Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren
-
Upload
omay-komarudin -
Category
Documents
-
view
1.978 -
download
6
Transcript of Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren
Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Pesantren
OLeh : Omay Komarudin
Tugas Makalah Mata Kuliah KBK
Prodi Pengembangan Kurikulum S2
1. Ancangan
Fenomena masyarakat atau orang tua sekarang kecenderungannya meyekolahkan anaknya ke sekolah
yang bernuansa keagamaan ( TKIT,SDIT,SMPIT dan SMAIT ) bahkan ke sekolah yang berbasis pesantren.
Menurut catatan penulis, di daerah Tasikmalaya yang sekolahnya menerapkan system pesantren ( di
asrama kan ) selalu dibanjiri oleh calon santri yang mendaftar bahkan banyak yang tidak tertampung .
Berikut ini data penerimaan siswa baru ( PSB ) dari sekolah yang menerapkan system berasrama
( pesantren ) dan sekolah yang disekitarnya ada pesantren :
No pendaftar diterima Ditolak
Pesantren Sukamanah 550 550 -
Pesantren Sukahideng 750 700 50
Pesantren At-Tajdid 90 90 -
Pesantren Al-Furqon 400 280 120
Pesantren Condong 550 500 50
Pesantren Amanah 700 600 100
Tren ini nampaknya akan terus meningkat, kepercayaan masyarakat akan terus tumbuh, tidak pernah
surut. Yang pada awalnya masyarakat memandang sebelah mata pada pesantren, justru sekarang
menjadi pilihan pertama menyekolahkan anaknya sebelum ke sekolah negeri. Ada apa dengan
fenomena ini? Apa rahasia proses pendidikan pesantren? Apa Pesantren itu ? Dan kurikulum apa yang
diterapkan pada pesantren itu?
2. Tentang Pesantren
Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti
rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal
dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya
digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau
menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau (Madjid,1997).
a. Etimologi
Menurut situs Wikipedia.org Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an artinya tempat santri,
di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa (Wikipedia ) Istilah pondok berasal dari
Bahasa Arab funduuq (فن�دوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga
dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan
pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya,
mereka biasanya disebut lurah pondok.Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga
mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan
dengan kyai dan juga Tuhan.
Pesantren telah ada di Indonesia sejak tahun 1596 ( Wikipedia.org), mungkin namanya belum
pesantren hanya disebut kegiatan keagamaan. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah
seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh
(pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di
Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk
belajar.[5]
b. Elemen Dasar Sebuah Pesantren
Beberapa ilmuwan yang mengamati pesantren menyepakati unsur-unsur sebuah pesantren adalah ;
pondok, kiai, masjid, kitab klasik dan santri.
Pondok
Pondok pada dasarnya adalah asrama pendidikan Islam Tradisional tempat siswa ( santri ) tinggal dibawah
bimbingan Kiai.BIasanya pondok lokasinya berdekatan dengan rumah Kiai supaya lebih memdudahkan
komunikasi dengan santrinya dalam hal pengggemblengan akhlak atau perilakunya.( Wikipedia.org ).
Bahkan Zamakhsari Dhofir (1982:46) mengulas hubungan kiai dan santrinya supaya dekat agar ada sikap
timbal balik antara Kyai dan santri di mana para santri menganggap Kyai seolah-olah menjadi bapaknya
sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi
Sikap timbal balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain,
sehingga mudah bagi Kyai dan ustaz untuk membimbing dan mengawasi anak didiknya atau
santri. Segala sesuatu yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh Kyai dan ustaz,
sehingga dapat membantu memberikan pemecahan ataupun pengarahan yang cepat terhadap
santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.
Masjid
Masjid ini merupakan unsur pesantren yang tidak bias dipisahkan dan dianggap sebagai tempat
yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik ibadah lima waktu, khotbah
dan salat Jumat dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Zamakhsyari Dhofir (1982: 49)
berpendapat bahwa: “Kedudukan masjid sebagai sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional” .
Pengajaran Kitab-kitab Klasik
Pengajaran kitab-kitab klasik di pesantren bertujuan untuk meneruskan tujuan utama pesantren
yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-
kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.Masyarakat menyebut kitab klasik itu “kitab kuning”, entah dari mana asal-usul
istilah ini, mungkin disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi
realitasnya saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustaz biasanya dengan
menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang
diajarkan di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok,
yaitu: (1) Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh (yurispundensi),
(4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (theologi), (7) Tasawuf dan Etika, (8) Cabang-cabang lain seperti
Tarikh (sejarah) dan Balaghah” [11] Zamakhsyari Dhofir, 1982: 50
Keberadaan kitab klasik tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren. Kitab-kitab Islam
klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari
nilai-nilai itu. Selain itu kiai mempunyai kekuatan-kekuatan kharismatik dan mistik yang juga
karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Sehubungan dengan hal ini, Moh. Hasyim Munif mengatakan bahwa: “Ajaran-ajaran yang
terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan
relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna kini
atau nanti” [12] Moh. Hasyim Munif, 1989: 25
Santri
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Menurut
Zamakhsyari Dhofir berpendapat bahwa: “Santri yaitu murid-murid yang tinggal di dalam
pesantren untuk mengikuti pelajaran kitab-kitab kuning atau kitab-kitab Islam klasik yang pada
umumnya terdiri dari dua kelompok santri yaitu: - Santri Mukim yaitu santri atau murid-murid
yang berasal dari jauh yang tinggal atau menetap di lingkungan pesantren. - Santri Kalong yaitu
santri yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren yang mereka tidak menetap di lingkungan
kompleks peantren tetapi setelah mengikuti pelajaran mereka pulang (Dhofir, 1982: 51)
Dalam menjalani kehidupan di pesantren, pada umumnya mereka mengurus sendiri keperluan
sehari-hari dan mereka mendapat fasilitas yang sama antara santri yang satu dengan lainnya.
Santri diwajibkan menaati peraturan yang ditetapkan di dalam pesantren tersebut dan apabila
ada pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
Kyai
Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa ( Manfred Ziemek, 1986
130 ).Kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Sebutan Kyai
dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah
membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran
serta pandangan Islam melalui pendidikan.
Begitu pentingnya kedudukan Kiai, selain sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan pesantren,
sekaligus sebagai pemimpin pesantren bahkan pemimpin agama di masyarakat sekitarnya. Dalam
kedudukan ini nilai kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian Kyai sebagai suri
teladan dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak dalam tata nilai pesantren.
Jenis pesantren
Dari sekian banyak pesantren di Indonesia, dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : pesantren
salaf dan pesantren kholaf ( modern ), entah siapa yang mencetuskan istilah tersebut. Tapi
ringkasnya, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama
sedangkan Pesantren Modern menggunakan sistem pengajaran pendidikan umum atau
Kurikulum.
Pesantren salaf
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salaf . Pola
tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka -
bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan
sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar
pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan
membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri, pada
umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari
salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam.Pada waktu siang, para
santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri
pengajian dengan kyai atau ustaz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.
Pesantren modern
Ada juga pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, di mana persentase ajarannya lebih
banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya).
Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan
nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.Pada pesantren
dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri
belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-
kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan
nama Madrasah Aliyah.
3. Tentang Kurikulum dan Kompetensi
Pengertian Kurikulum
Robert S. Zais mengatakan dalam curriculum principle and foundation bahwa kurikulum adalah …………… a
race course of subject matters to be mastefred, artinya suatu lapangan dari mata pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa. Pengertian kurikulum ini menekankan pada isi, sedangkan pengertian Menurut
caswell dan Campbell dalam bukunya curriculum development ( 1935 ) kurikulum ………. To be composed
of all experiences children have under the guidance of teachers. ( nana syaodih ; pengembnagan kurikulum
teri dan praktek( remaja rosda karya tahun 2007 hal 4 ). Nampkanya menekankan pada pengalaman
belajar.
Sedangkan rumusan yang agak lebih lengkap kurikulum di definiskan oleh : Romine ( 1994 ) yang dikutip
oleh Oemar Hamalik dalam bukunya dasar2 pengembangan kurikulum “ yaitu curriculum is interpreted to
mean all of oraganized course,activities and experiences which pupils have under direction of school wether
in classroom or not”. Dari pendapat diatas jelas kurikulum bukan hanya sebatas mata pelajran saja tetapi
meliputi semua kegiatan baik di dalam atau pun di luar sekolah.
Sdangkan versi pemerintah kurikulum tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dari sekian definsi kurikulum, penulis mengambil intisari degfinisinya yaitu kurikulum adalah : mata
pelajaran ( isi dan bahan),pengalaman atau aktivitas belajar, cara dan tujuan yang ingin dicapai.
Pengertian Kompetensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
atau memutuskan sesuatu hal. Sedangkan menurut berbagai literature, Kompetensi dapat diartikan :
1. “Pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu
“(Rustyah, 1982). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.
2. “Kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan “(Herry,
1998).
3. “Penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan”, menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38). Hal itu
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus
dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
4. ”Gambaran Hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti”, menurut Broke dan
Stone (Uzer Usman, 2007:14)
5. “Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”,menurut UU No. 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan: pasal 1 (10).
6. “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standard nasional yang telah disepakati”,
menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1)
7. “Pernyataan tentang bagaimana sesorang dapat mendemontrasikan: keterampilan,
pengetahuan dan sikapnya di tempat kerja sesuai dengan standar Industri atau sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja (industri)”, menurut Standard
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Dari berbagai definisi kompetensi menurut para ahli diatas, jelas saling melengkapi ada yang
Nampak kurang lengkap mungkin disesuaikan dengan kondisi saat itu dan tempat itu,ada pula
pengertian kompetensi yang dianggap cocok atau sesuai. Kalau di kolaborasikan dari no 1-7,
intinya kompetensi adalah Kemampuan yang dapat didemonstraikan mencakup keterampilan,
pengetahuan dan sikap.
Jika digabungkan pengertian kurikulum dan pengertian kompetensi adalah kemampuan tentang
materi pelajaran, pengalaman belajar yang dapat didemonsatraikan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan kurikulum yang akan dicapai. Dalam hal ini
difokuskan pada aktivitas di pesantren
4. Kurikulum Berbasis Kompetensi di Pesantren
Dari pengertian pesantren, kurikulum dan kompetensi, penulis coba menganalisa tentang aktivitas
pesantren yang dekat dengan rumah yaitu ;
1. Pesantren Al-Falah Kebonkalapa ( Salaf )
2. Pesantren Sukahideng dan Sukamanah ( semi modern )
3. Pesantren At-Tajdidd Muhammadiyah ( SMP-SMA ) kategori boarding school
4. Pesantren Gontor ( pesantren modern )
No urut 1 s.d 3, penulis dating langsung dan mengamati serta mewawancarai proses
belajarnya, sedangkan no urut 4 hasil analisa penulis karena keingin tahuan proses belajar
mengajat di Gontor. Berikut perbandingan empat pesanten yang mewakili golomgan
peantren Salaf, kholaf dan boarding school.
Tabel Perbandingan Pesantren Bidang Non Kurikulum
Aspek Pesantren Al-
Falah (Salaf )
Semi Boarding
School
( Sukamanah )
Boarding School ( P-
At-tajdiid )
Pesantren Modern
(Gontor)
Status
- Milik
pribadi
-Sub system
pendidikan
nasional
- Milik institusi
Milik
muhammadiyah
Milik yayasan
Falsafah - - - Keihklasan,Kesederh
anaan, Berdikari,
Ukhuwah Islamiyah,
Kebebasan
Sifat
- Bebas
waktu,
tempat,
bebas biaya
dan waktu
- Masih berlaku
Bagi PNF dan tidak
berlaku untuk PF
Pendidikan formal
baik kurikulum
sekolah dan Gontor
nya
Pendidikan formal baik
kurikulum sekolah dan
Gontor nya
Tujuan - Agama
(Ukhrawi)
- Memahami
dan
mengamalka
n secara
- Agama (Ukhrawi)
- Memahami dan
mengamalkan
secara tekstual
- Agama (duniawi)
- Memahami dan
mengamalkannys
sesuai dengan
tenpat dan zaman
- Agama (duniawi)
- Memahami dan
mengamalkannys
sesuai dengan tenpat
dan zaman
tekstual
Kepemimpi
nan
- Karismatik Rasional - Rasional Kharismatik dan
rasional
Madzhab As’ariyah As’ariyah Wahabiyah /
Muhammadiyah
Non Madzhab
Hapalan Sangat
diharuskan
Sangat diharuskan diharuskan ditambah
dengan diskusi dan
analisa
Sangat diharuskan
Pengasuhan Tidak ada
pengasuhan
oleh senior
Ada pengasuhan
oleh senior
Ada pengasuh dan
pembimbing khusus
setiap 15 orang satu
pengasuh
Dibimbing oleh senior
dan pengasuh
Bahasa
pengantar
Bahasa Daerah - Daerah
- Arab
- Indonesia
- Indonesia
- Arab
- Inggris
- Bahasa Arab
- Bahasa Inggris
- Kadang Bahasa
Indonesia
Jenjang/
Lamanya
Belajar
Bebas Bebas tapi pada
umumnya mengikuti
pendidikan formal
Sesuai dengan
pendidikan formal
Minimal 6 tahun
Peran Santri terbatas diberdayakan diberdayakan Diberi delegasi
Biaya Bebas Ada biaya
makan,listrik,mengaji
, uang bangunan dan
lain2
Ada biaya
makan,listrik,mengaji
, uang bangunan dan
lain2
Ada biaya
makan,listrik,mengaji,
uang bangunan dan
lain2
Kepatuhan Sangat patuh Sangat patuh patuh Sangat patuh
Peran Kiai Sangat
dominan
Sangat Dominan Ada manajemen
sistem
Ada manajemen sistem
Kedispilinan Bebas hanya
diberitahukan
norma-norma
agama saja
Ada peraturan ketat Ada peraturan ketat Ada peraturan ketat
Asrama - Hidup
bersama
- Hidup
bersama
Hidup bersama
- Dialog
Hidup bersama
- Dialog
menerima.,
memiliki ilmu
dan
mengamalka
nnya
- Dialog
- Menjadi ilmu
sebagai sarana
pengembangan diri
- Menjadi ilmu
sebagai sarana
pengembangan diri
- Menjadi ilmu
sebagai sarana
pengembangan diri
Pengurus
-
Mengabdi
pada kyai
-
Bertanggungjawab
pada unit kerjanya
- Memberi
masukan/pertimba
ngan kyai
-
Bertanggungjawab
pada unit kerjanya
- Memberi
masukan/pertimba
ngan kyai
-
Bertanggungjawab
pada unit kerjanya
- Memberi
masukan/pertimban
gan kyai
Tabel Perbandingan Komponen Pengembangan Kurikulum
Aspek Pesantren
Al-Falah
(Salaf )
Semi Boarding
School
( Sukamanah )
Boarding School ( P-At-
tajdiid )
Pesantren Modern
(Gontor)
Tujuan
- Agama
(Ukhrawi)
-
Memahami
dan
mengamalk
an secara
tekstual
- Agama
(Ukhrawi)
- Memahami
dan
mengamalkan
secara tekstual
- Agama (duniawi)
- Memahami dan
mengamalkannys sesuai
dengan tenpat dan
zaman
- Agama (duniawi)
- Memahami dan
mengamalkannys
sesuai dengan
tempat dan zaman
Mata
Pelajaran
Al-qur’an,
Jurumiyah,
safinatunnaj
a, Sulam
Taufik,
Akhalul
- Al-Qur’an
- Tajwid :
Hidayatus
Sibyan
- Tauhid
: Jawahirul
Mapel dari Diknas ditambah
dengan :
Durusullughoh
Mutholaah
Imla/Dictation
Insya/Composition
Khat
Bahasa Arab
Dirasah
Islamiyah
Ilmu keguruan
dan psikologi
Baniin Kalamiyah
- Fiqih :
Safinatun
Naja’, Sulam
Taufiq, Sulam
Munajat
- Akhlak ;
Washaya dan
Akhlakul
Banin
- Nahwu :
Nahwu
Wadhih dan
jjurumiyah
- Shorof
: Al Amshilatut
Tasrifiyah
Mahfudzot
Muhadatsah
Nahwu
Sharaf
Balaghoh
Tajwid/Tahsinul Qur'an
Terjamah Qur'an
Tafsir
Ulumul Qur'an
Tauhid
Tarikh Islam
Fiqh
Usul Fiqh
Ahadits Mukhtarah
Ulumul Hadits
Akhlak
Faraid
Reading
Grammar
Tarbiyah
pendidikan
Bahasa Inggris
Ilmu Pasti
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Keindonesiaan/
Kewarganegara
an.
Jam Belajar Setiap ba’da
Sholat
Pengjian Agama
Setiap ba’ada
Sholat, waktu
PBM di sekolah
dari pukul 07.00
s.d 14.00
Dari pukul 04.00 s.d 22.00 Jam belajar di
pondok gontor
dimulai pada jam
04.30 saat salat
subuh dan berakhir
pada pukul 22:00.
Jam belajar ini
terbagi menjadi
dua bagian:
Pendidikan
formal dimulai
dari pukul 07:00
- 12:15
Pengasuhan 24
jam
Metode wetonan,
sorogan,
halaqoh dan
klasikal
wetonan,
sorogan,
halaqoh dan
klasikal
Diskusi, classical,
demonstrasi dll
Diskusi, classical,
demonstrasi dll
Sumber
belajar
Kitab-kitab
klasik
Kitab kuning Materi keagamaan
bernuansa
kemuhammadiyahan dan
buku dari Gontor
Membuat buku
sendiri bidang
keagamaan, bahasa
dan keterampilan
serta pelajaran
umum
Madzhab As’ariyah As’ariyah Wahabiyah /
Muhammadiyah
Non Madzhab
Hapalan Sangat
diharuskan
Sangat diharuskan Sangat diharuskan
ditambah dengan diskusi
dan analisa
Sangat diharuskan
Pengasuhan Tidak ada
pengasuhan
oleh senior
Ada pengasuhan
oleh senior
Ada pengasuh dan
pembimbing khusus setiap
15 orang satu pengasuh
Dibimbing oleh
senior dan pengasuh
Bahasa
pengantar
Bahasa
Daerah
- Daerah
- Arab
- Indonesia
- Indonesia
- Arab
- Inggris
- Bahasa Arab
- Bahasa Inggris
- Kadang Bahasa
Indonesia
Evaluasi Hapalan, tes
essai
hafalan , tes
esai,berkemban
g menjadi
bentuk praktek
secara langsung
hafalan , tes
esai,berkembang
menjadi bentuk praktek
secara langsung
hafalan , tes
esai,berkembang
menjadi bentuk
praktek secara
langsung
Eskul Tidak ada
ekskul
Bahasa,keterampil
an
Bahasa,keterampilan,silat Keterampilan,
kesenian,
Kepramukaan dan
olahraga.
Perpustakaa
n,
dokumentas
i dan alat
pendidikan
- Tidak ada
- Manual
- Ada
-Manual,
elektronika
- Computer
- Ada
- Manual, elektronika
- Computer
- Ada
-Manual,
elektronika
- Computer
5. Bagaimana memulai pengembangan kurikulum di pesantren ?
Untuk mengembangkan kurikulum di pesantren, diasumsikan tidak terlepas dari kehidupan dan
pengalaman pendiri pesantren itu. Seperti halnya pesantren Gontor yang didirikan pada tanggal 9
Oktober 1926 M memadukan berbagai ilmu dan pengalaman dengan cara mensintesis dari berbagai
perguruan tinggi kenamaan di Asia dan Afrika. Dari Universitas Al Azhar (Mesir) yang tampil
sebagai kubu pertahanan Islam, wakaf dan usaha pertanian yang luas dan abadi, Universitas
Syanggit (Afrika Utara) dengan sistem beasiswanya, Universitas Aligargh (India) yang berusaha tak
kenal lelah dengan modernisasinya, dan Shantini Ketan (Tagore, India) dengan kebersahajaan atau
kesederhanaannya, kekeluargaan, dan kedamaiannya, telah berhasil ‘membentuk’ masa depan
anak-anak bangsanya melalui pendidikan.
Sedangkan pesantren Al-Falah yang didirikan pada tahun 1936 menduplikasi hasil mengajinya K.H Ahmad
Faqih di Cilenga yang satu angkatan dengan K.H ZaenAL Mustopa Pahlawan Nasional dari pesantren
Sukamanah. Sama halnya dengan pesantren Al-falah, Pesantren Sukamanah juga mengajarkan materi
sesuai dengan apa yang didapatkan ketika mengaji di Pesantren Cilenga yaitu pengkajian kitab kuning.
Sedangkan Pesantren At-tajdid mengadopsi system pondok gontor yang digabungkan dengan kurikulum
Diknas ditambah dengan ciri khas kemuhammadiyahan.
Selanjutnya untuk pengembangan kurikulum di Pesantren Salaf nyaris tidak ada, yang ada di
pengembangan kurikulum yaitu di pesantren At-tajdiid dan Gontor, yang meramu dan membuat sendiri
silabus dan modulnya.
Dari gambaran contoh kegiatan sehari-hari kita bisa melihat implementasi
kurikulum Berbasis Kompetensi di pesantren.
Contoh
JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN AL-FALAH
WAKTU KEGIATAN
04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh
04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah
05.00 – 06.00 Tasrifan/Nahwu
06.00 – 07.15 Safinah,Tijan
12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur
12.40 – 13.40 Sulam Taufik dan Munajat
15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah
15.30 – 17.30 Akhlak Banin
17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)
18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran
19.00 – 19.30 Makan malam
19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah
20.00 – 21.30 Imriti
21.30 – 22.00 Persiapan tidur malam
22.00 – 04.00 Tidur malam
Comments
JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN SUKAMANAH
WAKTU KEGIATAN
04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh
04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah
05.00 – 06.00 Tilawah/tahfidz al-Quran dan pembelajaran bahasa Arab
06.00 – 07.15 Persiapan masuk sekolah (mandi, makan pagi, membersihkan kamar/menertibkan barang pribadi)
07.15 – 07.30 Apel pagi (persiapan masuk sekolah)
07.30 – 12.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah
12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur berjamaah dan makan siang
13.00 – 15.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah
15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah
15.30 – 17.30 Sulam Taufik
17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)
18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran
19.00 – 19.30 Makan malam
19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah
20.00 – 21.30 Kitab Kunimh
21.30 – 22.00 Belajar pelajaran sekolah dan Persiapan tidur malam (diabsen, berdoa)
22.00 – 04.00 Tidur malam (dikontrol oleh murobbi/yah secara insidentil)
Comments
JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN AT-TAJDID
WAKTU KEGIATAN
04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh
04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah
05.00 – 06.00 Tilawah/tahfidz al-Quran dan pembelajaran bahasa Arab
06.00 – 07.15 Persiapan masuk sekolah (mandi, makan pagi, membersihkan kamar/menertibkan barang pribadi)
07.15 – 07.30 Apel pagi (persiapan masuk sekolah)
07.30 – 12.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah
12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur berjamaah dan makan siang
13.00 – 15.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah
15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah
15.30 – 17.30Kegiatan mandiri (kegiatan ekstrakurikuler, mengerjakan PR, belajar, bermain yang edukatif, istirahat, mandi, dan
lain-lain)
17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)
18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran
19.00 – 19.30 Makan malam
19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah
20.00 – 21.30 Kegiatan pembelajaran agama/pesantren.
21.30 – 22.00 Persiapan tidur malam (diabsen, berdoa)
22.00 – 04.00 Tidur malam (dikontrol oleh murobbi/yah secara insidentil)
Comments
Referensi
1. ̂ Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983,
hlm.18.
2. ̂ Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),
hal.5
3. ̂ Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6.
4. ̂ Wahab, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,CV, 2004)
hal.153,154
5. ̂ Hielmy, Irfan. Wancana Islam (ciamis:Pusat Informasi Pesantren,2000), hal. 120
6. ̂ Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti. Rekontruksi Pesantren Masa Depan,
(Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra, 2005), hal.11
7. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49
8. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49
9. ̂ Imron Arifin, 1993: 6
10. ̂ Zamakhsari Dhofir, 1982: 49
11. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 50
12. ̂ Moh. Hasyim Munif, 1989: 25
13. ̂ Zamakhsari Dhofir, 1982: 51
14. ̂ Manfred Ziemek, 1986 130
15. ̂ M. Habib Chirzin, 1983: 94
16. ̂ HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.1
17. ̂ Haedari, H.Amin. Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2007), hal.3
18. ̂ Majalah Tajdid (ciamis:Lembaga Penelitian dan Pengembangan, 2009), hal. 358
19. ̂ http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1301-ulama-pembaharu-
pesantren