LAB.TATA CAHAYA 2.docx
Transcript of LAB.TATA CAHAYA 2.docx
ALAT PERAGA PERGERAKAN MATAHARI (HELIODON)
DESKRIPSI ALAT PERAGA
Alat peraga pergerakan matahari adalah alat peraga yang dapat memperlihatkan bagaimana
pergerakan matahari pada saat ata waktu tertentu, terhadap suatu bangunan maupun suatu
kawasan lingkungan bangunan yang meliputi kelompok bangunan, tapak, koridor jalan dan
vegetasi.
Alat peraga pergerakan matahari ini dibuat berdasarkan perhitungan matematis dengan
skala tertentu. Alat ini terdiri dari bidang model sebagai tiruan permukaan bumi dan garis
lengkung yang menyerupai setengah lingkaran sebagai tiruan lintasan pergerakan matahari.
Alat peraga pergerakan matahari berfungsi menirukan alam, khususnya pergerakan
matahari mulai dari terbit hingga terbenam, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pembayangan pada bangunan atau kawasan. Alat peraga ini merupakan alat bantu untuk
memprediksi perilaku pembayangan akibat pergerakan matahari, dan bukan merupakan alat
ukur. Hasil berupa data gambar perlu diolah lebih lanjut untuk menghasilkan data kuantitatif.
Hasil visualisasi berupa pola pembayangan pada obyek studi membantu peneliti untuk
mengamati bangunan yang sudah ada, maupun membantu perancang untuk memodifikasi
desain bangunan maupun merancang bangunan baru.
FUNGSI ALAT PERAGA
Alat peraga pergerakan matahari membantu peneliti untuk mengamati perilaku:
1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan,
tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh.
2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat
adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan.
3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan.
KOMPONEN ALAT PERAGA
1. Komponen bidang model sebagai tiruan permukaan bumi berukuran 60 cm X 60 cm
terbuat dari papan kayu dengan rangka besi dapat digerakkan ke arah tegak lurus garis
lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) untuk menirukan posisi lokasi obyek studi
terhadap garis lintang. Bidang ini dapat diposisikan mulai 45˚ Lintang Utara hingga 45˚
Lintang Selatan. Alat pengatur sudut kemiringan bidang pantul terdapat di sisi kanan
dan kiri meja untuk meletakkan maket bangunan. Bidang model ini juga berperan
sebagai bidang pengamatan. Bidang ini juga dapat digerakkan menjauhi dan mendekati
daerah lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) dengan menggerakkan bidang
yang dilengkapi dengan roda dan rel ini. Fungsi pergerakan tersebut bertujuan untuk
menirukan waktu penyinaran matahari berdasarkan tanggal dan bulan, dengan
keterangan tanggal dan bulan pada dasar meja heliodon.
2. Posisi penunjukkan bulan Desember (musim dingin) hingga bulan Juni (musim panas)
pada meja dasar heliodon dibuat dengan pedoman garis yang sejajar dengan garis
tiruan lintasan matahari (solar chart).
3. Garis berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari 13 buah lampu halogen menirukan
lintasan matahari mulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore, yang kedudukannya
diperoleh dengan membagi lintasan setengah lingkaran yang memiliki sudut 180˚ ke
dalam 12 bagian. Komopnen ini berpedoman pada solar chart yang menggambarkan
posisi matahari saat equinox berada pada bidang vertikal di atas garis equator. Posisi
garis edar matahari terjauh pada 23˚27’LU (musim panas) dan 23˚27’LS (musim dingin)
dirumuskan sebagai pengamatan pada bulan Juni dan Bulan Desember. Untuk bulan-
bulan lainnya, maka kedudukan bidang pengamatan pada titik tertentu berada di antara
23˚27’LU hingga 23˚27’LS merupakan anggapan bahwa lintasan edar matahari berada
pada titik tertentu itu. Bidang lintasan matahari ditirukan dengan membuat garis
lengkung berdiameter 2 meter yang dibuat dari pipa galvanis. Cahaya lampu dapat
diatur dengan menekan saklar pada sisi heliodon pada setiap tombol waktu. Selain itu
tingkat cahaya dapat diatur dengan memutar tombol dimmer.
4. Maket bangunan atau tiruan obyek studi yang diteliti dapat berupa maket kawasan atau
maket bangunan yang diletakkan di atas bidang pantul sebagai tiruan permukaan bumi
harus memperhatikan sudut orientasi bangunan serta posisi obyek studi dalam kondisi
nyata (derajat lintang pada permukaan bumi).
CARA PENGGUNAAN ALAT PERAGA
Untuk alat peraga pergerakan matahari buatan dengan deskripsi di atas, skala maket studi
yang diperkenankan maksimal berskala 1:100. Maket yang dibuat harus bisa menunjukkan
letak desain bukaan pencahayaan baik berupa bidang transparan pada dinding maupun
atap bangunan. Transparansi material pada bidang bukaan maket studi sangat penting
untuk memasukkan cahaya lampu (tiruan matahari) ke ruang dalam untuk dilihat perilaku
pembayangan dan sinar langsung yang masuk. Untuk maket studi perencanaan kawasan
bangunan (master plan), maka tiruan bukaan transparan pada maket tidak diperlukan,
karena pengamatan ditujukan pada pembayangan yang jatuh pada tapak oleh bangunan
dan komponen lain di atas tapak (vegetasi dan permukaan tapak), serta pembayangan
bangunan oleh bangunan lain. Berikut adalah cara penggunaan dan pengamatan hasil
simulasi pada beberapa jenis obyek studi:
1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan,
tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh.
a. Letakkan maket kawasan yang terdiri dari miniatur bangunan, vegetasi serta elemen
lain di atas tapak, pada bagian atas bidang model.
b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin
(Utara/Selatan/Barat/Timur).
c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan
dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang
dibutuhkan.
d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan
bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan.
e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan
penyinaran matahari pada jam tertentu.
f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk
menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk
mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti.
Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan kawasan, posisi kamera dapat
diletakkan pada sudut pandang dari atas maket bangunan, tepatnya di bawah lampu
jam 12 siang untuk menghasilkan pola pembayangan yang menyerupai kondisi
kenyataan.
g. Dalam tahap perancangan awal, studi tata massa bangunan, vegetasi, elemen
lansekap lainnya, serta geometri tapak dapat dipelajari dengan memindah-mindahkan
elemen maket untuk menghasilkan desain pembayangan kawasan yang terbaik
berdasarkan parameter desain yang dijadikan acuan. Setiap susunan maket dapat
diambil gambarnya dengan kamera dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan
pola pembayangan kawasan yang diteliti.
2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat
adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan.
a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari ruang-ruang yang menyerupai bangunan
sesungguhnya atau yang ingin dirancang. Maket bangunan diupayakan
menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan pencahayaan baik pada
dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan dimensi shading devices dan
geometri atap pada sekeliling selubung bangunan.
b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin
(Utara/Selatan/Barat/Timur).
c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan
dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang
dibutuhkan.
d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan
bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan.
e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan
penyinaran matahari pada jam tertentu.
f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk
menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk
mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti.
Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada dinding luar bangunan, ambil
gambar dengan kamera pada orientasi yang dibutuhkan (Utara/Selatan/Barat/Timur).
g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain shading devices pada selubung
bangunan dapat dipelajari dengan mengganti-ganti komponen shading
devicesdengan dimensi dan geometri yang berbeda untuk menghasilkan desain
pembayangan bangunan yang terbaik berdasarkan parameter desain yang dijadikan
acuan. Setiap susunan shading devices dapat diambil gambarnya dengan kamera
dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan pola pembayangan pada orientasi
dinding luar bangunan yang diteliti.
3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan.
a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari maket ruang dengan komponen atap
yang dapat dibuka-tutup. Maket bangunan diupayakan menirukan kondisi
sesungguhnya, yakni menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan
pencahayaan baik pada dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan
dimensi shading devices dan geometri atap pada sekeliling selubung bangunan.
b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin
(Utara/Selatan/Barat/Timur).
c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan
dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang
dibutuhkan.
d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan
bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan.
e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan
penyinaran matahari pada jam tertentu.
f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk
menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk
mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti.
Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada ruang dalam akibat adanya
bukaan pencahayaan, posisi kamera dapat diletakkan di bagian atas plafon (kamera
berukuran kecil agar dapat diletakkan di atas langit-langit ruang), atau di atas ruang
saat komponen atap dibuka.
g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain bukaan dapat diganti-ganti variabel
posisi, dimensi dan bentuknya sesuai dengan parameter ddesain yang dijadikan
acuan. Setiap perlakuan diambil data visualnya dengan kamera untuk dianalisis lebih
lanjut perilaku pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke dalam ruang.