Lampiran 1: Pedoman Wawancara Penjajakan PEDOMAN WAWANCARA ... · 120 Lampiran 1: Pedoman Wawancara...
Transcript of Lampiran 1: Pedoman Wawancara Penjajakan PEDOMAN WAWANCARA ... · 120 Lampiran 1: Pedoman Wawancara...
120
Lampiran 1: Pedoman Wawancara Penjajakan
PEDOMAN WAWANCARA PENJAJAKAN
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Tempat, tanggal lahir :
Etnis :
Agama :
Sudah Bekeluarga : Sudah/Belum
Jumlah Anak :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan sebelum :
Jabatan sekarang :
Lama bekerja :
1. Posisi narasumber:
a. Sejak kapan bekerja di Singgasana Hotel Surabaya?
b. Apakah jabatan yang dipegang sekarang? Posisi sebagai apa (Casual
Daily Worker, Trainee, atau Staff?
c. Sebelumnya menjabat sebagai apa? Mengapa pindah?
d. Sudah berapa lama menduduki posisi yang dijabat sekarang?
2. Relasi narasumber (formal: rapat, memo internal, kebijakan, pernyataan,
surat resmi, dsb, serta informal: gosip, selentingan, dsb):
a. Bagaimana hubungan kerja dengan rekan antar reception?
b. Bagaimana hubungan kerja dengan rekan antar bell captain?
c. Bagaimana hubungan kerja dengan rekan antar reservation?
d. Bagaimana hubungan kerja dengan rekan antar operator?
121
3. Tujuan komunikasi horisontal
a. Koordinasi penugasan kerja.
Apakah komunikasi dilakukan untuk mengkoordinasikan tugas?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
Apakah komunikasi dilakukan untuk berbagi informasi dan rencana
kegiatan?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
c. Memecahkan masalah.
Apakah komunikasi dilakukan untuk memecahkan masalah?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
d. Memperoleh pemahaman bersama.
Apakah komunikasi dilakukan untuk memperoleh pemahaman
bersama?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
e. Merundingkan perbedaan.
Apakah komunikasi dilakukan untuk merundingkan perbedaan?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
f. Memberikan dukungan interpersonal.
Apakah komunikasi dilakukan untuk memberikan dukungan
interpersonal?
Media yang digunakan?
Hambatan yang terjadi?
122
4. Hambatan komunikasi (berdasarkan pada faktor-faktor yang ada, yaitu
penyaringan: menyampaikan pesan yang tidak sesuai agar bersifat
menyenangkan bagi penerima pesan; persepsi selektif: informasi diterima
berdasarkan pada pengalaman pribadinya; perasaan: apa yang dirasakan saat
menerima pesan; dan bahasa: perbedaan kata-kata yang digunakan):
a. Antar hubungan kerja dengan rekan antar reception?
b. Antar hubungan kerja dengan rekan antar bell captain?
c. Antar hubungan kerja dengan rekan antar reservation?
d. Antar hubungan kerja dengan rekan antar operator?
5. Media komunikasi:
a. Media komunikasi apa yang sering digunakan (lisan dan tertulis)?
b. Kelebihan dari media komunikasi yang digunakan?
c. Kekurangan dari media komunikasi yang digunakan?
6. Bagaimana komunikasi yang terjadi antara rekan kerja dalam departemen
Front Office secara umum saat ini?
7. Apakah Anda memiliki keinginan untuk pindah ke departemen lain? Kalau
ada, departemen apa ?
8. Apakah Anda memiliki keinginan untuk pindah dari organisasi sekarang?
Mengapa?
123
Lampiran 2: Pedoman Wawancara Pendalaman
PEDOMAN WAWANCARA PENDALAMAN
9. Mengenai poin Relasi Narasumber
Contoh komunikasi yang terjadi selama ini berdasarkan pengalaman
komunikasi yang pernah dialami?
10. Mengenai poin Tujuan Komunikasi Horisontal
a. Koordinasi penugasan kerja.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
c. Memecahkan masalah.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
d. Memperoleh pemahaman bersama.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
e. Merundingkan perbedaan.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
f. Memberikan dukungan interpersonal.
Contoh komunikasi yang pernah dialami selama ini?
11. Mengenai poin Hambatan Komunikasi
a. Apakah ketidak percayaan dengan rekan kerja mempengaruhi
komunikasi horisontal yang terjadi di departemen?
b. Apakah mobilitas tinggi ke atas mempengaruhi komunikasi horisontal
yang terjadi di departemen?
c. Apakah persaingan sumber daya mempengaruhi komunikasi horisontal
yang terjadi di departemen?
d. Apakah terdapat hambatan lain yang mempengaruhi komunikasi
horisontal yang terjadi di departemen?
124
Contoh pengalaman yang berhubungan dengan hambatan komunikasi selama
ini?
12. Mengenai poin Media komunikasi
a. Bagaimana dengan media komunikasi verbal dan non verbal?
b. Bagaimana dengan media komunikasi satu arah dan dua arah?
125
Lampiran 3: Transkrip Wawancara
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITI DENGAN RD
Untuk mendapatkan data dari narasumber RD, peneliti memberikan daftar
pedoman wawancara kepada RD untuk diisi. Karena terdapat beberapa jawaban
yang tidak dimengerti dan butuh untuk digali lebih dalam, peneliti melakukan
wawancara lanjutan kepada RD pada hari Rabu, 24 Oktober 2012. Wawancara
dilakukan di lokasi kerja Reservationhanya pada pukul 14.00 – 15.00 WIB.
Suasana wawancara kurang kondusif karena keadaan hotel yang sedang high
season menyebabkan banyaknya tugas dari RD untuk diselesaikan. Hal ini
menyebabkan peneliti juga melanjutkan beberapa poin wawancara melalui Short
Messages Service (SMS).
Peneliti (P) : Selamat sore Bu RD. Membahas masalah jawaban Ibu dari
pertanyaan tentang komunikasi horisontal departemen Front Office
Singgasana Hotel Surabaya, ada beberapa pertanyaan yang butuh
saya tanyakan lebih lanjut.
RD (RD) : Iya, tentang yang mana?
P : Disini Ibu jawab kalau sudah bekerja dari tahun 2000, jabatan
sebelumnya Reception Shift Leader dan sekarang Assistant Front Office
Manager? Apa pernah pindah departemen?
RD : Ga pindah kok, nduk. Dari awal ya di Front Office, tapi sebelum jadi
Supervisor, jadi Reception dulu, terus Reception Shift Leader, terus
Reservation, terus sekarang Reservation Supervisor rangkap Assistant
Front Office Manager.
P : Sudah berapa lama menduduki jabatan sekarang?
RD : Sudah satu bulan.
P : Selama ini, relasi dengan rekan kerja lain di departemen Front Office
gimana, Bu?
126
RD : Baik sih. Mungkin ada miss communication. Cuma ya nggak terlalu
sering menurutku. Kalo aku sendiri kan di subdepartemen Reservation
hanya satu orang. Jadi cuma aku. Biasanya aku lebih banyak komunikasi
sama pihak Sales and Marketing atau langsung sama FOM. Paling sering
komunikasi sih sama Operator, karena mereka anak training ku. Jadi
untuk pemberian tugas atau pembahasan masalah tertentu, aku selalu
bagi ke mereka supaya mereka juga belajar disini.
P : Kalo komunikasi di departemen ini sendiri, lebih cenderung terjadi
secara formal atau informal Bu?
RD : Kalo aku sih menggunakan bahasa sehari-hari ya. Jadi ya kadang kalo
sama anak reception ya ada bercanda-bercanda sedikit meskipun kita
ngomongin tugas. Cuma kalo sama GM atau pak MA aja kadang aku
formal kalo bahas masalah hotel. Kalo lainnya, apalagi operator,
seringnya ya bercanda-bercanda, kadang malah ngegosip di loker pas
istirahat bareng.
P : Selama ini, komunikasi horisontal antara rekan kerja apakah digunakan
untuk mengkoordinasikan penugasan kerja?
RD : Iya, secara langsung atau lisan.
P : Apakah ada hambatannya, Bu?
RD : Waktu yang ada itu cenderung sedikit saat incharge karena kondisi yang
ada di hotel crowded. Selain itu, tugas dan kewajiban yang ada berbeda
dengan yang seharusnya. Contohnya, aku sebagai reservasi, seharusnya
aku cuma fokus pada reservasi, personal atau grup atau online
reservation. Tapi pada kenyataannya, sekarang aku juga harus incharge
sebagai skill trainer, yang harus ajarin trainee Operator khususnya. Terus
aku juga incharge jadi admin dari online booking yang mengharuskan
aku buat ketemu dengan sales dari bagian online booking itu. Padahal
kan itu seharusnya di handle oleh pihak sales Tour and Travel. Sekarang
ini, aku juga selalu dimintai tolong untuk bantu booking tiket pesawat
untuk General Manager dan pihak Executive (Department Head,
peneliti) apabila mereka butuh tiket untuk keperluan dinas dari hotel.
Padahal seharusnya sudah ada General Administration (sekretaris dari
127
General Manager, peneliti) yang seharusnya urus semua itu. Akibatnya,
tugasku jadi banyak dan numpuk. Jadi aku harus bagi tugas dengan rekan
kerja lain, misalnya reservasi personal aku kasih ke Reception atau anak
trainee Operator. Seperti itu.
P : Apakah komunikasi ini digunakan untuk berbagi informasi mengenai
rencana dan kegiatan kerja?
RD : Iya, biasanya dilakukan dengan komputer
P : Apakah terdapat hambatan yang ditemukan?
RD : Kurang jelasnya informasi yang ada menghambat. Selain itu, melalui
media ini berbeda dengan komunikasi secara langsung.
P : Contohnya, Bu?
RD : Karena aku incharge juga sebagai reservasi group, aku berhubungan
langsung juga sama Sales and Marketing. Jadi untuk masalah jumlah
kamar, nama-nama tamu VIP, dan harga kamarnya langsung
berhubungan dengan aku. Semua keterangan itu aku coba tulis di
reservasi sistem REALTA yang ada. Kemarin setelah aku tulis
keterangan harga dari grup yang ada, ternyata ada perubahan harga dari
pihak Sales and Marketing. Sedangkan harga yang baru berbeda dengan
keterangan yang aku tulis di sistem dan nggak memungkinkan untuk
merubah keterangan-keterangan itu. Akhirnya aku ganti semua harganya
sendiri di sistem, tanpa aku info ke reception. Ternyata waktu Night
Reception cek harga, harga yang ada berbeda dengan keterangan yang
ada. Akhirnya terjadi miss harga kamar. Tapi untungnya teratasi.
P : Oke, Bu. Selanjutnya komunikasi digunakan untuk memecahkan
masalah. Apakah media yang digunakan dan hambatan yang ditemukan?
RD : Iya, komunikasi digunakan untuk memecahkan masalah. Komunikasinya
secara langsung atau lisan. Hambatannya biasanya dari data yang ada itu
kurang atau tidak akurat. Jadi kita susah untuk ambil solusi seperti apa.
P : Kalau komunikasi untuk memperoleh pemahaman bersama, apakah
hambatan yang ada?
RD : Dilakukan melalui media langsung. Hambatannya itu karena tiap orang
berbeda pemahamannya. Kaya contohnya misalnya ada yang reservasi.
128
Kita harus barengan tentuin harga kamar untuk hari itu berapa
patokannya. Kalo hari itu ramai, kita jual kamar harga tinggi. Kalau hari
itu sepi, kita patokan harga promo berapa untuk hari itu. Cuma, kadang-
kadang antara masing-masing orang masih beda-beda sesuai dengan
kebiasaan mereka jual harga kamar berapa. Apalagi kalo tamunya uda
mulai tanya harga lebih murah. Kadang kalo aku udah tawarin, ternyata
sebelumnya mereka uda telepon dan dikasih harga lebih murah dari yang
aku tawarin. Biasanya miss comm nya sih disitu.
P : Komunikasi digunakan untuk merundingkan perbedaan. Komunikasi ini
dilakukan melalui media apa dan apakah hambatannya?
RD : Dilakukan melalui komunikasi lisan, yaitu rapat. Rapat Front Office
namanya Commet, Communication Meeting.
P : Commet diadakan berapa kali sekali, Bu?
RD : Sebulan sekali, biasanya akhir bulan.
P : Kalau selama enam bulan terakhir ini, Bu, kapan Commet diadakan?
RD : Baru sekali, bulan Mei 2012 lalu.
P : Mengapa baru diadakan sekali?
RD : Karena kondisi hotel yang sangat crowded sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan Commet sekali dalam sebulan.
P : Kalau komunikasi digunakan untuk memberikan dukungan interpersonal,
dilakukan melalui media apa?
RD : Iya, dilakukan secara langsung atau lisan. Biasanya sih aku lakuin ke
anak training. Supaya mereka lebih bisa cepet mengerti atau apa,
biasanya aku kasih tugas-tugas reservasi gitu juga, supaya mereka bisa
lebih cepet belajar. Mereka antusias akhirnya, karena kerjaan mereka
bukan cuma sebagai operator sambung-sambungin telepon. Gitu.
P : Hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan selama bekerja disini?
Misalnya hambatan bahasa?
RD : Pernah kejadian gara-gara bahasa ISO. ISO itu kan singkatan dari Instead
of, maksudnya bisa jadi. Misalnya ada reservasi dari tamu, tamunya info
ke kita kalo check in tengah malam atau bisa jadi subuh. Aku tulis di
notes sistem REALTA itu “Late C/I ISO dawn, monitor”. Semua
129
receptionist yang baca keterangan itu ngerti. Dan akhirnya itu jadi
semacam bahasa baku dari anak-anak untuk reservasi-reservasi yang
seperti itu. Tapi ada satu orang receptionist. Dia pas terima reservasi
tamu kaya gitu, nulisnya di sistem bukan ISO kaya gitu. Tapi dia
nulisnya ISOK. Jadi kita yang baca itu nggak ngerti maksudnya apa.
Akhirnya sampe kita telepon ke receptionist itu buat nanyain maksudnya
apa. Ternyata maksudnya ISO. Untungnya sih nggak sampe ada masalah
besar.
P : Kalo hambatan lain, poin penyaringan?
RD : Pernah waktu ada kasus sekitar lima atau enam bulan yang lalu pas ada
tamu yang kehilangan uang di kamarnya. Itu kan gara-gara trainee
Operator sebelum ini ngasih info ke pencurinya kalo kamar nomer ini
atas namanya ini. Akhirnya pencurinya itu ke Reception untuk minta
kunci duplikat pake alesan kuncinya ketinggalan. Sama anak reception
juga dikasih aja tanpa tanya namanya. Akhirnya kan dibahas sama pihak
manajemen. Trainee-nya nggak ikut rapat besar manajemen. Yang ikut
cuma Department Head aja, termasuk pak MA (Front Office Manager,
peneliti). Setelah rapat, pak MA ngomong ke aku buat negur anak
Operator itu, soalnya kalo kasusnya sampe kaya gini, dia bisa langsung
dikeluarin sama minta pertanggung jawaban uangnya. Tapi ya aku nggak
sampe ati ngomongnya soalnya anaknya kerjanya selama ini ya bagus.
Akhirnya aku cuma ngomong, lain kali kalo ada tamu tanya-tanya gitu
jangan dikasih tau. Bilang kalo prosedur kita untuk merahasiakan nama
tamu dan keterangannya. Gitu.
P : Hambatan lain mengenai tidak adanya kepercayaan dengan rekan kerja
Bu?
RD : Kalo kepercayaan sih pernah waktu itu sama Receptionist. Aku nggak
tau, sebenernya yang salah siapa. Pokoknya, aku sudah reservasi kamar
group total missal 30 kamar gitu ya, ternyata cuma 29 kamar yang ada.
Kondisi waktu itu hotel full. Jadi kamarnya itu nggak ada lagi. Karena
aku udah yakin bener, aku tinggal pulang rumah karena jam pulang. Pas
baru sampe rumah, tiba-tiba pak MA (Front Office Manager, peneliti)
130
telepon HPku. Dia salahin aku, karena kamarnya kurang satu. Padahal
aku yakin banget kalo udah bener. Besok pas aku masuk lagi, akhirnya
aku check sistemnya. Ternyata satu kamarnya di cancel dengan ID nya
RY. Emang aku nggak tau pasti yang cancel siapa soalnya kondisinya
kan yang incharge dua orang dengan satu ID. Tapi ya sejak itu, kalo ada
apa-apa, aku nggak pernah minta tolong Reception untuk selesaiin
masalah grup. Aku orangnya nggak terimaan soalnya. Apalagi aku yakin
kalo aku nggak salah.
P : Kalo hambatan karena faktor persepsi selektif Ibu, yang berkaitan dengan
pengalaman komunikasi ibu?
RD : Ya paling tadi itu, gara-gara salah gitu, jadinya aku beranggapan kalo
kamarnya bisa kurang tiba-tiba. Jadi aku sering check dan re-check lagi
sama anak-anak Reception terutama, soalnya mereka yang sering juga
dapet reservasi dari luar. Biasanya gitu ada dari tour travel. Awalnya
booking sama aku dua kamar. Ternyata dia telepon lagi, pas yang terima
anak Reception. Mereka info kalo kamarnya jadi cuma satu aja. Tapi
seringnya nggak ada notes di sistemnya. Akhirnya pas aku check, aku
mesti panik sendiri. Karena jadi takutnya aku yang salah, karena dulu
pernah di cancelgitu, tapi nggak info ke aku. Gitu.
P : Contoh permasalahan lain, Bu?
RD : sering juga kaya gini. Tamu pesen kamar lewat tour travel. Terus mereka
request kamar, missal non smoking room. Pihak tour travel info ke kita
tanpa bilang kalo tamu request seperti itu. Dan kejadian ini udah sering
banget terjadi. Jadi kalo tamu dateng sini terus marah-marah karena
request-nya nggak dipenuhin, kita udah biasa. Pasti itu ada miss
communication dari tour travelnya ke kita. Jadi karena pengalaman-
pengalaman sebelumnya, kita jelasin ke tamu kalo tour travel-nya nggak
request-kan ke kita. Kalo dulu-dulu sebelum seringnya masalah gini,
antara reception sama reservation pasti salah-salahan. Sekarang
untungnya uda nggak.
131
P : Kalo permasalahan mobilitas tinggi ke atasan Bu?
RD : Ya itu tadi, masalah aku ditegur sama pak MA. Ya aku nggak terima,
akhirnya ya aku cariin siapa yang cancel. Tapi nggak ada yang mau
ngaku dari Reception. Ya akhirnya yang aku salahin ya RY soalnya pake
ID nya RY. Pokoknya aku nggak salah di mata pak MA. Nggak mau aku
disalahin yoo…
P : Kalo tentang persaingan sumber daya sendiri, apa pernah terjadi
hambatan karena persaingan itu?
RD : Nggak sih kalo itu. Soalnya di kita karyawan emang kurang banget. Jadi
siapa yang berminat di FO, pasti kita welcome.
P : Gitu ya, Bu. Selama di Front Office, media komunikasi yang digunakan
apa?
RD : Media komunikasi lebih banyak dilakukan secara lisan daripada tertulis.
P : Apakah kelebihan media komunikasi lisan?
RD : Media komunikasi lisan lebih bisa dimengerti karena bisa langsung get
feedback dari lawan bicara, sehingga hasilnya bisa sama satu tujuan. Tapi
memerlukan waktu yang lebih lama tanpa adanya gangguan.
P : Media komunikasi yang bersifat satu arah atau dua arah di departemen
ini seperti apa Bu?
RD : Kalo satu arah atau dua arah apa ya? Pada dasarnya sih sama media
komunikasinya, bisa satu arah atau dua arah, nduk. Cuma tergantung dari
informasi yang diberikan. Kalo komunikasi yang diinformasikan udah
jelas, pasti sifatnya satu arah. Contohnya itu lewat Tracing sama Notes di
sistem itu. Kalo yang kasih informasi itu udah jelas, pasti nggak ada
timbal balik omongan atau tulisan di sistem itu. Cuma kalo nggak jelas,
pasti akhirnya kita konfirmasi lagi ke siapa yang nulis itu, biasanya
langsung by phone atau SMS. Kalo orangnya masih incharge, ya
langsung diomongkan atau telepon ekstension.
P : Kalo media komunikasi verbal dan non verbal nya Bu?
132
RD : Media komunikasi sih kebanyakan verbal ya. Langsung ngomong.
Tulisan gitu termasuk verbal atau non verbal ya? Lewat log book itu juga
bisa. Kalo non verbal apa ya? Mungkin kalo pas aku lagi handle telepon,
karyawan lain ada yang tanya kamar ada nggak, aku lambaikan tangan
gitu (sambil menunjukkan lambaian tangan sebelah kanan), tandanya
kamarnya full. Gitu-gitu aja ya paling.
P : Apakah komunikasi dilakukan untuk mengambil solusi dan evaluasi dari
masalah yang ada di departemen ini?
RD : Iya, secara lisan atau bisa disertai tulisan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti. Kalo evaluasi diadakan contohnya dengan
briefing sebelum memulai kerja.
P : Bagaimana komunikasi yang terjadi antar rekan kerja dalam departemen
Front Office secara umum saat ini?
RD : Cukup bagus, meskipun kadang ada info yang lewat. Tapi karena
canggihnya alat komunikasi, bisa langsung teratasi
P : Menurut Ibu sendiri, lewatnya informasi kaya gitu, terjadi karena apa?
RD : Kalo menurutku sih kita ini kebanyakan tugas dari masing-masing sub
departemennya. Tugasnya itu tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Contohnya Reception, nggak cuma check-in check-out, tapi juga
reservasi, kasir. Selain itu, faktor lingkungan juga pengaruh. Misalnya
pas hotel lagi crowded banget, pasti ada aja miss communicationnya.
Terus di departemen kita ini juga kekurangan personil. Seharusnya
reservation itu minimal dua orang, satu untuk reservasi group, satunya
untuk reservasipersonaldan perusahaan. Tapi nyatanya aku cuma sendiri.
Pengaturan waktu kerja juga berpengaruh sama komunikasi itu sendiri.
Kalo pas salah atur waktu, pasti aja ada miss comm-nya.
P : Baik, Bu. Kalo Ibu sendiri, apakah memiliki keinginan untuk pindah dari
departemen atau organisasi sekarang ini?
133
RD : Tidak sih.
P : Mengapa, Bu?
RD : Karena akan lebih berkembang menurutku.
P : Baik, terima kasih banyak, Bu, atas kesempatan wawancara lanjutan
yang ada.
Surabaya, 1 November 2012
Menyetujui,
RD
134
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITI DENGAN RR
Wawancara dilakukan pada pukul 19.00 – 21.30 WIB di luar lokasi kerja.
Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2012. Wawancara dilakukan
sebelum RR bertugas sebagai Night Reception. Pada saat itu, RR menggunakan
seragam kerja karyawan tetap Front Office Singgasana Hotel Surabaya yang
berwarna hitam dengan motif batik di bagian kerahnya. Namun, RR menggunakan
jaket yang digunakan untuk menutupi seragam kerjanya. Lokasi wawancara
dilakukan di salah satu restoran siap saji, yaitu Wendy‟s Burger di Surabaya Town
Square Mall (lantai 2). Lokasi wawancara sepi karena hanya terdapat tiga orang
pengunjung lain selain narasumber dan peneliti.
Peneliti (P) : Selamat malam, mas RR. Sebelumnya uda sempet aku ceritain
tentang topik skripsiku ya, audit komunikasi horisontal Front
Office Singgasana. Untuk sumber skripsi, aku mau tanya beberapa
hal aja sih, mas. Boleh ya?
RR (RR) : Iya, nggak ‘papa tanya aja. Nanti sebisanya aku bantu jawab.
P : Oke mas, makasih sebelumnya. Mas disini udah berapa lama ya, kerja?
RR : Kurang lebih tiga tahunan. Awalnya dulu training, terus ditawarin casual
sama pak MA, terus enam bulanan mungkin langsung kontrak kerja, jadi
karyawan tetap.
P : Jadi, mulai trainingnya kapan?
RR : Mulai 2009, enam bulan. Terus casual enam bulan, abis gitu staf.
P : Resminya staf per kapan, mas?
RR : Per bulan Januari 2010.
P : Oooo… gitu ya mas. Awal masuk Singgasana jadi apa, mas?
RR : Langsung jadi reception kok, nggak pernah pindah-pindah.
P : Gitu, ya, mas. Sebelum di Singgasana pernah kerja di tempat lain nggak?
RR : Dulu pernah, sempet di Novotel, pas SMK magang di bagian
housekeeping. Terus kerja casual disana kurang lebih tiga tahunan.
Setelah itu, aku ngelanjutin kuliah sampe akhirnya ada magang lagi,
masuk ke Singgasana.
135
P : Dulu pindah dari Novotel ke Singgasana, kenapa mas?
RR : Soalnya kuliahnya mulai sibuk waktunya. Jadi fokus kuliah dulu. Terus
ada program magang di kuliah, akhirnya aku magang di Singgasana.
P : Kenapa pilihnya Singgasana, mas?
RR : Karena ngajuin magang di beberapa hotel, yang keterima duluan di
Singgasana.
P : Terus kenapa kok pilihnya di receptionist? Padahal sebelumnya kan di
bagian housekeeping, kok nggak magang di housekeeping aja disini?
RR : Yang pertama kan ingin belajar lainnya. Di hotel kan ada beberapa
bagian. Salah satu bagian yang paling penting kan reception, karena di
reception kan belajar gimana hadepin tamu secara langsung, guest
contact.
P : Oooo… gitu ya. Selama beberapa tahun disini, relasi kerja mas dengan
temen-temen lain gimana, mas? Misalnya sama anak-anak bellboy?
RR : Kalo sama anak-anak bellboy sih, yaaaa, biasa aja sih. Kadang juga
sering bantu mereka buat anter-anter tamu, kalo pas bellboy lagi rame.
Intinya tetep harus komunikasi, soalnya kita salah satu departemen yang
jadi first impression tamu.
P : Jadi kalo pas kerja, biasanya ngomongin apa aja?
RR : Kalo lagi kerja kasih informasi-informasi tentang pelayanan ke tamu,
contoh VIP guest, EA (Expected Arrival yaitu perkiraan tamu yang akan
datang hari itu, peneliti), ED (Expected Departure yaitu perkiraan tamu
yang akan keluar hari itu, peneliti). Gitu aja sih.
P : Selebihnya mas? Kalo lagi nggak kerja, pas jam istirahat mungkin.
Sering ngobrol-ngobrol nggak?
RR : Jarang. Lebih sering ngobrol sama karyawan departemen lain.
P : Kenapa kok malah sering sama karyawan departemen lain, mas?
RR : Iya, tergantung jam istirahatnya kan. Soalnya kan beda jam istirahatnya.
P : Ooo… gitu ya. Kalo sama bagian lain di Front Office, misalnya bagian
Operator, yang sering dikomunikasi’in apaan, mas?
RR : Nggak pernah ngobrol. Cuma kalo nyambungin telepon aja.
P : Kenapa, mas?
136
RR : Iya, soalnya situasinya reception yang selalu crowded.
P : Apa ada faktor lain, mas?
RR : Nggak sih. Cuma ya itu aja, kadang kalo situasi lagi crowded, ya males
ngomong aja.
P : Kalo sama temen reception sendiri, gimana?
RR : Sama aja. Intinya kalo ada informasi tentang pekerjaan, oke, disampein.
Selebihnya, aku bukan tipe orang yang suka ngobrol. Jadi meskipun
waktu istirahat pun, jarang ngobrol sama mereka. Lagian jam istirahatnya
juga mesti beda kok.
P : Gitu ya, mas. Kalo ke bagian reservation sendiri? Kan Ibu RD lebih
senior dari mas. Apa jarang ngobrol juga atau gimana?
RR : Sama juga. Kalo ngobrol paling ngobrol tentang pekerjaan aja.
P : Contohnya, mas?
RR : Tentang keterangan-keterangan group yang ada di hotel apa aja,
ngomongin schedule kerja. Tentang itu aja.
P : Selama di FO Singgasana, pernah ada nggak mas, semacam rapat gitu?
RR : Ada commet, communication meeting.
P : Itu diadain berapa lama sekali, mas?
RR : Sebenernya sebulan sekali. Cuma karena situasi kondisi hotel yang selalu
ramai pas high season dan keterbatasan karyawan, jadi commet nggak
pernah diadain. Paling tahun ini baru satu kali, pas bulan Mei kemarin
kalo nggak salah.
P : Kalo pas commet gitu, biasanya yang dibahas tentang apa, mas?
RR : Intinya tentang kendala-kendala yang ada di operasional. Terus kita cari
solusinya gimana.
P : Kalo commet yang kemarin, mas ikut nggak?
RR : Nggak (tertawa)
P : Kenapa nggak ikut, mas?
RR : Soalnya waktu itu aku incharge shift malem. Commet-nya diadain
siangnya, pas aku masih istirahat di rumah.
P : Oooo… gitu ya. Selama aku liat enam bulan ini, mas emang paling
sering masuk shift malem ya?
137
RR : Iya (tertawa)
P : Kalo shift malem gitu, mas, tugasnya sebagai reception apa aja sih?
RR : Emmmm… Banyak. Shift malem itu nggak sepi kayak orang lain pikir.
Coba aja, kamu dateng, liat aku kerja pas malem. Nggak usah bantu apa-
apa wes, liat aja. Pasti banyak yang dikerjain.
P : Misalnya gimana, mas?
RR : Kalo secara tertulis sih, ada yang namanya Night To Do. Jadi kerjanya
sesuai itu. Tapi pada kenyataannya beda.
P : Kalo Night To Do itu apa aja, mas?
RR : Ada tertulisnya, nanti kamu bawa aja. Garis besarnya sih final check
untuk room rate, guest folio, guest history, prepare EA/ED besok. Set up
wake-up call, check all master key.
P : Maksudnya, mas? Bisa diterangin satu-satu nggak?
RR : Kalo untuk check rate, itu harga yang deal ke tamu itu sesuai nggak sama
yang udah ada di REALTA (sistem komputer Singgasana Hotel
Surabaya, peneliti). Terus kalo guest folio itu, kita cek deposit tamu
kurang nggak, yang perlu dipisah-pisah pembayarannya yang mana aja.
Kalo tentang guest history, tentang data-data tamu yang menginap udah
di-input apa belum. Kalo prepare EA/ED itu misalnya nyiapin kunci buat
grup kalo ada, terus guestfolio tamu yang check out besoknya. Kalo ada
tamu yang minta wake-up call, pastiin lagi udah di set apa belum sama
anak operatornya. Kalo master key, kan semua kunci utama dititipin
selalu di reception. Jadi kita cek lagi, kunci-kunci itu udah ada semua apa
belum.
P : Gitu ya mas. Tadi kan mas sempet bilang kalo kenyataannya jadi
reception malem itu beda sama yang tertulis. Maksudnya gimana, mas?
RR : Maksudnya itu kalo malem semua kerjaan yang ada dirangkep. Mulai
dari bellboy, valet, operator, sampe handle complaint semua langsung ke
reception.
P : Pernah ada masalah karena tugas yang macem-macem seperti itu, nggak
mas? Terutama yang berhubungan dengan komunikasi juga?
138
RR : Banyak. Mulai dari nggak ada informasi berlanjut. Harusnya kan tiap
shift informasi dilanjutin ke shift berikutnya. Kadang informasi nggak
sampe atau informasi nggak tepat. Kalo aku malem sih lebih banyak jadi
masalah sih trouble report dari kamar tamu yang menginap. Intinya
complaint.
P : Biasanya emang complaint-nya tentang apa, mas?
RR : Berkali-kali. Pernah aku dicomplaint gara-gara DKM (Door Knob Menu
yaitu pelayanan sarapan yang diantar ke kamar sebelum waktu standard
sarapan dimulai, peneliti). Jadi anak reception nggak tau sore atau pagi
dapet info kalo ada tamu kamar sekian minta DKM. Tapi nggak
disampein ke aku, nggak di request ke room service juga. Akhirnya
tamunya nggak dapet DKM pas jam yang dia minta. Tamunya complaint
ke aku akhirnya. Padahal aku nggak ngerti apa-apa.
P : Terus solusinya gimana, mas?
RR : Akhirnya kita jelasin ke tamu. Kita minta maaf ke tamu, gara-gara terjadi
ketidaknyamanan atas pelayanan kita. Kita explain ke tamu kalo DKM
akan kita orderkan, cuma mesti nunggu beberapa waktu dulu. Kalo
tamunya mau nunggu, kita siapkan. Kalo tamunya nggak mau nunggu,
biasanya kita kasih yang siap saji aja. Contohnya fresh from the oven itu
kaya roti-rotian.
P : Kalo sama reception-nya sendiri, apa yang mas lakuin?
RR : Menegur orang yang bersangkutan, terus info juga ke shift berikutnya
tentang masalah itu. Rata-rata sih masalahnya tentang miss info kaya gitu
aja.
P : Gitu ya mas. Kalo sebagai reception, apa dilakuin semacam pembagian
tugas antar karyawannya, mas??
RR : Iyalah. Sesuai shift-nya.
P : Contohnya seperti apa, mas?
RR : Kalo shift pagi sama sore sih ya bedanya cuma masalah check-in sama
check-out aja. Kalo pagi kan lebih fokus check-out tamu. Kalo sore
fokusnya ke check-in. Yang paling beda ya shift malem. Soalnya shift
malem punya patokan tadi, Night To Do. Dan didalem Night To Do itu
139
kan ada dua sesi, Before Back-up dan After Back-up. Kalo aku
kebanyakan shift malem sih. Jadi rata-rata pekerjaan reception aku
handle semua.
P : Jadi koordinasi penugasan kerja itu nggak selalu dilakuin?
RR : Tetep dilakuin, cuma mungkin karena aku sering incharge sendiri, jadi
kalo aku masuk shift lainnya, tetep apa-apa aku kerjain sendiri.
P : Pernah nggak ada miss communication waktu masuk shift pagi atau sore
gitu, mas?
RR : Iya pernah. Sering malah. Jadi aku handle tamu yang info kalo
kehilangan barang abis check-out. Terus aku handle sendiri, aku tanya ke
housekeeping nemu barangnya tamu itu atau nggak. Tapi aku nggak info
anak operator atau temen receptionku yang incharge bareng aku waktu
itu. Terus sama housekeeping ditemuin, tapi aku nggak jelasin juga ke
temenku. Pas kedua kali tamunya telepon untuk tanyain barangnya, yang
angkat temen receptionku itu. Pas disuruh jelasin barang yang
ketinggalan tadi, tamunya marah, kok harus jelasin berkali-kali. Akhirnya
baru aku bilang ke temenku itu kalo barangnya ada.
P : Kaya gitu apa jadi masalah besar, mas?
RR : Kalo masalah besar sih, nggak. Cuma ya itu tadi, tamunya akhirnya
sempet ngamuk ke temenku yang incharge bareng aku. Mungkin aku
kebiasaan kerja sendiri, jadi jarang share info kaya gitu.
P : Ooo gitu ya. Ngomong-ngomong mas ini incharge malem setiap kapan?
RR : Nggak tentu. Pokoknya dari satu bulan kerja itu, paling sekitar tiga per
empatnya masuk malem terus. Sisanya libur, kalo ada perlu paling aku
baru masuk sore atau pagi.
P : Kalo di reception sendiri, komunikasi untuk membagi informasi ini
seperti apa sih mas? Maksudnya apa ada harus prosedur, atau pake
media, atau seperti apa?
RR : Kalo antar reception sih biasanya ya langsung ngomong aja pas incharge
bareng. Tapi kalo antar shift, biasanya lewat log book gitu. Jadi ditulis
waktu shift itu ada apa aja yang penting, nanti diinfokan ke berikutnya.
140
Tapi kalo aku sih jarang ya ngomong ke anak-anak, paling cuma tulis
keterangannya di log book aja, terserah mereka mau baca atau nggak.
P : Contoh informasi yang ada di log book itu apa aja mas?
RR : Misalnya ya yang pesen extra bed sapa aja, yang pesen wake up call sapa
aja jam berapa aja. Gitu gitu aja, tentang yang tamu pesen tapi belom
selesai dilakuin.
P : Gitu ya mas. Kalo sama temen-temen Front Office sendiri, gimana
pembagian informasinya dilakuin?
RR : Kalo sama anak-anak lainnya sih paling cuma by phone aja. Biasanya
paling sering ke bellboy, buat info tamu selesai check-in atau check-out,
terus minta tolong dianterin.
P : Kalo sama operator atau reservasi?
RR : Hmmmm…. Paling bagi infonya cuma tentang ada reservasi ini,
kamarnya jangan dipake dulu, soalnya pas itu kan lagi full hotelnya.
Soalnya disini itu, semua itu bisa reservasi. Operator kadang juga terima
reservasi tamu, reservasi juga, reception juga terima. Padahal sistemnya
kan jadi satu. Jadi ya cepet-cepetan reservasi kalo pas kamarnya lagi full
gitu.
P : Kalo pertanyaan selanjutnya itu mas, tentang komunikasi untuk
memecahkan masalah, gimana selama ini disini?
RR : Kalo itu ya sering dilakuin, tapi cuma antar pihak yang bersangkutan
gitu. Bukan secara resmi rapat atau forum gimana gitu.
P : Kalo mas sendiri, gimana komunikasinya dilakuin?
RR : Kalo aku sih biasanya aku langsung bilang sama pak MA (Front Office
Manager, peneliti), ya. Jadi cepet, langsung diomongin aja berdua
gimana, cepet keputusannya.
P : Kalo sama rekan kerja yang setingkat sendiri, nggak pernah discuss
untuk masalah apa gitu, mas?
RR : Kalo aku sih kan orangnya lupaan. Jadi kalo ada masalah yang belum aku
tulis di log book, biasanya anak reception lain yang incharge bakalan
telepon atau SMS aku langsung, nanti baru aku ceritain gimana-
gimananya. Baru diomongin berdua, gimana enaknya jalan keluarnya.
141
P : Pernah ada masalah nggak, mas, kalo waktu discuss tentang masalah
yang ada?
RR : Pernah’lah. Omongannya ga sepaham, beda pendapat, terus kepengen
selesaiin masalahnya yang nggak sama. Beda tujuan mungkin.
P : Maksudnya beda tujuan?
RR : Mungkin kalo aku mikirnya, gimana supaya tamu nggak complaint, tapi
kalo yang lain mikirnya gimana supaya mereka nggak disalahkan. Gitu
sih menurutku.
P : Terus solusinya gimana?
RR : Ya itu, biasanya aku langsung ngomong sama pak MA, atau kalo nggak
ya langsung aku selesaiin sendiri aja.
P : Nggak pernah mas, nyoba buat samain pendapat kalian? Kaya yang poin
berikutnya itu kan komunikasi juga digunakan untuk memperoleh
pemahaman bersama.
RR : Hmmm… pernah sih ngobrol-ngobrol, kita ini satu tim harus kerja sama
bareng. Kalo aku sih mesti bilang, maksudku seperti ini, seperti itu. Tapi
kadang yang terima itu beda persepsi sama aku. Akhirnya ya nggak
ketemu pikirannya.
P : Gitu ya. Contoh beda persepsi gimana, mas?
RR : Maksudnya kalo ada masalah, ayo diselesaikan bareng. Kita satu tim.
Tapi mungkin mereka mikirnya aku ngatur atau gimana. Ya uda aku
lepas juga. Mungkin gara-gara itu juga ya aku males share info ke
mereka kalo lagi incharge bareng, terutama anak reception yang cewek.
P : Menurut mas, hal itu karena apa?
RR : Kalo aku sih berpikir kalo disini ada orang yang punya pikiran beda,
terutama masalah uang. Jadi uda money minded. Keliatan dari cara
handle tamunya. Bukan pentingin tamu secara global, tapi yang
dipentingin duluan yang biasanya kasih tip. Kadang masalah tip-tip-an
juga bisa jadi masalah.
P : Biasanya bahas masalah ini lewat apa mas?
RR : Kalo aku sih lebih ke arah personal ya. Jadinya kalo aku lagi bisa ngobrol
ma mereka, ya cuma aku sering ingetin kalo kita kerja tim. Tapi nggak
142
semua anak bisa aku ajak ngobrol sih, cuma beberapa aja. Soalnya itu
tadi. Kalo uda pikirannya beda kaya gitu, diajak discuss nggak bisa, ya
uda aku ya males share pendapat. Jalan sendiri-sendiri aja.
P : Ini masuk pertanyaan berikutnya ya mas, tentang merundingkan
perbedaan. Jadi tadi merundingkan perbedaan itu pernah dilakuin
langsung personal ke orangnya ya?
RR : Hmmm… iya, personal aja sih. Selebihnya nggak ikut campur juga,
punya pikiran sendiri-sendiri. Toh uda sama dewasanya.
P : Gitu ya, mas. Kalo tentang masalah dukungan interpersonal, apa selama
disini mas pernah merasa dapet dukungan interpersonal dari rekan kerja
mas?
RR : Kalo dukungan interpersonal sih, pasti ada. Tapi nggak semua. Cuma
dari temen kerja yang deket sama aku aja. Itu pun kadang dari luar
departemen.bahasa
P : Kalo dari dalam departemen sendiri, gimana mas?
RR : Kalo aku sih cuma merasa dapet dari beberapa orang aja. Terutama dari
senior reception-ku sama anak bellboy. Lainnya sih nggak rasanya.
P : Gitu ya mas. Dukungan interpersonalnya berupa apa?
RR : Biasanya sih mereka langsung ngomong ke aku, cerita-cerita yang
biasanya kasih masukan-masukan buat aku. Kadang juga pas telepon
singkat lewat internal phone itu aja.
P : Oke oke, mas. Kalo selama ini di Front Office sendiri, pernah terjadi
hambatan-hambatan atau masalah komunikasi nggak, mas? Terutama
yang berhubungan dengan faktor-faktor yang ada disitu?
RR : Hmmm…. Ini sih aku cuma ngerti yang bahasa ya. Kalo bahasa ini sih aq
mikirnya tentang beda bahasa. Cuma pernah jadi masalah sih antar kita
sama tamunya aja. Kalo sama karyawan sendiri sih rasanya jarang ya
beda bahasa. Yang lain aku nggak ngerti maksudnya.
P : Boleh aku terangin satu-satu ya, mas? Sedikit aja kok. Kalo yang
penyaringan itu, maksudnya ada informasi yang disampaikan tidak sesuai
sama apa yang didapat, soalnya berharap informasi yang disampaikan itu
bikin lebih enak didenger sama yang dibagiin informasi itu.
143
RR : Gitu ya? Hmmmm…. Rasanya sih pernah. Tapi aku juga udah nggak
terlalu inget kenapa. Pokoknya pak MA itu minta tolong aku untuk negur
anak trainee operator tentang mereka yang Facebook-an pas jam kerja.
Ya aku bilangin aja cuma kok Facebook-an, jangan sampe nanti ditegur
sama skill trainer atau pak MA, nanti nilainya training-nyajelek. Padahal
pak MA udah tau masalah mereka, malah pak MA yang nyuruh negur
mereka.
P : Iya, gitu maksudnya. Kalo masalah persepsi selektif ini mas?
Maksudnya, informasi yang mas dapat itu mas pilah-pilah, yang mana
yang sesuai sama pengalaman selama ini di Front Office.
RR : Kalo masalah itu ya… hmmmm… gimana ya… aku bingung juga. Kalo
aku mungkin kebiasaan masuk malem ya, jadi semuanya bakal aku
handle sendiri. Jadi mungkin kalo ada informasi yang aku dapet, aku
keep sendiri, soalnya pengalamanku selama ini ya aku bisa handle
sendiri. Gitu mungkin ya kalo maksudnya persepsi selektif itu kaya gitu.
P : Oke mas. Nggak ‘papa. Kalo masalah perasaan gimana, mas?
RR : Maksudnya tentang perasaan itu mood kita?
P : Iya, mas. Kurang lebih kaya gitu.
RR : Kalo aku sih pernah. Pas waktu itu, lagi ada masalah pas aku incharge
malem. Terus pas paginya, temenku dateng langsung ngomong apa gitu,
terus sikapnya kaya cuek pas aku handover. Padahal sih niatnya nggak
gitu paling ya, tapi aku langsung ngerasa kalo dia nyebelin. Akhirnya
nggak jadi handover, aku tinggal pulang langsung. Sampe rumah aku
istirahat, pas paginya itu ada tamu yang kamarnya over charge, harga
kamarnya kemahalan. Akhirnya dia baru bisa konfirmasi ke aku
siangnya. Sampe tamunya marah-marah ke dia. Ya aku tinggal istirahat
langsung, padahal biasanya aku nungguin dulu sampe jam 08.00 atau
09.00, baru aku tinggal pulang. Kemarin itu nggak. Rata-rata sih kaya
gitu aja.
P : Kalo sama anak Front Office lainnya, mas? Selain reception maksudnya?
RR : Kalo sama yang lain sih, paling cuma mbatin aja. Sama reservasi pernah,
terutama masalah jadwal. Waktu lagi rame-ramenya hotel, udah capek,
144
dimarahin tamu terus isinya, minta libur kan ke bu RD, soalnya sekarang
dia Assistant Front Office Manager. Malah nggak boleh, alesannya
nggak ada yang incharge. Padahal dia kalo libur juga lama banget, bisa
berhari-hari.
P : tambahan pertanyaan untuk hambatan komunikasi. Pernah mengalami
tentang masalah kepercayaan nggak mas?
RR : Sering kalo itu. Hahaha… aku sering banget dapet info dari satu orang
Reception ini. Omongannya selalu mencla mencle, nggak sesuai. Pertama
ngomongnya gimana, setelahnya ngomongnya gimana. Akhirnya malah
semua yang diomongkan itu cuma untuk dia keliatan bagus aja di depan
pak MA, biar safe, nggak dapet complaint dari internal. Padahal tamu itu
sampe marah-marah. Tapi sekarang rata-rata anak-anak Reception
khususnya lho, itu udah tau kalo dia kaya gitu. Makanya kita yang
cowok-cowok kan jarang ngomong ke dia.
P : Kalo masalah persaingan sumber daya sendiri?
RR : kalo itu sih pernah dialamin pas sempet ada anak Casual yang training di
Reception. Emang anaknya sih ditarik jadi Reception karena GM yang
mau. Tapi menurutku anaknya nggak capable disini. Terus sama anak
yang lain dikasih tau seperti apa jadi Reception, dia nggak berubah juga.
Tetep nggak ada komunikasi sama kita. Sampe akhirnya dia dipanggil
pak MA. Terus malah kita yang disalahin sama dia, katanya kita nggak
pernah ngajarin dia. Mungkin gitu ya kalo masalah persaingan sumber
daya. Akhirnya sejak itu aku ya nggak mau ngajarin dia, soalnya dia
ngomong kaya gitu di depan pak MA.
P : Gitu ya mas. Oke, oke. Untuk masalah hambatan, itu aja sementara.
Lanjut sedikit lagi ke media komunikasi horisontal yang dipakai di Front
Office. Media-media apa aja sih, mas, yang dipakai selama ini?
RR : Kalo antar reception sih ada log book. Jadi isinya log book tentang apa
aja yang perlu diinget untuk hari itu, apa aja yang penting-penting, kaya
pesen tamu, atau informasi apa. Selebihnya sih via langsung ngomong,
atau note-note kecil yang ditempel di deket meja reception.
P : Kalo media komunikasi antar temen kerja lain selain reception, mas?
145
RR : Hmmm… kebanyakan via telepon internal itu sih. Jadi gampang. Kan
kalo mau ngomong ke bellboy, tinggal pencet angka 4, nomer extension-
nya. Kalo ke operator ya pencet 0. Kalo reservasi ke nomer 7905 atau
7906. Gitu sih.
P : Kalo semacam memo tertulis atau gimana gitu, ada mas?
RR : Kalo memo sih biasanya ada di notice board di belakang itu. Jadi disitu
ada tentang training-training yang diadain departemen Personnel and
Training untuk karyawan hotel. Biasanya nama-namanya bakalan ditulis
disitu. Terus yang ulang tahun siapa aja, biasanya ditempel disitu.
P : Selain itu, mas? Mungkin ada rapat atau media lain?
RR : Kalo rapat ya jarang. Kaya commet yang aku bilang tadi itu aja kalo
rapat. Ada lagi sih kaya tempat tempelin BEO (Banquet Event Order
yaitu data acara-acara yang ada di hotel hari tersebut, peneliti).
Selebihnya sih nggak ada.
P : Kalo yang lebih banyak digunakan selama ini, media yang mana mas?
RR : Paling banyak sih telepon kalo antar sub-departemen lho ya. Kalo antar
reception sih paling banyak ya log book itu. Ada juga sistem hotel sih. Itu
kadang juga buat media informasi antar temen. Soalnya ada semacam
notes untuk kamar-kamar tamu.
P : Gitu ya mas. Positifnya dari media-media itu, bisa disebutin mungkin
mas?
RR : Ya gitu. Kalo positifnya sih, bisa ingetin kita untuk tugas apa yang belum
selesai dari shift sebelum-sebelumnya yang berkaitan sama tamu,
terutama media log book sama notes yang ada di sistem REALTAnya itu.
Kalo telepon sih, bisa langsung ngomong tanpa ketemu orangnya. Jadi
nggak perlu ke ruang operator, atau reservasi, atau bellboy buat
koordinasi.
P : Kalo kekurangannya, mas?
RR : Hmmm… kalo aku bilang sih jadi cuma bikin kita ngomong seperlunya.
Jadi nggak bener-bener ada komunikasi yang personal. Cuma asal
ngomong tentang tugas yang belum selesai aja. Terus kadang apa yang
ditulis itu nggak sesuai sama apa yang kita tangkap. Belum lagi kalo pas
146
teleponnya rame. Mau tanya operator atau reservasi nggak diangkat-
angkat. Atau kalo pas bellboy masih online, kita mau info mereka tamu
yang check-in, nggak bisa info. Nunggu sampe teleponnya mereka
selesai, baru bisa.
P : Kalo gitu, solusinya gimana, mas?
RR : Kalo sama reservasi ma operator sih, aku langsung ke belakang, ke
ruangan mereka. Kan deket tu sama reception. Tapi kalo bellboy itu yang
masalah. Ya mau nggak mau nunggu. Atau kalo ada karyawan pas lewat
reception, biasanya anak Food and Beverages atau Sales and Marketing,
aku minta tolong mereka panggilin bellboy-nya. Baru akhirnya bisa
minta tolong.
P : Pernah dievaluasi nggak, masalah itu, mas?
RR : Pernah sih, tapi cuma lewat omongan aja. Pernah complaint ke senior
bellboy-nya supaya ada salah satu bellboy yang standby di dalam lobby
kalo lagi kerja. Supaya kalo ada apa-apa bisa langsung minta bantuan
tanpa lewat telepon.
P : Tambahan tentang media, mas. Kalo di Front Office ini, gimana tentang
media satu atau dua arahnya?
RR : Kalo satu arah atau dua arah sih gimana yaa… kalo di FO ini sih
langsung diskusi sama orang yang bersangkutan. Jadi bisa langsung
dibahas berdua. Kalo media satu arah sih paling lewat log book itu. Jadi
kalo di log book biasanya ada keterangan “To: M Shift,” gitu biasanya ya
langsung dikerjakan dengan shift yang berikutnya. Setelah itu nggak ada
omongan lanjutan tentang itu, sih. Pokoknya kalo nggak ada komunikasi
balik ke aku, bearti aku anggep uda selesai. Lain halnya kalo langsung
tatap muka atau by internal phone, bisa langsung dapet pendapat mereka
kaya gimana, langsung bahas masalahnya gimana-gimana, gitu.
P : Secara umum, gimana komunikasi yang ada di Front Office sekarang ini?
RR : Secara umum sih, bagus. Emang banyak ada miss communication yang
kecil-kecil. Tapi hal itu nggak berdampak banget buat operasional sama
tamu sih. Jarang ada tamu yang marah sampe gimana gitu, cuma gara-
gara kita salah informasi. Paling banyak tapi tentang teguran-teguran aja.
147
P : Gitu ya mas. Apa mas pernah berencana buat pindah departemen lain,
misalnya Housekeeping?
RR : Hmmm… selama itu lebih baik untuk aku, ya pasti aku ambil
kesempatannya.
P : Apa sekarang punya keinginan untuk pindah dari Singgasana?
RR : Kalo pindah, iya. Emang ada rencana pindah untuk bulan November
besok. Tapi masih nggak tau pasti sih, gimana. Doain aja, kalo lebih baik
kenapa nggak.
P : Kenapa kalo boleh tau, mas?
RR : Yaaa, menurutku disini nggak ada kemajuan kalo untuk karyawan.
Karena disini ya tetep seperti itu aja. Ada yang lebih baik, kenapa nggak.
Gitu aja sih.
P : Oke, mas kalo gitu. Sementara ini dulu aja. Nanti mungkin ada
pertanyaan yang perlu aku perdalam lagi, nanti aku bisa SMS atau BBM,
ya mas? Atau via email aja mungkin?
RR : Iya, sebisa mungkin aku bantu ya. Soalnya belakangan ini juga banyak
yang mesti dikerjain kalo shift malem. Abis gara-gara sistemnya yang
baru. Nanti kirim email aja. Atau BBM boleh. Oke?
P : Iya, thank you, ya, mas.
Surabaya, 1 November 2012
Menyetujui,
RR
148
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PENELITI DENGAN RH
Lokasi penelitian berada di ruangan Front Office Manager Singgasana
Hotel Surabaya. Wawancara dilakukan pada tanggal Selasa, 23 Oktober 2012,
pukul 18.00 – 20.00 WIB. Pada saat wawancara, narasumber (RH) menggunakan
seragam kerja trainee Front Office, yang berwarna hijau dengan motif batik. Saat
itu, bagian Reservation telah pulang, Operator dijaga oleh satu orang trainee
lainnya, Reception dijaga oleh seorang karyawan tetap, dan Bell Captain dijaga
oleh satu orang karyawan tetap, satu orang Casual Daily Worker, dan satu orang
trainee. Pada saat melakukan wawancara, pihak narasumber enggan untuk
direkam dan telah membawa kertas jawaban dari pedoman wawancara peneliti.
Karena itu, peneliti mengarahkan pertanyaan berdasarkan jawaban yang telah ia
jawab sebelumnya.
Peneliti (P) : Selamat sore RH. Seperti yang kemarin aku ceritain tentang judul
skripsiku, tentang audit komunikasi horisontal departemen Front
Office Singgasana Hotel Surabaya, RH jadi salah satu sumberku.
Sebelumnya kan kamu uda jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Cuma ada beberapa hal yang aku nggak ngerti, jadi aku mau sedikit
wawancara sama kamu, yaa…
RH (RH) : Iya mbak, tapi aku nggak mau direkam, ya, mbak. Malu aku kalo
pake rekam-rekaman. Nggak ‘papa, mbak?
P : Iya nggak ‘papa… Nanti di akhirnya aja, kamu tanda tangan lembar
wawancaranya, menurut kamu bener atau nggak, apa yang kamu jawab
sama yang aku tulis, ya?
RH : Iya mbak, oke deh. Pokoknya emoh rekam-rekaman.
P : Iya. Kamu di operator Singgasana sebagai trainee udah berapa lama?
RH : Baru satu setengah bulan, mbak. Trainee disini sejak Juli kemaren.
P : Kenapa koq pilih Singgasana jadi tempat magang?
149
RH : Jujur ya, mbak. Awalnya nggak ada kepikiran masuk Singgasana. Tapi
ditawarin sama guru, pak Arifin itu. ‘Kan pak Arifin FO Manager-nya
sini. Jadi ya iya aja, mbak (menjawab pertanyaan sambil tertawa). Tapi
aku sih memang niat di hotel bintang empat. Kenapa ya, mbak? Soalnya
menurutku kalau di bintang lima itu biasanya nganggur. Kata temenku
yang magang di hotel bintang lima, dia cuma fotokopi, nganggur gitu,
mbak. Kalau di bintang empat, masih bisa tanya-tanya, bisa belajar kalo
mau tau tentang apa gitu dari hotelnya.
P : Ooo… Gitu ya. Sebelumnya pernah kerja dimana aja sebelum di
Singgasana?
RH : Dulu pernah di Garden Palace cuma tiga bulan. Kedua di JW Marriott itu
sembilan bulan. Abis gitu langsung di Singgasana.
P : Sama juga training dari sekolah?
RH : Bukan, mbak. Kalau di Garden Palace sama JW Marriott kerjanya
Casual Daily Worker, di bagian Banquet-nya.
P : Oooo… jadi dipanggil kalo lagi butuh ya? Oke oke. Lanjut pertanyaan
selanjutnya ya. Ini tentang relasimu sama rekan kerja. Jadi hubunganmu
sama orang-orang di FO ini. Ini kan kamu nulis hubungan kerjamu
dengan receptioninformal sebagian besar. Maksud pertanyaanku disini,
hubungan kerjamu secara formal ma informal dengan sub-departemen ini
gimana?
RH : Oooo, gitu mbak. Maaf, mbak. Aku nggak ngerti. Takpikir disuruh milih
yang mana yang lebih sering dilakuin. Hehehe… (tertawa)
P : Iya, nggak ‘papa. Berarti kalo sama anak-anak reception, kamu lebih
sering hubungan informal daripada formal?
RH : Iya, mbak. Kalo sama reception cewek sih waktu istirahat bisa cerita-
cerita tentang personal masing-masing, mbak. Contohnya kalo sama
mbak LC, bisa ngomong tentang lagu, musik. Kalo sama mba WL, bisa
ngomong tentang anaknya, gosip-gosip infotainment, banyak deh.
(tertawa) Tapi kalo lagi kerja, ya, biasanya yang diomongin tentang
gimana jadi reception. Minta ajarin sama reception, perhatiin cara
150
kerjanya gimana masing-masing orang. Soalnya kan masing-masing
orang beda, mbak.
P : Kalo sama reception yang cowok?
RH : Kebanyakan sih ngomongnya sama reception cewek aja, mbak. Kalo
sama yang cowok jarang ngomong-ngomong. Paling-paling cuma kasih
informasi dari tamu, atau tanya-tanya singkat aja tentang reception gitu.
P : Kalau sama bellboy, gimana?
RH : Kalo sama bellboy apalagi, mbak. Jarang banget. Seringnya kalau udah
mau pulang training baru ngomong-ngomong sama mereka, mbak.
Biasanya sering cerita sama satu orang aja, sama mas IGP. Kalo sama
yang lain cuma nyapa biasa aja. Atau biasanya kalo lagi kerja ya cuma
nyambungin telepon aja dari mereka atau kalo ada orang luar mau
disambungin ke Bell Captain, mbak. Selebihnya jarang ngobrol sama
mereka.
P : Kenapa kok paling jarang ngomong sama mereka? Apa gara-gara cowok
semua, atau gara-gara apa?
RH : Nggak sih, mbak. Cuma emang nggak ada kepentingan yang gimana
banget sama anak bellboy. Jadi cuma ngomong ya yang seperlunya aja.
Biasanya juga cuma lewat telepon aja.
P : Gitu, ya. Kalo sama bagian reservation, disini kan kamu nulisnya formal,
satu-satunya jawaban yang formal dari subdepartemen yang lain.
Maksudnyagimana RH?
RH : Kalo sama bagian reservation sih emang lebih sering ngomong tentang
pekerjaan mbak, formal gitu. Contohnya kayak tanya tentang sistem
reservasinya kayak gimana, kalo ada yang nggak bisa atau masalah.
Terus seringnya tanya ada tugas lagi atau nggak. Soalnya kan bu RD
yang bagian skill trainer-ku, mbak. Jadi kalo mau tanya-tanya atau minta
tugas mesti ke bu RD.
P : Nggak pernah ngomong hal personal sama bu RD?
RH : Nggak pernah, mbak. Jarang. Paling cuma tanya kenapa kalo bu RD lagi
ngomel-ngomel. Kalo nggak, ya nggak pernah tanya-tanya. Takut mau
tanya-tanya (tertawa sambil tutup mulut), nanti dianggap ikut campur
151
urusan pribadinya. Nanti pengaruh lagi ke trainingku, soalnya kan Ibu-
nya skill trainer-ku (kursi digoyang-goyangkan). Lagian seringnya juga
ngomongin tugas, abis bu RD kayaknya sibuk banget. Kadang dipanggil
ma GM, gitu mbak.
P : Kalo kamu sama anak operator lain, gimana?
RH : Hmmm… Lebih sering ngomong informal, mbak (tertawa)
P : Ngegosip ya? Ngomongin orang lain?
RH : Hahaha… (tertawa keras) Iya, mbak. Lebih sering curhat-curhat sama
ngegosip tentang orang-orang di hotel. Curhat tentang trainee gathering,
tentang laporan magang. Gitu. Kalo urusan kerja sih, biasanya yang di-
share-kan itu tentang informasi-informasi yang didapet, dari tamu atau
dari departemen lain. Selain itu, jarang sih mbak kalo tentang tugas,
biasanya paling cuma tentang reservasi atau bagi tugas siapa yang record
phone, siapa yang reservasi.
P : Gitu ya. Nggak ada masalah tentang kalian beda latar belakang? ‘Kan
mereka dari sekolah yang sama, terus mereka sama-sama bukan orang
asli Surabaya, aslinya Lamongan. Kaya gitu jadi masalah nggak sama
kamu kalo lagi incharge bareng?
RH : Nggak sih, mbak kalo masalah itu. Paling cuma kadang mereka
ngomongin masalah sekolahnya yang aku nggak ngerti. Gitu aja sih,
mbak. Kalo aku sih cuma berusaha ngerti masing-masing orang seperti
apa, jadi aku bisa posisi’in gimana harus ngomong, gimana harus cerita-
cerita sama mereka.
P : Lah kalian ini masuk training pertama kali di operator udah pernah
dikasih tau nggak tentang Standard Operational Procedure Operator
sebelumnya?
RH : Kalau secara resmi ditunjukin dan dikasih tau sih belum pernah. Tapi pas
kapan hari pernah dapet tugas buat file data ma bu RD, pernah bongkar-
bongkar terus ketemu SOPnya, aku baca-baca sendiri tentang SOPnya.
P : Jadi uda tau semuanya tentang SOP ya?
RH : Lupa-lupa inget sih, mbak. Soalnya waktu itu kan bacanya cuma sekilas
aja. Pokoknya ada yang tentang screen call kalo ada yang minta
152
sambungin ke tamu, greetings dari luar sama dalam itu beda, gitu gitu aja
sih, mbak.
P : Menurutmu, tugas operator Singgasana itu apa aja?
RH : Yang paling penting itu tentang telepon pasti, mbak. Angkat telepon,
greetings, terus ditanyain keperluannya. Kalau minta disambungin ke
departemen lain ya langsung disambungin. Kalau minta sambungin ke
tamu, harus dipastiin dulu di sistemnya nama tamunya bener atau nggak.
Kalau bener baru disambungin terus ditanyain ke tamunya mau terima
atau nggak. Kalau dari dalam mau disambungin keluar harus tanya dulu
kemana, terus dicatet di phonerecord.
P : Pernah salah greeting nggak waktu angkat telepon dari dalam ataupun
dari luar?
RH : Pernah, mbak, waktu awal-awal training, soalnya belum biasa. Terus
salah waktu juga sering, kadang pagi jadi siang atau siang jadi pagi.
P : Pernah sampe jadi masalah nggak waktu salah greeting itu?
RH : Kalau masalah sih rasanya nggak pernah, mbak. Paling parah ya ditegur
sama bagian Personnel soalnya salah greetings waktu yang telepon dari
manajernya. Tapi kalo sampe dimarahin tamu atau gimana sih nggak
pernah selama ini.
P : Kalau masalah screen call ke tamu, tamu mau terima telepon dari orang
luar atau nggak, dilakuin nggak?
RH : Kalau screen call itu sih pernah nggak dilakuin pas ada orang mau
sambungin ke tamu. Waktu itu gara-gara komputer buat ngeceknya
dipake sama reservasi, jadi nggak bisa cek nama tamunya bener nggak.
Uda lama nunggunya, mbak. Daripada tamunya marah, ya langsung
ta’sambungin aja, mbak. Tapi untungnya nggak ada masalah sih sama
tamunya.
P : Kalo masalah notes untuk catet pesan tamu, apa dilakuin? Di SOP
disebutnya Messages Form. Dilakuin atau nggak di Operator?
RH : Kalo sampe ada tertulis rapi gitu nggak ada sih, mbak. Paling cuma tulis
di kertas coret-coretan kecil gitu, nanti disampe’in ke bagian yang
bersangkutan tentang pesennya itu apa.
153
P : Kalo antar operator juga ada semacam log book kaya di reception gitu
nggak buat tulis pesan-pesan yang belum disampein antar operator?
RH : Kalo log book sih nggak ada mbak. Paling juga cuma pake posted it-
yangditempel di teleponnya operator itu aja. Lainnya sih langsung
ngomong, mbak. Mouth to mouth aja.
P : Oooo… Jadi secara resmi nggak ada buku catetan gitu ya?
RH : Iya, mbak. Cuma direct aja ngomong langsung ada pesen apa, ada
informasi apa, darimana. Gitu aja sih.
P : Oke kalo gitu. Pernah nggak ada informasi yang akhirnya nggak
tersampaikan, terus sampe akhirnya jadi masalah?
RH : Hmmm… (bola mata melihat ke atas sambil telunjuk ditempelkan ke
pelipis kanan) Kalo sampe jadi masalah sih nggak besar mbak. Itu juga
sama karyawan, mbak. Pernah sama FB Secretary itu. Kan mba YP itu
nggak mau kalo nomernya disebarin ke orang-orang yang dia nggak
kenal. Jadi dia telepon ke operator. Dia bilang kalo ada yang minta
nomer handphone-nya, bilang aja nggak tau. Kalo mau hubungin dia,
langsung ke hotel aja, terus sambungin ke ekstension kantornya. Waktu
itu, aku terima info dari dia itu pas rame-ramenya telepon, mbak. Jadi
aku cuma inget-inget aja, nggak aku catet di kertas kecil. Pas yang
incharge operator berikutnya dateng, aku masih handle reservasi, mbak.
Jadi aku belum sempet kasih tau ke temenku itu, ternyata pas dia angkat
telepon yang tanya tentang nomer handphone-nya mba YP itu. Akhirnya
dikasih tau sama temenku. Si mba YP akhirnya marah sama aku, ditegur
gitu, dibilangin kenapa kok masih dikasih tau aja nomer handphone-nya.
P : Oooo, gitu ya. Kalo sampe ada masalah sama tamu, atau sama rekan
kerja sendiri, pernah nggak?
RH : Apa ya mbak? Lupa aku. (melihat ke atas, sambil ketuk-ketuk pelipis
dengan jari telunjuk) Soalnya nggak terlalu besar sih kalo ada masalah.
Lupa jadinya. Paling-paling cuma masalah reservasi tamu aja. Yang
missantara operator dengan reservasi.
P : Maksudnya miss itu kenapa?
154
RH : Jadi misalnya kaya kemaren, mbak. Kan kadang operator juga incharge
reservasi. Kemaren ada tamu yang reservasi kamar. Aku handle. Pas aku
liat di sistem komputernya, REALTA, kamarnya masih available.
Akhirnya aku catet dulu di kertas, nama bookingnya siapa, kapan check-
in sama check-out-nya, nomer telepon yang bisa dihubungin, dari
company apa personal. Terus pas aku mau inputdatanya di REALTA,
kok tiba-tiba kamarnya sudah kosong. Ternyata bu RD di reservasi juga
terima reservasi kamar yang sama tipenya. Akhirnya abis kamarnya.
P : Terus solusinya gimana? Tamunya nanti kan bisa marah, soalnya uda
diiyakan booking-an kamarnya, tapi ternyata kamarnya abis.
RH : Akhirnya aku ngomong sama bu RD, mbak. Kalo ada salah gitu, aku
pasti langsung info ke bu RD. Akhirnya sama bu RD cuma ditegur nggak
sampe gimana-gimana gitu, tapi dibantu buat reservasi kamar pake kamar
cadangannya punya GM. Kan ada allotment kamar tiap hari itu, mbak.
Untungnya aja bisa di-booking-kan. (mengelus dada)
P : Gitu ya. Jadi kalo ada masalah atau salah info gitu, kamu langsung info
ke bu RD?
RH : Iya, mbak. Soalnya kan bu RD juga paling senior menurut saya. Dia juga
skill trainer-ku. Jadi kalo ada apa-apa, aku tanyanya sama bu RD
langsung sih.
P : Pernah ada miss-communication apa lagi selain ini?
RH : Hmmm… Pernah juga dulu itu, mbak. Ada pak RP, orang pusatnya dari
Singgasana Hotel and ResortJakarta, mbak. Pak RP ini telepon, pas aku
yang ngangkat. Dia minta disambungin ke Ibu VL, sekretarisnya GM.
Tapi kan dia ngomongnya pake bahasa Inggris, mbak. Nah, suaranya itu
nggak jelas. Mungkin karena bahasanya itu, mbak. Akhirnya aku salah
denger, karena aku dengernya nama lain. Logatnya aneh soalnya mbak.
Aku sambungin ke departemen itu, ternyata salah orang. Akhirnya
kembali ke operator, terus aku sambungin ke bu RD soalnya waktu itu bu
VL nggak masuk.
P : Oya? Terus gimana?
155
RH : Bapaknya langsung marah-marah sama bu RD. Terus aku ditegur sama
bu RD, terus baru dikasih tau kalo itu orang pusatnya Singgasana.
Sebelumnya aku nggak tau, pak RP itu siapa mbak (tertawa kecil sambil
menutup mulut dengan sebelah tangan). Padahal aku udah re-confirm
sampe dua kali lho, mbak, pak RP itu cari siapa. Tapi ya itu tadi, logat
inggrisnya aku nggak terlalu jelas.
P : Oke, oke. I see. Terus kalo masalah yang ketiga ini, tentang tujuan
komunikasi horisontal. Yang pertama kan tentang koordinasi penugasan
kerja. Kamu jawab disini kan iya, komunikasi digunakan untuk
koordinasi penugasan kerja. Biasanya media yang digunakan apa?
RH : Biasanya pake note kecil gitu, mbak. Aku tulis apa yang mesti dikerjain
hari itu ke shift berikutnya. Tapi ya nggak tau sih ya, mbak. Soalnya
biasanya aku tulis gitu, pas besoknya aku masuk juga tetep belum
dikerjain. Contohnya kapan hari tentang wake-up call. Kan operator juga
ngatur wake-up call kalo ada tamu yang request. Waktu itu ada tamu
long stay, mbak. Dia minta wake-up call tiap hari jam 06.00 pagi. Aku
tulis di note kecil kamar ini minta wake-up call jam berapa sampe dia
check-out. Tapi besoknya pas aku incharge, mereka belum juga set wake-
up call-nya. Akhirnya aku yang set sendiri.
P : Jadi pake media note kecil itu, nggak berfungsi, ya?
RH : Nggak tau, ya, mbak. Pokoknya aku tulis catetan kecil gitu, mbak.
Dilakuin atau nggak dilakuin, ya aku nggak tau. Kalo mereka nggak
kerjain, ya akhirnya aku lagi yang kerjain, mbak.
P : Pernah dibahas nggak solusinya untuk masalah ini? Karena kan hal ini
berhubungan sama pembagian tugas kerja kalian sesama operator.
RH : Pernah sih, mbak, aku tanya ke mereka, kenapa kok nggak dikerjain.
Tapi mereka cuma jawab, iya, iya, aja mbak. Kaya misalnya ada telepon
rame di operator. Tapi mereka berdua, gimana ya, mbak. Aku juga nggak
enak ngomongnya. Dipikir aku ngadu nanti. Intinya mereka malah cerita-
cerita berdua pas teleponnya rame. Sampe aku pernah ngomong keras
juga, mereka cuma iya, iya, aja. Sampe aku bolak balik ditegur sama
karyawan internal gara-gara angkat teleponnya lama.
156
P : Masalah kaya gini jadi kendalamu di operator, nggak?
RH : Hmmm… (tangan ketuk-ketuk meja) Ya gimana ya, mbak. Aku sih
orangnya kalo emang mereka kaya gitu, ya aku juga nggak bisa ngapa-
ngapain. Paling-paling aku cuma bisa jengkel aja sama mereka. Cara
kerja aku sama mereka beda sih, mbak. Kalo uda aku minta tolong sampe
negur gitu mereka tetep nggak berubah, ya udah. Aku juga males
ngomong kalo cara kerjanya beda. Soalnya kalo si F terlalu banyak
ngomong, tapi sedikit kerjanya, mbak. Terus kadang kerjanya sesuai
sama mood-nya waktu itu. Kalo sama si N, dia itu lelet kalo kerja, mbak.
Tapi kalo aku bantuin dia, rasanya mukanya langsung nggak enak gitu.
Aku ya males kalo akhirnya mau bantuin dia (tertawa kecil)
P : Oooo… gitu ya. Pernah nyoba buat pake cara lain nggak, untuk
koordinasi tugas?
RH : Pernah juga pake SMS, mbak. Kaya misalnya minta tolong phone record,
pas aku uda pulang. Aku SMS mereka. Kayanya sih lebih manjur SMS
daripada ngomong atau nulis note, mbak. Soalnya langsung dikerjain
sama mereka.
P : Gitu ya, ternyata. Kalo tentang yang bagian B ini, komunikasi untuk
menginformasikan rencana dan kegiatan. Kamu jawab iya, ya?
RH : Hmmmm… iya sih, mbak. Tapi jarang benernya. Biasanya kalo aku sih
cuma cek-cek sendiri aja. Kalo ada informasi apa, ya aku sampein ke
pihak yang bersangkutan. Pokoknya kalo aku pulang, aku harus udah
selesaiin apa yang tadi dititipin ke aku, mbak. Aku jarang ninggalin tugas
belum selesai gitu.
P : Jadi jarang ya bagi informasi sama rekan kerja lain?
RH : Kalo bagi informasi sih paling biasanya cuma lewat internal phone itu,
mbak. Kan biasanya bu RD yang dapet informasi, soalnya bu RD yang
sering dihubungin departemen lain. Biasanya aku bagi informasi tentang
promo-promo hotel ke anak-anak lain, terutama bellboy itu cuma telepon
ekstensionnya aja. Kalo reception kan biasanya dikasih info selebarannya
sama bu RD langsung. Pernah sih, mbak, kasih info ke reception, ada
157
tamu yang minta apa atau gimana. Jadi informasi itu aja sih, kalo ke
reception. Selebihnya jarang sih, mbak.
P : Pernah ada kendala nggak?
RH : Kalo kendala sih, nggak mbak. Tapi aku sendiri mikir, reception rame
ini, informasiku dicatet atau nggak ya. Jadi bingung-bingung sendiri
sama nggak yakin sendiri sih, mbak. Gitu aja. Selama ini sih, selalu
dikasih note sama anak reception kalo aku kasih info apa gitu.
Untungnya, hehehe…
P : Oke kalo gitu, ya? Kalo komunikasi digunakan untuk memecahkan
masalah, gimana?
RH : Ya kaya tadi yang aku bilang itu, mbak. Biasanya kalo ada masalah, aku
langsung cerita sama bu RD. Soalnya dia paling senior dari yang lain.
Kalo mau tanya sama reception itu, rasanya gimana gitu mbak. Reception
kan udah crowded banget, tugasnya banyak banget, kayanya ribet.
Makanya nggak pernah selesaiin masalah sama reception.
P : Pernah ada masalah nggak waktu berusaha buat pecahin masalah bareng?
RH : Kalo sama bu RD sih, nggak pernah, mbak. Soalnya orangnya enak
diajak ngomong untuk selesaiin masalah.
P : Oke. Kalo untuk poin D, kamu jawab iya, komunikasi digunakan untuk
memperoleh pemahaman bersama. Misalnya gimana?
RH : Misalnya untuk masalah reservasi, mbak. Sama bu RD diajarin, gimana
menyamakan instruksinya, pembayarannya, jenis pemesanan kamarnya,
gitu gitu, mbak. Tapi kadang cara pikirnya beda, mbak, aku sama anak
operator lain. Aku nggak ngerti mereka nerima dengan baik nggak,
soalnya berkali-kali diajarin tapi kok nggak sama-sama untuk buat
reservasi aja.
P : Bu RD mengkomunikasikan ajaran-ajaran itu supaya sama, biasanya
lewat media apa?
RH : Kalo bu RD sih ajarinnya pake note, kalo nggak langsung diomongin,
terus langsung dipraktekin, mbak. Jadi kalo ada reservasi, langsung
disuruh buat lewat sistem REALTAnya.
158
P : Kalo masalah yang poin E, komunikasi untuk merundingkan perbedaan,
ini maksudnya gini, RH. Komunikasi yang kamu lakuin ini untuk
membahas perbedaan yang ada, supaya nggak terjadi kendala-kendala.
Apa itu dilakuin antar rekan kerja?
RH : Oooo, gitu mbak. Kalo gitu, kadang aku bilangin mereka, menurutku
seperti apa. Tapi sekali dua kali dibilangin, kalo nggak berubah juga ya
uda, aku juga nggak ngomong lagi.
P : Biasanya kamu ngomongnya lewat media apa? Ada masalah nggak
selama ini?
RH : Kalo aku sih ngomong langsung ya, mbak. Nggak pake SMS atau telepon
gitu. Langsung ngomong di depannya. Tapi kadang nggak dianggep,
apalagi kalo anaknya udah mood-mood’an gitu. Kalo mood-nya udah
jelek, udah nggak dianggep pasti, mbak.
P : Gitu ya… Poin F ya. Untuk memberikan dukungan interpersonal, kan
kamu jawab iya disini. Contohnya gimana?
RH : Iya-nya dalam arti gini, mbak. Kalo secara omongan sih, aku nggak
merasa termotivasi. Tapi aku dapet motivasinya itu dari non-verbalnya
masing-masing orang, mbak. Jadi misalnya aku liat anak reception. Aku
mikirnya, nanti aku kalo jadi reception, aku harus bisa seperti ini. Lebih
termotivasi soalnya aku liat cara kerjanya. Kalo aku sih, pas ada masalah,
biasanya cuma menenangkan diri sendiri, gitu mbak. Kalo motivasi dari
komunikasi rekan kerja sih, nggak banyak. Paling banyak dapet secara
verbal sih dari FOM aja, mbak.
P : Oke. Pertanyaan berikutnya ya. Tentang hambatan komunikasi. Ini disini
kan kamu nggak isi ya. Kenapa?
RH : Iya, mbak. Aku rada nggak ngerti sama maksud pertanyaannya.
P : Maksudnya gini, ini yang pertama hambatan sama rekan kerja reception
dulu ya. Kan ada beberapa faktor hambatan di tempat kerja. Yang
pertama penyaringan. Maksudnya, rekan kerja reception ini
menyampaikan informasi nggak sesuai sama yang mereka terima, cuma
karena pingin buat yang terima informasinya seneng aja. Pernah nggak
kamu alamin yang kaya gitu?
159
RH : Hmmm… (telunjuk tangan ditaruh di pelipis) Kalo kaya gitu sih rasanya
nggak pernah, mbak. Nggak tau lagi sih ya, mbak.
P : Kalo faktor perasaan, dimana perasaan itu berdampak buat kamu waktu
kamu terima pesannya.
RH : Hmmm… kalo itu sih aku cuma ngerasa kalo temenku lagi nggak mood,
dia nggak bakalan anggep omonganku mbak. Cuma dijawab iya iya aja.
Akhirnya aku mesti kerjain tugas itu sendirian. Pokoknya selesai aja wes
pikirku. Daripada aku ya sebel ngomong kaya nggak dianggep.
P : Kalo hambatan tentang kepercayaan dengan rekan kerja, ada nggak
masalah?
RH : Ada mbak, karena dari kejadian yang sudah terjadi, aku simpulkan
mereka itu kurang tanggung jawabnya, mungkin karena mereka
beranggapan bahwa mereka itu masih SMK, jadi apa yang semestinya
mereka kerjakan itu mereka tidak mengerjakannya, jadi aku udah jarang
banget untuk percaya sama mereka lagi.
P : Hambatan lain lagi yang selama ini kamu rasain, tentang apa aja?
Contoh-contohnya?
RH : Kalau sama anak operator ya itu aja mbak, rasa tanggung jawab aja.
Contohnya jika disuruh ngerjain tugas apa, mereka jarang langsung
ngerjain, dan ujung-ujung nya, aku juga mbak yang nyelesain. Terus lagi
mbak, kalo keadaaan telepon (reservasi) rame, dan depan juga rame,
mereka nggak mau bantu, dengan alasan, malas ato nggak mood, jadi ya
aku lagi mbak yang harus nyelesain itu, padahal pembagian tugas juga
udah jelas mbak. Tapi aku sih nggak terlalu mempermasalahkan hal ini,
ya itung-itung untuk belajar juga kan mbak. Hehehehe….
P : mau tanya tentang lanjutan wawancara lagi yaa? Tentang hambatan
persaingan sumber daya. Selama kamu di FO, ada nggak persaingan
antar rekan kerja yang akhirnya bikin komunikasi terganggu?
RH : Ada mbak, kalo di operator, N iri gara-gara aku sama F aja yang disuruh
buat ngerjain tugas, terus kalo diajak bicara dia juga jawabnya singkat
160
atau gondok. Kalo ma bagian lain, aku nggak tau, mbak. Mungkin
perasaanku aja. Tapi untuk komunikasinya, ya sedikit terganggu, tapi
masih berjalan.
P : Kalo untuk hambatan perhatian tinggi pada mobilitas ke atas?
Maksudnya supaya dilihat baik oleh atasan, ada masalah yang sampe
mengganggu komunikasimu dengan rekan kerja lain?
RH : ada mbak. Malah reaksinya yang sering terjadi adalah anak yang
nganggep aku cari muka, biasanya gondok dan itu membuat suasana
kerja nggak nyaman.
P : Kalo berdasarkan media komunikasinya, kamu tulis jawabannya disini
medianya lisan. Maksudnya lebih banyak media komunikasi lisannya?
RH : Iya, mbak. Jadi lebih banyak langsung diomongin ke temen kerja aja kalo
misalnya ada informasi-informasi apa gitu.
P : Selain media lisan, pernah nggak pake media lain antar temen kerja?
RH : Biasanya pake note aja sih mbak.
P : Gitu ya. Disini kelebihannya media yang sering digunakannya ini kamu
tulis lebih langsung dan tidak tertunda, sehingga tidak terjadi salah
paham.
RH : Iya, mbak. Maksudnya kan kalo langsung ngomong sama temen kerja,
nggak pake nunggu-nunggu. Terus bisa langsung nyampein maksudku
seperti apa, nanti kalo nggak ngerti bisa aku jelasin lagi. Soalnya kan
langsung ketemu, tatap muka gitu mbak. Kan jadi bisa lebih jelasin
maksudnya apa, nggak salah kata atau salah paham. Jadi lebih clear dan
sama-sama paham.
P : Terus maksudnya kamu tulis kekurangan medianya harus bertemu secara
langsung, gimana?
RH : Maksudnya kan kalo lagi libur, atau shift-nya beda, komunikasinya
susah. Nggak bisa langsung ketemu. Jadi ya bikin lebih terhambat aja,
harus SMS dulu, atau tinggalin note dulu. Belum nanti kalo nggak
dilakuin, atau ada apa gitu, terus kebuang catetannya.
P : Terus solusinya gimana, kalo sering beda shift gitu?
161
RH : Ya nulis note kecil tadi itu, mbak. Terus kadang aku SMS atau telepon
lagi, aku konfirmasi lagi gimana.
P : Kalo media komunikasi satu arah sama dua arahnya, gimana? Contohnya
misalnya.
RH : Kalo dua arah sih ya langsung ngomong sama cerita-cerita, mbak. Kalo
satu arahnya ya lewat note itu. Lewat SMS juga dua arah. Kadang
dibales. Tapi kadang juga nggak dibales. Tergantung ada pulsa nggak.
Hehehe…
P : Secara garis besar, komunikasi departemen ini gimana menurutmu?
RH : Menurutku sih baik-baik aja, mbak. Kalo sama bagian operator sih
emang sebagian besar langsung ketemu. Tapi kalo sama bagian lainnya,
kebanyakan cuma lewat telepon internal aja, kalo sebarin informasi-
informasi gitu. Tapi juga pernah sih mbak, pakai note gitu, biasanya hal
ini untuk anak reception.
P : Kalo sekarang ini, kamu sendiri ada rencana mau pindah dari departemen
Front Office nggak? Atau mau keluar dari Singgasana malahan?
RH : Kalo rencana pindah sih, selama ini belum ada. Khususnya selama enam
bulan training ini, mbak. Udah masuk kok, ya udah dijalanin aja. Tapi
kalo uda selesai sih, ada keinginan buat ke Sales Marketing, mbak.
Soalnya teori yang aku dapet disekolahku lebih banyak kepake di bagian
itu. Terus networkingnya juga lebih luas daripada aku disini.
P : Ooo… Jadi nanti kalo kamu selesai training, punya keinginan untuk
ngelanjutin atau ndaftar di Front Office Singgasana dong?
RH : Belum kepikiran sampe sana sih, mbak. Pokoknya diselesaiin dulu aja
trainingku, nanti baru diliat gimana. Soalnya sempet ditawarin juga
pindah ke Bandung, mbak. Diliat posisi yang ditawarin nanti di bagian
apa. Gitu mbak. Hehehe… (tertawa kecil)
P : Oke deh. Sementara ini dulu aja untuk tanya jawabnya. Makasih banyak
ya, RH, sudah bantu aku banget buat jadi narasumber. Buat skripsiku
soalnya. Makasih banget, nanti secepetnya aku bikin transkrip
162
wawancaranya, kamu baca ya. Kalo kamu uda setuju, bisa dibantu lagi
buat tanda tangan persetujuannya ya.
RH : Sama-sama, mbak. Iya, mbak. Nanti kasih aku aja kalo emang udah
selesai, aku baca. Sukses buat skripsinya ya, mbak, biar cepet lulus.
Hehehe… (tertawa)
Surabaya, 1 November 2012
Menyetujui,
RH
163
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PENELITI DENGAN IP
Wawancara dilakukan pada pukul 17.00 – 18.00 WIB di lokasi kerja, saat IP
sedang beristirahat. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 27 Oktober 2012.
Lokasi wawancara adalah kantin karyawan Singgasana Hotel Surabaya, dimana
kondisi saat itu cukup ramai dengan karyawan-karyawan Casual Daily Worker
karena pada hari itu acara pernikahan berlangsung dan membutuhkan bantuan
karyawan lebih banyak. IP menggunakan seragam kerja berwarna hitam dan
merokok. Wawancara dilakukan berdasarkan jawaban-jawaban yang telah
dijawab oleh IP sebelum dilanjutkan ke pertanyaan yang lebih mendalam.
Peneliti (P) : Mas IP, sorry ganggu istirahatnya. Sebelumnya uda sempet isi
beberapa pertanyaan tentang topik skripsiku ya, audit komunikasi
horisontal Front Office Singgasana. Ada beberapa hal yang aku
mau tanyain tentang jawaban mas IP. Sekarang nggak papa?
IP (IP) : Oke, mbak. Nggak papa, duduk aja. Aku sambil rokok’an ya?
P : Iya, mas, nggak papa. Gini lho, mas. Mas udah kerja disini ini udah
sekitar satu tahun tiga bulan, ya? Dari Agustus 2011?
IP : Iya, abis trainee selesai, langsung Casual.
P : Sebelumnya trainee toh? Berapa lama trainee, mas?
IP : Trainee dari kampus, empat bulanan. Kan aku dari UNAIR, jadi cuma
empat bulan. Kalo trainee dari SMK itu minimal enam bulan.
P : Oooo…gitu ya. Dulu trainee di bagian apa, mas?
IP : Bellboy juga. Jadi dari traineesampe sekarang di Bellboy terus. Nggak
pindah-pindah. Hehehe..
P : Gitu ya… selama kerja disini, gimana relasi mas sama karyawan FO
lainnya? Sama anak-anak Bell Captain?
IP : Baik-baik. Lancar-lancar sih.
P : Kalo sama sub departemen lain?
164
IP : Sama Reception juga baik, sama Operator juga baik. Sama bu RD juga
baik sih.
P : Baik itu gimana mas maksudnya? Kan subjektif itu. Hahaha…
IP : Baik itu dalam artian tidak ada kendala komunikasi yang berarti dan pola
interaksi kerja maupun pribadi antara aku dan rekan yang lainnya juga
terjalin baik
P : Biasanya kalo komunikasi dengan mereka, kebanyakan pake media apa?
IP : Kalo media sih banyak. Ngomong langsung bisa, telepon ekstension bisa,
SMS bisa, telepon ke HP temen bisa, banyak deh.
P : Kalo komunikasinya sendiri, informal atau formal mas selama ini di FO?
IP : kalo menurutku sih informal. Soalnya kan kita langsung ngomong tuh, ya
pake bahasa-bahasa santai. Meskipun kita ngomongin pekerjaan, tapi
tetep bercanda-bercanda.
P : selama ini, pernah mengalami komunikasi yang formal nggak mas?
IP : kalo mengalami sih nggak. Cuma pernah setauku ada rapat FO, aku
nggak dateng tapi. Lupa kapan, pokoknya pernah sekali atau dua kali ya.
Lupa aku. Kalo kaya pertemuan-pertemuan gitu, pernahnya untuk
training dari HRD aja.
P : Gitu, ya… Mas, kalo komunikasi selama ini, apa digunakan untuk
membagikan tugas kerja? Contohnya gimana?
IP : Itu pasti, contohnya ketika ada tamu kami yang check-in ataupun check-
out, bagian reception langsung menginformasikan ke bagian kami agar
segera ditangani.
P : Kalo tugas kerja antara bellboy sendiri gimana?
IP : Jadi kita berbagi tugas jadi ketika ada yang handle tamu, personil lain
berjaga di counter jika ada telepon masuk, atau mobil yang datang ada
yang menghandle.
P : Gitu biasanya dikoordinasiin lewat media apa?
IP : Lisan dan tulisan sih. Biasanya langsung ngomong ke orang yang
bersangkutan. Atau lewat email atau memo. Cuma kadang aku sering
ngerasa ada salah persepsi dari pembagian tugas yang diberikan.
165
P : Salah persepsi maksudnya seperti apa mas? Atau mungkin bisa dikasih
contoh gitu tentang salah persepsinya.
IP : Mungkin sebagai contoh rekan aku diberi suatu tugas yang penting tetapi
dia merasa itu biasa saja sehingga dia memberikan tugas itu kepada aku
dan ketika ditanya maksud dari tugas itu apa, dia tidak bisa menjawab
dan tidak bisa info orang yang memberi tugas siapa. Padahal seharusnya
dia yang kerjakan tugas itu.
P : Oooo… kaya gitu maksudnya. Kalo komunikasi sendiri digunakan untuk
berbagi informasi tentang rencana dan kegiatan nggak mas?
IP : Iya, pasti. Biasanya lewat email atau memo kalo untuk rencana-rencana.
Misalnya kaya atur jadwal driver untuk penjemputan. Itu kita dapet
infonya dari bu RD, soalnya kan dari kami semua cuma bu RD yang
berhak buka email FO.
P : Kalo bu RD sendiri, bagi rencana kegiatan gimana, mas? Lewat omongan
langsung, atau gimana?
IP : Kalo bu RD sih biasanya telepon dulu. Ngomong kalo mau ke bellboy
buat kasih request pick up atau drop airport. Nanti terus dia langsung ke
depan, dikasih semacam form untuk request itu. Gitu sih, kalo dia lagi
nggak sibuk. Kalo lagi sibuk, biasanya dia suruh anak bellboy buat ke
tempat dia. Tergantung sapa yang incharge ya langsung ke tempat dia.
P : Emang nggak merepotkan atau mengganggu kinerja kalo harus dateng ke
tempat masing-masing?
IP : Nggak sih, soalnya kan kita tempatnya deket semua satu sama lain.
Lagian menurutku sih enak, lebih jelas ngomong langsung, supaya kalo
ada yang mau ditanyain bisa langsung tanya.
P : Poin berikutnya ini, mas bilang komunikasi digunakan untuk
memecahkan masalah. Biasanya gimana mas, prosesnya, atau
hambatannya?
IP : Biasanya sih langsung ngomong lisan ya. Susahnya ya tiap orang punya
pendapat yang berbeda dan sulit untuk memahami pendapat orang lain.
P : Apakah karena hambatan itu, terus pernah jadi masalah, mas?
166
IP : Bisa terjadi karena hambatan itu, malah merubah yang seharusnnya itu
menjadi solusi tapi malah menjadi masalah tambahan yang membuat
semakin rumit.
P : Kalo poin berikutnya ini mas kan juga setuju kalo komunikasi digunakan
untuk memperoleh pemahaman bersama. Apakah pernah dapet masalah
atau gimana, masalah ini? Apa pernah komunikasi ini mencapai
pemahaman bersama, misalnya seperti waktu memecahkan masalah?
IP : Pernah sih, mbak. Cuma kalo untuk memperoleh pemahaman bersama,
aku sih merasa kesulitannya itu di kami punya perbedaan kepentingan
antar masing-masing anggotanya. Jadi susah untuk menemukan
pemahaman yang sama antar satu dengan lainnya.
P : Contohnya, mungkin bisa diceritain mas, dari pengalaman pribadi mas?
IP : Ya ada sih, contohnnya ketika aku memberikan pendapat dalam suatu
kejadian atau masalah malah ada rekan senior yang mengatakan aku sok
tahu, bahkan membuat aku dipandang orang yang keminter istilah
jawanya. Ya jadi gimana gitu sekarang.
P : Komunikasi kan juga digunakan untuk merundingkan perbedaan. Apakah
selama ini dilakukan mas? Misalnya gimana?
IP : Iya, biasanya langsung ngomong ke orangnya. Kalo ditanya kesulitannya
sih, masalah perasaan ya, takut menyinggung orang yang bersangkutan.
P : Contohnya lagi, boleh mas?
IP : Ya saat ada teguran dari senior untuk trainee melalui aku tentang suatu
kejadian. Aku harus pinter-pinter membuat dia tidak tersinggung saat aku
memberikan informasi atau aturan yang benar untuk kejadian yang baru
dia alami agar kinerjanya tidak menurun karena kejadian itu.
P : Dukungan interpersonal juga didapat ya mas, dari komunikasi yang ada?
IP : Iya, biasanya lewat ngomong langsung, atau kadang dari tulisan juga
bisa. Minta contohnya lagi? Hahaha… contohnya gini. Sekarang ini kan
FO butuh Receptionist lagi. Karena pada dasarnya aku suka bagian itu,
secara nggak langsung aku termotivasi untuk belajar jadi receptionist
Singgasana gimana. Karena jujur aja, Reception Singgasana itu
complicated banget.
167
P : Udah mas, masalah tujuan komunikasi. Ini berikutnya masalah hambatan
yang ada waktu komunikasi selama ini.
IP : Iya, lanjut aja. Rokokku ya masih banyak kok. (mengeluarkan lidah
bagian depan) Lagian masih jam istirahat. (melihat jam tangan di tangan
sebelah kiri)
P : Iya mas, makasih. Ini masalah hambatan. Apakah selama ini ada masalah
komunikasi dengan bagian Reception?
IP : Hmmm… dari yang dulu kamu terangin aku tentang maksud hambatan-
hambatan ini lho ya, menurutku pernah ada masalah perasaan dan
bahasa. Harus pake contoh?
P : Iya, mas. Semua dikasih contoh aja, biar jelas. Hehehe…
IP : Apa ya… ya pernah ada salah satu receptionyang membentak aku karena
situasi yang sangat ramai karena aku meminta kunci kamar yang tidak
bisa. Ya aku sih gak ambil hati ya wajar aja tekanan lingkungan sih,
cuma menurutku jadi pengaruh sampai sekarang kalo aku ngomong
masalah apa atau apa gitu.
P : Gitu ya mas. Kalo sama Reservation ini kan mas nulis masalah perasaan.
Contohnya gimana, mas?
IP : Waktu suatu hari aku disindir soal rambut aku yang sudah panjang, ya
sedikit gimana gitu akhirnya sepanjang hari.
P : Kalo dengan operator, contohnya gimana tentang hambatan penyaringan?
IP : ya masalah ada masukan dari orang lain yang ada dari departemen lain
atau senior. Aku berusaha memberikan masukan tetapi secara tidak
langsung ya ada intermesonya gitu.
P : Kalo sama Bell Captain sendiri, masalah yang ada ini faktor penyaringan
dan bahasa. Contohnya mas?
IP : Sama aja sih sebenernya kalo penyaringan. Aku lakuin kalo ke training
Bellboy aja. Tapi kalo bahasa sih mungkin saat aku diberikan tugas
dalam situasi yang sangat ramai kadang itu kurang jelas maksudnya apa,
karena aku sibuk menangani tamu atau tidak diingatkan kembali. Tapi sih
selama ini hanya kejadian kecil saja sih. Ya berharap jangan sampai yang
besar.
168
P : Oooo.. yayaya, I see. Mas, pernah nggak selama ini terdapat faktor lain
yang menyebabkan permasalahan komunikasi. Misalnya ketidak
percayaan sama rekan kerja, atau pernah ada masalah karena temen kerja
lain pengen keliatan bagus di depan atasan. Atau ada juga persaingan
antar rekan kerja untuk jadi yang paling baik, gitu, ada nggak mas?
IP : ya pasti „ngatok‟ alias keliatan cemerlang tapi menenggelamkan teman
kerja, ya itu terjadi seperti di tempat kerja lainnya, di setiap bagian pasti
ada. Dengan adanya hal itu, menyebabkan kita cari amannya aja kalo
kasih info atau handle complaint. Biar nggak disalahkan.
P : kalo masalah persaingan antar rekan kerja sendiri, mas?
IP : Pasti. Ya antara satu dan lainnya berusaha tampak ‘sempurna’ di hadapan
atasan, tetapi terkadang dengan cara menjatuhkan orang lain secara tidak
sehat.
P : Apa ada akibatnya ke komunikasi antar karyawannya? Kalo ada,
gimana?
IP : Ada, ya karyawan satu dengan lainnya tidak terbuka, bisa terjadi tidak
saling sapa, dan senyum digunakan sebagai formalitas.
P : kalo untuk faktor kepercayaan sendiri?
IP : seringnya gara-gara ada kerjaan apa yang tidak diselesaiin, padahal sudah
bolak-balik minta tolong. Akhirnya ya aku nggak pernah kasih tugas
besar ke dia. Tugas kecil buat kasih makan ikan aja nggak pernah
dikerjain kok. Gimana mau kasih tugas besar.
P : Apa ada faktor lain, mas?
IP : Menurutku sih ya, mbak. Kita itu terlalu banyak tugas yang seharusnya
nggak ada di SOP kita. Mbak kan sempet tanya waktu itu, aku pernah tau
SOP nggak. Itu aku pernah sekilas baca waktu dulu aku trainee, disuruh
tau SOP FO. Tapi kenyataannya nggak seperti itu. Lah kita lho sekarang
semua hampir di handle sendiri. Menurutku jadi hilang fokus aja.
Mungkin pengaruh sampe ke karyawannya. Kadang kalo informasi ya
secepetnya aja, pokoknya diinformasikan, terus langsung kerjain yang
lain.
P : Sebenernya, job desc bell captain apa aja sih?
169
IP : Handle tamu check in dan check out rombongan dan individu, handle
tamu group, informasi, transportasi. Tapi kenyataannya lebih dari job
desc yang ada, bahkan harus dapat menangani semua kebutuhan tamu
dan manajemen. Jadi harus dibagi gitu. Ada personil yang berjaga di
counter, ada nada personil yang menangani check in dan check out, atau
ada yang mengatasi permintaan tamu maupun manajemen. Tergantung
dari jumlah personil yang ada. Bahkan sampe valet juga dipegang sendiri
sekarang.
P : Gitu ya mas. Kalo selama ini, komunikasi–komunikasi untuk hal-hal
seperti itu, lewat media apa mas? Lisan atau tertulis?
IP : Lebih banyak lisan namun komunikasi tulisan juga mendukung saat hand
over antar shift.
P : Kalo komunikasi lisan, biasanya dilakukan dengan medianya apa saja
mas? Kelebihan dan kekurangan komunikasi lisannya gimana?
IP : Untuk media bisa secara tatap muka dan sering menggunakan telepon,
untuk kelebihannya info cepat sampai pada setiap personil tanpa ada
hambatan komunikasi. Untuk kekurangannya kadang terjadi miss
communication karena kadang nada suara yang kurang jelas dari
komunikator atau kesalahpahaman persepsi pada komunikan. Kadang
juga hambatan dari lingkungan.
P : Bentuk komunikasi lisannya misalnya seperti apa? Kalo komunikasi
tertulisnya?
IP : Secara lisannya, setiap info langsung disampaikan agar setiap personil
tau. Untuk tulisannya, kita tulis di catatan kecil di tempel di counter dan
untuk pergantian shift kita tulis di log book.
P : Kalo untuk kekurangannya, contohnya mas?
IP : Ya kadang anak yang baru masuk tidak melihat tulisan yang aku buat
jadi mereka tidak tahu kalau ditanya tentang suatu hal. Jadi harus aku
jelaskan lagi.
P : Kalo media komunikasi satu arah atau dua arah yang lebih sering
digunakan di FO? Contohnya mas?
170
IP : ya dua arah sih yang paling sering soalnya harus ada feedback dari setiap
komunikasi yang berlangsung antara rekan di FO. Lewat komunikasi
langsung ngomong bisa. Lewat internal telepon juga bisa. Kalo satu arah
sih lewat Log Book itu. Tapi biasanya juga kita explain lagi ke temen
waktu handover.
P : Komunikasi verbal atau non-verbalnya sendiri gimana, mas?
IP : kalo komunikasi verbal-nya lewat omongan, lewat telepon, macem-
macem. Kalo non-verbal ini biasanya kode-kodenya yang digunakan
anak Reception. Karena antara Reception dengan Bellboy kan terpisah
sama pintu kaca. Jadi bisa kelihatan gerakan mereka, tapi nggak bisa
denger. Begitu ada reception yang angkat tangan ke arah kita, itu
maksudnya check-in. Kalo mereka acungkan jari telunjuk jadi angka satu,
itu artinya tolong pagging taxi satu ke depan lobby. Gitu-gitu sih. Jadi
udah ngerti kebiasaan-kebiasaan Singgasana. Hahaha…
P : Overall, komunikasi FO selama ini gimana menurut pengalaman mas?
IP : Pada umumnya lancar. Tapi kadang ada persepsi ganda atau bisa terjadi
salah persepsi ya kaya yang tadi aku jelasin itu. Karena kadang aku dapet
perintah yang berbeda atau bertolak belakang.
P : Mas sendiri ada keinginan untuk pindah ke departemen lain nggak?
IP : Belum sih.
P : Kalo pindah organisasi mungkin?
IP : Selama ini sih belum. Soalnya aku masih butuh banyak belajar. Dan
menurutku Singgasana memang paling bagus kalo untuk belajar. Ya
mungkin karena kebanyakan job desc tadi ya. Hahaha…
Surabaya, 1 November 2012
Menyetujui,
IP
171
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PENELITI DENGAN RA
Wawancara dilakukan via email dan media Yahoo! Messenger dikarenakan
lokasi kerja RA bukan lagi di Singgasana Hotel Surabaya. Wawancara via email
dilakukan bertahap karena menyesuaikan kondisi kerja dari RA. Wawancara
dilakukan selama kurang lebih satu minggu, yaitu sejak 31 Oktober 2012 hingga 5
November 2012. Wawancara dengan RA dilakukan untuk triangulasi hasil
temuan, observasi, dan wawancara di lapangan (menjadi triangulasi sumber).
Peneliti (P) : Mbak, ada beberapa poin yang mau aku tanyain setelah mbak isi
kemarin. Poin yang pertama tentang relasi kerja dengan mbak dulu.
Untuk masing-masing sub departemennya, biasanya lebih banyak
menggunakan komunikasi formal (rapat, memo internal, surat
resmi, dsb) atau komunikasi informal (gosip, selentingan, dsb).
RA (RA) : Kalo aku lebih banyak informal ke semua sub departemen FO.
Kalo masalah tugas, aku biasanya sampein sambil enjoy gitu aja.
Cuma pernah sekali pas rapat Communication Meeting itu aja, yang
aku ngerasa harus formal. Selebihnya formalnya cuma pas aku kalo
ditegur sama pak MA (Front Office Manager, peneliti) karena
kesalahanku. Selebihnya informal, apalagi kalo sama anak
Reception.
P : Waktu Communication Meeting itu, yang dibahas tentang apa, mbak?
Kalo teguran formal itu seperti apa contohnya? Kalo komunikasi
informal seperti apa contohnya?
RA : Kalo Commet kemarin itu bahas tentang kejadian yang kehilangan
uangnya tamu, SOP FO. Kalo teguran formalnya langsung dari pak MA
manggil ke ruangannya. Kalo informalnya gossip bareng waktu istirahat
atau waktu inchargeberdua.
P : Kalo untuk poin-poin tujuan, jawabannya kan semua iya. Bisa kasih
contoh dan hambatan-hambatannya?
172
RA : Untuk koordinasi penugasan kerja. Contohnya siapa yang open cashier
FO, perubahan jadwal shift kerja. Hambatannya tentang masing-masing
orang yang punya cara kerja berbeda masing-masing anggota.
Untuk berbagi informasi tentang rencana dan kegiatan. Contohnya info
tentang tamu check in atau check out ke Bellboy, info dari Operator
tentang Pool Close waktu ada wedding party, info ditulis di Log Book,
info sistem REALTA tentang tamu, dsb. Hambatannya bahasa tulisnya
kadang tidak jelas, cuma dimengerti sama yang menginformasikan.
Untuk memecahkan masalah. Contohnya untuk memecahkan masalah
tamu kehilangan uang kemarin, diskusi masalah-masalah tamu.
Hambatannya, waktu cenderung sedikit untuk berkomunikasi, apalagi
kalo sudah rame. Jadi cuma bisa koordinasi secepetnya.
Untuk memperoleh pemahaman bersama. Aku udah lupa juga.
Menurutku pernah pas Commet itu, bahas masalah seragam yang dipakai
karyawan. Hambatannya, pemahaman bersama yang diperoleh tidak bisa
sejalan dengan faktor keadaan saat itu. Contohnya jumlah seragam yang
tersedia tidak memadai.
Untuk merundingkan perbedaan. Contohnya untuk cara posting sistem
REALTA masing-masing orang berbeda dan berusaha disesuaikan.
Hambatannya juga sudah terbiasa dengan cara kerja masing-masing,
akhirnya miss communication antara kita sendiri atau dengan departemen
lain, biasanya Accounting.
Untuk memberikan dukungan interpersonal. Contohnya bisa via status
BBM, lisan tentang pengangkatan karyawan, cara kerja. Hambatannya,
tidak ada.
P : Poin mengenai hambatan. Ada empat faktor untuk hambatan, yaitu
penyaringan, persepsi selektif, perasaan, dan bahasa. Maksudnya untuk
penyaringan itu adalah seseorang yang memberikan informasi mengubah
pesan agar bersifat lebih menyenangkan bagi penerima pesan. Untuk
faktor persepsi selektif adalah informasi yang diterima akan dipilah-pilah
sesuai dengan pengalaman pribadi yang pernah diterimanya. Faktor
perasaan adalah perasaan berpengaruh saat menerima pesan. Faktor
173
bahasa adalah perbedaan kata-kata yang digunakan berpengaruh bagi
proses komunikasi. Berdasarkan faktor-faktor itu, bagaimana hambatan
komunikasi dengan rekan kerja masing-masing sub departemen
(Reservation, Bell Captain, Reception, dan Operator)? Contohnya?
Akibatnya?
RA : Reservation. Faktornya perasaan dan penyaringan. Contohnya perasaan,
saat minta izin untuk libur itu dipersulit dengan alasan tidak ada
karyawan yang incharge. Tetapi untuk libur Idul Fitri tahun kemarin,
Reservation bisa meliburkan diri hingga hampir dua minggu. Faktor
penyaringan, biasanya jika terjadi masalah dengan tamu, informasi yang
disampaikan ke Reservation hanya untuk poin-poin penting yang tidak
terkesan bagian Reception salah. Tujuannya supaya Reception tidak
mendapat surat peringatan lagi seperti kasus kehilangan uang kemarin.
Akibatnya hanya masalah internal dengan pihak yang bersangkutan saja.
Bell Captain. Faktornya bahasa. Contohnya, bahasa yang digunakan oleh
Bell Captain mengenai status tamu berbeda dengan Reception. Tamu VIP
menurut kami adalah tamu yang memang dipesan VIP oleh departemen
lain, seperti Sales and Marketing, atau tamu GM. Namun, menurut
mereka adalah tamu yang perlu diberi pelengkap koran setiap harinya.
Biasanya juga terdapat tamu yang selalu request koran apabila stay di
hotel. Akibatnya, bellboy ditegur oleh tamu karena koran yang telah
dipesan sebelumnya tidak sesuai jumlahnya dengan yang harus diberi.
Reception. Faktornya persepsi selektif dan perasaan. Contohnya persepsi
selektif, karena sebelumnya aku pernah dijadikan kambing hitam oleh
teman satu kerja, aku tidak percaya dengan apa yang dia katakan
mengenai orang lain, sebisa mungkin menghindari incharge satu shift
dengan dia, dan tidak membagikan informasi yang aku dapet, atau tip
dari tamu yang ada. Untuk perasaan, sering terjadi saat perasaanku tidak
mood, kata-kata yang diungkapkan oleh teman kerja mempengaruhi
kinerja, apalagi untuk membahas masalah pengangkatan karyawan.
Akibatnya aku menganggap di Singgasana tidak dapat berkembang dan
akhirnya aku memilih untuk keluar.
174
Operator.Faktornya adalah penyaringan dan bahasa. Contohnya bahasa.
Istilah ONL (Occupied No Luggage) bearti tamu di kamar tersebut
menginap tanpa membawa barang, yang dapat diartikan sebagai tamu
check-out. Informasi yang diberikan kepada Operator hanya dianggap
sebagai informasi biasa dan tidak menginformasikannya kepada pihak
Reception. Akibatnya pihak Housekeeping menegur Reception karena
kamar tidak di check-out-kan. Faktor penyaringan, aku menegur
Operator untuk kerja lebih baik dengan bahasa informal saja, meskipun
karyawan dari departemen lain sudah menyuruh aku untuk menegur
mereka. Akibatnya sampai aku keluar mungkin mereka masih lama untuk
handle telepon mereka.
P : Untuk media komunikasi yang paling sering digunakan media lisan atau
tertulis? Contohnya seperti apa? Kelebihan dan kekurangan masing-
masing media seperti apa?
RA : Media komunikasi yang sering digunakan telepon internal. Selama
disana, aku komunikasi lebih banyak pakai telepon. Jadi lebih gampang.
Kalo komunikasi tatap muka cuma dilakuin sama temen Reception.
Kecuali kalo lagi nggak ada tamu, baru kadang curhat sama Bellboy. Itu
pun mereka dateng ke tempatku, jadi bukan aku yang dateng ke tempat
mereka. Kalo media lain sih cuma lewat Log Book. Kalo sama yang lain,
jarang sih pakai yang tertulis.
Kelebihan medianya, aku bisa lebih ngomongin maksudku apa. Kalo
emang dia salah tangkap, langsung aku jelasin aja. Nggak usah sampe
salah persepsi atau gimana gitu. Tapi emang komunikasi kita paling
memungkinkan pakai telepon sih.
Kekurangannya, kadang kalo teleponnya lagi sibuk jadi nggak bisa
komunikasi. Soalnya kan kita sendiri di Reception itu udah rame banget.
Jadi kalo harus pergi dulu ke belakang atau datengin operator dulu, pasti
bikin tambah ruwet.
P : Selain itu, media lain yang digunakan apa?
175
RA : Cuma itu aja kebanyakan. Paling juga HP atau SMS juga kadang. Tapi
cuma kalo butuh aja sih. Media lain ya cuma ngomong langsung sama
telepon itu aja. Selebihnya nggak sering digunakan.
P : Untuk media yang disebutkan di atas, semua bersifat verbal. Apakah ada
media komunikasi yang sifatnya non verbal selama di Singgasana, seperti
gerakan ekspresi, gerakan isyarat, gerakan dan posisi badan?
RA : Lebih banyak verbal. Kalo sifatnya non verbal mungkin lebih ke arah
gerakan tangan ya. Mengkodekan tidak ada kamar, nomor kamar berapa
yang digunakan, harga yang ditentukan. Kadang aku melakukan gerakan
tangan karena nggak memungkinkan untuk berdiskusi di depan tamu itu,
contohnya masalah harga kamar.
P : Untuk media-media komunikasi di Singgasana sendiri, apakah ada
komunikasi satu arah dan dua arah?
RA : Komunikasi satu arah dilakukan lewat SMS atau Log Book karena
sifatnya cuma menginformasikan. Kalo komunikasi dua arahnya sendiri
itu lebih banyak lisan dan telepon internal.
P : Kalo boleh tau, mengapa koq memutuskan untuk keluar dari departemen
ini? Faktor apa yang mempengaruhi?
RA : Kalo keluar, aku memang udah rencana lama. Karena buatku,
pengangkatan karyawan di Singgasana itu susah banget dan sangat kecil
kemungkinannya.
P : Apakah terdapat faktor internal dari Front Office sendiri?
RA : Kalo faktor internal sendiri, mungkin karena permasalahan-permasalahan
belakangan ini yang cukup besar buatku, terutama kasus yang kehilangan
uang itu. Kamu tau kan? Mulai dari kasus itu, aku merasa kalo atasanku
juga menganggap kalo aku tidak hati-hati dalam bekerja. Apalagi
masalah yang dikarenakan WL kemarin. Jadi kondisinya, aku nggak
salah dengan tamu itu karena waktu check out yang handle WL. Ternyata
berhubungan sama uang. Aku nggak tau apa-apa, ternyata WL info ke
pak MA (Front Office Manager, peneliti) kalau aku yang handle tamu
itu. Padahal aku nggak tau apa-apa. Pak MA akhirnya menegur aku dan
rasanya sejak saat itu pak MA nggak percaya dengan aku. Aku berpikir
176
kalo hal ini pasti berpengaruh sama pengangkatan karyawan. Semakin
jelek aku di depan atasanku, pasti semakin lama pengangkatanku. Jadi,
aku putusin aku move on aja dari Singgasana.
Surabaya, 23 November 2012
Menyetujui,
RA
176
N
o Keterangan RR RD RH IP RA
1 Jenis
Komu
nikasi
Lisa
n Telepon internal Komunikasi tatap muka Komunikasi tatap muka (antar
rekan Operator) Komunikasi tatap muka Telepon internal
"kebanyakan via telepon internal
itu sih. Jadi gampang. …
Tinggal pencet extensionnya aja"
"Media komunikasi lebih
banyak dilakukan secara lisan
daripada tertulis"
"Kalo sama bagian operator sih
emang sebagian besar langsung
ketemu"
"Untuk media bisa secara
tatap muka dan sering
menggunakan telepon"
"Selama disana, aku komunikasi
lebih banyak pakai telepon. "
"Paling banyak sih telepon kalo
antar sub-departemen"
"Iya, komunikasi digunakan
untuk memecahkan masalah.
komunikasinya secara
langsung atau lisan"
"Lainnya sih langsung ngomong,
mbak. Mouth to mouth aja"
"Kalo media sih banyak.
Ngomong langsung bisa" Komunikasi tatap muka
"cuma dilakuin sama temen
Reception."
Komunikasi tatap muka "Cuma direct aja ngomong
langsung ada pesen apa"
"Biasanya langsung
ngomong ke orang yang
bersangkutan"
"baru kadang curhat sama Bellboy"
"Kalo antar reception sih
biasanya ya langsung ngomong
aja"
Telepon
"Akhirnya sampe kita telepon
ke receptionist itu buat
nanyain maksudnya apa"
"Jadi lebih banyak langsung
diomongin ke temen kerja aja"
"Lagian menurutku sih enak,
lebih jelas ngomong
langsung"
"cuma lewat omongan aja"
Rapat internal "Pas baru sampe rumah, tiba-
tiba pak MA telepon HPku"
"Soalnya kan langsung ketemu,
tatap muka gitu mbak" Telepon internal
"ada rapat commet,
communication meeting"
"telepon ekstension bisa,
telepon ke HP temen bisa"
Rapat internal Telepon internal (antar sub
departemen)
"Dilakukan melalui
komunikasi lisan, yaitu rapat.
Rapat Front Office namanya
Commet, Communication
Meeting"
"Tapi kalo sama bagian lainnya,
kebanyakan cuma lewat telepon
internal aja, kalo sebarin
informasi-informasi gitu"
"Untuk media bisa secara
tatap muka dan sering
menggunakan telepon"
"Lewat internal telepon
juga bisa"
"Kalo bagi informasi sih paling
biasanya cuma lewat internal
phone"
Tert
ulis Log Book Media komputer Short Messages Service (SMS) Form request Log Book
"kalo antar reception sih ada log
book"
"Iya, biasanya dilakukan
dengan komputer"
"Kayanya sih lebih manjur SMS
daripada ngomong atau nulis note,
"dia langsung ke depan,
dikasih semacam form untuk
"Kalo sama yang lain, jarang sih
pakai yang tertulis."
177
"Tapi kalo antar shift, biasanya
lewat log book"
"Terus aku juga incharge jadi
admin dari online booking"
mbak. Soalnya langsung dikerjain
sama mereka"
request itu"
Short Messages Service (SMS) Short Messages Service
(SMS)
Short Messages Service (SMS)
"bakalan telepon atau SMS aku" "Semua keterangan itu aku
coba tulis di reservasi sistem"
"Pernah juga pake SMS , mbak" "Kalo media sih … SMS
bisa"
"Paling juga HP atau SMS juga
kadang"
Memo internal Note Email dan Memo Sistem komputer
"Kalo memo sih biasanya ada di
notice board di belakang itu" Notes "Paling cuma tulis di kertas coret-
coretan kecil gitu"
"Atau lewat email atau
memo"
"info sistem REALTA tentang tamu,
dsb. Hambatannya bahasa tulisnya
kadang tidak jelas, cuma
dimengerti sama yang
menginformasikan."
"Aku tulis di notes sistem
REALTA" Lebih banyak digunakan
untuk antar shift
"tempat tempelin BEO" "Contohnya itu lewat Tracing
sama Notes di sistem itu"
"Paling juga cuma pake posted it
yang ditempel di teleponnya
operator itu aja"
"Komunikasi tulisan juga
mendukung saat hand over
antar shift." Night To Do List
"Kalo secara tertulis sih, ada
yang namanya Night To Do" Log Book Media komputer Log Book (untuk informasi
antar shift)
"Lewat log book itu juga bisa" "harus dipastiin dulu di sistemnya
nama tamunya bener atau nggak"
"untuk pergantian shift kita
tulis di log book"
Media komputer Note (untuk informasi antar
shift)
"tentang data-data tamu yang
menginap udah di-input"
"tentang sistem reservasinya kayak
gimana"
"kita tulis di catatan kecil di
tempel di counter"
Standard Operational Procedure
(SOP)
Note "pernah bongkar-bongkar terus
ketemu SOPnya"
"atau note-note kecil yang
ditempel di deket meja
reception"
Phone Record
"harus tanya dulu kemana, terus
dicatet di phone record"
"Ada juga sistem hotel sih. ...
ada semacam notes sistem"
For Rapat internal Front Office Rapat internal yang disebut Komunikasi tatap muka Tidak pernah mengikuti Rapat internal
178
mal yang disebut Communication
Meeting (Commet)
Communication Meeting
(rapat internal Front Office)
"biasanya kalo lagi kerja ya cuma
nyambungin telepon aja"
rapat internal Front Office "sekali pas rapat Communication
Meeting itu aja, yang aku ngerasa
harus formal" "Ada commet, communication
meeting"
"Sebulan sekali, biasanya
akhir bulan. Namun, tahun ini
baru sekali, bulan Mei 2012
lalu"
"kalo mengalami sih nggak.
Cuma pernah setauku ada
rapat FO, aku nggak dateng
tapi" Komunikasi tatap muka "Kalo sama bagian reservation sih
emang lebih sering ngomong
tentang pekerjaan mbak, formal
gitu"
Teguran dari pihak atasan yang
disampaikan bersifat formal
"Kalo ngobrol paling ngobrol
tentang pekerjaan aja"
"Kalo evaluasi diadakan
contohnya dengan briefing
sebelum memulai kerja"
Training karyawan
"pertemuan-pertemuan gitu,
pernahnya untuk training
dari HRD aja"
"ditegur sama pak MA karena
kesalahanku"
"Jadi nggak bener-bener ada
komunikasi yang personal" Komunikasi tatap muka Standard Operational Procedure
(SOP)
"Cuma kalo sama GM atau
pak MA aja kadang aku
formal"
"pernah bongkar-bongkar terus
ketemu SOPnya, aku baca-baca
sendiri tentang SOPnya"
Email dan Memo
Memo "Biasanya lewat email atau
memo kalo untuk rencana-
rencana"
"Kalo memo sih biasanya ada di
notice board ... tentang training-
training yang diadain
departemen Personnel and
Training"
Standard Operational
Procedure (SOP)
" waktu dulu aku trainee,
disuruh tau SOP FO"
Info
rma
l
Komunikasi informal jarang
dilakukan dengan departemen
Front Office
"Kalo lainnya, apalagi
operator, seringnya ya
bercanda-bercanda, kadang
malah ngegosip di loker pas
istirahat bareng"
"Kalo sama reception cewek sih
waktu istirahat bisa cerita-cerita
tentang personal masing-masing,
mbak."
Komunikasi tatap muka Lebih banyak dilakukan
"Jarang. Lebih sering ngobrol
sama karyawan departemen lain.
Soalnya kan beda jam
istirahatnya"
"Soalnya kan kita langsung
ngomong tuh , ya pake
bahasa-bahasa santai"
"Kalo aku lebih banyak informal ke
semua sub departemen FO"
"Jadi ya kadang kalo sama
anak reception ya ada
bercanda-bercanda"
"Lebih sering curhat-curhat sama
ngegosip ... Selain itu, jarang sih
mbak kalo tentang tugas."
"kita ngomongin pekerjaan,
tapi tetep bercanda-
bercanda"
"Selebihnya informal, apalagi kalo
sama anak Reception." "Tapi nggak semua anak bisa
aku ajak ngobrol sih" "Kalo aku sih menggunakan
bahasa sehari-hari ya"
"Kalo dua arah sih ya langsung
ngomong sama cerita-cerita"
"Kalo informalnya gossip bareng
waktu istirahat atau waktu incharge
berdua." "Bukan secara resmi rapat atau
179
forum gimana gitu" "Lebih sering ngomong informal,
mbak"
"jarang ngobrol sama mereka" Komunikasi dengan karyawan
laki-laki
"Selebihnya jarang ngobrol sama
mereka"
Ver
bal
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti menemukan bahwa media lisan yang sering digunakan oleh departemen Front
Office adalah komunikasi tatap muka secara informal dan telepon internal. Hal ini terlihat dari seluruh wawancara dengan keempat
narasumber, dimana mereka mengungkapkan lebih banyak berkomunikasi dengan tatap muka atau telepon internal. Pernyataan dari RR
"kebanyakan via telepon internal itu sih", dari RD "Media komunikasi lisan lebih bisa dimengerti", dari RH "Jadi lebih banyak langsung
diomongin ke temen kerja aja", dan dari IP "Lebih banyak lisan namun komunikasi tulisan juga mendukung."
Berdasarkan hasil wawancara,
komunikasi verbal yang digunakan
adalah melalui komunikasi lisan
dan tertulis, "Media komunikasi
yang sering digunakan telepon
internal. ... Kalo komunikasi tatap
muka cuma dilakuin sama temen
Reception. ... Kalo media lain sih
cuma lewat Log Book"
Non
-
ver
bal
Tidak menggunakan bahasa non
verbal, tetapi anggota karyawan
lain mendapatkan informasi dari
komunikasi non verbal dari RR.
RR memperhatikan bahasa non
verbal rekan kerja lain, yaitu
cara kerja
Lambaian tangan Cara kerja Gerakan tangan Gerakan tangan
"kalo pas aku lagi handle
telepon, karyawan lain ada
yang tanya kamar ada nggak,
aku lambaikan tangan gitu,
tandanya kamarnya full."
"Perhatiin cara kerjanya gimana
masing-masing orang. Soalnya kan
masing-masing orang beda, mbak."
"Jadi bisa kelihatan gerakan
mereka, tapi nggak bisa
denger."
"Kadang aku melakukan gerakan
tangan karena nggak
memungkinkan untuk berdiskusi"
"angkat tangan ke arah kita,
itu maksudnya check-in" Cara kerja
" Cara kerja aku sama mereka beda
sih"
"masing-masing orang yang punya
cara kerja berbeda masing-masing
anggota." "Keliatan dari cara handle
tamunya"
"acungkan jari telunjuk jadi
angka satu , itu artinya …"
Sat
u
Ara
h
Log Book Note dan Tracing sistem
REALTA
Note Log Book Log Book dan Short Messages
Service (SMS)
"Kalo media satu arah sih paling
lewat log book itu. Jadi kalo di
log book biasanya ada
"Iya, biasanya dilakukan
dengan komputer"
"satu arahnya ya lewat note itu" "Kalo satu arah sih lewat
Log Book itu"
"Komunikasi satu arah dilakukan
lewat SMS atau Log Book karena
sifatnya cuma menginformasikan" "Kalo komunikasi yang Media komputer Note
180
keterangan … Setelah itu nggak
ada omongan lanjutan tentang
itu"
diinformasikan udah jelas,
pasti sifatnya satu arah.
Contohnya itu lewat Tracing
sama Notes di sistem itu. Kalo
yang kasih informasi itu udah
jelas, pasti nggak ada timbal
balik omongan atau tulisan di
sistem itu"
"komputer buat ngeceknya dipake
sama reservasi"
"tidak melihat tulisan yang
aku buat jadi mereka tidak
tahu"
"Akhirnya aku ganti semua
harganya sendiri di sistem,
tanpa aku info ke reception"
Dua
Ara
h
Komunikasi tatap muka,
telepon internal
Komunikasi tatap muka Komunikasi tatap muka Komunikasi tatap muka
dan telepon internal Telepon internal dan komunikasi
tatap muka
"Lain halnya kalo langsung
tatap muka atau by internal
phone, bisa langsung dapet
pendapat mereka kaya gimana,
langsung bahas masalahnya
gimana-gimana, gitu"
"Media komunikasi lisan lebih
bisa dimengerti karena bisa
langsung get feedback dari
lawan bicara"
"Dua arah sih ya langsung
ngomong sama cerita-cerita"
"soalnya harus ada feedback
dari setiap komunikasi yang
berlangsung"
"aku bisa lebih ngomongin
maksudku apa. Kalo emang dia
salah tangkap, langsung aku jelasin
aja" Short Messages Service (SMS)
"kadang malah ngegosip di
loker pas istirahat bareng"
"Lewat SMS juga dua arah.
Kadang dibales"
"paling cuma by phone aja" Telepon
Media komunikasi elektronik,
yaitu SMS dan telepon
"Jadi aku sering check dan re-
check lagi sama anak-anak
Reception terutama"
"bagi informasi sih paling biasanya
cuma lewat internal phone itu"
"bakalan telepon atau SMS aku
langsung, nanti baru aku
ceritain"
Telepon, SMS, atau telepon
internal
"Pak RP ini telepon, pas aku yang
ngangkat"
"akhirnya kita konfirmasi lagi
ke siapa yang nulis itu,
biasanya langsung by phone
atau SMS. Kalo orangnya
masih incharge, ya langsung
diomongkan atau telepon
ekstension"
181
"Akhirnya sampe kita telepon
ke receptionist itu buat
nanyain maksudnya apa"
2 Tujuan
Komu
nikasi
Koo
rdin
asi
pen
uga
san
kerj
a
Dilakukan untuk prosedur Dilakukan secara langsung, karena tugas dan kewajiban
yang berbeda dengan yang
seharusnya dikerjakan,
menyebabkan tugas banyak
dan harus dikoordinasikan.
Dilakukan melalui note dan SMS
(dengan rekan kerja Operator) Koordinasi tugas
dilakukan agar semua
dapat diatasi
Contoh pengalaman komunikasi
"Tetep dilakuin, cuma mungkin
karena aku sering incharge
sendiri, jadi kalo aku masuk shift
lainnya, tetep apa-apa aku
kerjain sendiri"
"Contohnya siapa yang open
cashier FO, perubahan jadwal shift
kerja." "Aku tulis di note kecil … Tapi
besoknya pas aku incharge, mereka
belum juga set … Akhirnya aku
yang set sendiri"
"bagian reception langsung
menginformasikan ke bagian
kami agar segera ditangani"
"Iyalah dibagi. Sesuai shift-nya.
... Kalo pagi kan lebih fokus
check-out tamu. Kalo sore
fokusnya ke check-in"
"Jadi untuk pemberian tugas
atau pembahasan masalah
tertentu, aku selalu bagi ke
mereka supaya mereka juga
belajar disini"
"berbagi tugas jadi ketika
ada yang handle tamu"
" Aku tulis apa yang mesti dikerjain
hari itu ke shift berikutnya"
"rekan aku diberi suatu
tugas yang penting"
"Kalo telepon sih, bisa langsung
ngomong ... Jadi nggak perlu ke
ruangannya ... buat koordinasi"
"Akibatnya, tugasku jadi
banyak dan numpuk. Jadi aku
harus bagi tugas dengan
rekan kerja lain"
Komunikasi lisan (dengan sub
departemen lain)
"biasanya dia suruh anak
bellboy buat ke tempat dia.
Tergantung sapa yang
incharge ya langsung ke
tempat dia"
"Cuma emang nggak ada
kepentingan yang gimana banget
sama anak bellboy. Jadi cuma
ngomong ya yang seperlunya aja"
Dilakukan untuk back up saja "biasanya aku kasih tugas-
tugas reservasi gitu juga"
"saat aku diberikan tugas
dalam situasi yang sangat
ramai"
"Kadang juga sering bantu
mereka buat anter-anter tamu ,
kalo pas bellboy lagi rame"
"mau tanya-tanya atau minta tugas
mesti ke bu RD"
"gara-gara ada kerjaan apa
yang tidak diselesaiin,
padahal sudah bolak-balik
minta tolong"
"pastiin lagi udah di set apa
belum sama anak operatornya"
"kalo tentang tugas, biasanya
paling cuma tentang reservasi atau
bagi tugas"
"pernah dapet tugas buat file data" "harus dibagi gitu. Ada
personil yang berjaga di
counter, ada nada personil
yang menangani check in
dan check out"
"padahal pembagian tugas juga
udah jelas mbak"
182
"Terus seringnya tanya ada tugas
lagi atau nggak"
Ber
bagi
info
rma
si
dan
renc
ana
kegi
atan
Telepon internal Komunikasi tatap muka Sebagian besar tugas dilakukan
sendiri hingga selesai, sehingga
jarang untuk memberikan informasi
antar rekan kerja Operator
Dilakukan melalui telepon
internal komunikasi tatap
muka, dan form request.
Contoh pengalaman komunikasi
"cuma by phone aja ... buat info
tamu selesai check-in atau
check-out, terus minta tolong
dianterin"
"Jadi ya kadang kalo sama
anak reception ya ada
bercanda-bercanda sedikit
meskipun kita ngomongin
tugas"
"Contohnya info tentang tamu
check in atau check out ke Bellboy,
info dari Operator tentang Pool
Close waktu ada wedding party,
info ditulis di Log Book, info sistem
REALTA tentang tamu, dsb."
"bagian reception langsung
menginformasikan ke bagian
kami" "Tapi jarang benernya. Biasanya
kalo aku sih cuma cek-cek sendiri
aja" Log Book Dilakukan melalui media
komputer
"Ngomong kalo mau ke
bellboy buat kasih request
pick up atau drop airport" "Tapi kalo antar shift, biasanya
lewat log book gitu"
"Semua keterangan itu aku
coba tulis di reservasi sistem
REALTA yang ada"
Dengan sub departemen lain
"Paling-paling cuma kasih
informasi dari tamu"
"memberikan informasi atau
aturan yang benar"
"bisa ingetin kita untuk tugas
apa yang belum selesai"
"Kalo ada informasi apa, ya aku
sampein ke pihak yang
bersangkutan"
"Kadang kalo informasi ya
secepetnya aja, pokoknya
diinformasikan"
Komunikasi tatap muka "biasanya yang di-share-kan itu
tentang informasi-informasi yang
didapet"
"Kalo lagi kerja kasih informasi-
informasi"
"terus aku info juga ke shift
berikutnya"
"Biasanya aku bagi informasi
tentang promo-promo hotel ke
anak-anak lain, terutama bellboy"
"kalo ada informasi tentang
pekerjaan, oke, disampein"
"Kalo antar reception sih
biasanya ya langsung ngomong
aja pas incharge bareng"
"lebih banyak langsung diomongin
aja kalo misalnya ada informasi-
informasi apa gitu"
"anak yang lain dikasih tau
seperti apa jadi Reception"
Sering tidak mendapatkan
informasi dari rekan kerja
183
"Mulai dari nggak ada informasi
berlanjut"
"Tapi nggak disampein ke aku"
Me
mec
ahk
an
mas
alah
Informal dan melalui
komunikasi langsung
Dilakukan secara langsung Dilakukan langsung dengan RD
(sebagai karyawan reservasi
incharge skill trainer)
Komunikasi tatap muka ke
masing-masing personil
yang bersangkutan
Contoh pengalaman komunikasi
"Dilakukan, tapi cuma antar
pihak yang bersangkutan gitu.
Bukan secara resmi rapat atau
forum gimana gitu"
Hambatannya karena
kurangnya atau tidak
akuratnya data yang
digunakan untuk memecahkan
masalah
"Contohnya untuk memecahkan
masalah tamu kehilangan uang
kemarin, diskusi masalah-masalah
tamu."
"Biasanya kalo ada masalah, aku
langsung cerita sama bu RD.
Soalnya dia paling senior dari yang
lain"
"Biasanya sih langsung
ngomong lisan ya. Susahnya
ya tiap orang punya
pendapat yang berbea dan
sulit untuk memahami
pendapat orang lain"
"Kalo tamunya nggak mau
nunggu, biasanya kita kasih
yang siap saji aja"
"Jadi aku harus bagi tugas
dengan rekan kerja lain"
"tanya tentang sistem reservasinya
kayak gimana, kalo ada yang nggak
bisa atau masalah"
"Menegur orang yang
bersangkutan , terus info juga ke
shift berikutnya"
"Akhirnya terjadi miss harga
kamar. Tapi untungnya
teratasi"
"Baru diomongin berdua,
gimana enaknya jalan
keluarnya"
"dibantu buat reservasi kamar pake
kamar cadangannya punya GM"
"kalo nggak ya langsung aku
selesaiin sendiri aja"
"Soalnya orangnya enak diajak
ngomong untuk selesaiin masalah"
"Maksudnya kalo ada masalah,
ayo diselesaikan bareng"
Apabila komunikasi untuk
memecahkan masalah tidak
berhasil, RH memutuskan untuk
mengerjakannya sendiri
"dia baru bisa konfirmasi ke aku
siangnya"
"Sampe akhirnya dia dipanggil
pak MA"
"Akhirnya aku mesti kerjain tugas
itu sendirian"
"solusinya kalo sama reservasi
ma operator sih, aku langsung ke
belakang"
184
"biasanya ... aku minta tolong
mereka panggilin"
"supaya ada salah satu bellboy
yang standby di dalam lobby
kalo lagi kerja"
"langsung bahas masalahnya
gimana"
"Kita explain ke tamu kalo DKM
akan kita orderkan, cuma mesti
nunggu beberapa waktu dulu"
Me
mpe
role
h
pem
aha
man
bers
ama
Komunikasi tatap muka, tetapi
tidak berhasil dilakukan
Dilakukan secara langsung,
tetapi perbedaan pemahaman
tiap orang menyebabkan
hambatan
Untuk memperoleh pemahaman
bersama, RD memberikan
informasi kepada RH dan Operator
lain (melalui media note atau
tatap muka), tetapi pemahaman
yang diperoleh masih berbeda.
Digunakan. Hambatan yang
terjadi dikarenakan
perbedaan kepentingan
personil masing-masing.
Contoh pengalaman komunikasi
"Aku udah lupa juga. Menurutku
pernah pas Commet itu, bahas
masalah seragam yang dipakai
karyawan." "pernah sih ngobrol-ngobrol,
kita ini satu tim harus kerja
sama bareng. ... Tapi kadang
yang terima itu beda persepsi
sama aku. Akhirnya ya nggak
ketemu pikirannya"
"Kita harus barengan tentuin
harga kamar untuk hari itu
berapa patokannya"
"Cuma kalo untuk
memperoleh pemahaman
bersama, aku sih merasa
kesulitannya itu di kami
punya perbedaan
kepentingan antar masing-
masing anggotanya"
"Semua receptionist yang
baca keterangan itu ngerti"
"Sama bu RD diajarin, gimana
menyamakan instruksinya,
pembayarannya, jenis pemesanan
kamarnya"
"aku melakukan gerakan tangan
karena nggak memungkinkan untuk
berdiskusi di depan tamu itu,
contohnya masalah harga kamar"
"Pokoknya kalo nggak ada
komunikasi balik ke aku, bearti
aku anggep uda selesai"
"itu jadi semacam bahasa
baku dari anak-anak untuk
reservasi-reservasi"
"sulit untuk memahami
pendapat orang lain"
"soalnya berkali-kali diajarin tapi
kok nggak sama-sama"
"Jadi susah untuk
menemukan pemahaman
yang sama antar satu
dengan lainnya"
"Bilang kalo prosedur kita
untuk merahasiakan nama
tamu dan keterangannya"
Komunikasi lisan digunakan agar
mencapai pemahaman bersama
"angkat tangan …
maksudnya check-in"
"aku lambaikan tangan gitu,
tandanya kamarnya full"
"acungkan jari telunjuk jadi
angka satu, itu artinya
pagging taxi satu ke depan
"Terus bisa langsung nyampein
185
maksudku seperti apa, nanti kalo
nggak ngerti bisa aku jelasin lagi"
lobby"
"sehingga hasilnya bisa sama
satu tujuan"
"Jadi udah ngerti kebiasaan-
kebiasaan Singgasana"
"Jadi lebih clear dan sama-sama
paham"
"Minta ajarin sama reception ,
perhatiin cara kerjanya gimana.
Soalnya kan masing-masing orang
beda , mbak"
"atau tanya-tanya singkat aja
tentang reception gitu"
"tanya tentang sistem reservasinya
kayak gimana, kalo ada yang nggak
bisa atau masalah"
Me
nda
mai
kan,
ber
und
ing,
dan
men
eng
ahi
per
bed
aan
Secara personal komunikasi
tatap muka
Melalui rapat internal
Commet Dirundingkan secara langsung, terutama dengan RD karena
dianggap paling senior
Dilakukan melalui
komunikasi secara
langsung ke orang yang
bersangkutan (tatap muka).
Contoh pengalaman komunikasi
"merundingkan perbedaan itu
dilakuin langsung personal ke
orangnya"
"atau pembahasan masalah
tertentu, aku selalu bagi ke
mereka"
"Contohnya untuk cara posting
sistem REALTA masing-masing
orang berbeda dan berusaha
disesuaikan."
"Kalo ada salah gitu, aku pasti
langsung info ke bu RD"
"kami punya perbedaan
kepentingan antar masing-
masing anggotanya" "langsung diomongin aja berdua
gimana, cepet keputusannya"
"Akhirnya sampe kita telepon
ke receptionist itu buat
nanyain maksudnya apa" "Jadi kalo ada apa-apa, aku
tanyanya sama bu RD langsung
sih"
"ketika aku memberikan
pendapat dalam suatu
kejadian atau masalah"
"Pernah complaint ke senior
bellboy-nya supaya ada salah
satu bellboy yang standby di
dalam lobby"
"Dilakukan melalui
komunikasi lisan, yaitu rapat.
Rapat Front Office namanya
Commet, Communication
Meeting"
"Pernah sih, mbak, aku tanya ke
mereka, kenapa kok nggak
dikerjain"
"langsung diskusi sama orang
yang bersangkutan"
"bisa langsung get feedback
dari lawan bicara"
"Biasanya kalo ada masalah, aku
langsung cerita sama bu RD"
186
"Baru diomongin berdua,
gimana enaknya jalan
keluarnya"
"Makanya nggak pernah selesaiin
masalah sama reception"
"Kalo aku sih mesti bilang,
maksudku seperti ini, seperti itu"
"kadang aku bilangin mereka,
menurutku seperti apa"
"langsung bahas masalahnya
gimana- gimana, gitu"
Me
nu
mb
uhk
an
duk
ung
an
anta
r
pers
ona
Komunikasi tatap muka Dilakukan secara langsung
atau lisan
Dukungan verbal Dilakukan lewat media
komunikasi tatap muka
dan tertulis
Contoh pengalaman komunikasi
"Kalo dukungan interpersonal
sih, pasti ada"
"Mereka antusias akhirnya" "Paling banyak dapet secara verbal
dari FOM"
"Contohnya bisa via status BBM,
lisan tentang pengangkatan
karyawan, cara kerja." "Salah satu bagian yang paling
penting kan reception , karena di
reception kan belajar"
"tidak pindah. Karena akan
lebih berkembang menurutku"
"biasanya yang diomongin tentang
gimana jadi reception"
"Iya, biasanya lewat
ngomong langsung, atau
kadang dari tulisan juga
bisa"
"cerita-cerita yang biasanya
kasih masukan-masukan buat
aku"
"Biasanya sih aku lakuin ke
anak training. Supaya mereka
lebih bisa cepet mengerti atau
apa, biasanya aku kasih
tugas-tugas reservasi gitu
juga, supaya mereka bisa
lebih cepet belajar"
"Curhat tentang trainee gathering,
tentang laporan magang"
"untuk kejadian yang baru
dia alami agar kinerjanya
tidak menurun k arena
kejadian itu"
Dukungan non verbal "Karena pada dasarnya aku
suka bagian itu, secara
nggak langsung aku
termotivasi untuk belajar"
"aku dapet motivasinya itu dari
non-verbalnya masing-masing
orang, mbak"
"Lebih termotivasi soalnya aku liat
cara kerjanya"
"Aku berusaha memberikan
masukan"
"aku masih butuh banyak
belajar. Dan menurutku
Singgasana memang paling
bagus"
Motivasi diri sendiri
"aku sih nggak terlalu
mempermasalahkan hal ini, ya
itung-itung untuk belajar juga kan
187
mbak"
"ada keinginan buat pindah ke
Sales Marketing"
"Kalo aku sih, pas ada masalah,
biasanya cuma menenangkan diri
sendiri"
"Kalau di bintang empat, masih
bisa tanya-tanya, bisa belajar"
3 Hamb
atan
Komu
nikasi
(Masm
uh,
2010)
Pen
yari
nga
n
Dilakukan, merubah teguran
dari Front Office Manager Merubah teguran untuk
trainee Operator agar lebih
enak didengar
Tidak pernah mengalami
hambatan ini.
Terjadi hanya dengan sub
departemen Operator dan
Bellboy sendiri, yaitu untuk
anak trainee
Terjadi pada sub departemen
Reservation dan Operator
"Pokoknya pak MA itu minta
tolong aku untuk negur anak
trainee operator ... Ya aku
bilangin aja ..., jangan sampe
nanti ditegur sama skill trainer
atau pak MA, nanti nilainya
training-nya jelek. Padahal pak
MA udah tau masalah mereka,
malah pak MA yang nyuruh
negur mereka."
"... ngomong ke aku buat
negur anak Operator itu, ...
dia bisa langsung dikeluarin
sama minta pertanggung
jawaban uangnya. Tapi ya aku
nggak sampe ati ngomongnya
... Akhirnya aku cuma
ngomong, lain kali kalo ada
tamu tanya-tanya gitu jangan
dikasih tau."
"Aku berusaha memberikan
masukan tetapi secara tidak
langsung ya ada
intermesonya gitu"
"informasi yang disampaikan ke
Reservation hanya untuk poin-poin
penting yang tidak terkesan bagian
Reception salah."
"menyebabkan kita cari
amannya aja kalo kasih info
atau handle complaint . Biar
nggak disalahkan"
"kerja lebih baik dengan bahasa
informal saja, meskipun karyawan
dari departemen lain sudah
menyuruh aku untuk menegur
mereka." "Aku harus pinter-pinter
membuat dia tidak
tersinggung saat aku
memberikan informasi"
Pers
epsi
Sele
ktif
Pengalaman menjadi Night
Reception
Karena pengalaman
disalahkan saat reservasi
kamar kurang, RD selalu
mengecek reservasi kamar
yang dia reservasikan sebelum
pulang
Dalam proses komunikasinya, RH
memandangnya dari
pengalamannya selama menjadi
Operator di Singgasana
Kesalahan persepsi
mengenai tugas yang ada
Terjadi pada Reception
"Shift malem itu nggak sepi
kayak orang lain pikir"
"aku sering ngerasa ada
salah persepsi dari
pembagian tugas yang
diberikan"
"sebelumnya aku pernah dijadikan
kambing hitam oleh teman satu
kerja, aku tidak percaya dengan
apa yang dia katakan mengenai
188
"Omongannya ga sepaham, beda
pendapat, terus kepengen
selesaiin masalahnya yang
nggak sama"
"gara-gara salah gitu, jadinya
aku beranggapan kalo
kamarnya bisa kurang tiba-
tiba . Jadi aku sering check
dan re-check lagi"
"karena dari kejadian yang sudah
terjadi, aku simpulkan mereka itu
kurang tanggung jawabnya, ..."
"kurang jelas dari
komunikator atau
kesalahpahaman persepsi
pada komunikan"
orang lain"
"kadang ada persepsi ganda
atau bisa terjadi salah
persepsi"
"cuma mungkin karena aku
sering incharge sendiri"
"Karena jadi takutnya aku
yang salah, karena dulu
pernah di cancel gitu"
"bahwa mereka itu masih SMK"
"Cara kerja aku sama mereka beda
sih, mbak" Persepsi rekan kerja
"kalo yang lain mikirnya gimana
supaya mereka nggak
disalahkan. Gitu sih menurutku"
"Hambatannya itu karena tiap
orang berbeda
pemahamannya"
"Soalnya kan bu RD juga paling
senior menurut saya"
"diberi suatu tugas yang
penting tetapi dia merasa itu
biasa saja"
"kadang yang terima itu beda
persepsi sama aku"
"masing-masing orang masih
beda-beda sesuai dengan
kebiasaan"
"Soalnya kan masing-masing orang
beda , mbak"
"Susahnya ya tiap orang
punya pendapat yang
berbeda"
"mungkin mereka mikirnya aku
ngatur atau gimana"
"jadi semacam bahasa baku
dari anak-anak untuk
reservasi-reservasi"
"kayaknya sibuk banget. Kadang
dipanggil ma GM, gitu mbak"
"membuat aku dipandang
orang yang keminter istilah
jawanya"
"aku sih berpikir kalo disini ada
orang yang punya pikiran beda"
"Jadi karena pengalaman-
pengalaman sebelumnya, kita
jelasin ke tamu"
"Soalnya kalo si F terlalu banyak
ngomong, tapi sedikit kerjanya,
mbak"
"padahal biasanya aku nungguin
dulu sampe jam 08.00"
"Tapi ya sejak itu , kalo ada
apa-apa, aku nggak pernah
minta tolong"
"Tapi kadang cara pikirnya beda,
mbak, aku sama anak operator
lain"
"Kalo aku kebanyakan shift
malem sih"
"Dan kejadian ini udah sering
banget terjadi"
"Selama ini sih, selalu dikasih note
sama anak reception kalo aku kasih
info apa gitu"
"lain kali kalo ada tamu
tanya-tanya gitu"
"Aku jarang ninggalin tugas belum
selesai gitu"
Per
asaa
Lelah fisik dan pikiran
mempengaruhi perasaan;
Disalahkan oleh orang lain
menyebabkan RD mencari
Perasaan komunikator, yaitu RH,
mengenai karyawan lain di Perasaan IP terhadap
rekan kerja
Terjadi pada Reservation dan
Reception
189
n perasaan ini yang
menyebabkan malas
membantu rekan untuk
memecahkan masalah yang ada
siapa orang yang bersalah lingkungan kerja "rekan senior yang
mengatakan aku sok tahu"
"kata-kata yang diungkapkan oleh
teman kerja mempengaruhi kinerja,
apalagi untuk membahas masalah
pengangkatan karyawan." "Aku orangnya nggak
terimaan soalnya"
"Daripada aku ya sebel ngomong
kaya nggak dianggep"
"membuat aku dipandang
orang yang keminter istilah
jawanya. Ya jadi gimana
gitu sekarang"
"tapi aku langsung ngerasa kalo
dia nyebelin. Akhirnya nggak
jadi handover, aku tinggal
pulang langsung"
"kalo di operator, dia iri gara-gara
aku aja yang disuruh buat ngerjain
tugas"
"Ya aku sih gak ambil hati
ya wajar aja tekanan
lingkungan"
"saat minta izin untuk libur itu
dipersulit dengan alasan tidak ada
karyawan yang incharge. "
"Takut mau tanya-tanya, nanti
dianggap ikut campur urusan
pribadinya"
"aku disindir … ya sedikit
gimana gitu akhirnya
sepanjang hari"
"aku merasa kalo atasanku juga
menganggap kalo aku tidak hati-
hati dalam bekerja. … Pak MA
akhirnya menegur aku dan rasanya
sejak saat itu pak MA nggak
percaya dengan aku."
"Kalo sama yang lain sih, paling
cuma mbatin aja"
"Akhirnya aku mesti kerjain tugas
itu sendirian. Pokoknya selesai aja
wes pikirku. Daripada aku ya sebel
ngomong kaya nggak dianggep"
"bisa terjadi tidak saling
sapa, dan senyum digunakan
sebagai formalitas"
Perasaan mendapat dukungan Perasaan rekan kerja
"Kalo aku sih cuma merasa
dapet dari beberapa orang aja" "abis bu RD kayaknya sibuk
banget"
"rekan aku diberi suatu
tugas yang penting tetapi dia
merasa itu biasa saja" "Tapi mereka berdua, gimana ya,
mbak. Aku juga nggak enak
ngomongnya. Dipikir aku ngadu
nanti"
"masalah perasaan ya, takut
menyinggung orang yang
bersangkutan"
"Sampe aku bolak balik ditegur
sama karyawan internal gara-gara
angkat teleponnya lama"
"Paling-paling aku cuma bisa
jengkel aja sama mereka"
"Jadi bingung-bingung sendiri
sama nggak yakin sendiri sih,
mbak"
190
Perasaan dari rekan kerja juga
mempengaruhi kinerja.
"terus kalo diajak bicara dia juga
jawabnya singkat atau gondok"
"Tapi kalo aku bantuin dia, rasanya
mukanya langsung nggak enak gitu.
Aku ya males kalo akhirnya mau
bantuin dia."
"Tapi kadang nggak dianggep,
apalagi kalo anaknya udah mood-
mood‟an gitu"
"Terus kadang kerjanya sesuai
sama mood-nya waktu itu"
"Reception kan udah crowded
banget, tugasnya banyak banget,
kayanya ribet"
Bah
asa
Lebih banyak mengalami
hambatan dengan tamu
daripada internal
Perbedaan cara penulisan
mengenai reservasi dari rekan
kerja Reception
Perbedaan bahasa yang
digunakan oleh tamu
menyebabkan tamu complaint dan
menegur skill trainer yang ada,
yaitu Ibu RD
Nada suara dari
komunikator Terjadi pada Bell Captain dan
Operator
"kadang nada suara yang
kurang jelas dari
komunikator"
"bahasa yang digunakan oleh Bell
Captain mengenai status tamu
berbeda dengan Reception" "Omongannya selalu mencla
mencle, nggak sesuai"
"Tapi dia nulisnya ISOK. Jadi
kita yang baca itu nggak
ngerti maksudnya apa.
Akhirnya sampe kita telepon
ke receptionist itu buat
nanyain maksudnya apa.
Ternyata maksudnya ISO."
"ngomongnya pake bahasa Inggris,
mbak"
"kadang apa yang ditulis itu
nggak sesuai sama apa yang kita
tangkap"
"Logatnya aneh soalnya … logat
inggrisnya aku nggak terlalu jelas"
"Istilah ONL (Occupied No
Luggage) bearti tamu di kamar
tersebut menginap tanpa membawa
barang, yang dapat diartikan
sebagai tamu check-out"
191
Hamb
atan
Komu
nikasi
(Pace,
2006)
Keti
ada
an
kep
erca
yaa
n
anta
r
reka
n
kerj
a
Sering dialami dimana
informasi yang didapatkan oleh
rekan kerja tidak sesuai dengan
yang diinformasikan dengannya.
Hal ini menyebabkan tamu
marah
Ketidak percayaan dengan
Receptionist karena RD
disalahkan karena
kesalahan Receptionist
menyebabkan RD tidak
memberikan tugas reservasi
grup ke Receptionist
RH mengganggap rekan kerja
kurang bertanggung jawab dan ia
tidak mempercayai pembagian
tugas yang ada
Terjadi karena tidak
mengerjakan tugas kecil,
maka tidak
mempercayakan tugas
besar untuk dikerjakan
dengan rekan kerja tersebut
Terjadi karena pengalaman
bekerjanya dengan rekan kerja
yang menyebabkan
ketidakpercayaan dengan rekan
kerja.
"mereka jarang langsung ngerjain,
dan ujung-ujung nya, aku juga
mbak yang nyelesain"
"seringnya gara-gara ada
kerjaan apa yang tidak
diselesaiin, Akhirnya ya aku
nggak pernah kasih tugas
besar ke dia. Tugas kecil
buat kasih makan ikan aja
nggak pernah dikerjain kok.
Gimana mau kasih tugas
besar"
"karena sebelumnya aku pernah
dijadikan kambing hitam oleh
teman satu kerja, aku tidak percaya
dengan apa yang dia katakan
mengenai orang lain"
"Sering kalo itu. Hahaha… aku
sering banget dapet info dari
satu orang Reception ini.
Omongannya selalu mencla
mencle, nggak sesuai. ...
Makanya kita yang cowok-cowok
kan jarang ngomong ke dia."
"Tapi ya sejak itu, kalo ada
apa-apa, aku nggak pernah
minta tolong Reception" "Kalo mereka nggak kerjain, ya
akhirnya aku lagi yang kerjain,
mbak"
"Terus kadang aku SMS atau
telepon lagi, aku konfirmasi lagi
gimana"
"Belum nanti kalo nggak dilakuin,
atau ada apa gitu"
"jadi aku udah jarang banget untuk
percaya sama mereka lagi"
Per
hati
an
yan
g
ting
gi
pad
a
mo
bilit
as
Proses komunikasi tidak berjalan
baik karena informasi yang
diberikan hanya untuk
mendapatkan perhatian dari
atasan
Menyalahkan karyawan lain
karena tidak salah dan tidak
mau disalahkan oleh Front
Office Manager
Dianggap sebagai orang yang
mencari perhatian ke atasan
IP mengungkapkan sebuah
istilah untuk
menggambarkan
hambatan ini, yaitu ngatok
Rekan kerja salah
menginformasikan sehingga
menyebabkan atasan tidak percaya
"anak yang nganggep aku cari
muka, biasanya gondok dan itu
membuat suasana kerja nggak
nyaman"
"ya pasti „ngatok‟ alias
supaya keliatan cemerlang"
"Aku nggak tau apa-apa, ternyata
WL info ke pak MA (Front Office
Manager, peneliti) kalau aku yang
handle tamu itu. Padahal aku
nggak tau apa-apa. Pak MA
akhirnya menegur aku dan rasanya
sejak saat itu pak MA nggak
percaya dengan aku"
"Akhirnya malah semua yang
diomongkan itu cuma untuk dia
keliatan bagus aja di depan pak
MA, biar safe, nggak dapet
complaint dari internal"
"Ya akhirnya yang aku salahin
dia ... Pokoknya aku nggak
salah di mata pak MA" "ketika aku memberikan
pendapat dalam suatu
kejadian atau masalah ke
rekan senior"
"Kalo dulu-dulu ... antara
reception sama reservation
pasti salah-salahan"
"Ya antara satu dan lainnya
192
ke
atas
"soalnya dia ngomong kaya gitu
di depan pak MA"
"Tapi nggak ada yang mau
ngaku salah dari Reception"
berusaha tampak
„sempurna‟ di hadapan
atasan"
Pers
aing
an
sum
ber
day
a
Dialami karena adanya Casual
Reception baru yang berbicara
berbeda dengan kenyataan yang
ada
Tidak pernah mengalami
hambatan ini. Karena
keterbatasan karyawan FO
menyebabkan RD menerima
karyawan baru yang mau
bekerja di FO
Terjadi antar sesama rekan kerja
Operator, dikarenakan pembagian
tugas yang tidak seimbang dengan
rekan kerja tersebut
Terjadi persaingan, dimana
karyawan ingin terlihat
baik di mata atasan
Terjadi karena mobilitas tinggi ke
atasan, dimana rekan kerja
menyalahkan lainnya
"tetapi terkadang dengan
cara menjatuhkan orang
lain secara tidak sehat"
"Aku nggak tau apa-apa, ternyata
WL info ke pak MA kalau aku yang
handle tamu itu"
"Sampe akhirnya dia dipanggil
pak MA. Terus malah kita yang
disalahin sama dia, katanya kita
nggak pernah ngajarin dia. ...
Akhirnya sejak itu aku ya nggak
mau ngajarin dia, soalnya dia
ngomong kaya gitu di depan pak
MA."
"Soalnya di kita karyawan
emang kurang banget. Jadi
siapa yang berminat di FO,
pasti kita welcome"
"Ada mbak, kalo di Operator, dia
iri gara-gara aku yang disuruh
buat ngerjain tugas" "tapi menenggelamkan
teman kerja , ya itu terjadi
seperti di tempat kerja
lainnya"
"sebelumnya aku pernah dijadikan
kambing hitam oleh teman satu
kerja" "Kalo aku sendiri kan di
subdepartemen Reservation
hanya satu orang. Jadi cuma
aku"
Namun, antara sub
departemen, terjadi
persaingan sumber daya
"antara reception sama
reservation pasti salah-
salahan"