Lactose Intolerance
description
Transcript of Lactose Intolerance
INTOLERANSI LAKTOSA
Pembimbing dr. Supriyanto, Sp. A
Disusun oleh :Shella S Jamilah G1A212033
LATAR BELAKANG
• Di Indonesia, Sunoto dkk (1971) melaporkan prevalens malabsorpsi laktosa pada anak 1-6 tahun sebesar 72% dengan uji toleransi laktosa.
• Hegar dkk 1997dengan metode uji hydrogen napas kejadian malabsorpsi laktosa pada anak 3 tahun sebesar 9,1%, cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, yaitu 21,7% pada usia 4 tahun, dan 28,6% pada kelompok usia 5 tahun
Definisi
Intoleransi laktosa ketidakmampuan untuk mencerna laktosa, gula yang ditemukan dalam susu dan produk susu menjadi konstituennya, glukosa dan galaktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim lactase yang dihasilkan
oleh sel-sel yang melapisi usus kecil
Intoleransi laktosa disebabkan oleh defisiensi laktosa.
Defisiensi laktosa primer genetik, prematur
sekunder cedera pada usus halus
Beberapa penyakit dapat menyebabkan gangguan malabsorbsi, seperti malnutrisi kronis, infeksi usus, dan sindroma usus pendek.
Infeksi rotavirus kerusakan enterosit, enterosit imatur >> gangguan digesti
Malnutrisi kwasiorkor struktur vili usus halus gepeng
marasmus struktur vili relatif lebih baik, perubahan mikrovili dan kelainan mikroskopis elektron intraseluler
Etiologi
Sindroma usus pendek hilangnya 50% usus halus, kongenital atau paska lahir, dengan atau tanpa kehilangan bagian usus besar
Usus pendek permukaan penyerapan menjadi tidak cukup dan fungsi usus terganggu.
Patogenesis
• Karbohidrat monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), disakarida (maltosa, laktosa, sukrosa), polisakarida (pati, glikogen, selulosa)
• Laktosa glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase (b-galaktosidase), terdapat di brush border mukosa usus halus diabsorbsi secara cepat ke dalam pembuluh darah porta.
• Aktivitas enzim lactase ini maksimal terjadi di proksimal sampai pertengahan yeyunum.
Gambaran Klinis
Sakit perut
Perut kembung
Diare nyemprot (akut atau kronis)
Berbau asam
Mual
Muntah
Flatuen
Gejala dapat timbul 30 menit sampai 2 jam setelah mengkonsumsi susu dan produk susu
Berat ringan gejala yang terjadi tergantung dari beberapa faktor:
1. Jumlah laktosa yang masuk
2. Waktu pengosongan lambung
3. Waktu transit laktosa di usus
4. Jumlah flora normal di kolon
DiagnosisDiagnosis intoleransi laktosa ditegakkan dengan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Riwayat timbulnya diare yang berair dihubungkan dengan formula susu tertentu disertai eritema natum, merupakan gejala-gejala penting untuk menduga adanya intoleransi laktosa. Pemeriksaan penunjang pada intoleransi laktosa antara lain: 1.Tes hidrogen pernafasan2.Mengukur pH feses3.Menentukan kadar gula dalam tinja4.Lactose tolerance test5.Barium lactose meal6.Biopsi mukosa usus
TatalaksanaAkibat defisiensi laktase primer susu rendah/bebas laktosa atau
penambahan laktase/yoghurt pada susu
The Dietary Guidelines for Americans 2005 intoleransi laktosa pilih produk susu dengan tingkat yang lebih rendah laktosa dari susu biasa: yoghurt dan keju keras
Bayi prematur (dengan developmental lactase deficiency) pemberian ASI dapat diteruskan karena defisiensi laktase hanya transient. Susu karbohidrat: gabungan laktosa yang direndahkan dan polimer glukosa
Pemberian polimer glukosa memberikan keuntungan berupa penurunan osmolalitas dan mempercepat pengosongan lambung
Akibat defisiensi laktase sekunder ASI tetap diberikan walau kadar (gastroenteritis) laktosa lebih tinggi dari susu sapi
• yoghurt dengan kultur bakteri hidup aktif (probiotik)
•Kalsium
•Vitamin D
Pencegahan
• Menghindari/ mengurangi asupan makanan yang mengandung laktosa
• Menghindari obat-obatan tertentu dan makanan yang mengandung laktosa tersembunyi, seperti roti, margarin, salad, dan permen
•Kebanyakan pasien yang tidak toleran laktosa dapat menelan sebanyak 240 mL susu tanpa eksaserbasi gejala.
Komplikasi
• Osteoporosis• Malnutrisi• Asidosis Metabolik
Daftar Pustaka1. Tehuteru, Edi S. 1999. Malabsorbsi Laktosa Pada Anak. J Kedokteran Trisakti. Volume 18. No 3. Hal 139-144.
2. Yohmi, Elizabeth., Budiarso, AD., Hegar, Badriul., Dwiparwantoro, PG., Firmansyah, Agus. 2001. Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang. Sari Pediatri. Volume 2. No 4. Hal 198-204.
3. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Saluran Pencernaan. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Editor: Luqman Yanuar Rachman. Jakarta: EGC.
4. Martini, F.H, Nath J.L. 2009. The digestive system. Fundamental of Anatomy and Physiology 8 th ed. San Francisco: Perason Education, Inc.
5. Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem percernaan. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC.
6. NDDIC. 2012. Lactose Intolerance. NIH Publication. Available at: http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/lactoseintolerance/Lactose_Intolerance_508.pdf pada tanggal 29 Agustus 2013.
7. Roy, Praveen K. 2013. Lactose Intolerance. Medscape. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/187249-overview pada tanggal 29 Agustus 2013.
8. Sinuhaji, Atan B. 2006. Intoleransi Laktosa. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 39. No 4. Hal 424-429
9. Barlianto, Wisnu. 2005. Terapi Sinbiotik pada Diare Akut dengan Intoleransi Lakotsa Sekunder. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Available at: http://eprints.undip.ac.id/12482/1/2005FK4460.pdf tanggal 10 September 2013
10. Behrman, Richard E., Robert, Kliegman., Ann, M Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor: Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K). Edisi 15. Vol 2. Jakarta: EGC
11. Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
TERIMA KASIH