Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah...

41

Click here to load reader

Transcript of Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah...

Page 1: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah Menengah Atas (SMA)

dalam Kajian Pendidikan Karakter

Oleh

Ridolof Sefnat Mamarodi

71 2008 009

Tugas Akhir

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga,

2015

Page 2: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

i

Page 3: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

ii

Page 4: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

iii

Page 5: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

iv

Kata Pengantar

“Jika anda bertannya apa manfaat Pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan

membuat orang lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia.” - Plato

Pendidikan menjadi bagian yang paling penting dalam pertumbuhan kehidupan

manusia,pendidikan membantu manusia untuk dapat bertumbuh lebih cepat secara fisik dan

mental.Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu membawa perubahan bagi

peserta didiknya kearah kehidupan yang lebih bernilai. Seperti yang dikatakan Plato bahwa

dengan pendidikan orang akan berperilaku mulia dan perilaku itu secara konsisten dilakukan

terus sebagai keutamaan dalam hidupnya.

Untuk mencapai perilaku yang bernilai sebagai keutamaan hidup, diperlukan

pendidikan karakter yang merupakan bagian dari pendidikan yang baik. Pendidikan karakter

membantu peserta didiknya untuk dapat menentukan nilai yang baik dan bermoral dalam

setiap sikap dan perilaku dirinya sendiri. Pada dasarnya yang dihadapi generasi muda adalah

tentang pendidikan moral dan nilai yang membentuk generasi baru yang berkarakter baik.

Oleh sebab itu, tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar

sarjana teologi –suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam

format administrasi Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini). Akan tetapi

tulisan ini penulis ajukan sebagai realisasi dari kenginan untuk memperbaiki pendidikan yang

terjadi di Indonesia. Maka tentu tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah

langkah awal dari proses belajar.

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun. Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan. Kepada mama dan papa berserta

kedua adik Keken dan Rian yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis

rasakan, kepada merekalah rasa terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan. Kemudian,

tak kurang juga ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

dan Pdt. Mariska Lauterboom, MATS yang telah membimbing penulis dalam menyusun

tugas akhir ini. Penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D. Mangililo, Ph.D dan

Bapak Pdt. Dr. Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini.

Page 6: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

v

Terkhusus Ibu Ira Mangililo, Ph.D penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas

empat poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini. Kepada pembimbing

ketiga mener Albert Joshua Putra Maliogha, S.Si-Teol yang selalu ada setiap dibutuhkan dan

banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengarahkan dan memberikan

masukan dalam pembuatan tugas akhir ini, ucapan terima kasih juga penulis berikan. Kepada

teman-temanBona Fide dan Las Vegas (AJPM, AOS, JGK, AH, JN, FS, AMS, YDD, DNK,

Yopi Jr.), dan tokoh nasional Gusti A.B. Menoh, S.Si-Teol, M.Hum yang telah mencintai

kami sekuat cintanya, semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan

untuk mengenal berbagai pemikir-pemikir besar yang membuat penulis memiliki wawasan

dan pengetahuan lebih banyak yang tidak didapatkan selama hampir 7 tahun belajar di

Fakultas Teologi UKSW. Untuk keluarga yang selalu menemani penulis selama berada di

Salatiga; Onco, Om, Cindy, Lestari, Since, Pak de, Jerry, dan Samuel, penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih. Ucapan terima kasih yang terakhir penulis haturkan

kepada dua sosok perempuan yang telah membantu dan menemani penulis dalam pembuatan

tugas akhir ini, kepada Ip yang bersama-sama dari awal penulisan ini ikut mencari dan

memberikan masukan berupa ide-ide dan kepada Dania yang kemudian menggantikan Ip

dalam menemani penulis sampai akhir penulisan tugas akhir ini. Terima kasih atas kehadiran

kalian semua dalam kehidupan penulis.

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya. Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan. Tuhan kiranya memberkati kita.

Salatiga, 1 Juli 2015

Ridolof Sefnat Mamarodi

Page 7: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

vi

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Metodologi

1.5 Manfaat Penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

2 Pendidikan Agama Krsiten dan Pendidikan Karakter

2.1 Pendidikan Agama Kristen

2.1.1 Pengertian Pendidikan Agama Kristen

2.1.2 Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)

2.2 Pendidikan Karakter

2.2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

2.2.2 Inti dan Komponen Karakter

2.2.3 Elemen – Elemen Karakter

3 Peran Pendidikan Karakter dalam Kurikulum PAK

a. Karakteristik Kurikulum 2013

b. Landasan Filosofis

c. Standar Kompetensi Kelulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

d. Kompetensi Inti

e. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

4 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

6

6

6

6

6

7

7

7

8

11

11

12

16

18

18

19

23

25

26

31

32

Page 8: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

vii

Abstrak

Pendidikan karakter akhir – akhir ini menjadi topik yang selalu dibahas dalam dunia

pendidikan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa tahun terakhir ini indonesia

mengalami perubahan besar yakni perubahan bentuk pemerintahan, perubahan tatanan

ekonomi dan perubahan globalisasi. Perubahan ini tidak terjadi secara linear sehingga

menyebabkan perkembangan yang saling berlawanan, dan menyebabkan krisis norma moral,

hirarki nilai sikap dan pandangan hidup. Maka dari itu pemerintah mencari jalan keluar

bangsa ini dari krisis tersebut dengan mengembangkan pendidikan nilai moral melalui

pendidikan karakter yang didalamnya mencakup pula pendidikan agama Kristen dan budi

pekerti.

Tulisan ini akan membahas kurikulum 2013 yang diatur oleh pemerintah melalui

permen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, secara khusus kurikulum

mata pelajaran PAK dan budi pekerti ditinjau kesesuaiannya teori pendidikan karakter yang

mencakup inti, komponen dan elemen karakter. Penulis akan menggunakan metode

penelitian kualitatif guna menjawab isu yang penulis angkat dalam tulisan ini. Melalui tulisan

ini penulis mendapati bahwa seluruh perubahan yang mencakup cara berpikir, seni, teknologi,

budaya, olahraga sangat ditentukan oleh pendidikan. Guna memastikan perubahan sebagai

dampak dari pendidikan bermuara pada perubahan yang menjunjung tinggi humanitas maka

pendidikan karakter merupakan keniscayaan. Selain itu, penulis juga menemukan bahwa

untuk mencapai tunjuan perubahan yang menjunjung tinggi humanitas melalui pendidikan

karakter maka kurikulum harus disusun sedemikian rupa secara tepat. Sebab dalam

kurikulumlah berbagai bentuk strategi dan tujuan dari pendidikan itu dirancang.

Kata kunci : Pendidikan, Pendidikan Karakter, PAK, Kurikulum 2013, Moral, Inti Karakter,

Komponen Karakter, Elemen Karakter.

Page 9: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

1

1. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Lebih dari satu dekade belakangan ini, Indonesia mengalami perubahan besar.

Perubahan bentuk pemerintahan, tatanan ekonomi, dan Globalisasi. Perubahan terjadi dari

bentuk pemerintahan yang otokrasi menjadi bentuk pemerintahan yang demokarsi sehingga

memunculkan kesadaran untuk membentuk dan memperkuat masyarakat sipil (civil society).

Dalam kaitan perubahan pada tatanan ekonomi, perubahan yang sangat cepat dari bentuk

tatanan sosial-ekonomi agraris menjadi tatanan sosial-ekonomi industrial yang ditandai

dengan berkembangnya kapitalisme dan pasar bebas. Perubahan ini tidak lantas membawa

kemakmuran masyarakat secara merata, garis pemisah antara miskin dan kaya masih belum

teratasi. Perubahan yang terakhir adalah globalisasi yang merambah hampir ke segala aspek

kehidupan, terutama dalam bidang komunikasi yang menyebabkan begitu cepatnya aktivitas

manusia, mulai dari peredaran uang, informasi, barang, jasa dan bahkan perpindahan manusia

dari satu tempat ke tempat lain di dunia ini. Ketiga perubahan besar ini ternyata prosesnya

tidak linear maka terjadilah perkembangan yang saling berlawanan. Hal ini menyebabkan

krisis norma moral, hirarki nilai sikap dan pandangan hidup, generasi-generasi muda

Indonesia yang sudah semakin jauh menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku.

Pada akhirnya dunia pendidikanlah yang disiasati oleh pemerintah sebagai terapi atas

berbagai penyakit sosial akibat perubahan ini, dengan menambahkan pada kurikulum jumlah

jam pelajaran agama, budi pekerti dan berbagai corak pendidikan “nilai”. Dalam Undang-

Undang no. 20 tahun 2003 menyinggung tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3)”.

Pemerintah melihat pendidikan sebagai salah satu jalan keluar untuk membawa masyarakat

Indonesai terlepas dari krisis moral yang melanda bangsa ini. Dari pengertiannya secara

etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari

kata“Education” dalam Bahasa Inggris, dan kata “education” sendiri bersal dari bahasa

Latin “educere” yang berarti membimbing (to lead), ditambah awalan “e” yang berarti

keluar (out). Jadi arti dasar pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar.1

1 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat

(Kristen) Protestan dan Universitas Terbuka), 1994, 4.

Page 10: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

2

Pendidikan dalam arti khusus dapat dirumuskan sebagai bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada orang lain yang belum dewasa untuk

mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan dalam arti umum sebagai usaha yang dijalankan oleh

sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok orang lain supaya ia atau

mereka mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. 2

Seorang filsuf bernama A.N. Whitehead juga mengatakan bahwa ada hukum alam

yang mengatur segala sesuatu di alam semesta ini, yakni hukum kemajuan dan

perkembangan. Karena manusia adalah bagian dari alam semesta ini maka manusia juga

terkena hukum perkembangan tersebut ; manusia tumbuh secara fisik dan mental menurut

tahapan tertentu yang disebut “daur” atau “ritme.” Tentunya setiap tahap ini bergerak ke arah

perkembangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini Whitehead menekankan bahwa setiap anak

sudah selalu memiliki prinsip pertumbuhan yang bersifat bawaan menuju kemajuan atau

perbaikan diri. Dalam diri anak sudah terdapat sifat alamiah untuk memperbaiki diri dan

menemukan sesuatu yang baru. Namun karena pertumbuhan alamiah ini bergerak lambat,

maka dibutuhkan intervensi dari luar untuk mempercepat dan mengarahkan pertumbuhan

tersebut. Menurutnya pendidikan dan sosialisasi merupakan salah satu intervensi yang terarah

yang membantu perkembangan fisik dan mental, sehingga kepribadian anak dapat

berkembang lebih mudah , lebih cepat dan lebih ekonomis.3

N. Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses perubahan ganda,

pertama perubahan dalam diri manusia (muda) sendiri, yang disebut eksistensia, dan yang

kedua proses ini berlangsung dalam masyarakat dan budaya yang juga berubah. Dengan

demikian, dalam pendidikan, manusia (muda) itu mau tak mau harus berubah juga bersama

dengan yang lain, yang menjadi Umwelt (lingkungan hidup).4 Menurutnya pendidikan harus

dipandang sebagai komunikasi eksistensia manusiawi yang autentik kepada manusia muda

supaya dimiliki, dilanjutkan, dan disempurnakan. Komunikasi ini harus terjadi dalam

kesatuan antara pendidik dan anak didik, yang berdasarkan das liebende Miteinander sein

(hidup bersama dalam cinta kasih).

2 Imam Barnadib, Beberapa Hal Tentang Pendidikan, (Yogyakarta : STUDING. 1982), 1.

3 M. sastrapratedja, Pendidikan sebagai humanisasi, (Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan pancasila, 2013),

24 4 Driyarkara, “Hominisasi dan Humanisasi” dalam A.Sudiarja, at.al (eds.), Karya Lengkap Driyarkara :

Esai-Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2006), 415-417.

Page 11: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

3

Ada tiga rumusan definisi pendidikan yang dibuat oleh Driyarkara, ketiga rumusan ini

tidak terpisah melainkan saling memuat. Pertama, pendidikan adalah hidup bersama dalam

kesatuan tri-tunggal bapak-ibu-anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana dia

berproses untuk akhirnya menjadi manusia sendiri sebagai manusia purnawan. Kedua, pada

kenyataannya pendidikan berarti pemasukan anak ke dalam budaya, atau juga masuknya alam

budaya ke dalam diri anak. Pemasukan disini menunjukkan adanya aktivitas baik dari

pendidik maupun dari anak didik. Kebudayaan yang dimaksud bukan hanya humanisasi,

melainkan juga hominisasi sebagai tingkat fundamental. Maka dari itu pendidikan adalah

hidup bersama dalam kesatuan tritunggal bapak-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak,

dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia

purnawan. Yang ketiga, bahwa hidup bahwa hidup manusia sekalipun sangat primitif, tentu

merupakan pelaksanaan nilai-nilai. Makan dan minum, tidur dan bekerja,bergaul dan

bergurau, menangis dan bersuka ria semuanya itu adalah pelaksanaan nilai-nilai. Maka dari

itu pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal bapak-ibu-anak, dimana

terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan

sendiri sebagai manusia purnawan.5

Menurut Driyarkara pendidikan secara prinsip berlangsung dalam lingkungan

keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang

merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab untuk

membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-

anaknya. Bimbingan bantuan ayah dan ibu tersebut berakhir apabila sang anak menjadi

dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan. Dari uraian tersebut pendidikan

terbatas kepada anak, jadi yang menjadi objek kajian pendidikan adalah pergaulan pendidikan

antara orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Dalam konteks ini proses pendidikan

berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai tahap dewasa. Pendidik dalam hal ini

bisa orang tua atau guru yang fungsinya sebagai orang tua, membimbing anak yang belum

dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri dan menjadi dirinya sendiri.

Sedangkan, menurut Martin Heidegger pendidikan harus dapat memanusiakan

manusia (der mensch menscht).6 Dalam masyarakat Sulawesi juga mengenal istilah atau

falsafah hidup orang Minahasa yang dikatakan oleh Dr. G.S.S.Y.Ratulangi (Sam Ratulangi)

yaitu “Si Tou Timou Tumou Tou,” yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia

5 Driyarkara, “Hominisasi dan Humanisasi,” 415-417.

6 Driyarkara, “Hominisasi dan Humanisasi,” 275.

Page 12: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

4

lain. Dengan demikian, ide memanusiakan manusia ini merupakan ide sentral atau

fundamental pada beberapa budaya dan bangsa, namun sering dilupakan atau sengaja

diabaikan oleh para pendidik, inilah yang menjadi masalah utama dalam pendidikan.

Permasalahan pendidikan ini menurut Paulo Freire seorang tokoh pendidikan Amerika latin

merupakan sistem pendidikan yang memperkuat struktur yang kurang adil dalam masyarakat.

Menurutnya pendidikan yang sering terjadi selama ini adalah pendidikan sistem bank. Dalam

hal ini guru sebagai subjek dan murid merupakan objek yang harus diberikan informasi,

pendidikan meyerupai usaha mendepositkan uang di bank.7 Pendidikan sudah tidak melihat

bagaimana hasil akhirnya, peserta didik yang diajarkan apakah akan menjadi benar-benar

manusia purnawan atau tidak. Pendidikan hanya terbatas pada bagaimana cara mengajar dan

apa yang diajarkan tanpa melihat prosesnya. Sehingga pendidikan sudah tidak lagi dipahami

sebagai pendidikan secara ontologis. Oleh karena itu, pendidikan harus diperhatikan dengan

serius agar mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu menjadikan homoniora yang

humaniora.

Berdasarkan pengertian pendidikan dari beberapa ahli di atas, maka pendidikan harus

mengedepankan ide tentang pendidikan yang humanisme, kalau ini sudah dapat dicapai maka

sebagai bentuk usaha dari pemerintah untuk menyembuhkan krisis moral lewat pendidikan

bisa mencapai titik terang. Sehingga tidak sulit untuk menerapkan apa yang coba diusungkan

oleh pemerintah dalam hal mencari jalan keluar atau solusi dari krisis moral tersebut, yakni

lewat pendidikan nilai yang dikemas dalam bentuk kurikulum baru yang lebih menekankan

pendidikan karakter. Oleh karena itu dengan menekankan pendidikan karakter pada peserta

didik sekolah diharapkan mampu untuk membentuk generasi-generasi muda yang lebih baik.

Ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu lebih

bersungguh-sungguh menjadikan dirinya tempat terbaik bagi pendidikan karakter, yakni; (a)

Banyak keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter; (b) Sekolah tidak hanya

bertujuan membentuk anak yang cerdas , tetapi juga anak yang baik; (c) Kecerdasan seorang

anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan; (d) Membentuk anak didik agar

berkarakter tangguh bukan sekedar tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab

yang melekat pada perannya sebagai seorang guru.8 Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, pada pasal 3 ayat 3 dinyatakan bahwa

7 Sastrapratedja, Pendidikan sebagai humanisasi,26.

8 Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Wawasan,Strategi, dan Langkah Praktis,

(Jakarta:Esensi Erlangga Group, 2011),24.

Page 13: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

5

kompetensi inti yang hendak dicapai terdiri atas; kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini bisa dicapai salah satunya lewat mata pelajaran

Pendidikan Agama Kristen.

Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat berperan penting dalam pembentukan

karakter siswa di sekolah. Di saat mata pelajaran yang lain lebih menekankan nilai pada

ranah kognitif (pengetahuan), PAK lebih cenderung kepada ranah afektif (sikap dan

perilaku). Menurut Thomas Groome istilah “Pendidikan Agama Kristen” dapat membantu

mengingatkan kita lebih jauh bahwa kita semua dipanggil menjadi gereja Kristen yang

universal,9 dalam hal ini Pendidikan Agama Kristen tidak hanya belajar dari dalam komunitas

Kristen saja melainkan dari dunia luar dengan berbagai pengalaman-pengalaman yang ada

dalam masyarakat umum. Ia juga mengatakan bahwa setiap jenis pendidikan cepat atau

lambat akan mempengaruhi orang-orang dalam cara mereka menjalani kehidupan dalam

masyarakat. Werner C. Graendorf juga mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk

membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangannya, dengan cara

pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana

Allah dalam hidup Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi

mereka dalam pelayanan yang efektif.10

Jadi, PAK membentuk karakter peserta didik

berdasarkan nilai kekristenan atau wujud dari kasih yang telah Yesus ajarkan sejak dini,

dalam hal ini pada usia remaja atau pada tingkat Sekolah Menegah Atas.

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu jenjang sekolah yang memiliki

mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dalam pelaksanaannya mengacu pada

Kurikulum PAK 2013. Dalam mata pelajaran ini Firman Tuhan dan nilai-nilai kekristenan

menjadi landasannya, secara tidak langsung mata pelajaran PAK sangat berperan penting

untuk manamkan kasih yang telah Yesus ajarkan. Tentunya dengan harapan akan berimbas

ke berbagai bidang di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya di bidang mata pelajaran

yang lain atau pun dalam organisasi sekolah dan bidang ekstrakulikuler. Namun sejauh mana

PAK mempengaruhi para peserta didik dalam pembentukan pendidikan karakter? Ini perlu di

kaji dalam suatu karya ilmiah. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul :

“ Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah Menengah Atas

(SMA) dalam Kajian Pendidikan Karakter ”

9 Thomas H. Groome,Christian Religious Education: Sahring Our Story and Vision, (New York:

Harper &Row, Publishers, 1980), 24 10

Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK,(Bandung:Jurnal Info Media,2007),30

Page 14: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

6

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana kajian pendidikan karakter terhadap kurikulum Pendidikan Agama Kristen

(PAK) di Sekolah Menengah Atas ?

1.3. Tujuan

Mendeskripsikan kajian pendidikan parakter terhadap kurikulum Pendidikan Agama

Kristen(PAK) di Sekolah Menengah Atas.

1.4. Manfaat Penelitian:

1. Manfaat Teoritis: diharapkan dari penulisan ini dapat menambah kontribusi

pengetahuan tentang peran dan dampak PAK dalam pendidikan karakter peserta didik

disekolah.

2. Manfaat Praktis: sebagai bahan acuan sekolah SMA lain nya.

I.5. Metodologi Penelitian:

1. Metode dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk mendeskripsikan atau menjelaskan

sebuah kejadian atau situasi sebagaimana adanya11

, sehingga dapat memberikan sebuah

gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti tanpa direkayasa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Yang menjadi data primer dari penulisan ini adalah dokumen – dokumen yang

berkaitan dengan kurikulum PAK Sekolah Menangah Atas . Dengan ini akan membantu

proses penulisan untuk lebih spesifik dan mendetail. Dalam hal ini, kajian-kajian pustaka

yang digunakan sangat membantu proses penulisan.

I.6. Sistematika Penulisan:

Dalam penulisan diatas, penulis menggunakan sistematika penulisan yakni pada

bagian yang pertama adalah latar belakang masalah yang terdiri dari rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, lokasi penelitian, dan metode penelitian yang terdiri dari jenis

penelitian dan teknik pengumpulan data.Penulis menguraikan dan menjelaskan satu persatu

dari setiap point-point yang merupakan latar belakang masalah. Setelah bagian yang pertama

selesai kemudian dilanjutkan pada bagian yang kedua yaitu teori. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teori pendidikan karakter menurut beberapa ahli dalam melihat sejauh

mana pendidikan karakter berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik yang

berkarater lewat kurikulum PAK. Teori ini yang akan membantu penulis sebagai acuan untuk

11

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV.Rajawali, 1983), 19.

Page 15: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

7

menjelaskan dan memahami sejauh mana PAK berperan terhadap pembentukan karakter

peserta didik. Selanjutnya adalah bagian yang ketiga yaitu hasil penelitian dan analisis,

kemudian pada bagian yang keempat sebagai kesimpulan dan saran.

2. Pendidikan Agama Kristen dan Pendidikan Karakter

2.1 Pendidikan Agama Kristen

Pada dasarnya Pendidkan Agama Kristen sudah ada sejak zaman gereja purba. Namun

gereja purba bukanlah penemu pendidikan agama, melainkan gerejalah yang merupakan hasil

dari pendidikan tersebut. Hal ini disebabkan karena pesekutuan Kristen mengambil dasar

agama Yahudi selaku dasar iman Kristen, yaitu perbuatan hebat yang dilaksanakan Allah di

tengah-tengah umat Israel.12

Kemudian PAK mengalami perkembangan dari masa-ke masa,

dimana konsep pendidikan yang sudah ada dari dahulu kala mengalami perubahan demi

perubahan hingga pada akhirnya secara teratur Pedidikan Agama Kristen dijadikan ilmu

tersendiri.

2.1.1 Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen sama seperti pendidikan yang lain yakni kegiatan yang kompleks

dan tidak pernah ada deskripsi yang lengkap mengenai Pendidikan Agama Kristen. Salah satu

pengertian dari PAK yang dikemukakan oleh Yohanes Calvin seorang tokoh reformasi

protestan yang digelari doctor ecclesia ;

“Pendidikan Agama Kristen adalah pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka

dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang

dilaksanakan gereja. Sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinambung

yang diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus

Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.”13

Dari rumusan pengertian diatas Calvin ingin mengutamakan sifat intelektual dan

pengalaman belajar. Menurutnya orang-orang percaya telah dipilih dalam Kristus dan

dijadikan anak-anak gereja, karena itu sudah sewajarnya mereka dibesarkan dalam

lingkungan pedagogis gereja. Mereka di didik dengan Firman melelui Roh Kudus yang

dikenakan kepada mereka sebagai peserta didik. Para peserta didik ini tidak akan tamat dalam

sekolah mereka karena didepan mereka akan selalu ada kemungkinan-kemungkinan untuk

belajar lagi. Dengan demikian, Calvin mengharapkan agar semua yang terlibat dalam

pengalam-pengalaman belajar tersebut semakin berdisiplin dalam pengabdian diri kepada

Allah, melalui pelayan-pelayan yang mewujudkan kasih dalam semua lapisan dan lembaga

masyarakat.

12

Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: dari

Plato sampai Ignatius Loyola, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 1. 13

Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran, 413.

Page 16: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

8

2.1.2 Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Mengapa kita melakukan Pendidikan Agama Kristen? Pertanyaan ini tentunya

meminta refleksi diri dari setiap pendidik Kristen karena Pendidikan Agama Kristen tidak

hanya memiliki satu tujuan. Hal ini dapat terjadi karena setiap pendidik memiliki tujuannya

masing-masing dalam kegiatan pendidikan tersebut, ada yang sangat bagus dan bermanfaat

namun ada juga yang sangat buruk. Oleh karena itu, Thomas Groome mencoba untuk

mengusulkan tujuan utama dari pendidikan agama Kristen adalah Kerajaan Alllah.14

Kerajaan

Allah ini masih belum sempurna, karena itu harus disempurnakan seiring bejalannya waktu,

kesempurnaan Kerajaan Allah berarti pemenuhan terhadap seluruh kerinduan hati manusia

dan kebutuhan umat manusia yang autentik.15

Konsep Kerajaan Allah sebagai tujuan dari

PAK juga sudah nampak dari masa kehidupan Yesus, hal ini terlihat dari teks-teks Injil

sinoptik dimana Yesus selalu atau sering membicarakan mengenai Kerajaan Allah

(Pemerintahan Allah, Kerjaan Alla, Kerjaan surga, dsb) dalam setiap pengajaran Yesus.16

Groome menegaskan bahwa Kerajaan Allah adalah rencana Allah bagi ciptaan-Nya

dan merupakan tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus. Oleh sebab

itu, kegiatan PAK harus mampu mensponsori orang-orang untuk bergerak menuju ke arah

iman Kristen dimana tujuan dari pendidikan yang demikian adalah Kerjaan Allah di didalam

Yesus Kristus. Bagi orang-orang Kristen Kerajaan Allah dan ke-Tuhanan Kristus harus ada

bersam-sama dalam bagian utama pemberitaan dan Pendidikan Agama Kristen. Dalam

rangka mewujudkan Kerajaan Allah yang adalah tujuan utama PAK, Groome juga menyadari

bahwa sejak dahulu komunitas Kristen telah mempunyai tujuan dari usaha-usaha pendidikan

Kristen yakni untuk mempromosikan orang-orang ke arah iman Kristen sebagai realitas yang

hidup.17

Oleh sebab itu PAK harus bersama-sama dengan iman Kristen bergerak menuju

tercapainya Kerajaan Allah. Disini iman bukan sesuatu yang diberikan oleh para

pendidik/pengajar agama Kristen, tetapi iman adalah anugerah pemberian Allah (Yoh. 6:44

dan Ef. 2:8). PAK yang adalah suatu proses pendidikan, akan membentuk dan

14

Kerajaan Allah yang dimaksud bukan sebagai wilayah pemerinthan atau kekuasaan, juga bukan

sebagai konsep yang abstrak. Kerajaan Allah adalah sebuah symbol yang menunjuk pada kegiatan Allah yang

nyata didalam sejarah yang memperhatikan kedaulatan Allah. Artinya Kerajaan Allah merupakan

situasi/keadaan kongkrit dalam dunia yang tercipta karena adanya kegiatan-kegiatan Allah yang sedang

berlangsung. [Thomas Groome, Christian Religius Education, 50] 15

Thomas H. Groome,Christian Religious Education – Pendidikan Agama Kristen :Berbagi ceerita

dan Visi Kita, Terj. Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 52. 16

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 54 17

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 80

Page 17: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

9

mengembangkan iman Kristen yang sudah ada pada setiap manusia untuk menciptakan atau

menghadirkan Kerajaan Allah di lingkunagn sekitarnya.

Menurut Groome iman Kristen merupakan realitas yang hidup memiliki tiga dimensi

yang diekspresikan dalam tiga kegiatan yaitu; 1) iman sebagai kegiatan percaya (faith as

believing), 2) iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), dan 3) iman sebagai

kegiatan melakukan (faith as doing). Fakta bahwa iman adalah pemberian Allah tidak

membuat usah-usaha pendidikan kita menjadi tidak perlu, sebaliknya iman harus menjadi

Kristen secara eksplisit, dimana manusia harus memiliki hubungan yang hidup dengan Allah

dalam Yesus, maka cerita iman komunitas Kristen harus dijumpai dalam pengalaman hidup,

lewat tiga kegiatan tersebut.18

Artinya dalam setiap kegiatan pendidikan agama Kristen, baik

pengajar maupun peserta didik tidak hanya berbicara tentang konsep iman Kristen yang

abstrak melainkan harus melakukan iman itu sebagai tindakan praxis.

Pendidikan agama Kristen sebagai tindakan praxis, Groome mengusulkan pendekatan

praxis oleh beberapa tokoh yang terkenal dalam kegiatan praxisnya;

a. Aristoteles

Menurut Aristoteles ada tiga gaya kehidupan manusia yang dapat menghasilkan suatu

kehidupan yang bermakna, yakni: Theoria, suatu kegiatan pencarian kebenaran dengan

proses kontemplatif/reflektif, suatu kegiatan atau tindakan yang tidak terlibat (mengasingkan

diri, menarik diri). Praxis (praxis), suatu kegiatan dengan keterlibatan diri yang reflektif

dalam situasi sosial. Poiesis, sebuah cara mengetahui terwujud dalam dan muncul dari

“membuat” atau cara berhubungan dengan realitas dimana benda kongkret dihasilkan (hasil

dari sebuah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan).19

Bagi Aristoteles praxis merupakan suatu kegiatan etis yang dipilih dengan bebas,

harus selalu melibatkan pilihan yang dilakukan dengan sengaja. Segala bentuk tindakan

praxis adalah pilihan, dan sumber dari pilihan itu adalah hasrat dan penalaran yang memiliki

tujuan yang jelas. Aristoteles juga menjelaskan bahwa ada tiga hal yang dalam jiwa yang

mengontrol tindakan praxis dan untuk mencapai kebenaran, yaitu perasaan, kecerdasan dan

hasrat. Dengan demikian, praxis merupakan sebuah pilihan tindakan yang selalu melibatkan

perasaan, disini sesungguhnya apatheia (keheningan atau tidak adanya perasaan) selalu

menghalangi sebuah tindakan praxis. Praxis juga tidak menuruti hasrat yang tidak masuk

18

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 107 19

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 224

Page 18: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

10

akal, artinya bagi Aristoteles praxis adalah kegiatan manusia yang utuh-melibatkan pikiran,

perasaan, dan gaya hidup.20

b. Paulo Freire

Ada tiga asumsi utama yang menjadi dasar dalam pendekatan pendidikan Paulo

Freire. Pertama, panggilan utama dari manusia adalah humanisasi. Kedua, manusia mampu

merubah realitas mereka, dimana manusia dapat memiliki kesadaran kritis terhadap realitas

manusia tersebut sampai pada tingkat untuk bertindak mengubah realitas manusia itu. Ketiga,

pendidikan tidak pernah netral. Pendidikan memiliki konsekuensi-konsekuensi politis yang

dapat mengontrol orang-orang dengan menyesuaikan mereka dengan masyarakat yang ada

atau untuk membebaskan mereka dalam menghadapi realitas mereka secara kreatif dan

kristis. Berdasarkan tiga asumsi dasar ini Freire mengusulkan pendekatan “pemecahan

masalah” refleksi kritis atas realitas masa kini sebagai bagian dari pendidikan praxis.

Menurutnya pendidikan harus memiliki tujuan sebagai praktek pembebasan, sudah saatnya

meninggalkan proses belajar dengan metode menyimpan pengetahuan (banking method) dan

harus mempromosikan motode kesadaran kritis (conscientization). Dengan kesadaran kritis

manusia akan berproses menemukan makna realita, dan mengubah realitas itu kea rah

humanisasi.21

Berdasarkan pendekatan praxis dari kedua tokoh diatas Groome menyimpulkan

bahwa untuk mencapai tujuan PAK yakni menciptakan Kerajaan Allah, maka pendidikan

agama Kristen harus dilakukan dengan pendekatan praxis karena menurutnya;22

1) Pendekatan yang didasari pada tindakan praxis kelihatannya mampu

mempromosikan “mengenal” dalam arti yang sesuai dengan Alkitab.

2) Pendekatan yang didasarkan pada tindakan praxis mempertahankan kesatuan

antara teori dan praxis, pendekatan ini lebih memungkinkan untuk

mempromosikan iman Kristen yang hidup dan dapat mengurangi kesenjangan

antara iman yang kita yakini dan cara kita hidup.

3) Pendekatan yang didasari pada tindakan praxis lebih mampu untuk mepromosikan

emansipasi dan kebebasan manusia dari pada cara memahami teori ke dalam

praktik.

20

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 226 21

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 257. 22

Groome, Christian Religious Education – Pendidikan, 259.

Page 19: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

11

2.2. Pendidikan Karakter

2.2.1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Wynne (1191), karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti

“to mark” (menandai) atau mengukir dan memfokuskan bagaimana menerapkan nilai-nilai

kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.23

Pada masa Yunani kuno konsep

karakter ini telah dipakai oleh beberapa filsuf dalam pengajaran mereka. Pertama, Socrates

menilai bahwa formulasi doktrin kebaikan adalah pengetahuan. Bagi Socrates orang yang

bijak adalah orang yang mengetahui, dimana pengetahuan yang benar akan membimbing

pada tindakan yang benar. Jadi, dalam karakter Socrates yang bisa diambil adalah bahwa

nilai-nilai yang lahir dari pengetahuan yang benar amatlah penting dalam pembentukan nilai

oleh seseorang.24

Kedua, setelah Socrates munculah muridnya yang bernama Plato. Menurut

Plato orang-orang yang keutamaannya mengejar kesuksesan, rasa hormat, dan popularitas

adalah orang yang berkarakter rendah. Sebaliknya, Plato berusaha mencetak karakter dengan

ukuran kebijaksanaa sebagai akibat dari pengetahuannya (kebajiakan adalah pengetahuan).

Plato percaya bahwa dengan mencetak orang-orang yang bijak, kita dapat menciptakan

Negara yang ideal. Ketiga, Aristotels dalam karyanya buku “Etika Nikomakea” mengatakan

bahwa hidup harus bertujuan pada eudaminia yang bila dipahami dengan baik akan

menghasilkan perbuatan dan moral yang baik dan bijak. Aristoteles memaknai pendidikan

dengan menekankan pada tujuan praxis sebuah pendidikan sabagai jalan menuju

eudamonia.25

Thomas Lickona mengatakan bahwa karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal

yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan hal yang baik – kebiasaan dalam cara

berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.26

Menurut Lickona ketiga hal

tersebut mengarahkan anak-anak peserta didik pada kehidupan yang bermoral. Dalam buku

“Whats Works in Character Educations” oleh Marvin Berkowitz dikatakan bahwa

pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan

karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakan-kebijakan inti (core virtues)

yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.27

Mulyasa dalam buku

23

H.E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Askara, 2014), 3 24

Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), 304. 25

Mu’in, Pendidikan Karakter , 305 – 306 . 26

Thomas Lickona, Edocation For Character : How our schools can teach respect and responsibility.

Terj. J.A Wamaungo, (Jakarta: Bumi Askara, 2013), 82. 27

Marvin W. Berkowitz & Melinda C. Bier, Whats Works in CharacterEducations: A Research-driven

Guide for Educators,(Washington DC: Character Education Partnership, 2005),2.

Page 20: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

12

“Manajemen Pendidikan Karakter” mengatakan bahwa pendidikan karakter bermakna lebih

tinggi dari pada moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah

benar – salah, melainkan suatu proses untuk dapat menanamkan kebiasaan (habit) mengenai

hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik dapat memiliki kesadaran,

pemahaman yang tinggi, dan kepedulian serta komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam

kehidupan sehari-hari.28

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Ratna Megawangi bahwa

moral dan karakter memiliki perbedaan. Moral adalah pengetahuan seseorang tentang hal

yang baik dan buruk. Sedangkan karakter adalah tabiat seseorang dalam setiap tindakan dan

perilakunya langsung di-drive oleh otak. Oleh sebab itu, dengan adanya pendidikan karakter

dapat mengakomodasikan peran dan fungsi pendidikan yang bernilai.29

Tetapi secara

substansial moral dan karakter tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.

2.2.2. Inti dan Komponen Karakter

Karakter yang baik harus didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan

untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan. Peterson dan Seligman (2004)

mengusulkan konsep klasifikasi karakter dengan menggunakan model klasifikasi dari

Linnean yaitu virtues (kebajikan), character strengths (kekuatan karakter) dan situational

themes (kondisi situasional).30

Pada level pertama yakni virtues (kebijaksanaan) terdapat nilai-nilai inti yang

karakteristiknya dinilai melalui cara pandang moral filosofi dan pemikiran religious. Nilai-

nilai inti tersebut mencakup ;

- Kebijaksanaan dan pengetahuan yaitu kekuatan kognitif yang memerlukan

akuisisi dan penggunaan pengetahuan.

- Keberanian yaitu kekuatan emosional yang melibatkan latihan untuk mencapai

tujuan dalam menghadapi oposisi, eksternal atau internal.

- Kemanusiaan yaitu kekuatan interpersonal untuk melibatkan, merawat dan

berteman dengan orang lain.

- Keadilan yaitu kekuatan sipil yang mendasari kesehatan kehidupan masyarakat.

- Kesederhanaan yaitu kekuatan untuk melindungi dan melawan suatu kelebihan.

- Transendensi yaitu kekuatan yang membentuk koneksi ke alam yang lebih besar

dan memberikan suatu makna.

28

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 3. 29

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2012), 33 30

Roslyn De Braine, Leadership, Character and Its Development: A Qualitative Exploration, SA

(Journal of Human Resource Management, 2007), 2

Page 21: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

13

Pada level kedua atau kekuatan karakter (character strengths), faktor-faktor

psikologis membentuk dan memproses mekanisme nilai-nilai virtues. Kemudian mampu

membedakan rute untuk menunjukan satu dengan yang lain dari nilai virtues, yaitu;31

- Kebijaksanaan dan pengetahuan (wisdom & knowledge) meliputi kreativitas

(orisinalitas), rasa ingin tahu, pemikiran yang terbuka, belajar kasih sayang dan

perspektif kebijaksanaan.

- Keberanian (courage) meliputi persistensi (kegigihan, keuletan), integritas

(ketulusan dan kejujuran) dan vitalitas (semangat antusiasme).

- Kemanusiaan (humanity) meliputi cinta kasih, kebaikan dan kecerdasan sosial

(kecerdasn emosional dan kecerdasan pribadi).

- Keadilan (justice) meliputi kewarganegaraan (tanggung jawab sosial, loyalitas dan

kerja sama), melakukan keadilan dan kepemimpinan.

- Kesederhanaan (temperance) meliputi pengampunan dan belas kasihan,

kerendahan hati, kehati-hatian dan pengendalian diri.

- Transendensi (transendence) meliputi apresiasi keindahan dan keunggulan

(kekaguman), perasaan bersyukur (rasa terima kasih), harapan (optimis,

berorientasi ke masa depan), humor dan spiritualitas.

Kemudian pada level yang terakhir yaitu kondisi situasional (situational themes),

pada situasi tertentu dapat mendorong orang untuk dapat menunjukan karakter seperti apa

yang akan keluar sesuai dengan situasi yang dialaminya.

Selain inti karakter yang menjadi dasar paling utama suatu karakter baik itu terbentuk,

Lickona murumuskan suatu konsep komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan moral

(moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan moral (moral action). Ketiga

konsep ini memiliki komponennya masing masing. Gambar berikut ini merupakan bagan

keterkaitan antara ketiga kerangka konsep dan komponen karakter yang baik32

.

31

Braine, Leadership, Character and Its, 3. 32

Lickona, Edocation For Character, 84

Karakter

Pengetahuan Moral: - Kesadaran moral - Pengetahuan nilai moral - Penentuan respektif - Pemikiran moral - Pengambilan keputusan

- Pengetahuan pribadi

Perasaan Moral: - Hati nurani - Harga diri / percaya diri - Empati - Mencintai kebaikan - Pengendalian diri - Kerendahan hati Tindakan Moral:

- Kompetensi/ kemampuan - Keinginan/kemauan - Kebiasaan

Page 22: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

14

1. Pengetahuan Moral (moral knowing).

a. Kesadaran Moral. Dua tanggung jawab moral yang harus diambil oleh manusia

khusunya orang muda, yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat

suatu situasi yang memerlukan penilaian moral kemudian memikirkan dengan cermat ke arah

mana suatu tindakan yang memiliki nilai kebenaran. Yang kedua adalah memahami informasi

dari permasalaahn yang bersangkutan.33

Kesadaran moral ini dapat membantu peserta didik

untuk bisa menentukan fakta sebelum mengambil keputusan suatu nilai moral.

b. Mengetahui Nilai Moral. Nilai-nilai moral yakni menghargai kehidupan, tanggung

jawab bagi orang lain, jujur, toleransi, keadilan, rasa hormat, disiplin diri, integritas,

kebaikan, belas kasih, dan dorongan/dukungan adalah nilai untuk menjadi pribadi yang

baik.34

c. Penentuan Prespektif. Ini merupakan prasyarat dalam penilaian moral, dimana kita

harus bisa memahami dan menentukan suatu penilaian dari sudut pandang orang lain, melihat

situasi yang sebenarnya, ikut merasakan apa yang meraka rasakan, bereaksi dan

membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Sasaran fundamental moral adalah peserta

didik mengalami dunia bukan dari sudut pandang mereka sendiri melainkan dari sudut

pandang orang lain yang benar-benar berbeda dari diri mereka.35

d. Pemikiran Moral. Manusia mempelajari pemikiran moral yang baik dan yang

tidak baik melalui tindakan atau perbuatan suatu hal. Artinya manusia selalu bertindak untuk

mencapai kebaikan yang terbaik dan bertindak seolah-olah dengan apa yang kita lakukan

orang lain juga akan melakukan hal yang sama pada situasi serupa.36

e. Pengambilan Keputusan.37

Manusia harus mampu memikirkan bagaimana

mengambil keputusan yang memiliki nilai moral, dimana ketika kita bertindak dalam

permasalahan moral kita dapat mengetahui konsekuensi apa yang akan terjadi, tentunya ke

arah memaksimalkan konsekuensi yang baik dan lebih bernilai.

f. Pengetahuan Pribadi. Kita harus dapat mengulas dan mengevaluasi secara kritis

perilaku kita, agar dapat menjadi manusia yang bermoral.38

Dengan demikian kita mnjadi

sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter diri kita, sehingga kita dapat mengolah

kelemahan kita didalam karakter tersebut.

33

Lickona, Edocation For Character, 86 34

Lickona, Edocation For Character, 87 35

Lickona, Edocation For Character, 88 36

Lickona, Edocation For Character, 88 37

Lickona, Edocation For Character, 89. 38

Lickona, Edocation For Character, 89.

Page 23: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

15

2. Perasaan Moral (moral feeling)

a. Hati Nurani. Ada dua sisi yang harus diperhatikan yakni sisi kognitif (mengetahui

apa yang benar) dan sisi emosional (merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar).

Dengan hati nurani kita memiliki kemampuan untuk merasa bersalah yang membangun

(constructive guilt).39

b. Harga Diri / Percaya diri. Dengan kepercayaan diri kita dapat menilai diri kita

sendiri tanpa bergantung pada persetujuan orang lain. Kemudian, kita dapat mengembangkan

harga diri/percaya diri berdasarkan rasa tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan yang

diyakini dari kemampuan diri kita sendiri.40

c. Empati. Rasa empati ini merupakan cara kita memahami atau mengidentifikasi

suatu keadaan dengan cara seolah-olah sedang terjadi dalam keadaaan orang lain. Empati

mempukan kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan masuk kedalam diri orang lain.41

d. Mencintai Kebaikan. Seseorang telah mencintai kebaikan, maka ia akan

melakukan hal-hal yang baik itu. Ini adalah bentuk karakter yang tertinggi dimana seseorang

bisa mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik (moralitas).42

e. Pengendalian Diri. Dalam kebaikan moral manusia perlu pengendalian diri, hal ini

diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita. Dengan pengendalian diri

memampukan kita untuk dapat beretika bahkan disaat kita tidak menginginkannya.43

f. Kerendahan Hati. Rendah hati merupakan sisi afektif dari pengetahuan pribadi.

Kerendahan hati membantu kita mengatasi kesombongan dan melindungi kita dari keinginan

untuk berbuat jahat.44

3. Tindakan Moral (moral action)

a. Kompetensi / Kemampuan. Komponen ini memiliki kemampuan untuk mengubah

penialain dari perasaan moral kedalam tindakan moral yang efektif.45

Kemampuan untuk

mengolah perasaan yang dirasakan (misalnya rasa empati) menjadi suatu tindakan nyata yang

bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain.

39

Lickona, Edocation For Character, 93. 40

Lickona, Edocation For Character, 93. 41

Lickona, Edocation For Character, 94. 42

Lickona, Edocation For Character, 95. 43

Lickona, Edocation For Character, 96. 44

Lickona, Edocation For Character, 97. 45

Lickona, Edocation For Character, 98.

Page 24: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

16

b. Keinginan / Kemauan. Untuk menjadi sesorang yang baik ia memerlukan tindakan

keinginan yang baik atau suatu penggerak dari dalam diri untuk melakuan apa yang kita pikir

itu baik dan harus dilakukan. Keinginan ini berada pada inti dari dorongan moral.46

c. Kebiasaan. Kebiasaan untuk melakuakan hal yang baik harus dilakukan terus

menerus (tindakan habit) sehingga moral action dapat terus terwujud dalam dirinya bahkan

dalam situasi tersulit sekalipun.47

2.2.3 Elemen – Elemen Karakter

Inti karakter dan komponen karakter di atas ternyata masih berada pada tatanan

konseptual dari karakter, sehingga dibuthkan elemen – elemen karakter yang merupakan

perwujudan dari kedua konsep sebelumnya dalam wujud praktis atau lebih dari pada itu

sebagai tindakan praxis. Elemen – elemen karakter tersebut ialah:48

1. Kepemimpinan (leadership). Seorang pemimpin adalah memimpin dengan contoh

sebagai panutan dan teladan, memungkinkan orang lain untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Pemimpin memberikan kepuasan serta

menginspirasi bawahannya, kemudian mereka akan meningkatkan kinerja dan

mengembangkan etos kerja mereka;

2. Integritas (intergrity / faithfulness) yaitu perkataan yang benar dan yang dapat

dipercaya dalam kondisi apapun. Konsisten dan setia dalam setiap tugas dan

tanggung jawab.

3. Kerajinan (industriousness) yaitu karakter dan kemampuan yang menghasilkan

kualitas kerja yang tinggi secara konsisten. Terdapat kemauan dalam diri untuk

terus giat dalam mengahasilkan karya.

4. Empati (empathy) mendasari semua aspek kepemimpinan dengan menempatkan

diri pada posisi orang lain untuk memahami apa kebutuhan mereka dalam posisi

mereka, agar benar-benar berkomunikasi secara efektif mendapatkan perspektif

yang seimbang dan membangun rasa hormat dari orang lain;

5. Kesetiaan (loyalty). Kesetiaan kepada diri sendiri, orang lain dan atau lembaga

menggambarkan citra dan komitmen diri.

6. Optimisme (optimism) dalam melakukan sesuatu yang melibihi dari yang

diharapkan.

46

Lickona, Edocation For Character, 99. 47

Lickona, Edocation For Character, 99. 48

Braine, Leadership, Character and Its, 6

Page 25: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

17

7. Keadilan (fairness) menerapkan aturan secara konsisten dan memberikan orang

lain kesempatan yang sama.

8. Belas kasihan (compassion) bagian sisi manusia yang membutuhkan perhatian dan

konseling untuk masalah yang dihadapinya.

9. Cinta (love) merupakan layanan dalam konsep kasih, tulus dan peduli. Hal ini

bersifat universal dan mempunyai prinsip yang mendukung perkembangan dan

pembangunan kehidupan masyarakat.

10. Humor (humour) sebagai suatu cara manusia untuk keluar dari situasi yang terlalu

serius, menjadi sebuah selingan dan hiburan dalam mengatasi masalah.

11. Disiplin diri (self-disclipline), bertanggung jawab dalam setiap kegiatan dalam

organisasi, dibutuhkan kedisiplinan untuk mematuhi kebijakan dan prosedur

dalam peruhasan

12. Ketekunan (perverance) merupakan keinginan bawaan atau gairah untuk

mencapai sesuatu.

13. Percaya diri (seff-confidance), keputusan yang diambil membuatnya percaya diri

itu benar atau buruk dan orang lain mengakuinya.

14. Kerendahan hati (humility), tidak pernah berpikir bahwa kita selalu lebih baik dari

orang lain, selalu menempatkan sikap untuk terus belajar dan ingin selalu

berkembang tanpa merasa hebat.

15. Pengetahuan diri (self-knowledge) yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri

serta jujur terhadap diri sendiri.

16. Inisiatif (initiative) selalu berkeinginan untuk “menjadi” tanpa harus menunggu

dorongan orang lain.

17. Hati nurani (conscience), dorongan untuk bertindak benar atau salah, pada taraf

ini biasa nilai kebenaran yang selalu diutamakan.

18. Kreativitas (creativity) , memodifikasi diri, memiliki ide-ide baru yang inovatif,

dan tidak hanya pada tataran ide tetapi mengahasilkan sesuatu yang kreatif.

19. Spiritualitas (spirituality), dimensi kekuatan dari dalam yang melampaui diri

sendiri, dalam hal yang berkaitan dengan roh dan emosi.

Selain elemen-elemen karakter di atas, McElmeel (2002), memberikan ciri-ciri

karakter manusia yang memenuhi inti dan komponen karakter yaitu; kepedulian, keberanian,

rasa ingin tahu, fleksibilitas, persahabatan, kerendahan hati, humor, inisiatif, integritas,

kesabaran, beprilaku baik, pemecahan masalah, disiplin diri dan kerja sama.

Page 26: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

18

3. Peran Pendidikan Karakter dalam Kurikulum PAK

Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum yang di rancang oleh pemerintah sebagai

kurikulum baru setelah mengembangkannya dari kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,49

kurikulum ini memiliki beberapa

bagian penting yakni;

a. Karakteristik Kurikulum 2013

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa

ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar

terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke

masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam

berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,

pengetahuan, dan keterampilan;

5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut

dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)

kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran

dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan

jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Karakteristik kurikulum yang dijabarkan ke dalam tujuh poin diatas merupakan ciri

khas dari kurikulum ini. Tentunya karakteristik ini yang dasar sehingga kurikulum 2013 ini

49

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang

Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dalam

https://urip.files.wordpress.com/2013/06/07-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-69-tahun-2013-ttg-

kurikulum-sma-ma.pdf, diakses 10 Juni 2015.

Page 27: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

19

berbeda dari kurikulum yang sebelumnya. Tujuh poin diatas merupakan hal-hal yang ingin

dicapai oleh pemerintah yang belum tercapai pada karikulum sebelumnya baik itu kurikulum

KBK maupun kurikulum KTSP.

Karakteristik kurikulum 2013 ini nampaknya ingin menciptakan peserta didiknya

menjadi generasi – generasi baru yang mempunyai keseimbangan antara pengembangan

sikap spiritual dan sosial, yang kemudian dengan segala pengetahuan yang didapat disekolah

dapat menerapkanya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai hal tersebut tentunya

harus ada kompetensi yang dicapai, berdasarkan karakteristik di atas maka kompetensi

dinyatakan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Penulis melihat bahwa dalam karakteristik ini sudah nampak nilai-nilai dari inti dan

komponen karakter, dimana jelas dijabarkan pada poin satu sampai empat tentang peserta

didik seperti apa yang diinginkan nantinya. Pada poin tersebut terdapat unsur-unsur yang

dibutuhkan untuk menjadi peserta didik yang berkarakter baik yakni moral knowing,

curiosity, wisdom and knowledge, dan moral action. Pemerintah menyadari bahwa nilai-nilai

karakter ini sangat dibutuhkan, dimana peserta didik yang dihasilkan harus mampu

memahami dan menganalisa lalu mengambil tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya. Namun ini baru sebagai konsep ideal yang diinginkan oleh pemerintah. Oleh

sebab itu pada poin ke lima sampai tujuh dalam karakteristik kurikulum 2013 ini, dipaparkan

bagaimana cara agar poin pertama sampai ke empat dapat tercapai, yakni dengan kompetensi

inti dan kompetensi dasar.

b. Landasan Filosofis

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar

bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas

yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi

pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat

menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013

dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa

kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan

berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan

masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa

depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian

Page 28: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

20

kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk

mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.

Pendidikan sebagai upaya mempersiapkan peserta didik menjadi generasi muda yang

lebih baik di masa depan. Bangsa Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan, tentunya

harus diperhatikan dengan benar oleh pendidikan itu sendiri, agar dalam penerapan

pendidikan ini sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam pendidikan terdapat

konsep atau dimensi masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Jadi menurut

penulis landasan filosofis dari kurikulum 2013, khususnya pada poin ini sudah memenuhi

dimensi pendidikan tersebut. Dalam penerapan pendidikan di Indonesia lewat kurikulum ini

peserta didik diajarkan untuk tidak melupakan masa lalu dari bangsa ini yakni kebudayaan

yang sudah ada dari dulu dan membentuk konsep diri primer masayarakat indonesia,

kemudian dari beragam kebudayaan itu akan membangun pemahaman peserta didik pada

masa kini dan membangun dasar yang baik untuk kehidupan bangsa dimasa depan sebagai

kesadaran yang ingin dicapai.

Beragam budaya berarti beragam pula watak dan kebiasaan dari setiap masyarakat

Indonesia, oleh sebab itu diperlukan nilai-nilai karakter dalam memaknai kebudayaan kita

yang beragam ini. Menurut penulis peserta didik juga harus memiliki nilai kebijaksanaan dan

pengetahuan yang merupakan bagian dari virtue sebagai inti karakter, terutama pengetahuan

tentang kebudayaan itu sendiri. Dampaknya adalah peserta didik mampu menganalisa

kebudayaan orang lain yang berbeda dari dirinya kemudian menghargainya. Selain itu di

butuhkan juga moral feeling yang merupakan bagian dari rasa empati, percaya diri, dan

rendah hati. Dengan moral feeling peserta didik akan merasa percaya diri dengan

kebudayaannya yang berbeda dari yang lain, namun bisa juga ikut merasakan sebagai bagian

dari kebudayaan orang lain. Namun yang paling penting adalah peserta didik tidak merasa

kebudayaannya lebih baik dari kebudayaan orang lain.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan

filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu

yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan

adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan

memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan

budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat

kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Kurikulum 2013 juga

Page 29: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

21

memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,

diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di

masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

Pada poin ini landasan filosofis yang hendak dibangun adalah peserta didik sebagai

pewaris dari kebudayaan bangsa kemudian dapat mengeksposnya dengan kreatif. Dalam hal

ini peserta didik dorong untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk dapat

berpikir secara rasional terhadap hal-hal yang dihadapinya. Selain itu landasan ini berupaya

untuk melestarikan kebudayaan bangsa dan kemudian menanamkan rasa kebanggaan atas

budaya tersebut.

Pada tataran ini landasan filosofi dari kurikulum 2013 ini juga sudah memenuhi

sebagian hakikat pendidikan itu sendiri. Dimana menurut Driyarkara bahwa pendidikan

merupakan proses perubahan ganda, yakni perubahan dalam diri manusia (muda) sendiri,

yang disebut eksistensia, dan proses ini berlangsung dalam masyarakat dan budaya yang juga

berubah. Oleh karena itu dalam pendidikan, manusia (muda) itu berubah juga bersama

dengan lingkungan hidupnya. Sebenarnya pemerintah ingin ada suatu tindakan untu

melestarikan kebudayaan tersebut sebagai bagian dari pendidikan. Dalam hal ini peserta didik

harus mewujudkannya dengan nilai karakter yang terdapat pada moral action sebagai

komponen karakter. Dalam moral action sisi kemampuan, kemauan dan kebiasaan. Peserta

didik dengan kempuan yang ia miliki, akan mengembangkan potensi dalam dirinya kemudian

ada hasrat kemauan untuk melakukan dalam kehidupannya, dan itu dilakukan secara terus

menerus menjadi suatu kebiasaan yang baik.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan

kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi

kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu

(essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama

dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual

dan kecemerlangan akademik.

Landasan filosofi ini pemerintah ingin menekankan bahwa mata pelajaran yang

beredar di sekolah-sekolah harus sesuai dengan disiplin ilmu yang ada. Hal ini dijadikan

sebagi landasan filosofi karena terdapat banyak sekolah yang memiliki mata pelajar tidak

sesui dengan kontennya atau ilmu yang harus diberikan. Hal ini akan berdampak buruk bagi

siswa kalau dibiarkan terus berlanjut, karena siswa nantinya akan seperti orang yang

kelihatanya mengetahui banyak hal padahal hanya sedikit yang dia pahami.

Page 30: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

22

Pada poin ini, pemerintah menyadari bahwa untuk mengembangkan kecerdasan

manusia tidak ada jalan lain selain pendidikan, oleh kerana itu pendidikan yang di ajarkan

harus sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan peserta didik tersebut. Hal ini sesuai

denagn konsep Whitehead bahwa pada dasarnya manusia bisa berkembang dengan sendirinya

menuju kearah yang lebih baik, namun karena perkembangan itu secara alami bergerak

lambat, maka dibutuhkan intervensi pendidikan. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik akan lebih cepat membantu proses perkembangan peserta didik tersebut.

Ketika pendidikan sudah dilakukan secara benar, dalam hal ini mata pelajaran sudah

sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan maka dengan sendirinya peserta didik akan

mudah memahami dan manyukai pelajaran tersebut. Sehingga, elemen-elemen karakter yang

berkaitan dengan kerajinan, ketekunan, optimis, percaya diri, inisiatif dan kreatif akan mudah

di wujudkan oleh peserta didik. Peserta didik akan dengan gembira dan sangat berantusias

dalam mengikuti proses pembelajaran, bukan tidak mungkin mereka akan menghasilkan

karya-karya yang kreatif dan luar biasa. Karena pada dasarnya ketika mereka mata pelajaran

sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka butuhkan, konsep inti karakter akan berhasil

dicapai.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih

baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,

sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan

bangsa yang lebih baik (experimentalism and sosial reconstructivism).

Landasan filosofis yang terakhir ini sebenarnya menunjukan suatu konsep ideal yang

hanya akan tercapai ketika tiga poin sebelumnya sudah tercapai. Pada poin ini pemerintah

ingin pendidikan untuk menciptakan generasi baru yang mampu membangun kehidupan yang

lebih baik dari sebelumnya. Hasil dari pendidikan tersebut tidak hanya di nikmati sendiri oleh

peserta didik, melainkan harus mampu ditransformasikan ke lingkungan masyarakat dan

bangsa. Hasil pendidikan yang bagaimana? Paling tidak hasil pendidikan yang mampu

membawa perubahan pada diri sendiri kearah yang lebih baik. Dengan landasan filosofi ini,

sebenarnya Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik

menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat,

dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Perubahan pada diri sendiri dan masyarakat luas hanya bisa tercapai ketika semua

elemen-elemen karakter bisa dilakukan. Pembentukan karakter peserta didik dari proses

pembelajaran harus berhasil peserta didik sehingga mampu membawa perubahan, virtue

Page 31: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

23

sebagai inti karakter yang mempunyai kekuatan untuk dapat mengetahui dan mengendalikan

diri dengan situasi yang dia hadapi. Moral knowing sebagai bentuk kesadaran diri untuk

mengetahui mana yang baik dan buruk, kemudian dengan moral feeling dapat menumbuhkan

rasa percaya diri, berempati dengan orang lain, mencintai kebaikan dan tidak pernah merasa

lebih hebat dari orang lain, yang terakhir adalah tindakan, dengan kemampuan kita

melakukan sesuatu kebaikan dan itu atas dasar kemauan diri sendiri bukan dorongan orang

lain. Dengan demikian maka peserta didik sudah siap untuk membawa perubahan dalam

dirinya dan masyarakat sekitar.

c. Standar Kompetensi Kelulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C50

Dimensi Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

Dimensi Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak

fenomena dan kejadian.

Dimensi Ketrampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif

dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah

secara mandiri.

Standar Kompetensi Kelulusan ini merupakan standar paling dasar yang harus di

capai para peserta didik untuk bisa dinyatakan lulus atau berhasil dari proses pembelajaran

selama satu semester. Berkaitan dengan kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada

pengembangan karakter sudah seharusnya standar kompetensi kelulusan ini memiliki unsur

karakter yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Hal ini bertujuan supaya paserta didik

yang dinyatakan lulus atau berhasil benar-benar menjadi peserta didik yang berkarakter yang

baik dan bermoralitas. Dari ketiga dimensi yang hendak dicapai yaitu dimensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan di atas tentunya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Artinya ketiga-tiga nya harus dicapai oleh peserta didik untuk dapat dinyatakan

lulus.

50

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah dalam

https://urip.files.wordpress.com/2013/06/01-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-54-tahun-2013-ttg-skl.pdf,

diakses 10 Juni 2015.

Page 32: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

24

Standar kompetensi kelulusan ini menginginkan peserta didik untuk lulus dengan

karakter yang baik dan mampu membawa perubahan. Hal ini bisa dilihat dari dimensi

pertama yakni sikap, peserta didik dituntut untuk mampu memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap yang baik. Peserta didik harus memiliki nilai karakter untuk dapat

membentuk dirinya menjadi individu yang bersikap baik, yang paling utama adalah ia harus

mempunyai konsep tentang karakter yang baik itu seperti apa, kemudian mengolah dan

menerimanya dalam diri dan melakukan dalam kehidupannya. Dimensi sikap ini lebih

menekankan bagaimana peserta didik mengambil sikap dan berinteraksi dalam alam dan

lingkungan sosial, berkaitan dengan sikap maka moral feeling tentunya sangat berpengaruh

bagaimana dalam pengambilan sikap selalu diikuti dengan pertimbangan hati nuraninya.

Kadang kala dengan pengetahuan kita ingin mencoba melakukan sesuatu yang negatif namun

hati nuranilah yang selalu mengingatkan kita.

Demensi yang kedua yang hendak dicapai peserta didik adalah pengetahuan. Peserta

didik tentunya diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni dan budaya. Pada dimensi ini peserta didik yang dinyatakan lulus atau

berhasil ialah mereka yang memiliki nilai-nilai karakter yaitu pengetahuan dan

kebijaksanaan, serta kemanusiaan sebagai bagian dari kekuatan karakter, selain itu kesadaran

moral, pengetahuan pribadi dan penentuan perspektif dalam moral knowing juga diperlukan.

Dengan demikian peserta didik dapat lebih bijak dalam menyelesaikan masalah dengan

pengetahuannya, ia mampu memikirkan dengan cermat arah mana suatu tindakan yang

memiliki nilai kebenarnanya. Juga dengan kebijaksaan peserta didik mampu merespon segala

pesrubahan sosial yang terjadi.

Dimensi yang terakhir yang harus dicapai peserta didik adalah dimensi keterampilan.

Pesrta didik harus mempunyai keterampilan yang baik, dari hasil pembelajaran pengetahuan

yang didapat kemudian dikelolah dan menghasilkan suatu kreativitas yang baik. Peserta didik

tidak cukup hanya memiliki sikap dan penetahuan yang baik, ia juga harus terampil dalam

bidangnya. Ketrampilan ini akan menjadi kerampilan yang baik ketika pesrta didik mampu

mewujudkan elemen-elemen karakter dalam dirinya. Elemen karakter seperti ketekunan

dalam melakukan tugas dan tanggung jawab, integritas tinggi, disiplin diri yang baik, inisiatis

untuk melakukan hal-hal yang baru, percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya,

optimis terhadap niat dan kemauannya, rendah hati dan kreatif dalam mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya peserta didik dapat menjadi individu yang

mempunyai ketrampilan dapat bermanfaat pada dirinya terlebih bagi masyarakat sekitarnya.

Page 33: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

25

d. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi inti merupakan tujuan umum yang hendak dicapai dalam satu proses

pembelajaran. Dalam kompetensi inti ini memuat hal-hal yang merujuk pada tercapainya

standar kompetensi kelulusan. Kompetensi inti juga masih berupa sebuah konsep yang

nantinya akan dilihat kompetensi ini bisa tercapai atau tidak dengan perwujudan kompetensi

dasar. Kompetensi inti melalui empat poin yang dijabarkan diatas benar-benar ingin

mehasilkan generasi baru yakni peserta didik yang tidak hanya paham pada konsep dan

pengetahuan melainkan mampu mekukannya sebagai tindakan praxis. Dengan pendidikan

yang didapat di sekolah diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi individu yang

tidak hanya mengalami perubahan pada diri sendiri, melainkan harus di transformasikan

dalam lingkungan sosial.

Kempetensi inti menginginkan peserta didik untuk dapat menghayati dan

mengamalkan ajaran agam meraka masing-masing. Menghayati berarti memahami dengan

betul serta benar-benar menyakini, ini merupakan bagian dari pada moral knowing dan moral

feeling dimana peserta didik harus mengetahui ajaran agama mereka kemudian secara sadar

mencintai kebaikan dari nilai-nilai agama mereka dan mengamalkanya dalam kehidupan

mereka. Dalam mengamalkan sebagai moral action, peserta didik harus benar-benar

melakukannya dengan niat yang baik dan secara berkelangsungan. Selain ajaran agama,

Page 34: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

26

perilaku jujur, disiplin dan tanggung jawab juga harus bersamaan menjadi tindakan yang

nyata dalam kehidupannya di sekolah, dirumah, dan di lingkungan masyarakat.

Kompetensi inti juga menginginkan peserta didik mengembangkan rasa ingin tahu

mereka tentang pengetahuan diajarakan, kemudian dikembangkan dan menjadikan bahan

pertimbangan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini peserta didik

membutuhkan nilai-nilai moral untuk mencapai kompetensi ini. Inisiatif menjadi nilai yang

utama, dimana dengan inisiatif maka peserta didik memiliki dorongan untuk

mengembangkan pengetahuannya. Selain rasa ingin tahu, dalam kompentensi inti juga

menginginkan peserta didiknya untuk mampu menghasilkan sesuatu sesuai dengan

pengetahuan yang didapatkan disekolahnya. Sebuah kemauan, kemampuan dan sekali lagi

kebiasaan dan moral action ini menjadi bagian penting untuk mewujudakan kompentisi inti

tersebut. Karena hanya dengan kemampuan dan kemauan dari dalam diri peserta didik

mampu menghasilkan keterampilan sesuai dengan potensinya.

e. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Kelas X

1.1 - Mensyukuri karunia Allah bagi dirinya yang terus bertumbuh sebagai pribadi

dewasa.

1.2 - Menghayati nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan keadilan dalam kehidupan

sosial.

1.3 - Mengakui peran Roh Kudus dalam membarui kehidupan orang beriman.

1.4 - Mensyukuri karunia Allah melalui kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan

identitas

2.1 - Mengembangkan perilaku sebagai pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa.

2.2 - Meneladani Yesus dalam mewujudkan nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan

keadilan dalam kehidupan.

2.3 - Bersedia hidup baru sebagai wujud percaya pada peran Roh Kudus sebagai

pembaharu.

2.4 - Bersedia hidup bersama dengan orang lain tanpa kehilangan identitas dan alam.

3.1 - Mengidentifikasi ciri-ciri pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa.

3.2 - Memahami makna nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan keadilan dalam kehidupan.

3.3 - Menjelaskan peran Roh Kudus dalam membaharui kehidupan orang beriman.

3.4 - Menjelaskan makna kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas.

4.1 - Menunjukkan ciri-ciri pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa.

Page 35: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

27

4.2 - Menerapkan nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, Kasih dan Keadilan dalam kehidupan.

4.3 - Memberikan kesaksian tentang peran Roh Kudus sebagai pembaharu.

4.4 - Mengkaji bagian Alkitab yang berbicara mengenai peran Roh Kudus dalam

membarui kehidupan orang beriman dari kitab Kisah Rasul.

Kelas XI

1.1 - Mengakui peran Allah dalam kehidupan keluarga.

1.2 - Menghayati nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluargaagar siap menghadapi

gaya hidup modern.

1.3 - Mengakui peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam

kehidupan modern.

1.4 - Mengakui bahwa perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

adalah anugerah Tuhan.

2.1 - Mengembangkan perilaku tanggung jawab sebagai wujud dari pengakuan terhadap

peran Allah dalam kehidupan keluarga.

2.2 - Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluargauntuk menghadapi gaya

hidup modern.

2.3 - Bersikap kritis dalam menyikapi peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga

pendidikan dalam kehidupan modern.

2.4 - Bersikap kritis dalam menghadapi perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan

dan tekonologi dengan mengacu pada Alkitab.

3.1 - Menjelaskan peran Allah dalam kehidupan keluarga.

3.2 - Menjelaskan pentingnya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluargauntuk

menghadapi gaya hidup modern.

3.3 - Menganalisis peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam

kehidupan modern.

3.4 - Mengidentifikasi perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan tekonologi

dengan mengacu pada Alkitab.

4.1 - Bersaksi tentang peran Allah dalam keluarganya.

4.2 - Berperan aktif mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarganya untuk

menghadapi gaya hidup modern.

4.3 - Membuat refleksi tentang peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan

dalam kehidupan modern.

Page 36: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

28

4.4 - Membuat karya untuk mengkritisi perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan

dan tekonologi dengan mengacu pada Alkitab.

Kelas XII

1.1 - Menerima HAM sebagai anugerah Allah.

1.2 - Mensyukuri pemberian Allah dalamkehidupan multikultur.

1.3 - Menghayati kasih Allah kepada semua orang yang diwujudkan dalam nilai-nilai

demokrasi pada konteks lokal dan global.

1.4 - Menghayati perannya sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan

seharihari.

2.1 - Mengembangkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai HAM.

2.2 - Mengembangkan sikap dan perilaku yang menghargai multikultur.

2.3 - Menunjukkan nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global.

2.4 - Mengembangkan perilaku sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan

sehari-hari.

3.1 - Memahami arti HAM dan hubungannya dengan tuntutan keadilan yang Allah

kehendaki.

3.2 - Menganalisis berbagai pelanggaran HAM di Indonesia yang merusak kehidupan dan

kesejahteraan manusia.

3.3 - Memahami nilai-nilai multikultur.

3.4 - Menjelaskan makna nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global dengan

mengacu pada teks Alkitab.

3.5 - Menguraikan perannya sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan sehari-

hari selaku murid Kristus.

4.1 - Menerapkan sikap dan perilaku yang menghargai HAM.

4.2 - Berperan aktif dalam menjunjung kehidupan yang multikultur.

4.3 - Menalar nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global mengacu pada teks

Alkitab.

4.4 - Proaktif sebagai pembawa damai sejahtera selaku murid Kristus.

Kompetensi dasar ini merupakan penjabaran poin-poin yang akan mewujudkan

kompetensi inti, baik kelas X, XI, dan XII. Kompetensi inti sebagai suatu konsep akan

diwujudkan dalam proses pembelajaran dikelas. Proses pembelajaran bisa berlangsung hanya

dengan melihat atau merancang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai

dengan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. Tentunya kompetensi dasar harus secara

Page 37: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

29

spesifik memaparkan hal-hal apa yang dapat mewujudkan kompetensi inti pada akhir

pembelajaran.

Kurikulum 2013 khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen, kompetensi

inti sudah menjelaskan bahwa secara keseluruhan kompetensi inti bertujuan menghasilkan

peserta didik yang berkarakter. Peserta didik yang berkarakter dapat tercapai bilamana nilai-

nilai karakter dihidupi oleh peserta didik, mulai dari inti karakteer yang meliputi virtues,

kekuatan karakter, situasional karakter, moral knowing, moral feeling, moral action dan

elemen – elemen karakter. ketika nilai-nilai ini dimiliki oleh peserta didik maka cara dia

memahami pengetahuan yang dia dapat, mengelolahnya, berinteraksi dengan sesama,

menunjukan sikap, serta menghasilkan keterampilan keseluruhannya adalah individu yang

berkarakter yang siap membawa perubahan bagi dirinya dan lingkungan. Oleh sebab itu

seharunya kompentensi dasar hanya menjawab kompetensi inti dengan menjabarkan poin-

poin yang mengandung unsur karakter tersebut.

Dalam kompetensi dasar ini lebih banyak memuat nilai-nilai dan pemahaman pesrta

didik terhadap Allah, bagaimana kita mengahayati, memahami, merespon, bersaksi mengenai

karya Allah. Yang mana semua itu dimaksudkan merujuk kepada tujuan PAK untuk

mewujudkan terciptanya Kerajaan Allah. Hal tersebut nampak dari isi kompetensi dasar yang

mana kelas X hanya menyinggung karya Allah dalam diri pribadi peserta didik untuk menjadi

lebih dewasa, kelas XII juga demikian, hanya menyinggung peran Allah dalam keluarga, dan

pada kelas XII isi kompetensi hanya menyinggung tentang bagaimana menilai HAM sebagai

karya dan anugerah Allah. Tentunya hal ini menjadi kotradiksi dengan apa yang hendak

dicapai kompetensi inti pada akhir proses pembelajaran. Jika kompetensi dasar gagal

mewujudkan peserta didik yang dikonsepkan pada kompetensi inti maka secara otomatis,

peserta didik itu dinyatakan gagal atau tidak lulus karena tidak memenuhi apa yang hendak

dicapai pada standar kompetensi kelulusan.

Dalam pengembangan karakter sebenarnya ada pendekatan agama yang di

kembangkan oleh beberapa ahli, dalam agama kristen lanadasan dari pengembangan karakter

itu nampak pada kesepuluh hukum Tuhan, kitab Amsal, dan bagaimana kesetiaan serta

ketaatan manusia (De Braine,2007). Namun hal ini juga tidak banyak nampak pada

kompetensi dasar kurikulum PAK. Padahal nilai-nilai ini sangat penting dalam membentuk

karakter peserta didik kristen dalam memahami imannya kepada Allah, kemudian memaknai

dan menghayati panggilan hidupnya. Sehingga Kerajaan Allah boleh diwujudkan oleh peserta

didik yang berkarakter dan bermoralitas.

Page 38: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

30

Dari sekian banyak poin yang terdapat pada kompetensi dasar hanya beberapa poin

yang memuat nilai-nilai karakter yang menjadi kebutuhan utama kurikulum 2013. Pada kelas

X terdapat nilai kasih, kesetiaan dan keadilan. Ini merupakan nilai karakter yang termasuk

pada elemen-elemen karaker. Kesetian, kasih dan keadilan merupakan nilai kristiani yang

mau diterapkan kepada peserta didik. Dengan nilai tersebut peserta didik diharapkan untuk

mampu melakukannya sebagai bentuk dari tindakan nyata atau praxis di lingkungan sekolah ,

rumah dan masyarakat. sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi inti.

Pada kelas XII terdapat beberapa nilai karakter yaitu tanggung jawab dan nilai-nilai

kristiani serta bersikap kritis. Nilai-nilai kristiani tentunya sama seperti yang telah dijelaskan

pada kelas X, sikap tanggung jawab adalah nilai karakter yang termasuk dalam virtue sebagai

kekuatan karakter diman tanggung jawa diperlukan peserta didik membentuk dirinya menjadi

individu yang lebih bertanggung jawab atas segala kewajibannya. Kemudian sikap kristis

merupakan bentuk dari rasa ingin tahu peserta didik. Nilai karakter ini tentunya sangat

penting bagi perkembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap potensi diri peserta didik.

Pada kelas XII, nilai-nilai karakter yang ada ialah mengembangkan sikap perilaku

memahami HAM dan menghargai multikultural. Peserta didik diharapkan mampu

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai imago dei. Mengembangkan sikap

perilaku mengahargai manusia adalah salah satu bentuk wujud dari nilai moral yaitu

kemanusiaan dan kerendahan hati. Dengan nilai kemanusiaan peserta didik benar-benar

menghargai kehidupannya dan orang lain, timbul sikap untuk saling merawat dan membantu

satu dengan yang lain. Sedangkan nilai kerendahan hati membentuk suatu konsep bahwa

semua manusia itu sama, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, sehingga peserta

didik dapat saling menghargai memperlakukan satu dengan yang lain dengan cara manusiawi.

Kompetensi dasar memang sudah memuat beberapa nilai karakter dalam kurikulum

PAK, namun menurut penulis hal ini masih kurang mengingat hasil akhir yang ingin dicapai

adalah pserta didik sebagai generasi-generasi pembawa perubahan yang berkarakter. Nilai-

nilai karakter harus lebih banyak diterapkan dalam lingkungan sekolah baik didalam kelas

maupun diluar kelas. Tidak hanya peserta didik saja yang menghidupi nilai-nilai karakter ini

tetapi semua orang yang menjadi bagian dari sekolah tersebut.

Page 39: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

31

4. Kesimpulan

Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis akan memaparkan beberapa hal sebagai

kesimpulan dari topik permasalahan yang penulis teliti. Adapun kesimpulan tersebut

mencakup dua hal yaitu;

Pertama, pendidikan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan. Semua

hal yang berkaitan dengan adanya perubahan pada dasarnya merupakan suatu bentuk

pendidikan, misalnya pengetahuan, budaya, seni, teknologi, dan olah raga adalah bentuk dari

pendidikan. Pendidikan mampu membawa perubahan yang positif maupun negatif,

tergantung jenis pendidikan seperti apa yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan

pendidikan karakter sebagai bentuk dari pendidikan yang bermoral. Dengan nilai-nilai

karakter seseorang dapat menentukan dirinya sebagai individu yang membawa perubahan

positif bagi dirinya dan lingkungan. Masyarakat yang memiliki karakter baik akan

menjadikan bangsanya bangsa yang bermartabat.

Kedua, karena pendidikan itu sangat penting, maka kurikulum juga memiliki peran

yang penting. Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam menjalankan atau menerapkan

suatu pendidikan, pada kurikulumlah berbagai bentuk strategi dan tujuan dari pendidikan itu

dirancang. Pendidikan yang baik akan mengahsilkan suatu perubahan yang baik juga,

pendidikan yang baik dapat tercapai ketika kurikulum yang dirancang dengan baik dapat

dilakukan. Oleh karena itu dalam penyusunan atau pembuatan kurikulum harus benar-benar

dilakukan sesuai dengan tujuan dari pendidikan tersebut. Bilamana kurikulum itu tidak

dirancang dengan baik maka output yang dihasilkan adalah output dengan kualitas yang

buruk, dan pada akhirnya perubahan yang terjadi adalah perubahan negatif.

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, maka ada beberapa hal yang

patut penulis ajukan sebagai saran kepada berapa pihak. Yang pertama kepada pemerintah

dalam merancang kurikulum, agar dapat benar-benar memperhatikan tujuan utama dari

kurikulum tersebut. Dalam hal ini kurikulum 2013 mata pelajaran PAK di SMA perlu di

revisi sedikit pada bagian kompetensi dasarnya untuk lebih memperbanyak nilai-nilai

karakter. Kedua, kepada pihak Sekolah Menegah Atas untuk dapat merancang RPP sesuai

dengan kurikulum yang ada, perlu juga memodifikasi sesuai dengan kondisi lapangan. Kedua

hal ini penulis usulkan mengingat kelompok usia SMA ini adalah kelompok usia yang

rentang pada runtuhnya nilai moral. Oleh sebab itu peserta didik SMA ini harus dipersiapkan

dengan baik secara mental dan prilaku yang berkarakter untuk memasuki dunia yang lebih

luas.

Page 40: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

32

Daftar Pustaka

Ryan, Kevin & Bohlin, Karen E. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring

Moral Instruction to Life. (San Fransisco: Josssey-Bass, 1990).

Berkowitz, Marvin W. & Bier, Melinda C. Whats Works in CharacterEducations: A

Research-Driven Guide for Educators. (Washington DC: Character Education

Partnership, 2005).

Lickona, Thomas. Edocation For Character : How our schools can teach respect and

responsibility. Terj. J.A Wamaungo, (Jakarta: Bumi Askara, 2013).

_____________. Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment,

Integrity, and Other Essential Virtues. Terj. J.A Wamaungo & Jean A.R. Zien,

(Jakarta: Bumi Askara, 2012).

Fitri, Agus Zaenal. Pendidikan Krakter berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012).

Saptono. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Wawasan,strategi, dan langkah praktis.

(Jakarta:Esensi Erlangga Group, 2011).

Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.

(Jakarta: Gunung Mulia, 2011).

Sairin, Weinata. Identitas dan Ciri Khas pendidikan Kristen di Indonesia. (Jakarta: Gunung

Mulia, 2011).

Antone, Hope S. Pendidikan Kristiani Kontekstual: Mempertimbangkan Realita

Kemajemukan. (Jakarta: Gunung Mulia, 2012).

Vogel, Linda Jane. The Religious Education of Older Adults. (Alabama: Religious Education

Press, 1983).

Groome, Thomas H. Christian Religious Education. (New York: Harper & Row Publisher,

1980).

_______________. Christian Religious Education – Pendidikan Agama Kristen :Berbagi

ceerita dan Visi Kita, Terj. Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2011).

Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. (Bandung: Jurnal Info Media, 2007).

Mustakim, Bagus. Pendidikan Karakter: Membangun Delapan Karakter Emas Menuju

Indonesia Bermartabat. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011).

Kesuma, Dharma and others. Pedidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).

Page 41: Kurikulum Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12274/2/T1_712008009_Full... · etimologi istilah Pedidikan dalam Bahasa Indonesia merupakan

33

Raka, Gede and others. Pendidikan Karakter di Sekolah : dari Gagasan ke Tindakan.

(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011).

Barnadib, Imam,. Beberapa Hal Tentang Pendidikan,. (Yogyakarta : Studing, 1982).

Sastrapratedja M. Pendidikan sebagai humanisasi. (Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan

pancasila, 2013).

Driyarkara, “Hominisasi dan Humanisasi” dalam A.Sudiarja, at.al (eds.), Karya Lengkap

Driyarkara : Esai-Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan

Bangsanya. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006).

Mulyasa, H, E. Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Askara, 2014).

Mu’in, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2011).

Asmani, Jamal M. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Yogyakarta: Diva Press, 2011).

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lemabga

pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011).

Koesoema A, Doni. Pendidikan Karakter : Utuh dan Menyeluruh, (Yogayakarta: Kanisius,

2012).

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV.Rajawali, 1983).

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2001).

Jurnal

Braine Roslyn De, Leadership, Character and Its Development: A Qualitative Exploration,

(SA Journal of Human Resource Management), 2007

Website

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013

Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah dalam

https://urip.files.wordpress.com/2013/06/01-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-54-

tahun-2013-ttg-skl.pdf.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013

Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah dalam https://urip.files.wordpress.com/2013/06/07-b-salinan-lampiran-

permendikbud-no-69-tahun-2013-ttg-kurikulum-sma-ma.pdf.