KWASHIORKOR

56
PENDAHULUAN Di seluruh dunia malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada masa anak. 1 Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet yang tidak bagus, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan makanan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan malnutrisi. 1 Di Indonesia dengan masih tingginya angka kejadian gizi kurang. Istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau protein. Namun keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita defisiensi energi murni ataupun defisiensi protein murni. Anak dengan defisiensi protein biasanya disertai pula dengan defisiensi energi atau nutrisi lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai adalah malnutrisi energi protein (MEP) atau kekurangan kalori protein (KKP). 1 MEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. MEP disebabkan karena defisiensi makro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi

description

referat, kwashiorkor, malnutrisi energi protein

Transcript of KWASHIORKOR

Page 1: KWASHIORKOR

PENDAHULUAN

Di seluruh dunia malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas pada masa anak.1

Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak

cukup atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan

makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet yang tidak bagus, mengikuti mode

makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan makanan. Kelainan

metabolik tertentu dapat juga menyebabkan malnutrisi.1

Di Indonesia dengan masih tingginya angka kejadian gizi kurang. Istilah

malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi kurang disebabkan

oleh kekurangan energi atau protein. Namun keadaan di lapangan menunjukkan

bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita defisiensi energi murni ataupun

defisiensi protein murni. Anak dengan defisiensi protein biasanya disertai pula

dengan defisiensi energi atau nutrisi lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai

adalah malnutrisi energi protein (MEP) atau kekurangan kalori protein (KKP).1

MEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. MEP disebabkan

karena defisiensi makro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi

pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro nutrient kepada defisiensi mikro

nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi MEP masih tinggi ( > 30% )

sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi MEP.2

Penyakit akibat MEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan

Marasmik Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus

disebabkan karena kurang energi dan marasmik kwashorkor disebabkan karena

kurang energy dan protein. MEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala

hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami kwashiorkor

adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan

Page 2: KWASHIORKOR

(moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami marasmus adalah badan kurus,

kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.3

Page 3: KWASHIORKOR

KWASHIORKOR

Definisi

Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein

berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan masukan atau dari

kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh

infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-

tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak

yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar

usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan

berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan

berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.1,2

Etiologi

Etiologi dari kwashiorkor adalah

1. Kekurangan intake protein

2. Gangguan penyerapan protein pada diare kronik

3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik

4. Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang

berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :3

1. Pola makan

Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh

dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak

semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang

masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,

namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,

telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai

Page 4: KWASHIORKOR

keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,

terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan

sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan

makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang

menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana

ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.

Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,

walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein,

misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak

normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan

mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.

Patofisiologi

MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam

makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan

biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.4

Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan

nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta

rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah

nutrisi seperti di atas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan

bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang

Page 5: KWASHIORKOR

mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/

meningkatnya kehilangan nutrisi.5

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai

cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai

dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein

dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka

kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein

yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas -3 SD (-2SD- -

3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut /”decompensated malnutrition”).

Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik

ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-

kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -

3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisi kronik / compensated malnutrition).6

Dengan demikian pada MEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi

otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem

kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim.4,6

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat

berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.

Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang

disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan

terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah

kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino

dalam serum ini akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan

tekanan hidrostatik. Ini akan menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah ruangan

ke ruang interstisial yang kemudian berakibat timbulnya edema dan ascites. Edema

juga terjadi karena hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH. Perlemakan hati

terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari

hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.3,7

Page 6: KWASHIORKOR

Karena terjadi kekurangan protein dalam serum akan menyebabkan

kurangnya produksi albumin oleh hepar. Sehingga kekurangan protein pada hati

menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida. Kekurangan energi pada hati juga

bisa menyebabkan infiltrasi glikogen dan trigliserida dan atrofi hati. Kedua-dua ini

akan menyebabkan hepatomegali.

Karena terjadi hipoproteinemia menyebabkan kekurangan produksi

eritropoietin. Produksi eritrosit berkurang. Hipoproteinemia juga bisa menyebabkan

stem sel tidak berkembang, sehingga akan mengakibatkan anemia.

Kekurangan protein juga bisa menyebabkan edema saluran nafas dan

meningkatkan sekresi bronkus dan menimbulkan gejala sesak napas, takipnue,

sianosis dan ronki basah halus.

Kekurangan protein juga dapat menyebabkan miodegenerasi yang dapat

mengurangi kontraksi jantung. Ini menyebabkan cardiac output menurun dan akan

menyebabkan hipotensi dan penurunan oksigen arterial. Ini akan menimbulkan

hipoksia yang dapat dilihat pada sianosis pada anak ini.

Kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi mukosa. Malnutrisi energi

protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun.

Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk

dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.

Page 7: KWASHIORKOR

Pada penderita kwashiorkor terdapat kelainan pada rambut yaitu rambut mudah

tercabut, rambut tampak kusam, kering dan berubah warna menjadi putih. Rambut yang

mudah dicabut terjadi karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi pada rambuut

dan kutikula yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga

kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut.

Pada penderita kwashiorkor mudah terkena infeksi karena sistem imun yang

lemah, karena terjadi gangguan pembentukan antibodi akibatnya terjadi defek umunitas

seluler dan gangguan sistem komplime yang disebabkan karena kekurangnya protein.

Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel

jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekusor untuk neurotransmitter yang

mendukung perkembangan otak, sehingga pada kwashiorkor terjadi gangguan

perkembangan otak yang menyebabkan perubahan mental pada anak.

Manifestasi Klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein

kwashiorkor, antara lain :7,8

1. Wujud Umum

Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada

ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada

tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor

seperti anak gemuk (sugar baby).

2. Retardasi Pertumbuhan

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi

badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

3. Perubahan Mental

Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium

lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi

pasif. Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi. Gizi buruk

dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.

Page 8: KWASHIORKOR

4. Edema

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.

Edemanya bersifat pitting.

5. Kelainan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture),

maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala

yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut

akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.

Sering bulu mata menjadi panjang.

6. Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang

lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit

karena habisnya cadangan energi maupun protein. Pada sebagian besar penderita

dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy

pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda

dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan.

Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat

atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat

paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak

kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi

hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.

Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi radang

pada kulit.

Page 9: KWASHIORKOR

7. Kelainan Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan

hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.

8. Kelainan Hati

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang

hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan

tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi

akibat defisiensi faktor lipotropik.

9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai

penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat

dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang

penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,

B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang

disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga

menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi

defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.

Page 10: KWASHIORKOR

10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan

usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga

menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase.

11. Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan

hipokalemi dan hipomagnesemia.

12. Kelainan Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang

demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya

dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.

Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,

intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi

laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati,

defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi

buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.

13. Atrofi Otot

Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk

dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.

14. Kelainan Ginjal

Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga

GFR menurun.

Diagnosis

Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat

badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita

sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh

tubuh.7,9

Page 11: KWASHIORKOR

Pemeriksaan Fisik

1. Perubahan mental sampai apatis

2. Anemia

3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok

4. Gangguan sistem gastrointestinal

5. Pembesaran hati

6. Perubahan kulit (dermatosis)

7. Atrofi otot

8. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh

Hasil pemeriksaan pada anak dengan MEP:

1. Kondisi I

Jika ditemukan :

a. Renjatan (Shock)

b. Letargis

c. Muntah dan atau diare atau dehidrasi

2. Kondisi II

Jika ditemukan :

a. Letargis

b. Muntah dan atau diare atau dehidrasi

3. Kondisi III

Jika ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi

4. Kondisi IV

Jika ditemukan letargis

5. Kondisi V

Jika tidak ditemukan:

a. Renjatan (Shock)

b. Letargis

c. Muntah/diare/dehidrasi

Page 12: KWASHIORKOR

Penyakit penyerta yang sering ditemui pada MEP:

1. Gangguan mata

2. Gangguan kulit

3. Diare persisten

4. Anemia berat

5. Parasit/cacing

6. Tuberkulosis

7. Malaria

8. HIV

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan:

1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap,

elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin.

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis

normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat

hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang

dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan

kadar albumin serum yang menurun.2

2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk

menemukan adanya kelainan pada paru.

3. Tes mantoux

4. EKG

Diagnosis Banding

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor perlu dibedakan dengan :2

1. Trauma

2. Sindroma nefrotik

Page 13: KWASHIORKOR

3. Payah jantung kongestif

4. Pellagra infantil

Komplikasi

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi

dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk

tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti

secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan

(bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang

dapat ditimbulkan dari kwashiorkor adalah :2,7

1. Defisiensi zat besi

2. Hiperpigmentasi kulit

3. Edema anasarka

4. Imunitas menurun sehingga mudah infeksi

5. Diare karena terjadi atrofi epitel usus

6. Hipoglikemia, hipomagnesemia

Refeeding syndrome adalah salah satu komplikasi metabolik dari dukungan

nutrisi pada pasien malnutrisi berat yang ditandai oleh hipofosfatemia, hipokalemia,

dan hipomagnesemia. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan sumber energi utama

metabolisme tubuh, dari lemak pada saat kelaparan menjadi karbonhidrat yang

diberikan sebagai bagian dari dukungan nutrisi, sehingga terjadi peningkatan kadar

insulin serta perpindahan elektrolit yang diperlukan untuk metabolisme intraseluler.

Secara klinis pasien dapat mengalami disritmia, gagal jantung, gagal napas akut,

koma paralisis, nefropati, dan disfungsi hati. Oleh sebab itu dalam pemberian

dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat perlu diberikan secara bertahap.7

Page 14: KWASHIORKOR

MARASMUS KWASHIORKOR

Penyakit marasmus kwashiorkor memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus dan kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan di bawah 60% dari normal, memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor berupa edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan terlihat pula kelainan biokimiawi.10,11

Page 15: KWASHIORKOR

Tatalaksana

1. MEP ringan – sedang :

Gejala klinik (-), tampak kurus/hipotrofi

Tidak perlu dirawat

Identifikasi penyebab

Penyuluhan dan suplementasi

2. MEP berat : rawat di RS

Kriteria Lain Untuk Perawatan Di RS :

Berat Badan Sangat Rendah :

o BB/TB < 70%

o BB/U < 60%

o (BB/U > 60% + edema)

Dengan Gejala Lain :

o Edema

o Dehidrasi berat

o Diare persisten dan/atau muntah

o Sangat pucat, hipotermia, syok

o Tanda infeksi sistemik/lokal, infeksi saluran nafas

o Anemia berat (Hb < 5 g/dl)

o Ikterus

o Tidak nafsu makan

o Usia < 1 tahun

Page 16: KWASHIORKOR

Tanda/gejala dehidrasi pada MEP berat :

Anak lemas, apatis seperti tidak sadar

Nadi cepat dan lemah

Tidak ada air mata bila menangis

Mata dan UUB cekung

Mukosa mulut kering

Kulit pucat, dingin, turgor kulit lambat

Diuresis << / -

MEP berat ditata laksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi)

dengan 10 langkah tindakan seperti tabel di bawah ini :5,6

Page 17: KWASHIORKOR

Tatalaksana Umum6

1. Atasi/cegah hipoglikemi

Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3

mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau

larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit (lihat bawah).

Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Jika

fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka

semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera

ditangani sesuai panduan.

Tatalaksana :

Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya

memungkinkan.

Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan

glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral

atau melalui NGT.

Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal

dua hari.

Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-

75.

Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena

(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml

dengan NGT.

Beri antibiotik.

Pemantauan

Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30

menit.

Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian

larutan glukosa atau gula 10%.

Page 18: KWASHIORKOR

Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin

hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah

dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin (lihat Pemberian

makan awal halaman 205) atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian

makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.

2. Hipotermia

Diagnosis

Suhu aksilar < 35.5° C

Tatalaksana

Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).

Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut

hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau

lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya

(dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan

lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.

Beri antibiotik sesuai pedoman.

Pemantauan

Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5° C

atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan

pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C

Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam

hari

Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

Page 19: KWASHIORKOR

Pencegahan

Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin

dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut

Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap

kering

Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi, atau

selama pemeriksaan medis)

Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di

malam hari

Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin

(lihat pemberian makan awal, halaman 205), sepanjang hari, siang dan malam.

3. Dehidrasi

Diagnosis

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang

berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini

disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak

dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk

dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan.

Tatalaksana

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat

dengan syok.

Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat disbanding

jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.

beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling

dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah

yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar

dan apakah anak muntah.

Page 20: KWASHIORKOR

Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan mempunyai

kadar natrium tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang lebih tepat adalah

ReSoMal (lihat resep di bawah).

Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam. Jika masih diare, beri

ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar,

usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat

diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula

diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2

ml/hari.

Page 21: KWASHIORKOR

4. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah

jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada

terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan

gagal jantung dan kematian.

Page 22: KWASHIORKOR

Periksalah:

frekuensi napas

frekuensi nadi

frekuensi miksi dan jumlah produksi urin

frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai

ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel

berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi

anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi

penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.

Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit

dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan

lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

Pencegahan

Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada

anak dengan gizi baik (lihat Rencana Terapi A pada halaman 147), kecuali

penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.

Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI

Pemberian F-75 sesegera mungkin

Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium

yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.

Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum

mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema

dengan diuretikum. Pemberian natrium berlebihan dapat menyebabkan kematian.

Page 23: KWASHIORKOR

Tatalaksana

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang

sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-75,

F-100 atau ReSoMa. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi. Siapkan makanan

tanpa menambahkan garam (NaCl).

5. Infeksi:

Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,

seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.

Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat

mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia

dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

Antibiotik spektrum luas

Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah

mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi

vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spektrum luas

Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per

oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari

Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau

tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:

Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan

dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU,

jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap

6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH:

Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

Page 24: KWASHIORKOR

Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2

sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin Jika anak

tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB

IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.

6. Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman

a. Bila ada ulkus di mata diberikan:

i. Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam

selama 7-10 hari.

ii. Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari.

iii.Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.

b. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi (kulit

mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai

infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana:

i. Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium-

permanganat) 1% selama 10 menit

ii. Beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor)

iii.Usahakan agar daerah perineum tetap kering

iv. Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

c. Parasit/cacing

Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100

mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri

mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi

cacing.

Pemantauan

Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan

pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum

membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.

Page 25: KWASHIORKOR

d. Diare

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.

Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan

Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,

lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidazole 7,5 mg/kgBB

setiap 8 jam selama 7 hari.

e. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (seringkali alergi)

dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai

pedoman pengobatan TB.

f. Anemia

Transfusi darah diperlukan jika:

Hb < 4 g/dl

Hb 4–6 g/dl dan anak mengalami gangguan pernapasan atau tanda gagal

jantung.

Pada anak gizi buruk, transfusi harus diberikan secara lebih lambat dan dalam

volume lebih kecil dibanding anak sehat. Beri:

Darah utuh (Whole Blood), 10 ml/kgBB secara lambat selama 3 jam,

Furosemid, 1 mg/kg IV pada saat transfusi dimulai.

Bila terdapat gejala gagaI jantung, berikan komponen sel darah merah (packed

red cells) 10 ml/kgBB. Anak dengan kwashiorkor mengalami redistribusi cairan

sehingga terjadi penurunan Hb yang nyata dan tidak membutuhkan transfuse.

Hentikan semua pemberian cairan lewat oral/NGT selama anak ditransfusi.

Monitor frekuensi nadi dan pernapasan setiap 15 menit selama transfusi. Jika

terjadi peningkatan (frekuensi napas meningkat 5x/menit atau nadi 25x/menit),

perlambat transfusi.

g. k

7. Defisiensi Zat Gizi Mikro

Page 26: KWASHIORKOR

Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun

sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai

anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya

(biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat

memperparah infeksi.

Tatalaksana

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

Multivitamin

Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)

Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)

Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)

Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan

sebelum dirujuk), dengan dosis seperti di bawah ini :

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan

terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.

Pemberian Makan Awal

Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati

sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.

Tatalaksana

Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:

Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun

rendah laktosa

Page 27: KWASHIORKOR

Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral

Energi: 100 kkal/kgBB/hari

Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari

Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)

Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang

ditentukan harus dipenuhi. (lihat bawah)

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat

dipercepat menjadi 2-3 hari. Formula awal F-75 sesuai resep (halaman 209) dan

jadwal makan dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi. Pada

F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepung beras atau maizena

sehingga lebih menguntungkan karena mempunyai osmolaritas yang lebih rendah,

tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baik bagi anak gizi buruk dengan diare

persisten. Terdapat 2 macam tabel petunjuk pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruk

tanpa edema dan dengan edema berat (+++).

Page 28: KWASHIORKOR
Page 29: KWASHIORKOR
Page 30: KWASHIORKOR
Page 31: KWASHIORKOR
Page 32: KWASHIORKOR

Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu

lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian). Apabila

pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan minimal (80

kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari

pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka

anak perlu mendapat ekstra air/cairan.

Pemantauan

Pantau dan catat setiap hari:

Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan

Muntah

Frekuensi defekasi dan konsistensi feses

Berat badan.

Tumbuh Kejar

Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:

Kembalinya nafsu makan

Edema minimal atau hilang

Page 33: KWASHIORKOR

Tatalaksana

Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-kejar

(F-100) (fase transisi):

Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2

hari berturutan.

Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai

anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi

ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan

bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan

energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.

Setelah transisi bertahap, beri anak:

pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan

anak)

energi: 150-220 kkal/kgBB/hari

protein: 4-6 g/kgBB/hari.

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak

sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup

energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use

therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92

g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Page 34: KWASHIORKOR
Page 35: KWASHIORKOR

Pemantauan

Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan

napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/menit

dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan

dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari

penyebabnya).

Lakukan segera:

kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam

kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:

115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya

130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya

selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana dijelaskan

sebelumnya.

atasi penyebab.

Penilaian kemajuan

Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi

dan mendapat F-100:

Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari (lihat

kotak halaman berikut)

Jika kenaikan berat badan:

kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap

Page 36: KWASHIORKOR

sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin

ada infeksi yang tidak terdeteksi.

baik (> 10 g/kgBB/hari).

Memberikan Stimulasi Sensorik dan Dukungan Emosional

Pada anak gizi buruk terjadi perkembangan mental dan perilaku karenanya harus

diberikan :

1. Kasih saying

2. Lingkungan yang ceria

3. Terapi bermain terstuktur selama 15 – 30 menit/hari (permainan ci luk ba, dl)

4. Aktifitas Fisik segera setelah sembuh

5. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya.

Kriteria Pemulangan Balita Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap

1. Balita:

a. Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan

b. Ada perbaikan kondisi mental

c. Balita sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan, sesuai

dengan umurnya

d. Suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,5 °C

e. Tidak ada muntah atau diare

f. Tidak ada edema

Page 37: KWASHIORKOR

g. Terdapat kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr selama 3 hari berturut-turut atau

kenaikan sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut

h. Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak gizi buruk)

2. Ibu / Pengasuh:

a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah

b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar kepada

balita

3. Institusi Lapangan:

Institusi lapangan telah siap untuk menerima rujukan pasca perawatan.

Pemantauan

1. Kriteria Sembuh : BB/TB > -2 SD

2. Tumbuh Kembang :

a. Memantau status gizi secara rutin dan berkala

b. Memantau perkembangan psikomotor

3. Edukasi

Memberikan pengetahuan pada orang tua tentang :

a. Pengetahuan gizi

b. Melatih ketaatan dalam pemberian diet

c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk

1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB ≥-2 SD dapat dikatakan anak sembuh

2. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjukan di rumah

setelah penderita dipulangkan

Beri contoh kepada orang tua:

1. Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang

padat, sesuai dengan umur, berat badan anak.

Page 38: KWASHIORKOR

2. Terapi bermain terstuktur

Sarankan:

1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak

2. Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:

Bulan I : 1x/minggu

Bulan II : 1x/2 minggu

Bulan III-IV : 1x/bulan

3. Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)

4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)

Langkah Promotif/Preventif

Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial.

Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka

kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya

masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara

lain :

a. Pola Makan

Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah

karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat

badan)

b. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan

sekali pada tahun pertama)

c. Faktor sosial

Mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan

tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan

terjadinya MEP.

d. Faktor ekonomi

Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa

meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya

persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis

Page 39: KWASHIORKOR

pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya.

Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping

kuantitasnya.

e. Faktor infeksi

Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi

derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam

derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Page 40: KWASHIORKOR

BAB III

KESIMPULAN

Malnutrisi Energi protein merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang

penting bagi negara-negara tertinggal maupun Negara berkembang seperti Indonesia

dan lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak di bawah umur lima tahun

(balita) dan ibu yang sedang mengandung atau menyusui. Pada kondisi ini ditemukan

berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun

protein dalam tingkat yang bermacam-macam. Akibat dari kondisi tersebut,

ditemukan malnutrisi dari derajat ringan hingga berat. Pada keadaan yang sangat

ringan tidak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang,

sedangkan kelainan biokimiawi dan gejala klinis tidak terlihat. Pada keadaan yang

berat ditemukan dua tipe malnutrisi, yaitu marasmus dan kwashiorkor, serta

diantaranya terdapat suatu keadaan dimana ditemukan percampuran ciri-ciri kedua

tipe malnutrisi tersebut yan dinamakan marasmur-kwashiorkor. Masing-masing dari

tipe itu mempunyai gejala-gejala klinis yang khas. Pada tipe marasmus, gejala klinis

yang lebih menonjol bahwa penderita terlihat wajahnya seperti orang tua dan anak

sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan atrofi dar otot-ototnya.

Sedangkan pada tipe kwashiorkor, gejala klinis yang lebih terlihat adalah

penampilannya yang gemuk disertai adanya edema ringan maupun berat dan adanya

ascites dikarenakan kekurangan protein, disamping itu juga terlihat perubahan warna

rambut menjadi merah seperti rambut jangung serta udah dicabut. Penyakit ini

mempunyai komplikasi dari yang ringan hingga yang berat. Penatalaksanaannya

dilakukan bersama-sama dengan memperbaiki keadaan gizinya.

Page 41: KWASHIORKOR

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Petunjuk Teknis Tata Laksana

Anak Gizi Buruk: Buku II. Jakarta: Departemen Kesehatan.

2. Hidajat, Irawan dan Hidajati. Pedoman Diagnosis dan Terapi: Bag/SMF Ilmu

Kesehatan Anak. Surabaya: RSU dr. Soetomo.

3. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC

4. M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

5. WHO. 1999. Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians and

Other Senior Health Workers. Geneva: World Health Organization

6. WHO Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan

Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.

7. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:

IDAI

8. Golden M.H.N., 2001. Severe Malnutrition. Dalam: (Golden MHN ed). Childhood

Malnutrition: Its consequences and mangement. What is the etiology of

kwashiorkor; Surakarta: Joint symposium between Departement of Nutrition &

Departement of Paediatrics Faculty of Medicine, Sebelas Maret University and the

Centre for Human Nutrition, University of Sheffielob UK, 1278-1296.

9. Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the Clinical Management of

Severely Malnourished Children. A Study of Two Rural District Hospital. Afr

Med J 22: 137-141.

10. Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis. Penyakit KEP (Kurang Energi-Protein). Jakarta:

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 19990. P.95-139

11. Behrman RE, Kleigman R, Arvin AM. Nelson Textbook of Pediatrics. 18 th edition.

Philadephia: W.B. Saunders Company; 2009 p.225-32