LAMPIRAN - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/5845/7/LAMPIRAN.pdfSituasi wawancara : Pakaian . semi formal...
Transcript of LAMPIRAN - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/5845/7/LAMPIRAN.pdfSituasi wawancara : Pakaian . semi formal...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Wawancara dengan Tim Digital Marketing Pocari Sweat
Sebelah kiri :Dwi Herwin
Sebelah kanan :Rinaldy Akbar
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Hasil Observasi La ngsung Instagram Insights Born to Sweat 2017
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Hasil Coding Wawancara
Subjek 1 : Rinaldy Akbar selaku Sport Science Specialist PT. Amerta Indah Otsuka.
Subjek 2 : Dwi Herwin sebagai Digital Marketing Supervisor PT. Amerta Indah Otsuka.
Tanggal : Rabu, 2 Mei 2018
Tempat : Wisma Pondoh Indah 1 lantai 7, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Waktu : 14.00 – 15.30 WIB
Situasi wawancara : Pakaian semi formal dengan menggunakan bahasa wawancara yang kasual
di dalam ruang meeting divisi Marketing
Coding
1 : Profil perusahaan
2 : Proses creative nonfiction documentary storytelling Bernard (2011) di tahapan pertama yaitu Who (or What).
3 : Proses creative nonfiction documentary storytelling Bernard (2011) di tahapan kedua yaitu What the
Protagonist Wants.
4 : Proses creative nonfiction documentary storytelling Bernard (2011) di tahapan ketiga yaitu Difficulty dan
Tangibility.
5 : Proses creative nonfiction documentary storytelling Bernard (2011) di tahapan keempat yaitu Engaging with
the Viewers.
6 : Proses social customer engagement Evans & Cothler (2014) di tahapan satu sampai tiga yaitu Consume,
Create, dan Curate.
7 : Proses social customer engagement Evans & Cothler (2014) di tahapan keempat yaitu Advocate.
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
No Refleksi Transkrip Tema Coding
1 Pertanyaan secara
umum mengenai
perencanaan
pembuatan sport
documentary Born
to Sweat.
Tanya:
Mengapa memilih sport documentary sebagai salah satu
strategi komunikasi di media sosial?
Jawab: (Subjek 2)
Kenapa kami memilih sport documentary karena kalau dilihat
dari segi produknya dulu, kita kan produk kesehatan bukan
produk yang “wah ini rasanya enak”, “wah minumannya bagus
kemasannya” sejenis itu. Memang produk yang dikonsumsi
oleh konsumen ini punya tempatnya (positioning) sendiri. Nah
itu kan berarti harus faktual juga, dengan penempatan itu kita
harus mengomunikasikan dengan baik manfaat produk kita
dalam bentuk yang seakurat mungkin. Makanya dipilihnya
sport documentary. Karena kan itu semua yang dilakukan kita
itu berdasarkan data segala macem, jadi pasti alesannya kuat.
Sport documentary dipilih
karena sesuai dengan
manfaat dari produk Pocari
Sweat.
1
2 Tanya:
Apakah sudah ada perusahaan lain dalam industri minuman
isotonik (kompetitor) yang melakukan hal serupa?
Jawab: (Subjek 1)
Belum ada perusahaan
kompetitor yang
menjalankan teknik
documentary storytelling.
1
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Belum. Kita tuh satu-satunya brand yang memiliki tim dalam
bidang sport science. Nah kenapa kita punya tim sport science,
pertama karena yang tadi Mas Dwi bilang kita itu fokusnya di
sport. Yang kedua kita punya visi dimana kita selalu tanamkan
“what only Otsuka can do”. Jadi, hanya perusahaan kita yang
bisa melakukan itu termasuk juga Born to Sweat itu. Dan kita
juga melihat kita punya keuntungan kita ada sport science nih,
kita jadinya selalu memutar otak, apa sih yang bisa kita
lakukan agar masyarakat itu bisa mengembangkan performa
mereka dalam olahraga dengan menggunakan produk kami ini.
Jadi dibentuklah sport science, dan kita membuat semacam
aktivitas nyata agar orang-orang percaya. Dan hasilnya itu
adalah Born to Sweat. Pada intinya sebenarnya konten kita itu
yang di-highlight selalu sama saja yaitu manfaat produknya.
3 Tanya:
Pesan utama apa yang ingin disampaikan kepada khalayak
melalui Born to Sweat?
Jawab:
(Subjek 1)
Salah satunya kita ingin menegaskan sih kalau adegan di Born
Narasumber ingin
mengedukasi khalayak
mengenai pentingnya
olahraga dengan cara yang
tepat.
1
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
to Sweat itu bukan “one time result” sih. Kita tuh ingin
membuktikkan kalau siapapun itu dan kapanpun itu bisa
mendapatkan hasil yang bagus bila melakukan latihan yang
bener, teratur, dan dengan asupan gizi yang tepat.
(Subjek 2)
Kita tuh ingin mengedukasi kalau olahraga itu perlu mengganti
cairan tubuh juga dengan minuman yang tepat sebagai
pengganti ion dalam tubuh. Jadi sebenernya sih benang
merahnya dalam Born to Sweat itu adalah pada saat
berolahraga itu bukan hanya air ya ditubuh yang hilang, tapi
juga ionnya. Nah kita tuh menyelipkan pesan kalau Pocari
Sweat adalah minuman yang paling cocok dalam
menggantikan ion tubuh tersebut. Edukasinya adalah kesana.
Kita tuh pengen menguatkan manfaat produk ini melalui Born
to Sweat. Yang Born to Sweat tahun lalu aja itu juga dapet
engagement yang bagus kok di sosmed. Jadi kita sih mau
membuat konten itu berdasarkan fungsi nyata produk kita juga
biar bisa dirasakan sama konsumen.
4 Tanya:
Siapa sih sebenarnya target khalayaknya yang ingin diraih
Target khalayak Born to
Sweat merupakan orang 1
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
melalui Born to Sweat?
Jawab:
(Subjek 2)
Nah, semua orang yang suka olahraga itu mulai dari anak kecil
sampai orang tua pun ada kan. Kita tuh ga nentuin target dari
umur gitu sih, tapi targetnya itu buat orang-orang yang suka
sport, dan orang-orang yang suka latihan dan ingin tau gimana
cara mengembangkan performanya, ya lebih ke sport
enthusiast sih.
yang menyukai olahraga.
5 Pertanyaan
mengenai proses
creative nonfiction
dalam Born to
Sweat.
Tanya:
Ada 4 tokoh utama dalam Born to Sweat yaitu Dimas Seto,
Melanie Putra, Asma Bara, dan Agus Prayogo. Apakah alasan
dibalik pemilihan keempat karakter tersebut? Secara
keseluruhan dan juga masing-masing tokoh.
Jawab:
(Subjek 1)
Lebih ke ini kali ya, kan kita tuh sport documentary, nah apa
yang terjadi disana itu harus fakta semua. Nah itu yang terjadi
disana di video tuh fakta semua. Jadi kayak misalnya cedera
Keempat karakter dirasa
cocok untuk
menyampaikan pesan kunci
Born to Sweat.
2
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
yang dialami si A, kesulitan yang dialami si B itu fakta semua.
Gabisa dong kalau misalnya yang meranin itu gabisa atau ga
ngerti olahraga. Makanya kita pilih empat orang itu. Lewat
perjuangan mereka itu kita gimana caranya masukin manfaat
Pocari Sweat ke dalamnya. Apalagi dulu Melanie juga sempet
muncul di Born to Sweat satu terus banyak tuh netizen yang
kasih respons positif kalau ngeliat Melanie. Dia kan kerja di
dunia hiburan, tapi ternyata dia juga sangat memperhatikan
kesehatan tubuhnya lho. Dia olahraga itu sehari-hari juga gak
sembarangan.
6 Tanya:
Di dalam alur cerita Born to Sweat ini, apa sih objektif atau
misi yang ingin dicapai keempat tokoh tersebut?
Jawab:
(Subjek 1)
Nah di tahun 2017 itu emang ada event lomba lari marathon di
Jepang dan Korea. Mereka itu kita fasilitasi untuk mewakilkan
Indonesia disana. Jadi mereka itu sebagai atlet yang membawa
nama Indonesia supaya bisa mendapatkan hasil terbaik di
lomba marathon itu. Sebenernya sih tujuan utama tuh bukan
Keempat karakter memiliki
misi untuk meningkatkan
performanya dan
membuktikkannya dalam
ajang lari marathon di
Jepang dan Korea.
3
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
menang lomba lari, tapi lebih edukasi masyarakat aja gimana
usaha-usaha mereka selama ini. Gimana latihan-latihan yang
mereka lalui. Dan juga gimana sih sport science membantu
masing-masing atlet buat ningkatin performanya lewat empat
disiplin ilmu itu yang ada nutrisi sama psikologi. Jadi dia
kalopun gak menang, itu gapapa ga pengaruhin proses
dokumentasi. Soalnya semua justru kami susun itu
berdasarkan fakta. Kalo atletnya ada yang sakit atau tulangnya
retaklah gitu, itu dia juga asli ga dibuat-buat. Sport science kita
pun juga punya tim dokter sendiri buat mantau performa dari
atlet-atlet itu. Dokternya beneran kerja di rumah sakit dan
beneran gelar dokter. Semua tokohnya itu jadinya ga dibuat-
dibuat tapi bener-bener orang aslinya.
7 Tanya:
Dalam alur cerita kan tentunya pasti perlu ketegangan agar
penonton tertarik. Pada bagian apa ketegangan dalam cerita
Born to Sweat? Dan apakah ketegangan tersebut disusun
berdasarkan kejadian nyata?
Jawab:
(Subjek 1)
Perjuangan keempat
karakter di dalam mencapai
misinya menimbulkan
ketegangan dalam cerita.
4
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Ya itu tadi. Semuanya kejadian yang ada itu beneran terjadi.
Ya ketegangannya itu jadi saat mereka dikarantina tuh
sebelum event. Kan masing-masing mereka beda-beda
masalahnya. Tiap episode itu kita bikin sesuai dengan
tokohnya. Misalnya si Melanie itu udah deket-deket event tiba-
tiba aja dia kakinya malah cedera karena terlalu diforsir. Tiap
episode pasti ada ketegangan beda-beda sesuai sama ya
masalah asli yang dialamin sama atletnya. Adegannya itu ga
dibuat-buat ga kita karang. Cuma ya kita atur sedemikian rupa
biar engage sama khalayak, biar ditonton sama khalayak. Tapi
kalo buat nambahin cerita diluar kejadian itu engga.
8 Pertanyaan
mengenai word of
mouth
communication
Tanya:
Bagaimana membuat cerita Born to Sweat agar dapat
menghasilkan engagement dengan khalayak di media sosial?
Jawab:
(Subjek 2)
Ya kayak tadi yang dijelasin sama Aldy itu ketegangan.
Masyarakat Indonesia kan suka ya sama konflik, ga cuman
masyarakat Indonesia sih sebenenernya. Tapi kan kadang
konflik suka diartiin dengan berantemlah, cekcoklah. Padahal
Born to Sweat membuat
khalayak merasa dirinya
juga memiliki kesamaan
dengan tokoh utama.
5
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
ga harus seperti itu. Konfliknya di Born to Sweat justu kita
buat itu dia melawan dirinya sendiri. Gimana sih dia bisa
melampaui rekornya sendiri dengan latihan-latihan yang udah
tim dokter sport science custom untuk masing-masing atlet.
Nah kalo konfliknya udah terselesaikan, pasti mereka punya
suatu kebanggaan tersendiri. Disitu peran Pocari Sweat, buat
membantu mereka itu bisa melawan batas dari diri mereka.
Jadi olahraga emang berat, tapi kalau rajin dan tepat caranya,
dan minum Pocari Sweat, ga harus atlet, masyarakat biasa pun
juga bisa kayak mereka. Makanya kan Dimas Seto juga
sebenarnya kan pekerjaannya aktor, tapi kita pilih itu dia buat
edukasi orang-orang kalau siapapun bisa lho jadi atlet,
siapapun bisa lho meningkatkan performanya kalau caranya
tepat.
9 Pertanyaan
mengenai social
customer
engagement yang
terdapat di
Instagram dan
YouTube.
Tanya:
Di dalam salah satu fitur Instagram bisnis terdapat insights
yang disajikan di dalam data statistik seperti profile visits,
mentions, likes, comments, dan data engagement lain. Apakah
data kuantitatif dalam fitur insights tersebut bisa saya
dokumentasikan?
Narasumber membatasi
akses terhadap insights di
media sosial Instagram
karena merupakan data
internal perusahaan yang
bisa merugikan bila jatuh
ke tangan kompetitor.
6
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Jawab:
(Subjek 2)
Kalau untuk difoto atau diprint sih kita masih gabisa, soalnya
kan itu sebenernya menggambarkan KPI dari tim sosmed di
Pocari Sweat jadi sifatnya internal doang yang boleh akses.
Tapi kalau mau liat aja ya boleh. Nih coba aja kamu pelajarin
dulu hasil akhirnya. Sebenernya sih hasil engagementnya yang
didapatkan intinya diatas dari target yang kita harapkan.
10 Tanya:
Apa dilakukan media monitoring secara manual di Instagram
dan YouTube seperti pencatatan perkembangan jumlah
followers setiap minggunya, atau mungkin bagaimana
followers count yang dihasilkan setelah Born to Sweat
dipublikasikan.
Jawab:
(Subjek 2)
Kalau jumlah followers sih pastinya meningkat tiap harinya
setelah ada Born to Sweat. Tapi kalo catet secara manual gitu
kita engga (melakukan) sih. Di insights kan udah ada laporan
setiap minggunya malah. Jadi kita gaada yang secara manual.
Tidak ada media
monitoring secara manual
yang dilakukan.
6
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Terus YouTube itu sebenarnya awalnya kita buat sebagai
sarana informasi aja. Ya di Instagram video maksimal itu
durasinya hanya 1 menit, sedangkan Born to Sweat itu sampai
8 menit per video. Jadi di Instagram cuman kita tampilkan
cuplikan-cuplikannya nanti di link baru ke YouTube. Tapi
memang kan belakangan Instagram lebih interaktif, jadi main
activity kita semua di Instagram. Makanya kita lebih sering tuh
posting di Instagram.
11 Tanya:
Bagaimana cara melacak khalayak yang sedang melakukan
perbincangan mengenai Born to Sweat?
Jawab:
(Subjek 1)
Kita kan setiap posting ada hashtagnya tuh, terus juga sempet
ada beberapa kuis-kuis tentang Born to Sweat yang kalo mau
ikutan pesertanya juga harus naro hashtag di postingnya.
Palingan dari situ aja sih kita udah bisa melacak semua. Terus
juga dari tag akun juga bisa dilacak siapa aja yang partisipasi.
Pelacakan akun dapat
dilakukan dengan
menggunakan hashtag dan
tag.
6
12 Tanya:
Apakah Anda menggunakan fitur Instagram Ads (iklan
Born to Sweat
menggunakan Instagram 6
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
berbayar) dan YouTube Ads dalam mempublikasikan Born to
Sweat?
Jawab:
(Subjek 1)
Pastinya ada di Instagram, cuman ya kita kombinasikan itu
sama secara organik juga. Karena balik lagi, meski pake iklan
kadang pun orang tuh males comment lho. Kalau dia merasa
perlu aja atau dia tertarik aja kan baru deh di comment-in.
Ads dalam publikasi di
media sosial Instagram.
13 Tanya:
Apakah ada khalayak yang membuat blog atau konten di
Instagram yang sejenis blog yang berisi ulasan khusus
mengenai kegiatan Born to Sweat?
Jawab:
(Subjek 1)
Sejauh ini sih belom ada ya. Kalau yang posting itu ada,
karena kan konten kita buat seinteraktif mungkin dengan
kuislah, dengan itu tadi sport documentary, dengan cerita-
cerita pendek. Semuanya tuh kontennya kita buat bermanfaat
tapi gak berat.
Belum ada khalayak yang
membuat konten sejenis
blog mengenai Born to
Sweat, tahap engagement
belum sampai kepada
advocacy.
7
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Daftar Pertanyaan Wawancara
Creative Nonfiction: Documentary Storytelling
1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan Born to Sweat?
2. Apa key message utama yang ingin disampaikan?
3. Siapakah target audiensnya?
4. Bagaimana penyusunan alur cerita Born to Sweat?
a. Tema utama
b. Karakter & titik balik karakter
c. Ketegangan
d. Keterikatan dengan Khalayak
5. Apakah cerita yang terdapat di dalam Born to Sweat berdasarkan pada kejadian nyata?
Social Customer Engagement
1. Apakah Anda melakukan media monitoring secara berkala?
a. Bagaimana Anda melakukan media monitoring tersebut?
2. Bagaimana cara melacak komentar & perbincangan khalayak mengenai Born to Sweat?
3. Bagaimana social media insights dari Born to Sweat? (Berdasarkan 10 metrik menurut Evans dan Cother (2014))
a. Views
b. Likes
c. Comments
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
d. Reply
e. Posting
4. Apakah ada khalayak yang memberikan ulasan dalam blog/website pribadinya mengenai Born to Sweat?
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018
Strategi Documentary Storytelling..., Cindy Claudia, FIKOM UMN, 2018