan
: Ahli waris/ (Suku Ompek)
12 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Godang Datuak Juanso
Alamat : Jl. M. Soham, Dusun Dua
Desa /
Kelurahan : Toar
Kecamatan : Gunung Toar
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚36’22.4” dan E 101˚29’25.5”
Batas-batas : Utara : Kebun
: Selatan : Rumah keluarga : Barat : Rumah Godang Datuak Sanguik : Timur : Jl. H. Soham
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Rumah Godang Datuak Juanso merupa-kan rumah tradisional beratap rumah lontiak. Hal ini
terlihat dari atap tumpang dua yang berbentuk kajang. Sebagai rumah panggung, pintu masuk
berada di sisi timur dengan tangga berada di pangkal. Denah bangunan utama persegi panjang dengan disangga oleh 20 buah tiang kayu. Jumlah
tiang ini melam-bangkan 20 buah undang-undang yang ada di daerah Toar yang harus ditaati. Pada ruang utama terdapat pembatas bangunan yang
berfungsi sebagai pembatas antara ruang laki-laki dan perempuan. Sebagai Rumah Godang Koto
Piliang, Rumah Godang Datuak Juanso lantainya bertingkat dua seba-gai tempat tempat duduk penghulu dan masyarakat biasa. Salah satu
keunikan Rumah Godang ini, pada bagian dinding luar kaya akan lukisan ragam hias berbentuk wajik (geometris), selain ragam hias lukisan juga
terdapat ragam hias yang terbuat dari tempelan cermin-cermin kecil berbentuk lingkaran yang
bagian dalam-nya dilapisi lempengan putih bertuliskan bahasa Belanda dengan gambar mahkota. Rangkiang Rumah Godang Datuak
Juanso telah dirobohkan dan diganti dengan sumur dan tempat penampungan air. Rumah
Godang ini kondisinya masih sangat terawat, karena sampai sekarang masih dihuni oleh keturunan Datuok Juanso.
Luas : Luas Lahan : 1 Ha Luas Bangunan : 13,5 x 6,20 m (83,7 m²)
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Keturunan Datuok Juanso
13 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Godang Datuak Sunguik
Alamat : Jl. M. Soham, Dusun Dua
Desa : Toar
Kecamatan : Gunung Toar
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚36’22,7” dan E 101˚29’26,1”
Batas-batas : Utara : Kebun : Selatan : Rumah Dt. Sinaro Garang
: Barat : Rumah Dt. Juanso : Timur : Sungai Batang Kuantan
DESKRIPSI
Aksesibilitas
Cagar Budaya
: Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan
kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Deskripsi Arkeologis
: Rumah Godang Datuak Sunguik terletak di sisi
timur (di belakang) Rumah Godang Datuak
Juanso. Rumah Godang Datuak Sunguik
menghadap ke arah timur yaitu ke arah sungai
Kuantan. Antara Rumah Godang Datuak juanso
dan Rumah Godang Datuak Sunguik dipisahkan
oleh rumah kecil (rumah keluarga) yang berfungsi
sebagai rumah singgah sementara (rumah transit)
sebelum menempati Rumah Godang. Sebagai
rumah tradisional Minangkabau khas rantau
Kuantan, arsitektur rumah ini memiliki cirri khas
tersendiri. Atap tumpang dua dengan model
kajang padati. Sebagai rumah Panggung, pintu
masuk rumah berada di sisi timur. Bangunan
utama rumah ini mempunyai denah persegi
panjang dan disangga oleh 20 buah tiang kayu.
Jumlah 20 buah ini melambangkan adanya
undang-undang adat yang ada di Kampung Toar
sebanyak 20 buah yang harus ditaati. Secara
keseluruhan bentuk rumah ini hampir sama
dengan Rumah Godang Datuak Juanso. Pada
ruang utama terdapat pembatas bangunan yang
berfungsi untuk membedakan antara ruang laki-
laki dan ruang perempuan. Sementara itu, pada
bagian panil bangunan terdapat ragam hias flora
dan sulur-suluran berbentuk Aka Cino Tangah
Duo Gagang. Kondisi bangunan Rumah Godang
Datuak Sunguik saat ini rusak berat, karena tidak
dihuni. Sebagian dindingnya pada bagian dapur
dan bagian depan sudah tidak ada. Rangkiang
terdapat di sisi selatan yang berjumlah tiga buah.
Rangkiang ini juga menjadi pembatas antara
Rumah Godang Datuak Sunguik dengan Rumah
Godang Datuak Sinaro Garang. Kondisi ketiga
rangkiang ini juga sudah rusak berat dan sebagian
dindingnya telah hancur.
Luas : Luas Lahan : 1 Ha
Luas Bangunan : 14 x 6,2 m (86,8 m²)
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Keturunan Datuak Sanguik
14 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Godang Datuak Sinaro Garang
Alamat : Jl. M. Soham, Dusun Dua
Desa /
Kelurahan : Toar
Kecamatan : Gunung Toar
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚36’22.9” dan E 101˚29’25,6”
Batas-batas : Utara
: Rumah Godang Datuak Juanso dan
Rumah Godang Datuak Sanguik : Selatan : Rumah Penduduk : Barat : Rumah keluarga dan jalan M.Soham
: Timur : Sungai Batang Kuantan
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Deskripsi Arkeologis
: Rumah Godang Datuak Sinaro Garang terletak di sisi selatan (di samping) Rumah Godang Datuak Juanso dan Rumah Godang Datuak Sanguik.
Rumah Godang Datuak Sinaro Garang meng-hadap ke arah utara. Antara Rumah Godang
Datuak Sanguik dan Rumah Godang Datuak Sinaro Garang dipisah-kan oleh tiga buah rangkiang. Sebagai rumah tradisional
Minangkabau khas Rantau Kuantan, Rumah Godang ini mempunyai ciri khas arsitektur dengan atap tumpang dua dan berbentuk kajang padati. Secara keseluruhan bentuk rumah ini hampir sama dengan Rumah Godang Datuak Juanso dan
Rumah Godang Datuak Sanguik. Bang-unan utama rumah ini mempunyai denah persegi panjang dan disangga oleh 20 buah tiang kayu.
Jumlah 20 buah ini melambangkan adanya undang-undang adat yang ada di Kampung Toar
sebanyak 20 buah yang harus ditaati. Pada ruang utama terdapat pembatas bangunan yang berfungsi untuk membedakan antara ruang laki-
laki dan ruang perempuan. Sementara itu, pada bagian panil bangunan terdapat ragam hias flora
dan sulur-suluran berbentuk Aka Cino Tangah Duo Gagang. Sebagai rumah panggung, pintu
masuk berada di sisi utara dengan tangga di pangkal ruang utama rumah ini. Rumah Godang Datuak Sinaro Garang kondisinya kurang terawat
meskipun sampai saat ini masih dihuni.
Luas : Luas Lahan : 1 Ha
Luas Bangunan : 14 x 6,2 m (86,8 m²)
Kondisi Saat
Ini
: Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Keturunan Datuak Sinaro Garang
15 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Godang Suku Chaniago Sentajo
Alamat : Dusun Koto Sentajo
Desa / Kelurahan
: Sentajo
Kecamatan : Sentajo Raya
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 29’ 37,3” dan E 101˚ 36’ 03”
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk : Selatan : Jalan kampung : Barat : Jalan kampung dan Rumah Penduduk
: Timur : Rumah Penduduk
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Rumah Godang adalah bangunan berupa rumah
panggung besar konstruksi kayu, terdiri dari tiga
ruang, yaitu, di bagian depan ruang barando,
dibagian tengah ruang tengah, berderet dari depan
ke belakang pada sisi kiri dan kanan terdapat
lebih dari lima kamar tidur. Rumah Godang
Chaniago merupakan tempat perkumpulan bagi
para keturunan suku Chaniago. Saat Hari Raya
Lebaran biasanya para keturunan berkumpul
untuk sekadar bersilaturahmi. Rumah Godang
jadi tempat untuk bermusyawarah menyelesaikan
berbagai masalah yang menyangkut adat diantara
para keturunan suku. Rumah Godang Suku
Chaniago Koto Sentajo yang sekarang merupakan
Rumah Godang hasil pemugaran tahun 2010 oleh
Pemda Kuantan Singingi. Rumah Godang Suku
Chaniago merupakan rumah adat berarsitektur
tradisional Minangkabau daerah Rantau. Rumah
Godang ini menghadap ke arah tenggara yaitu ke
arah sungai Rutopang dengan dominasi warna
hijau dan kuning. Bangunan berupa rumah
panggung besar setinggi 165 cm yang
berkonstruksi kayu dengan arah hadap ke
tenggara. Atap rumah berbentuk Kajang Padati
terbuat dari seng. Bangunan ini terdiri dari 3
ruangan, yaitu di bagian depan baranda, dibagian
tengah ruang tengah, dan sebuah kamar
diperuntukkan untuk menyimpan alat-alat
perlengkapan adat Suku Chaniago. Dibagian
ruang tengah seperti terdiri dari 4 ruang yang
tidak diberi sekat sehingga terlihat menyerupai
lorong yang berderet dari sisi depan (tenggara) ke
sisi belakang (barat laut), antara ruang tengah
dengan ruang tengah bagian belakang
setengahnya diberi dinding dari susunan papan
kayu yang dipasang horisontal,. Antara lorong
bagian depan Barando diberi dinding berupa
setinggi ± 90 cm berupa pagar yang dibuat dari
tralis papan, ukuran barando 3 m x 3,5 m. Tangga
masuk berada di sisi kiri barando (sisi barat daya).
Pintu masuk berada di sisi tenggara berukuran
182 cm x 119 cm. Sementara jendela berjumlah 12
buah yaitu, di sisi tenggara berjumlah 5 buah, di
sisi barat laut berjumlah 3 buah, di sisi timur laut
berjumlah 2 buah, dan di sisi barat daya
berjumlah 2 buah. Dinding rumah terbuat dari
papan yang dipasang diagonal.
Luas : Luas Lahan : 30 m x 20 m
Luas Bangunan : 16,60 m x 5,50 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Suku Chaniago
16 IDENTITAS
Nama Situs : Rumah Olaysyah
Alamat : Dusun Koto Sentajo
Desa /
Kelurahan : Sentajo
Kecamatan : Sentajo Raya
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Koordinat : S 00˚ 29’ 34,8” E 101˚ 36’ 01,5”
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk
: Selatan : Rumah Penduduk dan Jalan : Barat : Rumah Adat Caniago : Timur : Rumah Penduduk/Kebun
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman
penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Rumah Olaysyah Koto Sentajo tepat berada di
belakang Rumah Chaniago Panghulu Rajo Pucuk.
Rumah Olaysyah merupakan rumah tempat
hunian masyarakat biasa yang berarsitektur
tradisional Minangkabau daerah Rantau. Rumah
ini menghadap ke arah selatan yaitu ke arah
sungai Rutopang dan tidak diberi cat jadi masih
merupakan warna asli kayu. Bangunan berupa
rumah panggung besar setinggi 135 cm yang
berkonstruksi kayu. Atap rumah berbentuk
Kajang Padati yang terbuat dari seng. Bangunan
ini terdiri dari 5 ruangan, yaitu di bagian depan
barando (sisi timur) dengan tangga masuk berada
di sisi selatan, dibagian dalam terdiri dari ruang
tamu dan ruang tengah (sisi barat) yang
dipisahkan oleh dinding kayu yang dipasang
secara vertikal, sebuah kamar tidur (sisi barat),
dan ruang dapur (sisi utara) berada di bagian
belakang. Tinggi lantai sebagian ruang berbeda.
Lantai ruang dalam lebih tinggi 30 cm dari ruang
barando, sementara tinggi lantai ruang tamu dan
ruang tengah lebih tinggi 20 cm dari lantai yang
berada disis timur yang langsung menuju ruang
dapur. Bagian depan Barando diberi dinding
setinggi ± 50 cm berupa pagar yang dibuat dari
tralis papan, ukuran barando 2 m x 2,55 m.
Tangga masuk berada di sisi kanan barando (sisi
timur). Pintu masuk berada di sisi selatan
berukuran 173 cm x 76 cm. Sementara jendela
berjumlah 6 buah yaitu, 3 buah di sisi selatan
(bagian depan), 1 buah berada di sisi barat, dan 2
buah berada di bagian belakang, yaitu ruang
dapur (sisi utara). Dinding rumah terbuat dari
papan yang dipasang vertikal. Jendela di bagian
depan ukurannya sampai ke arah lantai yang
diberi penutup (pagar) dari papan kayu setinggi 50
cm. Pada dinding sisi selatan (depan) bagian
tengah terdapat tedapat hiasan berupa
terawangan berbentuk sulur-suluran.
Luas : Luas Lahan : 20 m x 25 m
Luas Bangunan : 6 m x 8 m
Kondisi Saat Ini
: Utuh
Status Kepemilikan
dan/atau Pengelolaan
: Olaysyah
17 IDENTITAS
Nama Situs : Controleur Belanda (Rumah Dinas Wakil Bupati Kabupaten Rokan Hulu)
Alamat : Jl. Veteran / Riau
Desa / Kelurahan : Kel. Pasir Pangaraian
Kecamatan : Rambah
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00 51’ 57,9” E 100 17’ 46,6” dengan ketinggian 64 m dpl.
Batas-batas : Utara : Perumahan Penduduk : Selatan : Jalan Riau / Imam Bonjol
: Barat : Jalan Imam Bonjol
: Timur : Rumah Dinas Wakil Bupati Kab. Rokan Hulu
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Cagar Budaya terletak di daerah yang padat
dengan pemukiman serta kantor pemerintahan
dengan bentang lahan datar. Untuk mencapai
lokasi dapat menggunakan roda empat dan roda
dua.
Deskripsi Arkeologis
: Bangunan ini berbentuk panggung dengan jarak
dari tanah 1 meter. Bangunan ini memiliki
panjang 12 meter dengan lebar 8 meter. Pada
bagian samping kanan terdapat bangunan
tambahan yang menyatu dengan bangunan induk
dengan ukuran 30 meter x 3 meter. Pada dasarnya
bangunan ini belum mengalami perubahan.
Bangunan ini terbuat dari kayu dengan alas
bawah (yang berhubungan langsung dengan tanah
terbuat dari semen/tembok.
Secara umum bangunan berbahan kayu (dinding)
dan semen/tembok pada bagian lantai.
Luas : Luas Lahan : 1.302 m2
Luas Bangunan : 8 m x 12 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat. Dari awalnya berdirinya
sampai dengan sekarang bangunan ini
difungsikan sebagai rumah hunian.
Status
Kepemilikan dan/atau Pengelolaan
: Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Rokan Hulu
18 IDENTITAS
Nama Situs : Istana Rokan dan Rumah Hulubalang
Alamat : Dusun Rokan Koto Ruang
Desa / Kelurahan : Rokan Koto Ruang
Kecamatan : IV Koto Rokan
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00 34’ 00,9” E 100 24’ 25,9” dengan ketinggian 102 m dpl.
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk : Selatan : Rumah Penduduk : Barat : Sungai Rokan
: Timur : Jalan Kampung
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan
kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi Arkeologis
: Lokasi situs berada di sebelah barat pasar Rokan,
kurang lebih 1 km. Bangunan tersebut berada
pada sebidang tanah yang dipagari dengan pagar
BRC. Batas-batas situs adalah sebelah barat
berbatasan dengan Sungai Rokan, sebelah timur
berbatasan dengan Jalan Raya, sebelah utara dan
selatan berbatasan dengan rumah penduduk.
Kondisi bangunan istana masih cukup baik.
Bentuk istana merupakan rumah panggung.
Lantai terbuat dari papan yang memiliki
ketinggian 2 meter dari tanah. Jumlah tiang
penyangga bangunan berjumlah 18 buah dengan
diameter tiang 25 cm. Tiang-tiang luar diberi
hiasan tempel ukir-ukiran. Tiang dibagian tangga
pintu masuk berjumlah 6 buah pada bagian atas
tiang di bentuk seperti kuncup bunga melati
dalam 2 tingkatan. Bagian dinding bangunan
tingkat bawah dan tingkat atas bermotof polos.
Hanya pada lis dasar dinding bagian bawah diberi
ukir-ukiran.
Bangunan istana bertingkat tiga yang
keseluruhan komponen bangunan terbuat dari
kayu. Pintu masuk istana terdapat pada bagian
timur istana. Untuk masuk istana kita harus
melewati tangga yang terbuat dari kayu. Pintu
satu lagi terdapat di bagian barat istana,
mempunyai tangga dari kayu juga. Lantai
pertama dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ruangan depan yang berukuran 14,9 x 4,2 meter,
dan ruangan belakang yang berukuran 4,1 x 8,9
m. Antara ruangan depan dan ruangan belakang
dihubungkan oleh sebuah pintu. Di samping kiri
kanan ruang belakang terdapat ruangan kecil
(kamar) yang berukuran masing-masing 4,1 x 3
meter. Pada masing-masing kamar dapat sebuah
pintu. Jendela yang terdapat pada bangunan
tingkat pertama berjumlah 11 buah ,yaitu 4 buah
dibagian muka, 1 buah di samping kiri, 1 buah di
samping kanan dan 5 buah di bagian belakang.
Tinggi ruangan tingkat pertama 3,1 meter.
Tingkat kedua merupakan sebuah ruangan
berdenah empat persebi panjang dengan ukuran
14,45 x 7,8 meter. Ruangan ini tanpa jendela,
tanpa dinding. Pada keempat sisi ruangan
berbatasan langsung dengan atap seng. Cahaya
masuk melalui dua buah atap asbes/plastik yang
dipasang sebagai penerang ruangan. Tinggi
ruangan ini 2,25 meter.
Sedangkan tingkat ketiga/paling atas merupakan
terdapat ruangan yang berukuran 3,1 x 9,2 meter.
Tinggi ruangan bagian tengah 4,11 meter, tinggi
bagian tepi ruangan 1,92 meter. Terdapat 8
jendela, yaitu bagian muka dan belakang terdapat
3 buah jendela dan bagian samping terdapat
masing – masing 1 buah. Jenis jendela adalah
kombinasi antara jendela panin dan jendela
jalusi.
Atap bangunan terdiri dari dua tingkat yang terbuat dari seng. Dua buah atap seng diganti
dengan atap transparan sebagai penerang ruangan tingkat kedua.
Luas : Luas Lahan : 30,5 x 44 m
Luas Bangunan : Panjang 15,5 m dan lebar
8,25 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Kerajaan Rokan dan dikelola oleh Kerajaan Rokan, BPCB Batusangkar dan Pemda Kab. Rokan Hulu
19 IDENTITAS
Nama Situs : Kantor KPU Kabupaten Rokan Hulu (Kantor Controleur)
Alamat : Jl. Riau/Imam Bonjol
Desa / Kelurahan : Kel. Pasir Pangaraian
Kecamatan : Rambah
Kabupaten : Rokan Hulu
Provinsi : Riau
Koordinat : N 00 51’ 56,6” E 100 17’ 44,7” dengan ketinggian 64 m dpl
Batas-batas : Utara : Rumah Penduduk : Selatan : Jl. Riau/Imam Bonjol
: Barat : Jalan Imam Bonjol
: Timur : Rumah Dinas Wakil Bupati Kab.
Rokan Hulu
DESKRIPSI
Aksesibilitas Cagar Budaya
: Mudah, karena berada di daerah pemukiman penduduk. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Deskripsi
Arkeologis
: Bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan
20, 3 meter x 14, 3 meter dengan tinggi 5.5 meter.
Pada beberpa bagian tertentu bangunan ini sudah
mengalami perubahan terutama pada bagian
dalam yang sudah dibuat sekat-sekat untuk
ruangan yang terbuat dari bahan triplek. Selain
dari itu, plafon dari bangunan ini juga telah
mengalami perubahan dari papan ke triplek.
Sekarang bangunan ini memiliki 6 ruangan yang
digunakan untuk perkantoran. Atap dari
bangunan ini telah mengalami perubahan dari
genteng tanah ke seng, sedangkan dinding
bangunan ini terbuat dari kayu. Pada bagian
depan tiang sudah diganti dengan beton.Lokasi
bangunan ini berada di pemukiman penduduk
dan perkantoran dengan luas lahan 2500 m2 (50
meter x 50 meter).
Secara umum bangunan berbahan kayu (dinding), beton (tiang), dan seng (atap).
Luas : Luas Lahan : 290,29 m2
Luas Bangunan : Panjang 20, 3 m, lebar
14, 3 m
Kondisi Saat Ini : Utuh dan terawat.
Status Kepemilikan dan/atau
Pengelolaan
: Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu