Laju metaBOLISlisme ikan
-
Upload
ahmadali252577 -
Category
Documents
-
view
115 -
download
4
Transcript of Laju metaBOLISlisme ikan
![Page 1: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/1.jpg)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi oksigen ikan pada dasarnya berbanding terbalik dengan berat
tubuh ikan dan volume ikan. Parameter konsumsi oksigen ini digunakan untuk
menghitung laju metabolisme ikan, dimana ikan yang metabolismenya tinggi
maka konsumsi oksigen ikan juga akan meningkat, sebab sebagian besar sumber
energi ikan berasal dari metabolik aerobik yang membutuhkan konsumsi oksigen.
Laju metabolisme juga berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen terlarut
dan berkorelasi dengan konsumsi oksigen dan sintesa haemoglobin darah.
Konsentrasi oksigen rendah dan temperatur meningkat, maka laju metabolisme
meningkat, sedangkan bila konsentrasi oksigen tinggi pada temperatur rendah,
maka laju metabolisme juga rendah (Yuwono, 2001). Jolyet dan Regnart dalam
Zonneveld et al, (1991) mengemukakan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan
peningkatan berat tubuh. Mujiman (1984) menambahkan bahwa ikan yang
ukurannya lebih kecil akan memiliki aktivitas lebih tinggi, lebih banyak bergerak
maka banyak pula energi yang diambil dari konsumsi oksigen.
Menurut Prosser (1991), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi oksigen pada ikan diantaranya adalah suhu, ukuran badan dan aktivitas
tubuhnya. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah ada atau tidaknya oksigen
terlarut dalam perairan. Kurangnya oksigen dalam perairan sampai titik dibawah
kritis akan menyebabkan kematian pada ikan.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur konsumsi oksigen hewan air, dan dapat
mengevaluasi keterkaitan bobot tubuh atau perubahan faktor lingkungan dengan
metabolisme hewan air.
![Page 2: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/2.jpg)
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan, reagennya yaitu
MnSO4, H2SO4, KOH-KI, Amilum, Na2S2O3. Alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah timbangan teknikal, gelas ukur besar, alat pengukur
konsumsi oksigen, aerator, botol sampel, tabung erlenmeyer, buret beserta
statifnya.
B. Metode
1. Alat respirometer yang akan digunakan dalam percobaan difungsikan.
2. Dilakuakan pengukuran bobot tubuh hewan air yang akan dipakai untuk
percobaan.
3. Dilakukan pengukuran hewan uji dengan menggunakan gelas ukur besar.
4. Dimasukkan hewan uji pada tabung II dan usahakan tidak ada udara
terperangkap didalamnya dan biarkan hewan uji didalamnya beberapa menit
agar teraklimasi.
5. Dilakukan pengambilan sampel air I (awal) menggunakan botol winkler
(volume 125 ml) dari tabung III melalui selang air keluar pada tabung II.
6. Dimatikan sistem sirkulasi dan tutup selang air masuk dan keluar pada tabung
II biarkan 0,5 jam.
7. Dilakukan pengukuran kandungan oksigen terlarut pada sampel air I.
menggunakan metode mikro Winkler.
8. Dilakukan pengambilan sampel air II (akhir) menggunakan botol winkler.
(volume 125 ml) dari tabung II melalui selang air keluar pada tabung II.
9. Diulangi langkah ke tujuh dengan cara yang sama.
10. Hitung konsumsi oksigen hewan uji tersebut.
![Page 3: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/3.jpg)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Rombongan Bobot Ikan (g)
Volume Ikan (L)
DO1(ppm) DO2(ppm) KO mg/g/jam
4 6,8 0,02 4,4 8,6 - 2,1735 7,2 0,01 6 5,8 0,19
Laju Metabolisme ( KO2 )
KO2=(DOI−DOIl )BI
×(V Tab−V ikan)WP
BI (Berat Ikan) = 7,2 g
Vol. tabung = 3,5421 L
Vol. ikan = 0,02 L
Waktu pengamatan = 0,5 jam
Perhitungan:
DOI =
1000100
×p×q×8
=
1000100
×0 , 025×3×8
= 6 ppm
DOII =
1000100
×p×q×8
=
1000100
×0 , 025×2,9×8
= 5,8 ppm
Wp = 0,25
![Page 4: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/4.jpg)
KO2 =
(6−5,8 )7,2
×(3 ,5421 -0,01 )
0,5
= 0 ,027×7 ,0642=0 , 19 mg/g/jam
Keterangan:
KO2 : Konsumsi oksigen (mg/g/jam)
DOI : Oksigen terlarut awal (ppm)
DOII : Oksigen terlarut akhir (ppm)
p : Jumlah ml Na2S2O3 yang terpakai (0,025)
q : Normalitas larutan Na2S2O3 0,025 N yang digunakan (ml)
BI : Bobot ikan (g)
Wp : Waktu pengamatan (jam)
B. Pembahasan
Metabolisme adalah himpunan reaksi kimia yang terjadi dalam hidup
organisme untuk mempertahankan hidup. Proses ini memungkinkan organisme
untuk tumbuh dan berkembang biak, menjaga struktur mereka, dan merespon
lingkungan mereka. Metabolisme biasanya dibagi menjadi dua kategori.
Katabolisme memecah bahan organik, misalnya untuk memanfaatkan energi
dalam respirasi selular (Campbell, et al, 2004) .
Laju metabolisme adalah energi yang dikonsumsi persatuan waktu bagi
seekor hewan yang berespirasi secara aerobik, cara mudah untuk mangukur laju
metabolisme adalah dengan mementukan oksigen yang dikonsumsi oleh hewan
itu dalam satuan waktu. Laju konsumsi oksigen dapat dimonitor dengan cara
memasukkan hewan percobaan dalam rungan yang disebut respirometer
(Campbell, et al, 2004).
Menurut Lagler (1977), konsumsi oksigen merupakan ukuran dari laju
metabolisme. Konsumsi oksigen akan meningkat sejalan dengan kecilnya berat
ikan, panjang dan volume ikan itu sendiri. Ikan yang memiliki ukuran tubuh kecil
memiliki kecepatan metabolisme tinggi daripada ikan yang berukuran besar.
Aktifnya metabolisme ikan tersebut, maka akan semakin tinggi frekuensi
pengambilan oksigen dari lingkungannya, karena untuk beraktifitas diperlukan
![Page 5: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/5.jpg)
energi sedangkan energi itu sendiri berasal dari reaksi oksidasi biologi, dimana
proses oksidasi biologi hanya akan berjalan Jika tersedia banyak oksigen di
lingkungannya.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain seperti kob
dan kod (Fujaya, 2002)
Respirometer bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada
oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida yang
dikeluarkan olehnya. Organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup
dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu
diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam
ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala (Anonim, 2011)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan
menurut Zonneveld (1991), antara lain:
1. Aktivitas : ikan dengan aktivitas tinggi, misalnya ikan yang aktif berenang
akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.
2. Ukuran : ikan yang mempunyai ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya
lebih tinggi dari pada ikan yang berukuran lebih besar, sehingga oksigen yang
dikonsumsi lebih banyak.
3. Umur : ikan yang umurnya masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih
banyak dari pada ikan yang lebih tua.
4. Temperatur : ikan yang berada pada suhu tinggi, laju metabolismenya juga
tinggi sehingga konsumsi oksigennya banyak.
![Page 6: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/6.jpg)
Selain faktor eksternal tersebut, sejumlah besar faktor lingkungan yang lain
seperti kecepatan aliran, parameter kualitas air dan sebagainya akan
mempengaruhi konsumsi oksigen.
Fungsi larutan yang dipakai :
1. Larutan KOH – KI dan MnSO4: untuk mengikat oksigen dan MnSO4 berfungsi
untuk mengikat senyawa-senyawa selain oksigen atau memisahkan oksigen
dari senyawa-senyawa organik.
2. H2SO4 : menghilangkan pengaruh KOH-KI dan MnSO4 atau penetralisir
3. Amilum : sebagai indikator yang merubah larutan yang berwarna coklat bening
menjadi ungu (violet).
4. Na2S2O3 : digunakan untuk titrasi sebagai nilai p untuk mencari kadar O2
terlarut
(Elliot, 1997).
Pengukuran konsumsi oksigen pada percobaan kali ini, menggunakan
metode Winkler. Metode Winkler adalah metode yang digunakan untuk mengukur
oksigen terlarut, diperkenalkan pada tahun 1988 oleh L. W. Winkler, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Air sampel dimasukkan dengan hati-hati (agar tidak menimbulkan
gelembung udara) ke dalam botol Winkler sebanyak 250 ml.
2. Larutan MnSO4 sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam air dalam botol
Winkler kemudian ditambahkan KOH-KI sebanyak 1 ml. Larutan dikocok
dan dibiarkan sehingga tebentuk lapisan heterogen, bagian atas bening dan
bagian bawah berupa endapan berwarna coklat (apabila tidak mengandung
O2 endapan berwarna putih).
MnSO4 +2KOH Mn(OH)2 + K2SO4 (endapan berwana putih)
2Mn(OH)2 + O2 2MnO(OH)2 (endapan berwarna coklat)
3. Air dalam botol Winkler direaksikan lagi dengan H2SO4 sebanyak 1 ml
kemudian dikocok. Setelah penambahan H2SO4, endapan akan terlarut dan
membentuk MnSO4.
2MnO(OH)2 + 4 H2SO4 2Mn(SO4)2 + 6H2O
setelah penambahan terdapat reaksi antara Mn(SO4)2 dan potassium iodida,
iodine dibebaskan dan menghasilkan iodine yang berwarna coklat dalam air.
![Page 7: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/7.jpg)
2Mn(SO4)2 + 4KI 2MnSO4 + 2K2SO4 + 2I2
4. Air dalam botol diambil sebanyak 100 ml kemudian ditampung dalam
tabung erlenmeyer untuk dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N. Sebelum
dititrasi, larutan amilum sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke dalam botol
erlemeyer (larutan berwarna hitam). Reaksi di atas akan menghasilkan
jumlah mol iodine yang dibebaskan sama dengan jumlah mol O2 yang ada
dalam sample. Setelah dititrasi larutan berubah menjadi bening.
4 Na2S2O3 + 2I2 2Na2S4O6 + 4NaI (Elliot, 1997).
Menurut Elliot (1997), fungsi larutan yang dipakai untuk proses titrasi
diantaranya:
1. MnSO4 dan KOH-KI: untuk membentuk endapan coklat, mengindikasikan
bahwa masih terdapat O2 dalam sampel. Apabila endapan yang dihasilkan
berwarna putih maka tidak ada lagi O2 yang terlarut pada sampel.
2. H2SO4: mengubah larutan yang awalnya berwarna coklat keruh menjadi coklat
bening. Larutan ini tidak terbentuk dari reaksi antara asam sulfat dengan
mangan oksida membentuk mangan sulfat.
3. Amilum: sebagai indikator yang merubah larutan berwarna coklat bening
menjadi ungu.
4. Na2SO3: untuk titrasi sebagai nilai p untuk mencari kadar O2 terlarut.
Suhu yang termasuk dalam faktor lingkungan paling berpengaruh terhadap laju
metabolisme, sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut merupakan faktor bawah
dari laju metabolisme.
Menurut Carpenter (2005), metode Winkler digunakan untuk menganalisa
kandungan oksigen yang terlarut dalam air. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan analisis menggunakan metode Winkler yaitu :
1. Oksidasi udara iodida
2. Volatilisasi iodin
3. Kontribusi oksigen dalam reagen pelarut
4. Kontaminasi iodat oleh larutan iodida
5. Konsumsi atau produksi iodin oleh reagen kontaminan
6. Perbedaan antara titrasi akhir dan titrasi ekuivalen
![Page 8: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/8.jpg)
Berdasarkan hasil percobaan, maka data pengukuran konsumsi oksigen
terhadap ikan Lele, diketahui bahwa bobot ikan 6,8 gr dengan volume 0,02 L.
Setelah dilakukan perhitungan, didapat jumlah oksigen terlarut awal (Doawal)
sebesar 4,4 ppm dan jumlah oksigen terlarut akhir (Doakhir) sebesar 8,6 ppm.
Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasil konsumsi oksigen ikan Nila
sebesar -2,173 mg/gr/jam. Konsumsi oksigen yang diperoleh dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa oksigen terlarut akhir lebih tinggi daripada
oksigen terlarut awal. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Barnes (1965), yang
menyatakan bahwa ikan mendapatkan oksigen dari oksigen terlarut dalam air.
Ikan yang memiliki bobot besar berarti volumenya besar dan memiliki sel
dengan jumlah yang lebih banyak daripada ikan yang memiliki bobot kecil.
Energi yang diperlukan bagi jutaan aktivitas sel tersebut didapat dari reaksi
oksidasi biologi dan agar proses oksidasi ini dapat berlangsung terus-menerus
maka harus selalu tersedia oksigen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kebutuhan oksigen ikan besar lebih banyak daripada ikan kecil karena energi
yang diperlukan lebih banyak bagi aktivitas sel (Sutrisno, 1989).
![Page 9: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/9.jpg)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ikan seberat 7,2 gram menunjukkan konsumsi oksigen sebesar 0 ,19 mg/g/jam
dan Ikan seberat 6,8 gram menunjukkan konsumsi oksigen sebesar -2,173
mg/g/jam.
2. Konsumsi oksigen ikan akan semakin berkurang dengan bertambahnya bobot
dan volume ikan.
B. Saran
Praktikan mengharapkan kepada asisten agar praktikum yang akan datang
bisa lebih baik dalam menjelaskan cara-cara praktikum.
![Page 10: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR REFERENSI
Barnes, R. D. 1965. Invertebrata Zoology. W. B. Sounders Company, London.
Campbell,et al. 2004. Biologi jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Carpenter, James H. 2005. The Accuracy of The Winkler Methode for Dissolved Oxigen Analysis. Department of Oceanography, The Johns Hopkins University, Baltimore, Maryland.
Elliot, W. H and Elliot, D. C. 1997. Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press, New York.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makassar.
Lagler, K. F. 1977. Icthyology. John Wiley and Sons Inc, Canada.
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Prosser, C. C. 1991. Environment and Metabolic Animal Physiology. Jhon Willey and Sons, inc. Publication, New York.
Sutrisno. 1989. Fisiologi Hewan. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Zonneveld, N. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
![Page 11: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/11.jpg)
PENGUKURAN LAJU METABOLISME IKAN
Oleh :
Nama : Muhamad Ma’arifNIM : B1J010148Rombongan : VKelompok : 1Asisten : Arya Nugraha
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
![Page 12: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/12.jpg)
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
RETENSI ENERGI PADA IKAN
Oleh :
Nama : Muhamad Ma’arifNIM : B1J010148Rombongan : VKelompok : 1Asisten : Arya Nugraha
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
![Page 13: Laju metaBOLISlisme ikan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022102923/553faf484a7959251a8b48bf/html5/thumbnails/13.jpg)
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011