Kunjungan Aster LPPMHP dan BPOM
-
Upload
asterina-wulan-sari -
Category
Documents
-
view
76 -
download
9
description
Transcript of Kunjungan Aster LPPMHP dan BPOM
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
KUNJUNGAN KE LPPMHP YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Asterina Wulan Sari
12/335195/PN/13030
Golongan A
LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan perikanan yang dijumpai di Indonesia, seperti pada kapal-
kapal penangkap, lahan-lahan budidaya, pangkalan pendaratan, tempat
pelelangan, pusat-pusat pemasaran, unit-unit pengolahan kurang
memperhatikan pengawasan mutu produk. Beberapa kasus yang umum terjadi
seperti penggunaan formalin dan bahan pengawet berbahaya lainnya pada
produk perikanan menunjukkan rendahnya mutu produk yang dihasilkan
(Depkes, 1990). Kemunduran mutu dan penggunaan zat berbahaya pada
produk hasil perikanan dapat menimbulkan kerugian baik terhadap konsumen
maupun produsen, bahkan dapat menimbulkan malapetaka yang besar,
misalnya kematian (Husni dan Putra, 2014).
Sistem manajemen mutu terpadu hasil perikanan merupakan satu upaya
untuk mencapai tingkat pemanfaatan potensi sumberdata perikanan secara
optimal, melindungi masyarakat konsumen dari hal-hal yang merugikan dan
membahayakan kesehatan, praktek-praktek yang bersifat penipuan dan
pemalsuan dari produsen serta membina produsen serta untuk meningkatkan
daya saing produk perikanan. Laboratorium penguji yang melakukan kegiatan
monitoring dan atau pengujian terhadap mutu produk hasil perikanan adalah
Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)
Sertifikat mutu dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang menerangkan
bahwa suatu hasil perikanan telah memenuhi standar mutu yang berlaku.
Standar mutu yang berlaku adalah standar mutu yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN) sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI)
(Anonim, 1998).
Lembaga pemerintah di D.I. Yogyakarta di bawah Dinas Kelautan dan
Perikanan yaitu LPPMHP bergerak untuk memberikan pembinaan kepada para
produsen, distributor, pedagang, serta konsumen yang terlibat secara langsung
dalam proses jual beli ikan. Selain itu, lembaga ini juga bergerak untuk
melakukan pengujian mutu hasil perikanan, baik yang dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan atau sidak. Jenis pengujian mutu produk
hasil perikanan yang dilakukan LPPMHP Yogyakarta adalah pengujian
organoleptik, mikrobiologis, formalin dan boraks. Kunjungan ke LPPMHP
Yogyakarta perlu dilakukan untuk mengetahui profil dan pengujian yang
dilakukan dalam memonitoring mutu hasil perikanan di wilayah D.I.
Yogyakarta. BPOM sebagai lembaga pengujian mutu perlu dikaji berdasarkan
pustaka untuk membandingkan dengan LPPMHP.
B. Tujuan
1. Mengetahui profil dan pengujian yang dilakukan di LPPMHP Yogyakarta.
2. Mengetahui profil dan pengujian yang dilakukan di BPOM.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 4 Mei 2015
Waktu : 14.00 – 15.30 WIB
Tempat : LPPMHP Yogyakarta
II. PEMBAHASAN
A. LPPMHP
1. Profil LPPMHP
Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan
(LPPMHP) berlokasi di Jalan Sagan III/4, D.I. Yogyakarta berdekatan
dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. D.I. Yogyakarta. LPPMHP
merupakan suatu lembaga di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.
D.I. Yogyakarta yang bertugas memonitoring produk hasil perikanan baik
olahan ataupun segar khusus di wilayah D.I. Yogyakarta. Monitoring
dilakukan di pasar tradisional, pasar modern, Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) ataupun pengolah secara rutin seminggu sekali dengan didanai
APBD dan APBN. Jumlah pegawai di LPPMHP sampai sekarang ini
berjumlah 6 orang, terdiri dari 3 analisis berstatus PNS dan 3 analis
berstatus kontrak.
Dinas Kesehatan bekerjasama dengan LPPMHP untuk melakukan
sidak ke pasar terutama untuk mengetahui apakah bahan pangan yang
dijual di pasaran mengadung formalin. Bahan pangan yang diindikasikan
mengandung formalin tidak dilakukan penarikan karena tidak memiliki
wewenang untuk menarik produk. Penjual produk makanan yang
dagangannya positif mengadung formalin atau boraks oleh LPPMHP diberi
teguran untuk tidak mengambil dari agen penyalur produk yang positif
mengandung formalin atau boraks.
Hasil pengujian LPPMHP akan dipaparan dalam bentuk seminar hasil
pengujian dengan mengundang para pedagang, pengolah ataupun
masyarakat. Menurut Anonim (1998), pembinaan dalam penerapan sistem
manajemen mutu hasil perikanan dilakukan untuk melindungi masyarakat
dari beredarnya dan dikonsumsinya hasil perikanan yang tidak memenuhi
ketentuan standar atau persyaratan kesehatan dan atau yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Pembinaan penerapan sistem
manajemen mutu hasil perikanan dimaksudkan untuk :
1. terjaminnya mutu dan kemanan hasil perikanan;
2. mendorong pengembangan usaha di bidang perikanan dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap hasil perikanan yang
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan;
3. mewujudkan kepatuhan setiap orang yang memproduksi, mengedarkan
dan atau memperdagangkan hasil perikanan;
4. meningkatkan pemahaman dan kesadaran konsumen terhadap
pentingnya mutu dan keamanan hasil perikanan.
2. Struktur organisasi
a. Struktur organisasi LPPMHP Yogyakarta
Gambar 1. Struktur organisasi LPPMHP Yogyakarta
KEPALA DINAS
BIDANG KELAUTAN DAN
PESISIR
BIDANG PERIKANAN
SEKSI TEKNIS BUDIDAYA
SEKSI PENGUJIAN DAN PENGAWASAN
MUTU
Pengadministrasian umum
Penyiapan Data Pengujian dan Pengawasan Mutu Hasil
Perikanan
Penatalaksana Penerbitan Sertifikasi Mutu Hasil
Perikanan
Penata laksana Pemanfaatan Sarpas Pengujian dan
Pengawasan Mutu Hasil Perikanan
SEKSI TEKNIS TANGKAP
BIDANG BINA USAHA
UPTD
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONALSEKRETARIAT
b. Struktur fungsional LPPMHP Yogyakarta
Gambar 2. Struktur fungsional LPPHP Yogyakarta
3. Pengujian yang dilakukan di LPPMHP
Pengujian yang dapat dilakukan di LPPMHP adalah uji organoleptik,
boraks, formalin dan mikrobiologi pada produk hasil perikanan segar
ataupun olahan. Pengambilan sampel dilakukan rutin seminggu sekali
setiap hari Senin dari pasar tradisonal ataupun pasar modern. Sampel juga
dapat diperoleh dari suatu instansi atau masyarakat umum yang ingin
mengujikan suatu produknya, namun dikenakan tarif sesuai dengan jenis
dan jumlah pengujiannya yang setelah dilakukan uji akan diberikan lembar
laporan hasil uji. Sampel yang akan diuji dilakukan pengkodean terlebih
dahulu menggunakan 5 angka yang menjelaskan tentang informasi sampel
seperti asal sampel dan nama pedagang.
a. Uji organoleptik
Metode yang digunakan dalam uji organoleptik ini yaitu dengan
scoring test menggunakan skala 1 sebagai nilai terendah dan 9 sebagai
nilai tertinggi yang dilakukan oleh 6 panelis terlatih. Lembar penilaian
atau scoresheet sesuai dengan produk yang diujikan berdasarkan
scoresheet organleptik yang terdapat pada SNI. Pengujian organoleptik
untuk bahan segar adalah kenampakan, tekstur dan bau sedangkan
KEPALA LPPMHP
Bagian Mikrobiologi
ANALIS
Bagian Organoleptik
ANALIS
MANAJER TEKNIS
MANAJER UMUM
Petugas Pengambil Contoh ( PPC)
untuk bahan olahan ditambah pengujian rasa. Hasil scoring dari
keenam panelis terlatih dirata-rata untuk memperoleh hasil pengujia.
Standar nilai organoleptik untuk ikan segar adalah 7 dan untuk olahan
adalah 6,5.
b. Uji Formalin
Pengujian formalin di LPPMHP menggunakan tes formaldehid
(Formaldehyd Test) atau QUANTOFIX HCOH-1. Pengujian formalin
menggunakan 5 gram sampel dan dihomogenkan dengan aquadest 50
ml kemudian diambil larutan tersebut sebanyak 5 ml dan ditetesi
formalin kit untuk melihat positif atau tidaknya produk tersebut
mengandung formalin.
c. Uji Boraks
Pengujian boraks menggunakan sampel sebanyak 10 gram kemudian
direndam menggunakan 2 sendok air panas dan diberi 10 tetes reagen.
Sampel kemudian dilakukan pengecekan dengan test kit (lakmus),
apabila berubah menjadi merah bata (basa) dapat dindikasikan bahwa
sampel positif mengandung boraks.
d. Uji Mikrobiologi
1) Escherichia coli
Pengujian Escherichia coli berdasarkan SNI 01-2332.1-2006
tentang penentuan coliform dan Escherichia coli pada produk
perikanan dan membutuhkan waktu sekitar 9 hari untuk
mendapatkan hasilnya.
2) Salmonella
Pengujian Salmonella berdasarkan SNI-2332.3-2006 tentang
penentuan Salmonella pada produk perikanan dan membutuhkan
waktu sekitar 2-3 hari untuk mendapatkan hasilnya.
3) Vibrio sp.
Pengujian Vibrio sp. berdasarkan SNI 01-2332.4-2006 tentang
penentuan Vibrio cholerae pada produk perikanan dan
membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk mendapatkan hasilnya.
4) Staphylococcus aureus
Pengujian Staphylococcus aureus berdasarkan SNI 2332.9:2011
tentang penentuan Staphylococcus aureus pada produk perikanan
dan membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk mendapatkan
hasilnya.
5) TPC (Total Plate Count)
Pengujian TPC berdasarkan SNI 01-2332.3-2006 tentang
penentuan angka lempeng total (ALT) pada produk perikanan.
Sampel yang dibutuhkan untuk pengujian TPC adalah 25 gr sampel
dengan ditambah 225 ml larutan buffer dan selanjutnya
diinokulasikan ke medium yang sesuai. Inokulasi dilakukan di
dalam lemari laminary air flow untuk meminimalisir kontaminan.
4. Standar yang digunakan dalam pengujian di LPPMHP
Standar yang digunakan dalam pengujian di LPPMHP mengacu pada
standar yang ditetapkan oleh BSN yaitu SNI. Hal ini dapat dilihat dari
pengujian organoleptik yang menggunakan scoresheet berdasarkan SNI
dan prosedur pengujian mikrobiologi menggunakan SNI sebagai panduan
pengujian. Menurut Anonim (1989), standar mutu yang berlaku adalah
standar mutu yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI).
5. Kelebihan dan kekurangan LPPMHP
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi di LPPMHP
terdapat kerusakan namun dapat tertangani dengan memodifikasi ataupun
menggunakan peralatan lain yang memiliki prinsip sama, namun
mengurangi efektivitas dan efisiensi pengujian. Jenis pengujian di LPPHP
masih minim, terbatas pada alat dan sumberdaya manusia sehingga sampai
saat ini hanya dapat melakukan pengujian boraks, formalin, TPC,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella dan Vibrio sp.
LPPMHP memiliki sedikit sumberdaya manusia yang terbatas, namun
dapat menyelesaikan pengujian dengan baik karena adanya kerjasama dan
pembagian tugas yang baik.
B. Badan POM
1. Profil Badan POM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah badan yang
dibentuk untuk mengawasi peredaran pangan di Indonesia mempunyai
peran strategis dalam mengambil tindakan berkaitan dengan perlindungan
konsumen terutama konsumen pangan. BPOM memiliki tugas pokok
mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan, sehingga kandungannya
dapat dipastikan tidak mengganggu kesehatan konsumen. Selain fungsi
utama pengawasan, BPOM juga memiliki fungsi administrasi sebagai
bagian integral untuk mendukung efektivitas pelaksanaan fungsi utama
(Cahyaningsih, 2008).
BPOM bertugas memonitor dan mengawasi pangan untuk memastikan
bahwa kontaminan dan bahan kimia beracun tidak terdapat pada tingkat
yang dapat merugikan kesehatan konsumen. Dengan diperkenalkan Sistem
Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), pelaksanaan program pengawasan
pangan akan dijalankan oleh jajaran petugas yang berwenang dari instansi
tertentu yang mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan pangan.
Sebagai contoh, BPOM memiliki pengawas pangan, tetapi peran
pengawasan pangan juga ditangani oleh pengawas pangan dari instansi
pemerintahan lain, seperti pada pengawasan produk pertanian dan
peternakan sebaiknya perlu diawasi oleh Departemen Pertanian (SKPT,
2015).
Menurut BPOM (2015), BPOM memiliki kewenangan :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro.
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu
untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran obat dan makanan.
5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri
farmasi.
6. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan
pengawasan tanaman obat.
2. Struktur Organisasi
Gambar 3. Struktur Organisasi BPOM
Sumber : BPOM, 2015
3. Pengujian yang dilakukan di Badan POM untuk bahan pangan
Menurut PERMEN RI No. 48 Tahun 2010 dapat diketahui bahwa
pengujian untuk bahan pangan yang dilakukan oleh BPOM adalah
pengujian fisika, kimia, fisika-kimia dan mikrobiologi. Pengujian fisika
seperti uji organoleptik, kekerasan, keseragaman bobot, zat larut dalam air,
kekentalan, bobot tuntas, pH dan lainnya. Pengujian kimia seperti uji batas
logam berat, spektrofotometri dan lainnya. Pengujian kimia-fisika seperti
uji kromatografi dan elektroforesis. Pengujian mikrobiologi seperti uji
ALT, Vibrio cholera, Staphylococcus aureus, MPN coliform dan lainnya.
Sampel yang diujikan di BPOM diperoleh dari pasar dan supermarket
saat kegiatan pengambilan sampel rutin atau sidak secara mendadak
(Cahyaningsih, 2008). BPOM menerima pengujian sampel dari suatu
instansi atau masyarakat umum yang ingin mengujikan suatu produknya,
namun dikenakan tarif sesuai dengan jenis dan jumlah pengujiannya sesuai
dengan PERMEN RI No. 48 Tahun 2010. Prosedur dan persyartan
pengujian di BPOM tertuang dalam PerKBPOM No. 39 Tahun 2013
tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan BPOM.
4. Standar yang digunakan dalam pengujian di Badan POM
Menurut BPOM (2015), persyaratan standar sistem manajemen mutu
dalam pengujian di BPOM adalah berdasarkan SNI ISO/IEC 17025 : 2008.
SNI ISO/IEC 17025 : 2008 menekankan pada aspek teknis dan K3, MSDS,
pengujian mutu dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, PKRT,
bahan berbahaya dan makanan, serta kompetensi lain yang dimiliki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Laboratorium Balai Besar
POM di Yogyakarta menjadi gambaran dalam pengembangan laboratorium
di masa mendatang karena telah mengimplementasikan sistem manajemen
mutu sesuai persyaratan SNI ISO/IEC 17025 : 2008.
5. Kelebihan dan kekurangan
Program atau kegiatan program pengawasan keamanan pangan yang
dilakukan oleh BPOM jika tanpa diiringi koordinasi yang kuat dan
berkesinambungan dengan instansi tidak akan efektif karena wilayah kerja
yang multisektor yaitu pertanian, industri, perikanan, perdagangan dan
instansi lainnya. BPOM tidak memiliki kewenangan penuh untuk
menindak apabila terjadi pelanggaran penyalahgunaan bahan berbahaya
tertentu dalam makanan, namun BPOM akan menghimbau kepada
departemen tertentu melakukan tindak lanjut (Cahyaningsih, 2008). Jenis
pengujian di BPOM lebih bervariasi, hal ini disebabkan karena BPOM
memiliki wewenang dalam mengeluarkan surat registrasi BPOM pada obat
dan makanan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. LPPMHP memiliki tugas dan fungsi yaitu mengawasi produk hasil
perikanan baik segar maupun olahan dan organisasi ini di bawah naungan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi D.I. Yogyakarta. Pengujian yang
dilakukan oleh LPPMHP adalah boraks, formalin, TPC, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Salmonella dan Vibrio sp.
2. BPOM memiliki tugas untuk mengawasi peredaran pangan dan obat di
Indonesia dan mempunyai peran strategis dalam mengambil tindakan
berkaitan dengan perlindungan konsumen terutama konsumen pangan
mengawasi keamanan suatu produk. Pengujian untuk bahan pangan yang
dilakukan oleh BPOM adalah pengujian fisika, kimia, fisika-kimia dan
mikrobiologi. Pengujian fisika seperti uji organoleptik, kekerasan,
keseragaman bobot, zat larut dalam air, kekentalan, bobot tuntas, pH dan
lainnya. Pengujian kimia seperti uji batas logam berat, spektrofotometri
dan lainnya. Pengujian kimia-fisika seperti uji kromatografi dan
elektroforesis. Pengujian mikrobiologi seperti uji ALT, Vibrio cholera,
Staphylococcus aureus, MPN coliform dan lainnya.
B. Saran
Diharapkan pada praktikum berikutnya dapat dilakukan kunjungan ke
lembaga pengujian mutu di BPOM agar praktikan dapat mengetahui profil dan
jenis pengujian yang dilakukan secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. PERMEN RI No. 48 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Bahan Pengawas Obat
dan Makanan. Kementrian Hukum dan HAM, Jakarta.
Anonim. 2013. PerKBPOM No. 39 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di
Lingkungan BPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim. 1998. Keputusan Menteri Pertanian No. 41/Kpts/IK.210/2/98 tentang Sistem
Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan. Kementrian Pertanian, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2332.1-2006 tentang Penentuan Coliform
dan Escherichia coli pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI-2332.3-2006 tentang penentuan Salmonella
pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2332.4-2006 tentang penentuan Vibrio
cholerae pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2332.3-2006 tentang penentuan angka
lempeng total (ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2332.9:2011 tentang penentuan
Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
BPOM. 2015. Badan Pengawa Obat dan Makanan. <http://www.pom.go.id>. Diakses
26 Mei 2015.
Cahyaningsih, D.T. 2008. Komitmen Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
dalam perlindungan konsumen atas keamanan pangan dari bahaya formaln dan
bahan berbahaya lain di Indonesia. Yustisia 75 : 15-22.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Jakarta.
Husni, A. dan M.H. Putra. 2014. Pengendalian Mutu Hasil Perikanan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
SKPT. 2015. Sistem Keamanan Pangan Terpadu. <http://skpt.pom.go.id>. Diakses 26
Mei 2015.