Laksmita Zhafira Disa_E2
-
Upload
laksmita-zhafira-disa -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
description
Transcript of Laksmita Zhafira Disa_E2
Laporan Analisis Lean Accounting, Biaya Target dan Balanced Scorecard
pada Warung Lesehan Mas Pur, Warung Lesehan Fifty-Fifty dan Pasar
Tradisional
Disusun untuk memenuhi tugas
Akuntansi Manajemen
Oleh:
Laksmita Zhafira Disa
12010114140175
E2
Kelas F
S1- MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
Analisis Lean Accounting, Biaya Target dan Balanced Scorecard
Untuk menganalisis lean accounting, biaya target dan balanced
scorecard, kelompok kami mengambil sampel pada dua warung lesehan,
yaitu Warung Lesehan Mas Pur dan Fifty-fifty dan fokus analisisnya adalah
mengenai harga bahan baku dan harga jual bebek dan ayam penyet yang
dijual oleh Warung Lesehan Mas Pur dan Fifty-fifty.
Lean Accounting
Lean Accounting merupakan sistem akuntansi yang didesain khusus
bagi perusahaan yang menerapkan lean manufacturing concept. Sistem
ini memungkinkan manajer untuk meniadakan pemborosan, mengurangi
biaya dan menjadi lebih efisien.
Pemborosan yang dilakukan adalah semua hal yang tidak
memberikan tambahan nilai produk yang dihasilkan. Seperti yang
dilakukan pada dua warung lesehan ayam dan bebek penyet yang saya
amati, yaitu di Warung Lesehan Fifty-Fifty dan Mas Pur, dimana pada dua
warung lesehan ini menerapkan sistem lean manufacturing. Sebagai
warung penyetan yang berada di lingkungan kampus kedua warung ini
mempunyai target pasar yang umumnya adalah mahasiswa dimana
kelompok pelanggan ini merupakan salah satu segmen yang sangat
sensitif terhadap harga sehingga perubahan harga di kedua warung
lesehan ini akan sangat berpengaruh terhadap penjualan kedua warung
tersebut.
Cara yang dilakukan oleh kedua warung lesehan penyetan tersebut
agar tetap memberikan keuntungan kepada warungnya adalah dengan
menghilangkan pemborosan yang dilakukan oleh warung tersebut karena
pemborosan tersebut tidak mungkin dibebankan semuanya kepada
konsumen. Bila pemborosan yang dilakukan oleh kedua warung tersebut
dibebankan kepada konsumennya, maka konsumen tidak akan mau untuk
membeli produk dari kedua warung tersebut. Kedua warung tersebut
dapat membuang pemborosan melalui berbagai aktivitas yang tidak
memberi nilai tambah kepada produk dari kedua warung tersebut.
Beberapa pemborosan yang bisa diminimalkan/ dihilangkan dari
kedua warung lesehan penyetan tersebut adalah:
1. Biaya transportasi : semakin kecil biaya transportasi maka semakin
besar laba yang didapatkan oleh warung lesehan tersebut
2. Kelebihan produksi : karena tidak semua produk kita akan terjual
justru akan menimbulkan kerugian pada warung lesehan tersebut.
Warung dapat membuat perencanaan produksi terlebih dahulu agar
tidak menimbulkan kelebihan produksi
3. Penambahan produk : dengan memberikan beragam variansi
penyetan namun dengan output yang sedikit dapat menekan biaya
4. Persediaan : jika warung terlalu banyak menyimpan persediaan,
maka warung tidak akan memberikan bahan-bahan penyetan yang
segar, sehingga bisa mengurangi kualitas penyetan warung tersebut
5. Barang cacat: jika pada warung lesehan terjadi hal-hal seperti ayam
/ bebek yang dimasak terlalu gosong, lalapan yang sudah tidak
layak makan, nasi yang tidak matang akan menyebabkan warung
tersebut untuk mengganti produk kepada konsumen. Apabila hal
tersebut tidak diganti dengan produk baru, konsumen tidak akan
mau lagi untuk kembali ke warung lesehan tersebut.
Target Costing
Dikarenakan Warung Lesehan Mas Pur dan Fifty-fifty sama-sama
terletak di kawasan sekitar kampus artinya keduanya memiliki target
pasar yang sama, maka diperlukan perhitungan biaya target pada Warung
Lesehan Mas Pur dan Fifty-fifty agar dapat bersaing dengan baik.
Target costing adalah perbedaan antara harga penjualan yang
dibutuhkan untuk menangkap pangsa pasar yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan laba per unit yang diinginkan. Perhitungan target
costing hal ini sangat berguna agar kedua warung lesehan tersebut, yang
berfokus kepada low-cost, mampu untuk menghasilkan penyetan yang
enak namun murah sesuai dengan kondisi keuangan sehingga kedua
warung lesehan tersebut harus menetapkan harga sesuai dengan yang
ada di pasaran sehingga mereka mampu untuk bersaing dengan warung
lesehan yang lainnya.
Biaya target dapat dihitung dengan rumus :
Diketahui bahwa :
Pasar
Tradisional
Warung
Lesehan Mas
Pur
Warung
Lesehan Fifty-
fifty
Harga Ayam Rp 30.000 / kg - -
Harga Bebek Rp 50.000 / ekor - -
Harga Paket
Ayam
- Rp 12.000 Rp 12.000
Harga Paket
Bebek
- Rp 19.500 Rp 17.500
Perkiraan I Warung Lesehan Mas Pur:
1. Harga Paket Ayam
Harga paket ayam penyetan di pasaran adalah ± Rp 12.000. Laba yang
diinginkan oleh Warung Lesehan Mas Pur adalah Rp 2000/unit. Maka
biaya targetnya adalah
Biaya Target = Rp 12.000 - Rp 2000
= Rp 10000
Biaya Target = Harga Jual – Laba yang Diharapkan
Dengan dasar bahwa harga ayam di pasar tradisional adalah Rp
30.000/kg, apabila diasumsikan bahwa 1 kg ayam dibagi menjadi 8
bagian maka harga per bagiannya adalah :
Rp 30000/8bagian = Rp3750
Pelengkap produk ayam penyetan seperti sambal, lalapan, nasi dan
biaya lain yang bersifat variabel, biaya tenaga kerja dan biaya yang
bersifat tetap haruslah senilai Rp. 6250. Agar Warung Lesehan Mas Pur
mampu untuk menyesuaikan harga dipasaran, warung lesehan mas pur
harus menghilangkan pemborosan yang mungkin dilakukan agar dapat
menekan biaya produksi dan dapat memperoleh laba sebesar Rp
2000/unit produk.
2. Harga Paket Bebek
Sama hal nya yang dapat dilakukan pada harga paket bebek
penyetan: Jika harga jual di pasaran untuk bebek penyet mas pur adalah
Rp 19500. Laba yang diinginkan oleh Warung Lesehan Mas Pur adalah Rp
5000/unit. Maka biaya target nya adalah
Biaya Target = Rp 19.500 - Rp 5000
=Rp 14.500
Dengan dasar bahwa harga bebek dipasar tradisional adalah Rp
50000/ekor, apabila diasumsikan bahwa 1ekor bebek dibagi menjadi 8
bagian maka
Rp 50000/8bagian = Rp 6.250
Pelengkap produk bebek penyetan seperti sambal,lalapan dan nasi dan
biaya lain yang bersifat variabel, biaya tenaga kerja dan biaya yang
bersifat tetap haruslah senilai Rp 8.250 Agar Warung Lesehan Mas Pur
mampu untuk menyesuaikan harga dipasaran, warung lesehan mas pur
harus menghilangkan pemborosan yang mungkin dilakukan agar dapat
menekan biaya produksi dan dapat memperoleh laba sebesar Rp
5000/unit produk.
Perkiraan II Warung Lesehan Fifty-Fifty:
1. Harga Paket Ayam
Harga paket ayam penyetan di pasaran adalah ± Rp 12.000. Laba yang
diinginkan oleh Warung Lesehan Fifty-fifty adalah Rp 2000/unit. Maka
biaya target nya adalah
Biaya Target = Rp 12.000 - Rp 2000
= Rp 10.000
Dengan dasar bahwa harga ayam dipasar tradisional adalah Rp
30000/kg, apabila diasumsikan bahwa 1kg ayam dibagi menjadi 8
bagian maka
Rp 30000/8bagian = Rp3750
Pelengkap produk ayam penyetan seperti sambal,lalapan dan nasi dan
biaya lain yang bersifat variabel, biaya tenaga kerja dan biaya yang
bersifat tetap haruslah senilai Rp6250. Agar Warung Lesehan Fifty-Fifty
mampu untuk menyesuaikan harga dipasaran, warung lesehan fifty-fifty
harus menghilangkan pemborosan yang mungkin dilakukan agar dapat
menekan biaya produksi dan dapat memperoleh laba sebesar Rp
2000/unit produk.
2. Harga Paket Bebek
Sama hal nya yang dapat dilakukan pada harga paket bebek penyetan:
jika harga paket bebek di pasaran yang diminta adalah Rp 17.500 dan
Laba yang diinginkan oleh Warung Lesehan Fifty-Fifty adalah Rp
5000/unit. Maka biaya target nya adalah
Biaya Target = Rp 17.500- Rp 5000
=Rp 12.500
Dengan dasar bahwa harga bebek dipasar tradisional adalah Rp
50000/ekor, apabila diasumsikan bahwa 1ekor bebek dibagi menjadi 8
bagian maka
Rp 50000/8bagian = Rp 6250
Pelengkap produk bebek penyetan seperti sambal,lalapan dan nasi dan
biaya lain yang bersifat variabel, biaya tenaga kerja dan biaya yang
bersifat tetap haruslah senilai Rp 6250 Agar Warung Lesehan Fifty-Fifty
mampu untuk menyesuaikan harga dipasaran, warung lesehan fifty-fifty
harus menghilangkan pemborosan yang mungkin dilakukan agar dapat
menekan biaya produksi dan dapat memperoleh laba sebesar Rp
5000/unit produk.
ANALISIS BIAYA TARGET PADA WARUNG LESEHAN MAS PUR AGAR
MENJADI SAMA DENGAN WARUNG LESEHAN FIFTY-FIFTY
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat perbedaan harga pada Warung
Lesehan Mas Pur dengan Warung Lesehan Fifty-Fifty, yang dapat diringkas sebagai berikut :
Warung Lesehan Mas
Pur
Warung Lesehan Fifty-
fifty
Harga Paket
Ayam
Rp 12.000 Rp 12.000
Harga Paket
Bebek
Rp 19.500 Rp 17.500
Dari data diatas, dapat kita ketahui bahwa harga paket ayam pada
kedua warung lesehan tersebut sama. Namun terdapat perbedaan harga
pada paket bebek, dimana warung lesehan Mas Pur menjual dengan
harga Rp 19.500 sedangkan pada warung lesehan Fifty-fifty menjual
dengan harga Rp 17.500; yang singkatnya dijelaskan pada analisis harga
bebek berikut berikut :
Paket Bebek Penyet
Warung Lesehan Mas Pur
Paket Bebek Penyet
Warung Lesehan Fifty-fifty
Harga jual: Rp 19500
Laba yang diharapkan: Rp
5000
Harga bebek di pasar: Rp
50.000
Harga per bagiannya: Rp
50.000/8 = Rp 6250
Biaya Target = Rp 19.500-
Rp 5000
= Rp 14.500
Biaya lain yang bersifat
variabel, biaya lain bersifat
tetap, biaya tenaga kerja =
Biaya Target – Harga Bebek per
bagian
Rp 14.500 – Rp 6.250 = Rp
8.250
Harga jual: Rp 17.500
Laba yang diharapkan: Rp
5000
Harga bebek di pasar: Rp
50.000
Harga per bagiannya: Rp
50.000/8 = Rp 6.250
Biaya Target = Rp 17.500-
Rp 5000
= Rp 12.500
Biaya lain yang bersifat
variabel, biaya lain bersifat
tetap, biaya tenaga kerja =
Biaya Target – Harga Bebek per
bagian
Rp 12.500 – Rp 6.250 = Rp
6.250
Dari tabel tersebut, dapat kita ketahui bahwa selisih biaya lain yang
ada pada Warung Mas Pur dan Fifty-fifty adalah sebesar Rp 2.000 (Rp
8.250 – Rp 6.250). Sehingga dapat diindikasikan bahwa Warung Lesehan
Mas Pur mempunyai beberapa pemborosan yang tidak memberikan nilai
tambah bagi bebek penyetnya. Untuk menekan harga jual bebek pada
Warung Lesehan Mas Pur agar sama dengan harga jual Fifty-fifty, maka
Warung Lesehan Mas Pur harus menghilangkan pemborosan atau
aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah tersebut.
Dalam rangka untuk menghilangkan pemborosan tersebut, maka
cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi terlebih
dahulu aktivitas apa saja yang memberi nilai tambah dan tidak memberi
nilai tambah, kemudian menghilangkan aktivitas yang tidak memberi nilai
tambah pada produk tersebut.
Analisis yang didapatkan mengenai apa yang menyebabkan
perbedaan harga pada kedua warung tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ukuran potongan bebek pada Warung Lesehan Mas Pur lebih
besar dibandingkan dengan ukuran potongan bebek yang ada
pada Fifty-fifty.
2. Bahan baku bebek Warung Lesehan Mas Pur dibeli dari pasar
tradisional oleh karyawan yang bertugas, sedangkan bahan
baku bebek pada Fifty-fifty diperoleh dari pemasok yang
datang langsung ke tempat produksi Fifty-fifty.
3. Nasi yang ada pada Fifty-fifty sudah dicetak dengan mangkuk
kecil. Sedangkan pada Warung Lesehan Mas Pur nasinya
ditaruh pada bakul, jadi nasinya lebih banyak.
4. Lalapan pada Warung Lesehan Mas Pur lebih lengkap
dibandingkan lalapan yang ada pada Fifty-fifty. Pada Warung
Lesehan Mas Pur terdapat kol, timun dan daun kemangi.
Sementara pada Fifty-fifty tidak terdapat kol. Dan juga, pada
Warung Lesehan Mas Pur potongan timunnya per porsi
diberikan 1 buah timun yang dibagi 4 potongan, sementara di
Fifty-fifty hanya diberikan 2 irisan timun per porsinya.
5. Pada Warung Lesehan Mas Pur jumlah karyawannya lebih
banyak dibandingkan pada Fifty-fifty.
Oleh karena itu, agar harga pada Warung Lesehan Mas Pur sama
dengan harga di Fifty-fifty maka yang dapat dilakukan oleh Warung
Lesehan Mas Pur adalah sebagai berikut :
1. Dari segi jumlah karyawan.
Setelah diamati lebih lanjut, ternyata banyak karyawan pada
Warung Lesehan Mas Pur yang tugasnya sangat sedikit dan jarang
dilakukan. Ada pula, satu tugas yang dikerjakan oleh banyak orang,
padahal sebenarnya bisa dilakukan oleh beberapa orang saja. Jadi dapat
terlihat, pada Warung Lesehan Mas Pur terjadi ketidakefektifan, bahwa
dengan jumlah karyawan yang terlalu banyak maka pengeluaran Warung
Lesehan Mas Pur untuk karyawan juga semakin banyak, terutama untuk
membayar gaji karyawan. Sehingga dapat dikatakan, bahwa adanya
jumlah karyawan yang lebih banyak pada Warung Lesehan Mas Pur tidak
mempunyai nilai tambah (pembuangan).
Dalam rangka untuk mengurangi harga jual pada Warung Lesehan
Mas Pur, maka pengusaha dapat mengurangi jumlah karyawan sesuai
dengan kebutuhan tiap tugas-tugas yang ada di Warung Lesehan Mas Pur.
Dapat juga dilakukan pembagian shift kerja, sehingga jumlah karyawan
yang ada efektif sesuai tugasnya.
2. Nasi.
Pada Warung Lesehan Mas Pur, nasinya ditempatkan di sebuah
bakul. Dalam rangka untuk mengurangi harga jual yang ada di Mas Pur
agar sama dengan harga jual yang ada di Fifty-fifty, sistem peletakan
nasinya dapat diubah dengan mencetak nasi di mangkuk kecil. Sehingga
harga nasi per porsinya dapat terstandart sesuai jumlah nasi.
3. Ukuran Potongan Bebek.
Untuk menyamakan harga jual dengan Fifty-fifty, maka Warung
Lesehan Mas Pur dapat merubah ukuran potongan bebek menjadi lebih
kecil, seperti yang ada pada Fifty-fifty.
4. Lalapan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lalapan yang ada pada
Warung Lesehan Mas Pur lebih lengkap dan jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan lalapan yang ada di Fifty-fifty. Sehingga untuk
menyamakan harga jual seperti pada Fifty-fifty, maka Warung Lesehan
Mas Pur dapat mengurangi jumlah lalapannya untuk mengurangi
pengeluaran pembelian bahan baku.
5. Bahan Baku Bebek
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahan baku bebek
pada Warung Lesehan Mas Pur dibeli oleh karyawan yang bertugas dari
pasar. Sedangkan Fifty-fifty mendapatkan bahan baku bebeknya dari
pemasok yang mengantarkan langsung ke tempat produksi Fifty-fifty.
Untuk itu, dalam rangka mengurangi harga jual bebek pada Warung
Lesehan Mas Pur. Sebaiknya, Warung Lesehan Mas Pur mempunyai
pemasok langganan, agar dapat mengurangi biaya transportasi (ongkos
kirim) dan dapat mengurangi jumlah karyawan dengan meniadakan
karyawan yang bertugas untuk membeli bahan baku bebek di pasar.
Lampiran harga bahan baku untuk membuat Ayam dan Bebek Penyet
Bahan Harga Bahan Harga
Cabe 1,5 ons Rp 6000 Kubis Rp 5000/kg
Bawang Putih Rp 6000 (250
gr)
Timun Rp 7000
Bawang Merah Rp 7000 (250
gr)
Ayam Rp 30.000 / kg
Tomat Rp 8000 (250
gr)
Bebek Rp 50.000 / ekor
Terasi Rp 2000 / pack
Garam Rp 2000 / pack
Gula Rp 4000 (250
gr)
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah system manajemen strategi yang
mendefinisikan system akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan
strategi. Ada 4 perspektif dalam mengukur kinerja dalam balanced
scorecard (BCS), yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (infrastruktur). Penerapan BCS dalam warung lesehan
penyetan “Fifty-fifty dan Mas Pur”
1. Perspektif Keuangan
Artinya bahwa kedua warung lesehan ini harus menjelaskan
konsekuensi ekonomi tindakan yang diambil oleh prespektif yang
lain. Contohnya adalah Warung Lesehan Mas Pur mengurangi
dan/atau menghilangkan aktivitas non value added yang akan
mengurangi biaya operasional serta biaya produksi, sehingga
Warung Lesehan Mas Pur dapat menetapkan harga jual bebek
penyet dengan harga Rp 17.500 agar sama dengan yang dijual oleh
Fifty-fifty. Selain itu, akan mengakibatkan pula pada perubahan
Return of Interest (ROI). ROI merupakan ukuran atau indeks yang
menunjukkan sebarapa besar keuntungan yang akan di dapat atas
investasi yang telah ditanam pada perusahaan. Dengan kata lain
seberapa besar investasi yang telah ditanam dapat dikembalikan
menjadi keuntungan atau laba. Dari analisis yang telah dijelaskan
tadi, dapat dilihat bahwa harga jual Warung Lesehan Mas Pur lebih
mahal dibandingkan dengan Fifty - Fifty. Dikarenakan harga jual
pada Fifty-fifty lebih murah (low cost), maka diperkirakan banyak
pelanggan yang memutuskan untuk membeli bebek penyet di Fifty-
fifty. Maka berdasarkan prespektif keuangan, Fifty - Fifty lebih
unggul dibandingkan dengan Warung Lesehan Mas Pur karena
keuntungan atau ROI yang diraih lebih besar.
2. Perspektif Pelanggan
Dikarenakan kedua warung lesehan ini berada di lingkungan
kampus dengan segmen yang mayoritas adalah mahasiswa, kedua
warung lesehan ini harus menyesuaikan harga produk mereka
dengan segmen mahasiswa karena mahasiswa merupakan salah
satu segmen yang berpengaruh terhadap perubahan harga maka
kedua warung lesehan ini harus mempertimbangkan harga
produknya agar mahasiswa tetap mau untuk membeli produk dari
kedua warung lesehan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya
Warung Lesehan Mas Pur juga mampu untuk menjual paket bebek
penyet dengan harga Rp 17.500 sama seperti warung lesehan Fifty-
fifty sehingga Warung Lesehan Mas Pur mampu untuk bersaing
secara harga di pasaran.
Sasaran strategi dalam perspektif pelanggan meliputi
meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan dengan tujuan
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan juga
mempertahankan pelanggan. Disini Fifty - Fifty memberikan
kepuasan kepada pelanggan dengan menyajikan makanan yang
berkualitas serta harga yang rendah, kemudian membuka banyak
cabang warung lesehan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah
pelanggan dan pangsa pasar agar dapat lebih dekat dengan para
pelanggannya sehingga pelanggan tidak ragu untuk membeli
produk dari masing - masing warung lesehan.
3. Perspektif proses bisnis internal
Proses internal yang diperlukan oleh kedua warung lesehan
itu untuk memberikan nilai kepada pelanggan dan pemilik. Bisa
melalui inovasi yang dilakukan pada produk warung lesehan
tersebut, proses operasi yang dilakukan oleh warung lesehan
tersebut apakah sudah efisien, apabila bebek maupun ayam penyet
tidak digoreng secara matang sempurna ataupun terlalu gosong
maka Warung Lesehan Mas Pur harus menerima kritik dari
konsumen dan juga mengganti ulang produk tersebut. Aktivitas ini
harus dihindari karena akan mengakibatkan meningkatnya
pengeluaran dan tidak memberikan nilai tambah pada Warung
Lesehan Mas Pur, ketepatan waktu produk yang diberikan kepada
konsumen (pelayanan) dan pelayanan pascapenjualan seperti
komplain konsumen, kebersihan tempat dan alat makan di warung
lesehan tersebut, produk penyetan yang dijual apakah sudah
sesuai dengan harapan konsumen karena hal ini akan
mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen sehingga berpengaruh
terhadap penjualan warung lesehan di masa yang akan datang.
Selain itu, Warung Lesehan Mas Pur dapat juga melakukan inovasi
pada produknya misalnya dengan memberi tingkat kepedasan pada
sambalnya, pembelian bahan baku melalui pemasok langsung tentu
lebih efisien dibandingkan dengan membeli sendiri bahan baku di
pasar karena mengakibatkan biaya yang lebih tinggi untuk biaya
transportasi.
Perspektif proses bisnis internal memiliki dua sasaran
strategis yaitu mengembangkan produk baru yang dapat diandalkan
dan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi serta
melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur)
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur)
membahas mengenai kemampuan yang diperlukan kedua warung
tersebut untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan
perbaikan. Misalnya dengan memberikan kenyamanan dan
kesejahteraan karyawan ketika bekerja di warung lesehan tersebut,
memberikan kewenangan dan motivasi kepada karyawan juga
diperlukan dan seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa Warung
Lesehan Mas Pur memiliki karyawan yang terlalu banyak padahal
padahal satu karyawan mampu untuk mengerjakan beberapa
pekerjaan. Oleh karena itu sebaiknya, Warung Lesehan Mas Pur
memberikan beberapa pekerjaan kepada satu karayawan agar
Warung Lesehan Mas Pur mampu menghemat biaya untuk tenaga
kerja sehingga menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah,
selain itu pelatihan pemotongan ayam dan bebek kepada karyawan
akan sangat menekan biaya produksi sehingga warung lesehan mas
pur tidak perlu mengerluarkan biaya lebih untuk pemotongan ayam
dan bebek di rumah pemotongan hewan.
Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
(infrastruktur) mengacu pada profesionalisme pegawai yang dalam
hal ini bisa diukur dengan jumlah training yang dilakukan oleh
perusahaan kepada karyawan sehingga dapat meminimalisir
kegagalan serta aktivitas yang tak bernilai tambah yang dapat
berpengaruh terhadap harga serta dilihat dari berapa banyak orang
yang keluar masuk secara cepat dalam periode tersebut.
Pada Fifty-fifty tidak mempekerjakan banyak pegawai dan
menerapkan sistem turnover agar semua pegawainya mengetahui
job description dari masing - masing pekerjaan yang ia lakukan agar
karyawan tersebut juga lebih dapat terampil. Sebaliknya, Warung
Lesehan Mas Pur belum dapat menerapkan sistem karyawan yang
baik, memperkerjakan banyak pegawai namun kurang terampil dan
kurang terkoordinasi dengan baik tugas-tugasnya, sehingga
mengakibatkan tingginya biaya variabel yang harus ditanggung
yang berpengaruh pada harga jual produk yang tinggi. Sehingga
sebaiknya Warung Lesehan Mas Pur juga menerapkan sistem yang
sama dengan Fifty-fifty, agar tidak terjadi kelebihan karyawan yang
menyebabkan tidak efisien, meningkatkan pengeluaran dengan
sesuatu hal yang tidak bernilai tambah.
Dari analisis perbandingan antara warung Fifty-fifty dan
Warung Lesehan Mas Pur maka dapat disimpulkan bahwa Warung
Lesehan Mas Pur mempunyai kekurangan dalam berbagai aspek.
Antara lain dalam hal harga yaitu Warung Lesehan Mas Pur menjual
produk bebeknya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan harga jual bebek di Fifty-fifty, kemudian segi karyawan yang
mana Warung Lesehan Mas Pur mempunyai banyak karyawan yang
kurang efisien.
Sumber :
Mowen, Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
http://dokumen.tips/documents/lean-accounting-perhitungan-biaya-target-dan-balanced-score-card.html