kwh.doc

download kwh.doc

of 24

description

oke

Transcript of kwh.doc

BAB IIILANDASAN TEORI3.1. KWH Meter kWH meter adalah alat untuk mengukur penggunaan daya listrik berdasarkan kilo Watt dalam satuan waktu per jam.Umumnya perhitungan dilakukan dengan semacam motor yang menggerakkan piring indikator dan counter/penghitung mekanik yang sudah di kalibrasi sesuai dengan pemakaian daya.Kalau misalnya daya yang digunakan 1 kilo Watt, maka piring akan berputar dan dalam 1 jam akan memutar penghitung mekanik yang 1/10 an 10 kali dan mengakibatkan yang satuan naik 1 digit.Piring KWH berputar bukan "digerakan" oleh motor, tetapi berputar dengan prinsip kerja seperti motor induksi.Piringannya sebagai rotor, sedangkan statornya merupakan kombinasi belitan antara Tegangan dan Arus.Belitan Tegangan = Trafo Potensial, dihubungkan parallel dengan jala2.Belitan Arus = Trafo Arus (CT), dihubungkan SERIE dengan jala2.Seperti kita ketahui bahwa P (watt) = I (arus/ampere) x E (tegangan/volt)Ketika Arus=0, piring tidak berputar, ketika Arus membesar, putaran bertambah cepat.

KWH Meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakan piringan yang terbuat dari alumunium. Pengukur Watt atau Kwatt, yang pada umumnya disebut Watt-meter/Kwatt meter disusun sedemikian rupa, sehingga kumparan tegangan dapat berputar dengan bebasnya, dengan jalan demikian tenaga listrik dapat diukur, baik dalam satuan WH (watt Jam) ataupun dalam Kwh (kilowatt Hour).

Pemakaian energi listrik di industri maupun rumah tangga menggunakan satuan kilowatt- hour (KWH), dimana 1 KWH sama dengan 3.6 MJ. Karena itulah alat yang digunakan untuk mengukur energi pada industri dan rumah tangga dikenal dengan watthourmeters. Besar tagihan listrik biasanya berdasarkan pada angka-angka yang tertera pada KWH meter setiap bulannya

Untuk saat ini. KWH meter induksi adalah satu-satunya tipe yang digunakan pada perhitungan daya listrik rumah tangga.

Bagian-bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, sebuah piringan aluminium, sebuah magnet tetap, dan sebuah gir mekanik yang mencatat banyaknya putaran piringan. Jika meter dihubungkan ke daya satu fasa, maka piringan mendapat torsi yang membuatnya berputar seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Semakin besar daya yang terpakai, mengakibatkan kecepatan piringan semakin besar; demikian pula sebaliknya

3.1.2. Jenis-jenis KWH MeterApabila dilihat dari cara kerjanya, KWH Meter dibedakan menjadi :

1. KWH meter Analog

2. KWH meter Digital

Untuk Penjelasannya dapat dilihat dibawah ini :

1. KWH meter AnalogAdapun bagian-bagian utama dari sebuah KWH meter Analog antara lain, sebagai berikut :

1. kumparan tegangan

2. kumparan arus

3. piringan aluminium

4. magnet tetap

5. gear mekanik yang mencatat jumlah perputaranpiringan aluminium

6. Bendera pengereman berfungsi mengatur piringan pengujian beban nol pada tegangan normal.

7. Lidah pengereman adalah merupakan pasangan dengan bendera(8).Posisi lidah pengereman dan bendera pengereman harus tepat sehingga:

Pada beban nol,tegangan norminal piringan berhenti pada saat posisi mereka berdekatan.

Tetapi arus mula (0,5 % Id) piringan harus dapat berputar > 1 putaran.

2. KWH Meter DigitalKWH Meter digital digunakan untuk mengatasi kelemahan dari KWH Meter analog. Adapun kelebihan dari KWH Meter Digital antara lain sebagai berikut :

Sistem pembayarannya dengan sistem prabayar, dengan sistem prabayar menggantikan cara pembayaran umumnya, dengan menggunakan kartu prabayar elektronik pengganti tagihan bulanan.

KWH meter denan tampilan digital yang menyala dan berukuran cukup besar.

Akurasi perhitungan KWH, tidak adanya tunggakan pembayaran tagihan listrik, kemudahan memutus sambungan listrik pelanggan yang melakukan tunggakan tagihan dengan menggunakan alat yang bisa di set up dari jarak maximal 200 meter.

Gambar KWH Meter Digital 1 phasa

Display Menu1. Aktif Energy (kWh)2. V rms ** (V) 2 angka dibelakang koma3. I rms ** (A) 2 angka dibelakang koma4. Status Tusbung

Gambar KWH Meter Digital Prabayar

Display Menu1. Sisa kWh2. Sisa Nominal Rupiah3. Status Tusbung4. Status Alarm sebelum sisa nominal kWh habis5. Status Isi Ulang kWh

3.1.3. Fungsi dan prinsip kerja KWH Meter

Prinsip Kerja

1. KWH Meter AnalogDitinjau dari segi cara bekerjanya maka pengukur ini memakai prinsip azas induksi atau azas Ferraris. Dan pada umumnya alat pengukur ini digunakan untuk mengukur daya listrik arus bolak balik.

Pada alat ini dipasang sebuah cakera alumunium (alumunium disk) yang dapat berputar, dimuka sebuah kutub magnit listrik (Electro magnet).

Magnit llsitrik ini diperkuat oleh kumparan tegangan dan kumparan arus. Dengan adanya lapangan magnit tukar yang berubah-ubah maka cakera (Disk) alumunium ditimbulkan suatu arus bolak-balik, yang menyebabkan cakera tadi mulai berputar dan menggerakkan pesawat hitungnya.

Secara umum perhitungan untuk daya listrik dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu

1. Daya kompleks S(VA) = V.I

2. Daya reaktif Q(VAR) = V.I sin

3. Daya aktif P(Watt) = V.I cos

Dari ketiga daya tersebut yang terukur pada KWH meter adalah daya aktif, yang dinyatakan dengan satuan Watt. Sedangkan daya reaktif dapat diketahui besarnya dengan menggunakan alat ukur Varmeter. Untuk pemakaian pada rumah, biasanya hanya digunakan KWH meter.

Pada pembebanan bebas induksi kecepatan berputarnya cakera sangat tergantung pada hasil kali tegangan pada hasil kali dari tegangan (E) x Kuat arus (I) dalam satuan watt. Jumlah putaran tergantung pada kecepatan dan lamanya, dengan demikian dapat kita rumuskan sebagai berikut :

Tegangan x Kuat Arus x Waktu = E x I x t dalam satuan Watt jam (WH)

Untuk alat pengukur Kilowatt jam (KWH) arus putar, pada umunya mempunyai tiga system magnit, yang masing masing dengan sebuah kumparan arus dan tegangan yang bekerja pada sebuah cakera turutan, dimana ketiga cakera itu dipasang pada sumbu yang sama.

cara kerja KWH Meter

Pada piringan KWH meter terdapat suatu garis penanda (biasanya berwarna hitam atau merah). Garis ini berfungsi sebagai indikator putaran piringan. Untuk 1 KWH biasanya setara dengan 900 putaran (ada juga 450 putaran tiap KWH). Saat beban banyak memakai daya listrik, maka putaran piringan KWH ini akan semakin cepat. Hal ini tampak dari cepatnya garis penanda ini melintas.

2. KWH METER DIGITALAdapun cara kerja dari KWH meter digital antara lain sebagai berikut :

1. KWH Meter digital dikontrol oleh sebuah mikrokontroler dengan tipe AVR90S8515 dan menggunakan sebuah sensor digital tipe ADE7757 yang berfungsi untuk membaca tegangan dan arus serta untuk mengetahui besar energi yang digunakan pada instalasi rumah.

2. Seven Segment sebagai penampil data besaran energi listrik yang digunakan di rumah. Dari komponen-komponen tersebut dihasilkan sebuah KWH meter moderen dengan tampilan digital yang dapat mengukur besaran penggunaan energi, dengan batasan maksimal beban 500 watt.

Adapun sistem pembayaran KWH Meter digital yaitu dengan sistem pembayaran moderen membeli sebuah voucher elektronik, berisi besaran digital yang berfungsi sebagai pulsa dan juga sebagai pembanding besaran energi yang digunakan. Secara otomatis sistem ini memutuskan tegangan rumah bila besaran tersebut mencapai nilai 0.

3.1.4. Fungsi nya Kwh meter fungsi ny digunakan untuk mengukur energi arus bolak balik, merupakan alat ukur yang sangatpenting, untuk Kwh yang diproduksi, disalurkan ataupun kWh yang dipakai konsumen-konsumen listrik.Alat ukur ini sangat popular dikalangan masyarakat umum, karena banyak terpasang padarumah-rumah penduduk (konsumen listrik A) dan menentukan besar kecilnya rekening listrik sipemakai.Mengingat sangat pentingnya arti kWh meter ini baik bagi PLN ataupunsipemakai, maka agar diperhatikan benar cara penyambungan alat ukur ini.Gambar penyambungan adalah sebagai berikut

Megger

Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah, yang diputar olehtangan.Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau 5000 volt dan bataspengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20 meter ohm dan 5 sampai 5000 meter ohm danlain-lain sesuai dengan sumber tegangan dari megger tersebut.

3.1.5. Tugas dan Cara Kerjanya Sebenarnya untuk mengukur besarnya daya listrik sudah ada alatnya, yaitu dengan menggunakan Watt Meter. Namun sangat jarang yang memiliki alat tersebut, belum lagi bagi orang awam susah juga kalau mau masang alat ukur tersebut.

Seringkali kita mengeluhkan besarnya tagihan listrik padahal kita merasa menggunakan energy listrik lebih sedikit dari tagihan di rekening. Atau kita sering membandingkan pemakaian listrik rumah kita dengan rumah tetangga. Tentunya tanpa benar-benar tahu (dengan pengukuran) berapa watt rata-rata yang kita pakai dalam sehari.

Tahukah Anda bahwa Meteran listrik yang terpasang di rumah selain untuk mengukur energy (KWh) juga bisa digunakan untuk mengukur daya terpakai di rumah Anda? Ya, dengan bantuan stopwatch (stopwatch di HP juga boleh) dan sedikit perhitungan kita bisa mengetahui berapa besar daya listrik yang Anda gunakan saat itu.

Langsung aja ya, gini caranya

1. Sudah tahu kan yang namanya KWH Meter?

Umumnya kita menyebutnya sebagai meteran Listrik. Kalau belum tahu, yang begini ini loh bentuknya

2. Yang perlu diperhatikan dari KWH Meter tersebut adalah putaran dari piringan KWH.

Semakin banyak alat listrik yang kita gunakan, maka putaran KWH meter akan semakin cepat. Itu artinya daya aktif (watt) yang kita pakai juga semakin banyak, itu berarti pula angka di stand KWH meter akan semakin cepat bertambah.

3. Nah, kecepatan putaran piringan KWH meter inilah yang akan kita hitung dengan stopwatch.

Untuk menghitung putaran piringan KWH meter kita harus memperhatikan tanda berwarna hitam pada piringan KWH meter. Tanda hitam inilah yang menjadi patokan mulai dan berhenti saat menghitung waktu putaran piringan KWH Meter.

4. Selain putaran piringan KWH meter, yang perlu kita catat adalah konstanta dari KWH meter tersebut.

Coba dilihat di name plate KWH meter, disana akan ditemukan banyak spesifikasi dari meteran listrik tersebut. Konstanta KWH meter selalu diikuti satuan PUTARAN/KWH atau PUT/KWH. Sebagai contoh adalah konstanta 900 Put/KWH. Maksudnya, untuk menghasilkan angka 1 KWH di stand meter piringan KWH harus berputar sebanyak 900 kali. Konstanta KWH meter berbeda-beda, jadi harus melihat langsung di name plate KWH meter tersebut. Konstanta yang umum adalah 900 put/KWH, 1250 put/KWH, 720 put/KWH dan 600 put/KWH.

5. Kalo sudah paham, langsung praktek aja

1. Perhatikan name plate KWH meter di rumah Anda, carilah konstanta dari KWH meter tersebut. Catat hasilnya. Misal : 900 put/KWH.

2. Siapkan Stopwatch, jika tidak memiliki bisa menggunakan stopwatch yang ada di Hand phone.

3. Perhatikan putaran piringan KWH meter. Tunggu sampai muncul warna hitam di piringan KWH meter.

4. Saat tanda hitam mucul dan posisi tepat di tengah, tekan tombol START pada stopwatch.

5. Tunggu sampai tanda hitam itu muncul lagi, itu artinya piringan KWH Meter sudah berputar 1 kali. Untuk perhitungan biasanya jumlah putaran minimal 3 kali.

6. Tekan tombol STOP pada stopwatch setelah Anda mendapatkan jumlah putaran yang Anda inginkan.

7. Catat waktunya (dalam detik), misal dari pengukuran diperolah hasil 3 putaran=43,52 detik.

8. Kalo sudah, untuk menghitung besarnya WATT yang kita pakai adalah =

6. WATT = (3600 x Jumlah Putaran) / (Konstanta x Waktu n Putaran) x 10001. Sebagai contoh pengukuran di atas :

WATT= (3600 x 3)/(900 x 43,52) x 1000= 0,275 x 1000 = 275 Watt2. Artinya, pada saat pengukuran tadi kita sedang menggunakan daya listrik sebanyak 275 Watt.

3. Untuk memperkirakan pemakaian satu bulan (dengan asumsi pemakaian adalah sama seperti saat pengukuran sepanjang hari), tinggal dikalikan 0,72 (dari 24 jam x 30 hari /1000), nanti munculnya dalam bentuk KWH. Misal untuk pengukuran di atas, 275 x 0,72 = 198 KWH/bulan.

Dengan melakukan pengukuran secara langsung kita baru benar-benar tahu berapa perkiraan WATT yang sebenarnya kita gunakan.

Sebagai catatan, yang terukur disini adalah daya aktif (WATT) yang terukur oleh KWH meter, bukan VA (daya semu) yang dijadikan patokan daya kontrak. Ketelitian pengukuran sangat tergantung pada ketelitian kita saat mengukur waktu putaran dan tentu saja ketelitian dari KWH meter itu sendiri.

3.1.6. Apa itu Trafo Arus, Current Transformer (CT)?

Salah satu bidang yang menjadi perhatian khusus di PLN adalah pengukuran. Selain di sisi pengukuran pada pemakaian tenaga listrik juga diaplikasikan pada sistem proteksi arus dan transfer energi antar unit.

Salah satu peralatan yang selalu digunakan dalam pengukuran adalah Trafo Arus , Current Transformer yang biasanya di lapangan cukup disebut CT.

CT adalah trafo yang menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya. CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor kawat tembaga. Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang dimiliki oleh CT tersebut.

Misal 400:5, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 5 ampere jika sisi primer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam output tersebut yang paling banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5 ampere.

Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang dimiliki oleh CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1.0 berarti CT tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%. Burden menunjukkan kemampuan CT untuk menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC menyebutkan burden 1.5 VA (volt ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan dengan penentuan besar kabel dan jarak pengukuran.

Catt :

1. Ada 2 standart yang paling banyak diikuti pada CT yaitu : IEC 60044-1 (BSEN 60044-1) & IEEE C57.13 (ANSI)

1. sebagai alat listrik yang berfungsi untuk mengubah atau mentransformasikan besaran listrik (arus) dari besar menjadi kecil, gunanya untuk pengukuran dan proteksi.2. sebagai isolasi dari tegangan pada sistem dengan alat ukur atau alat proteksi.

Berikut ini, Langkah-langkah menentukan arus primer pada CT (CT primary current).Dalam menentukan nilai rating arus phasa ke phasa dalam sistem 3 phasa, digunakan rumus dibawah ini:

I (A)=(S(kVA))/(3 xU (kV))

Contoh:Jika kita dalam perhitungan besarnya I = 13 A dengan menggunakan rumus di atas, maka kita pilih besarnya arus primer pada trafo arus (Current Transformer)= 15 A. Nilai 15 A ini dipilih berdasarkan standar yang digunakan, seperti IEC atau lainya. Yang perlu diperhatikan adalah Nilai yang dipilih selalu lebih besar dari nilai perhitungan dan nilai yang terdekat.

Dari contoh diatas, bisakan kita memilih arus primer pada trafo arus = 10 A setelah melakukan perhitungan yang besarnya diperoleh, yaitu 13 A. Jawabannya tidak, karena jika kita kalikan dengan 1,2 x arus nominalnya (10A x 1,2 In) = 12 A, hasil ini lebih kecil dari pada perhitungan. kalo besarnya arus nominal 1,2 In dengan In = 13 A maka, didapat 15,6 A. Dari nilai, sebaiknya dipilih arus primer yang lebih tinggi dari maksimum nilai nominalnya, yaitu 15 A.

Berdasarkan standar IEC 60044-1, Level Arus Primer pada trafo arus (current transformer) adalah : 10 12.5 15 20 25 30 40 50 60 - 75 - 10x

sebagai catatan: nilai yang dicetak miring, yang biasa digunakan.

Pada penentuan arus sekunder pada CT (Current Transformer) umumnya dipilih sebesar 5 A. berdasarkan fungsi CT atau trafo arus itu sendiri yang berhubungan dengan Relay atau Ammeter, proteksi dan lain-lain, dipengaruhi oleh jarak sehingga arus sekunder (Secondary Current) sebesar 1 A.

Kenapa dipilih arus sekunder (secondary current) pada CT (Current Transformer) atau trafo arus sama dengan 1 A, karena besarnya rugi-rugi pada kabel lebih kecil dibandingkan dengan arus sekunder sebesar 5 A, hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus rugi-rugi daya dibawah ini :

P = R x I2

Dan juga mempengaruhi Cost pada CT, dengan nilai 1 A maka akan terjadi pengurangan Cable Cross Section atau persilangan kabel pada saat instalasi, karena penggunaanya jauh lebih sedikit. Hal ini menjadi keterkaitan dengan Burden CT itu sendiri. Kurangnya penggunaan kabel, maka mempengaruhi kurangnya Burden, sehingga design Current Transformer atau Trafo Arus akan lebih kecil dan nilai ALF (Accuracy Load Factor) yang lebih baik terdapat pada nilai arus sekunder CT sebesar 1 A. Sehingga menyebabkan operasi dari Relay Proteksi (Protection Relays) dan waktu trippingnya akan lebih sensitive dari pada arus sekunder 5 A.

CURRENT TRANSFORMER (TRAFO ARUS)Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan rele proteksi. Kumparan primer trafo dihubungkan seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan dikur arusnya sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi.

Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Bila terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan :

N1I1 = N2I2I1/I2 = N2/N1di mana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer

N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder

I1 : Arus kumparan primer

I2 : Arus kumparan sekunder

Dalam pemakaian sehari-hari, trafo arus dibagi menjadi jenis-jenis tertentu berdasarkan syarat-syarat tertentu pula, adapun pembagian jenis trafo arus adalah sebagai berikut :

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer

a. Jenis Kumparan (Wound)

Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar, atau pengukuran yang membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer tergantung pada arus primer yang akan diukur, biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan mengurangi faktor thermal dan dinamis arus hubung singkat.

b. Jenis Bar (Bar)

Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup tinggi sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung singkat yang tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling ekonomis diperoleh pada arus pengenal yang cukup tinggi yaitu 1000A.

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Rasio

a. Jenis Rasio Tunggal

Rasio tunggal adalah trafo arus dengan satu kumparan primer dan satu kumparan sekunder.

b. Jenis Rasio Ganda

Rasio ganda diperoleh dengan membagi kumparan primer menjadi beberapa kelompok yang dihubungkan seri atau paralel.

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Inti

a. Inti Tunggal

Digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi saja, yaitu untuk pengukuran atau proteksi.

b. Inti Ganda

Digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk pengukuran dan proteksi sekaligus.

Jenis Trafo Arus Menurut Konstruksi Isolasi

a. Isolasi Epoksi-Resin

Biasa dipakai hingga tegangan 110KV. Memiliki kekuatan hubung singkat yang cukup tinggi karena semua belitan tertanam pada bahan isolasi. Terdapat 2 jenis, yaitu jenis bushing dan pendukung.

b. Isolasi Minyak-Kertas

Isolasi minyak kertas ditempatkan pada kerangka porselen. Merupakan trafo arus untuk tegangan tinggi yang digunakan pada gardu induk dengan pemasangan luar. Dibedakan menjadi jenis tangki logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu. Kelebihannya, penyulang pada sisi primer lebih pendek, digunakan untuk arus pengenal dan arus hubung singkat yang besar.

c. Isolasi Koaksial

Jenis trafo arus dengan isolasi koaksial biasa ditemui pada kabel, bushing trafo, atau pada rel daya berisolasi gas SF6. Sering digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder yang dibelit secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan demikian terbuka jalan untuk membawa lapisan terluar bagian yang di-ground keluar dari trafo arus.

3.1.7. Pengujian Trafo Arus (Current Transformer)CT atau Trafo Arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana keterbatasan kemampuan baca alat ukur. Misal pada sistem saluran tegangan tinggi, arus yang mengalir adalah 2000A sedangkan alat ukur yang ada hanya sebatas 5A. Maka dibutuhkan sebuah CT yang mengubah representasi nilai aktual 2000A di lapangan menjadi 5A sehingga terbaca oleh alat ukur.

CT umumnya selain digunakan sebagai media pembacaan juga digunakan dalam sistem proteksi sistem tenaga listrik. Sistem proteksi dalam sistem tenaga listrik sangatlah kompleks sehingga CT itu sendiri dibuat dengan spesifikasi dan kelas yang bervariatif sesuai dengan kebituhan sistem yang ada.

Spesifikasi pada CT antara lain:

1. Ratio CT, rasio CT merupakan spesifikasi dasar yang harus ada pada CT, dimana representasi nilai arus yang ada di lapangan di hitung dari besarnya rasio CT. Misal CT dengan rasio 2000/5A, nilai yang terukur di skunder CT adalah 2.5A, maka nilai aktual arus yang mengalir di penghantar adalah 1000A. Kesalahan rasio ataupun besarnya presentasi error (%err.) dapat berdampak pada besarnya kesalahan pembacaan di alat ukur, kesalahan penghitungan tarif, dan kesalahan operasi sistem proteksi.

2. Burden atau nilai maksimum daya (dalam satuan VA) yang mampu dipikul oleh CT. Nilai daya ini harus lebih besar dari nilai yang terukur dari terminal skunder CT sampai dengan koil relay proteksi yang dikerjakan. Apabila lebih kecil, maka relay proteksi tidak akan bekerja untuk mengetripkan CB/PMT apabila terjadi gangguan.

3. Class, kelas CT menentukan untuk sistem proteksi jenis apakah core CT tersebut. Misal untuk proteksi arus lebih digunakan kelas 5P20, untuk kelas tarif metering digunakan kelas 0.2 atau 0.5, untuk sistem proteksi busbar digunakan Class X atau PX.

4. Kneepoint, adalah titik saturasi/jenuh saat CT melakukan excitasi tegangan. Umumnya proteksi busbar menggunakan tegangan sebagai penggerak koilnya. Tegangan dapat dihasilkan oleh CT ketika skunder CT diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Kneepoint hanya terdapat pada CT dengan Class X atau PX. Besarnya tegangan kneepoint bisa mencapai 2000Volt, dan tentu saja besarnya kneepoint tergantung dari nilai atau desain yang diinginkan.

5. Secondary Winding Resistance (Rct), atau impedansi dalam CT. Impedansi dalam CT pada umumnya sangat kecil, namun pada Class X nilai ini ditentukan dan tidak boleh melebihi nilai yang tertera disana. Misal: 1,7kV maka tegangan eksitasi CT harus melebihi 1,7kV untuk menghasilkan 5A, setidaknya 2kV baru mencapai 5A. Maka CT tersebut memiliki spesifikasi yang sesuai dengan yang tertera.Pengujian Isolasi atau MeggerPengujian diatas secara keseluruhan hanyalah untuk menentukan bahwa CT tersebut layak beroperasi sesuai spesifikasi desain sistem dan tidak terjadi kesalahan pengukuran arus sebenarnya dimana CT merupakan elemen metering dan proteksi.Untuk menentukan apakah CT tersebut layak bertegangan ataukah tidak, maka harus dilakukan pengujian Isolasi atau Megger. Megger yang digunakan adalah 5kV untuk sisi primer dan 1kV untuk sisi skunder.Titik yang bisa dilakukan pengetesan adalah: Terminal Primer dengan Ground tidak boleh ada hubungan Terminal Primer dengan Skunder tidak boleh ada hubungan Terminal Skunder dengan Ground tidak boleh ada hubungan Cek FisikCT saat datang dan saat dipasang harus diulakukan cek fisik terlebih dahulu sebagai wujud sebuah quality control. Tidak boleh ada retakan, atau bahkan rembesan oli trafo.Mudah-mudahan artikel diatas mampu menambah wawasan dan meningkatkan kualitas kontrol terhadap produk-produk ataupun proyek-proyek pengembangan infrastruktur kelistrikan di Indonesia. Listrik yang lebih baik untuk masa depan, dan mari ber-Hemat Energi.Penyebab Hubung Singkat didalam Transformator, antara lain: Gangguan hubung singkat antar lilitan karena rusaknya laminasi. Perubahan kandungan gas H2, CH4, CO, C2H4 dan C2H2

GALAT PADA TRAFO ARUSKesalahan pada trafo arus atau yang sering disebut dengan galat trafo arus merupakan perbandingan antara arus primer dan arus sekunder.

Kn=IpIsKesalahan arus (current error) : %=kn.Is-IpIp.100%

Di mana : Kn = perbandingan trafo

= kesalahan arus %

Is = Arus sekunder sebenarnya (A)

Ip = Arus primer sebenarnya (A)

Karena adanya perbedaan arus antara arus yang masuk di sisi primer dengan arus yang terbaca di sisi sekunder, dapat menimbulkan perbedaan rasio transformasi arus yang sebenarnya dengan kenyatannya. Bila CT dipergunakan untuk pengukuran energy (kWh meter), kesalahn arus ini sangat berpengaruh terhadap pengukuran energy.

Securrity Factor (Fs)Faktor security adalah rasio dari sekuriti arus primer pengenal (Ips) dan arus primer pengenal (Ip).

Fs= IpsIpSekurity dari meter yang dihubungkan ke CT,a dalah kebalikan dari Fs-nya. Sesuai standar sekuriti factor Fs = Fs5.

Galat Komposit dari Trafo ArusGalat komposit merupakan pada kondisi di bawah steady state, nilai rms mempunyai perbedaan antara nilai sesaat dari arus primer dengan nilai sesaat dari arus sekunder sebenarnya yang dikalikan dengan rasio CT pengenal. Untuk kerja dari trafo arus pada saat primernya dialiri arus hubung singkat, digambarkan dengan faktor arus lebih n, dimana saat arus primer sama dengan nI1, galat masih dalam batas yang ditentukan.

Untuk penggunaan pengukuran biasanya dioperasikan pada bagian kurva yang linier. Trafo atrus proteksi harus lambat mengalami kejenuhan1; biasanya memiliki factor arus lebih yang tinggi yakni n=10. Trafo arus untuk pengukuran arus segera jenuh untuk melindungi peralatan agar tidak kelebihan beban. Oleh karena itu, trafo arus ini memiliki factor arus lebih yang rendah yakni n=5.Perbandingan arus magnetisasi efektif dengan arus sekunder disimbolkan sebagai galat komposit:

Galat komposit =100Ip1T0T(kn.is-ip)2dt %

Di mana : Ip = arus primer (rms)

ip = arus sesaat primer

is = arus sesaat sekunder

T = satu perioda

kn = rasio transformasi nominal

1 Jenuh pada arus gangguan yang besar diperlukan karena output arus di sekunder collapse, sehingga alat pengukuran tidak sampai dialiri arus besar.