lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK...

40
UPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL Oleh: Nurhikmah 1 Abstract In 2005 was found the first case of avian influenza in Indonesia that infects human in Tanah Karo, North Sumatra. WHO diagnosed it was human-to-human transmission case. Indonesian Health Minister Siti Fadillah Supari denied it was human- to-human transmission, but transmission between human-poultry. Afterwards Indonesia asked the sequenced DNA virus data that has been surveyed by WHO to prove the diagnose, but WHO never give it to Indonesia. Due to the non-transparency that WHO did, make Indonesia propose to change the virus sharing policy to be more fair, and transparent through its participation in the Global Foreign and Health Policy (FPGH) initiative in 2007. This research uses the explanative method and uses Modern Dependency Theory by Cardoso and the Global Health Diplomacy Concept. Indonesia in this research tries to change global health system especially virus sharing mechanism. Indonesia is a developing country seeking to change the policy by participating and active in multilateral cooperation (FPGH / Foreign Policy and Global Health). Indonesia does so to gain support by other countries in the WHA (World Health Assembly) forum for legalize the Pandemic Influenza Preparedness resolution in which it addresses the mechanism of virus sharing to be more fair, equal and transparent for all WHO member countries. Keywords: Indonesia, WHO (World Health Organizations), Inequity, FPGH (Foreign Policy and Global Health), virus sharing. Abstraksi Pada tahun 2005 ditemukan kasus flu burung pertama di Indonesia yang menginfeksi manusia di Tanah Karo, Sumatera Utara. WHO mendiagnosa bahwa kasus tersebut merupakan kasus penularan antar manusia. Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadillah Supari pada saat itu menyangkal bahwa kasus tersebut merupakan penularan antar manusia, melainkan penularan antar unggas-manusia. Kemudian 1 Penulis Adalah Alumni Prodi Hubungan Internasional UMM. Bisa dihub.i via email [email protected] 1

Transcript of lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK...

Page 1: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

UPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL

Oleh: Nurhikmah1

AbstractIn 2005 was found the first case of avian influenza in Indonesia that infects human in

Tanah Karo, North Sumatra. WHO diagnosed it was human-to-human transmission case. Indonesian Health Minister Siti Fadillah Supari denied it was human-to-human transmission, but transmission between human-poultry. Afterwards Indonesia asked the sequenced DNA virus data that has been surveyed by WHO to prove the diagnose, but WHO never give it to Indonesia. Due to the non-transparency that WHO did, make Indonesia propose to change the virus sharing policy to be more fair, and transparent through its participation in the Global Foreign and Health Policy (FPGH) initiative in 2007. This research uses the explanative method and uses Modern Dependency Theory by Cardoso and the Global Health Diplomacy Concept. Indonesia in this research tries to change global health system especially virus sharing mechanism. Indonesia is a developing country seeking to change the policy by participating and active in multilateral cooperation (FPGH / Foreign Policy and Global Health). Indonesia does so to gain support by other countries in the WHA (World Health Assembly) forum for legalize the Pandemic Influenza Preparedness resolution in which it addresses the mechanism of virus sharing to be more fair, equal and transparent for all WHO member countries.Keywords: Indonesia, WHO (World Health Organizations), Inequity, FPGH (Foreign Policy and Global Health), virus sharing.

AbstraksiPada tahun 2005 ditemukan kasus flu burung pertama di Indonesia yang menginfeksi

manusia di Tanah Karo, Sumatera Utara. WHO mendiagnosa bahwa kasus tersebut merupakan kasus penularan antar manusia. Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadillah Supari pada saat itu menyangkal bahwa kasus tersebut merupakan penularan antar manusia, melainkan penularan antar unggas-manusia. Kemudian Indonesia meminta sequencing data DNA virus yang telah diteliti WHO untuk membuktikan hasil diagnosa akan tetapi WHO tak kunjung memberikannya. Karena ketidaktransparan yang dilakukan oleh WHO membuat Indonesia berupaya untuk mengubah kebijakan virus sharing agar lebih adil, setara dan transparan melalui keikutsertaannya dalam inisiasi FPGH (Foreign Policy and Global Health) tahun 2007. Penilitan ini menggunakan metode ekplanatif serta menggunakan Teori Dependensi Modern oleh Cardoso dan Konsep Global Health Diplomacy. Indonesia dalam penelitian ini berupaya untuk mengubah sistem kesehatan global khususnya mekanisme virus sharing. Indonesia yang merupakan negara berkembang berupaya untuk mengubah kebijakan tersebut dengan cara ikut serta dan aktif dalam kerjasama multilateral (FPGH/Foreign Policy and Global Health). Hal ini dilakukan Indonesia untuk mendapatkan dukungan oleh negara-negara lain di dalam forum WHA (World Health 1 Penulis Adalah Alumni Prodi Hubungan Internasional UMM. Bisa dihub.i via email [email protected]

1

Page 2: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Assembly) agar disahkannya resolusi Pandemic Influenza Preparedness yang didalamnya membahas mekanisme virus sharing agar lebih adil, setara dan transparan bagi seluruh negara anggota WHO.Kata Kunci: Indonesia, WHO (World Health Organizations), Ketidakadilan, FPGH (Foreign Policy and Global Health), virus sharing.

PendahuluanPada tahun 2005, di Indonesia pertama

kali ditemukan kasus flu burung yang menyerang manusia di Tanah Karo, Sumatera Utara. Pada saat itu tingkat kematian yang terjadi mencapai 70% dari setiap kasus. WHO (World Health Organization) sebagai organisasi yang bergerak dalam isu kesehatan internasional mewajibkan setiap negara yang ada wabah flu burung di negaranya untuk mengirimkan sampel virus kepada GISN (Global Influenza Surveillance) untuk mencegah terjadinya pandemi virus.2 WHO mendiagnosa bahwa kasus flu burung pada manusia pertama di Indonesia merupakan kasus penularan antar manusia (human to human transmission) yang mana ini bertentangan dengan dugaan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Hingga akhirnya Indonesia bersikeras melakukan sequencing3 DNA virus flu burung secara mandiri dengan bantuan ilmuan molecular biologist4 Sangkot Marzuki pimpinan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Setelah hasil sequencing DNA virus dari kasus tersebut keluar, ternyata hasilnya tidak

menunjukkan bahwa kasus tersebut terjadi karena penularan manusia melainkan penularan dari unggas secara langsung, hanya saja jenis virusnya lebih ganas. Kecurigaan Indonesia terhadap WHO bertambah saat menyadari ada sekitar 58 seed virus dari Indonesia yang ada di WHO dan tidak diketahui lagi bagaimana nasib dari virus tersebut. Karena hal ini, Indonesia meminta bukti kepada WHO mengenai hasil sequencing DNA yang dilakukan oleh WHO pada kasus flu burung di Indonesia.5

Selain itu yang membuat Indonesia khawatir dengan sikap WHO ialah virus yang dikirim dari Indonesia kepada WHO ternyata dikembangkan oleh Australia pada awal Februari 2007. Pada saat itu Australia mengakui bahwa virus yang didapat berasal dari WHO. Oleh karena itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Siti Fadillah Supari pada saat itu melakukan protes terhadap WHO dan berusaha untuk merubah mekanisme pengelolaan virus agar lebih adil dan transparan. Protes ini ditujukan kepada WHO karena Indonesia menyangka pengiriman virus H5N1 ke WHO digunakan untuk kepentingan kemanusiaan, akan tetapi

2 Rizki A. Kurniawan, 2015, Peran Indonesia Terhadap Isu Kesehatan Global Malalui Forum Foreign Policy and Global Health (FPGH) dalam Global Heath Governance (GHG) 2006-2013, dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=294826&val=6444&title=PERAN%20INDONESIA%20TERHADAP%20ISU%20KESEHATAN%20GLOBAL%20MELALUI%20FORUM%20FOREIGN%20POLICY%20AND%20GLOBAL%20HEALTH%20(FPGH)%20DALAM%20GLOBAL%20HEALTH%20GOVERNANCE%20(GHG)%202006-2013 hal 4-5, diakses pada (18/02/17, 12:47 WIB)3 Sequencing dalam ilmu sains memiliki arti rangkaian penelitian.4 Molecular biologist merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang berhubungan erat dengan bioteknologi.5 Siti Fadilah Supari, 2008, Saatnya Dunia Berubah:Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung, PT. Sulaksana Watinsa:Jakarta, hal 13-16.

2

Page 3: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

justru dijadikan lahan komersil oleh Australia.6 Indonesia kecewa bahwa negara-megara berkembang yang telah menyerahkan virusnya kepada WHO secara bebas tidak pernah diberikan balasan atau penghargaan atas kontribusinya terhadap penelitian WHO demi kepentingan kesehatan global. Negara-negara berkembang justru membeli vaksin dengan harga yang mahal kepada WHO.7

Kekecewaan yang sempat dialami Indonesia membuat pemerintah sadar bahwa harus adanya tindakan melalui kebijakan luar negeri. Bertepatan dengan masalah yang dialami Indonesia, beberapa Menteri Luar Negeri (Indonesia, Norwegia, Perancis, Thailand, Brazil, Afrika Selatan dan Senegal) membentuk forum Foreign Policy and Global Health Initiative8 dan ditetapkan di Oslo, Norwegia pada Maret 2007. Secara general inisiasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan global. Ada tiga agenda pokok dalam kegiatan ini: kapasitas terhadap jaminan kesehatan global (capacity for global health security), menghadapi ancaman terhadap jaminan kesehatan global (facing threats to global health security), dan menjadikan globalisasi bekerja untuk semua isu (making globalization work for all). Selain itu, deklarasi ini merupakan wujud tindakan nyata bagi negara anggota mengenai kebijakan luar negeri dalam mengatasi

masalah kesehatan global dan sebagai alat kerjasama yang sifatnya komplementer dan menjanjikan.9 Forum multilateral ini bisa menjadi ajang diplomasi Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk koordinasi dan penyusunan inisiatif bersama dalam berbagai forum lainnya seperti: Sidang Majelis Umum PBB, Dewan HAM PBB, dan WHA (World Health Assembly). Selain itu, negara-negara anggota FPGH juga membahas isu lainnya seperti: reformasi WHO, agenda Rio +20 dan Global Health Governance.10

Indonesia memulai diplomasi kesehatannya pasca konflik virus sharing pada sidang WHA ke-60 yang diadakan di Jenewa. Pada saat itu Indonesia berupaya dalam mengajukan resolusi “Pandemic Infuenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to Vaccine and other Benefits” pada tanggal 14 – 23 Mei 2007. Resolusi ini bertujuan mengajak dunia internasional untuk membangun mekanisme virus sharing yang transparan dan adil, agar negara-negara berkembang dapat merasakan manfaatnya. Resolusi tersebut juga menjamin bahwa kerjasama sharing sampel virus dapat menghormati kedaulatan negara asal virus yang telah memberikan sumbangsih besar terhadap upaya menangani kesehatan global. Keberhasilan Indonesia tercapai setelah empat tahun kemudian, dalam sidang WHA ke-64

6 Rizki A Kurniawan, Op. Cit.7 Jason Carter, WHO’s Virus Is It Anyway? How The World Health Organization Can Protect Against Claims of “Viral Sovereignty”, dalam http://digitalcommons.law.uga.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1138&context=gjicl diakses pada (29/11/17, 00:27 WIB) 8 Selanjutnya disingkat FPGH.9 Joevi, Roedyati. Keketuaan Indonesia dalam Forum Foreign Policy and Global Health Tahun 2013, dalam http://portalgaruda.org/download_article.php?article= 95776&val=3920> diakses pada (17/02/17, 10:39 WIB)10 Tabloid Diplomasi, Isu Kesehatan Masuk dalam ranah diplomasi, dalam http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2012/Tabloid%20Diplomasi%20Agustus%202012.pdf hal 5, diakses pada (20/02/17, 14:27 WIB)

3

Page 4: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

resolusi WHA No.64/56 tentang “Pandemic Infuenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to Vaccine and other Benefits” secara sah ditetapkan. Sidang tersebut dipimpin oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan dilaksanakan pada tanggal 16 – 24 Mei 2011 di Jenewa. Di hadapan 193 negara anggota WHO resolusi ini ditetapkan agar kerangka kerjasama multilateral dalam kesiapan dunia menghadapi pandemi influenza khususnya mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan manfaat lain serta Standard Material Transfer Ageement (SMTA).11 Penetapan resolusi tersebut merupakan kesuksesan besar dalam perjuangan bagi negara-negara berkembang khususnya Indonesia. Sejak 2007 Indonesia memperjuangkan keadilan sistem penanganan pandemi influenza dan ketidakadilan dalam sistem kesehatan global khususnya dalam virus sharing.

PembahasanPada tahun 2003 flu burung mulai

ditemukan di Indonesia. Penyakit menular ini telah tersebar melalui unggas di kawasan Asia, Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Umumnya penyakit ini menyerang unggas, yang menyebabkan kematian pada unggas. Akan tetapi bisa menular pada manusia dengan kontak fisik tertentu yang akhirnya bisa menular antara manusia ke manusia. Pada 25 Januari 2004 dilaporkan penyakit

ini menyebabkan kurang lebih 11 juta unggas di beberapa daerah di Indonesia mati. Bahkan 30 dari 33 provinsi di Indonesia terserang virus flu burung yang berdampak pada kerugian triliyunan rupiah pada industri-industri unggas.12 Kemudian kasus flu burung pada manusia di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 2005 di Tanah Karo, Sumatera Utara.13 Sejak penemuan kasus kematian pada penderita flu burung, masyarakat Indonesia dilanda ketakutan akan flu burung. Karena virus bisa disebarkan melalui udara kemudian bisa terhirup ke dalam pernafasan. Satu hingga empat hari merupakan masa inkubasi virus dalam tubuh sebelum seseorang merasakan sakit.14 Hal ini jelas menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia pada saat itu. Ini tidak berlaku pada Indonesia saja, akan tetapi flu burung menjadi ancaman yang nyata bagi seluruh negara.

Kemudian dampak kerugian wabah flu burung sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang terutama dalam sektor ekonomi. Wabah influenza pada unggas itu mengakibatkan kehancuran bagi industri ternak unggas. Khususnya kerugian sangat dirasakan oleh negara-negara yang terkena wabah. Pada negara berkembang yang memerlukan unggas sebagai sumber utama untuk memenuhi protein dalam panganan, hal ini berpengaruh besar terhadap gizi masyarakat. Jika wabah meluas maka

11 Rizki, Op. Cit. hal 8. 12 Endang K, Sedyaningsih. Vivi, Setyawaty, dkk, Karaktersitik Epidemiologi Kasus-Kasus Flu Burung di Indonesia Juli 2005 – Oktober 2006, dalam ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/download/1201/292 diakses pada (31/07/17, 00:58)13 United Nations Intenational Children’s Fund (UNICEF), Sekilas – Flu Burung, dalam https://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_7194.html diakses pada (28/07/17, 00.49 WIB)14 Marc Siegel, 2006, Flu Burung: Serangan Wabah Ganas dan Perlindungan Terhadapnya, Bandung: PT. Mizan Pustaka, hal 38.

4

Page 5: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

pengendalian penyakit semakin sulit dilakukan dan butuh persiapan bertahun-tahun.15

Table 216 Wabah flu burung pada unggas dan manusia di Asia TenggaraNegara Tahun terserang

wabahJumlah

wabah pada unggas

Jumlah wabah pada

manusia

Jumlah kematian

pada manusia

Persentasi kefatalan

wabahIndonesia 2003 261 141 115 82%Kamboja 2003 21 8 7 88%China 1996 98 38 25 66%Malaysia 2004 16 0 0 0%Myanmar 2006 93 1 0 0%Thailand 2004 1141 25 17 68%Vietnam 2003 2539 111 56 50%

Melihat dampak yang ditimbulkan oleh wabah flu burung dan risiko penyebarannya yang sudah melewati batas negara. Perlu adanya tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa17 sebagai organisasi internasional. WHO sebagai badan organisasi PBB yang bekerja khusus dalam bidang kesehatan juga turut andil dalam merespon kasus pandemi flu burung. Dengan semangat meningkatkan mutu kesehatan dunia, WHO mengizinkan seluruh negara di dunia menjadi anggota WHO tanpa terkecuali.

Peran WHO dan Kebijakan Mekanisme Virus Sharing Dunia

Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan, WHO dengan segala peran dan fungsinya turut mengambil peran dalam mengatasi masalah-masalah

kesehatan di negara-negara anggotanya. Penyerahan virus wabah penyakit (virus sharing) merupakan hal penting untuk kesiapsiagaan pandemi global. Virus sharing dapat menjadi tempat penilaian risiko pandemi, pengembangan vaksin, dan kepentingan-kepentingan kesehatan lainnya.18 Selama kurang lebih 60 tahun, global influenza governance atau tata kelola influenza global telah melakukan program-program, seperti: WHO yang berkolaborasi dengan laboratorium-laboratorium setiap tahunnya untuk menganalisa sampel virus influenza baru di Asia dan memproduksi vaksin untuk wabah-wabah penyakit yang disebabkan virus.19 WHO harus menjadi koordinator kesiapsiagaan dalam merespon pandemi influenza sesuai dengan yang tertera dalam International Health Regulation tahun 2005. Kemudian WHO harus memberi perhatian khusus pada kebijakan dan praktik untuk bertindak adil

15 Kartono Muhammad, Flu Burung, dalam http://influenzareport.com/influenzareport_indonesian.pdf diakses pada (03/08/17, 18:44 WIB)16 Ramona A Gutiérrez, Monica J Naughtin, dkk, A(H5N1) Virus Evolution In South East Asia, dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3185531/ diakses pada (15/11/17, 01:27 WIB)17 Selanjutnya disingkat PBB18 World Health Organization (WHO), Virus Sharing, dalam http://www.who.int/influenza/pip/virus_sharing/en/ diakses pada (16/08/17, 05:30 WIB)19 Laurie Garrett, David P Fidler, Sharing H5N1Viruses to Stop a Global Influenza Pandemic, diakses dalam http://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.0040330 (18/08/17, 03:00 WIB)

5

Page 6: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

demi mempromosikan keadilanserta WHO bekerjasama dengan negara-negara anggota dan pemangku kepentingan lain. Kerjasama yang dilakukan ialah mencari alokasi sumber daya medis (vaksin, anti virus dan bahan diagnostik), mengidentifikasi risiko kesehatan dan segala kebutuhannya.20

Kebijakan virus sharing bersumber pada Peraturan Kesehatan Internasional (IHR/ International Health Regulation) tahun 2005. Dalam perkembangannya, ada dua penafsiran dalam memaknai mekanisme virus sharing. Adanya perbedaan tafsir disebabkan oleh tidak ada aturan tertulis maupun aturan khusus mengenai mekanisme virus sharing tersebut. Tafsir pertama berpendapat bahwa IHR 2005 mewajibkan negara untuk melakukan virus sharing sebagai pemberian informasi kepada WHO demi kepentingan kesehatan publik yang bisa menjadi suatu peristiwa internasional. Hal ini didukung kuat dengan resolusi WHA 59.2 tahun 2006 yang mengatur mengenai virus sharing setelah adanya wabah dari spesimen influenza H5N1 dan virus tersebut dikirimkan kepada Global Influenza Surveillance Network (GISN).21

Sedangkan tafsir kedua berpendapat bahwa IHR 2005 tidak mewajibkan suatu negara untuk mengirimkan virus ke WHO. Pendapat ini berkeyakinan bahwa resolusi WHA memiliki pemaknaan yang berbeda dalam virus sharing, dalam arti sempit berarti kegiatan tersebut menjadi

pengetahuan dan fakta yang berguna sebagai sebuah informasi. Sedangkan dalam arti luas virus sharing menjadi kegiatan yang berfokus pada bahan biologi yang relevan tergantung pada pemilik pepentingan. Karena adanya arti ganda ini, maka tafsir yang kedua meyakini bahwa suatu negara berhak menentukan tindakan pengiriman virus atau pun tidak sesuai dengan hak dan wewenang suatu negara.22 Indonesia dalam hal ini melakukan kedua tafsir tersebut dalam waktu yang berbeda. Awalnya Indonesia bersedia untuk melakukan virus sharing karena ini adalah sutu kewajiban negara anggota WHO yang negaranya terserang wabah flu burung, namun setelah keganjilan yang ditemukan Indonesia saat meminta hasil data sequencing virus H5N1 dari Indonesia, WHO tidak kunjung memberikan hasilnya. Kemudian Indonesia menghentikan pengiriman kediatan virus sharing kepada WHO sesuai dengan tafsir kedua.

Karena perilaku Indonesia yang menghentikan kegiatan virus sharing, negara lain seperti China dan Vietnam mempersulit prosedur virus sharing H5N1-nya kepada WHO. Ini terjadi karena di beberapa negara asia tenggara khawatir dengan dampak yang telah disebabkan oleh virus H5N1 di negaranya.23

Adanya kekhawatiran tersebut berdampak kepada keterhambatan dalam mekanisme virus sharing H5N1 dan WHO

20 World Health Organization (WHO), Pandemic Influenza Preparedness Framework, diakses dalam http://apps.who.int/gb/pip/pdf_files/pandemic-influenza-preparedness-en.pdf (16/08/17, 05:34 WIB) 21 Endang R Sedyaningsih, Siti Isfandari, dkk, Towards Mutual Trust, Transparency and Equity in Virus sharing Mechanism: The Influenza Case of Indonesia, dalam http://www.annals.edu.sg/pdf/37VolNo6Jun2008/V37N6p482.pdf diakses pada (10/11/2017, 00:57 WIB)22 Ibid.23 Lisa Schnirring, WHO Group Tackle H5N1 Virus Sharing Dispute, dalam http://www.cidrap.umn.edu/news-perspective/2007/11/who-group-tackle-h5n1-virus-sharing-dispute diakses pada (13/11/17, 00:44 WIB)

6

Page 7: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

mendapatkan kesulitan untuk penciptaan vaksin serta harus mencari jalan keluar atas masalah ini. Namun kejadian ini membuahkan hasil yang memberi peluang kepada Indonesia untuk membawa masalah virus sharing ini ke dalam forum WHA.24

Politik Kesehatan WHO Dalam Pemberantasan Flu Burung Di IndonesiaProvokasi WHO Dalam Bantuan Penanganan Flu Burung Di Indonesia

Peran WHO dalam menangani flu burung di Indonesia dengan memberikan bantuan secara finansial dan teknis sudah menggambarkan perannya sebagai organisasi internasional yang bergerak dalam bidang kesehatan. Akan tetapi dibalik keterlibatan WHO dalam bantuannya di Indonesia menjadi ladang kepentingan bagi perusahaan farmasi, seperti: Merck, Baxter, Roche, Sanofi Pasteur dll).25 Dalam hal ini MNC memasarkan produk vaksin yang mereka produksi secara global dan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya. Karena tindakan manipulatif yang dilakukan oleh WHO berupa propaganda bahwa adanya ancaman pandemik flu burung di Indonesia, akibatnya masyarakat Indonesia membeli obat-obatan dari perusahaan farmasi yang mengambil keuntungan di Indonesia.26

Karena adanya tindakan yang dilakukan oleh WHO ini, membuat Indonesia tidak bisa menerima kejadian

tersebut. Kejadian ini diperparah saat Siti Fadhillah Supari berhasil menelaah bahwa ternyata GISN (Global Influenza Surveillance Network)27 bukan bagian dari struktur WHO melainkan masuk dalam struktur pemerintahan Amerika Serikat.28 Hal seperti ini jika didiamkan maka akan menimbulkan kesalahpahaman antar aktor yang terlibat. Sedangkan WHO tidak memiliki aturan yang jelas mengenai virus sharing, tidak adanya kejelasan dalam artian tidak aturan tentang negara pengirim virus untuk memiliki hak apapun selain mengirimkan virusnya kepada GISN. Negara-negara yang terserang wabah diwajibkan mengirimkan virus dengan motif kepentingan penelitian agar terciptanya vaksin. Akan tetapi setelah semuanya mengirimkan virus secara gratis, para negara pengirim virus tidak bisa mengetahui bagaimana nasib virus yang dikirimkan selanjutnya. Adanya komersialisasi yang dilakukan GISN merupakan tindakan yang tidak adil dan melanggar hukum The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS).29 Tindakan yang dilakukan WHO ini sudah melanggar sistem kesehatan yang telah ditentukan dalam kerangka kerja WHO sendiri.

Karena hal itu Indonesia menolak untuk berbagi virus kepada WHO pada akhir tahun 2006. Bahkan penolakan yang dilakukan Indonesia mengejutkan banyak

24 Selengkapnya akan dijelaskan di dalam BAB III.25 Ibid, hal 77-78.26 Devi Anggraeni, Op. Cit, hal 83-84. 27 Tempat penelitian virus flu burung yang dikirimkan negara-negara yang terserang wabah.28 Susi Susanti, Protes Ketidakadilan Pengelolaan Virus WHO : Wawancara Khusus dengan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, dalam http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/getbitstream/?media=/123456789/7/1/wawancarakhususmenkes_ktdkadilanWHO.pdf diakses pada (07/08/17, 11:18 WIB)29 Ibid.

7

Page 8: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

negara karena dinilai membahayakan sistem kesehatan masyarakat global. Negosiasi yang dilakukan antara WHO dan Indonesia cukup sulit dilakukan, karena Indonesia terus menolak untuk berbagi kecuali dengan perubahan dalam sistem akses terhadap vaksin WHO. Pada September 2007, Indonesia sempat bersedia berbagi virus akan tetapi perselisihan dengan WHO tetap ada.30

Ketidakadilan Akses Obat dan Vaksin dalam WHO

WHO mendiagnosa bahwa kasus flu burung pada manusia pertama di Indonesia merupakan kasus penularan antar manusia (human to human transmission) yang mana ini bertentangan dengan dugaan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Setelah Indonesia meneliti dan hasil sequencing DNA virus dari kasus tersebut keluar, ternyata hasilnya tidak menunjukkan bahwa itu terjadi karena penularan antar manusia melainkan penularan dari unggas secara langsung, hanya saja jenis virusnya lebih ganas.31

Indonesia secara transparan mengirimkan hasil data DNA virus H5N1 kepada WHO dan GISN untuk membuktikan bahwa penyataan yang dikeluarkan oleh WHO tidak benar. Indonesia meminta bukti berupa data sequencing kepada WHO akan tetapi tidak diberikan. Siti Fadillah Supari mengungkapkan bahwa data yang disimpan oleh WHO ternyata disimpan di Los Alamos

National Laboratory di New Mexico yang berada di bawah naungan Kementrian Energi Amerika Serikat. Hal ini menjadi wajar jika Indonesia mencurigai sikap WHO yang mengirimkan data kepada laboratorium naungan Kementrian Energi. Mengingat bahwa Los Alamos adalah laboratorium tempat untuk perakitan bom atom untuk Hiroshima tahun 1945.32

Selain data yang tidak kunjung diperlihatkan oleh WHO, adapun ketidakadilan lain yang dirasakan oleh Indonesia. Saat wabah yang flu burung menyebar di Indonesia dan pemerintah sudah menyiapkan dana untuk membeli obat kepada WHO, ternyata obat tersebut sudah habis dipesan oleh negara-negara maju sebagai persediaan. Obat tersebut ialah Tamiflu yang merupakan satu-satunya obat yang bisa mencegah perkembangan virus untuk manusia yang terinfeksi virus flu burung. Hal ini menjadi janggal ketika diketahui bahwa yang membeli Tamiflu pada WHO ialah negara yang tidak ada kasus flu burung di negaranya.33 Ketidakadilan dalam sistem akses kesehatan global ini membuktikan bahwa masih adanya ketidaksetaraan dalam sistem kesehatan global. Negara maju bisa leluasa mengaksesnya dengan kekuatannya sedangkan negara berkembang merasakan dampak yang nyata akibat ketidakadilan ini.

Komersialisasi Virus Milik Indonesia oleh WHO

30 Op. Cit. Laurie Garrett, David P Fidler. 31 Siti Fadilah Supari, 2008, Saatnya Dunia Berubah: Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung, PT. Sulaksana Watinsa:Jakarta, hal 13-16.32 Ibid, hal 17-19.33 Detik News, Mengurai Ketamakan Negara Maju, dalam https://news.detik.com/berita/898146/mengurai-ketamakan-negara-maju diakses pada (03/01/2018, 00:22 WIB)

8

Page 9: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Setelah menyebarkan propaganda bahaya flu burung di Indonesia dan ketidakadilan dalam akses obat dan vaksin, WHO juga mengomersilkan sampel virus flu burung dari Indonesia. WHO juga bekerjasama dengan negara maju untuk mengembangkan virus dari agen flu burung Indonesia. Salah satu negara yang mengungkapkan adanya komersialisasi sampel virus yakni Australia. Dalam siaran Radio ABC Australia yang sedang melakukan interview dengan Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadilah Supari. Pemerintah Australia menklarifikasi kepada Menteri Kesehatan Indonesia adanya kegiatan penjualan vaksin flu burung untuk strain virus dari Indonesia. 34 Hal ini membuat Indonesia sadar bahwa adanya kerjasama WHO, perusahaan farmasi serta negara maju dalam mengembangkan virus milik Indonesia. akan tetapi hal ini sangat jelas menyalahi aturan The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) atau HAKI (Hak Akan Kekayaan Intelektual).

Amerika Serikat dan Australia merupakan negara yang diketahui mengembangkan dan memproduksi vaksin dari virus flu burung milik Indonesia tanpa izin dari Indonesia. Karena hal ini, Indonesia menuntut WHO agar mengatur tentang virus yang diberikan oleh negara yang terserang wabah dikirimkan untuk keperluan diagnosis bukan untuk bahan komersial.35 Sangat tidak

adil jika virus berasal dari Indonesia dan penderita flu burung yang berasal dari Indonesia namun vaksinnya harus dibeli dari negara lain.

Setelah beberapa tindakan dari WHO, perusahaan farmasi dan negara maju yang memanfaatkan kejadian flu burung di Indonesia demi kepentingannya, Indonesia memutuskan untuk menghentikan pengiriman virus penyakit kepada WHO. Indonesia bersedia mengirimkannya kembali dengan syarat WHO harus mengubah sistem akses mekanisme virus sharing. Seperti yang pernah diucapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadilah Supari saat bertemu dengan utusan WHO beberapa saat setelah Indonesia menghentikan pengiriman virusnya ke WHO.36

Indonesia menginginkan adanya perubahan dalam sistem kesehatan global yang selama ini merugikan negara-negara berkembang. Adapun upaya-upaya Indonesia untuk melawan ketidakadilan sistem kesehatan global, baik dengan melakukan kerjasama bilateral hingga multilateral. Dalam kerjasama multilateral, Indonesia ikut serta dalam inisiasi FPGH (Foreign Policy and Global Health).

Analisa Keikutsertaan Indonesia dalam Inisiasi FPGH dengan Teori Dependensi Modern oleh Cardoso

Teori dependensi modern lahir dari kritik Fernando Henrique Cardoso terhadap

34 Ibid, hal 112.35 Detik News, Sampel Genetik Virus Flu Burung Indonesia Dicuri Negara lain, dalam https://news.detik.com/berita/739402/sampel-genetik-flu-burung-indonesia-dicuri-negara-lain diakses pada (03/01/2018, 01:42 WIB)36 Redaksi KabarIndonesia, Setelah Perundingan Alot, Indonesia Kembali Kirim Sampel Virus H5N1, dalam http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Setelah+Perundingan+Alot%2C+Indonesia+Kembali+Kirim+Sampel+Virus+H5N1&dn=20070217055805 diakses pada (03/01/2018, 01:56 WIB)

9

Page 10: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

definisi dependensi klasik mengenai adanya pembangunan di negara-negara pinggiran. Cardoso pada saat itu seorang ahli ilmuan sosial di Brazil menjelaskan bahwa gejala pembangunan dan ketergantungan bisa berjalan beiringan. Cardoso menamai gejala pembangunan dalam ketergantungan ini sebagai associated-dependent development atau pembangunan yang tergantung hanya terikut-sertakan. Kemudian Cardoso menjelaskan hal ini karena adanya perubahan bentuk ketergantungan.37

Teori dependensi (ketergantungan) lahir dengan dua induk. Pertama dari teori imperialism dan kolonialisme dan yang kedua dari studi-studi empiris mengenai pembangunan di negara berkembang. Cardoso menyebutkan bahwa pembangunan dan ketergantungan dalam sebuah negara bisa berjalan beriringan. Caranya dengan bergantung kepada keikutsertaan atau associated-dependent development. Ini juga dipahami sebagai pembangunan yang dilakukan sebuah negara berdasarkan keikutsertaannya akan sesuatu atau kegiatan dalam lingkup internasional. Hal ini terjadi karena ada perubahan bentuk ketergantungan dari waktu ke waktu.38

Cardoso menentang pendapat teori dependensi klasik yang berfokus pada penyebab ketergantungan negara berkembang akibat pengaruh eksternal (sistem politik dunia). Cardoso mengatakan bahwa pengaruh internal merupakan hal yang sangat menentukan sebuah ketergantungan terhadap negara lain dengan

cara memahami struktur sosiopolitik sebuah negara untuk mengartikulasikan kepentingan negaranya.39 Ia juga menambahkan:

“A future with dignity for the countries of the South will be achieved only with more education, a better state, enhanced productivity from its “human capital”, and a great technological leap forward (information technology, new materials, environmental sense, and new modes of organization). Also required are a democratized society and state (necessary conditions, as noted above, for the marriage of productions, university, and society in an atmosphere of freedom which is conductive to organizational and technological innovation).”40

Cardoso menyebutkan bahwa di masa depan (sekarang atau yang akan datang) negara-negara Selatan akan mengalamin kemajuan jika tingkat pendidikan yang tinggi, keadaan yang lebih baik, dan meningkatnya angka produktivitas manusia. Selain itu peran dari teknologi untuk sistem informasi, memahami lingkungan, hingga model baru dari sebuah organisasi juga mendukung sebuah pembangunan. Untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan negara dengan masyarakat yang demokratis sehingga tercipta suasana

37 Arief Budiman, 1995, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal 75. 38 Ibid.39 Gaylord G Candler, Cardoso, Dependency Theory and Brazil, dalam http://www.unf.edu/~g.candler/articles/FHC-RM.pdf diakses pada (04/10/17, 23:27 WIB)40 Ibid.

10

Page 11: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

kebebasan yang kondusif untuk inovasi teknologi dan organisasi.

Cardoso juga menekankan pada reaksi dari tiap-tiap negara terhadap pengaruh eksternal yang berbeda-beda karena negara sendiri yang dapat menentukan itu. Dengan kata lain, itu semua bergantung pada bagaimana suatu negara (negara yang mengalami ketergantungan) mengalami proses pengambilan keputusan. Salah satu cara yang ditawarkan Cardoso ialah melakukan gerakan politik untuk melawan keterebelakangan.41

Begitu pula saat Indonesia memutuskan untuk bergabung dalam FPGH. Awal berdirinya FPGH memiliki tujuan untuk membentuk pemerintahan global (governance) baru dalam bidang kesehatan untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan, keadilan sosial dan ekonomi, perdamaian dan keamanan. Untuk mewujudkannya dibutuhkan kerjasama dan kolaborasi, saling menghormati kedaulatan nasional, memiliki rasa tanggung jawab bersama. Kemudian implementasinya membutuhkan transparansi, keadilan dan akuntabilitas dalam setiap kerjanya.42 Tidak bisa dihindari jika globalisasi memberikan pengaruh terhadap terbentuknya inisiasi FPGH, ini karena WHO sebagai organisasi internasional dinilai tidak dapat memberikan peluang negara-negara yang tidak memiliki power untuk bertahan dalam catur politik internasional. Sehingga tidak sedikit negara berkembang terperangkap dalam permainan

negara-negara maju yang memiliki kepentingan.

Inisiasi FPGH berdiri berdasarkan pengakuan bahwa kehidupan adalah hak asasi manusia yang sangat mendasar dan kesehatan adalah aset paling berharga dalam menjamin sebuah kehidupan. Melihat apa yang telah dialami oleh Indonesia dalam kasus virus sharing, sangat realistis jika Indonesia memilih untuk bergabung FPGH.

Ada tujuan dalam terbentuknya FPGH yaitu berfungsi untuk melindungi dan mepromosikan kesehatan global dan keamanan manusia. Ini menandakan bahwa masalah kesehatan bukan hanya milik Kementrian Kesehatan dan WHO, akan tetapi semua aktor dapat turun tangan dalam masalah kesehatan global. Untuk merubah sistem kesehatan global kearah yang lebih baik diperlukan mekanisme sistem yang baru. Kurangnya akses terhadap obat-obat esensial, vaksin dan produk lainnya menjadi salah satu faktor yang menjadi pembantas pembangunan dunia. Seharusnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat menjadi kesadaran kolektif dalam membuat kebijakan di tingkat tertinggi (dalam tingkat nasional maupun internasional). Maka aliansi diperlukan untuk membangun jaringan agar tercipta wadah untuk keputusan politik antara semua pemilik kepentingan.43

Sikap Indonesia yang memilih ikut serta dalam inisiasi FPGH pasca berkonflik dengan WHO mengenai virus sharing dapat dianalisa memakai teori dependensi modern

41 Arief Budiman, Op. Cit. hal 89-94. 42 World Health Organizations (WHO), Oslo Ministerial Declaration—global health: a pressing foreign policy issue of our time, dalam http://www.who.int/trade/events/Oslo_Ministerial_Declaration.pdf?ua=1 diakses pada (24/09/17, 19:02 WIB)43 Ibid.

11

Page 12: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

yang digagas oleh Fernando Henrique Cardoso. Cardoso menawarkan sebuah solusi untuk ketergantungan yang dialami negara berkembang. Yakni agar tidak menampikkan potensi sebuah negara untuk mengalami pembangunan, Cardoso menjelaskan bahwa harus ada langkah yang dilakukan oleh negara berkembang yang terjebak dalam ketergantungan pada negara lain yaitu dengan keikutsertaan dengan kerjasama berupa inisiasi/forum/organisasi internasional bilateral maupun multiteral. yang bersangkutan dengan kebutuhan suatu negara. Dengan kata lain, ketergantungan dapat dilihat dari proses sosiopolitik dan proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam sebuah negara. Hal ini terjadi kerena proses politik suatu negara bersifat dinamis atau ada potensi perubahan situasi, sedangkan dominasi negara maju terhadap negara berkembang merupakan hal yang tetap.44

Indonesia dalam keikutsertaannya pada inisiasi FPGH berupaya utuk

melakukan pembangunan dalam sistem kesehatan global. Yakni dengan merubah sistem kesehatan global yang masih merugikan negara-negara berkembang dalam beberapa isu khususnya mengenai virus sharing. Indonesia bergantung dalam kerjasama di FPGH agar dapat membawa kepentingan berupa upaya untuk mengubah sistem mekanisme virus sharing dalam forum kesehatan tingkat dunia atau WHA (World Health Assembly).

Grafik 1 Alasan Indonesia ikut serta dalam inisiasi FPGH

Seperti grafik di atas, sejak tahun 2005 saat ditemukan kasus flu burung pada manusia

pertama di Indonesia, masyarakat Indonesia terancam akan wabah flu burung dan hal ini

44 Arief Budiman, Loc. Cit. hal 89-90.

12

Page 13: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

membuat pemerintah harus segara bertindak agar masalah flu burung dapat teratasi. Isu flu burung di Indonesia mendapat perhatian besar di mata masyarakat internasional. Setelah Indonesia mengirimkan sampel virus H5N1 kepada WHO yang berperan sebagai organisasi internasional dalam bidang kesehatan, WHO mendiagnosa bahwa kasus flu burung pada manusia pertama di Indonesia merupakan kasus penularan antar manusia (human to human transmission) yang mana ini tidak pernah terbukti. Indonesia kemudian berupaya melakukan sequencing virus tersebut dan setelah hasil sequencing DNA virus dari kasus tersebut keluar, ternyata hasilnya tidak menunjukkan bahwa itu terjadi karena penularan manusia melainkan penularan dari unggas secara langsung. Hal ini menjadi sebuah kerugian bagi Indonesia jika benar jika kasus tersebut terjadi karena penularan manusia. Karena jika benar terjadi, hal ini dapat menyebabkan Indonesia terisolasi dari dunia internasional karena ketakutan akan pandemi.45

Kemudian Indonesia secara transparan mengirimkan hasil data DNA virus H5N1 dari Indonesia yang membuktikan bahwa kasus flu burung di Indonesia bukan kasus penularan antar manusia. Indonesia berupaya meminta bukti dari WHO mengenai hasil diagnosa DNA virus H5N1 dari Indonesia namun WHO tidak kunjung memberikannya. Kemudian Siti Fadilah Supari mengungkapkan bahwa

adanya data virus H5N1 milik Indonesia di Laboratorium Los Alamos, Mexico. Laboratorium tersebut berada dalam naungan Kementrian Energi Amerika Serikat.46 Kemudian adanya 58 seeds virus lain milik Indonesia berada di Bio Health Security sebuah Lembaga Penelitian Senjata Biologi di Pentagon.47 Karena hal ini, wajar jika Indonesia merasa khawatir atas virus-virus dari Indonesia yang bisa sewaktu-waktu dijadikan senjata biologis dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Ketakutan Indonesia menjadi wajar pada saat itu karena khawatir jika virus yang dikirim oleh Indonesia dijadikan sebagai senjata biologis untuk merugikan keamanan nasional maupun internasional. Kemudian setelah Indonesia menuntut ketransparan mengenai data, Laboratorium Los Alamos dikabarkan tutup.48

Pada bulan November 2006 Assistant to Director General WHO David Heymann datang langsung ke Indonesia menemui Menteri Kesehatan untuk berunding masalah ini. Indonesia ditawari bantuan dana dan teknis jika Indonesia menyetujui mekanisme GISN dalam mengumpulkan virus H5N1. Indonesia menolak dan secara terang-terangan melakukan tindakan pemberhentian untuk mengirim virus flu burung mulai tanggal 20 Desember 2006 kepada WHO. Pemberhentian untuk mengirim birus terus berjalan jika WHO masih mengikuti sistem GISN.49

45 Siti Fadilah Supari, 2008, Saatnya Dunia Berubah:Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung, PT. Sulaksana Watinsa:Jakarta, hal 13-16.46 Ibid, hal 17-19.47 Devi Anggraeni, 2011, Kepentingan Multinational Corporation (Perusahaan Farmasi) dalam Program Penanganan Flu Burung oleh World Health Organization di Indonesia, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang, hal 113.48 Siti Fadillah Supari, Op. Cit, hal 19.

13

Page 14: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Sikap Indonesia ini terjadi karena mekanisme virus sharing dalam WHO selama ini terlihat seperti tidak diperkenankannya negara berkembang yang mengirimkan virusnya kepada WHO untuk mengetahui bagaimana proses maupun hasil virus yang diberikan. Indonesia menganggap tindakan WHO tersebut telah melanggar kedaulatan negara-negara yang telah mengirimkan virus. Maka dari itu Indonesia berniat untuk mengembangkan vaksin flu burung sendiri. Kemudian Indonesia harus memikirkan jalan lain agar bisa keluar dalam ketidakadilan ini.

Namun pada kenyataannya, kuasa WHO dan negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang tidak dapat dipungkiri. Vaksin yang tercipta dari virus yang telah dikirimkan oleh negara-negara yang terserang wabah kepada WHO, didistribusikan secara komersial ke seluruh negara di dunia termasuk ke negara yang pengirim virus. Namun yang menjadi masalah ialah harga vaksin ditentukan oleh produsen vaksin dan kebanyakan kerjasama produksi vaksin dibuat oleh negara industri yang maju. Selain itu negara atau perusahaan produsen vaksin mematok vaksin dengan harga yang mahal dengan tujuan keuntungan ekonomi tanpa melihat dampaknya bagi negara-negara berkembang.50

Kejadian ini membuat Indonesia ingin mengembangkan vaksin sendiri, karena hakikatnya virus setiap kasus flu burung di

setiap negara berbeda-beda. Indonesia melalui Institut Pertanian Bogor bersama perusahaan Shigeta dari Jepang telah mengembangkan dan memproduksi vaksin flu burung untuk unggas dan berupaya melakukan hal yang sama untuk menciptakan vaksin flu burung untuk manusia.51

Salah satu yang menjadi langkah Indonesia agar mendapat wadah untuk menampung kepentingan ialah keikutsertaan Indonesia dalam inisiasi FPGH. Pada tanggal 20 Maret 2007, Norwegia bersama enam negara lain termasuk Indonesia membuat inisiasi Foreign Policy and Global Health (FPGH) di New York. Inisiasi disahkan di Norwegia.52 Setelah membawa kepentingan dalam FPGH, forum WHA juga kemudian menjadi tempat Indonesia untuk berjuang dalam melawan ketidakadilan sistem kesehatan global. World Health Assembly (WHA) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam bidang kesehatan yang kemudian menjadi sasaran Indonesia untuk membawa masalah ini ke dalam forum tersebut.

Diplomasi Kesehatan Global Indonesia dalam Isu Virus Sharing

Pasca Indonesia mengalami masalah virus sharing dengan WHO, Indonesia tetap melakukan diplomasi kesehatan. Setelah bergabung dengan FPGH, Indonesia

49 Ibid, hal 30-31.50 Alfi Rahmadi, Bu Siti Melawan Amerika, dalam https://www.kompasiana.com/alfirahmadi/bu-siti-melawan-amerika_550d6e8c813311822bb1e37a diakses pada (29/11/17, 23:34 WIB) 51 Ibid, Elok Dyah Messwati, Evy Rachmawati.52 Celso Amorim. Philippe Doste Blazy, dkk, Oslo Ministerial Declaration – Global Health: a Pressing Foreign Policy Issue of Our Time, dalam http://www.who.int/trade/events/Oslo_Ministerial_Declaration.pdf diakses pada (06/08/17, 21:10 WIB)

14

Page 15: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

mencoba melakukan Global Health Diplomacy53 (Diplomasi Kesehatan Global), GHD merupakan penyatuan isu kesehatan masyarakat, isu internasional, manajemen, hukum dan ekonomi. Diplomasi ini berfokus pada negosiasi pengelolaan dalam lingkup kebijakan global untuk kesehatan. Menurut

WHO tujuan dari GHD ialah untuk membangun kapasitas negara-negara anggota WHO agar mendukung dengan tindakan kolektif untuk mengambil keuntungan dari peluang dan mengurangi risiko kesehatan.

54

Grafik 2 Global Health Diplomacy menurut WHO

Menurut WHO dalam definisinya GHD merupakan usaha penyelesaian masalah kesehatan global yang membutuhkan negosiasi politik yang menghasilkan solusi politik. Untuk menghasilkan solusi harus melibatkan faktor ekonomi, sosial dan rekan politik di dalamnya. Caranya dengan melibatkan

semua negara untuk mencari solusi atas masalah kesehatan, lalu memobilisasi negara-negara dan mengajak untuk berkomitmen dalam menyelesaian masalah kesehatan. Ini harus dilakukan karena penyakit tidak mengenal batas negara dan bisa menjadu sumber ancaman bagi keamanan nasional setiap negara.55

Grafik 3 Global Health Diplomacy yang dilakukan Indonesia

Indonesia dan WHO sempat mengalami kebuntuan dalam kesepakatan Deklarasi Jakarta. Akan tetapi Indonesia masih memiliki kesempatan untuk memperjuangkan kasus virus sharing dalam forum kesehatan internasional yakni sidang World Health Assembly (WHA) atau yang

disebut juga Majelis Kesehatan Dunia yang biasa diadakan di Jenewa setiap tahunnya. Sidang WHA berfungsi sebagai badan pembuat keputusan WHO. Dalam sidang ini dihadiri oleh negara-negara anggota WHO dan berfokus pada agenda khusus yang telah

53 Selanjutnya disingkat GHD54 World Health Organizations (WHO), Global Health Diplomacy, dalam http://www.who.int/trade/diplomacy/en diakses pada (16/04/17, 11:41 WIB) 55 WHO Eastern Mediterranean Region, Health Diplomacy: Framing Diplomacy Through a Health Lens, dalam https://www.youtube.com/watch?v=vRRJ6iGB2pE diakses pada (22/02/17, 13:36 WIB)

15

Page 16: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

disiapkan oleh Dewan Eksekutif WHO.56 Sidang ke-60 pada saat itu diadakan di Jenewa pada tangga 14-23 Mei 2007 dihadiri kurang lebih 193 negara anggota WHO, organisasi non-pemerintah dan pengamat lainnya. Pertemuan ini menghasilkan dua resolusi mengenai Pandemic influenza preparedness and Public health, innovation and intellectual property atau Kesiapan menangani pandemic influenza dan mengenai Kesehatan masyarakat, inovasi dan kekayaan intelektual.57

Pada sidang WHA ke-60, Indonesia banyak menghadapi kendala dalam mengajukan resolusi “Responsible Practises for Sharing Avian Influenza Viruses and Resulting Benefits” yang isinya menekankan pada perlunya solidaritas internasional untuk menghadapi ancaman pandemi influenza. Indonesia mengajukan desakan agar WHO melakukan reformasi terhadap tatanan kesehatan yang sudah berlangsung 50 tahun pada saat itu tidak transparan dan tidak adil. Isi resolusi tersebut ialah tentang mekanisme virus sharing yang harus bertanggungjawab, adil dan transparan, dan juga membahas tentang benefit sharing bagi negara-negara yang mengirimkan virus khususnya negara berkembang.58

Pada tahun selanjutnya dalam sidang WHA ke-61 pada tanggal 19 – 24 Mei 2008 di Jenewa, pembahasan resolusi “Pandemic

Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Access to Vaccines and Other Benefit” kembali dibahas. Indonesia masih bertekad agar resolusi segera disahkan agar sistem kelola vaksin dalam WHO dan GISN berubah. Indonesia meminta WHO agar tidak mengesampingkan kepentingan negara berkembang dan memberikan pelayanan yang adil kepada seluruh negara anggota. Hal itu diperparah dengan kemampuan produksi vaksin yang kurang dari 5% dari jumlah penduduk dunia dan ini merupakan suatu kegagalan sistem kelola kesehatan global. Kegagalan tersebut dikarenakan akses dan teknologi yang tidak dimiliki oleh negara-negara berkembang sehingga tidak bisa menghasilkan vaksin secara mandiri. Indonesia menyatakan bahwa bersedia dalam mengemban tanggungjawab dalam virus sharing, akan tetapi dengan syarat sistem itu memberikan keuntungan bagi negara berkembang dan menghasilkan sistem yang adil dan transparan.59

Indonesia sudah mempunyai dukungan banyak dari negara-negara anggota WHO. Sekitar 112 negara dari 193 negara (khususnya negara non-blok) mendukung penuh resolusi tentang virus sharing dan benefits sharing. Sebelumnya pada tanggal 21 Mei 2008, para Menteri Kesehatan negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok60 mengadakan pertemuan

56 World Health Organization (WHO), World Health Assembly, dalam http://www.who.int/mediacentre/events/governance/wha/en/ diakses pada (06/09/17, 21:50 WIB)57 World Health Organization (WHO), World Health Assembly closes, dalam http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2007/wha02/en/ diakses pada (06/09/17, 22:43 WIB)58 Op. Cit. Siti Fadilah, hal 69-70.59 Aditia Maruli (Ed), 2008, Fadilah Supari Tegaskan Kembali Pentingnya Mekanisme Baru “Virus Sharing”, dalam http://www.antaranews.com/berita/103081/fadilah-supari-tegaskan-kembali-pentingnya-mekanisme-baru-virus-sharing diakses pada (11/09/17, 00:18 WIB)60 Selanjutnya disingkat GNB.

16

Page 17: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

untuk membahas resolusi yang akan dibawa ke forum WHA. Pada kesempatan lain, Indonesia juga memiliki hubungan bilateral dengan beberapa negara yang mendukung secara moral atas sikap Indonesia dalam isu virus sharing ini. Antara lain dari negara Inggris, Rusia dan Australia. Selain itu juga Indonesia mendapat dukungan politik secara langsung oleh Kuba, Iran, Malaysia dan Brunei Darussalam serta dukungan secara tertulis dari India.61

Kemudian selanjutnya pada sidang WHA ke-62 pada tanggal 18 – 22 Mei 2009 di Jenewa, Indonesia mendapatkan tambahan dukungan dari negara-negara berkembang seperti Argentina, Bangladesh, Butan, Barzil, Chili, Kuba, Ghana, Guatemala, India, Iran, Maldives, Myanmar, Nigeria, Sri Lanka, Timor Leste dan Venezuela. Dalam sidang WHA ke-62 membahas tentang finalisasi peraturan penting yang akan dimasukkan dalam dokumen SMTA. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari sebagai inisiator konsep mekanisme baru virus sharing yang adil dan transparan menganggap bahwa pencapaian yang dilakukan Indonesia merupakan sebuah pencapaian yang mulia dalam dunia kesehatan. Hal ini dapat memberikan dampak kepada tatanan sistem kesehatan global yang lebih baik. Siti Fadillah Supari dalam sidang WHA ke-62 dipilih sebagai

Wakil Ketua I Executive Board WHO hingga sidang WHA ke-63.62

Kemudian dalam sidang WHA ke-63 yang diadakan pada tanggal 16 – 21 Mei 2010 di Jenewa, Indonesia diwakilkan oleh Menteri Kesehatan yang baru yakni Endang Rahayu Sedyaningsih. Adanya pergantian Menteri Kesehatan tidak membuat perjuangan Indonesia berhenti. Pada sidang kali ini, Indonesia melaporkan hasil pembahasan resolusi Pandemic Influenza Preparedness dan akan diajukan ke pleno WHA. Sebelumnya Indonesia yang tergabung dalam Executive Board (EB) dan telah mengadakan sidang bersama anggota EB lainnya. Sidang tersebut diadakan pada Januari 2010 dan dihadiri oleh negara anggota EB-WHO dan hasil dari sidang EB akan dibawa ke dalam sidang WHA. Indonesia pada saat itu mengajukan tiga draft resolusi, yaitu: tentang pandemic influenza preparedness, tentang virus hepatitis dan menejemen limbah. Tiga resolusi tersebut disepakati oleh anggota EB untuk diajukan dalam sidang WHA selanjutnya.63

Pengesahan Resolusi WHA No.64/56 tentang “Pandemic Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to Vaccine and other Benefits”

61 Suryanto, 2008, Soal Sampel Virus Indonesia Didukung 112 Negara, dalam http://www.antaranews.com/berita/103357/soal-sampel-virus-indonesia-didukung-112-negara diakses pada (11/09/17, 00:19 WIB)62 Kementrian Kesehatan RI, 2015, Sidang Tahunan WHA ke-62 Virus Shring Akan Menjadi Aturan Baru WHO, dalam http://mediakom.sehatnegeriku.com/sidang-tahunan-wha-ke-62-virus-sharing-akan-mehttp://simp2p.kemkes.go.id/blog/2011/05/resolusi-dan-keputusan-wha-64-njadi-aturan-baru-who/ diakses pada (11/09/17, 00:24 WIB)63 Vera Farah Bararah, 2010, RI Usulkan 3 Draf di Sidang WHA WHO, dalam https://health.detik.com/read/2010/05/14/160023/1357165/763/indexsub_first_aid.php diakses pada (11/09/17, 00:33 WIB)

17

Page 18: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Perjuangan Indonesia dalam kasus virus sharing demi keadilan negara-negara berkembang dalam forum WHA belum berhenti. Pada sidang WHA ke-64 yang dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 16 – 24 Mei 2011, Indonesia berhasil mendorong resolusi WHA No.64/56 tentang “Pandemic Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to Vaccine and other Benefits” agar disahkan dan disepakati oleh 193 negara anggota WHO.64 Pada sidang ini Indonesia diwakili oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Indonesia mendesak dalam penyesahan resolusi ini agar dibentuk Advisory Group yang mencakup negara-negara anggota WHO dan sektor swasta yang terlibat agar peranan strategis WHO dapat memonitor dan mengawasi pelaksanaan kerangka virus sharing dan akses pada vaksin dan manfaatnya.65

Resolusi ini merupakan kerangka kerjasama dunia untuk menghadapi pandemi influenza khususnya dalam mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan manfaatnya serta membahas Standard Material Transfer Agreement (SMTA).

Pada sidang kali ini, ada 16 topik kesehatan yang dibahas66 Dari enam belas

topik pembahasan dalam sidang WHA ke-64, penetepan resolusi Pandemic Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to Vaccine and other Benefits menjadi perhatian semua negara yang ada pada sidang tersebut. Indonesia mendapat banyak apresiasi atas perjuangan selama empat tahun untuk membangun mekanisme virus sharing yang adil dan transparan.

Kemudian resolusi tersebut memiliki poin-poin pembahasan di dalamnya67, antara lain:

a. Menambahkan definisi materi biologis yang menjadi objek SMTA.68

b. Kontribusi dana kemitraan tahunan, dalam hal ini pihak industry farmasi akan memberikan kontribusi dana tahunan sebesar 50% dari dana per tahun yang dibutuhkan untuk operasional WHO Global Influenza Surveillance and Response System (WHO GISRS) mulai tahun 2012.

c. Dalam SMTA, transfer material hanya dapat dilakukan antar para pihak yang telah menandatangani SMTA (baik antar negara anggota WHO maupun laboraturium non-pemerintah, universitas, industri farmasi swasta dengan WHO)

64 Permanent Mission of the Republic of Indonesia, Menkes RI Tekankan Kesiapan Dunia Menghadapi Pandemik Influenza dan Upaya untuk Atasi Penyakit Tidak Menular Di Hadapan Dewan Kesehatan Dunia, dalam http://mission-indonesia.org/2011/05/21/menkes-ri-tekankan-kesiapan-dunia-menghadapi-pandemik-influenza-dan-upaya-untuk-atasi-penyakit-tidak-menular-dihadapan-dewan-kesehatan-dunia/ diakses pada (11/09/17, 01:15 WIB) 65 Pusat Komunikasi Departemen Kesehatan RI, Indonesia Sambut Baik Penetapan Resolusi Mekanisme Baru Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya, dalam http://demo.sehatnegeriku.com/indonesia-sambut-baik-penetapan-resolusi-mekanisme-baru-virus-sharing-dan-akses-pada-vaksin-dan-manfaat-lainnya/ diakses pada (09/11/17, 01:18 WIB)66 http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1514 diakses pada (09/11/17, 01:17 WIB)67 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (Kemkes), Indonesia Sambut Baik Penetapan Resolusi Mekanisme Baru Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya, http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20110523/191101/indonesia-sambut-baik-penetapan-resolusi-mekanisme-baru-virus-sharing-dan-akses-pada-vaksin-dan-manfaat-lainnya/ diakses pada (11/09/17, 00:15 WIB)68 Menambahkan definisi berupa spesimen klinis manusia, virus yang diisolasi dari virus H5N1 tipe liar dan virus influenza tipe liar lain yang berpotensi menimbulkan pandemik serta RNA yang diekstrak dari virus H5N1 tipe liar.

18

Page 19: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

d. Mekanisme pelacakan dan pelaporan, hal ini dilakukan untuk melacar real time gerakan materi biologis melalui sistem elektronik untuk arus keluar masuknya virus ke WHO GISRS.

e. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), semua pihak tidak diperkenankan mengklaim HAKI dari materi biologis virus yang ditransfer dari WHO GISRS.

f. Benefit sharing, pembagian manfaat dalam virus sharing H5N1 dan influenza lain harus diberikan kepada semua negara anggota, khusunya negara berkembang berdasarkan tingkat pendapatan, risiko kesehatan masyarakat dan kebutuhannya, dan pengembangan kapasitas laboratorium dan surveillance serta lisensi non-eksklusif yang bebas royalti kepada WHO yang bisa disub-lisensikan kepada produsen di negara berkembang.

g. WHO GISRS dibentuk sebagai koordinasi WHO untuk melakukan surveillance, analisa risiko dan memberikan bantuan untuk kesiapan menghadapi pandemi. Tugas lain WHO GISRS juga sebagai pengganti Global Influenza Surveillance Network (GISN) yang sebelumnya sangat ditentang oleh Indonesia karena bersikap tidak adil dan tidak transparan.

Resolusi ini bertujuan untuk membangun sistem kesehatan global agar lebih baik

melalui kesiapsiagaan pandemi. Pembangunan sistem ini dilakukan dengan cara pengawasan yang lebih baik, teknologi laboratorium baru, dan penggunaan teknologi komunikasi elektronik yang ekstensif agar memungkinkan deteksi, identifikasi, pantauan dan respon yang cepat jika muncul virus influenza baru. Kemudian dalam resolusi ini dibahas juga mengenai International Health Regulation (IHR) yang sudah dirancang tahun 2005 untuk dimatangkan agar regulasi ini berguna sebagai kerangka hukum sebagai salah satu fasilitas kesehatan global.69

Dunia Internasional mengapresiasi pencapaian Indonesia dengan ditetapkannya resolusi. Hal ini merupakan sebuah sejarah dalam bidang kesehatan global agar terciptanya kesiapan untuk menghadapi pandemi yang lebih terkoordinir, komprehensif dan transparan. Indonesia dapat melakukan ini semua tidak lepas dari aktor-aktor pembuat kebijakan dalam negeri (khususnya Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari) dan dukungan dari negara-negara anggota Foreign Policy and Global Health (FPGH), Gerakan Non-Blok (GNB) dan negara-negara lain.70 Dengan disahkannya resolusi ini dapat mencerminkan adanya peningkatan solidaritas internasional, kemudian diharapkan akses terhadap obat-obatan dan vaksin antiviral dalam WHO tidak memandang status negara berkembang dan negara maju serta dapat menjadi awal sistem kesehatan global yang lebih adil demi keamanan masyarakat internasional.

69 World Health Organizations (WHO), Pandemic influenza preparedness: sharing of influenza viruses and access to vaccines and other benefits, dalam http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA63/A63_ID1-en.pdf diakses pada (08/10/17, 02:10 WIB) 70 MEDIAKOM, Mekanisme Baru Virus Sharing Usulan Indonesia Ditetapkan Sebagai Resolusi WHA, dalam http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1722/2/Mediakom30-0611-20.pdf diakses pada (05/09/17, 01:29 WIB)

19

Page 20: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Kesimpulan

WHO sebagai organisasi internasional yang bergerak dalam bidang kesehatan menghimbau negara-negara yang terserang wabah flu burung untuk mengirimkan sample virusnya kepada GISN (Global Influenza Survaillance Network). Pasca kasus wabah flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Indonesia, WHO mengeluarkan pernyataan bahwa kasus flu burung di Indonesia merupakan kasus human to human transmission. Namun Indonesia membantah dengan tegas bahwa kasus flu burung pada manusia di Indonesia bukan penularan antar manusia. Setelah kejadian itu, Indonesia berupaya meneliti strain virus yang menginfeksi korban pertama tersebut dan berhasil membuktikan bahwa kasus tersebut merupakan penularan antar manusia dan unggas. Indonesia meminta hasil sequencing data strain virus dari Indonesia kepada WHO akan tetapi WHO tidak kunjung memberikannya.

Pada tahun 2007 kecurigaan Indonesia semakin bertambah saat menemukan laporan bahwa virus asal Indonesia dikomersilkan dan dikembangkan di Australia serta adanya data sequencing virus milik Indonesia berada di Los Alamos National Laboratory. Laboraturium yang menjadi tempat perakitan bom atom Hiroshima tahun 1945 ini membuat Indonesia takut jika virus tersebut akan dijadikan senjata biologi. Indonesia tidak menerima kejadian ini, dan mengajukan protes kepada WHO dengan menghentikan pengiriman virus flu burung pada tahun 2006. Tindakan Indonesia rupanya mempengaruhi negara lain untuk

memperlambat mekanisme virus sharing. Hal ini membuat WHO kesulitan dan akhirnya WHO menawarkan beberapa pertemuan untuk berunding agar menemukan kesepakatan antara Indonesia dan WHO, namun dari beberapa pertemuan tidak membuat Indonesia puas dengan hasilnya. Kondisi ini membuat Indonesia mencari jalan keluar untuk mendapatkan keadilan dalam sistem kesehatan global.

Atas semangat independensi dalam mengelola masalah kesehatan, Indonesia mencoba melepaskan diri dari ketergantungan yang merugikan negara-negara pengirim virus. Indonesia harus mempunyai power yang banyak untuk mempengaruhi negara lain untuk bersedia mendukung perubahan dalam sistem mekanisme virus sharing. Akhirnya cara yang dilakukan Indonesia ialah dengan bergabung dalam kerjasama multilateral dan melakukan diplomasi kesehatan global.

Indonesia tidak menyerah dalam memperjuangkan keadilan, pada tahun 2007 Indonesia ikut serta dalam inisiasi FPGH (Foreign Policy and Global Health) yang diadakan di Oslo. Indonesia bersama 6 negara lainnya (Norwegia, Thailand, Perancis, Brazil, Senegal dan Afrika Selatan) membentuk suatu koordinasi dalam menangani masalah kesehatan global. FPGH memiliki 3 agenda utama: meningkatkan kapasitas terhadap jaminan kesehatan global, menghadapi ancaman terhadap keamanan kesehatan global, dan menjadikan globalisasi agar bisa bekerja untuk semua isu. Setelah Indonesia bergabung dalam FPGH, Indonesia memulai diplomasinya dalam perancangan resolusi “Pandemic Influenza Preparedness; Sharing of Influenza Viruses and Vaccine and Other

20

Page 21: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Benefits” dalam forum WHA ke-60 pada tanggal 14-23 Mei 2007. Perjuangan diplomasi kesehatan Indonesia tetap berlanjut tiap tahunnya hingga tahun 2011.

Sejak tahun 2007, awal Indonesia mengajukan draf resolusi dan perjuangan Indonesia akhirnya disahkan dalam sidang WHA ke-64 yang dilaksanakan pada 16-24 Mei 2011 di Jenewa. Resolusi No.64/65 tentang “Pandemic Influenza Preparedness; Sharing of Influenza Viruses and Vaccine and Other Benefits” disahkan dan disepakati oleh 193 negara anggota WHO. Resolusi ini mempersiapkan kerangka kerjasama global untuk persiapan mengahadapi pandemi influenza khususnya dalam mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan manfaatnya serta membahas SMTA (Standard Material Tranfer Agreements).

Upaya yang dilakukan Indonesia ini merupakan bentuk usaha untuk melepaskan diri dari hegemoni dan monopoli politik internasional. Sebelumnya negara-negara berkembang dalam mekanisme virus sharing tidak memiliki wewenang terhadap virus yang dikirimkan ke WHO, kini Indonesia berhasil mengubah sistem dalam mekanisme virus sharing yang lebih transparan dan adil. Banyak negara yang mengapresiasi perjuangan Indonesia dalam perjuangan keadilan dalam mekanisme virus sharing. Hal ini diharapkan menjadi pijakan untuk menuju dunia yang adil dan dapat terus dijalankan agar seluruh negara saling menguntungkan tanpa ada yang dirugikan dalam sistem kesehatan global

Daftar PustakaAmorim, Celso. Blazy, Philippe Doste. Dkk. Oslo Ministerial Declaration – Global Health: a

Pressing Foreign Policy Issue of Our Time. dalam http://www.who.int/trade/events/Oslo_Ministerial_Declaration.pdf diakses pada (06/08/17, 21:10 WIB)

Anggraeni, Devi. 2011. Kepentingan Multinational Corporation (Perusahaan Farmasi) dalam Program Penanganan Flu Burung oleh World Health Organization di Indonesia. Malang: Jurusan Hubungan Internasional. Universitas Muhammadiyah Malang.

Bararah, Vera Farah. 2010. RI Usulkan 3 Draf di Sidang WHA WHO. dalam https://health.detik.com/read/2010/05/14/160023/1357165/763/indexsub_first_aid.php diakses pada (11/09/17, 00:33 WIB)

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (Kemkes). Indonesia Sambut Baik Penetapan Resolusi Mekanisme Baru Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20110523/191101/indonesia-sambut-baik-penetapan-resolusi-mekanisme-baru-virus-sharing-dan-akses-pada-vaksin-dan-manfaat-lainnya/ diakses pada (11/09/17, 00:15 WIB)

Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Candler, Gaylord G. Cardoso, Dependency Theory and Brazil. dalam http://www.unf.edu/~g.candler/articles/FHC-RM.pdf diakses pada (04/10/17, 23:27 WIB)

21

Page 22: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Carter, Jason. WHO’s Virus Is It Anyway? How The World Health Organization Can Protect Against Claims of “Viral Sovereignty”. dalam http://digitalcommons.law.uga.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1138&context=gjicl diakses pada (29/11/17, 00:27 WIB)

Detik News. Mengurai Ketamakan Negara Maju. dalam https://news.detik.com/berita/898146/mengurai-ketamakan-negara-maju diakses pada (03/01/2018, 00:22 WIB)

Detik News. Sampel Genetik Virus Flu Burung Indonesia Dicuri Negara lain. dalam https://news.detik.com/berita/739402/sampel-genetik-flu-burung-indonesia-dicuri-negara-lain diakses pada (03/01/2018, 01:42 WIB)

Fidler, David P. Germs, Norms and Power: Global Health’s Political Revolution. dalam https://warwick.ac.uk/fac/soc/law/elj/lgd/2004_1/fidler/ diakses pada (28/11/17, 03:00 WIB)

Garrett, Laurie. Fidler, David P. Sharing H5N1Viruses to Stop a Global Influenza Pandemic. diakses dalam http://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.0040330 (18/08/17, 03:00 WIB)

Joevi, Roedyati. Keketuaan Indonesia dalam Forum Foreign Policy and Global Health Tahun 2013. dalam http://portalgaruda.org/download_article.php?article= 95776&val=3920> diakses pada (17/02/17, 10:39 WIB)

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Sidang Tahunan WHA ke-62 Virus Shring Akan Menjadi Aturan Baru WHO. dalam http://mediakom.sehatnegeriku.com/sidang-tahunan-wha-ke-62-virus-sharing-akan-mehttp://simp2p.kemkes.go.id/blog/2011/05/resolusi-dan-keputusan-wha-64-njadi-aturan-baru-who/ diakses pada (11/09/17, 00:24 WIB)

KOMPAS. 2008. Mekanisme Benefit Sharing Harus Ada dalam SMTA. dalam http://nasional.kompas.com/read/2008/12/15/15364363/mekanisme.benefit.sharing.harus.ada.dalam.smta. Diakses pada (12/09/17, 02:49 WIB)

Kurniawan, Rizki A. 2015. Peran Indonesia Terhadap Isu Kesehatan Global Malalui Forum Foreign Policy and Global Health (FPGH) dalam Global Heath Governance (GHG) 2006-2013. dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=294826&val=6444&title=PERAN%20INDONESIA%20TERHADAP%20ISU%20KESEHATAN%20GLOBAL%20MELALUI%20FORUM%20FOREIGN%20POLICY%20AND%20GLOBAL%20HEALTH%20(FPGH)%20DALAM%20GLOBAL%20HEALTH%20GOVERNANCE%20(GHG)%202006-2013 diakses pada (18/02/17, 12:47 WIB)

Maruli, Aditia (Ed). 2008. Fadilah Supari Tegaskan Kembali Pentingnya Mekanisme Baru “Virus Sharing”. dalam http://www.antaranews.com/berita/103081/fadilah-supari-tegaskan-kembali-pentingnya-mekanisme-baru-virus-sharing diakses pada (11/09/17, 00:18 WIB)

MEDIAKOM. Mekanisme Baru Virus Sharing Usulan Indonesia Ditetapkan Sebagai Resolusi WHA. dalam

22

Page 23: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1722/2/Mediakom30-0611-20.pdf diakses pada (05/09/17, 01:29 WIB)

Messwati, Elok Dyah. Rachmawati, Evy. Flu Burung dan Kemandirian IPTEK, dalam http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/seputar-p2biotek/313-flu-burung-dan-kemandirian-iptek diakses pada (30/11/17, 00:12 WIB)

Muhammad, Kartono. Flu Burung. dalam http://influenzareport.com/influenzareport_indonesian.pdf diakses pada (03/08/17, 18:44 WIB)

Permanent Mission of the Republic of Indonesia. Menkes RI Tekankan Kesiapan Dunia Menghadapi Pandemik Influenza dan Upaya untuk Atasi Penyakit Tidak Menular Di Hadapan Dewan Kesehatan Dunia. dalam http://mission-indonesia.org/2011/05/21/menkes-ri-tekankan-kesiapan-dunia-menghadapi-pandemik-influenza-dan-upaya-untuk-atasi-penyakit-tidak-menular-dihadapan-dewan-kesehatan-dunia/ diakses pada (11/09/17, 01:15 WIB)

Pusat Komunikasi Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sambut Baik Penetapan Resolusi Mekanisme Baru Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya. dalam http://demo.sehatnegeriku.com/indonesia-sambut-baik-penetapan-resolusi-mekanisme-baru-virus-sharing-dan-akses-pada-vaksin-dan-manfaat-lainnya/ diakses pada (09/11/17, 01:18 WIB)

Rahmadi, Alfi. Bu Siti Melawan Amerika. Dalam https://www.kompasiana.com/alfirahmadi/bu-siti-melawan-amerika_550d6e8c813311822bb1e37a diakses pada (29/11/17, 23:34 WIB)

Ramona A Gutiérrez. Monica J Naughtin. Dkk. A(H5N1) Virus Evolution In South East Asia. dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3185531/ diakses pada (15/11/17, 01:27 WIB)

Redaksi Kabar Indonesia. Setelah Perundingan Alot, Indonesia Kembali Kirim Sampel Virus H5N1. dalam http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Setelah+Perundingan+Alot%2C+Indonesia+Kembali+Kirim+Sampel+Virus+H5N1&dn=20070217055805 diakses pada (03/01/2018, 01:56 WIB)

Schnirring, Lisa. WHO Group Tackle H5N1 Virus Sharing Dispute. dalam http://www.cidrap.umn.edu/news-perspective/2007/11/who-group-tackle-h5n1-virus-sharing-dispute diakses pada (13/11/17, 00:44 WIB)

Sedyaningsih, Endang K. Setyawaty, Vivi. Dkk. Karaktersitik Epidemiologi Kasus-Kasus Flu Burung di Indonesia Juli 2005 – Oktober 2006. dalam ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/download/1201/292 diakses pada (31/07/17, 00:58)

Sedyaningsih, Endang R. Isfandari, Soto. Dkk. Towards Mutual Trust, Transparency and Equity in Virus sharing Mechanism: The Influenza Case of Indonesia. dalam http://www.annals.edu.sg/pdf/37VolNo6Jun2008/V37N6p482.pdf diakses pada (10/11/2017, 00:57 WIB)

23

Page 24: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Dari 233 Organisasi Internasional yang Diikuti Indonesia, Seskab: 112 Strategis, 46 Teknis, 75 Evaluasi. dalam http://setkab.go.id/dari-233-organisasi-internasional-yang-diikuti-indonesia-seskab-112-strategis-46-teknis-75-dievalusi/ diakses pada (03/10/17, 01:35 WIB)

Siegel, Marc. 2006. Flu Burung: Serangan Wabah Ganas dan Perlindungan Terhadapnya. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Supari, Siti Fadilah. 2008. Saatnya Dunia Berubah:Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. PT. Sulaksana Watinsa:Jakarta.

Suryanto. 2008. Soal Sampel Virus Indonesia Didukung 112 Negara. dalam http://www.antaranews.com/berita/103357/soal-sampel-virus-indonesia-didukung-112-negara diakses pada (11/09/17, 00:19 WIB)

Susanti, Susi. Protes Ketidakadilan Pengelolaan Virus WHO : Wawancara Khusus dengan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. dalam http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/getbitstream/?media=/123456789/7/1/wawancarakhususmenkes_ktdkadilanWHO.pdf diakses pada (07/08/17, 11:18 WIB)

Tabloid Diplomasi. Isu Kesehatan Masuk dalam ranah diplomasi. dalam http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2012/Tabloid%20Diplomasi%20Agustus%202012.pdf diakses pada (20/02/17, 14:27 WIB)

United Nations Intenational Children’s Fund (UNICEF). Sekilas – Flu Burung. dalam https://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_7194.html diakses pada (28/07/17, 00.49 WIB)

WHO Eastern Mediterranean Region. Health Diplomacy: Framing Diplomacy Through a Health Lens. dalam https://www.youtube.com/watch?v=vRRJ6iGB2pE diakses pada (22/02/17, 13:36 WIB)

World Health Organization (WHO). Pandemic Influenza Preparedness Framework. diakses dalam http://apps.who.int/gb/pip/pdf_files/pandemic-influenza-preparedness-en.pdf (16/08/17, 05:34 WIB)

World Health Organization (WHO). Virus Sharing. dalam http://www.who.int/influenza/pip/virus_sharing/en/ diakses pada (16/08/17, 05:30 WIB)

World Health Organization (WHO). World Health Assembly closes. dalam http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2007/wha02/en/ diakses pada (06/09/17, 22:43 WIB)

World Health Organization (WHO). World Health Assembly. dalam http://www.who.int/mediacentre/events/governance/wha/en/ diakses pada (06/09/17, 21:50 WIB)

World Health Organizations (WHO). Global Health Diplomacy. dalam http://www.who.int/trade/diplomacy/en diakses pada (16/04/17, 11:41 WIB)

World Health Organizations (WHO). Oslo Ministerial Declaration—global health: a pressing foreign policy issue of our time. dalam http://www.who.int/trade/events/Oslo_Ministerial_Declaration.pdf?ua=1 diakses pada (24/09/17, 19:02 WIB)

24

Page 25: lab-hi.umm.ac.idlab-hi.umm.ac.id/files/file/Nurhikmah.docx  · Web viewUPAYA INDONESIA UNTUK MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM SISTEM KESEHATAN GLOBAL. Oleh: Nurhikmah. Penulis Adalah

World Health Organizations (WHO). Pandemic influenza preparedness: sharing of influenza viruses and access to vaccines and other benefits. dalam http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA63/A63_ID1-en.pdf diakses pada (08/10/17, 02:10 WIB)

Zulkifli, Andi. Epidemiologi Perencanaan Kesehatan Dalam Penaganan Masalah Flu Burung. dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2850/eperkes%20flu%20burung%202007.pdf?sequence=1 diakses pada (04/08/17, 00:43 WIB)

25