LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut...

185
176 LAMPIRAN 1 Hasil Wawancara dan Observasi Subjek 1

Transcript of LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut...

Page 1: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

176

LAMPIRAN 1

Hasil Wawancara dan Observasi

Subjek 1

Page 2: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

177

Hasil Observasi Subjek 1

Inisial : V Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010 Usia : 7 tahun 2 bulan Kelas : I (Satu) Tanggal Observasi : Rabu, 18 Oktober 2017 & Senin, 13 November 2017 Tempat Observasi : Rumah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Ketika observer berkunjung ke rumah V, V sedang makan. V makan disuapi oleh pengasuhnya. V makan sambil memegang dan memainkan lego barunya. V duduk di bawah, kemudian duduk di sofa sambil menggerakkan legonya. Oleh karena itu, pengasuhnya harus mengikuti V ketika akan menyuapi V. Setelah selesai makan, V masih memainkan legonya. Ketika kakaknya ingin melihat bagian lego yang lepas, V tidak memberikannya. Akhirnya, kakaknya hanya diam saja. Kemudian Papa-nya keluar dari kamar, V langsung menunjukkan kalau legonya ada yang lepas. Papa-nya pun langsung mengambil lego tersebut dan memperbaikinya. Ketika Papa-nya sedang memperbaiki legonya, V duduk di bawah sambil melihat Papa-nya. Kemudian Papa-nya berkata “ini ada bagian yang hilang, coba dicari dulu”. V pun langsung mencari bagian tersebut di karpet, namun V tidak menemukannya dan V langsung berkata “ga ada Pa”. Papa-nya pun menjawab “lah tadi kamu taruh dimana? coba dicari lagi”. V pun mencoba mencari lagi dan V pun menemukannya sambil berkata “yeeyy ini tetemu (ketemu) Pa”. Kemudian V menghampiri Papa-nya lagi. Setelah Papa-nya selesai memperbaiki legonya, Papa-nya membawa lego tersebut ke dalam kamar dan melarang V untuk bermain lego. V pun hanya diam saja dan mengambil mainan yang lain. V mengambil mainan robot Iron Men. Kemudian V duduk di karpet bersama observer dan memperlihatkan robot tersebut kepada observer. Setelah itu, V berdiri lagi dan mengambil topeng dan tongkat golf. V mengajak kakaknya untuk bermain bersama dan kakaknya mau menemani V bermain. Ketika Papa-nya hendak pergi kerja, Papa-nya pamitan dengan V. V langsung minta salam dengan Papa-nya dan berkata “hati-hati ya Pa”. Kemudian V ikut keluar dan melihat

G2 PSP1 PIP2 PIP2 PIS1 PIP2

Hiperaktivitas (makan sambil bermain lego dan berpindah tempat). Aktivitas (mengisi waktu luang dengan memainkan lego). Relasi dengan ayah (ayahnya membantu V memperbaiki lego). Relasi dengan ayah (bekerja sama dan komunikasi dua arah). Relasi dengan saudara kandung (V bermain bersama kakaknya). Relasi dengan ayah (papa-nya pamit kerja dan V salam).

Page 3: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

178

Papa-nya yang sedang memanaskan motor. V memanjat di pintu gerbang, kemudian membuka dan menutup pintu gerbang berkali-kali. Papa-nya pun memperingatkan V agar tidak memainkan pintu gerbang. Ketika V hendak menutup pintu gerbangnya, V tidak sengaja mendorong dengan keras hingga semua orang kaget. Papa-nya pun langsung marah kepada V, V langsung lari masuk menghampiri Mama-nya. V langsung memeluk Mama-nya dari belakang sambil memejamkan matanya. Kemudian Mama-nya berkata “tadi kan sudah dikasi tahu sama Papa, besok gak gitu lagi ya?”, V pun langsung manganggukkan kepalanya. Setelah itu, V masuk kamar dan mengambil lego yang tadi disimpan oleh Papa-nya. Mama-nya bertanya kepada V “kamu kok ambil legonya setelah Papa pergi? kamu sudah izin sama Papa belum?”. V hanya diam saja dan membongkar beberapa keping legonya. V tampak asyik memainkan legonya, kemudian kakaknya datang menghampiri V, V pun langsung menghindar dan berpindah tempat duduk. V berkali-kali melepas dan memasang kembali legonya. V terlihat mulai bosan bermain lego, V pun meletakkan legonya diatas meja. Kemudian V menghampiri kakaknya dan memeluk, serta mencium pipi kakaknya. Kakaknya mencoba menghindar, namun V tetap mengejar kakaknya dan memeluk kakaknya dengan erat. Setelah itu, V mengajak kakaknya bermain. V mengambil dua tongkat golf dan dua topeng. Kemudian V mengajak kakaknya main perang-perangkan. Tongkat golf tersebut digunakan sebagai pedang. Setelah itu, V dan kakaknya berlari-larian di dalam rumah. Masuk kamar beberapa kali, kemudian keluar lagi, sehingga mereka harus membuka pintu beberapa kali. Mama-nya memperingatkan mereka agar tidak berlarian di dalam rumah, V tidak peduli dan tetap mengejar kakaknya. Kemudian kakanya menyuruh V berhenti, karena kakaknya capek dan mengajak V bermain yang lain saja. Kakaknya mengajak V masuk kamar. Mereka pun bercanda bersama di dalam kamar (terdengar suara tertawa V bersama kakaknya). Tiba-tiba V keluar kamar dan V menggunakan selendang di bagian punggungnya, seolah-olah bisa terbang. V menyuruh kakaknya untuk mengejar V, mereka pun bermain berlarian di dalam rumah. Setelah mereka lelah berlarian, mereka duduk berdampingan di sofa. V tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan V mengambil atlas milik kakaknya. Kakaknya pun meminta atlas tersebut kepada V agar tidak digunakan sebagai mainan oleh V. V pun menolak dan memegang atlas tersebut dengan erat. Akhirnya, mereka berebut dan tanpa disengaja V memukul mata kakaknya. Kakaknya pun langsung menangis, V langsung memalingkan wajahnya sambil memegang atlasnya. V berkata “atu ga sengaja, atu tan (kan) mau pinjem”. Kemudian Mama-nya menyuruh V agar meminta maaf kepada kakaknya. V pun langsung memegang tangan kakaknya dan berkata “maafin atu ya ta

PIP3, G3 PIP1, F4 PIP3, G3 PIS2 PIS1 PIS1 PIP3, PIS1 PIS2, G3, PIP1, F4, PIS1

Masalah dengan orangtua (ayah marah, karena V tidak mendengarkan nasihat). Impulsivitas (memainkan pintu gerbang berkali-kali). Relasi dengan ibu (menuruti kata mama). Kondisi lingkungan (mama-nya menasihati) Masalah dengan orangtua dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin). Masalah dengan saudara kandung (tidak mau berbagi mainan dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (mencium dan memeluk kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (bermain bersama kakak). Masalah dengan orangtua (tidak mempedulikan peringatan ibunya). Relasi dengan saudara kandung (bermain dan duduk bersama kakaknya). Masalah dengan saudara kandung dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin). Relasi dengan ibu (mau menuruti perkataan mamanya). Kondisi lingkungan (mama-nya mengajarkan V untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan). Relasi dengan saudara

Page 4: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

179

(kak)”, namun wajah V tidak mau menatap wajah kakaknya. Mama-nya bertanya kepada kakaknya “kakak maafin adik gak?”, kakaknya pun langsung menganggukkan kepala. Kemudian V memeluk kakaknya dan mereka bermain bersama lagi. Mereka melihat atlas bersama. Kemudian observer pamit pulang kepada V dan kakaknya. V dan kakaknya langsung berdiri mengantar observer sampai pintu gerbang. V membukakan pintu gerbangnya dan berkata “da…da…mba”. Kemudian V masuk ke dalam rumah.

kandung (V minta maaf kepada kakaknya).

Ketika observer datang ke rumah V, V baru bangun tidur. Kemudian V berkata kepada observer “atu belum mandi, atu baru bangun”. Setelah itu, V tiduran di sofa dan V tidak mau makan ketika ditawarkan makan oleh pengasuhnya. V juga tidak mau mandi, V malah asyik menonton TV sambil tiduran di sofa. V menonton acara “Ihhh Serem”. Ketika iklan, V mengganti channel TV-nya, V menonton kartun “Shaun The Sheep”. Kemudian V bangun dan V pindah tiduran di karpet. V tiduran di sebelah kakaknya dan V memeluk sambil mencium kening kakaknya. Setelah itu, V melanjutkan menonton TV hingga kartun “Shaun The Sheep” usai. Setelah itu, V bangun dan berjalan menuju dapur. Kemudian V ke ruang TV lagi sambil membawa container mainan. V memanggil kakaknya dan mengajak kakaknya untuk bermain bersama. Kakaknya menuruti keinginan V dan V langsung mengeluarkan semua mainan yang ada di dalam container. V bermain sambil ngobrol dengan kakaknya dan kakaknya tengkurap di hadapan V. Tiba-tiba V berdiri dan melewati kakaknya. V pun tanpa sengaja menginjak kaki kakaknya dan kakaknya kesakitan. V pun langsung berkata “maaf ya ta (kak)”, kakaknya memaafkan V dan mereka bermain bersama lagi. Pengasuhnya menyuruh V dan kakaknya membereskan mainannya, karena sebentar lagi Mama-nya pulang, namun V tidak mempedulikan kata-kata pengasuhnya. Kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V tetap tidak mau dan tetap bermain. Kemudian Papa-nya pulang kerja, V pun langsung lari sambil membawa robot ke arah sofa. pengasuh dan kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V hanya diam saja dan memainkan robotnya di atas sofa. Kemudian V menghampiri Papa-nya yang baru masuk rumah dan V langsung berbisik kepada Papa-nya. Papa-nya pun menjawab “iya”, V langsung bersorak “yeeeyyy”. Setelah itu, V menyalakan TV lagi, V menonton TV sambil tiduran di sofa dan memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya mengajak V mandi, namun V tetap tidak mau mandi. V tetap asyik menonton TV sambil bermain robot. Ketika menonton TV, V bolak-balik memperbaiki antena, karena gambar di TV tidak bagus. Ketika iklan, V menghampiri kakaknya yang sedang menghitung uang mainan. Kemudian V mau mengacak uang mainan yang sudah dirapikan oleh kakaknya, kakanya pun langsung berkata “jangan dik”.

PSP2 PIS1 PIS1, PSP1 PIS2 PIP2 PSP1, PSP2, G1 PIS2, PSP2,

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan saudara kandung (V memeluk dan mencium kening kakaknya). Relasi dengan saudara kandung dan memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama kakaknya. Masalah dengan saudara kandung ( tidak mau membantu kakaknya membereskan mainan). Relasi dengan ayah (berinteraksi dan komunikasi dengan papanya). V mengisi waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot). Masalah dengan saudara kandung (usil dengan kakaknya). V mengisi luang

Page 5: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

180

V tetap mengacak uang tersebut, kemudian V kembali ke sofa menonton TV. Ketika menonton, gambar TV-nya tidak bagus lagi dan V langsung memperbaiki antenanya. Setelah itu, V kembali ke sofa dan tiduran sambil menonton TV. Kemudian V duduk dan memainkan robotnya, seakan-akan robotnya sedang bertarung. Ketika iklan, V mengganti channel lagi dan V menonton acara yang menarik menurutnya. Ketika sedang menonton, kakaknya memanggil V dan mengajak V bermain jual-jualan, V pun berkata “iya kak”. Kemudian V menghampiri kakaknya untuk bermain bersama. Ketika kakaknya menyiapkan perlengkapan bermain, V melanjutkan bermain robot, sesekali V loncat dari sofa. Kemudian pengasuhnnya datang dan menawarkan V mau mandi dulu apa makan. V pun memilih makan dulu, pengasuhnya langsung ke dapur menggoreng ikan dan mengambilkan V makan. V kembali bermain robot, V memainkan robotnya seakan-akan sedang bertarung, salah satu robotnya dilempar karena robotnya kalah ketika bertarung. Kemudian V mengambil robotnya lagi dan memainkannya lagi. Ketika kartunnya sudah mulai, V melanjutkan menonton lagi sambil memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya datang membawa makan dan menyuapi V, namun V menolak dan V lari menghindari pengasuhnya. Pengasuhnya langsung berkata “tadi adik kan mau makan dulu sebelum mandi, ayo sekarang makan dulu, adik harus nepatin janji lho”. V tetap menghindar dan tidak mau makan. Kemudian pengasuhnya berkata lagi “nanti Mama pulang lho, nanti kamu dimarah sama Mama”. V langsung mau mendekat dan membuka mulutnya. Ketika V sedang makan, kakaknya datang membawa perlengkapan untuk bermain jual-jualan. Kakaknya memanggil V agar V membantu kakaknya mengeluarkan semua buku yang ada di dalam kamar. V pun langsung lari menuju kamar sambil mengunyah makannya dan membantu kakaknya mengeluarkan buku tulis. Setelah semua buku sudah dikeluarkan, kakaknya menata semua buku di lantai. V malah mengganggu kakaknya, V menginjak bukunya satu-satu dan hal tersebut dilakukan berkali-kali. Kakaknya pun menegur V, namun V tetap tidak peduli. Kemudian Mama-nya pulang dari kerja, V langsung keluar dan menghampiri Mama-nya sambil berkata “yeeyyy Mama pulang”. V memeluk Mama-nya dan mengikuti Mama-nya masuk ke dalam rumah. Setalah itu, V kembali mengganggu kakaknya, sehingga buku-buku tersebut berantakan. Kakaknya pun berteriak “adikkkkk”, rumah pun menjadi gaduh. Mama-nya langsung menegur V dan kakaknya disuruh merapikan bukunya. V langsung berlari menuju sofa dan duduk. Kemudian pengasuhnya datang menghampiri V untuk mengajak mandi, namun V tetap tidak mau mandi. Mama-nya langsung memanggil V dan memperingatkan V, Mama-nya langsung berkata “V mandi dulu, ini sudah sore lho, kalau kamu gak mau mandi, Mama

G1 G2 PSP1, PSP2, G1 PIS1, PIS2 PIP1 PIS2 F4 PIP3

dengan cara menonton TV. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot). Hiperaktivitas (loncat dari sofa berkali-kali). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot). Relasi dengan saudara kandung (V mau membantu kakaknya). Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya). Relasi dengan ibu (menyambut kedatangan dan langsung memeluk mamanya). Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya). Kondisi lingkungan (mama menegur V). Masalah dengan orangtua (tidak peduli dengan teguran mamanya).

Page 6: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

181

matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V tetap tidak beranjak ke kamar mandi. Mama-nya langsung mematikan TV-nya dan V langsung menghampiri Mama-nya dan berkata “maaf Ma, sekarang atu mandi ma”. V langsung masuk kamar mandi dan mandi sendiri. V tidak mau dimandikan oleh pengasuhnya, V ingin mandi sendiri.

F4 Kondisi lingkungan (mamanya bersikap tegas dengan V).

Page 7: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

182

Inisial : V Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010 Usia : 7 tahun 2 bulan Kelas : I (Satu) Tanggal Observasi : Jumat, 20 Oktober 2017, Senin, 23 Oktober 2017, Rabu, 25 Oktober 2017, Kamis, 26 Oktober

2017 & Jumat, 27 Oktober 2017 Tempat Observasi : Sekolah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya memberikan tugas berupa beberapa kalimat yang didikte oleh guru. Saat gurunya mendiktekan soal-soalnya, V tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Akhirnya, V ketinggalan dan ada beberapa soal yang terlewatkan. Gurunya sudah membacakan soal nomor 6, namun V baru mengerjakan soal nomor 1. V pun langsung menghampiri gurunya dan menanyakan kembali soal nomor 2. Kemudian gurunya mengulang membacakan soalnya dari nomor 1. Ketika dibacakan soal nomor 2, V langsung menulis. Ketika dibacakan soal nomor 3, V kembali tidak memperhatikan. Akhirnya, V ketinggalan lagi, teman-temannya sudah sampai soal nomor 7, sedangkan V baru sampai soal nomor 3. Ketika ditanya oleh gurunya: “V sudah selesai belum?”, V pun langsung menjawab “baru nomor 3” (sambil menyengir). Setelah itu, V pun mencoba untuk melihat tulisan dan bertanya kepada teman yang duduk di belakang V. Temannya tidak mau memberitahu dan temannya langsung mengadu kepada gurunya (dengan cara berteriak), V pun langsung duduk lagi. Ketika gurunya tidak memperhatikan V lagi, V kembali bertanya dengan teman sebangkunya, namun temannya tidak mengizinkan, V pun mencoba menarik buku temannya. Ketika gurunya mengatakan “yang sudah selesai maju ke depan dan boleh istirahat”, V pun langsung bingung dan berusaha bertanya dengan temannya, tapi temannya tidak mau memberitahu V dan V pun langsung memasukkan bukunya ke dalam tas. Setelah itu, V mengambil snack di dalam tas dan V keluar kelas tanpa sepengetahuan gurunya. Kemudian salah satu temannya mengadu ke gurunya kalau V sudah istirahat dan belum menyelesaikan tugasnya. Ketika gurunya memanggil V, V langsung lari dan keluar kelas sambil membawa bekalnya.

G1, PSC3 PSC2, F4 G1 PSC3, PPE2, G3 PSC3

Inatensi (tidak memperhatikan soalnya). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan soalnya). Sosial di sekolah (menghampiri guru dan menanyakan ulang soalnya). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu V). Inatensi (V tidak memperhatikan soalnya). Masalah di sekolah (mau menyontek tugas temannya) Masalah dengan teman sebaya dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin). Masalah di sekolah (V tidak menyelesaikan tugasnya dan lari ketika ditegur oleh gurunya).

Page 8: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

183

Setelah selesai istirahat, guru meminta semua siswa masuk ke dalam kelas. Kemudian V langsung berlari menuju kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. V terlihat berkeringat dan V langsung mengambil botol minumnya di dalam tas, V pun langsung minum air putih. Ketika semua siswa sudah duduk di tempat duduknya masing-masing, gurunya memberikan beberapa peringatan kepada semua siswa agar tidak jajan di luar sekolah. Ketika gurunya sedang berbicara di depan kelas, V terlihat tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil. Setelah itu, Ibu guru mengajak semua siswa bernyanyi agar mereka semua duduk manis di kursi mereka masing-masing. Namun demikian, V tidak ikut bernyanyi dan V duduk menghadap belakang. Kemudian, gurunya memperingatkan V dan V pun langsung duduk menghadap depan, serta tangannya dilipat diatas meja. Gurunya kembali mengajak semua siswa untuk bernyanyi bersama, V pun tidak ikut bernyanyi dan duduk menghadap ke belakang lagi. Setelah selesai bernyanyi, Ibu guru meminta semua siswa agar berkemas-kemas, V pun langsung merapikan alat tulisnya, memasukkan ke dalam tas dan menggunakan tas punggungnya. Setelah semua siswa sudah selesai berkemas, guru mendikte soal hitungan sederhana, siapa yang bisa menjawab, maka boleh pulang mendahului siswa yang lain. Oleh karena itu, soal hitungan dijawab dengan cara berebut. V seringkali lupa dengan soal yang diberikan oleh gurunya, sehingga V seringkali menanyakan ulang soalnya. Selain itu, ketika V sedang menghitung dan ada temannya yang mencoba menjawab, V langsung terdistraksi, sehingga V harus menghitung dari awal. Ketika V sudah tahu jawabannya, ternyata sudah dijawab oleh temannya. V pun tidak bisa diam di tempat duduknya, V selalu pindah dan semakin mendekati gurunya. Sampai akhirnya, V bisa menjawab soal dari gurunya dan V langsung salam dengan gurunya. Setelah itu, V berlari ke luar kelas dan mencari orang yang sudah menjemput V.

PSC2 G1, PSC3 PSC3, F4 G1 G2 PSC2

Sosial di sekolah (V mengikuti perintah gurunya). Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak mendengarkan nasihat dari gurunya). Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan). Kondisi lingkungan (guru memperingatkan V). Inatensi (V mudah terdistraksi oleh stimulus). Hiperaktivitas (berpindah tempat duduk). Sosial di sekolah (sebelum pulang, V salam dengan gurunya).

Saat upacara bendera, V berbaris nomor dua dari belakang. Ketika pembina upacara memberikan beberapa pengumuman, V terlihat tidak memperhatikan dan asyik bermain bersama temannya. V juga sempat jalan ke belakang, kemudian balik lagi ke barisannya. Setelah itu, V terlihat sedang bermain perang-perangan bersama temannya. V terlihat seperti memukul temannya. Kemudian pembina upacara mengajak semua siswa untuk menyanyikan yel-yel SD, V langsung ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan, walaupun V tidak menghadap ke depan dan V tidak ikut menyanyikan yel-yel hingga selesai, V ngobrol dengan temannya. Pembina upacara pun meminta untuk menyanyi ulang, karena belum semua siswa ikut bernyanyi. V pun ikut menyanyi, walaupun V terlihat tidak fokus. Setelah selesai bernyanyi, V menggaruk kepalanya kemudian menghadap ke belakang, karena

G2, G1 PSC3

Hiperaktivitas (bergerak dan jalan-jalan). Inatensi (tidak memperhatikan pengumuman). Masalah di sekolah (V tidak ikut bernyanyi hingga selesai dan ngobrol dengan temannya).

Page 9: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

184

memperhatikan temannya. Pembina upacara pun sudah selesai memberikan beberapa pengumuman, kemudian barisan disiapkan oleh pemimpin upacara. Ketika pemimpin upacara menyiapkan, V terlihat tidak mendengarkan dan tetap bermain dengan temannya. Kemudian ada salah satu guru yang jalan ke arah barisan V, V langsung berdiri dan menghadap ke depan. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta, V terlihat tidak ikut mengheningkan cipta. Ketika gurunya sudah agak jauh dari V dan mengheningkan cipta sedang berlangsung, V langsung berbalik ke arah belakang dan bercanda lagi dengan temannya. Setelah selesai mengheningkan cipta, dilakukan doa sejenak. Saat berdoa, V tidak ikut berdoa dan V tetap asyik bercanda dengan temannya. V juga tidak peduli walaupun ada guru yang mendekati barisannya, V tetap gerak-gerak dan bercanda dengan temannya. Kemudian barisan pun dibubarkan dan V langsung berlari ke arah kelas.

PSC3, PSC2 G2, PSC3

Masalah di sekolah (tidak memperhatikan). Sosial di sekolah (kembali berbaris ketika ada guru). Hiperaktivitas (V bergerak terus). Masalah di sekolah (V bercanda dengan temannya).

Saat ini sedang berlangsung pelajaran Agama Islam. Ketika gurunya masuk kelas, V sedang berjalan-jalan di dalam kelas. Kemudian gurunya meminta untuk mengeluarkan buku paket, V langsung mengeluarkan buku paketnya dari dalam tas. Gurunya langsung menjelaskan pelajaran dan V terlihat tidak memperhatikan, V asyik jalan-jalan. Kemudian V kembali ke tempat duduknya, namun V tidak langsung duduk, V berdiri dan memainkan pensilnya. Setelah itu, V mulai melihat buku paketnya dan terlihat seperti sedang membaca buku paketnya. Kemudian V menulis sesuatu di buku tulisnya dan teman sebangkunya melihat V, V langsung memperlihatkan tulisannya dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Gurunya memberikan tugas kepada semua siswa untuk menulis beberapa kegiatan yang dilakukan pada gambar. V terlihat tidak menyimak dan V tidak mengerjakan tugasnya, V malah berdiri kemudian jalan ke depan dan duduk di tempat duduk temannya. Kemudian V ngobrol dengan salah seorang temannya yang perempuan. V dan teman-temannya pun tetap asyik ngobrol, walaupun gurunya jalan di samping V. Gurunya juga terlihat tidak menegur V. Kemudian V berdiri dan lari, temannya yang perempuan pun mengejar V. Akhirnya V dan temannya lari-larian di dalam kelas. Kemudian V kembali duduk di tempat duduk temannya untuk mengambil buku tulisnya. Tiba-tiba V maju ke depan menghampiri gurunya untuk menanyakan jawaban nomor 4. Gurunya tidak memberitahu V dan V diminta untuk duduk ke tempat duduknya. V pun langsung menuju tempat duduknya. Ketika V sedang duduk, salah seorang temannya laki-laki menghampiri V dan memeluk V. Kemudian mereka jalan bersama ke arah depan. Setelah itu, V memisahkan dirinya dengan temannya dan mereka malah ngobrol. Kemudian V jalan ke arah teman yang duduk di seberangnya, V mengambil pulpen

G2 G1, PSC3, G2 PSC3, G2 G2 PSC2 PPE2

Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas). Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak memperhatikan penjelasan gurunya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan dan mengerjakan tugas). Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas). Hiperaktivitas (lari-lari di dalam kelas). Sosial di sekolah (V mengikuti perkataan gurunya). Masalah dengan teman sebaya (V usil

Page 10: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

185

temannya dan memukul meja temannya yang sedang menulis. Temannya tersebut tetap fokus dan tidak peduli dengan perilaku V. V jalan ke tempat duduknya kemudian menoleh ke arah temannya tersebut. Kemudian V kembali menghampiri teman yag duduk di seberangnya dan V mengambil penggaris temannya. Kemudian V melempar penggaris temannya dan jatuh di pundak temannya yang sedang menulis. Akhirnya, temannya pun kesal dan marah dengan V. Kemudian temannya memukul V dan V tidak terima, V langsung mengambil kotak pensilnya dan ingin memukul temannya tersebut menggunakan kotak pensilnya. Kemudian datang salah seorang temannya menghalangi V, dan V tidak berhasil memukul temannya, serta temannya pun tetap fokus menulis. V pun kembali duduk ke tempat duduknya. Setelah itu, V berdiri lagi sambil memegang penggaris dan V jalan menuju teman yang duduk di seberangnya. V kembali usil dan memukul beberapa kali temannya dengan menggunakan penggaris. Setelah selesai memukul, V langsung duduk dan temannya menoleh ke arah V sambil mengomel. Setelah itu, V memperhatikan sejenak gurunya yang sedang menulis di papan tulis. Kemudian V berdiri lagi dan jalan menuju temannya yang duduk di seberang V. V langsung memegang pensil temannya yang sedang menulis dan tulisan temannya tercoret. Temannya pun langsung marah dan V langsung lari ke tempat duduknya. V pun langsung duduk sambil memainkan kotak pensilnya. Sesekali V menoleh ke arah samping dan belakangnya. Kemudian V berjalan lagi ke teman seberangnya, temannya pun melihat V datang dan langsung berkata kepada V “ngopo meneh?”. V pun kembali ke tempat duduknya. V berdiri lagi sambil memegang kotak pensilnya dan berdiri menghadap ke belakang. Kemudian V duduk lagi dan menggerak-gerakkan kotak pensilnya seperti mobil. Setelah itu, V usil lagi, V membuka-buka buku tulis teman sebangkunya dan temannya pun kesal sambil berkata “ahhhhhh V” (sambil mengambil bukunya dari tangan V). V pun hanya tersenyum dan mengembalikan buku temannya. Kemudian V mengambil kotak pensil temannya dan temannya merebut tempat pensilnya. Akhirnya, mereka sempat tarik-tarikan sejenak. Setelah itu, V berdiri dan mengambil topi miliknya, serta menggunakan di kepalanya. Kemudian V kembali usil dan mengambil kotak pensil teman sebangkunya, V mengeluarkan semua isi kotak pensil temannya. Temannya pun marah kepada V dan mereka saling pukul sambil mengambil barang mereka masing-masing. Guru pun langsung memperingatkan mereka dan salah seorang temannya perempuan, melerai mereka. V pun menangis dan temannya yang perempuan menyuruh V pindah tempat duduk saja, agar mereka tidak berantem lagi. V pun pindah tempat duduk sambil menangis dan membawa semua barang-barangnya. Waktu istirahat pun telah tiba, guru

PPE2 PPE2 G2, PPE2 G2 PPE2 PPE2

dengan temannya). Masalah dengan teman sebaya (usil dan mengambil barang milik temannya. Berantem dengan temannya). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya). Hiperaktivitas (V berdiri dan jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya) Hiperaktivitas (bergerak dan jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (V usil dengan teman). Masalah dengan teman sebaya (V usil dan berantem dengan temannya).

Page 11: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

186

mempersilahkan semua siswa agar istirahat terlebih dahulu. Setelah istirahat akan dilanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia.

Saat ini pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya mendiktekan beberapa kalimat kepada semua siswa. Kemudian semua siswa menulis kalimat tersebut di buku mereka masing-masing. Ketika gurunya mendikte soal nomor satu, V langsung menulis. Ketika V selesai menulis, V langsung menyimak penjelasan dari gurunya. Sesekali V memainkan pensilnya sambil melihat ke arah depan. Kemudian V merogoh tasnya dan mengambil minumnya. V langsung berdiri dan minum air putih. Setelah selesai minum, V langsung menutup botol minumnya dan duduk lagi. Setelah itu, V mengambil pensilnya dan melanjutkan menulis. Sesekali V melihat tulisan teman sebangkunya. Ketika V sedang menulis, tiba-tiba ada seorang temannya yang mengadu kepada gurunya dan V langsung melihat temannya tersebut. Akhirnya, V pun lupa dengan kata-kata yang harus ditulis, dan V pun bertanya lagi kepada observer. Setelah diberitahu oleh observer, V langsung menulis lagi. Setelah selesai menulis, V berdiri dan bertanya kepada observer “nomor tiga apa Bu?”, kemudian observer menjawab “belum, ditunggu dulu”. Kemudian gurunya bertanya “sekarang nomor berapa anak-anak?”, V langsung menjawab “nomor tiga Bu”. Ketika gurunya membacakan soal nomor tiga, V tidak langsung menulis, V malah memainkan topinya. Setelah gurunya selesai membacakan soalnya, V menanyakan kembali kepada observer “soalnya apa?”. Setelah observer memberitahu soalnya, V pun langsung menulis. Setelah selesai menulis, V membaca ulang tulisannya sambil menggaruk pipinya. Kemudian gurunya membacakan soal nomor 4 dan V pun langsung menulis. Tiba-tiba V berdiri dan bertanya kepada observer “nomor empat apa?”, observer pun meminta V untuk mendengarkan gurunya dulu. Kemudian gurunya pun melanjutkan soal nomor empat, tapi V terlihat bingung dan V berdiri sambil menggaruk kepalanya. V pun langsung maju ke depan ketika observer menjelaskan ke teman yang duduk di depan V. Setelah V melihat tulisan temannya, V duduk lagi dan langsung menulis (tulisan V terlihat besar-besar dan berantakan). Ketika V salah menulis, V langsung mengambil penghapus teman sebangkunya sambil mengatakan “pinjam ya”. Setelah itu, V lanjut menulis soalnya. Tiba-tiba V berdiri dan menyimak soal sebelumnya yang diucapkan oleh gurunya, kemudian V lanjut menulis. V berdiri lagi dan langsung mengambil penghapus teman sebangkunya tanpa mengatakan pinjam, padahal penghapusnya sedang digunakan oleh temannya. Setelah itu, V berdiri dan berjalan ke depan menghampiri gurunya yang sedang menulis di papan tulis. Gurunya pun menyuruh V menyalin tulisan yang di papan tulis. Kemudian V kembali ke tempat duduknya, namun V tidak langsung duduk, V berdiri sambil memutar-mutar buku

PSC1 G1, PSC1 G1 G1, PSC1 PSC2, PSC1 PSC3, G3, G2

Akademik (V mengerjakan tugas Bahasa Indonesia sesuai dengan petunjuk gurunya). Inatensi (perhatian V teralihkan). Akademik (lanjut mengerjakan tugasnya). Inatensi (V tidak memperhatikan soalnya). Inatensi (V tidak fokus, sehingga lupa dengan soalnya). Akademik (melanjutkan mengerjakan tugasnya). Sosial di sekolah (minta izin sebelum meminjam). Akademik (melanjutkan mengerjakan tugasnya). Masalah di sekolah dan Impulsivitas (tidak minta izin atau menyerobot). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas).

Page 12: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

187

tulisnya. V mengambil penghapus teman sebangkunya lagi tanpa mengatakan pinjam kepada temannya. V tiba-tiba maju ke depan lagi untuk melihat tulisan yang di papan tulis. Ketika V hendak kembali ke tempat duduknya, V tidak sengaja menyenggol kaki temannya yang duduk di depan V. Kemudian temannya mengadu kepada observer “iki lo bu nginjak kakiku”, terus V pun membela diri “enggak kok bu” (wajahnya terlihat meringis). V pun duduk lagi dan menyalin tulisan yang ada di papan tulis. V berhenti menulis, kemudian V bengong sejenak dan ada temannya yang menghampirinya, V langsung melihat temannya itu. Kemudian V ngobrol dengan teman sebangkunya sambil memainkan botol minumnya. V kembali membuka botol minumnya dan V langsung minum air putih. Setelah selesai minum, V menutup kembali botolnya dan V tidak melanjutkan menulis, malah melihat temannya yang duduk di depannya. V tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah depan menghampiri temannya. V memeluk temannya sebentar, kemudian V kembali ke tempat duduknya sambil mengucapkan sesuatu. V pun duduk lagi, kemudian memainkan pensilnya. V tidak melanjutkan menyalin tulisan gurunya yang ada di papan tulis. V berjalan ke depan lagi sambil membawa buku dan pensilnya. Kemudian V menulis lagi sambil berdiri di meja temannya. Setelah itu, V kembali duduk di tempat duduknya. Kemudian V berdiri lagi dan bergerak ke samping mejanya. Teman yang duduk di depan V langsung melihat tulisan V dan temannya berkata “tulisanne V ki lo Bu”. Kemudian V tidak terima dan V melihat tulisan temannya juga “tulisanmu juga elek kok”. V pun kembali ke tempat duduknya sambil mengucapkan sesuatu. Temannya mengadu kepada observer kalau V ngece dengan mengatakan “telek”. Observer pun memberitahu kepada temannya, kalau V itu mengatakan “jelek, bukan telek”. V pun langsung ikut mengadu kepada observer dan berkata “dia duluan kok Bu, bilang tulisanku jelek”. Setelah observer memperingatkan V dan temannya agar tidak berbicara terus dan melanjutkan menulis saja, V dan temannya langsung diam. V kembali duduk, namun V tidak melanjutkan tulisannya, V malah memainkan topi dan tiba-tiba berdiri lagi. Kemudian V menutup buku tulisnya dan memasukkan buku tulisnya ke dalam tasnya. V langsung berkata kepada observer “kok susah sih Bu?”, observer pun berkata “nggak susah kok, bukumu mana? lo kok dimasukin?”. V pun hanya menyengir dan menunjukkan buku tulisnya yang sudah masuk ke dalam tasnya. V tetap tidak peduli dengan kata-kata observer dan V langsung menutup tasnya, serta memasukkan botol minumnya ke dalam tas. Setelah semua barang-barangnya sudah masuk ke dalam tas, V jalan ke depan dan manjat meja dari samping. Kemudian V ke tempat duduknya lagi, mengambil topinya dan digunakan di kepalanya. V terlihat tidak peduli dan tetap asyik jalan-jalan, padahal teman-temannya

G1 G2 G2 PPE2 G2, PSC3 G2

Inatensi (tidak fokus dan terdistraksi). Hiperaktivitas (V jalan-jalan di kelas). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek dan menuduh V berkata tidak sopan). Hiperaktivitas (bergerak melakukan sesuatu). Masalah di sekolah (V tidak menyelesaikan tugasnya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas).

Page 13: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

188

sedang menyalin tulisan yang di papan tulis. V jalan ke depan, kemudian jalan ke belakang lagi. V duduk sejenak di tempat duduknya, kemudian berdiri dan jalan-jalan lagi. Ketika V sedang lewat di bangku temannya yang duduk di depan V, tiba-tiba V dipukul oleh temannya, V pun langsung menghindar dan langsung duduk di tempat duduknya. Kemudian V jalan-jalan lagi. Akhirnya, gurunya pun menegur V dan bertanya kepada V “kamu sudah selesai belum?”, V hanya diam saja dan langsung duduk di tempat duduknya. Teman sebangkunya langsung memberitahu gurunya “V belum selesai Bu, bukunya sudah dimasukkan ke tas”, gurunya berkata lagi “kalau belum selesai, kok kamu jalan-jalan ki pie?”. V pun tetap hanya diam saja sambil melihat kearah gurunya. V mau duduk sebentar, setelah itu V jalan-jalan lagi. Gurunya pun menegur V lagi “V…V…buku kamu mana? ayo bawa kesini, kasi Bu guru”. V pun langsung menuju tempat duduknya dan membuka tasnya untuk mengambil buku tulis serta pensilnya. Akhirnya, V duduk dan melanjutkan menyalin. Ketika V salah menulis, V langsung mencari penghapus milik teman sebangkunya, namun penghapusnya disembunyikan oleh temannya. V pun langsung mengambil kotak pensil temannya dan mencari membuka-buka kotak pensilnya. V pun tidak menemukan penghapusnya dan teman sebangkunya berkata “ni lo penghapusnya ini lo”, V pun langsung menulis tulisannya. Setelah itu, V lanjut menyalin dan tiba-tiba V berhenti menulis karena teman yang duduk di depannya disuruh maju ke depan membawa tugasnya. V langsung berdiri dan ikut maju menghampiri gurunya sambil membawa buku dan pensilnya. Kemudian gurunya juga ingin melihat tugas V, V langsung memberikan buku tulisnya kepada gurunya. Ketika gurunya melihat tulisan V, ternyata V belum menyelesaikan soal nomor empat dan V langsung mengambil bukunya dari tangan gurunya. Gurunya pun langsung memanggil V dan meminta bukunya lagi. Setelah itu, V disuruh kembali duduk ke tempat duduknya. V pun langsung duduk dan melanjutkan menyalin. Salah seorang temannya perempuan menghampiri V dan melihat tulisan V, kemudian temannya berkata “tulisannya V gedi-gedi”. V langsung menunjuk temannya yang duduk di depannya sambil berkata “tulisannya dia juga gede-gede kok”. Ketika gurunya menghampiri V, V langsung melanjutkan menyalin dan gurunya berkata “kamu kenapa ndadak harus dimarahi Bu guru to nek disuruh menulis?”. V tidak menjawab dan tetap menulis. Ketika gurunya tidak memperhatikan V dan gurunya memeriksa tugas teman sebangkunya, V langsung berhenti menulis dan memainkan kotak pensil temannya. Sesekali V menoleh ke belakang untuk melihat teman sebangkunya yang sedang membaca Sumpah Pemuda. Setelah itu, gurunya maju ke depan dan mengumumkan sesuatu, V pun langsung menyimak gurunya. Ketika Bu guru meminta

PPE2 G2, F4 F4, PSC1, PSC2 G1 F4 F4 PSC2

Masalah dengan teman sebaya (V dipukul oleh temannya). Hiperaktivitas (jalan-jalan lagi di dalam kelas). Kondisi lingkungan (guru dan temannya mengingatkan V). Kondisi lingkungan (guru menegur V). Akademik (V kembali mengerjakan tugasnya). Sosial di sekolah (mengikuti perintah gurunya). Inatensi (V perhatiannya teralihkan). Akademik (V melanjutkan mengerjakan tugasnya). Sosial di sekolah (V menuruti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan dan mengarahkan V). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V). Tulisannya besar-besar Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan V). Sosial di sekolah (memperhatikan pengumuman gurunya).

Page 14: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

189

semua siswa agar berkemas-kemas karena sudah jam pulang, V tetap menulis tanpa mempedulikan kata Bu guru. Kemudian gurunya berkata “V tulisannya rak rampung meneh”, V pun hanya diam saja. Gurunya menghampiri V lagi dan V berkata “susah kok Bu”, gurunya berkata “kamu gak nulis, jadinya gak rampung-rampung” (V hanya diam dan wajahnya cemberut). Kemudian gurunya bertanya kepada semua siswa “ayo siapa yang mau menyiapkan?”, V langsung tunjuk tangan dan maju ke depan sambil berkata “aku Bu…aku Bu”. Namun, gurunya memilih temannya yang lain untuk menyiapkan pulang. V tetap maju ke depan dan gurunya menyuruh V duduk dulu, biar giliran teman yang lain dulu. Ketika temannya sudah menyiapkan dan seluruh siswa mengucapkan kata “Selamat Pagi Bu guru dan Terima kasih Bu guru dan teman-teman”, V tidak ikut mengucapkan salam dan V langsung memasukkan buku dan pensilnya ke dalam tas. Kemudian V berdiri dan menggendong tasnya. Sebelum pulang, Bu guru selalu mendikte soal hitunga, V pun menawar agar diberikan soal penambahan saja. Ketika diberikan soal, V langsung menghitung menggunakan jari tangannya, namun selalu kedahuluan teman yang lain. Saat V sedang menghitung dan ada temannya yang menjawab, V langsung diam dan menanyakan ulang soalnya kepada Bu guru. V langsung maju menghampiri gurunya. Setelah itu, V kembali ke tempat duduknya. ketika V sampai tempat duduknya, soalnya sudah baru lagi dan V menanyakan ulang lagi soalnya kepada gurunya. V beberapa kali selalu menghampiri gurunya untuk mengulang soalnya. Ketika V hendak menjawab, ternyata jawaban V salah. Setiap kali gurunya menyebutkan soalnya, V selalu maju ke depan. Akhirnya, gurunya menegur V agar V duduk di tempat duduknya. V pun langsung kembali ke tempat duduknya. V menjawab lagi, namun jawabannya salah, karena V tidak menghitungnya terlebih dahulu. Akhirnya, V bisa menjawab dengan benar, karena V menghitungnya secara perlahan (21-3=18).

F4, PSC3 PSC3 G1 F4, G3

Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan V). Masalah di sekolah (V tidak menyelesaikan tugas). Masalah di sekolah (V tidak ikut mengucapkan salam). Inatensi (perhatian mudah teralihkan). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V). Impulsivitas (asal menjawab).

Sebelum pelajaran dimulai, semua siswa berdoa dan dipimpin oleh salah satu siswa. Ketika berdoa, V terlihat tidak serius, V melihat ke arah samping. Setelah selesai berdoa, gurunya mengucapkan selamat pagi kepada semua siswa. V pun membalas salam tersebut. Saat ini guru memberikan pelajaran dengan cara bernyanyi. Kemudian gurunya menulis di papan tulis. Bu guru menulis lagu Syukur. Saat gurunya sedang menulis di papan tulis, V terlihat ngobrol dengan teman sebangkunya. Setelah itu, V membuka buku tulisnya dan mengambil pensilnya. V menyalin tulisan yang ada di papan tulis. Sesekali V berdiri dan menoleh ke arah belakang. Kemudian V melanjutkan menyalin. Tiba-tiba V berdiri dan langsung mengambil penghapus teman sebangkunya tanpa mengatakan pinjam kepada temannya. Setelah itu, V menulis lagi. V langsung menoleh ke belakang

G1 G1, PSC1 PSC3, G3 G1

Inatensi (V tidak fokus ketika sedang berdoa). Inatensi (V tidak fokus ketika sedang menulis). Akademik (mengerjakan tugas). Masalah di sekolah dan Impulsivitas (V tidak minta izin ketika meminjam penghapus temannya). Inatensi

Page 15: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

190

karena mendengar temannya sedang ngobrol. V pun tidak melanjutkan menulis, V malah ikut ngobrol. Akhirnya, gurunya bertanya “apakah semua sudah selesai?”. V pun langsung menghadap depan dan melanjutkan menulis. Kemudian gurunya mengajak semua siswa bernyanyi lagu Syukur. V pun langsung meletakkan pensilnya dan ikut bernyanyi sambil membaca teks-nya yang sudah ditulis di papan tulis oleh gurunya. Terkadang V bernyanyi sambil memainkan pensil yang ada di mejanya. Setelah selesai bernyanyi, gurunya meminta semua siswa untuk menyimak gurunya yang sedang memberi contoh cara menyanyikan lagu Syukur. V tidak memperhatikan gurunya, V melanjutkan menyalin, karena V belum selesai. Kemudian gurunya meminta semua siswa untuk menyanyi bersama lagi. V pun tidak ikut menyanyi, V tetap melanjutkan menulis. Ketika lagunya sudah hampir selesai, V langsung berhenti menulis dan ikut bernyanyi. Setelah selesai bernyanyi bersama, gurunya bertanya “siapa yang berani nyanyi sendiri?”. V langsung mengangkat tangannya (menggunakan tangan kiri). Guru pun langsung menunjuk V, V langsung berkata “tidak…tidak Bu” (sambil tersenyum dan tangannya mengisyaratkan tidak). Kemudian gurunya menunjuk siswa lain untuk mencoba nyanyi sendiri. Ketika temannya sedang bernyanyi, V tidak memperhatikan, V melanjutkan menulis. Sesekali V berdiri untuk melihat tulisan teman sebangkunya. Kemudian gurunya meminta izin kepada semua siswa, karena gurunya mau ke kantor mengambil laptop, proyektor dan speaker. V pun tetap menulis, walaupun terkadang V berdiri untuk melihat tulisan temannya atau meminjam penghapus. Ketika sedang menulis, V tiba-tiba berdiri sambil memamerkan hasil tulisannya kepada teman yang duduk di seberangnya. Temannya pun tidak memperhatikan V, V pun duduk lagi dan melanjutkan menulis. Terkadang V menulis sambil menyanyikan lagunya. Kemudian V membuka tasnya sambil tertawa karena mendengar temannya yang sedang bernyanyi. V mengeluarkan penggaris berwarna biru dari dalam tasnya. Kemudian V membuat garis di buku tulisnya. Setelah itu, V berdiri dan berjalan ke arah depan. Kemudian V kembali ke tempat duduknya dan jalan lagi ke arah belakang. Kemudian V kembali ke tempat duduk dan ngobrol dengan teman sebangkunya. V menulis lagi sambil berdiri, kemudian mengambil penghapus teman sebangkunya. Setelah itu, V melanjutkan menulis sambil duduk. Tiba-tiba V berdiri dan memanggil temannya yang lewat di samping V. V pun ngobrol sebentar sambil menyentuh temannya menggunakan pensil. Kemudian temannya jalan menuju tempat duduknya. V pun langsung berlari mendekati temannya itu. Setelah itu, V berlari lari ke arah tempat duduknya, namun V diam sejenak di samping temannya yang duduk di belakang V. V memegang kepala temannya itu, kemudian V duduk di tempat duduknya, namun

G3 PSC1 G2, G1 G2, G1

(perhatian terlaihkan). Impulsivitas (angkat tangan tanpa berpikir sebelumnya). Akademik (tetap mengerjakan tugasnya). Hiperaktivitas (sering bergerak dan jalan-jalan di kelas). Inatensi (tidak fokus saat mengerjakan tugas). Hiperaktivitas (sering bergerak dan jalan-jalan di kelas). Inatensi (tidak fokus ketika mengerjakan tugas).

Page 16: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

191

menghadap ke belakang. V pun ngobrol lagi dengan temannya yang duduk di belakang V. Sesekali V berdiri seperti ingin memanjat di kursi. Kemudian jalan ke depan sebentar dan kembali lagi ke tempat duduknya. V pun melanjutkan menulis lagi. Ketika sedang menulis, V tiba-tiba berdiri lagi. Kemudian V duduk dan menulis lagi. Temanya sebangkunya menanyakan sesuatu kepada V, V pun langsung menanggapinya sambil berdiri. Setelah itu, V menulis lagi. V berdiri di samping mejanya, sehingga temannya yang sedang lewat terhalangi V. V pun langsung berpura-pura keseret oleh temannya. Kemudian V menutup jalannya lagi, ketika ada temannya yang lewat, V langsung minggir. Tiba-tiba V mengambil buku tulis temannya tanpa sepengetahuan temannya. Buku temannya diletakkan di kolong meja. Setelah itu, V jalan ke depan dan ketika gurunya datang, V langsung duduk di tempat duduknya. V menulis sejenak, setelah itu berdiri dan loncat-loncat di samping mejanya. Kemudian V bercanda dengan teman yang duduk di belakangnya. V dan temannya bercanda main sentuh-sentuhan, sehingga mereka saling mengejar. Ketika temannya hendak menyentuh V, V langsung menghindar sambil tertawa. V pun akhirnya berlarian ke arah depan kemudian ke belakang agar temannya tidak menyentuh V. Kemudian guru menegur semua siswa agar duduk di tempat duduknya masing-masing. V pun langsung lari dan duduk di tempat duduknya. V hanya duduk sejenak, kemudian V menghadap belakang dan ngobrol lagi dengan temannya. Guru pun sudah selesai menyiapkan dan menghidupkan laptop, proyektor serta speaker. Setelah itu, guru menyetel lagu-lagu dengan menggunakan video, sehingga semua siswa bisa membaca bait lagunya di dalam video. Ketika gurunya sedang mempersiapkan pemasangan laptop dan proyektor, V langsung maju ke depan menghampiri gurunya. V terlihat penasaran dan berkata kepada gurunya “Bu itu apa? Buat apa Bu?”. Gurunya pun menjawab “ini laptop dan proyektor, nanti biar bisa nonton video bersama teman-teman. Sekarang kamu duduk dulu ya?”. V pun langsung kembali duduk ke tempat duduknya. Kemudian V duduk menghadap belakang dan ngobrol dengan temannya. Sesekali V jalan-jalan di dalam kelas tanpa tujuan, terkadang tiba-tiba nimbrung ketika melihat teman-temannya sedang ngobrol. Kemudian V berlalu begitu saja dan kembali duduk di tempat duduknya. Setelah gurunya selesai memasang laptop dan proyektor, guru pun mengajak semua siswa bernyanyi bersama. Lagu pertama yang dinyanyikan adalah lagu Bunda Piara. Saat menyanyikan lagu tersebut, V duduk menghadap depan dan ikut bernyanyi sambil membaca tulisan yang ada di video. V bernyanyi sambil bertopang dagu dan V ikut bernyanyi hingga lagunya selesai. Setelah itu, gurunya mengganti lagu lain. Ketika gurunya sedang mencari lagu lain, V langsung berdiri dan ingin memilih lagu

PPE2 G2, PPE1 G2 PSC2 G2, G3 PSC2

Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya). Hiperaktivitas (jalan-jalan dan lari-lari di dalam kelas). Relasi dengan teman sebaya (bercanda bersama). Hiperaktivitas (lari dan bergerak) Sosial di sekolah (gurunya memberi pemahaman kepada V). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Impulsivitas (tiba-tiba ikut ngobrol). Sosial di sekolah (mengikuti perintah guru).

Page 17: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

192

sesuai dengan keinginannya. Kemudian gurunya memilih lagu Kasih Ibu dan semua siswa diminta untuk menyanyi bersama lagi. Ketika menyanyikan lagu Kasih Ibu, V terlihat tidak tertarik, V tidak ikut bernyanyi. V malah asyik ngobrol dan memainkan tangannya bersama temannya. Kemudian gurunya langsung menghampiri V dan teman sebangkunya. Gurunya langsung meminta teman sebangkunya V agar pindah tempat duduk agar V dan temannya tidak bercanda terus. V pun langsung diam sambil menggaruk kepalanya dan menoleh ke samping kiri, serta ke belakang. Tiba-tiba V berkata dengan suara yang cukup keras kepada gurunya “Bu itu (sambil menunjuk temannya) pindah-pindah tempat duduk”. Gurunya pun tidak mempedulikan perkataan V, V langsung diam dan memainkan jaketnya. Kemudian gurunya menjelaskan makna dari lagu Bunda Piara dan Kasih Ibu. V tidak memperhatikan penjelasan dari gurunya, V tetap duduk menghadap belakang sambil memainkan jaketnya (buka-tutup resleting jaket). Tiba-tiba V berdiri dan berkata “Bu D pindah-pindah duduk” (V menyela ketika gurunya sedang menjelaskan). Gurunya pun tidak mempedulikan V dan tetap menjelaskan. Kemudian V berkata lagi “Bu P mau eek”, gurunya baru menanggapi perkataan V dan gurunya menyuruh P ke toilet. Setelah itu, V berjalan menghampiri gurunya dan berkata “Bu atu mau pipis”, gurunya pun tidak mengizinkan, karena itu hanya alasan saja. Gurunya langsung menjawab “gak usah pipis, itu alasanmu saja kan?”, V langsung nyengir dan kembali duduk. Kemudian gurunya kembali melanjutkan menjelaskan, V tetap tidak menyimak, V melihat ke bawah dan duduk menghadap belakang lagi. V ngobrol dengan temannya yang duduk di belakangnya. V berdiri senjenak, kemudian duduk menghadap belakang lagi. V berdiri lagi dan mencari sesuatu di dalam kolong mejanya, ternyata V mengambil buku tulis. Setelah itu, V memberikan bukunya kepada temannya yang duduk di belakang. V melanjutkan obrolan tanpa memperhatikan penjelasan gurunya. Ketika gurunya menjelaskan, gurunya langsung menyebut nama V untuk membuat perumpamaan, V langsung duduk menghadap depan dan mengambil bukunya. V terlihat kaget dan V langsung menggelengkan kepalanya ketika membuat perumpamaan kalau V mencuri uang orang. Setelah itu, V kembali duduk menghadap ke belakang dan ngobrol dengan temannya. Sesekali V menoleh ke arah gurunya untuk memperhatikan gurunya menjelaskan. Setelah gurunya selesai menjelaskan, gurunya mengajak semua siswa bernyanyi Bunda Piara sekali lagi. V langsung duduk menghadap depan dan memperhatikan videonya. V terlihat sedang menyimak videonya dengan saksama. V menyimak videonya hingga selesai. Setelah itu, gurunya mencarikan lagu yang lain lagi. V langsung berdiri dan menunjuk lagu mana yang dinginkan oleh V. Kemudian gurunya menyetel lagu tentang warna dan nama-

PSC3, F4 PSC3, G3 F4 G2, PSC3 F4 G1 PSC2 PSC1

Masalah di sekolah (tidak memperhatikan gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya bersikap tegas). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan gurunya). Impulsivitas (V menyela pembicaraan ketika gurunya sedang menjelaskan). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V). Hiperaktivitas (sering bergerak). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V agar kembali fokus). Inatensi (tidak fokus saat mendengarkan penjelasan guru). Sosial di sekolah (memperhatikan dan mengikuti perintah guru). Akademik (mampu memahami isi

Page 18: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

193

nama binatang. V terlihat senang dan memperhatikan videonya sambil ikut menyebutkan kata-kata yang diucapkan pada video tersebut. Setelah videonya selesai, guru mengizinkan semua siswa untuk istirahat. V pun langsung berdiri dan mengambil bekalnya (susu dan roti). Sebelum keluar kelas, V menghampiri meja guru dan melihat laptop gurunya. Kemudian V ingin memencet laptopnya agar bisa membuka video yang diinginkan oleh V, namun V tidak berhasil memencet. Gurunya langsung menegur V dan menyuruh V istirahat dulu. V pun langsung keluar kelas sambil membawa bekalnya.

F4,PSC2

videonya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V). Sosial di sekolah (V menuruti perintah gurunya agar istirahat dulu).

Saat guru meminta semua siswa menyebutkan nama benda yang menggunakan listrik, V langsung angkat tangan dan menyebutkan nama bendanya dengan sangat antusias. V bisa menyebutkan beberapa nama bendanya dan jawaban V benar semua. Setelah itu, guru menuliskan nama benda yang sudah disebutkan di papan tulis. Setelah gurunya selesai menuliskan di papan tulis, semua siswa diminta untuk menyalin tulisan tersebut di buku meraka masing-masing. V pun langsung menulis di bukunya, walaupun sesekali V berhenti menulis, kemudian berdiri atau berjalan menghampiri temannya yang duduk di belakangnya. Setelah itu, guru meminta semua siswa untuk menuliskan nama-nama buah sebanyak mungkin di buku masing-masing. V langsung menyebutkan nama-nama buah yang diketahui oleh V, namun V mengeluh ketika diminta untuk menulis nama buah yang sudah disebutkan. V mengeluh capek. Setelah diperingatkan oleh gurunya, V mau menulis kembali, namun V berdiri dan berjalan ke belakang ketika baru menulis sebentar. Kemudian V kembali lagi ke tempat duduknya dan menulis lagi. Ketika sedang asyik menulis, tiba-tiba V berdiri dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Setelah itu, V berjalan ke belakang dan lewat di samping salah satu temannya, V dipukul oleh temannya dan V langsung lari ke depan menghampiri gurunya. Setelah mengadu, V kembali duduk dan menulis, namun 2 menit kemudian V berdiri dan ngusilin teman perempuan. V mengambil pensil temannya, terus V menjatuhkannya dan pensilnya ditendang oleh V agar temannya tidak bisa mengambil pensilnya. Temannya pun marah dan langsung memukul V. Kemudian V lari dan kembali duduk di tempat duduknya. V tidak melanjutkan mengerjakan tugasnya, namun V duduk ke arah belakang dan mengajak temannya ngobrol. Guru pun bertanya kepada semua siswa “apa saja nama-nama binatang?”, V tiba-tiba langsung menjawab dan berdiri sambil menyebutkan nama-nama binatang. Semua jawaban V benar, walaupun V terlihat tidak memperhatikan gurunya ketika sedang bertanya. Guru pun langsung meminta V untuk menuliskan nama-nama binatang yang tadi sudah disebutkan, namun V hanya diam saja sambil nyengir dan menggelengkan kepalanya. V mau duduk sejenak walaupun tidak menulis. Kemudian V melihat ke arah

PSC1 G1, PSC1 PSC1, PSC3, F4, G2, PPE2 PPE2 PSC1 PSC3

Akademik (V mampu menjawab pertanyaan dari gurunya dengan benar). Inatensi (tidak bisa tetap fokus saat menulis). Akademik (mengerjakan tugas). Akademik (bisa menjawab pertanyaan). Masalah di sekolah (tidak mau menulis). Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan). Masalah dengan sebaya (dipukul oleh temannya). Masalah dengan teman sebaya (V usil dengan temannya). Akademik (V bisa menjawab pertanyaan). Masalah di sekolah (V tidak mau menulis).

Page 19: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

194

teman yang duduk di seberangnya, V menghampiri temannya secara diam-diam, karena temannya sedang fokus menulis, dan V langsung mengambil penghapus temannya. V langsung berlari dan temannya pun langsung mengejar V. Temannya langsung berteriak “Bu guru V mengambil penghapus saya”, V pun langsung melempar penghapusnya ke arah temannya dan V langsung lari ke tempat duduknya. V tetap tidak mengerjakan tugasnya, padahal beberapa temannya sudah menyetorkan hasil pekerjaannya kepada gurunya. V tetap terlihat biasa saja dan tidak peduli. V tetap asyik mengobrol dan bermain dengan temannya. Guru pun sudah menegur V beberapa kali, namun V tidak jera dan hanya diam sebentar, setelah itu kembali jalan-jalan di dalam kelas. Salah satu temannya pun merasa terganggu, karena V jalan-jalan terus, temannya pun langsung menjewer telinga V. V pun langsung menjewer telinga temannya. Akhirnya, mereka saling jewer dan guru langsung melerai mereka. V langsung mengadu kepada gurunya dan V tidak mau disalahkan. Waktu pelajaran pun telah usai, guru mengatakan “siswa yang sudah selesai mengerjakan, langsung maju ke depan kemudian boleh istirahat, kalau yang belum selesai, tidak boleh istirahat”. V tidak peduli dengan kata-kata Bu guru, V langsung memasukkan bukunya ke dalam tas dan mengambil bekalnya. V langsung lari keluar kelas tanpa sepengetahuan gurunya.

PPE2, G2, PSC3, F4 PSC3

Masalah dengan teman sebaya (V usil dengan temannya dan temannya menjewer V). Hiperaktvitas (V sering bergerak dan lari). Masalah di sekolah (tidak mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (temannya memperingatkan V). Masalah di sekolah (V tidak menyelesaikan tugasnya).

Saat jam istirahat, V langsung mengambil bekalnya dan lari ke depan ruang Kepala Sekolah. V membawa 1 susu kotak rasa cokelat dan roti tawar. V makan bekalnya bersama satu teman perempuan dan dua teman laki-laki. Teman yang perempuan baru datang dari kantin membawa mie instan dan temannya yang laki-laki membawa minuman rasa kopi. Kemudian V minum susu kotaknya sambil melihat temannya yang perempuan sedang makan mie instan. V pun ingin minta mie instan tersebut, tetapi temannya tidak memberikan dan tetap asyik menikmati mie-nya. Akhirnya, V menawarkan susu kotak dan roti tawarnya kepada temannya yang perempuan. V bernegosiasi kepada temannya yang perempuan dan temannya pun memberikan mie-nya walaupun hanya sedikit. V langsung mengambil mie tersebut dan memberikan susu kotak, serta roti tawarnya kepada temannya yang perempuan. V terlihat buru-buru menghabiskan mie tersebut. Tiba-tiba temannya yang laki-laki merebut mie-nya, kemudian V merebut kembali mie-nya dan buru-buru menghabiskan mie beserta kuahnya. Setelah mie-nya habis, V langsung lari menuju kelas untuk memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas. Setelah itu, V keluar kelas lagi menuju lapangan dan menghampiri teman-temannya yang sedang bermain sepak bola. Kemudian V tiba-tiba ikut bermain bola bersama teman-temannya, V menjadi kiper. Ketika bola mendekati V, V mencoba untuk menghalangi bolanya. Ternyata tendangan

PPE1, F2 PPE2 G3

Relasi dengan teman sebaya (saling bertukar makanan). Perkembangan dan kematangan (V memiliki ide untuk saling bertukar makanan). Masalah dengan teman sebaya (temannya merebut makanan V). Impulsivitas (menyela permainan).

Page 20: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

195

temannya melewati batas, sehingga out. Kemudiaan tiba-tiba V digantikan oleh salah satu temannya, sehingga sekarang V menjadi pemain. V pun ikut mengejar bola kemana pun bola tersebut ditendang. Tiba-tiba V berhenti ikut bermain dan V berjalan di pinggir lapang. V berjalan ke arah gawang dan V berdiri disana, padahal gawang tersebut sudah dijaga oleh salah satu temannya. Setelah itu, V mencoba menangkap bola yang mendekatinya, V pun langsung memegang bola tersebut. Kemudian V melepar bola tersebut ke arah pemainnya. Tiba-tiba V jalan ke arah gawang lawannya. V menghampiri salah satu temannya yang sedang menjaga gawang. Kemudian V ngobrol dengan temannya tersebut. Setelah itu, V pergi meninggalkan lapangan bersama salah satu temannya yang tadi menghampiri V. V dan temannya berjalan ke arah tiang bendera. Selama perjalanan ke tiang bendera, V dan temannya ngobrol. Setelah itu, V dan temannya jalan ke arah kantin. Kemudian V balik lagi ke arah lapangan bola. V berjalan di atas besi raja ringan. Setelah itu, V turun dan langsung berlari menuju lapangan bola untuk menghampiri teman-temannya yang masih bermain bola. Tiba-tiba V langsung menendang bolanya, namun bolanya langsung diambil oleh temannya. V pun langsung diam, kemudian langsung berlari lagi menuju tiang bendera. Salah satu temannya mengejar V, namun V berlari kearah sebailknya, ke arah lapangan bola. Kemudian V menghampiri teman-temannya yang masih bermain bola. V pun kembali ikut bermain bola, V mau menendang bolanya, namun bolanya diambil oleh temannya. Kemudian V dan teman-temannya berkumpul. Setelah itu, mereka berbaris untuk menendang bola secara bergantian. Selama dalam barisan, V selalu menengok ke arah depan, V seperti ingin melihat temannya yang di depan yang sedang mendang bola. Tiba-tiba salah satu temannya mendahului barisan V, V pun langsung merapatkan barisan dan V tidak memberikan temannya untuk mendahului. Ketika V yang mendapatkan giliran untuk menendang bolanya, tiba-tiba ada satu temannya yang ingin menendang bola lagi. V pun langsung berkata “lo aku dulu”. Teman-teman yang lain pun membela V, karena memang gilirannya V untuk menendang bola. V pun terlihat tidak sabar menunggu bolanya datang, Kemudian temannya menendang bolanya ke arah V, namun bolanya melewati V. V pun langsung mengejar dan mengambil bola tersebut. Setelah itu, V kembali ke barisan sambil membawa bolanya. V pun bersiap untuk menendang bolanya, namun V sempat gagal menendang bolanya. Kemudian V mencoba untuk menendang lagi, namun tendangannya tidak keras dan tidak ke arah gawang. Setelah itu, V kembali berlari dan berbaris di barisan paling belakang. Tiba-tiba teman-temannya berlari dan V pun ikut berlari. Mereka berlari menghampiri penjual es yang baru datang. Kemudian mereka membeli es tersebut

G3, G1 G1, PPE1 G3, G1 PPE1, PPE2, F2, F4

Impulsivitas (menyela permainan). Inatensi (beralih aktivitas). Inatensi (mudah beralih aktivitas). Relasi dengan teman sebaya (ngobrol bersama). Impulsivitas (menyela permaianan). Inatensi (mudah beralih aktivitas). Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama). Masalah dengan teman sebaya (salah satu temannya menyela permainan). Perkembangan dan kematangan (V bisa mengikuti aturan mainannya). Kondisi lingkungan (temannya membela V ketika ada yang menyerobot).

Page 21: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

196

melalui pagar sekolah, karena penjualannya berjualan di luar sekolah. Ketika sedang antri, bel berbunyi yang menandakan jam istirahat sudah selesai. Kemudian semua siswa berlari menuju kelas. Hanya satu siswa yang dapat membeli es tersebut. V pun terus mengikuti temannya yang membawa es. V ingin meminta es yang dibawa temannya, namun temannya tidak mau memberikan, karena harus bergilir. V pun menangis dan teman-temannya langsung memberitahukan gurunya kalau V menangis. Gurunya pun menghampiri V dan menanyakan “kamu kok nangis? Ada apa?”, V pun menjawab sambil menangis “aku pengen es itu, tapi aku gak dikasi minta”. Gurunya pun langsung mengatakan “temanmu kan ga mau kasi, jadi kamu gak boleh maksa dan harus sabar nunggu giliran”. Kemudian temannya langsung menghampiri V dan memberikan V es tersebut. V pun langsung berhenti menangis dan mengucapkan “terima kasih”.

G3, PSC2, PPE1, F4

Impulsivitas (V tidak sabar menunggu giliran). Sosial di sekolah (gurunya memberikan pengertian kepada V). Relasi dengan teman sebaya (temannya mau berbagi makanan). Kondisi lingkungan (guru dan temannya memberikan pengertian agar antri ketika meminta sesuatu).

Guru memberikan tugas menulis, gurunya mendiktekan beberapa kalimat kepada semua siswa. Ketika gurunya mendiktekan judulnya, V pun langsung menulis. Kemudian salah satu temannya berkata “aku sudah selesai” sambil mengangkat tangan, V pun langsung berdiri dan mengangkat tangannya sambil berkata “atu juga”. Gurunya pun langsung menegur, V pun langsung duduk. Kemudian gurunya membacakan kalimat nomor satu, V pun langsung menulis. Setelah V selesai menulis, V langsung berdiri sambil mengatakan “aku nomor telu”. Kemudian V duduk lagi dan sambil pamer kepada teman yang duduk di seberangnya, kalau V sudah selesai. Gurunya membacakan soal nomor dua, V langsung menyimak dan menulis. Ketika sedang menulis, V tiba-tiba berdiri dan mengambil penghapus teman sebangkunya. Setelah itu, V duduk lagi dan kembali menulis. Sambil menunggu siswa yang belum selesai menulis, gurunya berkata “kemarin Bu guru menemukan setip, ini punya siapa ya?”. V pun langsung berhenti menulis dan berdiri sambil melihat ke arah gurunya. Setelah itu, V berjalan ke arah temannya sambil membawa buku tulis dan pensilnya. V bertanya kepada temannya “tadi soalnya apa ya?”, V langsung melihat tulisan temannya. Kemudian V kembali ke tempat duduknya dan menulis. Gurunya bertanya lagi sambil memperlihatkan penghapus kepada semua siswa “ini Bu guru punya setip, punya siapa ya? kemarin Bu guru nemu di kelas”. V pun langsung mengangkat tangan kirinya dan berkata “punyaku Bu, punyaku Bu”. Gurunya menghampiri V dan V langsung mengambil penghapus tersebut. V terlihat Kemudian gurunya membacakan soal nomor tiga, bingung dan berjalan menghampiri temannya sambil membawa buku tulis. Ketika gurunya membacakan soal nomor tiga, V tidak memperhatikan, V malah sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya. Setelah itu, V melihat tulisan temannya yang duduk di belakangnya. Gurunya menghampiri V dan V langsung

PSC1 PSC1 G1 F4 G1

Akademik (mengerjakan tugas). Akademik (mengerjakan tugas). Inatensi (perhatiannya teralihkan). Kondisi lingkungan (gurunya perhatian). Inatensi (tidak fokus).

Page 22: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

197

duduk di tempat duduknya. V pun kembali menulis. V berdiri lagi sambil membawa buku tulis dan pensilnya, V melihat ke arah belakang, kemudian V menghampiri gurunya dan bertanya “tadi nomor dua apa Bu?”. Gurunya langsung menyuruh V duduk dan memberi tahu kembali soal nomor dua. V pun langsung duduk di tempat duduknya dan menulis soal nomor dua. Setelah itu, V berdiri dan melihat tulisan teman sebangkunya, V pun lanjut menulis. Ketika gurunya membacakan soal nomor lima, V tiba-tiba menyela dan berkata “Bu, nomor tiga apa Bu?”. Gurunya pun tidak mempedulikan V dan V langsung melihat tulisan teman sebangkunya. V berdiri berkali-kali untuk melihat soal nomor tiga dan empat di teman sebangkunya. Ketika gurunya berjalan ke arah V, V langsung berdiri dan menghampiri gurunya, V langsung bertanya “Bu nomor lima apa Bu?”. Gurunya tidak mempedulikan V dan membacakan soal nomor enam. V pun langsung duduk dan kembali menulis. V beberapa kali berdiri dan melihat tulisan teman sebangkunya. Ketika gurunya membacakan soal nomor tujuh, V langsung menulis. Tiba-tiba V berdiri dan berjalan mendekati gurunya, V pun bertanya “apa tadi Bu soalnya?”. Gurunya langsung mengulang kembali soalnya dan V kembali duduk, lalu lanjut menulis. V berdiri lagi dan melihat tulisan di teman yang duduk di seberangnya. Setelah itu, V duduk lagi dan lanjut menulis. Setelah selesai menulis, V berdiri lagi dan berjalan menuju gurunya sambil menunjukkan tulisannya kepada gurunya. Kemudian gurunya membacakan soal nomor delapan dan V langsung kembali ke tempat duduknya. V pun langsung menulis soal yang dibacakan oleh gurunya. Tiba-tiba V berhenti menulis dan V mengambil botol minum yang ada di mejanya, lalu V minum air yang ada di dalam botol tersebut. Setelah itu, V kembali melanjutkan menulis. Ketika gurunya mengatakan “nomor sembilan”, V langsung berdiri dan berkata “sebentar Bu”. Setelah itu, V langsung buru-buru menyelesaikan soal nomor delapan. Setelah V selesai menulis soal nomor delapan, V langsung berdiri dan berkata “Bu, nomor sembilan Bu”. Kemudian gurunya langsung membacakan soal nomor sembilan, V pun langsung mengerjakan soal tersebut. Tiba-tiba V berdiri dan bertanya lagi kepada gurunya “tadi nomor sembilan apa Bu?”. Gurunya langsung menyuruh V duduk sambil menghampiri V dan membacakan ulang soalnya. V pun langsung duduk dan menulis soal tersebut. Setelah V selesai menulis, V berdiri lagi sambil menghapus keringat di keningnya dengan menggunakan lengan bajunya. Tiba-tiba V memeluk teman sebangkunya dan berlanjut seperti orang yang sedang bertarung. Kemudian gurunya berjalan dan melihat ke arah V, V pun langsung duduk. Ketika gurunya sudah tidak memperhatikan V, V bercanda lagi dengan teman sebangkunya. Kemudian gurunya membacakan soal nomor sepuluh, V pun langsung duduk dan menulis. Setelah V selesai

F4, PSC2 G3, G1 F4 F4, G1 PPE1 PSC1

Kondisi lingkungan (gurunya membantu). Sosial di sekolah (menuruti perintah gurunya). Impulsivitas (menyela pembicaraan gurunya). Inatensi (tidak fokus saat mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (teman dan gurunya mau membantu V). Kondisi lingkungan (gurunya mau sabar menunggu dan membantu). Inatensi (tidak fokus). Relasi dengan teman sebaya (memeluk dan bercanda bersama). Akademik (menyelesaikan tugasnya).

Page 23: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

198

menulis, V langsung berdiri dan berjalan ke meja guru. Ketika V sudah berjalan sampai papan tulis, V kembali ke tempat duduknya dan mencari sesuatu di dalam tasnya. Setelah itu, V berjalan lagi menuju meja guru. Sampai di meja guru, V mengantri untuk dinilai hasil pekerjaannya oleh gurunya. Ketika gurunya berkata “yang sudah dinilai, bisa langsung pulang”. V pun langsung mencoba mendahului temannya, gurunya pun langsung menahan tangan V sambil berkata “ko sik..ko sik”. V tetap tidak peduli dan V tetap mencoba untuk mendahului temannya. V memaksa gurunya agar menilai pekerjaannya terleih dahulu. Gurunya pun langsung memegang dan menilai hasil pekerjaannya. Ketika gurunya menilai hasil pekerjaan V, gurunya berkata “iki tulisanne V opo iki?”. Gurunya pun membaca satu persatu tulisan V, V salah menuliskan kata “lauk” menjadi “laok”. Tulisan V terlihat besar-besar sekali dan kurang rapi. V juga kurang menuliskan satu kata pada soal nomor lima. Ketika tulisannya tidak cukup, V menulis satu huruf yang kurang di bagian atasnya. Gurunya pun memberi tahu V agar menuliskan di bagian bawahnya saja. V juga belum menyelesaikan soal nomor sepuluh, sehingga soalnya terpotong. Akhirnya, gurunya memberikan nilai 90, karena ada beberapa tulisan V yang masih kurang atau salah. Setelah selesai diperiksa, V langsung kembali ke tempat duduknya dan berkemas-kemas. Setelah itu, V menghampiri gurunya dan salam dengan gurunya. V pun keluar kelas dan pulang.

G3 PSC3, F4, PSC1

Impulsivitas (sulit menunggu giliran). Masalah di sekolah (tulisan tidak rapi dan tidak menyelesaikan tugasnya). Kondisi lingkungan (gurunya mengarahkan V). Akademik (mendapat nilai 90).

Page 24: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

199

Hasil Wawancara Subjek 1

Inisial : H Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 57 tahun Pendidikan Terakhir : S2 Hubungan : Wali Kelas Tanggal Wawancara : Sabtu, 4 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang Guru

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis Ibu, ee terkait dengan V kalau di kelas kemampuan membaca dan berhitungnya gimana Bu? Tapi sebenernya dia bisa ya bu? Terus kalau berhitung bisa gak Bu? Kalau dikasih soal dia bisa ngasih jawaban? Terus Bu kalau mata pelajaran lainnya gimana? Kemampuannya V?

Dia membacanya baik tapi suaranya kayak cadel ya.. tapi cepet tapi gak jelas gitu lho.. berarti pengucapannya? Pengucapannya kurang jelas, tapi cepet. nulisnya juga cepet, tak suruh pelan gitu, gak bisa. Jadi tulisannya ya semaunya sendiri. Berarti tulisannya? Besar-besar jadi kalau disuruh nulis. Kemarin itu gak urut pokoknya kayak naik gunung itu lho.. tapi setelah ini saya arahkan, dia sedikit-sedikit mau, tapi ya tulisannya besar, tapi terbaca.. oo tapi terbaca... kalo baca di udah lancar? tapi cepet.. cepet tapi lafalnya gak ini.. misalnya.. “kelas” itu ya “K” nya gak jelas.. jadi “elas” gitu. Ohh gitu.. apa ya gangguan lidahnya kali ya. Cadel ya? Iya “R” saja dulu dia ga bisa dia kaya “Roti”, jadi “Loti”. Oo gitu.. “Kaira”, jadi “Aila”, R-nya kayak cadel, cepet tapi gak jelas. Bisa…bisa. Dia berhitung bisa tapi agak gini, agak lamban. Berarti hitungan yang sudah dia bisa sejauh mana Bu? Jadi hitunganya yang udah bisa 1 sampai 40. Penjumlahan, pengurangan bisa. Ooo berarti masih sejauh itu ya. Bisa.. karena memang kurikulumnya itu baru sampai tema 1 2 3 itu baru hitungan 1 sampai 40 kan bertahap to mbak, nanti kalau sudah sampai semester 2 baru sampai seratus Dia tu kalau masalah olahraga sepertinya, kayak upacara apa ya kan upacara harus tertib itu dia gak bisa. Ooo gitu. Gak bisa anu apa ya.. istilahnya apa ya gak bisa diem, dia semaunya sendiri, moh diatur gitu lho,

PSC1 PSC1, PSC3 PSC1 G2, PPE2, G1

Akademik (sudah bisa membaca). Akademik (sudah bisa menulis). Masalah di sekolah (tulisannya tidak rapi). Perkembangan bahasa. Akademik (sudah bisa menghitung, penjumlahan dan pengurangan). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Masalah dengan teman sebaya (suka usil).

Page 25: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

200

Eee..terus kayak kalo pelajaran kelas 1 apa saja ya bu?

jadi misalkan disuruh siap, ya nanti sebentar lagi ya dia sudah lain-lain lagi, makanya tak taruh di depan dia karena gak bisa diem, tak taruh dibelakang apalagi, gak bisa diem dia, harus nungguin pas upacara. Berarti harus diawasi terus ya Bu? Iya. Kalau gak diawasi dia gimana Bu? Anu ganggu temen.. seperti kemarin pas asmaul husna dia tak tartuh di depan malah gojek, tak taruh di belakang kesempatan dia malah ganggu yang belakangnya. Ooo gitu, berarti dia usil juga ya Bu?.Iya dia usil, tapi bisa misalkan seperti kemarin.. besok pagi bawa peralatan pensil berwana, dia tidak memperhatikan tapi tadi bawa dia. Eee..pelajaran kelas satu ada keterampilan. Dia kalau keterampilan kurang suka, kalau dikasi keterampilan, gak pernah selesai, buatnya asal-asalan, misal disuruh ngelem yang rapi, dia pokoknya itu yang penting gatuk gitu aja, langsung bilang sudah ya Bu. Berarti gak rapi ya Bu? Asal senempelnya aja? Iya asal senempelnya aja. yang penting kan sudah bentuk, tapi kan gak rapi, terus dia bilang ya sudah dikasi nilai berapa saja Bu. Kalau nulis ya juga gitu kalo belum selesai sampai 10 nanti nilainya dikurang, ya dia bilang gak pa-pa Bu, nilainya dapat berapa nanti Bu? Dapat nilai 2, ya gak pa-pa Bu. Dia males soalnya. Berarti sering gak selesai bu? Mata pelajaran apapun? Kalo nyanyi dia seneng, jiwanya itu kelihatannya pemimpin, dia suka ngatur temen-temennya, dirinya dia sendiri gak tertib. Ohh gitu.... Misalnya V duduk, bu guru mau nerangin ini, dia jawab iya, dia nganu liat temennya, terus langsung temennya itu diampiri semuanya, jadi kan rame, nanti dia kan jadi meh ngubeng tok, jadi keliling, mungkin alesannya gitu (gurunya berbicara sambil tertawa). Terus saya bilang lah kamu saja tak suruh tertib gak bisa, malah kamu ngurusin temennya. Ya saya kadang gimana ya jadi suka ketawa sendiri. Terus gimana bu kalau ditegur gitu? Ya langsung kembali tapi sebentar. Oh gitu, tapi habis itu balik lagi Bu? Jadi langsung duduk lagi, terus diulangi lagi, lha mbak mila kan tau sendiri. Terus Bu kalau untuk nilai-nilainya bagaimana Bu? Kalau untuk nilai-nilainya baik, ya jadi misalkan saya kasi pertanyaan, dia bisa jawab, walaupun jawabannya tidak sempurna, tapi mendekati. Nilainya kisaran berapa Bu kira-kira? Tujuh, delapan. Berarti nilai yang paling rendah itu berapa Bu? Iya dulu waktu pertama-tama pernah dapet 6, terus pernah gak mengerjakan itu tak kasi nilai 4, terus

G1, PSC3 G2, PSC2, F4 PSC1 PSC3, F4

Inatensi (terlihat tidak memperhatikan). Inatensi (tidak suka mengerjakan tugas yang melibatkan ketelitian). Masalah di sekolah (tidak peduli dengan hasil kerjanya). Hiperaktivitas (V tidak bisa diam). Sosial di sekolah (V menuruti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur V). Akademik (bisa menjawab pertanyaan). Masalah di sekolah (seringkali tidak

Page 26: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

201

Terus Bu kalau sama temen-temennya bagaimana? Interaksi sama temen-temennya Terus Bu waktu bermain sama temen-temennya gimana Bu?

Mama-nya pernah tanya “Bu Har, kok anak saya dapat nilai 4?”, terus saya jawab “ya karena anaknya gak mengerjakan”. Terus orangtuanya bagaimana Bu? Ya terus orangtuanya bilang “Oh maaf Bu, V itu anaknya ya seperti itu Bu”. Terus pernah V dapet nilai 90, sebetulnya kalau kalimatnya tak dikte itu bisa, tapi tulisannya itu kan gak nggenah, makanya nanti temennya komplain, terus dia tak kasih nilai 90. Jadi misalnya menyanyi, nanti “Y” nya kurang, terus nanti tak tulis kekurangannya, tapi tetep tak salahkan. Jadi nilai berkurang ya Bu? Iya, kerapihannya juga, jadi dia juga perlu kerapihan, kerajinan. Berarti kalau dia ngerjain tugas gitu, dia mau langsung ngerjain gitu Bu? Iya, tapi kalau udah selesai, nanti dia gojek. Tapi selesai gak Bu? Iya selesai. Kalau dia males, ya dia bilang males. Kamu kok ga kerja kenapa? Saya capek bu. Tapi itu dia beneran gak mau ngerjain sama sekali Bu? Tapi bilang capek, tapi ya dia gojek, kayak males, kayak bosan gitu lho, sakkarepe dewe istilahe (gurunya tertawa). Ya dia usil. Usilnya kayak gimana Bu? Ya misalkan dia ndak punya pensil, mbuh tadi pensilnya ketinggalan atau opo, pokoknya dia langsung ambil, kan temennya nangis, dia tetep kekeh itu punyaku. Seperti waktu itu pernah, waktu pertama isolasi, itu sebenarnya kepunyaann si Dira, dia ya bawa, tapi punya dia gak ada, terus dia bilang kalau ini punyaku, terus ketemu dan tak tanya “ini punyamu”, dia tetep bilang kalau yang dia pegang itu punya dia. Berarti yang dia pegang itu sebenarnya punya Dira Bu? Iya, padahal punya dia lebih besar, tapi dia gak mau. Yang lebih besar itu punya siapa Bu? Yang lebih besar itu ya punyanya V. Jadi, tadi kan hilang ketelingsut, nah yang ada kan punyanya Dira, terus setelah ketemu semua, tak tanya “ini punyamu?” (isolasi kecil), jadi isolasi kecil diakui oleh dua orang. Terus akhirnya ada yang mau ngalah gak Bu? Ya ga ada yang mau, terus itu akhirnya si K (kakaknya V) tak tanya, terus yang isolasi besar itu memang punya V. Ya gitu, ya bermain tapi gak pernah diam, pokoknya ada aja yang dilakuin, apalagi kalau ada bola, kalau ndak ya ini, temannya kayak diajak gelut gitu. Terus saya tanya “lo kok gitu?” dia jawab, orang ini gelu-gelutan kok Bu. Gurunya berkata “ooo kalau begitu besok tak sekolahkan petinju kamu” (sambil tertawa).

PSC1, PSC3 G3, PSC3 G2, PPE1

menyelesaikan tugasnya). Kondisi lingkungan (gurunya bersikap tegas). Akademik (nilainya baik). Masalah di sekolah (kurang teliti dan malas). Impulsivitas dan masalah di sekolah (mengambil barang tanpa izin). Hiperaktivitas (tidak bisa diam saat bermain). Relasi dengan teman sebaya (bermain dengan temannya).

Page 27: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

202

Terus temen-temennya bagaimana Bu sama V? Terus Bu pernah ada tugas berkelompok gak?

Ya sudah tau V seperti itu, V nakal, gurunya berkata “gak V itu gak nakal, V itu ingin berteman. Tapi temen-temennya tetep mau ngajak main gak Bu? Ehem…Nah saya tu anehnya kayak gini, kan anak kecil lha kok ya nyurati Bianka (teman V) yang cantik itu lho, Bianka kan duduknya disana (di ujung depan kiri), nah terus nganu dia pindah, gurunya berkata “lho V kok pindah?”, dia bilang “saya tak duduk disini saja”. Saya yang ngelarang “ndak boleh, nanti kamu disitu gojek, udah kamu disini aja”. Lha terus Bianka kan masih di kelompok sana (ujung depan kiri), terus dia nyurati “Bianka kamu duduk di dekat saya”. Itu yang nulis siapa Bu? Ya V yang nulis, terus temen-temennya bilang “bu itu V main pacar-pacaran”. Terus saya tanya Bianka “Bianka apa bener?”, Bianka jawab “iya itu saya disuruh duduk di sebelahnya V”. Terus gurunya berkata “o ya udah, daripada nanti V-nya ribut, kamu duduk disini ya (di bagian tengah). Terus seolah-olah mereka kayak orang dewasa gitu (gurunya tertawa), aku ya ngguyu cah sak mono, arep menyayangi. Terus akhirnya Bianka manut. Kan dulu seringkali dia ke kelompoknya Bianka, tak kasi tahu, kamu udah punya tempat duduk sendiri, tapi kok kamu kesna?, V menjawab “aku lebih seneng disini kok Bu”. Daripada nanti dia rame, jadi Bianka yang saya dekatkan dengan V. Terus pas Bianka sudah duduk dekat dia gimana Bu? Ya udah dia meneng, seolah-olah ki koyok cah gede, wah iki pacarku (gurunya tertawa). Ada, tapi ya dia ga ngerjain, temen-temennya yang ngerjain, dia ya mainan, ada aja kesibukannya dia. Jadi yang ngerjain ya temennya. Tadi ya saya bilang sama Mama-nya, itu apa V gak pernah dikasi sangu to Bu? Mamanya jawab “Iya memang gak tak kasih uang Bu Har, tak kasi makanan”. Gurunya jawab “nah ini makanannya dijual ketemannya. Mama-nya menjawab “lha masak V begitu to”. Gurunya menjawab “jadi gini, dia pengen jajan di kantin, tapi gak ada uang kok”. Nah susunya itu kan harganya lima ribu ya, nah yang beli itu Dira, dibeli dua ribu, jadi ya Dira seneng, jadi si Dira ngincer susune si V (gurunya bicara sambil tertawa). Gurunya bilang “ya gak boleh, harga susunya tu lima ribu”, Dira jawab “yang nyuruh V kok Bu”. Terus saya tanya V, V jawab “saya gak punya uang kok Bu, saya pengen nasi”. Terus saya WA ibunya, “Bu tolong dikasih bekal nasi”, Ibunya balas “ooo gak pernah dimakan kok Bu Har”. Padahal V kepengen minta sampai nangis. Makanan temennya tu pernah dimakan,

F4 G2, PSC3 PSC3, G3

Kondisi lingkungan (guru dan temannya memaklumi kondisi V yang tidak bisa diam). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Masalah di sekolah (tidak ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok). Masalah di sekolah dan

Page 28: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

203

Terus Bu, perilakunya V kalau didalem atau diluar kelas gimana?

dihabisin, pas olahraga temennya kan nyari ya gak ada, lah V dengan enaknya, terus saya bilang “lah V gak boleh kayak gitu, V pun menjawab “lah saya laper kok Bu”. Lah kui tak kandanke ibune, Ibunya jawab “makanya tak bekali susu, tapi badannya kok kuru”. Lah orang dia susunya gak pernah diminum kok, yang langganan itu si Dira itu ngincer (gurunya tertawa). Biar dapet uang jual susunya. Ya sudah sana, ini tak kasi uang buat beli nasi ya, udah habis Bu Har udah tak makan (gurunya tertawa). Terus temennya bilang, Bu saya dikasih uang lho bu, tu V dikasih, terus saya bilang “waduh nek yang nangis-nangis ya tak kasih (gurunya tertawa). Jadi saya itu nyiapin uang recehan gitu, buat nyiapi yang nagis-nangis itu, daripada gelut (gurunya tertawa). Lucu kok, minum ya juga gtiu, tempatnya kan sama, lha mungkin punya V itu mbuh ketinggalan atau opo, terus tak minta dia tetap bertahan, “ini punyatu (punyaku), ini punyatu. Terus Kaira tak tanya “ini punya V bukan?”, kakaknya jawab “bukan, punya V ketinggalan”. Pokoknya itu temannya itu bawa wadah makanan, bentuknya stoberi, wah terus langsung diambil, langsung dimasukkan ke tas, temennya ya nangis, ya saya bingung, lho kok nangis kabeh, iki sing bener sing ndi”, semua bilang ini punyaku, terus saya bilang “coba-coba tak lihat”, tapi tetep dipegang V, terus saya bilang lagi “coba-coba Bu guru lihat”, terus saya foto, tak kasihkan ke Bu Maria fotonya biar dikirimkan ke Mama-nya, biar ibune nukokke sing koyok ngene. Terus ya saya kasi yang punya dia (gurunya tertawa). Berarti dia suka ngerebut barang temennya ya Bu? Di tu suka kepengen, yang lainnya gak kayak gitu, tapi kalau V itu pengennya kudu memiliki, aku harus punya seperti itu. Pokoknya diambil, dimasukkan ke dalam tas. lah bocahe ding ndue yo bingung, tapi saya tahu, paling ini V (gurunya tertawa, terus minum teh). Sama, dia seneng dihukum (gurunya tertawa). Dia kan ndak bisa diam, V nek kamu gak bisa diam, nanti temen-temenmu ikut. Udah kamu dari tadi gak nulis, kamu duduk di tembok, eh diapa itu namanya di serambi, tak lihat malah dia jalan-jalan, lari-lari, lho tadi tak suruh duduk kok malah lari-lari? V menjawab “gak pa-pa Bu saya lari-lari saja Bu”, ya sudah kamu lari sekali. V menjawab lagi “gak sekali Bu, sepuluh kali aja Bu”. Halahh jangan-jangan, sekali saja nggko malah semaput (gurunya tertawa). V menjawab “sepuluh kali juga gak pa-pa Bu”. Terus ya sudah dia lari, lama-lama saya

F4 G3, PPE3 G3, PSC3 G2

Impulsivitas (V mengambil makanan tanpa izin). Kondisi lingkungan (gurunya memaklumi kondisi V). Impulsivitas dan msalah dengan teman sebaya (mengambil barang tanpa meminta izin). Impulsivitas dan Masalah di sekolah (mengambil barang tanpa izin). Hiperaktivitas (V tidak bisa diam).

Page 29: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

204

Terus Bu kalau V sama Ibu gimana dia sikapnya? Selama ngajarin V dikelas merasa kesulitan tidak? Berarti kalau dia dijelasin

kasian, wahh nek dia loro malah aku sing ketompoan. Ya sudah sini masuk-masuk, kasin, jadi seneng dihukum dia. Misalnya apa ya ngko kakimu lho, aku tak keluar aja Bu ya. Diterangke ora mau digatekke, tapi yo iso. Tak jajal yo, tak terangke besok Sabtu anak-anak olahraga, habis itu masuk kelas melukis, bawa pensil bergambar ya, nanti buat gambar. Dia ga gatekke, tapi tadi pagi-pagi tak lihat tasnya, kok ada pensil warna, ooo..berarti dia ngerungokke. Nah wingi tak tes, tak terangke, terus tak tekokke, tadi Bu Guru menerangkan siapa, jadi tak terangke ada anak Ahmad, terus tak tanya siapa yang mengembala kambing? Terus dia jawab Ahmad, yo ngerti kok (gurunya tertawa). Kambingnya ada berapa? dia jawab lima. Padahal dia gak ngerungokke, dia spontan. V bisa pindah duduk ke belakang lho, padahal dia duduknya paling depan, terus akhirnya Bianka tak pindah duduk di depan, V duduk di belakangnya Bianka. Cah cilik ki yo nggolek kenyamanan yo pie. Baik. Kalau dikasi tahu sama Ibu gimana dia? Manut, takut, misalnya hayo Bu guru tadi bilang apa? Ya, ya Bu. Misalnya kamu yang nakalin? Gak Bu gak Bu, saya ndak nakal Bu, sudah, Bu maaf...maaf, cepet minta maaf kepada temennya, Misalnya kalau temennya nangis gara-gara V, V yang salah? Dia langsung mengulurkan tangannya, langsung minta maaf. Baiknya dia kayak gitu, langsung minta maaf. Dia gak mau disalahkan, jadi terus dia mau minta maaf. Terus temennya gimana Bu? Ya yaudah, nek anak kelas satu kan nek anak ini kerah, ya nanti mereka kembali lagi, cepet baiknya. Ada anak kelas satu si Dira memang tempramen, dia suka kumpul sama orang-orang gede, jadi pertama-tama dia rumangsa dewe, gede dewe, kendel dewe, tapi nek sama V gak, karena V punya makanan yang enak-enak, jadi pinter si Dira, V malah dideketenin. V nggowo susu, roti, pasti Dira sing mangan. Terus saya tanya, “lho kok itu rotinya dimakan sama Dira?”, V yo jawab “ndak pa-pa Bu, ndak pa-pa”. Makanya ibunya bilang gini “wis tak sangoni susu, tapi yo kok awakne tetep kuru”. Lah kan ndak dimakan. Gak itu, karena dia bisa ngikutin, ya cuman itu dia gak telaten, gak rajin. Berarti gak ada masalah ya buat Ibu? Ndak, seusia dia segitu ya lumrah lah. Ehmmm…dia punya kesibukan sendiri, duskrip, entah apalah, pokoknya

G1, PSC1 PSC2, F4, PPE1 PSC1, F4

Inatensi (terlihat tidak mendengarkan gurunya). Akademik (mampu memahami pelajaran). Sosial di sekolah (V mau menuruti perkataan gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan). Relasi dengan teman sebaya (V mau meminta maaf). Akademik (bisa mengikuti pelajaran). Kondisi lingkungan (gurunya memaklumi kondisi V).

Page 30: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

205

sesuatu kayaknya ga dengerin ya Bu? Kalau di dalem kelas suka ganggu temennya gak Bu?

asik sendiri, tapi kupinge ngrukokke. Sejak awal Ibunya memang sudah bilang kok. Bu maaf ini beda sekali sama K, nek K kan pendiam, penakut, nek ini luar biasa Bu, semenit aja gak bisa diam. Terus saya bilang, o iya Bu gak pa-pa, nanti kan lama-lama dia tahu. Ibunya bilang, jangan kaget ya Bu Har, ini beda sekali sama kakaknya. Terus saya jawab, oh iya, kan anak-anak punya sifat yang beda-beda ya Bu, apalagi ini anak laki-laki. Karena ibunya V sudah memberi tahu dari awal, jadi perhatian saya selalu sama V, saya coba, ooo kelihatannya oh iya sama seperti yang dibilang oleh Ibunya V. Tapi dia tetep bisa ngikutin pelajaran ya Bu? Ehmmm… kan waktu Mbak Mila disana kan dilihat V seperti apa itu, sukanya gerak terus, tangannya gerak terus. Tapi tak setelin LCD dia senang sekali, wah langsung duduk di depan. Tak bilang, ga boleh duduk disini, disana saja duduknya, tapi dia tetep maju. Lihat gambarnya itu dia asik, tapi nek diterangke karo Bu guru, dia gak ngerungokke, nek tak setelke itu, wuhh dia maju neng arep dewe kok. Terus dia bilang cepet Bu ganti, lho kok diganti, ini pelajarannya belum selesai. Haduh kok itu terus (gurunya tertawa). Jadi dia bilang ganti Bu ganti, yang ini yang ini. Jadi dia yang milih, wong tak delok kok, dari teman-temannya kan banyak, yang maju ya dia sama Kiki maju dulu. Terus saya bilang ndak usah maju, nanti kelihatan kok. Ya dia bilang, biar keliatan kok Bu. Kalau gak papan tulisnya mau dipegang, biar bisa nyentuh gambarnya (gurunya tertawa). Iya ganggunya itu kalau dia gak punya pensil langsung ambil, ndak pinjem, ndak izin, ya temennya kan pasti nangis, jadi gaduhnya itu ya gara-gara barangnya diambil dia. Pokoknya dia ndang cepet menulis, tapi dia gak berusaha mengambil punyaknya dia, jadi langsung gitu. Pokoknya kasi gak dikasi dia tetep ambil ya Bu? Iya tetep ambil, ini saya dikasi tugas Bu guru harus selesai. Misalnya, V pensilnya mana? langsung ambil pensil temannya (gurunya berbicara sambil memperagakan cara V mengambil pensil). Langsung, terus dia bilang nulis apa bu? Terus saya bilang, ndak boleh kayak gitu. Pokoknya punya temen sebelahnya disaut lagi nulis (gurunya berbicara sambil tertawa). lha temennya gabisa nulis. Terus saya buka duskrip-nya, lho ini kan punya-nya V, males ngambil. Padahal dia sebenernya ada. Iya padahal dia sebenernya ada, tapi dia gak mau ambil. Pensil koncone dijupuk, kancane jengkel, terus nangis. Seperti tadi

G2,F4 G2 PPE2, G3

Hiperaktivitas (V tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (mama dan gurunya sudah paham dengan kondisi V). Hiperaktivitas (sering bergerak). Masalah relasi dengan teman sebaya dan Impulsivitas (sering mengambil barang tanpa izin).

Page 31: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

206

Kalau ditegur dengan Ibu, terus responnya dia gimana Bu? Dia itu males kalau dikasih tugas apa Bu? Pelajarannya baru itu aja ya Bu?

itu, sebenarnya gak pa-pa, tapi dia wegah keliling, dia diajak olahraga keluar kan gak mau, alasannya capek. Terus dia tiduran disitu. Dia nurut, seperti tadi V gak boleh bohong sama Bu guru dan Pak guru, kamu gak sakit to? Kamu males to? Terus dia jawab “iya”. Kamu gak usah pulang, terus dia bilang “pulang aja ah Bu, pulang aja”. Terus mau diantar pulang sama Pak guru, terus saya bilang tak WA Ibunya saja “ini V mau pulang katanya pusing”, terus Ibue ngguyu “ah V-nya pasti males nih”. Berarti setiap dia olahraga kayak gitu Bu? Ya mungkin kalau badannya kurang enak, dia moh ikut. Pas upacara itu lho malah duduk, katanya saya gak mau upacara, saya mau istirahat. Terus saya bilang “gak boleh”, alasannya pasti selalu capek. Dia ya rasa tanggung jawabnya masih kurang, rumangsane ijih koyok anak-anak. Nek kakaknya dulu masih kelas satu kan ngetutke saya, jadi baju saya ini dipegangin terus, saya kemana aja ikut. Tapi lama-lama kakaknya pas semester dua udah gak. Tapi V sama kakaknya sayang banget, jadi dia sering tanya “ini udah selesai Bu?”. “Asyik, aku tak ke tempat kakakku”, terus dia langsung mlayu. Terus pas sudah di kelas kakaknya dia panggil kakaknya “tata…tata…” bicara sambil menunjuk pipinya, jadi dia minta dicium kakaknya. Pokoknya kalau istirahat dia pasti cepet-cepet, “aku pengen cepet-cepet ke kakak”. Dari pertama tu V selalu ngincer Bianka, koyo bocah wis gede, jatuh cinta, wong jeh cilik. Kemarin kan Bianka nangis, Bu saya nganu Bu, dipoyoi sama temenku. Tak tanya “lah nopo?”, saya pacaran, lah cah cilik kok pacaran, pacaran sama siapa? Itu loh bu nulis surat-surat. V digituin terus gimana Bu? Ya dia malah senyum-senyum, tanpa salah tanpa dosa rak ngudeg deknen (gurunya tertawa). Dia males kalau dikasih tugas prakarya, dia dikasih tugas prakarya gak suka, nek matematika dia seneng, bahasa seneng, PKN juga, agama juga. Ya ada matematika, IPS, IPA, Bahasa Jawa. Kalau Bahasa Jawa gimana dia Bu? Dia kan, aku gak bisa bahasa jawa. Yo wis apa saja kamu, susah Bu susah. Kan kelas satu kan sudah dapat Bahasa, IPS, Matematika, tapi kan dibuat Tema, jadi digabungkan. Jadi misalkan satu hari itu ada dua tema, tema satu itu pembelajarannya ada SGDB, ada keterampilan, ada Bahasa, ada apalagi gitu. Terus nanti jam kedua ada apa, jadi harus ada kaitannya terus, saling terkait. Jadi kan gak berdiri sendiri, ini IPS, ini

PSC3, PSC2 F4 PSC3 PIS1 PSC1, PSC3

Masalah di sekolah (V malas ikut pelajaran). Sosial di sekolah (V mau jujur). Kondisi lingkungan (guru dan mamanya sudah memahami kondisi V). Masalah di sekolah (malas ikut kegiatan upacara). Relasi dengan saudara kandung (V sangat sayang dengan kakaknya). Akademik (V suka pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, PKN, agama). Masalah di sekolah (V malas kalau dikasih tugas prakarya dan tidak suka Bahasa Jawa).

Page 32: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

207

Bu kalo interaksi sama temen-temannya gimana Bu? Terus Bu dia lebih suka bermain sama temen yang sebaya atau yang lebih

bahasa, jadi dirangkum satu pertemuan pembalajaran itu ada matematika, ada IPS, ada IPA. Misalkan saya mau menerangkan matematika sama bahasa, nanti anak-anak kita berhitung, tulis 1,2,3, itu sudah sekalian dapat baca sekalian dapet matematika. Nanti ke IPA-nya, itu apa? Oh itu buah Bu, buahnya ada berapa? Buah itu hidupanya dimana? di pohon, pohon itu ciptaannya siapa? Tuhan. Jadi sudah ada agamanya, sudah mencakup semuanya. Terus itu buah untuk siapa? Untuk manusia., jadi ciptaan Tuhan diperuntukkan untuk manusia. Hidupnya dimana? Di kebun, kok bisa hidup? ka nada air, ada sinar matahari. Jadi ada IPA juga, sudah ter-include disitu. Kalo Kurikulum 2006 kan berdiri sendiri, ada IPA, ada matematika, gak dalam satu tema. Kalau Kurikulum 13 satu tema itu ada IPA, ada matematika, Bahasa, terkecuali Bahasa Jawa sendiri. SGDB itu ada menggambar, keterampilan, ada menyanyi. SGDB itu kan seni budaya keterampilan itu ada seni lukis sama seni menyanyi. Sekarang pembelajaran k13 itu kan, pelajaran olahraga, matematika, bahasa jadi satu. Misalkan, mau menerangkan anak bermain kasti, ada lawan kita harus bermain peran, kelompok a dan b, kan sudah mencakup bahasa to, bermain peran. Nanti menghitung termasuk matematika, berhitung dari depan, terus anggotanya ada berapa, nek sepak bola anggotanya berapa. Baik. Mengalami kesulitan ga kira-kira Bu? Ya karena omongannya dia gak ceto tadi, karena gak jelas, tapi temannya ga menghiraukan kok. Ooo berarti temannya tidak mempermasalahkan ya Bu? Ya paling temannya, Bu V gak bisa bilang “rrr”. Lha waktu pertama kan “loti”, terus tak suruh bilang “rrroti”, bilang apa? “rrroti”. Gak usah pake “rrr”, udah bilang saja “roti”, sekarang sudah bisa bilang “roti”. Dulu kan bilangnya “rrroti”, terus tak bilang rrr-nya gak usah panjang-panjang (gurunya tertawa). Dia ngomong “rrr” panjang ben ceto. Ngomong “Kaira”, yo “airrra”, karepe ben ceto (gurunya tertawa). Terus tak kasih tahu biasa saja bilang rrr-nya. Ngomong “sekolah”, k-nya kan gak ceto, jadinya “seolah”. Dulu manggil “Bu guru”, dia bilangnya “Bu gulu, Bu gulu bu gulu”, terus tak kasi tahu “Bu gurrrru”, terus lama-lama dia bisa bilang “Bu gurrrru”. Yang sebaya, dia temen gak milih, siapa saja. Terus kemarin waktu baru masuk kelas satu kan temen-temennya baru semua Bu, terus itu dia gimana Bu? Ya karena dia cadel itu, ya nanti temennya ya pada moyoki,

F4 PPE1, PPE2

Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu V dan temannya memaklumi kondisi V). Relasi dengan teman sebaya (tidak memilih teman). Masalah dengan

Page 33: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

208

dewasa? Tapi kalau pas dia kenalan gimana Bu? Malu-malu atau? Terus pas dia pertama sekolah itu ditungguin dulu gak Bu? Yang sering diajak main siapa saja Bu? Terus dari temen-temennya ada yang ngeluh gak Bu dengan sikapnya V?

ngko nangis. Kenapa? Itu lho Bu, V nangis, tadi dia gak bisa bilang “rr”. Terus dia berusaha, nah makanya nek saya suruh bilang “rrr” dia sampai gini-gini (gurunya sambil memperagakan matanya agak melotot dan wajahnya mendongak ke atas). Gak malu, kendel kok. Kan dulu kan tak bentuk ketua kelas, saya kan milih pertama, Raffa karena kendel. Terus Mahito bilang sama Ibunya kalau dia pengen jadi ketua kelas, terus ya sudah Mahito yang saya tunjuk jadi ketua kelas. Nah Mahito itu kan suaranya lemah, gak keras, terus temennya tu bilang “anu suarumu kok ora seru”, nah terus si V itu maju “saya Bu, saya Bu”. Nah V nyiapkene ga jelas, “holmat pada Bu gulu. Koncone yo pada ngguyu (gurunya bercerita sambil tertawa). Terus saya beritahu “Bu guru bukan Bu gulu”. Jadi dia anu dia kendel, diketawakan tetep maju, bilang “saya saja, saya saja”. Enggak, jadi langsung ditinggal. Jadi saya bilang gini “siapa yang masih di TK?” V langsung jawab “ndak…ndak”. Terus saya bilang lagi “kalau masih di TK , nanti ditunggu sama orangtuanya, tapi kalau sudah SD, ndak”. Terus dia bilang “saya ndak, saya ndak, saya sudah belani”. Nek V baru sekolah langsung ditinggal, ndak nangis. Kalau kenalan gimana dia Bu? Kalau dia yang langsung kenalan, cepet membaur dia, cepet beradaptasi. Ya itu to Dira, Raffa, nek karo Mahito ndak ik. Mahito kan anaknya diem, ndak pernah tukaran sama itu ya ndak pernah. Jadi Dira sama Kiki, pokoknya berenam dia, Alvin, pokoknya sing polahe akeh itu dia seneng. Jadi kalau sama yang diem-diem, ndak suka dia. Terus Bu yang kira-kira paling dia deket siapa Bu? Kok dia semua sepertinya sama ya, ndak ada yang paling deket. Nah yang anehnya itu yang wanita itu, yang si Bianka itu. Padahal si Bianka-nya itu pemalu, tapi V kalau duduk di sebelahnya Bianka tu tenang. Aku yo heran kok dia bisa kenyamanan tersendiri (gurunya tertawa). Ya paling pas dia ambil barang, terus saya tanya “hayo siapa yang ambil”, terus temen-temennya bilang “paling V Bu”. Jadi temen-temennya sudah memaklumi. Kalau temennya tanya “ndi V ki”, terus ya V bilang “ndak kok, atu ndak bawa, atu pinjem kok”. Terus saya bilang, “nek pinjem itu, ya bilang sama yang punya, ndak boleh gitu, dah itu kembalikan, ini ambil punya Bu guru”, ya dia mau kembalikan.

F4 PSC2, PPE1 PPE1 G3, PSC3, F4

teman sebaya (temannya suka mengejek V). V termasuk anak yang percaya diri. Kondisi lingkungan (gurunya memberi kesempatan). Sosial di sekolah (V cepat beradaptasi). Relasi dengan teman sebaya (mudah kenal). Relasi dengan teman sebaya (mau bermain dengan siapa saja). Impulsivitas dan Masalah di sekolah (mengambil barang tanpa izin). Kondisi lingkungan (guru dan teman-temannya memaklumi perilaku V).

Page 34: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

209

Inisial : R Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 Pendidikan terakhir : S1 Hubungan keluarga : Ibu Tanggal wawancara : Rabu, 18 Oktober 2017 & Senin, 13 November 2017 Tempat wawancara : Ruang Tamu

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis V itu kalau di tempat umum itu sama gak bisa diem juga Bu? Waktu Ibu hamil itu bagaimana?

Iya, memang begini, di rumah maupun di tempat umum juga begini (sambil menunjuk V yang sedang lari-larian di ruang tamu). Dulu ini waktu masih TK cara belajarnya dia ya sambil bermain, jadi guru nerangin, guru ngasih tau apa, dia sambil mainan, dia sambil pegang mainan, tapi kalau hafalan dia selalu bisa. Dia itu kinestetik banget, yang pertama kinestetik, sama yang kedua auditori, kan mendengar ya. (Ibunya tertawa sebelum bicara) Kalau menurut saya sih, saya malah apa anak sekarang terlalu banyak vitamin gitu ya, jadi malah susu susu terus, sehari dua kali, vitamin dari dokter, tapi selama dia aktifnya, aktifnya terarah, dia masih bisa ngerasain capek, mungkin dia bukan hiperaktif ya. Kalau hiperaktif kan sama sekali gak bisa ngerasain capek kan. Dia masih bisa capek, kalau dia capek kayak berhenti sebentar ngatur nafas, tapi gak bisa diem. Kadang ini lo Mbak (sambil menunjuk tembok) sengaja memang gak dicat temboknya, sama yang di kamar juga. Oooo berarti dia suka corat-coret ya Bu? Ehemm…dimana pun, di sprai juga, disini diem tiba-tiba gambar apa gitu dilantai. Aku maklum juga si karena sebelum, apa maksudnya mmm dia aktif sama gadget, lebih baik dia aktif seperti ini (menunjuk dan melihat V yang sedang bermain bersama kakaknya). Jadi karena memang kata dokter gak bagus kan, jadi kayak kita gak melatih anak mengasah empati, udah biarin dia gini aja daripada dia diem tapi gadget terus. Kalau masa perkembangannya V dari masa kecil gimana ya Bu? Kayak kemampuan jalan, merangkak. V itu lebih cepet dari kakaknya, jadi V itu bisa jalan 10 bulan. Kalau ngomongnya

G1, G2, PSC1 G2 PIP3 F4

Inatensi (V tidak bisa fokus pada satu kegiatan). Hiperaktivitas (V tidak bisa diam). Akademik (V bisa mengingat hafalan). Riwayat gizi V waktu kecil. Hiperaktivitas (V tidak bisa diam). Masalah dengan orangtua (V merusak fasilitas rumah). Kondisi lingkungan (mamanya memaklumi kondisi V). Riwayat perkembangan

Page 35: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

210

Jadi kemampuan bicaranya dari usia berapa Bu? Terus kalau disini ada yang sepantaran sama V gak Bu? Berarti V sama kakaknya akur banget ya?

memang agak telat, jadi kalau kata orang tua memang kalau jalan, jalan dulu, kalau ngomong, ngomong dulu. Ini masih cadel, terutama “K” sama “NG”, “K” itu jadi “T”. Kalau “R” itu malah dia sudah bisa (ibunya meminta V untuk mengucapkan huruf R “bilang R coba dek, V pun langsung mengatakan huruf R). Tu dia malah sudah bisa, jadi dia kadang-kadang kakak-kakak, nanti kalo bisa ngomong kakak, dibeliin Mama mainan, kamu pilih apa terserah, cuman harus tetep dilatih, K sama NG, NG itu nanti dibaca N sama dia. Kakaknya ini juga lumayan aktif, tapi karena cewek, jadi lebih bisa ngontrol, karena sudah agak ndolor juga sih kakaknya. Kalau adiknya ini kalau dibilangin malah kayak disuruh, jadi semakin kita bilang “adikk”, semakin terus, tapi kalau kita biarin, dia capek sendiri, dia berhenti. (Ketika V sedang memanggil kakaknya “Ta”, Mama-nya langsung melihat V), tu dia bilangnya “Ta”. Dia luar biasa rasa iba-nya, empatinya dia luar biasa, misal saya kalau pas lagi Sholat, kita kadang-kadang perempuan kan suka sensitif kan, kadang kita kan nangis, dia tau-tau ngambil tisu, terus dilap gitu, empatinya memang luar biasa. Jadi kalau adik, semakin kita dikasar, dia semakin enggak ngeh. Adik gak kasian sama Mama ya? Iya mah iya. Ngomongnya satu tahun lebih dikit, tapi kalau ngomong Mama, Papa, yang standar gitu, dari awal bisa, dari umur satu tahun itu sudah bisa. Gak ada, jadi pulang sekolah, jadi keluar itu kalau pas berangkat sekolah saja, keluar berangkat, pulang masuk, dah di dalem rumah terus, ya mainnya di dalam kamar, di depan sini (sambil menunjuk ruang TV). Kadang kalau pas ada orang keluar, ada orang keluar di jalan, dia keluar naik sepeda, dia merasa ada temennya di luar gitu mbak. Sepedaannya sekitar sini? Ya paling sekitar sini saja. Kalau disana-sana kan jalannya gitu mbak (jalannya turunan). Kakanya dulu pernah jojorog tu, jatuh. Itu sendirian? Jadi gini, sama penbantuku yang sebelum ini, ngajak anak-anak kesana ke gang belakang, diturutin, diikutin, nah Mbak-nya kan jalan di belakang, dia gak bisa mengendalikan, ga bisa ngerem, eh remnya blong, jadi emang sepedanya jarang dipakai juga, terus jatuh. Gak juga, kadang suka berantem juga. Kadang rebutan apa ya biasa, saling milik lah, apa yang dipegang kakaknya, adiknya pengen pegang juga, apa yang di pegang adiknya, kakaknya ya pengen. Tapi so far

PIP3 PIP1 PSP1 PIS2 F4

berjalan dan bicara. V hingga saat ini masih cadel huruf K dan NG. V masih suka tidak peduli kalau diberitahu. Interaksi dengan ibu (V memiliki rasa empati kepada mamanya). Perkembangan bicara V. Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan bermain atau naik sepeda). Masalah dengan saudara kandung (rebutan mainan). Kondisi lingkungan

Page 36: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

211

Berarti sekarang boboknya sama kakaknya?

kakanya sih sudah bisa momong. Kalau Papa-nya tu jarang di rumah, jadi sebisa mungkin kalau pas Papa-nya gak di rumah aku bisa jadi peran ganda buat anak-anak, atau mungkin papanya jarang dirumah anak-anak jadi mungkin bergejolak juga kan sama Mama-nya, apalagi Mama-nya kan kalah. Jadi Papa-nya memang jarang di rumah. Berarti Papa-nya tugas malam terus? Gak juga, jadi 1x24 jam, pagi sampai besok pagi. Kadang gak tetap, jadi kalau lagi ada kasus yang belum selesai, jadi harus ditangani sampai selesai, jadi sampai malem lagi. Jadi V itu kan sebenarnya membutuhkan sosok figur seorang ayah laki-laki. Ya kalau Papa-nya ya kayak gitu, karena lebih dominan (V dimarah oleh Papa-nya karena main pintu gerbang). Ya aku juga bilang sama Papa-nya, seperti pertanyaan anak-anak “ini kan udah hari Minggu Ma, tapi Papa kok gak di rumah?”. Kan dikiranya kayak saya, Sabtu Minggu kan libur, tapi kan kalau Papa-nya gak bisa. Jadi aku kasih pengertian terus ke anak-anak. Tapi aku juga tetep kasi masukan ke suamiku, biar dia juga tahu. Berarti tugasnya di daerah sini? Gak, tugasnya di Ungaran. Berarti ngelaju gitu? Ehemm dan sukanya ya gitu naik motor, apalagi kasian kalau pas hujan gitu. Ini anak-anak baru pisah kamar, tapi baru bulan apa ya kak? (Mama-nya tanya ke kakaknya V), dari bulan Agustus pas Lebaran itu. Soalnya anak-anak udah makin gede, dan pertanyaannya sudah makin kritis. Apalagi aku suka pakai daster, jadi aware-nya ke V, karena dia kan cowok. Dia udah mulai bertanya, dia diajak mandi Papa-nya. Terus dia bertanya, ini apa? ini apa? Iya sama kakaknya berdua. Berarti udah berani bobok sendiri? Kalau mau boboknya masih dikeloni, tapi pas sudah bobok, ya ditinggal. Tapi kalau tengah malem gak bangun? Kadang bangun minta pipis, kadang bangunin kakaknya, dianter kakaknya, anter-anteran berdua, habis itu ya bobok lagi. Kadang “mah..mah”, teriak-teriak gitu manggil. Kadang masih suka takut berarti ya Bu? Mungkin karena mereka berdua suka nonton horor, berbau seperti itu, kayak “Jodoh Wasiat Bapak”. Tapi mereka mungkin karena penasaran ya, tapi penakutnya luar biasa. Tapi ya pinter-pinternya kita ngasi tahu, misal ya setan itu gak ada, itu sebenarnya jin yang berpura-pura menyerupai orang mati. Jadi tak arahkan ke hal-hal yang seperti itu. Kan ada jin jahat dan ada jin baik

PIP3, F4 PPE1, PIP2 PPE1 PSP2 PIP1, F4

(kakaknya bisa momong V). Pekerjaan ayahnya dan ayah jarang di rumah. Masalah dengan orangtua (V jarang berinteraksi dengan papanya). Kondisi lingkungan (mamanya selalu memberikan penjelasan). Relasi dengan saudara kandung (V tidur bersama kakaknya). Relasi dengan ayah (komunikasi dengan papa). Relasi dengan saudara kandung (V tidur bersama kakaknya). Memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV. Relasi dengan ibu (komunikasi dengan mama). Kondisi lingkungan

Page 37: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

212

Ini kan kakaknya lebih siang pulangnya, terus V gimana? Berarti diantar jemput sama Mbak-nya? Tapi kalau ditinggal kerja dia gimana Bu? Terus kalau libur semester gitu gimana Bu?

juga. Jin jahat yang menyerupai orang mati itu, jadi itu bukan hantu atau setan yang menyerupai orang mati. (kemudian Mama-nya bertanya kepada kakaknya mengenai jin baik dan jin jahat). Di rumah, adiknya paling sama Mbak-nya. Nonton TV, kalau Mbak-nya mau ngapain, misalnya mau ke belakang, ya dia ngikut. Berarti dia ngikut kemana-kemana ya Bu? Iya dia ngikutin Mbak-nya kemana-mana (Mama-nya bicara sambil tertawa). Gak, jadi ada marbot yang di masjid bawah itu lo Mbak. Berarti Mbak-nya di rumah terus ya Bu? Ehemm. Berarti mereka berangkatnya bareng kan ya? Iya bareng, pulangnya aja yang beda..nanti itu gedenya juga bareng itu Mbak (Mama-nya tertawa). Lebih gede adiknya malahan. Iya itu aja kelas satu udah tinggi. Gedenya bareng, entar rumah jadi sepi, sekarang rame berantakan semua, nanti kan jadi sepi. Iya itu pasti berasa banget ya Bu? Iya yang berasa Mama-nya, kalau Papa-nya dines terus, Mama-nya berasa, di rumah ngapain ya (Mama-nya sambil tertawa). Oh sudah terbiasa. Justru malah kalau ditinggal pergi-pergi gini misalkan mau keluar sama Papa-nya gitu kan, nah baru kelayu “ikut…ikut”. Tapi kalau kerja enggak. Kalau libur semester itu kan tergantung, kan saya berdasarkan Papa-nya libur, kalau bisa pergi, ya pergi (Mama-nya tertawa), kalau gak, ya di rumah melakukan aktivitas. Kan kadang itu Mbak, aku beliin, kan kantor aku deket sama Satria, Ratu Paksi (Mama-nya tiba-tiba menegur V), eee apa manik-manik, apa pernak-pernik lucu, nanti beli, kayak bikin keterampilan, kayak dari batang es krim. Tapi kakaknya seneng kalau disuruh bikin-bikin kayak gitu. Kalau adiknya mainan (mama-nya tertawa), cepet bosen gitu, itu kalau anak yang kinestetik ya gitu Mbak, gerak terus. Kalau disuruh diem malah susah. Aku itu masih mencari, dia itu lebih prefer kemana bakatnya, masih tak gali terus, masih bingung, gambar rata-rata, kan ada anak yang suka sekali gambar dan gambarnya itu beneran bagus, mewarnainya bagus, tapi ini (sambil memeluk V) biasa aja. Pengennya ngikutin les ini itu, tapi aku gak bisa antar jemput, jadi ya solusinya guru dateng kerumah, jadi bisa ngontrol. Kalau adiknya beda metode sama kakaknya. Pernah aku coba les dari satu jam itu yang

PSP 2 PSP1, G2 G1 PIP1 G1, G2, PSC1

(mamanya selalu mengarahkan). V memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV. Ungkapan perasaan kesepian mamanya ketika nanti anaknya sudah besar. Inatensi (tidak suka kegiatan yang mengandalkan ketelitian). Relasi dengan ibu (ibunya memeluk V). Inatensi (sulit fokus, beralih aktivitas). Hiperaktivitas

Page 38: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

213

Berarti gak ada anak kecil yang sepantarannya ya di sekitar sini?

efektif hanya 25 menit, yang 35 menit itu entah dia bermain, mogok, segala macem, jadi kan malah rugi. Berarti dia bener-benar gak mau gitu? Eee..jadi udah ah capek, jadi maunya mainan terus, jadi kayak ini tadi, selingannya itu lebih banyak, lebih banyak mainnya. Dia masih bisa ngikutin pelajaran, walaupun banyak gerak. Dia adaptasinya lumayan cepet dia, jadi waktu awal-awal masuk itu, Bu Har sempet mau ditali kursinya kan, karena kan gak bisa diem Mbak, gerak terus, tapi lama-kelamaan, aku di rumah juga kasi perhatian “adik bukan TK, kalau adik masih di TK mungkin masih bisa belajar sambil bermain, kalau di SD udah gak boleh, kalau adik main, nanti malah disuruh di luar. Pernah dulu suatu ketika karena Bu Har saking jengkelnya ya, V disuruh keluar, gurunya bilang “kamu tak suruh keluar lo?”, terus V jawab “iya,iya aku mau disuruh keluar” (Mama-nya bicara sambil tertawa), dia disuruh di luar malah seneng lari-lari di lapangan. Mau ditali tapi kan Bu Har itu kan cuman bercanda, tapi kadang ngeliat V jadi geli. Ini anak disuruh keluar kok malah seneng, itu padahal kan punishment, tapi menurut V dia malah bisa bebas, karena gak disuruh duduk. Makanya aku bilang, V ini cocoknya sekolah alam. Sekolah alam itu cocok banget buat dia, tapi jauh dari sini. Kalau V kayaknya pas ya ikut karate, karena melibatkan fisik yang banyak gerak. Renang? Tapi kalau renang gak ada yang nganter Mbak, sebenernya ada, disini deket kan sama Water Blaster, tapi Mama-nya gak bisa renang, Papa-nya juga gak bisa renang (Mama-nya tertawa), ga ada yang bisa ngelatih. Pengen ngiikutin ini itu, tapi kendalanya ya itu gak ada yang nganter. Eyangnya rumahnya deket sini sebenernya, kalau Mama-ku belum purna, belum pensiun, jadi masih aktif ngantor. Paling kalau main ya ke rumah Eyangnya di bawah (Mama-nya tertawa). Berarti kalau jalan kaki deket juga apa jauh? Turun terus naik, ya sebenernya deket kalau datar, karena turun terus naik, itu jadinya lumayan ngosngosan, kalau di rumah neneknya, ya di dalem rumah terus (Mama-nya tertawa). Kita sekalinya pergi, ya langsung jauh Mbak, misalnya ke Mall atau kemana-kemana. Tadinya yang di rumah pojokan itu ada, tapi cowok-cowok yang sepantarannya dengan kakaknya. Nah ini Papa-nya jam segini baru berangkat. Mama-nya bertanya kepada Papa-nya “entar pulang malem

G2, F4 PSC3 F4

(banyak gerak). Akademik (mampu memahami pelajaran). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (mamanya memberikan pengertian kepada V). Masalah di sekolah (V dihukum oleh gurunya). Kondisi lingkungan (mamanya sudah memahami kondisi V).

Page 39: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

214

Berarti kalau belajar atau bikin PR gitu sama Ibu?

Pa? Papa-nya menjawab “ehemm”. Ini lebih lengketnya sama Papa-nya (Mama-nya sambil menunjuk kakaknya). (V membawa majalah Bobo, dia melihat gambar-gambar yang ada di majalah itu). Kemudian Mama-nya bilang sambil menunjuk gambar yang ada di majalah “nah kalau ada yang begini lebih prefer dia, kalau ada tokoh superhero-nya”. Dia imajinasinya luar biasa. Jadi apapun yang dia pakai, semisal tas yang dia pakai, sarung kan dipakai, dibantengin disini (Mama-nya sambil memperagakan, dibagian punggungnya), terus dia pakai topeng, pake pedang disini, kayak jubah. Terus kardus dipake di tangan, pake disini dan disini (sambil memperagakan di tangan kanan dan kiri), Itu bikin sendiri? Iya, terus nanti dia ceritanya terbang. Aku tu masih terus mencari dia bakatnya dimana, masih belum kelihatan, tapi yang ku tau imajinasinya luar biasa. Dia kalau hafalan juga cepet Mbak. V itu auditori dan kinestetik. Mama-nya memperingatkan V “V jangan kenceng-kenceng” (V juga dimarah oleh Papa-nya, karena menutup pintu gerbang dengan keras, kemudian V menghampiri Mama-nya dan memeluk Mama-nya dari belakang). Papa-nya langsung berkata “kamu gak denger Papa ngomong kok”. Mama-nya memberitahu V “dek, kamu jangan banyak gerak lo, nanti kamu pilek, nanti kamu kecapekan, nafasmu bunyi ngik..ngik lagi”. Eheem, jadi belajar itu kalau V gak ada PR jarang belajar, tapi secara gak langsung misal aku tanya gitu kan, tak pancing, dia cerita dia di sekolah ngapain aja, dapet apa, aja, dia cerita, kalau gak belajar, tak pancing dia. (mama-nya tanya kepada V “kok pake ngelimpe Papa gak ada? emang gak boleh main?”, V pun menjawab “gak boleh”, Mama-nya jawab lagi “ya gak boleh gitu, gak boleh karena apa? Papa gak ngebolehin karena apa? Disuruh belajar?. V menjawab “enda”, Mama-nya jawab lagi “terus?”, V pun tidak menjawab, tetap asyik bermain lego). Suka bawa mainan ya Bu? Di sekolah juga bawa mainan ya? Iya Mbak, tapi kalau ketahuan sama aku Mbak, kalau misal pagi-pagi dia pas mau berangkat gitu, kadang tak geledah dulu tasnya, tapi kadang masih kecolongan juga. Kalau bawa alat di tulis ke sekolah gimana Bu? (Mama-nya tertawa sebelum menjawab) Dia kalau aku bawain yang bagus-bagus, kadang aku bawain dia pensil itu dua, karena aku mikirnya gak aku bawain rautan, jadi kalau yang satu patah, kan dia masih bisa nulis pakai yang

PIP3, G2 PIP1 G1

V suka tokoh superhero. Suka berimajinasi dengan menggunakan barang yang ada di sekitarnya. Masalah dengan orangtua (V tidak mendengarkan peringatan dari orangtuanya). Hiperaktivitas (V banyak gerak). Relasi dengan ibu (mamanya mengajak V komunikasi, menasihati). Inatensi (V seringkali meninggalkan alat tulisnya dan menggunakan buku tulis

Page 40: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

215

Berarti Papa-nya memang jarang dirumah ya Bu?

satunya, aku sih mikirnya gitu. Pensil dua, penghapus, penggaris, pulang pensilnya tinggal satu itupun bukan punyanya dia, ya entah pensil siapa, ya pensil dia gak ada, gak tahu mungkin tuker-tukeran kali sama temennya. Temennya bawa pensilnya dia, dia bawa pensil temennya, aduhhh ini gimana. Penggaris sudah beberapa kali hilang, penghapus juga bawanya baru, pulang-pulang jelek dan kecil, entah itu penghapusnya siapa. Itu hampir setiap pulang sekolah seperti itu atau gimana Bu? Ya sering banget seperti itu. Kalau bukunya Bu? Kalau buku gak sampai hilang, cuma karena cowok kayak lompat-lompat gitu (Mama-nya tertawa), jadi antara sampul depan sama buku tulis dalemnya lepas, kadang lepas satu, kadang beberapa. Jadi bawanya mungkin gini kali ya (Mama-nya memperagakan, isi buku tulisnya dibawa dengan cara ditarik). Lha kadang aku binggung juga mbak, dia kalau gak gak pegang gadget memang hiperaktif seperti itulah, tapi kalau pakai gadget serba salah juga. Pengen dia anteng sebenernya, tapi kalau anteng, ya antengnya kalau nonton TV. Nonton TV pun kalau udah iklan dia main (Mama-nya tertawa). Kalau nonton bioskop juga gitu, jadi gini misal, kalau pas lagi seru dia nyimak bener, tapi kalau pas lagi boring, banyak adegan percakapannya, dia kan ga ngerti dan tulisannya cepet, dia akan merasa boring kalau banyak dialognya, jadi dia bergerak, entah dia lihat ke belakang, atau pindah ke depan kalau kosong, pindah ke sebelahnya. Ini lho Mbak, kakaknya ini butuh kasih sayang ekstra, karena waktu kakaknya usia 15 bulan, aku hamil V 2 bulan, jadi pas kakaknya umur 2 tahun, V lahir. Secara mental waktu itu aku juga belum siap, tapi dikasih cepet ya bersyukur. Waktu itu kan aku masih bimbang mau pakai KB apa, pakai KB ini takut, belum sempet KB eh malah jadi (Mama-nya tertawa). Tapi Alhamdullilah kok pas cowok. Ehmm…dulu sebelum di Reserse Papa-nya di Lantas, pas di Lalu Lintas sering di rumah. Terus mungkin ada fase dia bosen kali ya, orang dia dari pertama dines sudah di Lantas, jadi mungkin dia pengen belajar di Reskrim. Semakin menikmati pekerjaannya semakin kurang peduli dengan keluarga, sebenarnya aku selalu ingetin juga, ya boleh sih, cuman kalau dia sudah bilang kamu dulu nikah sama aku waktu pas sidang nikah kan sudah diberitahu, tugas Negara itu nomor satu.Yaaa (Mama-nya

G1, G2

tidak secara beraturan). Inatensi (V tidak bisa fokus pada satu aktivitas). Hiperaktivitas (V tidak bisa diam, pindah tempat). Jarak usia V dengan kakaknya hanya selisih 2 tahun. Kekurangsiapan mamanya saat hamil kedua (hamilnya V). Papanya kurang peduli dengan keluarga, karena itu adalah resiko dari pekerjaan papanya.

Page 41: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

216

sambil tertawa), dulu waktu sebelum menikah di KAU memang sudah dikasih tahu semua, jadi memang harus sudah siap, ya konsekuensinya, resikonya memang begini. Kadang aku mikir, aku harus apa ya (Mama-nya tertawa sambil bilang “curcol”), kayak harus lebih tangguh daripada wanita yang lain, karena kan aku harus peran ganda, pagi juga aku harus kerja, pulang sore. Jadi aku gak hanya sekedar memenuhi kebutuhan anak-anak, tapi juga harus mendidik, ngasih tau hal boleh dan gak boleh, kadang aku kan juga capek, kadang kan harus menjelma menjadi sosok yang pemarah (Mama-nya tertawa). Kalau tegas aku kan harus belajar dari Papa-nya, karena kita Ibu ya, jadi kalau Ibu itu lebih gak tega, kadang minta beli-beli, kadang kita masukin ke hati, sebisa mungkin kalau sudah bisa dituruti, tapi gak pernah Alhamudillah anak-anak gak pernah minta barang diluar batas kemampuan orangtuanya. Misal minta mainan, terus saya bilang mahal, Mama gak bawa uang segini, ada uang segini, tapi nanti adik gak bisa beli susu, jadi aku jujur langsung, tak kasih tahu. Dia mau ganti, terus dia bilang “kalau yang ini Mah, kalau yang ini untuk anak perempuan, terus tak arahin “kalau yang ini aja gimana? ini lebih bagus ini, malah bisa gini…gini”. Gak sampai yang, kan ada anak yang harus, sampai nangis. Saya beliin mainan pun gak yang mahal-mahal, yang harganya relatif murah tapi variatif. Jadi yang ini…yang ini…yang ini, ada beberapa macam. Kalau dia tak kasih mainan yang edukasi boring. Misalkan, balok gitu ya, sekali, dua kali, tiga kali mau, terus dia sudah bisa, ya sudah gak mau dimainin lagi. Kalau mainan ini (Mama-nya sambil menunjuk robot dan lego), mainan mobil-mobilan itu kan dia gak ada bosen-bosennya, kalau lagi kepengen, ya dia mainan. Kalau mainan lego ini soalnya baru, jadi mainan yang paling barulah yang dipegang terus, nanti ini sampai tidur ya dibawa. Jadi dia tak suruh naruh ditempatnya, ya dia gak mau, nanti pas dia tidur baru saya pindahkan. Tapi ada gak Bu satu mainan yang bener-bener disayang? Mmmmm gak ada, rata-rata semua, jadi kalau masih baru, ya biasa lah kalau mainan masih baru, dipakai mainan terus. Yang paling disukai ya itu Mbak mobilnya (Mama-nya menunjuk ke arah rak yang ada kumpulan mobil Hotsheels), itu dari awal beli sampai sekarang masih dipakai buat mainan terus, tapi ada beberapa yang sudah hilang, dibawa ke sekolah hilang ya juga ada,

PIP1 G1, PSP1 G1

Kebingungan mamanya yang seorang diri dalam mengasuh dan mendidik V, serta kakaknya. Relasi dengan ibu (mamanya komunikasi dan memberikan pemahaman). Inatensi (mudah bosan), Aktivitas (V memanfaatkan waktu luang dengan bermain). Inatensi (V sering menghilangkan barang-

Page 42: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

217

Bu, kemarin kan sudah UTS, terus untuk nilai-nilai UTS-nya gimana Bu? Terus kalau untuk pelajaran Matematika, hitungan gitu gimana Bu? Kalau kemampuan bahasanya gimana Bu?

sebenernya udah ada duapuluhan lebih, tapi itu tinggal tigabelas. Nilai UTS-nya Alhamdullilah, kadang aku mikirnya juga kayak gini Mbak, kok anakku bisa ya ngerjain (Mama-nya tertawa). Bukan ngeremehin, enggak, cuman niat dan cara belajarnya V itu malam hanya setengah jam atau sejam, itu udah paling fokus, itu dipaksa-paksa lagi udah gak mau. Kalau di rumah itu nontonnya kartun, terus nanti maleman dikit nonton “Jodoh Wasiat Bapak”, jadi itu film religi gitu Mbak di ANTV. Jadi misal, orang ini semasa hidupnya itu sombong, kikir, segala macem, nanti meninggalnya susah, terus nanti disamping susah nanti ada kayak azab, hukuman dari Allah, apa mungkin jenazahnya bau busuk, kuburannya keluar air. Jadi sebenernya ada sisi positifnya juga, tak masukin disitu, makanya jadi anak itu gak boleh sombong, gak boleh pelit, nanti kuburnya juga kayak gitu, kena azab dari Allah. Ya tak ambil sisi positifnya itu, tapi banyak sisi negatifnya juga sih, jadi takut. Hitungan dia tambah-tambahan udh ok, pengurangan yang masih agak, kadang ketuker sama tambah, jadi seharusnya dikurangin tapi dia keasyikan penambahan ditambah. Jadi eemm (Mama-nya memanggil V “dek…dek”, V hanya menjawab “hemm”. Kemudian Mama-nya memberi soal cerita hitungan “Mama punya permen sepuluh ya kan, V?” V pun menjawab “hemmm”, Mama melanjutkan soalnya “terus diminta kakak tiga”. V pun langsung menghitung menggunakan jarinya dan menjawab “tujuh”). Kalau soal cerita gitu bisa, cuman kadang masih bingung ee apa namanya mencongak, kadang sih gak selalu salah, kadang salahnya sih masih ditambahkan, bingung dia, karena lebih enak soal cerita, misal kalau ada PR duapuluh lima dikurang enam (25-6) pakai angka gitu, aku bikin soal cerita ke dia, ni kakak punya buah jeruk 25, misalkan aku ngitungnya pakai apa gitu biar jumlahnya 25, terus diminta Mama enam, jadi berapa? Terus dia jawab segini, ya dia bisa. Tapi soalnya harus dibuat cerita sama dia melihat demo-nya. Berarti pakai tangan gitu ya Bu? Ehmmm… Kalau bahasa sehari-hari Bahasa Indonesia di rumah. Cuman tiba-tiba, ini baru mulai SD ini kan temennya rata-rata pada pakai Bahasa Jawa, dia jadi kenal Bahasa Jawa. Kayak kata ora ah. Mungkin karena ada pelajaran Bahasa Jawa juga. Soalnya saya di rumah gak pernah ngajarin

G1 PSP2, PIP1 PSC1 F4, PIP1

barangnya). Inatensi (perhatian mudah teralihkan). V memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV. Relasi dengan ibu (mamanya selalu mendampingi V ketika menonton TV). Akademik (V sudah bisa matematika sederhana, seperti penambahan dan pengurangan). Kondisi lingkungan (mamanya paham cara belajar V). Relasi dengan ibu (mamanya mendampingi belajar). V menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.

Page 43: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

218

Terus kalau perkembangannya V ada masalah gak Bu?

gitu Mbak, mungkin karena udah keenakan, ya itulah anak zaman sekarang, beda sama anak zaman dulu, zaman dulu kayak aku dididik sama Papa-ku itu, sama orangtua tu ngomongnya “Pa, sampun dahar?”, kalau anak sekarang diajarin kayak gitu kayaknya aku juga ngajarinnya kok rada aneh gitu, “Ma, udah makan?”, jadi memang ngerasanya kayak sama temennya, tapi karena udah kebiasaan ya. Ya kadang aku juga bilangnya “Dek, Mama makan dulu ya?”, atau bahkan bilangnya maem gitu, terus dia juga nanyaknya “Mama udah makan?”. Tapi kalau dia, misal lewat di depan orangtua tak ajarin amit atau permisi. Terus kalau ada orangtua duduk dan dia lewat di depannya gitu ya dia bilang amit, permisi. Ya kadang ya aku ngajarin kayak amit, dahar, ngunjuk. Tapi di rumah saya gak terlalu ngajari, jadi ya itu lah salahnya (Mama-nya tertawa). Kalau dia lagi pengen sesuatu, misalnya kakaknya bawa apa gitu, terus dia pengen punya kakaknya, terus dia gimana Bu? Kadang dia bilang pinjem, kadang juga enggak. Saya pikir, kadang kakaknya gak mau minjemin, nah dia langsung sabet, langsung diambil gitu. Tapi ngambilnya sambil nunggu kakaknya lengah dulu (Mama-nya tertawa). Ya akhirnya, mereka kejar-kejaran, terus nanti jadinya mereka berantem, ya seperti itu lah Mbak. Terus udah sering tak bilangan agar bilang pinjem, kalau kakak yang punya gak mau minjemin, ya tunggu sampai kakakmu mau minjemin, jangan diserobot. Ya aku sering ajarin kayak gitu, cuma karena anak-anak, jadi kadang udah diajarin terus dia bilang “iya..iya”, terus nanti dia lupa. Jadi harus terus diajarin. Gak ada, ini yang V ini aku malah ngebo banget Mbak. Ngebo itu apa aja masuk, pas itu aku kuliah malahan. Aku nikah kan pas aku masih kuliah, waktu nikah itu sekitar semester lima atu enam gitu, jadi umur pas nikah itu sekitar umur 23 awal gitu. Kan aku sekolahnya telat satu tahun. Terus pas V lahir itu masih kuliah juga? Iya masih, aku sempet cuti soalnya satu tahun, pas aku hamil gede, masih ASI kakaknya pas enam bulan pertama. Setelah itu, aku lanjut lagi, harusnya lulus lima tahun, tapi malah enam tahun (Mama-nya tertawa). Berarti pas tugas akhir pas lagi hamilnya si V? Enggak, V udah lahir. Jadi V belum ada satu tahun, aku sidang skripsi, aku ujian kompre, posisi aku nunggu giliran sambil pumping, jadi pas itu masih nyusuin. Kalau gak di-pumping kan sakit ya.

G3, PIS2, F4

Impulsivitas dan Masalah dengan saudara kandung (suka mengambil barang kakaknya tanpa izin). Kondisi lingkungan (mamanya selalu menasihati V). Riwayat kehamilan dan postnatal V.

Page 44: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

219

Berarti memang gak ada temen mainnya ya sekitar sini? Berarti waktu pertama kali masuk SD gak masalah? Pernah gak V ditinggal lama sama Ibu?

Dulu aku udah mau stop aku, udah gak sanggup. Aku gak sanggupnya itu kan karena udah akhir-akhir gitu, tinggal skripsi kan males kan ya Mbak, apalagi revisi…revisi mulu kan (Mama-nya tertawa). Kita jadi kurang informasi juga Mbak, kan temen-temen udah pada hilang kan ya, sama adik kelas gak akrab. Itu aja aku sampai transfer kan, bukan transfer, tapi apa sih, jadi daripada aku di DO, jadi waktu itu kan di deadline satu semester, semester depan harus sudah selesai semua, nah aku gak sanggup karena aku udah punya anak, eh aku udah punya anak satu dan lagi hamil. Dan akhirnya, daripada aku di DO, karena di-deadline aku gak sanggup, daripada nanti aku dah nyanggupin terus pas sudah saatnya aku gak bisa. Kan posisinya aku udah jadi istri dan ibu juga, jadi mending aku ngundurin diri, dari Undip terus aku hijrah ke Untag, tapi tetep sama-sama Sastra Inggris. Terus di Untag kalau cuma satu semester, aku gak bisa, jadi satu paket itu setahun. ya itu pas posisinya nyusuin V dan harus berjuang apalagi Bahasa Inggris kan ya, jadi pemikirannya harus double, jadi sambil mikir, ini Bahasa Inggris-nya apa. Jadi hamilnya V pas saya umur 25 tahun, 23 tahun nikah, 24 tahun anak pertama, 25 tahun lahir anak kedua. Gak ada, Tapi dulu sempet ada anak kecil juga disini, tapi temennya itu masih kecil. Jadi mainnya, jadi kalah-kalahan terus Mbak. Tapi waktu V masih kecil memang sudah banyak gerak Bu? Mmm..iya. V ini lebih cepat beradaptasi, lebih komunikatif. Kakanya sama kayak aku, jadi kalau orang Jawa bilang ditutuk baru mau ngomong. Jadi kalau aku ngerasa udah nyaman sama orang ya kayak gini ya baru cerita (Mama-nya tertawa), jadi awalnya memang harus dimulai dari pihak kedua dulu yang bertanya. Kakaknya ini kayak aku, kalau V kayak Papa-nya, kalau Papa-nya cepet banget bergaul, seneng membaur. Enggak, jadi gak harus ditungguin. Dari TK udah gak ditungguin, jadi cuman dianter, udah masuk terus ditinggal. Pernah, paling lama tiga hari, karena aku dinas kantor ya. Terus kalau ditinggal lama gitu gimana Bu? Ya video call terus. Terus di rumah sama siapa aja Bu? Sama Mbak-nya, kalau malem sama Papa-nya kan Papa-nya waktu itu masih di Lantas. Jadi malem kan tidur di rumah, kalau malem dikelonin sama Papa-nya. Paling kalau pagi sampai sore sama

PPE1 PSC2 PIP1, PIP2

Saat hamilnya V, mamanya berusia 25 tahun. Relasi dengan teman sebaya (V mudah beradaptasi dan komunikatif). Di sekitar rumah tidak ada teman sebaya. Sosial di sekolah (V beradaptasi). Relasi dengan ibu (tetap komunikasi dengan ibu walaupun sedang berjauhan). Relasi dengan ayah (saat mamanya tidak di

Page 45: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

220

Mbak-nya. Berarti sama Mbak-nya sudah deket juga ya Bu? Ehmm…jadi Mbak-nya ini baru mau setahun, jadi sebenernya udah sering ganti, jadi baru setahun sudah ganti, biasa lah pembantu kalau udah setahun pindah, tapi kalau Mbak yang ini baik anaknya. Tapi ini besok April dia mau nikah, jadi Maret udah bilang, dia bilangnya udah dari jauh-jauh hari. Jadi ya gitu, kalau ganti, anak-anak harus adaptasi baru lagi. Tapi kalau gak ngajak pembantu, suamiku juga gak bisa diandelin, maksudnya pulangnya gak pasti, karena jadwal kerjanya kan gak tentu. Jadi aku harus sering ngalah, seperti pulang awal, jadi mau gak mau, soalnya sebenernya itu memang peran aku juga (Mama-nya tertawa). Jadi urusan kantor tetep tak kalahanin, aku lebih baik izin, lebih baik aku siap-siap dimarahin sama atasan daripada ninggalin anak. Berarti Ibu kerjanya setelah nikah? Gak, jadi begitu lulus, aku baru kerja. Ibu kerjanya dimana? Di BPPD, Badan Pengelola Pendapatan Daerah, Pemprov. Begitu lulus ya saya langsung kerja. Berarti waktu kakaknya lahir, Ibu belum kerja ya? Ehmmm…jadi pas V baru umur 1 tahun lebih udah aku tinggal kerja, tapi masih tetep ASI. Berarti ASI-nya pakai dot gitu ya Bu? Gak mau di-dot, jadi ASI-nya disendokin, itu dari kecil kayak gitu. Dia baru mau ngedotnya itu dah telat, pas umur berapa ya itu, pas umur 3 tahun kayaknya. Dan itu untungnya cuma sebentar tok, jadi ngelepasnya cepet. Kan kadang ada yang susah dilepas. Begitu TK udah lepas dot dia. Dia itu masuk Play Group itu pas umur 4 tahun, terus dia lanjut TK. Aku tu mikir juga mbak, aku disisi keibuanku, aku tak gak kerja aja, tak berkorban, aku pengennya tuh didikan mereka gak kecampur sama didikan Mbak-nya, tapi ya gimana. Karena aku ngerasain dari bayi ditinggal Mama, yang ngerawat aku. Tapi kalau Mbak yang ini sih lulusan SMA, kadang dia yang ngajarin V bikin PR, kadang aku kan lagi nemenin kakaknya. Kalau gak kadang kebalikan, aku ngajarin V belajar, Mbak-nya ngajarin kakak bikin PR. Makanya besok Mbak-nya pulang, saya rodo kehilangan, karena nanti saya harus nyari lagi yang bener-bener bisa gantiin, meskipun gak bisa gantiin seperti aku, tapi bisa gantiin peran pas aku gak lagi di rumah, kayak bilang-bilangin, nasihatin.

rumah, V tidur dengan papanya). Setiap ganti pembantu, anak-anak harus beradaptasi lagi. Kebingungan mamanya apabila tidak memiliki pembantu, karena papanya sibuk kerja. Saat V berusia satu tahun, minum ASI-nya tidak mau menggunakan dot, sehingga minum ASI menggunakan sendok. V sekolah Play Group usia 4 tahun, kemudian lanjut TK. Kebingungan mamanya tetap bekerja atau tidak, karena mamanya ingin mendidik anaknya sesuai dengan caranya sendiri. V terkadang belajar dengan pembantunya. Mamanya merasa kehilanga, karena pembantunya mau pulang kampong.

Kemarin kan sempet wawancara juga, saya mau

Waktu hamil V itu biasa aja malah cenderung ke-ngebo ya kalau orang bilang, jadi ngebo itu kalau soal makanan apa aja masuk, terus malah

Riwayat kehamilan.

Page 46: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

221

nanya lagi yang masalah tentang waktu hamil V itu bagaimana? Terus waktu proses melahirkannya bagaimana Bu? Waktu itu berapa jam menunggu bukaannya? Terus kalau dilihat dari pekembangan V dari lahir sampai sekarang gimana Bu?

rajin, biasanya kan kalau hamil anak cowok kan katanya males gitu kan, ini malah rajin, masih kuliah dan naik bis, ya karena masih merasa punya beban, jadi semangat pakai banget (Mama-nya tertawa). Jadi pengennya V belum lahir udah kelar, tapi ternyata kelarnya pas V udah lahir. Jadi V masih nyusu waktu itu, masih ASI. Pas melahirkan, jadi perbandingan antara kakaknya dan adiknya, memang lebih mudah adiknya. Memang mungkin karena sudah anak kedua, jadi lebih mudah adiknya. Itu lahirnya normal? Iya normal dan sebelum lahiran itu, emm…begitu masuk rumah sakit, adikku kan ahli bidang hypnobirthing, aku di hypnobirthing dia, jadi gak tahu juga mungkin karena tersugesti itu, jadi antara lahiran kakaknya dengan adiknya, lebih cepet adiknya. Mmmm…berapa jam ya, waktu itu bukaan empat (Mama-nya sambil mengingat dan menghitung dengan jarinya), masuk bukaan empat itu mau jam setengah dua belas malem, lahir itu jam tiga. Jam 3 pokoknya setelah baby nangis itu, kan pas puasa itu ya mbak, jadi orang-orang pas pada sahur, dia lahir. Jadi lahirnya itu dua hari sebelum Lebaran, jadi aku pulang ke rumah siang, malemnya Takbiran. Jadi melahirkannya lebih gampang, mungkin kebetulan karena anak kedua, apa karena pengaruh hypnobirthing-nya. Waktu lahiran kakaknya ini, adikku masih belum menguasai. Jadi sekarang V deket banget sama Om-nya, dari hamil sudah disugesti, mungkin sudah sering diajak ngomong Om-nya ya, jadi dia deket sama Om-nya. Karena sudah ada yang lebih dulu aku lihat perkembangan daripada ini kan, kakaknya, tapi aku ya gak di depan dia membandingkannya, hehehe… memang cowok sama cewek beda, jadi memang dari bisa jalan memang ndak bisa diem. Mmm…kalau dilihat dari perkembangannya, dia jalannya lebih cepet, umur 10 bulan itu dia melewati merangkak, jadi dia tu gini, terus gini, duduk terus rambatan (Mama-nya memperagakan awal V bisa berjalan, jadi dari posisi merangkak, terus duduk, berdiri langsung jalan cepat). Jadi gak merangkak? Ya merangkak cuman, tapi gak tahu, pokoknya cuma sebenetar tok, jadi gak lama, pokoknya rambatan, berdiri, kalau ada tembok ya dia rambatan terus berdiri. Misalnya jalanpun gak selangkah, dua langkah gitu gak, dia begitu berdiri langsung lari, jadi

Riwayat kelahiran V. Melahirkan secara normal dan dibantu dengan hypnobirthing. Proses saat melahirkan. Riwayat perkembangan V dari tahap merangkak hingga berjalan. V hanya sebentar melalui tahap merangkak.

Page 47: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

222

Kalau tahap tengkurap dia gimana Bu? Terus kalau dilihat sampai sejauh, V di sekolah gimana Bu? Terus kalau dilihat dari nilai-nilainya selama ini gimana Bu?

langsung kayak gini (Mama-nya memperagakan lagi, jadi jalannya lari, tapi kaki agak jinjit dan badannya lebih condong ke depan), kan saya takut kan Mbak, takut jatuh. Kalau kakak-nya dari satu langkah, dua langkah, kakak-nya, jadi aku jaga disini, Papa-nya jaga disana. Jadi beberapa langkah tek..tek..terus ditangkep sama Papa-nya. Berarti dulu V gak ditatih ya Bu? Ya gak ditatih Mbak, jadi memang belajar sendiri, dia memang pecicilan dari bayi (Mama-nya tertawa). Dia umur…ehh…pas dia keluar dari rumah sakit itu dah gak mau dibedong, sudah gini terus (Mama-nya memperagakan dengan menggerak-gerakkan badannya), lepas terus kok kalau dibedong. Akhirnya, kan ya udah cuman diselimutin aja. Kurang lebih seminggu, tidurnya udah miring kayak anak gede, tidur miring terus tak kasih guling ,kayak meluk gitu,kan miring. Kalau dari awal TK, pertama kan di PAUD, di PAUD kan masih banyak mainannya, itu gak tak masukin, kalau TK itu, caranya dia belajar itu gak bisa cukup lama di meja gitu, guru-gurunya juga ngomong sama aku, jadi kalau V itu, yang udah tak ceritain kemarin, jadi temen-temennya semua pada duduk dengerin, terus dia sibuk ngapain, sibuk mainan sendiri, sibuk entah ada kardus, terus dibuka ujungnya, diginiin (Mama-nya memperagakan kardusnya ditempelkan di wajah), terus disobek pas bagian matanya. Tapi kalau udah diginiin misal sama gurunya “hayo V tadi Bu guru jelasin apa? hayo ngerti gak? baca surat ini, misal surat apa, hadiz apa gitu ya, misal makan”, ya tahu dia, ya dia bisa, kupingnya itu ya dengerin. Nah ini guru SD-nya pun saya pantau dari Bu Har itu, perkembangannya V itu dari awal masuk SD sampai sejauh ini, so far dia sudah lebih mending, dia sudah mulai bisa lebih fokus, lebih anteng, tapi tetep aja itungannya kalau dibandingin dengan temen-temen ceweknya, dia masih tetep kurang fokus ya, temen-temen ceweknya mungkin nulis. Dia itu sama apa, sama apa gitu, tapi bisa kalau ditanya, misal cepet-cepetan jawab gitu kan, hayo kalau ini jawabannya apa? Ya bisa dia. Kalau nilainya, tapi aku gak tahu kalau nilai temen-temennya ya, tapi kalau nilainya V sih, kemarin ada nilai yang 96 ada, terus nilai yang paling jelek kemarin 70 juga ada, nilai yang lain ada yang 80 keatas. Berarti nilai yang paling jelek itu 70, tinggi 96? Ehmmm…tapi itu nilai mid

G2 G1, G2 PSC1 PSC1

Hiperaktivitas (V dari kecil sudah banyak gerak). V waktu masih kecil sudah banyak gerak. Inatensi (perhatian mudah teralihkan). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Akademik (mampu memahami pelajaran). Akademik (V bisa mengikuti pelajaran di sekolah dan nilainya cukup baik).

Page 48: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

223

Kalau Bu Har itu ngasih PR gak Bu? Terus kalau dilihat dari tanggung jawabnya terhadap tugas gimana Bu?

Terus kalau diajak belajar selama les ini gimana?

semester yang kemarin ya, ini semesteran itu aku deg-degan juga. Bu Har itu jarangggg sekali ngasih PR, jadi makanya itu saya juga bingung, ini sekarang aku mulai intens-kan les-nya kan, karena awal Desember kan sudah semesteran, jadi aku mikirnya, aku juga pengen lihat perkembangan dia secara akademik itu. Kalau aku cuma tanya sama Bu Har tok, aku gak puas gitu lo, dia kurangnya tu dimana. Jadi aku bener-bener pas les itu, tak kasi tuntutan gitu, dia juga kan tak belikan LKS-LKS, LKS ini…ini, paling gak dia ngerjaian satu bab…satu bab giliran, jadi nanti aku review, ooo… berarti ini udah diterangin sama Mbak-nya les. Mungkin entar pas semesteran tinggal ngulang gitu kan, mungkin dia masih inget lah. Tapi masih nyeleweng bocah-nya. Tanggung jawab, misalnya tugasnya itu dia ngeberantakin mainan gitu ya, contohnya dia mau mainan, dia baru mau ngambil udah tak pesenin “hayoo…yang ini diberesin dulu baru ambil”, jadi dia beresin yang tadinya dia lakukan apa, baru dia main. Kalau gak, misalkan dia udah ambil mainan banyak gitu to, terus dia mau melakukan apa “hayooo beresin dulu”, terus nanti dibantu sama Mbak-nya. Ya setidaknya masih agak susah sih Mbak, maksudnya kalau dia seratus persen bersihinnya memang masih susah. Berarti masih harus dibantu dan diingetin ya Bu? Iya, tapi kadang agak tak paksa, karena agar dia punya tanggung jawab. Kalau gak agak tak paksa nanti malah kulino, seenaknya gitu, main gak diberesin. Eeee…jadi gini aku bandingin Mbak guru les-nya yan dulu sama yang sekarang, yang sekarang ini dia jauh lebih mending, jadi misal satu jam les-nya, dia efektif bener-bener les itu 45 menit antara 45 menit sampai 50 menit. Dia bener-bener fokus, yang lainnya dia bilang “udah ya…udah ya” terus dia nyambi apa, terus balik lagi. Soalnya guru les-nya biasa ngajar anak SMP, dan baru sekali ngajar anak kelas 1 SD kayak V. Jadi gak tahu kiat Mbak-nya agak apa, dari kalimat-kalimatnya ajakan ke V “ayooo to ayooo to” mungkin agak di-push, maksudnya push disiplin, “ayooo ini dikerjakan dulu”. Jadi lebih tegas, jadi dia ada rasa semacam meskipun rodok kepekso, tapi biar dia bisa belajar lebih fokus. Tak lihat juga, dia jadi bisa lebih fokus. Kalai gurunya yang dulu itu, jadi apa maunya V itu diikutin, jadi V keluar ke ayunan terus guru les-nya ikut ke ayunan. Jadi

F4 F4 G1

Kondisi lingkungan (mamanya memberi perhatian kepada V). Kondisi lingkungan (Mamanya selalu memperingatkan dan mengarahkan V). Inatensi (perhatian mudah teralihkan).

Page 49: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

224

Sejauh ini ada keluhan dari guru kelasnya gak Bu? Terus kalau dia gak ada kegiatan gitu biasanya apa yang dilakukan?

belajar di ayunan, malah dia jadi seenaknya sendiri. Awal-awalnya aja pas dia baru masuk kelas 1, Bu Har itu ngeluh, mengeluhnya itu lebih ke ni anak gak bisa diem, rodok gimana ya, bukannya jengkel ndak, cuman kayak waktu itu nek gak bisa anteng tak tali lho kakinya di kursi, sampai Bu Har bilang gitu, ya tapi itu kan cuman untuk gertakan aja, bair bocahe manut. Terus V dihukum di suruh keluar kelas, dia malah seneng, dia malah minta keluar, malah pilih lari-lari di lapangan, itu kan berarti karena dia memang anaknya yang tipe dia bosen sekali nek disuruh duduk terus gitu. Nonton TV, mainan, kalau gak, misal dari kemarin-kemarin ini tak beliin, aku langganan Bobo sama Mombi, kalau Mombi itu lebih ke ada keterampilan-keterampilan gitu, bikin topeng. Dia utak-atik sendiri, dia bikin sendiri, warnai sendiri atau apa gitu. Terus kalau Bobo-nya itu dia suka juga? Suka juga, dia kadang males baca kan, itu kan kalau di Bobo ada pengetahuan-pengetahuannya juga, ada gambarnya juga, terus dia tanya “ini apa Ma?”, terus saya bilang “adik udah bisa baca, baca sendiri”. Aku memang sengaja gitu, biar dia baca (Mama-nya tertawa). Terus saya bilang “Mama udah beliin ini, ya dibaca”, terus dia bilang “Mama yang ceritain to”, tak jawab lagi “ndak, baca sendiri”. Dia lihat tulisan yang gede doang. Terus kalau lagi nonton TV gimana? Ya gitu tu tadi, kayak jadi apa namanya, disuruh apa-apa susah, diajak ngomong juga conect-nya, terlalu fokus dia kalau nonton TV dan yang ditonton itu kartun. Misal di RCTI sudah selesai ya, ganti langsung, jadi dia cari lagi yang kartun lagi, itu udah habis, cari lagi yang lain. Pokoknya dia menang terus deh. Berarti dia kalau ada waktu luang, lebih suka main apa nonton TV? Bingung jawabnya, dia bawa mainan sambil dipegang, terus sambil nonton TV. Jadi kalau mungkin iklan, dia pegang mainannya. Ya kayak itu to (Mama-nya menunjuk ke arah sofa tempat V tadi nonton TV dan ada beberapa mainannya), mainan ada disitu, tapi dia tadi kan nonton TV, ya gitu. Terus kira-kira dia lebih suka main sendiri atau main sama temennya? Eee…dia kalau main sendiri itu malah anteng, mainan tapi anteng. Kalau ada temennya, misal kakaknya malah ribut terus, malah berantem terus. Ya sebenernya seneng ada temennya, cuman jadi ada lawannya, ada partner berantemnya, ada partner rebutannya.

G2 G2 PSC1, PSC2 PSP2 G1 PIS2

Hiperaktivitas (V di sekolah juga sulit untuk diam). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Aktivitas (V memanfaatkan waktu luang dengan cara mainan). V juga memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. V malas membaca. Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Inatensi (V sulit untuk fokus pada satu aktivitas). Relasi dengan saudara kandung (V sering berantem dan rebutan dengan kakanya).

Page 50: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

225

Apa di sekitar sini ada temennya? Terus kalau interaksinya V

Enggak. Paling temen ngaji, temen di tempat TPA di masjid deket sini kan, disitu kan anak kecil banyak. Ya jadi paling temen di sekolah sama temen ngaji. Terus interaksinya sama temennya di sekolah sama di tempat ngaji gimana Bu? Semua dia ajak berteman, dia gak pilih mana yang paling deket dan mainnya sama itu terus, ya enggak. Ya sama semua, jadi maksudnya itu semua anak laki-laki disana, cuman dia agak tak kasi warning, kira-kira sama anak tertentu yang memang bercandanya agak kasar, main fisik, ya kan ada disekolah ada, satu dua orang yang memang kalau ngajak berantem, bener-bener mukul, bener-bener mukul sampai temennya gosong, ya ada itu. Tak warning jangan deket-deket anak itu, kalau adik diejek udah biarin, dibecandain aja biasa. Tapi kalau udah ngajak adik main pukul-pukulan, dah adik gak usah. Kalau di tempat ngajinya bagaimana Bu? Ya sama, semua diajak main. Dia cepet adaptasinya, komunikatif banget dia, kayak Papa-nya. Jadi kalau aku kakaknya, dia nurun aku. Kakaknya kalau gak di tutuk gitu ya gak ngomong, susah deh deket sama orang, jadi kita harus bener-bener sudah ada kedekatan, kesamaan, terus kita cocok baru bisa temenan. tapi masih mending kakaknya daripada aku, kalau aku mungkin karena punya pengalaman-pengalaman sudah banyak dikecewakan sama teman sendiri, banyak di-tikung sama temen sendiri, jadi temen deket itu gak ada. Jadi gak ada yang deket bangetttt, kemana-mana bareng, itu gak ada. karena ada pengalaman masa lalu, aku itu orangnya trauma-an, soalnya kalau aku udah nge-down, ya nge-down banget, kalau aku udah sakit hati, ya tak bawa banget. Jadi makanya aku menghindari yang bisa buat aku sakit banget, itu udah aku bentengin banget. Semua temen, maksudnya itu temen biasa, gak ada yang aku pro sini, pro sana. Kalau ada hal-hal yang privasi, lebih baik aku cerita sama Mama-ku sendiri dan yang namanya Mama sendiri kan gak bakalan menyebar aib-aib kita kemana-mana, dan solusinya kalau dari orangtua kan pasti bijak banget ya. Berarti V kalau main itu sama yang sepantaran ya Bu? Iya, temen-temennya yang diajak ngaji juga sepantarannya dia. Ada gak Bu nama-nama temennya yang sering disebut oleh V? Ga ada Mbak, kalau kakaknya baru ada beberapa nama temennya yang sering disebut. V kalau sama kakanya deket banget ya, karena satu-satunya, dia banyak

PPE1, F4 PPE1 PIS1

Relasi dengan teman sebaya (mau bergaul dengan siapa saja). Kondisi lingkungan (mamanya selalu menasihati). Relasi dengan teman sebaya (V mudah beradaptasi dan tidak memilih dalam berteman). Relasi dengan saudara

Page 51: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

226

sama kakaknya gimana Bu? Kalau komunikasinya V sama kakaknya gimana Bu? V suka usil sama kakaknya juga ga Bu? Kalau dilihat dari perilakunya V sama Bapak dan Ibu itu gimana?

menghabiskan waktu di rumah dengan kakaknya. V itu kelihatannya cuek, tapi empatinya tinggi banget dia sama kakanya, kalau lagi sayang, gak lagi berantem, itu diciumin kakaknya, boboknya dipeluk. Komunikasinya baik, karena kakaknya udah bisa momong, tapi ada kakaknya apapun dijagain kakaknya, mainan itu ya dijagain sama kakak, jadi mainannya diberesin sama kakaknya, paling adiknya cuman bantuin sebentar, selebihnya kakaknya yang beresin. (Mama-nya tertawa) Iya sama aja, jadi kalau pas suasana silent kalau gak dimulai kakaknya ya adikknya, jadi biar rame lagi, biar Mama-nya teriak-teriak lagi. Jadi cara cari perhatian ke Mama-nya sama aja, cari-cari sesuatu lah, melakukan sesuatu yang bikin Mama-nya jengkel. Supaya diperhatiin, supaya Mama-nya marah. Terus kakaknya pernah gak ngeluh tentang V? Ya nek orang Jawa bilang itu wadul gitu ya, misal lapor, tapi kakaknya itu CCTV saya kalau di sekolah. Jadi kalau adik itu kan memang gak tak bawain uang, terus kakaknya ini lihat adiknya makan jajan yang bukan dibawain dari Mama-nya, ya kakaknya sampai rumah lapor “Ma, adik di sekolah tadi makan jajan temennya”, kalau pas di rumah adiknya nakal karena dibilangin sama Mbak-nya gak nurut, terus dia tendang Mbak-nya misalnya, kakanya ya bilang “Ma, tadi Mbak ditendang sama adik”. Tapi yang diomongkan memang bener adanya? Tapi aku gak langsung marahin, tak tanya “kenapa Mbak-nya kok ditendang?”, terus adiknya jawab “gak kok, tadi aku dah bilang gini kok, Mbak jangan gelitikin aku”. Biasanya kalau kayak gitu, Mbak-nya juga tak tanya “bener gak Mbak V mbo di-bedoni?”, ya Mbak-nya cuman ketawa. Ya adiknya juga tak bilangin “adik gak boleh nendang, kan Mbak-nya cuman bercanda”. Terus Mbak-nya tak bilangin juga “Mbak, besok jangan mbedoni ya”. Jadi saya ngasi tahunya gak cuman satu sisi, jadi gak cuman nyalahin V, tapi juga ngasi tahu Mbak-nya. Mungkin dia ada rasa ga terima digodain. Lebih deketnya kan sama aku ya Mbak ya, Papa-nya kan juga jarang di rumah, kalau ada di rumah ya tidur, kadang-kadang nanti kan bangun, malem ditelpon komandannya kan pergi lagi. Jadi karena jarang di rumah, V lebih dekat sama aku, kalau Papa-nya mau pergi sehari, dua hari ya gak pernah ditanyain, karena udah biasa. Contohnya pulang, Papa-nya

F4 PIP3 F4 PIP1

kandung (V sangat sayang dengan kakaknya). Kondisi lingkungan (kakaknya selalu menjaga adiknya). Masalah dengan orangtua (V sering melanggar nasihat mamanya). Kondisi lingkungan (mamanya selalu memberitahu dengan baik, ketika V melakukan kesalahan). Relasi dengan ibu (V lebih dekat dengan mamanya).

Page 52: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

227

Kalau dilihat dari cara komunikasi antara V dengan Ibu dan V dengan Bapak? Kalau V dinasihati atau dikasi teguran gitu gimana tanggapannya Bu?

ada di depan aku, ya V bilangnya “yeeeyyy Mama pulang”, jadi yang dipeluk itu aku. Kalau Papa-nya pulang dari piket, ya gak seantusias kayak aku pas pulang. Lebih intens ke aku. Kalau ngobrol sama Papa-nya jarang, jadi Papa-nya bukan orang yang suka ngobrol, sama anak kecil juga kurang deket, kurang akrab. Tapi kalau pas V melakukan kesalahan, jadi Papa-nya marah, jadi mungkin bagi V itu Papa-nya galak. Terus V pernah gak mengeluhkan Papa-nya? Ya paling dia bilang “Papa itu kok marah terus ya?”. Jadi pernah pas itu Papa-nya marah banget, ya aku kemudian ngasih tahu Papa-nya, ya aku juga udah sering ngasih tahu, udah dikasi tahu, tapi kadang kan dia lupa. Ya aku juga ngasi tahu V “maksudnya Papa marah itu,karena perbuatannya adik itu salah, Papa pulang kerja capek, jadi Papa marah”. Walaupun Papa-nya seperti itu, dia tetep deket sama Papa-nya? Deketnya gak deket-deket banget, dibilang deket, ya gak deket, deket biasa lah ya. Dia kalau bobok dikeloni sama Papa-nya, dia gak mau, tapi kalau lagi ada maunya, dia deketin Papa-nya. Jadi lebih milih sama Mama-nya. Papa-nya lebih deket ke anak cewek. Memperlakukannya juga beda? Iya beda, kadang tu aku mikir, apa mungkin karena laki-laki, Papa-nya mendidiknya penuh dengan ketegasan supaya anak laki-lakinya jadi anak yang kuat mungkin, aku juga kadang-kadang mikirnya gitu Mbak, jadi aku lihat dia itu punya suatu ketegasan dan punya prinsip juga. Tapi kadang-kadang Papa-nya keterlaluan juga (Mama-nya tertawa). Tapi pas Papa-nya marah, masih sebatas bicara gitu? Kadang kalau lagi marah banget…banget ya, kadang sampai nyubit, kalau aku kan lebih ke jewer, tapi jewernya kan gak sampai sakit banget. Oh ya, kadang aku juga suka gitu Mbak, aku pulang kan capek ya susah diatur emosinya, mungkin aku juga kadang lepas kendali, tapi setelah itu kalau aku udah down malemnya aku deketin, maafin Mama ya. Kadang tergantung cara penyampaiannya ya Mbak ya, kalau nyampein tegurannya emosi, ya dia penuh ketakutan. Nanti setelah aku cooling down, tak kasi tahu, lebih tak jelasin secara detail, sebabnya Mama ini marah, sebabnya Mama tadi jewer adik itu karena apa? Salah gak adik? Dia jawab “iya”. Biar dia tau kesalahannya dia juga. kalau misalnya saya

F4, PIP3 PIP3, F4 F4

Kondisi lingkungan (mamanya selalu menjelaskan alasan setiap mama atau papanya marah kepada V). Masalah dengan orangtua (V jarang komunikasi atau berinteraksi dengan papanya). Cara pengasuhan papanya kepada V sangat tegas. Masalah dengan orangtua (papa dan mamanya kalau marah kepada V terkadang sampai melakukan tindakan fisik). Kondisi lingkungan (mamanya mau minta maaf jika melakukan kesalahan). Kondisi lingkungan (mamanya selalu memberikan penjelasan setelah memahari V.

Page 53: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

228

jewer, saya bilang “maaf ya tadi Mama jewer, soalnya adik nakal”. Jadi harus kasi penjelasan, dengan cara aku ngomong seperti itu, dia jadi lebih ngena. Tapi karena kita kan kadang emosi sek kan, jadi penerimaannya anak saat itu, ya jadinya ketakutan. Jadi apa yang dilakukan oleh V jika dia ketakutan? Ya diem aja, tapi kalau pas lagi Papa-nya marah, gak pernah jelasin maksudnya apa, jadi aku yang jelasin, karena aku yang menganalisa. Berarti kalau Papa-nya yang marah, tetep Ibunya juga yang menjelaskan? Iya aku juga, mungkin kan karena Papa-nya juga gak pandai merangkai kata-kata. Tapi kalau Papa-nya udah keterlaluan, biasanya aku paksa dan aku bilang “itu lo anaknya dideketin, takut tadi gara-gara kamu marahin”. Terus Papa-nya ya deketin “V sini deh, maafin Papa ya, kamu jangan nakal to” sambil dipangku. Ya paling begitu, karena dia gak pinter merangkai kata-kata. Nanti aku masuk lagi kalau Papa-nya udah gak ada. Terus tak tanya “tadi v dimarahin sama Papa ya?”, jadi aku kasih tahu biar dia gak dendam sama Papa-nya. Tapi tetep aja, kalau Papa-nya udah marah, langsung takut dia. Tapi kalau Papa-nya gak marah, gak takut kan dia Bu? Ya enggak. Malah aku dulu yang takut sama Papa-ku, padahal ya Papa-ku gak marah.Aku dulu, aku besar dikeluarga yang Papa-ku ya, kalau Mama-ku orangnya sabar banget. Jadi didikannya Papa-ku itu keras banget, gak ada yang berani nentang. Makanya aku, gedenya itu cenderung jadi anak yang kurang PD (Percaya Diri), cepet trauma terhadap sesuatu, kayak misalnya suami saya marah gitu, aku tu langsung cenggeng gitu, cenggeng aja pokoknya. Itu lah Mbak yang menyebabkan aku dulu pengen segera keluar dari rumah, aku dulu pengen nikah muda, karena pengen segera lepas dari Papa. Ya itu keinginanku dulu. Jadi kalau Papa-ku di rumah, anak-anaknya masuk kamar semua, gak ada yang berani.

PIP3

Masalah dengan orangtua (papanya sering marah dengan V jika V nakal. V juga jarang komunikasi dengan papanya). Kondisi kelaurga mama V ketika belum menikah dan mamanya memutuskan nikah muda karena ingin lepas dari papanya.

Page 54: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

229

Inisial : I Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 23 tahun Pendidikan terakhir : SMA Hubungan keluarga : Pengasuh Tanggal wawancara : Senin, 13 November 2017 Tempat wawancara : Ruang Tamu

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis Mbak momong V udah berapa lama? Terus kalau selama kenal sama V itu, kemampuan membaca sama berhitung gimana Mbak? Terus kalau mata pelajaran yang lainnya gimana Mbak? Terus kalau dilihat dari nilai-nilainya gimana Mbak selama kelas satu SD ini? Pernah gak Mbak lihat V main sama temennya?

Kurang lebih satu tahun. Berarti dari usia TK ya? Iya dari TK B. Lebih mending menghitung daripada membaca, soalnya dia masih males-malesan kalau mau belajar. Kalau membaca sama menulis, mending membaca dia, kalau nulis masih rada-rada sudah dia. Berarti kalau membaca sama menghitung lebih mending menghitung dia? Iya lebih cepet menghitung banget nek dia. Kalau membacanya dia udah lancar belum Mbak? Ya udah, nek dulu pas TK B kan masih dieja, nek sekarang ya lumayan, udah ada peningkatan. Berarti sudah gak ngeja? Ya ada yang masih ya tapi dikit-dikit. Nek aku kurang, eee…aku gak nganu ya, eee…aku tahunya cuma dia menghitung, seringnya kan Ibu menyarankan nek belajar sama aku, dia selalu Matematika sama Bahasa. Kalau yang lain aku kurang tahu, cuma biasanya kalau sama aku kan Ibu nyuruhnya cuma menghitung, dikasi pertanyaan menghitung, ditulis to, terus menghitung. Terus membaca, jadi aku bilang apa, dia yang nulis. Berarti kayak mendikte gitu ya? Hemmm… Kalau kelas satu jarang dinilai, biasanya cuman ditanda tangani doang to. Kalau yang lain juga, kayak Matematika atau apa itu ya, kemarin ada nilainya, cuman kalau menulis itu tanda tangan doang, gak ada nilainya. Aku ga nganu sih, aku gak pernah nganter dia ke sekolah. Kalau disini gak pernah lihat juga Mbak? Kalau disni kan gak ada, ooo…dulu waktu masih ada Popi, ya sering main di luar, dia kalau sama orang lain cepet

PSC1 PSC1 PPE1

Akademik (V sudah bisa berhitung sederhana dan membaca). Akademik (V sudah bisa menghitung dan menulis). Relasi dengan teman sebaya (V mudah bergaul).

Page 55: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

230

Mbak, pernah ikut pergi sama V gak? Selama ini Mbak mengalami kesulitan gak dalam mengasuh V? Terus kalau masalah perilakunya susah gak Mbak? Biasanya kalau dia pulang sekolah itu terus ngapain Mbak?

kenal, daripada kakak. Terus kalau dia lagi main sama temen gimana Mbak? Emm…(Mbak-nya tertawa), dulu temennya itu lebih kecil gitu, tapi dia mudah ngikutin kalau diajak main. Ya kalau pergi, aku sering ikut. Nah perilakunya V saat ada di luar dan di dalam rumah itu gimana Mbak? Sama aja sih, emmm…gimana ya, anaknya itu ga bisa diem, gak bisa berhenti tanpa, intinya dia gak bisa berhenti gitu, banyak gerak pokoknya Mbak. Terus kalau dia ditegur disuruh diem gitu gimana Mbak? Ya nganu Mbak, biasanya nurut, biasanya enggak, kan biasa anak-anak tu kayak gitu, kalau disuruh diem, kadang ya diem, tapi nanti ya gerak lagi Mbak. Mungkin makannya ya, dulu makannya susah, tapi nek sekarang kalau pas dibangunin itu adik agak susah. Kalau makannya itu udah ada perkembangannya, udah lumayan ada peningkatan kok Mbak, daripada yang dulu. Dulu kan susahe ya ampunnnn, nek sekarang udah enggak. Nek dia mudah sih kalau dikasi tahu, tapi kasih taunya dia pas sambil dia diem ya, mesti pegang apa-apa gitu, aku seringe ngajak dia ngobrol ya lewat itu, ngasih tahu yang bener ini…ini tu lewat gerakannya dia. Misal dia sambil main, kalau dia disuruh diem kayak gini pas lagi nonton TV, gak bisa. Ya kelihatannya dia seperti gak memperhatikan,tapi dia bisa menjalankan. Berarti seperti tidak mendengarkan, tapi sebenarnya dia mendengarkan gitu? Iya. Ya makan, paling ya lepas baju to, terus makan, habis makan main sambil nonton TV. Nek nonton TV sambil main kan kalau kata Ibu kan disuruh sambil ngajarin, lah dia nek sama aku kan enggak TV-nya aku mantiin, ya langsung belajar, belajar sambil main sambil nonton TV. Misal “dik ayo belajar”, dia jawab “iya Mbak”, terus aku ambil buku, aku belajarnya ngikutin dia, dia maunya apa, dia paling-paling “Mbak, penjumlahan”, lah ya aku buatin soal penjumlahan, entar kalau penjumlahan sudah, ya pengurangan, langsung bawahnya-bawahnya, entar kalau dia dah gak mau, ya udah, kalau dia bilang gak mau, ya beneran gak mau, kalau dipaksa, dia juga tetep gak mau. Kira-kira berapa lama Mbak kalau belajar kayak gitu? Ya kurang lebih setengah jam-an. Berarti waktu luangnya itu main sama nonton tv, cuman itu kegiatannya? Ya belajar aja sambil nonton TV kok Mbak. Tapi bisa jawab dia Mbak kalau

G2 G1 G1, PSP1, PSP2, PSC1, F4

Hiperaktivitas (V tidak bisa diam dan banyak gerak). Inatensi (seperti tidak mendengarkan ketika diberitahu atau diajak bicara). Inatensi (V tidak bisa fokus pada satu aktivitas). Aktivitas (V memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain). V juga memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Akademik (V sudah bisa menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan). Kondisi lingkungan (mbak-nya membantu V belajar).

Page 56: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

231

belajarnya sambil nonton TV? Ya bisa Mbak, ya habis pulang sekolah sama aku, habis makan, kan dia maen, terus saya bilang “dek daripada main belajar yuk dek?”, dia jawab “iya”. Tapi dia tetep masih sambil maen Mbak, lah ya itu kalau tak soal gitu kan. Terus nanti kalau dia sudah selesai ngerjain, dia main lagi. Berarti tetep selesai ngerjainnya? Iya, lah dia kan minta nilai sama aku. Terus kadang ada yang salah gak Mbak? Kan kalau penjumlahan dia udah mudeng to, cara hitungnya dia udah bisa, kalau pengurangan kan masih susah, makanya ini akhir-akhir ini kan Ibu udah mulai les lagi, nah itu buat Matematika, buat pengurangannya biar dia ngerti. Pas sama saya sih ada peningkatan, kalau sekarang gak tau (Mbak-nya tertawa). Kalau dia nonton TV itu gimana Mbak? Tergantung yang ditonton ya Mbak, kalau yang ditonton kartunnya itu dia suka, ya dia bisa anteng kayak gini (Mbak-nya sambil menunjuk V). Tapi kalau gak suka, ya dia sambil main. Terus kalau dilihat, dia lebih suka main sendiri atau main sama temen? Nek aku, jarang sih ya Mbak, dulu waktu ada tetangga itu mainnya di dalem rumah juga kok, soalnya pas Popi di luar kan adik di dalem, soalnya gak boleh keluar rumah. Cuma yo mainnya lewat komunikasi dari sini sama gerbang. Kalau main di sekolah, gak tahu, soalnya aku gak pernah nganterin. Terus dia itu lebih suka main sendiri atau main sama kakaknya? Nek itu tergantung mainannya sih, dia kan sering main itu, robot-robotan to, kalau robot-robotan sendiri, yo sering sama kakak juga sih. Kalau sama kakak, biasanya mainan apa Mbak? Jualan-jualan,jual-beli pakai uang-uangan itu lo Mbak. Tapi dia paham pas diajak main jual-beli gitu? Gak tahu, aku gak sering sama anak-anak kok (Mbak-nya tertawa). (Yang menjawab pertanyaan tersebut kakaknya, menurut kakaknya, adiknya belum terlalu paham kalau disuruh bayar berapa gitu, jadi kakaknya sambil ngajarin V). Kalau aku soalnya gak pernah lihat, aku lihatnya cuman sekilas tok Mbak (Mbak-nya tertawa). Berarti kalau main sama tetangga, jarang banget ya Mbak? Jarang banget, jarang keluar rumah kok Mbak, kalau pas pulang sekolah ya udah di dalem rumah, mainnya ya sama ini (sambil menunjuk kakaknya). Terus kalau seumpamanya ketemu saudara yang sepantara gitu gimana Mbak? Adanya saudara yang di Jakarta Mbak, jadi jarang ketemu. Paling kalau

PIS1 PIS1 PSP1, PIS1

Relasi dengan saudara kandung (V sering bermain dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (kakaknya mau mengajarkan dan mengajak V bermain). Aktivitas (V memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain). Relasi dengan saudara kandung (V sering bermain dengan kakaknya).

Page 57: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

232

Interaksinya V sama kakaknya gimana Mbak? Terus kalau V sama Papa dan Mama-nya gimana Mbak? Terus kalau V dikasi tugas gitu, misal: V tolong ambilin

disini kan itu tante-tantenya to, tantenya itu masih kuliah. Kalau yang sepantaran gitu gak ada. Tapi kalau sama orang sih, dia mudah bergaul lo Mbak. Ini pas ngaji aja dia lebih cepet akrab ma orang, daripada kakaknya kan pendiam. Kalau sore itu dia ngaji di Masjid, jadi kalau pas ngaji gitu ya dianterin sama saya, kalau gak ya sama Mama-nya. Pas pertama kali ngaji gitu, dia gimana sama temen-temennya Mbak? Dia tu modalnya PD (Percaya Diri) gitu lo Mbak, kalau adik tu gak takut, sampai Masjid ya udah langsung gabung sama temen-temennya. Ya kayak gini ini (sambil menunjuk ke arah V dan kakaknya), ya namanya anak-anak, ada akurnya, ada gak-nya (Mbak-nya tertawa). Terus dia sayang gak sama kakaknya? Ooo…sayang banget, kemana-mana diciumin (Mbak-nya tertawa), kakaknya sampai malu jalan sama dia. Kalau di sekolah juga iya dia suka nyiumin, kakaknya ya sampai ngeluh. Terus kalau mereka ngobrol gimana Mbak? Ya nyambung, adik sama kakak ya sering ngobrol gitu. Terus adik suka usil gak Mbak sama kakak? Oooo…sering banget (Mbak-nya tertawa), jadi adiknya itu suka ngegodain kakaknya sampai nangis, kalau kakaknya udah nangis, ya dia seneng, tapi habis itu ya mereka baikan. V itu mudah kok kalau minta maaf sama baikan gitu. Terus habis itu ya udah main lagi. Kakaknya pernah gak mengeluhkan perilakunya V? Pernah, seringnya itu pas dia pulang dari sekolahan “Ma, adik kok suka gini…gini”, biasanya itu yang dikeluhkan kayak V ngapain gitu sama temennya, “Ma, V tu suka kayak gitu, kan aku malu nek di sekolah”. Nek dia kan lebih deket sama Ibu daripada sama Bapak. Jadi dia ngapa-ngapain sama Ibu. Nek aku lihatnya sih, nek Bapak kan lebih cuek, perhatiannya pasti kurang sama V, tapi nek disaat gak ada Ibu, dia baru kelihatan kok Mbak, perhatiannya itu kan kalau Ibu lagi pergi. V sering ngobrol gak sama Papa-nya? Sering, adik nanyak-nanyakin Bapak yo sering, biasanya kan gak direspon, terus nek ada Ibu kan “tu ditanyain adik kok diem aja?”, ya jadi Bapak harus ditegur dulu sama Ibu, habis itu Bapak baru nyaut. Jadi itu sebenernya dia sering ngajak Bapaknya ngobrol. misal ada ibu sana tanya ibu, bapak lagi capek. Mau kok mbak, jadi ya kadang walaupun gak segera dilakukan gitu, tapi sering maunya juga sih Mbak.

PPE1 PIS1 PIS2, PIS1 PIP1, PIP3

Relasi dengan teman sebaya (V mudah bergaul dan kenalan dengan orang baru). Relasi dengan saudara kandung (V sayang dengan kakaknya). Masalah dengan saudara kandung (V sering usil dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (V mudah minta maaf dan baikan dengan kakaknya). Relasi dengan ibu (V dekat dan sering melakukan aktivitas berasama mamanya). Masalah relasi dengan orangtua (V kurang dekat dengan papanya, karena papanya cuek dan kurang perhatian dengan V).

Page 58: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

233

ini, mau gak dia? Terus kalau dia dinasihatin atau ditegur sama mama atau Papanya, dia gimana Mbak?

Ya palingan dia cuman jawab “iya”. Sama Papa-nya yo pernah ditegur, kalau dia sama Papa-nya kan takut ya Mbak, Bapak kan lebih tegas, ya soalnya Bapak kan jarang pegang V, maksudnya V jadi lebih takut sama Bapak. Jadi Bapak sekali ngomong kan nadanya langsung tinggi, dia langsung takut dan dia langsung diem. Terus kalau sama Mama-nya gimana Mbak? Kalau sama Ibu ya dia kayak gak ngederin gitu lo, kayak kalau aku bilang sama dia, nanti kalau Ibu udah nadanya tinggi, ya dia baru dia mau diem. Kalau habis main gitu, dia ada tanggung jawab buat ngeberesin gak Mbak? Kalau dibilangin sama Ibu, ya biasanya iya, biasanya enggak. Tergantung, ni kalau aku yang bilangin, ya gak bakal mau (Mbak-nya tertawa), kalau gak dimarahin gak bakal dia mau. Jadi kalau Ibu yang kasih tahu, dia baru mau.

PIP3 PIP1, G2

Masalah dengan orangtua (V lebih takut dengan papanya, karena papanya tegas). Relasi dengan ibu (V mau mendengarkan peringatan dari mamanya). Hiperaktivitas (V tidak bisa diam). V masih belum bisa bertanggung jawab, masih perlu diarahkan.

Page 59: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

234

LAMPIRAN 2

Hasil Wawancara dan Observasi

Subjek 2

Page 60: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

235

Hasil Observasi Subjek 2

Inisial : T Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : 25 September 2008 Usia : 9 tahun 1 bulan Kelas : III (Tiga) Tanggal Observasi : Rabu, 25 Oktober 2017 & Jumat, 10 November 2017 Tempat Observasi : Rumah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Ketika observer datang ke rumah T, T sedang bermain di rumah tetangganya bersama adiknya. Lima menit kemudian, T pulang sambil menggandeng tangan adiknya. Setelah itu, T salam dengan observer. Kemudian T duduk di kasur yang ada di depan TV bersama adik dan kakeknya. T mengajak adiknya menonton TV, namun adiknya tidak mau menonton TV, adiknya menghampiri Mama-nya dan minta dibuatkan susu. Kemudian T mencoba membujuk adiknya agar susunya dibuatkan oleh kakeknya saja, namun adiknya tetap tidak mau. Mama-nya pun langsung menuju dapur dan membuatkan adiknya susu. T menggendong adiknya menuju kasur yang ada di depan TV. T menidurkan adiknya di pangkuan T dan memberikan susu yang sudah dibuatkan oleh Mama-nya. Setelah susu adiknya habis, adiknya merengek lagi ingin tidur di kamar bersama Mama-nya, namun Mama-nya sedang ngobrol dengan observer. T pun langsung membujuk adiknya dengan cara mengajak adiknya menggambar di kertas. T langsung mengambil kertas HVS bekas dan pensil warna. T pun memangku adiknya dan mengarahkan tangan adiknya untuk menggambar. Setelah itu, adiknya berdiri dan ingin menggambar sendiri. T pun langsung mengambilkan kertas HVS bekas lagi dan memberikan pensil warnanya ke adiknya. T pun melanjutkan mewarnai gambarnya yang tadi sudah dibuat oleh T. Ketika T sedang asyik mewarnai, adiknya merengek ingin menggunakan pensil warna yang sedang digunakan oleh T. T pun langsung berkata “sik to, nganggo warna sing iki wae yo?”, adiknya tetap merengek. Akhirnya, T buru-buru menyelesaikan gambarnya agar pensil warnanya bisa digunakan oleh adiknya. Adiknya pun hingga menangis menunggu T selesai menggunakan pensil warnanya. Kemudian kakeknya berkata kepada T “koe yo ngalah to

PIS1 PIS1, PSP1 PIS1 PIS1, PSP1, F4

Relasi dengan saudara kandung (T menggandeng tangan adiknya). Relasi dengan saudara kandung (mau momong adiknya). Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara menggambar). Relasi dengan saudara kandung (mau momong adiknya). Relasi dengan saudara kandung (T mengalah dengan adiknya). Aktivitas (T memanfaatkan waktu luang dengan cara menggambar dan mewarnai). Kondisi lingkungan (kakeknya menegur T).

Page 61: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

236

kak”, T pun langsung memberikan pensil warnanya dan T mewarnai bagian yang lain. Setelah T selesai mewarnai, T memamerkan gambarnya kepada observer. Setelah itu, T menonton TV lagi bersama kakeknya. Ketika T sedang asyik menonton TV, adiknya merengek minta ke kamar bersama Mama-nya, namun Mama-nya masih ngobrol dengan observer. T pun langsung membujuk adiknya agar ke kamar bersama T saja. Adiknya tetap tidak mau, T langsung berlari ke arah kamar dan mengambil kartu umbul. Setelah itu, T memberikan kartu umbul tersebut kepada adiknya. Adiknya pun langsung berhenti merengek dan bermain kartu umbul bersama T. Adiknya mengeluarkan satu-satu kartu umbulnya dari dalam plastik, namun T terlihat tidak sabar dan langsung mengeluarkan kartu umbul tersebut. Kartu umbul tersebut berserakan di lantai dan diacak-acak oleh T dan adiknya. Setelah itu, T mengajak adiknya main yang lain, T mengajak adiknya main lari-larian di dalam rumah. Kemudian kakeknya menyuruh T untuk membereskan kartu umbulnya, namun T tidak mau dan T tetap asyik bermain dengan adiknya. Akhirnya kartu umbul tersebut dibereskan oleh kakeknya. Setelah lelah bermain lari-larian, T dan adiknya duduk di kasur sambil menonton TV. Kemudian observer pamit dengan T, T pun langsung berdiri dan menghampiri observer. Setelah itu, T salam dengan observer dan mengantar observer keluar rumah.

PSP2 PIS1 PIP3 PSP2

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan saudara kandung (mau momong adiknya). Masalah dengan orangtua (tidak mau membereskan mainan dan membuat rumah berantakan). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV bersama adiknya.

Ketika observer datang ke rumah T, T sedang di dalam kamar bersama temannya. Kemudian T keluar kamar dan langsung menghampiri observer. T pun langsung menyalami observer. Kemudian T duduk di atas kasur yang terdapat di depan TV. T pun menonton TV bersama temannya. Kemudian ada sepupu T yang masih balita (usianya ± 2 tahun) datang dan minta duduk diantara T dengan temannya. T tidak mengizinkan, sepupunya tersebut langsung menangis dan memukul teman T. T pun langsung mencoba melindungi temannya dengan cara menahan tangan sepupunya. Kemudian ibu sepupunya datang dan T melanjutkan menonton. Adiknya T datang sambil membawa mainan, adiknya baru berusia sekitar 2 tahun 6 bulan. T pun langsung memangku adiknya. Setelah itu, T dan adiknya bercanda di atas kasur. Kemudian T duduk di kursi bersama temannya dan adiknya masuk ke dalam kamar mengambil meja lipat. Kemudian adiknya tidak sengaja menjatuhkan meja lipatnya dan neneknya kaget langsung memarahi adiknya T. Adiknya menangis dan langsung menghampiri T. T pun langsung memeluk adiknya sambil membujuk adiknya agar tidak menangis lagi. T pun langsung berkata “tak bikini susu ya?”, adiknya pun langsung manggut-manggut. T langsung menanyakan botolnya kepada neneknya, setelah itu T langsung menuju dapur membuatkan susu adiknya. Setelah susunya jadi, T langsung memberikan susunya

PSP2, PSP3, PPE1 PIS1 PIS1

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV bersama teman. Relasi dengan teman sebaya (melindungi temannya dari bahaya). Relasi dengan saudara kandung (bercanda bersama adiknya). Relasi dengan saudara kandung (T memeluk dan mau momong adiknya).

Page 62: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

237

kepada adiknya. Kemudian T duduk lagi di kursi sambil berkata “diminum to susune”, adiknya geleng-geleng dan berkata “nas (panas) susune”. T pun langsung tertawa. Setelah itu, T tiduran di kasur lagi sambil memainkan mainan yang ada di dekatnya. T bangun lagi dan menemukan bola plastik. T langsung mengajak temannya bermain bola di luar rumah. T bersama teman dan adiknya pun bermain bola di luar. Adiknya merengek minta bolanya sambil berkata “ tu (itu) bolaku”. T pun menggoda adiknya dan tetap bermain bola dengan temannya. Adiknya pun menangis, kemudian T buru-buru memberikan bolanya kepada adiknya. Setelah itu, T masuk rumah lagi dan duduk di kursi. T duduk sambil memainkan mainan adiknya dengan menggunakan kaki. Setelah itu, T keluar rumah lagi memainkan mainan adiknya (mainan yang didorong menggunakan tangan, sehingga menghasilkan bunyi teketek…teketek). Setelah itu, T duduk lagi di kursi dan mengambil bola plastik adiknya. T keluar lagi dan bermain bola bersama temannya. T bermain bola cukup lama, sekitar 10 menit hingga T berkeringat. Kemudian T duduk sejenak di kursi, kemudian jalan menuju kasur sambil mengambil remote TV. Neneknya pun melarang T menyalakan TV, T pun meletakkan remote-nya. Kemudian T mengajak adiknya bermain. Setelah itu, T melihat jam dinding (11.15), T pun langsung berkata “mbah, aku tak adus yo”. Neneknya pun berkata “yo kono”. T langsung menuju kamar mandi dan mengajak temannya agar mandi disini saja. T pun masuk kamar mandi dan adiknya mengejar T. Adiknya minta ikut mandi dengan T, namun T melarang adiknya mandi. Adiknya pun menangis dan langsung menghampiri neneknya. T tetap mandi dan tidak mempedulikan adiknya yang sedang menangis. Setelah selesai mandi, T langsung masuk kamar dan menggunakan seragam sekolahnya. Ketika neneknya meminta tolong kepada T untuk mengisi air di dalam ember, T hanya berkata “yo. Setelah itu, T langsung ke kamar mandi untuk mengisi air di dalam ember. adiknya pun mandi sendiri di dalam ember dan T melanjutkan menggunakan seragam sekolah. T pun kebingungan mencari ikat pinggangnya dan bertanya kepada neneknya “mbah sabukku neng ndi yo?”, Neneknya menjawab “yo mbuh, mbah rak reti”. T pun kembali ke kamar dan mencari ikat pinggangnya. Setelah selesai menggunakan seragam sekolah, T keluar mengambil sisir dan cermin kecil diatas TV. Kemudian T masuk kamar lagi. Setelah selesai merapikan rambutnya menggunakan sisir, T meletakkan sisir dan cerminnya di tempat semula. Setelah itu, T keluar rumah dan menggunakan sandal. Neneknya pun bertanya “kamu mau kemana?”, T menjawab “yo aku mau sholat Jumat mbah”. Neneknya bertanya lagi “lah kok ora pamit?”, T langsung berkata “oh iyo yo, lali” (sambil tertawa, masuk ke rumah dan salam dengan neneknya). Setelah itu, T langsung menuju masjid di dekat rumahnya.

PPE1, F2, PIS1 PPE1, PSP1, PSP3 PIS1, F3, F4

Relasi dengan teman sebaya (mengajak temannya bermain). Perkembangan dan kematangan, Relasi dengan saudara kandung (kematangan emosional: mau mengalah dengan adiknya). Relasi dengan teman sebaya (T bermain bola dengan temannya). Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bola dengan teman dan adiknya). Relasi dengan saudara kandung (membantu adiknya yang akan mandi). Faktor psikologis (kebiasaan: T mandi dan menggunakan seragam sekolah sendiri, serta melakukan sholat Jumat tanpa diingatkan). Kondisi lingkungan (neneknya mengingatkan T untuk pamit jika akan pergi).

Page 63: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

238

Inisial : T Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : 25 September 2008 Usia : 9 tahun 1 bulan Kelas : III (Tiga) Tanggal Observasi : Kamis, 26 Oktober 2017, Jumat, 27 Oktober 2017, Senin, 30 Oktober 2017, Selasa, 31 Oktober

2017 & Jumat, 27 Oktober 2017 Tempat Observasi : Sekolah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. T duduk di belakang deretan paling kanan. Gurunya sedang menjelaskan materi yang terkait dengan imbuhan. Ketika gurunya sedang menjelaskan, T asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Sesekali T memainkan kursinya, seperti mendorong ke belakang hingga menyentuh tembok. Kemudian T memegang pulpen dan menggambar di sampul bukunya. Ketika guru bertanya dan T sedang asyik menggambar, tiba-tiba T menjawab dengan asal-asalan, sehingga jawabannya salah dan guru memperingatkan T “kalau menjawab jangan asal berbicara, dipikir dulu sebelum menjawab”. Ketika T diperingatkan oleh gurunya, T hanya menyengir dan kembali melanjutkan menggambar di sampul buku. Kemudian T ngobrol lagi dengan teman sebangkunya dan tiba-tiba T usil dengan temannya. T mendorong dan memukul kepala temannya, temannya pun langsung berteriak “Bu guru..”. Gurunya langsung menoleh dan menegur T, namun T membela diri dan tidak mau disalahkan, karena T merasa sedang bercanda dengan temannya. Setelah gurunya menjelaskan, gurunya menulis ulang yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudian gurunya meminta agar semua siswa menyalin catatan yang telah dituliskan di papan tulis. T pun langsung membuka buku tulisnya dan langsung mencatat. Ketika sedang mencatat, T sesekali maju ke depan, kemudian duduk lagi ke tempat duduknya. Oleh karena itu, ada beberapa temannya yang merasa terganggu dan menegur T, T pun menjawab “tulisannya gak kelihatan”. Kemudian gurunya mengajukan pertanyaan “kenapa kata ‘di’ dipisah pada kata ‘di depan’?”, T langsung menjawab dengan suara yang keras, namun jawabannya pun salah. T menjawabnya asal-asalan tanpa memperhatikan catatan yang telah ditulis oleh T. Kemudian T melanjutkan mencatat, T jalan ke depan menghampiri gurunya dan

G1, G2 G3, PSC3, PPE2 PSC1 G3

Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan). Hiperaktivitas (tidak bisa duduk tenang). Impulsivitas (asal menjawab). Masalah di sekolah (cuek dan membantah ketika ditegur guru). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya). Akademik (mengerjakan tugas). Impulsivitas (asal menjawab). Inatensi (T tidak memperhatikan penjelasan dari gurunya).

Page 64: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

239

menanyakan hal yang sudah ditanyakan oleh temannya. T menanyakan lagi karena T tidak memperhatikan. Setelah itu, T kembali ke tempat duduknya dan mencatat. T diam sejenak dan kakinya dinaikkan ke kursinya, T memperbaiki tali sepatunya. Selama mencatat, T tidak bisa duduk dengan tenang, sesekali T mengajak teman sebangkunya ngobrol, bercanda dan memainkan kursinya. Setelah T selesai mencatat, T mengajak teman sebangkunya ngobrol, namun temannya meminta T untuk diam dulu, karena temannya belum selesai mencatat. T pun akhirnya bercanda dan ngobrol dengan temannya yang duduk di seberangnya. T berdiri dan menghampiri temannya tersebut, kemudian mengambil pulpen temannya. Setelah itu, T kembali duduk dan melanjutkan menggambar di sampul bukunya. Gurunya pun berkata “apakah sudah selesai mencatat?”, T pun langsung menjawab dengan suara keras “sudah Bu”. Kemudian gurunya melanjutkan menjelaskan materi selanjutnya. Ketika gurunya sedang menjelaskan, T izin ke toilet. Padahal tadi sebelum pelajaran dimulai, T sudah diberikan waktu untuk ke toilet terlebih dahulu. Gurunya pun mengizinkan T untuk ke toilet lagi, T pun langsung berlari menuju toilet. Setelah dari toilet, T langsung duduk dan melepaskan sepatunya. T tiba-tiba menghampiri observer tanpa menggunakan sepatu, dan T menanyakan tanggal kepada observer. Kemudian T duduk dan mencatat catatan selanjutnya yang ada di papan tulis. Selama mencatat, T seringkali bernyanyi dengan suara yang cukup keras, sehingga temannya yang duduk di seberang T menegur T agar tidak berisik. Kemudian T langsung berhenti bernyanyi, namun T malah memukul-mukul meja. Teman sebangkunya pun langsung berkata “sstttt…”, T pun menyengir dan langsung berhenti. T kembali mencatat dan tiba-tiba berdiri terus berjalan ke depan untuk meminjam tipe-x kepada temannya, Namun temannya tidak mau meminjamkan, T tetap memaksa pinjam sambil menjahili temannya. Akhirnya, temannya pun marah dan T langsung berlari menuju tempat duduknya. T pun melanjutkan mencatat, baru mencatat sebentar, T jalan ke depan lagi menanyakan tulisan yang kurang jelas kepada gurunya. Setelah itu, T kembali ke tempat duduk dan menulis, namun T menulis sambil berdiri. Temannya pun menegur T agar duduk ketika menulis, T hanya menjawab “ben wae to”. T pun tetap menulis sambil berdiri. Ketika gurunya bertanya “apakah sudah selesai mencatat?”, T langsung menjawab “belum Bu, jangan banyak-banyak to Bu nulisnya”. Kemudian T jalan ke depan menuju papan tulis untuk menanyakan tulisan yang kurang jelas. Setelah itu, T kembali duduk, namun T duduk di kursi temannya. Ketika gurunya menulis lagi di papan tulis, T langsung berkata “lo Bu kok banyak to Bu?”. T pun langsung berhenti mencatat dan pindah duduk di kursi temannya yang di depan. T menulis sambil

G2, PPE1 PSC2 G3, F4 G3 G2, F4 PSC3, G2

Hiperaktivitas (T tidak bisa duduk diam). Relasi dengan teman sebaya (menuruti kata temannya dan bercanda). Sosial di sekolah (meminta izin sebelum melakukan sesuatu). Impulsivitas (menyanyi dan memukul meja saat jam pelajaran). Kondisi lingkungan (temannya menegur T). Impulsivitas (meminjam barang dengan paksa). Hiperaktivitas (tidak bisa duduk dengan tenang). Kondisi lingkungan (temannya menegur T). Masalah di sekolah (mengeluh ketika disuruh menulis). Hiperaktivitas (pindah tempat duduk)

Page 65: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

240

berdiri, karena tidak ada kursi kosong. Setelah itu, T jalan ke belakang dan menulis sambil berdiri lagi. Kemudian T jalan ke depan lagi dan menulis sambil berdiri. Setelah selesai, T jalan ke tempat duduknya dan lanjut mencatat. Gurunya pun bertanya lagi “sudah selesai belum?”, T langsung menjawab dengan suara keras “belum Bu, tulisannya gak kelihatan, ketutup temannya yang duduk paling depan” (saat itu yang duduk paling depan, badannya tinggi). Akhirnya, gurunya memberitahu temannya T agar tidak terlalu banyak gerak. T pun bisa menulis dengan tenang hingga selesai. Setelah semua siswa selesai mencatat, gurunya menuliskan beberapa soal di papan tulis, T malah asyik ngobrol dan berdiri menghampiri temannya yang duduk di seberang T. Kemudian T mengambil tempelan kertas milik temannya tanpa izin dan T tidak mau mengembalikannya. Ketika temannya mencari dan melihat tempelan kertasnya dipegang oleh T, temannya meminta kembali dan T tidak mau mengembalikannya. Akhirnya, temannya merebut dari tangan T, T malah usil dan menertawakan temannya hingga temannya jengkel. Kemudian T mengambil pulpen temannya lagi, karena temannya sudah sangat jengkel, temannya mengadu kepada gurunya. T pun langsung mengembalikan pulpen temannya itu. Gurunya pun sudah memperingatkan T beberapa kali sedari tadi, karena T tidak bisa diam dan tidak mau duduk dengan tenang. Akhirnya, gurunya pun berkata “kalau kamu tidak bisa diam, kamu duduk di luar saja ya?”, T langsung menjawab “tidak mau Bu” (sambil menyengir). Setelah itu, T langsung duduk, namun T hanya duduk anteng sebentar saja. Setelah itu, T memainkan botol minum dengan cara menumpuk beberapa botol hingga tinggi dan terjatuh. Gurunya pun memperingatkan T lagi dan T langsung diam. T langsung mengerjakan tugasnya hingga selesai. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya, gurunya mengajak mengoreksi bersama dengan cara tugasnya ditukar dengan teman sebangkunya. Saat itu T selalu ikut menyebutkan jawabannya dengan suara yang keras. Setelah selesai dikoreksi, gurunya meminta agar semua siswa mengisi jumlah yang benar dan setelah itu bukunya dikumpulkan di meja gurunya. Saat itu, T memperoleh nilai 80, karena T salah dua nomor. Setelah itu, gurunya mengizinkan semua siswa untuk beristirahat terlebih dahulu.

PSC2 G3, PPE2, F4, PSC3, G2, PSC1 PSC1

Sosial di sekolah (gurunya memberikan solusi). Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin). Masalah dengan teman sebaya (usil dan mengambil barang tanpa izin). Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan T). Masalah di sekolah (T membantah perkataan guru). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Akademik (menyelesaikan tugasnya). Akademik (nilai tugas Bahasa Indonesia 80).

Saat guru belum datang, T bermain di dalam kelas bersama teman-temannya, T makan rambutan kemudian kulitnya dilempar ke arah temannya. Akhirnya, T dan teman-temannya saling lempar kulit rambutan dan lari-larian di dalam kelas. Ketika berbicara dengan temannya, T selalu berbicara dengan suara yang keras. Ketika gurunya datang, T langsung berlari menuju tempat duduknya. Kemudian gurunya menunjuk salah satu temannya untuk memimpin berdoa. Saat berdoa, T tidak berdoa dengan serius, T berdoa

PSC3, PPE1 G1

Masalah di sekolah (membuang sampah sembarangan). Relasi dengan teman sebaya (bercanda bersama teman). Inatensi (tidak fokus).

Page 66: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

241

sambil melihat teman yang ada di depan sambil senyum-senyum. Setelah selesai berdoa, gurunya mengajak semua siswa bernyanyi, T terlihat sangat antusias ketika diajak bernyanyi, lagu yang dinyanyikan saat itu adalah lagu Indonesia Raya. Terkadang T bernyanyi sambil bertepuk tangan atau memukul meja, suara T yang paling nyaring ketika bernyanyi. Setelah selesai bernyanyi, guru meminta semua siswa agar mengambil sampah-sampah yang ada di sekitar tempat duduknya. T pun langsung mengambil sampah-sampah yang ada di sekitarnya. Kemudian T langsung berlari keluar kelas untuk membuang sampah-sampah tersebut di temapat sampah. Setelah selesai membuang sampah, T langsung masuk kelas, namun tidak langsung duduk di tempat duduknya, T malah menghampiri anak kelas I yang sedang dihukum di kelas tersebut. Akhirnya, gurunya pun meminta T untuk segera duduk di tempat duduknya. T pun langsung berlari menuju tempat duduknya. Ketika T sudah duduk, T langsung mengingatkan gurunya kalau ada PR matematika. Kemudian gurunya meminta semua siswa agar mengeluarkan buku PR-nya. T pun langsung membuka tas-nya dan mengambil buku PR-nya. Gurunya langsung mengajak semua siswa mengoreksi bersama, T terlihat sangat antusias selalu ikut menjawab dengan suara yang keras. Ketika jawaban T salah, T langsung menjawab “yahhhh kok salah sih?”. Setelah selesai dikoreksi, gurunya keliling ke meja semua siswa satu-persatu untuk memberikan nilai dan T pun malah ikut jalan-jalan di dalam kelas sambil ngobrol dengan salah satu temannya. Setelah itu, T izin ke gurunya dengan alasan ingin ke toilet. Ketika dizinkan oleh gurunya, T langsung berlari menuju toilet, T ke toilet ditemani oleh seorang temannya. Setelah dari toilet, T langsung duduk dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Guru pun sudah selesai memberikan nilai kepada semua siswa, selanjutnya guru meminta semua siswa mengeluarkan penggarisnya. T pun langsung mengambil penggarisnya di dalam tas dan memamerkan penggarisnya ke teman sebangkunya. Kemudian gurunya menuliskan dua soal di papan tulis, T pun langsung mengerjakan tugas tersebut. Selama mengerjakan tugasnya, T mengerjakan sambil ngobrol dan sesekali berbicara dengan suara yang keras. Walaupun demikian, T mengerjakan tugasnya hingga selesai. Gurunya pun bertanya “apakah sudah selesai?”, T pun langsung menjawab “sudah Bu”. Kemudian gurunya meminta semua siswa untuk menukarkan bukunya ke teman sebangkunya dan dikoreksi bersama. Setiap kali gurunya bertanya jawabannya, T selalu menjawab, namun T salah menghitung satu nomor. T pun langsung tidak terima dan meminta gurunya untuk mengukur ulang, ternyata jawabannya T memang salah, karena T kurang teliti ketika mengukur. Setelah selesai mengoreksi, gurunya meminta bukunya dikumpulkan di meja guru dan gurunya lanjut menjelaskan

PSC2 F4, PSC2 G2, PSC2 PSC1, G1 PSC2, G1

Sosial di sekolah (menuruti perintah guru). Kondisi lingkungan (gurunya mengingatkan T). Sosial di sekolah (T mengingatkan gurunya terkait dengan PR). Hiperaktivitas (jalan-jalan di dalam kelas). Sosial di sekolah (meminta izin dengan gurunya). Akademik (mengerjakan tugas). Inatensi (tidak fokus). Sosial di sekolah (memperhatikan gurunya). Inatensi (kurang teliti saat menghitung).

Page 67: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

242

materi. Ketika gurunya sedang menjelaskan, T tidak memperhatikan, T malah ngobrol, menggambar dan main panco dengan teman sebangkunya. Setelah selesai menjelaskan, gurunya meminta semua siswa membuka buku paket halaman 99, T pun langsung membuka buku paketnya dan kemudian membaca soal bersama teman-temannya sesuai dengan perintah gurunya. Selama membaca, T membaca dan menjawab dengan suara yang keras dan sambil berdiri. Setelah selesai membaca, gurunya menuliskan catatan yang terkait satuan ukuran di papan tulis. Guru juga meminta siswa agar menuliskan catatatan tersebut di buku mereka masing-masing. T langsung membuka buku tulisnya, kemudian maju ke depan untuk menghitung jumlah tangga yang ada di papan tulis. Setelah itu, T kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan menulis. T maju ke depan lagi untuk menghitung jumlah tangga selanjutnya dan kembali menulis. Selama menulis catatan, T sambil ngobrol dengan teman sebangkunya dan suaranya cukup keras. Oleh karena itu, gurunya mendengar suara dan obrolan T, gurunya pun memperingatkan T. Walaupun demikian, T tetap ngobrol sambil menulis. Sesekali T pindah tempat duduk saat mencatat, sehingga temannya meminta T agar duduk di tempat duduknya saja. Hal ini dikarenakan, temannya merasa tempat duduknya merasa sempit, satu tempat duduk ada dua orang. Walaupun demikian, T tidak peduli dan tetap menulis hingga selesai. Setelah itu, T langsung menutup bukunya, meletakkan bukunya di dalam tas, kemudian beristirahat.

G1, PSC3 PSC1, PSC2 G2, PSC3

Inatensi dan Masalah di sekolah (tidak memperhatikan penjelasan). Akademik (mengerjakan tugas dari guru). Sosial di sekolah (menuruti perintah guru). Hiperaktivitas (pindah tempat duduk). Masalah di sekolah (tidak peduli dengan teguran gurunya).

Ketika guru masuk kelas, guru langsung memanggil salah satu siswa untuk memimpin doa. Saat berdoa, T tampak tidak serius karena T melihat kearah teman-temannya dan terkadang tidak ikut mengucapkan doanya. Setelah selesai berdoa, gurunya mengajak semua siswa untuk bernyanyi, T sangat bersemangat dan suara T terdengar paling keras. Setelah itu, gurunya mengabsen satu-persatu, T tampak tidak memperhatikan, T asyik memainkan pulpen sambil ngobrol dengan teman sebangkunya. Ketika nama T yang dapat giliran dipanggil, T tidak mendengarkan, sehingga teman-temannya berteriak menyebut nama T. Kemudian T langsung menjawab “hadir Bu”. Gurunya bertanya kepada T “ kenapa hari Sabtu tidak masuk lagi? Kamu kemana setiap hari Sabtu kok gak masuk? Kamu udah bolos empat kali”. T pun menjawab “kemarin Sabtu bangunnya kesiangan Bu”. Gurunya pun meminta T agar besok Ibu-nya datang ke sekolah, T pun langsung menganggukkan kepalanya. Setelah selesai absen, guru memulai pelajaran, yaitu pelajaran PKN. Guru juga meminta semua siswa membuka buku paket, T pun langsung berdiri dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil buku paket PKN. Setelah itu, T langsung membuka buku paket sesuai dengan intruksi gurunnya. T juga langsung

G1 G1, PSC3 PSC1, PSC2, G1

Inatensi (tidak fokus). Inatensi (T tidak memperhatikan gurunya). Masalah di sekolah (bolos sekolah). Akademik (mengerjakan tugas dari gurunya). Sosial di sekolah (menuruti perintah guru). Inatensi (tidak fokus).

Page 68: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

243

mengerjakan tugasnnya, walaupun sesekali T ngobrol dengan teman sebangkunya, serta teman yang duduk di depan dan belakang T. Ketika sedang mengerjakan tugas, teman-temannya berisik, T pun langsung mengatakan “sssttt…menengo” (dengan suara yang keras), temannya pun langsung diam. Kemudian teman sebangkunya meminta menukar pulpennya, karena T menggunakan pulpen temannya. T pun langsung mau mengembalikan pulpen temannya, namun T tidak melanjutkan mengerjakan tugasnya. T malah memainkan pulpennya. Kemudian T merebut kembali pulpen temannya dan T langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya, tanpa mempedulikan teman sebangkunya yang tidak bisa mengerjakan tugasnya. Temannya pun meminta pulpennya, namun T tidak mau mengembalikan dan tetap melanjutkan menulis. Lima menit kemudian, temannya meminta pulpennya lagi kepada T, T baru mau mengembalikan pulpennya. T pun melanjutkan mengerjakan tugasnya dengan menggunakan pulpen miliknya, Tiba-tiba T berdiri dan berjalan ke arah belakang menghampiri temannya dan ngobrol sejenak. Kemudian T kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan mengerjakan tugasnya. Saat mengerjakan tugasnya, terkadang T menoleh ke belakang dan menyimak pembicaraan temannya. T juga terkadang mengerjakan tugasnya sambil bernyanyi dan ketika observer melihat T, T langsung diam dan tersenyum. Setelah itu, T kembali mengerjakan tugasnya. Ketika T sudah selesai mengerjakan tugasnya, T langsung berteriak “sudah selesai”. T pun langsung berdiri dan menghampiri teman yang duduk di belakangnya. Saat T diperingatkan oleh gurunya agar duduk kembali di tempat duduknya, T pun langsung duduk walaupun hanya sebentar. Kemudian T menghampiri gurunya untuk izin ke toilet, setelah dizinkan oleh gurunya, T langsung berlari menuju toilet. Ketika T sedang di toilet, gurunya meminta semua siswa agar membuat puisi tentang Kebangsaan. Puisi tersebut dikerjakan apabila tugas yang pertama sudah selesai dikerjakan. Kemudian T datang dan masuk ke dalam kelas sambil berlari. Temannya langsung memberitahu T kalau ada tugas tambahan, yaitu tugas membuat puisi tentang Kebangsaan. T pun langsung bertanya lagi kepada gurunya. Setelah selesai bertanya, T tidak langsung mengerjakan tugas puisinya, T malah menggambar di sampul buku tulisnya dengan menggunakan pulpen hijau. Kemudian T memperlihatkan hasil gambarnya kepada teman sebangku dan teman yang duduk di belakang T. Kemudian T berdiri dan langsung berjalan ke belakang untuk meminjam pulpen kepada temannya. Setelah itu, T kembali ke tempat duduknya, T pun langsung melanjutkan menggambar. Tiba-tiba T berdiri untuk memperbaiki celananya. Kemudian gurunya bertanya “apakah sudah selesai?”, T langsung menjawab dengan suara keras “belum selesai Bu”. T pun langsung buru-buru membuka buku

G3, PPE2 G2, G1 G2, F4, PSC2 F4, PSC3 PSC1, G2, PSC2, F4s

Impulsivitas dan Masalah dengan teman sebaya (mengambil barang tanpa izin). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Inatensi (tidak fokus). Hiperaktivitas (jalan menghampiri teman). Kondisi lingkungan (guru memperingatkan T). Sosial di sekolah (menuruti perintah guru dan meminta izin) Kondisi lingkungan (temannya memberi tahu T mengenai tugas selanjutnya). Masalah di sekolah (menunda mengerjakan tugas). Akademik (menyelesaikan tugasnya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Sosial

Page 69: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

244

tulisnya dan mulai membuat puisi. Sesekali T menoleh ke samping dan ke belakang. Ketika gurunya tidak memperhatikan T, T jalan ke belakang dan ngobrol dengan temannya. Kemudian gurunya memperingatkan T “T dari tadi jalan-jalan terus”, T pun langsung kembali ke tempat duduknya. Gurunya bertanya lagi “apakah sudah selesai?”, T menjawab “sudah Bu” (karena masih ada tiga siswa yang belum selesai mengerjakan, koreksi pun ditunda). T langsung berkata “pasti yang belum selesai Kenzo, Amaliku dan Yusna” (T sudah hafal siapa saja yang lama mengerjakan tugas). Kemudian T kembali menggambar dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Kemudian gurunya berkata lagi “karena sudah jam istirahat, jadi siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas yang pertama boleh istirahat dulu, tapi yang belum selesai mengerjakan, tidak boleh istirahat”. T pun langsung bersorak “yeeeee….” sambil menutup bukunya dan kemudian jalan ke arah luar kelas. Tiba-tiba T berhenti berjalan dan kembali ke tempat duduknya, ternyata T kembali melanjutkan menggambar. Lima menit kemudian T keluar kelas menghampiri teman-temannya yang sedang makan.

di sekolah (menuruti teguran gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya selalu mengingatkan T).

Ketika beristirahat, T langsung keluar kelas. Kemudian T menghampiri teman-temannya yang sedang makan. T pun ikut duduk di tempat duduk yang ada di luar kelas. T mengajak temannya ngobrol dan terkadang ketika berbicara, suaranya sangat keras, seperti orang marah. Kemudian ada dua temannya yang datang dari kantin, temannya membawa es dan camilan, T langsung meminta camilan dan es temannya. Ketika camilan temannya sudah habis, T langsung meninggalkan teman-temannya. T berjalan ke arah penjual es lilin (orangtua siswa TK yang sedang berjualan di depan kelas). T langsung melihat dan memilih rasa es yang ingin dibeli. Akhrinya, T memilih es rasa choki-choki. T pun langsung membayar dan membuka es lilin tersebut. T duduk bersila di lantai luar kelas sambil menikmati es lilinnya. T makan es lilinnya sambil ngobrol-ngobrol bersama beberapa temannya.

PPE1 Relasi dengan teman sebaya (ngobrol dan duduk bersama, serta berbagi makanan).

Hari ini T mendapat giliran memimpin doa. Saat diminta untuk maju ke depan, T langsung maju ke depan kelas. Kemudian gurunya meminta T untuk menyiapkan temannya terlebih dahulu, setelah itu T diminta untuk memimpin doa. Ketika sedang memimpin doa, T berusaha berdiri tegak, namun badan T tetap saja bergerak. Saat doa berlangsung, T senyum-senyum dan terkadang tidak ikut mengucapkan bait-bait doanya. Setelah selesai berdoa, T kembali ke tempat duduknya. Kemudian Bu guru meminta semua siswa bernyanyi Indonesia Raya, namun T mengusulkan agar menyanyikan lagu Tanah Air saja. Gurunya tidak menyetujui usulan T dan T langsung berkata “yaahhh…”. Ketika salah satu temannya memimpin bernyanyi, T akhirnya ikut bernyanyi dengan suara yang keras.

G2 PSC2

Hiperaktivitas (tidak bisa berdiri dengan tenang). Sosial di sekolah (T mengajukan pendapat kepada gurunya dan bisa menerima ketika pendapatnya tidak disetujui).

Page 70: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

245

Terkadang saat sedang bernyanyi, T memukul-mukul meja. Ketika lagunya akan selesai, suara T terdengar makin keras. Setelah selesai bernyanyi, Bu guru mempersilahkan tamu masuk ke dalam kelas. Ada dua orang tamu, yaitu seorang bapak dan seorang ibu. Bapak dan Ibu tersebut akan mempraktekkan cara membuat kalung atau gantungan kunci. Ketika tamunya masuk kelas, semua siswa berteriak “yeeeyyy….” (suara T terdengar paling keras). Sebelum praktek dimulai, Bapak tersebut memperkenalkan diri dan meminta semua siswa untuk memilih warna tali yang akan digunakan. Kemudian T langsung berdiri dan lari ke arah Ibu yang sudah memegang beberapa warna tali. T langsung memilih warna talinya dan T memilih warna merah dan hitam. Ketika semua siswa sudah memegang talinya masing-masing, Bapak tersebut langsung menjelaskan cara membuatnya. Bapak tersebut memperingatkan berkali-kali agar semua siswa memperhatikannya terlebih dahulu dan jangan langsung mempraktekkannya. Walaupun demikian, T tetap tidak sabar dan langsung menghampiri Bapak tersebut agar T langsung diajarkan oleh Bapak tersebut. Kemudian gurunya langsung memperingatkan T dan T pun langsung duduk ke tempat duduknya. Kemudian Bapak tersebut kembali melanjutkan tahap-tahap membuat simpul talinya. Setelah melihat cara Bapak tersebut membuat simpul talinya, T langsung berusaha sendiri menyelesaikan gantungan kuncinya. Ketika T berhasil membuat simpulnya, T langsung berteriak “yeeeyyy….aku bisa”. T pun langsung mengerjakannya hingga selesai, walaupun hasilnya tidak terlalu rapi dan simpulnya renggang. Setelah selesai, T langsung pamer kepada observer kalau miliknya sudah selesai. Kemudian T ngobrol dengan teman sebangkunya. Ketika Bapak tersebut memberitahu “silahkan memilih pin dan ditempel dengan lem tembak”, T pun langsung lari menghampiri Ibu yang bertugas menempelkan pin. T memilih pin Juventus dan setelah ditempel, T langsung pamer kepada observer. T langsung menggunakan hiasan tersebut sebagai kalung. Kemudian T kembali ke tempat duduknya dan teman-temannya menghampiri T. Mereka pun ngobrol bersama sambil memamerkan hasil karya mereka masing-masing. Tiba-tiba T berdiri dan berjalan ke luar kelas. T duduk di luar kelas dan teman-temannya langsung menghampiri T. Mereka pun melanjutkan obrolannya di luar kelas. Ketika gurunya datang, semua siswa langsung lari masuk kelas, termasuk T. Sampai di tempat duduk, T mengambil gunting dan memainkan guntingnya. Kemudian observer meminta T agar meletakkan guntingnya di dalam tas. T pun langsung memasukkan guntinganya ke dalam tas sambil menyengir. Kemudian gurunya meminta semua siswa mengeluarkan buku Bahasa Indonesia. T tidak mengeluarkan buku paket, karena T tidak memiliki buku paket. Gurunya pun akhirnya mengambilkan buku paket di

G3, F4 PSC1 PPE1

Impulsivitas (ingin mendahului). Kondisi lingkungan (gurunya selalu mengingatkan T). Akademik (mengerjakan tugas keterampilan hingga selesai). Relasi dengan teman sebaya (ngobrol bersama dan teman-temannya mengikuti T).

Page 71: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

246

dalam lemari dan membagikannya ke masing-masing meja (satu meja mendapat satu buku paket). T langsung membuka halaman yang disuruh oleh gurunya. T tidak membagi buku paketnya kepada teman sebangkunya, sehingga temannya berkata “bukune dibagi to”, T pun langsung menyodorkan bukunya sambil berkata “oh yo..yo..”. Saat gurunya mencontohkan beberapa puisi dan mencontohkan cara membacanya, T tidak memperhatikan dan T sibuk menggambar di sampul bukunya. Ketika gurunya bertanya “puisinya ada di halaman berapa lagi?”, T tiba-tiba menjawab tanpa melihat buku paketnya “halaman 10 Bu”, jawaban T pun salah. Setelah selesai menjawab, T baru melihat buku paketnya. T membuka-buka buku paketnya tidak sesuai dengan perintah gurunya, kemudian teman sebangkunya berkata “halaman 93 T”, T pun langsung membuka halaman 93 sambil tertawa. Kemudian gurunya mempraktekkan kembali cara membaca puisi, T pun memperhatikannya. Setelah gurunya selesai membaca puisi, T langsung bertepuk tangan sambil berkata “wow…bagus”. Setelah itu, T kembali menggambar tanpa menyimak tugas yang diberikan oleh gurunya. Setelah gurunya memberikan tugas, gurunya permisi ke kantor dan observer langsung bertanya kepada T “apa tugas dari Bu guru?, T pun langsung menjawab “disuruh menulis puisi”. T pun langsung membuka buku tulisnya dan menulis salah satu puisi yang ada di buku paket. T mengambil buku paketnya dan diletakkan di hadapan T. Teman sebangkunya tidak bisa melihat dan temannya berkata “T….” (sambil menarik buku paketnya), T pun langsung tertawa. T mengulangi perilaku tersebut hingga dua kali, sehingga temannya kesal kepada T dan temannya memegang ujung buku paket. Setelah selesai menyalin puisinya, T menutup bukunya. Kemudian T membuka bagian sampul bukunya dan melanjutkan menggambar. Setelah itu, T menutup bukunya lagi dan T langsung berdiri. Setelah itu, T izin ke toilet dengan observer. T langsung berlari menuju toilet. Setelah selesai dari toilet, T langsung duduk dan melanjutkan menggambar di sampul bukunya. Kemudian tiba-tiba T mengejek temannya yang perempuan saat berbicara, T menirukan cara, kata dan suara temannya tersebut. Temannya pun kesal dengan T dan temannya memukul T. T hanya menanggapinya dengan tertawa dan mengulanginya lagi. Kemudian gurunya datang dan bertanya “apakah sudah selesai?”, semua siswa menjawab “sudah Bu”. Setelah itu, gurunya meminta semua siswa untuk maju satu-persatu membacakan puisi seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya. Ada satu siswa yang menawarkan diri untuk maju ke depan membaca puisi, namun ketika siswa tersebut membaca puisi, gurunya meminta agar lebih berekspresi. Kemudian gurunya mengajak semua siswa untuk bermain ekspresi terlebih dahulu. Gurunya mengekspresikan wajah marah dan T tidak

PPE1, G1, PSC3, G3 G1, PSC3, PSC2, PSC1, PPE2 PPE2 G3, PSC3

Relasi dengan teman sebaya (mau berbagi). Inatensi dan Masalah di sekolah (T tidak memperhatikan gurunya). Impulsivitas (asal menjawab). Inatensi dan Masalah di sekolah (terlihat seperti tidak memperhatikan). Sosial di sekolah (T memuji gurunya). Akademik (mengerjakan tugasnya hingga selesai). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan teman sebangkunya). Masalah dengan teman sebaya (mengejek temannya). Impulsivitas (asal menjawab). Masalah di

Page 72: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

247

memperhatikan wajah gurunya. T pun tetap menjawab dengan suara keras, namun jawaban T salah. Setelah itu, gurunya meminta semua siswa untuk menampilkan beberapa ekspresi sesuai dengan petunjuk gurunya. Ketika gurunya meminta semua siswa menunjukkan ekspresi sedih, T malah melucu, sehingga teman-temannya tertawa. Setelah itu, gurunya melanjutkan memanggil siswa untuk maju ke depan membacakan puisi. Ketika teman-teman T maju satu-satu ke depan kelas, T tidak memperhatikan, T tetap asyik menggambar di sampul buku tulisnya. Ketika gurunya memanggil nama T, T langsung meletakkan pulpennya dan membuka buku tulisnya. T sempat menolak untuk maju ke depan, kemudian gurunya berkata “tidak ada kata tidak mau atau malu”. Akhirnya, T pun maju ke depan, namun T tidak langsung membacakan puisinya. T berdiri sambil bergerak-gerak dan tertawa terus. Sesekali T menutup wajahnya dengan menggunakan buku tulisnya. Kemudian T pun mulai membacakan puisi, T membacanya dengan suara yang tidak keras. Sesekali T membaca sambil tertawa dan menutup wajahnya dengan buku tulis. Setelah selesai membaca, T kembali ke tempat duduknya. Gurunya pun langsung memberikan masukan kepada T “suaramu kurang keras dan tidak ada ekspresinya”, kemudian T pun menjawab “isin Bu”. Gurunya pun kembali berkata “kalau ngobrol keras-keras kok kamu nggak isin?”, T hanya senyum-senyum dan menutup wajahnya dengan buku tulis. Setelah itu, ada enam siswa lagi yang maju ke depan membacakan puisi. Kemudian semua siswa boleh istirahat terlebih dahulu.

PSC2, G2, F4

sekolah (mengganggu proses belajar). Sosial di sekolah (T menuruti perintah gurunya). Hiperaktivitas (T tidak bisa berdiri dengan tenang). Kondisi lingkungan (gurunya memotivasi dan menegur T).

Ketika jam istirahat, T langsung berlari menuju kantin sekolah. T membeli dua gorengan (mendoan) yang diisi bumbu serbuk. Kemudian T berjalan menuju tempat duduk yang ada di luar kelas. T duduk disana bersama beberapa temannya sambil makan gorengannya. T makan sambil ngobrol dengan temannya. Setelah gorengannya habis, T membuang plastiknya di tempat sampah yang ada di dekatnya. Kemudian salah seorang temannya datang membawa es, camilan dan permen lolypop. Temannya meminta tolong agar mengambil camilan yang ada di tangannya agar camilannya tidak jatuh. T pun mau mengambilkannya. Setelah itu, T membeli es lilin yang jualan di luar kelas, T membeli es lilin rasa choki-choki. T kembali ke tempat duduknya dan T makan es lilin sambil ngobrol dengan teman-temannya. Sesekali T berbicara dengan suara yang sangat keras. Setelah es lilinnya habis, T membuka camilan milik temannya. Ketika observer bertanya kepada T “itu camilannya siapa? kok kamu makan?”, T langsung menjawab “aku dikasi sama dia kok”. T pun langsung melanjutkan makan camilannya. Setelah camilannya habis, T mengusulkan bermain polisi maling bersama teman-temannya. Teman-temannya pun setuju dan T memimpin permainan tersebut. Ketika bermain tersebut, T menjadi polisi dan

PPE1 PSP3, PPE1

Relasi dengan teman sebaya (T ngobrol bersama teman-temannya, T mau membantu temannya). Memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama teman). Relasi dengan teman sebaya (T mengajak teman-

Page 73: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

248

kelompok T terdiri dari empat orang temasuk T. Kelompok maling juga terdiri dari empat orang. Permainan pun dimulai oleh T, masing-masing polisi langsung mengejar kelompok maling. T pun berlari dengan sangat kencang dan T bisa menangkap kelompok maling dengan cepat. Setelah semua maling tertangkap oleh polisi, maka permainan diulang lagi. Permainan pun diulang kembali, T pun langsung lari mengejar kelompok maling yang berlari ke semak-semak. Setelah malingnya tertangkap, T langsung menggeret temannya tersebut. Mereka bermain polisi maling hingga jam istirahat selesai. Ketika gurunya datang, semua siswa langsung masuk ke dalam kelas.

temannya bermain).

Page 74: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

249

Hasil Wawancara Subjek 2

Inisial : M Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 50 tahun Pendidikan Terakhir : S1 Hubungan : Wali kelas Tanggal Wawancara : Rabu, 8 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang guru

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis Bu, saya mau tanya, tentang kemampuan membaca sama berhitungnya di kelas itu gimana Bu? Terus Bu kalau mengerjakan tugas itu selalu selesai atau tidak? Terus kalau untuk mata pelajaran lainnya gimana Bu? Berarti dia sregep kalau

Bagus, bisa mengikuti. Dia bisa mengikuti, ya itu tapi dia ga bisa diem. Jadi dia gerak terus, anu mulute juga kalau ngomong anu, disuruh diem gatel dee (gurunya tertawa). Jadi ngomong terus, entah opo ono wae sing diomongke, pokoknya gak bisa diem. Selesai. Tanggung jawab anaknya. Anaknya tanggung jawab, walaupun anaknya bandel kayak gitu tapi dia kalau diberi tugas, rajin, sregep, tanggung jawab. Bisa, ya bisa, tapi gak terlalu, ya sedeng-sedeng lah. Nilainya ya nganu Mbak lumayan. 80, 100 malah nilai-nilai jelek itu jarang, nilai-nilai jelek itu jarang. Paling rendah itu paling 60 kalau sulit banget. Membaca lancar, nyanyi yo, biasa banter suarane memang menggelegar (gurunya tertawa). Terus diberi tugas apa gitu, ya tanggung jawab tetap dilaksanakan gitu, bocahe entengan. Apalagi kalau aktivitas keluar ya, ya kayak olahraga gitu dia seneng, tapi memang ya udah itu memang anaknya seperti itu. Tapi kalau kita memang harus rajin mengingatkan aja. Soalnya kan kalau aku kayak gini ya Mbak, pernah memberi hukuman ke anak nggih, paling nanti hukumanne menulis, kalau enggak bonus jam tambahan, berarti pulangnya agak siang gitu, kalau gak ngambili sampah, paling gitu, tapi kalau memang gak anu tak suruh pintu, tapi selama ini masih bisa dikendalikan sih. Tapi kalau T ya masuknya lumayan pinter lah, sedeng lah. Heeem…T yo PR yo garap. Dia tahu tugas-tugasnya tahu, tugas kewajiban

PSC1, G2, G3 PSC1 PSC1, F4 PSC1, G2

Akademik (bisa mengikuti pelajaran). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Impulsivitas (banyak bicara). Akademik (tanggung jawab terhadap tugasnya). Akademik (nilainya cukup baik dan tanggung jawab dengan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya selalu mengingatkan T). Akademik (selalu

Page 75: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

250

dikasih tugas gitu ya Bu? Terus Bu pernah ada tugas kelompok gitu gak Bu? Terus ya Bu, kalau dilihat dari perilakunya dia di luar atau di dalam kelas itu gimana ya Bu? Terus kalau sejauh ini ibu merasa kesulitan gak? Terus Bu kalau seumpanya T

tahu, cuman ya itu tadi memang gak bisa diem. Heemmm. Kalau dia pas mengerjakan tugas kelompok sama teman-temannya gitu gimana Bu? Apa ya, anaknya kan iseng, senengane nggih, yo tetep ora bertengkar kok, tetep akur. Dia senenge mbedoni, gitu aja, tapi gak sampai bertengkar, sampai berkelahi, cuman gojek. Tapi ya masih dalam tahap yang wajar sih Mbak. Terus temen-temennya gimana Bu? Ya teman-temannya memaklumi, paling temannya bilang gini “T meneh” (gurunya tertawa). Ya udah seperti itu lah, terus nanti temennya ngadu “Bu tu T tu lo Bu gak bisa diem” (gurunya tertawa). Jadi harus dianu, harus rajin mengingatkan dia. Berarti teman-temannya juga negur T kayak gitu Bu? Ya Mbak, ya Mbak Mila liat sendiri kan kalau di kelas, ya seperti itu. Kalau saya tak anggap wajar sih ya, anak-anak justru kalau anak-anak yang diem pasif itu malah kalau menurut aku kurang anu nggih, kurang sreg. Justru anak-anak yang ada timbal balik, dia berani protes gitu malah seneng, berarti anak itu malah kritis, berani menegur, berani menggungkapkan, itu kalau aku pribadi itu justru anak yang kristis nggih, karena dia apa ya, tidak mau hak-haknya dipaksakan atau dia anu orang lain ya. Tapi dia imbangnya juga bagus, sadar akan kewajibannya kalau kerja. Sama aja, gak ada bedanya. Ya sama-sama energik, ya apalagi kalau diajak olahraga, dia paling energik itu. Pramuka itu coba kalau Mbak lihat itu tadi, ya susah diatur sama temennya, jadi ya temennya jengkel. Ya tapi dia manut, tapi ya banyak gerak gitu, ga bisa diem anteng gitu lo. Pas upacara pun ya seperti itu, jadi entah gerakin kaki lah, entah gerakin apa. Itu dia senenge iseng, koncone ngarep opo wae dianu, diisengin, tapi cuman sebatas iseng si ya, kalau bertengkar, berkelahi gak. Terus dia mukul juga enggak, kalau dia itu malah menjaga ya, misalnya ada temennya kenapa, ya dia langsung ngasi tahu, kalau gak ya lapor ke saya. Cuman ya itu tadi, geraknya aja, kayak kutu loncat. Terus dia juga suka ngomong, jadi kaki mbe mulut podo.. hahahah.. Enggak, karena dia berimbang ya, selain nakal juga bukannya, bukan nakal sih ya, suka iseng aja, kan nganu beda sama anak nakal ya, dia itu sukanya iseng, gak bisa diam, tapi dia konsekuen, konsekuen sama tugasnya. Ya dia diem, tapi bar kui ngko let berapa waktu dia balik gerak lagi (gurunya

PPE2, G2, F4 PSC1 G2, PPE2 G2, G3 PPE2, G2

mengerjakan PR). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya). Hiperaktivitas (T tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (guru dan temannya selalu mengingatkan, serta memaklumi kondisi T). Akademik (tanggung jawab dengan tugasnya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya). Hiperaktivitas (banyak gerak). Impulsivitas (suka bicara). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Page 76: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

251

ditegur karena gak bisa diem sama ngomong terus, dia reaksinya gimana Bu? Terus Bu, kalau pas Ibu menjelaskan dia memperhatikan gak Bu? Ketika ada pertanyaan-pertanyaan gitu dia jawab gak biasanya Bu? Kalau dikasih tugas gitu dia gimana Bu?

tertawa). Ya udah terus saya bilang gini “bisa diem gak koe?”, terus dia jawab “Ya..ya Bu”, tapi bar kui ya nengok kiri-kanan (gurunya tertawa). Terus nanti entah kaki lah yo wis, jadi gak bisa seluruh organ tubuhnya diam, pas mulutnya diam, tapi mboh kepalanya mboh kakie, mboh tangane yo tetep gerak. Kemarin tak coba to, dia gak nganu, gak memperhatikan, tapi dia bisa jawab juga. Dia itu gak fokus, tapi telinganya mendengarkan. Tapi kalau kadang pas asyik apa gitu ya udah ada juga yang meleng, jadi kebablasan gitu. Biasanya kalau disuruh maju, deen sregep. Terus suruh jawab pertanyaan ya mau jawab juga. Ya jawabannya juga sering bener juga, tapi kadang salah juga, karena dia asal jawab aja. Tapi kalau dia sih masih dalam tahap penalaran, jadi jawabannya masih bisa dinalar. Berarti salama ini gak ada kesulitan ya Bu dalam proses belajar? Enggak ada, ya cuman satu itu suruh diem, susah, organ tubuhnya gerak terus, makanya anaknya kayak kutu loncat, badan sama mulut podo wae (gurunya tertawa). Kadang ya ngeluh. Ya udah saya bilang gini “kalau cuman segitu kamu ngeluh, berarti kamu males, yo wis tak tambahin meneh”, terus dia langsung jawab “yo…yo…yo” (gurunya tertawa). Ya udah habis itu ya dia lanjut. Kadang ya dia ngeluh gini “Bu kesel Bu”, terus ya saya jawab gini “kan udah tak bilangin kalau istirahat dolanan yang wajar orak playon, yo nek playon yo gembrobyos gitu, kan kalau istirahat itu untuk selo, untuk menghemat tenaga, untuk persiapan di kelas, untuk belajar, lah koe, ya gak pa-pa, ngeluh lagi ya gak pa-pa, tak tambahi sepuluh”. Terus dia jawab “ya jangan”, tak jawab lagi “ya udah wis to kalau soal 15 kan wajar, padune raiso anteng meh dolanan. Terus akhirnya dia bilang “yo…yo..yo”. Terus ya dia mengerjakan sampai selesai. Kalau aku gitu mbak, jadi guru jangan sampai menyakiti anak, tangan ini jangan sampai jewer, nyubit, jadi sebisa mungkin aku hindari, aku paling gak suka karena itu menyakiti, aku paling dengan sikap tindakan aja. Misalkan, anak-anak rame, tapi sudah perjanjian dulu sama meraka, kalau gak bisa diatur gitu ada tambahan waktu, tapi aku ngasih sanksi ke anak ya step by step gak langsung, diingatkan satu dua tiga, baru tindakan. Jadi bukan apa terus jangan, misalkan kalau rame ya saya bilang “ya rame terus gak pa-pa, malah

G2, F4 G1 G3 G2, G3 F4

Hiperaktivitas (T tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (gurunya selalu mengingatkan T). Inatensi (T terlihat tidak memperhatikan dan tidak fokus). Impulsivitas (asal menjawab). Hiperaktivitas (T tidak bisa diam) Impulsivitas (suka bicara). Kondisi lingkungan (gurunya selalu menasihati dan bersikap tegas kepada T).

Page 77: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

252

Terus Bu kalau interaksi T sama teman-temannya gimana Bu? Berarti interaksinya T dengan teman-temannya mengalami masalah gak Bu?

beneran, tak kasi hadiah”, anak-anak ya jawab “hadiah apa Bu”, ya tak jawab lagi “apa hadiahnya coba?”, ya anak-anak langsung jawab “tambahan waktu”. Ya terus akhirnya mereka anteng, karena gak mau dikasi tambahan waktu (gurunya tertawa). Kalau gak garap PR gitu, tak denda dengan nulis soal beberapa kali, biar mereka sekalian latihan menulis halus. Jadi misalnya dia gak mengerjakan PR, kan saya melihat dulu nggih, kalau memang ketinggalan pas istirahat tak suruh ngmabil, misalkan kalau rumahnya deket, tapi kalau jauh, ya besok, atau gak telepon orangtuanya tak suruh ambilkan, itu untuk mengecek kejujuran anak nggih. Kadang kalau gak dicek kayak gitu, itu bisanya cuman alasan mereka aja, karena mereka males. Biar mereka gak bohong, jadi mereka tak kasi tindakan mungut sampah Baik. Bisa menyesuaikan diri. Jadi dia tahu permainan yang gak boleh dimainkan, kayak gak boleh main bola di dalam kelas, kalau di kelas mereka gojek, oyak-oyakan gitu, paling itu aja, misalkan mereka main catur ya main catur, T kan bisa main catur. Kemarin T kan memang tak arahin, tak bilang gini “kamu gak bisa diem, ikut karate wae”, memang harus diarahkan nggih, kalau bisa memang harus diarahkan ke olahraga nggih. Jadi dia tak kasih tahu “kamu tu gak bisa diem, kamu ikut karate, nanti kamu malah jadi jago”, tak gituin, “dapet juara nanti”, tak gituin. Karena tadinya anak-anak gak mau ikut ekskul, yang ikut tu cuman 4 orang, yang nari itu cuman beberapa orang. Semua anak tak kasih tahu gini “kelas 3 harus pilih salah satu, minimal paling sedikit pilih salah satu, nari atau karate”, kecuali kalau alasan kesehatan nggih dan orangtuanya gak meperbolehkan. Mumpung ada ekskul gratis, kalau diluar perbulan bayar, mumpung ada kegiatan gratis, ikut. Setidaknya untuk jaga diri, jadi anak memilih, tiga-tiganya boleh komputer terus tari, sama karate. Ikut nari tok boleh, karate tok boleh, pokoknya tak gitukan. Pilih salah satu, kalau komputer bayar, karena itu kan butuh alat nggh, dari luar juga. Dengan gitu anak-anak jadi ada yang ikut nari, ada ikut karate. Kalau T ikut karate saja, dengan begitu, dia kan jadi lebih terarah. Enggak Mbak, ya paling usil itu. Dia sukanya ngusilin temennya, pokoknya ada aja. Entah dijewer, dieweng-eweng opo pie. Ya namanya anak-anak kan, tapi gitu malah keliatan akur. Terus dia gak apa ya, kan ada anak yang

PPE1, F4 PPE2

Relasi dengan teman sebaya (bisa menyesuaikan diri dan sering bermain bersama teman-temannya). Kondisi lingkungan (gurunya mengarahkan T sesuai dengan minatnya). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya).

Page 78: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

253

Terus kalau dia bermain itu lebih keteman-teman sebaya atau yang lebih dewasa Bu?

plak-plok terus bertengkar, dia juga kadang keluar satu dua kata sing diluar kontrol kan. Kalau aku kan, kalau ada anak yang seperti itu, tak suruh tapuk sendiri mulutnya. Terus tak bilang gini “dikasi mulut itu untuk buat yang baik”, saya gitukan, biar gak terbiasa, dengan mulut mengeluarkan suara, yo podo-podo mengeluarkan yang baik, biar dapet pahala gitu. Ya terus dia jawab “nggih-nggih Bu”. Dia sekarang sholat udah mulai bagus, kalau sholat bareng gitu, dia yo udah bisa khusyuk sih. Memang kemarin dia kalau sholat masih suka bercanda, yo tergantung kitanya juga ya sebagai guru, open po ora. Ya setidaknya udah ada perubahan lah, dia jadi lebih terarah. Ya memang apa ya kebiasaan di kelas kan juga kita gak bisa nganu juga. Misal kalau jumatan yo jumatan yang bener, lah daripada kita ganggu orang yang lagi jumatan mending gak usah ya to, daripada doso, kita menggangu orang yang lagi khusyuk sholat to. Tapi kalau T sudah mulai bisa. Berarti dia tetep bisa sholat dengan khusyuk ya? Ya bisa, kan saya kasih tahu orangtuanya juga, orangtua pun saya mintain tolong dirumah agar sempatkan waktu untuk beribadah bersama-sama dengan anak-anak, ya minimal lah subuh, anak-anak dibagunkan pagi, diajak sholat berjamaah, biar setidaknya melatih anak untuk lebih dispilin dan tanggung jawab. Apalagi itu kan termasuk bimbingan rohani nggih, terus cium tangan itu kan udah pembiasaan, jadi untuk pembiasaan yang baik, masalah nanti dhuhur, ashar, maghrib belum sempat kan gak pa-pa, mungkin tambah isyaknya, kan kadang orangtua kan pulangnya gak tentu kan. Jadi saya memang menyarankan orangtua seperti itu, jadi setidaknya saya juga lebih kontrol ke anak-anak nggih, juga lebih seneng kalau orangtua proaktif dalam pendidikan. Justru seng pasti corone, Bu terserah anak kulo nakal, justru itu bukan orangtua yang memperhatikan pendidikan anake.. masa bodo lah itu. Jadi kan harusnya orangtua mau diajak bekerja sama dengan guru juga. Justru yang hanya menyerahkan seperti “mpun terserah Ibu jewer, opo terserah panjengan”, itu kan orangtua yang masa bodoh, gak peduli sama anaknya. Sebaya, iya dia bisa main bareng temen-temennya. Lah teman-temannya kebetulan anak-anak kelas 3 ini akur ya, bisa dibilang jarang bertengkar, ya walaupun ada beberapa anak yang agak super, tapi kalau T gak sih, gak menyakiti temannya, malah dia berusaha misah kalo ada temennya yang

PSC3, F4 F4 PPE1, PPE

Masalah di sekolah (terkadang bicara kasar). Kondisi lingkungan (gurunya selalu menasihati dan memperingatkan T). Kondisi lingkungan (komunikasi yang baik antara guru dan orangtua). Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama). Masalah dengan teman sebaya (suka usil). Perkembangan dan

Page 79: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

254

Terus Bu, kalau dia kenal sama orang baru gitu, dia adaptasinya gimana? Terus Bu, T itu punya temen deket gak Bu, yang sering diajak main itu siapa saja? Berarti temen-temennya gak ada yang mengeluhkan

berantem. Terus dia juga anaknya peduli, walaupun dia juga suka usil dan keliatan cuek, tapi dia peduli. Cepet juga, jadi gak malu-malu gitu, ya langsung bisa gabung sama temen-temennya. Tapi kadang kalau pas kumat males ya koyo gak bisa dibilangin (gurunya tertawa), tapi nganu gampang direspon, kalau kita menstimulus dia, diresponnya cepet kok, asal T masih mau dikasih tahu. Jadi dia harus dikasih stimuli dan disemangatin gitu. Jadi dia kumat malesnya kalau pas dia kecapekan, kadang kan kondisi fisik juga gak tentu kan, tapi dia tetep mau kok. Cuman kadang ini lo Jumat Sabtu tu gak masuk, gak tahu kemana, saya manggil orangtuanya, kan juga belum dateng orangtuanya, orangtuanya kan kerja, Ibunya kayaknya kerja. Nah makanya saya juga pengen ketemu, tapi ya udahlah, selama anaknya masih wajar. Cuman beberapa kali Sabtu itu gak masuk gak ada izin, ga ada suratnya juga, padahal kan ada WA group, kan lewat WA group bisa ngabari, tapi ibunya juga gak ada WA. Tapi ya akhirnya T empat kali bolos bulan kemarin. Itu baru pertama kalinya atau gimana Bu? Sebelum-sebelumnya enggak, saya juga gak tau itu kenapa, juga orangtuanya gak ada penjelasan. Kenapa ya Mbak Mila, aku tu kalau disuruh membiarkan anak cuek gitu gak bisa sih. Ya tergantung kita juga nggih, anaknya juga jadi gak ada efek jeranya juga. Biasanya sama...kurang tau juga ik Mbak aku, aku kan memperhatikan di lingkup sekolah aja, kalau diluar itu aku gak tau. Aku terus terang aku kalau ngamati anak, kalau dia pulang ya dia pulang, gak pernah mendengar kabar T nakal. Nakal kemarin itu aja, kelas berapa ya yang bilang gini “Bu T sama temen-temen ke Indomaret”, tapi aku kan gak mau laporan sepihak nggih, tak panggil terus tak tanya “bener kemarin kalian ke Indomaret beli Beer Bintang?”. Terus mereka jawab ”bukan kok Bu, enggak Bu wong dijajake Tika, Tika ulang tahun”, terus mereka ditraktir gitu, jajan gitu di Indomaret. Jadi yang ngelapor itu ga bener laporannya, jadi mereka itu cuma megang aja, jadi ga beli. Setelah saya cross check ya gak ada. Kalau T itu nakalnya, nakal anak-anak ya, gak nyuri, gak bohong, malah bohong juga dia enggak. Ya dia itu jujur, malah ngomong apa adanya gitu. Gak ada, paling ya itu, itu aja gak bisa diem, senengane ceriwis terus. Kalau pas pulang itu, pas pulang nggih, pulang kan biasanya tak tunggu

PPE1, F4 G2, G3, F4

kematangan (kematangan sosial: peduli dan mampu melerai temannya). Relasi dengan teman sebaya (mudah beradaptasi dengan situasi atau orang baru). Kondisi lingkungan (gurunya memotivasi dan mengingatkan T) Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Impulsivitas (suka

Page 80: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

255

perilaku T? Berarti dia kalau berteman sama siapa aja ya? Tapi pernah gak Bu dia sampai marah banget?

sampe anteng dulu, paling aku cuma diem aja. Temennya mengingatkan “T ini lo suruh diem, itu lo Bu Maria sudah diem, diliatin dari tadi gak itu”, ya paling temennya keselnya kayak gitu. Ya karena itu tadi wis kadung susah (gurunya tertawa). Berarti temennya lebih ke mengigatkan dia ya bu? Heemm…jadi ndadak bengok-bengok “T ini”, ya paling gitu. Jadi paling kan tak liat tok gitu ,anak-anak kan jiwanya masih lucu nggih, kan anak kelas 3 itu kan masa transisi nggih, usia sembilan tahun itu usia transisi, mencari jati diri, tapi kalau terbiasa dengan kebiasaan bohong, misalnya orangtuanya hanya “ono PR ora le”, terus ora dicek gitu, terus anaknya cuma jawab “enggak kok Bu”. Nah kan dengan begitu anak-anak akan ada di posisi yang aman to, terus dibiarkan saja. Lah anak kan banyak yang kayak gitu, tapi kalau aku, ada PR kan gak pernah tak share ke group nggih, karena orangtua itu biar nanyake langsung ke anake, biar ada komunikasi to, terus di cek buku-bukunya, ditanyakan. Jadi PR itu gak tak share biar orangtua punya kepedulian juga. Siapa aja, tapi juga gak pernah nakalin temene sih. Ya paling cuman ngusilin, paling cuman ngoda-ngoda. Tapi yo kadang-kadang kalau diluar kontrol sok keluar kata-kata kasar gitu, tapi ki jarang, cuman kadang mungkin kadung jengkel atau apa gitu, jadi keceplosan gitu. Pernah, mungkin dinakali koncone, terus diejek ya, dia paling marah kalau diejek, apalagi kalau nyangkut orangtua, bisa-bisa sampai mendelik-mendelik, sampai marah-marah, emosi bener, tapi gak sampe bertengkar sih. Tapi jengkel juga kan memang orangtuanya diejek-ejek gitu, kayak nyebut nama orangtua gitu. Kadang anak-anak kan gitu, tapi terus dia marah banget, terus tak tengahi, terus anak yang ngejek T itu terus minta maaf. Terus dia memaafkan gak Bu? Iya kalau anak-anak harus bisa memafkan. Jadi dia ya gak susah juga buat memaafkan temennya dan dia juga gak dendaman orangnya. Terus habis itu ya udah main lagi sama temen-temennya, kan sifat anak murni seperti gitu, makanya itu hal positif yang bisa dipelajari untuk orangtua, biar gak berlarut-larut, anaknya udah akur, tapi wong tuone ijek berantem (gurunya tertawa). Murninya anak-anak kan gitu uniknya.

PPE1, PPE2 PPE2 PPE1

bicara). Kondisi lingkungan (teman-temannya selalu mengingatkan). Relasi dengan teman sebaya (berteman dengan siapa saja). Masalah dengan teman sebaya (suka usil). Masalah di sekolah (kadang bicara kasar). Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek nama orangtua T). Relasi dengan teman sebaya (mudah memaafkan temannya dan bermain bersama).

Page 81: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

256

Inisial : I Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 34 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Hubungan : Ibu Tanggal Wawancara : Rabu, 25 Oktober 2017 Tempat Wawancara : Ruang tamu

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis Dikeluarga Ibu ada berapa orang? Terus Bu, waktu hamilnya T itu seperti apa? Ngidam gak?

Keluarga saya itu ada lima orang, Bapak, Ibu dan tiga orang anak. Anak saya laki-laki semua Mbak, T punya kakak satu dan punya adik satu. Kalau boleh tahu, umur Ibu dan Bapak berapa? Umur saya 34 tahun, kalau Bapaknya 43 tahun, Bapaknya kelahiran 74 Mbak (Ibunya tertawa). Terus kalau umur kakaknya berapa Bu? Umur kakaknya 15 tahun, kalau T umurnya 9 tahun, teruas kalau adiknya umur 2,5 tahun. Berarti jaraknya jauh-jauh ya Bu? Iya cowok semua, (Ibunya tertawa). Jarak usia T sama kakaknya itu, enam tahun Mbak, kakaknya lahir tahun 2002, sekarang itu kakaknya udah SMP kelas 3. Kalau jarak usia sama adiknya tujuh tahun. Dulu gak kepikiran punya anak laki-laki lagi, cukup dua aja, ternyata kan ada adiknya, sekarang udah tiga, udah…udah cukup (Ibunya tertawa). Kalau waktu itu makannya susah, pas hamilnya T makannya susah. Kalau muntahnya sih enggak, paling maemnya itu yang susah paling itu lho, maemnya kayak tela-telaan gitu, ubi gitu, tapi itu mulai dari trisemester pertama sampai 4 bulan tok sih. Setelah itu, sama terus, sudah mau makan. Waktu hamil T ceknya dimana Bu? Waktu itu saya ceknya di Puskesmas Mbak, periksa di Puskesmas, lahirnya juga di Puskesmas. Waktu lahiran, saya lahir normal. Berarti selama hamil gak ada keluhan apa-apa Bu? Kalau hamilnya T itu sakit gigi, sering sakit gigi, pokoknya sering sakit gigi lah. Keluhan selama hamil T cuman itu aja Bu? Dulu

pernah tensi pas umur kehamilan enam bulan, tensinya itu 130/90 atau berapa gitu, jadi tensi saya tinggi, tapi cuman sekali aja sih, pas hamil enam bulan. Terus dulu waktu hamil T, minum vitamin atau obat gitu gak Bu?

Anggota keluarga T. Riwayat kehamilan dan proses melahirkan.

Page 82: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

257

Setelah itu, perkembangannya T gimana Bu? Kalau untuk makannya itu gimana Bu pas umur 6 bulan? Waktu T sakit itu pas baru lahir itu aja?

Itu tergantung dari Puskesmas itu Mbak, jadi setiap periksa pasti dikasih penambah darah, vitamin, kalsium itu dah dari sana, dari Puskesmas. Berarti gak ada keluhan-keluhan lagi ya Bu? Lahirnya juga normal ya? Iya gak ada keluhan lain, terus lahirnya juga normal. Itu normal ik, tiga bulan udah bisa tengkurep, terus perkembangan yang lainnya juga sesuai umur. Cuman dia sering sakit-sakitan Mbak, kalau dia itu Mbak, sering panas dari umur 0 bulan Mbak. Iya soalnya apa ya Mbak, itu tadinya apa ya, kan dari Puskesmas, air susu gak mau keluar, keluar susunya susah, dikasih formula juga gak boleh sedangkan kan akhirnya panas to badannya anget. Terus akhirnya disarankan minum susu formula, diperbolehkan minum susu formula sampai susu saya keluar, terus ya udah setelah itu gak minum susu formula lagi, terus minum ASI sampai usia 2 tahun. Berarti gak minum susu formula terus ya Bu? Heem...dua tiga hari, sampai satu minggu gitu, dua tiga hari di puskesmas terus ASI saya udah lancar. Pertama itu makannya pisang, pisang buah, terus habis pisang buah dilanjut nasi tim. Nasi tim-nya bikin sendiri Bu? Heem bikin sendiri, bukan, bubur yang beli itu, bukan bubur yang bungkusan kayak SUN gitu Mbak. Ya sering kan yang namanya anak-anak sering sakit. Berarti sakitnya masih wajar gak sampai opname kan Bu? Opname pernah satu kali, waktu itu dia sakit diare, mencret gitu. Waktu itu dia masih umur satu setengah tahun. Itu diarenya karena apa ya Bu? Kurang tau ya, karena dia tu, ya namanya anak-anak, gak tau karena makanan atau apa, tadinya itu lho minum susu kemasan, susu milkuat kemasan itu, nah itu gak kuat perutnya. Itu pas umur satu setengah tahun. Berarti dia diare terus sampai lemes? Heem sampai dimasukin itu aja gak bisa. Diinfus? Heem…soalnya anaknya sampai cairanne wes sampai habis (Ibunya tertawa). Susah itu, umurnya satu setengah tahun. Setelah umur satu setengah tahun itu, dia pernah sakit gak Bu? Alhamdulilah gak pernah sakit Mbak, paling cuman demam biasa sama batuk pilek gitu. Dia itu kalau masalah makan dia susah, kalau gak disuapin gak mau makan. Sampai sekarang itu susah makannya. Kalau pagi itu tak suruh sarapan, sebelum berangkat sekolah, dia malah gak mau mbak, lah itu kan malah bikin perut

Riwayat perkembangan T. Makanan pendamping ASI saat sudah berusia 6 bulan. Riwayat kesehatan T. T sempat opname satu kali saat berusia satu tahun enam bulan.

Page 83: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

258

Terus Bu, kalau sejauh ini, kalau diliat dari kemampuan di sekolahnya gimana Bu? Kayak membaca dan berhitung? Terus kalau ada PR, dia ngerjain gak Bu? Terus kalau dia ngerjain PR,

sakit atau gimana, lah nanti kan takutnya kenapa-kenapa dengan dia, asam lambung atau maag gitu nanti Mbak. Terus kalau di rumah jajannya kayak apa Bu? Kalau uang tak kasih buat jajan, tapi gak tau jajannya apa disana (Ibunya tertawa). Kalau dikasih bekal dia mau, tapi kalau nasi dia gak mau, kasihnya itu pasti uang Mbak. Berarti cuman cemilan-cemilan gitu Bu? Heem…mungkin jajannya apa kan di sekolah gak tau, jajan apa. Terus kalau di rumah jajan juga gak Bu? Ya jajan, jajannya kayak es, wafer (Ibunya tertawa). Susah anaknya, susah diatur. Kalau membaca, menghitung lumayan sih, lumayan Mbak, cuman kalau anaknya gak males belajar mungkin bisa nilainya lebih, nilai matematikanya kan kadang 68, 78, seng bahasa daerah, berapa kemarin ya. (Ibunya menanyakan nilai UTS kepada T “kemarin berapa ya nilaimu? nilaimu ndi? nilaimu mana?”, T pun mengambilkan hasil UTS-nya di dalam tas). Berarti itu nilai UTS kemarin itu ya Bu? Heemm.. Itu gak belajar dia pas UTS Bu? Enggak sama sekali. Sampai disuruh belajar, dia pasti jawabnya gini “sing penting aku bisa ngisi”, ya jawabannya gitu terus Ibunya tertawa. Dia kalau ada PR ngerjain, kalau ada PR ngerjain, kadang minta tolong, tapi kadang garap sendiri, nanti kalau gak bisa dia baru tanya. Kalau dia ngerjain sendiri, selesai gak Bu? Selesai Mbak. Ini nilai UTS-nya nih (Ibunya menunjukkan nilai UTS T kepada interviewer). Nilai agamanya yang masih kurang ya Bu? Iya Mbak agamanya, karena dia gak mau ngaji mbak, susah, kalau dia mau ngaji kan bisa to sedikit-sedikit, diajarin dirumah yo gak nganu, agamanya karena dia gak mau ngaji. Nilai matematikanya lumayan ya Bu? Iya, iya dia matematika bisa ngitung, bisa mengikuti penghitungannya. Berarti kalau dia ngerjain PR gitu selesai ya Bu? Heem…pokoknya kalau dia bisa garap, digarap, tapi kalau dia gak bisa, dia tanya “Bu ini nganu-nya apa? Apa-apa gitu”. Sing males itu sih belajarnya, mungkin kalau dia mau belajar ya walaupun sebentar 10 menit gitu, atau setengah jam itu, mungkin nilainya lebih bagus dari ini (Ibunya tertawa). Ini gak belajar sama sekali Mbak, ya tapi untung anaknya bisa jawab Mbak (Ibunya tertawa). Ya kalau disuruh belajar, paling jawabnya mesti gitu Mbak “yang penting aku bisa jawab” (Ibunya tertawa). Ya serius Mbak, ya walaupun kadang-kadang kalau digangguin sama adiknya, kadang dia merhatiin adiknya dulu, tapi habis itu dia ngerjain lagi

PIP3 PSC1 PIP3 G1, PSC1

Masalah dengan orangtua (suka membantah) Akademik (kemampuan membaca dan menghitung cukup baik). Masalah dengan orangtua (T malas belajar dan suka membantah). Inatensi (perhatiannya

Page 84: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

259

tipenya gimana Bu? Jadi dia serius atau gimana? Terus interaksinya T sama saudaranya gimana Bu? Sama kakak dan adiknya? Tidur siang gak T Bu? Terus selama ini pernah dapet keluhan atau laporan

sampai selesai. Kalau sudah selesai ngerjain, ya dia baru main. Tapi kalau dia gak bisa, dia tunggu saya dulu Mbak. Tapi kalau setiap ada PR, dia pasti jujur dan ngerjain kok Mbak. Kalau sama kakaknya sama T suka tukaran, kakanya kalau diganggu gak mau, ini misalkan kakaknya pegang apa, terus T ganggu, kakaknya gak mau, mesti kakaknya marah-marah, kalau sama kakaknya kayak gitu marah-marah, kakaknya gak mau diganggu, tapi T itu rusuh kalau sama kakaknya (Ibunya tertawa). Berarti gak deket sama kakaknya? Gak, dia aja gak pernah minta diajarin sama kakaknya. (T tiba-tiba jawab “lah mau diajarin kakak, ya kan Mbah?, Mbah-nya pun menjawab “iya” sambil tertawa). Mbah-nya ikut jawab “biasanya kan sama saya, lah kan saya ada acara, terus kakaknya tak suruh ngajarin T”. Berarti ngobrol juga jarang? Jarang, kakaknya nganu, main terus kok, ya T juga sama suka main terus, di rumah yo ketemunya juga paling kalau pas mau tidur (Ibunya tertawa). Kalau sama adiknya gimana Bu? Dia kalo sama adiknya malah deket, adiknya ngintil terus (Ibunya tertawa). Soalnya adiknya ngintilin T terus. Terus kalau T intilin sama adiknya gimana Bu? Ya dia mau aja Mbak, adiknya ya diajak main. Gak, gak sama sekali Mbak, main, wong pulang sekolah ini main. Jadi siang dia jarang ada di rumah Mbak, pulang sekolah paling sama temen-temennya, dia muter gak tahu kemana, gak tau saya, saya kan kerja, jadi saya gak bisa ngawasin dia. Tapi nanti pas pulang dia tahu waktu Bu? Tahu kalau pas tahu, ya pulang, tapi kalau gak, ya harus dicari Mbak. Mbah-nya ikut menjawab “kalau jam 4 lebih gak ada, saya panggil, saya suruh mandi, dia takutnya malah sama saya”. Kalau T itu, main, dikit-dikit main kalau T tu. Mainnya sepeda apa jalan? Yaa jalan, gak punya sepeda kok (Ibunya tertawa). Tapi bisa gak Bu T naik sepeda? Dia naik sepeda bisa, kalau ada sepeda dinaikin, dia kalau sepeda bisa. Dia mainnya dimana aja Bu? Cuman sekitar sini aja kok, komplek-komplek sini. Paling dia main bola, terus main sama temen-temen sekolahnya itu to, Ibnu sama Kenzo. Enggak. Malah seringnya dapet laporan itu pas kelas 2. Kelas 2 pas ambil rapot, nganu nakal, tapi nakale maksude gak bisa diem. Kalau di kelas ini muter terus, itu waktu kelas 2, ini kelas tiga belum dapet laporan. Kalau di

PIS2 PIS1 PSP3 G2

teralihkan). Akademik (selalu mengerjakan PR). Masalah dengan saudara kandung (jarang berinteraksi dengan kakaknya dan sering berantem). Relasi dengan saudara kandung (dekat dengan adiknya, sering bermain bersama). T memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama teman-temannya. Hiperaktivitas (tidak bisa diam, jalan-jalan di kelas).

Page 85: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

260

dari guru gak Bu? Terus dia kalau gak ada kerjaan ngapain Bu?

rumah dia gimana Bu? Ya muter gak bisa diem Mbak, main terus, tidur istilahnya kan dia kurang, paling tidurnya pas malem aja, kayak gak pernah capek anaknya Mbak. Terus pas bangun susah gak Bu? Ahhhh…susah nganggo banget Mbak (Ibunya tertawa). Kalau dibangunin, bangun ke sekolah jam enam lebih sepuluh belum bangun. Padahal dah tak bangunin dari setengah enam lo Kalau disuruh tidur, tak bilang gini “ini jam segini udah malem”, pasti dia jawabnya sek sak sek ngono. Terus akhirnya tidurnya jam berapa Bu? Kadang jam 9, jam 10 paling malem. Kalau dia gak mau tidur itu, dia ngapain Bu? Ya nonton TV, ya nonton TV, kalau gak ya main lagi ke rumah temennya gitu, nanti jam delapan pulang, kalau gak dicariin, ya gak mau pulang. Kalau malam kayak gitu ya masih ada temennya yang nyari Bu? Heem…nanti temennya yo manggil-manggil Mbak. Apalagi malam minggu. Kalau malam minggu wes kayak anak gede aja Mbak, pakai jaket, pakai nganu. Terus kemana mainnya? Ya ke rumah temennya itu to, kumpul-kumpul gitu, makan-makan. Di prapatan situ lo Mbak (Ibunya sambil menunjuk ke arah jalannya). Yang diajak main itu temen sekolahnya Bu? Bukan, itu temen sini, temen sekolahnya malah tinggal di Karangrejo. Jadi, temen yang diajak main di rumah itu ya temen deket rumah sini, tapi lain RT. Main paling Mbak, main sama adiknya, gambar-gambar kayak gitu. Dia orang tembok aja dioret-oret gambar apa aja gitu kok, apalagi yang dikamar itu coret-coretan semua itu. Jadi yang coret-coret itu si T sama adiknya Mbak (Ibunya tertawa). Terus kalau gak, ya dia nonton Mbak, dia sukanya yang kayak sinetron. Sinteron yang di ANTV itu lho, wasiat apa ya itu, oh Jodoh Wasiat Bapak itu lo. Terus kadang yang Centini-centini itu lo Mbak, yang kayak apa ya, sing makhluk halus iki lo Mbak, apa kayak uji nyali itu lo. Iya dia seneng kayak uji nyali gitu. Dia senenge nonton kayak gitu, nek pagi ngono paling ya Upin-Ipin, kartun ngono, tapi kalau malem gini nontone sing kayak gitu-gitu. Ooo..pagi masih sempet nonton juga? Iya to, kalau bangunya gasik, gak mandi malah nontonnya TV. Jadi dia gak langsung bangun, terus mandi gitu, tapi malah nonton TV. Terus dia mandinya sendiri? Iya dia mandi sendiri. Bajunya juga pakai sendiri, kaos kaki, sepatu sendiri, pokoknya dari TK udah tak ajarin Mbak, nyiapin sendiri, ambil sendiri kok. Baju rumah kalo mau salin nyiapin sendiri?

G2 PSP2, PSP3 PSP1, PSP2, PIS1, PIP3

Hiperaktivitas (tidak bisa diam). T memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. T juga memanfaatkan waktu luang bersama teman-temannya. Aktivitas (memanfaat waktu luang dengan cara bermain bersama adiknya dan menggambar). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Masalah dengan orangtua (T suka mencorat-coret tembok rumah). Kemampuan bina diri T.

Page 86: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

261

Terus kalau ada PR gitu dia inget? Apa harus diingetin? Terus dia kira-kira lebih seneng main sendiri apa sama temen-temen? Temen-temennya biasanya ada yang ngeluh tentang T gak ke Ibu? Terus waktu dia awal

Baju rumah kalau mau salin yo sendiri, dia semua sendiri, kecuali makan. Ooo..makan yang masih disuapin ya? Minta disuapin tapi kadang aku gak mau, aku bilang gini “makan sendiri, kamu kan udah besar”. Tapi kalau makan sendiri dia mau? Mau, tapi kadang males, kadang males, gah aku gak nyuapin, kamu makan sendiri. Kalau mau makan, mintanya diambilin, kalau kayak yang lain sih dia gak nyuruh, dia kayak salin, mandi, sepatu, kaos kaki dia ambil sendiri, kecuali makan. Makan sendirinya cuman kadang-kadang. Ooo…lebih seringnya disuapin? Heem…. Paling aku tanya, “dek ada PR gak?”, kalau ada PR, dia inget, dia bilang “Bu aku ada PR ini”, “yo wis ndang digarap”. Berarti dia inget ya kalo ada PR? Heem paling nanti dia tanya kalau gak bisa, sama saya kalo gak sama Mbah Kung. Kalau sama kakaknya pokoknya jarang, gak deket sama kakaknya (Ibunya tertawa), kakaknya ya keluar terus kok main kok (Ibunya tertawa). Berarti T sama adiknya baru deket? Hemm... tapi kalau dia lagi kesel, jengkel sama adiknya, dia pasti bilang gini “aku gak mau punya adik”. Sama temen-temen, bal-balan, main umbul, umbul ki seng gambar-gambar itu lo Mbak. Dia itu main yang rombongan gitu lho, gak main sendiri-sendiri, sukanya yang main bareng-bareng. Oo dia kalau main sendiri gak suka? Iya gak suka. T Main handphone gak Bu? Gak, aku punya handphone, kadang dia liat, kan gak ada permainan, gak ada apa-apanya, paling lihatnya foto-foto galeri, galeri-galeri, foto-foto to. Dia gak pernah tak pegangin handphone. Kakaknya juga gak, kalau udah main handphone udah gawat. Ini handpohe saya gak ada kuotanya juga Mbak, paling cuma kuota untuk chating-an aja. Ya kan kadang-kadang nakale pie, main curang ngono tok paling. Pas main umbul kadang dia suka curang, tapi sing sama anak sebelah ini (Ibunya sambil menunjuk rumah anak tersebut), soalnya kan anaknya gembeng, cengeng. Umurnya itu kaceknya setahun sama T, anaknya itu baru kelas dua. Ooo lebih kecil berarti? Heem…kan anaknya gitu, jadi dia gak mau main lagi. Berarti yang sering ngadu cuman anak itu aja? Heem...kalau temen-temen yang lainnya ya biasa aja, ya biasa kan Mbak kadang berantem bentar, habis itu ya main biasa lagi. Malu, tapi akhirnya dia seneng langsung banyak temannya, dia kan langsung sekolah kelas satu, ini dia itu cepet anu kok Mbak, cepet kenal

PSC1, PIS2 PSP3, PPE1 PPE2 PPE1

Akademik (T selalu ingat mengerjakan PR). Masalah dengan saudara kandung (T jarang berinteraksi dengan kakaknya). Memanfaatkan waktu luang bersama teman. Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama teman-temannya). Masalah dengan teman sebaya (suka curang dan terkadang berantem dengan temannya). Relasi dengan teman sebaya

Page 87: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

262

sekolah gimana Bu? Adaptasinya T sama temen baru gimana Bu? Terus dia kalau sama Ibu gimana? Kalau sama Bapaknya gimana Bu? Terus dia takutnya sama siapa Bu?

orang, cepet bisa menyesuaikan. Cuman pas TK-nya aja, dianter gak mau sendiri, jadi harus ditungguin, tapi pas SD gak. Waktu TK berarti ditemenin gitu sekolahnya? Gak, aku cuman nunggu di luar kok, kalau dia udah masuk tak tinggal. Tapi gak nangis? Gak kok Mbak. Terus kalau waktu kelas 1 gimana Bu? Biasa aja, gak pernah tak anter, biasanya yang anter bapaknya sekalian anter kakaknya, kan kalau udah, ya dtinggal, kalau pulang kan pulang sendiri. Ooo kelas 1 SD udah pulang sendiri Bu? Iya pulang sendiri, pas TK aja dia pulang sendiri kok. TK-nya dimana bu? Disitu TK Impres disebelah itu kan ada TK di SD-nya itu, PGRI itu lo Mbak. Gampang, kadang temenne suka nyarin terus kok, kalau dia gak dateng gitu, nanti temennya dateng ke rumah, mudah bergaul dia tu (Ibunya tertawa). Dia itu sering ngelawan Mbak, bantahan. Kalau dikasi tahu, mesti seringe mbantah. Misalkan ya Mbak mosok to ngene…ngene…ngene, nanti dia jawabnya pasti mboh, kalau disuruh apa pasti jawabnya mboh gitu. Terus tak tanya “jawaban kayak ngono apik to T?”, ya dia cuman diem aja, terus pergi gitu aja. Lebih parah sama Bapaknya malah Mbak (Ibunya tertawa), kalau sama bapaknya sama. (Waktu itu T tiba-tiba nyeletuk dan bilang “ora ngono kok”, terus Ibunya berkata “koyok ngono kui Mbak”). Nek dibilangin itu mesti gitu, mboh…mboh…mboh ngono sauranne, pasti itu jawabannya. Kalau sama bapaknya kalau mau dipukul lah gek baru mau nurut. Tapi kalau cuman diomelin gitu? Dia masih bisa bantah, dia bantahan, pokoknya bantahan anaknya. Misalkan ibunya ngomong apa gitu, mesti dia ngomong kayak misuh-misuh, ngomel-ngomel gitu Mbak. Dia deketnya sama siapa Bu? Ya sebenernya dia deketnya sama Ibunya, makanya dia suka bantah Mbak, suka nyepeleke orangtua gitu Mbak. Terus kalau dia disuruh gitu, kayak minta tolong gitu dia mau? Kadang mau, kadang gak, tapi lebih sering gak-nya (Ibunya tertawa). Kalau disuruh harus diberi upah dulu Mbak, jadi saya harus bilang gini “ki tak kasih seribu”, kalau kayak gitu baru langsung mau dia Mbak. Kalau disuruh injek-injek Bapaknya aja gak mau, kalau Bapaknya bilang “sewu T”, langsung mangkat. Jadi harus ada upahnya Mbak, kalau gak ada upahnya, pasti gak mau dia (Ibunya tertawa). Dia pernah bantu-bantu kayak nyapu atau

PPE1 PIP3 PIP3 PIP3

(mudah menyesuaikan diri dengan orang atau tempat baru). Relasi dengan teman sebaya (mudah bergaul dengan teman-temannya). Masalah dengan orangtua (suka membantah). Masalah dengan orangtua (suka membantah). Masalah dengan orangtua (sering membantah dan mengomel. Ayahnya terkadang memukul. Mau membantu jika diberikan imbalan).

Page 88: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

263

Terus kalau komunikasi antara T sama Bapak dan Ibu gimana? Kalau sama kakaknya berantem gak? Kalau dia lagi nonton TV, dia fokus sama TV-nya gak Bu?

Bagaimana tanggung jawabnya T kalau dikasi tugas Bu?

melakukan pekerjaan rumah tangga gitu gak Bu? Gak, pokoknya dia itu main…main…main mbe main. Jarang komunikasi sih, paling kalau pas pulang sekolah dia ngomong “Bu aku neng sekolah ono iki…iki...iki”, paling gitu tok. Berarti dia cuman menyampaikan? Heem…biasane tak tanyain gitu “pie mau?”, dia biasanya jawab “aku iso jawab kok Bu”. Ngomongnya mesti gitu jawabannya (Ibunya tertawa). Kadang dia cerita juga, tapi kalau cuman kayak dia apa nakal, diancem, dia gak mau cerita, kan dia takutnya dimarahin, dia kan pernah biru Mbak ininya (sambil menunjuk jidat), untung gak kena mripat, dia kan gak pernah mau cerita to, tak tanyain, tadinya gak mau ngaku, jebule kejeduk jendela nganti biru iki ne (Ibunya sambil menunjuk bagian jidat). Itu dia kejeduk sendiri, apa mainan sama temen? Dia bilangnya sih main sama temen, oyak-oyakkan gitu tok. Dua kali, sini benjol, sini biru. Aku kan takutnya anak ini gelut apa-apa gitu lo, ternyata karena jatuh kejedut. Tapi gak pernah berantem ya Bu? Sampai saat ini sih gak pernah Mbak. Tukaran sering, berantemnya sering Mbak (Ibunya tertawa). Biasanya mereka berantem mulut, (Ibunya tertawa), poyok-poyokan, kayak ledek-ledekan, ejek-ejekan gitu Mbak, saling meledek. Tapi Alhamdulilah gak pernah sampai gebuk-gebukan gitu Mbak. Terus dia suka usil gak Bu? Usil…usil sama adiknya, tapi kalau dia diganggu gak mau, tapi dia sering dianu adiknya. Jadi T sering dijambak, sering dipukul, tapi dianya gak marah, ya dia diem aja dianu sama adiknya, malah adiknya yang nakal (Ibunya tertawa). Terus kalau dia diminta jagain adiknya gimana Bu? Mau, tapi aku-nya yang takut, kan dia mainnya jauh kan Mbak, kan aku takut dibawa mainnya jauh, kan sampai jalan raya kan. Tapi sebenarnya dia mau jagain adiknya? Iya diajagain, diajak main bareng, tapi aku-nya takut. Emmm…gak sih, gak begitu fokus, ya nonton sama mainan apa, gak bisa kalau disuruh nonton tok. Jadi gak selalu fokus ke TV, sambil nyambi-nyambi gitu. Ya dikerjakan, dia kalau yang gak bisa tak bantu, kayak ada prakarya atau apa males dia kalau kerjain sendiri.

PIP3 PIS2, PIS1 G1 G1

Masalah dengan orangtua (T jarang komunikasi dengan orangtuanya. T juga tidak mau terbuka kepada orangtuanya ketika mengalami sesuatu). Masalah dengan saudara kandung (saling mengejek dengan kakaknya dan suka usil dengan adiknya). Relasi dengan saudara kandung (T mau mengalah dengan adiknya dan mau momong adiknya). Inatensi (tidak bisa fokus pada satu aktivitas). Inatensi (tidak suka tugas yang melibatkan ketelitian).

Page 89: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

264

Kalau T dikasih teguran gitu, gimana tanggapannya? Berarti dia interaksi sama temen-temennya gak bermasalah ya Bu?

Ya sering bantah, pasti ada aja jawabannya Mbak. Tapi kalau dikasi tahu sama Mbah-nya gimana Bu? Ya sama ngelawan juga Mbak. Iki ki gak boleh dikasar, kalau dikeras ki malah jadi ngono ki lo Mbak, malah menjadi-jadi, tapi kalau dibilangin pelan-pelan baru mau dia, tapi kalau misalkan dibilangin sambil bentak, udah dia malah ikutan bentak. Terus kalau kakaknya pernah mengeluhkan tentang T gak Bu? Kakaknya paling ya bilang “ki Bu T dolan terus”, paling ya gitu. Dia tu gak mau ngaji itu lo Mbak, aku kuatirnya itu lo. Padahal tempat ngajinya yo deket, tapi ya itu rasa pengennya gak ada. Padahal udah nyuruh-nyuruh terus, soalnya temennya enggak pada ngaji, kumpulannya itu kok, kalau temennya ngaji kan mungkin dia juga pengen ikut ngaji. Gak Mbak, ya paling beranteme poyok-poyokan, ledek-ledekan gitu, kalau udah, ya akur lagi. Gak pernah sampai berantem sih Mbak. Ya temen-temennya juga pada suka nyariin dia Mbak, jadi temen-temennya pada nyamperin ke rumah, terus nanti mereka main bareng.

PIP3, F4 PPE3, PPE1

Masalah dengan orangtua (sering membantah). Kondisi lingkungan (ibunya mengetahui cara menegur T agar tidak emosi). Masalah dengan teman sebaya (suka mengejek temannya). Relasi dengan teman sebaya (temannya suka mengajak T bermain).

Page 90: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

265

Inisial : K Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 60 tahun Pendidikan Terakhir : SMP Hubungan : Nenek Tanggal Wawancara : Jumat, 10 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang tamu

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis Mbah, saya mau nanyak biasanya T kesehariannya sama Mbah? Terus kalau T ada PR, dianya gimana Mbah? Terus Mbah, kalau kira-kira dilihat dari pelajaran yang di sekolah itu nilainya T gimana ya Mbah?

Iya sama saya Mbak. Terus kalau habis pulang sekolah, dia ngapain Mbah? Ya kalau habis pulang sekolah, dia biasa siang itu to istirahat dulu, makannya emang susah dia, habis istirahat jam-jam 3, sok main sama anak-anak, main sepak bola di lapangan sama anak kecil-kecil segini (sambil menunjuk T). Terus kalau sore mau maghrib dia itu ke masjid ngaji. Dia kalau ada PR, dia langsung pulang sekolah sok langsung dikerjain. Berarti habis pulang langsung dikerjain gitu? Heem…dia pulang, nanti kalau dia mau makan ya makan, kalau gak ya dia istirahat sebentar sama adike ini to, terus nanti garap itu PR-nya. Entah itu betul, entah itu salah, ya aku gak tau ya, seng penting dia garap dulu. Aku kalau ditanyain pelajaran sekarang kan gak bisa, soalnya pelajarannya gak kayak dulu itu kan (Neneknya tertawa). Nilainya kok baik-baik ya Mbak, hee ik mayan, aku kok malah, dapetnya itu kok 100 itu malah lo Mbak, seng matematika to, nilainya 80,90 nilainya, ini apa ini, ini KPDL, PLH itu apa aku gak tau, ini ya, ini kalau gini betul apa gimana ini. Ini PKN, cuman tulisannya lembut kok Mbak, ini 87. Ini buku harianne, mayan kan Mbak, ini 80 diorek-orek. Sakjane mayan Mbak iki, ini 87, ini 90. Bijine yo mayan Mbak jane, ini 75, gak ada yang 50, 60 aja gak ada, ohhh…ada 60 ternyata Mbak (Neneknya tertawa). Ini 70, ini 70. Berarti paling kecil 60? Heem…ini 80, ini 80, ini 100, ini ada 100 Mbak. Lah ini ada 60 lagi IPA, tulisannya itu molah-maleh kok Mbak, ini apik ya Mbak, tulisan ojo elek-elek to T, kecil-kecil. Ternyata ini ada yang 50 Mbak (Neneknye tertawa), ada satu Mbak yang dapet 50, paling elek, ini 70, 100,

PSP1 PSC1 PSC1

Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain sepak bola dan mengaji). Akademik (selalu mengerjakan PR-nya). Akademik (bisa mengikuti pelajaran di sekolah dan nilai-nilainya cukup baik).

Page 91: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

266

Kalau dia main sama temen-temennya gimana Mbah? T mau momong adiknya Mbah? Terus kalau dia main sama temen-temennya itu kayak gimana? Main apa aja? Terus biasanya tidur siang gak Mbah? Biasanya kalau gak ada kegiatan biasanya ngapain dia Mbah? Terus biasanya dia itu paling sering main sama siapa Mbah? Terus kalau ada waktu luang gitu dia biasanya ngapain Mbah?

65, ini 80,80. Ya kayak gitu nilainya Mbak. Ya biasa aja. Enggak pernah sampai berantem sih Mbak, dia tu saya bilangin cuman dia kalau misalkan temennya nakal, tak bilangin dihindari aja, gak usah dilawan, lah temennya ya segini kok Mbak, kecil-kecil (sambil menunjuk temannya T yang sedang bermain di rumah), ini ya temennya dia Mbak. Ya itu temennya sepantaran Mbak. Mau, malah pinter sama adiknya, daripada kakaknya, kan kakaknya ada di SMP. Ini kalau sama adiknya malah pinter Mbak. Ooo… sayang gitu sama adiknya? Iya, kalau adike nangis bisa ngeneng-ngeneng gitu lo Mbak, pinter dia malahan. Ya gimana ya, kalau T, kalau anaknya nganu, nakal duluan, ojo ngono nakal. Dia itu seneng mbedo itu lo Mbak. Kalau berantem gak pernah. cuma seneng mbedo, kayak misalkan punya orang lain diambil apanya gitu (Nenenknya tertawa). Tapi habis itu dia gimana ke temennya? Ya gak pa-pa, sebentar aja ya udah biasa lagi. Wong kalau sore berangkat ngaji gitu, kesini semua temennya. Anak perempuan-anak perempuan sekolah Mbak, kalau nganu yo manggil-manggil T ngajakin main, ya nanti dia keluar, apalagi kalau sepak bola itu, nanti temen-temennya pada dateng jemput kesini Mbak, banyak kok temennya dia. Ya kadang-kadang, ya kadang-kadang ya, kadang-kadang gak, lah temennya anak sekitar sini Mbak, soalnya sini banyak anak-anak yang se-dia Mbak, ada 4 atau 5 gitu. Dia? Heem.. Ya di rumah gitu Mbak, paling kalau ga ya main, main sama saudaranya yang di warung situ (sambil menunjuk warung yang ada di belakang rumah), kan ada saudaranya disitu. Berarti ke rumah saudaranya, saudaranya juga sepantaran? Heem…sepantaran, lah ini saudaranya juga, sebelah ini (sambil menunjuk rumah di sebelahnya). Ya itu sama temennya sama temenya satu kelas sama temennya satu kelas itu Wisnu apa siapa gitu namanya, Kenzo, terus sama bocah yang disini, anak Pakdhe gitu lo. Kalau ada waktu luang? Iya misal kayak di rumah gitu, ya main sama adik. Pokoke nek ora diampiri karo koncone itu yo ora, tapi kalau diampiri temennya yo tetep main. Biasanya mainnya sampai jam berapa Mbah? Pokokmen ya mau jam 4 dah pulang mandi, nanti maem kalau mau ya

PPE1, F4 PIS1 PPE2, PPE1 PSP1 PPE1 PSP3, PSP1

Relasi dengan teman sebaya (bermain dengan teman sebaya). Kondisi lingkungan (neneknya menasihati T). Relasi dengan saudara kandung (bisa momong adiknya). Masalah dengan teman sebaya (sering usil dengan temannya). Relasi dengan teman sebaya (teman-temannya sering mencari T dan sering bermain bersama). Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama saudaranya). Relasi dengan teman sebaya (sering bermain dengan teman sekolah). Memanfaatkan waktu luang bersama teman dan adiknya. Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara

Page 92: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

267

Terus kalau sama temen-temennya ada yang ngeluh gak tentang perilakunya T? Terus kalau T lagi di rumah biasanya ngapain Mbah?

maem, kalau gak ya gak, terus nanti dia ke masjid itu. Pulang dari masjid bar isya sama ngaji. Udah mulai ngaji berarti? Udah Mbak, lah kemarin tak beliin koko, karena dia mau ngaji kalau dibeliin koko. Berarti sekarang udah rajin ngaji-nya? Alhamdullilah. Dulu tu waktu kelas 1 belum mau, diajarin sama Ibunya gak mau, sama Mbahe moh, gak mau sama Pakdhene, sama om-e ya gak mau, tapi sekarang udah kelas 3 tak kasi tahu “ayoo ngaji, nanti kamu jadi anak durhaka”. Terus dibilangin sama Ibu-e “kalau kamu gak mau ngaji kalau nanti kalau Mbah-e, Ibuie gak ada, Bapak-e gimana kalau mau ngirim doa, kan gak bisa”, terus dia jawab “ya udah aku ngaji”. Terus sekarang dia udah mau ngaji, ya sedikit-sedikit Mbak, bertahap gitu. Alhamdulilah gak ada Mbak, sini kalau bermain ya bermain, temennya pada nyariin, manggil dia terus ngajakin main. Pokoke tak kandani jam 4, setengah 5 kudu pulang, terus dia jawab “iyo iyo Mbah” (Neneknya tertawa). Ya gak ngapa-ngapain. Ya paling itu cuman guyon sama ini sama adike, sama Mbahe, lah mau ngapain lagi, mau mainan gak ada yang dimainin, itu mainan yang dimainin. Lah paling-paling nanti kalau sama temennya disini, paling main gambaran (main umbul), apa main sepak bola disitu, di depan situ (Neneknya sambil menunjuk lapangan yang ada di ujung gang). Apa main itu umbul. Cuman ini makannya susah Mbak. Sama aku ya jarang, baru ngaji lagi beberapa hari, tapi kemarin-kemarin waktu belum ngaji, kalau ada suara masjid kok bisa ngikutin, bocah iki sholawatan, adzan kok bisa, padahal baru aja kemarin. Biasanya tak tanyain “tekan ndi? Diajarin opo?”, terus dia jawab “Ali bata terus karo ngisore, tekan ali ba ta sa ja”. Terus dijajal karo Ibu-e tenan iso po ora, ternyata beneran bisa. Tapi dia tu sok mbedo kancanya, kemarin katanya distrap, dimarah sama gurunya pas olahraga atau apa gitu. Dia cerita gini “Mbah aku distrap”, “lah ngopo distrap?”, “gara-gara pas olahraga beli es, jajan di luar, padahal belum boleh jajan, lah aku ngelak kok, terus aku tuku es neng Mbah Yah” (Neneknya tertawa). “Lah cah piro seng distrap?”, “Cah lima” (neneknya tertawa). “Sokor wong wayahe olahraga kok tuku es”, “ngelak kok” (neneknya tertawa). Misalkan dianu temene ya dia ngomong, “Mbah aku dianu iki”, “Lah ngopo? Lah koe salah kok, wong koe seneng mbedo kok”.

F4 PPE1 PSP1 PPE2, PSC3 F4

mengaji). Kondisi lingkungan (nenek dan ibunya selalu membujuk dan mengingatkan T agar mulai belajar ngaji). Relasi dengan teman sebaya (temannya sering mengajak T bermain). Aktivitas (T memanfaatkan waktu luang dengan cara bercanda bersama adiknya atau main sepak bola dan umbul bersama temannya). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya). Masalah di sekolah (T melanggar aturan sekolah). Kondisi lingkungan (neneknya mengingatkan T)

Page 93: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

268

Kalau dia punya temen baru gimana Mbah? Terus kalau sama saudara kandungnya gimana Mbah? Berarti dia mainnya cuman seputaran sini aja? Terus kakaknya pernah gak ngeluh tentang T?

Ya nanti dia cuma ketawa aja, karena dia tahu salah. Dia itu cepet kenal. Kalau ada temen mesti langsung diajak main gitu, cepet gitu kenal gitu lo dia. T baik, cuman kakaknya yang sok sering nganu, yang sama kakaknya sakjane baik, ini sama kakaknya yang nganu, cuman kakaknya yang sok mbedo gitu lo, misal mau pergi, naik motor, dia pengen ikut, tapi kakaknya bilang gini “rak usah”, terus T jawab “halah pelit”, terus kakaknya pergi ya udah. Berarti dia jarang interaksi sama kakaknya? Jarang sama kakake, lah dia mainne sama adike tok sih. Berarti lebih deket sama adiknya? Heem…sama adiknya, sama Mbahe, kalau ada apa-apa ya mintae sama Mbahe. Kayak ini aja dia bilang, “mbah sepatuku jebol”, terus tak kasi tahu “sik ra ndue duet, nanti” (neneknya tertawa). “Kan besok mau pergi, dipakai sangu pergi sek, kan kemarin baru dibelike kok cepet jebol?”, terus dia jawab “sepatu murahan kok, sepatu murah kok mbah goro-goro mbok tukoke” (neneknya tertawa). Kalau ngobrol sama kakaknya juga jarang? Jarang, malah kalau sama adiknya Bulik malah deket, gitu dia malah deket sama saudaranya ya itu malah deket. Kalau yang deket sama saudaranya itu siapa Mbah? Ini si T, kalau saudaranya pergi ya ngajak T, kalau ngajak kakaknya katanya lebih rewel. Kalau T diajak pergi itu diem, misalkan haus gitu ya kalau gak ditawarin ya dia diem aja. Jadi dia enggak minta ini itu katanya, itu kalau dia pergi sama anaknya om-nya. Berarti kalau sama kakaknya gak deket ya? Enggak, kakaknya pergi sendirian kok, pergi sendiri atau sama temennya yang udah besar-besar. Kalau T minta ikut sama kakaknya, pasti gak dibolehin sama kakaknya, terus nanti T bilang kakaknya pelit (neneknya tertawa). Iya sekitar sini aja, ya kadang-kadang main ke rumah temennya mana gitu, kan ada temennya, kalau tak cariin dan ada di rumah temennya itu, ya udah. Saya kan sering nyariin Mbak, takute nanti kalau kejauhan ya. Ooo..neng kene, yo wes, ngko sedelok balik ya. Ya nanti dia balik. Ndak. Kalau sama adiknya dia gimana? Baik, dia itu pinter momong, kalau sama kakaknya, pinter ini (sambil nunjuk T) kalau momong adike. Jadi adiknya kalau sama T ini ya kalau T misalnya masuk kamar mandi, adiknya ya nyariin. Nanti adiknya tanya gini “kak T mana ya?, Mbah, T mana?”, jadi kalau gak dijawab, adiknya nanyakin T terus. Ya kalau T

PPE1 PIS2, PIS1 PIS1

Relasi dengan teman sebaya (T mudah bergaul). Masalah dengan saudara kandung (kakaknya sering usil dengan T dan T jarang berinteraksi dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (T lebih dekat dengan adiknya). Relasi dengan saudara kandung (T pintar momong adiknya dan adiknya sangat dekat dengan T).

Page 94: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

269

Kalau T sama adik atau kakaknya sering usil gak? T kalau ngopmong sama orang gimana Bu? Terus kalau seumpamanya dia salah gitu Mbah, terus kan ditegur dan dinasihatin gitu, terus dia gimana Mbah? Terus dia kalau sama Bapak atau Ibunya gimana Mbah? Kalau bapak ibunya minta

berangkat sekolah gak pamitan sama adiknya, nanti adiknya pasti nyariin. Gak, ya paling mbedo, nek dolanan to. Jadi dia suka mbedoni adiknya juga? Heem…dia suka mbedo, kayak itu bal-balan diambil, nanti adiknya nangis terus ngadu sama saya (neneknya tertawa). T kalau sama adiknya malah sabar, kalau jajan ya dikasih, jajan seribu ya dia 500, adiknya 500. Adike kan suka permen, ya udah nanti T beliin adiknya permen yang 500an. Ooo..kalau sama adiknya dia sayang? Sayang dia, tapi kalau sama kakaknya gak terlalu Mbak. Misal kakaknya mau minta gitu ya dikasih tapi cuma dikit, nanti T kalau udah bosen atau gak suka, baru dikasih semua ke kakaknya. Tapi T lebih sabar kalau momong adiknya. Kalau ngomongnya misal diomongin pakai Bahasa Jawa dia belum bisa, misalnya “koe soko ndi?”, kan harusnya aku dari sini “kulo saking mriki”, dia gak bisa, dia jawabnya pakai Bahasa Indonesia. Jadi beda keluare. Tapi dia kalau ditanya selalu jawab? Jawab, kalau gak bisa jawab pakai Bahasa Jawa, dia biasanya jawab pakai Bahasa Indonesia. Nangis, tapi kalau dia gak salah, ya dia bilang “gak aku gak”, misalkan saya bilang gini “koncomu jare ngene”, terus dia bakalan jawab “orak kok Mbah tenan Mbah, nek ora ngandel takon o”. Tak tanya lagi “jujur le”, ya dia bakal jawab “tenan Mbah”. Kayak kemarin beli apa gitu, kan dia perutnya gak kuat, terus tak kasih tahu “ojo tuku iku lho le”, ya dia jawab sambil ngeliatin makanannya “orak Mbah, aku tuku iki lho Mbah”. Tapi nek dia beneran salah terus ditegur atau dimarah gitu, dia pasti nangis, kayak ketakutan gitu. Yaa kalau dibilangin yo sok manut, kadang namanya anak yo, tapi kalau disuruh makan mbandel, misalkan ada nganu ya, dikasih nganu ya gak mau. Jadi Mama-e kadang-kadang sok nyuapin, nyuapin kalau mau sekolah. Lah aku kalau mau jualan kan aku keliling jualan donat, kalau saya sempet, ibue minta tolong sama saya “Mbah iki tulung dulangke”, rak ketang rong sendok, 3 sendok, lima sendok, dulangke, ki mimik anget. Tapi ya dia ngakunya udah maem terus Mbak, jadi harus dipaksa. Terus ibunya ya pulang sering isuk, terus ibunya tanya ke dia udah maem apa belum, ya dia pasti bakalan jawab wes kok. Yo padahal dia belum makan, jadi ibunya tanya lagi ke aku. Ya dijalanin, misal kayak bapaknya minta dipijet gitu, terus nanti T maunya

PIS1, PIS2 F4 PIP2 PIP3

Relasi dengan saudara kandung (T sayang dan mau berbagi dengan adiknya). Masalah dengan saudara kandung (T suka usil dengan adiknya dan T tidak dekat dengan kakaknya). T lebih fasih menggunakan Bahasa Indonesia. Kondisi lingkungan (neneknya selalu mengingatkan T). Ketika merasa bersalah, T pasti menangis. T akan membantah jika ia merasa tidak salah. Relasi dengan ayah (terkadang menuruti perkataan ayah). T sulit disuruh makan, sehingga harus dipaksa. Ibu T sibuk kerja, sehingga T diurus oleh neneknya. Masalah dengan orangtua

Page 95: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

270

tolong gitu dia gimana mbah? Terus kalau dia dikasih tugas sama bapak ibunya dia gimana Mbah? Terus kalau dia dinasihatin sama Bapak atau sama Ibunya dia gimana? Kalau umpamanya dia salah, ditegur sama bapak apa ibunya dia ngebantah gak? Tapi kalau dia beneran ngelakuinnya gimana Mbah? Terus T lebih nurut sama Bapaknya apa sama Ibunya? Berarti interaksi dia sama temen-temen gimana kalau menurut Mbah?

cuma mijet lima kali aja. Ya nanti beneran diitungin sama dia, habis itu dia jaluk upah sewu (neneknya tertawa). Ya tetep mau ngelakui, tapi diitung gitu lo Mbak, kalau mijitin diitung gitu Mbak (neneknya tertawa). Kadang kalau aku lagi geting ya mbak,. tak suruh jambaki, terus nanti dia tanya “gak dosa nanti aku Mbah?”, “gak wong mbahe yang nyuruh kok”. Misalkan tugas apa? Misal kayak tugas bantu nyapu, atau beliin apa? Ya kadang-kadang mau, kadang-kadang gak. Kadang-kadang dia sok iri sama kakaknya, kok aku terus, kakaknya jarang disuruh-suruh (neneknya tertawa). Jadi dia pasti ngeluh kok aku terus sing disuruh. Yo diem, paling cuma jawab iyo iyo tok, misalkan dikasi tahu seng pinter nak dikandani, jawab ki sing apik, jawab yang benar, ojo mbantah, nek mbantah ngko koe doso. Dia anaknya kalau dikasi tahu suka mbantah soalnya Mbak, nek Bapaknya udah beneran marah, baru dia takut Mbak. Ya kalau gak salah dia bilang gak, wong aku ora kok, tenan. Tapi nek dinasihatin kadang yo mbantah terus Mbak, jadi ndue wae jawaban, nah Bapaknya kan sok kesel. Ya diem, Bapaknya gertak gitu. Nanti dia ya bilang “ampun…ampun”. Misalkan, “gak pak..gak aku gak tak ulangi lagi”. Misalkan dia nganu itu tapi gak pernah ngapa-ngapain, kalau pas main sama anak-anak sok bertengkar rame, namanya anak kecil ya Mbak, ya kadang ada bertengkarnya, tapi yo baikan lagi. Tapi temennya banyak Mbah? Banyak Mbak, kalau misal sore, kalau habis sekolah belum sampe, udah ada temen-temennya. Malah dia lebih nurut sama Mbahnya. Kalau dia sama bapak sama ibunya itu gimana Mbah? Ya kadang-kadang sok nurut gitu, kan setiap hari sama Mbahe. Dari pagi sampai nanti, kadang jam 5, kadang jam 7 kalau ngelembur jam 8, gak pasti kok Mbak. Berarti Ibunya dari pagi udah kerja ya Mbah? Ya kalau nanti aku habis jualan, ibunya berangkat. Berarti yang dia susah makan ya? Heem…makan. Tapi kalau mandi sendiri, kalau maem, kalau gak suapin memang susah Mbak. kalau baju juga nyiapin sendiri, jadi dia ambil sendiri baju yang udah disetrika. Baik, ya kalau si mbahnya bilang baik, kalau orang lain kan gak tau ya Mbak (neneknya tertawa). Ya paling anaknya itu suka mbedo Mbak, nek berantem gitu sih gak pernah Mbak, paling diem-dieman sebentar, habis itu

PIP3 PIP3, PPE2, PPE1 PPE2

(selalu mengharapkan imbalan ketika membantu). T kadang mau membantu dan T kadang merasa iri dengan kakaknya. Masalah dengan orangtua (T seringkali membantah dan ayahnya terkadang marah dengan T). Masalah dengan orangtua (ayahnya sering marah, T suka membantah). Masalah dengan teman sebaya (terkadang bertengkar). Relasi dengan teman sebaya (temannya banyak). T lebih sering diurus oleh neneknya, karena ibunya kerja. Masalah dengan teman sebaya (T suka usil dengan

Page 96: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

271

Dulu kalau masuk pagi ya gimana dia Mbah? Terus kalo malem dia tidurnya jam berapa mbah? Berarti Mbahnya kalau ngasih tau T-nya mau nurut gitu Mbah?

ya baikan lagi sama temen-temennya, ya dia tetep dicari sama temen-temennya. Ya kalau masuk pagi, dia sok dibangunin gitu kadang, kadang bangun sendiri, tapi ya lebih sering dibanguninnya sih Mbak (neneknya tertawa). Habis bangun kadang gak langsung mandi, ya nonton TV dulu atau tidur lagi, habis itu dia baru mandi, terus habis mandi, salin. Tapi susah gak kalau dibangunin paginya? Ya kadang susah, kadang gak, ya gak mesti, tapi lebih sering susah dibanguninnya sih Mbak (neneknya tertawa). Paling telat jam 9 atau 10 itu udah tidur. Misalkan diganggu kakake, kakake nyetel TV disebelahnya keras, ya dia gak bisa tidur. Ya pokomen aku bilang gini “kalau koe orak nurut karo aku, nak njaluk sembarang ora tak tukokke”. Misalkan tak suruh apa, terus dia gak mau, ya saya bilang gini “gee sesok rak usah jaluk sangu”. Ya habis itu dia mau ngelakuin.

temannya). T masih sering dibangunin dan susah jika disuruh bangun pagi. Neneknya sering menasihati T agar T mau nurut dengan neneknya.

Page 97: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

272

LAMPIRAN 3

Hasil Wawancara dan Observasi

Subjek 3

Page 98: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

273

Hasil Observasi Subjek 3

Inisial : M Jenis Kelamin : Laki-laki Tampat, tanggal lahir : Semarang, 26 Januari 2007 Usia : 10 tahun 9 bulan Kelas : V (Lima) Tanggal Observasi : Jumat, 27 Oktober 2017 & Kamis, 9 November 2017 Tempat Observasi : Rumah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Ketika observer datang ke rumah M, M baru selesai les dengan gurunya. Kemudian M menghampiri observer dan tersenyum kepada observer. Setelah itu, M masuk kamar mencari kakaknya. Kemudian M keluar kamar lagi dan menghampiri Mama-nya yang sedang duduk di ruang tamu bersama observer. Ketika Mama-nya sedang ngobrol dengan observer, M tiba-tiba bertanya “Mama kenapa to ngomongin aku sama mbak-nya?”. Kemudian Mama-nya menjawab “ya ga pa-pa M, mbak-nya pengen tahu kamu”. M pun hanya mengangguk dan tersenyum dengan Mama-nya. Setelah itu, M tiduran di samping Mama-nya. Sesekali M menaikkan kakinya ke atas pegangan sofa-nya. M juga menaikkan kakinya ke sandaran sofa, kemudian kepala di bawah hingga hampir menyentuh lantai. Kemudian Mama-nya memberitahu M agar duduk yang baik, M pun tetap tidak peduli dan M tetap tiduran dengan posisi kepala di bawah. Setelah itu, M jalan ke kamar menghampiri kakaknya. Tiba-tiba listrik mati dan M langsung teriak memanggil Mama-nya. Mama-nya pun langsung berkata “udah gak pa-pa, ini mati listrik”. Ketika mati listrik, disertai dengan hujan deras. Kemudian Mama-nya ke kamar dan mencari senter. Kemudian M mengikuti Mama-nya di belakang dan duduk di ruang tamu. Setelah itu, M bertanya kepada Mama-nya “ini mati lampunya lama gak Ma?”, Mama-nya pun menjawab “ya Mama gak tahu M, kan tergantung PLN-nya”. M pun langsung diam dan tiduran di samping Mama-nya.

G2, PIP3 PIP1, PIP2, G2

Hiperaktivitas (tidak bisa duduk tenang). Masalah dengan orangtua (tidak menghiraukan teguran ibunya). Relasi dengan ibu (ngobrol dengan mamanya). Relasi dengan ayah (menyambut kedatangan papanya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Page 99: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

274

Kemudian Papa-nya baru pulang dari kerja, M menyapa Papa-nya dan mengikuti Papa-nya ke kamar. Setelah itu, M berjalan ke kamar kakaknya. M ngobrol dengan kakaknya dan mengeluh “ini mati listriknya lama banget ya kak”. Kakaknya pun hanya diam saja dan tidak menanggapi M. Kemudian M keluar kamar dan menghampiri Mama-nya “Ma, ini mati listriknya kok lama ya? Kapan nyalanya Ma?”. Mama-nya hanya menjawab “Mama gak tahu M”. M pun berbicara lagi “Ma, aku haus ni lho, panas Ma”, terus Mama-nya menjawab “ya sudah sana kamu ambil air di dapur”. M menjawab lagi “aku pengen beli minum di AlfaMart Ma”, Mama-nya memberitahu M “ini lagi hujan dan mati listrik M, gak bisa keluar, sana minum air putih saja”. Kemudian M hanya berlalu begitu saja dan masuk ke kamar. Lima menit kemudian, M keluar kamar dan menghampiri Mama-nya sambil berkata “Ma, listriknya kok belum nyala juga? Panas ni lo, aku keringetan”. Mama-nya hanya menjawab “sabar M, Mama juga gak tahu kapan nyalanya”. Setelah itu, M tiduran di samping Mama-nya, sambil mengibas-ibaskan tangannya (seperti orang kipasan). Tiba-tiba M berbicara lagi, namun Mama-nya tidak bisa memahami perkataan M, karena M bicaranya cepat sekali dan pengucapannya tidak jelas. Mama-nya meminta M untuk mengulang lagi, namun M tidak mau dan M langsung diam. Kemudian M berdiri dan berjalan ke arah dapur, M bertanya kepada Mama-nya dari dapur “Ma, di kulkas ada minuman gak?”. Mama-nya langsung menjawab “itu kamu kan sudah buka kulkas, ada minuman gak disana?”. M pun menjawab lagi “ada Ma, tapi aku gak suka, aku jajan ke AlfaMart saja ya Ma?”. Mama-nya langsung menjawab “siapa yang mau antar kamu kesana? ini masih hujan dan mati listrik, ini juga masih ada tamu, jalanan juga gelap”. Kemudian M menjawab lagi “jajannya sama Mama, kan bisa pakai mobil, jadi gak kehujanan”. Mama-nya pun hanya diam saja dan tidak menanggapi pembicaraan M lagi. M jalan lagi ke arah Mama-nya, kemudian M tiduran lagi di samping Mama-nya. M berkata lagi “aku kepanasan ni lo Ma, aku haus, pengen minum”. Mama-nya tidak menanggapi dan hanya diam saja, karena Mama-nya capek menjawab hal yang sama. Kemudian observer pamit pulang kepada Mama-nya, namun observer sedang menunggu ojek online datang. M mendekati observer dan melihat peta yang ada di HP observer. M berkata

F4 F4 F4 PSC1

Kondisi lingkungan (mamanya memberikan pengertian kepada M). Kondisi lingkungan (mamanya selalu memberikan pengertian kepada M). Kemampuan bicara (pelafalannya kurang jelas). Kondisi lingkungan (mamanya selalu memberikan pengertian kepada M). Akademik (bisa membaca peta dengan baik).

Page 100: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

275

“ini ojeknya sudah dekat sini, paling sebentar lagi sampai”. M terus melihat peta tersebut dan melihat pergerakan ojeknya. Ketika ojeknya sudah hampir sampai, M berkata kepada observer “ni sebentar lagi sampai ojeknya”. M langsung membukakan pintu dan menunggu ojeknya. Setelah itu, observer pamit dan berkata “daa…daa…”.

Ketika observer datang ke rumah M, M sedang menonton TV bersama kakaknya. M dan kakaknya sedang menonton kartun, M juga mengajak kakaknya ngobrol ketika sedang menonton. Kakaknya pun meminta M agar diam dulu, karena filmnya sedang berlangsung. M pun diam sejenak, setelah itu M mengajak kakaknya ngobrol lagi. Akhirnya, kakaknya hanya menanggapi obrolan M dengan seadanya saja. Setelah itu, M diam dan menyimak film yang sedang ditonton. Ketika iklan, M keluar dari ruang TV, kemudian M jalan ke arah dapur dan mengambil minum. Setelah itu, M kembali ke ruang TV dan nonton bersama kakaknya. M pun kembali mengajak kakaknya ngobrol, namun kakaknya tidak menanggapi pembicaraan M. M pun berteriak memanggil nama kakaknya. Kakaknya pun menanggapinya dan meminta M untuk diam dulu. M pun mau diam dan melanjutkan menonton. Setelah film-nya selesai, M mengganti channel TV-nya dan mencari kartun lagi. Kakaknya keluar dari ruang TV, M pun langsung berteriak memanggil kakaknya. Kakaknya tetap jalan menuju kamar tanpa mempedulikan teriakan M. M pun langsung mengejar kakaknya. Sampai di dalam kamar, M berusaha membujuk kakaknya agar menonton TV lagi di ruang tamu. Kakaknya pun tidak mau dan lebih memilih tiduran di kasur. M pun merengek dengan kakaknya sambil menarik-narik tangan kakaknya. Akhirnya, kakaknya mengalah dan mengikuti keinginan M, walaupun wajah kakaknya terlihat kesal dengan M. Mereka pun menonton TV bersama lagi dan M mengajak kakaknya ngobrol. Kakaknya pun makin kesal dan membentak M agar diam, karena kakaknya tidak bisa menyimak kartunnya. M pun ikut membentak dan marah-marah dengan kakaknya. Kakaknya pun langsung pergi meninggalkan M dan masuk ke dalam kamar. Mamanya pun langsung menghampiri M, namun M tetap mengomel dan mencari kakaknya. Kakaknya pun hanya diam saja dan tidak mempedulikan M. Mamanya langsung mengajak M keluar kamar dan menenangkan M. Setelah M

PSP2, PIS1, F4 F4 PIS2, F4 PIS2, F4

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan saudara kandung (menonton TV bersama). Kondisi lingkungan (kakaknya menegur M). Kondisi lingkungan (kakaknya menegur M). Masalah dengan saudara kandung (M merengek agar keinginannya dituruti). Kondisi lingkungan (kakaknya mau mengalah). Masalah dengan saudara kandung (berantem dengan kakaknya). Kondisi lingkungan (mamanya menenangkan M dan kakaknya mau mengalah).

Page 101: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

276

tenang, mamanya memanggil kakaknya agar mereka berdamai. Kakaknya pun mengalah dan meminta maaf kepada M. Setelah itu, kakaknya masuk kamar lagi dan M mengikuti kakaknya. M tidur di samping kakaknya sambil melihat kakaknya yang sedang main games di handphone. Setelah itu, M ke ruang TV lagi dan menonton kartun. Ketika sedang menonton, M terlihat fokus dan menyimak alur ceritanya. Kemudian mamanya memanggil M dan meminta bantuan kepada M agar membeli roti di penjual roti yang sedang lewat di depan rumah. M pun langsung bangun dan menghampiri mamanya, mamanya pun meminta M untuk membeli beberapa jenis roti. Setelah itu, M keluar rumah dan membeli roti sesuai dengan perintah mamanya. Kemudian M masuk rumah lagi dan mengambil uang di dompet mamanya, mamanya mengecek kembali jumlah uang yang diambil oleh M. Setelah itu, M kembali menonton TV sambil tiduran di sofa. Selama menonton, M terlihat menyimak dan fokus dengan film-nya. Mamanya menghampiri M dan menanyakan alur cerita film tersebut. M pun bisa menjelaskan alur ceritanya, walaupun pengucapan katanya kurang jelas. Mamanya mampu memahami alur cerita yang dijelaskan oleh M. Setelah itu, M meminta mamanya agar tidak banyak tanya, karena M mau melanjutkan nonton film-nya. Mamanya pun keluar dan M menonton sendirian. Setelah itu, mamanya menghampiri M lagi dan menanyakan “apakah besok ada PR?”, M pun langsung menjawab “ada PR IPA dan mencari di internet”. Mamanya pun langsung menyuruh M untuk mematikan TV-nya dan mengerjakan PR-nya. M pun menuruti perintah mamanya dan mamanya menyalakan laptop untuk mencari bahan PR-nya M. Setelah laptopnya nyala, mamanya meminta M agar mencari bahan PR-nya sendiri. Ketika mencari bahan PR-nya, M beberapa kali teriak memanggil mamanya, karena M bingung dan tidak menemukan bahan PR-nya. Mamanya pun langsung mendampingi dan mengarahkan M untuk mengetik kata kuncinya di google. Mamanya mendampingi M sambil menyuapi M makan, karena sebentar lagi guru les-nya datang.

PIP1, PSC1 PSP2, PIP1 PIP1, PSC1

Relasi dengan ibu (mau membantu mamanya). Akademik (sudah mengetahui jumlah uang). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan ibu (komunikasi dengan mamanya). Relasi dengan ibu (mamanya mengingatkan dan mendampingi M). Akademik (ingat mengerjakan PR).

Page 102: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

277

Inisial : M Jenis Kelamin : Laki-laki Tampat, tanggal lahir : Semarang, 26 Januari 2007 Usia : 10 tahun 9 bulan Kelas : V (Lima) Tanggal Observasi : Senin, 13 November 2017; Selasa, 14 November 2017; Rabu, 15 November 2017 Tempat Observasi : Sekolah

Hasil Observasi Koding Indikator Perilaku Sebelum upacara dimulai, semua siswa disuruh berbaris, diantara teman-temannya, M termasuk anak yang paling pendek. Semua teman-temannya sudah menentukan posisi barisannya, namun M masih belum baris. Oleh karena itu, gurunya menyuruh M berbaris paling depan karena M paling pendek. Kemudian M langsung maju ke depan dan berbaris. Ketika barisan disiapkan oleh ketua kelas, M tidak langsung bersiap, namun malah istirahat di tempat. Ketika ketua kelasnya berkata “lencang depan gerak”, M langsung mengubah posisi badannya. Setelah itu, ketua kelasnya mengintruksikan “istirahat di tempat gerak”, M langsung melakukan intruksi tersebut. Saat posisi istirahat di tempat, badan M gerak-gerak dan sesekali M mengusap keringatnya dengan menggunakan dasi. Kemudian pemimpin upacara memasuki lapangan dan ketua paling pojok kiri menyiapkan semua peserta upacara. Setelah pemimpin menempatkan diri di tengah lapangan, ketua yang dipojok kiri memberi intruksi “kepada pemimpin upacara, hormat gerak”. M pun mengikuti intruksi tersebut, walaupun responnya agak lambat. Kemudian pembina upacara memasuki lapangan, pemimpin upacara menyiapkan dan memberikan intruksi “kepada pembina upacara, hormat gerak”. M pun langsung hormat. Setelah itu, M mengusap keringatnya lagi dengan menggunakan dasi dan M juga melepas topinya, karena kepalanya gatal. Kemudian pengibaran bendera merah putih, ketika petugas pengibar bendera mempersiapkan benderanya, M terlihat bergerak-gerak, sesekali mengangkat kakinya. Setelah bendera sudah siap dikibarkan, pemimpin

G1, F4, PSC2 G1 G2 G2

Inatensi (tidak memperhatikan). Kondisi lingkungan (gurunya mengarahkan M). Sosial di sekolah (M menuruti perintah guru). Inatensi (tidak memperhatikan intruksi). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Hiperaktivitas (banyak gerak).

Page 103: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

278

upacara mengintruksikan “kepada sang saka merah putih hormat gerak”. M pun langsung mengikuti intruksi tersebut, walaupun selama itu M bergerak terus, menurunkan tangannya dan menggaruk kepalanya. Ketika bendera sudah berada diujung tiang, pemimpin upacara mengintruksikan “ tegak gerak”, M pun langsung menurunkan tangannya dan langsung membuka topinya, serta menghapus keringatnya dengan dasi. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta, ketika pembina upacara mengintruksikan “mengheningkan cipta dimulai”, M pun langsung menundukkan kepalanya. Selama mengheningkan cipta, M menundukkan kepalanya, namun lama-kelamaan M membungkukkan badannya dan menggaruk kakinya. Setelah selesai mengheningkan cipta, barisan diistirahatkan dan pemimpin upacara mengintruksikan “istirahat di tempat gerak”, M langsung mengikuti intruksi tersebut. Selama mendengarkan beberapa pengumuman dari pembina upacara, M bergerak dan sesekali memutar badannya ke belakang untuk melihat teman-temannya yang berbaris di belakangnya. Selain itu, M juga menoleh ke arah samping kanan dan kirinya. Setelah pengumuman selesai, dilanjutkan dengan berdoa bersama. Selama berdoa, M tidak ikut berdoa dan M tidak menundukkan kepalanya. M melihat orang-orang yang ada di sekitarnya dan sesekali M membuka topi sambil menggaruk kepalanya. Upacara pun sudah selesai dan M langsung melepas topinya. Kemudian M melihat ke arah belakang. Barisan belum dibubarkan, karena ada pengumuman mengenai salah satu siswa yang menang dalam perlombaan Matematika. M mengenal siswa yang memenangkan perlombaan tersebut. Siswa yang menang tersebut salah satu teman sekelasnya. M pun langsung memanggil temannya tersebut dan M bertepuk tangan. Setelah itu, barisan pun dibubarkan dan setiap siswa masuk ke dalam kelas harus sesuai dengan antrean. M menepuk bahu temannya yang ada di depan M agar cepat jalan, namun temannya tersebut belum mendapat giliran untuk jalan ke kelas. Temannya pun berkata “belum M, tunggu dulu”, M pun menyengir sambil berkata “hehehe iya iya”. Selama menunggu giliran, M gerak-gerak terus, menoleh ke belakang, samping kanan dan kiri. Kemudian M pun mendapat giliran dan M langsung jalan dengan cepat menuju kelas, M mendahului teman-teman yang ada di depannya.

G2 G1, G2 G1, G2 G3, F4

Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Inatensi (tidak fokus). Hiperaktivitas (banyak gerak). Inatensi (tidak memperhatikan). Hiperaktivitas (banyak gerak). Impulsivitas (tidak sabar menunggu giliran). Kondisi lingkungan (temannya memperingatkan M).

Page 104: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

279

Ketika observer masuk kelas, M langsung menunjuk observer dan berkata “Mbak yang waktu itu”. Sebelum pelajaran dimulai, guru meminta semua siswa untuk mengumpulkan tugas, M tidak langsung menngumpulkan tugasnya, M sibuk membuka tas dan mengeluarkan buku yang akan dipelajari. Kemudian gurunya memanggil M dan berkata “PR kamu sudah dikumpulkan belum?”, M pun langsung menoleh ke arah guru dan berkata “belum Miss”. Gurunya pun langsung menyuruh M mengumpulkan tugasnya dan berkata “kalau Miss lagi bicara, didengarkan, kamu jangan memperhatikan yang lain”. M pun langsung mengambil buku PR-nya dan mengumpulkan di depan kelas. Setelah semua siswa sudah mengumpulkan PR-nya, gurunya meminta semua siswa mengeluarkan buku paket. M pun langsung berkata “aku sudah Miss” sambil menunjukkan bukunya ke arah gurunya. Kemudian gurunya membacakan penjelasan yang ada di dalam buku tersebut, namun M tidak memperhatikan, M melihat ke arah luar kelas sambil memainkan pensil atau menggaruk kepalanya. Gurunya meminta semua siswa untuk menggaris bagian penting yang ada di dalam buku tersebut, M pun langsung menggaris. Sebelum menggaris, M menanyakan kembali kepada gurunya bagian mana yang harus digaris. Setelah gurunya menjelaskan ulang, M baru mulai menggaris lagi. Setelah itu, gurunya meminta salah satu siswa untuk melanjutkan membaca materi yang ada di buku. Ketika temannya sedang membaca, M tidak memperhatikan, M malah memainkan pensil dan penggarisnya yang ada di atas meja. Setelah temannya selesai membaca, gurunya menjelaskan ulang dan menjelaskan beberapa tugas yang harus dikerjakan di rumah. Ketika gurunya sedang menjelaskan, M berdiri dan pelan-pelan berjalan menjauhi tempat duduknya. Gurunya pun langsung menegur M dan bertanya kepada M “kamu mau kemana? tadi tugasnya apa saja ya?”. M pun langsung duduk di tempat duduknya menjawab “tugasnya mencari gambar hewan pemakan tumbuhan, daging dan segalanya”. Kemudian gurunya bertanya lagi “mencari gambar apa nama hewannya?”, M menjawab lagi “ehhh mencari nama hewannya Miss”. Gurunya bertanya lagi “terus tugas yang kedua apa M?”, M pun menjawab “tugas yang kedua mencari gambar biotik dan abiotik Miss”. Setelah itu, gurunya menuliskan tugas tersebut di

G1, F4 G1 G1, F4 G1 G2, F4 F4

Inatensi (tidak memperhatikan intruksi). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan). Inatensi (tidak memperhatikan penjelasn). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu M). Inatensi (tidak memperhatikan). Hiperaktivitas (berdiri dan jalan). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Kondisi lingkungan (gurunya mengingatkan M).

Page 105: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

280

papan tulis agar semua siswa menyalin di buku latihan IPA. Setelah itu, gurunya melanjutkan ke pelajaran Bahasa Indonesia, gurunya langsung meminta semua siswa untuk mengerjakan tugas yang ada di buku paket. Sebelumnya, gurunya menjelaskan satu-persatu maksud pada setiap soal. Ketika gurunya sedang menjelaskan, M tidak memperhatikan, M malah sibuk melihat ke arah luar kelas dan memainkan pensilnya. Setelah gurunya selesai menjelaskan, semua siswa baru diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas tersebut. Ketika M membaca soalnya, M bertanya kepada gurunya “Miss maksud dari soal nomor 6 bagaimana ya?”. Gurunya tidak paham dengan kata-kata yang diucapkan oleh M, sehingga gurunya menyuruh M agar bicaranya pelan-pelan saja. M pun mengulang pertanyaannya kepada gurunya. Akhirnya, gurunya memhami maksud dari kata-kata M. Gurunya langsung menjawab “ tadi kamu gak dengerin Miss Novi ya? Coba kamu ingat-ingat dulu”. M pun langsung menjawab “tadi Miss bilang, maju ke depan terus membaca”. Gurunya bertanya “sudah itu saja penjelasan dari soal nomor 6?”, M pun menjawab “mmm…membaca di depan secara lisan ya Miss?. Gurunya bertanya lagi “membaca secara lisan itu seperti apa?”. M menjawab lagi “gak tahu Miss”, gurunya pun menjawab “membaca lisan itu, mengungkapkan ulang isi bacaan yang sudah dibaca sebelumnya tanpa membawa buku”. M pun menjawab “oh ya ya Miss, aku lupa”, kemudian M melanjutkan mengerjakan tugasnya. M baru mengerjakan satu soal, kemudian M berhenti menulis dan memainkan pensilnya. Kemudian gurunya menegur dan bertanya “tugasmu sudah selesai M?”, M pun menjawab “sudah Miss”. Gurunya langsung meminta M untuk mengumpulkan dan akan dikoreksi oleh gurunya, M pun langsung berkata “eh belum Miss” sambil melanjutkan menulis. Ketika sedang menulis, M tiba-tiba bertanya kepada gurunya mengenai bus yang akan digunakan besok Jumat saat field trip. Kemudian gurunya menjawab “itu masih lama M, masih hari Jumat, sekarang pelajaran Bahasa Indonesia M, jadi kerjakan Bahasa Indonesia dulu M”. M pun langsung diam dan melanjutkan mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M menutup buku tulisnya dan ngobrol dengan temannya yang duduk di belakangnya. Gurunya langsung menegur dan berkata “tugas kamu sudah selesai ya M?”, M pun langsung membuka bukunya lagi dan

G1 G1, F4 G1, F4, PSC3 G3, F4 G1, F4 PSC3

Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan). Kemampuan bicara (pelafalannya kurang jelas). Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan). Kondisi lingkungan (gurunya membimbing M agar paham). Inatensi (tidak fokus mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Masalah di sekolah (M bohong dengan gurunya). Impulsivitas (tiba-tiba berbicara). Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan M). Inatensi (beralih aktivitas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M).

Page 106: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

281

menngerjakannya hingga selesai. Setelah M selesai mengerjakan tugasnya, M langsung memberikan tugasnya kepada gurunya. Gurunya pun langsung mengoreksi pekerjaan M, gurunya pun bertanya kepada M “ini tulisannya apa?. M pun langsung menjelaskan maksud dari tulisannya itu, walaupun ketika menjelaskan harus diulang, karena M pengucapannya masih belum jelas. Kemudian gurunya berkata “oh jadi itu maksudmu, terus ini tulisanmu kok tidak sesuai dengan yang kamu ucapkan?”. M pun berkata “aku malas nulis Miss, kepanjangan jawabannya” (M berbicara sambil menyengir). Gurunya berkata lagi “kalau gitu nilainya Miss kurangi ya? Tulisannya gak jelas juga”. M langsung membujuk gurunya agar nilainya tidak dikurangi, M mendekati gurunya dan mendekatkan keningnya ke kepala gurunya sambil berkata “jangan ya Miss?”. Gurunya tetap tidak mau dan meminta M untuk menuliskan ulang sesuai dengan apa yang tadi sudah diucapkan oleh M. Kemudian M menghapus jawabannya dan menuliskan ulang jawabannya. Bel istirahat pun berbunyi dan gurunya berkata “yang sudah selesai, bisa dikumpulkan tugasnya, yang belum selesai, dikerjakan setelah istirahat. Sekarang berdoa bersama dulu, kemudian istirahat”. M pun tidak memperhatikan gurunya berbicara dan M tetap mengerjakan tugasnya ketika salah satu temannya sudah menyiapkan untuk berdoa. Kemudian gurunya menegur M dan menyuruh M berdoa. M pun langsung berdiri dan ikut berdoa, walaupun M tidak ikut mengucapkan doanya. M selama berdiri selalu bergerak. Setelah selesai berdoa, M langsung mengambil bekalnya dan keluar kelas.

PSC2, F4 PSC2, F4, G2

Masalah di sekolah (M malas menulis). Sosial di sekolah (M membujuk gurunya dan mengikuti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya bersikap tegas dengan M). Sosial di sekolah (M mengikuti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Hiperaktivitas (banyak bergerak).

Saat istirahat, M langsung keluar kelas dan duduk di lantai luar kelas bersama teman-temannya. Saat itu M membawa nasi kuning, M pun langsung membuka tempat makannya dan memakan nasi kuningnya. Selama makan, M makan sambil ngobrol dengan teman-temannya. Terkadang M hanya menyimak pembicaraan teman-temannya saja tanpa menanggapi. Tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh M selama makan, karena teman-temannya selalu duduk ketika sedang makan. M juga membagi makanannya ketika temannya ada yang minta kepada M. M menghabiskan nasi kuning yang dibawa. Setelah selesai makan, M langsung minum air putih. Setelah itu, M menutup tempat makannya dan M berjalan menuju kelas. M memasukkan tempat makannya ke dalam tas

PPE1 PPE1

Relasi dengan teman sebaya (ngobrol dan makan bersama). Relasi dengan teman sebaya (berbagi makanan).

Page 107: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

282

bekalnya. Kemudian M duduk sejenak di tempat duduknya dan memperhatikan temannya yang bermain di dalam kelas. M pun tersenyum ketika melihat temannya bermain. Bel pun berbunyi dan menandakan bahwa jam istirahat telah usai. M langsung keluar kelas dan berbaris di luar kelas. M tidak terlalu memperhatikan temannya yang memimpin barisan. Ketika barisan M yang mendapat giliran untuk masuk kelas, M pun langsung masuk kelas dan duduk di tempat duduknya. Setelah itu, salah satu temannya memimpin doa sebelum pelajaran dimulai lagi. M pun tidak ikut mengucapkan doa yang seharusnya diucapkan bersama-sama. Selama berdoa, M mau berdiri, namun badannya gerak-gerak terus dan menoleh ke belakang atau ke samping. Setelah selesai berdoa, M duduk lagi.

G2

Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Ketika guru masuk kelas, gurunya langsung meminta semua siswa untuk mengumpulkan tugas yang tadi. M pun langsung maju ke depan dan mengumpulkan tugasnya. Setelah itu, gurunya meminta semua siswa untuk mengerjakan tugas kelompok. Gurunya menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan di dalam kelompok. Ketika semua teman-temannya sudah berkumpul dengan kelompoknya, M masih diam di tempat duduknya. M tidak memiliki inisiatif untuk mencari kelompok. Akhirnya, teman kelompoknya memanggil M dan M tetap diam. Gurunya langsung memanggil M “kelompokmu mana?”, M pun langsung mengambil bukunya dan mencari teman sekelompoknya. Kemudian M dan teman sekelompoknya mulai mengerjakan tugas bersama. Dalam satu kelompok terdiri dari 3 siswa. Ketika teman-temannya sedang berdiskusi, M tidak ikut berdiskusi, M malah sibuk menulis. Kemudian salah satu temannya memanggil M dan mengajak M berdiskusi. Setelah itu, mereka menuliskan jawabannya di buku mereka masing-masing, namun M masih diam dan tidak menulis. Kemudian temannya pun menjelaskan ulang ke M dan membimbing M untuk menuliskan jawabannya di bukunya. Selama berdiskusi, M seringkali mengusap-usap wajahnya dengan menggunakan tangan kirinya. Ketika sedang menulis, M menulis sambil berdiri. Kemudian M bertanya lagi ke teman kelompoknya sambil berdiri, Setelah dijelaskan oleh temannya, M menulis lagi. Kemudian M dan teman-temannya berdiskusi lagi untuk mencari jawaban lain, M pun mencoba untuk

PPE1, F4 G1, F4 F4 PPE2

Relasi dengan teman sebaya (temannya peduli dengan M). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Inatensi (tidak memperhatikan diskusi). Kondisi lingkungan (temannya mengajak berdiskusi dan membimbing M). Kondisi lingkungan (temannya membimbing M). Masalah dengan teman sebaya (temannya tidak memperhatikan pendapat M).

Page 108: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

283

mengajukan idenya, namun temannya tidak paham dengan kata-kata M. M pun mencoba mengulang berbicara, namun temannya kurang setuju dengan pendapat M. M pun mencoba mengajukan pendapat lagi, namun teman-temannya tidak memperhatikan M dan mereka sibuk menulis. M pun langsung melihat temannya sedang menulis apa di bukunya. Temannya pun memberitahu M dan M ikut menuliskan jawaban tersebut di bukunya. Selama berdiskusi, teman-temannya tidak terlalu mempedulikan kata-kata M, karena teman-temannya tidak terlalu paham dengan maksud M. Ketika M sedang menulis, temannya meminta tolong kepada M agar meminjam tipe-X ke teman yang duduk di seberang M. M pun langsung berdiri dan meminjamkannya. Setelah itu, M melihat jawabannya di buku teman sekelompoknya. Teman-teman sekelompoknya sudah selesai mengerjakan tugas tersebut, namun M belum selesai. Akhirnya, temannya membimbing dan memberi tahu M jawaban yang harus ditulis. Tugas M pun selesai dan M langsung berdiri, kemudian M berjalan ke arah tempat duduknya. Temannya langsung memanggil M “kamu mau kemana? kan kelompok kita belum maju ke depan”, M pun langsung kembali dan duduk di samping temannya. Kemudian M berdiri dan langsung berjalan ke tempat duduknya. M mengambil alat tulisnya dan mengambil tas bekalnya yang jatuh. Setelah itu, M duduk di tempat duduknya dan ngobrol dengan temannya yang duduk di belakang M. Kemudian kelompok M mendapat giliran untuk maju ke depan membacakan hasil kerjanya, gurunya pun memilih M untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. Ketika M sedang membacakan di depan kelas, teman-temannya tidak ada yang mendengarkan, gurunya pun langsung menyuruh M untuk diam dulu. Gurunya langsung menegur semua siswa agar menghargai dan mendengarkan M yang sedang bicara di depan kelas. Ketika gurunya belum selesai menegur dan belum mempersilahkan M untuk membaca lagi, namun M sudah mulai membacakan hasil kelompoknya lagi. Akhirnya, gurunya langsung memotong perkataan M dan menyuruh M diam dulu sampai gurunya mempersilahkan membaca lagi. Setelah semua siswa sudah diam, gurunya langsung menyuruh M untuk lanjut membacakan. Saat M sedang membaca, pengucapannya kurang jelas dan membacanya terburu-buru, sehingga gurunya tidak paham dan M sering

PPE2 PPE1 F4, PPE1 F4 G3, F4 PSC2, G2, F4

Masalah dengan teman sebaya (temannya tidak memperhatikan pendapat M). Relasi dengan teman sebaya (mau membantu temannya). Kondisi lingkungan (temannya membimbing dan mengingatkan M). Relasi dengan teman sebaya (temannya peduli dengan M). Kondisi lingkungan (gurunya memberi kesempatan kepada M). Impulsivitas (menyela pembicaraan gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Sosial di sekolah (menuruti perintah gurunya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M).

Page 109: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

284

salah mengucapkan, contoh: “ulat bulu” dibaca “ular bulu”. Teman-teman dan gurunya pun tertawa ketika M salah membaca. Setelah selesai membaca, M diminta untuk mengumpulkan semua buku tulis teman sekelompoknya. Kemudian buku-buku tersebut diberikan ke gurunya. Setelah itu, gurunya memberikan nilai dan mengembalikan kembali ke M. Setelah itu, M mengembalikan buku-buku tersebut ke teman sekelompoknya. Setelah selesai, M tidak langsung duduk, M malah jalan-jalan. Gurunya langsung menegur M dan menyuruh M duduk, karena gurunya akan memberikan tugas selanjutnya yang harus dikerjakan. Gurunya pun langsung menjelaskan tugasnya, namun M terlihat tidak memperhatikan, M sibuk memainkan pensil dan memasukkan bukunya ke tas. Setelah gurunya selesai menjelaskan, gurunya bertanya “apa sudah paham? Ada yang mau bertanya tidak?”. Temannya pun langsung berkata “coba tanya M Miss, pasti M tanya lagi Miss”. M pun langsung tersenyum dan bertanya “poster itu dibikin apa tidak Miss? Definisi itu apa Miss?”. Gurunya langsung menjawab “tadi Miss sudah jelaskan, kamu tidak memperhatikan kan?”. Gurunya pun menjelaskan ulang tugas-tugas yang harus dikerjakan, M pun memperhatikannya. Kemudian gurunya meminta M untuk menjelaskan ulang, M pun mencoba menjelaskan ulang dan M sudah paham. Setelah itu, M tidak mengeluarkan buku latihan IPA-nya, gurunya pun langsung bertanya kepada M “buku IPA-mu mana?”. M langsung menjawab “gak bawa buku IPA Miss, bukunya ketinggalan”. Kemudian gurunya menyuruh M menggunakan buku yang lain saja. Setelah itu, M bertanya lagi kepada gurunya “Miss poster itu kayak apa?”. Kemudian temannya mencoba membantu menjawab “kalau poster itu gambar yang berisi tulisan ajakan positif”. M pun hanya mengangguk (menandakan kalau sudah paham). Kemudian M mulai untuk mengerjakan tugasnya. Ketika gurunya sedang bertanya kepada salah seorang siswa, tiba-tiba M menyela pembicaraan gurunya. Gurunya langsung memperingatkan M, M pun langsung diam. Ketika ada salah satu temannya yang mengadu kalau ada yang membuka buku, M langsung berdiri dan berbicara dengan keras “Miss itu membuka buku” (sambil menunjuk teman yang dimaksud oleh M). Kemudian gurunya memperingatkan semua siswa untuk diam dan mengerjakan tugasnya

G1 PPE1, F4 F4 G3, F4, PSC2 G1, F4

Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan). Relasi dengan teman sebaya (temannya peduli dengan M). Kondisi lingkungan (gurunya membantu M dan temannya sudah paham dengan kondisi M). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M). Impulsivitas (menyela pembicaraan guru). Kondisi lingkungan (gurunya memperingatkan M). Sosial di sekolah (menuruti perintah guru). Inatensi (tidak fokus mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur dan membimbing M).

Page 110: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

285

masing-masing saja, semua siswa pun langsung diam, termasuk M. M tidak langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya, M hanya diam saja seperti sedang berpikir, tetapi melihat ke arah luar kelas. Kemudian gurunya memanggil M dan M langsung menoleh ke arah gurunya. Gurunya langsung membimbing M agar mengerjakan tugasnya, M pun mulai lagi mengerjakan tugasnya. Kemudian gurunya berjalan ke arah belakang kelas dan M tiba-tiba berjalan menghampiri gurunya untuk bertanya terkait dengan soalnya. Gurunya pun menjelaskan ulang soal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, M kembali duduk dan mengerjakan tugasnya. Sesekali M berhenti mengerjakan tugasnya dan mengajak temannya ngobrol. Kemudian M melanjutkan mengerjakan tugasnya. M sudah selesai membuat poster, namun M belum mewarnai posternya, karena M selalu lupa membawa pensil warna. M pun berjalan ke belakang lagi menghampiri gurunya. M minta izin kepada gurunya untuk meminjam pensil warna kepada temannya. Gurunya tidak mengizinkan dan akan mengurangi nilai M, M pun langsung bertanya “nilainya dikurangi berapa Miss?”. Gurunya menjawab “nilainya dikurangi 50, kamu sih selalu alasannya lupa bawa pensil warna, kemarin juga pinjam pensil warna ke teman kan? kalau kamu pinjem terus, nanti kamu keenakan gak bawa pensil warna terus”. M pun mendekatkan keningnya ke kepala gurunya sambil membujuk “jangan dikurangi 50 ya Miss? kasi nilai 70 saja ya Miss?”. Gurunya tetap tidak mengizinkan dan M pun langsung kembali ke tempat duduknya. M melanjutkan mengerjakan posternya dan meminjam pensil warna temannya tanpa sepengetahuan gurunya. Bel istirahat berbunyi, gurunya pun menyuruh semua siswa untuk istirahat dulu, setelah istirahat dikerjakan kembali tugasnya. M langsung membuka biskuit dan M mengerjakan posternya sambil makan biskuit. Kemudian ada temannya yang menghampiri M dan meminta biskuitnya, M pun memberikannya. M masih memiliki satu snack, namun snack tersebut diberikan ke temannya, temannya pun senang dan langsung mengucapkan “terima kasih” kepada M, M menanggapi dengan mengangguk sambil minum air. Setelah itu, M ngobrol dengan temannya, M menceritakan pengalamannya kalau kepala M pernah bocor. Ketika bercerita, M bercerita sambil berjalan, sehingga temannya mengikuti M untuk mendengarkan ceritanya. Kemudian M keluar

G1, PSC2, F4 PPE1 PPE1

Inatensi (sering lupa membawa pensil warna). Sosial di sekolah (meminta izin dan menuruti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya bertindak tegas kepada M). Relasi dengan teman sebaya (mau berbagi makanan). Relasi dengan teman sebaya (ngobrol dan bermain bersama teman).

Page 111: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

286

kelas dan bermain di halaman bersama teman-temannya.

Sebelum pelajaran dimulai, semua siswa berdoa bersama dan dipimpin oleh salah satu siswa. Ketika sedang berdoa, M seringkali tidak memperhatikan dan M tidak ikut mengucapkan doa yang seharusnya diucapkan secara bersamaan. Selama berdoa, kaki M bergerak terus dan menoleh ke arah samping dan belakang. Setelah selesai berdoa, gurunya masuk kelas dan semua siswa mengucapkan salam kepada gurunya. Setelah itu, gurunya meminta semua siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan kemarin. M langsung mengambil buku tugasnya dan mengumpulkan tugasnya kepada gurunya. Ketika akan menghampiri gurunya, M membuka buku tulisnya dan memperlihatkan hasil kerjanya tepat di depan wajah gurunya. Kemudian gurunya berkata “iya Miss sudah lihat, sekarang kamu duduk dulu”. M pun langsung duduk di tempat duduknya. Setelah semua siswa sudah mengumpulkan tugasnya, gurunya meminta semua siswa mengeluarkan buku paket Bahasa Indonesia. M pun langsung mengambil buku paketnya di dalam tas. Setelah itu, gurunya menjelaskan pelajaran selanjutnya yang terkait dengan ide pokok. Ketika gurunya sedang membacakan satu paragraf, M tidak memperhatikan dan M sibuk mengusap-usap wajahnya dengan menggunakan tangan kirinya. Gurunya masih tetap menjelaskan mengenai ide pokok yang ada pada paragraf tersebut, namun M tiba-tiba mengambil tas bekalnya dan berkata kepada gurunya “Miss mau makanan gak? aku bawa bekal banyak”. Gurunya langsung menegur M dan berkata “tidak ngomongin makanan Bro, Miss lagi baca paragraf ini lho, jadi makanannya ditaruh dulu ya?”. M pun langsung mengangguk, terus menaruh tas bekalnya dan mendengarkan gurunya. Paragraf tersebut mengenai jenis hewan pemakan daging, kemudian M pun tiba-tiba berbicara “hewan harimau, singa, gajah”. Setelah itu, M memainkan kedua tangannya, seakan-akan bermain peran antar hewan. Kemudian M kembali memperhatikan gurunya yang sedang menjelaskan tentang ide pokok. Setelah gurunya selesai menjelaskan, gurunya menyuruh semua siswa mengerjakan tugas yang tadi sudah dijelaskan oleh gurunya (melanjutkan mencari ide pokok pada setiap paragraf, kemudian menyanyi lagu Maju Tak Gentar di depan kelas). M langsung berdiri dan mengambil buku tulisnya di depan papan

G1, G2 PSC1 PSC2 G3, F4 G3, G1

Inatensi (tidak memperhatikan saat berdoa). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Akademik (mengerjakan PR). Sosial di sekolah (menuruti perintah gurunya). Impulsivitas (M menyela penjelasan gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Impulsivitas (tiba-tiba berbicara). Inatensi (tidak fokus).

Page 112: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

287

tulis. Setelah itu, M menghampiri gurunya dan berkata “aku gak bisa nyanyi lagu Maju Tak Gentar Miss”, gurunya menjawab “masak kamu gak tahu lagu Maju Tak Gentar to? Itu lagi lawas lho, lagu Indonesia”. M langsung menggelengkan kepalanya dan berkata “ aku gak hafal”. Akhirnya, gurunya mengajak semua siswa bernyanyi bersama agar M tahu bagaimana nada lagu Maju Tak Gentar. Selama bernyanyi, M selalu membaca teks lagunya. Setelah selesai bernyanyi, M membuka tas bekalnya lagi dan menawarkan makanan ke gurunya. M berkata kepada gurunya “aku bawa bekal Miss, Miss mau yang mana?”. Kemudian gurunya memilih salah satu snack yang dibawa oleh M, gurunya berkata “makasi ya M, kamu kasi Miss makanan terus, nanti Miss lemu lho”. M pun mengangguk dan berkata “gak pa-pa kok Miss, aku bawa banyak kok”. Kemudian M menutup tas bekalnya dan mulai mengerjakan tugasnya. Baru mengerjakan sebentar, M mengajak gurunya ngobrol, karena M duduknya berhadapan dengan gurunya. Gurunya pun langsung menyuruh M untuk mengerjakan tugasnya dulu, jangan ngobrol terus. M pun langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya. M baru mengerjakan beberapa paragraf, kemudian M menoleh ke belakang sambil memukulkan pensilnya di meja temannya yang duduk di belakang M. M kembali menghadap ke depan, namun M memainkan pensilnya. Gurunya pun menegur M dan M kembali mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M ngomong sendiri dan teman-temannya tidak ada yang menanggapi M, namun M tetap berbicara sendiri sambil melihat ke arah luar kelas. Gurunya pun menegur M lagi, M kembali mengerjakan tugasnya. Ketika semua siswa sedang mengerjakan tugas, gurunya berkata “besok kalian semua ingat membawa atlas ya? Besok kita akan belajar Geografi”. M langsung berhenti menulis dan membicarakan atlas bersama teman yang duduk di belakangnya. Gurunya pun menegur M lagi agar menyelesaikan tugasnya dulu agar waktunya tidak keburu habis. M pun langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya. Setelah M selesai mengerjakan tugasnya, M menyanyikan sambil menghafalkan lagu Maju Tak Gentar beberapa kali. Suara M cukup keras ketika sedang menghafalkan lagunya, guru dan temannya pun jadi ikut bernyanyi. M tetap percaya diri dan tidak peduli walaupun nada lagunya salah, teman-temannya pun tertawa ketika

PSC2, F4 PSC2 G1, F4 G1, F4 G3, F4 G1, F4 PPE2

Sosial di sekolah (M tidak malu bertanya kepada gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya membantu M). Sosial di sekolah (M membagi bekalnya kepada gurunya). Inatensi (tidak fokus saat mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya mengingatkan M). Inatensi (tidak fokus mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Impulsivitas (tiba-tiba berbicara). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Inatensi (perhatiannya mudah teralihkan). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). M termasuk anak yang percaya diri. Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek

Page 113: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

288

mendengarkan M sedang bernyanyi. Tiba-tiba ada salah satu temannya yang berkata “M ki bosok”, gurunya langsung menegur siswa tersebut, namun M terlihat tidak peduli ketika temannya berkata seperti itu kepada M. M pun tetap bernyanyi walaupun nadanya salah. Kemudian gurunya menyuruh siswa yang sudah selesai dan siap menyanyi di depan kelas untuk maju dan bernyanyi. Satu siswa langsung maju dan bernyanyi, namun M tidak memperhatikan temannya yang sedang bernyanyi. Ketika temannya sedang bernyanyi, tiba-tiba nadanya salah, guru dan seluruh siswa tertawa. M terlihat tidak ikut tertawa, M tidak peduli dan terus menghafalkan teks lagunya. Setelah selesai menghafal, M ngobrol dengan temannya yang duduk di belakangnya. Kemudian gurunya menyuruh M maju ke depan untuk menyanyi, M menolak karena belum hafal teks-nya. Salah satu temannya memberi semangat M untuk maju, M pun mau maju, tapi M izin dengan gurunya kalau menyanyi sambil membawa buku. Ketika M bernyanyi, nadanya salah terus, sehingga guru dan teman-temannya tertawa. M tidak peduli dan tetap terus bernyanyi walaupun nadanya salah. Gurunya pun menyuruh M untuk mengulang bernyanyi agar nadanya benar, namun nadanya tetap saja salah dan M tetap percaya diri untuk bernyanyi walaupun teman-temannya tertawa terus. Setelah selesai bernyanyi, M kembali duduk di tempat duduknya. Kemudian M bertanya kepada salah satu temannya “omnivora itu hewan pemakan segalanya kan?”, namun pertanyaan tersebut dijawab oleh teman yang lain. Temannya menjawab kalau jawaban M salah, terus teman yang tadi ditanya oleh M menjawab “jawabannya M benar kok”. Teman yang menyalahkan itu tidak terima dan kesal dengan M. Temannya itu marah dengan M dan memanggil nama M berkali-kali hingga M juga kesal dan marah juga dengan temannya tersebut. Kemudian gurunya menegur M dan temannya, M disuruh mengalah saja oleh temannya dan tidak usah menanggapi perkataan temannya. M pun langsung duduk menghadap depan dan diam. M pun melanjutkan mengerjakan tugas berikutnya, yaitu tugas IPA. Ketika M kurang paham dengan soalnya, M langsung bertanya kepada gurunya. Setelah gurunya menjelaskan, M kembali mengerjakan tugasnya. Ketika sedang menulis, M tiba-tiba berdiri dan menghadap ke belakang sambil berbicara, namun kata-kata yang diucapkan oleh M tidak

PSC1 F4 PPE2, PPE1, F4 G3, F4

M). Akademik (berusaha menghafalkan lagu). Kondisi lingkungan (gurunya memberi kesempatan kepada M dan temannya memberi semangat kepada M). M termasuk anak yang percaya diri. Masalah dengan teman sebaya (temannya menyalahkan M dan berdebat). Relasi dengan teman sebaya (temannya membela M). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Impulsivitas (tiba-tiba berbicara). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M).

Page 114: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

289

jelas. Gurunya pun langsung menegur M agar duduk dan mengerjakan tugasnya lagi. M pun langsung mengerjakannya. Kemudian M bertanya lagi kepada gurunya, seperti biasa M bertanya selalu terburu-buru, sehingga gurunya tidak paham. Gurunya pun mengingatkan M agar bicaranya pelan-pelan saja. M pun mengulangi lagi pembicaraannya dengan pelan, gurunya pun paham dengan maksudnya M. Gurunya langsung menjelaskan dan M kembali mengerjakan tugasnya. Ketika mengerjakan tugas, M sering menggeliatkan badannya, mengusap matanya dan menguap. Setelah itu, M kembali mengerjakan tugasnya. Kemudian salah satu temannya ada yang bertanya kepada gurunya, perhatian M langsung teralihkan dan M ikut berbicara kepada gurunya. M berbicara dengan cepat dan kata-katanya tidak jelas, sehingga gurunya tidak paham dan hanya menjawab “ehmm”. M pun langsung diam dan melanjutkan mengerjakan tugasnya. Bel istirahat pun sudah berbunyi, gurunya meminta semua siswa untuk berdoa dulu sebelum beristirahat. M tetap duduk, padahal temannya sudah menyiapkan agar berdiri dan doa dimulai. Gurunya langsung menyuruh M berdiri dan M langsung berdiri, serta ikut berdoa. Setelah selesai berdoa, M lanjut menulis sebentar, kemudian M keluar kelas sebentar. Setelah itu, M masuk kelas lagi mengambil kue di tas bekalnya, kemudian M keluar lagi. M masuk kelas lagi untuk menaruh kue yang tadi sudah diambil dan M mengambil Twister. Kemudian M keluar kelas lagi dan duduk di lantai luar kelas bersama teman-temannya. Ketika makan bersama teman-temannya, M tidak ikut berbicara, M hanya menyimak pembicaraan temannya saja. Ketika M berbicara, temannya tidak ada yang memperhatikan, namun M tetap berbicara saja. Setelah M selesai berbicara, salah satu temannya bertanya “tadi kamu ngomong apa? ngomongnya pelan-pelan biar jelas”, M pun hanya tersenyum dan berkata “udah ga pa-pa, ga usah diulang”. Setelah itu, M kembali makan snack-nya hingga habis. Setelah snack-nya habis, M minum air putih dan masuk kelas lagi mengambil kue. Kemudian M keluar lagi dan duduk di tempat yang tadi bersama teman-temannya. M membuka kue tersebut, namun setelah dibuka, M terlihat tidak tertarik dan ditutup lagi. M mencoba menawarkan kue tersebut kepada teman-temannya, namun teman-temannya tidak ada yang mau, karena mereka sudah

F4 G1, G3 G1, F4 PPE1, PPE2, F4

Kondisi lingkungan (gurunya mengingatkan dan membantu M). Inatensi (perhatiannya mudah teralihkan). Impulsivitas (menyela pembicaraan). Inatensi (tidak memperhatikan intruksi). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Relasi dengan teman sebaya (makan bersama). Masalah dengan teman sebaya (temannya tidak memperhatikan pembicaraan M). Kondisi lingkungan (temannya mengingatkan M).

Page 115: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

290

kenyang. M pun langsung berdiri dan menuju tempat sampah untuk membuang kue tersebut. Tiba-tiba salah satu temannya memanggil M dan berkata “M ga boleh buang makanan, sini biar aku saja yang makan kue-nya”. M pun langsung mengurungkan niatnya untuk membuang kue tersebut dan kue-nya diberikan kepada temannya. Setelah itu, M duduk lagi dan menyimak pembicaraan temannya. Setelah semua temannya sudah selesai makan, M masuk kelas untuk menaruh minumnya. Setelah itu, M berjalan menuju lapangan sekolah. Ada beberapa anak kelas lain yang sedang bermain bola di lapangan tersebut, M pun ikut nimbrung untuk bermain bola. Walaupun M tidak kenal dengan beberapa anak tersebut, M tetap nimbrung dan ikut bermain. Ketika berebut bola, M langsung berlari dan mencoba merebut bola tersebut, namun M tidak berhasil merebut bolanya. M pun kembali mengejar bola tersebut, namun bolanya out karena melebihi batas lapangan. Kemudian permainan bola dimulai lagi, namun M tiba-tiba berhenti di tengah lapangan. M langsung menundukkan badannya untuk memperbaiki tali sepatunya. M terlihat tidak berhasil memperbaiki tali sepatunya, kemudian M berjalan dan duduk di pinggir lapangan. M lama sekali memperbaiki tali sepatunya (± sekitar 5 menit), ternyata M tidak berhasil mengikat tali sepatunya. Tiba-tiba ada salah seorang siswa yang menghampiri M dan membantu M untuk mengikatkan tali sepatunya. Setelah itu, M langsung berkata “terima kasih” kepada siswa tersebut (M tidak kenal dengan siswa tersebut, karena dari kelas lain). Kemudian M pun kembali ikut serta dalam bermain bola. M langsung ikut bermain saja tanpa memperhatikan kelompok mainnya, yang terpenting M dekat dengan bolanya. M berusaha merebut bolanya dan akhirnya M berhasil menendang bolanya mendekati gawang, namun ternyata out. Bel berbunyi dan menandakan waktu istirahat telah usai. M pun langsung berjalan menuju kelas bersama teman-temannya. Sebelum masuk kelas, semua siswa baris di luar kelas. Setelah itu, masuk kelas dan langsung berdoa bersama.

PPE1 PPE1 PPE1

Relasi dengan teman sebaya (temannya peduli dengan M). Relasi dengan teman sebaya (M ikut bermain bersama temannya). Relasi dengan teman sebaya (temannya membantu M mengikat tali sepatu).

Ketika guru masuk kelas, guru langsung meminta semua siswa untuk mengumpulkan buku tugas IPA. Setelah itu, gurunya meminta semua siswa mengambil buku agama. M langsung mengambil bukunya di dalam tas. Kemudian gurunya menjelaskan materi selanjutnya. M terkadang

G1

Inatensi (tidak fokus saat mendengarkan

Page 116: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

291

menyimak dan terkadang melihat ke arah luar. Ketika gurunya sedang menjelaskan, ada salah satu siswa yang kesal dengan gurunya, karena gurunya membuat perumpamaan menggunakan nama siswa tersebut. Siswa tersebut berkata “semua orang nurut aku, gak boleh ada orang yang mengejek aku”. M pun langsung nyeletuk, namun guru dan teman-temannya tidak ada yang paham, karena bingung dengan kata-kata yang diucapkan oleh M. Kemudian gurunya menyuruh M untuk mengatakan ulang secara pelan, gurunya langsung paham dan berkata “ohhh jadi maksud M itu, kalau V meninggal terus kita disuruh meninggal juga”. Teman-temannya pun langsung tertawa dan berkata “moh lah”. Setelah itu, gurunya menyuruh semua siswa untuk diam dan gurunya melanjutkan menjelaskan. Kemudian gurunya memberikan tugas, M pun langsung mengerjakan tugas tersebut. Ketika sedang mengerjakan tugas, M tiba-tiba diam dan menoleh ke arah belakang. Setelah itu, M lanjut mengerjakan tugasnya. Kemudian gurunya berkata “pelajaran agama selesai dulu, dilanjutkan nanti setelah istirahat, sekarang lanjut pelajaran Bahasa Inggris dulu ya. Nanti setelah pelajaran agama selesai, kita lanjut pelajaran Bahasa Jawa”. M pun langsung berkata “tidak Miss, tidak Bahasa Jawa” (dengan suara yang keras). Setelah itu, M mengeluarkan buku Bahasa Inggris. Sambil menunggu guru Bahasa Inggris datang, M jalan ke arah pintu untuk melihat gurunya sudah jalan ke kelasnya apa belum. Setelah itu, M menghampiri temannya dan M mengobrol sebentar. Ketika gurunya sudah datang, M langsung duduk di tempat duduknya. Pelajaran langsung dimulai dan M menyimak penjelasan dari gurunya. Kemudian gurunya meminta semua siswa untuk mengajukan satu pertanyaan kepada temannya dengan menggunakan pola kalimat sesuai penjelasan yang tadi. Ketika M mendapat giliran untuk bertanya, M langsung bertanya “Do you know how to play guitar?”, temannya pun langsung menjawab “No, I don’t”. Ketika M bertanya dengan menggunakan Bahasa Inggris, pelafalannya cukup baik. Setelah semua siswa sudah mendapat giliran untuk mengajukan pertanyaan, gurunya melanjutkan materi. Ketika gurunya sedang menjelaskan, M tiba-tiba ngomel “kamu pukul-pukul aku”, padahal temannya yang duduk di belakang M tidak sengaja, karena kepala M tiba-tiba mundur ke belakang dan kena pensil

PSC3 PSC2 PSC1 F4

penjelasan guru). Kemampuan bicara (pelafalannya kurang jelas). Masalah di sekolah (M tidak suka Bahasa Jawa). Sosial di sekolah (memperhatikan penjelasan guru). Akademik (mampu membuat kalimat dengan Bahasa Inggris). Kondisi lingkungan (gurunya memberikan pengertian kepada M agar tidak salah paham).

Page 117: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

292

temannya. Akhirnya, gurunya memberitahu M kalau temannya tidak sengaja dan menyuruh M duduknya agak lebih maju. Kemudian gurunya melanjutkan menjelaskan dan membagi kelompok laki-laki serta perempuan untuk membaca percakapan. M pun mau mengikuti dan membaca dialognya sesuai aturannya. Setelah itu, gurunya memberikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan dialog tersebut, M mampu menjawab beberapa pertanyaan dengan benar. Gurunya bertanya lagi “pick up itu artinya apa dalam Bahasa Indonesia?”, M langsung menjawab “ menjemput Miss”. Kemudian gurunya memberikan tugas lagi kepada semua siswa, yaitu tugas berkelompok, setiap kelompok terdiri dari dua orang. Kelompok ditentukan oleh gurunya. M mendapat bagian kelompok bersama gurunya, namun salah satu temannya mengusulkan agar temannya tersebut satu kelompok dengan M. gurunya pun menyetujui usulan tersebut. Setelah itu, M dan temannya membuat dialog yang sesuai dengan contoh yang sudah ada di buku paketnya. Setelah selesai, M dan temannya mencoba mempraktekkan dialog tersebut. Kemudian M menghampiri gurunya dan M meminta gurunya untuk mendengarkan kelompoknya membacakan dialognya. Gurunya pun berkata “nanti ya sesuai giliran, kamu tunggu dulu”. M pun langsung kembali ke tempat duduknya. Ketika beberapa kelompok maju ke depan untuk berdialog, M tidak memperhatikan, M malah asyik latihan berdialog dengan teman sekelompoknya. Akhirnya, kelompok M mendapat giliran, M dan temannya langsung maju ke depan kelas. Ketika membaca dialognya, M bisa mengucapkannya dengan cukup baik. Ketika M bertanya dan temannya lama menjawabnya, M yang langsung menjawabnya. Gurunya pun langsung menyuruh M untuk diam dulu dan memberikan kesempatan temannya menjawab. Akhirnya, gurunya menyuruh mereka mengulang untuk melakukan dialog. Pada percobaan yang kedua baru berhasil dialog antara M dengan temannya. Setelah itu, M duduk kembali di tempat duduknya. Semua siswa sudah mendapat giliran untuk berdialog, gurunya pun melanjutkan menjelaskan materi untuk tes Minggu depan. M terlihat tidak memperhatikan, M asyik memainkan pensil dan pulpennya. M menggunakan pensil dan pulpen tersebut untuk menulis sekaligus. Kemudian gurunya menuliskan materi tes di papan tulis dan meminta

PSC2 PSC1 PSC2 G3, F4 G1

Sosial di sekolah (menuruti perintah dan memperhatian penjelasn guru). Akademik (mampu menjawab pertanyaan dari gurunya). Sosial di sekolah (bekerja sama dengan teman sekelompoknya). Impulsivitas (M tidak sabar menunggu). Kondisi lingkungan (gurunya mengingatkan M). Inatensi (tidak memperhatikan penjelasan).

Page 118: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

293

semua siswa untuk menuliskan di buku agenda. M tidak langsung mengambil buku agendanya, tapi M malah merapikan buku yang ada di atas meja. Setelah itu, M baru mengambil buku agendanya dan menuliskan materi tes-nya. Ketika gurunya merangkum pelajaran hari ini, M menyimak dan beberapa kali ikut menjawab. Bel istirahat sudah berbunyi, maka semua sisw diminta untuk berdoa dulu sebelum istirahat. M mau ikut berdoa, walaupun selama berdoa M selalu bergerak. Setelah selesai berdoa, M mengambil penggaris dan bermain pedang-pedangan bersama temannya. M dan temannya menggunakan penggaris sebagai pedangnya.

PSC2 PPE1

Sosial di sekolah (memperhatikan penjelasan gurunya). Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama temannya).

Ketika guru matematikanya datang, M langsung menghampiri gurunya (Miss Maria) dan berkata “aku gak bisa Miss”. Gurunya langsung menjawab “harus bisa, gak ada kata gak bisa”, namun M tetap berkata “aku gak bisa Miss”. Gurunya pun menjawab lagi dengan kata yang sama “harus bisa”. Kemudian gurunya menyuruh M duduk dulu, dan M langsung berjalan menuju tempat duduknya. Gurunya akan memberikan tugas dan soalnya akan dibacakan oleh gurunya. M langsung mengeluarkan buku Matematika dan alat tulisnya. Ketika menulis soal, M menulis sambil bertopang dagu atau menggaruk kepalanya. Pada soal pertama terkait dengan perbandingan peta, sehingga gurunya meminta semua siswa melihat atlas dan mengukur jarak antar kotanya dengan menggunakan penggaris ketika mengerjakan soal nomor satu. M pun langsung menoleh ke belakang dan bertanya kepada temannya “dimana letak kotanya?”, temannya langsung menunjukkan kota yang dimaksud. Ketika menulis soal, gurunya menegur M karena M menulis tanpa melihat, sehingga tulisannya berantakan. Selain itu, M juga beberapa kali menanyakan ulang soalnya, karena M telat dan lupa dengan soalnya. Ketika soal nomor lima, M bertanya kepada gurunya “Miss ini soal terakhir ya?”, gurunya pun menjawab “ini nomor terakhir, tapi soalnya masih ada” (gurunya sambil tertawa). M pun langsung berkata “Miss soalnya kok banyak sekali, sudah aja ya Miss?”. Gurunya pun tetap lanjut membacakan soalnya. Setiap kali M menulis, gurunya selalu memperhatikan, karena M beberapa kali salah menuliskan angkanya dan belum selesai menulis soalnya sudah lanjut ke soal berikutnya. Setelah soalnya selesai dibacakan, gurunya menyuruh

PSC3, F4 PSC3, G1, F4 F4, PSC3

Masalah di sekolah (M tidak bisa pelajaran matematika). Kondisi lingkungan (gurunya memotivasi M). Masalah di sekolah (tulisannya tidak rapi). Inatensi (sering lupa dengan soalnya). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan M). Masalah di sekolah (M kurang teliti saat menulis soal).

Page 119: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

294

semua siswa mengerjakan soalnya hingga pukul 08.00. M pun hanya diam saja sambil menggaruk kepalanya. Setelah itu, M meminjam buku paket matematika kepada gurunya, karena buku paket M hilang. Kemudian M mencari dan mengukur jarak kota yang ada di peta. Setelah menemukan jaraknya, M lanjut mengerjakan tugas tersebut. Gurunya berkata “nanti kalau soal nomor satu sampai tiga benar semua tanpa perbaikan, nanti tidak perlu ikut tambahan dan soal nomor empat sampai lima dijadikan PR”. M langsung bernyanyi “Eta terangkanlah”. Ketika M mengerjakan dan tidak paham cara pengerjaannya, M langsung bertanya kepada gurunya “Miss yang diketahui apanya ya?”. Kemudian gurunya membimbing M untuk mengukur ulang jarak kotanya, karena M salah mengukur. Setelah itu, M melanjutkan mengerjakan. Kemudian M bertanya lagi terkait dengan rumusnya “Miss, rumusnya apa ya?”. Gurunya membimbing M lagi hingga memperoleh jawabannya. Setelah itu, gurunya berkata “nanti kamu gak boleh tanya, nanti kamu tanya-tanya terus”. M pun tidak peduli dan tetap menulis. Ketika ada temannya yang berbicara dengan keras, M pun langsung nyeletuk, namun kata-kata yang diucapkan tidak jelas. Teman-temannya pun langsung tertawa. Ketika sedang mengerjakan, M tiba-tiba menghadap belakang dan membicarakan field trip yang akan dilaksanakan hari Jumat. Temannya tidak mempedulikan M dan M pun kembali mengerjakan tugasnya. Kemudian gurunya menghampiri M dan melihat hasil hitungnya, ternyata M salah menuliskan jawabannya. Hal itu dikarenakan, M salah menuliskan lambangnya, seharusnya M menulis tanda X (kali), namun yang ditulis tanda : (bagi). Hasil akhirnya pun menjadi salah. Setelah itu, gurunya menyuruh M untuk memperbaikinya dulu sebelum lanjut ke soal berikutnya. M pun mencoba menghitung ulang dan gurunya memperhatikan M dalam menghitung. M pun mampu mengerjakannya dan gurunya langsung berkata “wahhh pinternya M”. Kemudian M melanjutkan mengerjakan soal nomor dua, tapi M mulai tidak fokus, M mengajak ngobrol temannya yang duduk di belakang dan di seberangnya. Gurunya pun menegur M, M langsung diam dan melanjutkan mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M berhenti menulis dan menoleh ke arah belakang. M melihat teman-temannya serius dan fokus mengerjakan tugas tersebut, kemudian M pun kembali mengerjakan tugasnya. Setelah itu, M

PSC2, F4 G3 PSC3, F4 PSC2, F4 G1, F4

Sosial di sekolah (M bertanya kepada guru ketika tidak paham). Kondisi lingkungan (gurunya membimbing M). Impulsivitas (tiba-tiba bicara dengan temannya). Masalah di sekolah (M kurang teliti mengerjakan tugasnya). Kondisi lingkungan (gurunya selalu memperhatikan M). Sosial di sekolah (M menuruti perintah gurunya). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan M). Inatensi (M tidak fokus mengerjakan tugas). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M).

Page 120: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

295

kembali menoleh ke belakang dan bertanya kepada temannya yang duduk di belakangnya. M menanyakan rumus mana yang harus digunakan untuk mengerjakan soal nomor dua. Temannya pun mencoba menjelaskan kepada M, M pun kembali mengerjakannya. Kemudian M kembali bertanya dengan temannya, padahal temannya sedang fokus mengerjakan tugasnya. M pun terlihat tidak peduli dan M tetap bertanya kepada temannya. Temannya pun berhenti menulis dan memberitahu cara pengerjaannya kepada M. M terlihat belum paham, akhirnya M berjalan menghampiri temannya yang lain. Teman tersebut mampu memberitahu caranya dan M kembali ke tempat duduknya, namun tidak langsung mengerjakan, M malah membuka tas bekalnya. Gurunya pun langsung menghampiri M dan melihat hasil kerja M. Ternyata M masih salah dalam menuliskan rumusnya dan M pun langsung bertanya kepada gurunya terkait dengan rumus mana yang harus digunakan. Gurunya pun mau memberitahu M dan menjelaskannya. Setelah itu, M kembali mengerjakan tugasnya. Ketika M sedang mengerjakan tugasnya, salah satu temannya menghampiri dan melihat pekerjaannya M. Ternyata M masih salah dalam susunan pengerjaannya, M langsung bertanya kepada gurunya dan gurunya menjelaskan ulang kepada M. Setelah itu, M kembali mengerjakan tugasnya. Ketika gurunya sedang mengoreksi pekerjaan temannya, M memanggil gurunya berkali-kali, gurunya pun berkata “M tunggu dulu, Miss sedang berbicara dengan temanmu ini lho”, M pun langsung diam dan kembali menulis. Kemudian M menghampiri gurunya lagi dan bertanya lagi kepada gurunya. Ketika gurunya menjelaskan ulang lagi, M tetap salah dalam menjawab. Akhirnya, M memperbaiki jawabannya dari awal. Setelah itu, salah satu temannya menghampiri M lagi dan temannya membimbing M untuk menyelesaikan tugasnya. Temannya tersebut sudah selesai mengerjakan tugasnya dan jawabannya benar semua. Temannya membimbing M dengan pelan-pelan agar M mengerjakan tugasnya hingga selesai. M mengikuti semua perkataan dan cara-cara yang diberitahu oleh temannya. Akhirnya tugas M pun selesai, M langsung maju ke depan untuk antri dikoreksi oleh gurunya. Ketika gurunya sedang mengoreksi milik temannya, M menyodorkan buku tulisnya kepada gurunya, gurunya langsung berkata “sabar to M, tunggu

PSC3, F4 F4, PSC3 PSC3, F4 G3, PSC2 F4 G3, F4, PSC2

Masalah di sekolah (M mengalami kesulitan memahami pelajaran matematika). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu M). Masalah di sekolah (M sulit memahami pelajaran matematika). Masalah di sekolah (sulit memahami pelajaran matematika). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu M). Impulsivitas (tidak sabar menunggu). SSosial di sekolah (M menuruti guru dan bertanya ketika tidak paham). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M hingga paham). Impulsivitas (tidak sabar menunggu giliran). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Sosial di sekolah (M menuruti perintah gurunya).

Page 121: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

296

dulu”. M pun langsung mundur. Kemudian M ditemani oleh dua temannya ketika antri di depan kelas. Akhirnya, M mendapat giliran untuk dikoreksi hasil kerjanya dan ternyata semua jawaban M benar. Jadi, nanti siang M tidak perlu mengikuti pelajaran tambahan. Temannya pun langsung bersorak dan satu temannya menggendong M. Pelajaran Matematika sudah selesai, kemudian M bercanda dengan temannya. M jalan keluar kelas bersama temannya. Kemudian M masuk kelas lagi karena gurunya (Miss Novi) sudah datang. Ketika M masuk kelas, salah satu temannya memukul M, namun tidak kena. M pun langsung berkata “gak kena…gak kena”. ketika Miss Novi masuk kelas, dua teman M langsung memberitahu kalau nanti siang M tidak tambahan Matematika. Gurunya pun senang dan langsung memuji M, M pun hanya tersenyum saja. Kemudian gurunya melanjutkan materi Bahasa Indonesia. Ketika gurunya menjelaskan, M memperhatikan dan mencoba menjawab pertanyaan dari gurunya, walaupun jawabannya salah. Setelah itu, gurunya meminta satu orang siswa untuk membacakan satu bacaan, M pun menyimak bacaan yang sedang dibaca oleh temannya. Sesekali M menggaruk kepalanya atau menoleh ke arah belakang. Kemudian gurunya menjelaskan terkait dengan bacaan tersebut. Setelah itu, gurunya memberikan tugas mencari ide pokok pada setiap paragaraf. Ketika gurunya sudah selesai menjelaskan tugasnya, gurunya selalu bertanya “apakah sudah jelas? ada pertanyaan?”. M pun langsung mengangkat tangannya dan bertanya kembali terkait dengan tugasnya. Gurunya pun menjelaskan ulang kepada M hingga M paham. Gurunya selalu meminta M untuk mengulang kembali untuk memastikan M benar-benar sudah paham atau belum. Setelah itu, gurunya menyuruh semua siswa untuk mengerjakan tugasnya. M langsung berdiri dan berkata “buku tugasnya dibagikan ya Miss?”, gurunya pun menjawab “iya, sana kamu yang bagikan ke teman-teman ya”. M pun langsung ke depan mengambil buku latihan Bahasa Indonesia dan membagikan ke teman-temannya sesuai dengan namanya. Setelah itu, M duduk di tempat duduknya dan mengerjakan tugasnya. Sesekali M menggaruk kepalanya dan mengusap wajahnya dengan tangan kiri. Kemudian M berhenti sejenak, M memainkan dasinya. Gurunya pun menegur M dan M langsung mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M berhenti

PPE1 PSC2 PSC2, F4 PSC2 G2, F4

Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama teman). Sosial di sekolah (memperhatikan penjelasan). Sosial di sekolah (bertanya ketika tidak paham). Kondisi lingkungan (gurunya selalu memperhatikan dan membantu M). Sosial di sekolah (M memiliki inisiatif untuk membantu gurunya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M).

Page 122: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

297

menulis dan bertanya kepada gurunya. Setelah itu M kembali mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M berdiri dan langsung lari ke luar kelas sambil berbicara “Miss izin buang sampah ya?”. Gurunya belum mengizinkan, M sudah lari keluar kelas, gurunya pun hanya menggelengkan kepala saja. Kemudian M kembali mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba M berhenti menulis lagi, M mengusap wajahnya dan menoleh ke samping, serta ke belakang. M pun belum selesai mengerjakan tugasnya dan gurunya tetap melanjutkan menjelaskan materi, karena waktu pengerjaan tugas sudah habis. Akhirnya, M tidak memperhatikan gurunya, karena M harus menyelesaikan tugasnya. Gurunya langsung menegur M, namun M tetap menyelesaikan tugasnya dan tidak memperhatikan gurunya. Setelah M selesai mengerjakan tugasnya, M langsung mengumpulkan tugasnya di meja guru. Setelah itu, M duduk lagi dan menanyakan tugas kliping yang nanti siang akan dikerjakan. Gurunya langsung berkata “ini Miss lagi menjelaskan tugas baru, kamu perhatikan dulu ya, klipingnya masih nanti siang”. M pun langsung diam dan menyimak gurunya menjelaskan tugas selanjutnya. Kemudian bel istirahat berbunyi, gurunya menyuruh seluruh siswa untuk berdoa dulu sebelum istirahat. Ketika salah satu temannya sudah menyiapkan untuk berdiri dan berdoa, M tetap duduk. Gurunya langsung menegur M dan M pun langsung berdiri. Selama berdoa, M tidak bisa berdiri dengan tenang, badannya goyang-goyang terus. M juga sempat batuk beberapa kali hingga hampir muntah. Setelah selesai berdoa, M langsung minum air agar batuknya berhenti. Kemudian M mengambil chitato di tas bekalnya. Setelah itu, M keluar kelas dan duduk di lantai bersama teman-temannya. Selama makan chitato, M ngobrol bersama teman-temannya dan M membagi chitato-nya ke teman-temannya. Setelah chitato-nya habis, M masuk kelas dan meletakkan air mineralnya di meja. Kemudian M menghampiri dua temannya yang sedang makan di dalam kelas, M pun bertanya “kamu makan apa?” (sambil melihat makanan temannya). Temannya pun menjawab dan M duduk di tempat duduknya. Setelah itu, M mengajak dua temannya itu untuk mengobrol. Tiba-tiba ada satu temannya yang masuk kelas dan mengejek M dan M langsung membalasanya. Kemudian temannya itu tidak terima dan memukul M (pukulannya tidak keras). M pun mengomel “itu guyonan

G3 G1, F4, PSC3 G1, F4, G2 PPE1 PPE1, PPE2

Impulsivitas (tiba-tiba pergi sebelum mendapat izin dari guru). Inatensi (tidak fokus dan tidak memperhatikan penjelasan). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Masalah di sekolah (tidak peduli dengan teguran gurunya). Inatensi (tidak memperhatikan intruksi). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Relasi dengan teman sebaya (makan dan ngobrol bersama teman-temannya). Relasi dengan teman sebaya (M menyapa dan mengajak temannya ngobrol). Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek dan memukul M).

Page 123: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

298

tau, kalau kamu gak tahu kalau itu guyonan, kamu tanya dulu makanya, jangan asal mukul”. Temannya tidak mempedulikan omelan M dan temannya langsung jalan keluar kelas. Setelah itu, ada satu temannya yang menghampiri M dan minta minum kepada M. M pun langsung memberikan minumnya. Bel pun berbunyi dan menandakan bahwa jam istirahat telah usai. M pun langsung keluar kelas dan berbaris bersama teman-temannya. setelah itu, masuk kelas dan berdoa sebelum pelajaran dimulai. M pun mau ikut berdoa, walaupun M tidak bisa berdiri dengan tenang, badannya bergerak terus.

PPE1 G2

Relasi dengan teman sebaya (M mau berbagi minuman dengan temannya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam)

Pelajaran dimulai dan guru menyuruh semua siswa mengerjakan tugas selanjutnya, yaitu membuat peta, memilih salah satu pulau yang ada di atlas. M pun langsung membuka atlasnya dan memilih pulau yang akan digambar. Tiba-tiba M berkata kepada gurunya “Miss aku gambar pulau apa ya? Susah Miss”. Kemudian gurunya berkata “Miss kan sudah bilang, pilih pulau yang mudah menurut kamu”. M pun mulai menggambar dengan menggunakan spidol hitam. Ketika M sedang menggambar, temannya ada yang bertanya “Miss garisnya kayak gini?”. M pun langsung ikut bertanya “bikin gambarnya dulu baru garisnya ya Miss?”. Gurunya langsung menjawab “lo tadi kan Miss sudah bilang, bikin garisnya dulu baru bikin gambarnya, garisnya berapa cm tadi Miss bilang?”. M menjawab “masing-masing garisnya 2 cm Miss”. M pun langsung menambahkan garisnya. Kemudian gurunya menyuruh M membuat gambar ulang, agar garisnya yang dibuat terlebih dahulu, jadi gambarnya tidak ditumpuk oleh garis. M pun sempat ngeyel dan berdebat dengan gurunya, M tidak mau membuat ulang gambarnya, karena gambarnya sudah hampir selesai. Tiba-tiba salah satu temannya mengejek M, M langsung berkata “udah to V, kamu sukanya ikut-ikutan ngomong”. Akhirnya, M mengikuti perintah gurunya dan M mulai membuat ulang gambar peta. Ketika M baru membuat tiga garis, M langsung menunjukkan ke gurunya, “garisnya segini saja ya Miss?”. Gurunya langsung melihat dan berkata “masing-asing garisnya 2 cm M, ini kamu buatnya gak 2 cm, ini cuma 1 cm lho”. Kemudian gurunya meminta M untuk menunjukkan angka 2 cm di penggarisnya. M pun bisa menunjukkan angka 2 cm dengan benar. Kemudian gurunya memperlihatkan garis milik temannya untuk contoh M. M pun mengamati

PSC3, PPE2 PSC2, F4

Masalah di sekolah (M tidak memperhatikan intruksi guru dan membantah perintah guru). Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek M). Sosial di sekolah (menuruti perintah guru). Kondisi lingkungan (gurunya membantu dan membimbing M agar paham).

Page 124: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

299

garis milik temannya dan M langsung mulai membuat garis yang baru. Sebelum digaris, M membuat titik dulu, masing-masing 2 cm. Kemudian M memperlihatkan ke gurunya dan gurunya menyuruh M untuk melanjutkan dengan menggaris. Setelah selesai membuat garis, M memperlihatkan lagi ke gurunya dan gurunya menyuruh M untuk lanjut menggambar. Ketika sedang menggambar, M tiba-tiba mengucapkan sesuatu, namun kata-katanya tidak jelas. Gurunya pun langsung menegur M dan M langsung melanjutkan menggambar. Selama menggambar, M hanya menggaruk kepalanya atau mengusap wajahnya dengan tangan kiri, kemudian lanjut menggambar lagi hingga selesai. Setelah gambarnya sudah selesai, M menunjukkan gambarnya ke gurunya. Kemudian temannya juga melihat gambarnya M, temannya langsung berkata “kamu kok gambar Propinsi? kan gambarnya Pulau” (ternyata M dari tadi menggambar Propinsi Sulawesi Tenggara). Gurunya langsung menoleh ke arah M dan berkata “tadi kan Miss sudah bilang, gambar Pulau bukan Propinsi”. M pun langsung menjawab “kalau gitu aku gambar ulang saja ya Miss? Ini aku hapus saja”. Gurunya langsung melarang M untuk menghapus, nanti hasil gambarnya jadi tidak karuan dan tidak selesai. Kemudian M bertanya kepada gurunya “kalau gak aku hapus dan diulang, nanti nilaiku dikurangi gak Miss?”. Gurunya langsung menjawab “ya jelas dikurangi nilaimu, kan kamu salah gambar, gak memperhatikan penjelasan Miss dari tadi”. M pun mulai bernegosiasi dengan gurunya agar nilainya tidak dikurangi dan M mengancam akan menghapus gambarnya kalau nilainya dikurangi. Gurunya berkata lagi “wis kadung M,rak sah dihapus, nanti berantakan”. Akhirnya, M tetap melanjutkan gambar tersebut dan tidak menghapus. Kemudian tiba-tiba salah satu temannya masuk kelas, karena baru selesai lomba futsal. M pun langsung menyapa teman tersebut dan bertanya “menang gak A?”. Temannya pun hanya menanggapi dengan menggelengkan kepalanya. Setelah itu, M menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan hari ini, karena temannya ketinggalan pelajaran. Setelah itu, M melihat gambar peta milik salah satu temannya, kemudian M duduk lagi di tempat duduknya. Waktu mengerjakan tugas peta sudah habis, gurunya menyuruh semua siswa untuk melanjutkan mengerjakan di rumah. Gurunya menyuruh semua siswa mengeluarkan bahan-bahan

G3, F4 F4, PSC3, PSC2 PPE1

Impulsivitas (M tiba-tiba berbicara). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Kondisi lingkungan (temannya memberi tahu M dan gurunya memberikan solusi). Masalah di sekolah (M tidak memperhatikan intruksi dan mengancam gurunya). Sosial di sekolah (M menuruti perintah gurunya). Relasi dengan teman sebaya (M menyapa temannya dan menjelaskan tugas yang harus dikerjakan).

Page 125: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

300

untuk membuat kliping. M pun langsung berkata “aku sudah siap Miss” (tanpa merapikan buku sebelumnya). Gurunya langsung melihat ke arah M dan menyuruh M untuk merapikan buku-bukunya dulu. Setelah semua buku dimasukkan ke dalam tas oleh M, gurunya menyuruh M agar nanti menggunting dan menempelnya yang rapi. Selama membuat kliping, M jalan-jalan terus, M suka melihat kliping milik temannya. Tiba-tiba salah satu temannya mengejak M, kemudian M pun balas menjawab “nanti aku kasi tahu Mama-mu ya?”. Temannya pun langsung marah kepada M dan memukul M. M pun marah dan tidak terima dengan perlakuan temannya itu, M pun mau membalas memukul, namun temannya yang lain langsung melerai dan memanggil nama M. M pun langsung berjalan ke tempat duduknya. Ketika M sudah sampai pada tahap pembuatan bagian sampul, M tidak memperhatikan perintah gurunya. M pun langsung memotong bagian sampulnya hingga sepanjang kertas ukuran A4, padahal gurunya menyuruh tidak usah dipotong dan ukuran sampulnya sepanjang kertas ukuran HVS. M pun sudah terlanjur memotongnya dan M tidak peduli, M tetap melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu menjepret. Namun, M langsung ke tahap lakban, sebelum dijepret. Gurunya langsung menegur M dan menyuruh M untuk menjepret dulu baru memberikan lakban. Kemudian M meminjam jepretan kepada temannya dan temannya langsung membantu M untuk menjepret klipingnya. Kemudian gurunya mengarahkan M agar menghias bagian sampulnya dulu sambil menunggu giliran memasangkan lakban. M tidak mempedulikan perkataan gurunya, M tetap menunggu lakbannya dan berdiri terus di depan temannya. Kemudian M mencoba mencari lakban di tempat temannya yang lain, sehingga M keliling di dalam kelas, namun teman-temannya tidak ada lagi yang membawa lakban. Setelah itu, M kembali menghampiri temannya yang tadi dan menunggu temannya selesai menghias sampul dan memasangkan lakban. M pun terlihat tidak sabar, M duduk di tempat duduknya dan membuat tulisan di bagian sampulnya. Setelah itu, M bertanya lagi “lakbannya sudah belum?”, temannya hanya menggelengkan kepalanya. M duduk lagi di tempat duduknya, kemudian M berdiri dan menghampiri temannya. Setelah itu, M mencoba bertanya kepada gurunya “Miss, aku boleh minta lakban ini gak?” (sambil menunjuk lakban di meja

G2, PPE2, F4 PSC3, F4, PSC2

Hiperaktivitas (M jalan-jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (temannya mengejek M dan mereka berantem). Kondisi lingkungan (teman-temannya mengingatkan M agar tidak membalas). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan intruksi). Kondisi lingkungan (gurunya menegur M). Sosial di sekolah (M menuruti perintah gurunya).

Page 126: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

301

guru). Gurunya pun menjawab “ini kan milik sekolah, jadi gak boleh diminta”. M pun langsung menghampiri temannya lagi. Akhirnya, M mendapatkan giliran untuk menempelkan lakban di klipingnya. M berusaha menempelkan sendiri, namun lakbannya malah menempel di buku paket milik temannya. Buku temannya hampir sobek dan observer langsung membantu M untuk mencabut lakbannya secara perlahan. Setelah itu, M meminta bantuan kepada observer untuk memasangkan lakbannya, namun observer tidak mau membantu. M pun langsung duduk di tempat duduknya dan memasang lakbannya sendiri. Hasil pemasangan lakbannya pun tidak rapi dan miring, namun M terlihat tidak peduli dan langsung mengumpulkan klipingnya ke gurunya. Ketika gurunya melihat hasil klipingnya, gurunya langsung berkata “tu kliping kamu jadi paling pendek, mmm…mesti kamu ga rapi nempelnya”. M pun hanya tersenyum dan berkata “udah lah Miss ga pa-pa”.

PSC3

Masalah di sekolah (membuat kliping tidak rapi dan seadanya saja. M tidak mengikuti intruksi gurunya).

Page 127: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

302

Hasil Wawancara Subjek 3

Inisial : N Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 36 tahun Pendidikan Terakhir : S1 Hubungan : Wali kelas Tanggal Wawancara : Rabu, 15 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang kelas

Pertanyaan Verbatim Koding Analisis Mau nanya tentang kemampuan membaca dan menghitungnya M itu gimana ya ? Terus kalau untuk kemampuan menulisnya? Kalau dilihat dari hasil UTS kemarin itu, hasilnya gimana Bu?

Kalau membaca itu dia sudah lumayan lancar ya, cuman bentuk vokalnya itu lo. Pelafalannya? Iya, bentuk vokalnya dia yang gak jelas, kalau hal membaca pada dasarnya itu dia sudah lancar, sudah bisa, cuman kalau untuk yang misal kayak A atau O itu masih masih belum jelas gitu. Untuk pengucapannya berarti? Iyaa. Kalau kemampuan menulisnya menurut saya, memang masih kurang disitu, bentuk tulisannya pun kadang gak bisa di baca. Berarti tulisannya itu cenderung berantakan gitu? Heem…kadang masih ada yang kurang-kurang juga, misalnya huruf belakangnya kurang, itu yang terjadi sama dia. Itu kira-kira dipengaruhi karena faktor dia buru-buru atau apa ya? Mungkin karena gak konsentrasi ya, sebenernya kalau dia mau konsentrasi dia mau mencermati, dia bisa. Cuman kadang dia terpengaruh sama temen juga, temen udah selesai, dia belum selesai, kemudian dia buru-buru pengen cepet selesai, nah itu tulisannya gak terkontrol, kemudian banyak yang kurang. Semua, semuanya hampir semua mata pelajaran dibawah KKM. Hampir semuanya dibawah KKM? Iya kecuali mungkin kayak olahraga sama apa ya, tapi semua rata-rata dibawah KKM semua sih. Berarti semua mata pelajaran dia mengalami kesusahan? Iya, kalau saya lihat sih bukan karena dia gak menguasai materi, sebenernya menguasai materi, cuman yang jadi masalah dia kan pemahamannya dia susah, mungkin dia caranya

PSC1 PSC3 G1, PSC3 PSC3, PSC1

Akademik (sudah lancar membaca, hanya bentuk vocal belum jelas). Masalah di sekolah (kemampuan menulis masih sering salah). Inatensi (sulit berkonsentrasi). Masalah di sekolah (masih sering salah menulis). Masalah di sekolah (sebagian besar nilai di bawah KKM. Sulit memahami materi). Akademik (nilai olahraga cukup baik).

Page 128: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

303

Terus kemarin pas UTS itu gimana Bu? Terus ketika dia mengerjakan tugas itu gimana bu? Kalau dilihat dari dia

masih seperti anak kelas 1 kelas 2 ya, jadi masih harus diperjelas lagi, ditekankan lagi untuk ooo…soal ini maksudnya seperti ini lo. Jadi berarti harus didampingi? Iya bener, karena saya juga udah pernah bilang sama mamanya kemarin, mungkin ini anaknya butuh pendampingan khusus, jadi untuk seperti kelas satu, saya juga ngajar seperti itu, satu-satu saya bacakan. Maksudnya soalnya seperti ini lo, mungkin dia pola masih seperti itu ya. Berarti masih menggunakan bahasa yang sederhana juga ya? Untuk kalau mungkin menggunakan bahasa sederhana juga ki gak juga, yo karena dia sendiri udah bahasa-bahasa orang-orang dewasa juga gitu lo Mbak, bukan bahasa anak kecil lagi kalau menurut saya, cuman memang pemahamannya dia aja yang belum nyampek. UTS kan karena saya belum mendalami dia, ya udah saya lepas. Nah dilihat hari hasilnya itu baru saya tau, ooo…ternyata ini anak memang gak bisa dilepas, memang harus didampingi, cuman negatifnya nanti di kelas 6 kan gak mungkin seperti itu, harus sendiri. Apalagi kalau ujian kan gurunya udah beda, pengawasnya juga beda, kan udah harus dilepas, kan gak mungkin didampingi, itu nanti resikonya disitu. Makanya saya binggung juga, apakah memang harus jalan seperti itu, dia apa adanya atau mungkin harus saya dampingi? Karena kalau nanti saya dampingi, nanti di kelas 6 sudah gak mungkin, sedangkan di kelas 5 mungkin saya masih bisa mendampingi. Kalau untuk yang kelas 6 kan gak mungkin, itu yang membuat saya bingung juga. Apakah perlu saya dampingi atau enggak. Tugas keseharian? Heemm. Kalau tugas keseharian selama dia masih pelajaran berkelompok dia masih bisa terkontrol, karena mungkin ada temennya ya yang membimbing dia, kalau yang harian yang seperti tadi, seperti yang Mbak Mila lihat to, dia ngerjainnya semaunya sendiri, saya harus banyak ngomong, harus menekankan lagi, kalau gak ya blank dia. Berarti kalau dapet tugas itu harus ditanyakan lagi ke dia ya? Heem…saya balik tanya, maksudnya apa M, sudah tahu belum? ya seperti itu. Kalau gak dia ya udah semaunya dia, taunya dia lah, sepenangkapannya dia buatnya gitu. Ya udah asal buat aja berarti ya? Heem…iya, makanya saya dudukkan dia di depan, jadi kan saya tau, ooo…dia salah apa, nah ya saya suruh dia benerin, kalau gak, ya gak. Selesai tapi asal. Selesai sih, sering banyak selesainya daripada gak-nya,

F4 F4 F4, G1 F4 PSC1

Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan perkembangan M). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan dan peduli dengan M). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M dan gurunya selalu mengingatkan M). Inatensi (mudah lupa). Kondisi lingkungan (gurunya selalu memperhatikan). Akademik (selalu

Page 129: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

304

mengerjakan tugas, dia mengerjakannya selalu selesai atau gak? Terus kalau dia mengerjakan tugas kelompok dia lebih gimana kalau di kelompok itu?

cuman yaitu asal. Kalau tidak gurunya ngomel gitu tu. Berarti harus bener-bener dilihat satu per satu gitu? Heem…kalau sama dia harus dilihat detail, maksudnya ini lo, akhir-akhir ini nilainya dia agak lumayan, daripada semester waktu sebelum UTS itu hancur. Agak lumayan ini nilainya ini. Itu karena pendampingan juga? Iya karena itu, kan awal saya belum tahu dia seperti apa, ya memang Mama-nya sudah cerita, kalau dia punya kendala ini..ini, cuman kan saya coba untuk ngelepas, tapi kan ternyata gak bisa dilepas. Dia itu sebenernya anaknya tekun, dia itu anaknya tekun, tapi kan kendalanya dia kan memang itu ya, pada kekurangannya. Jadi pada dasarnya anaknya itu tekun, apa yang diberikan itu dicoba untuk dikerjakan, walaupun hasilnya salah, ya paling tidak dia ada usaha gitu. Terus dia gimana kalau sama temen-temen kelompoknya itu? Ya mau dia kerjasama, mau belajar kelompok bersama, itu mau, cuman kan si temennya yang gak mudeng apa maksdunya dia, apa yang ditangkap dia dengan apa yang ditangkap temennya kan beda, apa yang dikerjakan dia sama yang dikerjakan temennya kan juga beda, apa yang dimaksud temennya juga beda, makanya itu yang kadang membuat ini lo, gimana ini M kok gak jelas, nah gitu. Berarti dari temennya juga mengeluhkan? Iya. Ya gimana ya, dia memang gak paham si anaknya. Berarti secara pemahaman dia masih kurang ya? Heem… Terus ketika temennya itu merasa kesulitan kerja kelompok dengan dia, terus biasanya apa yang dilakukan sama temen-temennya Bu? Kebetulan temennya itu, kalau disini temennya itu ngemong ya. Ngemong ini maksudnya “gini lo M, begini…begini, kamu nanti harus gini”. Jadi dia agak lumayan kalau disuruh kerja kelompok selesai. Cuman ya memang, temennya itu sukanya kurang paham dengan maksudnya dia. Berarti temennya juga mencoba membantu dia untuk menjelaskan? Iya. Heemm…heem memang saya seperi itu Mbak, “kalau kamu memang sudah bisa, Ibu minta tolong kamu untuk membantu temanmu yang belum bisa, biar dia bisa tau, bisa paham”, kalau belajar kelompok gitu kan, kalau belajar kelompok saya selalu menekankan seperti itu. Temen-temennya juga peduli? Temen-temennya juga peduli? Ya, kalau gak gitu kan kelompok gak jalan. Nanti yang ngerjain yang bisa tok, yang gak bisa kan gak ngerjakan, yang tidak

PSC1, F4 PSC2, PSC3 F4

menyelesaikan tugas). Akademik (nilainya mulai baik). kondisi lingkungan (mamanya sudah paham kondisi M). M termasuk anak yang tekun dan mau mencoba. Sosial di sekolah (mau kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok). Masalah di sekolah (beda pemahaman dengan temannya). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M).

Page 130: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

305

Terus kalau perilakunya M saat di dalam dan di luar kelas itu seperti apa? Ada perbedaan atau sama saja? Terus selama hampir 6 bulan ini kan Ibu sudah mendampingi M, kira-kira apa yang Ibu rasakan dan kesulitannya apa?

mengerjakan jadi enggak paham. Nah makanya itu kan saya selalu mengatakan “itu temenmu yang belum bisa diajarin”. Sama. Samanya itu seperti apa Bu? Di dalem ya ribut, ceriwis, di luar ya ceriwis, di dalam usil, di luar ya usil. Dan dia itu belum bisa memandang ooo…ini guruku masih menjelaskan, berarti aku nanti dulu untuk ngomong, dia belum ada batasan gitu, ya semau dia. Jadi kalau dia mau ngomong, ya dia langsung ngomong, walaupun saya masih menjelaskan apa-apa gitu. Di luar juga sama masih kayak gitu, waktu itu pernah ada kejadian, dia kebalik celananya, resletingnya di belakang, lah kalau cowok kan resleting di depan. Nah waktu di luar itu, waktu itu hari Senin mau olah rohani, yang mengisi olah rohani baru ngomong, ya dia gak peduli, dia maju terus dia bilang “celanaku kebalik”. Jadi dia gak ada batasan “ooo…aku harus nanti dulu, waktu udah selesai baru aku ijin ke belakang”. Kayak apa atau berkeluh kesah atau bagaimana, kalau dia mau maju, ya maju aja, kayak anak kecil. Asal maju tanpa melihat resikonya apa. Ya udah dia tetep maju dan bilang “Bu, celanaku kebalik”. Padahal kita kan ibaratnya masih serius ya. Seperti kemarin juga sama, saya menjelaskan, dia itu maunya menyodorkan makanan ke saya, dia mau kasih. Dia menawarkan tapi dia gak tau situasinya, “ohhh…ini Miss Novi kondisinya masih menjelaskan nanti tunggu”. Jadi ketika dia menginginkan sesuatu itu harus terlaksana secepetnya (gurunya tertawa). Jadi dia gak bisa menahan diri. Kalau masalah kesulitannya ya itu tadi Mbak, kalau nakal sih memang anak segitu seperti itu ya, saya menyadari itu, cuman untuk dalam hal dia menerima pelajaran atau materi itu yang cukup kesulitan, harus terus ditegaskan lagi biar dia-nya mudeng. Itu yang saya hadapi selama 6 bulan ini, dan kemudian anaknya memang gak bisa diam, kalau ada kesempatan ngomong ya dia ngomong, ada kesempatan jalan-jalan ya dia jalan-jalan. Ini sudah agak mending pakai sekali Mbak. Awal itu gak seperti ini, gak bisa duduk anteng, jalan sana, jalan sini, ngobrol sana, ngobrol sini. Waktu awal masuk seperti, ya akhir-akhir ini dia sudah agak bisa ditata, bisa duduk, bisa mengerjakan. Itu karena sering diingatkan itu? Heemm…dia menjadi terbiasa seperti itu ya, mungkin kalau saya kan A ya A, B ya B. Kamu gak ngerjain ya udah pulang sekolah telat, saya seperti itu, makanya dia berusaha untuk selesai tepat waktu. Tetapi dia menyelesaikannya itu

G3, PSC3 G3 G3 PSC3, G2, G3 F4

Impulsivitas (suka bicara, sering menyela pembicaraan). Masalh di sekolah (suka usil). Impulsivitas (melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu). Impulsivitas (melakukan sesuatu tanpa dipikir). Masalah di sekolah (sulit memahami materi). Hiperaktivitas (suka jalan-jalan). Impulsivitas (suka bicara). Kondisi lingkungan (gurunya bertindak tegas pada M).

Page 131: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

306

Kalau di dalem kelas dia suka ganggu temannya gak? Terus ketika ditegur dia gimana Bu? Terus kalau usilnya itu biasanya usilnya seperti apa? Terus kalau dilihat interaksi

melihat hasilnya juga gak Bu? Belum, belum bisa seperti itu, tapi paling tidak kan dia sudah terkontrol untuk duduk. Udah bisa duduk, gak banyak ngobrol, apalagi kalau saya ada tugas jam segini harus selesai, ya harus selesai. Jadi dengan begitu dia termotivasi “aku harus selesai”. Dulu itu dia kalau mengerjakan tugas gak pernah selesai, banyak bicara, banyak jalan-jalan. Bicaranya dia itu apa aja berarti? Ya seingat dia. Temen-temannya ada yang mendengar gak Bu? Ya mendengar, tapi gak mudeng. Apa yang diomongin dia itu gak mudeng, apalagi kan untuk bahasa dia vokalnya dia kan gak jelas kan, itu juga yang dikeluhkan sama temen-temennya waktu pertama kali, temen-temennya selalu tanya gini “ngomong apa sih miss? Ngomong apa sih, gak mudeng”. Wong aku ya gak mudeng (gurunya tertawa). Tapi ini udah agak mending ini, udah mau duduk, udah mau belajar. Kan dia juga kebetulan pindahan juga, mungkin polanya berbeda juga, pola belajar disana dengan disini, dia kaget juga kan juga bisa. Nah itu bahasanya kadang seenaknya dia gitu lo Mbak. Gak tertata gitu? Heem…kalau jam itu harus bagaimana, dia itu kalau ngomong harus dibetulkan, kalau gak ya wes gitu terus. Ngomongnya itu ya sekenanya dia, sekeluarnya dia aja, gak peduli itu salah apa benar. Kalau ganggu temen sih enggak, cuman kalau dia diganggu kayak sama V gitu, ya dia ngomel terus. Ooo…berarti dia jawab balik gitu? Heeemm...dia gak mau kalah, itu kayak tadi sama V, V ngomong apa, dia ngomong apa, dia anaknya emang gitu gak mau kalah. Nah itu kalau saya negur apa gitu, paling dia bilang “iya miss, iya maaf miss, iya kelupaan miss”, cuman nanti diulang lagi (gurunya tertawa). Cuman ya gitu diulangi lagi (gurunya tertawa), sukanya gitu, sampai temennya hafal, jawabannya dia pasti “kelupaan miss”, (gurunya tertawa). Temen-temennya sampai udah hafal banget sama jawabannya M (gurunya tertawa). Ini meja dia dorong-dorong temennya gitu ke belakang. Lah kan temennya yang di belakang kan gak terima, entar dimajuin dorong-dorong gitu, usil itu biar ada kegiatan (gurunya tertawa). Sebenernya dia itu tekun Mbak, kalau ada tugas, ada pekerjaan gitu dia tekun, cuman waktu dia lagi fokus, ya fokus dia. Dia kalau gak ada kendala (stimulus) bisa fokus dia. Bagus gak ada masalah. Waktu awal masuk disini juga dia udah langsung

PPE2 PPE3 PSC3, PPE2 PSC1 PSC2,

Teman dan gurunya kesulitan memahami ucapan M. Perilakunya sudah mulai terkontrol. M siswa pindahan. Kemampuan bicaranya masih kurang. Masalah dengan teman sebaya (tidak mau mengalah). Masalah di sekolah (mengulang kesalahan yang sama). Masalah di sekolah dan teman sebaya (suka usil). Akademik (tekun mengerjakan tugasnya). Sosial di sekolah dan relasi

Page 132: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

307

M sama temen-temennya gimana? Terus kalau dia dilihat dari interaksi sama temen, lebih suka sama yang sepantaran apa yang lebih tua?

bisa berinteraksi gitu, apa mungkin kebetulaan juga ya, mungkin karena ada temen gereja banyak jadi mungkin dia sudah terbiasa. Tapi gak canggung kok anaknya. Berarti kalau belum kenal ya udah diajak kenalan gitu dia gak pa-pa? Iya, gak canggung dia, biasa aja. Lah itu Mbak, dia sukanya gitu ngurusin pekerjaan orang lain, dan dia yang membuat saya heran itu apa, itu padahal bukan urusan dia, tapi dia mencoba untuk mengurusi, seperti sampai kemarin itu jatuh semua itu pot. Gara-garanya ada temennya bilang gini “punyanya Andre ada jentik-jentik nyamuk”, nah terus dia penasaran sama punyanya dia, padahal gak saya suruh, gak saya apa, diambil lah punya dia, tumpah semua ini. Ooo…karena dia ngambilnya gak nyampe gitu? Iya langsung diambil gitu, terus saya bilang gini “”Miss Novi gak suruh ambil, Miss Novi gak suruh membersihkan, kan membersihkannya besok Jumat apa, itu yang dibilang cuman punya A saja yang ada jentik-jentiknya”. Keingintahuan dia memang besar, saya tahu, cuman kadang dia itu gak bisa kontrol. Sama semuanya Mbak, dia mau main sama semuanya, gak pilih-pilih sih Mbak. Sama cowok ya mau, sama cewek ya mau. Kalau sama yang kelas lain gitu dia kenal gak Bu? Kenal...kenal si Mbak, cuman kan emang ya jarang main sama kakak kelas atau sama adik kelas, mereka pun jarang sih Mbak. Kalau membaur jadi satu, ya udah berbaur jadi satu. Jadi dia gak pilih-pilih gitu. M selama sekolah disini dia punya temen deket gak Bu? Gak, dia sama semua sama aja, iya karena apa ya, karena dia masih polos ya, main sama siapa aja dia mau, dia suka. Terus kalau dia sama temennya gimana bu? Dia anaknya suka berbagi sih Mbak, dia punya makanan, temennya mau ya dikasih, dia minta temennya ya dikasih, ya saling memberi sih. Berarti dia gak yang membatasi gitu? Gak, cuman kadang dia tu nakal, kalau ada satu temennya yang bawa sesuatu, terus dia pingin, kemudian temennya gak mau kasih ke dia, dia ngoyak terus Mbak. Ooo…berarti dia ngoyak terus sampai dia dapet gitu? Heem…K itu pernah bawa mie pangsit gitu, terus dia pengen, tapi kan Mamanya mikir karena dia ada kelainan apa gitu, jadi untuk makanan instan seperti itu kan dibatasi dan memang sudah pernah minta, tapi Mamanya memang tidak memberikan, membatasi. Lah ada temennya yang bawa kayak gitu, terus dia pengen, lah karena sebelumnya K udah diminta sana, diminta sini, kan

PPE1 G3, PSC3 G3 PPE1 PPE1 PPE2

dengan teman sebaya (bisa berinteraksi dan tidak canggung). Impulsivitas dan masalah di sekolah (suka mencampuri urusan orang). Impulsivitas (sulit mengontrol keinginannya). Relasi dengan teman sebaya (bergaul dengan siapa saja). Relasi dengan teman sebaya (mau berbagi). Masalah dengan teman sebaya (suka memaksa). Membatasi pemberian makanan instan.

Page 133: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

308

Berarti kalau untuk temen-temennya keluhannya itu cuman dalam hal bahasa dan pemahamannya juga? Tapi awal masuk memang duduknya sudah didepan?

akhirnya tinggal sedikit, lah K kan bilang “udah to kamu gak usah minta, ini sudah habis”, dia gak terima, dikejar terus, dioyak terus. Ya akhirnya saya bilang “M itu punya K sudah habis, nanti di rumah kamu buat sendiri, ini tak WA-in Mamamu, kamu buat sendiri ya”, baru dia mau berhenti dan bilang “tapi kan aku pengen Miss”, terus saya jawab lagi “tapi kan itu sudah habis”. Dikasih tahu kaya gitu baru dia berhenti, kalau gak ya kejar terus sampai dia dapet. Berarti dia ada keinginan untuk berbaginya ya? Iya dia suka ngasih, memang dia anaknya suka ngasih. Kalau ada temennya yang yang minta dan dia bawa lebih, ya dia kasih. Ya saling berbagi lah pokoknya Mbak. Berarti dia udah bisa mengikuti kebiasaan itu? Heeem…kalau istirahat pun makan bersama di depan, kan memang biasanya Mamanya bawain yang dia suka, tapi kan kalau sampe sekolah kan sudah beda Mbak. Bermacam-macam bentuk makanan kan dia jadi tertarik. Nah itu kadang dia pengen punya temennya, punya sendiri kadang malah gak dimakan, yo dimakan tapi cuman dikit. Heem…bahasa itu memang mereka gak paham. Kalau M ngomong, temennya pasti tanya “ngomong apa sih Miss?”. Walaupun temennya gak ngerti, tapi temennya gak yang menjauh?. Enggak, kalaupun ada kelompok itu ya temennya tanya ke M “kamu mau kelompoknya siapa?”, nanti si M ya milih. Biasanya yang ngemong itu si H, nanti H bilang “kamu kelompokku aja M”, ya karena apa ya, disini itu apa ya Mbak, memang anaknya memang bandel, tapi untuk hal kebersamaan, mereka dari kelas satu itu udah diajarkan untuk itu. Emang nakal sih, tapi untuk kebersaamaan itu sudah ada dasarnya, kita memberikan sejak kelas satu, kasih sayang, saling peduli. Berarti M juga tidak mengalami masalah atau minder? Enggak, biasa aja. Pada awal masuk juga biasa aja, gak ada yang menyendiri atau apa itu, ya gak ada, semua pada membaur. Gak, dulu dia duduk di belakang. Duduk di depan itu karena saya baru tahu beberapa minggu eh bulan kalau gak salah, kok kayak gini. Dia saya taruh depan itu dia protes juga, “kenapa saya harus di depan? Kenapa aku gak punya kelompok sendiri?”. Ooo…kelompok itu maksudnya deretan bangkunya gitu? Iya, ni kan satu kelompok, dia kan gak punya. Terus saya jelaskan “ya karena kamu itu harus diperhatikan, kalau gak nanti kamu gak bisa belajar”.

PPE1 PSC2, PPE1, F4 F4 F4

Relasi dengan teman sebaya (mau berbagi dengan teman). Sosial di sekolah dan relasi dengan teman sebaya (teman-temannya peduli dengan M). Kondisi lingkungan (temannya mau membimbing M). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan M). Kondisi lingkungan (gurunya memberikan pengertian kepada M).

Page 134: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

309

Waktu dulu dicoba duduk paling belakang itu reaksinya bagaimana Bu? Terus ketika dia udah duduk di depan, apa dia selalu memperhatikan? Tapi kalau untuk mengerjakan PR gimana?

Satu jalan-jalan., dua materi tidak memperhatikan, ngerjain gak terkontrol, maunya dia apa. Makanya kan, memang kalau disini, kalau yang kurang selalu disendirikan, disendirikan itu ibaratnya bukan berarti dijauhkan dari temen-temen gak, memang butuh pendampingan disendirikan, biar kita pantau anaknya gitu, bukan mau menjauhkan, tapi cuman memang anak butuh pendampingan. Dengan dia diberikan penjelasan seperti itu, dia mau menerima? Seminggu, dua minggu berontak dia, tapi saya jelaskan “ini lo M seperti ini…ini..tujuan Miss Novi meminta kamu duduk di depan”. Lama kelamaan dia sudah terbiasa. Berarti waktu awal-awal dia dipindahkan ke depan, dia sempat berontak? Mau, cuman dengan terpaksa. Ooo…berarti dia tetep mau duduk di depan? Tetep dia mau duduk di depan, cuman ya itu banyak protes, banyak tanya, sampai rumah pun seperti itu, Mamanya bilang sama saya. Ooo…jadi dia bilang sama Mamanya? Heem… dia bilang “kenapa aku didepan? Aku gak punya kelompok sendiri Ma”. Mamanya juga kan datang ke saya, saya jelaskan maksudnya gini lo Bu, terus Mamanya bilang “lya Bu saya paham, tapi M-nya yang gak mudeng” (gurunya tertawa). Kalau Mamanya manut-manut aja sih, manut-manut aja yang penting terkontrol gitu aja, cuman anaknya yang susah menerima. Tapi ya lama-lama gak pa-pa, biasa aja, karena itu butuh pembiasaan aja. Enggak, masih harus tetap diingatkan, karena dia kayak gak fokus gitu lo Mbak. Misalkan saya menjelaskan dan mengatakan “memperhatikan bukumu”, nanti dia lihatnya sana (gurunya menunjuk ke arah luar kelas), jadi ada buku di depan ya wes abaikan aja. Jadi memang harus diingatkan, terus saya bilang “diperhatikan!! Nanti nek kamu nanyak, awas ya!!”, nek saya gitu Mbak. Setelah itu dia memperhatikan gak Bu?. Ya dia bilang “ya…ya Miss”. Awalnya dia memperhatikan, tapi habis itu, ya gitu lagi Mbak. Berarti harus berkali-kali diingatkan? Hemm…iya dia gak bisa satu kali perintah itu gak bisa, harus berkali-kali perintah. Kalau PR,kan di rumah ya Mbak, orangtua ngontrol, cuman kadang-kadang gak dibawa. Ooo…berarti dia sering meninggalkan? Ya gak sering sih, kalau PR dia selalu bikin kok, cuman ya kadang emang ya lupa, gak kebawa, cuman kalau tugas rumah dia selalu kerjakan. Berarti kalau PR gak ada masalah Bu? Gak, kan mungkin Mamanya mendampingi juga

G2, G1, PSC3, F4 F4 G1, F4 G1 F4, G1, PSC1

Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas). Inatensi dan Masalah di sekolah (tidak memperhatikan). Kondisi lingkungan (gurunya memperhatikan dan membimbing M). Kondisi lingkungan (guru dan mamanya selalu memberikan pengertian kepada M, serta mama sudah paham kondisi M). Selalu terjalin komunikasi yang baik antara guru dan mama M. Inatensi (tidak fokus). Kondisi lingkungan (gurunya selalu mengingatkan M). Inatensi (tidak fokus dan mudah lupa dengan perintah). Kondisi lingkungan (mamanya selalu mengontrol M). Inatensi (terkadang lupa membawa buku PR). Akademik (selalu mengerjakan PR).

Page 135: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

310

Jadi Mamanya itu diajak komunikasi juga baik tanggapannya? Berarti memang yang sering dateng kesini Mamanya?

kan, jadi terkontrol. Iya, justru Mamanya itu sering ke sekolah, nanya gimana anaknya. Jadi kalaupun ada masalah apa di sekolah saya gak segan-segan WA gitu lo Mbak, dan Mamanya juga bisa diajak bekerja sama. Memang Mamanya menyadari kalau memang anaknya ada kekurangan seperti itu, jadi gak menutupi juga, terbuka malahan, Mamanya mau kasih tahu “ini lo Miss seperti ini, di rumah pun, ini lo Miss seperti ini”. Jadi enak Mbak, kan kadang ada orangtua yang punya anak seperti ini, dia menutup diri, jadi kalau kita mau melakukan apa-apa ke anak malah gak enak. Nanti takut salah, takut ini lah, takut itu, tapi kalau Mamanya M kan enggak, saya kasih tahu “ini seperti ini”, ya Mamanya bilang “ya udah gak pa-pa, ditegur aja Miss”. Iya Mamanya, Papanya gak pernah malahan dateng ke sekolahan. Jadi memang ada komunikasi saya sama Mamanya juga, jadi Mamanya tahu perkembangan anaknya seperti apa. Mungkin kan Mamanya tahu kondisi anaknya kayak gitu, dan Mamnya juga bilang gini “kalau memang anakku harus dibegitu ya udah gak pa-pa”.

F4 F4

Kondisi lingkungan (guru dan mamanya memahami kondisi M). Terjalin komunikasi yang baik antara guru dan mama M. Papanya tidak pernah datang ke sekolah. Kondisi lingkungan (mamanya sudah paham dengan kondisi M).

Page 136: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

311

Inisial : M Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 38 tahun Pendidikan Terakhir : S2 Hubungan : Mama Tanggal Wawancara : Kamis, 9 November 2017 & Selasa, 14 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang tamu

Pertanyaan Verbatim Koding Analisis Saya mau Tanya tentang perkembangannya M dari waktu hamil seperti apa?

M itu waktu saya hamil, saya memang kalau makanan gak terlalu jaga, gak kayak kakaknya, karena saya sudah dirumah sendiri. Ya saya pengen apa, saya beli, saya suka makan pedes-pedes, karena mual-mual, bawaannya pengen pedes, maem kepiting, kerang. Kalau pas kakaknya itu saya gak boleh sama Ibu saya, kan karena masih ada yang ngawasin saya makan (Mamanya tertawa). Aku memang apa ya, karena M udah di rumah sendiri, sudah sendiri, saya juga mikir gak pa-pa ya gak pa-pa. Apa yang saya pengen ya saya makan, hanya memang pas M itu saya gak minum susu sama sekali, karena kalau saya minum susu, saya diare. Pengalaman saya waktu hamil kakaknya itu saya minum Prenagen itu kan namanya pengen anaknya pinter, gemuk, apalah ya (Mamanya tertawa). Saya minum Prenagen untuk yang ibu hamil itu, sembilan bulan mengandung kakaknya, saya dua kali opname, gara-gara diare, karena memang perut saya apa ya, pencernaan saya itu gak tahan susu sebenernya. Lah hamilnya si M ya saya pengennya minum susu, cuman saya kan ada kakaknya, terpaut kan cuman setengah tahun, jadi kakaknya umur 8 bulan itu saya sudah hamil M. Jadi sebetulnya terus terang saya gak siap saat itu, tapi yawes kadung, sudah itu waktu telat, saya tahu kalau sudah telat 2,5 bulan. Saya mikirnya karena saya masih menyusui kakaknya, jadi mungkin gak mens, jadi saya taunya gak pa-pa, tapi kok mual-mual sama pusing. Terus testpack, sampai testpack (Mamanya tertawa) gak percaya, karena anakku aja masih belum bisa jalan sendiri waktu itu. Kan masih 8 bulan Mbak, durung ono setahun ik, jadi memang secara psikologis saya gak siap, saya gak siap, Papanya

Makanan saat hamil: makanan pedas dan seafood. Saat hamil sering mual. Selama hamil tidak minum susu, karena diare. Jarak usianya dekat antara M dengan kakaknya. Ketika hamil M, mama dan papanya belum siap dan hampir dikuret.

Page 137: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

312

Proses melahirkannya gimana Bu?

gak siap juga, sempet mau dikuret, Ibu saya bilang lah wong kamu sudah dikasih ya dijalanin. Ya kan awal-awal baru nikah, kerja baru istilahnya kan belum mapan, masih ngos-ngosan, tapi ya udah yaitu karena terus saya pindah kesini, saya melihat kakaknya masih kecil ya saya jaga badan ya. Lah kalau saya opname, nanti anak saya sama siapa yang jaga (Mamanya tertawa), terus saya gak minum susu sama sekali. Tapi saya bilang sama dokter kandungan “dok, saya gak bisa dok kalau saya minum susu pasti saya diare”, dokternya kan memang nanganin saya dari anak pertama, dia tahu kan saya opname dua kali, terus dokternya bilang “ooo…ya udah Bu gak pa-pa, tapi banyak minum kayak nescafe”. Kan katanya crimer-crimer itu kan ada kalsiumnya, sama saya dikasih vitamin kalsium waktu itu. Cuman memang naiknya bobot waktu kakaknya itu saya sampai 17 kg, waktu M saya cuman naik 9 kg (Mamanya tertawa). Jadi memang pas keluar itu gedean kakake.. kakaknya itu 3,7 hampir 3,8, nek M itu 3,4 kg, gak kecil sih, tapi bobotnya gak sebesar kakaknya. Waktu itu saya juga gak gemuk kok waktu hamil, waktu hamil M itu saya lebih aktif, kalau waktu kakaknya itu saya teler, jadi bener-bener gak bisa ngapa-ngapain, isinya cuman tidur aja. Kalau si M ini gak, saya sana-sini, sana-sini, ya mungkin karena kondisi kali ya, udah rumah sendiri, udah punya anak, ya dibetah-betahke. Berarti sambil momong ya? Iya sambil gendong kakaknya masih digendong kok, wong terpautnya sedikit banget, setahun dikit banget, gak ada pilihan memang, repot banget waktu itu. Terus ada yang bantuin juga? Ada sih pembantu, cuman kan pembantu itu ya keluar masuk (Mamanya tertawa), bikin stres kok. Terus gak pakai pembantu sampai sekarang? Heem...tapi saya gak pake baru-baru setelah M kemarin kelas tiga, dulunya saya pake terus, soalnya anaknya aktif banget Mbak, jadi kalau gak pakai pembantu itu iso ilangan kok Mbak. Pas diajak pergi itu bahaya, M gak bisa kontrol, kontrolnya agak susah. Normal, saya dua-duanya itu normal cuman waktu M itu lebih lama, jadi kalau kakaknya itu saya pakai induksi, jadi cepet. Waktu M itu belum waktunya dia sebetulnya, Februari pertengahan, tanggal pertengahan menurut dokter 13 atau 14 gitu, tapi tanggal 24 itu saya itu sudah flek. 24 Januari? Heem…24 Januari, saya udah flek, terus saya ke rumah sakit, udah mules-mules sih memang. Dokternya ya pas keluar pulau, ke

G2, G3

Saat hamil konsumsi crimer sebagai pengganti susu dan vitamin kalisum. Berat badan M saat lahir 3,4kg. Saat hamil: banyak gerak dan masih sering gendong kakaknya. Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Impulsivitas (sulit mengontrol diri). Lahirnya mendahului HPL (Hari Perkiraan Lahir).

Page 138: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

313

Makasar. Jadi pas gak ada di tempat, dicek sama dokternya yang jaga, sama susternya ternyata udah bukaan dua, tapi tu gak nambah-nambah sampai 2 hari di rumah sakit bukaannya 2 terus. Saya sampai stres, mules-ilang, mules-ilang gak nambah-nambah terus. Baru tanggal 26 pagi itu mulai nambah-nambah, tapi itu saya mulai capek itu, karena saya dah mintanya operasi, karena saya nahan sakit 2 hari. Tenaganya rasanya itu udah habis, udah gak kuat ngeden gitu. Pas nelpon dokternya di Makasar katanya saya harus bisa normal, karena yang pertama kan normal, sayang katanya, jadi yang kedua juga bisa kan, maksudnya kayak gitu. Ya udah ya dipaksa-paksa (Mamanya tertawa), akhirnya ya normal. Berarti gak diinduksi? Enggak, waktu M bener-bener normal, dia itu prosesnya ya walau sebenernya dia gak ini. Jadi waktu itu saya udah bukaan 8, apa berapa gitu, cuman ketuban saya itu gak pecah-pecah. Lah rasane pengen teriak-teriak ngeden, tapi sama suster gak boleh ngeden, karena nunggu ketubannya pecah dulu. Nah saya gak tahan, saya gak karuan, akhirnya saya ngeden (Mamanya tertawa), kayak balon itu lo Mbak, dari vagina keluar, airnya pecah. Wah itu prosesnya gak karuan itu, seharusnya prosedurnya saya gak boleh ngeden, tapi saya ngeden dulu, karena saya capek juga. Kan saya minta operasi, cuman karena dokternya gak boleh, suami saya juga gak mau tanda tangan. Maksud saya kalau suami saya tanda tangan, saat itu bisa operasi, tapi karean suami gak ngijinin ya udah kudu bener-benr normal. (Mamanya tertawa) gak boleh ngeden, saya malah ngeden, sampai pecah itu ketuban itu kena suami, karena itu kan posisinya di ruang VK, itu suami, sama Papa saya belum keluar, masih nungguin saya waktu itu. Jadi suami saya ya liat M waktu keluar ya dia liat, kalau waktu Mathhew kan ketata, udah pakai induksi, terus disuruh keluar semua, biasane gitu. Lah ini enggak, marai gak karuan wes (Mamanya tertawa). Ketuban pecah kena suami saya, suami saya kan posisinya dibawah, Papa saya pegangin saya diatas, jadi Papa saya, suami saya liat jebrolannya M (mamanya tertawa). Berarti ngeden, keluar, langsung pecah Bu? Heem…kayak balon, kayak balon itu lo Mbak. Habis ngeden, kepalane keluar, kepala itu sudah segini (mamanya menunjukkan dengan cara menunjukkan ujung jari telunjuk), tapi itu masih sakit sih, tapi emang setelah ini sampe leher keluar sakitnya udah hilang kan ditarik to. Berarti

Proses melahirkan: normal dan lama hingga dua hari. Tanpa induksi, namun tidak mengikuti prosedur.

Page 139: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

314

kemarin yang bantuin bukan dokter yang biasa? Bukan, bukan dokter yang biasa, dokter pengganti. Soalnya dokter yang biasanya masih di Makasar. Waktu itu kan saya memang jadwalnya belum waktunya, entah mungkin saya kecapekan karena gendang-gendong, saya juga gak ngerti, kok langsung flek, tapi flek saja saya gak langsung, saya 2 hari lo nunggu di rumah sakit. Berarti nginep gitu ya jadinya? Heem…jadi tadinya sampai nunggu di ruang VK sehari gak nambah-nambah, terus saya ditaruh di ruang biasa kan sama nunggu, tapi gak keluar-keluar, sama di cek ternyata masih sama, masih bukaan tiga kok lama banget, sampai saya stres (Mamanya tertawa), sampai stres, sampai mumet (mamanya tertawa). Dua hari gak tidur, gak nambah. Saya itu capek, saya minta operasi, saya takut gak kuat ngedennya itu, karena kan tenaganya udah habis, gak tidur e, orang gak tidur capek kan. Tapi doktere waktu itu ya penggantinya gak berani, nelpon dokter aslinya bilang “lah wong pertama bisa normal kok yang kedua minta operasi”, eman-eman katanya gitu. Terus akhirnya ternyata kuat? Itu gak bener juga kok, tapi harusnya kan vaginanya sobeknya gak terlalu ya, tapi karena saya polah maksudnya waktunya belum ngeden, saya ngeden, sobeknya jadi banyak waktu itu, jadi gede gitu lo, kan harusnya kalau saya nurut kata dokter kata suster, jangan ngeden dulu bu, tunggu, itu mungkin gak sebesar itu lo. Kan itu sampe dioperasi di vagina, dioperasi ditutup lagi karena sobeknya hampir sampai ke anus. Gara-gara saya ngawur, ngedennya ngawur gitu kan (Mamanya tertawa). Kalau yang genah kan kayak kemarin Matthew “ayoo tarik nafas”, yo sustere dorong dari atas kan yang bener gitu. Kemarin waktu M itu gak, saya itu udah capek 2 hari, jadi wes lek ndang (mamanya tertawa). Saya juga sempet marah-marah sama dokternya, wong saya diboongin katanya “ini Bu sudah disiapin ruang operasinya, nunggu dokter anastesinya”. Ngomongnya udah disiapin, tapi sebetulnya gak. Ya kan saya sudah berharap dioperasi karena kan saya sudah capek kan, tapi saya tunggu-tunggu (Mamanya tertawa). Durung wayahe ngeden wes tak den ke (mamanya tertawa). Berarti itu nekat ya Bu? Heeem…kalau gak gitu mungkin keluarnya lebih lama lagi kan, kalau diinduksi cepet kali yaa. Tapi kemarin kata dokternya disuruh induksi gitu? Gak tau, wong dokternya yang jaga gak bilang pakai induksi, karena kemarin waktu Matthew pakai

Proses melahirkan lama membuat mama stres, capek dan tidak bisa tidur.

Page 140: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

315

induksi, karena saya sudah lebih tua, 9 bulan lebih sepuluh hari lebih waktu itu. Waktu M ini gak diinduksi, jadi gak karuan (mamanya tertawa). Terus waktu keluar itu gak keracunan air ketuban berarti? Gak M gak masalah, waktu lahir dia sehat, kuning juga enggak. Waktu kakaknya malah sempet nginep di rumah sakit, karena kan bayi biasanya apa si kuning, bilirubin-nya kan harus disinar. Waktu M gak, waktu M lahir gak perlu disinar apa-apa, dia malah sehat. Hanya waktu mulai umur berapa ya, saya rasa kalau dia tidur itu harus digoyang-goyang itu lo Mbak. Dulu saya pakainya kereta dorong. Kalau kereta dorongnya berhenti dia bangun, naik mobil ya sama, kalau ada lampu merah berhenti dia rewel, bangun dia. Jadi harus gitu, saya binggung waktu itu, karena kakaknya gak gitu, saya gak nemuin kayak gitu waktu Matthew. Jadi dia banyakan tidur di kereta, jarang dia tidur di tempat tidur, jadi kalau saya taruh kereta, saya gendong, saya taruh di tempat tidur langsung bangun dia. Wah capek Mbak dorong-dorong. Itu malem ya sama kayak gitu? Iya sama Mbak, jadi saya begadang, jadi tidur harus sama pegang kereta gitu, waktu kecil seperti itu, wah susah banget kok. Itu dari umur berapa Bu? Mmm…umur berapa yo, waktu umur 4 bulan sampai 6 bulan gitu kayaknya Mbak. Terus kalau minum susu selalu muntah, kalau muntah bisa lewat hidung. Wah minumnya susah banget Mbak. Itu pakai ASI? Enggak, dia gak bisa, entah ya saya juga kurang ngeh, tapi waktu itu dokter anaknya juga kurang pinter apa gimana ya. Kemungkinan setelah gede ini, gak pinter neken lidah apa gimana gitu. Jadi dia gak bisa ngeyot ASI lo. Akhirnya saya nyoba pakai ASI dimasukin di botol, tapi ya itu kalau minum keluar semua. Dia seperti itu udah dari lahir? Heemm...saya binggung neteki dia, kan pertama kali menyusui lah kok ngenyot tapi kok basah semua baju saya kena ASI saya. Lah iki ki seng mlebu opo. Berarti kan gak ada yang masuk ya Mbak, yang masuk sedikit ya Mbak. Itu tu sampai ganti susu formula itu sama aja, coba saya yang minumin, tapi tetep gak bisa, nanti tau-tau kayak orang kesedak keluar dari hidungnya. Itu makan juga sama, itu gara-gara makannya, berat badan M jadi kurang, jadi berat badannya tidak sama dengan usia perkembangannya, kan kalau periksa gitu ada kartunya itu to Mbak, nah berat badan M kurang jauh. Wah dia maemnya susah e Mbak, pakai bubur pake apa, ya kayak ditelen, tapi entar keluar. Jadi nanti bajunya itu kuning-

Saat lahir: kondisi M sehat. Usia 4 hingga 6 bulan: saat tidur harus digoyang-goyang agar tidak bangun dan rewel. Proses menyusui: tidak bisa menghisap puting atau dot, sehingga sering tersedak dan muntah lewat hidung. Proses makan: makannya susah dan selalu muntah. Perkembangan: berat badan selalu dibawah standar.

Page 141: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

316

kuning wortel itu lo, terus seng mlebu opo, binggung aku kadang. Kalau dipaksa muntah, kalau gak dipaksa ya gitu, saya binggung, emang susah waktu M. Terus akhirnya cara maemnya gimana Bu? Ya sering dikasih makan, entah yang masuk itu apa, tiap 3 jam tak kasih susu, makan. Makan tiap 3 jam, tak kasih makan dan dia susah tidurnya. Dari umur berapa itu susah tidurnya? Dari umur 5 atau 6 bulan lah ya, tapi umur 6 bulan M pernah jatuh dari tempat tidur. Padahal saya ada baby sister loh waktu itu, dia pada waktu itu belum bisa tengkurep, eh tiba-tiba dia sudah bisa tengkurep, tapi belum bisa guling-guling waktu itu. Jadi dia habis mandi ditaruh di tempat tidur, udah dijagani bantal guling. Eee…sama suster-nya ditinggal cuci botol. Waktu itu sebenernya saya yang jaga, lah ada tamu, terus saya nitip sama mbak-nya satunya yang pegang Matthew. Aku titip sama mbak-nya karena aku meh nemoni tamu. Lah si mbak-nya ini mungkin karena dia ngajak kakaknya main, kan kakaknya masih kecil, diajak main keluar kamar, tiba-tiba jatuh M-nya, tapi posisi jatuhnya itu gulingnya mlorot, bantalnya mlorot, tapi posisinya dia udah terlentang di lantai. Saya gak paham dia jatuhnya gimana padahal udah ada bantal guling. Saya gak paham, apa dia mlorot apa gimana. Terus tak bawa ke dokter, dokternya bilang kalau dalam tiga jam dia gak muntah ya gak pa-pa. Kalau dia muntah, ada kemungkinan dia gegar otak. Tak tunggu Puji Tuhan ya gak. Tapi memang waktu itu umur berapa ya, kan ada vaksin-vaksin itu yang terakhir antara vaksin apa sama HIB kalau gak salah, jaraknya harusnya itu dokter bilang seminggu, terus Ibu saya bilang ojo seminggu dilebihi aja. Lah saya manut dokter yo Mbak, maksude pengen cepet selesai, kan vaksin banyak to Mbak, ngepas seminggu tak bawa sana, panas dia, panasnya karena vaksinnya atau gak, vaksinnya itu untuk radang otak atau apa ya, saya gak mudeng. Kayaknya sih untuk radang otak, dia itu panas seminggu, tapi habis itu ya gak pa-pa. Tapi memang kata dokter kayak gitu efeknya Bu? Ya biasanya kalau habis vaksin demam, tapi biasanya kalau M divaksin sebelumnya demamnya cuma sebentar tok Mbak. Lah tapi ki demamnya gak turun-turun, sampai seminggu, tapi entah karena itu atau gak. Tapi kecilannya dia yang gak saya paham ya itu tidur harus goyang-goyang bergerak gitu, kalau berhenti dia gak bisa tidur. Pernah saya sakit diare, saya kan takut anak saya

Usia 5 atau 6 bulan susah tidur dan pernah jatuh dari tempat tidur.

Page 142: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

317

ketularan, saya ke rumah Ibu saya, pas saya di rumah Ibu saya, satu ramah gak bisa tidur semua itu, begadang gara-gara M gak bisa tidur (Mamanya tertawa). Kadang tu sampai dibawa muter-muter naik mobil, tidur sebentar, mobilnya berhenti terus dia bangun lagi, nangis juga. Muter terus ya gak kuat to Mbak (Mamanya tertawa), sampai pagi-pagi jam 5 pagi gitu dibawa kesini, karena pada gak betah yang di rumah itu. Bener kok saya itu dua anak kalau saya nitipin kakaknya ke Ibu saya, Ibu saya gak masalah, kakaknya kan gak masalah, tapi kalau M gak mau, takut Ibu saya, ya karena itu susah banget, tidurnya susah, maemnya susah, minum susunya susah. Nah kalau keluar rumah itu langsung masuk ke rumah tetangga, jadi dia kontrolnya belum ada sih waktu itu, waktu umur 2,5 tahun, tapi dia bisa jalannya cepet sebelum umur 1 tahun udah jalan sendiri, gak pakai titahan aku. Tapi merangkak? Merangkak iya, tapi sebentar, sebentar tok merangkaknya. Lah tak taruh di box itu udah bisa jalan, bisa lepas dari box itu, di kursi makan ya lompat dia. Padahal di kursi makannya ada pengamannya ya, saya tinggal ambil bubur, terus saya balik udah gak ada. Mboh kok, kan badannya kecil kan memang, saya wes wahhh… Berarti dicopot gitu pengamannya? Enggak dia lompat, terus jalan. M tu anaknya memang gak takut jatuh, tapi karena itu dia sering jatuh. Terus adik saya yang liat kok M gak bisa diem, terus sukanya goyang-goyang, pokoknya yang harus gerak itu sampai umur berapa tahun ya itu, antara 4 tahunan lah itu. Gerak terus? Heemmm…kalau berhenti lampu merah pasti marah-marah dia. Sampai umur 4 tahun kayak gitu? Heem….terus kalau dia keluar rumah, dia langsung masuk ke rumah tetangga, masuk bukan cuman masuk, tapi dia udah masuk kamar, masuk ke belakang, ya pokoknya dia pengen tahu apa ya langsung masuk, udah gak urusan sama yang punya rumah. Dia itu geraknya cepet banget? Heem..cepet banget, wah kontrolnya susah Mbak, dulu itu waktu ke Mall itu nunggu M tidur, begitu M bangun saya pulang, lah nanti takutnya hilang, saya kan juga pegangi kakaknya. Wahh dulu saya waktu mau ke Mall saya muter-muter dulu, dulu kan saya belum bisa nyetir mobil Mbak, jadi saya naik taksi, suami kan kerja, muter-muter jauh sampai M tidur, baru itu saya kan bawa kereta kalau ke Mall. Tak buka keretanya tak dorong kan jalan, otomatis dia kan tidur terus. Lah begitu di Mall dia bangun, saya langsung balik rumah,

G2 G2, G3

Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Perkembangan: usia 1 tahun bisa jalan. Merangkak hanya sebentar. Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Impulsivitas (tidak bisa mengontrol perilakunya). Tidak takut jatuh dan setiap tidur harus bergerak.

Page 143: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

318

saya gak berani, karena pernah nyoba itu ketlingsut tenan di Matahari. Ya waktu itu dia lari, terus Mbaknya ngejarnya kan kurang cepet, ya memang pie, satu anaknya kecil, Mbaknya badannya gede, makanya saya kapok dan waktu itu dia belum bisa bicara, nanti kalau dia ditanya sama orang kan pie. Kalau sekarang agak mending dia bisa ngomong. Sekarang pun sama lo Mbak, dia itu bisa kontrol kalau ada Ayahnya, dia paling takut sama ayahnya, kalau sama saya mungkin karena tiap hari ketemu terus. Kayak kemarin di Citraland saya duduk di MCD sama Eyangnya ya, baru makan Mbak, dia kan makannya cepet, tau-tau dia pergi gak ngomong sama saya mau kemana gak ngomong, jalan gitu aja lo Mbak, ngeloyor, saya teriak-teriak dia udah lari. Wah bingung ya Mbak, tak cariin, kakaknya jadi tak marah-marahin (mamanya tertawa). Tau-tau dia di Gelael, kan jauh dari MCD kan Mbak. Lah saya kan takut nek diculik to Mbak, saya marah, yo antara marah sama deg-degan, dia yo marah juga “Mama kenapa marah sama aku?”, ya tak bilang “lah kamu gak ijin dulu, Mama itu bingung”. Dia itu punya apa ya, kadang kalau M marah jeleknya dia gak lihat tempat, gak malu, istilahe opo yo aku gak suka ya aku marah-marah, teriak-teriak ngomong bisa keras, jadi mau orang lain tahu ya gak urusan. Belum ada rasa malu. Saya waktu itu stres dan deg-degan banget. Berarti itu kejadiannya baru banget? Iya baru kemarin, dua minggu yang lalu. Dulu juga pernah pas lagi ke Paragon, Omanya ke salon. Eee…ini jadi M itu lucu, kalau jalan ke Mall bukan dia yang ikut saya, tapi saya harus lihat dia kemana itu lo, sebel saya. Lah si Omanya mau ke salon, saya kan baru ngomong sama Omanya “Ma, nanti mama disini, saya tak naik ke atas ya”. Maksudnya mau ngajak anak-anak jalan-jalan biar gak bosen, kan karena M itu gak bisa nunggu, dia itu gak bisa nunggu lo orangnya, misalkan potong, cuci, nge-blow, terus dia disuruh nunggu duduk gitu gak bisa lo. Jadi harus ada handphone, harus ada yang dia kerjakan, kalau enggak yo hilang dia, jalan-jalan gitu kemana pun yang dia mau. Lah masalahe kalau di Mall kan takutnya ada penculikan atau apa gitu kan Mbak, rawan kan Mbak, ya saya bukan opo-opo tapi kan harus tetep jaga-jaga. Lah pas itu ya sama saya baru masuk, padahal saya nganterin Ibu saya, nanti saya mau ke atas, nah dia udah naik ke atas. Saya tanya kakaknya “adikmu mana?”, kakaknya juga bingung “mana ya Mah?” (mamanya tertawa),

PIP3 G2, G3, PIP3 PIP3 G2, G3

Masalah dengan orangtua (M takut dengan papanya). Hiperaktivitas (tiba-tiba pergi). Impulsivitas (tidak bisa mengontrol perilakunya). Masalah dengan orangtua (tidak peduli dengan perkataan mamanya). Masalah dengan orangtua (marah dengan mamanya). Sulit mengontrol emosi dan belum ada rasa malu. Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Impulsivitas (tidak bisa mengontrol keinginan).

Page 144: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

319

dianya udah gak ada. Saya muter, kakaknya sampai bingung, tanya ke satpam, lapor ke satpam, taunya dia sudah di atas. Di bawah saya gak ketemu, saya bilang sama kakaknya “mas kamu dibawah ya sama itu Oma di salon, kamu bilang sama pak satpam”. Jadi dia muter sama satpam, saya naik ke atas, ternyata dia udah di atas Mbak, untungnya ketemu, lah nek orak kan. Itu masih sampai sekrang kayak gitu, saya benci banget kalau ngajak dia, gemes, stres saya, deg-degan aku Mbak. Tapi kalau sama Papanya enggak gitu, kalau sama Papanya dia lebih kontrol. Gak tau saya, takut apa gimana. Jadi dia bisa mengendalikan dirinya, dia pun seperti itu kalau di Gereja, di Gereja itu pas Papanya tugas paduan suara berarti kan Papanya di depan, yang di belakang kan saya sama kakaknya. Lah itu si M,M itu bisa bolak-balik ijin, entah pipis, entah apa. Tapi kalau ada Papanya, dia duduk, bener-bener duduk dia dari awal sampai selesai, berarti nakal yo Mbak (mamanya tertawa), sebel aku, kadang dia itu keluar gitu aja, jadi gak kontrol gitu lo Mbak. Langsung pergi, tanpa berpikir nanti kalau aku gini aku pie. Itu tu gak dipikir, itu jeleknya M disitu. Mengerjakan ulangan, mengerjakan tes sama nek dia pas gak tahu jawabannya, bisa diawur semua jawabannya. Dia sudah gak mikir, nanti aku dapet berapa. Padahal malem udah belajar segala, gak kepake lagi semuanya. Pokoknya itu dia pengen cepet selesai, karena dipikirannya apa, dia punya pikiran apa, kayak aku cepet kudu selesai. Ya sudah diawur semua, padahal pertanyaannya susngguh-sungguh amat gampang, kayak sila-sila Pancasila, mosok M gak bisa, padahal si M ditanya di rumah dia bisa jawab. Tapi ketika di sekolah, gak dibaca soalnya sama dia, dibaca sepintas, langsung jawab. Ketika sampai rumah, tak suruh jawab, ya jawabannya bener. Ya itu M kadang ya belum apa ya, anu tanggung jawabnya belum ada, sama itu kadang dia melakukan sesuatu itu resikonya gak dipikirin. Sampai sekarang M masih seperti itu? Iya sampai sekarang, saya gak ngerti kalau dia ada Ayahnya kok dia lebih kontrol, memang anak-anak sama Papanya lebih takut mereka, lebih apa ya, Papanya ngomong apa, dia langsung manut, tapi kalau mamanya yang ngomong, wah masih eyel-eyelan, misal Papanya kan gak boleh makan di kamar, kalau ada Papanya mereka bisa lo makan disini (sambil menunjuk ruang makan), tapi kalau gak ada Papanya, cuma ada Mamanya aja,

PIP2 G2, PIP2, G3 G1 PIP2, PIP3

Relasi dengan ayah (bisa mengontrol perilaku ketika ada papa). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Relasi dengan ayah (bisa mengontrol perilaku ketika ada papanya). Impulsivitas (sulit mengontrol keinginannya). Inatensi (tidak fokus dan sering lupa). Belum ada rasa tanggung jawab. Relasi dengan ayah (menuruti perkataan papa). Masalah dengan orangtua (membantah perkataan mama).

Page 145: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

320

Sebelum SD, dia masuk PAUD ma TK gak Bu?

mereka bakalan ngeyel dan ngebujuk pie carane ben boleh makan di kamar, intinya gitu. Tapi kalau saya cuman masalah makan sih gak pa-pa, lah nek di Mall itu lo Mbak. Lah maksud saya mbok yo ibunya kemana, dia lihat, kayak kakaknya ya ngetotke. Kalau M bisa lepas sendiri, itu bisa hilang sendiri, udah kadang dia malah jalan lebih dulu, jadi saya baru keluar dari mobil, dia udah lari. Saya teriak-teriak dia gak dengerin, gak peduli. Kalau yang teriak ayahnya dia langsung peduli, otomatis langsung berhenti. Itu karena mungkin lebih takut sama ayahnya. Lah ayahnya bilang lah mosok harus aku, lah nyatanya gitu ik. Berapa kali tak coba, lah kadang saya kalau ke Mall itu males, lah Papanya gak suka ke Mall. Jadi kalau ke Mall sama Mama. Lah padahal M-nya koyo ngono kok (mamanya tertawa). Berarti Papanya jarang jalan-jalan ke Mall? Gak pernah, dia bisa setahun sekali ke Mall, gak suka, emang dia gak suka. Jadi kalau pengen beli apa, misal beli baju, ya nitip malahan. Padahal kalau saya sama M ya gak bisa beliin to Mbak, saya baru milih anaknya udah kemana-mana, lah malah bingung saya. Jadi kalau papanya nitip, ya mending pas anaknya ke sekolah, jadi saya ke Mall pas anak-anak ke sekolah. Kalau sama kakaknya bisa, tapi kalau sama M, saya gak bisa. Saya udah nyoba beberapa kali, jangankan milih buat bapaknya, milih buat bajunya dia aja, dia sering hilang kok Mbak. Jadi kalau ke Mall berarti saya ngikuti dia, bukan dia yang ngikutin saya, saya yang ngelihatin dia kemana, kalau gak ya hilang Mbak. Untunge Puji Tuhan masih sampai sekarang gak kenapa-napa, takut lo Mbak kalau diculik. M masuk playgroup. Justru waktu itu pas awal adik saya bilang itu pas belum sekolah, karena memang adik saya dia sekolah Psikologi juga. Terus dia bilang “kok kayaknya ada yang gak bener dari M, coba wes kamu bawa ke Renaning Siwi. Waktu itu saya masih belum “ah masak sih, wong kakake gak pa-pa”, tapi memang saya binggung waktu itu M 1,5 tahun ngomong aja belum, dan gak mau dengerin kalau diajak ngomong, gak pernah mau melihat, gak pernah mau dengerin. Wah Mbak kalau nonton TV, saya teriak-teriak gak digagas. Lah kan kakaknya udah masuk TK Pelita Hati. Lah kebetulan Pelita Hati, sekolah montessori itu juga nerima anak-anak berkebutuhan khusus, si Mbaknya yang jagain kakaknya ini cerita sama saya “Bu, kok dedek M kok sama ya sama kayak temennya

G2, PIP3 G2

Hiperaktivitas (tiba-tiba pergi). Masalah dengan orangtua (tidak menghiraukan teguran mamanya). Hiperaktivitas (tiba-tiba pergi). Perkembangan: 1 tahun 6 bulan bisa bicara, tidak mendengarkan dan tidak mau melihat ketika diajak ngomong.

Page 146: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

321

kakak yang di sekolahan”, “lo kenapa?”, “belum bisa bicara, terus gak bisa diem, kok mirp-mirip kayak M, tapi kata gurunya itu anak ABK”. Lah saya kan gak mudeng itu ABK. Lah terus karena itu, karena omongannya adik saya itu, terus tak bawa ke Renaning Siwi untuk dites. Waktu itu hasil tesnya Autis bukan ADHD malahan. Saya yo kaget lah Mbak, saya gak mudeng ini opo. Terus saya searching autis itu apa, terus saya nanyak, saya harus gimana, terus disuruh terapi. Terus saya bilang sama Papanya, terus saya cari tempat terapi, sempet ditawarin tempat terapi di daerah atas, tapi kan jauh dari rumah saya. Terus saya itu muter-muter, saya sempet tak liatin satu-satu, kalau Semarang Indah kan deket sama rumah saya, tak liat-liat punyanya Bu E, yowes lah saya tak yang ke Semarang Indah aja. Terus Bu E bilang dites lagi aja, karena Bu E pengen tahu. Terus dites untuk yang kedua kalinya, tapi hasil tesnya itu bilang lo ini bukan autis, ini ADHD sama speech delay. Jadi M ini telat bicara sama ADHD, dia hiperaktif, aktif yang gak bisa diam, terus dia gak bisa fokus, menurut Bu E seperti itu. Saya tanya gimana terapinya seminggu berapa kali. Terus Bu E menyarankan coba dulu seminggu dua kali. Ya udah seminggu 2 kali. Wah pertama kali terapi Mbak nangis-nangis, satu jam nangis, lah kan mungkin anaknya kan gak tahan diem, terus disuruh duduk di kursi kan mana tahan. Jadi satu jam awal itu nangis, habis nangis muntah. Jadi pas jam terapi itu saya mesti harus bawa makanan, dari rumah makan, disana muntah, jadi pulang makan. Pertamanya saya gak tega sih, tapi tak pikir-pikir ya wes lah, tapi saya gak cerita sama Ibu saya sama suami saya. Memang di dalem ruangan tak lihat dia duduk di kursi atau dia melakukan sesuatu yang dia gak suka, terus memang dia gak bisa diem, disuruh diem duduk kan tersiksa ya pas awal-awal susah, nangis satu jam, nanti kalo pas terapi mulut, bicara itu kan pakai sikat, dia muntah kalau kayak gitu, muntah-muntah itu lama lo Mbak, sampai ada enam bulanan lebih. Jadi dari seminggu dua kali, terus tak ambil seminggu empat kali. Pas seminggu dua kali, tak bawa ke jakarta, tanya dokter dikasih obat, katanya untuk merangsang otak kok malah gak karuan Mbak, emosinya gak kontrol, eee..marah sampai tangannya gedor-gedor, dia tangannya berdarah gak sakit lo. Jadi gak karuan lah, jadi sensitif banget, dikit-dikit marah, dikit-dikit teriak, saya jadi takut sendiri, terus obatnya tak berhentiin. Terus terapinya

G2

Pernah didiagnosis Autis dan melakukan terapi. Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Tes kedua didiagnosis ADHD dan Speech Delay. Melakukan terapi seminggu dua kali. Awal terapi menangis. Terapi oral: sering muntah selama 6 bulan. Terapinya jadi seminggu empat kali dan ditambah pijat alternatif. Obat merangsang otak: efeknya jadi sering marah, teriak dan mukul benda yang

Page 147: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

322

aja yang tak banyakin, sama pijet. Akhirnya terapinya saya banyakin, pikiran saya mumpung dia belum sekolah, pikirannya dia kan belum sekolah kan, kan kalau playgroup berapa kali sih, kan bukan yang tiap hari makanya terapinya tak bikin setiap hari, terakhir empat kali. Waktu itu sama tak pijitke Mbak di Gereja itu, tukang pijet yang dia itu memang mijat untuk anak-anak berkebutuhan khusus, tak bawa ke situ sama terapi. Terapi itu terapi seminggu 4 kali, 2 hari di rumah, jadi hari-harinya dia itu dia kayak orang sekolah, tapi dia itu terapi. Sekali terapi itu berarti sejam? Heem...satu jam. Waktu itu kan kakaknya masih TK juga, jadi masih belum mumet-mumet waktu pelajaran. Terus dulu itu juga masih ada mbak ya? Heemm…M itu dulu baru lepas Mbak dari kelas 3 SD. Waktu baru kelas 1 dan 2, sekolah pun itu ditungguin. M itu baru lancar ngomong itu kelas 2 SD, ya baru dia bisa membuat kalimat-kalimat agak panjang, kelas 1 itu paling ya baru ngomong kata-kata, apalagi dia kan TK-nya montessori. Kan kalau montessori pengantarnya Inggris Mbak, karena saya milih disitu, pertama muridnya sedikit, guru-gurnya udah terbiasa melihat anak ABK, dan mau memahami, kalau saya masukin di sekolah TK umum itu nanti kan temennya banyak Mbak, saya ya binggung, terus kendalanya karena dia banyak pakai Bahasa Inggris, akhirnya M ini apa ya, eee..waktu itu dia fasihnya lebih seneng pakai Bahasa Inggris. Jadi ketika dia awal-awal masuk di Bernadus kelas 1 itu gurunya bingung, wes ngomong Bahasa Indonesia gak jelas, karena M kalau ngomong kan kayak orang diseret. Sampai kelas 3, kadang orang dengerin dia itu bingung, sampai sekarang kalau dia jawab uraian mesti gak bisa, salah, karena dia nulis panjang gak bisa dan gak mau, saya bilang dia gak mau. Kalau disuruh menjelaskan dengan bicara dia bisa, coba kalau suruh nulis, heemm...gak bisa dia, kalau disuruh nulis gak bisa. Kalau ngomong dia masih bisa, tapi kalau dilihat dari tatanannya dia masih gak karuan, cuman yo apa ya, dia belajar terapi itu bebarengan dia belajar membaca. Umur 5 tahun saya minta guru terapinya, 4 tahun lebih lah “Pak ini gimana, kan mau masuk SD, wong gak iso moco terus pie?”, durung iso moco, terus akhirnya umur 3,5 tahun udah dikejar. Tak ikutke Kumon juga lo M itu, saya gak urusan hasil apa, ga mikir karena kalau Kumon bagus kan setiap hari, setiap hari dikasih PR, jadi anak setiap hari ngerjain-ngerjain gitu, kan lama-lama ngerti, walaupun

PSC3

ada di sekitarnya. Tangan berdarah tidak merasa sakit. Diasuh oleh pengasuh dari lahir hingga kelas 3 SD. Kelas 1 dan 2 masih ditunguin pengasuh ketika sekolah. Kelas 2 baru lancar bicaranya. TK sekolah Montessori dan Bahasa Inggris. Masalah di sekolah (malas menulis dan penggunaan SPOK masih belum benar).

Page 148: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

323

Terus sekarang dia bacanya udah lancar?

perkembangannya gak secepat teman-temannya, tapi paling gak dia paham megang pensilnya juga. Dulu itu M tak ikutin Kumon umur 3 tahun. Wah di Kumon gurunya juga cerita kalau M sering keluar kelas (mamanya tertawa), kadang di WC mainan closet (mamanya tertawa). Lah itu mbake tak suruh nungguin, minta-mintain tolong ngelihatin kalau nakal, ya dimarahin. Sampai sekarang ya gurunya Kumon masih hafal sama M (mamanya tertawa), karena memang aneh dewe kan, karena temennya yang lain kan duduk, duduk bisa, lah kalau M kan ngerjain selembar entar berdiri, kan gitu gak bisa yang lama (mamanya tertawa). Dibilang lancar banget ya belum ya, karena dia gak suka baca Mbak. Tapi gak ngeja kan? Kalau ngeja udah gak, kalau nonton film itu lancar dia Mbak (mamanya tertawa). Wong dia itu visual ya, kalau saya lihat, kalau dia disuruh liat, dia itu langsung nangkep. Kalau disuruh baca itu dia susah. Ooo…kalau dia habis nonton film, terus disuruh menceritakan ulang gitu bisa gak Bu? Heem…dan dia itu cepet nangkep, jadi nanti dia nyeritain “gini lo Ma ceritanya, ini gini…gini”. Lah kan saya orangnya gak suka nonton, jadi kalau saya gak mudeng, terus nanti dia yang ngejelasin. Ooo…terus sama kalau jalan itu lo Mbak, lihat jalan dia cepet ingetnya, inget terus dia. Saya pernah kesasar, dia yang inget malahan sama jalannya “ini lo Ma, nanti belok”, padahal saya sendiri gak tahu, dua kali itu, waktu saya tanya “kamu kok bisa tau gimana?”, dia bilang “dulu kan pernah tak ikutin antar jemput, waktu tak ikutin antar jemput aku liat Ma, tante Ema, lewatnya sini, entar keluarnya sini”. Kakaknya mah gak ngeh, karena mungkin waktu dia jalan gak merhatiin, tapi kalau M merhatiin. Jadi kalau M itu lebih bagus dalam hal melihat, kalau dia itu kayaknya anaknya visual banget. Makanya dia sukanya nonton film, nek dikon moco angele Mbak. Kalau saya udah teriak-teriak, baru dia baca, tapi bacanya ya gak dipikir sama dia, asal baca aja. Jadi percuma baca banyak banget, tapi gak ada yang masuk. Makanya kalau pelajaran gak masuk, sebetulnya gampang, tapi karena dia gak mau baca jadinya susah. Dulu guru-gurunya sampai sekarang guru lesnya kalau menjelaskan masih menggunakan gambar, misalkan materi bermusyawarah, nanti ada gambar orang banyak “gini lo M musyarawah kayak gini”. Kadang kalau ngelesin pakai gitu, “ini lo M, orang musyarawah kayak gini, orang duduk bareng”. Kalau dia suruh baca tu,

PSC1, PSC3 PSC3

Akademik (sudah bisa membaca). Masalah di sekolah (tidak suka membaca). Lebih mudah belajar secara visual. Mudah mengingat jalan. Masalah di sekolah (sulit memahami bacaan). Lebih mudah belajar secara visual.

Page 149: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

324

Terus kalau berhitung gimana Bu? M kira-kira paling suka pelajaran apa Bu?

kalau sekarang udah agak mending, kalau dulu gurunya harus gambar pakai papan tulis whiteboard “ini lo M gini, ini baru apa M?, ini dataran tinggi”, pakai gambar nanti dia yang nata kalimatnya. Kayak gitu Mbak belajarnya. Itu kelas berapa? Awal kelas 1, 2, kelas 3 ya, naik kelas 4 5 udah enggak, gak begitu. Berarti udah dengan cara biasa? Hemmm…cuman ya susah masuknya. Berarti harus diulang-ulang ya? Hemmm…cuma yang itu guru lesnya itu yang bisa istilahnya memasukkan materi ke kepalanya dia, pokoknya guru lesnya itu. Apa karena guru lesnya cowok ya, kan kalau dulu perempuan terus gurunya. Kalau guru yang cowok itu kalau ngajarin gak bisa dengan ngafalin, kan orang gak selalu bisa ngafalin. Jadi dibuat kayak pertanyaannya ini, pilihanya ini, terus nanti tarik garis itu lo Mbak, kayak gitu waktu awal les, bertahap sih. Saya beruntung sih guru-guru lesnya bisa pahami M, tahu caranya gimana ngajarin M. Kalau berhitung rada susah M, maksudnya berhitung dalam artinya rumus-rumus gitu ya, agak susah dia, tapi kemarin saya tanya guru lesnya, katanya sekarang udah mending, perkalian udah lancar, gak seperti dulu. Matematika kan macem-macem Mbak, ada perbandiangan, dan lain-lain. M kalau dikasi soal yang bentuknya cerita mesti salah, karena dia gak mau baca yang bener. Kalau soalnya ini tambah ini, ini dikali ini, dia masih bener. Kalau soal cerita, misalkan Budi membawa ini dianu sekian, pasti salah dia karena dia gak mau baca, dia gak berusaha memahami, ini maksudnya apa gitu Mbak. M itu paling suka Inggris ik Mbak, dia itu kalau Inggris tanpa belajar dapetnya bagus, gak pernah belajar. Dia bilang sama saya, dia paling suka pelajaran Bahasa Inggris, memang dia kalau ngomong, waktu saya pindah di BHK, kalau Bernadus kan memang anaknya pinter-pinter semua. Waktu saya pindah ke BHK, ditanya sama gurunya “dia ini pakai Bahasa Inggris to Bu?”, tak jawab “enggak”, gurunya tanya lagi “di rumah pakai Bahasa Inggris?”, tak jawab “enggak, pakai Bahasa Indonesia”, gurunya tanya lagi “kok nganu ya Bu, speaking-nya bagus”. Mungkin itu karena dari TK sampai guru lesnya kan guru Pelita Hati semua Mbak, jadi memang gurunya Sastra Inggris kabeh. Jadi kadang emang guru-gurunya ini kalau ngomong ke M kadang suka banyak pakai Bahasa Inggris. Pelafalannya juga, dia kalau

PSC1, PSC3 PSC1

Akademik (sudah bisa hitungan sederhana). Masalah di sekolah (belum bisa mengerjakan tugas matematika yang rumit). Akademik (M suka pelajaran Bahasa Inggris dan hasilnya cukup baik).

Page 150: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

325

Terus kalau untuk mata pelajaran yang lainnya dia gimana?

nonton film dia pengen pakai Bahasa Inggris, kalau diubah pakai Bahasa Indonesia dia gak mau, kan kalau Indovision kan ada yang pakai Bahasa Indonesia, nanti pasti dia bilang “pakai Inggris aja Ma, aku gak suka”. Dulu tapi, sekarang udah bisa menyesuaikan, tapi kalau emang pelajaran itu dari M paling bisa ya Bahasa Inggris, tanpa belajar nilainya ya lumayan Mbak, nilainya 8, tapi pelajaran yang lain lo ben wis sinau sampai wah kayak gitu ya paling 70, paling bagus 80, itu yang paling bagus. Kalau nilai yang paling rendah kira-kira apa Bu? Bahasa Jawa, wahh…nilainya itu 10, 20, dia gak bisa, dia bener -bener gak mudeng. Kan kalau memang Bahasa Jawa kan bahasanya juga gak paham, terus apa itu aksara Jowo gitu-gitu kan susah, tapi bingungnya kalau Mandarin dia bisa, aneh to, kalau di Bernadus kan ada Bahasa Mandarin dia itu bisa. Tulisan Mandari juga bisa? Heemm…dia inget, dia bisa, ini artinya ini, dia nulis bisa, artinya bisa, saya gak mudeng, kalau Bahasa Jawa gak mudeng blass. Saya sampai binggung, “lah kamu ini”, terus dia jawab “saya itu gak bisa Ma”. Dia itu gak mau berusaha, gak mau berusaha untuk belajar, sampai sekarang ya nilaine jelek Mbak, sampai guru lesnya tanya “kamu besok ulangan apa?”, “Bahasa Jawa”, gurunya langsung jawab “percuma mubazir”. Gurunya juga merasa bersalah “aku dateng dibagi hasile, tapi gak ono hasile” gitu lo Mbak (mamanya tertawa). “Wes belajar yang lain”, gurune malah ngono (mamanya tertawa), “percuma kamu dipelajari Bahasa Jawa” (mamanya tertawa). Jelek kok Mbak, ya yang bagus cuman Bahasa Inggris tok. Saya juga ngomong ke guru BHK kalau M gak naik ya sudahlah, karena saya ya mementingkan dia dulu, buat persiapan kelas 6-nya dulu. Saya kan juga gak mau memaksakan, tapi nanti di kelas 6 dia pusing, saya juga ikut pusing. Kalau kemarin pas Bernadus dikasih pilihan, tetap disini tapi M tidak naik, atau M ditarik tapi naik, tapi saya mikirnya kalau tetep di Bernadus kasihan M-nya. Wes muridnya banyak yang kayak gitu, yang memeprhatikan gurunya saking banyaknya ya to. Mungkin gak nggatekke juga, mungkin terus persaingan nilainya kan tinggi kalau di Bernadus. Anak-anaknya kan memang berprestasi. Makanya sama milih saya tarik aja, saya milih sekolah dibawah Bernadus dan muridnya gak rada banyak, jadi M sendiri bisa diperhatikan. Bahasanya dan pelajarannya juga gak terlalu

PSC1, PSC3 PSC1 PSC3, F4

Akademik (nilai Bahasa Inggrisnya cukup baik). Masalah di sekolah (nilai Bahasa Jawanya kurang). Akademik (paham Bahasa Mandarin). Masalah di sekolah (sulit memahami pelajaran dan nilainya sebagian besar di bawah KKM). Kondisi lingkungan (mamanya paham kondisi M). Riwayat sekolah (M pindah sekolah.

Page 151: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

326

nritik. Kalau Bernadus kan ada TIK, komputer macem-macem Mbak Bernadus. Bernadus komputer aja ada teorinya lo, gak cuman praktek. Makanya dia saya tarik, tak pindah disini, terus saya mikir, pokoknya kalau sampai gak naik, saya sih gak masalah, alah wes gak masalah disini sampai kelas 6 selesai, biar dia bener-bener, kedewasaannya dia kan itungannya telat, secara kemandirian, tanggung jawab, kedewasaan itu belum lo Mbak, daripada nanti jadi masalah. Dia kalau minta sesuatu kan masih ngerengek-ngerengek, kelas lima itu pie to M. Lah itu masih belum ada inisiatif. Kalau dia ada PR ya gak usaha sendiri dulu untuk mengerjakan, lah ini dia ada PR, tapi dia nunggu-nunggu guru lesnya dateng. Tapi dia bilang kalau ada PR? Bilang dia kalau ada PR dan dia hafal “oo aku ada tugas ini ini ini”. Dia ngerti Mbak, dibilang bodoh juga gak, tapi saya binggung. Ini dia udah mulai nyari, dia itu kalau komputer sukanya praktek, kalau praktek dia pinter Mbak, tapi kalau dikon teori, lali kabeh Mbak.

M masih belum mandiri dan tanggung jawabnya masih kurang.

Kalau dilihat dari sekolah nilai UTS-nya gimana Bu?

Jelek ik, M itu nilainya yang bagus cuman Bahasa Inggris sama IPA. Yang lain itu kalau dia mau ngapalin dengan baik, mau baca dengan baik, sebenernya M itu bisa, tapi ya itu dia kalau udah dilepas, gak ada pendampingan, mengerjakan soal sendiri, satu bacanya kesusu, tergesa-gesa membaca. Kan dia gak berusaha memahami akan bacaan. Padahal kalau ditanya, setelah sampai di rumah, saya tanya “M sila ke ini bunyinya apa?”, ya dia bisa jawab. Kalau baca soal sendiri, jawabannya beda tu. Kayak kemarin itu dia baca apa ya, pokoknya bisa beda, pemahamannya bisa lain sama yang dia baca. Tapi ketika saya ngomong, betul jawabannya, terus kadang dia ya itu pas pikirannya gak disitu, pas pikirannya dia lagi mikir apa gitu, yang difokusin ya yang ada dipikirannya. Gak peduli dia ini lagi tes atau gak, dia bakalan jawab sebisanya dia, pokoknya seng penting kan udah ngerjain, udah selesai. Ini sekarang udah mending Mbak, dulu pas di Bernadus kelas berapa ya, kelas 3 kayaknya, dia gak mudeng Mbak, jawabannya ayam semua. Saya bingung, saya dipanggil gurunya karena jawabannya dia ayam semua. Terus saya tanya M “lah kamu kenapa to?”, ya dia jawab “lah aku ga ngerti,ya tak tulis aja ayam”. Kayaknya waktu itu karena dia kebanyakan main game di HP. Jadi kan saya berhentiin agak lama, kayaknya nonton Indovision juga, akhirnya

G1 PSP1, PSP2

Inatensi (sering tidak fokus). Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara main

Page 152: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

327

Jadi dia kalau nonton TV itu gimana Bu?

Indovision-nya tak berhentikan, dia kan suka sekali nonton kalau lihat film-film pakai Bahasa Inggris, dia seneng banget. Kalau games Bahasa Inggris dia seneng banget, kalau nonton terus disuruh sudah gitu, itu susah banget. Dia nonton film apa aja, dia bisa tahu alur ceritanya. Biasanya saya gak tahu dan dia bisa tahu. Kadang dia kalau nonton itu pakai Bahasa Inggris, kalau Bahasa Indonesia dia gak terlalu seneng. Kalau sekarang kan Indovision tak putus, kalau nonton TV pasti dia bahasanya diubah jadi Bahasa Inggris, ya kan gak bisa lah (mamanya tertawa). Kalau nonton TV lokal,masak saya dikon ngubah Bahasa Inggris. Kayaknya dia lebih ke visual kok Mbak. Kalau visual gitu dia cepet, kadang dia bisa nangkep ceritanya, padahal saya itu belum nangkep dan dia udah nangkep, “ini tu gini Ma, ini gini”. Lah kan kalau pelajaran banyak baca Mbak, lah itu, dia tu kalau suruh baca, antara males ya males menurut saya, terus gak niat. Jadi baca ya asal ngomong tapi gak masuk disininya dia Mbak (sambil menunjuk kepala). Dia gak berusaha memahami, kalau saya teriak baca lagi, dipahami, baru dia baca lagi terus dipahami. Tapi kalau saya gak ngomong, ya sudah bablas dan dia gak mau memahami. Kayak apa yang saya baca dia gak mau memahami gitu lo Mbak. Itu kekurangannya M sampai sekarang ya Mbak. Padahal pelajaran apa aja kan menghafal semua kan Mbak, kecuali IPA kan itu masih pakai logika. Jadi dia masih nilainya rada mending, tapi kalau Bahasa Inggris gak tau ik, dia seneng banget ik, dia padahal gak pernah belajar kalau Bahasa Inggris, tapi kalau sama matematika gak bisa. Wahhh matematika itu didampingi gurunya benar, dilepas salah, didampingi benar, dilepas salah. Apalagi kalau soalnya soal cerita tambah kacau balau (mamanya tertawa), karena soal cerita kan dia harsu memahami dulu, baru bisa kerja Mbak, tapi kan padahal M ini gak. Sebetulnya bukan dia gak bisa, dia bisa, tapi karena gak maunya itu yang dia susah, terus pengen cepet, kalau jawab pengen cepet selesai, yang penting kan aku udah selesai to. Nanti dia kesenengannya, suka nonton youtobe, main apa, ya udah balik lagi kesitu. Jadi harus ada disiplinnya kalau M, harus rodo-rodo dikerasi. Sebetulnya kan kemarin Papanya bilang “dah biarin gak naik biar dia tau konsekuensinya dia gak naik karena dia gak belajar dengan baik”. Kan guru les udah tiap hari dateng ya Mbak, tapi dia itu belum ada rasa yang jelek nanti gimana ya, itu

PIP1 PSC3, F4 PSC3 PSP1, PIP2

game di HP). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan ibu (ngobrol dengan mamanya terkait film). Masalah di sekolah (M malas membaca). Kondisi lingkungan (mamanya selalu mengontrol dan mendampingi belajar). Masalah di sekolah (tidak bisa soal matematika yang rumit). Aktivitas (memanfaatkan waktu luang dengan cara nonton video). Relasi dengan ayah (papanya bersikap tegas dengan M).

Page 153: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

328

Berarti dia sama hasilnya cuek ya? Terus kalau dilihat perilakunya M sama temen-temennya gimana ya Bu?

M belum punya rasa kayak gitu. Jadi keinginannya dia lah, semaunya dia, sebisanya dia, itulah M. Cuek banget, halah yang penting aku sekolah, kalau masalah hasil ya dia gak ngurusi. Kemarin Papanya bilang gak usah dipindah, gak naik ya gak pa-pa, biar M juga tahu apa konsekuensinya. Memang ada rasa malu sih, cuman saya mikirnya kok bakal tetep sama dengan jumlah murid 39 itu ya, apa malah istilahnya M gak ada perkembangannya. Perkembangannya untuk M-nya juga kan kasian, tak pikir tak pindah kesini yang muridnya lebih sedikit. Saya ngobrol ke gurunya juga gampang kan, saya juga mikirnya kan kalau disana muridnya 39 Mbak dan disana persaingannya memang pinter-pinter bocahe. Jadi njeglek gitu lo Mbak, njeglek banget buat M-nya. Kalau disini kan harapan saya untuk M-nya bisa lebih baik. Kalau disini kan gak ada fotocopy-an Mbak, jadi soal semua harus nulis, kalau di Bernadus memang dikasih kemudahan, dikasih fotocopy-fotocopy, paling cuman nulis jawaban aja. Kalau disini kan gak bisa, soalnya kan ditulis juga (mamanya tertawa). Kadang dia capek nulis (mamanya tertawa), lebih kayak jaman kita dulu, waktu saya SD, didekte gitu-gitu lebih nganu. M itu sebenernya anaknya gampang bersosialisasi, kalau menurut saya ya, cuman kendalanya itu ngomongnya kurang jelas. Dulu waktu awal-awal belum seperti sekarang, kadang temen-temennya nanya “tante M ini ngomong apa?”, tapi sebenernya sih dia anaknya ini gampang berteman kalau menurut saya. Walaupun apa awal-awal bertengakar, tapi nanti baikan lagi, dia juga anaknya gak pelit. Kayak dulu kan dia tak kursusin Bahasa Inggris, terus keluar dari kursus, dia bilang “Ma uangku tiga ribu, aku pengen beli es krim”, (mamanya tertawa) tempat kursus kan ada jualan es krim gitu, terus dia tanya “tante aku mau beli es krim, ini berapa satu?”, tantenya jawab “Seribu”, terus dia lihat uangnya tiga ribu kalau saya gak salah lihat, terus dia panggil temen-temenmnya yang satu kelas sama dia, “kamu mau es krim gak?”, saya ya binggung uangnya kan cuman tiga ribu to (Mamanya tertawa), terus dia bilang “Ma bayarin ya”, maksudnya bayarin kekurangannya (mamanya tertawa). Dia anaknya gak pelit gitu lo Mbak sama temen-temennya, makanan ya dibagi sama temen-temennya. Terus kemarin juga dia sempat bilang “Ma, besok aku ada field trip”, tak tanya “lo

PIP2 F4 PPE1, PPE2 PPE1

Relasi dengan ayah (papanya bersikap tegas dengan M). Kondisi lingkungan (mamanya memperhatikan perkembangan M). Relasi dengan teman sebaya (mudah bergaul). Masalh dengan teman sebaya (temannya sulit memahami perkataan M). Relasi dengan teman sebaya (suka berbagi dengan temannya).

Page 154: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

329

kemana to M?”, “ke taman makam pahlawan sama temen-temenku, nanti aku bawain snack yang agak banyak ya Ma? Nanti mau tak bagi sama temen-temen”. Jadi dia itu anaknya lebih apa ya, lebih grapyak sama orang. Kalau ketemu temen-temenku ya nyalamin. Dia ini kan sudah pindah ke BHK, kalau dia ikut saya jemput kakaknya, dia ya ikut turun, dia gak malu ketemu sama temen-temennya. Nanti dolanan, nanti main petak umpet sama temen-temennya di Bernadus. Ya dia tetep nyapa, ya dia juga selalu bilang “Ma aku ikut turun”, kan biasanya temennya ada yang belum pulang. Temennya ya sama kayak pas M masih di Bernadus, ya nanti temennya tanya “M, kamu pulang sekolah ya?”, ya nanti dia jawab “ya”. Ya udah nanti dolanan, sepak bola, atau mainan apa gitu. Kemarin waktu ada open house di Bernadus dia bilang “Ma, aku ikut ya Ma”, kan kalau disini gak pernah ada acara gitu, ya dia tau. Ya dia bilang sebenernya enak di Bernadus, sekolahannya besar, fasilitasnya banyak komputer. Kalau disini kan gak ada Mbak, kalau disana kan ada pelajaran informatika komputer. Lah M kan seneg gitu-gitu, ada Mandarin, ekstranya dia di Bernadus kan angklung, dia kan suka angklung. Disini kan gak ada Mbak ekstrane (mamanya tertawa) mesakke. (mamanya tertawa) tapi ya saya juga bingung, disini kok gak ada ekstrane, minim fasilitase, mesakkke saya itu sebenere. Jadi dia kalau ke sekolah itu ya ketemu guru-gurunya, ke kantor gurunya. Kadang temennya bilang “M, kamu dicari Bu Rosa, kangen sama kamu”, ya nanti dia nyari Bu Rosa, ketemu, nyalami. Kan dari kelas 1 soalnya, jadi udah kenal, kan udah 4 tahun disitu ya. Dan M emang tipikalnya rasa ingin tahunya gede. Kemarin ke Bernadus itu dia muter, dia bilang “aku jalan dulu ya Ma”, jadi dia lihatin bangunan baru yang ada disana. Terus gak tak tutke, capek saya, tak tinggal duduk, tak kasih tahu “nanti kamu cari mama ya, disini ya”, iso pegel saya ngetutke dia. Dianya gak capek? Gak Mbak, kan dia rasa ingin tahunya besar, dia kan kalau tempat gitu kan dia gak bisa disuruh duduk diem gitu. Pernah dulu tak bawa ke Karang Turi waktu itu pas kakaknya tes, dia masuk-masuk ke karang turi, saya duduk kan dikasih penjelasan kayak Karang Turi itu apa. Dia itu bilang pipis sama saya, tapi kok gak balik-balik Mbak, tau-tau dia-nya itu kayak survey, tapi dia gak takut, kalau anak lain kan takut, saya udah deg-degan, ini kok gak balik-balik. Terus dateng-dateng dia bilang gini “aku tahu

PPE1 PPE1 G2

Relasi dengan teman sebaya (ramah dan mau bermain dengan teman lamanya). Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama temannya). Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Page 155: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

330

Terus kalau perilakunya M baik di luar atau di dalem

Ma ujiannya dimana, ujiannya itu di lantai tiga, itu nanti ada ruang untuk pelajaran agama, agama lain-lain lo Ma, tulisannya lain-lain ada tulisan agama Islam, ada agama Katolik, ruangannya beda lo Ma, nanti ada Lab dia turun, kantinnya sebelah sana. Kakaknya aja gak tau, dia malah udah tahu duluan (mamanya tertawa). Kemarin pas tak ajak ke MLM, dia ya gitu sama “Ma, kantinya bagus lo Ma kayak pujasera, Mama pengen lihat ga?”, nanti dia nunjukkin ke saya “ini lo Ma. Dan dia inget tempatnya? Hemm…dia inget, inget banget. M itu pernah tak ikutin antar jemput kelas 3 sama kakaknya, saya coba terus dia ikut berapa bulan ya 3 atau 4 bulan lebih gitu, terus sama saya lagi. Suatu saat itu saya kesasar di daerah Tanah Mas, Mbak-nya tahu sendiri ya Tanah Mas kan daerahnya kayak gitu ya. Dia itu bisa tau lo, “Ma gak lewat sini, lewatnya sini, jalannya sini”, saking saya pusingnya saya manut ya, taunya itu saya sudah sampai rumah, “keluarnya sini ya ma”, terus saya tanya “lo kamu kok bisa ngerti?”, terus dia jawab “ya tau lah, dulu kan pernah ikut antar jemput, dulu kan sama Papa sampai rumah kan lewat sini Ma”. Berarti pas di dalem mobil kan dia perhatiin, dia kelebihannya di visual ya. Kalau kakaknya aja ga ngerti kok, saya tanya kakaknya “Matt, ini mana Matt?”, kakaknya pasti jawab “aku gak ngerti Ma ini lewat mana” (mamanya tertawa). Terus dulu pernah saya itu ke Undip ngaterin tes Matthew terus saya itu jalan sama M di derah Undip kan ada gang-gang gitu, saya bingung, karena saya kan gak pernah kesitu kan Mbak. Terus M bilang “itu dah terus aja Ma, nanti keluarnya kesini”, tak tanya “lah kok kamu ngerti to?”, ya kan pernah dulu sama Papa lewati sini. Padahal udah lama lo itu, lama banget lo. Cuman ya itu Mbak kalau urusan baca itu haduh aku sampai bingung, padahal kan sekolah dimana-mana baca, baca sama tulis, nilai itu kan diambil dari dia nulis. Sampai kemarin itu gurunya bilang “Bu apa nanti kalau pas UAS dengan maksudnya kalau UAS kan gak ada remidi”, kalau gak ada remidi, nilainya jelek kan mesti anjlok. Malah gurunya sempet bilang apa nanti pas UAS tidak tertulis jadi dengan bicara lisan aja. Soalnya kalau tertulis juga kayaknya M agak susah. Ya saya sih selama sekolahnya membolehkan ya saya seneng-seneng aja. Gak tau entar ini gimana. M ya gitu itu. Cuman sekarang emosinya lebih kekontrol, apa ya bisa dikasih tahu gitu, kayak kemarin dia pulang “Ma, bilangin Mamanya V, V itu

PSC1 PPE2

Akademik (bisa mengingat jalan dengan baik). Masalah dengan teman

Page 156: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

331

rumah itu gimana Bu? Sama atau ada perbedaan? Terus biasanya kalau ada waktu luang gitu biasanya apa yang dilakukan M?

nakal aku gak suka”, terus saya tanya “lo nakalnya kenapa?”, dia jawab lagi “suka pegang-pegang pipiku, katanya aku anak kecil”. Padahal kan emang dia di kelas masih kecil, terus saya bilang “kamu ya kayak anak kecil kalau di kelas”, terus dia jawab lagi “ya tapi aku gak suka, aku gak suka pipiku dipegang-pegang terus, katanya aku harus nurut anak yang lebih pinter”, kan V itu ranking 3 eh apa 2 ya, terus saya bilang lagi “ya gak pa-pa to”, terus dia jawab lagi “wong gak suka, pokoknya bilangin Mamanya V”. Kadang ya gitu masih kayak anak kecil M tu (mamanya tertawa). Terus ya udah saya bilang “ya..ya..ya nanti tak WA mamanya Vincent”, tapi ya gak tak WA, wong saya pikir namany anak-anak. Terus tadi saya nanya “gimana V masih nakal gak sama kamu?”, terus dia jawab “ah biasa masih, tapi aku punya cara kok Ma”, terus tak tanya lagi “kamu bilang apa?”, dia jawab “V aku punya WA mamamu lo, entar kalau kamu nakal tak WA Mamamu” (mamanya tertawa). Padahal saya gak ngajarin lo Mbak, sampai saya ketawa, tak tanya lagi “terus V ngomong apa?”, terus dia ngomong “mosok kamu punya?, terus tak jawab “iya”, V itu takutnya sama orangtuanya Ma, kalau sama gurunya dia gak takut”. Ngomong kayak gitu tadi M, gak tahu M tahu dari siapa (mamanya tertawa). Saya taunya pas masuk dikasih tahu orangtua murid yang lain kalau V itu ananknya tempramen. Padahal dalam artian M ini kan masuk anak ABK juga. M nek udah marah itu juga kadang medeni Mbak. Kadang pas gak kontrol emosinya juga ngawur Mbak, tapi Puji Tuhan selama ini gak yang ini-ini banget. Lah pas saya masukin sini itu diomongin lah itu satu kelas itu ada yang namanya V gitu, ngomonge gitu sih, tapi mudah-mudahan gak ngapa-ngapain sama M sih. Kadang kalau ada PR, saya tanya sama Mamanya V itu, karena Mamanya detail banget gitu loh, tak pikir yo wong saya punya anak ada kekuarangan kan saya dampingi, kalau lepas kan belum, utamane nek PR (mamanya tertawa) dikerjain sak karep-karepe dewe. Memang dia sudah kerjakan PR-nya, tapi belum tentu betul gitu lo (mamanya tertawa). Ahhh..duh wes jan kok. M kalau ada waktu luang wah…kui nonton TV, kartun, dia itu sukanya Ninja Movie. Pokoke yang movie, film yang memang dia seneng, kalau game kan paling aku kasih dia HP Sabtu sore. Sabtu sore sampai Minggu siang, nanti sore tak ambil lagi. Lah itu dia main game di HP, kalau udah gitu emang

PPE2 PSP2, PSP1, F4

sebaya (temannya nakal dengan M). Masalah dengan teman sebaya (temannya nakal dengan M). Sulit mengontrol emosi. Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Aktivitas (bermain game di HP). Kondisi lingkungan

Page 157: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

332

gini terus lo Mbak (mamanya mempraktekan sambil memegang HP dan melihat ke arah HP terus), aku males, tapi kalau hari Sabtu dia minta, “kan ini hari libur”, maksud dia kan udah seminggu gak pegang gitu lo. Tapi kalau dibatesi gitu dia mau? Mau, wong HP-nya gak diminta Papanya pun, dia simpen, dia gak buka juga kok. Dia sudah bisa gitu, kalau dulu belum, kalau Papanya lupa, terus dia main sembunyi-sembunyi (mamanya tertawa), habis itu bunyi, terus diambil lagi sama Papanya. Walaupun sekarang HP-nya enggak diambil Papanya ya dia masukin ke lemari, gak buka-buka, kan dia tahu bolehnya cuman Sabtu, Minggu, baru nanti Sabtu dia nanya sama Papanya “Pa, tak charger ya”, mungkin baterainya habis HP-nya udah seminggu gak nyala ya, terus Papanya tanya “lo di kamu ya?”,dia cuma jawab “iya”, tapi dia gak pakai. Berarti dia udah bisa jujur ya Bu? Heemm.... Terus pas dia nonton TV gimana Bu? Ya nonton-nonton, wong Papanya juga seneng nonton film kok Mbak, apa nurun Papanya ya. Papanya kalau di rumah udah di depan TV terus, nonton berita, nonton film, kalau dia nonton TV sama kakaknya ya ngobrol “ini gini…ini gini...ini ceritanya gini”, jadi ya ngobrolin filmnya. Terus kalau dilihat, dia lebih seneng kalau dia nonton sendirian apa nonton ada temennya gitu? Mmm... lebih suka ada temennya, kan dia sukanya nonton sama kakaknya. Dia sama kakaknya kan sama-sama suka nonton, kalau saya kan gak suka nonton, saya paling inguk-inguk. Saya gak begitu suka nonton TV, kalau anak saya dua-duanya suka nonton, nonton film-film gitu, tapi kalau berita enggak suka mereka. Nanti kalau kakaknya nemu film gitu, nanti kakaknya ngajakin M “ni lo M ada film”, terus nonton berdua, ngobrol ini nanti ini…ini…ini, tapi nanti nek wes ribut (mamanya tertawa). Kalau nonton ya seringnya berdua sama kakaknya, selama sama-sama yang mau mereka tonton sama-sama mau ya berdua yo berdua gak pa-pa sih. Kalau game “mas online ya”, maksudnya online mereka bisa main bareng sama kakaknya. Kalau pas kakaknya gak mau, dia mesti maksa “ayo to…ayo to...”, seng dia suka (mamanya tertawa). Nanti dia ngomong lagi sama kakaknya “lah besok Sabtu kita main game online ya”, pas kalau kakaknya gak mau “gak mau, aku gak mau”, dia bujuk lagi “ayo to mas, ayo to mas”. Jadi dia senenge maksa kakake. Terus nanti akhirnya kakaknya jawab “ya…ya nanti minggu”.

PIP2 PIS1, PSP2 PIS1, PSP2 PIS2, F4

(mamanya membatasi penggunaan gadget). Relasi dengan ayah (menuruti aturan dari papanya). Relasi dengan saudara kandung (ngobrol dan menonton TV bersama). Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV. Relasi dengan saudara kandung (sering nonton dan ngobrol bersama kakak). Memanfaatkan waktu luang dengan menonton TV. Masalah dengan saudara kandung (M suka memaksakan kehendak kepada kakaknya). Kondisi lingkungan (kakaknya sering mengalah dengan M).

Page 158: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

333

Terus kalau di rumah itu suka main gak Bu? Berarti dia kalau sama temen-temennya cepet akrab, cepet dekat?

Sama temen-temen? Heem... Oh ya, kalau ada temen-temennya nyamperin kesini gitu, ya kadang naik sepeda, main sepak bola di depan, seneng dia. Cuman saya kan pulangnya udah sore, masih ada PR, kan kalau udah capek kan gak mau pegang sama sekali. Kadang kan kalau dia mau main gitu mulai hari Kamis, Jumat sama Minggu dia main sepedaan sama kakaknya, tetangga. Kebanyakan temen-temen sekolahnya kan rumahnya sini semua, ada yang satu perumahan juga. Nanti mereka main sepeda. Sepedaan keliling kompleks? Heemm…keliling kompleks, seneng banget si M dan kakaknya. Cepet. Puji Tuhan temen-temennya ya maksudnya mau memahami dia gitu lo Mbak, kadang kan ada yang kok gini sih M, kok gini sih, tapi untungnya temen-temennya gak gitu. Cuman dulu pas dia ikut komuni pertama, sempet apa ya penyesuaian awal ya. Jadi ceritanya gini, M waktu kelas 4 kan masih di Bernadus, di Katolik itu kan ada terima hosti roti, lah di gerejanya sini Krapyak harus ikut pelajaran komuni pertama di gereja gak boleh di sekolah, tapi sebenernya sekolah di Bernadus itu mengadakan, tapi di Krapyak sini gak boleh kalau mau pelajaran harus ikut di gereja gak boleh di sekolahan. Lah akhirnya M kan ikut di Krapyak sini, kebetulan temen-temennya komuni pertama di Krapyak itu anak-anak kelas 4-nya BHK sini. Waktu itu M masih di Bernadus, itu kan pelajaran komuni hampir 6 bulan lebih, tiap minggu ketemu, pas awal-awal dia nangis “kok temenku gini”, tapi lama-lama terus dia menyesuaikan. Lah ndelalah dia pindah ke BHK itu, lah temen-temennya itu ya temen-temennya komuni pertama itu, jadi sudah kenal, gitu lo. Jadi kemarin waktu dari Bernadus Burdernya saya tanya mau pindah ke mana, saya juga bingung Mbak, wong saya mikirnya ini kan tengah-tengah nangung, kalau sekolah baru temen-temennya kan juga baru, penyesuaian lagi dan kondisinya M kan juga apa ya labil, dia sendiri kalau di apa ya temen-temennya yang masih pas awal-awal dia ngerasa koyok gak di terima, tapi lama-lama kan, tapi waktu komuni pertama-pertama kan paling pelajaran komuni seminggu sekali Mbak. Jadi ketemunya gak intens tiap hari, tapi terakhir-terakhir sudah baikan, kan mau masuk disini temennya udah tahu gitu lo, temen-temennya dah kenal M. Nah dulu pertama-tama temennya kurang menerima gitu dia gimana responnya? Nangis waktu pertama. Nangisnya itu disana apa pas

PPE1 F4 PPE2 PPE2, F4

Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama temannya). Kondisi lingkungan (teman-temannya mau memahami kondisi M). Masalah dengan teman sebaya (sulit menyesuaikan diri). Masalah dengan teman sebaya (sulit menyesuaikan

Page 159: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

334

Terus dia kalau lagi kenal sama temen baru itu gimana Bu? M itu suka temen yang sepantaran atau yang lebih kecil apa yang lebih besar? Terus kalau selama ini dia punya temen deket atau kelompok yang sering diajak main gitu gak Bu?

pulang? Disana, nangis terus bilang “temenku nakal, temenku gini”, terus saya bilang “kalau temennya nakal bilangin Bu guru”. Terus saya ngasih tau M kalau ngomong yang jelas, karena temenmu gak ngerti. Terus gak tahu lama-lama kok untung, mungkin ada temennya M yang bisa ngarahin M kali, memahami M. Terus M bisa mengikuti? Heem...kok pelajarane belum ya Mbak, saya itu sampai ragu-ragu dia bisa naik kelas 6 atau gak, kalau gak bisa ya sudah gak pa-pa, sematengnya M aja dulu. Nanti kalau dipaksa apa kelas 6-nya gak kesusahan. Saya itu ya ketakutan, karena M-nya itu kalau disuruh baca kok susah banget, terus kadang gak mau memahami, wes sak enak-enake dewe, itu lo Mbak. Tapi kalau pertanyaan lisan gitu, dia gimana Bu?Kalau lisan dia lumayan, kalau ditanya lisan kan kita ngomongnya jelas. Kalau baca kan beda lagi, dia kan harus berusaha memahami sendiri kan. Kalau M tu kalau ada anak main ya langsung dideketin (mamanya tertawa). Ya terutama kalau main HP, langsung dilihat-lihat. Ya kalau dia langsung ini nanyak “namamu siapa? Kamu rumahmu dimana?”. Berarti dia memulai perkenalan gitu? Heem...tapi tergantung, kalau anaknya gak suka gitu ya, lama-lama M-nya terus diem. Kalau anaknya ngasih respon, ya dia nyambung terusan. Gampang nganu kok M, gak susah, malah masih lebih kaku kakaknya, lebih diem kakaknya. Dia lebih suka main sama anak yang lebih besar. Kalau anak kecil menurutku gak. Yang sepantaran sama yang lebih tua ya, kalau sama yang lebih kecil menurutku gak, karena dia bukan tipikal anak yang bisa ngemong, karena kan dia sukanya dimong (mamanya tertawa). Nek main sama yang lebih kecil kan berarti dia yang harus ngemong. Kalau temen deket sih belum, kalau temen yang sering diajak main ya paling tetangga sini. Kalau dulu sih temen sekolahnya ada satu dua pas di Bernadus loh ya. Kalau disini yo paling R (mamanya tertawa), ya itu yang paling dia suka main ke rumahnya. Itu temen di kompleks sini? Heemm... Berarti temennya itu sekolah di BHK juga ya Bu? Heem...sekolahnya di BHK juga. Ya R tok yang dari sini, yang lainnya dari Krapyak sana banyak. Kalau yang dari sini kan banyaknya masuk ke Bernadus to Mbak. Dulu itu sebenarnya M itu sudah tak daftarin di BHK, wong saya udah bayar uang gedungnya juga waktu itu. M-nya gak mau,

PSC3 PPE1 PPE1 PPE1

diri, karena temannya sulit memahami pembicaraan M). Kondisi lingkungan (temannya mau mengarahkan dan memahami kondisi M). Masalah di sekolah (sulit memahami pelajaran dan malas membaca). Mamanya ragu antara M naik kelas atau tidak. Relasi dengan teman sebaya (mudah akrab dengan orang baru dan bisa menyesuaikan diri). Relasi dengan teman sebaya (lebih suka bergaul dengan anak yang lebih besar atau sebaya). Relasi dengan teman sebaya (M suka bermain dengan R).

Page 160: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

335

Terus waktu M dikasih tahu kalau dia pindah sekolah, dia gimana Bu?

pengen minta sama mas. Akhirnya tak masukin ke Bernadus, tapi ya saya sudah tau gitu lo kalau ini susah, cuman kan saya ya wes lah pokoke saya itu jalan aja dulu, bakalan gimana nanti, ya dipikir nanti, tapi saya sudah ngomong ke kepala sekolah Bernadus. Saya sudah cerita ke wali kelasnya, cerita anak saya kayak gini. Terus kepala sekolah sama wali kelasnya bilang “ya dicoba dulu Bu”, tapi Puji Tuhan kelas satu lolos, kelas dua, kelas tiga lolos, tapi kan kelas empat mulai susah Mbak, materinya udah lain. Terus juga guru-gurunya juga menganggap anak ini sudah mateng, sudah mandiri, wes gak perlu yang diini…diini, padahal si M kan belum, apa malah kasian kalau gini-gini Mbak. Kalau waktu kelas 1, 2, 3, karena gurunya kan memang biasa mengampu anak-anak kecil, jadi kan luwih sabar, lebih ngemong, lebih memperhatikan. Ya pertama dia tanya “kenapa Ma?”, ya saya bilang “kalau kamu tetep disini, ya gak pa-pa sih, tapi tetep kamu gak bisa bareng-bareng sama temenmu yang sekarang, karena temen-temenmu naik ke kelas 5, sedangkan kamu gak, karena nilaimu gak nutup KKM-nya”. Kalau di Bernadus angka minimal itu cuma boleh tiga mata pelajaran aja, nilai yang di bawah KKM, lah M itu berapa ya, ada lima kalau gak salah. Terus saya tanya “lah terus kamu milih mana? Disini apa di BHK?”, terus dia tanya “BHK itu yang itu ya ma?”, “iya, kamu disana nanti ya ketemu temen-temenmu yang komuni pertama”, kebetulan kan dia tau. Terus dia memutuskan “ooo…ya udah aku di BHK gak pa-pa, terus kalau di BHK aku naik?”, saya jelaskan lagi “iya kalau kamu di BHK kan naik, naik ke kelas 5, tapi harus keluar dari Bernadus”. Saya jelaskan seperti, ya gak pa-pa sih dia, dia belum apa ya, belum ada rasa pie-pie, cuman setelah dia masuk sini baru bilang “ahh…kok gak ada ekstranya, gak ada komputernya, kok lebih bagus Bernadus ya”, dia bilang gitu. “Lah gimana, kamu disana”, kan saya suka bilang sama dia, baca belajar, dia kan masih belum apa ya, belum dari dirinya sendiri belum ada kemauannya itu belum lo Mbak. Terus saya bilang gini ”kalau kemarin kamu mau belajar kan kamu gak perlu pindah”, terus dia jawab “ya sih”, tapi dia sempet bilang gini “nanti kalau nilaiku bagus lagi, aku bisa balik ke Bernadus lagi gak ma?”, dia nanya gitu, terus saya kasih tahu lagi “kalau ke Bernadusnya gak”. Ya setelah itu dia yo ono sedihnya, tapi gak terlalu lah, gak yang ini-ini banget dia. Mungkin kan

PSC3, F4, PIP1

Masalah di sekolah (M pindah sekolah, karena di sekolah sebelumnya tidak naik kelas, ada beberapa nilai yang di bawah KKM). Kondisi lingkungan (mamanya memberikan pengertian). Relasi dengan Ibu (mamanya memberi kesempatan kepada M untuk mengambil keputusan).

Page 161: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

336

Terus temen-temennya pernah ada yang cerita mengeluhkan perilaku atau sikapnya M gitu Bu? Terus kalau interaksi M sama kakaknya gimana Bu?

lebih menarik, lebih banyak gitu lo Mbak, kan banyak ada ekstra band, ada ekstra angklung, ada sains, ada macem-macem gitu lo kalau di Bernadus banyak banget, ada basket, ada sepak bola, ada kempo, ada biola, wakeh banget Mbak wong anak-anak kan seneng, wong nari aja ada nari jawa, tari modern, ada band, ada sempoa, ada Mandarin. Cuman ya itu, satu kelas muridnya banyak banget Mbak, nek di BHK satu kelasnya ka cuma 19 apa 20 gitu Mbak, terus kelas 5-nya satu kelas aja, kalau di Bernadus itu A, B, C, D, E, itu satu kelas 39, itu udah berapa, 39 kali 5 (mamanya tertawa). Ya ada sih, cuman kalau sampai ke saya belum, karena kadang temennya ngomong ke mamanya kayak gini “ma…ma M itu ngomong apa sih, aku gak paham-paham, ditanya Miss Novi kok gak mudeng-mudeng”, ya paling cuman kayak gitu temennya ngeluh. Kalau perilaku nakalnya enggak, tapi yo ya apa ya, paling yang gak mudengane itu lo Mbak. Paling mereka kalau kerja kelompok ya kan kalau M-nya cuman nunut aja, gak bekerja kan terusan, itu mungkin mereka gak mau juga kan. Kadang saya kasih tau M juga “itu kamu perhatiin”, terus ya dia jawab “iya perhatiin, ya ma”. Jadi dia juga harus rodok digalaki sedikit gitu lo Mbak, ditegesin gitu, kalau gak ya semau-maunya dia kalau M tu. Saya dulu pas awal-awal dulu ya suka marah-marah sama dia, dia soalnya atos Mbak, maksudnya maunya dia juga harus jalan. tapi yang dimintai juga gak bener gitu lo, jadi apa ya, ini M kadang masih suka ngompol, tapi kadang-kadang sih Mbak. Kan kemarin basah sih, terus dia minta ganti sprei, terus saya kasih tahu “makanya kamu kalau mau tidur pipis dulu”, wong udah gede Mbak, wong kakaknya dulu kelas 3 apa ya, udah lepas kok, gak pake Pampers, tapi dia masih, masih suka ngompol (mamanya tertawa). Tapi dia bentak kalau saya kasih tahu “mama aku malu”, kadang-kadang tak marahi, kadang-kadang tak bilangi “kamu kalau mau tidur pipis dulu, jadi gak ngompol gitu”. Berarti dia ada rasa malu? Heemm…ada, kalau dulu kan minum masih ngedot waktu masuk kelas 4, soalnya dia susah juga sih Mbak minum susu. Kalau pas temennya kesini, bisa minum dia pakai botolnya aja, jadi dot-nya dilepas, tapi kalau gak ada temennya ya dipakai lagi. Kalau sekarang udah gak minum susu didot (mamanya tertawa). Ya bagus sih, kakanya yo mungkin karena dari kecil yo Mbak, jadi lebih sabar, kan kadang M emosinya gak terkontrol, marah kadang mukul, teriak-

PSC3, PPE2 F4 PIP3 PIS2, F4

Masalah di sekolah (M sulit memahami pelajaran). Masalah dengan teman sebaya (temannya tidak paham dengan perkataan M). Kondisi lingkungan (mamanya bersikap tegas dengan M). Masalah dengan orangtua (M suka membantah mama dan terkadang masih ngompol). Kelas IV SD masih nge-dot. Masalah dengan saudara kandung (M suka marah,

Page 162: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

337

Terus kakaknya ngalah gitu ya berarti?

teriak, mengusir, tapi sekarang udah gak terlalu, tapi untungnya kakaknya dipukul dia diem aja, gak bales. Namanya anak ya keluar jengkelnya, pengen dibales, kalau mau dibales kan malah lebih gede kakaknya ya (mamanya tertawa). Terus tak kasih tau M “kamu itu badanmu kecil, kalau kamu dipukul kakakmu, kamu sakit”. Kadang ya gitu dia sama kakaknya kayak anak kecil, kayak maksa ngajak main, nanti kadang suka ngerusuhin kakaknya. Kalau pas kakaknya lagi main sama temennya yang seumurannya sama kakaknya, dia sukanya ikut. Nanti kakaknya gak ngajak dia, terus nanti dia tanya “kok aku gak diajak”. Lah padahal kan cara mikir kakaknya sama M kan udah beda, tapi M gak bisa memahami itu. Kalau pas di Bernadus ya gitu, kakaknya masih main sama temennya, nanti dia nimbrung, kadang kan kakaknya ngusir dia, terus nyuruh M cari temennya, tapi dia pinginnya ikut, tapi kalau kakaknya gak bolehin, dia marah, pasti dia bilang “tapi kan aku pengen”, kakaknya jawab “tapi kan itu temenku, kamu cari temen sendiri to” (mamanya tertawa). Dulu kontrolnya belum, jadi kalau istirahat dia ke kelas kakaknya pas sama-sama di Bernadus. Nyari kakaknya, cuman dia tu kadang nyelonong masuk gak permisi, gak apa. Terus nanti kakaknya bilang gini “sampai aku malu sama temenku, aku tu malu sama guruku, kan akunya baru pelajaran”, pas M-nya udah istirahat, kakaknya belum selesai masih pelajaran, lah M nyelonong masuk, sampai gurunya ngomong “ayoo mas keluar dulu mas, baru belajar”, lah temen-temennya juga langsung bilang ke kakaknya “Matt, itu lo Matt adikmu”. Kadang kakaknya sampai bilang “aku malu..aku malu..aku malu... kok nyelonong masuk aku kan belum selesai”. Iyaa lebih, ya gak selalu sih, tapi dia lebih apa ya, mungkin dia memahami. Kadang tak bilangi “Matt adikmu gini, kalau kamu marah, dia gak mudeng, mending mbok kasih tau oo jangan ini, jangan ini, kalau kamu marah tok, dia gak ngerti”. Karena memang kadang M gak paham gitu lo. Terus kadang pas laper dia itu ngawaur lo Mbak, kalau pas laper, terus pernah nih gurunya cerita waktu masih di Bernadus, dia laper kayaknya waktu itu atau dia pas gak bawa duit apa gimana saya lupa, dia laper terus dia lihat di ruang meja guru kan (mamanya tertawa) ada nasi dus-dusan, terus M langsung minta lo (mamanya tertawa), “aku boleh gak minta, aku laper”, terus gurunya bilang “itu bukan punyamu”, terus dia jawab lagi “iya aku tau,

PIS2 G3, PIS2 F4

mukul dan teriak dengan kakaknya). Kondisi lingkungan (kakaknya selalu mengalah). Masalah dengan saudara kandung (suka ikut campur dan memaksa kakaknya). Impulsivitas (tidak izin ketika masuk kelas). Masalah dengan saudara kandung (kakaknya merasa malu dengan perilakunya M). Kondisi lingkungan (kakaknya memahami kondisi M).

Page 163: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

338

Terus kalau komunikasi sama cara bermainnya M sama kakaknya gimana Bu?

tapi aku laper, aku boleh minta gak?, aku mau itu” , gurunya bilang lagi “kamu itu gak boleh gitu, itu bukan punyamu”, tapi kalau dia udah kayak gitu itu kayaknya udah gak ngerti kalau itu sebenernya gak boleh, ini tu gak bener. Nah yang kayak gitu M belum paham, kadang dia itu kayak nek aku laper ya wes ndak urusan, wes pokoknya aku minta, boleh ga. Itu sama misal pergi sama siapa ya mungkin sama orang yang baru kenal, kalau dia diposisi kepingin ya langsung ngomong “aku minta ini boleh gak?”, kan ada anak lain kan yang takut, malu wong aku ga kenal. Kalau M ga, dia spontan bilang, kadang saya stres, terus tak kasih tahu “gak boleh kayak gitu M, gak sopan kamu tu, bukan punyamu kok”, punya orang lain kok mbok minta. Terus kalau di kantin sekolah, “aku makan dulu ya, aku utang dulu, nanti tak bilang mama” (mamanya tertawa). Sui-sui mbake kantin hafal, “ya udah nanti bilang mamamu lo ya”, tapi nanti ya dia minta saya uang untuk bayar utangnya (mamanya tertawa). Kalau kakaknya kan kalau gitu gak berani, kalau uangnya habis ya udah. Kalau M gak, padahal kalau saya jemput di Bernadus, nanti ibu kantinnya bilang “Bu tadi anaknya ambil ini…ini”, haduhh M wess wess. Spontannya sih ini yang masih bikin ya itu kayak makanan bukan punya dia, tapi diminta kan harusnya gak boleh kan Mbak. Kadang udah tak kasih tahu, ya dia jawabnya “iya…iya”, tapi besok ya dilakuin lagi (mamanya tertawa Ya gak masalah sih, main ya main aja. Komunikasinya juga biasa aja? Heem...main apa kalau kakaknya gak ada, dia nyariin, karena kan kebiasaan berdua terus Mbak. Ya nek pas main ya mainan, ya mainan berdua, main apa aja, ya main bola sama kakaknya. Umur mereka kan terpautnya gak jauh ya Mbak. Terus M suka usil gak Bu? Iya usil. Usilnya kayak gimana Bu? Nyembunyiin barangnya kakaknya, pas kakanya ribut (mamanya tertawa), pas bertengkar gitu. Berarti kakaknya udah tau ya yang nyembunyiin adiknya? Heem…kakaknya sampai udah hafal, nanti kakaknya langsung nanyak “M, kamu ya yang nyembunyiin”, nanti M pasti jawab “enggak kok enggak”. Padahal ya dia yang nyembunyiin, karena dia jengkel sama kakaknya, nanti sembunyiin barangnya apa ya, usil pokoknya, kalau gak, dia ngelempar apa gitu. Kayak kemarin, tapi kalau wes bar bertengkar jadinya. Ooo…wong rambut kakaknya kan ditarik sama M, kakaknya kan terus marah, terus ribut to, yang mulai M dulu sih. Terus

G3 PIS1 PIS2

Impulsivitas (sulit mengontrol keinginannya). Relasi dengan saudara kandung (sering bermain bersama). Masalah dengan saudara kandung (suka usil, menyembunyikan barang dan berantem dengan kakaknya).

Page 164: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

339

Terus dengan sikapnya M yang kayak gitu, kakaknya negluh gak biasanya? Terus kalau sama Papa dan Mamanya dia gimana?

kalau habis ribut gimana mereka? Ya udah nek wes yowes, tapi yo pas ribut kui sampe nangis, yang nangis biasanya M, karena emosi dia. Kalau kakaknya kalau dah gak suka biasanya diem. Lah M itu lucu, orang baru marah, dia yang salah, dia ini salah nih ceritanya, saya bilang “kamu minta maaf sama mas”, ya dia minta maaf, tapi kan yang dimintain maaf kalau belum lego masih diem kan Mbak. Nah dia gak mau, dia maunya kalau udah minta maaf, ya udah selesai, lah kan butuh waktu to Mbak (mamanya tertawa). Itu tu kalau gitu, dideketin terus kakaknya “ayo to Matt, ayo to mas”. Kalau udah kayak gitu, jengkel saya Mbak, nanti kakaknya cuman bilang “kamu tu aahhhh”, terus do ribut (mamanya tertawa), terus M bilang “aku kan udah minta maaf. Matt, ayo to Matt...Matt ...Matt..” (mamanya tertawa). Kakaknya lama-lama yo nambah jengkel to Mbak. Kadang ngeluh, kadang gak. Namanya juga anak kecil Mbak, tapi ya kalau sudah, ya sudah, gak ini sih, gak sampai marahan lama gitu. Cuman kalau M itu apa ya, kakaknya kan agak males, kalau M itu lebih rajin, kalau orangnya diminta tolong itu lebih gampang, misal kalau kakaknya males ngambil sesuatu, ya udah dia yang ngambilin, terus kalau malem itu kakaknya minta roti, tapi saya capek, terus M yang buatin, itu yang bisa bikin malah M bukan kakaknya. Nanti dia tanya kakaknya “kamu apa mau rasa apa Matt?”, kakaknya jawab “coklat, tapi jangan kebanyakan, kamu kalau ngasi selai kebanyakan” (mamanya tertawa). Terus nanti dia tanya lagi “kamu mau dibikinin teh?”, kalau kakaknya mau, ya nanti dia bikinin teh juga. Nek kakaknya emang males kalau disuruh gitu-gitu tu, angel gitu lo Mbak. Nek Minggu kan tak suruh beresin tempat tidurnya sendiri, nek hari biasa kan wkatunya gak cukup, itu ya M yang beresin, kakaknya kan badannya besar, ngangkutin yang berat-berat, nanti yang natani M. Berarti nek dia dimintai tolong ya langsung gitu? Heem langsung, gak susah kalau M itu, itu kadang-kadang dia disuruh kakaknya (mamanya tertawa). Itu dia ya mau? Mau, terus sama gak apa ya, gak penakut kalau M, ditinggal sendirian di rumah ya gak takut dia. Misal di rumah sendirian, aku jemput kakaknya, dulu Papanya ke kantor dikunci lo Mbak, ya berani dia sendirian. Ya manja nek sama saya. Mmm…kalau sama Papanya enggak, karena Papanya juga jaga jarak, gak mau, karena anak laki, makanya dia sama

PIS2 PIS1 PIS1, PIP1 PIP1, PIP2, F4

Masalah dengan saudara kandung (suka memaksakan kehendaknya). Relasi dengan saudara kandung (mau membantu kakaknya). M termasuk anak yang rajin. Relasi dengan kakaknya (mau membantu). Relasi dengan ibu (mau membantu mamanya membereskan tempat tidur). M berani ditinggal di rumah sendirian. Relasi dengan ibu (M manja dengan mamanya). Relasi

Page 165: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

340

Terus kalau komunikasinya M sama Papa Mama itu sama apa berbeda? Tapi kalau untuk menceritakan.. setiap pengalaman di sekolahnya gimana Bu?

Papanya takut, tapi kalau glendotan sama Papanya gak mau. Jadi dia sama Papanya lebih takut lah, maksudnya kalau Papanya ngomong apa gitu, pasti langsung dikerjain. Kalau saya yang nyuruh, dikerjain sih, tapi kalau ada hal-hal yang eee kalau Papanya kan makan harus di meja makan, gak boleh nonton TV. Lah kan anak-anak kadang-kadang kalau makan sama nonton TV, tapi itu kalau sama saya. Kalau ada Papanya mereka langsung mau ke meja makan, daripada diomeli. Kan kalau sama saya masih ngebujuk gitu “ma, nonton TV ya” (mamanya tertawa), jadi saya ya kadang gak tegel “ya udah sana, maemnya dihabisin lo ya”. Saya kadang gitu (mamanya tertawa). Kalau Papanya terserah mau mbok habisin atau gak mbok habisin, pokoknya makannya ya di meja makan, bedanya gitu. Ya sama sih, kalau sama saya kadang lebih suka, terutama kalau sakit, banyak maunya, ya manja gitu lah Mbak. Kalau sama Papanya itu gak, kalau ditanya sama Papanya “pusing gak?”, ya dia pasti jawab “gak”, padahal ya pusing (mamanya tertawa). Tapi kalau untuk misal tugas gitu, dia minta tolong Papanya, saya kan bagian-bagian kayak komputer gitu kan susah, gak mudeng Mbak. Berarti ya tetep ngobrol gitu sama Papanya? Ngobrol kok Mbak, hanya memang kalau sama Papanya lebih gak seterbuka dengan saya. Kalau Papanya mungkin dia tau, kalau Papanya gak suka ini, gak suka itu, namanya anak-anak ya Mbak. Misal “ma, aku pengen sepatu”, ya ngomongnya ke saya, kalau sama Papanya pasti gak boleh, karena katanya boros. Berarti kalau mereka punya keinginan itu bilangnya ke Ibu? Heem…mereka ngomongnya ke saya, nanti biasanya aku yang ngomong sama Papanya, tapi ya tetep Papanya gak ngasi kalau barang yang dipengen masih ada dan masih bagus. Ya udah nanti anak-anak diem kalau dikasih tahu Papanya, tapi nanti ngomong terus ke saya (mamanya tertawa). Kalau mereka tetep maksa, nanti saya bilang gini “bilang Papamu dulu”, nanti mereka jawab “Papa mesti gak boleh”, kayak gitu lah Mbak. Sama Papanya juga cerita. Dulu pernah waktu kelas 3, waktu itu di Bernadus M itu di-bully sama temennya, sampai pukul-pukulan nangis. Dulu kalau pulang itu mesti ono wae, entah seng dipukul perutnya, dipukul apa-apane, pokoke ada aja. Nah dulu sempet dibelani sama kakaknya,

PIP2 PPE2, PIS1

dengan ayah (selalu nurut dengan papanya). Kondisi lingkungan (papanya bersikap tegas). Pola pengasuhan: mamanya lebih tidak tega, sedangkan papanya sangat tegas. Relasi dengan ayah (M meminta bantuan dan ngobrol dengan papanya). Masalah dengan teman sebaya (temannya merundung M). Relasi dengan saudara kandung (kakaknya membela

Page 166: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

341

Berarti kalau dikasih tugas rumah dia sanggup melakukannya ya Bu? Terus kalau M dikasih teguran atau nasihat gitu gimana Bu? Terus kalau pagi itu banguninnya susah atau gak?

temennya itu berantem sama kakaknya, ribut besar waktu itu, sampai saya dipanggil, Papanya tak suruh ikut, terus orangtuanya si anak itu juga dipanggil. Waktu kelas 1 dan 2 M itu kan ada Mbaknya yang nemenin tiap hari, dari pagi sampai siang, jadi kalau pas istirahat ada yang dampingin, soalnya waktu itu kan M masih ngomongnya gak jelas. Tapi kelas 3 saya pikir dia udah besar, dia mulai gak sama Mbak. Mulai saat itu ada yang bermasalah sama dia, satu anak itu, tapi bermasalahnya sebenernya gak sama M tok kok, sama beberapa temenyang lain di sekolahnya juga. Lah M kan ngomongnya gak, kadang masih kayak anak kecil ya, sering berantem terus habis itu nangis, wah wes sampai orangtuanya dipanggil, ribut sama Matthew juga. Pukul-pukulan sampai dilerai orang di aula itu. Sampai orangtuanya dipanggil, saya juga dipanggil, setelah dipanggil itu mereda, mungkin anaknya juga dikasih tau sama orangtuanya ya mungkin. Ya pokoknya asal hari Minggu tugasnya beresin tempat tidur, ya dia jalan. Nanti saya bilang “ayo tempat tidurnya beresin”, nanti dia beresin, kalau pas libur ya sama cuci piring, bantu jemurin pakaian. Saya kan gak pakai pembantu, mereka bantu saya. Tapi kalau sekolah gini nih, paling Minggu sama kalau saya minta pokoknya gak berantakan, habis dipakai ya dirapiin lagi. Terus habis gitu ya dia ngerapiin lagi? Ngerapiin, nek gak tak buang Mbak (mamanya tertawa), nek gak rapi, tak masukin kresek, jadi ya dia beresin sendiri kalau habis main atau pakai barang. Ya dengerin sih, kalau dia tahu selama dia salah ya, ya M tau, tapi banyak ngeyel-nya dulu, tapi itu kalau aku yang ngasih tahu Mbak. Kalau Papanya langsung dia bilang “iya pa…iya.. maaf... iya pa”, tapi kalau sama saya gak langsung nurut, kalau saya udah teriak, baru dia bilang “iya”, terus saya harus tanya lagi “terus kamu harus apa kalau kamu salah?”, dia baru jawab “ya minta maaf”, tak tanya lagi “terus apa lagi?”, dia jawab “ya gak melakukan lagi”, tapi awal-awal dia alesan dulu. Pokoknya dia lebih takut sama Papanya, ya itu lah pokoknya kalau ada Papanya lebih taat lah, lebih taat aturan. Gak sih, gak terlalu, tapi kalau Papanya yang bangunin dia langsung. Kalau sama saya memang bangun, bangunnya agak susah, tapi kalau Papanya yang bangunin, ya dia langsung bangun (mamanya tertawa). Nek saya yang bangunin, gak bangun-bangun Mbak, bangun tapi tidur lagi. Kalau

PSP1 PIP3, PIP2 PIP3, PIP2

M, karena temannya merundung M). Aktivitas (setiap hari Minggu membantu mama membereskan tempat tidur, cuci piring dan menjemur pakaian). Masalah dengan orangtua (suka membantah teguran mama). Relasi dengan ayah (menuruti teguran papanya). Masalah dengan orangtua (tidak menuruti perintah mama). Relasi dengan ayah (menuruti perintah papanya).

Page 167: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

342

saya udah teriak-teriak kan Papanya gak suka, Papanya gak suka denger ribut pagi-pagi gitu. Papanya langsung ke kamar M, terus bilang “ayo to bangun, Mamamu dah ribut, kamu gak bangun-bangun juga”, nah dia langsung bangun (mamanya tertawa). Soalnya kan setiap waktu, setiap jam kan ketemu sama saya terus, istilahnya yo nek saya kayak Papanya juga kan kasihan dia, cuman ya saya gak terlalu manjain juga sih Mbak.

Page 168: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

343

Inisial : Ma Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 12 tahun Pendidikan Terakhir : TK Hubungan : Kakak Tanggal Wawancara : Sabtu, 24 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang tamu

Pertanyaan Verbatim Koding Analisis Biasanya kakak belajar bareng M gak? Biasanya kalau gak ada kegiatan, apa yang dilakukan oleh M? Terus M suka ngelamun gak? Terus M suka usil gak sama kakak?

Enggak. Mainan HP. Selain main HP ngapain biasanya? Nonton TV, biasanya main sama aku juga, tapi jarang sih. Biasanya main apa kalau sama M? Kalau gak main basket, main sepak bola sama main kartu, main kartu minuman itu. Terus kalau pas diajak main bareng gitu gimana dia? Biasa aja, kadang seneng marah-marah kalau dia kalah pas main, jadi dia maunya menang terus. Kalau M lagi nonton TV, biasanya kayak gimana kak? Biasa. Biasanya kayak gimana kak? Fokus sama TV-nya, kadang sambil ngobrol sama aku. Kadang ya aku gak paham sama yang diomongin M. Em…ya suka sih, suka ngelamun dia, tiba-tiba kalau diajak ngomong gak fokus. Gak fokusnya kayak gimana? Ya gak jawab gitu kalau diajak ngomong, gak tahu apa yang dipikirin. Terus setelah itu gimana dia? Ya kayak orang jawab tapi ya gak bener, kalau pun dia jawab pasti gak nyambung. Tapi biasanya kakak paham gak kalau diajak ngobrol sama M? Ya gak paham, kadang paham, kadang enggak, kalau aku gak paham paling cuma tak jawab “iya” aja. Suka. Suka usilnya kayak gimana? Suka ngumpetin barang, ambil barangku, terus dia gak ngaku. Jadi aku tanya dulu sama dia, kadang dibalikin kalau dia inget dimana ngumpetinnya, kadang dia juga lupa tempat ngumpetinnya. Jadi aku harus cari sendiri. Terus kalau M usil kayak gitu, apa yang biasanya kakak lakukan? Ya harus diperingatin gitu, tapi

PSP1, PSP2 PIS2 G1 PIS2

Aktivitas (main HP, main basket, sepak bola dan kartu bersama kakak). Menonton TV. Masalah dengan saudara kandung (suka marah, jika kalah). Kakaknya tidak paham dengan pembicaraan M. Inatensi (tidak fokus ketika diajak ngomong). Saat ngobrol sering tidak nyambung. Masalah dengan saudara kandung (suka usil, ngumpetin barang kakaknya dan tidak peduli ketika diperingatkan).

Page 169: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

344

Terus menurut kakak, M itu orangnya gimana? Terus suka berantem gak sama M? Kakak kalau melihat M sama temen-temennya kayak gimana dia? Setahunya kakak, M punya temen deket gak?

kadang-kadang diperingatin gitu gak mau dan gak peduli gitu. Orangnya baik, ramah, gak pelit. Cuma kadang bikin kesel juga, kalau diajak pergi kadang sering hilang. Hilangnya kayak gimana kak? Kadang suka pergi sendiri ke tempat yang dia pengen, jadi aku capek disuruh jagain dia. Eee…sering si. Biasanya berantemnya karena apa? Kadang karena kalah main game, terus karena aku gak mau ngikutin keinginnya, soalnya dia suka maksa gitu, sama suka nyembunyiin barangku. Terus kalau berantem gitu akhirnya yang ngalah siapa? Yang ngalah ya tetepan aku, karena M kalau berantem gak mau kalah. Apalagi kalau dia kalah main game, mesti marah. Kalau dia kalah main game apa yang biasanya dilakuin sama M? Ya marah-marah, marahnya ngebentak, kadang sampai banting barang gitu. Sekarang M kalau marah masih kayak gitu ga? Ya masih. Terus ketika M marah, apa yang kakak lakukan? Ya aku nenangin, tapi aku nenangin pun gak ngefek. Nenanginnya gimana caranya? Ya harus diperingatin, diperingatin cara halus dulu, kalau cara halus belum bisa ya cara keras. Cara kerasnya itu kayak gimana? Ya kayak dibentak gitu, tapi aku ga pernah sampai mukul gitu, kadang aku tinggal pergi aja, nanti mama atau papa yang nenangin. Baik. Baiknya seperti apa? Ya mau mainan sama siapa aja, dia gak pelit juga kalau sama temen. Terus temen-temennya gimana kalau sama M? Baik juga, temen-temennya udah tau M itu orangnya ya kayak gitu, jadi udah paham temen-temennya. Ada gak yang temennya suka usil sama M? Ada sih. Usilnya kayak gimana? Usilnya kadang-kadang ngumpetin barangnya M, terus kadang-kadang gantian M usil ngumpetin barang temennya. Dulu kayak temen deket, tapi sekarang udah kayak bertengkar. Bertengkarnya karena apa? Bertengkarnya yo karena masalah sepele sih. Masalah sepelenya itu kayak gimana? Jadi, temennya ga sengaja nyipratin air ke bajunya M, terus M-nya gak suka, akhirnya M-nya mukul temennya itu, temennya nangis deh. Ooo gitu…terus temennya balik mukul juga gak? Enggak. Terus setelah itu, M-nya gimana? Ya M jadinya gak temenan sama temennya itu, karena M ga mau minta maaf. Kalau M salah, gak mau minta maaf ya? M kalau minta maaf itu, kalau M

G2 PIS2 F4 F4 PPE1, F4 PPE2 PPE2

Hiperaktivitas (suka pergi sendiri). Masalah dengan saudara kandung (sering berantem). Kondisi lingkungan (kakaknya mengalah). Sering marah dan terkadang sampai banting barang. Kondisi lingkungan (kakak, mama dan papa selalu memperingatkan M). Relasi dengan teman sebaya (mau bermain dengan siapa saja). Kondisi lingkungan (temannya sudah paham kondisi M). Masalah dengan teman sebaya (suka usil dengan temannya). Masalah dengan teman sebaya (memukul teman dan tidak mau maaf).

Page 170: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

345

Kalau seumpamanya kakak berantem sama M nih, terus kalian gimana setelah berantem? Terus umpamanya pas kakak marah sama M, apa yang kakak lakukan? Kalau kakak lihat M sama mama itu gimana? Terus kalau mama marah sama M, M-nya gimana? Terus kalau sama papa M-nya gimana?

gak merasa bersalah ya dia gak mau minta maaf, jadi dia merasa kalau orangnya itu yang datang ke rumah, baru dia mau maafin. Ooo gitu sama kakak kayak gitu juga ga? Iya sama kayak gitu juga, kalau aku ga minta maaf ya dia bakalan marah-marah terus, jadi aku yang harus ngalah. Ya dia gak mau minta maaf, walaupun sebenarnya M yang salah. Kalau seandainya kakak yang salah sama M, kakak minta maaf juga gak? Ya minta maaf. Terus M mau maafin kakak gak? Kadang mau kadang enggak. Lebih sering mana? Lebih sering mau maafin. Yaudah diem-dieman gitu. Diem-diemannya lama gak biasanya? Paling lama itu paling sehari. Terus habis itu mau main lagi gak? Ya baikan, tapi gak langsung baikan lah, baikan ya misal hari ini bertengkar, besok sore baru baikan gitu. Pas kakak marah, M-nya gimana? Ya ekspresinya biasa aja, kayak ga berbuat salah gitu. Kadang disuruh minta maaf sama mama, ya dia tetep gak mau minta maaf. Yo kadang nakal, kadang ya baik dia itu. Nakalnya itu kayak gimana? Nakalnya itu ya barang mama diumpetin, terus duit diumpetin, terus PR baru dikerjain malem-malem, terus bahan prakarya baru bilang setelah sampai rumah, jadi itu nyusahin gitu, kasian mama harus keluar lagi beli bahan-bahan prakarya, kan jauh tempatnya. Terus kalau pas kayak gitu, mama gimana biasanya? ya kadang-kadang marah, kadang-kadang gak sih. Paling M cuma bilang “ya iya iya”, tapi dia gak paham maksudnya. Terus ketika dia tau salah sama mama dia minta maaf gak biasanya? Kalau dia merasa salah, ya dia minta maaf. Terus gimana caranya biar M itu tahu kalau dia salah? Ya harus dijelasin, kalau gak dijelasin ya dia gak mau minta maaf. Oo gitu, terus kalau M ditegur nih sama mama, M-nya gimana? Ya cuma diem, tapi kalau mama udah sampai mukul gitu, M-nya teriak-teriak karena marah, jadi dia malah balik marah sama mama, karena dia gak terima sampai dipukul gitu. Kalau sama papa, misal dimarahin, dipukul sama papa ya M diem, gak balik mukul atau marah, M karena takut sama papa. Terus biasanya M ngobrol gak sama papa? M tak lihat lebih sering ngobrol sama papa daripada ngobrol sama aku. Biasanya yang diobrolin apaan? Aku gak tau, karena aku di luar gitu papa sama M ngobrol di depan TV.

F4 PIS2 PIP3 PIP1 PIP3 PIP2

Kondisi lingkungan (kakaknya mau mengalah). Masalah dengan saudara kandung (tidak mau maaf ketika melakukan kesalahan). Masalah dengan orangtua (suka menyembunyikan barang mamanya, tidak bertanggung jawab dengan tugasnya). Relasi dengan ibu (mau minta maaf ketika merasa salah). Masalah dengan orangtua (marah dengan mamanya). Relasi dengan ayah (menuruti teguran papa dan sering ngobrol dengan papa).

Page 171: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

346

Terus misalnya papa minta tolong sama M, biasanya M mau bantu gak? Kalau menurut kakak nih, M itu tanggung jawab gak kalau dikasih tugas gitu? Terus kalau lagi jalan-jalan nih, biasanya M-nya kayak gimana? Terus kakak tahu kondisinya M kayak itu, kakak gimana perasaanna? Kalau M lagi ngobrol sama temen-temennya kayak gimana dia? Ini kan ada waktu luang, biasanya M bisa gak merencanakan sesuatu? Menurut kakak, kemampuannya M di sekolah

Mau kok. Terus kalau kakak minta tolong sama M, M mau bantuin juga gak? Kadang-kadang sih. Terus kalau mama yang minta tolong dia mau bantu gak? Mau juga kok, M itu sebenernya rajin kok orangnya. Enggak, jadi itu dia harus dimarahin dulu, baru ngerjain tugasnya itu, harus dibilangin dulu. Jadi mama harus selalu tanya ke dia, ada PR apa gak. Ya mau dan seneng dia diajak jalan-jalan, kalau ada papa ya ngerti dia, mau nurut, tapi kalau pergi gak sama papa ya itu, dia minta itu, kita kesana dia kesana, jadi gak mau nurut, jadi harus dipegangin biar dia gak ilang, walaupun dia biasanya marah kalau dipegangin, tapi kalau gak dipegangin nanti dia hilang. Tapi kalau pergi sama papa, dia gak kayak gitu. Ya biasa wae. Kadang kesel gak kalau M bikin ulah? Ya kesel. Terus kalau pas kakak kesel apa yang kakak lakukan? Ya gak bisa ngungkapin kesel karena M kan gak tau, jadinya gak bisa, kita mau marah-marah pun kan dia gak ngerti. Jadi ya mending aku diem aja dan ngalah. M kalau lagi ngobrol sama temen-temennya, temen-temennya yang lebih ngertiin dia, daripada M yang ngertiin temen-temennya. Oo gitu…jadi ketika ngobrol gitu M biasanya akan menanggapi atau gimana? Kalau ngobrol M menanggapi, tapi temen-temennya lebih mengerti M, daripada M mengerti temen-temennya. Berarti? Kalau temennya ngomong, M gak paham, tapi kalau M ngomong, temennya paham. Pahamnya gimana? Heem…bisa memahami M gitu, mungkin sebenarnya mereka gak mudeng iki ngomong opo, tapi untung temen-temennya mau mengerti. Terus ni umpamanya kalau lagi ngelakuin sesuatu gitu, orang lain yang harus ngikut apa dia ngikut orang lain? Kalau sama aku, aku yang harus ngikutin. Kalau sama papa, kalau papa bilang gak ya M gak. Dia itu mau manut kalau ada papa. Masih susah sih, kalau nyiapin jadwal pelajaran itu harus bareng, aku nata jadwal sendiri, dia nata juga. Kalau nata jadwal pun harus disuruh, kalau gak ya bakal ga nyusun jadwal, paling pagi baru noto. Ooo gitu…berarti kakak ngajakin M buat ngatur jadwal gitu? Iya, biar besok pagi gak buru-buru dan harus nungguin dia. Ya aku sih gak tau sih, kalau dulu kan aku masih tau, kalau sekarang gak tau, karena aku gak satu sekolah sama M. Waktu masih satu sekolah

PIP1, PIP2 PSC3 PIP2, G2 F4 F4 PIS2, PIP2 F4

Relasi dengan ibu dan ayah (mau membantu mama dan papanya). Masalah di sekolah (mengerjakan PR harus diingatkan). Relasi dengan ayah (menuruti perkataan papa). Hiperaktivitas (tidak bisa diam). Kondisi lingkungan (kakak memahami kondisi M dan sering mengalah dengan M). Kondisi lingkungan (temannya memahami kondisi M). Masalah dengan saudara kandung (suka memaksakan kehendak). Relasi dengan ayah (menuruti perkataan papa). Kondisi lingkungan (kakaknya membimbing M).

Page 172: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

347

gimana? Kalo diliat dari belajarnya itu dia gimana?

gimana menurutmu? Kalau waktu masih satu sekolah kemampuannya M, nilainya biasa-biasa saja. Biasanya itu gimana? Ya kalau di sekolah yang baru ini dia bisa ngikutin, kalau di sekolah yang lama gak bisa. Biasanya M ngeluh gak kalau habis pulang dari sekolah? Kalau dulu sih ngeluh, kalau sekarang sih jarang. Ngeluhnya karena apa? Dia ngeluh kalau ada PR, kalau ada ulangan dia ngeluh, tapi kalau capek karena main dia jarang ngeluh, orang dia gak bisa diam kok, suka gerak. Pernah gak ngeliat dia capek gitu? Pernah sih, dia capek kalau disuruh ngerjain tugas. Emm…tapi kalau capek karena main pernah lihat gak? Pernah, tapi dia pun kalau capek, terus masuk kamar itu gak keliatan kayak orang capek, jadi biasa gitu, ya gak keliatan lemes juga, masih ceriwis.

G2

Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Page 173: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

348

KODING

1. Gejala ADHD (G)

G1 : Inatensi

G2 : Hiperaktivitas

G3 : Impulsivitas

2. School Functioning (PSC)

PSC1 : Akademik

PSC2 : Sosial di sekolah

PSC3 : Masalah di sekolah

3. Spare Time Functioning (PSP)

PSP1 : Aktivitas

PSP2 : Menonton TV

PSP3 : Menyendiri atau bersama teman\

PSP4 : Masalah dalam memanfaatkan waktu luang

4. Peer Interactions (PPE)

PPE1 : Relasi dengan teman sebaya

PPE2 : Masalah dengan teman sebaya

5. Interactions with Siblings (PIS)

PIS1 : Relasi dengan saudara kandung

PIS2 : Masalah dengan saudara kandung

6. Interactions with Parents (PIP)

PIP1 : Relasi dengan ibu

PIP2 : Relasi dengan ayah

PIP3 : Masalah dengan orangtua

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial (F)

F1 : Kondisi fisik

F2 : Perkembangan dan kematangan

F3 : Faktor psikologis

F4 : Kondisi lingkungan

F5 : Faktor budaya

Page 174: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

349

LAMPIRAN 4

Pedoman Wawancara dan

Observasi

Page 175: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

350

Pedomaan Observasi

1. Kesan Umum Subjek

Penampilan fisik subjek

Kondisi fisik subjek

Kondisi lingkungan di sekolah

Kondisi lingkungan di rumah

2. Kemampuan akademik subjek

3. Perilaku yang muncul

Respon subjek ketika diberikan tugas

Respon subjek ketika ditegur oleh guru maupun orangtua

Perilaku subjek ketika di sekolah

Perilaku subjek ketika di rumah

Kegiatan yang dilakukan ketika melakukan waktu luang

4. Interaksi dengan orang lain

Sikap yang ditunjukkan ketika berinteraksi dengan teman

sebaya

Sikap yang ditunjukkan ketika berinteraksi dengan guru

Sikap yang ditunjukkan ketika berinteraksi dengan saudara

kandung

Sikap yang ditunjukkan ketika berinteraksi dengan orangtua

Page 176: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

351

Pedoman Wawancara

1. Ibu

Identitas subjek dan anggota keluarga lainnya

Riwayat pre natal, natal dan post natal saat kehamilan subjek

Perkembangan subjek sejak lahir hingga sekarang

2. School Functioning

Bagaimana kemampuan membaca dan berhitung subjek?

Bagaimana kemampuan subjek pada mata pelajaran yang

lainnya?

Bagaimana nilai dari kelas dan semester-semester

sebelumnya?

Bagaimana sikap dan reaksi subjek ketika mengerjakan tugas?

Bagaimana relasi subjek dengan teman-temannya ketika

mengerjakan tugas kelompok ataupun saat bermain bersama?

Bagaimana perilaku subjek saat berada di dalam maupun di

luar kelas?

Bagaimana sikap subjek dengan guru di sekolah?

Bagaimana sikap guru terhadap subjek? Merasa kesulitan atau

tidak ketika mendampingi subjek selama proses belajar

mengajar?

Bagaimana sikap subjek ketika diajarkan atau dijelaskan

mengenai pelajaran?

Page 177: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

352

Apakah subjek selalu bisa mengerjakan tugasnya hingga

selesai? Mengalami kesulitan atau tidak? Jika mengalami

kesulitan, bagaimana respon subjek?

Apakah di dalam kelas subjek suka mengganggu teman lain?

Jika iya, seperti apa?

Bagaimana reaksi subjek ketika ditegur oleh guru?

3. Spare time Functioning

Aktivitas apa yang sering dilakukan oleh subjek ketika tidak ada

kegiatan?

Bagaimana respon subjek ketika sedang menonton TV?

Bagaimana cara subjek memanfaatkan waktunya ketika sedang

tidak ada kegiatan? Seperti, bermain sendiri atau melamun

atau mudah bosan?

Apakah subjek lebih suka bermain sendiri atau bermain dengan

teman-temannya? Bagaimana interaksinya ketika sedang

bermain?

4. Peer Interactions

Bagaimana interaksi subjek dengan teman-temannya?

Mengalami kesulitan atau tidak? Jelaskan! Lebih suka bermain

dengan teman sebaya atau teman yang lebih dewasa atau

lebih muda dari subjek?

Bagaimana reaksi subjek ketika kenalan dengan orang teman

baru?

Page 178: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

353

Apakah subjek memiliki teman sekelompok atau teman dekat?

Siapa saja teman-temannya yang sering disebutkan oleh

subjek?

Apakah teman-temannya pernah mengeluhkan sikap subjek

kepada Anda? Seperti apa keluhannya?

5. Interactions with Siblings

Bagaimana interaksi subjek dengan saudara kandungnya?

Sering berantem atau sangat sayang dengan saudara

kandungnya?

Apakah subjek sering komunikasi atau bermain dengan

saudara kandungnya?

Apakah subjek sering usil dengan saudara kandungnya?

Seperti apa keusilannya?

Pernahkan saudara kandungnya mengeluhkan sikap subjek?

Jelaskan!

6. Interactions with Parents

Bagaimana tingkah laku dan sikap subjek dengan ibu atau

ayah?

Bagaimana cara subjek berkomunikasi dengan ibu atau ayah?

Bagaimana tanggapan subjek ketika diberikan tugas oleh ibu

atau ayah?

Apakah subjek cukup bertanggungjawab apabila diberikan

tugas rumah? Contohnya seperti apa?

Page 179: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

354

Bagaimana tanggapan subjek ketika diberi nasihat atau teguran

oleh ibu atau ayah?

Page 180: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

355

LAMPIRAN 5

Informed Consent dan

Surat Ijin Penelitian

Page 181: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

356

Page 182: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

357

Page 183: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

358

Page 184: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

359

Page 185: LAMPIRAN 1 - Soegijapranata Catholic Universityrepository.unika.ac.id/16469/8/13.42.0024 Ni Ketut Mila...181 matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V

360